ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING TEGALAN DI KECAMATAN TRETEP KABUPATEN TEMANGGUNG SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Ery Suryo Saputro NIM 3250405022
JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2009
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada : Hari
: Senin
Tanggal
: 27 Juli 2009
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Heri Tjahjono, M.Si NIP.19680202 1999031 001
Rahma Hayati, S.Si, M.Si NIP.1972064 1998032 003
Mengetahui Ketua Jurusan Geografi
Drs. Apik Budi Santoso, M.Si NIP.19620904 1989011 001
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah di pertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada: Hari
: Selasa
Tanggal
: 11 Agustus 2009
Penguji Utama
Dra. Dewi Liesnoor, M.Si NIP.19620811 1988032 001
Penguji I
Penguji II
Drs. Heri Tjahjono, M.Si NIP.19680202 1999031 001
Rahma Hayati, S.Si, M.Si NIP.1972064 1998032 003 Mengetahui Dekan,
Drs. Subagyo, M.Pd NIP.19510808 1980031 003
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang,
Agustus 2009
Ery Suryo Saputro NIM. 3250405022
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO “Berbulan-bulan dan bertahun-tahun, saya berpikir. Sembilan puluh sembilan kali, salah kesimpulan. Yang keseratus kali saya benar.” (Albert Einstein) “Jika orang lain bisa, kenapa aku tidak”
PERSEMBAHAN ¾ Untuk kedua orang tuaku yang selalu memberi dukungan dan kasih sayang kepadaku ¾ Untuk adiku Wahyu (Adult) yang selalu memberi semangat dan dukungan ¾ Untuk keluarga besar Sastro Puan yang senantiasa memberi semangat, dukungan, dan Motivasi. ¾ Untuk Ira, terimakasih atas semangatnya ¾ Teman-teman seperjuangan Bola Kos ¾ Bolo Kurowo Geografi Murni 2005 ¾ Almamaterku UNNES
v
PRAKATA Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA LAHAN KERING TEGALAN DI KECAMATAN TRETEP KABUPATEN TEMANGGUNG”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat tersusun. Oleh karena itu penulis sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Drs. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. 3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., Ketua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. 4. Drs. Heri Tjahjono, M.Si., Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam menyusun skripsi ini. 5. Rahma Hayati, S.Si, M.Si., Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam menyusun skripsi ini. 6. Seluruh Birokrasi Pemerintah Kecamatan Tretep yang telah banyak membantu dalam menyusun skripsi ini. 7. Semua pihak yang telah membantu tersusunnya skipsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. vi
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kebaikan dalam penyusunan berikutnya. Akhir kata harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak.
Semarang, Agustus 2009
Penulis
vii
Sari Saputro, Ery Suryo. 2009. Analisis Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Pada Lahan Kering Tegalan di Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung. Skripsi. Jurusan Geografi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang. Kata Kunci : Tingkat Bahaya Erosi, Lahan Kering Tegalan, Konservasi. Kecamatan Tretep terletak di lereng Gunung perahu dengan kondisi tanah yang subur yang sebagian besar terdiri dari lahan kering yang berupa tegalan dengan jenis tanaman semusim berupa jagung, kentang, sayuran, dan tembakau yang memerlukan pengolahan tanah secara intensif. Pada umumnya pengolahan tanah tersebut tanpa diimbangi dengan upaya konservasi yang memadai sehingga menimbulkan permasalahan seperti: (1) berapa besar erosi yang terjadi pada lahan tegalan?, (2) bagaimana prioritas arahan konservasi pada lahan tegalan?. Berdasarkan permasalahan tersebut maka tujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahui seberapa besar tingkat erosi pada lahan kering tegalan dan (2) memberikan arahan prioritas tindakan konservasi pada lahan kering tegalan di Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung. Lokasi penelitian berada di Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung, obyek penelitian adalah lahan tegalan. Satuan lahan diperoleh dengan overlay peta penggunaan lahan, peta kemiringan lereng, peta jenis tanah dan peta geologi. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan tujuan tertentu. Pengambilan sampel berdasarkan klasifikasi dari jenis tanaman tegalan, lereng dan jenis tanah. Pada penelitian ini terdapat 11 sampel, analisis data menggunakan penelitian erosi USLE, kelas tingkat bahaya erosi untuk mencocokan besarnya nilai erosi (Ton/Ha/Th) dengan kedalaman solum tanah menggunakan tabel kelas tingkat bahaya erosi dari Departemen Kehutanan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada lahan kering tegalan di Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung terdapat empat kelas tingkat bahaya erosi, yaitu rendah, sedang, berat dan sangat berat. Prioritas konservasi pada lahan tegalan di Kecamatan Tretep ada empat, yaitu Prioritas I seluas 679,234 Ha, Prioritas II seluas 1.664,510 Ha, Prioritas III seluas 271,024 Ha dan Prioritas IV seluas 34,083 Ha. Besarnya erosi pada daerah penelitian disebabkan berbagai faktor antara lain kemiringan lereng, jenis tanaman dan pengolahan lahan (konservasi). Saran yang diajukan pada penelitian ini adalah: (1) bagi masyarakat, dalam melakukuan pengolahan lahan harus memperhatikan prinsip-prinsip konservasi lahan yang benar agar tidak menyebabkan erosi tanah yang lebih besar. (2) jangan melakukan perubahan tindakan konservasi yang malah menyebabkan erosi yang lebih besar, seperti pengolahan lahan pada tanaman kentang dengan teknik memotong kontur. (3) kepada Intansi terkait hendaknya melakukan pembinaan dan memberi penyuluhan pada masyarakat mengenai pengolahan lahan yang benar dengan mengedepankan prinsip-prinsip konservasi.
viii
DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul …………………………………………………………
i
Persetujuan Pembimbing ………………………………………………
ii
Pengesahan Kelulusan …………………………………………………
iii
Pernyataan ……………………………………………………………..
iv
Moto dan Persembahan …………………………………………..........
v
Prakata ……………………………………………………………... ....
vi
Sari
… ………………………………………………………………
viii
Daftar Isi ……………………………………………………………….
ix
Daftar Tabel ……………………………………………………………
xii
Daftar Gambar …………………………………………………………
xiii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................
1
B. Rumusan Masalah …………………………………………… 3 C. Tujuan Penelitian …………………………………………..... 4 D. Manfaat Penelitian ………………………………………….. 4 E. Penegasan Istilah …………………………...
…………… 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Lahan ...............................................................
7
1. Lahan Kering ................................................................
8
2. Tegalan .........................................................................
8
3. Lahan Kritis ..................................................................
9
B. Satuan Lahan .....................................................................
10
C. Erosi 1. Proses Terjadinya Erosi ................................................. 10 2. Faktor Yang Mempengaruhi Erosi................................. 11 3. Jenis-jenis Erosi ............................................................ 16 D. Metode USLE..................................................................... 18 1. Erosivitas Hujan ............................................................. 19 ix
2. Erodibilitas Tanah .......................................................... 20 3. Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng ......................... 22 4. Faktor Tanaman ............................................................. 23 5. Tindakan Pengelolaan Tanah .......................................... 24 6. Kelas Tingkat Bahaya Erosi ........................................... 24 E. Konservasi Lahan ............................................................... 25 1. Vegetatif ........................................................................ 26 2. Teknik Mekanis ............................................................. 27 3. Kimiawi ......................................................................... 28 F. Prioritas Konservasi............................................................ 28 BAB III. METODE PENELITIAN A.
Obyek Penelitian .............................................................. 30
B. Penentuan Sampel............................................................. 30 C. Variabel Penelitian ........................................................... 30 D. Metode Pengumpulan Data ............................................... 31 E.
Jenis Data ......................................................................... 32
F.
Peralatan Penelitian .......................................................... 33
G. Teknik Analsis Data ......................................................... 34 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum .......................................................... 37 2. Satuan Lahan ................................................................ 53 3. Persebaran Sampel Tanah ............................................. 54 4. Faktor yang Mempengaruhi Erosi ................................. 58 5. Hasil Perhitungan Erosi dengan Metode USLE dan Klasifikasi Kelas Tingkat Bahaya Erosi .......................................... 63 6. Prioritas Konservasi ...................................................... 73 B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Tingkat Bahaya Erosi .................................................. 76 2. Arahan Konservasi Lahan ............................................ 80
x
BAB V. PENUTUP A. Simpulan ........................................................................... 82 B. Saran ................................................................................. 82 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 84 LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Hasil Perhitungan USLE ................................................................. 87 2. Data Curah Hujan Harian dan Hasil Perhitungan Erosivitas Harian, Bulanan dan Tahunan .................................................................................... 98 3. Hasil Uji Lab Tanah ........................................................................ 112 4. Surat Keterangan Penelitian............................................................. 124
xi
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Penggolongan Iklim Schmidt dan Ferguson ........................... 12 Tabel 2. Kelas Kemiringan Lereng ....................................................... 13 Tabel 3. Nilai Struktur Tanah ............................................................... 20 Tabel 4. Nilai Tekstur atau Ukuran Butir (M)....................................... 21 Tabel 5. Kelas Kandungan Bahan Organik ........................................... 22 Tabel 6. Harkat Permeabilitas Tanah .................................................... 22 Tabel 7. Nilai Faktor Tanaman (C)....................................................... 23 Tabel 8. Nilai Faktor Konservasi Tanah (P) ......................................... 24 Tabel 9. Kelas Tingkat Bahaya Erosi (TBE)......................................... 25 Tabel 10 Skala Prioritas Konservasi ..................................................... 35 Tabel 11. Jumlah Bulan Basah, Bulan Kering dan Bulan Lembab ........ 41 Tabel 12. Kelas Lereng Kecamatan Tretep ........................................... 43 Tabel 13. Luas Penggunaan Lahan ....................................................... 43 Tabel 14. Jenis Tanaman Tegalan ........................................................ 46 Tabel 15. Jenis Tanah .......................................................................... 48 Tabel 16. Formasi Geologi ................................................................... 51 Tabel 17. Kependudukan ..................................................................... 51 Tabel 18. Satuan Lahan ........................................................................ 54 Tabel 19. Koordinat Sampel Tanah ...................................................... 55 Tabel 20. Indeks Erodibilitas Tanah Daerah Penelitian......................... 60 Tabel 21. Nilai LS Daerah Penelitian ................................................... 61 Tabel 22. Faktor Vegetasi (C) Daerah Penelitian .................................. 62 Tabel 23. Praktek Konservasi Tanah (P) Pada Daerah Penelitian.......... 63 Tabel 24. Luasan TBE Pada Lahan Tegalan ......................................... 71 Tabel 25. Luasan Daerah Konservasi Pada Lahan Tegalan ................... 74
xii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Skema Persamaan USLE ................................................
18
Gambar 2. Diagram Alir Penelitan ..................................................
36
Gambar 3. Peta Administrasi............................................................
38
Gambar 4. Grafik Pembagian Iklim Schmdt-Ferguson .....................
42
Gambar 5. Peta Lereng.....................................................................
44
Gambar 6. Peta Penggunaan Lahan ..................................................
45
Gambar 7. Peta Jenis Tanaman Tegalan ...........................................
47
Gambar 8. Peta Tanah ......................................................................
49
Gambar 9. Peta Geologi ...................................................................
52
Gambar 10. Peta Satuan Lahan ........................................................
56
Gambar 11. Peta Persebaran Sampel Tanah......................................
57
Gambar 12. Foto Penggunaan Lahan Pada kelas TBE Rendah..........
66
Gambar 13. Foto Praktek Konservasi Pada kelas TBE Rendah .........
67
Gambar 14. Foto Penggunaan Lahan Pada kelas TBE Sedang ..........
68
Gambar 15. Foto Praktek Konservasi Pada kelas TBE Sedang .........
68
Gambar 16. Foto Penggunaan Lahan Pada kelas TBE Berat .............
69
Gambar 17. Foto Praktek Konservasi Pada kelas TBE Berat ............
69
Gambar 18. Foto Penggunaan Lahan Pada kelas TBE Sangat Berat..
70
Gambar 19. Foto Penggunaan Lahan Pada kelas TBE Sangat Berat..
70
Gambar 20. Foto Erosi Pada Daerah TBE Sangat Berat....................
71
Gambar 21. Peta TBE Lahan Kering Tegalan ...................................
72
Gambar 22. Peta Arahan Konservasi Pada Lahan Kering Tegalan ....
