PREDIKSI EROSI PADA LAHAN PERTANIAN DI SUB DAS KRUENG SIMPO PROVINSI ACEH (PREDICTION OF EROSION ON AGRICULTURAL LAND IN KRUENG SIMPO SUB WATERSHED ACEH PROVINCE) Rini Fitri ABSTRACT Erosion on agricultural land decreased production of agriculture, and it will decline the incomes of farmers. The aims of the research is to predict erosion and Etol at each units of land at Krueng Simpo Sub watershed that is used as agricultural land. The method use in the research is survey method that consist three fase namely, preparation and ground check the map units of land to determine the units of observation, and predict erosion using USLE model. The result shows that use of cultural land at Krueng Simpo Sub watershed causes erosion on monoculture of agricultural land (90,92 tone/ha/year) has exceeded Etol (31,80 tone/ha/year). Therefore, improvement, changes in cropping patterns, and application of alternative agrotechnology to minimize predictive value erosion that will accur, and enhance the agricultural corservation. Key words : Erosion, agricultural land, watershed pemukiman
PENDAHULUAN Sub
DAS
Krueng
(tengah-hilir),
hutan
Simpo
manggrove menjadi tambak (hilir).
memiliki luas 31.392 ha merupakan
Konversi hutan, jangka pendek secara
ekosistem
yang
ekonomi
hulu
panjang
dinamis
menghubungkan
antara
menguntungkan, merugikan
lingkungan
serta
penggunaan lahan untuk produksi
semua
kegiatan
disebabkan
penggunaan lahan dan perubahannya
tidak
dibagian hilir (out let). Konversi hutan
kesesuaiannya,
ke non hutan sejak Th 1960-2009,
Tanah dan Air tidak tepat yang
bertujuan meningkatkan taraf hidup
mengakibatkan
masyarakat
hidrologi DAS tersebut, baik pada in
beras)
(swasembada
tengah-hilir
kemampuan Teknik
dan
Korservasi
terganggu
kondisi
DAS,
site maupun off site. Kondisi tersebut
Perkebunan dan tegalan (hulu-tengah)
berupa fluktuasi debit sungai dimusim
pembangunan
hujan dan kemarau, erosi, sedimentasi
1
di
Sawah
sesuai
ini
merusak
(upstream) dan hilir (downstream) merespon
hal
dan
jangka
infrstruktur
dan
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Al Muslim, Aceh
J. Hidrolitan, Vol. 2 : 3 : 96-102, 2011 1 ISSN 2086-4825
96
Fitri R : Prediksi Erosi pada Lahan Pertanian di Sub DAS Krueng Simpo
dan
pendangkalan
badan
sungai,
Masyarakat wilayah Sub DAS
saluran irigasi, rawa dan hilir (off site).
Krueng Simpo dalam penggunaan
Penggunaan lahan di Sub DAS
lahan
umumnya
tanpa
perlakuan
Simpo terdiri dari kebun campuran
teknik konservasi yang memadai baik
8.501 ha, tegalan 261,9 ha, hutan
dari segi pola tanam maupun cara
10.922 ha, sawah 51,5 ha, semak
bertaninya
belukar 11.656 ha. Pemanfaatan lahan
terjadinya erosi. Kurangnya kesadaran
secara intensif dan tidak disertai
dan
penerapan teknik konservasi tanah dan
pemeliharaan
air (KTA) merupakan penyebab erosi
mengakibatkan teriadinya degradasi
pada lahan pertanian di lndonesia.
serta menurunnya produktivitas lahan
Erosi telah menyebabkan degradasi
yang diusahakan.
lahan
yang
dengan hasil penelitian Fitri (2010)
di
yang mengemukakan bahwa akibat
penurunan
rendahnya produksivitas lahan di Sub
kualitas lahan diberbagai daerah aliran
DAS Krueng Simpo menyebabkan
sungai (DAS) yang diindikasikan oleh
pendapatan petani di wilayah ini tidak
perluasan kerusakan lahan dan siklus
cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidrologi DAS.
hidup layak. Menurut BPS Bireuen
mencapai
tingkat
mengkhawatirkan. lndonesia
telah
Saat terjadi
ini
sehingga
menyebabkan
pengetahuan
mengenai
sumberdaya
Hal
ini
lahan
sesuai
Fenomena kerusakan lahan
(2008) pendapatan rata-rata petani
juga terjadi di Sub DAS Krueng
hanya Rp 7.300.000/keluarga/tahun
Simpo hal ini disebabkan pemanfaatan
dan jumlah penduduk miskin didaerah
lahan dikawasan ini untuk pertanian
inimencapai 40% (BPS Bireuen 2008).
tidak
Penelitian
mempertimbangkan
kaidah
ini
bertujuan
untuk
Konservasi Tanah dan Air. Padahal
memprediksi erosi dan Etol pada
berdasarkan
Fitri
setiap unit lahan di Sub DAS Krueng
utama
Simpo yang dimanfaatkan sebagai
(2010),
hasil
faktor
penelitian
penghambat
kemampuan lahan di Sub DAS Krueng Simpo untuk pengembangan pertanian adalah
kemiringan
lereng
yang
tergolong datar hingga bergelombang (15%).
