Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah 2017, April 13, 2017, Banda Aceh, Indonesia
Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Nilai Koefisien Limpasan di DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh 1Hairul
Basri, 2Syahrul, 3,4*Rudi Fadhli
Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 23111; Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 23111; 3 Program Studi Konservasi Sumberdaya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 23111; 4 Jurusan Agrotek, Fakultas Pertanian, Universitas Jabal Ghafur, Sigli Aceh, Indonesia. 1 2
*Corresponding Author:
[email protected] Abstrak DAS Krueng Meureudu merupakan DAS yang harus dipertahankan namun dalam perkembangannya mengalami perubahan akibat alih guna lahan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan penggunaan lahan terhadap nilai koefisien di DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh. Penelitian deskriptif ini menggunakan data citra Landsat TM tahun perekaman 1990, 2000, 2010, dan 2015 untuk mendapatkan klasifikasi bentuk perubahan penggunaan lahan dan nilai koefisen limpansan tertimbang berdasarkan nilai penggunaan lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh memiliki tiga sub DAS yang telah mengalami perubahan penggunaan lahan berdasarkan hasil perbandingan luasan dari tahun 1990 hingga 2015 yang diindikasikan berkurangnya luasan hutan lahan kering sekunder seluas 67.447,69 ha dan hutan rawa sekunder seluas 132,33 ha dengan bentuk perubahan penggunaan lahan yang sangat dinamis terjadi pada sub DAS Krueng Meureudu Hilir dari tahun 2000 hingga 2015. Perubahan penggunaan lahan di DAS Krueng Meureudu menyebabkan nilai koefisien limpasan pada sub DAS Krueng Meureudu Hilir sebesar 0,09 pada tahun 2000 menjadi 0,12 pada tahun 2015 atau meningkat 14,69%. Sedangkan sub DAS Krueng Nilam dan sub DAS Krueng Seuke dari tahun 1990 hingga 2015 tidak terjadi perubahan nilai koefisien limpasan yaitu 0,03. Kata Kunci: perubahan penggunaan lahan, koefisien limpasan Pendahuluan DAS Krueng Meureudu berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, merupakan wilayah DAS yang harus dipertahankan dengan beberapa sub DAS di dalamnya yaitu sub DAS Krueng Seuke (hulu), sub DAS Krueng Nilam (tengah) dan sub DAS Krueng Meureudu Hilir (hilir) (BPDAS Aceh. 2009), namun dalam perkembangannya terjadi perubahan penggunaan lahan pada tahun 1990, 2000, 2010 dan 2015 di DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh yang merubah nilai koefisien limpasan. Bahan dan Metode Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder meliputi data spasial (batas sub DAS, jenis tanah, kelerengan, RBI kontur Pidie dan penggunaan lahan di wilayah DAS Krueng A79
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah 2017, April 13, 2017, Banda Aceh, Indonesia
Meureudu tahun 1990, 2000, 2010 dan 2015) dan Tabel nilai koefisien limpasan berdasarkan penggunaan lahan (Tabel 1). Untuk memperoleh informasi penggunaan lahan dilakukan pengkelasan dari citra Landsat berdasarkan tahun perekaman dengan metode klasifikasi kemiripan maksimum terbimbing (maximum likelihood supervised classification). Perubahan penggunaan lahan yang terjadi diperoleh dengan overlay peta dan membandingkan luasan penggunaan lahan dari dua peta penggunan lahan yang telah terklasifikasi berdasarkan standar dari Badan Standarisasi Nasional (2010) dengan tahun berbeda sesuai urutan tahun perekaman. Tabel 1. Nilai koefisien limpasan berdasarkan penggunaan lahan Penggunaan Lahan
Nilai C
Hutan lahan kering sekunder Semak belukar Hutan tanaman industri Hutan rawa sekunder Perkebunan Pertanian lahan kering-ladang Pertanian lahan kering campuran Pemukiman Sawah Tambak Lahan terbuka Tubuh air/perairan Sumber: Suripin (2002); Kodoatie dan Syarief (2005).