75
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketidakseimbangan
pertambahan
penduduk
dengan
ketersediaan
sumber daya lahan telah menimbulkan banyak masalah masalah lingkungan hidup salah satunya adalah erosi. Penyebaran penduduk yang tidak merata mengakibatkan tekanan kepadatan penduduk yang erat kaitannya dengan masalah lingkungan hidup. Pemanfaatan sumber daya lahan yang tidak memperhatikan keseimbangan dengan lingkungan dan pelestariannya akan mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup yang akan berakibat banjir, erosi tanah, longsor, kekeringan maupun terjadinya tanah tanah kritis yang berakibat pada penurunan kemampuan atau produktivitas sumber daya lahan. Pada tahun 2000, kerusakan lahan dan hutan mencapai 56,98 juta Ha (Ditjen Rehabilitasi Lahan Perhutanan Sosial, 2000 dalam Sunarto 2001:13). Lahan merupakan bagian dari bentang alam (Landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, relief, tanah, hidrologi, vegetasi serta benda yang ada diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976 dalam Arsyad, 1989:207). Perubahan penggunaan lahan dari vegetasi permanen menjadi lahan pertanian intensif menyebabkan tanah menjadi lebih mudah tererosi oleh aliran permukaan, akibat dari erosi tanah menyebabkan semakin meluasnya lahan kritis. Ciri khusus usaha tani pada lahan tegalan menyebabkan seringnya lahan menjadi terbuka Karena tindakan pengolahan tanah dan penyiangan. Jatuhnya 1
2
butir-butir hujan yang langsung mengenai permukaan tanah dan aliran permukaan akan mempercepat proses erosi. Erosi tanah adalah proses perataan kulit bumi, proses ini terjadi dengan penghancuran pengangkutan dan pengendapan. Ada dua penyebab yang aktif dalam proses erosi yaitu air dan angin (Utomo, 1994:34). Pada daerah beriklim tropika basah, air merupakan penyebab utama erosi tanah, Sedangkan angin tidak mempunyai pengaruh yang berarti. Proses erosi oleh air merupakan kombinasi 2 sub proses yaitu, penghancuran struktur tanah menjadi butir-butir primer oleh energi tumbuk butir-butir hujan yang menimpa tanah dan perendaman oleh air yang tergenang (proses dispersi) dan pemindahan (pengangkutan) butir-butir tanah oleh percikan hujan dan penghancuran struktur tanah diikuti pengangkutan butir-butir tanah tersebut oleh air yang mengalir di permukaan tanah (Arsyad, 1989:30). Pada prinsipnya erosi tanah tidak dapat dihilangkan sama sekali atau (nol erosi), yang dapat dilakukan oleh manusia adalah memperkecil atau menekan erosi dengan tindakan konservasi. Sektor pertanian merupakan mata pencaharian mayoritas penduduk Kecamatan Tretep. Pertanian di daerah ini adalah pertanian kering dan jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman musiman seperti Tembakau, Jagung, Ketela, Kentang, Kopi dan Sayuran. Penggunaan lahan tegalan menyebabkan seringnya lahan menjadi terbuka, Karena tindakan pengolahan tanah dan penyiangan pada lahan terbuka seperti ini jika terkena air hujan maka akan mempercepat proses erosi, kondisi seperti di atas diperparah lagi pada
3
pengelolaan lahan yang intensif tanpa di imbangi dengan tindakan konservasi yang baik Ciri pertanian lahan kering tegalan adalah lahan yang di dominasi dengan jenis
tanaman semusim, yang setiap musimnya dilakukuan
pengolahan lahan secara intensif yang menyebabkan tanah menjadi terbuka akibat energi kinetik dari air hujan yang menyebabkan erosi tanah. Setiap tempat pada pertanian lahan kering tegalan mengalami erosi yang bervariasi karena dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik yang beragam seperti panjang lereng, kemiringan lereng, curah hujan, tanah, vegetasi dan campur tangan manusia dalam pengelolaan lahan. (Suwardjo, 1978:24). Pengkelasan tingkat bahaya erosi sangat penting bagi usaha-usaha pertanian sehingga dapat diketahui cara-cara pengolahan pertanian yang tepat. Apabila erosi telah melewati batas terbolehkan, maka perlu dilakukan usahausaha untuk mengurangi erosi sehingga kelangsungan usaha–usaha pertanian berjalan baik (Kartasapoetra, 1987:71). Untuk menghitung berapa besar tingkat bahaya erosi pada lahan kering tegalan untuk menjadi prioritas menggunakan metode Universal Soil Loss Equation (USLE). B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil suatu permasalahan yang terkait yaitu: 1. Seberapa besar erosi yang terjadi pada lahan kering tegalan di Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung ?
4
2. Bagaimana arahan prioritas konservasi pada lahan tegalan di Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui besarnya tingkat bahaya erosi pada lahan kering tegalan di Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung. 2. Merekomendasikan prioritas arahan konservasi pada lahan kering tegalan di Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung. D. Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran, masukan atau referensi dalam pengambilan keputusan untuk pemerintah dan masyarakat setempat dalam pengolahan lahan dan prioritas konservasi lahan untuk mengurangi erosi. 2. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan atau sumber referensi bagi pembaca yang berkaitan dengan erosi dan konservasi lahan. E. Penegasan Istilah 1. Tanah Akumulasi tubuh-tubuh alam yang bebas menduduki sebagian besar permukaan bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan mempunyai sifat-sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu (Darmawijaya, 1970:22).
5
2. Erosi Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat yang diangkut oleh air atau angin ketempat lain (Arsyad, 1989:30). 3. Erosi Permukaan Pemindahan tanah dari permukaan tanah oleh aliran permukaan ketempat lain yang lebih rendah (Sahuleka Welheimus, 1993:12). 4. Tingkat Erosi Banyaknya material tanah yang dipindahkan dari suatu tempat ketempat lain yang lebih rendah oleh tenaga tetes air hujan dan aliran permukaan persatuan luas tertentu dalam waktu tertentu (Douglas, 1973). 5. Lahan Suatu daerah di permukan bumi yang dicirikan oleh sifat-sifat tertentu meliputi biosfer di atas dan di bawahnya termasuk atmosfer, tanah batuan (geologi), flora dan fauna hasil kultural manusia pada masa lampau dan sekarang yang berpengaruh nyata terhadap penggunaan lahan masa sekarang dan masa yang akan datang (FAO, 1976 dalam Sriyono 2007:3). 6. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan (land use) yaitu setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik meteriil maupun sepirituil (Arsyad, 1989:48).
6
7. Lahan Kritis Lahan kritis adalah lahan yang telah mengalami kerusakan secara fisik, kimia, dan biologis atau lahan yang tidak mempunyai nilai ekonomis. Untuk menilai kritis tidaknya suatu lahan, dapat dilihat dari kemampuan lahan tersebut hidupnya (Romenah, 2007:14). 8. Lahan Kering Adalah hamparan lahan yang tidak pernah tergenang atau digenangi air pada sebagian besar waktu dalam setahun atau sepanjang waktu (Puslit Tanah dan Agroklimat, 2000 dalam Shultani 2008:12). 9. Tegalan Adalah lahan pertanian tanah kering yang ditanami dengan tanaman berumur pendek (semusim) secara permanen (Darmawijaya, 1980 dalam Le Orde 2004:25). 10. Konservasi Lahan Adalah upaya untuk mempertahankan, merehabilitasi dan meningkatkan daya guna lahan sesuai dengan peruntukanya (Ditjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, dalam Sunarto 2002:16).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Lahan Lahan adalah lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan (FAO,1976 dalam Arsyad 1989:207). Lahan memiliki banyak fungsi, yaitu Fungsi produksi sebagai basis bagi berbagai sistem penunjang kehidupan melalui produksi biomasa yang menyediakan makanan, pakan ternak, serat dan bahan bahan biotik lainya bagi manusia baik secara langsuang maupun tidak langsung (binatang ternak), fungsi lingkungan biotik lahan merupakan basis bagi keragaman daratan (terestrial) yang menydiakan habitat biologi dan plasmanutfah bagi mahluk hidup dan jasad mikro di atas dan di bawah permukaan tanah, fungsi pengatur iklim lahan dan penggunaanya merupakan sumber (source) dan resort (sink) gas rumah kaca dan menentukan neraca energi global berupa pantulan, serapan dan transformasi dari energi matahari dan daur hidrologi global, fungsi hidrologi lahan mengatur simpanan dan aliran sumber daya air tanah dan aliran permukaan serta mempengaruhi kualitasnya. Fungsi penyimpanan lahan merupakan gudang (sumber) berbagai bahan mentah dan mineral untuk dimanfaatkan oleh manusia, fungsi ruang kehidupan lahan menyediakan sarana fisik untuk tempat tinggal manusia, industri dan aktivitas sosial lainya, fungsi penghubung spasial lahan menyediakan ruang untuk transportasi manusia, masukan dan produksi serta 7
8
untuk memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lain. Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur. Contoh karakteristik lahan adalah curah hujan, lereng, solum tanah (Djainudin dkk, 2000:7). 1. Lahan Kering Lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah tergenang atau digenangi air pada sebagian besar waktu dalam setahun atau sepanjang waktu (Puslit Tanah dan Agroklimat, 2000 dalam Shultani 2008:12). Badan Litbang Departemen Pertanian mengategorikan lahan kering sebagai lahan marjinal karena memiliki satu atau lebih permasalahan seperti kondisi biofisik yang mencakup produktivitas tanah, topografi berbukit (peka terhadap erosi), sumber daya air terbatas, ketersediaan infrastruktur terbatas. Budi daya komoditas pertanian pada lahan kering di dataran tinggi dengan topografi berbukit sampai bergunung, terutama untuk tanaman tegalan, tanaman pangan dan hortikultura yang intensif seperti di Kecamatan Tretep mengandung resiko yang besar karena lahan seperti ini sangat peka terhadap gangguan atau perubahan dari luar seperti pengolahan tanah yang dilakuakan secara intensif dan hujan akan menyebabkan erosi dan longsor yang mengakibatkan kerusakan lahan dan lingkungan sekitarnya. 2. Tegalan Tegalan adalah lahan pertaniaan tanah kering yang ditanami dengan tanaman berumur pendek (semusim) secara permanen (Darmawijaya,
9
1980 dalam Le Orde 2004:25). Tegalan di Kecamatan Tretep dimanfaatkan untuk pertanian kering dengan jenis tanaman yang didominasi oleh tanaman semusim seperti jagung, ketela, tembakau dan sayuran. 3. Lahan Kritis Lahan Kritis adalah lahan yang telah mengalami kerusakan secara fisik, kimia, dan biologis atau lahan yang tidak mempunyai nilai ekonomis. Untuk menilai kritis tidaknya suatu lahan, dapat dilihat dari kemampuan lahan tersebut (Romenah, 2007:8). a
Lahan kritis di pantai Kawasan pantai akan menjadi lahan kritis, jika terjadi pengikisan pantai oleh gelombang laut (abrasi) yang kuat. Abrasi dapat menyebabkan lapisan sediment (endapan) akan hancur dan lenyap. Peristiwa ini terjadi pada muara sungai yang pantainya terbuka dengan gelombang laut yang besar.
b
Lahan Kritis di Kawasan Dataran Rendah Lahan kritis di kawasan dataran rendah terjadi akibat adanya genangan air atau proses sedimentasi (pengendapan) bahan yang menutupi lapisan tanah yang subur. Genangan air terjadi karena tanahnya lebih rendah dari daerah sekitarnya, sehingga waktu hujan lebat terjadi banjir dan air menggenang.
