IDENTIFIKASI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DANPENGARUHNYATERHADAP LIMPASAN AIR PERMUKAAN
(Studi Kasus Kota Bogor)
TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ~1agister dari Institut Teknologi Bandung
Oleh: Dede Jajat Sudrajat 25404014
PROGRAl\1 STUDI PERENCANAAN \VILA YAH DAN KOTA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2005
IDENTIFIKASI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP LIMPASAN AIR PERMUKAAN (Studi Kasus Kota Bogor)
I Oleh: Dede Jajat Sudraja 25404014
Pembimbing :
Ir. NIA KURNIASIH PONTOH, MT. NIP: 131 353 688
11
IDENTIFIKASI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP LIMPASAN AIR PERMUKAAN (Studi Kasus Kota Bogor)
Oleh : DEDE JAJAT SUDRAJAT NIM: 25404014
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Bandung
Menyetuj ui/Mengetahui, Pembimbing : Tanggal :
Ir. NIA KURNIASIH PONTOH, MT. NIP : 131 353 688
Ketua Program Magister Perencanaan Wilayah dan Kota Program Pascasarjana Institut Teknologi Bandung
lll
!}§~fo,~~, "f? ~ {HU}_/'r,wb andfo, fJUA& ~ ~~y~
IV
ABSTRAK IDENTIFIKASI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP LIMPASAN AIR PERMUKAAN (Studi Kasus Kota Bogor) Oleh: Dede Jajat Sudrajat NIM: 25404014 Program Studi Perencanaan \Vilayah dan Kota Program Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung, 2005 Pembimbing: Ir. Nia Kurniasih Pontoh, MT.
Kota Bogor merupakan salah satu kota yang berfungsi sebagai counter magnet bagi DKI Jakarta yang mengalami laju perubahan penggunaan lahan cukup pesat. Hal ini berdampak pada semakin menyusutnya daerah resapan air dan meningkatnya limpasan air pennukaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan dan pengaruhnya terhadap limpasan air permukaan sebagai dasar dalam merumuskan strategi pengendalian penggunaan lahan dan limpasan air permukaan yang terjadi di Kota Bogor. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan identifikasi pola perubahan luas jenis-jenis penggunaan lahan selama kurun waktu 7 tahun (1995-2002) dengan pendekatan sh(ft share analysis dan memprediksi penggunaan lahan pada tahun 2009 dengan metode proyeksi shift share dan ekstrapolasi garis regresi serta menghitung laju limpasan air permukaan menggunakan rumus rasional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum teijadi pegeseran penggunaan lahan, yaitu ( 1) dari pertanian menjadi perumahan dan industri terjadi di Kecamatan Tanah Sareal, (2) dari pertanian menjadi perumahan teijadi di Kecamatan Bogor Selatan dan Bogor Timur, (3) dari perumahan menjadi perdagangan dan perkantoran terjadi di Kecamatan Bogor Tengah, dan (4) dari pertanian menjadi perumahan dan perkantoran di Kecamatan Bogor Barat, dan Bogor Timur. Proporsi daerah yang berfungsi resapan air pada tahun 2002 seluas 29,02% sedangkan berdasarkan rencana RTRW tahun 2009 adalah 11,95%, jauh lebih kecil dibandingkan hasil proyeksi sh((t share (16,40%) dan ekstrapolasi garis regresi (17,39%). Rencana penggunaan lahan dalam RTRW Kota Bogor kawasan memiliki kawasan terbangun yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil proyeksi, hal ini tentunya akan berdampak lebih besar terhadap lingkungan, khususnya limpasan yang terjadi. Peningkatan persentase limpasan yang terjadi dari tahun 2002 sampai 2009 berdasarkan proyeksi penggunaan lahan sh?fi share, ekstrapolasi garis regresi dan rencana dalam RTRW sebesar 33,26%, 32,33%, dan 37,71%. Dengan demikian, untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan maka perlu pengendalian limpasan air permukaan baik secara preventif (pengendalian penggunaan lahan) maupun kuratif (pengendalian limpasan yang terjadi). Kata kunci : Kota Bogor, penggunaan lahan, limpasan air permukaan.
v
ABSJRACT IDENl1FICATJONOFLAND USE CHANGE AND THEEFFIXT TO SURFACE RUN OFF (A Case Study in Bogar Municipality) By: Dede Jajat Sudrajat 25-10-10 l-1 Study Program Regional and Urban Planning Graduate Program, Institut Teknologi Bandung, 2005 1'lze.<.,·is Advisor :Jr. Nia Kurniasih Pontoh, MT
Bogar Municipality, a city function as DKI Jakarta counter magnet, undergoes fast rate of land use change, which effect to decrease the catchment 's area. Bogar Municipality, lied on the middle ofCiliwung Watershed Area and giving the biggest contribution/a the flood on DKI Jakarta, needs a conservation effort to minimize the swface run off In addition to decrease flood potency to DKI Jakarta, this effort can be done to increase ground water supply in Bogar Municipality. This research aims to identify land use change and the effect to surface run off as a base to formulate a strategy of land use control and surface run off occurred on Bogar Municipality. To reach the aim, it had been identified a sh!ft patlern of/and wide according to the land use typefor seven years (1995-2002) by using sh!ft share methods and predicting land use in 2009 by using sh!ft share and regression line extrapolation projection methods, and estimating surface run off by using rational method. The result showed that land use pattern undergoes a sh!ft. The sh?ft pattern is generally follows land rent value, i.e. (1) change of/and use typefromfarm area to residential and industry has occurred in Tanah Sareal Sub-district, (2) from farm area to residential has occurred in South Bogar and East Bogar Sub-district, (3) from residential to commercial area has occurred in Center Bogar Sub-district, and (4) from farm area to residential, office and warehouse has occurred in West Bogar and North Bogar Sub-district. Based on land use existing in 2002, the proportion of catchment's area in Bogar Municipality is 29.02 %. However, catchment's area proportion in 2009 based on sh?ft share projection and regression line are 16.-10 %and 17.39 %, more than that on RTRW which is onzy 11.95%. Land use planning in RTRW of Bogar Municipality for building's area is higher than the projection. This fact effects to the surface run off. The increasing ofsurface run off percentage since 2002 to 2009 based on land use projection by using sh!ft share, regression line extrapolation method and RTRW plan are 33.26%, 32.33 %, and 37.71% re:.,pectively. If the plan is work and there is no another treatment to increase environmental quality in Bogar Municipality, it will disturb environmental balance, e:.,pecially surface run off which will occur, so it is needed to control the surface run off by using preventive (land use control) and curative (surface run off control) approaches. Keywords: Bogar Municipality, land use, surface water run off
VI
PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS
Tesis ini tidak dipublikasikan, terdaftar dan tersedia di perpustakaan lnstitut Teknologi Bandung, terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak cipta ada pada pengarang dengan mengikuti aturan HaKI yang berlaku di lnstitut Teknologi Bandung. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pngutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan dengan seijin penulis dan harus disertai kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbemya. Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh tesis ini, harus seijin Direktur Program Pascasarjana lnstitut Teknologi Bandung.
VII
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kepada-Nya, atas selesainya tesis m1. Tesis ini mengambil judul "Identifikasi Perubahan Penggunaan Lahan dan Pengaruhnya terhadap Limpasan Air Permukaan (Studi Kasus Kota Bogor)" yang diharapkan dapat bermanfaat bagi siapa pun peminat bidang perencanaan wilayah dan kota serta pembuat keputusan publik untuk menangani masalah lingkungan perkotaan lebih bijaksana lagi. Perubahan penggunaan lahan di perkotaan merupakan hal yang komplek dan melibatkan banyak faktor, sehingga sulit untuk diprediksi hanya dengan menggunakan satu atau dua faktor saja. Namun mengingat keterbatasan data, waktu dan tenaga maka dalam penelitian ini hanya digunakan predikdi melalui proyeksi penggunaan lahan di masa mendatang (2009) berdasarkan perkembangan penggunaan lahan di masa lampau (1998.:.2002). Namun, kiranya tesis ini dapat menjadi dasar pertimbangan untuk perencanaan Kota Bogor yang lebih memperhatikan daya dukung lingkungan, khususnya yang berhubungan dengan daerah resapan air. Penulis menyadari bahwa tesis ini tidak akan pemah terwujud apabila 4alam proses penyusunannya tidak mendapatkan bantuan baik berupa saran maupun dukungan moral dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati dan rasa syukur yang dalam, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besamya kepada: I. Ir. Nia Kumiasih Pontoh, MT, selaku dosen pembimbing tesis. Penulis telah banyak dibantu dalam membuka wawasan dan pengetahuan khususnya di bidang perencanaan wilayah dan kota. Beliau senantiasa memberikan dorongan semangat dan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis. 2. Pradono, SE., M.Ec.Dev. Ph.D. selaku dosen pembahas proposal dan sidang kemajuan tesis serta penguji. Terima kasih atas masukan, saran dan pertanyaannya dalam rangka menyempumakan tesis ini. 3. Ir. Denny Zulkaidi, MUP. selaku dosen pembahas draft tesis dan penguji yang telah memberikan saran dan pertanyaan-pertanyaan yang aplikatif untuk memperbaiki tesis ini. 4. Ir. Diah Utami Muhammad, MT. selaku dosen pembahas proposal dan sidang kemajuan tesis. Terima kasih atas saran-saran perbaikannya. 5. Kepala PUSDIKLATREN BAPPENAS yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Pascasarjana (S-2) Dalam Negeri. 6. Ir. Haryo Winarso, M.Eng. Ph.D. selaku Sekretaris Program Magister Perencanaan Wilayah dan Kota yang terus memberikan dukungan semangat untuk lulus tepat waktu. 7. lbu Eli dan staf Departemen Planologi yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak Iangsung dalam menyelesaikan studi ini.
VIII
8. Ibu Lenny, Pak Arman, Pak Edje, dan Mas Narto atas bantuannya selama penulis menelusuri literatur-literatur yang diperlukan di Perpustakaan Departemen Teknik Planologi ITB. 9. Ternan-ternan pada Program Magister Perencanaan Wilayah dan Kota Angkatan 2004 yang tidak dapat disebut satu per satu. Terima kasih atas kerjasama, bantuan dan diskusi-diskusinya selama ini. I 0. Ternan-ternan di Balai Penelitian dan Pegembangan Perbenihan Tanaman Hutan yang telah memdorong dan memberikan semangat untuk menyelesaikan studi In I.
II. Terima kasih kepada orang tua, kakak, dan adik penulis di Sumedang atas segala doa yang dipanjatkan, pertolongan dan pengertiannya selama ini. Scara khusus, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Wiati Marliah dan Naila Nur Fauziah, istri dan anakku, atas segala doa yang senantiasa terus menerus dipanjatkan, memberikan dukungan, dorongan dan pengertian untuk menyelesaikan studi ini.
Bandung, September 2005 Penulis.
Dede Jajat Sudrajat
IX
DAFTAR lSI
Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................... . HALAMAN PERSETUJUAN......... ........ ... .... ........ .................................. ............ ... HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................... ABSTRAK ................................................................................................................ ABSTRACT .............................................................................................................. PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS ..................................................................... KATA PENGANTAR .............................................................................................. DAFT AR lSI. ......................................................................... ···············.................... DAFTAR TABEL. .................................................................................................... DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ DAFTAR LAMP IRAN............................................................................................ DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG .......................................................... BAB I
PENDAHULUAN ............... ...... .... .. .. ....... .................................. ... .. .. ... ..... . I. 1 Latar Belakang..................................................................................... 1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian... ....... ... ...................... ............ .. ........ .. .. 1.4 Relevansi Studi .................................................................................... I. 5 Ruang Lingkup Penelitian .. .... ... ............................................. ............. 1.5.1 Lingkup Substansi Studi .......................................................... 1.5.2 Lingkup Wilayah Studi ............................................................ 1.6 Metodologi........................................................................................... 1.6.1 Pendekatan analisis Penelitian ................................................. 1.6.2 Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................... 1.6.3 Kerangka Analisis ... ... ..... ........... ........ ............ ............... ........... 1.6.3.1 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan.................... 1.6.3.2 Prediksi Luas Penggunaan Lahan ............................. A. Proyeksi dengan Pendekatan Shift Share .... ... ... B. Proyeksi dengan Pendekatan Ekstrapolasi Garis Regresi .......................... ................. .......... 1.6.3.3 Analisis Limpasan Air Pennukaan ........................... 1.6.3.4. Analisis Prediksi Limpasan Air Permukaan ............. 1.6.4 Rumusan Kebutuhan Data....................................................... I. 7 Sistematika Pembahasan......................................................................
11
1v
v VI v11
vm X X111 XIV
xv xv1
1 1 3 4 4 5 5 5 6 6 7 9 9 11 11 12 13 14 15 18
BAB II TINJAUAN TEORITIS PERKEMBANGAN KOTA, PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN LIMPASAN AIR PERMUKAAN ........................................................ ·... ..... .. ...... ......... .. .. ..... 20 11.1 Struktur dan Perkembangan Kota. .. ............................ ......... ... ........ .... 20 11.2 Perubahan Penggunaan Lahan... .. ..... ............ .. .... .............. ....... .. ......... 23
X
11.2.1 Pengertian dan Lingkup Perubahan Penggunaan Lahan ........ 11.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan .. .. ............. ....................... .... .. ............ ....... 11.2.3 Konsep Pengendalian Pemanfaatan Lahan............................. 11.3. Limpasan Air Pennukaan ................................................................... 11.3.1 Pengertian dan Proses Limpasan Air Pennukaan................... 11.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Limpasan Air Pennukaan.............................................................................. 11.3.3 Koefisien Limpasan Air Pennukaan ...................................... 11.4. Dasar Penentuan Metode Analisis...................................................... 11.4.1 Metode Analisis Penggunaan Lahan ...................................... 11.4.2 Metode Analisis Limpasan Air Permukaan............................ 11.4.3 Metode Pengumpulan Data....................................................
23
BAB III GAMBARAN UMUM WILA YAH STUDI ........................................... III. I Kondisi Fisik dan Wilayah Administrasi Kota Bogor ....................... 111.1.1 Aspek Fisik Dasar Kota Bogor ............................................. 111.1.2 Wilayah Administrasi Kota Bogor... .. ............. .. ......... ........ .. . 111.2 Arah Perkembangan Kota Bogor .. ........... ........................ .......... ........ III.2.1 Kedudukan dan Peran Kota Bogor dalam Lingkup Regional .. ............. ............... .......... .......... .......... ..... ...... ... ....... 111.2.2 Kecenderungan dan Arah Perkembangan Kota ..................... III.2.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk ....................... ......... .......... 111.3 Kegiatan Perekonomian Kota Bogor .. ................................ . .. ...... .. ... 111.4 Perkembangan Penggunaan Lahan Kota Bogor. ............................... 111.4.1 Kondisi Eksisting dan Rencana Penggunaan Lahan di Kota Bogor. ... .... ...................... .. .. ....... ....... ............. .. .. ..... ....... III.4.2 Intensitas Pemanfaatan Lahan....................... .. ....................... III.4.3 Ketersediaan Lahan Berfungsi Resapan.................................
42 42 42 44 46
52 55 55
BAB IV ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN LIMPASAN AIR PERMUKAAN............................................................ IV.1 Anal isis Perubahan Penggunaan La han............................................ IV.2 Analisis Prediksi Penggunaan Lahan................................................ IV.3 Analisis Limpasan Air Pennukaan ................................................... IV.4 Anal isis Prediksi Limpasan Air Permukaan ................ ................... ..
57 57 66 71 75
BAB V PERUBAHAN PENGGUNAAN LABAN DAN LIMPASAN AIR PERMUKAAN DI KOTA BOGOR ........................................................ V.1 Temuan Studi .. .... ... .... ... ....... ............. ........... ..... .......... ... .......... ... ... ... . V.1.1 Pol a Perbahan Penggunaan Lahan di Kota Bogor....... .. ... ....... V.1.2 Prediksi Penggunaan Lahan Tahun 2009................................ V.1.3 Limpasan Air Pennukaan di Kota Bogor......... ....... .............. .. V.1.4 Prediksi Limpasan Air Pennukaan di Kota Bogor.................. V.2 Kesimpulan........ .............................. ........ ............. .. ....... .. .......... ... ... ...
79 79 79 81 81 82 83
XI
24 29 31 31 32 35 37 37 39 40
46 48 49 50 52
Y.3. Rekomendasi ...................................................................................... Y.3.1 Rekomendasi Pengendalian Penggunaan Lahan (Preventit) ........ ....................... .. ........... ... .... ... ........... .... ....... .. Y.3.2 Rekomendasi Pengendalian Limpasan Air Permukaan (Kuratit)....................... ....................... .......... ....... ................. .. V.3.2.1 Pengendalian mekanis .............................................. V.3.2.2 Pengendalian agronomis .......................................... Y.3 Kekurangan Studi ............................................................................... Y.4 Rekomendasi Studi Lanjutan .............................................................
85
DAFT AR PUST AKA...............................................................................................
92
LAMP IRAN..............................................................................................................
95
XII
85 88 88 89 90 91
DAFTAR TABEL
Tabel I. I Tabel I. 2 Tabel II. I Tabel II. 2 Tabel III. I Tabel III. 2 Tabeiiii. 3 Tabel III. 4 Tabel III. 5
Tabel IV. 1 Tabel IV. 2 Tabel IV. 3 Tabel IV. 4 Tabel IV. 5 Tabel IV. 6 Tabel IV. 7 Tabel IV. 8 Tabel IV. 9 Tabel IV.10 Tabel IV. II Tabel IV.l2
Halaman Koefisien Limpasan Pennukaan (C) yang Digunakan ....................... 14 Ringkasan Metode Analisis yang Digunakan....................................... 16 Koefisien Limpasan Air Pennukaan di Kawasan Puncak Kabupaten Bogor ................... .. .......... ......... .. .... ........... .. .. ... .................. 36 Nilai Koefisien Limpasan Air Pennukaan Untuk Persamaan Rasional................................................................................................. 36 Luas Lahan Berdasarkan Kedalaman EfektifTanah pada Setiap Kecamatan di Kota Bogor.. ................................................................... 42 Luas Lahan Berdasarkan Kelas Kelerengan pada Setiap Kecamatan di Kota Bogor... ................................................. ....... .. ...... ... ................. 43 Intensitas Curah ujan Bulanan 5 Tahun Terakhir yang Terjadi di Kota Bogor ............................................................................................ 43 Penggunaan Lahan Tahun 1995--dan 2002 di Setiap Kecamatan di Kota Bogor............................................................................................ 54 Kegiatan Utama dan Kegiatan Pelengkap serta Intensitas Kepadatan Perumahan/Pennukiman di Setiap Kecamatan di Kota Bogor. .................. ~················································································· 55 Komponen Porpotional Shift Penggunaan Lahan 6 Kecamatan di Kota Bogor................................................................ .. .......................... 57 Perkembangan Panjang Jalan di ota Bogor Tahun 1998-2002 .. ........ ... 59 Komponen Difforensial Shift Penggunaan Lahan 6 Kecamatan di Kota ....................................................................................................... 62 Sebaran Tujuan Hunian Penduduk di Kota Bogor............................... . 65 Prediksi Luas Jenis-Jenis Penggunaan Lahan Setiap Kecamatan di Kota Bogor Berdasarkan Proyeksi Shift Share .. ....... ..... ... .... .. ....... ... .... 67 Prediksi Luas Jenis-Jenis Penggunaan Lahan Setiap Kecamatan di Kota Bogor Berdasarkan Proyeksi Ekstrapolasi Garis Regresi ............ 68 Perbandingan Antara Kondisi Eksisting, Renacana dan Hasil Proyeksi Penggunaan Lahan di Kota Bogor ......................................... 68 Proporsi Kawasan Terbangun dan Daerah Resapan Air di Kota Bogor. .................................................................................................... 70 Limpasan Air Pennukaan pada Setiap Jenis Penggunaan Lahan di 6 Kecamatan di Kota Bogor .. ................ .. ............. .. ... .. ... .... .. ................. 73 Persentase Kenaikan Limpasan Air Pennukaan dari Tahun 1995 sampai Tahun 2002 ........ ............ .......................................................... 74 Prediksi Limpasan Air Pennukaan Berdasarkan Proyeksi Penggunaan Lahan Shift Share .............................................................. 75 Prediksi Limpasan Air Pennukaan Berdasarkan Proyeksi Penggunaan Lahan Ekstrapolasi Garis Regresi..................................... 75
X Ill
DAFTAR GAMBAR
Gambar I. I Gambar 11.1 Gambar II.2 Gam bar II.3 Gam bar III. I Gambar III.2 Gambar III.3 Gambar III.4 Gambar 111.5 Gambar III.6 Gam bar III. 7 Gambar IV.1
Gambar IV.2 Gambar IV.3 Gambar IV.4 Gambar IV.5 Gambar IV.6 Gambar V.1 Gam bar V.2 Gambar V.3
Halaman Skema Kerangka Pemikiran Penelitian............................................... 8 Pola Pertumbhan dan Perkembangan Kota dalam Kaitannya dengan Perencanaan Tata Ruang ........ .. .. ....... ... .. ... .......... .. ...... .......... 22 Nilai Sewa Ekonomi Lahan pada Berbagai Pemanfaatan .................. 28 Siklus Hidrologi. .......................................................................... ....... 32 Posisi Kecamatan di Kota Bogor dan Batas-Batas Wilayahnya ... ... .. 46 Jumlah Penduduk Tiap Kecamatan di Kota Bogor Tahun 19952002 .................................................................................................... 49 Kepadatan Penduduk Tiap Kecamatan di Kota Bogor Tahun 1995-2002 ........................... .. .... ............ .. ............. ... ... ... ..... .......... .. .... 49 Kontribusi Sektor Kegiatan Ekonomi terhadap PDRB Kota Bogor. ................................................................................................. 51 Jumlah Industri dan Tenaga Kerjanya di Kota Bogor........................ 51 Pertumbuhan Jumlah Pedagang Besar, Menengah dan Kecil di Kota Bogor...................................... .. ........... ...................................... 52 Rencana l>enggunaan Lahan Kota Bogor Tahun 2009. ................... ... 53 Perbandingan Luas Jenis Penggunaan Lahan Tahun 2002, Rencana RTRW Tahun 2009, dan Hasil Proyeksi Tahun 2009 di Kota Bogor ......................................................................................... 69 Perbandingan Luas Kawasan Terbangun dan Penggunaan Lahan yang Berfungsi Sebagai Daerah Resapan Air.................................... 70 Laju Limpasan Air Permukaan per Hektar di Setiap Kecamatan di Kota Bogor........................... .. ........................................................ 73 Perubahan Laju Limpasan Permukaan Berdasarkan Hasil Proyeksi Tahun 2009 .......................................................................... 76 Laju Limpasan per Hektar dari Tahun 2002 sampai 2009 di Setiap Kecamatan di Kota Bogor....................................................... 77 Persentase Kenaikan Limpasan Air Permukaan dari Tahun 2002 sampai Tahun 2009 Berdasarkan Rencana dan Hasil Prediksi ...... .. .. 77 Arahan Pengembangan intensitas bangunan berdasarkan pertimbangan ketersediaan daerah resapan air................................... 87 Sumur Resapan yang Dibangun di Perumahan .................................. 88 Sumur Resapan Kolektif ................................................................. ,.. 88
XIV
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampi ran A Analisis Shift Share Perubahan Penggunaan Lahan di Kota Bogor .. . 95 A. 1 Analisis Shift Share Penggunaan Lahan Tahun 1995-2002 pada Tingkat Kecamatan di Kota Bogor.. ................................. 96 A.2 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Shift Share Perubahan Penggunaan Lahan di Kota Bogor. .. ................. ... ... .. .. .............. 98 Lampi ran B Analisis Prediksi Penggunaan Lahan di Kota Bogor.... .. .. ........... .. ..... B. 1 Perhitungan Prediksi Penggunaan Lahan Tahun 2009 .............. B.1.1 Metode Proyeksi Shift Share......................................... B. 1.2 Metode Proyeksi Matematis (Ekstrapolasi Garis Regresi) ........................................................................ B.2 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Proyeksi Perubahan Penggunaan Lahan di Kota Bogor ............................................ B.2.1 Hasil Proyeksi Shift Share............................................. B.2.1 Hasil Proyeksi Ektrapolasi Garis Regresi......................
99 100 100 106 116 116 116
Lampi ran C
Analisis Limpasan Air Permukaan di Kota Bogor... .. .... .................... 117 C.1 Kegiatan Utama dan Kegiatan Pelengkap Berdasarkan Penggunaan Lahan di Setiap Kecamatan di Kecamatan........... 118 C.2 Perhitungan Limpasan Air Permukaan di Setiap Kecamatan di Kota Bogor............................................................................ 121
Lamp iran D
Analisis Prediksi Anal isis Limpasan Air Permukaan di Kota Bogor .................................................................................................. 123 D.1 Perhitungan Predisksi Limpasan Air Permukaan Berdasarkan Proyeksi Penggunaan Lahan Shift Share di Kota Bogor ................................................................................ 124 D.2 Perhitungan Predisksi Limpasan Air Permukaan Berdasarkan Proyeksi Penggunaan Lahan Ekstrapolasi Garis Regresi di Kota Bogor..................................................... 126
XV
Xij Yij
Luas penggunaan lahan ke-i di unit analisis ke-j. Luas pergeseran penggunaan lahan ke-i di unit analisis ke-j ( i adalah jenis penggunaan lahan seperti sawah, perrnukiman dan lainlain, sedangkan j adalah kecamatan)
XVII
10 10
BABI PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemusatan kegiatan ekonomi di perkotaan mulai dari industri manufaktur, bisnis eceran, pusat bisnis modern, pelayanan kesehatan, pendidikan, kegiatan ekonomi dan sosial lainnya, mendorong mobilisasi penduduk desa ke kota yang meningkatkan jumlah dan kepadatan penduduk kota. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan kota yang demikian pesat dan merubah wajah kota secara keseluruhan.
Keunggulan relatif perkotaan yang diikuti dengan peningkatan
pendapatan penduduk menimbulkan tuntutan yang lebih besar akan sarana dan prasarana perkotaan. Sementara, ketersediaan lahan/ruang di kota tersebut relatif tetap, sehingga ada kecenderungan misalokasi pemanfaatan ruang yang berpotensi merugikan kepentingan lingkungan perkotaan tersebut. Kota Bogor sebagai salah satu kota yang berfungsi sebagai counter magnet· bagi DKI Jakarta mengalami perkembangan yang cukup pesat. Besarnya arus urbanisasi dan limpahan penduduk dari DKI Jakarta menuntut peningkatan sarana dan prasarana kota yang lebih tinggi, terutama dalam sektor perumahan. Berdasarkan RTRW Kota Bogor 2000-2009, diproyeksikan pada 2009 nanti telah terealisasi luas pemukiman sekitar 8.942,79 Ha, luas perdagangan dan jasa 23,41 Ha, luas kawasan industri 142,7 Ha, dan perkantoran/pemerintahan seluas 9,22 Ha. Sementara untuk luas areal pertanian, pada akhir 2009 direncanakan luasnya tak lebih dari 225,0 Ha saja. Dari gambaran sekilas tersebut, Pemerintah Kota Bogor memang serius untuk mengarahkan laju pembangunan ke sektor-sektor industri, perdagangan dan jasa. Perubahan penggunaan laban yang berjalan cepat mengakibatkan semakin menyusutnya daerah resapan air dan berkurangnya kemampuan tanah dalam menyerap air hujan. Perubahan laban yang berfungsi ruang terbuka hijau dan situsitu yang berfimgsi menampung air hujan menjadi kawasan terbangun merupakan fenomena yang akrab terjadi di perkotaan, termasuk di Kota Bogor. Dari 6 situ yang berfungsi menampung air, pada saat ini hanya 4 situ yang tersisa, itu pru1
terns mengalami menyempitan, sedangkan dua situ lainnya beralih fungsi menjadi kawasan
terbangun (Pikiran
Rakyat,
27 Januari
2004 ).
Hal
ini
akan
mengakibatkan semakin besamya limpasan air permukaan (surface nm-o.ff) pada saat turun hujan. Sementara itu, Kota Bogor merupakan bagian dari daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung. Sungai Ciliwung, beberapa tahun terakhir ini menjadi sumber ketidaknyamanan bagi kawasan DKI Jakarta karena sering mengakibatkan banjir di beberapa lokasi di Jakarta. Tingginya curah hujan di Kota Bogor yang mencapai 3500-4000 mm/tahun dan terjadinya perubahan guna lahan di kawasan ini memberikan kontribusi bagi terjadinya banjir di Jakarta. Sampai saat ini, banjir dan genangan air merupakan situs tahunan bagi Jakarta dan mengancam warga yang tinggal di sepanjang bantaran sungai tersebut. Bila DAS Ciliwung tersebut dibagi dalam 3 wilayah, yaitu bagian hulu mulai dari yunung Pangrango sampai Katulampa, bagian tengah mulai dari Katulampa sampai Ratujaya (Depok), dan bagian hilir dari Ratujaya sampai Manggarai, temyata bagian tengah memberikan kontribusi terbesar bagi bencana banjir di Jakarta.
Hasil simulasi model yang di1akukan mahasiswa Program
Pascasarjana DAS-IPB pada tahun 1996, menunjukkan bahwa kontribusi bagian hulu terhadap debit air Sungai Ci1iwung hanya 33%, bagian tengah 35%, dan bagian hilir 32%. Data terakhir menunjukkan bahwa kontribusi bagian hulu 38%, bagian tengah 48% dan bagian hilir 14%. Dengan demikian bagian tengah, merupakan daerah yang paling besar menyumbang 1impasan air yang menyebabkan banjir di Jakarta (Sinukaban, 2005). Kota Bogor berada pada bagian tengah DAS Ciliwung dengan luas wilayah 11.850 Ha merupakan salah satu wilayah yang potensial memberikan limpasan air permukaan bagi terjadinya banjir di Jakarta. Dalam Keppres No. 114 Tahun
1999
tentang
Penataan
Ruang
Kawasan
Bogor-Puncak-Cianjur
(Boptmcur), Kota Bogor tidak termasuk da1am kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan konservasi air dan tanah.
Namun melihat posisinya yang dialiri dua
sungai besar (Sungai Ciliwung dan Cisadane), maka pertimbangan pengendalian limpasan air permukaan juga perlu di1akukan di Kota Bogor, apalagi pertumbuhan
2
kota ini sangat cepat terutama di sektor penunahan karena menerima limpahan penduduk dari Jakarta. Upaya untuk menekan limpasan air hujan dapat dilakukan dengan pembenahan tata guna dan manajemen lahan untuk menyediakan kawasankawasan tertentu yang mempunyai kemanpuan meningkatkan infiltrasi air tanah. Menurut Suripin (2002), pengendalian limpasan air permukaan dapat dilakukan secara agronomis dan mekanik. Metode mekanik dilakukan dengan membuat sumur resapan, chek dam, dan bangunan lainnya, sedangkan metode agronomis dilakukan dengan penanaman!penghijauan pada kawasan tersebut. Menurut Lee ( 1980), lahan yang bervegetasi pada umwnnya mampu menyerap air lebih banyak kerena ada pengaruh bahan organik (serasah), mikroorganisme, dan akar tanaman yang mampu meningkatkan porositas tanah dan memantapkan struktur tanah. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu adanya identifikasi perubahan penggunaan lahan dan pengaruhnya terhadap peningkatan limpasan air permukaan yang akan berdampak pada penyediaan air tanah di Kota Bogor dan juga meningkatnya ancaman banjir bagi DKI Jakarta. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan menjadi dasar bagi penunusan strategi pengendalian limpasan air baik yang bersifat preventif, yaitu pengendalian penggunaan lahan maupun yang bersifaf kuratif, yaitu pengendalian limpasan air permukaan yang telah teijadi sehingga ancaman banjir bagi DKI Jakarta dapat dikurangi.
1.2 Perumusan Masalah Permasalahan yang menjadi dasar penelitian ini adalah terjadinya perubahan guna lahan yang cukup pesat yang berpengaruh terhadap limpasan air pennukaan dan mengurangi cadangan air tanah Kota Bogor. Penelitian ini belum pemah dilakukan dan menjadi penting mengingat posisi Kota Bogor berada di bagian tengah DAS Ciliwung yang memberi kontribusi terbesar bagi peningkatan debit air sungai tersebut dan berpengaruh terhadap meningkatnya ancaman banjir bagi DKI Jakarta. Dari permasalahan tersebut, beberapa pertanyaan penelitian diangkat dalam penelitian ini, yaitu :
3
a. Bagaimana pola perubahan penggunaan lahan di Kota Bogor dari tahun 1995 sampai tahun 2002? b. Berapa besar laju limpasan air permukaan maksimum akibat perubahan penggunaan Iahan di Kota Bogor? c. Berapa besar prediksi luas jenis-jenis penggunaan lahan dan perkembangan daerah terbangun pada tahun 2009 serta membandingkannya dengan rencana kota yang ada dalam RTRW Kota Bogor? d. Berapa besar limpasan yang teijadi berdasarkan prediksi penggunaan lahan pada tahun 2009 di Kota Bogor dan membandingkannya dengan limpasan yang dihasilkan dari tata guna 1ahan pada rencana kota yang ada
dalam
RTRW Kota Bogor?
1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian Tujuan dari studi ini adalah untuk mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan dan pengaruhnya terhadap limpasan air permukaan di Kota Bogor sebagai dasar dalam merumuskan strategi pengendalian pemanfaatan lahan dan limpasan air permukaan yang terjadi di Kota Bogor. Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam studi ini adalah : a. Mengidentifikasi dasar-dasar teori mengenai hubungan perubahan penggunaan lahan dan limpasan air permukaan, metode analisis, rumus yang digunakan, dan koefisien yang dipilih melalui kajian literatur. b. Mengidentifikasi pola pergeseran/perubahan luas jenis-jenis penggunaan lahan selama kurun waktu 7 tahun (1995-2002). c. Memprediksi perubahan luas jenis-jenis penggunaan lahan pada tahun 2009. d. Menghitung laju limpasan air permukaan berdasarkan data penggunaan lahan tahun 1995 dan 2002. e. Memprediksi laju limpasan air yang akan terjadi pada tahun 2009 berdasarkan prediksi penggunaan laban tahun 2009.
4
1.4 Relevansi Studi Tata guna lahan merupakan bagian dari penataan ruang yang mempunyai peran penting dalam mengatur arab perkembangan kota. Pengelolaan limpasan air permukaan merupakan bagian dari tata guna air. Keduanya mempunyai keterkaitan yang kuat, mengingat perubaban penggunaan laban di perkotaan yang pesat akan mengakibatkan meningkatnya laju limpasan air permukaan sehingga perlu keterpaduan rencana tata ruang dalam menangani hal tersebut. Dengan demikian penelitian ini bermanfaat untuk memberi masukan dalam perencanaan kota, khususnya sebagai dasar untuk merencanakan pengendalian penggunaan lahan dan konservasi air untuk menyediakan kawasan-kawasan tertentu yang diperuntukan sebagai daerah resapan air serta teknik-teknik konservasi air yang akan meningkatkan cadangan air tanab dan mengurangi limpasan permukaan yang terjadi di Kota Bogor.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
1.5.1 Lingkup substansi studi
Lingkup substansi studi meliputi tata guna laban dan limpasan atr permukaan serta proyeksinya pada tahun 2009. Jenis dan luas penggunaan laban yang terdiri dari 10 jenis, yaitu : permukiman, perdagangan dan jasa, perkantoran, industri, pertanian laban basah,
pertanian laban kering tamanllapangan
olahragalkuburan, penggunaan lain (jalan, terminal, stasitm, parkir, dan lain-lain), danaulbadan sungai dan hutan kota. Perubaban penggunaan laban yang teijadi dilihat pada dua titik waktu yang berbeda (1995 dan 2002). Limpasan air permukaan yang ditetapkan berdasarkan koefisien limpasan, intensitas curah hujan maksimal, dan luas tiap jenis penggtmaan laban.
1.5.2 Lingkup wilayah studi
Wilayah yang dijadikan studi kasus adalab Kota Bogor yang memiliki laju perturnbuhan penduduk dan aktivitas ekonomi relatif tinggi. Bogor terkenal pula dengan julukan Kota Hujan yang memiliki curah hujan yang tinggi yaitu 35004000 mm per tabun. Luas Wilayab 11.850 Ha terdiri dari 6 kecamatan
5
(Kecamatan Bogor Utara, Bogor Selatan, Bogor Barat, Bogor Timur, Bogor Tengah, dan Tanah Sareal) serta 68 kelurahan dengan jumlah penduduk sekitar 820.707 jiwa pada awal tahun 2005. Kota Bogor juga merupakan bagian tengah
daerah aliran sungai Ciliwung dan merupakan salah satu bagian wilayah penyangga bagi DKI Jakarta, sehingga secara lingkungan mempunyai keterkaitan erat dengan kawasan ibukota negara tersebut
1.6 Metodologi Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, explanatory, exploratory dan preskripsi. Deskriptif digunakan dalam mengidentifikasi dasar teori, metod, rumus, dan koefisien yang digunakan melalui kajian literatur. Explanatory digunakan untuk menjelaskan perubahan penggunaan lahan dan limpasan air permukaan yang telal1 terjadi (1995-2002). Exploratory digunakan dalam mengukur perubahan lahan, mengukur atau memproyeksikan limpasan air permukaan yang akan terjadi, sedangkan preskripsi dipakai dalam merumuskan pengendalian penggunaan lahan dan limpasan yang terjadi di Kota Bogor.
1.6.1 Pendekatan Analisis Penelitian Langkah awal
penelitian adalah mengidentifikasi pola perubahan
penggunaan lahan di Kota Bogor. Luas jenis-jenis penggunaan laban tersebut diindentifikasi dari beberapa laporan penggunaan lahan yang ada di BPN dan BPS Kota Bogor serta dokumen perencanaan tata ruang seperti Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bogor dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) setiap kecamatan di Kota Bogor. Pertimbangan ini sangat diperlukan mengingat produk rencana tata ruang yang telah memiliki kekuatan hukum bersifat mengikat semua pihak tmtuk mematuhinya. Identifikasi pola perubahan penggunaan lahan antar berbagai jenis penggunaan laban dilakukan pada selang waktu 7 tahun, yaitu 1995 - 2002 dengan menggtmakan pendekatan analisis shift share. Kemudiaan dilakukan analisis pengaruh penggunaan laban terhadap limpasan air permukaan yang terjadi. Di samping itu, dilakukan pula prediksi luas jenis-jenis pengguriaan lahan pada tahun 2009 berdasarkan pola pergeseran penggunaan yang telah terjadi. Talmn prediksi
6
tersebut ditetapkan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bogor yang jangka waktu berlakunya berakhir pada tabun 2009. Prediksi penggunaan lahan pada talmo 2009 dilakukan dengan pendekatan metode proyeksi menggunakan metode shift share dan ekstrapolasi garis regres1 (berdasarkan trend perkembangan penggunaan laban selama 5 tabun, 1998-2002 yang bersifat linear seperti yang dapat dilihat pada Lampiran 8.1.2). Dari prediksi penggunaan laban tersebut dilakukan juga prediksi limpasan air permukaan yang terjadi pada tahun 2009. Kajian ini diperlukan mengingat proses perubahan penggunaan laban terkait dengan menyusutnya daerah resapan air yang mengakibatkan peningkatan limpasan air permukaan yang akan berpengaruh terbadap ketersediaan air tanab di Kota Bogor dan meningkatnya debit air Sungai Ciliwung serta sungai lainnya yang menuju Jakarta. Kondisi ini didukung oleb curab bujan Kota Bogor yang mencapai 3500-4000 rnrnltahun berpotensi. mengbasilkan limpasan yang besar, apalagi pada kawasan-kawasan terbangun dimana laju penyerapan air ke dalam tanah sangat rendab dan sebaliknya koefisien limpasan air permukaannya tinggi. Besarnya limpasan air ini akan menjadi ancaman bagi kawasan bantaran Sungai Ciliwung di DKI Jakarta yang setiap tahun dilanda banjir. Dengan demikian berdasarkan
basil
studi
ini
dibarapkan
dapat dirumuskan
rekomendasi
pengendalian limpasan air permukaan untuk melestarikan ketersediaan air tanah warga Kota Bogor dan mengurangi ancaman banjir bagi DKI Jakarta. 1.6.2 Kerangka Pemikiran Penelitian Pengembangan kerangka pemikiran dalam penelitian ini didasarkan atas latar belakang dan perumusan pennasalahan sebagaimana telah dipaparkan sebelwnnya.
