BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab tinjauan pustaka ini terdiri dari dua Sub Bab yaitu Sub Bab 2.1 Landasan Teori yang memaparkan teori – teori yang digunakan dalam penelitian ini, dan Sub Bab 2.2 Penelitian – Penelitian Terdahulu yang memaparkan penelitian – penelitian menjadi acuan dalam penelitian ini. 2.1 Landasan Teori Landasan teori mengemukakan teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan dan ruang lingkup pembahasan sebagai landasan dalam penelitian ini. Landasan teori dalam penelitian ini meliputi Theory of Reasoned Action, Sistem Informasi Akuntansi, Technology Acceptance Model, End User Computing Satisfaction, Kualitas Sistem Informasi, Kualitas Informasi, Perceived Usefulness, Dan Kepuasan Pengguna (User Satisfaction). 2.1.1 Theory of Reasoned Action Theory of Reasoned Action (TRA) atau teori tindakan beralasan pertama kali diperkenalkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975). Teori ini menjelaskan bahwa perilaku (behavior) dilakukan karena individual mempunyai minat atau keinginan untuk melakukannya (behavioral intention) atau dengan kata lain minat perilaku akan menentukan perilakunya. Teori ini menghubungkan antara keyakinan (belief), sikap (attitude), kehendak (intention) dan perilaku (behavior). Kehendak merupakan
9
10
prediktor terbaik perilaku, artinya jika ingin mengetahui apa yang akan dilakukan seseorang, cara terbaik adalah mengetahui kehendak orang tersebut. Namun, seseorang dapat membuat pertimbangan berdasarkan alasan-alasan yang sama sekali berbeda (tidak selalu berdasarkan kehendak). Konsep penting dalam teori ini adalah fokus perhatian (salience), yaitu mempertimbangkan sesuatu yang dianggap penting. Kehendak (intetion) ditentukan oleh sikap dan norma subyektif (Jogiyanto, 2007). Ajzen (1991) yang mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan dan dampaknya terbatas hanya pada tiga hal; Pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tapi juga oleh norma-norma objektif (subjective norms) yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat. Ketiga, sikap terhadap suatu perilaku bersama norma-norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat berperilaku tertentu. Intensi atau niat merupakan fungsi dari dua determinan dasar, yaitu sikap individu terhadap perilaku (merupakan aspek personal) dan persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau untuk tidak melakukan perilaku yang disebut dengan norma subyektif (Jogiyanto, 2007). Secara singkat, praktik atau perilaku menurut TRA dipengaruhi oleh niat, sedangkan niat dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif. Sikap sendiri dipengaruhi oleh keyakinan akan hasil dari tindakan yang telah lalu. Norma subyektif dipengaruhi oleh keyakinan akan pendapat
11
orang lain serta motivasi untuk menaati pendapat tersebut. Secara lebih sederhana, teori ini mengatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya. Sehingga secara keseluruhan perilaku seseorang dapat dijelaskan dengan mempertimbangkan kepercayaannya, karena kepercayaan seseorang mewakili informasi yang mereka peroleh tentang dirinya sendiri dan dunia di sekitarnya (Jogiyanto, 2007). 2.1.2 Sistem informasi akuntansi Sistem informasi merupakan sekumpulan komponen yang saling berhubungan, mengumpulkan (atau mendapatkan), memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk menunjang pengambilan keputusan dan pengawasan dalam organisasi (Laudon dan Laudon, 2008).