10
c Lahan Kritis di Kawasan Pegunungan/Perbukitan Lahan kritis di kawasan pegunungan terjadi akibat adanya longsor, erosi atau soil creep (tanah merayap). Lapisan tanah yang paling atas (top soil) terkelupas, sisanya tanah yang tandus bahkan sering merupakan batuan padas (Romenah, 2007:9). B. Satuan Lahan Satuan lahan (land unit) merupakan bagian lahan yang mempunyai kualitas dan karasteristik tertentu sehingga dapat ditentukan batasnya pada peta (FAO, 1979 dalam Sriyono 2007:63). Penggunaan satuan lahan didasarkan pada beberapa faktor yang berpengaruh pada suatu lahan, faktorfaktor tersebut meliputi jenis batuan, jenis tanah, kemiringan lereng dan penggunaan lahan. C. Erosi 1. Proses Terjadinya Erosi Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat yang diangkut oleh air atau angin ke tempat lain (Arsyad, 1989:30). Proses erosi bermula dari panghancuran tanah sebagai akibat pukulan air hujan yang mempunyai daya lebih besar dari pada daya tahan tanah, hancuran partikel-partikel tanah yang menyumbat pori-pori tanah mengakibatkan kapasitas infiltrasi tanah menurun sehingga air mengalir di permukaan tanah sebagai limpasan permukaan (run off). Limpasan permukaan mempunyai energi untuk mengikis dan mengakut partikel-partikel tanah, jika tenaga limpasan permukaan sudah tidak bisa
11
mengangkut lagi bahan bahan hancuran maka bahan-bahan hancuran tersebut akan diendapkan, dengan demikian ada tiga proses yang bekerja secara berurutan dalam proses erosi diawali dengan penghancuran agregat tanah, pengangkutan dan diakhiri dengan pengendapan. 2. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Erosi a. Curah Hujan Curah hujan merupakan penyedia air secara alamiah intensitas hujan yang besar menyebabkan bertambah pula partikel tanah yang terlepaskan sebanding dengan energi kinetik yang dilepas, sehingga partikel tanah yang terlepas semakin besar pula. Sistem klasifikasi yang digunakan pada penelitian ini adalah sistem klasifikasi menurut Schmidt dan Ferguson. Klasifikasi iklim dari Schmidt dan Ferguson didasarkan pada nisbah rata-rata jumlah bulan kering, yaitu apabila curah hujan kurang dari 60 mm, dan rata-rata jumlah bulan basah apabila curah hujan lebih dari 100 mm dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Jumlah bulan kering rata - rata Q =
X 100 % Jumlah bulan basah rata rata
12
Tabel 1. Penggolongan iklim menurut Schmidt dan Ferguson. Tipe Iklim Nilai Q dalam % Keterangan A 0 ≤ Q < 0,143 Sangat Basah B 0,143 ≤ Q < 0,333 Basah C 0,333 ≤ Q < 0,600 Agak Basah D 0,600 ≤ Q < 1,000 Sedang E 1,000 ≤ Q < 1,670 Agak Kering F 1,670 ≤ Q < 3,000 Kering G 3,000 ≤ Q < 7,000 Sangat kering H 7,000 ≤ Q Luar biasa Kering Sumber : Schmidt dan Ferguson, 1951 dalam Handayani 2006:42. b. Tekstur Tanah Tekstur tanah adalah perbandingan dari berbagai golongan besar partikel tanah dalam suatu masa tanah terutama perbandingan antara fraksi liat lempung dan pasir (Suripin, 2001:42). Tekstur tanah mempengaruhi proses perembesan air dan menghambat perakaran. Tekstur tanah liat memiliki tingkat kekerasan yang paling tinggi apabila ditembus oleh akar tanaman dibandingkan dengan tanah yang bertekstur pasir, demikian juga dalam meloloskan air tekstur liat lebih sulit dari pada tekstur pasir. c. Struktur Tanah Struktur tanah berpengaruh pada peresapan air ke dalam tanah bentuk struktur tanah yang membulat (granular, remah, gumpal membulat) menghasilkan tanah dengan daya serap tinggi sehingga air mudah meresap kedalam tanah, dan aliran permukaan menjadi kecil sehingga erosi juga kecil. Struktur tanah yang mantap tidak akan mudah hancur oleh pukulan-pukulan air hujan sehingga akan tahan terhadap erosi. Sebaliknya struktur tanah yang tidak mantap sangat
13
peka terhadap pukulan butiran-butiran air hujan, menjadi butir-butir halus sehingga menutup pori-pori tanah. Akibatnya infiltrasi terhambat dan aliran permukaan meningkat yang berarti erosi juga akan meningkat. d. Lereng (Kemiringan Lereng dan Panjang Lereng) Kemiringan dan panjang lereng adalah dua faktor yang menentukan karasteristik topografi suatu daerah aliran sungai. Kedua faktor tersebut berperan besar pada proses erosi karena faktor tersebut menentukan besarnya kecepatan dan volume air permukaan (Suripin, 2001:104). Kecuraman, panjang dan bentuk lereng semuanya mempengaruhi laju aliran permukaan dan erosi. Semakin tinggi tingkat kecuraman atau kemiringan lereng semakin tinggi pula erosinya. Panjang lereng akan bepengaruh pada proses pengangkutan tanah semakin panjang lereng semakin besar tanah yang tererosi. Tabel 2. Kriteria Kecuraman Lereng. Kode A B C D E
Kemiringan 0-3% 3–8% 8 – 15 % 15- 40 % > 40 %
Keterangan Datar Landai Miring Terjal Sangat Terjal
Sumber: Ananta Kusuma, 1987:98. e. Kandungan Bahan Organik Kandungan bahan organik dapat berupa mineral atau organik. Kebanyakan bahan organik tanah berasal dari jaringan tanaman, jaringan hewan atau produk tanaman lainya yang merupakan sumber
14
nitrogen bagi tanah. Bahan organik tanah berperan penting dan merupakan faktor kunci dalam berbagai proses biokimia dalam tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Selain itu bahan organik juga mampu meningkatkan daya tanah menahan air (water holding capacity) sehingga dapat menekan erosi. f. Vegetasi Pengaruh vegetasi terhadap erosi adalah, 1) Menghalangi air hujan agar tidak jatuh langsung di permukaan tanah, sehingga kekuatan
untuk
menghancurkan
tanah
dapat
dikurangi,
2)
Menghambat aliran permukaan dan memperbanyak air infiltrasi, 3) Penyerapan air kedalam tanah diperkuat oleh transpirasi (penguapan) melalui vegetasi, 4) Mempertahankan kemantapan kapasitas tanah dalam penyerapan air (Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Daerah Aliran Sungai , 2002:76). Hutan pada bagian tanah yang ditumbuhi rumput paling efektif dalam mencegah erosi karena daun-daunnya dan rumputnya rapat. Untuk pencegahan erosi paling sedikit 70% tanah harus tertutup vegetasi (Rauf Abdul, 2002:63). g. Permeabilitas Tanah Permebilitas tanah adalah cepat lambatnya air yang melalui pori-pori
mikro
dan
makro.
Fungsi
permebilitas
adalah
menghilangkan daya air dalam mengerosi tanah permebilitas tanah diukur berdasarkan laju kecepatan air yang merembes di dalam tanah
15
dengan satuan yang umum digunakan adalah cm/jam. Apabila daya infiltrasi tanah besar, berarti air mudah meresap ke dalam tanah, sehingga aliran permukaan kecil dan erosi juga kecil. h. Pengelolaan Lahan atau Campur Tangan Manusia Penggunaan lahan (land use) yaitu setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik meteril maupun sepirituil. Penggunaan lahan dapat dikelompokan kedalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan non pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan menjadi penggunaan lahan berdasarkan atas penyediaan air dan penggunaan lahan untuk usaha komoditi seperti padi, jagung, karet dan lainya (Sriyono, 2007:3). Penggunaan lahan sangat berpengaruh pada lahan dalam berbagai hal baik yang berdampak positif maupun yang berdampak negatif pada kelestarian sumber daya lahan. Kepekaan tanah terhadap erosi dapat diubah oleh manusia menjadi lebih baik atau buruk. Pembuatan teras-teras pada tanah berlereng curam merupakan pengaruh baik manusia, karena dapat mengurangi erosi. Sebaliknya penggundulan hutan di daerah pegunungan merupakan pengaruh yang jelek karena dapat menyebabkan erosi dan banjir.
16
3. Jenis-jenis Erosi a
Pelarutan Erosi pelarutan adalah proses pengikisan lahan oleh tenaga kinetik air hujan yang terjadi pada daerah kapur atau karst. Erosi ini banyak terdapat pada daerah-daerah dengan kondisi fisik berupa lahan kapur atau Karst, seperti pada daerah Purwodadi dan Gunung Kidul (Romenah, 2008:26).
b Erosi Percikan (Splash erosion) Erosi ini terjadi karena gaya kinetik oleh air hujan yang yang jatuh ke tanah yang mengakibatkan percikan pada tanah. Di daerah yang berlereng, tanah yang terlempar tersebut umumnya jatuh ke lereng dibawahnya (Kusuma Ananto, 1987:23). c
Erosi Lembar (Sheet erosion) Erosi lembar adalah jenis erosi atau pemindahan tanah yang terjadi lembar demi lembar (lapis demi lapis) mulai dari lapisan yang paling atas kelapisan dibawahnya dan seterusnya. Erosi ini sepintas tidak terlihat karena proses kehilangan tanah terjadi secara seragam, tetapi dapat berbahaya karena pada suatu saat lapisan atas (top soil) akan hilang (Suhendar Sholeh, 2007:26).
d Erosi Alur (rill erosion) Proses erosi ini terjadi dimulai dari genangan-genangan kecil setempat setempat pada suatu lereng, maka bila air dalam genangan itu mengalir maka akan terbentuk alur-alur bekas aliran tersebut
17
(Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Daerah Aliran Sungai, 2002:10). e
Erosi Jurang (gully erosion) Erosi ini merupakan lanjutan dari erosi alur. Karena alur yang terus menerus digerus oleh aliran air terutama pada daerah-daerah yang banyak hujan, maka alur-alur tersebut menjadi dalam dan lebar dengan aliran limpasan yang kuat. Alur- alur tersebut tidak bisa hilang dengan pengolahan tanah yang biasa.
f
Erosi Parit (chanel erosion) Parit-parit yang besar sering mengalir lama setelah hujan berhenti. Aliran dalam parit ini dapat mengikis dasar parit atau dinding-dinding tebing parit dibawah permukaan air, sehingga tebing diatasnya dapat runtuh ke dasar parit. Adanya gejala meander dari aliran dapat meningkatkan pengikisan tebing ditempat tempat tertentu. (Suhendar Sholeh, 2007:28).
g
Longsor Longsor terjadi karena gaya gravitasi, biasanya karena biasanya dibagian bawah tanah terdapat lapisan licin dan kedap air seperti batuan liat. Dalam musim hujan tanah di atasnya menjadi jenuh air sehingga berat dan bergeser ke bawah melalui lapisan yang licin tersebut sebagai tanah longsor (Suhendar Sholeh, 2007:30).
18
D. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) Usle adalah suatu model erosi yang dirancang untuk memprediksi erosi dalam jangka waktu yang panjang dari erosi lembar atau alur dibawah keadaan tertentu, Usle dapat di aplikasikan pada lahan pertanian maupun lahan non pertanian. Usle dikembangkan di National Runoff and soil loss data centre di Amerika. Perkiraan erosi metode USLE menggunakan enam variabel sebagai berikut :
A = R.K.LS.C.P (Wischmeir dan Smith dalam Ananto Kusuma, 1987:86). A R K LS C P
= banyak tanah yang tererosi (ton/ha/th) = erosivitas hujan (kj/ha/cm) = indeks erodibilitas tanah (kj/ton) = indeks panjang dan curam lereng = indeks vegetasi = indeks konservasi lahan Metode USLE dapat digambarkan secara sekematis sebagai berikut:
Besarnya erosi yang akan terjadi sebagai fungsi
Potensi erosi lahan
Hujan
A
=
Energi
Sifat tanah
Kekuatan perusak (hujan)
Pengelolaan lahan
R
K
LS
Pengelolaan Pengelolaan tanaman
P
C
Gambar 1. Skema Persamaan USLE (Arsyad, 1989:250).
19
1. Erosivitas Hujan (R) Erosivitas hujan adalah kemampuan hujan dalam menimbulkan erosi tanah. Erosivitas ini merupakan fungsi dari sifat fisisk hujan seperti jumlah atau curah hujan, lama hujan, intensitas hujan, ukuran butir-butir hujan dan kecepatan jatuh air hujan. Erosivitivitas hujan (R) yaitu jumlah suatu indeks erosi hujan dalam setahun dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut n
R=
∑ EI / 100 x i
(Sumber : Chay Asdak, 2004:346) Keterangan : R = Erosivitas hujan adalah kempuan energi hujan dalam mengerosi tanah, merupakan gabungan dari beberapa variabel yaitu jumlah hujan, lama hujan, intensitas hujan dan ukuran butir hujan. Erosivitas hujan dalam satuan (Kj/Ha/Cm). n = Jumlah kejadian hujan dalam satu tahun, yaitu banyaknya hari hujan atau kejadian hujan dalam satu tahun. x = Jumlah tahun atau musim hujan yang digunakan dalam perhitungan, paling sedikit digunakan data curah hujan selama sepuluh tahun. EI30 adalah interaksi energi dengan interaksi maksimum selama 30 menit, E adalah energi kinetik selama periode hujan dalam satuan ton/meter/hektar. I30 adalah intensitas hujan maksimum 30 menit dalam Cm/Jam, biasanya dinyatakan sebagai indeks potensial erosi hujanatau indeks erosi hujan.
