Jurnal Konservasi Sumber Daya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
ISSN 2302-013X pp. 24- 39
16 Pages
EVALUASI DEGRADASI LAHAN DIAKIBATKAN EROSI PADA AREAL PERTANIAN DI KECAMATAN LEMBAH SEULAWAH KABUPATEN ACEH BESAR Rusdi1, M. Rusli Alibasyah 2, Abubakar Karim2 1)
Magister Konservasi Sumberdaya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2) Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala
Abstract: Land has a large potential in supporting human life activities. It can be used as agricultural areas or settlements; however, by the time it changed functionally. This research was aimed at finding out levels of agricultural land degradation treatment caused by erosion on agricultural land and defining the proper conservation measupes for sustainable land utilization, and especially analyzing levels of land degradation caused by erosion in agricultural land on Lembah Seulawah, Aceh Besar District. Land mapping unit was developed based on land utilization map, soil type map, and topografy map with scale 1 : 60.000, then overlaid to find out Land Utilization Type (LUT), based on uniformity of land-forming variables. Results showed that there were 4 classifications of erosion hazard levels, i.e. light hazard erosion level (L) found in LUT 5,6,7 and 8, medium hazard erosion level (M) found in LUT 4, heavy hazard erosion level (H) found in LUT 2 and 3, and very heavy hazard erosion level (VH) found in LUT 1. Land use referrals in maintaining preservation actions are by applying vegetative and mechanical methods of conservation. Selection and management of planting pattern, cover crop planting, and uses of plant waste as mulch are recommended on the L and M levels. Development of tree crops (estate and industrial crops) and no agricultural uses are recommended on H and VH levels, respectively. Keywords: Land degradation, erosion, erosion hazard, land, conservation.
Abstrak: Lahan memiliki potensi besar dalam menunjang aktivitas hidup manusia. Lahan tersebut bisa dijadikan sebagai areal pertanian maupun pemukiman penduduk, sering kali dalam perkembangannya terjadi perubahan fungsi-fungsi lahan dimaksud. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat degradasi lahan pertanian akibat erosi pada lahan pertaniandan menentukan arahan korservasi yang tepat sehingga pemanfaatan lahan dapat berkelanjutan.Dan bertujuan untuk menganalisis tingkat degradasi lahan pertanian akibat erosi pada lahan pertanian di Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar.Satuan peta lahan ditetapkan berdasarkan peta penggunaan tanah, peta jenis tanah dan peta kelerengan dengan skala 1:60.000, kemudian dioverlayuntuk mendapatkan peta Tipe Penggunaan Lahan (TPL) yang didasarkan pada keseragaman peubah pembentuk lahan. Hasil penelitian terdapat 4 klasifikasi tingkat bahaya erosi yaitu tingkat bahaya erosi ringan (R) masing-masing terdapat pada TPL 5, 6, 7 dan 8, erosi sedang (S) terdapat pada TPL 4, erosi berat (B) terdapat pada TPL 2 dan 3, sedangkan klasifikasi tingkat bahaya erosi yang sangat berat (SB) terdapat pada TPL 1. Arahan penggunaan lahan yang sesuai dalam menjaga kelestariannya adalah menerapkan tindakan konservasi metode vegetatif dan metode mekanis. Pada lahan dengan tingkat bahaya erosi ringan (R) dan sedang (S) pemilihan dan pengaturan pola tanam, penanaman penutup tanah, penggunaan sisa tanaman sebagai mulsa, pada lahan tingkat bahaya erosi berat (B) dengan cara mengembangkan usaha tani tanaman tahunan (tanaman perkebunan dan tanaman industri), sedangkan pada lahan dengan tingkat bahaya erosi sangat berat (SB) tidak digunakan untuk lahan pertanian. Kata Kunci:Pengawasan Internal, Bank Aceh dan Penyaluran Kredit
Volume 1, No. 1, Mei 2013
- 24
Jurnal Konservasi Sumber Daya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala memiliki
PENDAHULUAN
Peningkatan
keragaman
morfologi
perbukitan
dan
aktivitas
pegunungan, sehingga proses-proses pengikisan
penduduk dalam rangka meningkatkan produksi
permukaan tanah oleh air hujan mengakibatkan
tanaman
erosi dan longsor berjalan intensif.
pertanian
terkait
erat
dengan
peningkatan kebutuhan terhadap lahan. Masalah tersebut
dapat
menyebabkan
Penduduk
di
Kecamatan
Lembah
terjadinya
Seulawah sebagian besar bermata pencaharian
pengeksploitasian lahan pertanian yang terus
sebagai petani dengan mengolah lahan di lereng
menerus tanpa memperhatikan kaedah-kaedah
perbukitan.Cara
konservasi, sehingga menyebabkan penurunan
kegiatan pertanian masih belum menerapkan
produktifitas lahan baik sifatnya sementara
kaidah konservasi tanah dan air.Areal tanaman
maupun tetap yang pada gilirannya akan
semusim yang digunakan oleh masyarakat di
berdampak pada perubahan ekosistem yang
Kecamatan Lembah Seulawah seluas 12.788 ha
mengarah ke degradasi lingkungan.
dan areal tanaman tahunan campuran seluas
pemanfaatan
lahan
untuk
Menurut FAO (1976 dalamArsyad, 2010)
2.975 ha (BPP Lembah Seulawah, 2010) yang
berdasarkan prioritas penanganan masalahnya,
tersebar di desa-desa yang ada di Kecamatan
penyebab terjadinya degradasi lahan dibagi ke
Lembah Seulawah.
dalam 3 kategori, yaitu : kategori pertama
Berdasarkan
kondisi
morfologis,
penyebabnya adalah erosi dan sedimentasi,
Kecamatan Lembah Seulawah sebagian besar
akumulasi garam/ basa/ bahan polutan, terjadi
berupa
pH yang luar biasa rendah, limbah bahan
lahannya
organik dan ancaman penyakit infeksi. Kategori
pertanian. Salah satu penyebab degradasi
dua disebabkan oleh limbah bahan anorganik
dipengaruhi oleh erosi oleh air hujan. Laju erosi
dari industri, pestisida, radioaktif, keracunan
akan menjadi lebih berbahaya apabila didukung
logam berat dan ancaman banjir dan kekeringan,
oleh hilangnya tutupan tanah, lahan berlereng
sementara untuk kategori tiga penyebabnya
dan panjang ketebalan olahan tanah sehingga
adalah proses penambangan, penggunaan pupuk
terangkutnya bahan organik yang ada di atas
yang salah, penggunaan air yang berkualitas
permukaan tanah oleh aliran permukaan (run
jelek,
off). Erosi adalah peristiwa terdispersinya
tercemar
deterjen
dan
amblesan
(subsidence). Kecamatan
daerah
perbukitan
dimanfaatkan
dan
mayoritas
untuk
kegiatan
agregat tanah kemudian terangkut ke tempat Seulawah
lain oleh aliran permukaan. Faktor yang
berdasarkan peta wilayah merupakan daerah
mempercepat proses terjadinya erosi adalah
rawan bencana khususnya di Kabupaten Aceh
kegiatan
Besar dan Kecamatan ini juga rentan terhadap
pertanian maupun kegiatan kehidupan lainnya
degradasi lahan berupa longsor dan erosi.
yang memanfaatkan sumberdaya alam secara
Secara makro Kecamatan Lembah Seulawah
tidak bertanggung jawab (Arsyad, 2010).