0,03 0,07 0,05 0,15 0,40 0,10 0,10 0,60 0,15 0,05 0,20 0,05
Hasil dan Pembahasan Karakteristik DAS Krueng Meureudu Secara geografis DAS Krueng Meureudu terletak pada 96°05'51.77'’- 96°20'18.96'’ BT dan 5°15'43.81'' - 4°53'50.44'' LU dengan luas 40.012,22 ha. DAS Krueng Meureudu melingkupi dua kabupaten yaitu Kabupaten Pidie Jaya seluas 30.426,95 ha dan Kabupaten Pidie seluas 9.585,27 ha, serta terdapat 33 desa yang keseluruhan nya berada di Kabupaten Pidie Jaya. DAS Krueng Meureudu terbagi dalam tiga sub DAS wilayah pengelolaan, yaitu Sub DAS Krueng Meureudu Hilir, Sub DAS Krueng Nilam dan Sub DAS Krueng Seuke. Penamaan sub DAS tersebut mengacu pada penamaan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Krueng Aceh. Hasil analisis spasial sub DAS Krueng Seuke merupakan Sub DAS yang memiliki wilayah paling luas yaitu 217,92 km2 atau mencakup 54,47% dari total luas DAS Krueng Meureudu dengan lebar DAS ± 8 km2 dengan sungai utama melewati wilayah sub DAS Krueng Meureudu Hilir dan sub DAS Krueng Seuke. Bentuk DAS Krueng Meureudu bervariasi dimana sub DAS Krueng Meureudu Hilir memiliki bentuk kurang memanjang dan sub DAS Krueng Nilam memiliki bentuk melingkar serta sub DAS Krueng Seuke memiliki bentuk DAS agak membulat atau ellips dengan kerapatan aliran pada sub DAS Krueng Nilam dan Krueng Seuke lebih rapat di bandingkan pada sub DAS Krueng Meureudu Hilir dengan membentuk pola aliran Rektanguler. Jenis tanah di wilayah DAS Krueng Meureudu menurut sistem klasifikasi PPT 1983 (Hardjowigeno, 1993) didominiasi oleh jenis tanah Podsolid Merah Kuning (PMK) seluas 29.522 ha dengan kemiringan lahan bergelombang (815%) seluas 13.949,64 ha. Perubahan Penggunaan Lahan Wilayah DAS Krueng Meureudu memiliki sembilan bentuk penggunaan lahan berdasarkan standar dari Badan Standarisasi Nasional (2010) dan telah terjadi perubahan penggunaan lahan dari tahun 2000 hingga 2015 dengan indikasi telah berkurangnya luasan hutan lahan A80
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah 2017, April 13, 2017, Banda Aceh, Indonesia
kering sekunder seluas 67.447,69 ha (-16,86%) dan hutan rawa sekunder seluas 132,33 ha (-100,00%). Perubahan bentuk dari penggunaan lahan yang sangat dinamis dan signifikan terjadi di wilayah sub DAS Krueng Meureudu Hilir, sedangkan perubahan bentuk penggunaan lahan di wilayah sub DAS Krueng Nilam dan Krueng Seuke tidak terjadi perubahan yang signifikan namun terjadi perubahan peralihan antara hutan lahan sekunder dengan semak belukar dan sebaliknya bukan perubahan penggunaan lahan menjadi kawasan terbangun.
Gambar 1. Penggunaan lahan tahun 1990
Gambar 2. Penggunaan lahan tahun 2000 A81
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah 2017, April 13, 2017, Banda Aceh, Indonesia
Gambar 3. Penggunaan lahan tahun 2010
Gambar 4. Penggunaan lahan tahun 2015 Wilayah sub DAS Krueng Meureudu Hilir dari tahun 1990 – 2000 (Tabel 2), bentuk perubahan penggunaan lahan yang paling besar terjadi pada hutan rawa sekunder seluas 132,33 ha yang berkurang menjadi hutan lahan kering sekunder seluas 132,29 ha (1,34%) A82
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah 2017, April 13, 2017, Banda Aceh, Indonesia