20
EI30 = 6,12(RAIN)1,21 (DAYS)-0,47 (MAX P)0,53 (Sumber : Chay Asdak, 2004:347) Keterangan : EI30
= Erosivitas hujan rata rata tahunan.
RAIN
= Curah hujan bulanan.
DAYS
= Jumlah hari hujan per bulan.
MAX P = Hujan maximum harian (24 jam) dalam bulan yang bersangkutan. 2. Erodibilitas Tanah (K) Erodibilitas tanah merupakan rata rata karasteristik tanah dan respon tanah terhadap hujan dalam jangka panjang. Erodibilitas digunakan untuk memprediksi rata-rata erosi tanah dalam jangka panjang. K = {2,71x10-4(12-OM)M1,14+3,25(S-2)+2,5(P-3)/100} (Sumber : Chay Asdak, 2004:352) Keterangan : OM = Unsur Organik S
= Kode Struktur Tanah
P
= Permeabilitas Tanah
M
= ( % debu+pasir halus)x (100-liat)
Tabel 3. Nilai Struktur Tanah No Kelas struktur tanah ukuran diametear 1 Granular sangat halus 2 Granular halus 3 Granular sedang sampai kasar 4 Gumpal, lempeng, pejal Sumber: Arsyad,1989:252.
Harkat 1 2 3 4
21
Tekstur tanah adalah perbandingan dari berbagai golongan besar partikel tanah dalam suatu masa tanah terutam perbandinagn antara fraksi liat lempung dan pasir (Aziz Sultani, 2008:24). Tekstur tanah mempengaruhi proses perembesan air dan menghambat perakaran. Tekstur tanah liat memiliki tingkat kekerasan yang paling tinggi apabila ditembus oleh akar tanaman dibandingkan dengan tanah yang bertekstur pasir, demikian juga dalam meloloskan air tekstur liat lebih sulit dari pada tekstur pasir. Tabel 4. Nilai Tekstur atau Ukuran Butir (M) Untuk Digunakan Dalam Rumus Hammer. No Kelas tekstur (USDA) Nilai M 1 Liat berat 210 2 Liat sedang 750 3 Liat berpasir 1213 4 Liat ringan 1685 5 Lempung liat berpasir 2160 6 Liat berdebu 2830 7 Lempung liat 2830 8 Pasir 3035 9 Lempung berpasir 3245 10 Lempung liat berdebu 3770 11 Lempung pasir berdebu 4005 12 Lempung 4390 13 Lempung berdebu 6330 14 Debu 8245 Sumber: Hammer 1979 dalam Sari Kumala, 2003:3. Bahan organik tanah berperan penting dan merupakan faktor kunci dalam berbagai proses biokimia dalam tanah untuk mendukung pertumbuhan
tanaman.
Selain
itu
bahan
organik
juga
mampu
meningkatkan daya tanah menahan air (water holding capacity) sehingga dapat menekan erosi.
22
Tabel 5. Kelas Kandungan Bahan Organik (USDA, 1951) No Kelas Prosentase 1 Sangat rendah <1 2 Rendah 1–2 3 Sedang 2,1 – 3 4 Tinggi 3,1 – 5 5 Sangat tinggi >5 Sumber : Sahuleka Welhemus, 1993:71.
Harkat 0 1 2 3 4
Permeabilitas tanah adalah cepat lambatnya air yang melalui pori pori mikro dan makro. Fungsi permebilitas adalah menghilangkan daya air dalam mengerosi tanah permeabilitas tanah diukur berdasarkan laju kecepatan air yag merembes di dalam tanah dengan satuan yang umum di gunakan adalah cm/jam. Apabila daya infiltrasi tanah besar, berarti air mudah meresap ke dalam tanah, sehingga aliran permukaan kecil dan erosi juga kecil.
Tabel 6. Permeabilitas Tanah Dapat Di Klasifikasikan Sebagai Berikut: No
Kriteria
1 Sangat lambat 2 Lambat 3 Lambat sampai sedang 4 Sedang 5 Sedang sampai cepat 6 Cepat Sumber : Arsyad, 1989:252. 3.
Kelas kecepatan permebilitas tanah < 0,5 cm/jam 0,5-2,0 cm/jam 2,0-6,3 cm/jam 6,3-12,7 cm/jam 12,7-25,4 cm/jam > 25,4 cm/jam
Harkat 6 5 4 3 2 1
Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS) Variabel panjang lereng dan kemiringan lereng dihitung dengan langsung memasukan data panjang lereng dan kemiringan lereng kedalam persamaan sebagai berikut :
23
LS = (√x) x (0,0138 + 0,00965(S) + 0,00138(S2) (Sumber : Wischemeir dan Smith dalam Arsyad, 1989:253). Keterangan. LS = Indeks panjang dan kemiringan lereng X = Panjang lereng dalam meter (m) S = Kemirinngan lereng dalam persen (%) 4. Faktor Tanaman ( C ) Faktor pengelolaan tanaman menggambarkan nisbah antara kehilangan tanah dari lahan yang diusahakan untuk pertanian dengan suatu sistem pengolahan terhadap kehilangan tanah dari lahan yang terus menerus diolah tetapi tanpa pertanaman di atas jenis tanah, topografi, dan kondisi lingkungan yang sama. Tabel 7. Nilai Faktor C Untuk Beberapa Faktor Pengelolaan Jenis pengelolaan pertanaman
Nilai C tahunan
Tanah terbuka tanpa tanaman 1 Hutan alami 0,001 Hutan produksi 0,5 Semak belukar / padang rumput 0,3 Perkebunan / kebun campur 0,2 Tegalan (tidak di sepesifikasi) 0,7 Pasang rumput 0,02 Ubi kayu 0,8 Jagung 0,7 Kedelai 0,399 Kentang 0,4 Kacang tanah 0,2 Tebu 0,2 Pisang 0,6 Alang alang murni 0,001 Tembakau 0,7 Sumber : Arsyad, 1989:258 dan Deptan, 2006.
24
5.
Tindakan Pengelolaan Tanah Kepekaan tanah terhadap erosi dapat diubah oleh manusia menjadi lebih baik atau buruk. Pembuatan teras-teras pada tanah berlereng curam merupakan pengaruh baik manusia, karena dapat mengurangi erosi. Sebaliknya penggundulan hutan di daerah pegunungan merupakan pengaruh yang jelek karena dapat menyebabkan erosi dan banjir.
Tabel 8. Nilai Faktor P Pada Berbagai Aktivitas Konservasi Tanah Teknik konservasi Tanpa tindakan konservasi Semak belukar a. Tak terganggu b. Sebagian rumput Kebun/kerkebunan campuran a. Penutup tanah sempurna b. Penutup tanah sebagian Tegalan a. Teras tradisional b. Teras bangku baik c. Teras bangku jelek
Nilai P 1,00 0,01 0,10 0,01 0,07 0,40 0,20 0,35
Sumber : Abdurachman dkk, 1984 dalam Chay Asdak.
6. Kelas Tingkat Bahaya Erosi Perkiraan
erosi
rata-rata
tahunan
dan
kedalaman
tanah
dipertimbangkan dalam penentuan Tingkat Bahaya Erosi (TBE) pada setiap satuan lahannya kelas TBE diberikan pada tiap satuan lahan dengan menggunakan informasi kedalaman tanah dan perkiraan erosi tahunan dari USLE. Kelas TBE ditentukan dengan menggunakan matriks seperti tabel berikut.
25
Tabel 9. Kelas Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Solum Tanah (Cm) < 15 Dalam > 90 SR 0 Sedang 60 – 90 R I Dangkal 30 –60 S II Sangat dangkal < 30 B III Sumber : (Debhut, 1998)
Erosi (ton/ha/tahun) 15 -60 60 -180 180 – 480 R S B I II III S B SB II III IV B SB SB III IV IV SB SB SB IV IV IV
> 480 SB IV SB IV SB IV SB IV
Keterangan : SR R S B SB
: Sangat Rendah : Rendah : Sedang : Berat : SangatBerat
E. Konservasi Lahan Konservasi adalah pemeliharaan, penyelamatan , pengawetan, dan perlindungan (Burhani, 2002:310). Konservasi Lahan adalah upaya untuk mempertahankan, merehabilitasi dan meningkatkan daya guna lahan sesuai dengan peruntukanya (Ditjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, 1998). Penerapan teknik konservasi lahan bertujuan untuk peningkatkan produksi dan pemanfaatan lahan semaksimal mungkin dalam jangka panjang untuk mencegah kerusakan lahan dan menjaga kelestarian sumberdaya lahan (Hermawan et.al, 1995:35). Konservasi lahan dilakukan agar energi perusak (butir butir hujan dan aliran permukaan) dapat dikurangi sekecil mungkin sehingga tidak merusak dan agregat tanah lebih tahan terhadap pukulan butir
26
hujan dan aliran permukaan agar sumber daya lahan tetap terjaga kelestarianya. Menurut Morgan (1979) ada tiga metode dalam melakukan konservasi lahan. 1. memperbaiki dan menjaga tanah agar tahan terhadap penghancuran dan pengangkutan serta lebih besar daya resap airnya. 2. Menutup tanah dengan tanaman atau sisa tumbuhan agar tanah terlindung dari pukulan butiran hujan yang jatuh. 3. Mengatur aliran permukaan senhingga aliran prmukaan mengalir dengan kekuatan yang tidak merusak. Tindakan konservasi lahan didasarkan pada prinsip prinsip 1) Memperbesar resistensi permukaan tanah sehingga lapisan permukaan tanah tahan terhadap pengaruh tumbukan butir butir hujan, 2) Memperbesar kapasitas infiltrasi tanah sehingga daya rusak dan daya hanyut aliran permukaan terhdap partikel partikel tanah dapat di perkecil atau diresudir (Kartasapoetra1985:45). Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut maka usaha konservasi lahan atau usaha pengawetan lahan dapat dilakukan dengan dengan teknologi atau dengan cara sebagai brikut: a. Vegetatif. Teknik konservasi secara vegetatitf adalah pengelolaan tanaman dengan sedemikian rupa sehingga dapat menekan laju erosi dan aliran permukaan (Kusuma Ananta, 1987:118).
27
b. Fisik atau Mekanis. Konservasi lahan fisik atau mekanis adalah Konservasi lahan yang dilakukan dengan membuat bangunan atau wahana yang dibuat dalam bentuk bangunan sipil teknis seperti penerasan, pembuatan guludanguludan, saluran pembuangan limpasan, dam pengendali dan lainya. secara mekanis pada dasarnya bertujuan 1) Memperkecil aliran permukaan sehingga mengalir dengan kekuatan yang tidak merusak, 2) Menampung dan menyalurkan aliran permukaan pada bangunan tertentu atau lahan pertanian yang telah disiapkan. Usaha konservasi lahan atau pengawetan lahan dapat dilakukan dengan cara teknis mekanis namun cara teknik ini membutuhkan biaya yang besar dibanding denagan cara vegetatif, karena menyangkut pembuatan prasarana seperti. 1) Pembuatan jalur-jalur bagi pengaliran air dari tempat tertentu ketempat-tempat pembuangan (water ways). 2) Pembuatan teras-teras atau sengkedan-sengkedan agar aliran air terhambat sehingga daya angkut atau daya hanyutnya berkurang. 3) Pembuatan selokan dan parit atau korak-korak pada tempat-tempat tertentu (saluran pembuangan air). 4) Melakukan pengolahan tanah sedemikian rupa yang sejajar dengan garis kontur. 5) Pembuatan saluran pembuangan pengendali (chek dam) yang berfungsi sebagai pengendali sedimentasi.