Skema kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 1.1. Skema
kerangka pemikiran ini merupakan rangkaian penelitian untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari permasalahan yang dikemukakan pada bagian perumusan masalab.
7
~
I
~
I
.I
L---
PREDIKSIPENGGUNAAN LAHAN TAHUN 2009
I
~
1
~
LAJU LIMPASAN AIR PERMUKAAN TAHUN 1995 DAN 2002
1---+
PREDIKSI LAJU LIMPASAN AIR PERMUKAAN TAHUN 2009
I
I
I -
PENGENDALIAN PREVENTIF
~
i II t i \'
e
RDTR KOTA
~
Menyusutnya Daerah Resapan Air
•
r f--
L_j
I
~
Meningkatnya Ancaman Banjir ~ aagi DKI Jakarta
~
c
l
r
~
1+-
RTRW KOTA
I
PERKEMBANGAN KOT A BOGOR
e
~
....---
PERUBAHANPENGGUNAAN LAHAN (1995-2002)
Berkurangnya Cadangan Air Tanah Kota Bogor
I
~
I PERATURAN PERUNDANGAN LAINNYA Pertambahan penduduk asli, urbanisasi, kegiatan sosial dan ekonomi Kota Bogor
D
KONSEP PENGEMBANGAN KOTA BOGOR
•
I
.
E
X
X
p
p
I
I
!
a
0
I
n
r
a t
a t
0
0
r
r
y
y
-, p r
e s
c
I
PENGENDALIAN KURATIF
REKOMENDASI PENGENDALIAN LIMPASAN AIR PERMUKAAN
E
I
r
i p t i \'
e
Gambar 1.1. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian 8
Secara umum, alur berpikir penelitian ini dimulai dari perubaban penggunaan laban yang pesat akan berpengaruh terbadap limpasan air permukaan di Kota Bogor. Perubaban penggunaan laban cenderung untuk mengurangi ruang terbuka sebingga kapasitas infiltrasi tanab akan berkurang. Berkurangnya infiltrasi air tanab akan mengakibatkan peningkatan laju limpasan air pennukaan. Dengan demikian, perubaban penggunaan laban di Kota Bogar akan meningkatkan laju limpasan air permukaan, sebingga perlu strategi pengendalian yang bersifat preventif (pengendalian penggunaan laban) dan bersifat kuratif (pengendalian limpasan yang telab terjadi).
1.6.3 Kerangka Analisis
1.6.3.1 Analisis Perubahan Penggunaan laban Analisis perubaban penggunaan laban dilakukan dengan menggunakan pendekatan
shift
mengidentifikasi
share
gnalysis 1•
pergeseran
Analisis
penggunaan
laban
tersebut di
digunakan
Kota
untuk
Bogor dengan
menggunakan data penggunaan laban dalam dua titik waktu yang berbeda, yaitu 1995 - 2002. Unit analisis berupa satuan wilayab administrasi kecamatan yang selanjutnya akan dibandingkan dengan Kota Bogor. Berdasarkan analisis shift share, perubahan penggunaan laban yang tetjadi di suatu wilayah ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu faktor share dan faktor
shift. Faktor share menggambarkan laju perubahan penggunaan laban rata-rata di Kota Bogar. Dalam studi ini, nilai share dari wilayab Kota Bogor diasumsikan nol, yang berarti tidak terjadi perubaban luasan total (tidak mengalami perluasan laban kota maupun penyusutan laban kota) selama kurun waktu analisis.
1
Robinson Tarigan (2004), dalam bukunya Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi yang diterbitkan Bumi Aksara, menyatakan bahwa pendekatan shift share lebih umum digunakan dalam bidang ekonomi terutama untuk mengetahui kinelja pertumbuhan dan perkembangan ekonomi wilayah, pergeseran struktur, posisi relatif sek1or-sektor ekonorni dan mengidentifikasi sektorsek1or unggulan di suatu wilayah dalam kaitannya dengan perekonomian di wilayah acuan yang lebih luas dalam dua atau lebih titik waktu. Menurut Winoto (1995), dalam artikelnya yang beljudul Pe'A:i/ayahan Komoditas Berdasarkan Ketersediaan Tenaga Kerja dan Aksesibi/itasnya (Biro Perencanaan Departemen Pertanian), analisis shift share dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menganalisis fenomena terjadinya perubahan penggunaan laban. Ananto Aji (2000), dalam disertasi Program Doktor di IPB mengunakan menggunakan pendekatan sh{ft share untuk mengetahui pola pergeseran penggunaan lahan di Kota Bandarlampung.
9
Sedangkan faktor shift dibagi menjadi dua komponen, yaitu komponen proposional sh(ft dan komponen differensial shift. Komponen proposional shift menggambarkan laju perubaban penggunaan laban tertentu pada unit kecamatan maupun kota, sedangkan komponen differensial shift menggambarkan laju perubaban penggunaan laban untuk pemanfaatan tertentu di unit analisis kecamatan tertentu secara relatif terbadap laju perubahan jenis penggunaan laban tertentu di unit analisis Kota Bogor. Rumus umum analisis shift share adalab sebagai berikut (Tarigan, 2004 ):
t
Yij
X..(tJ)- X..(to)J x
Share
Xij (to)
Proposional shift
Xij (to)
Differential shift
X..(to)
Xi.(tJ) X..(ti)J
+ [
Xij (to)
Xi.(to)
X
X..(to)
)J
Xij(ti) Xi.(t1 + [ -- -Xij(to) Xi. (to
X
Keterangan : Yij
= luas pergeseran penggunaan laban ke-i di unit analisis ke-j (i adalab jenis penggunaan laban seperti sawah, permukiman dan lain-lain, sedangkanj adalah kecamatan)
to
= tahun dasar anal isis
t1
= tabun akhir analisis
X..
= luas lal1an di Kota Bogor
Xi.
=
Xij
= luas penggunaan laban ke-i di unit analisis ke-j.
luas penggunaan lal1an ke-i di Kota Bogor
Analisis perubaban penggunaan laban dengan unit wilayab kecamatan dan seluruh wilayah Kota Bogor, dilakukan dengan membagi jenis penggunaan lal1an menjadi 10 jenis sesuai dengan data yang tersedia.
Kesepuluh jenis tersebut
meliputi : permukiman, perdagangan dan jasa, perkantoran, industri, pertanian
10
lahan
basah,
pertanian
lahan
kering,
taman!lapangan
olahragalkuburan,
penggunaan lain (jalan, terminal, stasiun, parkir dll. ), danaulbadan sungai dan hutan kota. Penentuan kecenderungan pergeseran penggunaan lahan dibedakan menjadi dua hal, yaitu pergeseran secara aggregat (unit analisis kota) dan secara parsial (unit analisis kecamatan). Pergeseran secara aggregat dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran kecenderungan perubahan penggunaan lahan di Kota Bogor,
sedangkan pergeseran secara parsial dimaksudkan untuk melihat
perubahan penggunaan lahan setiap kecamatan di Kota Bogor. Nilai proportional shift positif menunjukkan terjadinya perluasan jenis penggunaan lahan yang bersangkutan, sedangkan nilai proportional sh(ft negatif menggambarkan teijadinya penurunan luas jenis penggunaan lahan tersebut. Nilai
proportional
shift juga
menggambarkan
keunggulan
komparatif
sektor
penggunaan lahan tersebut. Sedangkan nilai differensial sh(ft positifmenunjukkan laju penambahan luas penggunaan lahan sektor tersebut di unit kecamatan tertentu lebih tinggi dibandingkan laju perluasan lahan sektor yang sama di Kota Bogor. Sebaliknya hila differensial shift negatif menunjukkan laju penambahan luasnya lebih rendah dibandingkan laju penambahan luas secara keseluruhan di Kota Bogor. Nilai differensial negatif dapat juga diartikan bahwa laju penurunan luas sektor penggunaan lahan tertentu di suatu kecamatan lebih tinggi dibandingkan dengan laju penurunan luas secara agregat yang terjadi di Kota Bogor.
1.6.3.2 Prediksi Luas Penggunaan Laban Prediksi perubahan penggunaan di masa datang dapat dilakukan dengan beberapa metode, baik berdasarkan pemodelan maupun dalam bentuk proyeksi. Dalam penelitian ini, prediksi perubahan penggunaan lahan dilakukan dengan pendekatan proyeksi dengan analisis shift share dan ektrapolasi garis regresi.
A. Proyeksi dengan Pendekatan Analisis Shift Share Proyeksi dengan pendekatan Shift Share ini dilakukan untuk mengetahui luas penggunaan lahan di tiap kecamatan berdasarkan rencana penggunaan lahan secara agregat di Kota Bogor pada tahun 2009. Proyeksi untuk national share dan
proportional shift sama dengan rumus umum shift share, hanya to diganti dengan
II
t, dan t, diganti t, + I. Sedangkan untuk proyeksi differensial shift, dianggap sama dengan differensial shift masa lalu dikalikan dengan indeks penyesuaian peningkatan/penurunan luas penggunaan laban di Kota Bogor (dimodifikasi dari Tarigan, 2004 ). Luas jenis penggunaan laban yang diproyeksikan diperoleh dengan menambabkan faktor perubaban dari national share, proportional shift dan
differensial shift.
Perhitungan proyeksi dengan pendekatan shift share dapat
dilihat pada Lampiran 8.1.1.
B. Proyeksi dengan Pendekatan Ekstrapolasi Garis Regresi Berdasarkan basil analisis awal terbadap trend/kecenderungan perubaban penggunaan laban dari data time series selama 5 tabun (1998-2002) diperoleh pola pertumbuhan yang bersifat linear (Lampiran 8.1.2). Metode yang dianggap sesuai dan dipilih untuk memproyeksikan penggunaan lahan pada tabun 2009 berdasarkan trend perkembangan penggunaan laban selama 5 tabun terakhir yang membentuk garis linear adalab model ektrapolasi garis regresi (Warpani, 1980i. Rumus yang digunakan adalab sebagai berikut :
Pt+x
a+ b (X)
dimana: Pt+x
= luas penggunaan laban tabun (t+x)
X
= tambaban tabun terhitung dari tahun dasar
a, b
= tetapan yang diperoleb dari rumus tertentu:
a=
L:P L:X 2 - L:P L:PX N L:X 2 - (L:X) 2
b = N L:PX 2 - L:X L:P N L:X 2 - (L:X) 2
2 Disebut juga motode selisih kuadrat minimum. Cara ini dianggap ·sebagai penghalusan cara el-trapolasi garis lurus, karena garis regresi memberikan penyimpangan minimum atas data masa lampau (dengan anggapan ciri perkembangan penggunaan lahan masa lampau berlaku untuk masa depan).
12
1.6.3.3 Analisis Limpasan Air Permukaan
Potensi limpasan air permukaan dihitung berdasarkan rumus rasional (Suripin, 2004; Mori, eta!., 1999; Lee, 1980; Seyban, 1977): n
Q
= 0,002778
I
L
CiAi
1=1
dimana:
Q
=
jumlab limpasan air permukaan maksimum/debit banjir (m 3/detik)
I
=
intensitas curab bujan rata-rata (mm/jam)
Ci
=
koefisien limpasan jenis penggunaan laban i
Ai = luas areallimpasanjenis penggunaan laban i (Ha)
Untuk menentukan nilai koefisien limpasan (C) digunakan pendekatan analogi dengan memanfaatkan klasifikasi koefisien limpasan berdasarkan Isman · Kadar (2003) dan US. Forest Service (1980) yang disajikan pada Tabel 1.1. Klmsus untuk nilai koefisien yang diadopsi dari US. Forest Service, besamya koefisien tersebut dipengaruhi oleb tipe tanab dan pengolaban laban, sehingga perbedaan tersebut mengbasilkan nilai kisaran. Untuk memudahkan perbitungan potensi limpasan, dalam penelitian ini diambil nilai rata-rata koefisien limpasan air permukaan pada setiap penggunaan laban. Potensi limpasan air permukaan ini dihitung secara agregat pada tingkat wilayab kota dan secara parsial pada setiap kecamatan di Kota Bogor. Metode rasional mengasurnsikan babwa frekwensi jatuh bujan dan aliran permukaan adalab sama. Metode ini merupakan penyederbanaan besaran-besaran terhadap suatu proses yang rumit. Akan tetapi metode tersebut dianggap akurat untuk menduga puncak aliran permukaan. Metode ini dikembangkan berdasarkan asumsi : (I) hujan yang jatub dengan intensitas seragam selama paling sedikit sama dengan waktu konsentrasi daerab aliran, dan (2) curab hujan terjadi dengan intensitas yang seragam di seluruh daerah aliran. Untuk menghitung debit aliran permukaan dalam penelitian ini, nilai intensitas hujan yang digunakan dalam rumus metode rasional seharusnya yang memenuhi syarat, yaitu bujan jatuh dengan intensitas yang seragam selama paling sedikit sama dengan waktu konsentrasi daerab aliran. Namtm dalam penelitian
13
ini, nilai intensitas hujan diambil dari rata-rata curah hujan terbesar tahun 2000-
2004 yang diperoleh dari Stasiun Pengamatan Klimatologi Kebun Raya. Seharusnya dihitung jarak dari titik teijauh jatuhnya hujan sampai ke titik kontrol (pengamatan debitllimpasan), dihitung waktu konsentrasi selanjutnya dipilih curah hujan dengan intensitas tertinggi selama waktu konsentrasi tersebut. Karena keterbatasan data maka rata-rata curah hujan terbesar tersebut diasumsikan dapat mewakili dalam perhitungan limpasan air permukaan di Kota Bogor. Tabell.l Koefisien limpasan permukaan (C) yang digunakan No.
I.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
9. 10.
Jenis Penggunaan Lahan
Perumahan perkotaan (a) Perumahan perdesaan/pinggiran kota Perkantoran dan Pergudangan (a) Perdagangan dan Pertokoan (a) Industri (a) Pertanian/sawah (a) Pertanian lahan kering/tegalan (a) Taman!Lapangan Olahraga!Kuburan (b) Penggunaan lain-lain (jalan, terminal/sub terminal, pasar dll) (b) Rawa, Danau, Badan Sungai (a) Hutan Kotal Kebun Raya!Hutan Lindung (a)
Kisaran koefisien limpasan
-
Koefisien limpasan permukaan (C) yang akan digunakan 0,73 0,47
-
0,73
-
-
-
0,73
-
0,73 0,20 0,36
0,10-0,25
0,175
0,70-0,95
0,825
-
0,20
-
0,14
Sumber: (a) Isman Kadar, 2003; (b) U.S. Forest SerTrsce, 1980.
1.6.3.4 Analisis Prediksi Limpasan Air Permukaan Prediksi limpasan air permukaan pada tahun 2009 mendatang dilakukan berdasarkan data proyeksi penggunaan lahan dua pendekatan di atas, yaitu hasil perhittmgan proyeksi shift share dan ekstrapolasi gari regresi.
Rmnus
penghitungan limpasan yang digunakan sama dengan analisis Iimpasan pada kondisi penggunaan lahan eksisting, yaitu metode rasional. Demikian juga nilai
14
koefisien yang digunakan sama dengan penghitungan limpasan pada kondisi penggunaan lahan eksisting. Namun pada analisis prediksi limpasan ini, kepadatan bangunan perumahan diasumsi sama, karena telah teijadi peningkatan kepadatan bangunan dari yang rendah (< 60%) menjadi lebih tinggi (> 60%). Dengan demikian nilai koefisien yang digunakan adalah sama, yaitu 0,730, dengan asumsi seluruh perumahan mempunyai kepadatan bangunan di atas 60%.
1.6.4 Rumusan Kebutuhan Data
Untuk melakukan analisis kecenderungan perubahan penggunaan lahan digunakan data sekunder yang diperoleh dari publikasi resmi berbagai instansi yang terkait dengan perrnasalahan penggunaan lahan. Secara rinci data yang diperlukan adalal1 sebagai berikut: 1. Data penggunaan lahan a. Data eksistingjenis dan luas penggunaan lahan tahun 1995. b. Data eksistingjenis dan luas penggunaan lahan tahun 2002. c. Data time series penggunaan lahan selama 5 tahun (1998-2002) d. Data rencanajenis dan luas penggunaan lahan tahun 2009. e. Peta penggunaan lahan sesuai dengan RTRW Kota Bogor. 2. Data curah hujan a. Data intensitas curah hujan rata-rata tahunan dan bulanan 5 tahun terakhir Kota Bogor. b. Curah hujan maksimal5 tahun terakhir di Kota Bogor. 3. Survey lapangan untuk mengetahui intensitas kepadatan bangunan khususnya perumahan di Kota Bogor. 4. Data penunjang di antaranya adalah kondisi fisik wilayah, data kependudukan
dan data perekonomian Kota Bogor.
Selajutnya dari hasil analisis akan dirumuskan strategi pengendalian limpasan air perrnukaan di Kota Bogor, baik yang bersifat preventif maupun kuratif. Ringkasan metodologi penelitian secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 1.2.
15
Tabel 1.2 Ringkasan metode analisis yang dipergunakan Pendekatan Analisis Penelitian Mengumpulkan artikel, leks book, dan hasil-hasil penelilian lenlang perubahan penggunaan lahan dan limpasan air permukaan (descriptive).
Teknik Analisis I Kajian lileratur dalam hubungannya dengan perubahan penggunaan lahan dan limpasan air permukaan
- Teori perubahan penggunaan lahan. - Nilai koelisien lim pas an, - Teknik analisis sh!ft-share - Metode rasional unluk mengukur limpasan
Bappeda Kola Boger, BPN Kola Boger, Dinas Tata Ruang Kola Boger.
Mengkaji laju pergeseran luas berbagai jenis penggunaan lahan dengan unit analisis kota dan kecamatan pada dua lilik waklu, yailu 1995 dan 2002 (explanatory).
Melode shifishare analysis dan stalislika sederhana dengan membandingan unit analisis kecamatan dengan kola
Pola pergeseranl perubahan jenis dan luas penggunaan lahan dari tahun 1995-2002.
Bappeda Kota Boger, BPN Kota Boger, Dinas Tala Ruang Kota Boger.
Proyeksi berdasarkan data rencana penggunaan lahan tahun 2009 dan trend perubahan penggunaan lahan selama 5 lahun ( 1998-2002) (exploratory).
Metode proyeksi sh!ft share dan ektrapolasi dengan model garis regresi (melode selisih kuadrat minimum)
Prediksi jenis dan luas Penggunaan lahan pada tahun 2009 bedasarkan 2 melode pendekalan, yailu sh!ft share dan ekslrapolasi garis re_gresi
Tujuan
Sasaran
Data yang Diperlukan
Sumber data
Mengidenlifikasi perubahan penggunaan lahan dan pengaruhnya terhadap limpasan air permukaan di Kota Boger.
Mengidenlifikasi leoriteori dasar yang berhunbungan dengan perubahan penggunaan lahan dan limpasan air permukaan, metode analisis, rumus dan koefisien yang digunakan.
Buku, artikel, hasil penelilian, dan puslaka lainnya yang menunjang to pi k penelitian.
Buku leks, jurnal ilmiah, laporan penelilian, artikel populer, media massa, website, dan sumber lainnya.
Mengidenlifikasi pola pergeseranlperubahan penggunaanlahan selama kurun waktu 7 tahun (1995-2002).
Jenis-jenis penggunaaan lahan di tiap kecamatan di Kota Boger tahun 1995 dan tahun 2002. Luas tiap jenis penggunaaan lahan di tiap kecamatan di Kota Boger tahun 1995 dan tahun 2002. Data time series jenis dan luas penggunaan lahan tiap kecamatan dari lahun 1998-2002 di Kola Boger.
Memprediksi perubahan penggunaan lahan 7 tahun mendatang (tahun 2009).
16
Output
Lanjutan Tabel 1.2. Tujuan
- - - - - - - - - - - - - -------------------------
' '
.
-
---
---
Menghitung laju limpasan air permukaan berdasarkan data penggunaan lahan tahun 1995 dan 2002.
Memprediksi laju limpasan air yang teljadi pada tahun 2009 berdasarkan prediksi penggunaanlahan tahun 2009.
Sumber data
Pendekatan Analisis Teknik Analisis Output Penelitian -- ------------------------------ ---------- --------- ..... ·-·-- - -·- ------------ ··- .. ---- ·----·--· ·- - ... -- .... --------- ---· - ---··--·---- ----- --·--· -- ---------------Menghitung besarnya Laju limpasan air Stasiun Rumus rasional Datajenis dan luas permukaan tahun Pengamatan limpasan pada tiap sektor pada setiap sektor penggunaanlahan penggunaanlahan 1995 dan tahun Klimatologi penggunaan lahan pada (seperti pada sasaran dan kemudian 2002. Darmaga, Badan setiap kecamatan kedua), dijumlahkan untuk Meteorologi dan sehingga diketahui Data curah huj an kecamatan mana yang mengetahui besar Geofisika maksimum (rom/jam) (BMG), Bogor. paling besar kontribusinya limpasan baik pada yang terj adi 5 tahun tingkat kecamatan terhadap limpasan yang terakhir. terjadi, selain itu limpasan maupun tingkat kota. juga dihitung secara Selain itu, data hasil Survey lapangan agregat untuk tingkat kota observasi lapangan (explanatory). di beberapa tentang kepadatan kawasan Kota bangunan yang akan Bogor. mempengaruhi nilai koefisien limpasan (C) vang digunakan. Prediksi laju Rumus rasional Memprediksi limpasan Stasiun Data prediksijenis dan limpasan air pada setiap sektor tahun 2009 berdasarkan Pengamatan luas penggunaan lahan permukaan pada penggunaanlahan hasil dari 2 pendekatan Klimatologi, (seperti pada sasaran tahun 2009. dan kemudian pred~ksi perubahan Badan ketiga), dijumlahkan untuk Meteorologi dan penggunaan lahan pada Data curah hujan mengetahui besar sasaran ketiga, baik pada Geofisika maksimum (rom/jam) baik pada limpasan (BMG) kecamatan tingkat yang terjadi 5 tahun tingkat kecamatan maupun tingkat kota Darmaga, terakhir. maupun tingkat (exploratory). Bogor. -- ___kma. Data yang Diperlukan
Sasaran
17
1.7 Sistematika Pembahasan Laporan penelitian dengan judul "Identifikasi Perubaban Penggunaan Lahan dan Pengaruhnya terhadap Limpasan Air Permukaan (Studi Kasus Kota Bogor)" disusun dalam 5 bab pembahasan sebagai berikut:
BABI
PENDAHULUAN Bab satu merupakan pengantar studi, menguraikan Iatar belakang, perumusan masalab, tujuan dan sasaran penelitian, relevansi penelitian, ruang lingkup penelitian, kerangka pemikiran studi, metode penelitian dan sistematika pembabasan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS PERKEMBANGAN KOTA, PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN LIMPASAN AIR PERMUKAAN Bab dua merupakan tinjauan teoritis yang menguraikan perkembangan kota, perubahan penggunaan lahan, limpasan air permukaan, dasar penentuan metodologi penelitian yang berisi teori metode analisis data dan metode pengumpulan data.
BAB Ill
GAMBARAN UMUM WILA YAH STUDI Bab tiga berisi uraian gambaran umum Kota Bogor dan gambaran kedudukan kota bogor dalam konteks wilayah Jabodebek khususnya dalam bubungan lingkungan, kondisi fisik wilayab, kondisi iklim, distribusi dan kepadatan penduduk, perekonimian serta jenis-jenis penggunaan laban di Kota Bogor.
BAB IV
ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN LIMPASAN AIR PERMUKAAN Bab empat menguraikan analisis perubaban penggunaan laban dan potensi limpasan air permukaan di wilayah
~ota
Bogor.
Analisis
perubahan penggunaan lahan berisi uraian pola pergeseran jenis-jenis
18
penggunaan lahan dengan menggunakan analisis sh(ft share yang menggambarkan perubahan baik pada tingkat kecamatan maupun kota dan dibahas pula prediksi penggunaan lahan pada tahun 2009 berdasarkan pendekatan sh({t share dan ekstrapolasi garis regresi. Analisis limpasan air permukaan berisi uraian besamya limpasan air permukaan pada setiap penggunaan lahan, setiap kecamatan dan di Bogor, serta prediksi Iimpasan yang terjadi pada talmn 2009 berdasarkan hasil proyeksi penggunaan lahan dengan metode sh(ft share dan ekstrapolasi garis regresi.
BAB V
PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN LIMPASAN AIR PERMUKAAN DI KOTA BOGOR Bab lima berisi temuan studi, kesimpulan dari hasil studi dan rekomendasi pengendalian penggunaan Iahan maupun pengendalian Iimpasan air permukaan yang telah teijadi di Kota Bogor. Selain itu dijelaskan pula mengenai kekurangan studi dan rekomendasi untuk studi lanjutan.
19
BAB II TINJAUAN TEORITIS PERKEMBANGAN KOTA, PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN LIMPASAN AIR PERMUKAAN
11.1 Struktur dan Perkembangan Kota Definisi tentang kota telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Menurut Branch ( 1985), kota diartikan sebagai tempat tinggal dari beberapa ribu penduduk atau lebih. Perkotaan diartikan sebagai areal terbangun dengan stmktur dan jalanjalan, sebagai suatu pemukiman yang terpusat pada suatu area dengan kepadatan tertentu yang membutuhkan sarana dan pelayanan pendukung yang lebih lengkap dibandingkan dengan kebutuhan di daerah pedesaan. Di Indonesia, secara operasional kota didefmisikan sebagai kelompok orang-orang dalam jwnlah minimal tertentu, hidup dan bertempat tinggal bersama dalam suatu wilayah geografis tertentu, berpola hubungan rasional, ekonomis dan individualistis
1.
Pengertian tentang kawasan perkotaan, menumt Undang-Undang
No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotan,
pemusatan
dan
pendistribusian
pelayanan
jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Perkembangan kota selalu akan mengubah stmktur kota tersebut. Secara teoritis dikenal 3 model klasik struktur kota, yaitu model konsentris dari E. W. Burgess (1923 ), model sektoral dari Hommer Hoyt (1939), dan model multiple
nuclei dari C. Harris dan E. Ullman (1945). Model konsentris menyatakan bahwa stmktur kota akan berbentuk lingkaran konsentris yang terdiri dari 5 zona, yaitu
central business district (CBD), kawasan transisi, kawasan pemukiman, kawasan pemukiman bam dan zona penglaju. Model sektoral mengatakan bahwa setiap lingkaran berbagai kegiatan tertentu tidak membentuk lingkaran konsentris, tetapi akan terdistribusi secara acak. Sedangkan model multiple nuclei menyatakan bahwa kota terbentuk tidak hanya dari satu pusat, tetapi dari beberapa pusat yang tersebar di kawasan kota tersebut (Sabari Yunus, 1999).
1 Definisi kota mengikuti kesepakatan Badan Kerjasama Antar Kotapraja Seluruh Indonesia (BKSAKSI) dalam musyawarahnya tahun 1969 di Bukittinggi.
20
Pemusatan kegiatan ekonomi di perkotaan telah mengakibatkan makin tingginya arus migrasi dari desa ke kota, sehingga kota akan tumbuh dan berkembang pesat. Menurut Gordon E. Cherry (1974) dalam LPP-Wilayah dan Kota ( 1991 ), faktor yang mempengaruhi perubahan suatu kota adalah faktor tekno1ogi, ekonomi, sosial dan fisik kota. Perkembangan tersebut tidak hanya menuju perkembangan fisik kota ke segala arah, tetapi juga mengisi lahan-lahan yang masih kosong di dalam kota. Pada gilirannya akan sering terjadi perubahan ataupun pergeseran dominasi guna lahan lama menuju guna lahan barn (penetrasi dan invasi). Budihardjo dan Sudanti ( 1993) menyatakan bahwa perkembangan kota yang pesat ditandai dengan meningkatnya aktivitas manusia seperti penggunaan laban, permukiman, perindustrian dan sebagainya.
Menurut Branch (1985),
semakin meluasnya dan tingginya kepadatan kota akan menimbulkan berbagai masalah, baik sosial, ekonomi maupun lingkungan. Konsentrasi penduduk dan bangunan dalam jumlah besar akan menurunkan kualitas li!J.gkungan dengan semakin menurunnya ruang terbuka, dan meningkatnya kebisingan serta polusi udara. Hal ini menyebabkan kualitas lingkungan hidup di perkotaan cenderung menurun. Kecepatan perkembangan kota sangat ditentukan oleh faktor-faktor percepatannya, yaitu jumlah penduduk dan aktivitas sosial ekonomi yang keduanya mempunyai sifat berkembang (Sujarto, 1991). Perubahan kedua faktor tersebut akan menyebabkan perkembangan aspek lainnya yang sebagian besar membutuhkan ruang, sehingga menimbulkan persaingan untuk mendapatkan ruang yang suplainya dari waktu ke waktu relatif tetap, seperti yang terlihat pada Gambar 11.1.
21
Kota yang baik merupakan kesatuan ruang yang direncanakan berdasarkan kebutuhan komponen penyusun ruangnya, sehingga dapat menciptakan suasana kenyamanan dan kesehatan bagi warganya. Wilayab kota terbagi dalam 3 jenis, yaitu (a) wilayah pengembangan dimana kawasan terbangun dapat dikembangkan secara optimal, (b) wilayah kendala dimana kawasan terbangun dapat dilakukan secara terbatas dengan memperhatikan kelestarian lingkungan, dan (c) wilayah limit dimana peruntukannya hanya untuk menjaga kelestarian alam, sedangkan keberadaan kawasan terbangun tidak bisa ditelori (Sujarto, 1991 ). Namun pada kenyataannya, pesatnya perkembangan kota telah membawa perubahan penggunaan laban yang sering tidak mengindahkan 3 jenis bagian wilayah kota tersebut. Besarnya tekanan penduduk dan aktivitas sosial ekonomi kota telah mempercepat terjadinya perubahan penggunaan laban yang sering kali tidak mempertimbangkan kepentingan umum dan lingkungan. Menurut Zulkaidi (1999), perubaban penggunaan lahan sering juga tidak sesuai dengan rencana yang telab ditetapkan yang disebabkan kuatnya tekan_an pelaku pasar.
11.2 Perubaban Penggunaan laban
11.2.1 Pengertian dan Lingkup Perubaban Penggunaan laban
Perubaban penggunaan laban pada dasarnya merupakan gejala yang normal sesuai dengan proses perkembangan dan pengembangan kota. Menurut Dox.iadis (1968), ada dua tipe dasar pengembangan kota, yaitu pertumbuhan dan transformasi. Pertumbuban mencakup semua jenis permukiman barn, termasuk didalamnya permukiman yang sama sekali barn dan perluasan permukiman yang ada, sedangkan transfonnasi merupakan perubahan menerus bagian-bagian permukiman perkotaan untuk meningkatkan nilai dan tingkat efisiensi bagi penghuninya. Menurut Zulkaidi (1999), perubaban penggunaan laban mencakup perubaban fungsi (landuse), intensitas dan ketentuan teknis masa bangunan (bulk). Perubahan fungsi adalah perubahan jenis kegiatan, sedangkan perubaban intensitas adalab mencakup perubahan KLB, KDB, kepadatan bangunan dan lainlain. Perubahan teknis bangunan mencakup antara lain perubahan GSB, tinggi
23
bangunan dan perubahan minor lainnya tanpa mengubah fungsi dan intensitasnya. Perubahan fungsi merupakan dampak yang paling besar terhadap lingkoogan karena menghasilkan kegiatan yang berbeda dengan kegiatan sebelwnnya. Perubahan intensitas untuk kegiatan sejenis memperbesar dampak yang telah ada, sedangkan perubahan teknis bangunan memberikan dampak yang rendah terhadap lingkungan. Umumnya perubahan penggunaan lahan merupakan kombinasi dari dua atau tigajenis perubahan tersebut. Perubahan penggunaan laban bukanlah semata-mata berkurangnya luasan lahan suatu penggunaan, melainkan suatu fenomena dinamis yang menyangkut Perubahan penggunaan laban pertanian
aspek-aspek kehidupan masyarakat.
berkaitan erat dengan perubahan orientasi ekonomi, sosial, budaya dan poltik masyarakat. Arah perubahan ini secara langsoog atau tidak langsung akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat, ekonomi wilayah, dan tata ruang wilayah.
11.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan laban Charles C. Colby dalam Zulkaidi (1999), mengidentifikasikan adanya dua gaya yang saling bertentangan yang mempengaruhi pembentukan dan perubahan guna lahan kota, yaitu gaya sentripetal dan gaya sentrifugal yang diuraikan sebagai berikut: 1. Gaya Sentripetal bekeija menahan fungsi-fungsi tertentu di pusat kota dan menarik yang lain untuk berlokasi di sekitarnya. Gaya ini terjadi karena sejumlah kualitas daya tarik pusat kota, yaitu: a. Daya tarik tapak/site. b. Kenyamanan fungsional, seperti aksesibilitas dan aglomerasi. c. Prestise
fungsional,
kawasan
seperti
tertentu
ootuk perdagangan
elektronik, pakaian dan lain-lain. 2. Gaya sentrifugal adalah gaya yang mendorong kegiatan berpindah dari pusat kota ke wilayah pinggiran. Ada 5 gaya yang berkeija dalam hal ini, yaitu: a. Gaya spasial, terjadi karena pusat kota sering mengalami kemacetan sedang wilayah lain masih kosong.
24
b. Gaya site adalah akibat daya tarik guna laban ekstensif atau daya tarik natural lam·cape di pinggir kota di banding guna laban intensif di pusat
kota. c. Gaya situasional, sebagai akibat gaya tarik alinement dan kenyamanan yang lebib baik di pinggir kota. d. Gaya evolusi sosial, sebagai akibat tingginya nilai tanab, pajak dan keterbatasan pertumbuban di pusat kota. e. Status dan organisasi bunian, sebagai akibat polusi di pusat kota sedangkan di wilayab tidak.
Untuk Kota Bogor, perubaban pemanfaatan labannya dipengaruhi oleb kedua gaya tersebut. Gaya sentripetal telab menarik kegiatan dari luar Kota Bogor berlokasi di kota ini, sedangkan gaya sentripugal mendorong peran Kota Bogor sebagai penerima limpaban penduduk dari DKI Jakarta. Menurut E.J. Kaiser dan S.F. Weiss, dalam L.S. Bourne (1971: 188-199), secara konsepsional proses perubaban guna laban di pinggir kota adalab : 1. Urban interest, yaitu meningkatnya kepentingan kota terbadap laban, sebingga kawasan pinggir kota menjadi potensial dan guna laban yang ada mulai bergeser. 2. Secara aktif kota menjadi baban pertimbangan bagi pengusaba untuk dibeli dan dikembangkan. 3. Mulai diprogram untuk pembangunan. 4. Mulai dibangun, dan 5. Mulai dibeli dan dibuni oleb penduduk.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan dalam proses pembangunan tersebut ada 3 yaitu : I. Faktor konseptual, yang antara lain laju dan tipe perubaban penduduk. Faktor konseptual ini ada dua tipe, yaitu (E.J. Kaiser dan S.F. Weiss. dalam L.S. Bourne, 1971: 188-199):
25
a. Faktor sosio-ekonomi, yang antara lain struktur ekonomi dan prospek perkembangan kota, konsentrasi dan kompetisi pembangunan industri, kondisi pasar perumahan dan lain-lain. b. Faktor kebijakan publik, yang antara lain tingkat pelayanan kota, pola spasial, biaya transportasi, distribusi fasilitas, peraturan-peraturan dan perijinan, zoning dan lain-lain. 2. Faktor kepemilikan (property), yaitu berkaitan dengan unit lahan dimana keputusan dibuat, seperti kondisi site, zone, blok, grid dan lain-lain. Ada 3 tipe faktor ini, yaitu : a. Faktor fisik : topografi, kondisi tanah dan lain-lain (yang tidak dapat berubah kecuali dengan modifikasi langsung). b. Faktor lokasi, tidak inheren seperti faktor fisik tetapi sebagai akibat lokasi relatifterhadap seluruh pola spasial aktivitas kota. c. Faktor institusi site, yaitu atribut site yang dibentuk oleh institusi sosial, misalnya zoning. 3. Faktor agen keputusan, terdiri atas pemilik lahan, developer dan rumah tangga (masyarakat). a. Pemilik lahan Keputusan pemilik lahan untuk mempertahankan atau menjual lahannya dipengaruhi oleh harapan-harapannya untuk terhadap nilai lahan pada masa datang. Nilai lahan sendiri sangat dipengaruhi oleh jaringan utilitas yang tersedia, oleh karena itu kebijakan pengembangan jaringan utilitas harus dilakukan secara hati-hati untuk memperkecil adanya dampak buruk perubahan guna lahan. Salah satu aspek lain yang dapat mempengaruhi nilai lahan adalah melalui perpajakan, misalnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
Dengan memberikan tingkat pajak yang tinggi terhadap
penggunaan komersial dan perumahan, maka harga pasar lahan menjadi rendah tetapi nilai sewanya menjadi tinggi, meskipun telah dilengkapi jaringan utilitas. b. Developer Keputusan paling kritis bagi developer adalah pada .saat pembelian lahan, karena sifatnya antisipatif. Developer akan mempertimbangkan membeli
26
lahan apabila dilihat adanya keuntungan yang akan diperoleh hila melakukan pembangunan pemmahan. Dalam arti developer melihat bahwa ada pennintaan perumahan yang besar, tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi, laban memiliki lokasi yang baik, dapat memenuhi spesifikasi pennintaan pasar dan lain-lain. c. Rumah tangga (masyarakat) Keputusan mmah tangga untuk berpindah tempat tinggal dan menempati mmah bam dipengaruhi oleh faktor-faktor besarnya ketidakpuasan pada lokasi lama, harapan memperoleh kepuasan di lokasi bam dan biaya berpindah.
Dalam perspektif yang lebih luas, permindahan perumahan
mencerminkan pembahan di dalam struktur ekonomi dan sosial (Short,
1982: 196 dalam LPP Wilayah dan Kota, 1991).