Sedangkan menurut Hall (2004) sistem
informasi adalah sekelompok prosedur formal dimana data dikumpulkan, diproses menjadi informasi, dan didistribusikan kepada pemakai. Berdasarkan kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah suatu rangkaian prosedur yang dilakukan untuk memproses data menjadi informasi yang berguna bagi pengambilan suatu keputusan. Fungsi dasar dari sistem informasi adalah untuk memberikan informasi kepada berbagai pihak yang ada dalam perusahan sesuai dengan kepentingan pemakai. Mempelajari sistem informasi tidak terbatas pada pendekatan teori dan praktek saja, namun secara umum dapat dibagi menjadi
12
pendekatan teknis, pendekatan perilaku, dan pendekatan gabungan (Husein dan Wibowo, 2000). Sistem informasi yang ada dalam perusahaan akan terdiri dari dua kelompok utama yaitu sistem sistem informasi manajemen (SIM) dan sistem informasi akuntansi (SIA). SIM merupakan sistem yang digunakan untuk mengolah transaksi non keuangan yang secara normal tidak diproses oleh sistem akuntansi tradisional. Sedangkan sistem informasi akuntansi merupakan suatu sistem yang digunakan untuk mengolah transaksi keuangan perusahaan. susunan
berbagai
formulir
catatan,
Sistem informasi akuntansi adalah
peralatan,
termasuk
komputer
dan
perlengkapannya serta alat komunikasi, tenaga pelaksana, dan laporan yang terkoordinasi secara erat yang didesain untuk mentransformasikan data keuangan menjadi informasi yang dibutuhkan manajemen (Hall, 2004). Menurut Bodnar dan Hopwood (2001) sistem informasi akuntansi merupakan kumpulan sumber daya seperti manusia dan peralatan yang dirancang untuk mengubah data keuangan dan data lainnya ke dalam informasi. Informasi mengenai data keuangan tersebut dikomunikasikan kepada para pembuat keputusan baik dengan sistem manual atau melalui sistem terkomputerisasi. Sedangkan menurut Wing (2006) sistem informasi akuntansi adalah sekumpulan perangkat sistem yang berfungsi untuk mencatat data transaksi, mengolah data, dan menyajikan informasi akuntansi kepada pihak internal (manajemen perusahaan) dan pihak eksternal (pembeli, pemasok, pemerintah, kreditur dan sebagainya).
13
Tujuan dari suatu sistem informasi akuntansi adalah untuk memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan manajemen bagi proses pengambilan keputusan. Informasi akuntasi adalah penting sekali bagi manajemen dari suatu satuan ekonomi yang efisien (Cushing, 1991). Banyak manajer sekarang menyadari bahwa mereka membutuhkan informasi yang relevan dan tepat waktu. Mereka semakin menuntut adanya sistem informasi yang lebih cepat dan tanggap. Menurut Wilkinson (1993) sistem informasi cenderung lebih berkembang dan menjadi lebih formal ketika perusahaan berkembang dan menjadi komplek. Semakin berkembang dan kompleksnya kegiatan bisnis perusahaan membuat sistem akuntansi tradisional menjadi kurang andal dalam memberikan informasi bagi perusahaan. Inovasi teknologi informasi yang semakin berkembang pesat juga diikuti oleh perkembangan sistem informasi yang semakin memudahkan pemakai sistem dan tentunya menghasilkan informasi yang lebih baik dibandingkan sistem informasi tradisional. 2.1.3 Technology Acceptance Model (TAM) Penerapan suatu sistem dan teknologi informasi tidak terlepas dari aspek perilaku karena pengembangan sistem terkait dengan masalah individu dan organisasional sebagai pemakai sistem tersebut sehingga sistem yang dikembangkan harus berorientasi kepada penggunanya (Sekundera, 2006). Terdapat tiga hal yang berkaitan dengan penerapan teknologi informasi berbasis komputer yaitu perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan pengguna (brainware) (Bodnar dan Hopwood, 2001). Ketiga elemen tersebut saling berinteraksi dan dihubungkan
14
