Budidaya Bawang Putih di Dataran Rendah
Bawang putih (allium sativum) termasuk genus afflum dan termasuk klasifikasi tumbuhan terna berumbi lapis atau siung yang bersusun. Bawang putih tumbuh secara berumpun dan berdiri tegak sampai setinggi 30 -75 em, mempunyai batang semu yang terbentuk dari pelepah-pelepah daun. Helaian daunnya mirip pita, berbentuk pipih dan memanjang. Akar bawang putih terdiri dari serabut-serabut kecil yang bejumlah banyak. Dan setiap umbi bawang putih terdiri dari sejumlah anak bawang (siung) yang setiap siungnya terbungkus kulit tipis berwarna putih. Bawang putih yang semula merupakan tumbuhan daerah dataran tinggi, sekarang di Indonesia, jenis tertentu dibudidayakan di dataran rendah.
Masalah yang dihadapi dalam budidaya bawang putih adalah terbatasnya jumlah petani yang membudidayakan bawang putih karena keterbatasan varietas bawang putih. Saat ini, varietas yang tersedia hanya cocok untuk ditanam di dataran tinggi (> 800 m dpl). Varietas bawang putih dataran rendah memberikan peluang khususnya untuk ekstensifikasi bawang putih dalam negeri untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi bawang putih yang terus meningkat tiap tahunnya. Varietas bawang putih yang cocok dikembangkan di dataran rendah adalah sebagai berikut. No
1
2
3
Varietas
Keterangan Daerah yang pertama mengembangkan varietas ini adalah Yogyakarta. Umbinya berwarna putih. Umbi memiliki berat Lumbu Putih sekitar 7 g dengan diameter 3-3,5 cm, jumlah siung per umbi 15-20 buah. Daun berukuran sempit, lebamya kurang dari 1 cm. Posisi daun tegak dan produksi rata-ratanya 4-7 ton/ha. Varietas ini banyak dikembangkan di daerah Brebes, Jawa Tengah. Umbinya berwarna kekuningan tetapi kulit luarnya tetap putih. Umbi agak kecil dengan diameter sekitar 3,5 cm. Jati Barang Sebuah umbi memiliki berat sekitar 10-13 g. Jumlah siung terdiri dari 15-20 buah dan rata-rata produksinya antara 3-3,5 ton/ha. Varietas ini berasal dari Nganjuk, Jawa Timur. Kulit Bagor umbinya putih buram berdiameter 3-3,5 cm. Umbinya berwarna kuning. Bentuk umbi agak lonjong. Berat sebuah
Hanik K Dok ( 1)
4
Sanur
umbi hanya 8-10 g dengan jumlah siung 14-21 per umbi. Dari satu hektar lahan dapat dihasilkan 5-7 ton bawang putih. Bawang putih varietas sanur banyak dikembangkan di Pulau Dewata, Bali. Umbinya berukuran besar, berdiameter 3,5-4 cm. Sebuah umbi memiliki berat 10-13 g. Selubung kulit berwarna putih, umbinya sendiri berwarna kuning. Susunan siung pada umbi tidak teratur dengan jumlah siung per umbi 15-20 buah. Hasil umbi yang dapat dipanen sekitar 4-6 ton/ha.