Edel (1972) telah
mengamati adanya ekspansi ke wilayah suburban dalam skala yang cukup besar yang cepat. Lokasi-Iokasi yang menarik adalah pada setiap jalan dan ka was an industri serta komersial. Penelitian Oswar l\:1ungkasa ( 1988) di Kota Bandung secara jelas menyimpulkan bahwa keputusan berpindah disebabkan oleh faktor status tempat tinggal dan karakteristik lingkungan fisik. Semakin tinggi tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan, semakin tinggi pula kedua faktor tersebut mendorong rumah tangga untuk berpindah. Di dalam memilih tempat tinggal bam, faktor aksesibilitas menjadi faktor utama, kemudian diikuti oleh lingkungan fisik dan kondisi/tipe rumah, dan faktor harga.
Menumt Nasoetion (1991 ), ada beberapa hal yang diduga sebagai penyebab proses pembahan peng1:,runaan lahan tersebut adalah: I . Besarnya tingkat urbanisasi dan lambatnya proses pembangunan di pedesaan 2. Meningkatnya jumlah kelompok golongan berpendapatan menengal1 - atas di wilayah perkotaan yang berakibat tingginya pennintaan terhadap pennukiman. 3. Terjadinya transponnasi di dalam struktur perekonomian yang pada gilirannya akan mendepak kegiatan pertanian/lahan hijau, khususnya di perkotaan. 4. Terjadinya fragmentasi pemilikan lahan menjadi satuan-satuan usal1a dengan ukuran yang secara ekonomi tidak efisien.
27
Dilihat dari sudut pandang ekonomi, lahan adalah salah satu faktor produksi yang mempunyai harga. Dengan memberi arti sewa lahan (land rent) maka fenomena perubahan pemanfatan lahan bisa dipelajari dan dimengerti. Nilai sewa ekonomi lahan adalah nilai penerimaan bersih yang diterima oleh sebidang lahan per m2 per tahun akibat dilakukannya suatu kegiatan pada sebidang lahan tersebut. Bila nilai sewa ekonomi lahan untuk suatu pemanfaatan secara ekstrim lebih tinggi dari pemanfaatan lain, maka perubahan penggunaan lahan akan terjadi. Barlowe (1987) mengemukakan bahwa pada umumnya besaran sewa ekonomi lahan dari berbagai kegiatan dapat diuraikan sebagai berikut : industri dan perdagangan > pemukiman > pertanian > hutan > lahan tandus. Tentu saja kondisi ini tidak mutlak terjadi pada setiap lokasi. Dengan demikian penggunaan lahan yang
memi~_iki
keuntungan komparatif tertinggi mempunyai kapasitas
penggunaan lahan terbesar, sehingga penggunaan lahan cenderung dialokasikan untuk kegiatan yang memberikan nilai sewa ekonomi lahan tertinggi seperti yang diilustrasikan pada Gam bar II.2.
SEWA EKONOMJ LAHAN
Industri dan perdagangan
Pf'!m nkim
~n
P e rta n i::t n l.::t h::t n t::t n rln
KAPASITAS PENGGUNAAN LAHAN YANG S EM AKIN BE R K U RANG
Gambar 11.2 Nilai sewa ekonomi lahan pada berbagai pemanfaatan (Barlowe, 1978)
28
~
Apabila mekanisme pasar dibiarkan berlangsung secara bebas, maka penggunaan lahan yang mempunyai sewa ekonomi yang lebih besar relatif lebih mudah menduduki lokasi utama dan akan menekan (mengubah) penggunaan lahan yang mempunyai sewa ekonomi lahan lebih rendah. Padahal lahan memiliki nilai sewa lingkungan (emvironmenta/ rent), khususnya dikaitkan dengan ekosistem kota secara keseluruhan. Dalam pasar bebas, nilai sewa lingkungan ini cenderung terabaikan karena sering dianggap tidak memiliki nilai sewa yang nyata. Berdasarkan ilustrasi yang diuraikan, maka penggunaan laban suatu kota perlu direncanakan dengan baik agar tercipta kenyamanan dan kesehatan lingkungan kota, karena lahan juga mempunyai fungsi ekologis. Selain itu, perubahan guna lahan mempunyai sifat unconverted, dimana suatu penggunaan lahan yang berubah sulit kembali menjadi penggunaan lahan semula, misalnya perubahan penggunaan
l~han
dari pertanian ke perumahan atau industri sulit untuk berubah
kembali menjadi penggunaan untuk pertanian. Winoto (1995) dan Ananto Aji (2000) menyatakan salah satu cara untuk menganalisis terjadinya penggunaan lahan adalah dengan menggunakan analisis
shift-share. Analisis pergeseran penggunaan lahan (shift-share analysis) ini, dapat mengetahui
kawasan-kawasan
tertentu
yang
mempunyai
kecenderungan
perubahan penggunaan lahan, jenis penggunaan lahan apa saja yang bertambah atau berkurang dan dapat diketahui lajunya di tiap kawasan yang lebih kecil terhadap kawasan yang lebih luas.
11.2.3 Konsep Pengendalian Penggunaan Laban Pengendalian penggunaan lahan diartikan sebagai metode atau cara-cara yang digunakan untuk mengarahkan, memerintah dan membatasi penggunaan lahan. Hal ini diperlukan mengingat banyak sekali penggunaan lahan yang yang menyimpang dari araban rencana yang ada.
Menurut Zulkaidi (1999),
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai rencana merupakan gejala umum yang tejadi di kota-kota yang mempunyai pertumbuhan pesat. Ketidaksesuaian pemanfaatan lahan dengan arahan rencana yang telah ditentukan umumnya disebabkan oleh kesenjangan antara pertimbangan yang mendasari pertimbangan
pelaku
pasar.
Di
satu
29
stst,
ar~an
rencana dengan
peruntukan
lahan
hams
mempertimbangkan kepentingan umum serta ketentuan teknis yang berlaku, sedangkan di sisi lain, kepentingan pasar dan dunia usaba mempunyai kekuatan yang tidak selalu dapat ditahan. Sejak diberlakukannya Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, pemanfaatan ruang di Indonesia masib jauh dari yang dibarapkan. Begitu juga dengan pemanfaatan laban yang merupakan bagian Rencana Tata Ruang Wilayab. Rutinitas bencana banjir, kekeringan, dan bencana alam lainnya merupakan pertanda dari buruknya wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang di Indonesia. Kenyataan ini, membuktikan bahwa sistem penataan dan pemanfaatan laban di Indonesia masib lemah dan belum sempuma. Kelemahan ini bisa terjadi pada aspek perencanaannya, pemanfaatannya, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang mengatur tata guna laban. Beberapa faktor penyebab rencana tata ruang tidak efektif dalam implementasinya sebagai instrumen pembangunan diantaranya adalah kualitas rencana yang masib di bawab standar, rencana yang ada sulit diakses publik, rencana tata ruang kurang fleksibel, dan penegakan tata ruang yang tidak tegas. Sementara itu, McLoughlin (1973) mengemukankan beberapa alasan mengenai perlunya pengendalian pembangunan di antaranya adalah (I) kesebatan individu, keluarga dan komunitas, (2) pembangunan fisik sesuai dengan baknya yang tertata, dilengkapi dengan sirkulasi lalu lintas, akses, keselamatan dari bencana dan lain-lain, (3) kualitas lingkungan fisik dengan menjarnin bahwa kegiatan yang tidak diinginkan (rnisalnya industri, perdagangan) tidak berlokasi di kawasan tertentu.
Sedangkan, beberapa abli lainnya mengemukakan alasan
perlunya pengendalian pemanfaatan laban di kawasan perkotaan, di antaranya adalab: I. Pertumbuhan dan perkembangan kota yang cepat sebingga terjadi persaingan pemanfaatan laban dan diperlukannya alokasi laban yang effisien dan efektif 2. Kegagalan pasar (market failure), alokasi lahan melalui sistem pasar tidak sepenuhnya memenuhi prinsip efisiendi, efektivitas, dan pemerataan. Hal ini terjadi karena adanya ekstemalitas, kurangnya informasi, dan adanya free
rider (Harvey, 1996)
30
3. Full ownership, adanya kebebasan bagi individu untuk memanfaatkan laban sehingga memberikan dampak bagi orang lain (Harrison dan Mordney, 1987) Sementara itu
menurut
Courtney (1983),
beberapa
tujuan
dari
pengendalian pemanfaatan lahan di antaranya adalah : 1. Menyediakan kenyamanan publik (pulbic aminities}, seperti misalnya ruang terbuka, yang tidak dapat disediakan oleb swasta 2. Meningkatkan
efisiensi,
dengan
mengarahkan
pembangunan
dan
pembangunan kembali yang sesuai dengan kepentingan umum 3. Membatasi terjadinya urban sprawl dan mencegab alib fungsi laban pertanian 4. Memperoleb skala ekonomi dalam pelayanan publik Selanjutnya Mcloughlin (1973) menyatakan babwa tindakan yang dapat diambil untuk mengendalikan pembangunan antara lain dengan : (1) membatasi pemanfaatan laban dan bangw1an, cara pembangunan dilaksanakan, tampilan bangunan, bubungan antar bangunan, maupun antara bangunan dengan ruang terbuka, dan (2) niengendalikan bentuk fisik, seperti posisi, ukuran, bentuk, jarak, ruang antar bangunan, tutupan tanah dan tanaman, yang disertai dengan tingkat pengendalian terbadap kegiatan atau penggunaan laban.
11.3 Limpasan Air Permukaan 11.3.1 Pengetian dan Proses Limpasan Air Permukaan Limpasan air permukaan (surface run-off) adalah bagian dari curah bujan yang mengalir di atas permukaan tanah menuju ke sungai, danau dan lautan. Proses limpasan teijadi karena air bujan yang jatuh ke tanab tidak semuanya diserap melalui proses infiltrasi sehingga mengalir di atas permukaan tanah ke tempat yang lebib rendah. Sebelum air dapat mengalir di atas permukaan tanah, curah bujan terlebib dahulu harus memenuhi keperluan air untuk evaporasi, intersepsi, infiltrasi, dan berbagai bentuk cekungan tanah (suiface detentions), serta bentuk penampung air lainnya (Asdak, 2004 ). Limpasan air permukaan berlangsung ketika curab bujan melampaui laju infiltrasi air ke dalam tanah. Setelab laju infiltrasi
terpen~i,
air mulai mengalir
mengisi cekungan-cekungan pada permukaan tanah, kemudian mengalir di atas
31
permukaan tanah dengan bebas sebagai limpasan permukaan. Beberapa limpasan yang berlangsung cepat selanjutnya akan membentuk debit (Asdak, 2004). Jadi limpasan air permukaan hanya akan terjadi bila intensitas hujan lebih tinggi dari laju infiltrasi dan kapasitas cekungan sudah terisi (Suripin, 2002).
CloJd formation
(f:
@
Um;unfin(,Jt.J aqu ifer aqui1er
®
Grou11uwaler u se
~ Groundwater e:
(?;: Confined
@
Surra~e WG!Ier run urr Ripar an ZO'le
Gambar 11.3 Siklus hidrologi Sumber: www.clw.csiro.au/educationlgroundwater/facts.html
Bila dianalogikan Kota Bogor adalah A dan Jakarta adalah B, maka limpasan dari Kota Bogor dan sekitarnya akan menuju Jakarta melalui ruas Sungai Ciliwung. Bila limpasan di Kota Bogor dan sekitarnya tidak terkendali, akan menyebabkan banjir di Jakarta. Dengan demikian limpasan air di kawasan Bogor atau dalam skala yang lebih luas Kawasan Bopuncur sangat erat kaitannya dengan bencana banjir di Kawasan Jakarta.
11.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Limpasan Air Permukaan Limpasan permukaan dipengaruhi oleh faktor meteorologi dan faktor karakteristik daerah limpasan (Mori, et a!., 1999; Suripin, 2002; Suripin 2004; Asdak, 2004). Faktor meteorologi meliputi intensitas curah hujan, durasi atau lamanya
curah
hujan,
dan
distribusi
curah
hujan
limpasanlpengaliran, yang dapat diuraikan sebagai berikut :
32
dalam
daerah
I. Intensitas curah hujan Pengaruh intensitas hujan terhadap limpasan permukaan sangat tergantung pada laju infiltrasi. Jika intensitas curah hujan meiebihi laju infiitrasi maka akan terjadi limpasan permukaan. Namun demikian peningkatan curah hujan tidak seiaiu sebanding dengan peningkatan intensitas hujan karena adanya penggenangan di permukaan tanah. Intensitas hujan berpengaruh pada debit maupun volume Iimpasan. 2. Durasi hujan Total limpasan dari suatu hujan berkaitan langsung dengan durasi hujan dengan intensitas tertentu. Setiap daerah pengaliran mempunyai durasi atau lama hujan kritis. Jikz. hujan yang terjadi lamanya kurang dari hujan kritis, maka lamanya limpasa.'l akan sama dan tidak tergantung pada intensitas hujan. 3. Distribusi curah hujan Laju dan volume limpasan dipengaruhi oleh distribusi dan intensitas hujai di seluruh daerah limpasan. Secara umum laju dan volume limpasan maksimum terjadi jika seluruh daerah limpasan telah memberikan kontribusi aliran.
Faktor karakteristik daerah limpasanlpengaliran diantaranya adalah luas dan bentuk daerah pengaliran, topografi, dan tata guna lahan, yang dapat di uraikan sebagai berikut : I. Luas dan bentuk daerah limpasanlpengaliran Laju dan volume limpasan permukaan makin bertambah besar dengan bertambahnya luas daerah aliran (DAS). Tetapi, apabila aliran permukaan tidak dinyatakan sebagai jumlah total dari daerah aliran, melainkan sebagai laju dan volume per satuan luas, besarnya akan berkurang dengan bertambahnya luas daerah aliran/limpasan. Ini berkaitan dengan waktu yang diperlukan air untuk mengalir dari titik terjauh dari titik terjauh sampai pada titik kontrol (waktu konsentrasi) dan juga penyebaran atau intensitas hujan. Sedangkan bentuk daerah aliran mempunyai pengaruh pada pola aliran dalam sunga1.
Bentuk daerah aliran yang memanjang dan sempit cenderung
menghasilkan laju aliran permukaan yang lebih kecil .dibandingkan dengan daerah yang berbentuk melebar atau melingkar. Hal ini terjadi karena waktu
33
konsentrasi daerab yang memanjang lebib lama dibandingkan daerab yang melebar, sebingga terjadinya konsentrasi air di titik kontrol lebib lambat yang berpengaruh terbadap laju dan volume aliran permukaan. 2. Topografi Topografi yang meliputi
kemiringan
laban,
keadaan
dan
kerapatan
parit/saluran, dan bentuk-bentuk cekungan lainnya mempunyai pengarub pada laju dan volume limpasan permukaan. Daerab aliran yang memiliki kemiringan curam disertai dengan parit/saluran yang rapat akan menghasilkan laju dan volume limpasan permukaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerab aliran yang landai dengan saluran yang jarang. 3. Tata guna laban Limpasan air permukaan dipengaruhi juga oleb tata guna laban. Daerah yang bervegetasi atau
~ertutup
tumbuhan menghasilkan limpasan yang lebih kecil
dibandingkan daerab yang tertutup bangunan. terbadap
Pengaruh tata guna laban
limpasan permukaan dinyatakan dengan koefisien
limpasan
permukaan. Berkurangnya daerah tangkapan dan resapan air secara langsung akan menurunkan infiltrasi dan menurunkan tingkat kedalaman air tanah di kawasan tersebut (Suresb, 2001). Menurut Sinukaban (2005), untuk kasus Sungai Ciliwung, kontribusi terbesar dari beberapa faktor yang mempengaruhi limpasan adalab perubahan penggunaan laban terutama yang terjadi di bagian tengab DAS Ciliwung yang mempunyai intensitas curah bujan di atas 3000-4000 mm/tahun. Perkembangan sektor perumahan yang sangat pesat di Kota Bogor dan Depok menyebabkan meningkatnya koefisien limpasan permukaan di bagian tengab DAS tersebut. Data terakhir menunjukkan
bahwa
bagian tengah
(Katulampa-Ratujaya)
memberikan koefisien limpasan sebesar 48%, bagian hulu (Gunung Gede Pangrango-Katulampa) 38%, dan bagian bilir (Ratujaya-Manggarai) sebesar 14%. Menurut Uunk (1985), limpasan air permukaan di perkotaan membawa berbagai baban polutan seperti deterjen, sisa bahan bakar kendaraan, logam berat, limbah industri, limbab rumab tangga, dan kotoran lainnya yang akan mencemari sunga1.
Untuk mengurangi limpasan menurut Suripin (2.004) dapat dilakukan
dengan cara mekanis maupun agronomis. Selanjutnya Sinukaban (2005)
34
menyatakan cara-cara tersebut dapat dilakukan dengan membangun sumur resapan, chek dam, penertiban penggunaan lahan sepanjang daerah aliran sungai untuk
meningkatkan
infiltrasi
air
tanah,
yang
salah
satunya
adalah
mengalokasikan lahan-lahan resapan air dalam bentuk vegetasi/ruang terbuka hijau (RTH) kota untuk meningkatkan menyerap air hujan. Keberadaan vegetasi dalam bentuk RTH kota mampu menyerap air lebih banyak yang disebabkan oleh adanya pengaruh bahan organik (serasah), mikroorganisme, dan akar tanaman yang mampu meningkatkan porositas tanah dan memantapkan struktur tanah (Lee, 1980). Di AS, Tennesse Valley Autority (TVA) melakukan beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa lahan bervegetasi akan membawa perubahan-perubahan umum terhadap daerah pengaliran/limpasan, diantaran.ya adalah volume limpasan permukaan berkurang, debit maksimum rata-rata berkurang, dan mengurangi waktu konsentrasi (periode waktu yang diperlukan oleh partikel air untuk berpindah dari titik DAS paling jauh ke titik pelepasan) (Seyhan, 1980).
11.3.3 Koefisien Limpasan Air Permukaan
Koefisien limpasan permukaan didefinisikan sebagai nisbah antara puncak limpasan permukaan terhadap intensitas hujan.
Misalnya, koefisien limpasan
10%, artinya 10% dari total curah hujan akan menjadi air limpasan. Secara matematis, koefisien Iimpasan (C) merupakan hasil pembagian dari air limpasan (mm) dengan curah hujan (mm) (Asdak, 2004 ). Koefisien limpasan ini merupakan variabel yang sangat menentukan hasil perhitungan Iimpasan air permukaan atau debit banjir.
Faktor utama yang
mempengaruhi nilai koefisien limpasan adalah Iaju infiltrasi tanah atau prosentase lahan kedap air, kemiringan lahan, tanaman penutup tanah, dan intensitas hujan. Koefisien limpasan juga tergantung pada sifat dan kondisi tanah. Laju infiltrasi menurun pada hujan yang terns menerus dan juga dipengaruhi oleh kejenuhan air sebelumnya. Faktor lain yang mempengaruhi nilai koefisien limpasan adalah air tanah, derajat kepadatan tanah, porositas tanah, dan simpangan depresi (Suripin, 2004 ). Beberapa nilai koefisien Iimpasan hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 11.1 dan 11.2.
35
Tabel 11.1
Koefisien limpasan permukaan (C) di Kawasan Puncak Kabupaten Bogor.
No.
Jenis Penggunaan Lahan
I. 2. 3. 4. 5. 6.
Hutan lindung/Kawasan lindung/Hutan Kota Hutan produksi Pertanian lahan basah Perkebunan Pertanian lahan kering Permukiman perdesaan (intensitas pemanfaatan lahan rendah-sedang, < 60 %) 7. Permukiman dan kawasan perdagangan, industri dan perkantoran (intensitas pemanfaatan lahan tinggi, > 60%) Surnber : Isman Kadar (2003)
Koefisien limpasan permukaan (C) 0,14 0,19 0,20 0,24 0,36 0,47 0,73
Tabel 11.2 Nilai koefisien limpasan permukaan (C) untuk persamaan rasional Penggunaan Lahan Perkantoran • Daerah pusat kota • Daerah sekitar kota Peru mahan • Rumah tinggal • Rumah susun terpisah • Rumah susun bersambung • Pinggiran kota
Daerah lndustri!Urban • Kurang padat industri • Padat industri • Taman, kuburan • Tempat bermain • Daerah stasiun kereta apt • Daerah tak berkembang Jalan Raya • Beraspal • Berbeton • Berbatu bata • Trotoar Daerah beratap
Penggunaan Lahan
Koefisien Limpasan 0,70-0,95 0,50-0,70 0,30-0,50 0,40-0,60 0,60-0,75 0,25-0,40
0,50-0,80 0,60-0,90 0,10-0,25 0,20-0,35 0,20-0,40 0,10-0,30 0,70-0,95 0,80-0,95 0,70-0,85 0,75-0,85 0,75-0,95
Tanah Lapang • Berpasir, datar, 2% • Berpasir agak rata, 2-7% • Berpasir, miring, 7% Tanah berat, datar, 2% • Tanah berat agak rata, 27% • Tanah berat agak miring, 7% Tanah Pertanian, 0-30% Tanah kosong • Rata • Kasar Ladang garapan • Tanah berat tanpa vegetasi • Tanah berat dengan vegetasi • Berpasir tanpa vegetasi • Berpasir dengan vegetasi Padang rumput • Tanah berat • Berpasir Hutan/bervegetasi Tanah Tidak Produktif,
•
>30%
• •
Koefisien Limoasan 0,05-0,10 0,10-0,15 0,15-0,20 0,13-0,17 0,18-0,22 0,25-0,35
0,30-0,60 0,20-0,50 0,30-0,60 0,20-0,50 0,20-0,25 0,10-0,25
0,15-0,45 0,05-0,25 0,05-0,25
Rata, kedap air Kasar 0,70-0,90 0,50-0,70
Sumber : U.S. Forest Servtsce (I 980).
36
Berdasarkan Tabelll.l dan 11.2, maka dapat terlibat bahwa nilai koefisien limpasan menunjukkan adanya kemiripan. Isman Kadar melakukan pengukuran nilai koefisien limpasan di daerah Puncak-Bogor. Nilai koefisien yang dibasilkannya menunjukkan nilai yang berada pada selang nilai yang dikemukakan oleb U.S. Forest Service (1980). Dengan demikian, untuk mengukur limpasan di Kota Bogor digunakan pendekatan analogi dengan menggunakan nilai koefisien dari kedua tabel tersebut dengan penyesuaian sesuai kondisi lapangan (survey lapangan untuk menentukan kesesuaian koefisien limpasan yang akan digunakan). Selain itu, adanya kedekatan lokasi, Kawasan Puncak dengan Kota Bogor memberikan pertimbangan yang lebib kuat untuk menggunakan nilai koefisien ini, mengingat lokasi yang berdekatan memungkinkan adanya kesamaan karakter sifat fisik, baik sifat
t~ah,
iklim dan kondisi lainnya.
Adapun
kekurangan pada tabel koefisien limpasan Isman Kadar dilengkapi dengan tabel koefisien lipasan U.S. Forest Service.
11.4 Dasar Penentuan Metode Analisis 11.4.1 Metode Analisis Perubaban Penggunaan laban
Pada analisis ini akan dilakukan analisis pola pergeseran penggunaan laban yang terjadi di Kota Bogor. Menurut Winoto (1995), salah satu cara untuk menganalisis terjadinya perubahan pemanfaatan/penggunaan laban adalah dengan menggunakan
analisis
shift-share.
Sementara
itu,
Ananto
Aji
(2000),
menggunakan metode shift share untuk menganalisis pergeseran penggunaan laban yang terjadi di Kota Bandarlampung dengan menggunakan data dari dua titik waktu penggunaan laban berselang 10 talmn.
Sebenamya pendekatan ini
lebih umum digunakan dalam bidang ekonomi terutama untuk mengetabui kinerja pertwnbuhan dan perkembangan ekonomi wilayah, pergeseran struktur, posisi relatif sektor-sektor ekonomi dan mengidentifikasi sektor-sektor unggulan di suatu wilayab dalam kaitannya dengan perekonomian di wilayah acuan yang lebib luas dalam dua atau lebib titik waktu (Tarigan, 2004 ). Dalam studi ini analisis tersebut digunakan dalam mengkaji pola perubaban penggunaan laban di Kota Bogor untuk mengetahui pergeseran jenis
37
penggunaan laban.
Analisis ini direncanakan menggunakan data penggunaan
laban dalam dua titik waktu yang berbeda (selang waktu 10 tahun). Unit analisis berupa
satuan
wilayah
administrasi
kecamatan
yang
selanjutnya
akan
dibandingkan dengan Kota Bogor. Berdasarkan analisis shift share, perubahan luas jenis-jenis penggunaan lahan atau konversi lahan yang terjadi di suatu wilayah ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu faktor share dan faktor shift. Faktor share menggambarkan laju perubahan penggunaan lahan rata-rata di Kota Bogor. Dalam studi ini, nilai share dari wilayah Kota Bogor adalah nol, yang berarti tidak terjadi perubahan luasan total (diperkirakan tidak mengalami perluasan lahan kota maupun penyusutan lahan kota) selama kurun waktu analisis. Sedangkan faktor shift dibagi menjadi dua komponen, yaitu komponen proposiona/ shift dan komponen differensia/ sh!ft. Komponen proposiona/ shift menggambarkan laju
perub~han
penggunaan
lahan tertentu pada unit kecamatan maupun kotamadya, sedangkan komponen differensia/ sh!ft Illenggambarkan laju perubahan penggunaan lahan untuk
pemanfaatan tertentu di unit analisis kecamatan tertentu secara relatif terhadap laju konversi jenis penggunaan lahan tertentu di unit analisis Kota Bogor (Ananto Aji, 2004). Pendekatan sh!ft share dalam bidang perekonomian bisa digunakan untuk memprediksi peningkatanlpenyerapan tenaga keija di masa mendatang (Tarigan, 2004 ). Pada studi ini, pendekatan sh!ft share dicoba untuk memproyeksikan luas jenis-jenis penggunaan lahan tiap kecamatan di Kota Bogor pada tahun 2009. Proyeksi tersebut didasarkan pada rencana penggunaan lahan tahun 2009 pada tingkat kota yang tercantum pada RTRW Kota Bogor 2000-2009. Selain proyeksi dengan shift shre analysis juga dilakukan proyeksi dengan ektrapolasi garis regresi berdasarkan kecenderungan perubaban luas jenis-jenis penggunaan yang bersifat linear.
Menurut Warpani (1980), pendekatan ini
dianggap sebagai penghalusan cara ekstrapolasi garis lurus, karena garis regresi memberikan
penyimpangan
minimum
atas
data
masa
lampau
(dengan
menganggap karakteristik perubahan penggunaan lahan masa lampau berlaku untuk masa depan).
38
11.4.2 Metode Analisis Limpasan Air Permukaan.
Untuk menaksir besamya limpasan pada suatu kawasan dapat digunakan beberapa metode, yang paling umum digunakan diantaranya adalah (Seyhan, I977; Mori, eta/., I999): I. Pendekatan infiltrasi, pada metode ini debit banjir sama dengan perbedaan an tara jumiah curah hujan dan infiltrasi. 2. Metode rasional, rumus rasional merupakan suatu rumus limpasan air (banjir) tertua dan terkenal. Rumus ini banyak digunakan untuk sungai-sungai biasa dengan daerah pengaliran yang luas, dan juga untuk merencanakan drainase pada daerah pengaliran yang relatif sempit. 3. Rumus empiris, rumus ini menyatakan korelasi dengan satu atau dua variabel yang sangat berhubungan dengan debit limpasan. Mengingat ada kira-kira I520 variabel yang mempengaruhi limpasan air permukaan pada suatu frekwensi tertentu, maka perkiraan debit banjir yang hanya mengkorelasikan satu atau dua variabel sudah tentu tidak mungkin diperoleh hasil yang memuaskan, namun rumus-rumus ini dapat memberikan harga perkiraan kasar secara cepat. 4. Cara statistik dan cara kemungkinan, jika terdapat cukup banyak data dan tidak terdapat variasi yang besar dari kondisi daerah aliran sebelum dan sesudah periode pengamatan, maka perhitungan dengan cara kemungkinan dari debit limpasan maksimum yang diperkirakan terjadi dengan frekwensi yang tetap adalah cukup baik. 5. Hidrograf satuan dan grafik distribusi, merupakan cara yang sangat berguna dan sangat baik untuk perhitungan limpasan air permukaan. Namun cara itu memerlukan perhitungan yang relatifrumit dan data yang banyak.
Pada penelitian ini, rumus yang digunakan adalah rumus rasional. Rumus ini mengandung arti bahwa jika terjadi hujan selama I jam dengan intensitas I mm/jam dalam daerah seluas 1 km2, maka besar limpasan maksimumnya adalah 0,2778 m 3/detik dan melimpas merata selama I jam.
Koefisien limpasan
mempunyai nilai yang berbeda-beda tergantung dari topografi daerah pengaliran, perbedaan pemanfaatan tanah dan lain-lain (Mori, et al., I99?).
39
Rumus ini sangat populer karena kesederhanaannya (Seyhan, 1977). Lee ( 1980) menyatakan babwa rumus ini telah digunakan secara meluas, khususnya dalam praktek keteknikan dan menduga puncak-puncak limpasanlbanjir pada kawasan perkotaan dan daerah-daerah pengaliran/resapan kecil. Kemudian, Suripin (2004) menambahkan bahwa rumus ini merupakan metode yang umum dipakai untuk memperkirakan limpasan permukaan puncak. Metode ini sangat simpel dan mudah dipergunakan serta cocok digunakan pada daerah aliran yang tidak terlalu luas. Metode ini dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa hujan yang terjadi mempunyai intensitas seragam dan merata di seluruh wilayab studi. Hal-hal di atas menjadi pertimbangkan penggunaan rumus ini untuk menghitung limpasan di Kota Bogor yang merupakan kawasan perkotaan, luas tidak terlalu besar dan intensitas serta lamanya hujan diperkirakan merata di seluruh kota.
11.4.3 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data menunjukkan cara-cara yang dapat ditempuh untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Ada dua cara pengumpulan data, yaitu metode pengumpulan data sekunder dan primer. Menurut Sugiarto, eta/. (2003), metode pengumpulan data sekunder sering disebut metode pemanfaatan bahan dokumen, karena dalam hal ini peneliti tidak secara langsung mengambil data sendiri tetapi meneliti atau memanfaatkan data yang dihasilkan pihak lain. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama, baik dari individu seperti basil wawancara atau pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini direncanakan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari instansi-instansi terkait di Kota Bogor. Data-data tersebut meliputi data luas jenis-jenis penggunaan laban pada setiap kecamatan di Kota Bogor dalam dua titik waktu yang berbeda, yaitu data pengunaan laban tahun 1995 dan data penggunaan laban tahun 2002, selain itu diperlukan juga data curah hujan dan lamanya hujan harian untuk menghitung limpasan permukaan yang terjadi di Kota Bogor. Untuk melengkapi data sekunder, dilakukan
su~ey
primer/observasi
lapangan terhadap kondisi wilayah untuk menentukan koefisien limpasan yang
40
sesuai dan penggalian inforrnasi dari beberapa penjabat setempat mengena1 kebijakan-kebijakan
yang
berhubungan
dengan
penggunaan
lahan
dan
penanganan limpasan air perrnukaan (DAS Ciliwung) di wilayah Kota Bogor baik secara lokal maupun kerjasama regional dengan pemerintah daerah lainnya khususnya DKI Jakarta.
41
BAB III GAMBARAN UMUM WILA YAH STUD I
111.1 Kondisi Fisik dan Wilayah Administrasi Kota Bogor 111.1.1 Aspek Fisik Dasar Kota Bogor
Kota Bogor mempunyai luas wilayah 11850 Ha, terletak pada ketinggian rata-rata 190m dari permukaan laut (dpl) dengan ketinggian maksimal350 m dpl. Jenis tanah didominasi oleh Latosol Coklat Kemerahan dan sebagain Jagi mempunyai jenis tanah AI uvial Coklat dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 em, tekstur tanah halus dan bersifak agak peka terhadap erosi. Sebaran kedalaman tanah di tiap kecamatan di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 111.1. Sebagian besar tanah mengandung liat (clay) serta bahan-bahan yang berasal dari letusan gunw1g berapi, sehingga keadaan tariaimya mengandung liat, batu-batuan dan pasir. Kekuatan tanah di daerah ini bisa mencapai 2 sampai 5 kg per cm2, s'edangkan pada tempat yang tidak berbatu dapat menahan 1,50 kg per cm2 .
Tabel III.1
Luas laban berdasarkan kedalaman efektif tanah pada setiap kecamatan di Kota Bogor
Kota Booor
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
37.45 1714.47 612.72 360.87 39.16 2764.67
0.11 55.38 0.00 187.40 21.00 264.12
97.44 1015.00 1515.15 3285.00 200.28 813.00 2532.73 3081.00 1844.63 1884.00 7962.00 11850.00
Sumber : BPS Kota Bogor (2003)
Kota Bogor tergolong daerah yang cukup datar dengan kemiringan laban rata-rata berkisar antara 0-15 persen dan sebagian kecil daerahnya mempunyai kemiringan antara 15-40 persen. Luas lahan pada setiap kelas kelerengan di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 111.2.
42
Tabel 111.2 Luas lahan berdasarkan kelas kelerengan pada setiap kecarnatan di Kota Bogor No. Kecamatan
Datar 0-2% (Ha) 1 Bogar Utara 137.85 2 Bogor Timur 182.30 3 Bogor Barat 618.40 125.44 4 Bogor Tengah 5 Bogor Selatan 169.10 6 Tanah Sareal 530.85 Kota Bogor 1763.94 Sumber : BPS Kota Bogar (2003)
Landai Agak Curain Curam Sangat Coram ··.Jumlah·. 2-15% 15-25% 25-40% >40% (Ha) ,.. .~-- (IIJi) . (Ha} (Ha) (Ha) 68.00 0.50 1772.00 1565.65 0.00 44.20 9.80 1015.00 56.00 722.70 10.65 3285.00 153.81 2502.14 0.00 117.54 9.55 813.00 560.47 0.00 89.24 350.37 3081.00 1418.40 1053.89 0.00 1884.00 31.24 1321.91 0.00 765.16 119.74 11850.00 1109.89 8091.27
Kota Bogor dikenal dengan kota hujan, dengan curah hujan rata-rata berkisar antara 3200-4300 mm/tahun. Data time series kondisi curah hujan 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 111.3.
Suhu udara rata-rata setiap
bulannya adalah 26° C dengan kelembaban udara lebih kurang 70%:
Suhu
terendah adalah 21,8° C, terjadi paling sering pada bulan Desember dan Januari. Arah mata angin dipengaruhi oleh angin muson, pada bulan Mei sarnpai Maret dipengaruhi angin Muson Barat dengan arab mata angin 6% terhadap arah Barat. Tabel III.3
No.
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Intensitas curah hujan bulanan 5 tahun terakhir yang terjadi di Kota Bogor (Stasiun Pengarnatan Kebun Raya) Curah Hujan Tahun cmm)
Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni 7. Juli 8. Agustus 9. September 10. Oktober 11. Nopember 12. Desember Jumlah curah hujan (mm/tahun) Curah hujan maksimal (mm/.iam)
2000 297 286 98 276 491 227 327 208 377 191 480 79 3337
2001 383 352 276 364 335 340 366 142 445 307 445 70 3825
2002 629 475 414 578 247 345 313 128 118 298 416 385 4346
2003 212 556 471 309 510 180 25 91 270 552 326 398 3900
2004 404 327 432 640 374 169 209 166 392 277 401 432 4223
78
175
158
128
125
Surnber : StasiUm Khmatologi Darmaga Bogor (2005).
43
Rata-rata
385,0 399,2 338,2 433,4 391 ,4 252,2 248,0 147,0 320,4 325,0 413,6 272,8 3926,2 132,8
Kondisi hidrologi Kota Bogor mencakup air pennukaan dan air tanah. Air pennukaan ditunjukkan dengan mengalir beberapa sungai, yaitu Sungai Ciliwung, Cisadane, dan beberapa sungai lainnya seperti Sungai Cipakancilan, Cibalok, Ciparigi, dan Cibuluh. Sungai-sungai ini merupakan saluran makro dalam sistem drainase Kota Bogor. Air tanah di Kota Bogor rata-rata mempunyai kedalaman ± 5 m, sedangkan pada daerah perbukitan bergelombang relatif lebih dalam. Dilihat dari posisinya dalam sistem Daerah Aliran Sungai (DAS), Kota Bogor merupakan bagian tengah DAS Ciliwung. Bagian tengah dari DAS ini, menurut Sinukaban (2005) merupakan menyumbang terbesar meningkatnya debit air Sungai Ciliwung yang sering menyebabkan banjir kawasan Jakarta. Meskipun tidak tennasuk dalam 19 kecamatan yang ditetapkan sebagai daerah resapan air
(cacthment area) dalam Keppres No. 114 Tahun 1999 tentang Penataan Ruang Kawasan Bogor-Puncak-Cianjm (Bopuncur), namun sebagai bagian dari DAS tersebut perlu kiranya Kota Bogor memperhatikan keseimbangan lingkungan terutama dalam hubungannya dengan tata air dan limpasan pennukaan yang berdampak langsung pada terjadinya banjir di Jakarta.
111.1.2 Wilayah Administrasi Kota Bogor Secara administrasi pemerintahan, Kota Bogor yang memiliki luas 11.850 Ha terbagi dalam 6 kecamatan dan 68 kelurahan/desa, yaitu Kecamatan Bogor Utara, Bogor Timur, Bogor Tengah, Bogor Selatan, Bogor Barat dan Tanah Sareal.
Sedangkan 68 kelurahan/desa terdiri dari 31 kelurahan dan 37 desa, 210
dusun, 623 RW, dan 2.712 RT. Kelurahan/desa tersebar pada 6 kecamatan dengan rincian sebagai berikut :
I.
Kecataman Bogar Utara
Luas 1772 Ha terdiri dari 8 kelurahan, yaitu Kelurahan
Tegalgundil,
Bantarjati,
Kedunghalang, Ciparigi, Cibuluh, Ciluar, Tanah Baru dan Cimahpar. 2.
Kecamatan Bogar Timur
Luas 1015 Ha terdiri dari 6 kelurahan, yaitu Kelurahan Baranangsiang, Sukasari, Katulampa, Sindangsari, Sindangrasa tlan Tajur.
3.
Kecamatan Bogar Barat
Luas 3285 Ha meliputi 16 kelurahan/desa, yaitu
44
Kelurahan Menteng, Pasir Kuda, Pasir Jaya, Pasir Mulya, Gunung Batu, Sindangbarang, Bubulak., Situgede, Margajaya, Balumbangjaya, Semplak, Cilendek Timur, Cilendek Barat, Curug Mekar, Curug dan Loji. 4.
Kecamatan Bogor Tengah
Luas 8I3 Ha terdiri dari II kel urahan, yaitu Kelurahan Babakan, Tegalega, Babakan Pasar, Gudang, Paledang, Kebon Kalapa, Panaragan, Cibogor, Ciwaringin, Pabaton, dan Sempur.
5.
Kecamatan Bogor Selatan
Luas 308I Ha terdiri dari I6 kelurahan/desa, yaitu
Kelurahan
Batutulis, Ranggamekar,
Empang,
Lawanggintung,
Bondongan,
Pamoyanan,
Mulya
Harja,
Cikaret,
Bojongkerta, Rancamaya, Kertamaya, Harjasari, Muarasari, Genteng, Pakuan, dan Cipaku. 6.
Kecamatan Tanah Sareal
Luas 30 I8 Ha meliputi II kelurahan/desa, yaitu Tanah Sareal, Kebon Pedes, Kedung Badak, Sukaresmi,
Kedung Waringin, Kedungjayci,
Sukadamai, Mekarwangi, Kencana, Kayumanis, dan Cibadak.
