BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air 2.1.1. Definisi Air Menurut Peraturan Pemerintah no 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air bahwa yang dimaksud dengan air adalah semua air yang terdapat pada, diatas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. Air adalah salah satu di antara pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai kepada manusia. Supaya air yang masuk ketubuh manusia baik
berupa makanan
dan
minuman
tidak
menyebabkan
penyakit,
maka
pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi adalah mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang diperlukan (Sutrisno, 2004). 2.1.2. Karakteristik Air Menurut Effendi (2003), air memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia lain, karakteristik tersebut antara lain : 1) Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0 0C (32 0F) - 100 0C, air berwujud cair. 2) Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai penyimpan panas yang sangat baik.
Universitas Sumatera Utara
3) Air memerlukan panas yang tinggi pada proses penguapan. Penguapan adalah proses perubahan air menjadi uap air. 4) Air merupakan pelarut yang baik. 5) Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. 6) Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika membeku. Bagi kehidupan makhluk, air bukanlah merupakan hal yang baru, karena kita ketahui bersama tidak satupun kehidupan di bumi ini dapat berlangsung tanpa air. Oleh sebab itu air dikatakan sebagai benda mutlak yang harus ada dalam kehidupan manusia. Tubuh manusia mengandung 60% - 70% air dari seluruh berat badan, air di daerah jaringan lemak terdapat kira-kira 90% (Soemirat, 2001). Masyarakat selalu mempergunakan air untuk keperluan dalam kehidupan sehari-hari, air juga digunakan untuk produksi pangan yang meliputi perairan irigasi, pertanian, mengairi tanaman, kolam ikan dan untuk minum ternak. Banyaknya pemakaian air tergantung kepada kegiatan yang dilakukan sehari-hari, rata-rata pemakaian air di Indonesia 100 liter / orang / hari dengan perincian 5 liter untuk air minum, 5 liter untuk air masak, 15 liter untuk mencuci, 30 liter untuk mandi dan 45 liter digunakan untuk jamban (Wardhana, 2001). 2.1.3. Sumber Air Air dapat bersumber dari air hujan yaitu air yang berasal dari proses evaporasi, kondensasi, dan presipitasi, sehingga air tersebut benar-benar murni sebagai H2O, dengan demikian tidak terlarut sebagai mineral. Sifat air yang demikian
Universitas Sumatera Utara
itu, disebut dengan air lunak (soft water) dan bila di minum rasanya relatif kurang segar. Derajat kekotoran air hujan sangat dipengaruhi oleh derajat pencemaran dari udara dimana hujan terjadi. Semakin tinggi tingkat pencemarannya, maka akan semakin banyak pula zat-zat pencemar yang dibawa turun oleh air hujan. Hal ini tidak berlangsung lama, karena beberapa menit setelah hujan, maka air hujan tersebut relatif bersih dari zat-zat pencemar. Dengan kurangnya zat mineral yang terkandung di dalamnya maka tambahan garam mineral dalam makanan sangat dibutuhkan, yaitu untuk mengurangi akibat kekurangan zat mineral tertentu seperti sakit gondok. Penggunaan air hujan sebagai sumber air minum dalam masyarakat maupun secara perorangan adalah merupakan jalan terakhir, apabila sumber air lain tidak bisa dimanfaatkan (Sanropie, 1984). Selain itu air juga bersumber dari air permukaan, yaitu berupa air sungai, air danau maupun waduk adalah merupakan air yang kurang baik untuk langsung di konsumsi oleh manusia, karena itu perlu adanya pengolahan terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan. Air juga dapat bersumber dari air tanah yaitu air yang tersimpan/ terperangkap di dalam lapisan batuan yang mengalami pengisian/penambahan secara terus menerus oleh alam. Menurut Sanropie (1984), keuntungan penggunaan air tanah adalah (1) pada umumnya dapat dipakai tanpa pengolahan lebih lanjut, (2) paling praktis dan ekonomis untuk mendapatkannya dan membaginya, (3) lapisan
tanah yang
menampung air dari mana air itu di ambil biasanya merupakan pengumpulan air alamiah. Sedangkan kerugian penggunaan air tanah adalah seringkali mengandung
Universitas Sumatera Utara
banyak mineral Fe (besi), Mn (mangan), Ca (calsium), dan sebagainya, dan biasanya membutuhkan pemompaan
2.2 Kualitas Air Kelayakan air dapat diukur secara kualitas dan kuantitas. Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain dalam air yang mencakup kualitas fisik, kimia dan biologis (Effendi, 2003).
2.2.1 Kualitas Fisik Menurut Kusnaedi (2004), syarat-syarat sumber mata air yang bisa digunakan sebagai air bersih adalah sebagai berikut : 1) Kekeruhan Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan fisik seperti berikut jernih atau tidak keruh. Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari bahan tanah liat. Semakin banyak kandungan tanah liat maka air semakin keruh. Derajat kekeruhan dinyatakan dengan satuan unit. 2) Tidak berwarna Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan. 3) Rasanya tawar Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin menunjukan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin
Universitas Sumatera Utara
disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik. 4) Tidak berbau Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami penguraian oleh mikroorganisme air. 5) Temperaturnya normal Air yang baik harus memiliki temperatur sama dengan temperatur udara (20 - 29 0C). Air yang secara mencolok mempunyai temperatur di atas atau di bawah temperatur udara berarti mengandung zat-zat tertentu yang mengeluarkan atau menyerap energi dalam air. 6) Tidak mengandung zat padatan Bahan padat adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada penguapan dan pengeringan
pada
suhu 103-105 0C. Sedangkan berdasarkan
Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/ MENKES/ SK/VII/2002, persyaratan fisik air adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1.Persyaratan Kualitas Air Bersih Secara Fisik No Parameter Satuan 1 Warna TCU 2 Rasa dan Bau 0 3 Temperatur C 4 Kekeruhan NTU Sumber : Depkes RI, 2002
Kadar Maksimum 15 Suhu udara ±3 0C 5
Keterangan Tidak Berbau Berasa
dan
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Kualitas Kimia Kualiats air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia sebagai berikut : a) pH netral. pH
adalah
merupakan
istilah
yang
digunakan
untuk
menyatakan
intensitas keadaan asam atau basa sesuatu larutan (Sutrisno, 2004:32). Skala pH diukur dengan pH meter atau lakmus. Air murni mempunyai pH 7. Apabila pH di bawah 7 berarti air bersifat asam, sedangkan bila di atas 7 bersifat basa (rasanya pahit) (Kusnaedi, 2004). b) Tidak mengandung bahan kimia beracun. Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun seperti Sianida Sulfida, Fenolik (Kusnaedi, 2004) c) Tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam. Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion-ion logam seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Cl, Cr, dan lain-lain (Kusnaedi, 2004). d) Kesadahan rendah. Kesadahan adalah merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya ion- ion (kation) logam valensi dua (Sutrisno,2004). Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam-garam yang terlarut di dalam air terutama garam Ca dan Mg (Kusnaedi, 2004).