25 -
Lembah
Volume 1, No. 1, Mei 2013
manusia
dalam
usaha
produksi
Jurnal Konservasi Sumber Daya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Konservasi tanah adalah penempatan
sisa tanaman yang dapat menutup tanah), akan
setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang
menghindari butiran tanah untuk ikut terbawa
sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan
aliran
memperlakukannya sesuai dengan persyaratan
menjaga keadaan tanah agar resisten terhadap
yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan
penghacuran
tanah. Sifat fisika, kimia tanah dan keadaan
pengangkutan
topografi lapangan menentukan kemampuan
permukaan serta memperbesar daya tanah untuk
untuk suatu penggunaan dan perlakuan yang
menyerap air di permukaan tanah dan (c)
diperlukan.Untuk
tersebut
mengatur aliran permukaan agar mengalir
klasifikasi
dengan kecepatan yang tidak merusak dan
kemampuan lahan yang ditujukan untuk; (1)
memperbesar jumlah air yang terinfiltrasi ke
mencegah kerusakan tanah oleh erosi, (2)
dalam tanah (Arsyad, 2010).
dirumuskan
memperbaiki
penilaian
dalam
sistem
tanah
butir
tanah
dan
terhadap
oleh
aliran
mengalir searah lereng akan tetapi sejajar
tanah
secara
dengan arah garis kontur sehingga kecepatan
tanah
aliran permukaan menjadi kecil. Untuk lahan
tidaklah berarti penundaan penggunaan tanah
dengan nilai permeabilitas tanah cukup besar
atau pelarangan penggunaan tanah, tetapi
agar diupayakan sebanyak mungkin air hujan
menyesuaian macam penggunaannya dengan
terinfiltrasi ke dalam tanah sehingga jumlah
kemampuan tanah dan memberikan perlakuan
aliran
sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan,
berkurang.
karena
dan
butiran
dan
memelihara serta meningkatkan produktivitas
lestari.Oleh
rusak
memperbaiki
Usahakan agar aliran permukaan tidak
dapat
yang
(b)
(3)
agar
tanah
tanah
permukaan,
dipergunakan itu,
konservasi
agar dapat berfungsi secara lestari. Pengendalian
atau
pencegahan
permukaan
dan
erosi
lahan
akan
Prediksi jumlah tanah yang tererosi erosi
dihitung dengan menggunakan formula yang
(tindakan konservasi tanah) berarti menjaga
telah dikembangkan oleh Wischmeier dan
agar struktur tanah tidak terdispersi, yang dapat
Smith (1978 dalam Arsyad, 2010), yang dikenal
dilakukan dengan cara mengatur kekuatan
dengan metode USLE (Universal Soil Loss
gerak dan jumlah aliran permukaan. Beberapa
Equation).
usaha yang dilakukan untuk mengendalikan
Hasil dari kajian tersebut akan dituangkan
erosi, yaitu ; (a) menutup tanah dengan tumbuh-
kedalam peta bahaya erosi, berupa erosi aktual
tumbuhan dan tanaman atau sisa-sisa tanaman,
dan erosi potensial. Fungsi evaluasi degradasi
agar tanah terlindung dari daya rusak butir-butir
lahan adalah memberikan pengertian dan
hujan yang jatuh. Butir-butir hujan yang jatuh
pemahaman tentang hubungan antara kondisi
diusahakan tidak langsung mengenai tanah
lahan dan penggunaannya serta memberikan
sehingga tanah tidak terdispersi. Di samping itu
informasi
dengan adanya tanaman penutup tanah (sisa-
perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan
kepada
perencana
Volume 1, No. 1, Mei 2013
sebagai
- 26
Jurnal Konservasi Sumber Daya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala yang diharapkan dapat berhasil.
data hasil dan pembahasan, dan (5) penarikan kesimpulan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di empat desa di Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten
Tahap Persiapan Tahap persiapan meliputi pengumpulan data
Aceh Besar, yaitu Desa Suka Damai, Suka
sekunder
Mulia, Saree Aceh, dan Paya Kereuleh pada
penggunaan tanah, peta jenis tanah dan peta
ketinggian antara 101 - 672 meter di atas
lereng dengan skala 1 : 60.000, kemudian
permukaan laut.
ditumpang
Penelitian Desember
dilakukan
2011
sampai
berupa
peta
susunkan
administrasi,
(overlay)
peta
untuk
pada
bulan
mendapatkan keseragaman peubah pembentuk
dengan
Maret
satuan peta lahan.
Hasil tumpang susun
2012.Analisis tanah dilakukan di Laboratorium
tersebut diperoleh dua satuan peta lahan, yaitu
Penelitian
dan
SPL tanaman semusim dan SPL tanaman
Laboratorium Fisika Tanah dan Lingkungan
tahunan. Selanjutnya dilakukan cek lapang pada
Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala.
masing-masing SPL. Berdasarkan hasil cek
Tanah
dan
Tanaman
Bahan yang digunakan dalam penelitian
lapang ditetapkan TPL, yaitu keseragaman jenis
adalah;
peta
tanaman dan tingkat pengelolaan detil. TPL
penggunaan lahan, peta lereng, peta jenis tanah
tersebut digunakan sebagai tapak pengamatan
dan untuk jelasnya dapat dilihat pada lampiran
di lapangan. Pengamatan di lapangan untuk
5, 6, 7 dan 8 serta data curah hujan untuk
mendapatkan data yang dapat dipergunakan
wilayah
dalam analisis degradasi lahan.
ini
peta
lokasi
Kecamatan
penelitian,
Lembah
Seulawah
Kabupaten Aceh Besar. Sedangkan alat yang digunakan adalah alat tulis, abney level untuk mengukur
derjat
kemiringan
lahan,
GPS
(Global Positioning System) untuk menetukan posisi tipe penggunaan lahan (TPL) yang diamati di lapangan, ring sample untuk mendapatkan sampel tanah yang akan dianalisis di laboratorium, bor tanah, cangkul, parang, skop, kantong plastik, meteran dan alat-alat laboratorium yang diperlukan untuk analisis. Penelitian deskriptif
ini
menggunakan
berdasarkan
observasi
metode lapangan.