dengan suatu perangkat masukan keluaran (input-output media), yang sesuai dengan fungsinya masing-masing. Perangkat keras (hardware) adalah media yang digunakan untuk memproses informasi. Perangkat lunak (software) yaitu sistem dan aplikasi yang digunakan untuk memproses masukan (input) untuk menjadi informasi, sedangkan pengguna (brainware) merupakan hal yang terpenting karena fungsinya sebagai, pengembang hardware dan software, serta sebagai pelaksana (operator) masukan (input) dan sekaligus penerima keluaran (output) sebagai pengguna sistem (user). Pengguna sistem adalah manusia (man) yang secara psikologi memiliki suatu prilaku (behavior) tertentu yang melekat pada dirinya, sehingga aspek keprilakuan dalam konteks manusia sebagai pengguna (brainware) teknologi informasi menjadi penting sebagai faktor penentu pada setiap orang yang menjalankan teknologi informasi. Para peneliti sistem informasi telah mengadopsi teori tindakan yang beralasan dari Fishbein dan Azjen (1975) yaitu suatu teori yang berhubungan dengan sikap dan perilaku individu dalam melaksanakan kegiatan atau tindakan yang beralasan dalam kontek penggunaan teknologi informasi. TRA adalah teori tindakan yang beralasan yang dikembangkan oleh Fishbein dan Azjen (1975), dengan satu premis bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal, akan menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Seseorang akan memanfaatkan komputer atau teknologi informasi dengan alasan bahwa teknologi tersebut akan menghasilkan manfaat bagi dirinya. Teori penerimaan pengguna terhadap suatu teknologi informasi disebut TAM
15
yang pertama kali diperkenalkan oleh Davis (1989) merupakan model yang diadopsi dari model TRA TAM sendiri dikembangkan untuk menjelaskan perilaku penggunaan komputer. Model penerimaan teknologi atau TAM merupakan salah satu model yang paling banyak digunakan dalam penelitian sistem informasi karena model ini lebih sederhana dan mudah diterapkan. TAM adalah model yang digunakan untuk memprediksi penerimaan pengguna terhadap teknologi berdasarkan dua variabel, yaitu persepsi kemanfaatan (perceived usefulness) dan persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) (Davis, 1989). Persepsi kemanfaatan (perceived usefulness) didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan pengguna bahwa dengan menggunakan sistem, maka akan dapat meningkatkan kinerja pengguna tersebut. Sedangkan persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan pengguna bahwa sistem dapat digunakan dengan mudah dan dapat dipelajari sendiri. Berdasarkan penjelasan tersebut di atas diketahui bahwa kedua variabel TAM tersebut dapat menjelaskan aspek keperilakuan pengguna bahwa alasan pengguna dalam melihat manfaat dan kemudahan penggunaan teknologi informasi menyebabkan tindakan pengguna tersebut dapat menerima penggunaan teknologi informasi. Model TAM digambarkan pada Gambar 2.1
16
Perceived Usefulnes s Attitude Toward Using
External Variable s
Behavioral Intention to Use
Actual Sistem Use
Perceived Ease of
Use
Gambar 2.1 Technology Acceptance Model Sumber: Davis (1989)
Model TAM yang dikembangkan oleh Davis (1989) juga mendapat perluasan dari para peneliti, antara lain Chin dan Todd (1995) serta Ferguson (1997). Chin and Todd (1995) membagi dua faktor pada variabel kemaanfaatan yaitu: (1) kemanfaatan dan, (2) efektifitas dengan masing-masing dimensinya sendiri. Ferguson (1997) menunjukkan hasil penelitian bahwa terdapat indikasi variabel hasil kerja dipengaruhi oleh penggunaan komputer mikro dan sikap pemakai komputer tersebut dipengaruhi oleh kemanfaatan (usefulness) dan kemudahan penggunaan (ease of use). TAM merupakan model yang paling banyak digunakan dalam memprediksi penerimaan teknologi informasi (Gefen, 2002) dan telah terbukti menjadi model teoritis yang sangat berguna dalam membantu memahami dan menjelaskan perilaku pemakai dalam implementasi sistem informasi (Legris et al., 2003).