Universitas Sumatera Utara
e) Tidak mengandung bahan organik. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/ MENKES/ SK/VII/2002, persyaratan kimia air adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Persyaratan Kualitas Air Secara Kimia No
Parameter
1 Antimon 2 Air Raksa 3 Arsenic 4 Barium 5 Boron 6 Kadmium 7 Kadmium (Valensi 6) 8 Tembaga 9 Sianida 10 Flourida 11 Timbal 12 Molydenum 13 Nikel 14 Nitrat 15 Nitrit 16 Selenium Sumber : Depkes RI, 2002
Satuan mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
Kadar Maksimum 0,005 0,001 0,01 0,7 0,3 0,003 0,05 2 0,07 1,5 0,01 0,07 0,02 50 3 0,01
2.2.3. Kualitas Bakteriologis Air tidak boleh mengandung Coliform. Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia (Sutrisno,2004). Berdasarkan Kempenkes RI Nomor 907/ MENKES/SK/VII/2002, persyaratan bakteriologis air minum adalah dilihat dari Coliform per 100 ml sampel air dengan kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 0 (nol).
Universitas Sumatera Utara
Menurut
peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
907/Menkes/SK/VII/2002, Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak. Air bersih didapat dari sumber mata air yaitu air tanah, sumur, air tanah dangkal, sumur artetis atau air tanah dalam. Air bersih ini termasuk golongan B yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum. Kualitas air bersih apabila ditinjau berdasarkan kandungan bakterinya menurut SK. Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK Pedoman Kualitas Air Tahun 2000/2001, dapat dibedakan ke dalam 5 kategori sebagai berikut. 1. Air bersih kelas A ketegori baik mengandung total Coliform kurang dari 50 2. Air bersih kelas B kategori kurang baik mengandung Coliform 51-100 3. Air bersih kelas C kategori jelek mengandung Coliform 101-1000 4. Air bersih kelas D kategori amat jelek mengandung Coliform 1001-2400 5. Air bersih kelas E kategori sangat amat jelek mengandung Coliform lebih 2400
2.3. Penyakit yang Ditularkan Melalui Air Adapun penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air maupun yang berasal dari air dapat dibagi menjadi 4 bagian menurut agen penularannya (1) Water Borne Disease, terjadi apabila kuman penyebab penyakit berada di dalam air. Jika air yang mengandung kuman tersebut terminum, maka dapat
Universitas Sumatera Utara
terjadi penjangkitan penyakit pada yang bersangkutan, diantaranya penyakitpenyakit kolera, thypoid, hepatitis infecsia, disentri gastroentritis. (2) Water Washed Disease, cara penularan penyakit ini berkaitan erat dengan air bagi kebersihan umum, terutama alat-alat dapur, makanan dan kebersihan perorangan. Kelompok penyakit ini adalah penyakit menular saluran pencernaan, kulit dan mata. Hal ini dapat diatasi dengan terjaminnya kebersihan, yaitu tersedianya air yang cukup untuk mencuci, mandi dan kebersihan perorangan. (3) Water Based Disease, dalam siklus penyakit ini memerlukan pejamu sementara (Intermediate Host) yang hidup di dalam air. (4) Water Related Insect Vector, air merupakan salah satu unsur alam yang harus ada di lingkungan manusia. Selain itu juga dapat dijadikan sebagai tempat perindukan dan perkembang biakan bagi beberapa Insecta sebagai vektor penyebar penyakit, seperti; malaria dengue, dan tripanosomiasis. Proses terjadinya suatu penyakit dapat dijelaskan dalam 4 simpul guna memudahkan melakukan manajemen suatu penyakit. Empat simpul tersebut terdiri dari (1) simpul satu yang disebut sumber penyakit, (2) simpul dua yaitu media transmisi penyakit, (3) simpul tiga perilaku pemajanan, dan (4) simpul empat kejadian penyakit, seperti pada gambar berikut:
Universitas Sumatera Utara
Manajemen PM
Sumber - Alamiah - Industri - dll
Ambient Transmisi melalui Udara dan Air Makanan
Manusia - Kependudukan - Populasi at risk
Dampak - Akut & Subakut - Sehat
Iklim dan Topografi Gambar 2.1. Model Manajemen Penyakit Menular Sumber : Achmadi, UF, (2008). Berikut dapat dijelaskan proses terjadinya gangguan kesehatan akibat penggunaan air yang tidak memenuhi syarat kesehatan (Achmadi, 2008) (1) Simpul 1, yaitu sumber penyakit Sumber penyakit adalah titik mengeluarkan atau mengemisikan agent penyakit, yaitu komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan melalui kontak langsung atau terhirup atau melalui perantara. Agent penyebab terjadinya keluhan penyakit berbasis penularan air dapat berupa kuman dan bakteri, dan kandungan bahan kimiawi yang tidak ditoleransi. (2) Media Transmisi Penyakit Media transmisi penyakit merupakan komponen-komponen yang berperan memindahkan agent penyakit ke dalam tubuh manusia. Ada lima media transmisi yang lazim menjadi transmisi agent penyakit yaitu (1) udara, (2) air, (3) tanah/pangan, (4) binatang/serangga, dan (5) manusia/langsung.