Secara garis besar penelitian dibagi atas lima tahap yaitu ; (1) persiapan, (2) pelaksanaan lapangan, (3) analisis laboratorium, (4) analisis 27 -
Volume 1, No. 1, Mei 2013
Tahap Pelaksanaan Lapangan Pengambilan sampel tanah di lapangan dilakukan
pada
setiap
TPL
yang
telah
ditentukan. Pada masing-masing TPL dilakukan pengamatan ; (1) penutupan dan penggunaan lahan detil, (2) pengelolaan dan penerapan metode konservasi, (3) pengambilan contoh tanah utuh (menggunakan ring sample) untuk keperluan
analisis
sifat-sifat
fisika
tanah
(permeabilitas), pengambilan contoh tanah terganggu untuk analisis tekstur dan kandungan bahan
organik
untuk
memperoleh
nilai
erodibiltas tanah (K). Semua sampel tanah yang diambil kemudian dianalisis di laboratorium
Jurnal Konservasi Sumber Daya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala dan (4) data curah hujan yang diperoleh dari
pada masing-masing TPL.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (Stasiun Klimatologi Indrapuri).
Prediksi Erosi Prediksi jumlah tanah yang tererosi
Tahap Analisis Laboratorium
dihitung dengan menggunakan formula yang
Analisis laboratorium dilakukan terhadap sifat-sifat fisika tanah adalah tekstur tanah (fraksi;
pasir,
debu,
liat;
metode
pipet/
hydrometer), permeabilitas (permeameter) dan kandungan
bahan
organik tanah
telah dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith (1978) dalam Arsyad, (2010), yang dikenal dengan metode USLE (Universal Soil Loss Equation).
(metode
Walkley dan Black), sedangkan struktur tanah
Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi
diamati langsung di lapangan.
Tingkat bahaya erosi didapatkan dari hasil perhitungan nisbah antara laju erosi tanah
Tahap Analisa Data Hasil dan Pembahasan Data hasil analisis tanah di laboratorium diolah untuk memperoleh nilai yang diperlukan untuk penetapan tingkat degradasi lahan akibat erosi. Selain itu juga digunakan juga hasil pengamatan lapangan yang kemudian disajikan dan dibahas berdasarkan TPL.
potensial (A) dengan laju erosi yang masih dapat ditoleransi (TSL) pada masing-masing TPL. Laju erosi yang masih dapat ditoleransi ditentukan berdasarkan sifat tanah dan subtrata yang disampaikan Arsyad (2010). Klasifikasi kelas tingkat bahaya erosi dikelompokkan dalam kelas Sangat Ringan (SR), Ringan (R),
Pengamatan Teknik
Sedang (S), Berat (B) dan Sangat Berat (SB). pengolahan
tanah
yang
diterapkan:
Persamaan yang digunakan mengelompokkan berbagai parameter fisik dan pengelolaan yang
Pengumpulan data dilakukan melalui survai lapang. Pengamatan dilakukan setiap TPL untuk memperoleh data skunder dengan
mempengaruhi laju erosi kedalam enam peubah utama yang nilainya untuk setiap tempat dapat dinyatakan secara numerik.
tujuan mengetahui seberapa jauh pelaksanaan pengelolaan tanah dan usaha konservasi.
Evaluasi Degradasi Lahan Menurut
Teknologi
konservasi
dalam
usaha
pengawetan tanah Data terhadap teknologi konservasi yang digunakan dalam usaha pengawetan tanah dan air diperoleh melalui pengamatan langsung
Alibasyah
(1996)
bentuk
degradasi tanah yang terpenting di Kawasan Asia antara lain adalah adanya erosi tanah, degradasi sifat kimia berupa penurunan bahan organik tanah dan pencucian unsur hara. Degradasi tanah akibat erosi permukaan telah Volume 1, No. 1, Mei 2013
- 28
Jurnal Konservasi Sumber Daya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala berlangsung sangat intensif dan meluas di
sebanyak 4 TPL yang dijadikan sebagai titik
Indonesia terutama di wilayah perkotaan pada
pengambilan sampel. Deskripsi dari masing-
lahan dengan perubahan ulang.
masing TPL dapat dilihat pada Tabel 1.
Arahan Penggunaan Lahan
Tabel 1. Deskripsi TPL di Lokasi Penelitian Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar
Arahan penggunaan lahan dilakukan berdasarkan
pertimbangan
kondisi
tingkat
bahaya erosi (TBE) untuk masing-masing TPL.
SP L
Penentuan dilakukan dengan arahan upaya
TP L
Keleren gan (%)
Jenis Tanah
Penggun aan Lahan
Luas (Ha)
Pengelol aan Lahan
1
48
Ultisol
kebun pisang
45,0 3
TB
2
Aug-15
Ultisol
semak belukar
658, 06
TTK
3
25-40
Ultisol
kebun pisang
241, 94
TTK.
menggunakan teknik konservasi tanah pada
4
25-40
Incepti sol
kacang tanah
lahan hutan dengan fungsi budidaya tanaman
5
03-Aug
Ultisol
Jagung
29,1 3 779, 91 36,4 2 74,5 8
pengelolaan tanaman dan tindakan konservasi yang sesuai, dilakukan dengan memperbaiki nilai CP. Penentuan juga dilakukan dengan
1
tahunan yang dinyatakan oleh Dephut (1986
6
03-Aug
Ultisol
dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001).
7
03-Aug
Ultisol
8
03-Aug
Ultisol
padi sawah padang rumput
2
HASIL PEMBAHASAN
kebun campura n
753, 81
TB B T TTK TTK
Deskripsi Hasil pengamatan lapangan bahwa di
Sumber : Hasil Analisis (2012)
lokasi penelitian dijumpai dua jenis tanah yaitu
*)TB=Teras bangku, TTK =Tanpa tindakan
Ultisol
konservasi, B=bedengan, T=Terrasering.
dan
Inceptisol,
masing-masing
penggunaan lahan untuk tanaman semusim (SPL
1)
seluas
1.865,07
dan
tanaman
SPL 1 terdiri dari TPL 1 dengan
tahunan/kebun campuran (SPL 2) seluas 753,81
kelerengan
dengan kelerengan lahan berkisar 3-48 %.
penggunaan lahan untuk kebun pisang seluas
48
%,
jenis
tanah
Ultisol,
Dari dua SPL yang terbentuk masing-
45,03 ha dan pengelolaan lahan teras bangku,
masing ditetapkan (Tipe Penggunaan Lahan)
TPL 2 dengan kelerengan 8-15 %, jenis tanah
TPL.TPL ini di dasarkan pada hasil pengamatan
Ultisol, penggunaan lahan untuk semak belukar
lapangan terhadap jenis tanaman, tingkat
seluas 658,06 ha dan tanpa pengelolaan lahan
kelerengan, jenis tanah dan pengelolaan lahan.
