II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat Umum Inceptisols Inceptisols adalah tanah yang belum matang dengan perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah yang matang dan masih memiliki sifat yang menyerupai sifat bahan induknya (Hardjowigeno, 1993). Tanah Inceptisols yang terdapat di dataran rendah, solum yang terbentuk pada umumnya tebal, sedangkan pada daerah-daerah berlereng curam solum yang terbentuk akan tipis. Warna tanah Inceptisosl beranekaragam tergantung dari jenis bahan induknya. Warna kelabu bahan induknya dari endapan sungai, warna coklat kemerah-merahan karena mengalami proses reduksi, warna hitam mengandung bahan organik yang tinggi. Inceptisols merupakan jenis tanah yang memiliki epipedon umbrik, molik, plagen atau horizon kambik (Munir, 1996). Tanah ini dapat berkembang dari bahan induk batuan beku, sediment dan metamorf dan profilnya mempunyai horizon hasil alterasi bahan induk. Inceptisols mempunyai tekstur beragam dari agak kasar hingga halus, tergantung tingkat pelapukan bahan induknya. Sifat fisik dan kimia tanah Inceptisols antara lain; berat jenis 1,0 g/cm3, kalsium karbonat kurang dari 40 %, pH tanah mendekati netral atau lebih, kejenuhan basa kurang dari 50 % pada kedalaman 1,8 m, nilai porositas 68 % sampai 85 %, air yang tersedia cukup banyak antara 0,1-1 atm (Smith, 1965) Inceptisols yang dijumpai pada tanah-tanah sawah memerlukan masukan yang tinggi dari bahan an-organik seperti pemupukan N, P, K dan masukan bahan organik seperti percampuran sisa-sisa panen ke dalam tanah saat pengolahan tanah, serta pemberian pupuk kandang terutama bila lahan dipersiapkan untuk tanaman palawija setelah padi (Munir, 1996).
5
2.2 Syarat Tumbuh Syarat tumbuh padi gogo menurut Garris, A. J. (1990 ) adalah : 2.2.1 Padi Gogo 2.2.1.1 Tanah 1. Padi gogo harus ditanam di lahan yang berhumus, struktur remah dan cukup mengandung air dan udara. 2. Memerlukan ketebalan tanah 25 cm, tanah yang cocok bervariasi mulai dari yang berliat, berdebu halus, berlempung halus sampai tanah kasar dan air yang tersedia diperlukan cukup banyak. Sebaiknya tanah tidak berbatu, jika ada harus < 50%. 3. Kemasaman tanah bervariasi dari 4,0 sampai 8,0. 4. Memerlukan unsur hara 400 kg ha-1 N, 200 kg ha-1 P, 150 kg ha-1. 2.2.1.2 Iklim 1. Tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 45 derajat LU sampai 45 derajat LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan. 2. Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun. Padi gogo dapat ditanam di musim kemarau atau hujan. Pada musim kemarau produksi meningkat asalkan air selalu diberikan dengan cara penyiraman. Di musim hujan, walaupun air melimpah prduksi dapat menurun karena penyerbukan kurang intensif. 3. Padi gogo memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan temperatur 22-27 derajat C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan temperatur 19-23 derajat C. 4. Padi gogo memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. 5. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu kencang akan merobohkan tanaman. 6
2.2.2 Kacang Tanah Syarat tumbuh kacang tanah menurut Mardiati, Tri (2009) adalah : 2.2.2.1 Tanah 1. Tekstur : ringan dan sedang (lempung berpasir) dengan sirkulasi udara lancar. 2. Struktur tanah : gembur dan ringan. 3. Derajat keasaman tanah (pH) : 4,5 – 7,7 dengan produksi optimal pada pH 5,6 - 6,6. 4. Memerlukan 100 kg ha-1 Urea, 100 kg ha-1 TSP, dan 50 kg ha-1 KCl. 2.2.2.2 Iklim 1. Curah hujan : 900 – 2000 mm per bulan. 2. Temperatur : 25-27o C, dengan kelembapan udara sekitar 50-80% 2.3 Sistem pertanaman Sistem pertanaman yang banyak digunakan petani adalah sistem pertanaman monokultur dan sistem pertanaman tumpang sari. Sistem pertanaman monokultur adalah suatu usaha pertanian dengan menanam satu jenis tanaman tertentu dalam satu lahan, contoh sistem pertanaman monokultur yang biasa digunakan untuk budidaya tanaman padi, kopi, teh, dll. Sistem pertanaman tumpang sari sering dijumpai di daerah sawah tadah hujan, tegalan dataran rendah maupun dataran tinggi. Sistem pertanaman tumpang sari di dataran rendah biasanya terdiri dari berbagai macam padi dan palawija, sedangkan di dataran tinggi biasanya terdiri dari berbagai macam tanaman holtikultura (Thahir, M. 1985). Sistem pertanaman tumpang sari yang biasa dibudidayakan petani adalah sistem pertanaman tumpang sari pohon kelapa dan coklat. Sistem pertanaman tumpang sari merupakan suatu usaha pertanian untuk mendapatkan hasil panen lebih dari satu kali dari beberapa jenis tanaman pada sebidang lahan yang sama dalam satu tahun. Tanaman yang ditumpangsarikan akan melakuakan suatu hubungan atau in7