Bawang Putih Varietas Lumbu Putih Dalam budidaya bawang putih di dataran rendah yang harus diperhatikan diantaranya adalah: 1. Persiapan lahan Tanaman bawang putih dataran rendah tumbuh pada hampir semua jenis tanah, namun yang terbaik pada tanah bertekstur sedang (lempung sampai lempung berpasir) dengan pH tanah antara 5,6 – 6,8. Apabila pH tanah kurang dari 5,6 diberi Dolomit dosis + 1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2 minggu. Pada umumnya bawang putih tahan suhu panas, namun tanaman bawang putih hanya dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang memiliki suhu yang dingin (dibawah 25 derajat celcius). Waktu tanam terbaik untuk bawang putih dataran rendah yaitu bulan Mei, Juni atau Juli. Pembajakan tanah dilakukan dengan intensitas sebanyak 2-3 kali dalam satu minggu. Selanjutnya buat bedengan selebar 60-150 cm dan tinggi 20-50 cm. Sedang untuk panjang bedengan disesuaikan dengan luas lahan. Buatlah parit di antara bedengan untuk irigasi dengan lebar 30-40 cm. Untuk mencegah serangan penyakit layu taburkan GLIO 100 gr (1 bungkus GLIO) dicampur 25-50 kg pupuk kandang matang, diamkan selama 1 minggu kemudian taburkan secara merata di atas bedengan. 2. Penanaman Dalam proses penanaman, umbi bibit yang digunakan harus memiliki ukuran yang seragam. Umbi ditanam dengan kedalaman 2-3 cm. Untuk jarak tanam dapat disesuaikan dengan ukuran siung yang digunakan, misalnya jika bobot siung lebih berat dari 1,5 gram maka jarak tanamnya 20 cm X 20 cm, atau bila bobot siung lebih ringan dari 1,5 gram, maka jarak tanamnya 15 cm x 15 cm atau 15 cm x 10 cm. Hanik K Dok ( 2)
3. Pemupukan Untuk pemupukan berikan pupuk : 2-4 kg Urea + 7-15 kg ZA + 15-25 kg SP-36 secara merata diatas bedengan dan diaduk rata dengan tanah. Jika menggunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 dicampur rata dengan tanah di bedengan. Untuk tambahan siramkan pupuk SUPER NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 10 botol/1000 m2 dengan cara : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan. 4. Pemulsaan Untuk mempertahankan kondisi tanah setelah penanaman, bedengan ditutup dengan jerami secara merata (pemulsaan). Pemulsaan berfungsi untuk mempertahankan kondisi tanah, mempertahankan suhu dan kelembaban permukaan, selain itu untuk memperbaiki struktur tanah, apabila jerami telah membusuk. Pemulsaan dilakukan pada musim kemarau, karena jika pada musim hujan dapat menyebabkan kelembaban tanah terlalu tinggi sehingga kurang baik bagi tanaman. 5. Pengairan Untuk mengairi tanaman bawang putih dapat dilakukan dengan cara menggenangi parit di antara bedengan. Pada awal penanaman, penyiraman dilakukan setiap hari. Setelah tanaman tumbuh baik, frekuensi pemberian air diberikan seminggu sekali. Pemberian air dihentikan pada saat tanaman sudah tua atau menjelang panen, kira-kira berumur 3 bulan sesudah tanam atau pada saat daun tanaman sudah mulai menguning. 6. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman bawang putih dilakukan dengan menyiangi gulma serta perbaikan bedengan dengan selang waktu 20-30 hari. Ketika tanaman bawang putih masuk fase generatif, penyiangan tidak lagi dilakukan karena dapat mengganggu proses pembentukan dan pembesaran umbi. Dalam penanaman bawang putih perlu dilakukan pembubunan. Pembubunan terutama dilakukan pada tepi bedengan yang seringkali longsor ketika diairi. Selain itu perlu diberikan pupuk susulan. 7. Pengendalian hama dan penyakit Hama bawang putih : 1. Hama Ulat Grayak Aemy Worn atau lebih di kenal dengan sebutan Ulat Grayak merjan salah satu hama tumbuhan bawang, biasanya spesies yang mengganggu adalah Spodoptera litura dan Spodoptera Exigua. Biasanya S Litura meletakkan telur – telurnya di bawah permukaan daun secara berkelompok. Telur tersebut memiliki usia 2-8 hari yang larvanya berwarna keabu-abuan dengan panjang sekitar 50 mm. Sedangkan pupanya sendiri berada dalam tanah pada usia 9-10 hari. Hanik K Dok ( 3)
