IDENTIFIKASI PERUBAHAN PENGGUNAAN DAN PENUTUPAN LAHAN DI KOTA PALEMBANG DARI ZAMAN KLASIK HINGGA KEMERDEKAAN (683-2007)
MEILIYANI A34204009
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
SURAT PERNYATAAN Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul “IDENTIFIKASI PERUBAHAN PENGGUNAAN DAN PENUTUPAN LAHAN KOTA PALEMBANG DARI ZAMAN KLASIK HINGGA KEMERDEKAAN (683-2007) ” merupakan karya tulis saya pribadi dengan arahan Dosen Pembimbing, kecuali yang dengan jelas disebutkan rujukannya.
Bogor, Agustus 2008 Yang membuat pernyataan
Nama : Meiliyani NRP : A34204009
RINGKASAN MEILIYANI. A34204009. Identifikasi Perubahan Penggunaan dan Penutupan Lahan Kota Palembang dari Zaman Klasik hingga Kemerdekaan (Tahun 683-2007). (Dibimbing oleh ALINDA F. M. ZAIN dan ARMAIKI YUSMUR) Pembangunan suatu kota menyebabkan perubahan penutupan dan penggunaan lahan suatu kota. Hal ini terjadi karena meningkatnya jumlah penduduk yang diikuti oleh meningkatnya kebutuhan hidup masyarakat yang menyebabkan bertambahnya permintaan terhadap kebutuhan baik dari segi fisik, sosial, ekonomi maupun lingkungan. Pembangunan yang terjadi pada suatu daerah diikuti oleh perkembangan wilayah tersebut yang menyebabkan perubahan penutupan dan penggunaan lahan. Hal ini juga terjadi pada Kota Palembang sejak berkembangnya kota tersebut dari zaman Klasik hingga Kemerdekaan. Dalam perkembangannya, Kota Palembang memiliki aspek-aspek pertumbuhan internal (lokal) dan eksternal (regional). Aspek pertumbuhan eksternal erat kaitannya dengan pengaruh wilayah belakangnya (hinterland), sedangkan aspek internal erat pengaruhnya dengan struktur fisik kota, ekonomi, serta sosial budaya penduduknya. Kedua aspek tersebut membentuk fungsi dan peran Kota Palembang dengan lima dimensi (RIK Palembang 1974-1994) yaitu sebagai Kota Dagang, Kota Pemerintahan, Kota Industri, Kota Pendidikan dan Kota Wisata. Selain itu, Kota Palembang sebagai pusat konsentrasi penduduk yang terbesar menjadi pusat orientasi dan pusat pelayanan utama, baik untuk wilayah kota maupun untuk wilayah Provinsi Sumatera Selatan dan sekitarnya, seperti pusat distribusi pemasaran produk pertanian, pusat distribusi produk sekunder dan tersier yang datang dari luar daerah (Bappeda Kota Palembang, 2005). Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendeteksi perubahan penggunaan dan penutupan lahan di Kota Palembang sejak zaman Klasik hingga Kemerdekaan; mengamati perubahan proporsi ruang terbuka hijau Kota Palembang sejak zaman Klasik hingga Kemerdekaan; mengetahui trend serta faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan dan penutupan lahan di Kota Palembang sejak zaman Klasik hingga Kemerdekaan; melihat hubungan antara perubahan proporsi RTH dengan banjir yang terjadi di Kota Palembang dan menganalisis potensi banjir terhadan pelaksanaan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kota Palembang tahun 2005-2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian yang terdiri atas metode survei dan analisis peta. Proses penelitian dilakukan berdasarkan proses dalam sistem informasi geografi yang meliputi pengumpulan data, analisis awal, survei lapang, analisis lanjutan, dan penyajian hasil. Data yang digunakan dalam menganalisis perubahan penutupan dan penggunaan lahan adalah peta tua Kota Palembang tahun 1919, citra landsat tahun 1978, 1989, 2001 dan 2007, peta administrasi Kota Palembang, sejarah perkembangan Kota Palembang, data tata guna lahan, data pertumbuhan penduduk Kota Palembang dan data sosial ekonomi Kota Palembang dari masa ke masa. Semua data tersebut diolah menggunakan perangkat lunak Arc View, ArcGIS dan Erdas Imangine 8.5. Hasil akhir yang diperoleh dari proses analisis adalah peta penutupan lahan Kota