TPL 3 dengan kelerengan 25-40 %, jenis tanah
Terdapat delapan TPL, yaitu pada lereng 48 %
Ultisol, penggunaan lahan untuk kebun pisang
sebanyak 1 TPL, pada lereng 8-15 % sebanyak
seluas 241,94 ha dan tanpa pengelolaan lahan,
1 TPL pengamatan, pada lereng 25-40 %
TPL 4 dengan kelerengan 25-40 %, jenis tanah
sebanyak 2 TPL dan pada lereng 3-8 %
Inceptisol, penggunaan lahan untuk kacang
29 -
Volume 1, No. 1, Mei 2013
Jurnal Konservasi Sumber Daya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala tanah seluas 29,13 ha dan pengelolaan lahan
25-40 %) dengan penggunaan lahan untuk
telah membuat teras bangku, TPL 5 dengan
kacang tanah dengan tehnik konservasinya
kelerengan
Ultisol,
pembuatan teras bangku dan TPL 6 (lereng 3-
penggunaan lahan untuk jagung seluas 779,91
8 %) penggunaan lahan untuk padi sawah
ha dan pengelolaan lahan telah membuat
dengan
bedengan, TPL 6 dengan kelerengan 3-8 %,
terrassering.
3-8
%,
jenis
tanah
jenis tanah Ultisol, penggunaan lahan untuk
kelerengan
3-8
%,
jenis
tanah
Ultisol,
penggunaan lahan untuk padang rumput/ semak belukar seluas 74,58 ha dan tanpa pengelolaan lahan, sementara SPL 2 pada TPL 8 dengan kelerengan
3-8
%,
jenis
tanah
seluas 753,81 ha dan tanpa pengelolaan lahan.
pembuatan
Erosi merupakan kejadian alami dimuka bumi ini, akan tetapi karena pengaruh manusia kejadian erosi menjadi lebih besar dari keadaan alaminya pada daerah-daerah tertentu seperti di Daerah Tangkapan Air (DTA) bisa diprediksi dengan menggunakan metode USLE
Ultisol
penggunaan lahan untuk kebun campuran
konservasi
Prediksi Erosi
padi sawah seluas 36,42 ha dan pengelolaan lahan telah membuat teras datar, TPL 7 dengan
tehnik
Indeks erosivitas hujan (R) dihitung berdasarkan
persamaan
(6)
diperoleh
1.358,36.Data digunakan adalah data curah hujan pada tahun 2002-2011 selama 10
Teknik Pengolahan Tanah yang Diterapkan Hasil pengamatan lapang menunjukkan bahwa tehnik pengolahan tanah yang diterapkan petani sangat beragam, pada areal dengan penggunaan untuk tanaman semusim tehnik pengolahan tanah secara konvensional dan
(sepuluh) tahun, yang telah mewakili lokasi penelitian.BMG Indrapuri memperoleh data dari alat penakar hujan yang ada dan tercatat di wilayah penelitian yaitu Kecamatan Lembah Seulawah, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 15.
pembuatan teras bangku, bedengan, terrasering dan tanpa pengolahan tanah.
Indeks Erosivitas Hujan Metode USLE umum digunakan untuk
Teknologi
Konservasi
dalam
Usaha
Pengawetan Tanah Hasil pengamatan lapang menunjukkan
memperediksi laju erosi yang disebabkan oleh air hujan dan aliran permukaan.Wischmeier (1976).
bahwa penerapan tehnologi konservasi untuk mencegah erosi telah dilakukan pada lahan
Tabel 2.
yang telah digunakan untuk tanaman musiman. Pada TPL 1 (lereng 48 %), penggunaan lahan
Rata-rata curah hujan Tahun 2002 s/d 2011 untuk penetuan Nilai Erosivitas (R) Hujan
untuk tanaman pisang dengan tehnik konservasi
No
Tahun
HH
CH (mm)
CH Maks
R
tanah pembuatan teras bangku. TPL 4 (lereng
1
2002
159
1.709,90
4,70
1.675,06
Volume 1, No. 1, Mei 2013
- 30
Jurnal Konservasi Sumber Daya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 2
2003
161
1.548,40
4,30
1.401,22
Hasil analisis sampel tanah di laboratorium
3
2004
164
1.908,80
5,30
1.999,23
guna memperoleh nilai K tertera pada masing-
4
2005
157
1.528,80
4,20
1.386,80
5
2006
159
1.083,70
3,00
757,53
6
2007
154
1.247,00
3,50
981,73
7
2008
165
1.666,00
4,60
1.573,31
8
2009
147
1.376,30
3,80
1.191,35
9
2010
150
1.318,30
3,70
1.094,91
10
2011
149
1.563,90
4,30
1.522,51
1.556
14.951,10
41,53
13.583,60
Jumlah Rata-rata
13,00
155,60
4,15
masing TPL disajikan pada Tabel 3. Tabel 3.
SPL
Nilai Indek Erodibilitas Tanah pada Masing-masing TPL TPL
Nilai K
Kelas Kepekaan Erosi
1
0,319
Sedang
2
0,397
Agak tinggi
3
0,282
Sedang
4
0,444
Tinggi
5
0,416
Tinggi
6
0,520
Tinggi
7
0,553
Sangat tinggi
8
0,414
Tinggi
1
1.358,36
Sumber :Badan Meteorologi dan Geofisika (Stasiun Klimatologi
Indrapuri)
dan
Hasil 2
Perhitungan (2012)
Sumber : Hasil Analisis (2012) Nilai Erodibilitas Tanah Resistensi tanah terhadap pengikisan dan transportasi partikel-partikel tanah oleh energi kinetik air hujan ditunjukkan oleh nilai indeks erodibilitas tanah. Nilai erodibilitas tanah (K) dihitung dengan menggunakan persamaan :
Tabel
3
menunjukkan
bahwa
nilai
erodibilitas tanah (K) terendah masing-masing terdapat pada TPL 1 dan 3 yaitu 0,319 dan 0,282 dengan katagori sedang dan nilai indeks erodibilitas tanah (K) terbesar terdapat pada
100 K= 1.292 [2.1 M1.14 (10-4)(12-a)+3.25 (b-
TPL
7 yaitu 0,553 dengan kategori sangat
2)+2.5(c-3)]
tinggi. Tingginya erodibilitas ini disebabkan oleh tingginya fraksi debu yaitu 73 %. Dariah et.al, (2004), debu merupakan
Dimana : K =Faktor erodibilitas tanah
fraksi tanah yang paling mudah tererosi, karena
M =Parameter ukuran butir yang diperoleh
selain mempunyai ukuran yang relatif halus,
dari : (% debu - % pasir sangat halus) (100
fraksi ini juga tidak mempunyai kemampuan
- % liat), % pasir sangat halus = 30 % dari
untuk membentuk ikatan (tanpa adanya bantuan
pasir (Sinukaban,1989)
bahan perekat), karena tidak mempunyai muatan sehingga mudah dihancurkan oleh
a = Persentase bahan organic b = Indeks struktur tanah c = Indeks permeabilitas tanah.