Universitas Sumatera Utara
(3) Perilaku pemajanan/pengguna Air Agent penyakit, dengan atau tanpa menumpang komponen lingkungan lain, masuk ke dalam tubuh melalui suatu proses yang disebut hubungan interaktif, yang disebut perilaku pemajanan. Perilaku pemajanan adalah jumlah kontak antara manusia dengan komponen lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit seperti keluhan gatal-gatal atau gangguan kulit dan pencernaan. (4) Kejadian Penyakit Simpul keempat ini ini merupakan outcome hubungan interaktif manusia dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan. Kejadian penyakit tersebut dapat diidentifikasi melalui diagnosis secara laboratorium maupun anamnase, atau pengukuran-pengukuran lainnya tergantung penyakit yang dialami.
2.4. Hubungan Kualitas Air dengan Gangguan Kesehatan Masyarakat Bahaya atau resiko kesehatan yang berhubungan dengan pencemaran air secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni bahaya langsung dan bahaya tak langsung. Bahaya langsung terhadap kesehatan manusia/masyarakat dapat terjadi akibat mengkonsumsi air yang tercemar atau air dengan kualitas yang buruk, baik secara langsung diminum atau melalui makanan, dan akibat penggunaan air yang tercemar untuk berbagai kegiatan sehari-hari. Kualitas air baik fisik, kimia dan biologis berdampak terhadap kesehatan masyarakat. Penggunaan air yang tidak memenuhi
syarat
kesehatan
berimplikasi
terhadap
keluhan
penyakit
bagi
penggunanya.
Universitas Sumatera Utara
Berikut ini dapat dijelaskan beberapa dampak kualitas air terhadap keluhan kesehatan, yaitu sebagai berikut:
2.4.1
Hubungan Kualitas Fisik Air dengan Gangguan Kesehatan Masyarakat Kualitas fisik air dapat dilihat dari indikator bau, rasa, kekeruhan, suhu, warna
dan jumlah zat padat terlarut. Jumlah zat padat terlarut biasanya terdiri atas zat organik, garam anorganik, dan gas terlarut. Bila jumlah zat padat terlarut bertambah, maka kesadahan air akan naik, dan akhirnya berdampak terhadap kesehatan. Kekeruhan air disebaban oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat organik, maupun anorganik. Zat anorganik biasanya berasal dari lapukan tanaman atau hewan, dan buangan industri juga berdampak terhadap kekeruhan air, sedangkan zat organik dapat menjadi makanan bakteri, sehingga mendukung pembiakannya, dan dapat tersuspensi dan menambah kekeruhan air. Air yang keruh sulit didisinfeksi, karena mikroba terlindung oleh zat tersuspensi tersebut, sehingga berdampak terhadap kesehatan, bila mikroba terlindung menjadi patogen (Soemirat, 2001). Air dengan rasa yang tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang membahayakan kesehatan, seperti rasa logam. Berdasarkan aspek suhu air, diketahui bahwa suhu air yang tidak sejuk atau berlebihan dari suhu air yang normal akan mempermudah reaksi zat kimia, sehingga secara tidak langsung berimplikasi terhadap keadaan kesehatan pengguna air (Slamet, 2001). Selain aspek warna air juga berdampak terhadap kesehatan, artinya sebaiknya air minum tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah keracunan dari
Universitas Sumatera Utara
berbabagi zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat disebabkan adanya tanin dan asam humat atau zat organik, sehingga bila terbentuk bersama klor dapat membentuk senyawa kloroform yang beracun, sehingga berdampak terhadap kesehatan pengguna air (Slamet, 2001).
2.4.2. Hubungan Kualitas Kimia Air dengan Gangguan Kesehatan Masyarakat Kualitas kimia air dapat bersifat kimia organik dan anorganik. Kedua jenis kimia ini dapat berdampak terhadap kesehatan pengguna air. A. Kimia Organik Kimia organik dapat beragam jenis, dan masing-masing mempunyai dampak terhadap kesehatan. Berikut ini beberapa jenis kimia organik yang lazim terdapat dalam air dan berhubungan dengan terjadinya penyakit pada pengguna air, yaitu: (1) Hg (Air Raksa) Air raksa atau mercury adalah unsur logam yang termasuk logam berat yang bersifat racun terhadap tubuh manusia. Biasanya secara alami ada dalam air dengan konsentrasi yang sangat kecil. Pencemaran air atau sumber air oleh merkuri umumnya akibat limbah yang berasal dari industry (Soemirat, 2001). Pada tahun 1950an, kasus pencemaran oleh logam berat khusunya merkuri telah terjadi di teluk Minamata Jepang, dan telah meracuni penduduk di daerah sekitar teluk Minamata tersebut. Logam merkuri atau air raksa (Hg) ini dapat terakumulasi di dalam produk perikanan atau tanaman dan jika produk tersebut dimakan oleh manusia akan dapat
Universitas Sumatera Utara