Kota Bogor secara langsung berbatasan dengan Kabupaten Bogor, mengingat posisinya yang berada di tengah-tengah Kabupaten Bogor. Batas-batas wilayah Kota Bogor adalah sebagai berikut: 1. Selatan
Berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor
2. Timur
Berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.
3. Utara
Berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Bojong Gede, dan Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor.
4. Barat
Berbatasan dengan Kecamatan Kemang dan Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor.
45
Kecamatan Kemang
Kecamatan Ciawi
Kecamatan Ciomas
Kecamatan Cijeruk
Gambar III.l Posisi setiap kecamatan di Kota Bogor dan batas-batas wilayahnya (Sumber : Bogor go.id., 2005)
111.2 Arab Perkembangan Kota Bogor
IIL2.l Kedudukan dan Peran Kota Bogor dalam Lingkup Regional Kondisi Kota Bogor sebagai jalur perlintasan antara Propinsi DKI Jakarta
dan Propinsi Jawa Barat telah meletakkan Kota Bogor sebagai kota yang mempunyai nilai strategis yang diarahkan sebagai : 1. Pusat kegiatan bagi pengembangan wilayah sekitarnya dengan kegiatan utama adalah perkotaan.
46
2. Kota yang mampu menampung dan mengakomodasi kegiatan penduduk sesuai
dengan
kapasitas tampung yang direncanakan dalam
sistem
pengembangan Jabotabek. 3. Kota yang mampu melayani penduduk di dalam maupun wilayah sekitamya, terutama yang menyangkut kebutuhan laban permukiman serta perdagangan dan jasa berikut fasilitas penunjangnya. 4. Pusat kolektor dan distribusi produksi pertanian guna menampung dan memasarkan basil pertanian dari wilayah sekitamya. 5. Salah satu penyangga bagi Kota Jakarta.
Dalam mewujudkan araban pengembangan Kota Bogor dalam lingkup regional, maka Kota Bogor difungsikan sebagai kota pelayanan regional, kota permukiman, dan kota industri. Dari kebijakan regional yang ada, Kota Bogor memiliki beberapa fungsi yang harus diemban, diantaranya : 1. Untuk tingkat Propinsi Jawa Barat Kota Bogor berada pada Pengembangan Wilayah Tengah dengan Hirarki II A yang mengemban fungsi Kota Permukiman dan Perdagangan Regional. 2. Untuk tingkat Jabotabek Visi pembangunan wilayah Jabotabek dalam jangka panJang adalah menjadikan kawasan Jabotabek sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa, industri dan pintu gerbang nasional. Sebagai bagian yang tidak terpisahkan, Kota Bogor memiliki fungsi sebagai pemukiman, industri dan jasa yang selanjutnya diharapkan dapat menjadi counter magnet bagi Kota Jakarta. Selain itu, berdasarkan Keputusan Presiden No. 114 Tahun 1999 tentang Penataan Ruang Kawasan Bogor, Puncak dan Cianjur (Bopuncur), dimana pada Pasal 2 dijelaskan bahwa Kota Bogor di luar Kawasan Bopuncur yang merupakan kawasan tertentu, meliputi 19 kecamatan yang berada di Kabupaten Bogor, Cianjur, Tanggerang dan Kota Depok. 3. Untuk tingkat Kabupaten Bogor Kota Bogor ditetapkan sebagai Pusat Pengembangan Wilayah Pembangunan VII dengan fungsi sebagai pusat perdagangan barang dan jasa dengan skala pelayanan regional guna melayani penduduk di wilayah sekitamya dan pusat
47
kolektor dan distribusi pertanian guna menampung dan memasarkan hasil pertanian dari wilayah sekitamya. Melihat fungsi-fungsi yang diemban Kota Bogor dalam lingkup regional, maka Kota Bogor layak difungsikan sebagai Kota Permukiman, Perdagangan Regional, Jasa dan Industri.
111.2.2 Kecenderungan dan Arab Perkembangan Kota Bogor Kota Bogor merupakan kota yang dikategorikan kota besar dengan jumlah penduduk tahun 2004 mencapai 793.746 jiwa dengan kepadatan rata-rata adalah 67 jiwa!Ha dan laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,2% per tahun. Kondisi ini berimplikasi pada penyediaan sarana dan prasarana kota yang hams mampu melayani masyarakat Kota Bogor. Perkembangan Kota Bogor cenderung menuju ke segala arah, terutama pada wilayah perluasan dengan mengalihfungsikan lahan pertanian yang kurang produktif dan kebun campuran. Adapun gambaran arah perkembangan fisik Kota Bogor adalah sebagai berikut : 1. Bagian Selatan, yaitu Kecamatan Bogor Selatan cenderung berpotensi sebagai daerah permukiman dengan KDB rendah dan ruang terbuka hijau (RTH). 2. Bagian Utara, yaitu Kecamatan Bogor Utara cenderung berpotensi sebagai daerah industri non-polutan dan sebagai penunjangnya adalah permukiman serta perdagangan dan jasa. Kecamatan Tanah Sareal cenderung berpotensi sebagai permukiman, perdagangan dan jasa, serta fasilitas pelayanan kota. 3. Bagian Barat, yaitu Kecamatan Bogor Barat cenderung berpotensi sebagai daerah permukiman yang ditunjang dengan obyek wisata. 4. Bagian Timur, yaitu Kecamatan Bogor Timur cenderung berpotensi sebagai daerah permukiman. 5. Bagian Tengah, yaitu Kecamatan Bogor Tengah cenderung berpotensi sebagai pusat perdagangan dan jasa yang ditunjang dengan perkantoran dan wisata ilmiah. Pengembangan Kota Bogor lebih diarahkan pada permukiman serta perdagangan dan jasa. Hal ini sesuai dengan misi Kota Bogor, yaitu "Ko_ta Jasa yang Nyaman dengan Masyarakat Madani dan Pemerintah Amanah".
48
IIL2.3 Jumlab dan Kepadatan Penduduk
Berdasarkan perkembangan penduduk Kota Bogor dengan tingkat pertwnbuhan mencapai 2,2% per tahun maka diperkirakan jwnlah penduduk pada tahun 2009 adalah 884.985 jiwa. Pola distribusi dan kepadatan penduduk Kota Bogor dari tahun 1995 sampai 2002 dapat pada Gambar 111.2 dan Gambar III.J.
40,000
-t--=7'' - - - - - - - - - - - - - - - - - - ----j
20,000 0 ~-~------------------~ 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 Tahun
-+---- Bogor Utara
---o-- Bogor lirrur
___...._ Bogor Bar at
- - - Bogor Tengah
---*-- Bogor Selatan
-
1
Tanah Sa real
Gambar HI.2 Jumlah penduduk tiap kecamatan di Kota Bogor tahun 1995-2002 (sumber : Kota Bogor Dalam Angka 1995-2002)
~
~
~
if ~ ~ &;
j
240 220 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
/ ri
-
----
/
·-
/
-
-
-
/
~#_ ~
1995
~
-
p-
--
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
Tahun I
•
Bogor Utara
---t:t- Bogor Tengah
-
-
Bogor lirrur
--1:r- Bog or Barat
~
Bogor Selatan
- - - Tanah Sareal
J
Gambar III.3 Kepadatan penduduk tiap kecamatan di Kota Bogor tahun 1995-2002 (sumber : Kota Bogor Dalam Angka 1995-2002)
49
Dengan mempertimbangkan kondisi eksisting dan daya tampung maksimum penduduk, maka araban kepadatan penduduk Kota Bogor sampai tabun 2009 menurut RTRW Kota Bogor 2000-2009 adalab sebagai berikut: I. Kawasan dengan kepadatan penduduk rendah < 83 jiwa!Ha diarahkan di Kecamatan Bogor Utara, Bogor Barat dan Bogor Selatan. Hal ini didasarkan pada tingkat kepadatan saat ini yang relatif masih rendah, sehingga memungkinkan untuk dikembangkan. 2. Kawasan dengan kepadatan penduduk sedang (83-112 jiwa!Ha) diarahkan di Kecamatan Bogor Timur dan Tanah Sareal. Hal ini didasarkan kepada tingkat kepadatan yang tergolong sedang dan memungkinkan untuk dikembangkan. 3. Kawasan dengan kepadatan penduduk tinggi ( 112 jiwa!Ha), diarahkan di Kecamatan Bogor Tengah. Untuk menekan agar tingkat kepadatan penduduk tidak terlalu tinggi perlu adanya upaya pengenda1ian.
Sesuai dengan tujuan araban pendistribusian penduduk di Kota Bogor, yaitu untuk menyeimbangkan kepadatan penduduk antar kecamatan serta mengatasi kesenjangan antar kelurahan yang kemudian dikaitkan dengan kriteria penentuan kepadatan (rendab, sedang, dan tinggi), maka pendistribusian penduduk di arahkan ke kecamatan yang tingkat kepadatannya rendah. Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Bogor Utara, Bogor Barat dan Bogor Selatan.
111.3 Kegiatan Perekonomian Kota Bogor Kegiatan perekonomian Kota Bogor didominasi oleh sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran serta keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
Konstribusi sektor-sektor kegiatan ekonomi terhadap PDRB
berdasarkan harga berlaku di Kota Bogor dapat dilihat pada Gam bar 111.4.
50
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; 11 ,99%
Jasa-Jasa; 7,62% Pertanian; 0,39%
lndustri Pengolahan ; 26,73%
Listrik, Gas dan Air Bersih; 3,01%
Angkutan dan Komunikasi; 10,49%
Bangunan; 8,25% Perdagangan, Hotel dan Restoran ; 31 ,51%
Gambar Ill.4 Kontribusi sektor kegiatan ekonomi terhadap PDRB Kota Bogor (sumber: Kota Bogor Dalam Angka 2003) Dalam lingkup mikro, Kota Bogor didominasi oleh kegiatan pelayanan kota (service city) dan industri pengolahan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa sektor jasa dan perdagangan sangat menunjang pembangunan Kota Bogor, sehingga Kota Bogor dapat difungsikan sebagai Kota Jasa dan Perdagangan serta lndustri. Pertumbuhan jumlah industri (besar dan kecil) serta jumlah tenaga kerja yang terserapnya dapat dilihat pada Gambar 111.5, sedangkan pertumbuhan sektor perdagangan disajikan pada Gambar 111.6.
Jumlah Unit Usaha
Tenaga Kerja 45.000 40.000
2.500
35.000 30.000
2.000
....
.... &:: :I
&::
~ 1.500
25.000
24.377
~
1.457
20.000
19.087
15.000
1.000
10.000
500
5.000
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002
Jumlah t.mil Uuha
Tenaga Kerja di Bidang lndustri
Gambar IU.5 Jumlah industri besar dan kecil danjumlah tenaga kerjanya (sumber: Kota Bogor Dalam Angka 1995-2{)02)
51
6 000 5.114 5 000 4.000 r:::: :::1
.s::. 1'1
3.000
1-
2.000 1.011
. 1.068
69
96
1995
1996
•
1.000
846
846
142
148
863
846
885
912
175
178
• • • • • • 1997
1998
1999
2000
2001
2002
Jum lah Perusahaan (Unit) ~ Pedagang
Besar
~ Pedagang
Menengah -.-Pedagang Kecil
Gambar III.6 Pertumbuhanjumlah pedagang besar, menengah dan kecil di Kota Bogor (sumber : Kota Bogor Dalam Angka 1995-2002)
111.4 Perkembangan Penggunaan Laban Kota Bogor
111.4.1 Kondisi Eksiting dan Rencana Penggunaan Laban
Secara umum penggunaan lahan sampai tahun 2009 terdiri dari kawasan lahan terbangun, kawasan lahan belum terbangun, dan kawasan lahan yang tidak boleh dibangun atau lahan konservasi. 1. Kawasan lahan terbangun tediri dari pemanfaatan lahan permukiman, pendidikan,
peribadatan,
perkantoran/pemerintahan,
kesehatan, rumah
perdagangan dan jasa,
potong
hewan/pasar
hewan,
industri, IP AL,
terminal/sub terminal dan stasiun kereta api serta jalan. 2. Kawasan lahan bel urn terbangun terdiri dari jenis pemanfaatan lahan pertanian dan kebun campuran. 3. Kawasan lahan tidak boleh dibangun atau daerah konservasi terdiri dari Kebun Raya, hutan kota, taman dan jalur hijau, kawasan hijau, lapangan olahraga, daerah aliran sungai serta situ-situ alami maupun buatan.
Kondisi eksisting penggunaan lahan tahun 1995 dan 2002 dapat dilihat pada Tabel lll.4.
Selain itu disajikan pula Peta Rencana Penggunaan Lahan
tahun 2009 pada Gambar 111.7.
52
.
ltENCANA TA1'A RlTANG WJI.AYAH (RTRW) KOTA IOGOR
'fAOlJN ANGGARAN 1999!2000
_
··-·,.........,.....
'-·•r...ow. ...... ,.,....
Gambar III.7 Rencana penggunaan lahan Kota Bogor tahlm 2009
53
Tabel III.4 Peng!,'l.maan lahan tahun 1995 dan 2002 di setiap kecamatan di Kota Bogor (dalam Ha)
No.
Jenis Penggunaan Lahan
I. 2,
Perumahan Perkantoran dan Pergudan_gan Perdagangan dan Pertokoan Industri Pertanian/sawah Pertanian lahan kerinw'tegalan Taman!Lapangan Olahraga!Kuburan Penggunaan lain-lain (jalan, terminal/sub terminal, pasar dll) Rawa, Danau, Badan Sungai Hutan Kota/ Kebun
3,
Kecamatan Bogor Utara 1995 2002 899 12 1118 80 50,42 88,53
Kecamatan Bogor Timur 1995 2002 557 81 66493 2,10 4,75
Kecamatan Bogor Barat 1995 2002 1770 54 2016.00 120,20 168,52
Kecamatan Bogor Tengah 1995 2002 581 00 547 58 29,24 36,24
Kecamatan Bogor Selatan 1995 2002 1073 60 1537 33 11,50 21,55
Kecamatan Tanah Serea! 1995 2002 1042 46 1373 60 26,00 48,80
34,25 23 68 95 95
32,70 30.32 95 95
11,50 6 30 152 84
14,93 6 30 152 84
23,02 I 64 380 62
62,09 2.64 27050
43,30 3 22 2 00
59,81 10,2: I 10
17,60 51 34 982 50
26,11 51 34 739 04
36,64 23 37 154 50
54,60 54 80 59.30
585,50
203,74
211,48
94,85
762,32
485,71
17,80
7,80
707,91
469,08
482,38
162,40
22,65 45,00
61,63 124,90
13,35 18,08
14,97 34,35
33,85 40,41
59,13 100,41
15,93 28,50
29,04 32,74
177,38 30,54
177,38 38,54
48,25 40,40
60,10 48,20
15,43
15,43
41,54
27,08
32,20
32.20
11,31
7,77
28,63
20,63
30,00
22,20
0,00 0,00 0.00 o.oo 120,20 80,70 87.80 80,70 Jumlah 1772,00 1772,00 1015,00 3285,00 3285,00 1015 00 813,00 813,00 Sumber : Bappeda Kota Bogor (1995 dan 2002): BPN Kota Bogor ( 1995 dan 2002), BPS Kota Bogor ( 1995 dan 2002).
0,00 3018,00
0,00 3081,00
0,00 1884 00
0,00 1884,00
4. 5. 6, 7, 8,
9, 10,
RaY a
·.
.
54
111.4.2 Intensitas Pemanfaatan Laban Adanya
aglomerasi
kegiatan
ekonomi
membawa
kecenderungan
memusatnya dominasi penggunaan laban dan intensitas kepadatan pada suatu wilayab kota.
Dalam bubungan dengan pendugaan limpasan air permukaan
(surface run-ojj), maka data dominasi penggunaan laban dan intensitas pemanfaatan laban sangat penting terutama dalam bubungannya dengan penentuan koefisien limpasan. Data dominasi dan intensitas pemanfaatan laban Kota Bogor pada setiap keluraban dapat dilibat pada Lampiran C.l dan basil rekapitulasinya disajikan pada Tabel 111.5.
Tabel III.5 Kegiatan utama dan kegiatan pelangkap serta intensitas kepadatan permukiman di setiap kecamatan di Kota Bogor. No
Kecamatan
i Kegiatan Utanta
I
1.
Kegiatan Pelengkap Perdagangan, pendidikan Perdagangan
Intensitas pemukiman (K.DB) Tinggi
Kecamatan Bogar : Permukiman, , industri Utara Tinggi 2. Kecamatan Bogar Permukiman Timur : Sedang Perdagangan Kecamatan Bogar ! Permukiman, 3. . I · pertantan Barat Tinggi 4. Kecamatan Bogar [ Perdagangan dan Industri, Tengah : jasa, Permukiman pendidikan Sedang Perdagangan Kecamatan Bogar i Permukiman, 5. : pertanian Selatan Sedang Pertanian, Kecamatan T anah i Permukiman 6. I perdagangan Sareal Sumber : D10lah dan RDTR 2002-2012 pada 6 Kecamatan Kota Bogor dan Hasll Pengamatan Lapangan. Intensitas pemanfaatan lahan (kepadatan bangunan/KDB) pemukirnan rendah (< 40%), sedang ( 40- 60 %), dan tinggi (> 60%), disesuaikan dengan data koefisien limpasan yang digunakan.
i
111.4.3 Ketersediaan Laban Berfungsi Resapan Air Ketersediaan laban yang mempunyai kapasitas infiltrasi tinggi dan mampu meredam limpasan air permukaan dari waktu ke waktu luasannya semakin menyusut. Beberapa jenis penggunaan laban yang mempunyai kapasitas infiltrasi tinggi adalah hutan kota, taman/kuburanllapangan olal1 raga, laban pertanian, dan badan sungai/danau. Sampai tabun 2002, daerab-daerah resapan tersebut memiliki luas 3443,37 Ha atau banya 29% dari seluruh luas Kota Bogor.
55
Lahan yang herfungsi resapan tersehut sehagian hesar adalah kawasan pertanian seluas 2747,31 Ha atau 79% dari luas kawasan resapan air. Penggunaan lainnya, yaitu taman/kuhuranllapangan olabraga seluas 402,25 Ha, butan kota 168,50 Ha, dan danaulbadan sungai 125,31 Ha.
Selama ini yang mengalami
peningkatan luas dari jenis-jenis penggunaan laban tersehut banya kelompok jenis penggunaan laban untuk tamanlkuhuran dan lapangan olab raga. Untuk lapangan olah raga keheradaannya sangat peka terbadap peruhahan, sedangkan kuhuran mempunyai kecenderungan terns hertamhab sesuai dengan meningkatnya permintaan penggunaan laban tersehut. Secara umum, ketersediaan laban yang herfungsi sehagai daerab resapan atau RTH di Kota Bogor sampai tabun 2002 masih memenuhi ketentuan dalam Intruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 tabun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.
Luas RTH yang disarankan dalam
peraturan tersehut adalah 30% dari total luas kota tersehut. Namun hila melihat perkemhangannya ancaman penyusutan daerab resapan air tersehut semakin hesar, hahkan hila melibat rencana penggunaan laban tabun 2009, kondisi daerah resapan atau RTH banya 1I% saja dari totalluas Kota Bogor.
56
BABIV ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN LIMPASAN AIR PERMUKAAN
IV.l Aoalisis Perubahan Penggunaan Laban Analisis pola perubahan penggunaan laban dilakukan dengan unit wilayah kecamatan dan seluruh kota, serta dengan membagi penggunaan lahan menjadi 10 jenis sesuai dengan data yang tersedia. Jenis-jenis penggunaan laban tersebut adalah
permukiman/perumahan,
pergudangan,
industri,
laban
perdagangan dan jasa, perkantoran dan pertanian
basab,
laban
pertanian
kering,
taman/lapangan olahraga/kuburan, danaulsungai, penggunaan lain (jalan, terminal, dll), dan hutan kota. Hasil analisis proportional sh(ft yang menunjukkan laju pergeseran luas masing-masing jenis penggunaan laban pada selang waktu pengamatan 7 tabun (1995-2002) untuk seluruh kecamatan di Kota Bogor disajikan pada Tabel IV.l.
Selanjutnya pembabasan tentang pola pergeseran
penggunaan lahan akan dilakukan dalam konteks agregat (Kota Bogor) dan parsial (antar kecamatan).
Tabel IV.l Komponen proportional shift penggunaan laban 6 kecamatan di Kota Bogor No. =~.~
""·:~·~
--~ :tJ:_~=~_:_,·: ~; - ----t-o:j_. laha!l{Ha)
~ ~··.
:.' -
" >
1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudangan 3 Perd~angan 4 lndustri 5 Pertanian Ia han basah 6 Pertanian Ia hankering 7 Taman/lap. OR/Kuburan 8 Penggunaan lain Oalan, tenninal, dll) 9 Rawa/Danau!Badan sungai 10 Hutan kota/Kebun RaJa Jumlah
Bogor.''
Uta fa 202.41 27.15 17.28 9.96 -24.40 -284.31 6.61 39.07 -3.28 0.00 -S.51
..
· ~ ~ . "' ProPortional Shitr Penoounaan Lehan· "' . "'-:.· ' Bogar _,... _, Bogor•· Bogor • &got i Tanah Kota " Bpgor -·- limur Tengah Selatan SarnaI Barat 125.57 241 .69 234.68 1,333.71 398.58 130.79 1.13 64.72 6.19 14.00 128.93 15.74 11 .62 8.88 18.49 83.93 5.80 21 .85 1.35 21.59 9.83 46.07 2.65 0.69 -39.29 -38.86 -96.79 -0.51 -249.83 --449.68 -102.69 -370.17 -8.64 -343.75 -234.24 -1 343.81 3.89 9.87 4.65 51 .74 14.07 90.84 15.70 35.09 24.75 26.52 35.08 176.21 -33.80 -8.82 -6.84 -2.40 -6.08 -6.37 -32.40 0.00 -19.39 -13.01 0.00 0.00 0.00 4.37 27.38 174.67 -243.06 46.26
-
Sumber : Hastl anahs1s (2005)
Berdasarkan hasil perhitungan proportional sh(fi pada Tabel IV.l terlihat bahwa jenis penggunaan lahan permukiman/perumahan (1.333,7 1); perkantoran dan pergudangan (128,93); perdagangan (83,93); industri (46,07); taman/lapangan olahragalkuburan (90,84 ); dan penggunaan lain (jalan, terminal, dll) ( 176,21)
57
menunjukkan terjadinya peningkatan luas selama 7 tabun
(1995-2002).
Peningkatan luas jenis-jenis penggunaan laban tersebut merupakan bukti terjadinya pertumbuhan fisik Kota Boger. Keenam jenis penggunaan laban yang mempunyai nilai propotional shift positif dapat dikaji dalam pespektif teori sewa laban. Dalam mekanisme pasar laban yang bebas, prilaku warga kota akan cenderung memaksimumkan keuntungan dalam penggunaan lal1an, sehingga penambaban luas keenam jenis penggunaan laban tersebut merepresentasikan nilai sewa laban yang lebib tinggi dibandingkan jenis penggunaan lainnya.
Berdasarkan basil analisis tersebut,
keenam jenis penggunaan laban tersebut mempunyai keunggulan komparatif untuk berkembang di Kota Boger. Tingginya
nilai
po~itif
proportional sh(ft
permukimanlperumaban
(133 3,71) didukung oleh nilai positif pada seluruh kecamatan. Urutan nilai tertinggi sampai terendah adalal1 sebagai berikut Kecamatan Boger Barat (398,58), Boger Selatan (241,69), Tanab Sareal (234,68), Boger Utara (202,41), Boger Tengah (130,79), dan Boger Timur (125,57). Berdasarkan pengamatan lapangan, memang sektor penunaban di Kota Boger tmnbuh pesat yang ditandai dengan menjamumya berbagai kawasan perumahan baik yang dibangun Perumnas maupun swasta (REI). Pesatnya perkembangan perumahan di semua kecamatan merupakan respon dari adanya Iimpahan penduduk dari Jakarta yang berstatus komuter, juga meningkatnya arus urbanisasi dari daerah sekitamya. Nilai positif proportional shift untuk jenis penggunaan laban perkantoran dan pergudangan, perdagangan dan jasa serta industri di Kota Boger didukung oleh nilai positif pada setiap kecamatan. Kawasan perdagangan berkembang di pusat-pusat kota yang mempunyai tingkat aksesibilitas tinggi.
Derajat
aksesibilitas yang tinggi diperlukan untuk Iebih mudab dijangkau konsumen, sehingga semakin tinggi derajat aksesibilitas semakin tinggi pula frekwensi beli karena semakin banyak konsumen yang datang dan dengan sendirinya semakin besar keuntungan yang diperoleh (Short, 1984 ). perubahan penggunaan laban
di
Alasan ini menyebabkan
pinggir-pinggir jalan menjadi
perdagangan dan jasa di Kota Boger semakin pesat.
58
kawasan
Ketiga jenis penggunaan laban tersebut dapat diasumsikan sebagai representasi aktivitas ekonomi utama yang menjadi pendorong bagi pertumbuhan ekonomi Kota Bogor. Pertumbuhan ketiga jenis penggunaan laban tersebut akan berdampak terbadap pertumbuhan jenis penggunaan laban lainnya yang berkaitan dengan piliban bunian (permukiman).
Piliban bunian temyata lebib dominan
terjadi di Kecamatan Bogor Barat, Tanab Sareal, Bogor Selatan dan Bogor Utara yang relatif mempunyai kepadatan lebib rendab dibandingkan kecamatan lainnya, yaitu Kecamatan Bogor Tengab dan Bogor Timur yang merupakan kecamatan terpadat di Kota Bogor. Sedangkan untuk penggunaan laban lain (jalan, terminal, tempat parkir, dan lain-lainya) menunjukkan nilai proportional shift yang positif di semua kecamatan di Kota Bogor. Jaian, terminal dan tempat parkir merupakan prasarana pendukung kegiatan ekonomi kota yang akan berpengaruh terhadap penggunaan .· laban lainnya.
Pembukaan jalan barn akan memacu tumbuhnya permukiman,
kawasan perdagangan, industri dan,kawasan terbangun lainnya. Perkembangan panjang jalan di Kota Bogor dari tahun 1998 sampai 2002 disajikan pada Tabel IV.2. Tabel IV.2 Perkembangan panjangjalan di Kota Bogor tabun 1998-2002 No. I. 2. 3.
Jenis Jalan N egara Jalan Propinsi Jalan Kota Jumlah
1998 29.615 24.343 563.637 617.595
1999 29.615 24.343 563.637 617.595
2000 30.199 26.759 563.637 620.595
2001 30.199 26.759 567.180 624.134
2002 30.199 26.759 567.180 624.138
Sumber: BPS Kota Bogor (1998-2002).
Nilai proportional shift jenis penggunaan laban taman/kuburan/lapangan olahraga menunjukkan nilai positif yang cukup tinggi (90,84 ).
Fenomena ini
cukup menarik mengingat penggunaan laban tersebut bersifat terbuka (open
space) yang biasanya cenderung menurun dari waktu ke waktu.
Namun
penambaban luas tersebut khususnya untuk kuburan cukup beralasan, mengingat laban kuburan di Kota Bogor telah menjadi arena bisnis yang menjanjikan, sedangkan pertambahan luas taman terjadi seiring dengan bertambah luasnya perumahan
barn
namun
pertambaban
tersebut
tidak' terlalu
signifikan.
Penggunaan lahan kuburan yang tinggi terdapat di kecamatan Bogor Selatan, hal
59
ini disebabkan di kawasan tersebut banyak dibangun kuburan cina yang biasanya terletak di perbukitan dengan luasan mencapai puluhan hektar. Berdasarkan hasil analisis nilai-nilai proportional shift tersebut, nilai proportional sh(fi positif pada jenis pengunaan lahan yang mengalami
penambahan luas tersebut berasal dari jenis penggunaan lahan lainnya yang memiliki nilai proportional sh(ft negatif atau mengalami proses konversi laban. Pada TabeiiV.l, menunjukkan jenis-jenis penggunaan lahan yang memiliki nilai proportional sh(ft negatif di Kota Bogor, adalah pertanian lahan kering (-
1.343,81 ),
pertanian laban basab (-449,68), danaulbadan sungai (-33,80), dan
hutan kota (-32,40).
Nilai negatif menunjukkan terjadinya pengurangan luas
1ahan dari keempat jenis penggunaan lahan tersebut selama kurun waktu 7 tahun. Keempat jenis penggtmaan lahan yang memiliki nilai proportional shift negatif dalam perspektif teori sewa lahan memiliki nilai sewa yang lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan lainnya. Padahal mekanisme pasar lahan yang bebas cenderung berpibak kepada upaya memaksimumkan keuntungan dalam pemanfaatan lahan.
Keempat jenis penggunaan lahan tersebut memiliki
keunggulam komparatif yang relatif lebih rendah dari jenis penggunaan lahan lainnya. Fenomena ini agak mengkhawatirkan, mengingat lahan-laban terbuka hijau yang memiliki fungsi sebagai daerah resapan air, menyerap polusi udara, dan fungsi lingkungan lainnya terns berkurang sehingga wajar hila dari waktu ke waktu Kota Bogor bertambah panas atau limpasan air permukaan yang menyebabkan genangan dan ancaman banjir bagi Jakarta bertambah besar. Besamya nilai proportional shift negatif pada jenis penggunaan lahan untuk pertanian lahan kering menunjukkan bahwa selama selama kurun waktu 7 tahun tersebut terjadi penurunan luas lahan pertanian kering. Perubahan fungsi lahan sebagian besar terjadi di Kecamatan Bogor Barat (-370,17), Bogor Selatan (-343,75), Bogor Utara (284,31 ), dan Tanah Sareal (-234,28).
Pada keempat
kecamatan tersebut sebagian perubahan penggunaan lahan bergeser menjadi permukimanlperumahan. Hal ini dapat terlihat dari nilai proportional sh(fi positif yang tinggi untuk permukiman/perumahan di keempat kecamatan tersebut. Untuk lahan pertanian basah juga terjadi pengurangan luas di seluruh kecamatan, hal ini ditunjukkan dengan nilai proportional sh(/i negatif di seluruh
60
kecamatan di Kota Bogor. Pengurangan luas sawah terbesar terjadi di Kecamatan Bogor Selatan yang ditunjukkan dengan nilai proportional sh(ft negatif tertinggi (249,83), sedangkan yang terkecil terjadi di Kecamatan Bogor Tengah mengingat lahan persawahan di kecamatan ini sudab sangat sempit, banya tersisa 2 Ha pada tahun 1995 dan 1,1 Ha pada tahun 2002. Jenis penggunan laban untuk butan kota, banya terdapat di 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Bogor Tengah dan Bogor Barat. Di Kecamatan Bogor Tengah, terdapat Kebun Raya Bogor yang befungsi sebagai butan kota dan luasannya tetap dipertabankan. Sedangkan di Kecamatan Bogor Barat, butan kotanya sebagian besar terletak di Situ Gede yang sedikit mengalami penyusutan sebagai akibat berubalmya penggunaan menjadi perkantoran dan fasilitas rekreasi.
Nilai
proportional shift negatif jenis pengunaan lahan danaulbadan sungai bampir
merata di semua kecamatan.
Hal ini berarti danaulbadan sungai mengalami
penyempitan, bahkan terjadi konversi beberapa danau menjadi kawasan terbangun seperti yang dikemukan Harian Umum Pikiran Rakyat, 27 Januari 2004. Berdasarkan basil analisis proportional sh(ft dapat disimpulkan bahwa di Kota Bogor telah teijadi perubahan penggunaan lahan yang cukup berarti yang umumnya pergeseran teijadi dari pengunaan lahan pertanian dan ruang terbuka hijau lainnya menjadi kawasan terbangun perkotaan.
Kawasan yang berubah
penggunaan tersebut sebagian besar berfungsi sebagai daerah resapan air dan fungsi lingkungan lainnya. Dengan demikian kawasan yang berfungsi sebagai penyeimbang lingkungan di Kota Bogor dari hari ke hari semakin menyempit. Laju pergeseran penggunaan lahan masing-masing jenis penggunaan tersebut dapat dilihat dari hasil analisis differensial shift pada Tabel IV.J. Nilai differensial sh(ft merupakan nilai yang menunjukkan laju perubahan penggunaan
lahan rata-rata untuk masing-masing penggunaan lahan pada suatu kecamatan secara relatifterhadap laju perubahan penggunaan lahan yang terjadi di kecamatan lain, dibandingkan dengan perubahan penggunaan lahan yang teijadi secara keseluruhan di Kota Bogor. tingkat
keunggulan
Nilai diffirensial shift sekaligus menggambarkan
kompetitif
suatu
dikembangakan di kawasan tertentu.
61
jenis
penggunaan
lahan
untuk
Tabel IV.3 Komponen differensial shift penggunaan laban 6 kecamatan di Kota Bogor .
< -.- ,. pengg!lnaan ~
:'f··'
1
o: - lahan (Ha) ··
··
1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudangan 3 Perdagangan 4 lndustri 5 Pertanian Ia han basah 6 Pertanian lahan leering 7 Taman/Lap. OR/Kuburan 8 Penoounaan lain (jalan, terminal, dll) 9 Rawa/Oanau/Badan sungai 10 Hutan kota/Kebun Raya Jumlah
Bogor
Sogo~ ' :,·Bogor.:(f · BQgor ..Bogot . Barat·' .. ·,Teogah . ·Setatan -18.45 -153.12 -164.21 222.04 1.52 -16.40 -8.74 3.86 -2.37 27.45 -5.34 -0.37 -2.65 0.31 5.65 -21.59 38.86 -13.33 -0.39 6.37 -13.94 93.56 -1 .36 104.92 -2.27 15.41 8.46 -51.74 0.57 24.91 -20.51 -18.52 -5.64 6.84 -1.14 -1 .92 0.00 -13.01 13.01 0.00 -4.37 -27.38 -174.57 243.06
utara ~,- '·Timur-"
17.27 10.96 -18.83 -3.32 24.40 -97.45 32.37 40.83 3.28 0.00 9.51
Tanah _;.' Kola Sareal Bogor 96.46 0.00 8.80 0.00 -0.53 0.00 21 .60 0.00 -55.91 0.00 -85.74 0.00 -2.22 0.00 -27.28 0.00 -1.43 0.00 0.00 0.00 -46.25 0.00
Sumber : Has1I anahs1s (2005)
Jenis penggunaan lahan permukiman/perumaban di Kecamatan Bogor Selatan (222,04 ), Tanab Sareal (96,46), dan Bogor Utara (17 ,27) seraca relatif mengalami penambaban luas lebih tinggi dibandingkan laju secara agregat di Kota Bogor. Sebaliknya Kecamatan Bogor Tengab (-164,21), Bogor Barat (-153 ,12), dan Bogor Timur (-18,45) memiliki laju penambahan luas laban permukiman relatif Iebib rendab dibandingakan laju penambaban luas permukiman di Kota Bogor. Untuk penggunaan lahan perkantoran dan pergudangan, laju penambaban di Kecamatan Bogor Utara, Bogor Timur, Bogor Selatan dan Tanah Sareal relatif lebih tinggi dibandingkan laju agregat yang terjadi di Kota Bogor, sedangkan kecamatn laiilllya Iajunya lebih rendab dibanding laju penambaban perkantoran dan pergudangan di Kota Bogor. Laju penambaban luas lahan kawasan perdagangan di Kecamatan Bogor Barat (27 ,45) secara relatif lebih tinggi dibandingkan laju agregat yang terjadi di Kota Bogor. Sedangkan pada kelima kecamatan lain, laju penambahan luasnya relatif lebih rendah dibandingkan laju agregat di Kota Bogor. Keunggulan
kompetitif
pengembangan
_Jems
penggunaan
lahan
pennukiman di Kecamatan Bogor Selatan dan Tanah Sareal telah sesuai RTRW Kota Bogor dimana arah pengembangan pennukiman diarahkan ke lokasi tersebut Selain ini dalam RTRW, hampir semua kecamatan kecuali Kecamatan · Bogor
Tengah
diaral1kan
untuk
kawasan
permukiman,
namun
untuk
pengembangan pemukiman di Kecamatan Bogor Barat belum memperlihatkan
62
kawasan yang kompetitif padahal di kecamatan tersebut memiliki kepadatan yang paling rendah (44 jiwa/Ha) sehingga secara komparatifmemiliki keunggulan yang tinggi (dapat dilihat dari nilai proportional sh(fi-nya yang tinggi). Untuk memacu minat penduduk dalam memilih lokasi hunian di kecamatan tersebut perlu upaya peningkatan infrastruktur yang memadai yang menunjang peruntukkan sebagai lokasi pennukiman.
Rencana tata ruang merekomendasikan pendistribusian
penduduk diarahkan ke kecamatan dengan kepadatan yang masih rendah, yaitu Kecamatan Bogor Barat, Tanah Sareal dan Bogor Selatan. Pada jenis penggunaan lahan pertanian kering, laju penurunan luas untuk penggunaan lahan terse but di Kecamatan Bogor Utara (97 ,45 ), Tanah Sareal (85,74), Bogor Timur (-13,94), dan Bogor Tengah (-1,36) lebih tinggi dibandingkan laju penurunan yang terjadi di Kota Bogor. Hal ini ditunjukkan oleh nilai d(flerensial sh(fi negatif pada keempat kecamatan tersebut. Sebaliknya pada Kecamatan Bogor Barat dan Bogor Selatan laju penurunannya relatif lebih rendah dibandingkan laju penurunan luas secara agregat di Kota Bogor yang ditunjukkan oleh nilai d({jerensial sh(fi positifpada kedua kecamatan tersebut. Jenis penggunaan lahan pertanian basah di Kecamatan Tanah Sareal (55,91), Bogor Barat (-13,33), dan Bogor Tengah (-0,39) mengalami laju penurunan relatif lebih tinggi dibandingkan laju penurunan agregat, sebaliknya di Kecamatan Bogor Utara, Bogot Timur, dan Bogor Selatan laju penurunannya lebih rendah dibandingkan laju penurunan penggunaan lahan tersebut secara agregat di Kota Bogor.
Untuk penggunaan lahan danau!badan sungai di
Kecamatan Bogor Timur, Bogor Tengah, Bogor Selatan dan Tanah Sareal memperlihatkan laju penunman yang lebih tinggi dibandingkan penurunan yang terjadi di Kota bogor, sedangkan dua kecamatan lainnya memperlihatkan laju yang lebih rendah dibandingkan laju penunman penggunaan lahan tersebut di Kota Bogor. Pola perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kota Bogor mengikuti teori sewa Iahan, pemilik lahan berusaha mengoptimalkan nilai Iahannya dengan melakukan perubahan kepada penggunaan yang Iebih bemilai ekonomis. Seperti yang terjadi di Kecamatan Bogor Tengah, diduga telah terjadi pergeseran
63
penggunaan laban pemukiman menjadi penggunaan lainnya yang mempunyai nilai sewa lebih tinggi seperti perdagangan, jasa dan industri. Faktor agen keputusan sangat mempengaruhi terjadinya perubahan penggunaan laban, yang terdiri atas pemilik laban, developer dan rumah tangga (masyarakat).
