TINJAUAN PUSTAKA
Taman Nasional Batang Gadis Kawasan Taman Nasional Batang Gadis yang berasal dari kawasan hutan lindung dan hutan produksi dengan luas ±108.000 Ha yang ditetapkan sejak zaman penjajahan Belanda merupakan satu kesatuan ekosistem hutan hujan tropika yang terdiri dari sub ekosistem hutan hujan tropika dataran rendah, sub ekosistem hutan hujan tropika dataran tinggi dan sub ekosistem vulkanik yang masih asli. Di dalam satu kesatuan ekosistem tersebut kaya akan keragaman jenis hewan dan tumbuhan serta unsur - unsur fisik pendukungnya sehingga pada kawasan tersebut dapat dibagi ke dalam zona inti, zona pemanfaatan dan zona lainnya. Keberadaan desa-desa di dalam dan di sekitar wilayah rencana Taman Nasional sebagai akibat adanya akses jalan baik jalan Negara, jalan propinsi, jalan kabupaten maupun jalan desa itu sendiri sehingga memudahkan masyarakat untuk melakukan aktifitas di wilayah dimaksud. Hasil telaahan di atas peta Rencana Taman Nasional batang Gadis dapat diketahui keberadaan Taman Nasional : 1. Pada Zona Inti Pada Zona inti tidak terdapat wilayah desa. 2. Pada Zona Pemanfaatan Pada Zona ini tidak terdapat wilayah desa sehingga pada zona pemanfaatan ini merupakan kawasan hutan Negara.
Universitas Sumatera Utara
3. Pada Zona Penyangga Zona penyangga merupakan kawasan lindung yang berada di luar kawasan lindung yang berada di luar kawasan hutan, dan pada zona ini telah terdapat aktifitas manusia dengan penggunaan lahan untuk keperluan hidup sehari-hari. Pada zona penyangga ini terdapat 68 (enam puluh delapan) desa dari 10 (sepuluh) wilayah kecamatan. Taman Nasional Batang Gadis (TNBG), maliputi hutan dataran rendah dan dataran tinggi. Kawasan ini mempunyai peranan yang penting di tingkat lokal, nasional dan global karena spektrum ekologinya yang lengkap disertai beragam jenis keanekaragaman hayati dan sumber daya alam yang unik. sumber daya alam yang ditemukan di Taman Nasional ini merupakan milik Negara dan dikelola dengan sedemikian rupa untuk memaksimalkan kesejahteraan penduduk yang tinggal disekitarnya. Namun demikian, masyarakat belum dapat merasakan kesejahteraan yang semestinya karena mereka hidup di bawah standar ekonomi, yang semakin diperparah dengan penggunaan sumber daya hutan yang tidak lestari (CII, 2006). TNBG menjadi semakin penting guna keberlanjutan pembangunan ekonomi dan peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Madina. Pengeluaran biaya mubazir yang harus dikeluarkan pemerintah daerah untuk memulihkan alam sebagai konsekuansi dari rusaknya hutan alam dapat dihindari. Tidak akan terjadi pengalihan dana investasi dari sektor-sektor produktif masyarakat (pemodalan usaha produktif, biaya pendidikan, biaya kesehatan, peningkatan gizi, perumahan dsb) kepada usaha pemulihan bencana (nonproduktif). Masyarakat tidak perlu menanggung beban akibat pengalihan dana
Universitas Sumatera Utara
produktif ini dan pertumbuhan ekonomi daerah tidak terhambat. Dengan kondisi hutan yang lestari dan terjaga baiknya fungsi ekologis (pengatur iklim, penjaga kesuburan tanah, pengendali tata air), fungsi keanekaragaman hayati maupun fungsi ekonominya, maka TNBG secara maksimal dapat dimanfaatkan sebagai modal alam tanpa bayar (Unchanged natural capital) bagi serangkaian aktivitas perekonomian lokal secara jangka panjang, seperti pertanian, perkrbunan, pariwisata alam, perikanan atau peternakan (CII, 2004). Taman Nasional adalah sebagai kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi. Kawasan TNBG bukanlah suatu wilayah yang terlarang untuk dimasuki oleh manusia, bukan mempersempit ruang gerak masyarakat mencari nafkah, tidak juga mengambil tanah rakyat. Pembentukan TNBG tidak akan memisahkan kehidupan masyarakat yang memang sejak lama mempunyai kearifan tradisional terhadap pelestarian alam. Tetapi TNBG memberi peluang bagi masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup dan menjamin kelangsungan hidup jangka panjang (Konsorsium, 2005). Peranan TNBG tidak hanya sekedar sebagai pengatur tata-air dan pencegah erosi, tapi menjadi lebih luas, yaitu melindungi kekayaan dan keunikan hayati skala global guna dimanfaatkan bagi umat manusia pada masa kini dan masa mendatang, baik untuk bahan baku obat, farmasi, dan dan bahan pangan baru (CII, 2006).