energi hujan. Penelitian Wischmeier dan Mannering (1969), Morgan (1979), menunjukkan bahwa pasir halus dan debu merupakan partikel-
31 -
Volume 1, No. 1, Mei 2013
Jurnal Konservasi Sumber Daya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala partikel tanah yang berpengaruh pada kepekaan
1
48
122
30,40
tanah terhadap erosi. Tanah akan lebih mudah
2
12,50
152
4,30
3
14
300
17,67
4
14
76
4,05
tererosi, apabila mempunyai kandungan debu 1
lebih tinggi disertai dengan bahan organik
5
3
274
0,55
rendah, dan tanah dengan kandungan debu 40-
6
3
274
0,55
60% sangat peka terhadap erosi. Selain itu,
7
4
152
0,76
8
4
152
0,76
permeabilitas lambat, dan relatif rendahnya
2
bahan organik tanah diperkirakan merupakan Sumber : Hasil Analisis (2012)
penyebab tingginya erodibilitas.
Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng
Pengelolaan Tanaman (C) dan Tanah (P) Penentuan kedua nilai tersebut dilakukan
(LS) Nilai faktor panjang dan kemiringan lereng
(LS)
pada
masing-masing
TPL
ditentukan berdasarkan kelas kemiringan lereng dan faktor LS. Untuk menghitung nilai
LS
menggunakan persamaan (8) dan (9) dan sesuai dengan tabel panjang dan gradien kemiringan lereng (Goldmand et al, 1986 dalam Asdak,
di lapangan.Nilai C didasarkan pada identifikasi jenis penggunaan lahan untuk pengelolaan tanaman dan nilai P ditentukan dengan melihat ada tidaknya tindakan pengelolaan tanah.Hasil pengamatan terdapat sebagian lahan belum dimanfaatkan dan hanya ditumbuhi semak belukar. Penggunaan untuk tanaman semusim
2007). Hasil pengamatan lapangan terhadap nilai LS yang dihitung berdasarkan rumus diperoleh nilai LS tertinggi terdapat pada TPL 1 dengan kemiringan 40% maka nilai LS yaitu sebesar 30,4. Sedangkan nilai LS terendah dijumpai pada TPL 5 dan 6 dengan kemiringan lereng sebesar 0-3 %, sehingga faktor LS adalah 0,55. Nilai faktor panjang dan kemiringan lereng
maupun
tanaman
tahunan
sebagian
telah
diterapkannya tindakan konservasi seperti teras bangku pada tanaman pisang dan penanaman dalam
barisan
(tanaman
terrassering
pada
pengelolaan
tanaman
campuran)
tanaman (C)
padi. dan
dan Nilai
tindakan
pengelolaan tanah (P) pada masing-masing TPL dilihat pada Tabel 5 dan 6.
(LS) pada masing-masing TPL disajikan pada Tabel 5.
Tabel 4.
Tabel 4.
Nilai LS berdasarkan panjang dan gradien kemiringan lereng Goldmand et.al, 1986)
SPL
1 Kelerengan SPL
Panjang lereng (m)
TPL S (%)
Nilai LS
Nilai Faktor Pengelolaan Tanaman (C) berdasarkan Arsyad (2010)
TPL 1 2 3 4 5
Macam Penggunaan Kebun pisang Semak belukar kebun pisang Kacang Tanah Jagung
Nilai faktor C 0.6 0,30 0.6 0,20 0,70
Volume 1, No. 1, Mei 2013
- 32
Jurnal Konservasi Sumber Daya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 6 7 8
2
Padi Semak belukar Kebun campuran
0,56 0,30 0,20
Erosi Aktual dan Potensial Erosi
aktual
diperoleh
dengan
menggunakan persamaan USLE (Universal Soil Loss Equation) yaitu : A = R. K. L. S. C. P.
Sumber : Hasil Analisis (2012) Tabel 6.
Erosi ini diprediksi dalam keadaan yang
Nilai Faktor Pengelolaan Lahan (P)
sebenarnya terjadi di lapangan yaitu dengan
berdasarkan Arsyad (2010)
melihat kondisi tanah yang telah dikelola dan SPL
TPL 1 2 3
1
4 5 6 7 8
2
Nilai Faktor P
Tindakan Khusus Teras bangku dengan kontruksi kurang baik Tanpa Tindakan Konservasi Tanpa Tindakan Konservasi Teras bangku dengan kontruksi kurang baik Tanpa Tindakan Konservasi Terrassering Tanpa Tindakan Konservasi Tanpa Tindakan Konservasi
ada atau tidaknya tindakan pengelolaan tanah. Sedangkan erosi potensial diperoleh dengan
0.35
menghitung besarnya nilai A = R. K. L.S, tanpa
1,00 1,00
memasukkan nilai pengelolaan tanaman (C) dan
0.35
pengelolaan tanah (P), untuk jelasnya dapat
1,00 0,04 1,00 1,00
dilihat pada Tabel 7.
Sumber : Hasil Analisis (2012) Tabel 7.
Nilai Erosi Aktual dan Potensial yang Terjadi di Lokasi Penelitian pada Masing-masing Tipe Penggunaan Lahan (TPL)
SPL
1
2
TPL
R
K
L.S
CP
Erosi Aktual
ton/ha/th
Erosi Potensial ton/ha/th
1
1.358,36
0,31
30,40
0,21
2.766,29
13.172,83
2
1.358,36
0,39
4,30
0,30
695,65
2.318,86
3
1.358,36
0,28
17,67
0,60
4.061,17
6.768,63
4
1.358,36
0,44
4,05
0,07
170,98
2.442,60
5
1.358,36
0,41
0,55
0,70
217,55
310,79
6
1.358,36
0,52
0,55
0,02
8,71
388,49
7
1.358,36
0,55
0,76
0,30
171,26
570,89
8
1.358,36
0,41
0,76
0,20
85,47
427,39
Sumber : Data analisis 2012 dijumpai pada TPL 3 yaitu sebesar 4.061,176 Tabel 7 menunjukkan bahwa erosi aktual
ton ha-1 th-1 dan TPL 1 2.766,295 ton ha-1 th-1.
dan potensial yang terjadi di lokasi penelitian
Faktor penyebab utama terjadinya erosi aktual
sangat beragam dan tergantung pada faktor-
pada TPL 3 adalah karena nilai CP yang tinggi
faktor
(0,60) akibat dari pola penggunaan lahan kebun
yang
lebih
dominan
dalam
mempengaruhi erosi. Erosi aktual terbesar 33 -
Volume 1, No. 1, Mei 2013
pisang
yang
tidak
menerapkan
kaidah
Jurnal Konservasi Sumber Daya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala konservasi
pada
lahan
yang
mempunyai
dengan persamaan 10 yaitu: TBE = A/ TLS.