Pemilik laban, keputusan pemilik laban untuk mempertahankan
atau menjuallahannya dipengaruhi oleh harapan-harapannya terhadap nilai laban pada masa datang. Nilai laban sendiri sangat dipengaruhi oleh jaringan utilitas yang tersedia, oleh karena itu kebijakan pengembangan jaringan utilitas harus dilakukan secara hati-hati untuk memperkecil adanya dampak btmtk perubahan guna laban. Salah satu aspek lain yang dapat mempengaruhi nilai laban adalah melalui perpajakan, misalnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Dengan memberikan tingkat pajak yang tinggi terhadap penggunaan komersial dan perumahan, maka harga pasar laban menjadi rendah tetapi nilai sewanya menjadi tinggi, meskipun telah dilengkapi jaringan utilitas (LPP Wilayah dan Kota, 1991) . Keputusan paling kritis bagi developer adalah pada saat pembelian laban, karena sifatnya antisipatif Developer akan mempertimbangkan membeli laban apabila dilihat adanya keuntungan yang akan diperoleh hila melakukan pembangunan perumahan. Dalam arti developer melihat bahwa ada permintaan perumahan yang besar, tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi, laban memiliki lokasi yang baik, dapat memenuhi spesifikasi permintaan pasar dan lain-lain. Keputusan rumah tangga (masyarakat) untuk berpindah tempat tinggal dan menempati rumab barn dipengaruhi oleh faktor-faktor besanya ketidakpuasan pada lokasi lama, harapan memperoleh kepuasan di lokasi barn dan biaya berpindah.
Dalam perspektif yang lebih luas, permindaban perumaban
mencerminkan perubahan di dalam struktur ekonomi dan sosial (Short, 1982 dalam LPP Wilayah dan Kota, 1991 ).
Ede1 (1975) telah mengamati adanya
ekspansi ke wilayab suburban dalam skala yang cukup besar yang cepat. Lokasilokasi yang menarik adalah pada setiap jalan dan kawasan industri serta komersial.
Penelitian Oswar Mungkasa (1988) di Kota Bandung secara jelas
menyimpulkan bahwa keputusan berpindah disebabkan oleh faktor status tempat tinggal dan karakteristik lingkungan fisik. Semakin tinggi tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan, semakin tinggi pula kedua faktor tersebut mendorong rumah
64
tangga untuk berpindah. Di dalam memilih tempat tinggal barn, faktor aksesibilitas menjadi faktor utama, kemudian diikuti oleh lingkungan fisik dan kondisi/tipe rumah, dan faktor harga. Tabel IV.4
Sebaran tujuan hunian penduduk di Kota Bogor (1995-2002)
Kecarnatan
Jumlah Penduduk (Jiwa) 1995 2002 49.567 138.370 33.439 80.747 72.762 144.652 51.003 175.342 -----62.103 154.622 57.730 95.690 326.604 789.423
Bogot Utara BogorTimur Bogor Barat Bogor Tengah Bogor Selatan Tanah Sareal Kota Bogor .. Sumber: Has1l Anahs1s (2005) -------~
Selisih
88.803 47.308 71.890 124.339 92.519 37.960 462.819
Pertambahan Permukiman (Ha) 219,68 107,12 245,46 -33,42 463,73 331,14 1333,71
Berdasarkan Tabel IV.4, lokasi yang menjadi tujuan utama warga kota untuk menetap selama 7 tahun, yaitu dari tahun 1995-2002 adalah Kecamatan Bogor Tengah, Bogor Selatan, dan Bogor Utara. Bila dihubungkan antara selisih pertambahan penduduk dengan pertambahan kawasan permukiman, maka pertambahan
penduduk
permukiman.
Namun
di
secara
umum
Kecamatan
menyebabkan
Bogor Tengah
peningkatan terjadi
luas
sebaliknya,
pertambahan penduduk berbanding terbalik dengan peningkatan luas kawasan permukiman. Hal ini diduga disebabkan oleh banyaknya perumahan yang beralih fungsi baik menjadi perkantoran, kawasan perdagangan dan jasa, pergudangan, maupun kawasan industri, yang sebagian besar berfungsi ganda selain fungsi tersebut juga sebagai tempat tinggal atau penampung karyawan juga. Dilihat dari konstelasi pertumbuhan kota, laju pergeseran atau perubahan penggunaan laban pada umwnnya dipengaruhi oleh kedekatan suatu lokasi dengan pusat kegiatan ekonomi dan akses ke sarana angkutan (jalan raya, stasiun kereta api, dan stasiun bis). Dalam bidang perumahan, ketersediaan sarana transportasi ini sangat penting disebabkan banyaknya penduduk Kota Bogor yang berstatus sebagai komuter yang bekerja di Jakarta dan tinggal di Kota Bogor. Dengan demikian, lokasi-Iokasi yang mempunyai akses yang baik terhadap sarana transportasi menjadi pilihan bagi para penduduk untuk bermukim.
65
Beberapa karakteristik perkembangan penggunaan lahan di Kota Bogor, terutama di lahan-Iahan pinggiran kota, di antaranya adalah : I. Penggunaan lahannya berubah cepat dari pertanian ke perkotaan. 2. Invasi besar-besaran oleh pemilik modal di kota yang menggeser pemilikan petani kecil sebagai pemilik awal. 3. Terjadi pembangunan besar-besaran perumahan baik oleh Perumnas maupun swasta (real estate). 4. Titik awal perkembangan terjadi di sekitar jalan yang telah ada.
Secara umum, dapat diidentifikasi 4 pola yang paling umum dapat dilihat dari pergeseranlperubahan penggunaan lahan di Kota Bogor, yaitu: I. Perubahan guna lahan dari pertanian menjadi perumahan dan industri secara umum teijadi di Kecamatan Tanah Sareal. ,·
2. Perubahan guna lahan pertanian menjadi perumahan secara umum teijadi di Kecamatan Bogor Selatan dan Bogor Timur. 3. Perubahan guna lahan dari perumahan menjadi perdagangan dan perkantoran secara umum teijadi di Kecamatan Bogor Tengah. 4. Perubahan guna lahan dari pertanian menjadi perumahan dan perkantoran secara urn urn terjadi di Kecamatan Bogor Barat, dan Bogor Timur. Proses tersebut teijadi sangat kompleks dan sering didorong oleh kekuatankekuatan ekonomi dan politik yang kuat. Perkembangan tata ruang kota yang teijadi lebih ditentukan oleh kepentingan-kepentingan jangka pendek dan bersifat individual yang pada akhirnya sering menyisihkan kepentingan publik.
IV.2 Analisis Prediksi Penggunaan Laban Perubahan penggunaan lahan dipengaruhi oleh banyak faktor mulai dari faktor kependudukan (terjadinya pertumbuhan penduduk perkotaan yang tinggi), perubahan sosial ekonomi masyarakat, kebijakan pembangunan, masalah kenyamanan dan lingkungan dan faktor-faktor lainnya. Dengan demikian bila memprediksi penggunaan lahan seharusnya melibatkan banyak faktor dalam bentuk model. Namun dalam studi ini prediksi penggunaan lahan didekati dengan
66
metode proyeksi dengan dua pendekatan, yaitu proyeksi dengan metode shift share dan metode ekstrapolasi garis regresi. Proyeksi dengan menggunakan metode shift share ini dilakukan untuk mengetahui luas dari jenis-jenis penggunaan lahan di tingkat kecamatan berdasarkan rencana penggunaan lahan tingkat Kota Bogor tahun 2009. Perhitungan proyeksi penggunaan lahan pada tahun 2009 tersebut disajikan pada Lampiran B.l dan rekapitulasinya dapat dilihat pada Tabel IV.5. Tabel IV.5 Prediksi luas jenis-jenis penggunaan lahan setiap kecamatan di Kota Bogor berdasarkan proyeksi shift share
Tabel IV.5 menunjukkan penggunaan lahan perumahan/permukiman terns mendominasi luas penggunaan lahan di Kota Bogor. Sementara itu penggunaan lahan yang sifatnya terbuka (ruang terbuka hijau/daerah resapan air) semakin menyusut. Sebagai perbandingan, hasil proyeksi luas jenis-jenis penggunanaan lahan berdasarkan metode ekstrapolasi garis regresi disajikan pada Tabel IV.6. Hasil proyeksi dengan metode ekstrapolasi garis regresi memberikan luas tiap jenis penggunaan lahan yang hampir sama, walaupun ada kecenderungan jenis penggunaan lahan terbangun berdasarkan hasil proyeksi metode shift share memberikan nilai yang lebih tinggi. Untuk lebih memperjelas trend penggunaan lahan di Kota Bogor di masa datang (tahun 2009) dapat dilihat pada Tabel IV.7 dan Gambar IV.l yang merupakan perbandingan antara kondisi eksiting 2002, proyeksi 2009 dan rencana 2009.
67
Tabel IV.6 Prediksi luas jenis-jenis penggunaan laban setiap kecamatan di Kota Bogor berdasarkan proyeksi ekstrapolasi garis regresi No. ~nis ~an lahan_',;ffi"Btf~ ~W))fu'HasiJ·P.r~-~uas~__!m_llnaatn:ahan imacoo"(~ t~ ·:.J- '; ·,. :-:: . :-" ~- :· ~~ :~1~~:~~::, ':B09i?.f"C1Kl)ogor$: ~~9Q9or~. ':Bog6(1f i:'BQgo,rB- &fa~h-d· <~·i
1'-
,;;··~-
-'0:<> "'~"'!'
(.-"' ~~~~..ff.ift ·?:$-:';;#!~ ~~ iff11t~$~~ ~~b~ ~~ f5areaii'1t~l
1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudangan 3 Perdagangan 4 lndustn 5 Pertanian lahan basah 6 Pertanian lahan kering 7 Taman/Lap. OR/Kuburan 8 Penggunaan lain ijalan, terminal, dll) 9 Rawa/Oanau/Badan sungai 10 Hutan kota/Kebun Raya Jumlah Swnber : Has1l Anahs1s (2005)
1265.35 122.39 29.74 37.96 0.00 0.00 105.53 195.61 15.43 0.00
768.76 2276.60 6.71 225.04 19.38 102.20 6.30 3.17 128.69 146.68 0.00 222.49 17.08 85.40 52.99 149.36 15.08 32.20 0.00 41.86
1772.00 1016.00 3286.00
509.20 44.35 76.60 10.22 0.00 0.00 45.45 36.88 9.61 80.70
1904.08 1508.68 28.67 62.79 66.96 35.18 51 .34 88.62 0.00 595.59 233.80 0.00 177.38 73.37 46.05 58.38 25.20 8.91 0.00 0.00
8232.7 489.9 330.1 197.6 871 .0 456.3 504.2 539.3 106.4 122.6
813.00 3081.00 1884.00 11860.0
Tabel IV. 7 Perbandingan antara kondisi eksisting, rencana dan hasil proyeksi penggunaan laban di Kota Bogor.
10 Hutan kota/Kebun Jum1ah
250.24 155.62 1318.73 1423.58 402.25 379.14 125.31 168.50 11850.00
296.05 447.41 167.96 249.21 35.30 648.29 986.10 342,07 141.50 11850.00
497.32 334.17 201.69 823.83 439.35 452.11 475.45 91.51 136.10 11850.00
489.95 330.06 197.61 870.96 456.29 504.21 539.27 106.43 122.56 11850.00
Sumber : Hasil Analisis (2005)
Tabel IV. 7 menunjukkan adanya perbedaan antara hasil proyeksi dengan rencana yang termuat dalam RTRW Kota Bogor tabtm 2000-2009. Rencana yang termuat dalam RTRW terlihat lebih progresif dalam pengembangkan Kota Bogor menjadi Kota Jasa dan Perdagangan yang didukung dengan kawasan permukiman yang cukup luas (72% dari total luas wilayah Kota Bogor).
Kondisi ini
memperjelas bahwa pengaruh kebijakan pemerintah akan memacu pembangunan di Kota Bogor.
68
Perbandingan Persentase Penggunaan Lahan 2002, RTRW 2009 dan Proyeksi 2009 di Kota Bogor
________________________________________- - ,
80~7~ 2 ~~c n
70 6 60 50 40 30 20 10
1
11 7 7 12 8 1122 ,..,2 no44 3S44 3 45 1 3 11 11 11 .r-r-1 -, I UTl . I I rT'"I ...-n _cll:o._ --. o~ . u.~~~~c.~~-=~~~~~~~~~~4-~~--~ 3244
2433
Jenis penggunaan lahan
I0
2002 • RTRVV 2009 D ss 2009 D GS 2009
Gam bar IV.1 Perbandingan luas jenis penggunaan laban tahun 2002, Rencana RTRW tabun 2009 dan Proyeksi tabun 2009 di Kota Bogor. Penggunaan laban di Kota Bogor akan selalu berkembang dan akan selalu memberikan dampak baik langsung maupun tidak langsung yang sifatnya positif ataupun negatif Tentu saja dampak negatif tidak diinginkan oleh siapa pun, masyarakat, pemerintah, maupun pihak swasta. Oleh karena itu perubahan penggunaan laban harus dikelola atau diarahkan dengan baik, sehingga dampak negatif dari perkembangan kota dapat diperkecil. Bila dikaitkan dengan posisi Kota Bogor yang merupakan bagian dari
DAS Ciliwung, adanya kebijakan tersebut perlu diantisipasi dengan sistem pengendalian tata air yang memadai, mengingat hila dilihat dari ketersediaan daerah resapan air dari rencana penggunaan lahan yang ada sangatlab minim. Perbandingan daerah terbangun dengan kawasan resapan air (belum terbangun) berdasarkan kondisi eksiting (2002), rencana, dan proyeksi tahun 2009 disajikan pada Gambar IV.2 dan TabeiiV.8.
69
12000
!
10000
:§
8000
..
r:::
10433.63
9907. 1
9789.559
8411 .63
r:::
:1r:::
6000
:J
Dl Dl
~
4000
iQ
2000
:J
.J
0 Eksisting 2002
Rencana 2009
I'D- -Kaw as a n Terbangun • --
Proyeksi Shift Share 2009
Proyeksi Regresi 2009
Kaw as an Berfungsi Resapa-;:;'
Gambar IV.2. Perbandingan luas kawasan terbangun dan penggunaan laban yang berfungsi sebagai daerah resapan air. Tabel IV.8 Proporsi kawasan terbangun dan daerah resapan air di Kota Bogor No.
Jenis Penggunaan Lahan
1 Kawasan Terbangun 2 Kawasan Berfungsi Resapan Jumlah .. Sumber: Hasli anahs1s (2005)
Eksi$ting 2002 (%) 70.98 29.02 100.00
Rencana 2009(%) 88.05 11.95 100.00
Proyek$i Shift Share Proyeksi RegreSi 2009(%) 2009(%) 83.60 82.61 16.40 17.39 100.00 100.00
Gam bar JV.2 dan Tabel IV.8 memberikan gambaran akan semakin kecilnya proporsi daerah yang berfungsi resapan air di Kota Bogor. Berdasarkan kondisi eksisting 2002, proporsi daerah yang berfimgsi resapan air adalah 29,02o/o, sedangkan berdasarkan rencana yang termuat dalam RTRW tahun 2009 menyusut menjadi 11 ,95%.
Penyusutan berdasarkan basil proyeksi shifi share adalah
16,40% dan 17,39% berdasarkan proyeksi ektrapolasi garis regresi. Dengan demikian penyusutan berdasarkan rencana memberikan basil terbesar dan
llll
menunjukkan rencana tersebut kurang peka terbadap kondisi lingkungan. Ketersediaan daerah resapan air yang sebagian besar berupa ruang terbuka hijau (RTH) berdasarkan rencana dan basil proyeksi sudah tidak seimbang lagi dengan proporsi wilayah Kota Bogor. Menurut Intruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tabun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan, luas minimal RTH di kawasan perkotaan adalah 30% dari luas seluruh kawasan kota tersebut. Kondisi tahun 2002 mungkin masih memadai dan sesuai dengan peraturan tersebut, namun bila mengacu pada rencana dan basil proyeksi, kondisi
70
tersebut jelas tidak memadai. Seandainya rencana tersebut tetap bergulir, perlu adanya pengembangan RTH-RTH barn di kawasan-kawasan terbangun, namun hal tersebut perlu didukung oleh mekanisme peraturan yang memadai. Kegiatan kemitraan dalam pengembangan taman atau RTH lainnya perlu mulai dirintis mengingat RTH secara langsung tidak memberikan manfaat ekonomi dan bersifat publik sehingga banyak kalangan swasta yang keberatan untuk menyediakan fasilitas tersebut.
IV.3. Analisis Limpasan Air Permukaan Selang waktu analisis 7 tahun (1995-2002) diperkirakan terlalu pendek untuk mendapatkan gambaran rinci keterkaitan antar perubahan penggunaan lahan dengan lipasan air permukaan. Hal ini disebabkan oleh perubahan penggunaan lahan telah banyak terjadi sebelum waktu analisis yang dapat dilihat dari tingginya prosentasi lahan terbangun (permukiman, kawasan perdagangan, ' perkantoran dan pergudangan, industri serta penggunaan lainnya seperti jalan, .
terminal, stasiun dan lainnya).
Artinya lahan yang berfungsi sebagai daerah
resapan air pada saat penelitian sudah terbatas dan telah banyak beralih fungsi menjadi kawasan terbangun. Fenomena penurunan luas kawasan resapan air dan ruang terbuka hijau di kota-kota besar merupakan hal yang umum terjadi, bahkan perubahan tersebut seringkali tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang ada. Meskipun hal tersebut merupakan kejadian yang umum namun upaya pengendalian perubahan penggunaan lahan tersebut masih menjadi masalah besar di kota-kota di Indonesia.
Menyempitnya daerah resapan air berdampak pada menurunnya
kapasitas infiltrasi air tanah dan meningkatnya limpasan air permukaan. Dampak perubahan penggunaan lahan terhadap limpasan air permukaan di Kota Bogor disajikan pada Tabel IV.9.
71
Tabel IV.9 Limpasan Air Permukaan pada Setiap Jenis Penggunaan Lahan di 6 Kecamatan Kota Bogor
Swnber : Hasil Analisis (2005)
72
Berdasarkan Tabel IV.9, limpasan terbesar dihasilkan oleh Kecamatan Bogor Barat (538,13 m 3/detik) dan yang terkecil dihasilkan oleh Kecamatan Bogor Tengah (193 ,79 m 3/detik). Hal ini dipengaruhi oleh luas wilayah, Kecamatan Bogor Barat merupakan wilayah terluas dan Kecamatan Bogor Tengah merupakan wilayah tersempit. Namun hila dilihat dari produktivitas per hektamya seperti yang terlihat pada Gambar IV.3, tetjadi sebaliknya Kecamatan Bogor Tengah memiliki laju 3
limpasan air permukaan terbesar, yaitu 0,24 m /detik/Ha.
Sedangkan Kecamatan
Bogor Selatan dan Bogor Barat memberikan laju limpasan per hektamya relatif lebih kecil, yaitu 0,14 m3/detik!Ha dan 0,16 m 3/detik!Ha.
Hal ini disebabkan oleh
kepadatan bangunan yang berbeda di kecamatan-kecamatan tersebut.
Laju lim pas an per Ha (m3/detik) d i Kota Bogor 0.30
s:::::co co
0.25
0.24 0.24
0.24
ti):J: 0.20
CO::ij:
c.·-
.§
G)
32 :;,C")
E ..J'Ci
0.15 0.10 0.05 0.00 Bogor utara
Bogor Tirrur
Bogor Barat
Bog or Tengah
Boor Selatan
Tanah Sa real
Kecam at an
o Tahun 1995 •
Tahun 2002
Gambar IV .3 Laju limpasan air permukaan per hektar di setiap kecamatan di Kota Bogor Dari basil perhitungan tersebut, terlihat bahwa selama waktu analisis (1 9952002), Kecamatan Bogor Utara mempunyai peningkatan limpasan air permukaan 3
terbesar (46,46 m /detik), kemudian Kecamatan Bogor Barat (39,73 m 3/detik), Bogor 3
Selatan (37,56 m /detik), Tanah Sareal (29,90 m 3/detik) dan Bogor Timur (18,98 3
m /detik). Sedangkan di Kecamatan Bogor Tengah, limpasan air permukaannya cenderung berkurang. Hal ini disebabkan oleh banyaknya pembangunan taman-taman barn dan memang dari dulu kecamatan ini merupakan kecamatan terpadat. Selain itu Kecamatan Bogor Tengah mempunyai nilai politis yang tinggi mengingat daerah ini
73
sering dikunjungi oleh penjabat negara sampai mancanegara sehingga kecamatan ini menjadi fokus utama pengendalian tata ruang di Kota Bogor. Kecamatan Bogor Tengah juga telah mengalami kejenuhan akibat kepadatan penduduk dan bangunan, sehingga sebagian besar masyarakat lebih memilih di daerah atau kecamatan lainnya yang lebih nyaman dan terhindar dari kemacetan yang selalu terjadi di jalan-jalan Kecamatan Bogor Tengah. Bila dilihat dari jenis penggunaan lahannya, permukiman yang merupakan penggunaan lahan terluas di Kota Bogor, memberikan kontribusi terbesar bagi peningkatan limpasan air permukaan, yaitu sebesar 69,42% dari total limpasan di Kota Bogor. Hal ini disebabkan oleh luasnya kawasan permukiman yang tersebar di tiap kecamatan di Kota Bogor. Sampai tahun 2002, permukiman mendominasi penggunaan lahan di Kota Bogor, yaitu sebesar 61,3% dari total wilayah Kota Bogor. Persentase peningkatan limpasan air permukaan dari tahun 1995 sampai dengan tahun 2002 dapat dilihat pada Tabel IV.lO.
Tabel IV.IO Persentase kenaikan limpasan air permukaan dari tahun 1995 sampai 2002 di Kota Bogor.
Berdasarkan Tabel IV.lO, nilai persentase positif berarti terjadi peningkatyan limpasan air permukaan akibat dari semakin luasnya jenis penggunaan lahan yang bersangkutan, sedangkan nilai persentase negatif berarti limpasan air yang terjadi pada jenis penggunaan lahan tersebut berkurang akibat semakin menurunnya luas penggunaan lahan yang bersangkutan.
Dari analisis tersebut dapat disimpulkan
bahwa besamya Iimpasan air permukaan yang dihasilkan tiap ke~amatan dipengaruhi oleh luas kecamatan tersebut, sedangkan besamya laju Iimpasan air pennukaan per hektar dipengaruhi oleh kepadatan bangunan di lokasi yang bersangkutan. Selain itu,
74
kontribusi terbesar dari jenis penggunaan lahan terhadap limpasan air pennukaan dihasilkan oleh jenis penggunaan laban untuk perumaban/pennukiman.
IV.4 Analisis Prediksi Limpasan Air Permukaan Perubaban penggunaan laban memberikan andil besar terhadap kenaikan debit banjirllimpasan air pennukaan.
Prediksi limpasan air pennukaan berdasarkan
proyeksi penggunaan laban shift share tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel IV.ll, sedangkan prediksi limpasan air pennukaan berdasarkan proyeksi ektrapolasi garis regresi disajikan pada Tabel IV.12. Tabel IV.ll Prediksi limpasan air permukaan berdasakan proyeksi penggunaan laban shift share
Tabel IV.l2
Prediksi limpasan air permukaan tahun 2009 berdasakan proyeksi penggunaan lahan ekstrapolasi garis regresi
1.81 5.22 27.52 0.85 1.70 9.50 10.82 0.00 29.55 5.51 l.lO 16.13 45.46 59.53 1.14 2.38 l.l1 2. 16 0.00 0.00 459.45 243.60 797.98 32.96 8.01 10.22 0.00 0.00 6.81
Sumber: Hasil Analisis (2005)
75
11.94 20.63 2.75 0.00 0.00 2.93 11.22 0.71 4.17 191.49
7.72 16.91 9.47 18.03 13.83 23.87 0.00 43.94 0.00 31.05 4.74 11.45 14.02 17.77 1.86 0.66 0.00 0.00 644.93 489.48
.
53.22 64.26 60.60 32.55 164.13 7.85 6.33 2826.92
Berdasarkan kedua prediksi limpasan air pennukaan tersebut, diperoleh angka prediksi limpasan air maksimun yang tidak terlalu jauh berbeda. Secara keseluruhan prediksi limpasan air berdasarkan proyeksi penggunaan laban dengan metode shift
share memberikan
limpasan
sebesar 2846,85
m 3/detik,
sedangkan prediksi
berdasarkan proyeksi ekstrapolasi garis regresi menghasilkan limpasan sebesar 3
2826,26 m /detik.
Kecamatan yang memberikan limpasan tertinggi dari kedua
prediksi tersebut adalah Kecamatan Bogor Barat. Bila dihitung berdasarkan limpasan air permukaan per hektarnya, Kecamatan Bogor Utara dan Tanah Sareal pada tahun 2009 memiliki limpasan yang paling besar, yaitu 0,26 m 3/detik/Ha. Perubahan limpasan air yang dihasikan tiap kecamatan antar tahun 2002 dan prediksi 2009 disajikan pada Gambar IV.4, sedangkan perbandingan limpasan air permukaan per hektarnya berdasarkan perubahan penggunaan laban tahun 2002 dan 2009 dapat dilihat pada Gam bar IV.S.
~
2500
i
:!:?
(')
.s 2000 c:
"'
::: 1500 Q.
E
::J
~
1000
~
E"' ~
500
0 Bogor Utara Bogor Timur Bogor Barat
• Eksisting 2002
Bogor Tengah
o Prediksi Shift Share 2009 •
Bogor Selatan
Tanah Sareal Kota Bogor
Prediksi Garis Regresi 2009
Gambar IV .4 Perubahan laju limpasan air permukaan berdasarkan hasil proyeksi tahun 2009
Peningkatan limpasan air pennukaan tertinggi dibandingkan kondisi limpasan 3
pada tahun 2002 tetjadi di Kecamatan Bogor Barat sebesar 256,64 m /detik atau 47,69% berdasarkan proyeksi penggunaan laban ekstrapolasi garis regresi dan 259,85 m 3/detik atau 48,29% berdasarkan proyeksi garis regresi.
76
Tingginya peningkatan
prediksi limpasan ini selain disebabkan oleh luas kecamatan yang paling besar juga disebabkan oleh perubahan penggunaan lahan khususnya kawasan pertanian menjadi kawasan terbangun dari tahun 2002 sampai 2009 juga terjadi cukup cepat (20,14%).
Laju Limpasan per Hektar (m3/detik) ~
i
'C
0.30
c;; .§.
0.25 0.20
;
0. 15
0.26
.---~l't------tl~-~----n-~--------n~---6:2¢-1
0.1
0.1
0.1
gJ c. 0. 10 E 0.05
Kecamatan
I0
2002 •
ss 2009 0
GS 2009 1
Gambar IV. 5. Laju limpasan per hektar dari tahun 2002 sampai 2009 di setiap kecamatan di Kota Bogor.
...
"ij ~
c:e.... IIJN
35.00
C.N
30.00
:Qg E
c: =:I c:.C:
25.00
~··c:
20.00
"' "'
37.71
40.00
"'fii-c"'c:
15.00
Q)
10.00
32.33
33.26
Prediksi Shift Share 2009
Prediksi Regresi 2009
~
"'
Ill "' .s3 c: E
Q) ... Q) Q) c.
I!! a.
5.00 0.00 Prediksi RTRW 2009
Gambar IV.6 Persentase kenaikan limpasan air permukaan dari tahun 2002 sampai tahun 2009 berdasarkan rencana dan hasil prediksi Secara keseluruhan, hila dibandingkan dengan limpasan air permukaan pada tahun 2002, maka peningkatan limpasan pada tahun 2009 yang terjadi cukup signifikan (Gambar IV.6).
Prediksi limpasan berdasarkan proyeksi penggunaan
77
lahan sh(fi share memberikan peningkatan limpasan sebesar 33,26%,
proyeksi
penggunaan lahan ekstrapolasi garis regresi sebesar 32,33%, dan berdasarkan rencana penggunaan lahan RTRW Kota Bogor sebesar 37,71% dari kondisi limpasan pada tahun 2002. Limpasan yang terjadi berdasarkan kedua prediksi tersebut memberikan peningkatan limpasan air permukaan satu per tiga kali kondisi semula (tahun 2002). Namun yang menarik adalah limpasan yang dihasilkan rencana tata guna laban dalam RTRW memberikan persentase peningkatan yang tersebar.
Dengan demikian tata
guna lahan yang terdapat dalam RTRW tersebut perlu dipertanyakan dan ditinjau kembali mengingat dampaknya terhadap peningkatan limpasan air pennukaan cukup besar. Jika kondisi ini dibiarkan maka selain secara regional akan meningkatkan ancaman banjir bagi DKI Jakarta, secara internal juga akan mempengaruhi ketersediaan air tanah di Kota Bogor. Padahal sebagian besar penduduk Kota Bogor masih menggunakan air tanah untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya. Bila ditinjau · dari tata ruang, menurut Subadyo (2000) ada keterkaitan antara rencana tata ruang dengan ketersediaan air tanah. Ia menyarankan adanya hubungan fungsional pola tata ruang yang jelas antara fungsi kawasan lindung dengan fungsi kawasan budidaya. Ketersediaan air tanah sangatlah tergantung pada tingkat peresapan air ke dalam tanah. Indeks kecukupan air tanah pada suatu wilayah kota sangatlah bermanfaat untuk menjaga ketersediaan air bagi penduduk kota tersebut dan secara makro akan mendukung keseimbangan ekosistem dan kelestarian fungsi lingkungan.
Dengan
demikian, untuk mengendalikan limpasan di Kota Bogor perlu adanya keterpaduan antara rencana tata ruang dengan ketersediaan air tanah.
Artinya sebagai suatu
tatanan ruang yang berfungsi bagi pengembangan wilayah kota mutlak diperlukan adanya hubungan fungsionaris pola tata ruang yang jelas antara fungsi kawasan lindung dan kawasan budidaya.
78
BABV PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN LIMPASAN AIR PERMUKAAN Dl KOTA BOGOR
V.l Temuan Studi
Berdasarkan hasil analisis pembahan penggunaan lahan dan limpasan yang terjadi di Kota Bogar, diperoleh beberapa temuan sebagai hasil dari penelitian ini sebagai berikut :
V.l.l
Pola Perubahan Penggunaan Laban di Kota Bogor
Analisis proportional sh((t menunjukkan bahwa jenis penggunaan lahan permukiman/pemmahan, perkantoran dan pergudangan, perdagangan, industri, taman/lapangan olahragalkuburan, dan penggunaan lain (jalan, tenninal, stasiun, parkir, dan lainnya.) menunjukkan teijadinya peningkatan 1uas selama 7 tahun (1995-2002). Nilai proportional sh((t positif pada jenis pengunaan lahan yang mengalami penambahan luas terse but berasal dari jenis penggunaan lahan lainnya yang memiliki nilai proportional shift negatif atau mengalami proses konversi lahan. Jenis-jenis penggunaan lahan yang mengalami penurunan luas di Kota Bogar, adalah pertanian lahan kering, pertanian lahan basah, danaulbadan sungai, dan hutan kota. Tingginya nilai positif proportional shift jenis penggunaan lahan permukiman/pemmahan ( 1333,71) didukung oleh nilai positif pada selumh kecamatan. Urutan nilai tertinggi sampai terendah adalah sebagai berikut Kecamatan Bogar Barat (398,58), Bogar Selatan (241,69), Tanah Sareal (234,68), Bogar Utara (202,41), Bogar Tengah (130,79), dan Bogar Timur (125,57). Untuk jenis penggunaan lahan perkantoran dan pergudangan, peningkatan luas tertinggi terjadi di Kecamatan Bogar Barat, sedangkan Kecamatan Bogar Tengah mengalami perluasan paling tinggi untukjenis penggunaan lahan perdagangan dan jasa. Industri mengalami perluasan tertinggi di Kecamatan Bogar Selatan. Nilai
proportional shift positif dapat menunjukkan keunggulam komparatif jenis penggunan lahan tertentu di kecamatan tersebut.
79
Jenis penggunaan laban yang bersifat terbuka seperti laban pertanian, hutan kota, danaulbantaran sungai mempunyai nilai proportional shift negatif yang menunjukkan terjadinya penurunan luas. Kecuali pada penggunaan laban kuburan, tanam, dan sarana olahraga mempunyai kecenderungan mengalami peningkatan luas. Hal ini disebabkan oleh beberapa kawasan dibangun untuk kuburan yang diusabakan secara komersial, seperti di Kecamatan Bogor Selatan yang banyak dibangun kuburan cina. Jenis penggunaan laban untuk perumaban di Kecamatan Bogor Selatan, Tanah Sareal, dan Bogor Utara berdasarkan analisis differensia/ sh((t memiliki laju penambaban luas lebih tinggi dibandingkan laju secara agregat di Kota Bogor. Sebaliknya Kecamatan Bogor Tengab, Bogor Barat, dan Bogor Timur memiliki laju penambahan luas laban permukiman relatif lebih rendab dibandingkan laju penambaban luas permukiman di Kota Bogor. differensia/ shift positif yang
Nilai
menggambarkan laju perubaban tersebut
menunjukkan keunggulan kompetitif jenis penggunaan laban tertentu di kecamatan tersebut. Beberapa pola perubaban penggunaan laban yang dapat diidentifikasi di Kota Bogor adalah : 1. Perubaban guna laban dari pertanian menjadi perumaban dan industri secara umum teijadi di Kecamatan Tanab Sareal. 2. Perubaban guna laban pertanian menjadi perumaban secara umum terjadi di Kecamatan Bogor Selatan dan Bogor Timur. 3. Perubaban guna lahan dari perumaban menjadi perdagangan dan perkantoran secara umum teijadi di Kecamatan Bogor Tengab. 4. Perubaban guna lahan dari pertanian menjadi perumahan dan perkantoran secara umum terjadi di Kecamatan Bogor Barat, dan Bogor Timur. Secara keseluruhan, pola perubahan penggunaan laban yang terjadi di Kota Bogor mengikuti teori sewa laban, pemilik laban berusaba mengoptimalkan nilai lahannya dengan melakukan perubaban kepada penggunaan yang lebih bemilai ekonomis.
80
V.l.2 Prediksi Penggunaan Laban Tahun 2009 Hasil proyeksi dengan ekstrapolasi garis regresi memberikan luas tiap jenis penggunaan laban yang bampir sama dengan metode shift share, walaupun ada kecenderungan jenis penggunaan laban terbangun berdasarkan basil proyeksi metode shift share memberikan nilai yang lebib tinggi. Penggunaan laban untuk perumaban diproyeksinya meningkat rata-rata 9% di setiap kecamatan. Dengan peningkatan kawasan terbangun tertinggi dari tabun 2002 bingga tabun 2009 diprediksikan terjadi di Kecamatan Bogor Selatan (41 ,39%) dan terendab di Kecamatan BogorTengab (0,19%). Bila dibandingkan dengan rencana tabun 2009 yang termuat dalam RTR W Kota Bogor dapat disimpulkan babwa rencana tersebut lebib tinggi proporsi kawasan terbangunnya. Hal ini didorong oleb araban pengembangkan Kota Bogor menjadi Kota Jasa dan Perdagangan yang didukung dengan kawasan permukiman yang cukup luas. Kondisi ini memperjelas babwa pengarub kebijakan pemerintah akan memacu pembangunan di Kota Bogor. Berdasarkan kondisi eksisting 2002, proporsr daerab yang berfungsi resapan air adalab 29,02%, sedangkan berdasarkan rencana penggunaan laban yang termuat dalam RTRW pada tabun 2009 laban yang berfungsi sebagai daerah resapan menyusut menjadi banya II ,95% saja dari total luas Kota Bogor. Proporsi daerah resapan air berdasarkan basil proyeksi shiji share dan ekstrapolasi garis regresi adalab 16,40% dan 17,39%.
Dengan demikian, kawasan yang
berfungsi konservasi lingkungan dalam rencana lebib kecil proporsinya. Hal ini menunjukkan rencana penggunaan laban dalam RTRW tersebut akan berdampak lebib besar terbadap penurunan kualitas lingkungan.
V.l.3 Limpasan Air Permukaan di Kota Bogor Berdasarkan basil analisis kondisi eksisting tahun 2002 dapat disimpulkan babwa limpasan terbesar dibasilkan oleb Kecamatan Bogor Barat (538,13 m 3/detik) dan yang terkecil dihasilkan oleb Kecamatan Bogor Tengah ( 193,79 m 3/detik). Hal ini dipengarubi oleh luas wilayah, Kecamatan Bogor Barat merupakan wilayah terluas dan Kecamatan Bogor Tengah merupakan wilayah tersempit. Namun bila dilihat dari limpasan per hektarnya terjadi sebaliknya
81
Kecamatan Bogor Tengah memiliki laju limpasan air permukaan terbesar, yaitu 0.24 m3/detik!Ha. Sedangkan Kecamatan Bogor Selatan dan Bogor Barat memberikan laju limpasan per hektarnya relatif lebih kecil, yaitu 0.14 m3/detik/Ha dan 0. 16 m3/detik/Ha. Hal ini disebabkan oleh kepadatan bangunan yang berbeda di kecamatan-kecamatan tersebut. Dari basil perbitungan tersebut, terlibat bahwa selama waktu analisis (1995-2002), Kecamatan Bogor Utara memberikan peningkatan limpasan air permukaan terbesar (46,46 m3/detik), kemudian Kecamatan Bogor Barat (39,73 m3/detik), Bogor Selatan (37,56 m3/detik), Tanab Sareal (29,90 m3/detik) dan Bogor Timur (18,98 m3/detik). Secara keseluruhan, terjadi peningkatan limpasan air permukaan yang tidak terlalu besar dari tahun 1995 sampai tabun 2002 sebesar 8,8%.
Kecilnya peningkatan Iimpasan ini disebabkan asumsi bahwa jenis
penggunaan laban perumahan di sebagian kecamatan masib memiliki intensitas rendab (< 60%) sebingga koefisien Iimpasan yang digunakan pun lebib rendah (0,47).
V.l.4 Prediksi Limpasan Air Permukaan di Kota Bogor Tahun 2009 Hasil analisis prediksi 1impasan air permukaan berdasarkan proyeksi penggunaan laban tabun 2009 dengan metode shift share dan ekstrapolasi garis regresi dapat disimpulkan bahwa angka prediksi limpasan air maksimun yang dibasilkan tidak terlalu jaub berbeda. Secara keseluruhan prediksi limpasan air permukaan berdasarkan proyeksi penggunaan lahan dengan proyeksi shift share dan ekstrapolasi garis regresi menghasilkan limpasan sebesar 2.846,85 m3/detik, dan 2.826,26 m3/detik.
Kecamatan yang memberikan Iimpasan tertinggi dari
kedua prediksi tersebut adalab Kecamatan Bogor Barat. Sedangkan hila dihitung berdasarkan limpasan yang dihasilkan per bektamya, Kecamatan Bogor Utara dan Tanab Sareal memberikan limpasan per bektar yang terbesar, yaitu 0,26 m3I detik!Ha. Bila dibandingkan dengan limpasan air permukaan pada tahtm 2002, terjadi peningkatan yang terjadi cukup signifikan.
Peningkatan limpasan air
permukaan tertinggi dibandingkan kondisi Iimpasan pada. talmn 2002 terjadi di Kecamatan Bogor Barat sebesar 256,64 m3/detik atau 47,69% berdasarkan
82
proyeksi penggunaan lahan ekstrapolasi garis regresi dan 259,85 m3/detik atau 48,29% berdasarkan proyeksi garis regresi.