97
lahan pertanian.
J. Hidrolitan. Vol. 2 : 3 : 96-102, 2011
METODE PENELITIAN
(karaktersitik) lahan yang terdiri atas kemiringan lereng, panjang lereng,
Penelitian ini dilaksanakan di
penggunaan lahan, kedalaman dan
Sub DAS Krueng Simpo Provinsi
struktur
Aceh. Penelitian ini berlangsung pada
lapangan); berat volume tanah, tekstur
bulan Juni Sampai Desember 2011.
tanah
Alat dan bahan yang digunakan dalam
kandungan C-organik (analisis contoh
penelitian
seperangkat
tanah di laboratorium). Tahapan ketiga
peralatan survei tanah (bor tanah, GPS
analisis di laboratorium yaitu analisis
dan abney level) sedangkan bahan
tanah
yang digunakan adalah peta-peta (peta
karakteristik lahan dan erosi pada
tanah, peta rupa bumi dan peta
setiap unit lahan. Data karakteristik
penggunaan lahan).
lahan digunakan untuk menghitung
ini
Metode
adalah
penelitian
yang
tanah
(4
(pengamatan
fraksi),
serta
di
permeabilitas,
interpretasi
data
nilai kepekaan tanah terhadap erosi
digunakan dalam penelitian ini adalah
(erodibilitas),
metode survei yang pertama tahap
prediksi erosi (Universal Soil Loss
persiapan yang meliputi pengumpulan
Equation USLE yang dikemukakan
data
diperlukan,
oleh Weischmeir and Smith, 1978)
penyiapan dan ground check peta unit
dan Etol (persamaan Wood and Dent,
lahan untuk menentukan unit lahan
1983). Erosi dan Etol yang diperoleh
pengamatan. Peta unit lahan diperoleh
pada
berdasarkan tanah,
sekunder
yang
tumpang
peta
setiap
faktor
unit
lereng
lahan
(LS),
(lahan
tindih
peta
pertanian) di Sub DAS Krueng Simpo
dan
peta
di analisis secara deskriptif.
lereng
penggunaan lahan. Tahapan Kedua pengumpulan data meliputi survei
HASIL DAN PEMBAHASAN
tanah bertujuan untuk mengumpulkan melalui,
Berdasarkan data tanah dari
dan
setiap unit lahan kawasan Sub DAS
pengambilan contoh tanah. Data yang
Krueng Simpo mempunyai tingkat
dikumpulkan dalam penelitian terdiri
kepekaan erosi (erodibilitas) tanah
atas data primer dan data sekunder.
yang tergolong rendah hingga agak
Data primer berupa data sifat-sifat
tinggi Tabel 2.