17
2.1.4 End User Computing Satisfaction (EUCS) Pengukuran terhadap kepuasan telah mempunyai sejarah yang panjang dalam disiplin ilmu sistem informasi. Sejumlah penelitian yang mengukur kepuasan pengguna telah dilakukan untuk mengevaluasi kepuasan pengguna akhir dari suatu sistem informasi dan juga faktor-faktor yang mmpengaruhi kepuasan pengguna. (Doll dan Torkzadeh (1988) mengembangkan suatu model yang digunakan untuk mengukur kepuasan pengguna akhir komputer. Mereka mengembangkan instrumen pengukur kepuasan yaitu instrumen EUCS. EUCS adalah metode untuk mengukur tingkat kepuasan dari pengguna suatu sistem aplikasi dengan membandingkan antara harapan dan kenyataan dari sebuah sistem informasi. Definisi EUCS menurut Doll dan Torkzadeh (1988) adalah evaluasi secara keseluruhan dari para pengguna sistem informasi yang berdasarkan pengalaman mereka dalam menggunakan sistem tersebut. Alat ukur ini merupakan alat ukur kepuasan pengguna sistem informasi yang dikhususkan pada pengguna akhir dari sistem berbasis komputer. Doll dan Torkzadeh mengembangkan instrumen EUCS yang terdiri dari 12 item dengan membandingkan lingkungan pemrosesan data tradisional dengan lingkungan end user computing, yang meliputi lima komponen: isi (content), akurasi (accuracy), bentuk (format), kemudahan (ease) dan ketepatan waktu (timeliness). Model evaluasi yang dikembangkan oleh Doll dan Torkzadeh (1988) lebih menekankan kepuasan (satisfaction) pengguna akhir terhadap aspek teknologi,
18
dengan menilai isi, keakuratan, format, waktu dan kemudahan penggunaan dari sistem. Model ini telah banyak diujicobakan oleh peneliti lain untuk menguji reliabilitasnya dan hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna meskipun instrumen ini diterjemahkan dalam berbagai bahasa yang berbeda. Model EUCS digambarkan pada Gambar 2.2
Content
Accuracy Attitude
Format
User
Satisfactio n
Ease Timeliness
Gambar 2.2 End User Computing Satisfaction Model Sumber: Doll and Torkzadeh(1988)
2.1.5 Kualitas sistem informasi Kualitas sistem informasi merupakan karakteristik dari informasi yang melekat mengenai sistem itu sendiri (DeLone dan McLean, 1992). Kualitas sistem informasi juga didefinisikan Davis et al. (1989) dan Chin dan Todd (1995) sebagai perceived ease of use yang merupakan tingkat seberapa besar teknologi komputer dirasakan relatif mudah untuk dipahami dan digunakan. Hal ini memperlihatkan bahwa jika pemakai sistem informasi merasa bahwa menggunakan sistem tersebut mudah, mereka tidak memerlukan effort banyak untuk menggunakannya, sehingga mereka
19
akan lebih banyak waktu untuk mengerjakan hal lain yang kemungkinan akan meningkatkan kinerja mereka secara keseluruhan. Model kesuksesan DeLone dan McLean mengemukakan kualitas sistem mengukur kesuksesan teknikal, kualitas informasi mengukur kesuksesan semantik, dan pengunaan sistem, kepuasan pengguna, individual impact dan organizational impact
mengukur
kesuksesan
keefektivan.
DeLone
dan
McLean
(1992)
mengasumsikan bahwa kualitas sistem dan kualitas informasi, secara individual dan bersama-sama, mempengaruhi kepuasan pengguna dan penggunaannya. Menurut Bailey dan Pearson (1983) instrumen kualitas sistem dapat berasal dari kemudahan akses, fleksibilitas dari sistem, integrasi sistem dan waktu respon. Semakin tinggi anggapan pengguna terhadap kualitas sistem, maka semakin puas mereka dengan sistem tersebut. 2.1.6 Kualitas informasi Kualitas informasi adalah tingkat dimana informasi memiliki karakteristik isi, bentuk, dan waktu, yang memberikannya nilai buat para pemakai akhir tertentu (O’Brien, 2005). Informasi yang berkualitas tinggi, yaitu memiliki karakteristik, atribut, atau kualitas yang membuat informasi lebih bernilai (O’Brien, 2005). Kualitas informasi merupakan kualitas output yang berupa informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi yang digunakan (Rai et al., 2002). Sedangkan menurut Liu dan Arnett (2000) kualitas informasi adalah tingkat relevan (relevant), ketepatan waktu (timely), aman dan disajikan dengan rancangan informasi yang baik dalam sebuah
20