Tingginya peningkatan prediksi
limpasan ini selain disebabkan oleh luas kecamatan yang paling besar juga disebabkan oleh perubahan penggunaan lahan khususnya kawasan pertanian menjadi kawasan terbangun dari tahun 2002 sampai 2009 juga terjadi cukup cepat (20,14%).
Secara keseluruhan, prediksi limpasan air permukaan di Kota Bogor berdasarkan proyeksi penggunaan lahan shift share dan ekstrapolasi garis regresi memberikan peningkatan limpasan sebesar 33,26%, dan 32,33%, sedangkan berdasarkan rencana penggunaan lahan RTRW Kota Bogor memberikan peningkatan sebesar 37,71% dari kondisi limpasan pada tahun 2002. Dengan demikian, berdasarkan kedua prediksi tersebut (sh(ft share dan ekstrapolasi garis regresi) memberikan peningkatan limpasan air permukaan satu per tiga kali kondisi semula (tahun 2002) dan berada di bawah prediksi limpasan yang dihasilkan dari rencana penggunaan lahan RTRW tahun 2009. Bila rencana tersebut terealisasi dan tanpa adanya kegiatan pengendalian lainnya maka limpasan akan semakin besar dan mengganggu keseimbangan lingkungan Kota Bogor dan sekaligus meningkatkan ancaman banjir terhadap beberapa kawasan di DKI 1akarta.
V.2 Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama waktu analisis ( 19952002) di Kota Bogor telah terjadi perubahan penggunaan lahan yang cukllp pesat,
terutama untuk jenis penggunaan
lahan perumahanlpermukiman.
Secara
keseluruhan, jenis penggunaan lahan perumahan mengalami perluasan di setiap kecamatan dengan peningkatan luas tertinggi terjadi di Kecamatan Bogor Barat. Jenis penggunaan lahan permukiman/perumahan di Kecamatan Bogor Selatan, Tanah Sareal, dan Bogor Utara berdasarkan analisis differensia/ shift memiliki laju penambal1an luas lebih tinggi dibandingkan laju secara agregat di Kota Bogor. Untuk jenis penggunaan lahan perkantoran dan pergudangan, peningkatan luas tertinggi terjadi di Kecamatan Bogor Barat sedangkan Kecamatan Bogor
83
Tengah mengalami perluasan paling tinggi untuk jenis penggunaan lahan perdagangan dan jasa. Industri mengalami perluasan tertinggi di Kecamatan Bogor Selatan. Lahan yang bersifat terbuka seperti pertanian, hutan kota, danaulbantaran sungat mempunyai nilai proportional shift negatif yang menunjukkan terjadinya penurunan luas, kecuali kelompok penggunaan lahan untuk kuburan, taman dan sarana olahraga yang cenderung mengalami peningkatan luas. Beberapa pola perubahan penggunaan lahan yang dapat diidentifikasi di Kota Bogor adalah: (I) perubahan guna lahan dari pertanian menjadi perumahan dan industri secara umum terjadi di Kecamatan Tanah Sareal, (2) perubahan guna lahan pertanian menjadi perumahan secara umum terjadi di Kecamatan Bogor Selatan dan Bogor Timur, (3) perubahan guna lahan dari perumahan menjadi perdagangan dan perkantoran secara umum terjadi di Kecamatan Bogor Tengah, dan (4) perubahan guna lahan dari pertanian menjadi perumahan dan perkantoran secara urnum teijadi di Kecamatan Bogor Barat, dan Bogor Timur. Peningkatan kawasan terbangun tertinggi dari tahun 2002 hingga tahun 2009 diprediksikan teijadi di Kecamatan Bogor Selatan (41,39%) dan terendah di Kecamatan Bogor Tengah (0,19%). Peningkatan limpasan air pennukaan tertinggi dibandingkan kondisi limpasan pada tahun 2002 teijadi di Kecamatan Bogor Barat sebesar 256,64 m 3/detik atau 4 7,69% berdasarkan proyeksi penggunaan lahan ekstrapolasi garis regresi dan 259,85 m3/detik atau 48,29% berdasarkan proyeksi garis regresi. Tingginya peningkatan prediksi limpasan ini selain disebabkan oleh luas kecamatan yang paling besar juga disebabkan oleh perubahan penggunaan lahan khususnya kawasan pertanian menjadi kawasan terbangun dari tahun 2002 sampai 2009 juga terjadi cukup cepat (20,14%). Secara keseluruhan, proporsi daerah yang berfungsi resapan air di Kota Bogor tahun 2002 adalah 29,02%, sedangkan berdasarkan rencana yang tennuat dalam RTRW tahun 2009 menyusut menjadi 11,95% dari totalluas Kota Bogor. Alokasi daerah resapan air berdasarkan basil proyeksi shift share dan ekstrapolasi garis regresi adalah 16,40% dan 17,39%. Hal ini berdampak pada peningkatan limpasan air permukaan, prediksi limpasan berdasarkan proyeksi penggunaan laban shtft share dan ekstrapolasi garis regresi memberikan peningkatan limpasan
84
sebesar 33,26% dan 32,33%, dan berdasarkan rencana penggunaan laban RTRW Kota Bogor sebesar 37,71% dari kondisi limpasan pada tahun 2002. Rencana penggunaan laban dalam RTRW Kota Bogor memiliki kawasan terbangun yang lebih luas dibandingkan dengan basil proyeksi, hal ini tentunya akan mengganggu keseimbangan lingkungan. Dengan demikian, diperlukan perlakuan tertentu untuk mengendalikan limpasan yang teijadi dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan Kota Bogor dan mngurangi ancaman banjir bagi DKI Jakarta.
V.J Rekomendasi Berdasarkan basil studi ini, ada beberapa hal yang direkomendasikan ditinjau dari aspek lingkungan khususnya ketersediaan daerab resapan air dalam hubungannya dengan pengendalian penggunaan laban dan limpasan air permukaan. Rekomendasi untuk mengurangi limpasan air di Kota Bogor yang disampaikan secara umum di bagi dalam dua bagian, yaitu rekomendasi untuk pengendalian penggunaan laban (bersifat preventif) dan rekomendasi untuk pengendalian limpasan air permukaan yang telab teijadi (bersifat kuratif). Kedua rekomendasi tersebut diuraikan sebagai berikut :
V.J.l Rekomendasi Pengendalian Penggunaan Laban (Preventif) Berdasarkan basil penelitian ini, ada beberapa rekomendasi yang untuk menciptakan keseimbangan antara kawasan yang berfungsi budidaya dan kawasan lindung dalam rangka menciptakan keserasian lingkungan Kota Bogor sebagai berikut: I. Mengingat pada tahun 2005 ini, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bogor telah berumur 5 tahun dan merupakan waktu untuk revisi. Untuk itu dalam melakukan revisi tersebut perlu kiranya lebib mempertimbangkan daya dukung lingkungan khususnya daerah resapan air. Rencana tata guna laban pada RTRW tersebut mengalokasikan kawasan resapan air/ruang terbuka hijau yang sangat kecil, yaitu hanya II% dari total luas Kota Bogor dan kondisi tersebut diperkirakan akan mengakibatkan peningkatny& limpasan air sebesar 37% dari kondisi limpasan tahun 2002. Berdasarkan analisis proyeksi penggunaan laban, maka luas maksimal setiap jenis penggunaan laban yang
85
direkomendasi di Kota Bogar adalab sebagai berikut: (I) pemmabanl permukiman
=
8.232,7 Ha, (2) perkantoran dan pergudangan
perdagangan danjasa basah
=
=
=
489,9 Ha, (3)
330,1 Ha, (4) industri = 197,6 Ha, (5) pertanian laban
871,0 Ha, (6) pertanian laban kering
=
456,3
Ha, (7)
tamanlkuburanllap. olahraga = 504,2 Ha, (8) penggunaan lain (jalan, terminal dll.) = 539,3 Ha, (9) danaulbadan sungai = 106,4 Ha, dan hutan kota = 122,6 Ha. Alokasi penggunaan laban ini hila dibandingkan dengan rencana penggunaan laban dalam RTRW Kota Bogar dapat mengurangi peningkatan limpasan air permukaan sebesar 5,38%. Namun alokasi ini pun, untuk kota yang mempunyai posisi
seperti Kota Bogar masih terlalu tinggi proporsi
kawasan terbangunnya, mengingat saat ini saja kawasan DKI Jakarta sering dilanda banjir yang sebagian besamya mempakan kontribusi dari Bagian Tengah DAS Ciliwung yang salab satunya adalab wilayab Kota Bogar. Untuk lebih menekan lirnpasan yang terjadi, maka pengendalian dan penertiban intensitas bangunan perlu ditingkatkan sehingga akan tersedia kawasan resapan air yang memadai pada jenis-jenis penggunaan lahan terbangun. 2. Kecarnatan yang lainnya yang memiliki intensitas bangunan rendab, temtama Kecamatan Bogar Selatan hams dipertabankan sebagai kawasan dengan intensitas bangunan rendah dan mang terbuka hijau (RTH) mengingat topografinya lebih bervariasi dan sebagian dikategorikan kawasan curam serta kawas tersebut sekarang ini mempunyai kepadatan bangunan yang relatif rendab.
Hal ini sesuai dengan araban RTRW, namun melihat trend
perkembangan kecamatan ini memiliki laju pertumbuhan kawasan terbangun paling cepat (41,39% dari kondisi tahun 2002).
Untuk itu perlu adanya
pengendalian perkembangan kawasan terbangun di Kecamatan Bogar Selatan. 3. Kecamatan Bogar Tengah yang memiliki kepadatan bangunan tinggi hams lebih diintensitkan sehingga perkembangan ke kawasan yang diperuntukan sebagai daerah resapan air dapat dikurangi. Walaupun demikian, pengndalian intensitas temtama dalam hubungan dengan garis sempadan perlu dipertegas sehingga tidak teijadi kawasan kurnub dan menimbulkan ekstemalitas negatif Peran 1MB sebagai perangkat pengendalian guna. lal1an hams lebih ditingkatkan keberadaaannya.
86
Kecamatan Tanah Sareal diperuntukan sebagai kawasan pennukirnan, kepadatan bangunan sebaiknya terkonsentrasi pada pusat kecamatan (kawasan yang saat ini sudah padat). Kawasan dengan intensitas bangunan rendal1 sebaiknya tetap dipertahankan. Kawasan Bogor Barat, sebagai kawasan permukiman dengan tetap mempertahankan kawasan yang masih berfungsi RTH. Kecamatan Bogor Utara, kawasan pennu.kiman dengan kepadatan diupaya pada pusat-pusat pertumbuhan saja. Kecamatan Bogor Tengah. Kepadatan bangunan harus lebih diintensilkan sehingga mengurangi tekanan terhadap kccamatan lainnya yang masih merniliki RTH relatif luas. Kecamatan Bogor Timur, kepadatannya harus lebih diintensilkan untuk sebagai penyeimbang Kecamatan Bogor Tengah. Kecamatan Bogor Selatan sesuai dengan arahan RTRW. pertimbangan topografi, dan kepadatan saat iru perlu dipcrtahankan sebagai kawasan intensitas rendah dan RTH serungga dapat bcrfungsi lcbih sebagai daerah rcsapan air. Pcrlu pcngcndalian guna Ia han yang lcbih ketal mengingat kawasan ini diprediksi memiliki pertumbuhan kawasan terbangun paling cc at.
KOTABOGOR
Gambar V .I Araban pengembangan intensitas bangunan berdasarkan pertimbangan ketersediaan daerah resapan air 4. Kecamatan Bogor Utara, Bogor Timur, Bogor Barat dan Tanah Sareal perlunya upaya penertiban dan pengawasan terhadap intensitas bangunan. Sebaiknya kepadatan diupayakan teijadi pada pusat-pusat kecamatan saja sehingga memungkinkan kawasan lainnya dapat berfungsi sebagai ruang terbuka hijau. Dengan demikian kota yang kompak berwawasan lingkungan akan terwujud. 5. Perlu
adanya
relokasi
pemukiman
yang
berada
di
sepanJang
bantaran/sempadan sungai yang tersebar di sepanjang bantaran sungai Ciliwung, Ciparigi
dan sunga1
lainnya sehingga dapat mengurangi
87
penyempitan kawasan sempadan sungai. Kawasan tersebut selanjutnya dikembalikan ke fungsinya sebagai kawasan lindung setempat dan daerah resapan air sehingga limpasan air yang masuk ke sungai akan berkurang. Untuk itu perlu segera dibicarakan mekanisme konpensasi pemerintah DKI Jakarta untuk membiayai kegiatan tersebut dan mengembalikan fungsi sempadan sungai sebagai kawasan lindung.
V.3.2 Rekomendasi Pengendalian Limpasan Air Permukaan (Kuratit) Untuk pengendalian limpasan yang terjadi di Kota Bogor dalam hubungannya dengan meningkatkan kegiatan konservasi air dan mengurangi ancaman banjir bagi DKI Jakarta, maka dapat disampaikan beberapa rekomendasi baik secara mekanik maupun agronomis sebagai berikut:
V.3.2.1 Pengendalian mekanis Pengendalian mekanis dapat ditempuh melalui beberapa teknik sebagai berikut : a. Pengembangan sumur resapan di perumahan, kawasan industri ataupun perdagangan untuk meningkatkan infiltrasi air tanah dan mengurangi limpasan yang terjadi. Sumur resapan dapat dibuat secara perorangan/per rumah ataupun kolektif tergantung pada kondisi perumahan yang ada.
TIP£ RUMAH TAK BERfALANG -AES\PANDE!j()AHPASANGANs.ITUs.ITA
Gambar V.2 Sumur resapan yang dapat dibangun di perumahan Sumber : Suripin, 2002
88
~ .5"'
Gambar V.3 Sumur resapan kolektif ~·
Sumber : Suripin, 2002.
b. Untuk mengefektifkan pengembangan sumur resapan maka perlu adanya revisi Perda No. 1 Tahun 1996 tentang ljin Mendirikan Bangunan (1MB) dengan memasukkan syarat pemhangunan sumur resapan pada saat mendirikan bangunan. c. Menggalakan kembali penggunaan paving block untuk meningkatkan laju infiltrasi air ke dalam tanah khususnya kawasan-kawasan komersial. d. Perlu perencanaan regional yang lebih jelas mengenai koordinasi, kewenangan dan prosedur keija dari rencana tersebut mengingat sistem pengelolaan DAS Iebih bersifat "one river, one management".
Termasuk adanya dana
konpensasi dari DKI Jakarta untuk mengurangi limpasan dari Kota Bogor seperti untuk pembuatan sumur resapan dan chek dam .
V.3.2.2 Pengendalian agronomis Pengendalian agronomis dapat dilakukan melalui beberapa cara sebagai berikut: a. Meningkatkan ketersediaan RTH dengan program kemitraan atau development
agreement/exaction, yaitu perjanjian/persyaratan kepada pihak swasta untuk menyediakan ruang terbuka hijau dalam mendirikan bangunan tertentu yang
89
bersifat komersial sehingga dapat menambah ketersediaan daerah resapan air dan meningkatkan keseimbangan lingkungan Kota Bogor. b. Penanaman kembali daerah kritis, terutama yang berada di sepanJang sempadan sungai dengan tanaman yang mempunyai tingkat penguapan (evapotranspirasi) tinggi sehingga akan mengurangi kejenuhan air tanah dan
dapat mnyerap lebih banyak lagi air limpasan. c. Menggalakan lagi pengembangan RTH pekarangan sebagai taman-taman pribadi untuk meningkatkan ketersediaan daerah resapan air. Hal ini terkait dengan pengawasan dan penertiban intensitas bangunan (koefisien dasar bangunan) yang mengalokasikan sebagian lahannya untuk RTH. d. Perlunya penanganan bersama dengan Pemerintah DKI Jakarta untuk mengembalikan fungsi daerah resapan air di kawasan Bogor dengan dana konpensasi dari DKI Jakarta yang dipergunakan untuk penghijauan daerah sempadan sungai dan daerah kritis lainnya.
V.4 Kekurangan Studi
Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan penelitian ini masih banyak kekurangannya mengingat adanya keterbatasan waktu, tenaga dan biaya selama melakukan penelitian. Beberapa kekurangan dalam studi ini di antaranya adalah : 1. Pada penelitian ini elaborasi terhadap metode yang paling sesuai untuk memprediksi perubahan penggunaan lahan masih belum memadai. Metode proyeksi
untuk
memprediksi
penggunaan lahan
pada penelitian ini
menghasilkan luas negatif untuk jenis-jenis penggunaan pertanian lahan kering dan basah di beberapa kecamatan yang mengalami laju penurunan cukup pesat. Hal ini mengakibatkan perlunya penyesuaian data dengan mengurangi luas jenis penggunaan lahan perumahan mengingat perubahan yang terbesar terjadi dari penggunaan lahan pertanian menjadi perumahan karena tidak mungkin luasan suatu jenis penggunaan lahan bemilai negatif. 2. Nilai koefisien yang digunakan merupakan hasil adopsi dari penelitian di Iuar Kota Bogor sehingga hasilnya kemungkinan akan berbeda hila dilakukan langsung melalui pengukuran sendiri di Kota Bogor. Selain itu, koefisien yang digunakan tidak membedakan antara kawasan perumahan, perdagangan dan
90
Jasa, serta industri. Padahal ketiga jenis penggunaan lahan tersebut mempunyat intensitas bangunan yang berbeda yang akan berpengaruh terhadap besamya nilai koefisien setiap jenis penggunaan lahan tersebut.
V.S Rekomendasi Studi Lanjutan
Berdasarkan kelemahan tersebut, dapat direkomendasikan beberapa penelitian lanjutan untuk memperoleh hasil yang lebih tepat dan melengkapi hasil penelitian ini, di antaranya adalah : I. Studi
pemodelan prediksi
penggunaan laban di
Kota Bogor yang
mengakomadasikan semua komponen/faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan, termasuk kebijakan pemerintah Kota Bogor. 2. Studi dengan koefisien limpasan yang lebih tepat atau analisis langsung koefisien limpasan berdasarkan simulasilpengukuran langsung padajenis-jenis penggunaan lahan sehingga diperoleh nilai koefisien limpasan yang lebih akurat.
91
DAFT AR PUSTAKA
A. Buku Pustaka (Buku Teks) Asdak, Chay. (2004 ). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah A/iran Sungai. Gadjah Mada University Press. Barlowe, R. (1978). Land Resources Economic (Third Edition). Prentice Hall Inc, Englewood Cliffs, New Jersey. Bourne, Larry S. (ed.). (1971). Intemal Stntcture ofthe City. Oxford University Press. New York. Branch, Melville C. ( 1985). Comprehensive City Planning: Introduction and Explanation. The Planners Press of American Planning Association, Chicago. Budihardjo, E. (1997). Tala Ruang Perkolaan. Penerbit Alumni, Bandung. Budihardjo, E. dan H. Sudanti. (1993). Kola Berwawasan Lingkungan. Penerbit Alumni, Bandung. Courtney, Jolm. M. (1983). Intervention Through Land Use Regulation, In Urban Land Policy Issues and Opportunities (Ed. Dunkerley, Harold B.). World Bank, Washington Doxiadis, Contantinos A. (1968). Ekistics: An Introduction to the Science of Human Setlelments, Hutchinson & Co, Ltd, London. Edel, Mathew. (1972). Readings in Urban Economics. Collier MacMillan Publisher. Harrison, M.L and R. Mordney. (1987). Planning Control: Philosophies, Pro5pects, and Practise. Croom Helm, London. Harvey, Jack. (1996). Urban Land Economics. Macmillan press Ltd, Houndmills. Lee, R. (1980). Forest Hidrology. Colombia Univesity Press, New York/Guildford, Surrey. Mcloughlin, J. Brian. (1973). Control and Urban Planning. London, Faber & Faber Ltd. Mori, K., Hideo Ishii, A Somatani dan A Hatakeyama. (1999). Hidrologi untuk Pengairan. Sosrodarsono, S., danK. Takeda, (Ed.), PT, Pradnya Paramita, Jakarta. Sabari Yunus, Hadi. (1999). Slruktur Tala Ruang Kola. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Seyhan, E. ( 1977). Fundamentals of Hydrology. Geografisch lnstituut der Rijksuniversitait te Utrecht. Short, J.R. (1984). An Introduction to Urban Geography. Routledge and Kegan, London. Sugiarto, D., Siagian, L.S., Sunaryanto, dan D.S. Oetomo. (2003). Teknik Sampling. Penerbit PT, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. (2002). Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Penerbit Andi Suripin. Yogyakata. Suripin. (2004 ). Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelat?iutan. Penerbit Andi Yogyakarta.
92
Tarigan, Robinson. (2004). Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. US. Forest Service. (1980). An Approach to Water Resource Evaluation of Nonpain Silviculture Source. An Procedural Handbooks US Environmental Protection Agency, Athens G.A. Warpani, Suwardjoko. (1980). Ana/isis Kota dan Daerah. Penerbit ITB Bandung.
B. Terbitan Terbatas (Jurnal, Laporan, Artikel) Bappeda Kota Bogor. (1995). Rencana Umum Tata Ruang Kota Bogar 19952005. Badan Perencanaan Daerah Kota Bogor. Bogor. Bappeda Kota Bogor. (1996). Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamalan di Kota Bogar. Badan Perencanaan Daerah Kota Bogor. Bogor. Bappeda Kota Bogor. (2000). Rencana Tala Ruang Wilayah (RTRW) Kola Bogar 2000-2009. Badan Perencanaan Daerah Kota Bogor. Bogor. Bappeda Kota Bogor. (2002). Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) 6 Kecamatan di Kota Bogor. Badan Perencanaan Daerah Kota Bogor. Bogor. BPN Kota Bogor. (1998-2002). Laporan Penggunaan Lahan Kota Bogar dalam Data Potensi Daerah Kota Bogor. Badan Pertanahan Nasional Kota Bogor. Kota Bogor. BPS Kota Bogor. (1995-2004). Kola Bogar Dalam Angka 1995-2003. Badan Pusat Statistik Kota Bogor. Bogor. BPS Kota Bogor. (2004 ). Produk Domentik Regional Bruto (PDRB) Kola Bogar Tahun 2003. Badan Pusat Statistik Kota Bogor. Bogar. CSIRO. (2005). Hidrology Cycle. www.clw.csiro.au/education/groundwater/ facts.html. diakses tanggal 2 Juni 2005. LPP Wilayah dan Kota-ITB. (1991 ). Pengarahan Penggunaan Lahan Perkotaan. Laporan, Keijasama dengan Dirjen Pembangunan Daerah, Depdagri. Nasoetion, L.I. (1991 ). Beberapa Permasalahan Pertanahan Nasional dalam Altematif Kebijaksanaan untuk Menanggulanginya. Jumal Analisis, Penerbit CSIS, Edisi No, 2 Tahun 1991, Jakarta. Sinukaban, N. (2005). Menjinakkan Ciliwung unluk Mengamankan Jakarta. Kompas, 29 Januari 2005. Keterkaitan Penataan Ruang Wilayah lerhadap Subadyo, AT. (2000). Ketersediaan Air Tanah: Studi Kasus Jabotabek. Jumal Diagonal Fakultas Teknik Universitas Merdeka, Malang. Sujarto, D. (1991). Urban Land Use and Activity System. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Program Pascasaijana ITB, Bandung. Suresh, T.S. (2001). An Urban Water Scenario: A Case Study of The Bangalore Metropolis, Kamataka, India. International Assosiation of Hydrological Sciences(IAHS). Pub. No. 268:97-104. Uunk, E.J.B. (1985). Urban Stormwater Run-off Pollution. In Water in Urban Areas, Committee on Hydrology Research, Proceeding and Information No. 33. Teclmical Meeting 42, April 1985. Winoto, 1. (1995). Pewilayahan Komoditas Berdasarkan Ketersediaan Tenaga Ker:Ja dan Aksesibililasnya. Biro Pere.ncanaan Departemen Pertanian Rl, Jakarta.
93
Zulkaidi, D. (1999). Pemahaman Perobahan Penggunaan Lahan Kota sehagai Dasar bagi Kebijakan Penanganannya. Jwnal Perencanaan Wilayah dan Kota ITB, Vol. 10 No. 2/Juni 1999, Bandung.
C. Disertasi, Tesis, Tugas Akhir Aji, Ananto. (2000). Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Secara Berkelanjutan (Studi Kasus Kotamadya Bandarlampung. Disertasi Doktor Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Kadar, Isman. (2003). Ana/isis Penganth Tata Ruang terhadap Konservasi Air dan Penerimaan Daerah di Kawasan Puncak Kahupaten Bogar. Disertasi Doktor Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Mungkasa, Oswar. (1988). Faktor-Faktor Berpengaroh terhadap Keputusan Berpindah dan Pola Preferensi Pemilihan Tempat Tinggal di Kotamadya Bandung. Tugas Akhir Jumsan Teknik Planologi, ITB, Bandung.
D. Peraturan Perundang-Undangan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 114 Tahun 1999 tentang Penataan · Ruang Kawasan Bogar, Puncak dan Cianjur (Bopuncur). lntmksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan. Departemen Dalam Negeri, Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. Perahtran Daerah Pemerintah Kotamadya Dati II Bogor No. 1 Tahun 1996 tentang ljin Mendirikan Bangunan(IMB).
94
..
LAMPIRANA ANALISIS SHIFT SHARE PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KOTA BOGOR
95
Lampiran A-1. Anal isis Shifi Share Penggunaan Lahan Talmo 1995-2002 pada Tingkat Kecamatan di Kota Bogor. 1. Kecamatan Bogor Ulara
No.
Jenis
penggunaan lahan 1 Perumahal 2 Perkantoran dan pergudangan 3 Perdagangan 41nduslri 5 Pertanian lahan basah 6 Pertanian lahan kering 7 Tamanll..ap. OR/Kuburan 8 Penaaunaan lain {jalan, terminal, dll) 9 Rawa/Danau/Badan sungai 10 Hutan kota/Kebun Raya Total
Diffetensial
Proposional
Begot Utara
Kola Bogar 1995 2002
1995
2002
(a)
(b)
(a)-(b)
shift
(Xi.(IO)) x (a)
shifl
X.(lo)
X.(t 1)
Xi(to)
Xi.(~)
x..~11ll<..~o,
X.JX..
(d)
(Xi.(!O)) X (d)
(c)
(Xi.(tl))·(c)
5,924.53 239.46 166.31 109.55 1768.41 2,767.39 311.41 202.93 159.11 200.90 11,850.00
7,258.24 368.39 250.24 155.62 1,31a73 1,423.58 402.25 379.14 125.31 168.50 11,850.00
8S9.1 50.4 34.25 23.68 95.95 585.50 22.65 45.00 15.43 0.00 1772.00
1118.& 1.22511659 88.53 1.53841978 32.70 1.50465997 30.32 1.42053857 95.95 0.74571508 203.74 0.51441250 61.63 1.29170547 124.90 1.86832898 15.43 0.78756835 0.00 0.83872573 1772.00
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0.22512 0.53842 0.50466 0.42054 -0.25428 -0.48559 0.29171 0.86833 -0.21243 -0.16127
202.41 1101.52683 27.15 77.56713 17.28 51.53460 9.96 33.63835 -24.40 71.55136 ·284.31 301.18852 6.61 29.25713 39.07 84.07480 -3.28 12.15218 0.00000 0.00 -951
17.27 10.96 -18.83 -3.32 24.40 -97.45 32.37 40.83 3.28 0.00 9.51
2. Kecamatan Bogor Timur No.
Jenis penggunaan Ia han
1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudanaan 3 Perdaaanaan 41nduslri 5 Pertanian lahan basah 6 Pertanian lahan kerina 7 Tamanll..ap. ORIKiiluran 8 Penggunaan lain (jalan, terminal, dill 9 Rawa/Danau/Badan sunaai 10 Hutan kota/Kebun Raya Total
Kola Bcgor 1995 2002 X.(lo)
X.(t 1)
5924.53 239.46 166.31 109.55 1,768.41 2,767.39 311.41 202.93 159.11 200.90 11,850.00
7,258.24 368.39 250.24 155.62 1,31a73 1,423.58 402.25 379.14 125.31 168.50 11,850.00
BogorTimur 1995 2002 Xi(lo)
557.81 2.10 11.50 6.30 152.84 211.48 13.35 18.0S 41.54 O.OC 1015
Xi.(~)
664.93 4.75 14.93 6.30 152.84 94.85 14.97 34.35 27.08 0.00 1015
Proposional
(a)-(b)
shift
(Xi.(tO)) x (a)
Differensia/ shift
(d)
(Xi(tO)) x (d)
(c)
(Xi(tl))·(e)
(a)
(b)
X..~1)1X .. (10) 1.2251166 1.5384198 1.5046600 1.4205386 0.7457151 0.5144125 1.2917055 1.8683290 0.7875683 0.8387257
X./X ..
(a)
(b)
(a)·(b)
shift
(Xi.(IOJ) x (a)
slit!
x..~111X .. (IO
X.JX ..
(d)
(Xi(!O)J X (d)
(c)
(Xi(tl))·(c)
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0.22512 0.53842 0.50466 0.42054 -0.25428 -0.48559 0.29171 0.86833 -0.21243 -0.16127
125.57 683.38229 3.23066 1.13 5.80 17.30359 8.94939 2.65 -38.66 113.97509 ·102.69 108.78795 3.89 17.24427 15.70 33.77939 -8.82 32.71559 0.00000 0.00 4.37
·18.45 1.52 ·2.37 ·2.65 38.66 ·13.94 ·2.27 0.57 ·5.64 0.00 -4.37
3. Kecamatan Bogor Barat
No.
Jenis
penggunaan lahan 1 Perumahal 2 Perbntoran dan 3 Perdagangan 4 lnduslri 5 Pertanian lahan basah 6 Pertanian lahan kerina 7 Tamanll..ap. OR/Kuburan 8 Pena!lllnaan lain (ialan, 1erminal, dll) 9 Rawa/Danau/Badan sunaai 10 Hutan kota/Kebun Raya Total
Kola Bogor 2002 1995
BogorBarat 2002 1995 Xi(to)
Xi.(~)
X.(lo)
X.(t1)
5924.53 239..46 166.31 109.55 1,768.41 2,767.39 311.41 202.93 159.11 200.90 11,850.00
7 258.24 1770.54 2016.00 120.20 168.52 368.39 23.02 62.09 250.24 1.64 2.64 155.62 1,31a73 300.62 270.50 1,423.58 762.32 485.71 33.85 59.13 402.25 40.41 100.41 379.14 32.20 32.20 125.31 87.80 120.20 168.50 11,850.00 3285.00 3285.00
96
Diffetensial
Proposional
1.225117 1.538420 1.504660 1.420539 0.745715 0.514412 1.291705 1.868329 0.787568 0.838726
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0.22512 0.53842 0.50466 0.42054 -0.25428 -0.48559 0.29111 0.86833 -0.21243 -0.16127
39a58 64.72 11.62 0.69 ·96.79 -370.17 9.87 35.09 ·6.84 ·19.39 27.38
2169.11793 184.91806 34.63727 2.32968 283.83407 392.14693 43.72423 75.49917 25.35970 100.81483
·153.12 ·16.40 27.45 0.31 ·13.33 93.56 15.41 24.91 6.84 ·13.01 -27.38
Lanjutan Lampiran A. I. 4 Kecamatan Bogor Tengah 1-lo
Jenis penggunaan
Ia han 1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudanaan 3 Perdaaanaan 4 Jnlilstri 5 Pertanian lahan ba&ah 6 Pertanian lahan kering 7 Tamanll..ap. ORIKuburan 8 Penggunaan lain lialan, terminal, dl} 9 Rawa/Danau/Badan sungai 10 Hutan kcta/Kebun Rava Total
Kola~
BogarTengah
1995
2002
1995
2002
(a}
(b)
X.!U
X.(t:)
Xi.(to)
Xi.(t,)
X..~tJ/X.. IIOJ
X./X..
7,258.24 368.39 250.24 155.62 1,318.73 1,423.58 402.25 379.14 125.31 168.50 11,850.00
581.00 29.24 43.30 3.22 2.00 17.80 15.93 28.50 11.31 80.70 813.00
5,924.53 239.46 166.31 109.55 1,768.41 2,767.39 311.41 202.93 159.11 200.90 11,850.00
547.511 1.22511659 36.24 1.53841978 59.81 1.50465997 10.22 1.42053857 1.10 0.745715al 7.80 0.51441250 29.04 1.29170547 32.74 1.86832898 7.77 0.78756835 80.70 0.83672573 813.00
(a}-(b} (d)
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0.22512 0.53842 0.50466 0.42054 .0.25428 .0.48559 0.29171 0.86833 .0.21243 .0.16127
Dlferensial Proposional (Xi.(IO)) x (a) shill shill (Xi.(tl)} ·(e) (Xi.(tO)) x (d) (e)
130.79 711.79274 15.74 44.98339 21.85 65.15178 4.57413 1.35 .0.51 1.49143 .a.64 9.15654 4.85 20.57687 24.75 53.24738 8.90740 ·2.40 -13.01 67.68517 174.57
·164.21 .a.74 -5.34 5.65 .0.39 -1.36 8.46 -20.51 -1.14 13.01 -174.57
5. Kecamatan Bogor Selatan No.
Jenis penggunaan
Ia han 1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudangan 3 Perdagangan 4 lnlilstri 5 Perlanian lahan basah 6 Perlanian lahan kering 7 Tamanll..ap. ORIKuburan 8 Penggunaan lain (ialan, terminal, dl} 9 Rawa/Danau/Badan sunaai 10 Hutan kota/Kebun Rava Total
Kota Bocor
1995 X..(t:)
5,924.53 239.46 166.31 109.55 1,768.41 2,767.39 311.41 202.93 159.11 200.90 11,850.00
2002
Bogar Selalan
1995
2002
Proposion a/ (a}
(b)
Xi.(t,) Xi.(t,) X.. ~1J/X .. (IOJ X. .IX.. 7,258.24 1,073.60 1,537.33 1.22511659 1 368.39 21.55 1.53841978 1 U.50 250.24 17.60 26.11 1.50465997 1 155.62 51.34 51.34 1.42053857 1 1,318.73 982.50 739.04 0.74571508 1 1,423.58 707.91 469.08 0.51441250 1 402.25 177.38 177.38 1.29170547 1 379.14 30.54 38.54 1.86832898 1 "1 125.31 28.63 20.~ 0.78756835 O.IX 0.83672573 168.50 0.00 1 11,850.00 3,081.00 3,081.00 X..(t:)
(a}-(b}
shill
(d)
(Xi.(tO)) X (d)
0.22512 0.53842 0.50466 0.42054 .0.25428 .0.48559 0.29171 0.86833 .0.21243 .0.16127
241.69 6.19 8.88 21.59 -249.83 -343.75 51.74 26.52 -6.08 0.00 -243.06
(Xi.(tO)) x (a) (e)
1315.28517 17.69183 26.48202 72.93045 732.66506 364.15775 229.12272 57.flj877 22.54808 0.00000
Differensia/ shill (Xi.(tl)) -(c)
222.04 3.86 .0.37 -21.59 6.37 104.92 -51.74 -18.52 -1.92 0.00 243.06
6. Kecamatan Tanah Sareal
No.
Jenis penggunaan
Ia han 1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudanaan 3 Perdacangan 4 lnlils:ri 5 Perlanian lahan basah 6 Perlanian lahan kering 7 Tamanll..ap. OR/Kuburan 8 Penggunaan lain (jalan, terminal, dll} 9 Rawa/Danau/Badan sungai 10 Hula., kota/Kebun Raya Total
Ko!a Bogar
Bogor Ulara
1995
2002
1995
2002
(a}
(b)
X.(t.,)
X.(t1)
Xi.(to)
Xi.(t,)
x. ~tJ/X..(l(J
X .IX..
5,924.53 239.46 166.31 109.55 1,768.41 2,767.39 311.41 202.93 159.11 200.90 11,850.00
7,258.24 1,042.46 1,373.6C 48.80 368.39 26.00 250.24 54.60 36.64 155.62 23.37 54.80 1,318.73 154.50 59.30 1,423.58 482.38 162.40 402.25 48.25 60.10 379.14 40.40 48.20 125.31 30.00 22.20 168.50 0.00 0.00 11,850.00 1,884.00 1,884.00
97
1.22511659 1.53841978 1.50465997 1.42053857 0.745715al 0.51441250 1.29170547 1.86832898 0.78756835 0.83872573
(a}-(b} (d)
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0.22512 0.53842 0.50466 0.42054 .0.25428 .0.48559 0.29171 0.86833 .0.21243 .0.16127
Proposional Diffetensial (Xi.(tO)) x (a) shill shill (Xi.(t0)) X (d) (Xi.(tl})- (e) (c)
234.68 1277.13504 14.00 39.99891 18.49 55.13074 9.83 33.19799 -39.29 115.21298 -234.24 248.14230 14.07 62.32479 35.08 75.48049 -6.37 23.62705 0.00 0.00000 46.25
98.46 8.80 .0.53 21.60 -55.91 .a5.74 -2.22 -27.28 -1.43 0.00 -46.25
Lampiran A.2.
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Shifi Share Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1995 dan 2002 di Kota Bogor
A21 ... Nilai P,roportional Shfft No. Jenis penggunaan lahan{Ha) 1 Perumahan 2 Per1
A.2.2. Nilai Differensial Shift No. Jenis penggunaan lahan (Ha) 1 Perumahan 2 Per1
Proportional Shift Penggunaan Lahan Kota Bogor Bogor Bogor Bogot Tanah Bogor Bogor Sa real Utara Timur Barat Tengah Selatan 234.68 1,333.71 202.41 125.57 398.58 130.79 241.69 128.93 27.15 1.13 64.72 15.74 6.19 14.00 8.88 18.49 83.93 17.28 5.80 11.62 21.85 46.07 21.59 9.83 9.96 2.65 0.69 1.35 -39.29 -449.68 -24.40 -38.86 -96.79 -0.51 -249.83 -284.31 -102.69 -370.17 -8.64 -343.75 -234.24 -1,343.81 90.84 9.87 4.65 51.74 14.07 6.61 3.89 176.21 39.07 15.70 35.09 24.75 26.52 35.08 -6.08 -6.37 -33.80 -3.28 -8.82 -6.84 -2.40 -32.40 -19.39 -13.01 0.00 0.00 0.00 0.00
-9.61
46.26
0.00
Dffferensial Shift Penggunaan Lahan Bog or Bogor Bogot Tanah Tengah Selatan Sa real Barat -153.12 -164.21 222.04 96.46 -16.40 -8.74 3.86 8.80 27.45 -5.34 -0.37 -0.53 -21.59 21.60 0.31 5.65 6.37 -55.91 -13.33 -0.39 104.92 -85.74 93.56 -1.36 -51.74 -2.22 15.41 8.46 -18.52 -27.28 24.91 -20.51 -1.92 -1.43 6.84 -1.14 13.01 0.00 0.00 -13.01 -46.26 4.37 -27.38 -174.67 243.06
Kota Bogor · 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
4.37
Bogor Bogor Timur · Utara -18.45 17.27 1.52 10.96 -2.37 -18.83 -3.32 -2.65 24.40 38.86 -97.45 -13.94 32.37 -2.27 40.83 0.57 3.28 -5.64 0.00 0.00
9.61
98
27.38
174.67
·243.06
0.00
LAMPIRANB ANALISIS PREDIKSI PENGGUNAANLAH ANDIKOTABOGOR
99
Lampiran 8.1. Perhitungan Prediksi Penggunaan Lahan Tahun 2009. 8.1.1. Metode Proyeksi Shift Share 1. Proyeksi Proportional Shift dan Differensial Shift Kecamatan Bogor Utara No.