teraksi, hubungan-hubungan tersebut ada yang bersifat kompetitif, yaitu apabila tanaman yang satu dapat merintangi atau bersaing dengan tanaman lain dalam pemanfaatan unsur hara, air dan cahaya matahari. Penanaman dengan sistem pertanaman tumpang sari memiliki beberapa kelebihan atau keuntungan, yaitu : 1. Meningkatkan hasil tanaman, frekuensi panen dan pendapatan petani. 2. Meningkatkan produktifitas lahan. 3. Mengurangi resiko kegagalan panen. 4. Efisien dalam penggunaan energi/cahaya matahari Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal ini dimaksud untuk menghindari persaingan pada satu petak lahan. Sistem pertanaman tumpang sari sebaiknya dipilih kombinasi antara tanaman yang mempunyai perakaran yang relatif dalam dan tanaman yang relatif dangkal. 2.4 Pupuk Kandang Pupuk kandang merupakan hasil sampingan yang cukup penting, terdiri dari kotoran padat dan cair dari hewan ternak yang bercampur sisa makanan, dapat menambah unsur hara dalam tanah (Sarief, 1989). Menurut Soedijanto dan Hadmandi (1982) pupuk kandang adalah kotoran padat dan cair dari ternak yang bercampur dengan sisa-sisa makan dan jerami alas kandang ataupun tidak. Pupuk kandang dapat menambah unsur hara ke dalam tanah, meningkatkan kandungan humus, memperbaiki struktur tanah dan mendorong kehidupan jasad renik tanah. Pupuk kandang sapi cukup kaya akan unsur hara karena pakan sapi berasal dari tumbuhtumbuhan. Komposisi kimia pupuk kandang Subak Guama andungan pupuk kandang api dapat dilihat pada tabel 1. Faktor yang mempengaruhi jenis dan kadar hara yang terdapat pada pupuk
8
kandang adalah jenis hewan, umur hewan, kualitas pakan ternak, jumlah dan jenis alas kandang serta cara penyimpanan. Tabel 1. Komposisi kimia pupuk kandang sapi Subak Guama, (BPTP, 2008) NSifat kimia tanah Kandungan Kriteria No. 1N-total (%) 1,78 Rendah 1. 2P-tersedia (ppm) 19,64 Sangat tinggi 2. 3K-tersedia (ppm) 9616,68 Sangat tinggi 3. 4C-organik (%) 27,80 Sangat tinggi 4. 5Keasaman tanah (pH H2O) 7,19 Netral 5. 6C/N rasio (%) 7,33 Rendah 6. 7KTK (me/100 g tanah) 78,05 Sangat tinggi 7. Bahan organik tanah merupakan timbunan kotoran binatang dan jasad renik yang sebahagian telah mengalami perombakan. Bahan organik ini biasanya berwarna coklat dan bersifat koloid yang dikenal dengan nama humus. Humus terdiri dari bahan organik halus yang berasal dari hancuran bahan organik kasar serta senyawa-senyawa baru yang dibentuk dari hancuran bahan organik tersebut melalui suatu kegiatan mikroorganisme di dalam tanah. Humus merupakan senyawa yang resisten berwarna hitam atau coklat dan mempunyai kemampuan menahan air dan unsur hara yang tinggi (Hakim. dkk, 1986). Tanah yang banyak mengandung banyak humus atau mengandung banyak bahan organik adalah tanah-tanah lapisan atas (top soil). Bahan organik tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yaitu sebagai granulator yang berfungsi memperbaiki struktur tanah dan menyediakan unsur hara dalam tanah.
9
2.4.1 Peranan Pupuk Kandang Terhadap Sifat Kimia Tanah Penambahan pupuk kandang sapi akan meningkatkan muatan negatif sehingga akan meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah. Pupuk kandang sapi memberikan kontribusi yang nyata terhadap KTK tanah, sekitar 20-70 % KTK pada umumnya bersumber dari koloid humus, sehingga terdapat korelasi antara pupuk kandang sapi dengan KTK tanah (Stevenson, 1982). Muatan koloid humus bersifat berubah-ubah tergantung dari nilai pH tanah. Suasana tanah sangat masam (pH rendah) akan mengakibatkan hidrogen terikat kuat pada gugus aktifnya yang mengakibatkan gugus aktif berubah menjadi bermuatan positif, sehingga koloid yang bermuatan negatif menjadi rendah, yang mengakibatkan KTK turun. Suasana tanah yang alkali (pH tinggi) dapat mengakibatkan tanah banyak mengandung OH- akibatnya terjadi pelepasan H+ dari gugus organik dan terjadi peningkatan muatan negatif. Penambahan pupuk kandang sapi pada tanah masam seperti pada tanah Inceptisols, ultisols dan andisols mampu meningkatkan pH tanah dan mampu menurunkan Al tertukar dalam tanah. Peningkatan pH tanah juga akan terjadi apabila pupuk kandang sapi yang ditambahkan telah terdekomposisi lanjut, karena pupuk kandang sapi yang telah termineralisasi akan melepaskan mineralnya, berupa kation-kation basa (Soepardi, 1999) Peran pupuk kandang sapi terhadap ketersediaan hara dalam tanah tidak terlepas dengan proses mineralisasi yang merupakan tahap akhir dari proses perombakan pupuk kandang sapi. Proses mineralisasi yang merupakan tahap akhir akan melepas unsur hara yang lengkap (N, P, K, Ca, Mg dan S).