Hasil Hutan Non Kayu Hasil Hutan Non Kayu semula disebut hasil hutan ikutan merupakan hasil hutan yang bukan kayu berasal dari bagian pohon atau tumbuh-tumbuhan yang memiliki sifat khusus yang dapat menjadi suatu barang yang diperlukan oleh
Universitas Sumatera Utara
masyarakat, dijual sebagai komoditi ekspor atau sebagai bahan baku untuk suatu industri. Hasil hutan non kayu pada umumnya merupakan hasil sampingan dari sebuah pohon, misalnya getah, daun, kulit, buah dan lain-lain atau berupa tumbuhan-tumbuhan yang memiliki sifat khusus seperti rotan, bambu dan lainlain. Pemungutan hasil hutan non-kayu pada umumnya merupakan kegiatan tradisional dari masyarakat yang berada di sekitar hutan, bahkan di beberapa tempat, kegiatan pemungutan hasil hutan non kayu merupakan kegiatan utama sebagai sumber kehidupan masyarakat sehari-hari. Sebagai contoh, pengumpulan rotan, pengumpulan berbagai getah kayu seperti getah kayu Agathis, atau kayu Shorea dan lain-lain yang disebut dammar (Djajapertjunda, 2001). Pemungutan hasil hutan bukan kayu pada kawasan konservasi merupakan bentuk kegiatan pengambilan hasil hutan bukan kayu dengan tidak merusak fungsi utama kawasan konservasi, seperti untuk mengambil madu, mengambil getah, mengambil buah dan lain-lain. Usaha pemanfaatan dan pemungutan tersebut dimaksudkan menumbuhkan
untuk
meningkatkan
kesadaran
masyarakat
kesejahteraan untuk
masyarakat
menjaga,
sekaligus
melindungi
dan
meningkatkan fungsi kawasan konservasi. Beberapa jenis hasil hutan non-kayu yang sudah dikenal adalah : 1. Getah Kayu Bermacam-macam getah kayu yang sudah dikenal dan dipungut oleh masyarakat serta diperdagangkan diantaranya adalah : • Damar yang berasal dari pohon jenis Meranti (Dipterocarpaceae), • Kopal yang berasal dari kayu Agathis (Agathis spp.), • Getah Jelutung dari Jelutung (Dyera spp.),
Universitas Sumatera Utara
• Getah perca (ketiau, balam) yang berasal dari pohon Balam atau Suntai (Palaquium spp.), • Kemenyan yang berasal dari getah pohon kemenyan (Styrax benzoin), • Gambir yang berasal dari getah pohon gambir. 2. Minyak Hasil Sulingan Hasil hutan non-kayu berupa yang minyak hasil penyulingan yang sudah dikenal oleh masyarakat, diantaranya : •
Getah kayu Pinus (Pinus merkusii) dan jenis kayu berdaun jarum lainnya dapat dimasak dan menghasilkan damar (gondorukem) dan terpentijn (Agathis spp.),
•
Kayu Putih yang dihasilkan dari penyulingan daun kayu putih (Meulaleuca leucadendron) dan lain-lain,
•
Minyak gosok dari bebagai jenis kayu seperti kayu lawang dan lainlain,
•
Minyak Nilam yang dihasilkan dari penyulingan daun nilam,
•
Kapur Barus.
3. Kulit Kayu Hasil Hutan yang berupa kulit kayu yang sudah dimanfaatkan diantaranya terdiri dari : •
Bahan penyamak kulit yang dihasilkan oleh kulit dari beberapa jenis kayu, diantaranya pilang (Adenanthera spp), Kayu bakau (Anisotera spp, Bruguieria spp), Acasia decurens,
Universitas Sumatera Utara
•
Kulit kayu manis yang berasal dari Cassia vera (Cinnamomum bumanii BL.) adalah kulit yang dikeringkan utuk campuran masakan,
•
Kulit Kayu untuk pengawet jala yang terbuat dari benang kapas, pewarna batik dan lain-lain.
4. Buah dan Biji Hasil Hutan yang berupa buah dan biji yang sudah dapat dimanfaatkan, diantaranya terdiri dari : •
Biji kayu Tengkawang (Shorea stenoptera),
•
Buah kemiri (Aleurites spp),
•
Buah matoa ( Pometia spp.)
•
Buah asam
5. Pohon dan Tanaman Khusus Jenis pohon atau tanaman tertentu yang khusus yang memiliki manfaat yang sangat berguna, diantaranya terdiri dari : •
Kayu Cendana,
•
Rotan,
•
Bambu
•
Kayu Gaharu dan lain-lain.
6. Barang-barang Khusus Yang Terkait Dengan Tanaman
Universitas Sumatera Utara
Produksi barang-barang yang khusus dihasilkan secara terkait dengan tanaman tertentu yang tumbuh didalam hutan sebagai salah satu sumber bahannya, seperti : •
Serat sutera alam, yang dihasilkan dari kepongpong sejenis Ulat Sutera,
•
Lak, yang dihasilkan seperti getah pelindung dari kutu kecil bernama Lacifer lacca yang merupakan parasit pada beberapa jenis kayu tertentu,
•
Madu (Apis mellifera) yang dihasilkan oleh lebah-lebah madu lokal dan import yang sudah merupakan bagian dari hasil hutan,
•
Sagu (Metroxylon spp.) dan lain-lain.