28
c. Kimiawi. Konservasi cara kimia dalam usaha pengawetan lahan adalah dengan memanfaatkan Soil Conditioner atau bahan-bahan pemantap tanah bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan resisten terhadap erosi , tindakan pemupukan dapat memperkaya bahan organik dan pengapuran dapat meningkatkan pH tanah (Kartasapoetra, 1985:72). Melakukan konservasi lahan idealnya dilakukan sedini mungkin jika terjadi kerusakan lahan, tetapi mempertimbangkan biaya, waktu, tenaga dan faktor lainya maka konservasi lahan dilakukan dengan analisis terlebih dahulu pada lahan mengenai jenis dan tingkat kerusakan lahan yang terjadi kemudian melakuakan prioritas konservasi menurut tingkat kerusakan lahan. F. Prioritas Konservasi Konsevasi lahan sebaiknya dilakukan sedini mungkin dan dilakukan menyeluruh bersama jika pada suatu lahan terindikasi kerusakan (erosi) tetapi untuk melakukan itu harus mempertimbangkan faktor biaya, waktu dan tenaga, untuk mensiasati ketiga faktor kendala seperti di atas maka dilakukan prioritas konservasi dengan tujuan dapat memberikan informasi dan gambaran daerah yang memerlukan konservasi berdasarkan kelas kerusakanya akibat erosi. Prioritas konservasi diberikan berdasarkan kelas tingkat bahaya erosi.
29
1. Prioritas I Prioritas Konservasi I diberikan pada daerah yang masuk kedalam kelas tingkat bahaya erosi sangat berat dan harus secepatnya dilakukan tindakan konservasi secepatnya untuk mengurangi erosi tanah dan kerusakan lahan yang lebih parah lagi. 2. Prioritas II Prioritas Konservasi II diberikan pada daerah yang masuk kedalam kelas tingkat bahaya erosi berat dan harus mendapat perhatian yang serius agar tidak terjadi kerusakan lahan yang lebih parah lagi. 3. Prioritas III Prioritas Konservasi III diberikan pada daerah yang masuk kedalam kelas tingkat bahaya erosi sedang dan harus mendapat perhatian yang serius agar sumber daya lahan tetap lestari dan tidak terjadi kerusakan lahan yang lebih parah lagi yang merugikan manusia. 4. Prioritas IV Prioritas Konservasi IV diberikan pada daerah yang masuk kedalam kelas tingkat bahaya erosi ringan. Hal yang dilakukan adalah melakukan pencegahan agar tidak terjadi kerusakan lahan akibat erosi dengan melakukan pengelolaan lahan sesui dengan prinsip-prinsip konservasi lahan
BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek pada penelitian ini adalah seluruh penggunaan lahan tegalan yang ada di Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung. Pada penelitian ini hanya dilakukan pada penggunaan lahan tegalan saja dengan alasan karena pada lahan tegalan pengelolaan lahan dilakukan intensif sehingga lahan menjadi terbuka pda kondisi seperti ini jika terkena air hujan akan mempercepat erosi. B. Penentuan Sampel Sampel adalah sebagian dari obyek atau individu-individu yang mewakili populasi (Pandudu Tika, 2005). Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan tujuan tertentu. Pada penelitian ini sampel diambil hanya pada penggunaan lahan tegalan karena tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kelas tingkat bahaya erosi pada lahan kering tegalan, sampel diambil dibedakan berdasarkan klasifikasi dari jenis tanaman tegalan, lereng dan jenis tanah. C. Variabel Penelitian 1. Besarnya Erosi yang Mencakup Sub Variabel a. Erodibilitas tanah, merupakan rata-rata karasteristik tanah dan respon tanah terhadap hujan dalam jangka panjang, erodibilitas tanah
30
31
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu permeabilitas tanah, kandungan bahan organik, struktur dan tekstur tanah. b. Erosivitas hujan, adalah kemampuan hujan dalam menimbulkan erosi pada tanah. Erosivitas hujan merupakan fungsi dari sifat fisik hujan seperti jumlah hujan, lama hujan, intensitas hujan, ukuran butir hujan dan kecepatan jatuh air hujan. c. Pengelolaan lahan dan konservasi lahan, adalah campur tangan manusia dalam kaitanya dengan pemanfaatan atau penggunaan lahan. 2. Arahan konservasi yang menyangkut a. Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi Pada Lahan Kering Tegalan. b. Prioritas Konservasi Pada Lahan Kering Tegalan. D. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Dokumentasi Studi dokumentasi digunakan untuk memperoleh informasi data Sekunder dengan mengumpulkan data-data dari dokumen dokumen atau catatan lainnya yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. 2.
Metode Pengukuran dan Pengamatan Pengukuran dilakukan langsung di lapangan untuk memperoleh data solum tanah, jenis vegetasi dan tindakan konservasi lahan. Untuk panjang dan kemiringan lereng diukur menggunakan peta kontur.
32
E. Jenis Data 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh atau didapatkan dengan cara pengamatan atau pengukuran langsung di lapangan. Data primer pada penelitian ini adalah sebagai berikut. a. lereng Faktor lereng meliputi panjang lereng dan kecuraman lereng yang diukur dengan menggunakan meteran dan clino meter. b. Pengelolaan tanaman Data pengelolaan tanaman ini diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dan wawancara langsung dengan penduduk sekitar atau penggarap lahan mengenai sistem pengelolaan lahan yang dilakukan. c. Tindakan konservasi Data tindakan atau jenis konservasi diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan pada lokasi sampel. d. Solum tanah Pengukuran dilakukan dengan melakukan pengukuran dilapangan dengan menggunakan bor tanah. e. Erodibilitas tanah Data ini diperoleh berdasarkan pengamatan di lapangan, uji laboratorium dan analisa terhadap sampel yang telah diperoleh.
33
2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang di dapatkan dari sumber-sumber lain seperti data kependudukan, peta-peta, data curah hujan dan lain-lain. Data sekunder pada penelitian ini meliputi. a. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:25.000 Lembar 1408-531 Ngadirejo dan Lembar 1408-442 Kejajar tahun 2000. b. Peta Kontur Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 25000 Lembar 1408-531 Ngadirejo dan Lembar 1408-442 Kejajar Tahun 2000. c. Peta Penggunaan Lahan Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 25000 Lembar 1408-531 Ngadirejo dan Lembar 1408-442 Kejajar Tahun 2000. d. Peta Jenis Tanah Kabupaten Temanggung Skala 1 : 150.000 BAPPEDA Temanggung Tahun 2006. e. Peta Geologi Kabupaten Temanggung Skala 1 : 150.000 BAPPEDA Temanggung Tahun 2006. f. Data Curah Hujan Stasiun Hujan No 65 Kecamatan Tretep dari Tahun 1993 – 2008. g. Data Monografi Kecamatan Tretep Tahun 2009. F. Peralatan Penelitian 1. Seperangkat komputer . Komputer yang digunakan Pentium IV, RAM 512 Mb, Hardisk 80 Gb, digunakan untuk mengolah data dan pengetikan skripsi.
34
2. GPS. GPS pada penelitian ini digunakan untuk menentukan atau mengetahui letak sampel di lapangan. 3. Software Arc View 3.3. Software Arc View 3.3 digunakan untuk mengolah dan membuat peta tingkat bahaya erosi dan peta prioritas konservasi. 4. Kamera Digital. Kamera
digital
digunakan
untuk
mengambil
dokumentasi
yang
diperlukan. 5. Alat tulis. Alat tulis digunakan untuk mencatat dan menulis hasil penelitian di lapangan untuk mempermudah pemrosesan data berikutnya. 6. Kantong plastik Kantong Plastik digunakan untuk pengambilan sampel tanah G. Teknik Analisis Data Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif kuantitatif dan kualitatif karena penelitian ini merupakan penelitan modifikasi analisis data dapat dilakukan dengan metode kualitatif, kuantitatif atau gabungan dari keduanya. 1. Analisis Tingkat Bahaya Erosi Analisis tingkat bahaya erosi dilakukan dengan menghitung dugaan hilangnya tanah yang tereosi dalam ton/hektar/tahun dengan persamaan USLE, kemudian mencocokanya dengan kedalam solum tanah dan dibandingkan dengan tabel kelas tingkat bahaya erosi untuk menentukan kelas tingkat bahaya erosi.
35
Persamaan USLE Wischmeir dan Smith (1978). A = R x K x LS x C x P (Wischmeir dan Smith dalam Ananto Kusuma, 1987:86). Keterangan : A R K LS C P
= Jumlah Tanah yang Hilang (Ton/Ha/Th). = Indeks Erosivitas Hujan Bulanan (KJ/Ha/Cm). = Indeks Erodibilitas Tanah (Ton/Kj). = Indeks Panjang dan Kemiringan Lereng. = Indeks Pengelolaan Tanaman. = Indeks Konservasi/Campur Tangan Manusia.
2. Analisis Prioritas Konservasi Prioritas konservasi diberikan berdasarkan kelas tingkat bahaya erosi. Kelas tingkat bahaya erosi sangat berat mendapatkan prioritas pertama artinya segera untuk dilakukan konservasi lahan dan meningkat berdasarkan kelas tingkat bahaya erosi pada lahan tegalan. Tabel prioritas konservasi disajikan pada Tabel 10 Tabel 10. Prioritas Konservasi No Kelas Tingkat Bahaya Erosi Prioritas Konservasi 1 SB I (pertama) 2 B II (kedua) 3 S III (ketiga) 4 R IV (ke empat) 5 SR V (ke lima) Sumber : Departemen kehutanan,1998. Keterangan SR R S B SB
: Sangat Rendah : Rendah : Sedang : Berat : Sangat Berat
36
Digram Alir Penelitian Peta Topografi Skala 1 : 25 000
Peta Penggunaan Lahan skala 1: 25 000
Peta lereng Skal 1 : 25000
Peta Jenis Tanah Skala 1 : 150. 000
Peta Geologi Skal 1 : 150.000
Peta Satuan Lahan skala 1 : 50.000
Sampel satuan lahan
Pengamatan lapangan
Data Primer • Kemiringan lereng • Panjang lereng • Penutup lahan • Tindakan konservasi • Erodibilitas tanah
Data sekunder • Data curah hujan • Monografi Proses, klasifikasi dan analisa data
Peta Tingkat Bahaya Erosi
Klasifikasi kelas prioritas konservasi
Peta Arahan Konservasi Keterangan: Input Data
Output Data
Proses SIG
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
Pengelolaan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian yang akan dibahas meliputi gambaran umum, satuan lahan, persebaran sampel tanah, variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat bahaya erosi, dan hasil perhitugan erosi dengan metode USLE dan memberi arahan konservasi pada lahan kering tegalan. 1. Gambaran Umum d. Lokasi Secara astronomis daerah penelitian terletak pada 07013’30”07007’30” LS dan 109056’30”-110001’30” BT (Peta Administrasi Tretep). Secara administrasi Kecamatan Tretep terletak di Kabupaten Temanggung, Propinsi Jawa Tengah. Batas administrasi dari Kecamatan Tretep adalah sebagai berikut Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Bejen dan Kabupaten Kendal, Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Candiroto, Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Wonoboyo,
Sebelah barat berbatasan dengan
Kabupaten Wonosobo. Luas Kecamatan Tretep 3.721,661 Ha terdiri dari 11 Desa yaitu Simpar,
Campurejo,
Bendungan,
Tretep,
Tlogo,
Nglarangan, Sigedong, Bonjor, TempelSari, Bojong.
37
Donorejo,
38
39
e. Iklim Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca pada suatu tempat dihitung dalam jangka waktu yang lama. Faktor yang mempengaruhi iklim adalah hujan, radiasi matahari dan evapotranspirasi. Kondisi iklim akan berpengaruh pada proses erosi. Variabel iklim yang akan di hitung dan di analisis pada penelitian ini adalah curah hujan dan tipe iklim. Curah hujan merupakan salah satu variabel iklim yang berpengaruh pada proses terjadinya erosi, curah hujan yang intensitasnya tinggi akan mempercepat proses penghancuran agregat tanah dan memperbesar aliran permukaan yang mengakibatkan erosi tanah dalam jumlah yang besar (Le orde 2008:43). Curah hujan pada daerah penelitian dihitung berdasarkan data curah hujan di lapangan yang diperoleh dari stasiun hujan No 65 Kecamatan Tretep yang terletak pada 1.200 meter di atas permukaan air laut. Data yang di gunakan adalah jumlah hari hujan dan data hujan bulanan. Data hujan bulanan digunakan untuk melihat banyaknya hari hujan, Fluktuansi curah hujan bulanan dan besarnya curah hujan bulanan maksimum yang terjadi dan digunakan untuk menghitung erosivitas hujan bulanan. Untuk menghitung besarnya erosivitas hujan digunakan data hujan minimal sepuluh tahunan. Data curah hujan yang digunakan
40
pada penelitian ini adalah data hujan selama 16 tahun dari tahun 19932008. Klasifikasi iklim pada lokasi penelitian didasakan pada klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson dengan menentukan besarnya nilai Q (Qoutlet) yang merupakan perbandingan rata-rata bulan kering dengan rata-rata bulan basah. Besarnya nilai Q ditentukan berdasarkan persamaan:
Q=
rata - rata bulan kering x 100% rata - rata bulan basah
Bulan basah adalah bulan yang memiliki curah hujan bulananya > 100 mm, bulan kering adalah bulan yang curah hujan bulananya < 60 mm dan bulan yang curah hujan bulananya antara 60 – 100 mm disebut bulan lembab. Hasil klasifikasi iklim lokasi penelitian menurut Schmidt dan Ferguson menggunakan data hujan bulanan Kecamatan Tretep dari tahun 1993-2008, dapat dilihat pada Tabel 11.