Gejalanya hama ini adalah, daun terlihat transparan dan berlubang sehingga lama – kelamaan akan habis akibat di makan oleh larva ulat grayak. Jika tidak segera di tindak lanjuti bisa –bisa mengakibatkan gagal panen. Cara pengendalian hama : Melakukan penanaman bawang Secara serentak. Lakukan pengolahan tanah secara baik dan benar agar si larva mati. Lakukan konservasi menggunakan musuh alami dengan parasitoid telur telenomus spodopterae Dodd. 2. Trips Trips lebih di kenal dengan sebutan Thrips bawang atau One on Thrips merupakan family dari Thysanoptera. Telur – telurnya di letakkan pada sekitar tulang daun yang berwarna putih selama 4 – 10 hari. Nimfa dan dewasa menghisap cairan pada daun sedangkan pulpa terdapat pada tanah memiliki stadium sekitar 4 – 7 hari. Gejalanya adalah daun akan tampak bercak berkilauan dan bentuk luka gigitannya berupa bintik berwarna putih yang akan menyatu sehingga warna daun berubah berkilauan sedangkan bagian pucuknya mati. Cara pengendalian hama dengan cara menggunakan musuh predator alami yaitu kumbang macan (Menochilus sp ) Penyakit bawang putih : 1. Bercak ungu atau Trotol Jamur Alternaria pori adalah penyebabnya melalui percikan air tanah atau melalui umbi yang ditandai dengan munculnya bintik lingkaran konsentrasi warnanya ungu atau putih kelabu pada daun. Di tepi daun juga mengalami perubahan warna menjadi kuning dan mengering ujungnya. Jika terjadi serangan pada umbi setelah panen maka akan menyebabkan umbi busuk hingga berair, berubah warna menjadi kuning atau merah kecoklatan. Cara pengendalian dengan cara menanam bawang pada lahan yang memiliki drama baik dan selalu melakukan pergiliran tanaman serta jangan lupa untuk menyemprotkan fungisida. 2. Busuk daun (Peronospora destruktor) Jamur Personospora destruktor adalah penyebabnya. Ketika umbi lapis terbentuk maka pada dekat ujung daun akan timbul bercak hijau pucat, apalagi ketika cuaca lembab, permukaan daun akan tumbuh kapang (mould jamur) berwarna putih lembayung hingga ungu. Daunnya akan segera menguning, layu kemudian mati yang berwarna putih diliputi oleh kapang hitam. Cara pengendalian : Pilihlah benih sehat sebelum menanam Ketika penyakit muncul setelah panen, maka daun – daun dilakukan pembakaran dan tidak dilakukan penanaman selama 3 tahun Jangan lupa selalu menyemprot tanaman dengan menggunakan fungisida. Hanik K Dok ( 4)
8. Masa Panen dan Pascapanen Waktu panen dari tanaman bawang putih tergantung dari varietasnya, tapi waktu rata-rata yang dibutuhkan sejak masa tanam hingga waktu panen sekitar 90 – 120 hari. Ciri-ciri dari tanaman yang telah siap panen yaitu terjadinya perubahan warna pada daun, dari hijau menjadi kuning dengan tingkat kelayuan 35-60%. Ketika menjelang panen inilah semua kegiatan pemupukan, pengairan dan penyemprotan pestisida harus dihentikan. Agar umbi bawang putih dapat tahan lama sebaiknya dilakukan pengeringan. Pengeringan umbi dapat dilakukan dengan cara :
Dijemur di bawah terik matahari. Pengeringan dapat dilakukan di dalam rak berlapis dengan cara digantung,. Pengeringan dapat pula dilakukan dengan menggunakan metode pengasapan, yakni menempatkan bawang putih di dapur. Selanjutnya bawang putih tersebut diasapi dengan menggunakan asap yang berasal dari air yang sengaja di masak. Untuk memperpanjang umur umbi bawang putih, saat dilakukan penyimpanan di gudang dilakukan fumigasi.
Hanik K Dok ( 5)