7. Binatang dan Bagian dari Binatang Hasil hutan non kayu berupa binatang atau bagian dari binatang hasil penangkaran binatang yang dilindungi yang sebagian besar telah dapat dimanfaatkan untuk diperdagangkan, diantaranya : Kulit Buaya, Kera dan lainlain (Djajapertjunda, 2001).
Analisis Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang, dan untuk mendapatkan laba. Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan tergantung kepada keahlian pengusaha di bidang pemasaran produksi, keuangan maupun bidang lain. Selain itu
Universitas Sumatera Utara
tergantung pula pada kemampuan pengusaha untuk mengkombinasikan fungsifungsi tersebut agar usaha pemasaran dapat berjalan lancar. Secara umum permintaan terhadap suatu barang dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri, harga barang lain baik itu merupakan barang substitusi atau barang komplementer, pendapatan, dan selera. Permintaan suatu komoditas yang memiliki spesifikasi dipengaruhi oleh elastisitas permintaan masing-masing produk yang bahan bakunya barang itu sendiri. Dengan demikian besarnya angka elastisitas tersebut akan menggambarkan besarnya perubahan permintaan sebagai akibat adanya perubahan harga. Perilaku pasar suatu komoditi layak untuk dicermati karena akan bisa ditemukan tingkat harga yang paling tepat sesuai dengan ciri masing-masing aspek yaitu sisi penawaran di satu pihak dan sisi permintaan di pihak lain. Dengan perkataan lain, pola penentuan harga akan sangat tergantung pada kekuatan pelaku-pelaku ekonomi dalam struktur pasar yang ada (Awang, 2002). Sistem distribusi barang (termasuk hasil hutan) dari produsen ke konsumen bisa dilakukan dengan melalui cara langsung maupun cara tidak langsung. Keputusan untuk mendistribusikan barang dalam sistem tataniaga yang sedang berjalan disebut dengan “One time strategic decision”. Sistem distribusi dikatakan optimal adalah jika pada sistem dimaksud (yaitu : sistem tataniaga yang sedang berjalan), harga sama dengan biaya marjinal (necessary condition). Pada kondisi tersebut, tercapai tingkat efisiensi dari biaya distribusi barang dari produsen ke konsumen (Awang, 2002). Ada beberapa cara pendekatan yang bisa dilakukan untuk mengetahui apakah sistem distribusi suatu barang tersebut sudah berada pada pada tingkat
Universitas Sumatera Utara
efisiensi tertentu adalah dengan menggunakan parameter marjin pemasaran dan tingkat integrasi pasar. Secara matematis besarnya marjin pemasaran dapat diformulasikan sebagai berikut : Mp = Pr – Pf atau Mp = Σ Bi + Σ Ki Keterangan : • Mp
= marjin pemasaran
• Pr
= harga ditingkat pengecer
• Pf
= harga ditingkat produsen
• Σ Bi = jumlah biaya yang dikeluarkan lembaga pemasaran (B1, B2, B3…….) • Σ Ki = jumlah keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran Dalam tata niaga hasil-hasil pertanian, umumnya ada tiga tahap proses penyampaian komoditas atau barang mulai dari produsen sampai kepada konsumen. Tahap-tahap proses tersebut adalah : (1) proses konsentrasi, (2) proses Equalisasi, dan (3) proses diversi (Ginting, 2006). Pada tahap proses konsentrasi dimana pedagang perantara mengumpulkan barang-barang dari produsen/ petani, dan pedagang besar mengumpulkan barangbarang dari pedagang pengumpul. Proses equalisasi dimana pedagang besar menahan barangnya untuk sementara sebelum dijual ke pasar. Sedangkan proses diversi adalah proses penjualan barang dari pedagang besar kepada pedagang eceran, dan penjualan dari pedagang eceran kepada konsumen (Ginting, 2006). Peranan pedagang besar sangat menentukan dalam menetapkan hasil-hasil hutan non kayu. Dia membeli barang dalam keadaan pasar oligopsoni (dalam pasar harga dikuasai oleh beberapa pembeli), sedangkan dia menjual barang
Universitas Sumatera Utara
kepada pasar oligopoli (dalam pasar harga dikuasai oleh beberapa penjual). Oleh karena itu, posisi pedagang besar sangat menguntungkan dalam proses pemasaran.
Analisis SWOT Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Dengan demikian perencana strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling popular untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT (Rangkuti, 2006). SWOT adalah singkatan dari lingkungan Internal Strengths dan Weakness serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang (Opportunities) dan Ancaman (Threats) dengan faktor internal Kekuatan (strengths) dan Kelemahan (Weaknesses). Penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT (Rangkuti, 2006).
Universitas Sumatera Utara