Kota Bogor
Jenis
2002
penggunaan
X .. (~~) 7258.24 368.39 250.24 155.62 1318.73 1423.58 402.25 379.14 125.31 168.50 11850.00
lahan (Ha) 1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudangan 3 Perdagangan 4 lndustri 5 Pertanian lahan basah 6 Pertanian lahan kering 7 Taman/Lap. ORIKuburan 8 Penggunaan lain Ualan, terminal, dll) 9 Rawa/Danau/Badan sungai 10 Hutan kota/Kebun Raya Total
Bogor Utara
2009
1995
2002
x.. (t 1)
Xi.(t 0) 899.12 50.42 34.25 23.68 95.95 585.50 22.65 45.00 15.43 0.00 1772.00
Xi.(t 1) 1118.80 88.53 32.70 30.32 95.95 203.74 61.63 124.90 15.43 0.00 1772.00
8536.11 296.05 447.41 167.96 249.21 35.30 648.29 986.10 342.07 141.50 11850.00
Proposional
(a)
(b)
(a)- (b)
x .. (t1> tx. .. ctO>
x.. rx ..
(d)
1.17605783 0.80363202 1.78792359 1.07929572 0.18897727 0.02479664 1.61165942 2.60088622 2.72979012 0.83976261
Proyeksi Luas Tiap Jenis Penggunaan Lahan Tahun 2009 di Kecamatan Bogor Utara No.
Jenis penggunaan lahan_(Ha)
1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudangan 3 Perdagangan 4 lndustri 5 Pertanian lahan basah 6 Pertanian lahan kering 7 Taman/Lap. ORIKuburan 8 Penggunaan lain Ualan, terminal, dll) 9 Rawa/Danau/Badan sungai 10 Hutan kota/Kebun Raya Total --
---
--
Perubahan karena faktor Luas 2002 National Prop. Shift Diff. Shift Share . {Ha} 61.38 158.30 0 1118.80 48.01 -9.90 0 88.53 -28.54 26.99 0 32.70 4.76 1.88 0 30.32 77.82 -77.82 0 95.95 189.22 -570.98 0 203.74 25.13 13.85 0 61.63 7.86 72.04 0 124.90 -26.69 26.69 15.43 0 0.00 0.00 0 0.00 -358.95 _358.~~ _ _()_ 1772.00 ---
- - - ·
100
L._ _
Luas 2009 _(Ha) 1338.48 126.64 31.15 36.96 36.81 0.00 61.63 124.90 15.43 0.00 _1772.0()_
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0.17606 -0.19637 0.78792 0.07930 -0.81102 -0.97520 0.61166 1.60089 1.72979 -0.16024
(Xi.(tO))
Differensial (Xi.(tO)) x (a)
shift X
(d)
(c)
shift (Xi.(t I)) -(c)
158.30 1057.41712 61.38 -9.90 48.01 40.51913 61.23638 26.99 -28.54 4.76 25.55772 1.88 -77.82 77.82 18.13237 189.22 14.51843 -570.98 13.85 25.13 36.50409 7.86 117.03988 72.04 -26.69 42.12066 26.69 0.00 0.00 0.00000 -358.95 - - · - - ~______!5~
2. Proyeksi Proportional Shift dan Differensial Shift di Kecamatan Bogar Timur No.
Jenis penggunaan lahan (Ha)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Perumahan Perkantoran dan pergudangan Perdagangan lndustri Pertanian lahan basah Pertanian lahan kering Taman/Lap. OR!Kuburan Penggunaan lain (jalan, terminal, dll) Rawa/Danau/Badan sungai Hutan kota/Kebun Raya Total - - - - -
Kota Bogar 2002
X.. (t 0) 7258.24 368.39 250.24 155.62 1318.73 1423.58 402.25 379.14 125.31 168.50 11850.00
2009
X .. (t 1) 8536.11 296.05 447.41 167.96 249.21 35.30 648.29 986.10 342.07 141.50 11850.00
Bogar Timur
Proposional
1995
2002
Xi.(t 0) 557.81 2.10 11.50 6.30 152.84 211.48 13.35 18.08 41.54 0.00 1015.00
X.. (t1) /X .. (tO) Xi.(t 1) 664.93 1.17605783 4.75 0.80363202 14.93 1.78792359 6.30 1.07929572 152.84 0.18897727 94.85 0.02479664 14.97 1.61165942 34.35 2.60088622 27.08 2.72979012 0.00 0.83976261 1015.00
(a)
Proyeksi Luas Tiap Jenis Penggunaan Lahan Tahun 2009 di Kecamatan Bogar Timur No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jenis penggunaan lahan Perumahan Perkantoran dan pergudangan Perdagangan lndustri Pertanian lahan basah Pertanian lahan kering Taman/Lap. OR/Kuburan Penggunaan lain (jalan, terminal, dll) Rawa/Danau/Badan sungai Hutan kota/Kebun Raya Total
Perubahan karena faktor Luas Prop. Shift Diff. Shift National 2002 Share (Ha) 8.91 98.21 0 664.93 3.06 -0.41 0 4.75 -5.63 9.06 0 14.93 -0.50 0.50 0 6.30 123.96 -123.96 0 152.84 89.61 -206.24 0 94.85 -6.55 8.17 0 14.97 -12.67 28.94 0 34.35 -86.32 71.86 0 27.08 0.00 0.00 0 0.00 113.87 -113.87 0 1015.00
101
Luas 2009 (Ha) 772.05 7.40 18.36 6.30 131.06 0.00 16.59 50.62 12.62 0.00 1015.00
(b)
(a) - (b)
X. .IX .. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
shift
(Xi.(tO)) x (d) (d) 0.17606 98.21 -0.19637 -0.41 0.78792 9.06 0.50 0.07930 -123.96 -0.81102 -206.24 -0.97520 0.61166 8.17 1.60089 28.94 71.86 1.72979 0.00 -0.16024 -113.87
Differensial
(Xi.(tO)) x (n) (c)
656.01682 1.68763 20.56112 6.79956 28.88329 5.24399 21.51565 47.02402 113.39548 0.00000
shift
(Xi.(t I))- (c) 8.91 3.06 -5.63 -0.50 123.96 89.61] -6.55j -12.67 -86.32 0.00 113.87
1
3. Proyeksi Proportional Shift dan Differensial Shift di Kecamatan Bogor Barat No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ~-
Jenis penggunaan Ia han Perumahan Perkantoran dan pergudangan Perd~angan
lndustri Pertanian lahan basah Pertanian lahan kering Taman/Lap. OR/Kuburan Penggunaan lain Qalan, terminal, dill_ Rawa/Danau/Badan sungai Hutan kota/Kebun Raya J_otal
Kota Bogor 2009 2002 X .. (t 1) X .. (to) 7258.24 8536.11 296.05 368.39 447.41 250.24 155.62 167.96 249.21 1318.73 35.30 1423.58 648.29 402.25 986.10 379.14 342.07 125.31 141.50 168.50 11850.00 11850.00
Bogor Barat 2002 1995 Xi.(t 0 ) Xi.(t 1) 2016.00 1770.54 120.20 168.52 23.02 62.09 1.64 2.64 380.62 270.50 762.32 485.71 33.85 59.13 40.41 100.41 32.20 32.20 87.80 120.20 3286.00 3286.00
(a) X .. (t1)/X .. (t0)
1.17605783 0.80363202 1.78792359 1.07929572 0.18897727 0.02479664 1.61165942 2.60088622 2.72979012 0.83976261
Jenis penggunaan Ia han
1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudangan 3 Perdaaanaan. 4 lndustri 5 Pertanian lahan basah 6 Pertanian lahan kering 7 Taman/Lap. OR/Kuburan 8 Penggunaan lain Oalan terminal dll) 9 Rawa/Danau/Badan sungai 10 Hutan kota/KE!bun Raya Total
Perubahan karena faktor Luas 2002 National Prop. Shift Diff. Shift (Ha) Share -66.26 311.72 0 2016.00 71.92 -23.60 0 168.52 20.93 18.14 0 62.09 0.87 0.13 0 2.64 198.57 -308.69 0 270.50 466.81 -743.42 0 485.71 4.58 20.70 0 59.13 -4.69 64.69 0 100.41 -55.70 55.70 0 32.20 -13.14 -19.26 0 87.80 823.89 ...23.89 0 3286.00
102
(d)
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0.17606 -0.19637 0.78792 0.07930 -0.81102 -0.97520 0.61166 1.60089 1.72979 -0.16024
Proposional Differensial (Xi.(tO)) X (n) shift shirr (c) (Xi.(tO)) X (d) (Xi.(t I)) -(c) 311.72 2082.25743 -66.26 -23.60 71.92 96.59657 20.93 41.15800 18.14 0.13 0.87 1.77004 198.57 71.92853 -308.69 466.81 -743.42 18.90297 20.70 4.58 54.55467 64.69 -4.69 105.10181 -55.70 87.89924 55.70 -13.14 -19.26 100.93947 623.89 -623.89 '~ ------
Proyeksi Luas Tiap Jenis Penggunaan Lahan Tahun 2009 di Kecamatan Bogor Barat No.
(a)- (b)
(b) X .. /X ..
Luas 2009 (Ha) 2261.46 216.84 101.16 3.64 160.38 209.10 84.41 160.41 32.20 55.40 3286.00
--
4. Proyeksi Proportions/ Shift dan Differensisl Shift di Kecamatan Bog or Tengah No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kota Bogor
Jenis
(a)
2002
2009
1995
2002
Ia han
x.. (to)
x..(t1)
Xi.(t0 ) 581.00 29.24 43.30 3.22 2.00 17.80 15.93 28.50 11.31 80.70 813.00
X.. (t1) /X .. (tO) Xi.(t 1) 547.58 1.17605783 36.24 0.80363202 59.81 1.78792359 10.22 1.07929572 1.10 0.18897727 7.80 0.02479664 29.04 1.61165942 32.74 2.60088622 7.77 2.72979012 80.70 0.83976261 813.00
Perumahan Perkantoran dan pergudangan Perdagangan lndustri Pertanian lahan basah Pertanian lahan kering_ Taman/Lap. OR/Kuburan Penggunaan lain Ualan, terminal, dll}_ Rawa/Danau/Badan sungai Hutan kota/Kebun Raya Total - - - -
7258.24 368.39 250.24 155.62 1318.73 1423.58 402.25 379.14 125.31 168.50 11850.00
8536.11 296.05 447.41 167.96 249.21 35.30 648.29 986.10 342.07 141.50 11850.00
Proyeksi Luas Tiap Jenis Penggunaan Lahan Tahun 2009 di Kecamatan Bogor Tengah No.
Jenis penggunaan Ia han
1 Perumahan 2 Perkantoran dan peraudarlilan 3 Perdagangan 4 lndustri 5 Pertanian lahan basah 6 Pertanian lahan kerina 7 Taman/Lap. OR/Kuburan 8 Penaaunaan lain (ialan, terminal, dill 9 Rawa/Danau/B'adan sungai 10 Hutan kota/Kebun Rava Total
Differensisl
Proposionsl
BogorTengah
penggunaan
Perubahan karena faktor Luas Prop. Shift Diff. Shift National 2002 Share (Ha) -135.71 102.29 0 547.58 12.74 -5.74 0 36.24 -17.61 34.12 0 59.81 6.74 0.26 0 10.22 0.72 -1.62 0 1.10 7.36 -17.36 0 7.80 3.37 9.74 0 29.04 -41.39 45.63 0 32.74 -23.10 19.56 0 7.77 12.93 -12.93 0 80.70 -173.94 173.94 0 813.00
-~-
103
Luas 2009 (Hal 514.16 43.24 76.32 17.22 0.00 0.00 40.15 36.98 4.23 80.70 813.00
(a)- (b)
(b)
x.. JX .. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
shift
(Xi.( tO)) x (d) (d) 102.29 0.17606 -5.74 -0.19637 34.12 0.78792 0.26 0.07930 -1.62 -0.81102 -17.36 -0.97520 9.74 0.61166 45.63 1.60089 19.56 1.72979 -12.93 -0.16024 173.94
(Xi.( tO)) x (a)
(e) 683.28960 23.49820 77.41709 3.47533 0.37795 0.44138 25.67373 74.12526 30.87393 67.76884
shift (Xi.(tl )) -(c)
-135.71 12.74 -17.61 6.74 0.72 7.36 3.37 -41.39 -23.10 12.93 -173.94
5. Proyeksi Proportional Shift dan Differensial Shift di Kecamatan Bogor Selatan Jenis
No.
penggunaan Ia han 1 Perumahan 2 Perkantoran dan pem_udan_gan 3 Perdagangan 4 lndustri 5 Pertanian lahan basah 6 Pertanian lahan kering 7 Taman/Lap. OR/Kuburan 8 Penggunaan lain (jalan, terminal, dll) 9 Rawa/Danau/Badan sungai 10 Hutan kota/Kebun Raya Total -~
-------
Kota Bogor 2002
2009
X .. (t0) X .. (t 1) 7258.24 8536.11 368.39 296.05 447.41 250.24 167.96 155.62 1318.73 249.21 35.30 1423.58 648.29 402.25 986.10 379.14 342.07 125.31 141.50 168.50 11860.00 11860.00
Bogor Selatan 1995
2002
Xi.(t 0) 1073.60 11.50 17.60 51.34 982.50 707.91 177.38 30.54 28.63 0.00 3081.00
Xi.(t 1) 1537.33 21.55 26.11 51.34 739.04 469.08 177.38 38.54 20.63 0.00 3081.00
(a)
(b)
X .. (t1)1X .. (t0)
X .. IX ..
1.17605783 0.80363202 1.78792359 1.07929572 0.18897727 0.02479664 1.61165942 2.60088622 2.72979012 0.83976261
Proyeksi Luas Tiap Jenis Penggunaan Lahan Tahun 2009 di Kecamatan Bogor Selatan No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jenis penggunaan lahan (Ha) Perumahan . Perkantoran dan pergudangan Perdagangan lndustri Pertanian lahan basah Pertanian lahan kering Taman/Lap. OR!Kuburan Penggunaan lain (jalan, terminal, diO Rawa/Danau/Badan sungai Hutan kota/Kebun Raya Total
Perubahan karena faktor Luas National Prop. Shift Diff. Shift 2002 (Ha) Share 274.71 189.02 0 1537.33 12.31 -2.26 0 21.55 -5.36 13.87 0 26.11 -4.07 4.07 0 51.34 553.37 -796.83 0 739.04 451.53 -690.36 0 469.08 -108.50 108.50 0 177.38 -40.89 48.89 0 38.54 -57.52 49.52 20.63 0 0.00 0.00 0 0.00 1076.68 -1076.68 0 3081.00
104
Luas I 2009 (Ha) 2001.06 31.60 34.62 51.34 495.58 230.25 177.38 46.54 12.63 0.00 3081.00
(a)- (b) 1 1 1 1 . 1 1 1 1 1 1
Proposional (Xi.(tO)) x (a) shift
(Xi.(tO)) x (d) (d) 189.02 0.17606 -2.26 -0.19637 13.87 0.78792 4.07 0.07930 -0.81102 -796.83 -0.97520 -690.36 108.50 0.61166 48.89 1.60089 49.52 1.72979 0.00 -0.16024 -1076.68
Differensial shift
(Xi.(tl))- (c) (c) 274.71 1262.61569 12.31 9.24177 -5.36 31.46746 -4.071 55.41104 553.37 185.67017 451.53 17.55379 -108.50 285.87615 -40.89 79.43107 -57.52 78.15389 0.00 0.00000 1076.68
6. Proyeksi Proportional Shiff dan Differensial Shiff di Kecamatan Tanah Sareal No.
Jenis
Kota Bogor
Bogor Utara
Proposional
penggunaan
2002
2009
1995
2002
(a)
(b)
(a) - (b)
shift
lahan
X .. (to)
X..(tl)
Xi.(to)
Xi.(t1)
X .. (t1) /X .. (tO) 1.17605783 0.80363202 1.78792359 1.07929572 0.18897727 0.02479664 1.61165942 2.60088622 2.72979012 0.83976261
X..IX ..
(d)
(Xi.(tO)) x (d)
1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudangan 3 Perdagangan 4 lndustri 5 Pertanian lahan basah 6 Pertanian lahan kering_ 7 TamaniLai>. OR/Kuburan 8 Penggunaan lain (jalan terminal dll) 9 Rawa/Danau!Badan sungai 10 Hutan kota/Kebun Raya Total
7258.24 8536.11 368.39 296.05 250.24 447.41 155.62 167.96 1318.73 249.21 1423.58 35.30 402.25 648.29 379.14 986.10 125.31 342.07 168.50 141.50 11850.00 11850.00
1042.46 26.00 36.64 23.37 154.50 482.38 48.25 40.40 30.00 0.00 1884.00
1373.60 48.80 54.60 54.80 59.30 162.40 60.10 48.20 22.20 0.00 1884.00
1 0.17606 1 -0.19637 1 0.78792 1 0.07930 1 -0.81102 1 -0.97520 1 0.61166 1 1.60089 1 1.72979 1 -0.16024
Proyeksi Luas Tiap Jenis Penggunaan Lahan Tahun 2009 di Kecamatan Tanah Sareal No.
Jenis penggunaan Ia han
Luas
2002
Perubahan karena faktor National Prop. Shift Diff. Shiff Share
(Ha) 1373.60 0 Perumahan Perkantoran dan peraudanQan 48.80 0 54.60 0 Perdagangan lndustri 54.80 0 Pertanian lahan basah 59.30 0 Pertanian lahan kering 162.40 0 Taman/Lap. OR/Kuburan 60.10 0 Penggunaan lam (jalan, terminal, diO 48.20 0 22.20 0 Rawa/Danau!Badan sunaai 0.00 Hutan kota!Kebun Rava 0 1884.00 0 Total • = penghalusan data untuk menghilangkan nilai negatif dengan asumsi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
183.53 -5.11 28.87 1.85 -125.30 -470.42 29.51 64.68 51.89 0.00 -240.49
147.61 27.91 -10.91 29.58 30.10 150.44 -17.66 -56.88 -59.69 0.00 240.49
Luas
Luas
2009
2009*
(Ha)
(Ha)
1704.74 71.60 72.56 86.23 -35.90 -157.58 71.95 56.00 14.40 0.00 1884.00
1511.26 71.60 72.56 86.23 0.00 0.00 71.95 56.00 14.40 0.00 1884.00
peru mahan laju perubahannya berkurang
105
183.53 -5.11 28.87 1.85 -125.30 -470.42 29.51 64.68 51.89 0.00 -240.49
Differensial (Xi.(tO)) x (a) (e)
1225.99325 20.89443 65.50952 25.22314 29.19699 11.96140 77.76257 105.07580 81.89370 0.00000
shift (Xi.(tl )) -(e)
147.61 27.91 -10.91 29.58 30.10 150.44 -17.66 -56.88 -59.69 0.00 240.49
8.1.2. Metode Proyeksi Matematis I. Data Time Series Penggunaan Laban (1998-2002) di Kota Bogor a. Data Time Series Luas Penggunaan Lahan (1998-2002) di Kecamatan Bogor Utara No. Jenis Penggunaan lahan di Kecamatan Bogor Utara 1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudangan 3 Perdagangan 4 lndustri 5 Pertanian lahan basah 6 Pertanian lahan kering 7 Taman/Lap. OR/Kuburan 8 Penggunaan lain (jalan, tenninal, dll) 9 Rawa/Danau/Badan sungai 10 Hutan kota/Kebun Raya Jumlah
1998 936.24 60.50 34.50 25.03 95.95 510.20 25.90 68.25 15.43 0.00 1772.00
Tahun 2000 2001 2002 1999 952.20 1005.20 1085.50 1118.80 70.20 79.50 88.53 64.50 32.70 33.20 32.70 34.50 28.53 30.32 30.32 27.02 95.95 95.95 95.95 95.95 380.25 275.25 203.74 473.20 43.54 52.10 61.63 35.20 74.00 99.70 105.25 124.90 15.43 15.43 15.43 15.43 0.00 0.00 0.00 0.00 1772.00 1772.00 1772.00 1772.00
Sumber: Bappeda Kola Bogar (2000); Bappec!a Kola Bogar (2002), BPN Kola Bogar (1998-2002)
b. Data Time Series Luas Penggunaan Lahan (1998-2002) di Kecamatan Bog or Timur No. Jenis Penggunaan lahan di Kecamatan Bogor Timur 1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudangan 3 Perdagangan 4 lndustri 5 Pertanian lahan basah 6 Pertanian lahan kering 7 Taman/Lap. OR/Kuburan 8 Penggunaan lain (jalan, tenninal, diQ 9 Rawa/Danau/Badan sungai 10 Hutan kota/Kebun Raya Jumlah
1998 578.00 3.25 11.50 6.30 152.84 190.25 13.35 20.50 39.01 0.00 1015.00
Tahun 2000 1999 2001 2002 592.50 615.00 635.25 664.93 4.30 3.82 3.25 4.75 14.05 14.93 12.00 13.25 6.30 6.30 6.30 6.30 152.84 152.84 152.84 152.84 173.50 145.60 122.25 94.85 13.35 13.85 14.50 14.97 25.59 28.59 33.01 34.35 35.67 35.75 32.50 27.08 0.00 0.00 0.00 0.00 1015.00 1015.00 1015.00 1015.00
Sumber: Bappeda Kola Bogar (2000); Bappeda Kota Bogar (2002), BPN Kota Bogar (1998-2002)
c. Data Time Series Luas Penggunaan Lahan (1998-2002) di Kecamatan Bogor Barat No. Jenis Penggunaan lahan di Kecamatan Bogor Barat 1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudangan 3 Perdagangan 4 lndustri 5 Pertanian lahan basah 6 Pertanian lahan kering 7 Taman/Lap. OR/Kuburan 8 Penggunaan lain (jalan, tenninal, dll) 9 Rawa/Danau/Badan sungai 10 Hutan kota/Kebun Raya Jumlah
1998 1810.25 120.20 30.25 2.00 370.50 696.25 37.50 65.65 32.20 120.20 3285.00
Tahun 2000 1999 2001 2002 1845.25 1897.25 1962.75 2016.00 146.50 152.75 168.52 134.25 39.58 46.08 55.25 62.09 2.25 2.25 2.25 2.64 353.12 331.50 298.60 270.50 598.25 540.45 485.71 650.40 45.25 50.55 37.50 59.13 70.25 85.52 95.00 100.41 32.20 32.20 32.20 32.20 100.20 95.20 87.80 120.20 3285.00 3285.00 3285.00 3285.00
Sumber: Bappeda Kola Bogar (2000); Bappeda Kola Bogar (2002), BPN Kota Bogar (1998-2002)
106
d. Data Time Series Luas Penggunaan Lahan (1998-2002) di Kecamatan Bogor Tengah No.
Jen~Penggunaanlahan
di Kecamatan Bogor Tengah 1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudangan 3 Perdagangan 4 lndustri 5 Pertanian lahan basah 6 Pertanian lahan kering 7 Taman/Lap. OR!Kuburan 8 Penggunaan lain (jalan, terminal, diQ 9 Rawa/Danau/Badan sungai 10 Hutan kota/Kebun Raya Jumlah
1998 581.00 29.24 45.30 4.20 2.00 14.82 15.93 28.50 11.31 80.70 813.00
Tahun 2000 1999 561.85 567.16 33.00 34.50 55.40 55.40 7.22 5.49 2.00 1.55 12.58 13.00 17.25 20.00 29.20 28.50 10.50 10.00 80.70 80.70 813.00 813.00
2001 557.20 34.50 57.65 8.50 1.50 9.25 25.25 30.20 8.25 80.70 813.00
2002 547.58 36.24 59.81 10.22 1.10 7.80 29.04 32.74 7.77 80.70 813.00
Sumber: Bappeda Kola Bogor (2000); Bappeda Kota Bogor (2002), BPN Kola Bogor (1998-2002)
e. Data Time Series Luas Penggunaan Lahan (1998-2002) di Kecamatan Bogor Selatan No. Jenis Penggunaan lahan di Kecamatan Bogor Selatan 1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudangan 3 Perdagangan 4 lndustri 5 Pertanian lahan basah 6 Pertanian lahan kering 7 Taman/Lap. OR!Kuburan 8 Penggunaan lain (jalan, terminal, diQ 9 Rawa/Danau/Badan sungai 10 Hutan kota/Kebun Raya Jumlah
1998 1240.60 15.30 20.25 51.34 820.25 694.20 177.38 33.05 28.63 0.00 3081.00
Tahun 2001 2002 1999 2000 1280.60 1330.60 1452.50 1537.33 17.75 18.50 21.55 15.30 25.30 25.30 26.11 20.25 51.34 51.34 51.34 51.34 820.25 790.40 721.63 739.04 654.53 627.68 575.60 469.08 177.38 177.38 117.38 177.38 33.05 35.25 37.25 38.54 20.63 28.30 25.30 21.50 0.00 0.00 0.00 0.00 3081.00 3081.00 3081.00 3081.00
Sumber: Bappeda Kola Bogor (2000); Bappeda Kola Bogor (2002), BPN Kola Bogor (1998-2002)
f. Data Time Series Luas Penggunaan Lahan (1998-2002) di Kecamatan Tanah Sareal
No.
Jen~Penggunaan
lahan
1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudangan 3 Perdagangan 4 lndustri 5 Pertanian lahan basah 6 Pertanian lahan kering 7 Taman/Lap. OR!Kuburan 8 Penggunaan lain (jalan, terminal, diQ 9 Rawa/Danau/Badan sungai 10 Hutan kota/Kebun Raya Jumlah
1998 1200.50 35.25 42.25 27.75 110.25 350.35 50.25 40.40 27.00 0.00 1884.00
Tahun 2001 2002 1999 2000 1240.50 1282.00 1350.25 1373.60 40.00 40.70 48.80 35.25 45.62 47.00 54.60 42.25 27.75 35.82 45.50 54.80 90.50 72.30 100.25 59.30 322.00 265.60 200.40 162.40 55.56 57.25 60.10 50.25 40.40 45.40 45.40 48.20 25.35 23.50 25.20 22.20 0.00 0.00 0.00 0.00 1884.00 1884.00 1884.00 1884.00
Sumber: Bappeda Kola Bogor (2000); Bappeda Kola Bogor (2002), BPN Kola Bogor (1998-2002)
107
2. Trend Perubahan Penggunaan Laban 5 Tahtm (1998-2002) di Tiap Kecamatan Kecamatan Bogor Utara ------------------,
120000
. '".. , ..."'"'
100000
c
~
8JOOO
c
c
c
00000
<0000
,
20000
000 1998
2000
1999
2002
2001
Tahcn
-+-Pen..maflan
_.._ Perkafioran dM pergudangan
--ndustrl
~ Pec'taman latlan basah
-+-Taman/lap ORtKuburM
-
~gtr~a!Wl
--tr- Perdagangan
-+- Pertarun lahar~ kE:tng
bli'l {plan. tenmal, IS)
-Raw afOanau/Badan sungai
-+-ttlhwl kotaiKebun Raya
Kecamatan Bogor Timur
.::1 ------li
~
40000
=
i
30000
: ;
3
200.00
;
10000
000
1998
2000
1999
2001
2002
Tahun
-+-- f'ervn-ehan
- a - ~Of., dan pergudang8n
-t+-t'ldustn
~ ~anen
-tt-- Tarnantt...ap ORJK.uburan
- ~gg'l!aanlai"'(JitJn, ~!
-o- fWdagangan -+-- Pertanran Mhln kerng
lat.n basal'! dl)
-
P:awa.tO.\aUI'Badan sunga
-+--1-t.Un kotaiKetu.n Raya
Kecamatan Bogor Barat 2!JOOOO
2000 00
:. ~
~
., i"' .,
1500 00
c c
100000
~
50000
~t- ·
000 1998
2000
1999
2001
Tltlun -+-f«'Uf1111'lan
- a - RltkaniOI&n dan I)Efgudaogeo
~
~- hdusln
........._ ~eruan lahan basah
-+- TarraM..ap OR'Kutuan
-
-+-- Pec'taman Iehan kefllg _ . _ Raw IUUanau&llln sunga1
-o- HJtan kda/Keb.m Raya
f\lnggunaan lUI (jalan, tenmal,
108
fWdogangon
2002
Lanjutan 2. Trend Perubahan Penggunaan Laban 5 Tahun (1998-2002) di Tiap Kecamatan Kecamatan Bogor Tengah
•..
-
000.00
-
1
tlro.OO
~700.00
ii oro.oo ij
§
50000
i
40000
~
.,
:. 30000 j
20000 10000 0.00 1998
.......
1999
-
2001
- e - Pemlntoran dan pergudangan
.....w- hdustn
- t - TamJrV'l.IIP
2000
2002
Tahun
OPJK.ubufan
-+- Pertaruan lat\an ke..ng
-
-RcwtaiOa~an sunga1
Pengg\.l'laan ._, (jatan , termn2111 , IS)
__ ...,..h
-+- ~ kch!Kebun Raya
Perdagangan
- - - PertanUF! lahan basah
Kecamatan Bogor Selatan 1&0.00,-------------------------------------------------------------160000 0
1<400.00
~
~ 120000
§
1000.00
~
80000
:.
60000
I
.3
40000
200.00
1999
1998
2001
2000
2002
Tahun
....... -"""""
---h<*Jstn
_._ Pertanian lahan basah
- t - Ta~p OR/Kuburan
-
~g~r~aan
-+- ftit.an~an lahan kemg
tan (Jalan. teurW'IaJ, dl) -
Raw atr.BnatMBadan sung a
~H.rtankot~nRaya
Kecamatan Tanah Sarea1 200000,---------------------------------------------------------~ 1600.00 160000
~
1400.00
3 120000
i1:: 60000 <10000
1998
1999
2000
2001
Tahun ~~rrahl!ln
~ ~tcren
dan perg.Jdengan
-M- hdJsiJi
--If- Ferterllan Iehan basah
__.... Tarre!'\1\.ap. CRIKuburan
-
~g;p..maan len (.J\Un, temw'lal. dl)
~dag~~ngan
-+- J=ertaman .lahan ker.,g
-Raw a/Olnau/Baden sungal
--o- f-Uan kofaiKetxn Raya -J.m"'ah L_~==========~~~======~-----
109
:J J 2002
----
3. Mengingat trend perubahan bersitat linear, maka digunakan model ektrapolasi garis ret,rrcsi a. p roye ks1. Luas Jenis Pen~gunaan Lahan di Kecamatan Bogor Utara Perumahan Tahun Luas (P) X2 PX a X
1998 1999 2000 2001 2002 Jumlah Perkantoran dan Pergudangan
1998 1999 2000 2001 2002 Jumlah
Perdagangan
1998 1999 2000 2001 2002 Jumlah
lndustri
1998 1999 2000 2001 2002 Jumlah
Pertanian La han Basah
1998 1999 2000 2001 2002 Jumlah
Pertanian La han Kering
1998 1999 2000 2001 2002 Jumlah
Taman/ Lap.olahraga/ Kuburan
1998 1999 2000 2001 2002 Jumlah
Penggunaan lain (jalanlterminal)
1998 1999 2000 2001 2002 Jumlah
Rawa/badan sungai/danau
1998 1999 2000 2001 2002 Jumlah
Hutan kota
1998 1999 2000 2001 2002
936.24 952.20 1005.20 1085.50 1118.80 5097.94 60.50 64.50 70.20 79.50 88.53 363.23 34.50 34.50 33.20 32.70 32.70 167.60 25.03 27.02 28.53 30.32 30.32 141.22 95.95 95.95 95.95 95.95 95.95 479.75 510.20 473.20 380.25 275.25 203.74 1842.64 25.90 35.20 43.54 52.10 61.63 218.37 68.25 74.00 99.70 105.25 124.90 472.10 15.43 15.43 15.43 15.43 15.43 77.15 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
-2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0
4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10
-1872 1019.588 -952 0 1086 2238 498.4 72.646 -121 -64.5 0 79.5 177.1 71.06 33.52 -69 -34.5 0 32.7 65.4 -5.4 28.244 -50.1 -27 0 30.32 60.64 13.88 -192 95.95 -96 0 95.95 191.9 0 -1020 368.528 -473 0 275.3 407.5 -811 -51.8 43.674 -35.2 0 52.1 123.3 88.36 -137 94.42 -74 0 105.3 249.8 144.6 -30.9 15.43 -15.4 0 15.43 30.86 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah Luas Total •=data d1perhalus untuk mengh1langkan luas penggunaan lahan negat1f
110
Luas
Luas
49.842
2009 1368.48
2009. 1265.35
7.106
122.39
122.39
-0.54
29.74
29.74
1.388
37.96
37.96
0
95.95
0.00
-81.087
-199.08
0.00
8.836
105.53
105.53
14.455
195.61
195.61
0
15.43
15.43
0
0.00
0.00
1772.00
1772.00
b
2 . Proyeksi Luas Jenis Peng gunaan Lahan di Kecamatan Bogor r 1mur Peru mahan
Tahun
1998 1999 2000 2001 2002 Jumlah Perkantoran dan Pergudangan
1998 1999 2000 2001 2002 Jumlah
Perdagangan
1998 1999 2000 2001 2002 Jumlah
1998 1999 2000 2001 2002
lndustri
Jumlah Pertanian La han Basah
-
1998 1999 2000 2001 2002
Jumlah Pertanian La han Kering
1998 1999 2000 2001 2002 Jumlah
Taman/ Lap.olahraga/ Kuburan
1998 1999 2000 2001 2002 Jumlah
Penggunaan lain (jalanlterminal)
1998 1999 2000 2001 2002 Jumlah
Rawa/badan sungai/danau
1998 1999 2000 2001 2002 Jumlah
Hutan kota
1998 1999 2000 2001 2002 Jumlah
Luas (P)
578.00 592.50 615.00 635.25 664.93 3085.68 3.25 3.25 3.82 4.30 4.75 19.37 11.50 12.00 13.25 14.05 14.93 65.73 6.30 6.30 6.30 6.30 6.30 31.50 152.84 152.84 152.84 152.84 152.84 764.20 190.25 173.50 145.60 122.25 94.85 726.45 13.35 13.35 13.85 14.50 14.97 70.02 20.50 25.59 28.59 33.01 34.35 142.04 39.01 35.67 35.75 32.50 27.08 170.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Luas
X2
X
-2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0
Luas Total
PX
4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10
-1156 -593 0 635.3 1330 216.6 -6.5 -3.25 0 4.3 9.5 4.05 -23 -12 0 14.05 29.86 8.91 -12.6 -6.3 0 6.3 12.6 0 -306 -153 0 152.8 305.7 0 -381 -174 0 122.3 189.7 -242 -26.7 -13.4 0 14.5 29.94 4.39 -41 -25.6 0 33.01 68.7 35.12 -78 -35.7 0 32.5 54.16 -27 0 0 0 0 0 0
617.136
21.661
2009 768.76
3.874
0.405
6.71
13.146
0.891
19.38
6.3
0
6.30
152.84
0
128.69
145.29
-24.205
0.00
14.004
0.439
17.08
28.408
3.512
52.99
34.002
-2.703
15.08
0
0
0.00
b
a
1015.00
III
c. p roye k s1"Luas Jenis Peng gunaan Lahan d"K I ecamatan 8 ogor 8 ara Perumahan Tahun Luas (P) X2 PX a X 1906.3 -2 1998 1810.25 4 -3621 -1 1999 1845.25 1 -1845 2000 1897.25 0 0 0 2001 1962.75 1 1963 1 2002 2016.00 2 4 4032 9531.60 0 Jumlah 10 629 Perkantoran 1998 120.20 -2 4 -240 144.444 dan 1999 -1 134.25 1 -134 Pergudangan 2000 146.50 0 0 0 2001 152.75 1 1 152.8 2002 168.52 2 4 337 722.22 0 Jumlah 10 116.1 Perdagangan 1998 30.25 -2 4 -60.5 46.65 1999 -1 39.58 1 -39.6 2000 0 46.08 0 0 2001 55.25 1 1 55.25 2002 62.09 2 4 124.2 233.25 Jumlah 0 10 79.36 lndustri 1998 2.00 -2 4 -4 2.278 1999 2.25 -1 1 -2.25 2000 2.25 0 0 0 2001 2.25 1 1 2.25 2002 2.64 2 4 5.28 11.39 0 Jumlah 10 1.28 Pertanian 1998 370.50 4 -741 324.844 -2 La han -1 1999 353.12 1 -353 8asah 2000 331.50 0 0 0 2001 298.60 1 1 298.6 2002 270.50 2 4 541 Jumlah 1624.22 0 10 -266 Pertanian 1998 696.25 -2 4 -1393 594.212 La han 1999 -1 650.40 1 -650 Kering 2000 598.25 0 0 0 2001 540.45 1 1 540.5 2002 485.71 2 4 971.4 Jumlah 2971.06 0 10 -631 Taman/ 1998 37.50 -2 4 -75 45.986 Lap.olahraga/ 1999 37.50 -1 1 -37.5 Kuburan 2000 45.25 0 0 0 2001 50.55 1 1 50.55 2002 59.13 4 118.3 2 229.93 Jumlah 10 66.31 0 Penggunaan 1998 65.65 -2 4 -131 83.366 lain 1999 70.25 -1 1 -70.3 Oalan/terminal) 2000 85.52 0 0 0 2001 95.00 1 1 95 2002 100.41 4 200.8 2 416.83 Jumlah 0 10 94.27 Rawa/badan 1998 32.20 -2 4 -64.4 32.2 sungaVdanau 1999 32.20 -1 1 -32.2 2000 32.20 0 0 0 32.20 2001 1 1 32.2 2002 32.20 2 4 64.4 161.00 Jumlah 0 10 0 1998 Hutan kota 120.20 -2 4 -240 104.72 1999 120.20 -1 1 -120 100.20 2000 0 0 0 2001 95.20 1 1 95.2 87.80 2002 2 4 175.6 623.60 0 Jumlah 10 -89.8 Luas Total
112
52.9
Luas 2009 2276.60
11.514
225.04
7.935
102.20
0.128
3.17
-25.452
146.68
-53.103
222.49
5.631
85.40
9.427
149.36
b
--·
0
32.20
-8.98
41.86
3286.00
d Proye k. s1 Luas Jenis Peng gunaan Lahan di Kecamatan Bogor Teng ah Peru mahan Tahun Luas PX (P) X X2
1998 1999 2000 2001 2002 Jumlah Perkantoran dan Pergudangan
1998 1999 2000 2001 2002 Jumlah
Perdagangan
1998 1999 2000 2001 2002 Jumlah
lndustri
1998 1999 2000 2001 2002 Jumlah
Pertanian La han Basah
1998 1999 2000 2001 2002 Jumlah
Pertanian La han Kering
1998 1999 2000 2001 2002 Jumlah
Taman/ Lap.olahraga/ Kuburan
1998 1999 2000 2001 2002 Jumlah
Penggunaan lain (jalanlterminal)
1998 1999 2000 2001 2002 Jumlah
Rawalbadan sungai/danau
1998 1999 2000 2001 2002 Jumlah
Hutan kota
1998 1999 2000 2001 2002 Jumlah
581.00 567.16 561.85 557.20 547.58 2814.79 29.24 33.00 34.50 34.50 36.24 167.48 45.30 55.40 55.40 57.65 59.81 273.56 4.20 5.49 7.22 8.50 10.22 35.63 2.00 2.00 1.55 1.50 1.10 8.15 14.82 13.00 12.58 9.25 7.80 57.45 15.93 17.25 20.00 25.25 29.04 107.47 28.50 28.50 29.20 30.20 32.74 149.14 11.31 10.50 10.00 8.25 7.77 80.70 80.70 80.70 80.70 80.70 80.70 403.50
-2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0
4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10
-1162 -567 0 557.2 1095 -76.8 -58.5 -33 0 34.5 72.48 15.5 -90.6 -55.4 0 57.65 119.6 31.27 -8.4 -5.49 0 8.5 20.44 15.05 -4 -2 0 1.5 2.2 -2.3 -29.6 -13 0 9.25 15.6 -17.8 -31.9 -17.3 0 25.25 58.08 34.22 -57 -28.5 0 30.2 65.48 10.18 -22.6 -10.5 0 8.25 15.54 -9.33 -161 -80.7 0 80.7 161.4 0
Luas
562.958
-7.68
2009 509.20
33.496
1.55
44.35
54.712
3.127
76.60
7.126
1.505
10.22
1.63
-0.23
. 0.00
11.49
-1.779
0.00
21.494
3.422
45.45
29.828
1.018
36.88
16.14
-0.933
9.61
80.7
0
80.70
b
a
813.00
Luas Total
113
e. Proyeksi Luas Jenis Pent aunaan Lahan di Kecamatan Boaor Selatan Perumahan Tahun Luas (P) a X PX X2
1998 1999 2000 2001 2002
1240.60 1280.60 1330.60 1452.50 1537.33 6841.63 Jumlah Perkantoran 1998 15.30 dan 1999 15.30 Pergudangan 2000 17.75 2001 18.50 2002 21.55 Jumlah 88.40 Perdagangan 1998 20.25 1999 20.25 2000 25.30 2001 25.30 2002 26.11 117.21 Jumlah lndustri 1998 51.34 1999 51.34 2000 51.34 2001 51.34 2002 51.34 266.70 Jumlah Pertanian 1998 820.25 La han 1999 820.25 Basah 2000 790.40 2001 721.63 2002 739.04 3891.67 Jumlah Pertanian 1998 694.20 La han 1999 654.53 Kering 2000 627.68 2001 575.60 2002 469.08 3021.09 Jumlah Taman/ 177.38 1998 Lap.olahraga/ 1999 177.38 Kuburan 2000 177.38 2001 177.38 2002 177.38 886.90 Jumlah Penggunaan 1998 33.05 lain 1999 33.05 Oalan/terminal) 2000 35.25 2001 37.25 2002 38.54 Jumlah 177.14 Rawa/badan 1998 28.63 sungaildanau 1999 28.30 2000 25.30 2001 21.50 2002 20.63 124.31 Jumlah Hutan kota 1998 0.00 0.00 1999 0.00 2000 2001 0.00 0.00 2002 0.00 Jumlah
-2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0 -2 -1 0 1 2 0
Luas Total
4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10 4 1 0 1 4 10
-2481 1368.326 -1281 0 1453 3075 765.4 17.68 -30.6 -15.3 0 18.5 43.1 15.7 23.442 -40.5 -20.3 0 25.3 52.22 16.77 51.34 -103 -51.3 0 51.34 102.7 0 778.314 -1641 -820 0 721.6 1478 -261 -1388 604.218 -655 0 575.6 938.2 -629 -355 177.38 -177 0 177.4 354.8 0 -66.1 35.428 -33.1 0 37.25 77.08 15.18 24.872 -57.3 -28.3 0 21.5 41.26 -22.8 0 0 0 0 0 0 0
Luas
76.536
2009 1904.08
1.57
28.67
1.677
35.18
0
51.34
-26.104
595.59
-52.917
233.80
0
177.38
1.518
46.05
-2.28
8.91
0
0.00
b
3081.00
114
f Proye ks.L 1 uas Jenis p eng! unaan Lahan di Kecamatan Tana hSarea Tahun Perumahan Luas a PX (Pl X2 X 1288.97 4 -2401 1998 1200.50 -2 1 -1241 -1 1999 1240.50 0 2000 1280.00 0 0 2001 1350.25 1 1350 1 4 2747 2 2002 1373.60 10 456 Jumlah 0 6444.85 40 Perkantoran 1998 4 -70.5 -2 35.25 dan 1999 1 -35.3 -1 35.25 Pergudangan 0 2000 0 0 40.00 1 40.7 1 40.70 2001 4 97.6 2 48.80 2002 10 32.55 0 200.00 Jumlah Perdagangan 46.344 4 -84.5 42.25 1998 -2 1 -42.3 -1 42.25 1999 0 0 0 45.62 2000 47 1 1 47.00 2001 4 109.2 2 54.60 2002 10 29.45 0 231.72 Jumlah 38.324 4 -55.5 -2 lndustri 27.75 1998 1 -27.8 -1 27.75 1999 0 0 0 35.82 2000 1 45.5 1 45.50 2001 2 54.80 2002 4 109.6 10 71.85 0 191.62 Jumlah 86.52 4 -221 -2 Pertanian 110.25 1998 1 -100 -1 La han 100.25 1999 0 0 0 90.50 Basah 2000 1 72.3 1 72.30 2001 4 118.6 2 59.30 2002 10 -130 0 432.60 Jumlah 260.15 350.35 4 -701 -2 Pertanian 1998 1 -322 1999 -1 La han 322.00 0 0 0 Kering 265.60 2000 1 200.4 1 200.40 2001 4 324.8 162.40 2 2002 10 -498 0 1300.75 Jumlah 54.682 4 -101 -2 Taman/ 50.25 1998 1 -50.3 -1 Lap.olahraga/ 50.25 1999 0 0 0 Kuburan 55.56 2000 1 57.25 1 57.25 2001 4 120.2 60.10 2002 2 10 26.7 Jumlah 0 273.41 43.96 4 -80.8 -2 Penggunaan 40.40 1998 1 -40.4 -1 40.40 lain 1999 0 0 0 45.40 2000 (jalantterminal) 45.40 2001 1 45.4 1 4 96.4 2 48.20 2002 219.80 10 20.6 Jumlah 0 20.21 -54 4 27.00 1998 -2 Rawa/badan 25.35 1999 1 -25.4 -1 sungai/danau 23.50 0 0 0 2000 1 25.2 1 25.20 2001 0 2002 4 2 101.05 10 -54.2 0 Jumlah 0 0.00 0 1998 4 -2 Hutan kota -1 0.00 0 1999 1 0 0.00 0 2000 0 0.00 0 1 1 2001 2 0.00 0 2002 4 0 0.00 0 10 Jumlah Luas Total *=data d1perhalus untuk mengh1langkan luas penggunaan lahan negat1f