terakumulasi di dalam tubuh. Akumulasi logam Hg ini dapat meracuni tubuh dan mengakibatkan kerusakan permanen terhadap sistem saraf, dengan gejala sakit-sakit pada seluruh tubuh. Oleh karena itu, di Jepang, penyakit karena kercunan merkuri (Hg) dinamakan penyakit Itai-itai yang berarti sakit-sakit, atau sering disebut juga dengan penyakit Minamata (Minamata disease). (2) Aluminium (Al) Aluminium (Al) adalah metal yang dapat dibentuk, dan karenanya banyak digunakan, sehinggga terdapat banyak di lingkungan dan didapat pada berbagai jenis makanan. Sumber alamiah Al adalah bauxit dan cryolit. Industri kilang minyak, peleburan metal, serta lain-lain industri pengguna Al merupakan sumber buatan. Orang belum yakin apakah Al beracun. Tetapi dalam dosis tinggi dapat menimbulkan luka pada usus. Aluminium (Hg) yang berbentuk debu akan diakumulasikan di dalam paru-paru. Al juga dapat meyebabkan iritasi kulit, selaput lendir, dan saluran pernapasan (Soemirat, 2001). (3) Arsen (As) Arsen (As) adalah logam yang mudah patah, berwarna keperakan dan sangat toxik. Arsen (As) elemental didapat di alam dalam jumlah tanggi sangat terbatas; terdapat bersama-sama Cu, sehingga didapatkan produk sampingan pabrik peleburan Cu. Arsen (As) sudah sejak lama sering digunakan untuk racun tikus; dan keracunan arsen pada manusia sudah sangat dikenal, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Keracunan akut menimbulkan gejala diare disertai darah, disusul dengan koma, dan apabila dibiarkan dapat menyebabkan kematian. Secara kronis keracunan
Universitas Sumatera Utara
arsen dapat menimbulkan anorexia, kolk, mual, diare atau konstipasi, pendarahan pada ginjal, dan kanker kulit. Arsen (As) dapat menimbulkan iritasi, alergi, dan cacat bawaaan. Dimasa lampau, Arsen (As) dalam dosis kecil digunakan sebagai campuran tonikum, tetapi kemudian ternyata bahwa Arsen (As) ini dapat menimbulkan kanker kulit pada peminumnya (Soemirat, 2001). (4) Barium (Ba) Barium (Ba) juga suatu metal, berwarna putih. Sumber alamiah Barium (Ba) adalah BaSO4 dan BaCO3. Barium digunakan di dalam industri gelas, keramik, textil, plastik, dan lain-lain. Sama halnya dengan aluminium, barium juga didapat banyak di dalam lingkungan. Dalam bentuk debu barium dapat terakumulasi di dalam paruparu, dan menyebabkan fibrososis, terkenal sebagai Baritosis. Barium yang larut dalam cairan tubuh seperti barium klorida atau sulfida bersifat racun terhadap tubuh. Barium merupakan stimultan jaringan otot, termasuk otot polos. Keracunan barium dapat menghentikan otot-otot jantung dalam satu jam. Pada fase akhir keracunan, biasanya terjadi juga kelumpuhan urat syaraf . Sampai saat ini barum sulfat yang tidak larut di dalam cairan tubuh masih bisa digunakan orang dalam pembuatan foto kontras di rumah sakit (Soemirat, 2001). (5) Besi (Fe) Besi atau Ferrum (Fe) adalah metal berwarna abu-abu, liat, dan dapat di bentuk. Di alam didapat sebagai hematit. Didalam air minum Fe menimbulkan warna (kuning), rasa, pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan. Besi dibutuhkan tubuh dalam pembentukan Hemoglobin. Banyaknya Fe
Universitas Sumatera Utara
didalam tubuh dikendalikan pada fase absorbsi. Tubuh manusia tidak dapat mengexkresikan Fe. Karenanya mereka yang sering mendapat tranfusi darah, warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe. Sekalipun Fe itu diperlukan tubuh, tetapi dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian seringkali disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini. (Soemirat, 2001). (6) Fluorida Fluorida adalah senyawa Fluor. Fluor (F) adalah halogen yang sangat reaktif, karena di alam selalu di dapat dalam bentuk senyawa. Fluorida anorganik bersifat lebih toxis dan lebih iritant daripada organik. Keracunan kronis menyebbkan orang menjadi kurus , pertumbuhan tubuh terganggu, terjadi fluorosis gigi serta kerangka. Dan gangguan pencernaan yang dapat disertai dehidrasi. Pada kasus keracunan berat dapat terjadi cacat tulang, kelumpuhan, dan kematian. Baru-baru ini penelitian tentang senyawa fluorida pada tikus memperhatikan adanya hubungan yang bermakna antara fluorida dengan kanker tulang . Hal ini tentunya meresahkan para dokter gigi yang menggunakan senyawa fluor sebagai pencegah caries dentis. Juga para ahli penyediaan air bersih perlu meninjau kembali manfaat fluoridasi air, serta standar air minum bagi fluorida. (7) Cadmium (Cd) Cadmium (Cd) adalah metal berbentuk kristal putih keperakan. Cadmium didapat bersama-sama Zn (Seng), Cu (Calsium), Pb (Timbal), dalam jumlah yang kecil. Cadmium didapat pada industri pemurnian Zn, pestisida, dan lain-lain. Tubuh manusia tidak memerlukan cadmium dalam fungsi pertumbuhannya, karena cadmium
Universitas Sumatera Utara
sangat beracun bagi manusia. Keracunan akut akan menyebabkan gejala gastrointestial, dan penyakit ginjal. Gejala klinis keracunan cadmium sangat mirip dengan penyakit glomerulo-nephiritis biasa. Hanya pada fase lanjut dari keracunan cadmium ditemukan pelunakan dan fraktur (patah) tulang punggung. Di Jepang sakit pinggang ini dikenal sebagai penyakit “Itai-Itai Byo”gejalanya adalah sakit pinggang, patah tulang, tekanan darah tinggi, kerusakan ginjal, gejala seperti influenza, dan sterilitas pada laki-laki (Soemirat, 2001). Konsentrasi cadmium dalam air olahan (finished water) yang dipasok oleh Perusahaann Air Minum (PAM) umumnya sangat rendah, karena umumnya senyawa alami senyawa cadmium ini jarang terdapat di dalam sumber air baku, atau jika ada konsentrasinya di dalam air baku sangat rendah. Selain itu dengan pengolahan air minum secara konvesional, senyawa cadmium ini dapat dihilangkan dengan efektif. Air minum biasanya mengandung cadmium dengan konsentrasi 1 µg, atau kadangkadang mencapai 5 µg dan jarang yang melebihi 10 µg. Pada beberapa wilayah tertentu yang struktur tanahnya banyak mengandung cadmium, air tanahnya kadang juga mengandung cadmium dengan konsentrasi agak tinggi. Konsentrasi cadmium dalam air minum yang cukup tinggi, kemungkinan juga dapat terjadi pada wilayah yang dipasok dengan air dengan pH yang sedikit asam. Hal ini disebabkan karena pada pH yang agak asam bersifat korosif terhadap sistem plumbing atau bahan sambungan perpipaan yang mengandung cadmium. Tingkat konsentrasi kadmium ini merupakan fungsi berapa lama air kontak/berhubungan dengan sistem perpipaan (plumbing system), dan sebagai akibatnya apabila dilakukan pemeriksaan contoh pada