Palembang dari zaman ke zaman (Klasik-Kemerdekaan), proporsi ruang terbuka hijau Kota Palembang. Kota Palembang merupakan Kota tertua di Indonesia yang telah mengalami berbagai periode perkembangan kota, mulai dari zaman Klasik hingga Kemerdekaan. Sebagai Ibu Kota Provinsi Sumatera Selatan, Kota Palembang merupakan kota yang dinamis dan terus berkembang dari zaman Klasik hingga sekarang sehingga banyak terjadi perubahan fisik, sosial budaya maupun ekonomi. Hal ini berdambak positif dan negatif bagi perkembangan Kota Palembang. Perkembangan Kota Palembang pada zaman Klasik (683-1407), pada awal dibangunnya, kota Palembang telah ditata dengan baik menurut konsep yang didasarkan atas agama, yaitu konsep kosmologi, kesejajaran antara makro kosmos (jagad raya) dan mikro kosmos (dunia manusia). Tempat-tempat yang dianggap suci, seperti bangunan wihara dan candi ditempatkan di daerah yang tinggi jauh dari tepian sungai Musi, sedangkan pemukiman ditempatkan dekat dengan sungai atau di tepiannya. Pada zaman Kesultanan (1407-1821), sebagian besar Kota Palembang masih rawa. Pada bagian utara Kota Palembang terdapat lahan terbangun, sedangkan bagian selatan belum terlihat adanya lahan terbangun, dan masih didominasi oleh rawa. Pada zaman ini telah ada penataan tata ruang kota. Selain itu, pelabuhan Kota Palembang terkenal sebagai pelabuhan paling aman dan mempunyai peraturan paling baik pada zaman ini. Pada zaman Kolonial (1821-1945), peta yang digunakan adalah peta tahun 1919. Pada masa ini, Kota Palembang masih didominasi oleh ruang terbuka hijau yaitu 90,34%, dari total luas Kota Palembang saat itu sekitar 224 km. Sedangkan ruang terbangun sebesar 2,74%, badan air 6,92% dan ruang terbuka sebesar 0,01%. Ruang terbuka hijau saat itu didominasi oleh rawa, yaitu sebesar 73,84% dari luas keseluruhan Kota Palembang saat itu. Berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 1920 jumlah penduduk Kota Palembang saat itu adalah 73.720 jiwa dan terus meningkat di tahun 1930 menjadi 108.140 jiwa (Hasbullah, 1996). Pada zaman Kemerdekaan I (1945-1965) tidak ditemukan peta yang lengkap, sehingga tidak dapat diketahui keadaan lahan pada saat itu. Pada zaman ini, juga banyak dilakukan pembangunan, sehingga dapat diketahui lahan terbangun di Kota Palembang pada zaman ini bertambah. Pada zaman ini diketahui luas kota Palembang yang sempat bertambah 115 km2 pada tahun 1944, kembali menjadi 224 km2 pada zaman Kemerdekaan. Menurut data BPS jumlah penduduk zaman ini adalah 151.305 jiwa pada tahun 1945 dan terus meningkat di tahun 1961 menjadi 474.971 jiwa. Dari sini terlihat dengan bertambahnya penduduk, sarana dan prasarana dan fasilitas fisik lainnya ikut bertambah. Pada zaman Kemerdekaan II (1965-1999), data yang digunakan adalah citra landsat Kota Palembang tahun 1978 dan 1989. Pada zaman ini, persentase ruang terbuka hijau Kota Palembang masih dominan walaupun tetap mengalami penurunan. Persentase ruang terbuka hijau tahun 1978 adalah 84,42% yang didominasi oleh rawa sebesar 49,48%, sedangkan persentase lahan terbangun hanya sebesar 5,95%. Pada tahun 1989 persentase ruang terbuka hijaunya menurun menjadi 66,04% yang didominasi oleh rawa sebesar 28,13% dan persentase lahan terbangun meningkat hingga 19,46%. Pada zaman ini, banyak pembangunan yang telah dilakukan, yaitu pembangunan jalan-jalan, jembatan