41
Tabel 11. Jumlah Bulan Basah, Bulan Kering dan Bulan Lembab. Tahun Bulan Basah Bulan Kering Bulan Lembab 1993 8 2 2 1994 6 6 0 1995 9 3 0 1996 8 3 1 1997 6 5 1 1998 10 1 1 1999 8 4 0 2000 9 2 1 2001 10 2 0 2002 7 3 1 2003 8 2 2 2004 8 2 1 2005 10 1 1 2006 5 7 0 2007 8 3 1 2008 8 3 1 Rata-rata 8 3,06 0,81 Sumber : Hasil Analisis Data Hujan Kecamatan Tretep tahun 19932008. Berdasarkan Tabel 11, nilai Q dapat dihitung sebagai berikut: Q=
rata - rata bulan kering x 100% rata - rata bulan basah
3,06 X 100% 8 Q = 38,25 % Q=
Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson daerah penelitian masuk dalam golongan tipe iklim C agak basah dengan nilai Q 38,25 %, dengan ciri-ciri iklim bervegetasi hutan rimba diantaranya terdapat jenis-jenis vegetasi berdaun gugur pada bulan kemarau.
42
12 700 % rata-rata jumlah bulan kering
11 10
300%
H
9
G
8
167%
7
F 100%
6
E
5
D 60%
4 33,3% 3
C Tipe C
2
B 14,3%
1 0
A 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
rata-rata jumlah bulan basah Gambar 4. Pembagian wilayah iklim berdasarkan rata-rata jumlah bulan kering dan rata-rata jumlah bulan basah. (Sumber : Schmidt dan Ferguson dalam Handayani, 2006:41). a. Topografi Kondisi Topografi daerah penelitian berupa dataran landai, perbukitan sampai pegunungan berlereng terjal dengan kemiringan lereng bervariasi antara
0 - > 40%. Berdasarkan peta Rupa Bumi
Indonesia Skala 1 : 25.000 dan cek lapangan daerah penelitian dibagi menjadi lima kelas lereng dengan klasifikasi lereng kelas datar (kelas I), Landai (kelas II), miring (kelas III) terjal (kelas IV) dan sangat
43
curam (kelas V) derah yang paling luas adalah daearah dengan kelas kemiringan lereng 8-15 %. Peta disajikan pada Gambar 5. Tebel 12. Kelas Lereng Kecamatan Tretep No 1 2 3 4 5
Kelas
Klasifikasi
Keterangan
Luasan Persentase (Ha) (%) I Datar 0–3% 195,040 5,24 II Landai 3–8% 450,684 12,10 III Miring 8 – 15 % 1.960,769 52,11 IV Terjal 15 – 40 % 730,868 19,63 V Sangat Terjal > 40 % 384,274 10,32 Luas Total 3721,662 100 Sumber : Analisis Peta Lereng Kecamatan Tretep.
b. Penggunaan Lahan Jenis penggunaan lahan pada lokasi penelitian dibedakan menjadi tegalan, sawah, pemukiman, kebun, dan hutan (Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 25000 lembar Ngadirejo dan Kejajar). Pada penelitian Analisis Tingkat Bahaya Eosi ini dibatasi hanya pada penggunaan lahan tegalan saja sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui tingkat bahaya erosi dan memberi arahan prioritas konservasi pada lahan kering tegalan.Berdasarkan peta pengunaan lahan diperoleh luas penggunaan lahan dan persentasenya di sajikan pada Gambar 6 dan Tabel 13. Tabel 13. Luas Penggunaan Lahan dan Persentasenya Jenis Pengunaan Lahan Luas (Ha) Persentase Tegalan 2.650,606 71,22 Sawah 48,801 1,31 Pemukiman 208,439 5,60 Hutan 318,774 8,59 Perkebunan/kebun 495,037 13,30 Jumlah Total 3721,657 100 Sumber : Analisis Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Tretep.
44
45
46
c. Jenis Tanaman Tegalan Jenis tanaman tegalan di kecamatan Tretep didominasi oleh Jagung, tembakau dan sayuran, dalam satu tahun untuk jenis tanaman tembakau satu kali panen pada bulan juli-agustus dan tanaman jagung dalam satu tahun panen dapat di panen tiga kali. Untuk tanaman tegalan lainya seperti ketela pohon, ubi jalar, kimpul, dan kacang tanah hanya ditanam sebagai tanaman larikan atau sebagai tanaman pelengkap. Budidaya bercocok tanam dengan jenis tanaman seperti di atas telah dilakukan secara turun menurun dan dilakukan dengan teknik pengelolaan sederhana tanpa diimbangi tindakan konservasi lahan yang baik. Data jenis tanaman ini diperoleh degan pengamatan langsung di lapangan yang di cocokan dengan
penggunaan lahan tegalan di
Kecamatan Tretep. Di sajikan Gambar 7. Tabel 14. Jenis Tanaman Tegalan Tanaman Tegalan Luas (ha) Persentase (%) Jagung 1.820,371 68,72 Tembakau 227,940 8,60 Kentang 600,540 22,60 Jumlah Total 2.648,851 100 Sumber : Analisis Peta Jenis Tanaman Tegalan di Kecamatan Tretep.
47
48
d. Tanah Tanah adalah akumulasi tubuh-tubuh alam yang bebas menduduki
sebagiaan
besar
permukaan
bumi
yang
mampu
menumbuhkan tanaman dan mempunyai sifat-sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak tehadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu ( Noorhadi, 1993:16). Tanah merupakan hasil dari pelapukan batuan selama beribu bahkan berjuta tahun lalu, dimana lapisan tanah yang telah matang (solum) terdiri dari zat padat, cair dan gas. Pada daerah penelitian terdapat dua jenis tanah yaitu Latosol Coklat dan Latosol Merah Kekuningan (Peta Tanah Kabupaten Temanggung Skala 1 : 150.000 BAPPEDA Temanggung 2006). Tanah Latosol Coklat terdapat pada sebagian besar wilayah Kecamatan Tretep dan tanah Latosol Merah Kekuningan terdapat di bagian utara Kecamatan Tretep yaitu Desa Tlogo Peta jenis Tanah disajikan pada Gambar 8, dengan luasan sebagai berikut : Tabel 15. Jenis Tanah di Kecamatan Tretep No 1 2
Jenis Tanah Luasan (ha) Persentase (%) Latosol Coklat 343,967 9,24 Latosol Merah Kekuningan 3.377,693 90,75 Luasan Total 3721,660 100 Sumber : Analisis Peta Jenis Tanah Kecamatan Tretep.
49
50
e. Geologi Secara fisiografi Pulau Jawa di kelompokan menjadi 2 zone yaitu zone utara dan zone selatan, zone selatan merupakam zone planteu, zone tengah merupakan zone gunung api sedangkan zone utara merupakan zone lipatan (Handayani, 2001:20). Secara umum Kabupaten Temanggung terbagi kedalam dua aktivitas geologi yaitu wilayah yang berupa bahan vulkanik intermedier yang banyak ditemukan di wilayah Gunung Sumbing, Sindoro, Butak, Juranggrawah dan Telomoyo membentuk lahan dengan tanah yang subur dan wilayah yang yang diliputi oleh bahan sedimen tua banyak ditemukan di timur, timur laut dan utara yang membentuk lahan dengan kesuburan dan produtivtas tanah rendah (RTRW Temnaggung, 2006:3-4). Bagian barat daya, barat dan barat laut Kabupaten Temanggung banyak dipengaruhi oleh aktivitas gunung api vulkanisme muda, bagian barat daya terdapat vulkan sumbing (Qsm) berumur holosen tersususn atas aktivitas lava dan endapan lahar andesit, augit dan olivin. Pada bagian barat terdapat vulkan Sindoro
(Qsu) yang
berumur relatif lebih muda. Pada lokasi penelitian KecamatanTretep merupakan bentukan dari Formasi Kaligetas (Qpkg) berumur pleistosen dan merupakan bagian komplek dari penggunungan Dieng. Peta disajikan pada Gambar 9.
51
Tabel 16. Formsi Geologi di Kecamatan Tretep Tahun No 1 2
Formasi Geologi Kali getas Gunung Api Jembang Luasan Total Sumber : Analisis Peta Geologi
Luasan (ha) Persentase 3.635,759 97,69 85,90 2,30 3.721,660 100 Kecamatan Tretep.
f. Kependudukan Kecamatan Tretep dibagi menjadi 11 Desa yaitu Simpar, Bendungan,
Tretep,
Donorejo,
Campurejo,
Tlogo,
Sigedong,
Nglarangan, Bojong, Tempelsari dan Donorejo dengan luas wilayah 3.721,661 Ha. Jumlah penduduk Kecamatan Tretep dalah 2.0134 jiwa terdiri dari 10.294 laki-laki dan 9.840 perempuan. Mata pencaharian penduduk setempat mayoritas bekerja di sektor pertanian baik sebagai petani pemilik maupun buruh, mata pencaharian lain adalah Swasta, buruh banggunan dan PNS. Tabel 17. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharianya Desa Petani PNS Swasta Buruh Tretep 460 14 36 920 Donorejo 817 2 14 110 Nglarangan 150 1 5 425 Sigedong 361 0 0 147 Bonjor 300 2 7 190 Tempelsari 760 1 32 195 Campurejo 3128 2 43 436 Bojong 1341 2 46 10 Bendungan 2017 16 28 170 Simpar 850 5 51 225 Tlogo 617 2 13 16 Jumlah 1.0801 47 275 2844 Sumber: Data Monografi Kecamatan Tretep Tahun 2009.
52
53
2. Satuan Lahan Satuan Lahan merupakan bagian dari lahan yang dapat dibatasi pada peta dan memiliki karasteristik atau kualitas tertentu. Satuan lahan merupakan pemetaan terkecil yang disusun berdasarkan formasi geologi, kemiringan lereng, jenis tanah, dan penggunaan lahan. Satuan lahan digunakan sebagai satuan analisis untuk mendapatkan karasteristik fisik daerah penelitian yang selanjutnya digunakan untuk analisis setiap variabel yang mempengaruhi proses erosi dan digunakan untuk perencanaan konservasi lahan sesuai dengan karasteristik satuan lahan. (FAO, 1976 dalam Noorhadi 2004:15 dan Tim Evaluasi Konservasi lahan UGM, 2005 : 87). Dari hasil overlay peta geologi, peta jenis tanah, peta lereng dan penggunaan lahan pada daerah penelitian terdapat 28 satuan lahan disajikan pada Tabel 18. Parameter yang digunakan untuk menyusun peta satuan lahan adalah peta penggunaan lahan, peta kemiringan lereng, peta jenis tanah dan peta geologi dengan cara overlay peta-peta tersebut menggunakan Soft ware Arc View GIS 3.3. Peta Satuan Lahan disajikan pada Gambar 10.