dan pertanian lahan kering seluas 0,04 ha (0,0004%) serta semak belukar seluas 2.986,35 ha yang berkurang menjadi hutan lahan sekunder seluas 406,66 ha (4,13%), pemukiman seluas 1,94 ha (0,02%), pertanian lahan kering seluas 1.704,78 ha(17,33%), sawah seluas 192,60 ha (1,96%) dan tambak seluas 33,02 ha (0,34%) dengan luas semak belukar yang tersisa seluas 647,35 ha (6,58%). Untuk penggunaan lahan dari tahun 2000 s.d. 2010 (Tabel 3), perubahan bentuk penggunaan lahan yang terbesar terjadi pada lahan perkebunan seluas 23,87 ha yang berubah menjadi pemukiman 23,87 ha (0,24%). Sedangkan untuk penggunaan lahan semak belukar seluas 844,38 ha, mengalami perubahan menjadi hutan lahan kering sekunder seluas 55,14 ha (0,56%), pemukiman seluas 49,24 ha (0,50%), pertanian lahan kering seluas 704,64 ha (7,16%), sawah seluas 33,77 ha (0,34%) dan tambak seluas 1,59 ha (0,02%). Sedangkan perubahan lahan dari tahun 2010 s.d. 2015 (Tabel 4), terjadi pada hutan lahan kering sekunder seluas 4.412,34 ha yang berkurang menjadi pertanian lahan kering seluas 394,87 ha (4,01%), semak belukar seluas 24,08 ha (0,24%) dengan luas hutan lahan kering yang tersisa seluas 3.993,39 ha (40,39). Lahan sawah seluas 1.256,17 ha berkurang menjadi pemukiman seluas 146,58 ha (1,49%), pertanian lahan kering seluas 92,79 ha (0,94%), semak belukar seluas 7,56 ha (0,08%), dan tambak seluas 118,19 ha (1,20%) serta lahan tambak berkurang menjadi pemukiman seluas 13,49 ha (0,14%), pertanian lahan kering seluas 0,66 ha (0,01%) dan sawah seluas 26,56 ha (0,27%). Tabel 2. Perubahan penggunaan lahan periode tahun 1990 s.d 2000 Tahun 2000 Penggunaan Lahan (ha) Krueng Meureudu Hilir Hutan lahan kering sekunder Hutan rawa sekunder Pemukiman Perkebunan Pertanian lahan kering Sawah Semak belukar Tambak Tahun Tubuh Air 1990
Total Luas Hutan lahan Hutan Rawa Pertanian Pemukiman Perkebunan Tahun 1990 kering sekunder Sekunder Lahan Kering 4.694,17 132,33 520,58 1.391,94 2.986,35 113,83
Krueng Nilam Hutan lahan kering sekunder Semak belukar
8.352,01 29,12
Krueng Seuke Hutan lahan kering sekunder Semak belukar Tubuh Air Total Luas Tahun 2000
4.601,73 (+) 132,29 (+) 406,66 -
353,29 - (+) 107,55 (+) 1,94 -
Semak Belukar
Sawah
Tubuh Air
Tambak
(+) 23,17 - (+) 69,27 (+) 0,04 (+) 15,62 - (+) 72,32 - (+) 79,35 (+) 8,25 (+) 50,64 1.062,23 (+) 127,76 (+) 35,50 - (+) 1704,78 (+) 192,60 647,35 (+) 33,02 -
113,83
8.352,01 (+) 0,39
-
-
-
-
-
28,73
-
-
20.417,28 1.341,63 32,98
20.412,94 (+) 3,34 -
-
-
-
-
-
(+) 4,34 1.338,29 -
-
32,98
40.012,22
33.909,35
-
462,78
23,87
1.778,63
1.327,15
2.215,75
147,87
146,81
Tabel 3. Perubahan penggunaan lahan periode tahun 2000 s.d 2010 Tahun 2010 Penggunaan Lahan (ha) Krueng Meureudu Hilir Hutan lahan kering sekunder Hutan rawa sekunder Pemukiman Perkebunan Pertanian lahan kering Sawah Semak belukar Tambak Tahun Tubuh Air 2000
Total Luas Hutan lahan Hutan Rawa Pertanian Pemukiman Perkebunan Tahun 2000 kering sekunder Sekunder Lahan Kering
Semak Belukar
Sawah
5.140,76 462,68 23,87 1.778,62 1.327,14 844,38 147,92 113,83
4.348,98 (+) 8,18 (+) 55,14 -
429,11 - (+) 23,87 (+) 4,67 - (+) 191,51 - (+) 49,24 - (+) 29,04 -
-
Krueng Nilam Hutan lahan kering sekunder Semak belukar
8.352,40 28,73
8.232,47 (+) 21,57
-
-
-
-
- (+) 119,93 7,16
-
-
Krueng Seuke Hutan lahan kering sekunder Semak belukar Tubuh Air
20.416,28 1.342,63 32,98
19.701,83 (+) 253,79 -
-
-
-
-
- (+) 714,44 - 1.088,85 -
-
32,98
Total Luas Tahun 2010 (ha)
40.012,22
32.621,96
-
727,45
A83
-
(+) 722,55 ` (+) 29,29 1.671,50 (+) 94,27 (+) 2,97 1.098,20 (+) 704,64 (+) 33,77 (+) 0,64 -
Tubuh Air
Tambak
3.101,66
1.256,17
(+) 69,22 - (+) 4,28 - (+) 34,46 - (+) 1,59 118,23 -
1.999,60
158,56
113,83
146,81
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah 2017, April 13, 2017, Banda Aceh, Indonesia