data
kualitas
pengamatan
tanah lapangan
98
Tabel 2. Nilai Erodibiltas Tanah (K) pada Lahan Pertanian di Sub DAS Krueng Simpo No
Unit Lahan
1 2 3 4 5 6 7 8
2 (LP2) 4 (LP3) 9 (LP5) 15(LP6) 18(LP7) 21(LP8) 1 (LP1) 5 (LP9)
9 10 11
99
Pasir Halus (%)
Debu (%)
Liat (%)
9,19 9,08 13,19 8,49 3,01 7,41 18,04 14,94
51,44 43,53 43,60 32,58 69,11 38,78 50,38 34,12
28,43 26,27 24,52 32,19 14,71 9,62 26,77 26,37
16 22
4,98 6,51
40,61 41,59
9,37 15,19
14
12,28
54,89
9,45
Bahan Kode Organik Struktur (%) Tanah Lahanpertanian 3,26 3,40 6,48 4,22 3,57 2,76 6,65 3,24
1 3 3 4 1 1 3 3
Hutan 9,08 4 3,40 3 Semak Belukar 2,27 1
Kode Permeabilitas Tanah
Nilai M
Nilai K
2 2 2 2 2 2 2 2
4.339,28 3.878,93 4.286,50 2.784,95 6.151,11 4.174,65 5.010,39 3.612,28
0.26 0.23 0,22 0,23 0,34 0,26 0,25 0,28
3 1
4.131,82 4.079,36
0,19 0,28
1
6.082,24
0,44
J. Hidrolitan. Vol. 2 : 3 : 96-102, 2011
dari
Berdasarkan data curah hujan
disebabkan oleh faktor lereng yaitu
Badan
lereng yang bergelombang. Semakin
Meteorogi
Malikussaleh
tahun
Geofisika 1998–2007,
bergelombangnya
lereng
didapat nilai erosivitas di Sub DAS
mengakibatkan
Krueng Simpo adalah 694,08. Nilai
permukaan
kepekaan erosi (erodibilitas) tanah
kekuatan mengangkut partikel-partikel
mengakibatkan erosi yang terjadi pun
tanah juga meningkat. Faktor lain
bervariasi pada setiap unit lahan
yang mengakibatkan nilai prediksi
pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa
erosi aktual lebih besar dari nilai ETol
pada lahan usahatani yang monokultur
adalah penggunaan lahan yang tidak
terdapat
besar
disertai dengan teknik konservasi yang
daripada erosi yang ditoleransikan
memadai seperti pergiliran tanaman,
dibandingkan dengan lahan usahatani
pemakaian tanaman penutup tanah,
yang ditumpang sari dengan tanaman
pengolahan
semusim
sistem
penggunaan mulsa atau kombinasi dari
agroforestry. Sistem tumpang sari
teknik-teknik konservasi. Berdasarkan
yang disertai dengan pemupukan dan
Tabel 3 penggunaan lahan yang hanya
teras
disertai
erosi
yang
atau
gulud
lebih
dengan
sehingga
dapat
pula
kecepatan meningkat
tanah
dengan
aliran sehingga
minimum,
agroteknologi
menurunkan aliran permukaan dan
tradisional tanpa teknik konservasi
erosi masing-masing 65% dan 45%
menunjukkan bahwa nilai prediksi
(Juarsah, 2008) sedangkan sistem
erosi pada (LP1,LP5,LP6,LP7,LP8)
agroforestry juga merupakan salah
yang didapat lebih besar dari nilai
satu
(ETol).
alternatif
dioptimalkan
SPK untuk
yang
dapat
meningkatkan
Untuk
itu
penyempurnaan,
diperlukan
perubahan
pola
pendapatan dan kesejahteraan petani
tanam dan penerapan agroteknologi
dan
alternatif untuk memperkecil nilai
sekaligus
menyediakan
jasa
lingkungan seperti pengendalian erosi
prediksi
dan memelihara fungsi hidrologis
sedangkan penggunaan lahan semak
DAS (Joshie et al., 2006; Akiefnawati
belukar
et al., 2008; Junedi, 2010).
topografi
Nilai
prediksi
erosi
yang
didapat lebih besar dari nilai ETol
erosi
(unit
penggunaan
yang
lahan
datar
akan
terjadi
14)
dengan
(3-8%),
maka
lahannya
diarahkan
untuk padang penggembalaan serta
100
Fitri R : Prediksi Erosi pada Lahan Pertanian di Sub DAS Krueng Simpo
Tabel 3. Prediksi Erosi dan ETol pada Berbagai Pola Tanam dan Agroteknologi di Sub DAS Krueng Simpo Unit Lahan 1 2
PolaTanam dan agrAgroteknologi LP1+ATTK LP2+ATTK
4 5
R
K
LS
C
P
694.08 0.25 694,08 0,26
1.31 0.40 0,43 0,20
1.00 1,00
LP3+ATTK LP4+ATTK
694,08 0,23 694,08 0,28
0,41 0,30 1,00 0,40 0,20 1,00
9 14 15
LP5+ATTK Semak Belukar LP6+ATTK
694,08 0,22 694,08 0,44 694,08 0,23
0,82 0,40 1,00 0,25 0,30 1,00 0,83 0,30 1,00
16 18
Hutan LP7+ATTK
694,08 0,28 694,08 0,34
1,06 0,005 1,00 1,06 0,30 1,00
21 22
LP8+ATTK Hutan
694,08 0,26 694,08 0,19
1,04 0,20 1,00 1,61 0,005 1,00
Prediksi Erosi ton/ha/thn)
Etol (ton/ha/thn)
90,92 15,52 19,64 15,55 50.08 22.90 39,75 1,56 58,76 37,54 0,70
31,80 37,49 28,80 43,96 39,86 39,20 31,80 20,50 26,98 31,80 17.80
Keterangan: P1:Pinang Monokultur (523 batang 80% lahan), LP2: (Pinang 440 batang 60% lahan) + (Kakao 325 batang 30% lahan), LP3: (Pinang 440 batang 60% lahan) + (Pisang 420 batang 30% lahan), LP4: (Pinang 256 batang 40%lahan) + (Kakao 325% 30% lahan) + (Pisang 420 batang 30% lahan), LP5: (Pinang 440 batang 60% lahan) + (kedelai 30% lahan), LP6: (Pinang 256 batang 40% lahan) + (Kakao 325 batang 30% lahan) + (Kedelai 30 % lahan), LP7: (Pinang 256 batang 40% lahan) + (Pisang 420 batang 30% lahan) + (Kedelai 30% lahan), UT8: (Pinang 220 batang 30% lahan) + (Kakao 220 batang 30% lahan) + (Pisang 325 batang 30 % lahan) + (Kedelai 30% lahan),. AT=Agroteknologi Tradisional Tanpa Konservasi.