penyebrangan, petak-petak pasar secara swadaya masyarakat, pusat perbelanjaan, pembangunan gedung pusat pemerintahan kotamadya, taman-taman kota, RSUD dan pemakaman. Selain itu juga banyak dibangun pemukiman, perkantoran dan indusri-industri. Jumlah penduduk pada zaman ini adalah 582.581 jiwa ditahun 1971 jiwa, kemudian terus meningkat hingga tahun 1995 mencapai 1.352.301 jiwa. Keadaan Kota Palembang pada zaman kemerdekaan III (1999-2007) adalah keberadaan lahan terbangun mulai meningkat pada tahun 2001 dan terus meningkat hingga tahun 2007. Dari hasil interpretasi, didapatkan proporsi ruang terbuka hijau pada tahun 2001 adalah 61,94 % yang didominasi oleh rawa sebesar 20,41% dan tahun 2007 adalah 58,04% yang juga didominasi rawa sebesar 15,99% dari luas total Kota Palembang, sedangkan terjadi peningkatan lahan terbangun menjadi 24,27% ditahun 2001 dan 35,74% ditahun 2007. Berdasarkan hasil regristrasi penduduk tahun 2006 adalah 1.451.776 jiwa dengan pertumbuhan jumlah penduduk 2,27 %. Trend perubahan proporsi ruang terbuka hijau menurun dari zaman Kolonial sampai zaman Kemerdekaan III. Hal ini dikarenakan banyaknya pengalifungsian ruang terbuka hijau menjadi lahan terbangun. Salah satu jenis RTH yang proporsinya menurun dari zaman Kolonial sampai zaman Kemerdekaan III adalah rawa. Hal inilah yang menyebabkan banyaknya air yang seharusnya ditampung oleh rawa tidak dapat ditampung oleh rawa sehingga terjadilah banjir. Dari hasil analisis persentasi RTH di Kota Palembang, didapat data presentase luasan RTH sebanyak 58,04% dari luasan Kota Palembang. Idealnya (menurut UU No 26 Tahun 2007) suatu kota mempunyai RTH 30% dari luas total wilayah kota. Peresentase luasan RTH di Kota Palembang lebih dari 30%, seharusnya dapat mengurangi dampak banjir, tetapi pada kenyataannya di Kota Palembang presentase luasan banjir meningkat sampai tahun 2004. Perlu diketahui bahwa ada beberapa jenis RTH yaitu rawa, kebun campuran, sawah, hutan/taman wisata, tegalan, rumput dan semak belukar. Tiap jenis RTH mempunyai fungsi dan kemampuan konservasi terhadap air yang berbeda. Fakta yang terjadi di Kota Palembang yaitu RTH yang dulunya didominasi oleh rawa, sekarang telah didominasi oleh kebun campuran yaitu sebesar 24,78%. Hal tersebut diakibatkan adanya konversi lahan dari rawa menjadi kebun campuran. Padahal diketahui bahwa kemampuan konservasi air rawa jauh lebih baik dari pada kebun campuran. Selain itu, penyebaran RTH yang tidak merata juga merupakan salah satu penyebab banjir. Dalam pelaksanaan RTRW 2005-2015, banyak area yang dahulunya rawa, sekarang telah menjadi sawah, kebun campuran, rumput dan semak, tegalan dan badan air akan diubah lagi menjadi lahan terbangun (permukiman, perkantoran, perdagangan dan jasa, industri dan sarana olahraga). Pada kenyataannya di lokasilokasi tersebut telah terjadi banjir. Jika hal tersebut terus dilakukan dan tidak dilakukan penanggulangan banjir, diperkirakan banjir akan meluas. Selain terjadi perubahan pada penutupan lahan, terjadi juga perubahan penggunaan lahan di beberapa titik di Kota Palembang. Perubahan yang terjadi baik secara fisik maupun fungsi. Perubahan penutupan dan penggunaan lahan di Kota Palembang dipengaruhi oleh faktor jumlah penduduk, Kota Palembang sebagai ibukota provinsi Sumatera Selatan, kondisi fisik lahan dan kebijakan pemerintah Kota Palembang.