kelerengan 27 %. Pada TPL 1, sesuai penyebab
Dimana A= Laju erosi tanah (ton thn-1) dan
utama terjadi erosi aktual adalah tingginya nilai
TLS = Laju erosi yang masih dapat di toleransi
LS yaitu 30,4 (kategori sangat tinggi). Besarnya
(tonthn-1). Dengan sifat tanah dan substrata
nilai erodibilitas pada tapak
pengamatan ini
pada TPL 1,2 dan 7 adalah tanah kedalaman
juga disebabkan oleh tingginya kandungan debu
dangkal (<5 cm), maka besarnya erosi yang
yaitu 46%.
yang masih dapat ditoleransikan masing-masing
Tabel 7 juga menunjukkan bahwa erosi
sebesar 9,6 ton ha-1th-1 dan pada TPL 4,5,6 dan
potensial dijumpai TPL 2 dan 4 masing-masing
8 adalah tanah kedalamansedang (50-90 cm)
2.318,86, 2.442,60 ton ha-1 th-1 dan yang
maka besarnya erosi yang yang masih dapat
tertinggi pada TPL 1 dan 3 masing-masing
ditoleransikan masingmasing sebesar 14,4 ton
-1
-1
sebesar 13.172,85 ton ha th dan 6.768,63 ton
ha-1 th-1 sedangkan pada TPL 3 dengan tanah
ha-1 th-1. Faktor utama besarnya potensi erosi
kedalamandalam (>90 cm) permeabilitas cepat
adalah karena nilai LS masing-masing sebesar
maka besarnya erosi yang yang masih dapat
30.4 dan 17,67 tergolong sangat tinggi.
ditoleransikan adalah 30 ton ha-1 th-1 (Tabel 8).
Hudson (1978) menyatakan bahwa selain sifat fisik tanah, faktor pengelolaan terhadap tanah sangat berpengaruh terhadap tingkat
Tabel 8.
Tingkat Bahaya Erosi pada masingmasing Type Penggunaan Lahan
erodibilitas suatu tanah.Hal ini berhubungan dengan
adanya
pengaruh
dari
(TPL) di Lokasi Penelitian
faktor Potensial (A)
TLS
TBE
(ton ha-1 th1 )
(ton ha-1 th-1)
(ton ha-1 th-1)
1
13.172,83
9,60
1.372,17
2
2.318,86
9,60
241.55
3
6.768,63
30,00
225,62
4
2.442,60
14,40
169,63
5
310,79
14,40
21,58
6
388,49
14,40
16,19
7
570,89
9,60
59,47
8
427,39
14,40
29,68
pengelolaan tanah terhadap sifat-sifat tanah. Seperti yang ditunjukkan oleh hasil penelitian
SPL
TPL
Rachman et al. (2003), bahwa pengelolaan tanah dan tanaman yang mengakumulasi sisasisa
tanaman
berpengaruh
baik
terhadap
kualitas tanah, yaitu terjadinya perbaikan
1
stabilitas agregat tanah, ketahanan tanah (shear strength)
dan
terhadap
daya
resistensi/daya perusak
tahan
tanah
butir-butir
hujan
2
(detachment).
Tingkat Bahaya Erosi
Sumber : Hasil analisis (2012)
Tingkat bahaya erosi yang merupakan rasio antara laju erosi tanah dengan laju erosi yang masih dapat ditoleransi, dapat dihitung
Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi Klasifikasi tingkat bahaya erosi yang Volume 1, No. 1, Mei 2013
- 34
Jurnal Konservasi Sumber Daya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala terjadi pada masing-masing TPL diperoleh
dengan kategori berat dan sangat berat, ini perlu
dengan mengetahui tingkat kehilangan tanah
agar masa yang akan datang erosi yang terjadi
(ton ha
-1
-1
th ) akibat erosi dan dibandingkan
tidak
semakin
besar,
terutama
fakor
dengan ketentuan klasifikasi tingkat bahaya
pengelolaan tanaman dan tindakan konservasi.
erosi
Widiatmaka
Asdak (1995), menyatakan bahwa komponen
(2001).Klasifikasi tingkat bahaya erosi pada
yang dapat diubah untuk mencegah erosi adalah
lokasi penelitian disajikan pada Tabel 9.
faktor pengelolaan tanaman (C), pengelolaan
Hardjowigeno
dan
tanah (P), dan faktor topografi (LS), sedangkan nilai erodibilitas (K) umumnya Tabel 9.
Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi di Lokasi
Penelitian
masing
Type
pada
Masing-
Penggunaan
Lahan
konstan kendati dapat berubah tergantung struktur tanah, tekstur tanah, bahan organik dan permeabilitas.
(TPL) Tanah hilang SPL
TPL
Kelas
Kategori
Evaluasi Degradasi Lahan
-1
(ton th )
1
2
dianggap
Tanah yang mengalami kerusakan baik
1
1.372,17
5
Sangat berat
2
241.55
4
Berat
3
225,62
4
Berat
4
169,63
3
Sedang
produksi padi mencapai sekitar 22% pada lahan
5
21,58
2
Ringan
semi kritis, 32 % pada lahan kritis, dan
6
16,19
2
Ringan
diperkirakan sekitar 38% pada lahan sangat
7
59,47
2
Ringan
8
29,68
2
Ringan
Sumber : Hasil Analisis (2012)
kerusakan karena sifat fisik, kimia dan maupun biologi memiliki pengaruh terhadap penurunan
kritis.
Sedangkan
untuk
kacang
tanah
mengalami penurunan sekitar 9%, 46%, 58% masing-masing pada tanah semi kritis, kritis dan tanah yang sangat kritis (Alibasyah, 1996).
Tabel 9 menunjukkan bahwa terdapat 4 klasifikasi tingkat bahaya erosi yaitu tingkat
Arahan Penggunaan Lahan
bahaya erosi ringan (R) masing-masing terdapat pada TPL 6, TPL 5, TPL 8 dan TPL 7 dan klasifikasi tingkat bahaya erosi sedang (S) terdapat pada TPL 4, sedangkan klasifikasi tingkat bahaya erosi berat (B) TPL 3 dan 2 dan klasifikasi tingkat bahaya erosi sangat berat (SB) TPL 1. Penurunan nilai erosi dan TBE pada lokasi penelitian perlu dilakukan terutama 35 -
Volume 1, No. 1, Mei 2013
Berdasarkan hasil analisis parameter erosi dan tingkat bahaya erosi (TBE) yang terjadi pada masing-masing TPL, menunjukkan bahwa faktor penyebab terjadinya erosi meliputi pola penggunaan lahan, tindakan pengelolaan tanah, nilai erodiblitas, sehingga penting dilakukan perubahan tehadap faktor penyebab tersebut. Pola
pengelolaan
tanaman
dan
tindakan
konservasi yang dianggap sesuai diterapkan
Jurnal Konservasi Sumber Daya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala pada masing-masing tapak pengamatan dalam
pengelolaan lahan dengan cara pemilihan dan
kelompok TPL.