Universitas Sumatera Utara
lokasi yang sama, seringkali terdapat variasi tingkat konsentrasi. Oleh karena itu untuk mendapatkan konsentrasi rata-rata yang akurat, memerlukan data yang cukup banyak. Keracunan oleh cadmium menunjukkan gejala yang mirip dengan gejala penyakit akibat keracunan senyawa merkuri (Hg) atau penyakit Minamata. Berdasarkan baku mutu air minum yang dikeluarkan oleh WHO (2002), kadar cadmium maksimum dalam air minum yang dibolehkan yakni 0,01 mg/l, sedangkan menurut Peraruran Pemerintah Republik Indonesia No: 20 Tahun 1990, kadar maksimum kadmium dalam air minum yang dibolehkan yakni 0,005 mg/L. (8) Kesadahan Kesadahan dapat menyebabkan pengendapan pada dinding pipa. Kesadahan yang tinggi di sebabkan sebagian besar oleh Calcium, Magnesium, Strontium, dan Ferrum. Masalah yang timbul adalah sulitnya sabun membusa, sehingga masyarakat tidak suka memanfaatkan penyediaan air bersih tersebut. (9) Klorida Klorida adalah senyawa hologen Klor (CL). Toksisitasnya tergantung pada gugus senyawanya. Misalnya NaCL sangat tidak beracun, tetapi karboksil klorida sangat beracun. Di Indonesia, Klor digunakan sebagai desinfektan dalam penyediaan air minum. Dalam jumlah banyak, klorida akan menimbulkan rasa asin, korosif pada pipa sistem penyediaan air panas. Sebagai desinfektan, sisa klor didalam penyediaan air sengaja di dipertahankan dengan konsentrasi sekitar 0,1 mg/l untuk mencegah terjadinya rekontaminasi oleh mikroorganisme patogen, tetapi klor ini dapat terikat
Universitas Sumatera Utara
senyawa organik berbentuk hologen-hidrokarbon
(Cl-HC) banyak diantaranya
dikenal sebagai senyawa Karsinogenik. Oleh karena itu, diberbagai negara maju sekarang ini, klorinisasi sebagai proses desinfektan tidak lagi digunakan. (10) Mangan (Mn) Mangan (Mn) adalah metal abu-abu-kemerahan. Keracunan seringkali bersifat kronis sebagai akibat inhalasi debu dan uap logam. Gejala yang timbul berupa gejala susunan urat syaraf: insomnia, kemudian lemah pada kaki dan otot muka sehingga expresi muka menjadi beku dam muka tampak seperti topeng (mask). Bila pemaparan berlanjut maka, bicaranya melambat dan monoton, terjadi hyperrefleksi, clonus pada patella dan tumit, dan berjalan seperti penderita parkinson. Selanjutnya akan terjadi paralysis bulbar, post encephalitic parkinson, multiple sclerosis, amyotrophic lateral sclerosis, dan degenerasi lentik yang progresif. Keracunan mangan ini adalah salah satu contoh, dimana kasus keracunan tidak menimbulkan gejala muntah berak, sebagaimana orang awam selalu memperkirakannya. Didalam penyediaan air, seperti halnya Fe (besi), Mn (mangan) juga menimbulkan masalah warna, hanya warnanya ungu/hitam. (11) Natrium (Na) Natrium elemental (Na) sangat reaktif, karena bila berada didalam air akan terdapat sebagai suatu senyawa. Natrium sendiri bagi tubuh tidak merupakan benda asing, tetapi toxisitasnya tergantung pada gugus senyawanya. NaOH, atau hidroxida, natrium sangat korosif, tetapi NaCL justru dibutuhkan oleh tubuh .
Universitas Sumatera Utara
(12) Nitrat, Nitrit Nitrat dan Nitrit dalam jumlah besar dapat menyebabkan gangguan GI (Gastro Intestinal), diare campur darah, disusul oleh konvulsi, koma, dan bila tidak tertolong akan meningggal. Keracunan kronis menyebabkan depresi umum, sakit kepala, dan gangguan mental. Nitrit terutama bereaksi dengan haemoglobin dan memebentuk Methemoglobin
Methemoglobin akan
(metHb).
menimbulkan
Dalam
jumlah
melebihi
Methemoglobinemia.
Pada
normal bayi
Methemoglobinemia sering dijumpai karena pembentukan enzim untuk mengurai Methemoglobinemia menjadi Haemoglobin masih belum sempurna. Sebagai akibat Methemoglobinemia, bayi akan kekurangan oxigen, maka mukanya akan tampak biru, karenanya penyakit ini juga dikenal sebagai penyakit ‘blue babies’. Salah satu contoh sumber pencemaran nitrat terhadap air minum yakni akibat kegiatan pertanian. Meskipun pencemaran nitrat juga dapat terjadi secara alami, tetapi yang paling sering yakni akibat pencemaran yang berasal dari air limbah pertanian yang banyak mengandung senyawa nitrat akibat pemakaian pupuk nitrogen (urea). Senyawa nitrat dalam air minum dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan methaemoglobinemia, yakni kondisi dimana haemoglobin di dalam darah berubah menjadi methaemoglobin sehingga darah menjadi kekurangan oksigen. Hal ini dapat mengakibatkan pengaruh yang fatal, serta dapat mengakibatkan kematian khususnya pada bayi.