© Hak Cipta milik Meiliyani, tahun 2008 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan pustaka suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar Meiliyani Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin Meiliyani
IDENTIFIKASI PERUBAHAN PENGGUNAAN DAN PENUTUPAN LAHAN DI KOTA PALEMBANG DARI ZAMAN KLASIK HINGGA KEMERDEKAAN (683-2007)
MEILIYANI A34204009
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Arsitektur Lanskap
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Identifikasi Perubahan Penutupan dan Penggunaan Lahan di Kota Palembang dari Zaman Klasik hingga Kemerdekaan ini. Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai syarat memperoleh gelar sarjana di Institut Pertanian Bogor. Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis baik dari segi moral maupun material. Pihak-pihak tersebut antara lain: 1. Dr. Ir. Alinda F. M. Zain, M.Si. selaku dosen pembimbing I skripsi dan pembimbing akademik, Armaiki Yusmur, S.Si selaku dosen pembimbing II skripsi. Terima kasih atas arahan, bimbingan dan saran yang telah diberikan kepada penulis dalam masa penyelesaian skripsi. 2. Dr. Ir Nurhayati H.S.A, Msc selaku dosen penguji. Terimakasih atas masukan, saran dan kritik yang telah diberikan. 3. Badan Arkeologi Kota Palembang, Ibu Vivi, Bappeda Kota Palembang atas bantuan datanya. 4. Temen-temen seperjuangan, Dyah, Dita, Fay untuk kebersamaan dan persaudaraan selama menjadi anak-anak ibu. 5. Teman-teman terbaik penulis Yuni, Dinny, Krishta, dan Lintang yang selalu memberi semangat dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Occy, Fida, Karin, Neno, Nana, Dayat, Sony, Imad, Anjar, Dimas, Sekar, Sari, Ria, Diena, Fuji, Diana, Tyas, Ipep, Buyung, Ozi, Intan, Dian, Deny, Syita, Putri, Fida, Dian, Ratih, Anggi, Cici, Piko, Hendi, Ridho. Terima kasih atas kebersamaannya di Lanskap 41. 7. Sahabat penulis Ven-Ven dan Selvi yang banyak memberi dukungan selama pembuatan sripsi ini. 8. Teman-teman kosan Vonti, Ai, Sio, Syerly, Wilin, Titin dan seluruh penghuni Perwira 44. Terima kasih atas kebersamaannya.
9. Okta, Tommy dan Dunan atas bantuannya. 10. Para staf Departemen Arsitektur Lanskap (Bu Yeni dkk), seluruh mahasiswa Arsitektur Lanskap angkatan 38,39,40,42,43. 11. Yang terakhir untuk keluargaku tercinta, Papa, Mama, Hen-hen, Chandra, Ngingin atas cinta, kasih sayang, dukungan moral dan material yang tiada hentinya dan tak terbatas bagi penulis selama masa tempuh pendidikan di IPB serta selama masa pengerjaan skripsi. Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam hasil skripsi ini. Walau demikian, dengan segala kekurangannya penulis tetap berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2008
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lubuk Linggau, Sumatera Selatan pada tanggal 23 April 1986. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Wijaya Putra dan Ibu Ellywaty. Pada tahun 1998 penulis lulus dari SD Xaverius, kemudian pada tahun 2001 penulis menyelesaikan studi di SLTP Xaverius. Selanjutnya penulis lulus SMU Xaverius pada tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI sebagai mahasiswa pada Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Selama menjalankan studi di IPB, penulis mengikuti kegiatan-kegiatan di luar akademik, seperti menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) dan anggota Persekutuan Mahasiswa Kristen Indonesia. Penulis juga pernah mengikuti beberapa pelatihan yang mendukung kegiatan akademis.