pengaturan pola tanam, penanaman penutup tanah,
penggunaan
tanaman/sisa
tanaman
sebagai mulsa, teras bangku disertai pembuatan
Tingkat Bahaya Erosi Ringan (R) Tingkat bahaya erosi ringan (R) masing-
rorak, hal ini selaras seperti yang disampaikan
masing terdapat pada TPL 5 dan 6, dengan
oleh Dariah
faktor LS masing-masing 0,55. Arahan yang
organik yang masih berbentuk serasah, seperti
tepat untuk pengggunaan lahan dan tindakan
daun ranting dan lainnya yang belum hancur
konservasi
metode
yang menutupi permukaan tanah, merupakan
vegetatif, TPL 7 dan 8 dengan faktor LS
pelindung tanah terhadap kekuatan perusak
masing-masing 0,55 dan 0,76 (padang rumput/
butir-butir hujan yang jatuh. Bahan organik
lahan terbuka/ dan kebun campuran) sebaiknya
tersebut juga menghambat aliran permukaan,
dilakukan
dan
sehingga kecepatan alirannya lebih lambat dan
penggunaan tanaman/ sisa tanaman sebagai
relatif tidak merusak. Bahan organik yang
mulsa sehingga menurunkan nilai erodibilitas
sudah
dan CP.
kemampuan menyerap dan menahan air yang
adalah
menggunakan
penanaman
Penggunaan
tumpang
pelapukan
mempunyai
tingi, sampai dua-tiga kali berat keringnya akan
8
tetapi kemampuan menyerap air ini hanya
direkomendasikan penambahan jumlah tanaman
merupakan faktor kecil dalam mempengaruhi
yang di tanam secara baris sehingga kerapatan
kecepatan aliran permukaan. Pengaruh utama
tinggi dan mengurangi tumbukan air hujan
bahan organik adalah memperlambat aliran
secara langsung pada tanah.Pada lahan dengan
permukaan,
penggunaan tanaman tahunan arahan teknik
memantapkan agregat tanah (Asyad, 2010).
konservasi
penanaman
Wischmeier dan Mannering (1969) menyatakan
menurut kontur, penanaman baris, kebun
bahwa energi yang dibutuhkan untuk memulai
campuran (Arsyad, 2010).
aliran
tahunan
sebagai
mengalami
kebun
campuran
lahan
sari
et al, (2004) bahwa bahan
pada
TPL
yang tepat adalah
meningkatkan
permukaan
infiltrasi
semakin
dan
infiltrasi
mengakhiri meningkat
dan
proses dengan
bertambahnya kandungan bahan organik. (BO)
Tingkat Bahaya Erosi Sedang (S) Tingkat bahaya erosi sedang dijumpai
sebanyak 3,44
meskipun pola pengelolaan
pada TPL 4, faktor dominan yang menyebabkan
lahan memiliki nilai tinggi (CP 0,21), arahan
terjadinya erosi adalah LS (4,05) dan tingginya
pengelolaan lahan dengan cara pemilihan dan
fraksi debu (54 %) (hasil analisis laboratorium)
pengaturan pola tanam, penanaman penutup
dengan
tanah,
kandungan
sebanyak 3,44
bahan
organik
(BO)
penggunaan
tanaman/sisa
tanaman
meskipun pola pengelolaan
sebagai mulsa, teras bangku disertai pembuatan
lahan memiliki nilai tinggi (CP 0,21), arahan
rorak, hal ini selaras seperti yang disampaikan Volume 1, No. 1, Mei 2013
- 36
Jurnal Konservasi Sumber Daya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala oleh Dariah et al, (2004) bahwa bahan organik
ukuran yang relatif halus, fraksi ini juga tidak
yang masih berbentuk serasah, seperti daun
mempunyai ikatan (tanpa adanya bantuan bahan
ranting dan lainnya yang belum hancur yang
perekat/pengikat) karena tidak mempunyai
menutupi
merupakan
muatan. Berbeda dengan debu, liat meskipun
pelindung tanah terhadap kekuatan perusak
merupakan ukuran yang sangat halus, namun
butir-butir hujan yang jatuh. Bahan organik
karena mempunyai muatan, maka fraksi ini
tersebut juga menghambat aliran permukaan,
dapat membentuk ikatan.Tanah-tanah bertekstur
sehingga kecepatan alirannya lebih lambat dan
halus (didominasi liat) umumnya bersifat
relatif tidak merusak. Bahan organik yang
kohesif dan sulit
sudah
mempunyai
demikian bila kekuatan curah hujan atau aliran
kemampuan menyerap dan menahan air yang
permukaan mampu menghancurkan ikatan antar
tingi, sampai dua-tiga kali berat keringnya akan
partikelnya maka akan timbul sedimen bahan
tetapi kemampuan menyerap air ini hanya
tersuspensi yang mudah untuk terangkut atau
merupakan faktor kecil dalam mempengaruhi
terbawa aliran permukaan.Arahan konservasi
kecepatan aliran permukaan. Pengaruh utama
yang dianggap cocok untuk TPL 2 dan 3 adalah
bahan organik adalah memperlambat aliran
dengan pengembangan usaha tani tanaman
permukaan,
tahunan (tanaman perkebunan dan tanaman
permukaan
mengalami
tanah,
pelapukan
meningkatkan
infiltrasi
dan
hal
dihancurkan. Walaupun
memantapkan agregat tanah (Asyad, 2010).
industri),
ini
selaras
Wischmeier dan Mannering (1969) menyatakan
disampaikan oleh Asdak (2007).
seperti
yang
bahwa energi yang dibutuhkan untuk memulai aliran
permukaan
infiltrasi
semakin
dan
mengakhiri meningkat
proses dengan
bertambahnya kandungan bahan organik.
Tingkat Bahaya Erosi Sangat Berat (SB) Tingkat
bahaya
erosi
sangat
berat
dijumpai pada TPL 1 penyebab utamanya adalah faktor tingginya fraksi debu (46 %),
Tingkat Bahaya Erosi Berat (B)
rendahnya bahan organik (4,01), perbeabilitas
Tingkat bahaya erosi berat dijumpai pada
cepat, LS tinggi (30,4) dan CP rendah (0,21).