Universitas Sumatera Utara
(13) Perak Perak atau Argentum (Ag) adala metal berwana putih. Argentum didapat pada industri antara lain industri alloy, keramik, gelas, fotografi, cermin, dan cat rambut. Bila masuk kedalam tubuh, argentum akan diakumulasikan di berbagai organ dan menimbulkan pigmentasi kelabu, disebut Argyria. Pigmentasi ini bersifat permanen, karena tubuh tidak dapat mengekskresikannya. Sebagai debu, senyawa argentum dapat menimbulkan iritasi kulit, dan menghitamkan kulit (argyria). Bila terikat nitrat, argentum akan menjadi sangat korosif. Argyria sistemik dapat juga terjadi, karena perak diakumulasikan didalam selaput lendir dan kulit. (14) Selenium Selenium adalah logam berat yang berbau bawang putih. Selenium juga didapat antara lain pada industri gelas, kimia, plastik, dan semikonduktor. Dalam dosis besar selenium akan menyebabkan gejala GI (Gastro Intestinal) seperti muntah dan diare. Bila pemaparan berlanjut, maka akan terjadi gejala gangguan susunan urat saraf seperti hilangnya reflex-reflex, iritasi cerebral, konvulsi, dan dapat juga menyebabkan kematian. Selenium merupakan racun sistemik, dan mungkin juga bersifat karsinogenik. Selenium dalam air dengan konsentrasi yang agak tinggi biasanya terdapat di daerah seleniferous. Berdasarkan penelitian terhadap tikus betina, LD50 akut melalui mulut untuk sodium selenate yakni 31,5 mg/kg berat tubuh, dan berdasarkan pengetesan toksisitas akut terhadap tikus, menunjukkan penurunan gerakan spontan, pernafasan yang cepat dan hebat, diare dan selanjutnya mati karena
Universitas Sumatera Utara
susah bernafas. Gejala subakut meliputi menurunnya laju pertumbuhan, terjadi hambatan terhadap intake makanan, dan keluarnya cairan kotoran (tinja). Bedasarkan penelitian toksisitas baik akut maupun subakut dari selenium tersebut maka WHO menetapkan kadar maksimun selenium yang dibolehkan dalam air minum yakni 0,01 mg/l, dan menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tanggal 29 Juli 2002, kadar maksimum selenium dalam air minum yang dibolehkan juga 0,01 mg/L. (15) Seng (Zn) Seng (Zn) adalah metal yang didapat antara lain pada industri alloy, keramik, kosmetik, pigmen, dan karet. Toxisitas Zn pada hakekatnya rendah. Tubuh memerlukan Zn untuk proses metabolisme, tetapi dalam kadar tinggi dapat bersifat racun. Didalam air akan menimbulkan rasa kesat, dan dapat menimbulkan gejala diare. Seng menyebabkan warna air menjadi opalescent, dan bila dimasak akan menimbulkan endapan seperti pasir. (16) Sulfat Sulfat bersifat iritan bagi saluran gastro intestinal, bila dicampur dengan magnesium atau natrium. Jumlah MgSO4 yang tidak terlalu besar sudah dapat menimbulkan diare. Sulfat pada boiler menimbulkan endapan (hard scales), demikian pula heat exchanger. (17) Sulfida Senyawa sulfida menimbulkan rasa dan bau, bersifat korosif dan iritan. Dalam dosis tinggi merusak SSP (Susunan Saraf Pusat). Keracunan biasanya jarang terjadi,
Universitas Sumatera Utara
karena zat ini berbau busuk. Bila orang sempat menjauh, maka tidak akan keracunan. Tetapi apabila sulfida ini berbentuk gas yang menjalar cepat, sehingga tidak sempat melarikan diri, maka orang dapat menderita keracunan akut yang mematikan dalam waktu singkat karena asphyxia. (18) Tembaga (Cu) Tembaga (Cu) sebetulnya diperlukan untuk perkembangan tubuh manusia. Tetapi, dalam dosis tinggi dapat meyebabkan gejala GI (Gastro intestinal), SSP (Susunan Saraf Pusat), ginjal, hati, muntaber, pusing kepala, lemah, anemia, kramp, konvulsi, shock, koma, dan dapat meninggal.
(19) Timbal (Pb) Timbal atau plumbum (Pb) adalah metal kehitaman. Dahulu digunakan sebagai kontituen di dalam cat, dan saat ini banyak di gunakan dalam bensin. Pb organik TEL (Tetra Ethyl Lead) sengaja ditambahkan kedalam bensin untuk meningkatkan oktan. Pb pada racun adalah sistemik. Keracunan Pb akan menimblkan gejala: rasa logam di mulut, garis hitam pada gusi, gangguan GI (Gastro Intestinal), anorexia,
muntah-muntah,
encephalitis,
irritable,
perubahan
kepribadian,
kelumpuhan, dan kebutaan. Basophilic stippling dari sel darah merah merupakan gejala patogenomonis bagi keracunan Pb. Gejala lain dari keracunan ini berupa anemia dan albuminuria. Pb organik cenderung menyebabkan encephalopathy. Pada keracunan akut, akan terjadi meninges dan ceberal, diikuti dengan stupor, coma, dan kematian. Tekanan liquor cerebro-spinalis (LCS) tinggi, insomnia.
Universitas Sumatera Utara
B. Kimia Organik Kimia organik juga berdampak terhadap kesehatan jika torelansinya melebihi dari baku mutu air. Berikut ini dapat dijelaskan beberapa unsur kimia organik yang berkaitan dengan kesehatan, yaitu: (1) Aldrin dan diedrin Aldrin (C12H8C16), bebentuk kristal, dan dapat digunakan sebagai insektisida. Merupakan racun sistemik. Dapat menimbulkan keracunan yang akut ataupun kronis. Aldrin juga merupakan suatu iritan, dapat menyebabkan konvulsi, depresi, dan dapat merusak hati dalam 1- 4 jam. Bila dipanaskan Aldrin akan terurai dan mengeluarkan forgen dan HCI yang toxis. Deidrin (C12H10C16), juga berbentuk kristal dan dapat digunakan sebagai insektisida. Toxisnya belum diketahui dengan jelas, sekalipun dapat diabsorbsi oleh kulit sehat. SSP (Susunan Saraf Pusat) dapat terstimulasi, dan terjadi anorexia, konvulsi dan koma. Pada hewan LD50-nya adalah lima kalinya LD50 DDT. Diedrin menyebabkan kulit telur unggas menjadi tipis, sehingga mudah pecah. Populasi burung Falco misalnya, menjadi berkurang karenanya. Pada tikus percobaaan, baik aldrin maupun diedrin dapat menimbulkan kanker dan mutasi. (2) Benzene Benzene atau benzol, C6H6, digunakan dalam industri sebagai pelarut lemak. Toxisitasnya dapat akut lokal, akut sistemik, maupun kronis. Benzene menyebabkan erythema, vesikel, dan udema. Pengaruhnya terhadap SSP (Susunan Saraf Pusat) bersifat narkotik dan anestetik. Pemaparan kronis menimbulkan hyplasia atau pun
Universitas Sumatera Utara
hyperplasia
sumsum
tulang
yang
mengakibatkan
anemia,
leucopenia,
thrombocytopenia, dan sangat mungkin menyebabkan leukemia. (3) Chlordane Chlordane adalah insektisida tergolong hidrokarbon terkhlorinasi, dan sering didapat sebagai pencemar air. Chlordane mudah sekali diabsorbsi kulit, menimbulkan hyperexitasi, dan konvulsi. Disebut pula sebagai penyebab kelainan darah, seperti thrombocytopenia (kekurangan thrombosit), agranulocytosis (tidak terdapat granulocyt), dan anemia aplastik. Bila di panaskan akan berdekomposisi dan mengeluarkan gas C12 yang beracun. (4) Chloroform Chloroform (CHCl3) juga merupakan hidrokarbon terkhlorinasi, suatu anestetik. Menimbulkan iritasi, dilatasi pupil, dan merusak hepar, jantung, dan ginjal. Keracunan chloroform dapat menimbulkan toxisitas akut dan sistemik, sedangkan efek kronis belum diketahui dengan jelas. Dahulu, chloroform digunakan sebagai anestetik, tetapi saat ini sudah disubtitusi dengan zat yang lebih aman. (5) Deterjen Deterjen ada yang bersifat kationik, anionik, maupun nonionik. Kesemuanya membuat zat yang lipofilik mudah terlarut dan menyebar di perairan. Selain itu, ukuran zat lipofilik menjadi lebih halus, sehingga mempertinggi toxisitas racun. Deterjen juga mempermudah absorbsi racun melalui insang. Deterjen adapula yang persisten, sehingga terjadi akumulasi. Seperti halnya dengan DDT, detergen jenis ini sudah tidak boleh digunakan lagi.