Tabel 4. Perubahan penggunaan lahan periode tahun 2010 s.d 2015 Tahun 2015 Penggunaan Lahan (ha)
Total Luas Hutan lahan Hutan Rawa Pertanian Pemukiman Perkebunan Tahun 2010 kering sekunder Sekunder Lahan Kering
Krueng Meureudu Hilir Hutan lahan kering sekunder Hutan rawa sekunder Pemukiman Perkebunan Pertanian lahan kering Sawah Semak belukar Tambak Tahun Tubuh Air 2010
4.412,34 727,43 3.101,61 1.256,21 68,87 158,91 113,83
3.993,39 (+) 4,25 -
Semak Belukar
Sawah
Tambak
Tubuh Air
(+) 0,72 (+) 0,64 118,19 -
113,83
724,93 ;+ 4,75 - (+) 146,58 - (+) 13,49 -
-
8.032,41 (+) 12,28
-
-
-
-
- (+) 221,67 114,77
-
-
-
-
-
- (+) 530,56 - 1.780,42 -
-
32,98
Krueng Nilam Hutan lahan kering sekunder Semak belukar
8.254,08 127,05
Krueng Seuke Hutan lahan kering sekunder Semak belukar Tubuh Air
19.955,81 1.803,10 32,98
19.425,25 (+) 22,67 -
-
Total Luas Tahun 2015 (ha)
40.012,22
31.490,26
-
889,76
-
(+) 394,87 - (+) 24,08 (+) 0,27 (+) 1,49 (+) 0,02 2.913,37 (+) 2,31 (+) 181,18 (+) 92,79 1.008,63 (+) 7,56 64,62 (+) 0,66 (+) 26,56 -
3.401,96
1.038,99
2.924,89
119,56
146,81
Dampak Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Koefisien Limpasan Perubahan nilai koefisien limpasan terjadi pada sub DAS Krueng Meureudu Hilir sebesar 0,09 atau 9% dari curah hujan (tahun 2000) menjadi 0,11 atau 11% dari curah hujan (tahun 2010) dan meningkat menjadi 0.12 atau 12% dari curah hujan (tahun 2015) sehingga terjadi peningkatan jumlah air limpasan sebesar 0,03 atau meningkat 14,69% dengan asumsi curah hujan yang terjadi konstan. Tabel 5. Nilai koefisien limpasan pada DAS Kruen Meureudu C tertibang Sub DAS Tahun 1990 Tahun 2000 Tahun 2010 Kr Mereudu Hilir Kr Nilam Kr Seuke Sumber: Hasil analisis, 2016
0,09 0,03 0,03
0,09 0,03 0,03
0.11 0.03 0.03
Tahun 2015 0.12 0.03 0.03
Kesimpulan DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh memiliki tiga sub DAS yang telah mengalami perubahan penggunaan lahan berdasarkan hasil perbandingan luasan dari tahun 1990 hingga 2015 yang di indikasikan oleh berkurangnya luasan hutan lahan kering sekunder seluas 67.447,69 ha dan hutan rawa sekunder seluas 132,33 ha dengan perubahan bentuk penggunaan lahan yang sangat dinamis dan signifikan terjadi di wilayah sub DAS Krueng Meureudu Hilir yang dimulai dari tahun 2000. Perubahan penggunaan lahan pada DAS Krueng Meureudu menyebabkan perubahan nilai koefisien limpasan pada sub DAS Krueng Meureudu Hilir sebesar 0,09 pada tahun 2000 menjadi 0.12 pada tahun 2015 atau meningkat 14,69%, sedangkan sub DAS Krueng Nilam dan sub DAS Krueng Seuke tidak terjadi perubahan dengan nilai koefisien limpasan dari tahun 1990 hingga tahun 2015, yaitu 0,03. Ucapan Terimakasih Penulis memberikan penghargaan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan tulisan ini antara lain Program Studi Konservasi Sumberdaya Lahan, Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, dan Flora dan Fauna International, Aceh, Indonesia. A84
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah 2017, April 13, 2017, Banda Aceh, Indonesia
Daftar Pustaka Badan Standarisasi Nasional. (2010). Klasifikasi Penutupan Lahan. Jakarta. BPDAS Aceh. (2009). Statistik Pembangunan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Krueng Aceh Tahun 2008. Departemen Kehutanan, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Kodoatie, J.R. dan Syarief, R. (2005). Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Andi Offset, Yogyakarta. Suripin. (2002). Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Disadur kembali oleh Djoko Sasongko. Erlangga, Jakarta.
A85