115
b 45.595
Luas 2009 1608.14
Luas 2009* 1508.68
3.255
62.79
62.79
2.945
66.96
66.96
7.185
88.62
88.62
-12.985
-4.38
0.00
-49.75
-88.10
0.00
2.67
73.37
73.37
2.06
58.38
58.38
-5.415
-17.70
25.20
0
0.00
0.00
1884.00
1884.00
8.2. Rekapitulasi Hasil Proyeksi Penggunaan Lahan Tahun 2009 8.2.1. Hasil Proyeksi Shift Share No.
Jenis Penggunaan Lahan Bogor Utara
1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudangan 3 Perdagangan 4 lndustri 5 Pertanian lahan basah 6 Pertanian lahan kering 7 Taman/Lap. OR/Kuburan 8 Per1ggunaan lain Galan, terminal, dll) 9 Rawa/Danau/Badan sungai 10 Hutan kota/Kebun Rava Jumlah
1338.48 126.64 31.15 36.96 36.81 0.00 61.63 124.90 15.43 0.00 1772.00
Proveksi Luas Pen!l Junaan La han Tahun 2009 (Ha) Tanah Bogor Bog or Bogor Bogor Tengah Selatan Timur Sa real Barat
m05 7.40 18.36 6.30 131.06 0.00 16.59 50.62 12.62 0.00 1015.00
2261.46 216.84 101.16 3.64 160.38 209.10 84.41 160.41 32.20 55.40 3285.00
514.16 43.24 76.32 17.22 0.00 0.00 40.15 36.98 4.23 80.70 813.00
2001.06 31.60 34.62 51.34 495.58 230.25 177.38 46.54 12.63 0.00 3081.00
Kota Bo~tor
1511.26 8398.47 71.60 497.32 334.17 72.56 201.69 86.23 823.83 0.00 439.35 0.00 71.95 452.11 475.45 56.00 91.51 14.40 136.10 0.00 1884.00 11850.00
8.2.2. Hasil Proyeksi Ekstrapolasi Garis Regresi No. Jenis Penggunaan La han Bogor Utara 1 Perumahan 2 Perkantoran dan peroudangan 3 Perdagangan 41ndustri 5 Pertanian Ia han basah 6 Pertanian lahan kering 7 Taman/Lap. OR/Kuburan 8 Penaounaan lain (ialan, terminal, dill 9 Rawa/Danau/Badan sungai 10 Hutan kota/Kebun Raya Jumlah
Hasil Proyeksi Luas Penggunaan Lahan Tahun 2009 (Ha Bogor Bog or Tanah Bog or Bog or Timur Ten[ah Selatan Sareah Barat
768.76 1265.35 122.39. 6.71 19.38 29.74 6.30 37.96 128.69 0.00 0.00 0.00 105.53 17.08 195.61 52.99 15.43 15.08 0.00 0.00 1772.00 1015.00
116
2276.60 225.04 102.20 3.17 146.68 222.49 85.40 149.36 32.20 41.86 3285.00
509.20 44.35 76.60 10.22 0.00 0.00 45.45 36.88 9.61 80.70 813.00
1904.08 28.67 35.18 51.34 595.59 233.80 177.38 46.05 8.91 . 0.00 3081.00
1508.68 62.79 66.96 88.62 0.00 0.00 73.37 58.38 25.20 0.00 1884.00
Kota Booor 8232.7 489.9 330.1 197.6 871.0 456.3 504.2 539.3 106.4 122.6 11850.0
LAMPIRANC ANALISIS LIMPASAN Am PERMUKAAN DI KOTA BOGOR
117
Lamp iran C. 1. Kegiatan Utama, Kegiatan Pelengkap dan Intensitas Bangunan Perumahan!Permukiman Berdasakan Penggunaan Lahan di Setiap Kecamatan di Kota Bogor. No
I,
Kecamatan!Kelurahan
Kecamatan Bo2or Utara Tegalgundil Bantrujati
cr cr <1r
Kedunghalang
Ciparigi Cibuluh Ciluar Tanah Baru cr Cimahpar Kecamatan Bogor Timur cr Baranangsiang '1r
cr cr cr
2,
3,
cr
Sukasari
cr
Katulampa
<7"
Sindangsari
<7"
Sindangrasa
cr
Tajur
Kecamatan Bo2or Barat Menteng
cr cr cr
Pasir Kuda Pasir Jaya
cr
GunungBatu
cr
Sindang Barang
cr
Bubulak
::Jr
Situgede
cr
Margajava Balumbangjaya
cr
Kegiatan Utama
Permukiman Permukiman, perkantoran Permukiman, perkantoran, perdagangan Permukiman, lndustri Permukiman lndustri Permukiman Permukiman Permukiman
Permukiman, perdagangan dan jasa Permukiman, perdagangan dan jasa Permukiman, pertanian Permukiman, pertanian, industri Permukiman, pertanian, industri Permukiman, perdagangan dan jasa Perdagangan, permukiman Permukiman, industri Permukiman Perkantoran, komplek militer, perdagangan Permukiman, pertanian, perdagangan Permukiman, terminal Permukiman, hutan kota, pertanian Permukiman industri Permukiman
118
Pertanian Perdagangan
lntensitas pemukiman (KDB) Tinggi Tinggi Tinggi
Industri
Tinggi
Pertanian Pertanian Pertanian, industri Industri, pendidikan Pertanian
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi
Pendidikan, perkantoran Pendidikan, perkantoran Perdagangan skala lokal pendidikan Pendidikan, perkantoran Pendidikan, perkantoran Pendidikan, perkantoran
Tinggi
Kegiatan Pelengkap
Perkantoran dan pergudangan Perdagangan danjasa Pertanian, perkantoran Permukiman
Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedan2 Padat Sedang Sedang Pad at
Perdagangan
Sedang
Perkantoran dan perdagangan wisata
Sedang Sedang
Pertanian Pertanian
Rendah Sedang
Lanjutan Lampiran C. I. No
Kecamatan/K.elnrahan
<7"
Semplak
rr
Cilendek Timur Cilendek Barat <7" Curu_g Mekar <7 Curu_g <7 Loii Kecamatan Bogor Teneah rr Babakan <7 Tegallega rr
4,
Permukiman, komplek militer Permukiman, taman Permukiman. pertanian Permukiman_,_ taman Permukiman taman Pertanian
Perdagangan danjasa
rr rr
Babakan Pasar Gudang Paledang
rr
Kebon Kalapa
:r
Panaragan
Perdagangan
7
Cibogor
7
Ciwaringin
7
Pabaton
Pemerintahan, Perdagangan skala kota Pemerintahan, permukiman, industri kecil Kawasan pemerintahan, kom_Qiek militer Perumahan
r:r
5,
Kegiatan Pelengkap
Perumahan Pendidikan (IPB) dan Rumah Sakit PMI Perdagangan (CBD) Perdagangan (CBD) Kawasan wisata ilmiah (Kebun Raya, lstana Bogor, Musium Zoologi) Perdagangan
7
-
Kegiatan Utama
Sempur
Kecamatan Bogor Selatan rr Em pang <7" Lawanggintung Batutulis rr Bondongan cr Pamovanan cr Ranggamekar '7 Mulva Harja :r Cikaret
"
Intensitas pemukiman (KDB) Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedan_g_ Tinggi
Pertanian Per~angan Perd~an_g_an
Pertanian Permukiman
Ti~
Perkantoran,lasa Permukiman, perdagangan Permukiman dan jasa Permukiman dan jasa Pemukiman, pendidikan, jasa perbankan
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Tinggi
Permukiman dan _l)_endidikan Permukiman dan _1>_endidikan Permukiman, pendidikan, taman Pensisikan dan jasa
Tinggi Tinggi Tinggi
Tinggi
Permukiman ---~
Perkantoran, jasa, lapangan olahraga
-
Tinggi Sedang
Permukiman Permukiman Permukiman Permukiman Permukim~ pertanian Permukiman, pertanian Permukiman pertanian Permukiman, pertanian
119
Perdagangan dan j asa Per~an_g_an Per~an~ industri Industri lndustri kuburan cina lndustri, perkantoran Perdagangan Perkantoran dan pe!Jludan_g_an
Tinggi Ti'!88! Ti!!&&_i Sedan_g_ Sedan_g_ Sedang Sedang Sedang
Lanjutan Lampiran C.. 1 No
Kecamatan/Kelarahan
rr
Bojongkerta Rancamaya C1r Kertamaya czr Harjasari C1r Muarasari C1r Genteng Pakuan czr Cipaku Ket:amatan Tanah Sareal C1r Tanah Sareal ~
~·
6,
C1r r¥'
<7
Kebon Pedes Kedung Badak Sukaresmi
Kegiatan Pelengkap
Kegiatan Utama
Permukiman, Permukiman, Permukiman, Permul..iman Permukiman, Permukiman, Permukiman, Permukiman,
pertanian pertanian pertanian pertanian pertanian pertanian pertanian pertanian
Perdagangan, taman, permukiman Perdagangan. industri Perkantoran, perdagangan. industri Pertanian, permukiman
Kuburan cina lndustri perdagangan lndustri, perkantoran Perkantoran lndustri, perkantoran, Perkantoran. kuburan
Perkatoran dan pergudangan Permukiman Permukiman Perdagangan skala lokal Pertanian
Tinggi Tinggi Sedang Sedang
Pergudangan, Sedang perdagangan, permukiman (#'> KedungJaya Permukiman Perdagangan Sedang C1r Perrilukiman Sedang Sukadamai Pertanian C1r Mekarwangi Permukiman Pertanian Sedang Kayumanis Permukiman, pertanian Perdagangan Sedang czr Cibadak Industri, perkantoran, Permukiman, Sedang perdagangan pertanian Sumber D10lah dan RDTR 2002-2012 pada 6 Kecamatan Kota Bogor dan Hasii Pengamatan Lapan gao. Keterangan Intensitas pemanfaatan lahan (kepadatan bangunan/KDB) pemukiman rendah (< 40%), sedang ( 40- 60 %), dan tinggi (> 60%), disesuaikan dengan data koefisien limpasan yang digunakan. C1r
Kedung Waringin
Industri
-
lntensitas pemukiman (KDB) Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
120
Lampiran C.2. Perhitungan Limpasan Air Permukaan di Setiap Kecamatan di Kota BogorTahun 1995 dan 2002. 1 Kecama an 8 ogor utara No. Jenis Penggunaan Lahan Kecamatan 8ogor Utara 1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudangan 3 Perdagangan 4 lndustri 5 Pertanian lahan basah 6 Pertanian lahan kering 7 Taman/Lap. OR/Kuburan 8 Penggunaan lain Ualan. terminal. dll) 9 Rawa/Danau/Badan sungai 10 Hutan kota/Kebun Raya Jumlah
2K ecamatan 8 ogor Timur No. Jenis Penggunaan Lahan Kecamatan 8ogor Timur 1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudangan 3 Perdagangan 4 lndustri 5 Pertanian lahan basah 6 Pertanian lahan kering 7 Taman/Lap. OR/Kuburan 8 Penggunaan lain Ualan, terminal, dll) 9 Rawa/Danau/Badan sungai 10 Hutan kota/Kebun Raya Jumlah
3K ecamatan 8 ogor 8 arat No. Jenis Penggunaan Lahan Kecamatan 8ogor 8arat 1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudangan 3 Perdagangan 4 lndustri 5 Pertanian lahan basah 6 Pertanian lahan kering 7 Taman/Lap. OR/Kuburan 8 Penggunaan lainJjalan, terminal, dill 9 Rawa/Danau/Badan sungai 10 Hutan kota/Kebun Raya Jumlah
Luas (Hal 1995 899,12 50,42 34,25 23,68 95,95 585,50 22,65 45,00 15,43 0,00 1772,00
2002 1118,80 88,53 32,70 30,32 95,95 203,74 61,63 124,90 15,43 0,00 1772,00
Limpasan lntensitas Koefisien hujan Maks. limpasan Permukaan (m3/del) 1995 (mm/jam) 2002 301,30 0,730 242,14 132,8 23,84 0,730 13,58 132,8 8,81 132,8 0,730 9,22 8,17 0,730 6,38 132,8 7,08 0,200 7,08 132,8 27,06 0,360 77,76 132,8 0,175 1,46 3,98 132,8 38,01 132,8 0,825 13.70 1,14 0,200 1,14 132,8 0,00 132,8 0,140 0,00 419,39 372,46
2002 664,93 4,75 14,93 6,30 152,84 94,85 14,97 34,35 27,08 0,00 1015,00
Limpasan lntensitas Koefisien hujan Maks. limpasan Permukaan (m3/det.) 1995 (mm/jam) 2002 179,07 132,8 0.730 150,22 1,28 132,8 0,730 0,57 0,730 3,10 4,02 132,8 0,730 1,70 1,70 132,8 11,28 11,28 0,200 132,8 0,360 28,09 12,60 132,8 0,86 0,97 132,8 0,175 5,50 10,45 132,8 0,825 132,8 0,200 3,06 2,00 132,8 0,140 0,00 0,00 204,38 223,36
2002 2016,00 168,52 62,09 2,64 270,50 485,71 59,13 100,41 32,20 87,80 3285,00
lntensitas Koefisien Limpasan hujan Maks. limpasan Permukaan (m3/det.) (mm/jam) 1995 2002 307,00 349,56 132,8 0,470 32,37 45,38 132,8 0,730 16,72 132,8 0,730 6,20 0,44 132,8 0,730 0,71 132,8 0,200 28,08 19,96 132,8 0,360 101,24 64,51 0,175 2,19 3,82 132,8 0,825 12,30 30,56 132,8 2,38 2,38 132,8 0,200 0,140 6,21 4,53 132,8 498,41 538,13
Luas (Ha) 1995 557,81 2,10 11,50 6,30 152,84 211,48 13,35 18,08 41,54 0,00 1015,00
Luas (Ha) 1995 1770,54 120,20 23,02 1,64 380,62 762,32 33,85 40,41 32,20 120,20 3285,00
121
Lanjutan Lampiran C.2. 4Kecamatan Bogor Tenga h No. Jenis Penggunaan Lahan Kecamatan Bog or Tengah
1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudangan 3 Perdagangan 4 lndustri 5 Pertanian lahan basah 6 Pertanian lahan kering 7 Taman/Lap. OR/Kuburan 8 Penggunaan lain (jalan, terminal, dll) 9 Rawa/Danau/Badan sungai 10 Hutan kota/Kebun Raya Jumlah
5Kecamatan Bogor Selatan No. Jenis Penggunaan Lahan Kecamatan Bog or Selatan
1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudangan 3 Perdagangan 4 lndustri 5 Pertanian lahan basah 6 Pertanian lahan kering 7 Taman/Lap. OR!Kuburan 8 Penggunaan lain (jalan, terminal, dll) 9 Rawa/Danau/Badan sungai 10 Hutan kota/Kebun Raya Jumlah
6 Kecamatan Tanah Sareal No. Jenis Penggunaan Lahan Kecamatan Tanah Sareal
1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudangan 3 Perdagangan 4 lndustri 5 Pertanian lahan basah 6 Pertanian lahan kering 7 Taman/Lap. OR!Kuburan 8 Penggunaan lain (jalan, terminal, dll) 9 Rawa/Danau/Badan sungai 10 Hutan kota/Kebun Raya Jumlah
2002 547,58 36,24 59,81 10,22 1'10 7,80 29,04 32,74 7,77 80,70 813,00
Limpasan lntensitas Koefisien hujan Maks. limpasan Permukaan (m3/det.) 1995 2002 (rrmtiaml 156,47 147,47 0,730 132,8 7,87 9,76 0,730 132,8 16,11 0,730 11,66 132,8 2,75 0,730 0,87 132,8 0,15 0,08 132,8 0,200 2,36 1,04 132,8 0,360 0,175 1,03 1,87 132,8 0,825 8,67 9,96 132,8 0,83 0,57 132,8 0,200 4,17 4,17 132,8 0,140 194,09 193,79
2002 1537,33 21,55 26,11 51,34 739,04 469,08 177,38 38,54 20,63 0,00 3081,00
lntensitas Koefisien Limpasan hujan Maks. limpasan Permukaan (m3/det.l (mm/jam) 1995 2002 266,56 132,8 0,470 186,15 132,8 0,730 3,10 5,80 132,8 0,730 4,7-4 7,03 132,8 0,730 13,83 13,83 132,8 0.200 72,49 54,53 132,8 0,360 94,02 62,30 132,8 0,175 11,45 11,45 132,8 0,825 9,30 11,73 2,11 132,8 0,200 1,52 132,8 0,140 0,00 0,00 397,19 434,75
2002 1373,60 48,80 54,60 54,80 59,30 162,40 60,10 48,20 22,20 0,00 1884,00
lntensitas Koefisien Limpasan hujan Maks. limpasan Permukaan (m3/det.) (rrmtiam) 1995 2002 0,470 180,75 132,8 238,17 132,8 0,730 7,00 13,14 0,730 9,87 132,8 14,70 6,29 14,76 132,8 0,730 132,8 0,200 11,40 4,38 132,8 0,360 64,07 21,57 132,8 0,175 3,12 3,88 14,67 0,825 12,30 132,~ 132,8 0,200 2,21 1,64 132,8 0,140 0,00 0,00 297,01 326,91
Luas (Hal
1995 581,00 29,24 43,30 3,22 2,00 17,80 15,93 28,50 11,31 80,70 813,00
Luas (Hal
1995 1073,60 11,50 17,60 51,34 982,50 707,91 177,38 30,54 28,63 0,00 3081,00
Luas (Hal
1995 1042,46 26,00 36,64 23,37 154,50 482,38 48,25 40,40 30,00 0,00 1884,00
122
Lampiran 0.1.
Perhitungan Limpasan Air Pennukaan Berdasarkan Proye\csi Luas Lahan Shift Share Tahun 2009 ·
Penggun~
1 Kecamatan Bogor Utara No. Jenis Penggunaan Latlan Kecamatan 'sogor U1ara 1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudangan 3 Perdagangan 4 lndustri 5 Pertqnian lahan basah 6 Pertanian lahan kering 7 Taman/Lap. ORIKuburan 8 Penggunaan lain Galan, terminal, dll) 9 RawafDanaufBadan sungai 10 Hutan kotafKebun Raya Jumlah
2009 1338.48 126.64 31.15 36.96 36.81 0.00 61.63 124.90 15.43 0.00 1772.00
Limpasan lntensitas Koefi$lflll hujan maks. limpa~n Permukaan (m3/det.) (mmfjam) 2002 2009 360.47 0.730 301.30 132.8 34.11 0.730 23.84 132.8 8.39 0.730 8.81 132.8 8.17 9.95 132.8 0.730 2.72 132.8 0.200 7.08 0.00 0.360 27.06 132.8 0.175 3.98 3.98 132.8 38.01 132.8 0.825 38.01 1.14 1.14 132.8 0.200 0.00 132.8 0.140 0.00 419.39 458.76
2002 2009 664.93 772.05 4.75 7.40 14.9318.36 6.30 6.30 152.84 131.06 94.85 0.00 14.97 16.59 34.35 50.62 27.08 12.62 0.00 0.00 1015.00 1015.00
Umpasan lntensitas Koefisien hujan maks. limpasan Permukaanlm3/detj_ (mm/lam) 2002 2009 179.07 207.92 132.8 0.730 1.28 1.99 132.8 0.730 0.730 4.02 4.94 132.8 1.70 1328 0.730 1.70 11.28 9.67 132.8 0.200 132.8 0.360 12.60 0.00 132.8 0.175 0.97 1.07 15.41 132.8 0.825 10.45 132.8 0.200 2.00 0.93 0.140 0.00 0.00 132.8 223.36 243.63
Luas (Ha) 2002 1118.80 88.53 32.70 30.32 95.95 203.74 61.63 124.90 15.43 0.00 1772.00
2 Kecamatan Bogor T1mur No. Jenis Penggunaan Lahan Kecamatan Bogor Timur
1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudangan 3 Perdagangan 4 lndustri 5 Pertanian lahan basah 6 Pertanian lahan kering 7 Tamanflap. ORIKuburan 8 Penggunaan lain (jalan, terminal, dill 9 Rawa/DanaufBadan sungai 10 Hutan kotafKebun Raya Jumlah
Luas (Ha)
3 Kecamatan Bogor Barat No. Jenis Penggunaan Lahan Kecamatan Bogor Barat 1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudangan 3 Perdagangan 4 lndustri 5 Pertanian lahan basah 6 Pertanian lahan kering 7 Taman/Lap. ORIKuburan 8 Penggunaan lain {jalan, terminal, dll) 9 Rawa/DanaufBadan sungai 10 Hutan kotafKebun Raya Jumlah
Luas (Ha)
2002
2009
2016.00 168.52 62.09 2.64 270.50 485.71 59.13 100.41 32.20 87.80 3285.00
2261.46 216.84 101.16 3.64 160.38 209.10 84.41 160.41 32.20 55.40 3285.00
124
Umpasan lntensitas Koefisien hujan maks. limpasan Permukaan (m31det.) (mmf]Cim) 2002 2009 542.93 609.03 132.8 0.730 132.8 0.730 45.38 58.40 0.730 16.72 27.24 132.8 0.98 132.8 0.730 0.71 11.83 132.8 0.200 19.96 64.51 27.77 132.8 0.360 5.45 132.8 0.175 3.82 48.82 132.8 0.825 30.56 2.38 2.38 132.8 0.200 132.8 0.140 4.53 2.86 731.50 794.77
Lanjutan Lampiran 0.1. 4 Kecamatcrl Bogor Tengah No. Jenis Penggunaan Lahan Kecamatcrl Bogor Tengah 1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudangan 3 Perdagangan 4 lndustri 5 Pertanian lahan basah 6 Pertanian lahan kering 7 Taman/Lap. OR/Kuburan 8 Penggunaan lain Galan, terminal, dill 9 Rawa/Danau/Badan sungai 10 Hutan kota/Kebun Raya Jumlah
5Kecamatan Bo~gorSe atan No. Jenis Penggunaan Lahan Kecamatan Bogor Selatan 1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudangan 3 Perdagangan 4 lndustri 5 Pertanian lahan basah 6 Pertanian lahan kering 7 Taman/Lap. OR/Kuburan 8 Penggunaan lain Galan, terminal, dll) 9 Rawa/Danau/Badan sungai 10 Hutan kota/Kebun Raya Jumlah
6 Kecamatan Tanah Sareal No. Jenis Penggunaan Lahan Kecamatan Tanah Sareal 1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudangan 3 Perdagangan 4 lndustri 5 Pertanian lahan basah 6 Pertanian lahan kering 7 Taman/Lap. OR/Kuburan 8 Penggunaan lain Galan, terminal, dll) 9 Rawa/Danau/Badan sungai 10 Hutan kota/Kebun Raya Jumlah
Luas (Ha) 2002 547.58 36.24 59.81 10.22 1.10 7.80 29.04 32.74 7.77 80.70 813.00
2009 514.16 43.24 76.32 17.22 0.00 0.00 40.15 36.98 4.23 80.70 813.00
lntensitas Koefisien Umpasan hujan maks. limpasan Permukaan (m3/det.) (mm/jam) 2002 2009 132.8 0.730 147.47 138.47 132.8 0.730 9.76 11.64 132.8 0.730 16.11 20.55 0.730 2.75 4.64 132.8 132.8 0.200 0.08 0.00 132.8 0.360 1.04 0.00 132.8 0.175 2.59 1.87 132.8 0.825 9.96 11.26 132.8 0.200 0.57 0.31 132.8 0.140 4.17 4.17 193.79 193.63
2009 2001.06 31.60 34.62 51.34 495.58 230.25 177.38 46.54 12.63 0.00 3081.00
lntensitas Koefisien Umpasan hujan maks. limpasan Permukaan (m3/det.) (mm/jam) 2002 2009 132.8 0.730 414.02 538.91 132.8 0.730 5.80 8.51 132.8 0.730 7.03 9.32 132.8 0.730 13.83 13.83 0.200 36.57 132.8 54.53 30.58 132.8 0.360 62.30 132.8 0.175 11.45 11.45 132.8 0.825 11.73 14.16 0.200 1.52 0.93 132.8 0.140 0.00 132.8 0.00 664.26 582.21
2009 1511.26 71.60 72.56 86.23 0.00 0.00 71.95 56.00 14.40 0.00 1884.00
Umpasan lntensitas Koefisien hujan maks. limpasan Permukaan (m3/det.) (mm/jam) 2009 2002 0.730 369.92 407.00 132.8 13.14 19.28 132.8 0.730 14.70 19.54 132.8 0.730 23.22 0.730 14.76 132.8 0.00 0.200 4.38 132.8 0.00 21.57 132.8 0.360 4.65 132.8 0.175 3.88 14.67 17.04 0.825 132.8 1.64 1.06 0.200 132.8 0.00 0.00 132.8 0.140 491.80 458.66
Luas (Ha) 2002 1537.33 21.55 26.11 51.34 739.04 469.08 177.38 38.54 20.63 0.00 3081.00
Luas (Ha) 2002 1373.60 48.80 54.60 54.80 59.30 162.40 60.10 48.20 22.20 0.00 1884.00
125
Lampiran 0.2.
Perhitungan Limpasan Air Permukaan Berdasarkan Proyeksi Luas Penggunaan Laban Ekstrapolasi Garis Regresi Tahun 2009
1 Kecamatan Bogor Utara Luas
No. Jenis Penggunaan Lahan
lntensitas
(Ha)
Kecamatan Bogor Utara
Koefisien
hujan maks. limpasan (mm~am)
Limpasan Permukaan (m3/det.)
2002
2009
1118.80
1265.35
132.8
0.730
301.30
340.77
2 Perkantoran dan pergudangan
88.53
122.39
132.8
0.730
23.84
32.96
3 Perdagangan
32.70
29.74
132.8
0.730
8.81
8.01
4 lndustri
30.32
37.96
132.8
0.730
8.17
10.22
1 Perumahan
2002
2009
5 Pertanian lahan basah
95.95
0.00
132.8
0.200
7.08
0.00
6 Pertanian lahan kering
203.74
0.00
132.8
0.360
27.06
0.00
7 Taman/Lap. OR/Kuburan 8 Penggunaan lain Ualan, terminal, dll) 9 Rawa/Danau/Badan sungai 10 Hutan kota/Kebun Raya Jumlah
61.63
105.53
132.8
0.175
3.98
6.81
124.90
195.61
132.8
0.825
38.01
59.53
15.43 0.00 1772.00
15.43 0.00 1772.00
132.8 132.8
0.200 0.140
1.14 0.00 419.39
1.14 0.00 459.45
2 Kecamatan Bogor Timur No. Jenis Penggunaan Lahan Kecamatan Bogor Timur
- 1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudangan 3 Perdagangan 4 lndustri
lntensitas
Luas (Ha) 2002 664.93
Koefisien
hujan maks. limpasan 2009
(mmliam)
Limpasan Permukaan (m3/det.) 2002
2009
768.76
132.8
0.730
179.07
4.75
6.71
132.8
0.730
1.28
207.04 1.81
14.93
19.38
132.8
0.730
4.02
5.22
6.30
6.30
132.8
0.730
1.70
1.70
5 Pertanian lahan basah
152.84
128.69
132.8
0.200
11.28
9.50
6 Pertanian lahan kering
94.85
0.00
132.8
0.360
12.60
0.00
7 Taman/Lap. OR/Kuburan
14.97
17.08
132.8
0.175
0.97
1.10
8 Penggunaan lain Ualan, terminal, dll)
34.35
52.99
132.8
0.825
10.45
16.13
27.08 0.00 1015.00
15.08 0.00 1015.00
132.8 132.8
0.200 0.140
2.00 0.00 223.36
1.11 0.00 243.60
9 RawaJDanau/Badan sungai 10 Hutan kota/Kebun Raya Jumlah
3Kecamatan Bogor Barat No. Jenis Penggunaan Lahan Kecamatan Bogor Barat 1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudangan 3 Perdagangan 4 lndustri 5 Pertanian lahan basah 6 Pertanian lahan kering 7 Taman/Lap. OR/Kuburan 8 Penggunaan lain {jalan, terminal, dll) 9 RawaJDanau/Badan sungai 10 Hutan kota/Kebun Raya Jumlah
Luas (Hal 2002 2016.00 168.52 62.09 2.64 270.50 485.71 59.13 100.41 32.20 87.80 3285.00
2009 2276.60 225.04 102.20 3.17 146.68 222.49 85.40 149.36 32.20 41.86 3285.00
126
lntensitas Koefisien Limpasan hujan maks. limpasan Permukaan(m3/del) 2009 (mmliam) 2002 0.730 613.11 132.8 542.93 0.730 45.38 60.61 132.8 132.8 0.730 16.72 27.52 0.71 0.85 0.730 132.8 132.8 0.200 19.96 10.82 132.8 0.360 64.51 29.55 0.175 132.8 3.82 5.51 132.8 0.825 30.56 45.46 132.8 0.200 2.38 2.38 0.140 4.53 2.16 132.8 731.50 797.98
LAMPIRAND ANALISIS PREDIKSI LIMPASAN AIR PERMUKAAN DI KOTA BOGOR
123
Lanjutan Lampiran D.2. 4 Kecamatan 8ogor Tenga h No. Jenis Penggunaan Lahan Kecamatan 8ogor Tengah 1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudangan 3 Perdagangan 4 lndustri 5 Pertanian lahan basah 6 Pertanian lahan kering 7 Taman/Lap. OR!Kuburan 8 Penggunaan lain Ualan, terminal, dll) 9 Rawa/Danau/8adan sungai 10 Hutan kota/Kebun Raya Jumlah
5 Kecamatan 8ogor SeIatan No. Jenis Penggunaan Lahan Kecamatan 8ogor Selatan 1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudangan 3 Perdagangan 4 lndustri 5 Pertanian lahan basah 6 Pertanian lahan kering 7 Taman/Lap. OR!Kuburan 8 Penggunaan lain Ualan, terminal, dll) 9 Rawal0anau/8adan sungai 10 Hutan kota!Kebun Raya Jumlah
6 Kecamatan Tanah Sareal No. Jenis Penggunaan Lahan Kecamatan Tanah Sareal 1 Perumahan 2 Perkantoran dan pergudangan 3 Perdagangan 4 lndustri 5 Pertanian lahan basah 6 Pertanian lahan kering 7 Taman/Lap. OR!Kuburan 8 Penggunaan lain (jalan, terminal, dll) 9 Rawal0anau/8adan sungai 10 Hutan kota!Kebun Raya Jumlah
2009 509.20 44.35 76.60 10.22 0.00 0.00 45.45 36.88 9.61 80.70 813.00
Limpasan lntensitas Koefisien hujan maks. limpasan Permukaan (m3/det.) 2002 2009 (mmliam) 137.13 0.730 147.47 132.8 0.730 9.76 11.94 132.8 0.730 16.11 20.63 132.8 0.730 2.75 2.75 132.8 132.8 0.200 0.08 0.00 132.8 0.360 1.04 0.00 132.8 0.175 1.87 2.93 11.22 132.8 0.825 9.96 132.8 0.200 0.57 0.71 132.8 0.140 4.17 4.17 193.79 191.49
2009 1904.08 28.67 35.18 51.34 595.59 233.80 177.38 46.05 8.91 0.00 3081.00
lntensitas Koefisien Limpasan hujan maks. limpasan Permukaan (m3/det.) 2002 2009 (mmliam) 414.02 132.8 0.730 512.79 0.730 5.80 7.72 132.8 9.47 132.8 0.730 7.03 132.8 0.730 13.83 13.83 0.200 54.53 132.8 43.94 0.360 62.30 132.8 31.05 132.8 0.175 11.45 11.45 132.8 0.825 11.73 14.02 132.8 0.200 1.52 0.66 132.8 0.140 0.00 0.00 582.21 644.93
2009 1508.68 62.79 66.96 88.62 0.00 0.00 73.37 58.38 25.20 0.00 1884.00
lntensitas Koefisien Umpasan hujan maks. limpasan Permukaan (m3/det.) (mmliam) 2002 2009 132.8 0.730 369.92 406.30 132.8 0.730 13.14 16.91 132.8 14.70 18.03 0.730 14.76 132.8 0.730 23.87 132.8 0.200 4.38 0.00 21.57 132.8 0.360 0.00 132.8 0.175 3.88 4.74 132.8 14.67 0.825 17.77 132.8 0.200 1.64 1.86 132.8 0.140 0.00 0.00 458.66 489.48
Luas (Ha) 2002 547.58 36.24 59.81 10.22 1.10 7.80 29.04 32.74 7.77 80.70 813.00
Luas (Ha) 2002 1537.33 21.55 26.11 . 51.34 739.04 469.08 177.38 38.54 20.63 0.00 3081.00
Luas (Ha) 2002 1373.60 48.80 54.60 54.80 59.30 162.40 60.10 48.20 22.20 0.00 1884.00
127