Universitas Sumatera Utara
(6) Senyawa Phenol Phenol mudah masuk lewat kulit sehat. Keracunan akut menyebabkan gejala gastro intestinal, sakit perut, kelainan koordinasi bibir mulut, dan tenggorokan. Dapat pula terjadi kerusakan usus. Keracunan kronis menimbulkan gejala gastro intestinal, kesulitan menelan, dan hypersalivasi, kerusakan ginjal dan hati, dan dapat diikuti kematian. Rasa air berubah dan phenol menjadi lebih terasa bila air tercampur khlor. (7) Pentakhlorophenol Rumus molekul Pentakhloropenol adalah C15C6-OH, disingkat sebagai PCP. Toxisitasnya baik yang akut maupun yang kronis ternyata menimbulkan lokal iritan, dan sistemik. Pemaparan yang kronis ternyata menimbulkan kerusakan pada hepar (hati), dan pada hewan percobaan dapat bersifat tertogenik. Bila di panaskan menimbulkan gas C12 yang toxis (Soemirat, 2001) 2.4.3. Hubungan Kualitas Masyarakat
Biologis
Air
dengan
Gangguan
Kesehatan
Berdasarkan aspek parameter biologis, diketahui parameter yang mempunyai dampak langsung terhadap kesehatan adalah adanya kandungan bakteri dan mikroba. Kelompok protozoa dalam air seperti cacing dan tungau merupakan jenis kuman parasitik yang berdampak terhadap kesehatan seperti kecacingan, skabies, sedangkan air yang terkontaminasi dengan bakteri dan virus juga dapat menyebabkan masalah kesehatan bagi penggunanya. Bakteri penyebab bawaan air terbanyak adalah salmonella thypi/parathypi, Shigella,
dan vebrio cholera, sedangkan penyakit
bersumber virus seperti Rotavirus, virus Hepatitis A, poliomyelitis,
dan virus
Universitas Sumatera Utara
trachoma. Eschericia coli adalah salah satu bakteri patogen yang tergolong Coliform dan hidup secara normal di dalam kotoran manusia maupun hewan sehingga Eschericia coli digunakan sebagai bakteri indikator pencemaran air yang berasal dari kotoran hewan berdarah panas(Fardiaz,1992). Total Coliform merupakan indikator bakteri pertama yang digunakan untuk menentukan aman tidaknya air untuk dikonsumsi. Bila coliform dalam air ditemukan dalam jumlah yang tinggi maka kemungkinan adanya bakteri patogenik seperti Giardia dan Cryptosporidium di dalamnya (Slamet,2001).
2.5. Perilaku Kesehatan Perilaku dalam penelitian ini adalah perilaku kesehatan yang berhubungan dengan terjadinya keluhan kesehatan pada pengguna air sumur di pesantren. Perilaku kesehatan tersebut didasarkan pada tiga domain perilaku yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. Menurut Subchan (2001) bahwa perilaku manusia terhadap sakit dan penyakit yaitu menyangkut dengan reaksinya baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan mempersepsi penyakit yang ada pada dirinya atau diluar dirinya) maupun aktif (tindakan atau praktik) yang dilakukan sehubungan dengan sakit maupun penyakit skabies. Terbentuknya perilaku baru dimulai dari pengetahuan yang kemudian menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap yang akhirnya menimbulkan respon yang lebih jauh yaitu tindakan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan yang diuraikan sebagai berikut : a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia merespon, baik secara pasif maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut. b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, adalah respon seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik yang modern maupun yang tradisional. c. Perilaku terhadap makanan, adalah respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan, adalah respon terhadap lingkungan sebagai determinan. 2.5.1. Pengetahuan Menurut Natoadmodjo (2007), pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai tingkat yang berbeda-beda termasuk dalam hal ini kemampuan santri dalam menjaga kesehatan individu dalam pencegahan terjadi keluhan penyakit maupun
dalam
perseorangan
pengobatan.
untuk
Pengetahuan
memelihara
kesehatan
tentang diri
usaha-usaha
sendiri,
kesehatan
memperbaiki
dan
mempertinggi nilai kesehatan, serta mencegah timbulnya penyakit.
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan dalam penelitian ini adalah menyangkut pengetahuan tentang definisi penggunaan air bersih, sumber air bersih, upaya hygiene perorangan, dan pencegahan penyakit yang ditularkan melalui air. 2.5.2. Sikap Domain dari perilaku lainnya adalah sikap. Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari Perilaku yang tertutup. Dengan kata lain sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Newcomb yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Menurut Ahmadi (2004) sikap dibedakan menjadi : (1) sikap positif, yaitu : sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan menerima, menyetujui terhadap norma – norma yang berlaku dimana individu itu beda, dan (2) sikap negatif, yaitu : menunjukkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berbeda. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan pendapat atau pernyataan respon terhadap suatu objek, secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan – pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden. Sikap dalam penelitian ini adalah pandangan atau respon terhadap menjaga sumber air minum, hyegiene perorangan, dan upaya pencegahan penyakit yang ditularkan melalui air.