website. Liu dan Arnett (2000) menyatakan bahwa informasi dengan kualitas terbaik akan meningkatkan kegunaan persepsian pengguna dan meningkatkan penggunaan sistem informasi. Kualitas informasi juga dapat dilihat dengan adanya potensi menghasilkan informasi yang tidak terbatas baik dalam organisasi maupun luar organisasi (Barnes et al., 2003). Menurut Li et al. (2002), informasi yang berkualitas adalah informasi yang akurat, jelas, detil, relevan, mudah didapatkan, tepat waktu, up to date dan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Lin dan Lu (2000) juga menambahkan bahwa penerimaan atau penolakan pengguna atas sebuah sistem disebabkan oleh kualitas yang diberikan oleh sebuah sistem. Hasil penelitian DeLone dan McLean (1992) dan model Seddon (1997) menunjukkan bahwa kualitas sistem informasi dan kualitas informasi berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan pengguna sistem informasi. 2.1.7 Perceived usefulness Davis (1989) mendefinisikan kemanfaatan (usefulness) sebagai suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa penggunaan suatu subyek tertentu akan dapat meningkatkan prestasi kerja orang tersebut. Perceived usefulness didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan kinerja pekerjaanya. Definisi diatas mengungkapkan bahwa perceived usefulness merupakan suatu kepercayaan tentang proses pengambilan keputusan. Pengguna sistem informasi yang mempercayai bahwa sistem informasi yang digunakannya bermanfaat, maka dia akan menggunakannya. Sebaliknya, jika
21
pengguna sistem informasi percaya bahwa sistem informasi kurang berguna maka dia tidak akan menggunakannya (Jogiyanto, 2007). Definisi tersebut dapat diartikan bahwa kemanfaatan dari penggunaan komputer dapat meningkatkan kinerja, dan prestasi kerja orang yang menggunakannya. 2.1.8 Kepuasan pengguna (user satisfaction) Kepuasan pengguna didefinisikan sebagai suatu tingkat perasaan seorang pengguna yang merupakan hasil perbandingan antara harapan pengguna tersebut terhadap suatu produk dengan hasil nyata yang diperoleh pengguna dari produk tersebut (Kotler, 2002). Seddon dan Kiew (1994) menyatakan bahwa kepuasan pengguna merupakan perasaan bersih dari senang atau tidak senang dalam menerima sistem informasi dari keseluruhan manfaat yang diharapkan seseorang dimana perasaan tersebut dihasilkan dari interaksi dengan sistem informasi. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa user merasa puas jika hasil yang diterima dari penggunaan suatu sistem teknologi informasi telah sesuai bahkan lebih besar dari harapannya. Menurut Livari (2005), sebuah sistem informasi yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna akan meningkatkan kepuasan pengguna. Hal ini diwujudkan dengan kecenderungan
peningkatan penggunaan sistem informasi
tersebut.
Sebaliknya, jika sistem informasi tidak dapat memenuhi kebutuhan pengguna maka kepuasan pengguna tidak akan meningkat dan penggunaan lebih lanjut akan dihindari. Kegagalan suatu sistem informasi mungkin karena ketidakmampuan suatu
22
sistem informasi memenuhi harapan pemakai. Jika pengguna sistem informasi percaya bahwa kualitas sistem dan kualitas informasi yang dihasilkan dari sistem yang digunakan adalah baik, mereka akan puas menggunakan sistem tersebut. Kepuasan pengguna sistem ini juga dapat berpengaruh terhadap individual impact. Jika pengguna sering memakai sistem informasi maka semakin banyak tingkat pembelajaran (degree of learning) yang didapat dari sistem informasi (Mc Gill et al. dalam Dody dan Zulaikha, 2007). Menurut Dody dan Zulaikha (2007), peningkatan derajat pembelajaran ini merupakan salah satu indikator bahwa terdapat pengaruh keberadaan sistem terhadap kualitas pengguna (individual impact). Menurut DeLone dan McLean (1992) individual impact merupakan suatu indikasi bahwa sistem informasi telah memberikan pengguna lebih memahami konteks keputusan, telah memperbaiki keputusan produktivitas, telah menghasilkan perubahan dalam aktivitas pengguna, atau telah mengubah keputusan persepsi mengenai pentingnya atau kegunaan dari sistem informasi. Sedangkan menurut Dody dan Zulaikha (2007), keberadaan sistem informasi baru akan menjadi stimulus bagi individu dalam organisasi untuk bekerja dengan baik. Dampak individu ini secara kolektif dapat berakibat pada kinerja organisasional (organizational impact). Dampak organisasional ini terlihat dari distribusi informasi yang lebih cepat. Jika sistem informasi yang diterapkan baik dari segi kualitas sistem maupun kualitas informasi yang dihasilkan maka dapat menurunkan biaya distribusi informasi melalui penyederhanaan struktur organisasi DeLone dan McLean (1992). Dengan demikian
23
dapat disimpulkan bahwa distribusi informasi yang lebih baik dapat mempermudah dalam proses pengambilan keputusan yang cepat dan tepat.