54
Tabel 18. Luas Satuan Lahan dan Persentasenya No
Satuan Lahan
Luas Persentase (ha) (%) 1. TG_V_LMK_V1 2,375 0,06 2. TG_I_LMK_V2 2,576 0,06 3. TG_I_LMK_V1 53,814 1,44 4. TG_I_LC_V1 3,312 0,08 5. TG_IV_LMK_V2 3,614 0,09 6. TG_IV_LMK_V1 596,926 16,03 7. TG_II_LMK_V1 278,300 7,47 8. TG_III_LMK_V2 76,319 2,05 9. TG_III_LMK_V1 1.533,496 41,20 10. TG_III_LC_V1 99,873 2,68 11. SW_I_LC_V1 48,721 1,30 12. SW_III_LC_V1 0,077 0,002 13. PM_I_LMK_V2 3,392 0,09 14. PM_I_LMK_V1 22,996 0,617 15. PM_I_LC_V1 16,405 0,44 16. PM_IV_LMK_V1 12,528 0,33 17. PM_II_LMK_V1 128,647 3,45 18. PM_III_LMK_V1 24,474 0,65 19. KB_V_LMK_V1 64,577 1,73 20. KB_I_LMK_V1 0,295 0,007 21. KB_I_LC_V1 43,529 1,16 22. KB_IV_LMK_V1 1.16,773 3,13 23. KB_III_LMK_V1 94,082 2,52 24. KB_II_LMK_V1 43,736 1,17 25. KB_III_LC_V1 132,049 3,54 26. HT_V_LMK_V1 317,321 8,52 27. HT_IV_LMK_V1 1,029 0,02 28. HT_III_LMK_V1 0,425 0,01 Jumlah Total 3.721,661 100 Sumber : Analisis Peta Satuan Lahan Kecamatan Tretep. 3. Persebaran Sampel Tanah Pada penelitian ini pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling
yaitu dengan metode pengambilan sampel
berdasarkan tujuan penelitian. Pada penelitian ini sampel diambil hanya pada penggunaan lahan tegalan karena tujuan dari penelitian ini adalah
55
mengetahui kelas tingkat bahaya erosi pada lahan kering tegalan, sampel diambil dibedakan berdasarkan klasifikasi dari jenis tanaman tegalan, lereng dan jenis tanah. Pada penelitian ini di ambil 11 sampel. Pada pengambilan sanpel pada penelitian ini menggunakan
2
metode yaitu pengamatan atau pegukuran langsung dilapangan dan uji laboratorium. Pengamatan lapangan dilakukan untuk memperoleh data data yang diperlukan seperti panjang dan kemiringan lereng, tipe vegetasi dan jenis tindakan konservasi sedangkan uji laboratorium dilakukan untuk menghitung permeabilitas, struktur tanah, tekstur tanah dan kandungan bahan organik untuk menghitung nilai erodibilitas tanah (K). Peta Sampel Tanah disajikan pada Gambar 11. Tabel 19. Koordinat Sampel Tanah No Sampel
Koordinat GPS (UTM) X Y 1 394815 9211511 2 393008 9210047 3 392818 9209648 4 391944 9207100 5 390566 9206587 6 389434 9206530 7 388331 9207005 8 390575 9205256 9 389719 9203412 10 386316 9204800 11 387247 9203164 Sumber : Hasil Analisis Data Lapangan.
56
57
58
4. Faktor yang Mempengaruhi Proses Erosi Pendugaan
erosi
tanah
permukaan
pada
penelitian
ini
menggunakan metode Universal Soil Loss Equation (USLE) yang dikembangkan oleh Wischmeir dan Smith (1978), dengan metode ini tingkat erosi dihitung dengan menghitung perkiraan rata-rata tanah hilang tahunan akibat erosi dalm Ton/Ha/Th (Handayani, 2006:60). Untuk menentukan laju erosi aktual denagan persamaan USLE dapat dilihat pada persamaan A = R.K.LS.C.P, dengan terlebih dahulu menentukan nilai masing-masing parameter USLE yaitu erosivitas hujan (R), erodibilitas tanah (K), faktor panjang dan kemiringan lereng (LS), faktor penutup lahan (C) dan tindakan konservasi(P). a. Indeks Erosivitas Hujan (R) Perhitungan indeks erosivitas hujan (R) dalam penelitian ini didasarkan pada rumus Bols (1978). Data yang digunakan meliputi curah hujan bulanan, jumlah hari hujan dan hujan harian maksimum minimal 10 tahun. Pada penelitian ini digunakan data hujan 16 tahun dari tahun (1993-2008) yang diperoleh dari stasiun hujan No 65 Kecamatan Tretep data terlampir pada halaman lampiran. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan nilai erosivitas hujan daerah penelitian berkisar antara 2,41 sampai 54,30 Kj/Ha/Cm dapat dilihat pada lampiran 3. Jika dilihat dari perhitungan nilai R bulanan, nilai R tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu 288,35 Kj/Ha/Cm. dan terendah
59
pada bulan Agustus dengan nilai R 47,03 Kj/Ha/Cm. Nilai erosivitas hujan daerah penelitan sebesar 2035,73 Kj/Ha/Cm didapat dari hasil menjumlahkan nilai R selama 1 tahun. b. Indeks Erodibilitas Tanah (K) Faktor erodibilitas tanah adalah indeks kuantitatif kerentanan tanah terhadap erosi air. Erodibilitas tanah sangat dipengaruhi oleh tekstur tanah, kandungan bahan organik, permeabilitas tanah dan struktur
tanah.
(Morgan,1979
dalam
Aziz
Shultani,
2008:60)
menyatakan bahwa tanah akan lebih mudah mengalami erosi apabila mempunyai kandungan debu lebih tinggi dengan kandungan liat dan bahan organik lebih rendah. Berdasarkan analisa laboratorium mengenai tekstur, permebilitas, kandungan bahan organik dan struktur tanah serta pengamatan di lapangan, setalah dilakukan perhitungan nilai erodibilitas tanah (K) daerah penelitian diperoleh nilai 0,103 sampai 0,227 Ton/Kj.disajikan pada tabel 22. Hasil analisis uji laboratorium dan perhitungan indeks erodibilitas tanah disajikan pada lampiran 1. Hasil pehitungan nilai K dan analisis menunjukan bahwa daerah penelitian masuk kedalam kelas erodibilitas sedang karena kandungan pasir yang cukup tinggi. Makin tinggi kandungan pasir maka kesetabilan tanah makin 2006:65).
rendah dan mudah tereosi (Handayani,
60
Tabel 20. Indeks Erodibilitas Tanah Pada Daerah Penelitian No sampel
Unit Lahan
Nilai Erodibilitas Tanah (Ton/Kj) 1 TGj_III_LC 0,11 2 TGj_I_LC 0,11 3 TGt_III_LC 0,22 4 TGj_II_LMK 0,10 5 TGt_II_LMK 0,12 6 TGj_III_LMK 0,11 7 TGt_I_LMK 0,10 8 TGj_I_LMK 0,10 9 TGt_III_LMK 0,13 10 TGt_V_LMK 0,12 11 TGk_IV_LMK 0,12 Sumber : Uji Laboratorium dan Analisis Data
c. Faktor Lereng (LS) Erosi akan bertambah seiring dengan meningkatnya kemirigan dan panjang lereng sebagai efek dari meningkatnya kecepatan dan volume dari aliran permukaan (Morgan, 1979 dalam Aziz Sulthani, 2008:162). Selain memperbesar jumlah aliran permukaan , semakin curam lereng juga memperbesar energi angkut aliran permukaan dan jumlah butir tanah yang terpecik kebagian bawah lereng oleh tumbukan butir-butir hujan akan lebih banyak (Aziz Sulthani, 2008:162). Indek faktor LS didapat dari pengukuran panjang dan kemiringan lereng dengan menggunakan peta kontur. Dari hasil perhitungan nilai LS pada daerah penelitian didapatkan indeks nila LS tnggi yaitu berkisar antara 0,50sampai 23,30 disajikan pada Tabel 20. Bentuk lahan darah penelitian berupa dataran sampai dengan peggunungan dengan kemiringan lereng curam dan panjang. Hasil perhitungan nilai LS disajikan pada lampiran 1.
61
Tabel 21. Nilai LS Pada Daerah Penelitian No Sampel Satuan Lahan Nilai LS 1 TGj_III_LC 4,6 2 TGj_I_LC 0,46 3 TGt_III_LC 1,47 4 TGj_II_LMK 1,39 5 TGt_II_LMK 1,27 6 TGj_III_LMK 2,52 7 TGt_I_LMK 0,55 8 TGj_I_LMK 0,53 9 TGt_III_LMK 2,99 10 TGt_V_LMK 23,55 11 TGk_IV_LMK 20,04 Sumber : Pengamatan Lapangan dan Analisis Data. d. Faktor Vegetasi (C) Faktor pengelolaan tanaman pada dasarnya menunjukan besarnya perlindungan tanaman terhadap erosivitas hujan. Faktor penutup lahan pada daerah penelitian ditentukan dengan melakukan pengamatan langsung dilapangan. Semakin baik perlindungan permukaan tanah oleh tanaman maka semakin rendah erosi yang akan terjadi. Dari
pengamatan lapangan faktor penutup lahan (C) daerah
penelitian terdapat dua macam nilai (C) pada penggunaan lahan tegalan yaitu tembakau dan jagung nilai (C) 0,7 dan sayuran kentang/kol nilai (C) 0,4. daerah penelitian didominasi oleh pertanian tembakau dan jagung.
62
Tabel 22. Nilai Faktor Vegetasi Pada Daerah Penelitian No Sampel Satuan Lahan Jenis penutup tanah 1 TGj_III_LC Jagung 2 TGj_I_LC Jagung 3 TGt_III_LC Tembakau 4 TGj_II_LMK Jagung 5 TGt_II_LMK Tembakau 6 TGj_III_LMK Jagung 7 TGt_I_LMK Tembakau 8 TGj_I_LMK Jagung 9 TGt_III_LMK Tembakau 10 TGt_V_LMK Tembakau 11 TGk_IV_LMK Kentang Sumber : Pengamatan Lapangan dan Analisis Data
Nilai C 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,4
e. Faktor Tindakan Konservasi (P) Faktor praktek konservasi tanah (P) adalah perbandingan besarnya erosi dengan suatu tindakan konservasi tanah tertentu terhadap besarnya erosi pada tanah yang diolah menurut arah lereng. Tingkat erosi yang terjadi sebagai akibat pengaruh dari pengelolaan lahan dan konservasi tanah bervariasi tergantung pada kemiringan lereng (Handayani, 2006:67). Faktor pengelolaan lahan sangat tergantung pada aktivitas manusia menyangkut penggiliran tanaman dan tindakan konservasi yang dilakukan. Jumlah tanah yang hilang akibat erosi dapat dikurangi dengan adaptasai pengelolaan lahan yang baik dan tindakan konservasi (Sahuleka W, 1993:97). Faktor praktek konservasi tanah diperoleh langsung melalui pengamatan langsung di lapangan kemudian membandingkanya kedalam tabel indek konservasi lahan. Perbedaan relief dan jenis
63
penggunaan lahan menjadi faktor penyebab terjadinya perbedaan perlakuan konservasi tanah. Semakin intensif pola pertanian pada sebidang lahan dan semakin tinggi kemiringan lereng, maka praktek konservasi tanah juga akan intensif. Praktek konservasi tanah yang terdapat di wilayah penelitian bervariasi seperti teras tradisional, teras bangku baik, pertanaman pola tumpang sari, rumput penutup tanah dan teras bangku tradisional. Tabel 23. Indeks Konservasi Tanah Pada Daerah Penelitian No Unit lahan Jenis Tindakan Konservasi Sampel 1 TGj_III_LC Teras Bangku Baik 2 TGj_I_LC Teras Bangku Jelek 3 TGt_III_LC Teras Bangku Jelek 4 TGj_II_LMK Teras Tradisional 5 TGt_II_LMK Tanpa Tindakan Konservasi 6 TGj_III_LMK Teras Tradisional 7 TGt_I_LMK Tanpa Tindakan Konservasi 8 TGj_I_LMK Tanpa Tindakan Konservasi 9 TGt_III_LMK Tanpa Tindakan Konservasi 10 TGt_V_LMK Teras Tradisional 11 TGk_IV_LMK Teras Tradisional Sumber : Pengamatan Lapangan dan Analisis Data.