Universitas Sumatera Utara
2.5.3. Tindakan Domain terakhir dari perilaku kesehatan adalah tindakan. Tindakan tersebut didasari pada penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahuinya, kemudian disikapi dan akhirnya mengambil keputusan untuk melakukannya. Tindakan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu bentuk nyata yang dilakukan dalam mencegah dan menanggulangi terjadinya keluhan penyakit yang berbasis penularan dari air. Tingkat-tingkat tindakan atau praktek adalah : 1. Persepsi (Perception), yaitu Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama., 2. Respon terpimpin (Guided respons) , yaitu dapat dilakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai pula dengan contoh adalah indicator praktek tingkat dua. 3. Mekanisme (Mecanism), yaitu Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar sesuai dengan secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. 4. Adaptasi (Adaptation), yaitu Adaptasi yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
2.6. Pesantren Pesantren adalah tempat mengaji, belajar agama Islam. Suatu lembaga pendidikan Islam dikatakan pesantren apabila terdiri dari unsur-unsur Kyai/ Syekh/
Universitas Sumatera Utara
Ustadz yang mendidik serta mengajar, ada santri yang belajar, ada mesjid/ musalla dan ada pondok/ asrama tempat para santri bertempat tinggal. Asrama adalah rumah pemondokan yang ditempati oleh santri-santri, pegawai dan sebagainya yang digunakan sebagai tempat untuk berlindung, beristirahat dan sebagai tempat bergaul antar sesama teman (Dariansyah, 2006). Pesantren telah berdiri sejak berkembangnya agama Islam yang di siarkan oleh orang Arab dan lokasinya tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan jumlah tidak kurang dari 40.000 pesantren, namun 80% dari padanya masih menghadapi persoalan air bersih dan rawan sanitasi lingkungan sehingga sering terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) termasuk penyakit skabies dan diare di pesantren. Pesantren terpadu adalah merupakan wahana pendidikan formal yang efektif dalam upaya meningkatkan pendidikan melalui jalur madrasah dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia dan membentuk manusia yang menguasai iman, taqwa, ilmu pengetahuan dan teknologi. Pesantren tradisional adalah tempat pendidikan dalam meningkatkan pengetahuan dan ketaqwaan kepada Allah tanpa dibatasi waktu atau umur dalam menuntut ilmu pada pesantren tersebut (Dinkes. NAD, 2005). Ramdani, (2008), mengatakan bahwa fungsi pesantren secara sederhana adalah tempat beristirahat dan menunaikan ibadah, mengaji dan melakukan kegiatan sehari-hari serta tempat berlindung dari keadaan lingkungannya. Arti dan fungsi pondok pesantren adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1) Tempat mengaji/belajar 2) Tempat untuk berlindung dari pengaruh lingkungan. 3) Tempat yang dapat memberi jaminan psikologis bagi penghuni seperti kebebasan, keamanan, kebahagiaan dan ketenangan. 4) Tempat atau lembaga pendidikan agama Islam. 5) Tempat beristirahat, dan tempat pemondokan para santri.
2.7. Landasan Teori Landasan teori dalam penelitian mengacu pada konsep teori Simpul bahwa terjadinya penyakit berbasis penularan air pada pengguna air di pesantren disebabkan oleh empat simpul yang mencakup: (1) Simpul pertama, yaitu sumber penyakit yaitu komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan melalui kontak langsung atau terhirup atau melalui perantara, seperti bakteri kuman dan bakteri, dan kandungan bahan kimiawi yang tidak ditoleransi. (2) Simpul kedua, yaitu media transmisi penyakit, dalam hal ini adalah air sumur atau air tanah yang digunakan di pesantren. (3) Simpul ketiga, yaitu perilaku pengguna Air, yaitu kebiasaan atau tindakan nyata yang dilakukan oleh pengguna air sumur atau air tanah di pesantren yang berpotensi terhadap terjadi keluhan penyakit. (4) Simpul ke empat, yaitu kejadian penyakit, adalah bukti nyata atau outcome dari keadaan kualitas air, dan perilaku pengguna yang dapat diidentifikasi
Universitas Sumatera Utara
melalui diagnosis secara laboratorium maupun anamnase, atau pengukuranpengukuran lainnya tergantung penyakit yang dialami, dan dalam penelitian ini adalah keluhan penyakit pengguna air sumur di pesantren yaitu keluhan saluran pencernaan, dan gangguan kulit. Menurut H.L Blum (1974), dalam Natoadmodjo (2007), bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Menurut Ahmadi (2008), bahwa penyakit berbasis air merupakan bagian dari jenis penyakit berbasis lingkungan seperti diare dan penyakit kulit. Ada dua faktor yang dominans yaitu sarana air bersih dan pembunagan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan prilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.
Universitas Sumatera Utara
2.8. Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.2. Perilaku Santri 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Tindakan Kualitas Air Sumur 1. Kualitas Fisik a. Warna b. Rasa c. Bau d. Suhu e. Kekeruhan 2. Kualitas Kimia a. Nitrat (NO3-) b. Nitrit (NO2-) c. Klorida (CL) d. Kesadahan (CaCO3) e. Besi (Fe) f. pH 3. Kualitas Bakteriologis a. E. Coli b. Total Bakteri Coliform
Lingkungan 1. Jarak Jamban 2. Sumber Pencemar 3. Genangan Air 4. Saluran Air Limbah 5. Keadaan Sumur
Keluhan Penyakit a. Gangguan Pencernaan b. Gangguan Kulit
Faktor Kesehatan Lain (1) Skabies (2) Auto imun (3) Alergi (4) Dermatitis (5) dll
Keterangan __________: variabel diteliti ---------------: variabel tidak diteliti Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan gambar 2.2 dapat dijelaksan bahwa variabel independen dalam penelitian ini mencakup variabel perilaku santri meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan, kualitas air sumur (fisik, kimia dan bakteriologis) , dan variabel keadaan lingkungan dilakukan observasi berupa jarak jamban, sumber pencemar genangan air, saluran air limbah dan keadaan sumur. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah keluhan penyakit berupa ganguan pencernaan dan gangguan kulit, mengingat kedua jenis keluhan ini merupakan keluhan paling dominan terjadi pada santri di pesantren tradisional di Kota Langsa berdasarkan sepuluh penyakit di puskesmas se-kota Langsa dan berdasarkan laporan keadaan kesehatan santri pesantren tradisional di Kota Langsa.
Universitas Sumatera Utara