10
2.4.2 Peranan Pupuk Kandang Terhadap Sifat Fisika Tanah Peranan bahan organik dengan hasil akhir dekomposisi berupa humus dapat meningkatkan kesuburan fisik tanah. Humus mempunyai luas permukaan dan kemampuan adsorpsi lebih besar daripada lempung. Sehingga meningkatkan kemampuan mengikat air. Sifat liat (plastisitas) dan kohesi humus yang rendah meningkatkan struktur tanah yang kurang sesuai pada tanah bertekstur halus dan meningkatkan granulasi (pembutiran) agregat sehingga agregat tanah lebih mantap. Agregasi tanah yang baik secara tidak langsung memperbaiki ketersediaan unsur hara. Hal ini karena agregasi tanah yang baik akan menjamin tata udara dan air tanah yang baik pula, sehingga aktivitas mikroorganisme dapat berlangsung dengan baik dan meningkatkan ketersediaan unsur hara. Peranan bahan organik dalam meningkatkan kesuburan fisik tanah juga dengan mengurangi plastisitas dan kelekatan serta memperbaiki aerasi tanah. Humus juga menyebabkan warna tanah lebih gelap sehingga penyerapan panas meningkat (Buckman & Brady, 1982; Sanchez, 1976). 2.4.3 Peranan Pupuk Kandang Terhadap Sifat Biologi Tanah Bahan organik merupakan sumber energi bagi makro dan mikro-fauna tanah. Penambahan bahan organik dalam tanah akan menyebabkan aktivitas dan populasi mikrobiologi dalam tanah meningkat, terutama yang berkaitan dengan aktivitas dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Beberapa mikroorganisme yang berperan dalam dekomposisi bahan organik adalah fungi, bakteri dan aktinomisetes. Di samping mikroorganisme tanah, fauna tanah juga berperan dalam dekomposi bahan organik antara lain yang tergolong dalam protozoa, nematoda, Collembola, dan cacing tanah. Fauna tanah ini berperan dalam proses humifikasi dan mineralisasi atau pelepasan hara, bahkan ikut bertanggung jawab terhadap pemeliharaan struktur tanah (Tian, G. 1997). 11
Mikro flora dan fauna tanah ini saling berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan organik, karena bahan organik menyediakan energi untuk tumbuh dan bahan organik memberikan karbon sebagai sumber energi. Pengaruh positip yang lain dari penambahan bahan organik adalah pengaruhnya pada pertumbuhan tanaman. Terdapat senyawa yang mempunyai pengaruh terhadap aktivitas biologis yang ditemukan di dalam tanah adalah senyawa perangsang tumbuh (auxin), dan vitamin (Stevenson, 1982). Senyawa-senyawa ini di dalam tanah berasal dari eksudat tanaman, pupuk kandang, kompos, sisa tanaman dan juga berasal dari hasil aktivitas mikrobia dalam tanah. Di samping itu, diindikasikan asam organik dengan berat molekul rendah, terutama bikarbonat (seperti suksinat, ciannamat, fumarat) hasil dekomposisi bahan organik, dalam konsentrasi rendah dapat mempunyai sifat seperti senyawa perangsang tumbuh, sehingga berpengaruh positip terhadap pertumbuhan tanaman. 2.4.4 Peranan Pupuk Kandang Terhadap Tanaman Pupuk kandang sapi sebagai penyedia bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah menyediakan zat pengatur tumbuh tanaman yang memberikan keuntungan bagi pertumbuhan tanaman seperti vitamin, asam amino, auksin dan giberelin yang terbentuk melalui dekomposisi bahan organik (Brady, 1990). Dekomposisi bahan organik berkaitan erat dengan nisbah kadar hara. Secara umum, semakin rendah nisbah antara C dan N di dalam bahan organik, akan semakin mudah dan cepat mengalami dekomposisi. Selama proses dekomposisi bahan organik, terjadi immobilisasi dan mobilisasi atau mineralisasi unsur hara (Wijaya, 2007).
12