penggunaan
lahan
hutan
tetap
menyebabkan
dipertahankan penggunaannya sebagai
pertanian
hutan.
ton/ha/tahun) Erosi yang lebih besar dari Etol
erosi
pada
monokultur telah
lahan (90,92
melebihi
Etol
(31.80 ton/ha/tahun). Oleh sebab itu
pada lahan pertanian di Sub DAS
penyempurnaan,
Krueng Simpo dapat dikendalikan
tanam dan penerapan agroteknologi
agar
menurunkan
alternatif untuk memperkecil nilai
produktivitas tanaman. Pengendalian
prediksi erosi yang akan terjadi serta
erosi pada lahan pertanian dapat
menerapkan
dilakukan dengan menerapkan sistem
konservasi (SPK).
tidak
semakin
perubahan
sistem
pola
pertanian
pertanian konservasi (SPK). SARAN Diperlukan dukungan
KESIMPULAN Penggunaan lahan pertanian di Sub
DAS
Krueng
Simpo
telah
kebijakan Bireuen
pemerintah dalam
rangka
dan
kabupaten penerapan
sistem pertanian konservasi untuk
101
J. Hidrolitan. Vol. 2 : 3 : 96-102, 2011
memperkecil nilai erosi pada Sub DAS Krueng Simpo.
DAFTAR PUSTAKA Arsyad S., 2000. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Cetakan Ke Tiga. Gedung Lembaga Sumberdaya Informasi Lt. 1 Kampus Darmaga, Bogor Asdak
C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Asdak
C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Badan
Pusat Statistik Kabupaten Bireuen.2008. Bireuen Dalam Angka. Bireuen.
[BPDAS Krueng Aceh] Balai Pengelolaan DAS Krueng Aceh. 2005. Database dan inforfasi kegiatan rehabilitasi lahan dan perhutanan sosial. [BPDAS Krueng Aceh] Balai Pengelolaan DAS Krueng Aceh. 2008. Database dan inforfasi kegiatan rehabilitasi lahan dan perhutanan sosial. [Dishut] Dinas Kehutanan Provinsi Aceh. 2007. Statistik Kehutanan Aceh. Dinas Kehutanan Provinsi Aceh. Aceh [Ditjen RRL] Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi
Lahan. Departemen kehutanan. 1999. SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No 284/Kpts-II/1999 tentang Penerapan Urutan DAS Prioritas. Ditjen RRL Departemen Kehutan RI. Jakarta. [Ditjen RLPS], Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial 2007. Data Lahan Kritis Nasional. Departemen Kehutan RI. Jakarta. [Ditjen Sumberdaya Air] Direktorat Jenderal Sumberdaya Air Departemen Pertanian. 2004. Sebanyak 65 DAS dalam kondisi semakin kritis. Harian Kompas tanggal 20 Agustus 2004. Hal 15. Jakarta. Sinukaban, N. 2007. Peran Konservasi Tanah dan Air dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Dalam Bunga Rampai Konservasi Tanah dan Air. F. Agus, N. Sinukaban, A. Ngaloken Gintings, H. Santoso, dan Sutadi (ad)b2007. Pengurus Pusat Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia Jakarta, hal: 35-34. Sitorus, S.R.P. 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Tarsito, Bandung. Wischmeier, W.H. and D.D Smith. 1978. Predicting Rainfall Erosion Losses – A Guide to Conservation Planning. USDA Agric. Handbook. No. 58: 537.
102