2.2 Penelitian terdahulu Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Istianingsih dan Wijanto (2007). Penelitian Istianingsih dan Wijanto (2007) bertujuan untuk menganalisis faktor – faktor yang menentukan kepuasan pengguna pada sistem informasi dan menganalisis dampak dari kepuasan pengguna pada kinerja individu. Penelitian ini menganalisis jawaban dari 204 responden. Variabel dalam penelitian ini adalah kualitas sistem informasi, perceived usefulness, dan kualitas informasi dan kepuasan pengguna akhir software akuntansi. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah pengguna software akuntansi pada berbagai perusahaan di Indonesia. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dengan mengikuti tahapan yang berlaku dalam SEM menggunakan metode maximum likehood estimation (MLE). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas sistem, kualitas informasi dan kualitas layanan berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna sistem informasi. Penelitian ini juga menemukan bahwa kepuasan pengguna, yang terdiri dari faktor: content, accuracy, format, ease of use dan timeliness secara signifikan mempengaruhi kinerja individu. Penelitian selanjutnya yaitu Pengaruh Kualitas Sistem Informasi Akuntansi dan Kualitas Informasi Akuntansi Terhadap Kepuasan Pengguna Software Akuntansi dan
24
Dampaknya Terhadap Kinerja Individu oleh Natalia (2013). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh kualitas sistem informasi akuntansi dan kualitas informasi akuntansi terhadap kepuasan pengguna software akuntansi, serta menganalisa dan mengetahui pengaruh kepuasan pengguna software akuntansi terhadap kinerja individu. Penelitian ini menggunakan data primer yaitu pengumpulan data melalui kuesioner. Penelitian ini menggunakan model regresi berganda .Variabel intervening diuji menggunakan analis jalur.
Hasil penelitian
menyatakan bahwa (1) kualitas sistem informasi akuntansi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pengguna software akuntansi, (2) kualitas informasi akuntansi berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pengguna software akuntansi, (3) kualitas sistem informasi akuntansi dan kualitas informasi akuntansi berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap kepuasan pengguna software akuntansi software akuntansi, (4)kepuasan pengguna software akuntansi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja individu, (5) kepuasan pengguna software akuntansi tidak mampu menjadi mediasi antara pengaruh kualitas sistem informasi akuntansi terhadap kinerja individu, dan (6) kepuasan pengguna software akuntansi mampu menjadi mediasi antara pengaruh kualitas informasi akuntansi terhadap kinerja individu. Selanjutnya penelitian Koeswoyo (2006) menguji mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan pengguna sistem informasi akuntansi. Penelitian ini menggunakan instrument dari Doll dan Torkzadeh dan instrumendari Ives, Olson dan
25
Baroudi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel isi, akurasi, format, kemudahan pemakaian software, ketepatan waktu laporan, sikap staf dan pelayanannya, serta pengetahuan dan keterlibatan pemakai software terhadap kepuasan pemakai software akuntansi. Hasil dari penelitian ini adalah Variabel isi, akurasi, format, kemudahan pemakaian software, ketepatwaktuan laporan sikap staf pengembang software dan pelayanannya, serta pengetahuan dan keterlibatan pemakai software mempengaruhi kepuasan pemakai software akuntansi K-System. Daftar penelitian-penelitian sebelumnya akan disajikan pada Lampiran 2.