TPL 2 dan 3 penyebabnya adalah faktor
TPL 1 ini tidak layak digunakan untuk lahan
erodibilitas yang tinggi juga dipengaruhi oleh
pertanian,
pola penggunaan lahan kebun pisang dengan
disampaikan oleh Asdak (2007) yaitu lahan
kerapatan sedang (0.20), fraksi debu tinggi
dengan tingkat kelerengan > 45 % hanya boleh
yaitu masing-masing 54 dan 40 % (hasil
digunakan untuk hutan lindung. Dariah et al,
analisis laboratorium), hal ini selaras seperti
(2004) menambahkan bahwa suatu tanah yang
yang disampaikan Meyer dan Harmon (1984)
mempunyai erodibilitas rendah mungkin saja
debu merupakan fraksi tanah yang paling
mengalami erosi yang berat jika tanah tersebut
mudah tererosi karena selain mempunyai
terdapat pada lereng curam dan panjang, serta
37 -
Volume 1, No. 1, Mei 2013
hal
ini
selaras
seperti
yang
Jurnal Konservasi Sumber Daya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala curah hujan dengan intensitas hujan yang selalu
sebagai mulsa, pergiliran tanaman baik
tinggi. Sebaliknya suatu tanah yang mempunyai
legum atau tanaman pangan lainnya dan
erodibilitas tinggi, mungkin memperlihatkan
penggunaan mulsa yang berasal dari sisa
gejala erosi yang yang ringan atau tidak sama
tanaman dan penambahan jumlah tanaman
sekali bila terdapat pada lereng yang landai,
yang di tanam secara baris sehingga
dengan penutupan vegetasi baik dan curah
kerapatan tinggi dan penerapan sistim
hujan berintensitas rendah
penanaman tumpang sari. Lahan yang kelas tingkat bahaya erosinya sedang (S) dengan
KESIMPULAN
Dari
cara pemilihan dan pengaturan pola tanam,
hasil
penelitian
di
kawasan
penanaman
tanaman
penutup
tanah,
Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh
penggunaaan tanaman/ sisa tanaman sebagai
Besar menunjukkan bahwa:
mulsa, Sedangkan pada tanaman tahunan
1. Telah terjadi degradasi lahan akibat erosi
arahan teknik konservasi yang tepat adalah
maupun
dengan pembuatan teras datar penanaman
tanaman tahunan, dimana erosi aktual
menurut kontur dan penanaman baris, pada
terbesar dijumpai pada SPL 1 (TPL 3) yaitu
TPL 4 pemilihan
sebesar 4.061,176 ton ha-1 th-1, TPL 1
tanam,
sebesar (2.766,295 tonha-1th-1). Sedangkan
penggunaan tanaman/ sisa tanaman sebagai
erosi potensial tertinggi dijumpai pada SPL
mulsa, teras bangku disertai pembuatan
1 (TPL 1) yaitu 13.172,83 ton ha-1 th-1, (TPL
rorak. Pada lahan kelas tingkat bahaya erosi
3) 6.768,63 ton ha-1 th-1 dan TPL 4 dan 2
berat (B) arahan penggunaan lahannya untuk
ton ha-1 th-
pengembangan usaha tani tanaman tahunan
baik
pada
tanaman
semusim
masing-masing 2.442,60 1
2.318,86 ton ha-1 th-1
dan
penanaman
pengaturan penutup
pola tanah,
(tanaman perkebunan dan tanaman industri).
2. Terdapat 4 kelas tingkat bahaya erosi yaitu DAFTAR KEPUSTAKAAN
tingkat bahaya erosi ringan (R) masingmasing terdapat pada TPL 5, 6, 7 dan 8, tingkat bahaya erosi sedang (S) pada TPL 4, tingkat bahaya erosi berat (B) (TPL 2 dan 3) dan kategori tingkat bahaya erosi sangat berat (SB) terdapat pada TPL 1. 3. Lahan yang kelas tingkat bahaya erosinya ringan (R), maka arahan penggunaan lahan dapat dilakukan dengan pemilihan dan pengaturan pola tanam, penanaman penutup tanah, penggunaan tanaman/sisa tanaman
Anonimous, 2010.Laporan Tahunan. Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar Anonimous, 2012.Peningkatan Kemampuan Pengamat Stasiun Meteorologi Pertanian Khusus (SMPK). Alibasyah, R.,1996. Pengolahan Tanah Konservasi untuk Menunjang Pertanian Berkelanjutan pada Lahan Kritis.Topik Khusus dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi S-3. Bandung: Fakultas Pascasarjana. Universitas Padjajaran. Arsyad, S., 2010. Konservasi Tanah dan Air.Bogor: IPB Press. Asdak, C., 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.Yogyakarta Gajah Mada
Volume 1, No. 1, Mei 2013
- 38
Jurnal Konservasi Sumber Daya Lahan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala University Press. Dariah, A., Subagyo, H., Tafakresnanto dan S. Marwan, 2003. Kepekaan tanah terhadap erosi. Jurnal Akta Agrosia Vol. 8, No.2. Risza, S., 1994.Kelapa sawit upaya peningkatan produktivitas. Yogyakarta: Kanisius. Rachman, A., S. H. Anderson, C. Gantzer, and A. L. Thompson, 2003. Influence of longsterm cropping system on soil physical properties related to soil erodibility. Soil Sci. Soc. Am. J. 67: 637-644 Saragih, B., 1996. Pemantapan Perangkat Kelembagaan Sosial Ekonomi ; Suatu Upaya Penanggulangan Kemiskinan di DAS Kritis. Dalam : Sinukaban dkk (Ed). Konservasi Tanah dan Air Kunci Pemberdayaan Petani dan Pelestarian Sumberdaya Alam.Prosiding Kongres II dan Seminar Nasional MKTI.Yogyakarta. Sarief, E. S. 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. Sinukaban, N. 1989.Dasar-dasar Konservasi Tanah dan Perencanaan Pertanian Konservasi. Jurusan Ilmu Tanah. Bogor: IPB. Sinukaban, 1989. Konservasi Tanah dan Air di Daerah Transmigrasi. PT. Indeco Utama
39 -
Volume 1, No. 1, Mei 2013
International Development Consultant Berasosiasi dengan BCEOM Sukmana, S., H. Suwardjo, A. Abdurahman, and J. Dai, 1986. Prospect of Flemingia congesta Roxb. For reclamation and corservation of volcanic skeletal soils.Pembrit.Penel. Tanah dan Pupuk 4 : 50-54. Sulistyowati, 2004.Usaha Tani di Lahan Berlereng Curam.Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Sutanto, R., 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah; Konsep dan kenyataan.Yogyakarta: Kanisius. Soepardi, G., 1979. Sifat dan Ciri Tanah.Bogor: IPB Press. Supirin, 2002.Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air.Yogyakarta: Andi. Stevenson, F. J., 1982. Humus Chemistry Genesis, Composition and Reaction.New York: John Willey and Sons. Utomo, W. H., 1989. Koservasi Tanah di Indonesia. Suatu Rekaman dan Analisa. Jakarta: Rajawali Press. Wischmeier, W. H., and J. V. Mannering, 1969. Relation of soil properties to erodibility. Soil Sci. AM. Proc 33; 131-137