Nilai P 0,20 0,35 0,35 0,40 1,00 0,40 1,00 1,00 1,00 0,40 0,40
5. Hasil Perhitungan Erosi, Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi dan Persebaran Kelas Tingkat Bahaya Erosi Pada Lahan Kerng Tegalan Metode USLE dikembangkan untuk menghitung erosi tanah yang disebabkan oleh suatu hujan pada suatu lahan (Ton/Ha/Th), selain hujan faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah lereng, erodibilitas tanah, penutup lahan (vegetasi) dan tindakan konservasi. Perhitungan erosi
64
dengan metode USLE dilakukan dengan mengalikan semua faktor yang menyebabkan erosi (R,K,LS,C dan P). a. Perhitungan Erosi Pada Lahan Kering Tegalan Dari faktor-faktor penyebab erosi seperti diatas maka dapat dilakukan pendugaan erosi tanah dengan menggunakan metode USLE yaitu dengan mengalikan semua variabel penyebab erosi tanah seperti diatas yaitu
A = R x K x LS x C x P dengan melihat kedalaman
solum tanah. Hasil perhitungan dengan menggunakan metode USLE pada pertanian kering tegalan menunjukan bahwa kehilangan tanah anatara 25,85 sampai 1.650,04 Ton/Ha/Th. Pada satuan lahan TGj_III_LC besarnya erosi 147,72 Ton/Ha/Th dengan kedalam solum tanah > 90 cm, masuk kedalam kelas tingkat bahaya erosi sedang. Satuan lahan TGj_I_LC besarnya erosi berkisar 25,85 Ton/Ha/Th dengan kedalam solum > 90 cm, masuk kedalam klasifikasi tingkat bahaya erosi rendah. Satuan lahan TGt_III_LC besarnya erosi 165,22 Ton/Ha/Th dengan kedalaman solum tanah 60 cm sampai dengan 90 cm, masuk kedalam kelas tingkat bahaya erosi berat. Satuan lahan TGj_II_LMK besar erosi 81,16 Ton/Ha/Th dengan kedalaman solum tanah > 90 cm masuk, kedalam kelas tingkat bahaya erosi sedang. TGt_II_LMK dengan besar erosi 222,46 Ton/Ha/Th dan kedalaman solum >90 cm masuk
kedalam
tingkat
bahaya
erosi
berat.
Satuan
lahan
TGj_III_LMK besarnya erosi 161,85 Ton/Ha/Th dengan kedalam
65
solum 60-90 cm masuk kedalam kelas tingkat bahaya erosi berat. Satuan
lahan
TGt_I_LMK
besarnya
erosi
80,28
Ton/Ha/Th
kedalaman solum > 90 cm, masuk kedalam kelas tingkat bahaya erosi sedang. Satuan lahan Tgj_I_LMK dengan kedalam solum > 90 cm, besarnya erosi 77,36 Ton/Ha/Th masuk kedalam kelas tingkat bahaya erosi sedang. Satuan lahan TGt_III_LMK besarnya erosi 567,38 Ton/Ha/Th, solum tanah 60-90 cm kelas tingkat bahaya erosi sangat berat. Satuan lahan TGt_V_LMK besarnya erosi 1.650,04 Ton/Ha/Th solum 60-90 cm, masuk kedalam kelas tingkat bahaya erosi sangat berat. Satuan lahan TGk_IV_LMK besarnya erosi 816,76 Ton/Ha/Th kedalaman solum 60-90, masuk kedalam kelas tingkat bahaya erosi sangat berat. Sesuai dengan tabel kriteria erosi departemen kehutanan lahan tegalan di derah penelitan dapat di klasifikasikan kedalam kelas tingkat bahaya erosi rendah, sedang, berat dan sangat berat di sajikan pada Tabel 24. b. Persebaran Tingkat Bahaya Erosi Analisis erosi perDesa dilakukan dengan tujuan dapat memberi informasi kepada pemerintah setempat sampai ke tingkat masyarakat desa mengenai tingkat bahaya erosi yang terjadi pada lahan tegalan dan mejadi pedoman dalam pengelolan lahan khususnya pada lahan tegalan dan tindakan konservasi lahan. Analisis dan perhitungan tingkat bahaya erosi pada lahan kering tegalan yang di overlay dengan peta administrasi Kecamatan Tretep di
66
klasifikasikan kedalam kelas tingkat bahaya erosi ringan, sedang, berat dan sangat berat dan dapat di ketahui persebaranya dan luasanya per satuan wilayah desa ilakukan agar dapat memberi informasi tingkat bahaya erosi sampai ketingkat masyarakat desa. Persebaran klasifikasi tingkat bahaya erosi disajikan pada Gambar 12. 1) Kelas Tingkat Bahaya Erosi Rendah Lahan tegalan yang masuk kedalam klasifikasi tingkat bahaya erosi ringan terdapat di Desa Campurejo, Simpar dan Tlogo. Topografi pada lahan tegalan di desa tersebut datar dengan kemiringan lereng 0-3%, penggunaan lahan sebagian besar untuk pertanian tembakau dan jagung yang di selingi dengan tanaman ketela pohon dan kacang tanah dengan pola tanam larikan peda ujung teras. Praktek konservasi yang dilakukan oleh masyarakat setempat adalah teras tradisional karena dilakukan secara tradisional dan teras bangku pada sebagian daerah.
Gambar 12. Penggunaan lahan pada kelas Tingkat Bahaya Erosi Rendah di Desa Simpar
67
Gambar 13. Praktek Konservasi Pada Daerah Kelas Tingkat Bahaya Erosi Rendah di Desa Tlogo. 2) Kelas Tingkat Bahaya Erosi Sedang Lahan tegalan yang masuk kedalam kelas tingkat bahaya erosi sedang terdapat di Desa Bendungan, Bojong, Bonjor, Campurejo, Nglarangan, Sigedong, Simpar, Tempelsari, Tlogo dan Tretep.Topografi lahan tegalan di daerah tersebut landai dengan kemiringan lereng (3-8%). Penggunaan lahan adalah pertanian tembakau dan jagung yang di selang seling dengan ketela pohon dan ubi jalar. Tindakan konservasi yang dilakukan oleh masyarakat setempat adalah melakukan penerasan pada bidang lahan yang miring. 3) Kelas Tingkat Bahaya Erosi Berat Sebagian besar lahan tegalan di Kecamatan Tretep masuk pada kelas tingkat bahaya erosi berat.Lahan tegalan yang masuk kedalam kelas tingkat bahaya erosi berat terdapat di Desa Bendungan, Simpar, Bojong, Bonjor, Campurejo, Donorejo,
68
Nglarangan, Sigedong, Tempelsari dan Tretep. Topografi tegalan yang masuk pada kelas tingkat bahaya erosi ini memiliki kemiringan lereng berkisar 8-15 %. Penggunaan lahan digunakan untuk pertanian tembakau dan jagung. prektek konservasi yang dilakukan oleh masyarakat adalah melakukan penerasan pada bidang lahan yang miring, tetapi masih bersifat tradisional.
Gambar 14.. Penggunaan Lahan Pada Daerah Tingkat Bahaya Erosi Sedang di Desa Tempelsari.
Gambar 15.. Praktek Konservasi Pada Daerah Kelas Tingkat Bahaya Erosi Sedang di Desa Bonjor.
69
Gambar 16. Penggunaan Lahan Pada Daerah Tingkat Bahaya Erosi Berat di Desa Tempelsari.
Gambar 17. Konservasi Pada Daerah Tingkat Bahaya Berat di Desa Simpar. 4) Kelas Tingkat Bahaya Erosi Sangat Berat Desa yang terdapat lahan tegalan dan masuk kedalam klasifikasi tingkat bahaya sangat berat adalah Desa Tempelsari, Sigedong,
Campurejo, Bonjor dan Bojong. Topografi lahan
tegalan di daerah tersebut berupa lereng terjal sampai sangat terjal dengan kemiringan lereng (> 15%). Penggunaan lahan digunakan untuk pertanian tembakau, jagung dan sayuran.
70
Tindakan konservasi yang dilakukan masih minim dan sangat sederhana
bahkan
tindakan
konservasi
yang
malah
mengakibatkan erosi berat seperti penerasan pada bidang lahan yang miring dengan teknik memotong kontur seperti pada daerah lahan pertanian kentang..
Gambar 18. Penggunaan Lahan Pada Daerah Tingkat Bahaya Erosi Sangat Berat di Campurejo.
Gambar 19. Penggunaan Lahan Pada Daerah Tingkat Bahaya Erosi Sangat Berat di Desa Tempelsari.
71
Gambar 20. Erosi Pada Daearah Kelas Bahaya Erosi Sangat Berat di Desa Tempelsari. Tabel 24. Luasan Kelas Tingkat Bahaya Erosi Pada Lahan Tegalan Erosi Erosi Sedang Erosi Berat Luas Erosi Desa Rendah (Ha) (Ha) Sangat Berat (Ha) (Ha) Tlogo 6,809 56,457 Simpar 0,648 0,993 212,075 Bendungan 83,074 173,415 Tretep 7,898 213,489 Donorejo 178,999 Nglarangan 15,694 28,269 Sigedong 11,006 227,946 1,656 Bonjor 9,244 185,737 1,267 Bojong 76,186 185,058 25,526 Tempelsari 5,964 136,739 128,346 Campurejo 30,521 3,781 122,264 522,722 34,083 271,024 1.664,510 679,234 Jumlah (1,28 %) (10,23 %) (62,83 %) (25,64 %) Sumber : Analisis Peta Erosi Pada Lahan Tegalan di Kecamatan Tretep.
72
73
6. Prioritas Konservasi Lahan Konsevasi lahan sebaiknya dilakukan sedini mungkin dan dilakukan menyeluruh bersama jika pada suatu lahan terindikasi kerusakan (erosi) tetapi untuk melakukan itu harus mempertimbangkan faktor biaya, waktu dan tenaga, untuk mensiasati ketiga faktor kendala seperti di atas maka dilakukan prioritas konservasi dengan tujuan dapat memberikan informasi dan gambaran daerah yang memerlukan konservasi berdasarkan kelas kerusakanya akibat erosi. Prioritas konservasi diberikan berdasarkan kelas tingkat bahaya erosi. a. Prioritas I Prioritas Konservasi I diberikan pada daerah yang masuk kedalam kelas tingkat bahaya erosi sangat berat dan harus secepatnya dilakukan tindakan konservasi secepatnya untuk mengurangi erosi tanah
dan
kerusakan lahan yang lebih parah lagi. b. Prioritas II Prioritas Konservasi II diberikan pada daerah yang masuk kedalam kelas tingkat bahaya erosi berat dan harus mendapat perhatian yang serius agar tidak terjadi kerusakan lahan yang lebih parah lagi. c. Prioritas III Prioritas Konservasi III diberikan pada daerah yang masuk kedalam kelas tingkat bahaya erosi sedang
dan harus mendapat
perhatian yang serius agar sumber daya lahan tetap lestari dan tidak terjadi kerusakan lahan yang lebih parah lagi yang merugikan manusia.
74
d. Prioritas IV Prioritas Konservasi IV diberikan pada daerah yang masuk kedalam kelas tingkat bahaya erosi ringan. Hal yang dilakukan adalah melakukan pencegahan agar tidak terjadi kerusakan lahan akibat erosi dengan melakukan pengelolaan lahan sesui dengan prinsip-prinsip konservasi lahan. Peta Arahan Prioritas Konservasi disajikan pada Gambar 21. Tabel 25. Luasan Daerah berdasarkan Prioritas Konservasi pada Lahan Tegalan di Kecamatan Tretep Prioritas IV Prioritas III Prioritas II (Ha) (Ha) (Ha) Tlogo 6,809 56,457 Simpar 0,648 0,993 212,075 Bendungan 83,074 173,415 Tretep 7,898 213,489 Donorejo 178,999 Nglarangan 15,694 28,269 Sigedong 11,006 227,946 Bonjor 9,244 185,737 Bojong 76,186 185,058 Tempelsari 5,964 136,739 Campurejo 30,521 3,781 122,264 Sumber : Analisis Peta Erosi Pada Lahan Tegalan Tretep. Desa
Prioritas I (Ha) 1,656 1,267 25,526 128,346 522,722 di Kecamatan
75
76
B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Tingkat Bahaya Erosi Perhitungan tingkat bahaya erosi pada lahan tegalan di Kecamatan Tretep terdapat empat kelas tingkat bahaya erosi, yaitu rendah, sedang, berat dan sangat berat. Klasifikasi kelas tingkat bahaya erosi dipengaruhi oleh solum tanah dan besarnya erosi tanah dalam satuan (Ton/Ha/Th). a. Kelas Tingkat Bahaya Erosi Rendah Dari perhitungan dengan metode USLE kelas tingkat bahaya erosi rendah, yaitu banyaknya tanah yang tererosi 15-60 Ton/Ha/Th dengan kedalaman solum tanah lebih dari 90 Cm. Pada lahan tegalan luas kelas tingkat bahaya erosi rendah 34,083 Ha, sebaranya terdapat di Desa Tlogo, Simpar dan Campurejo. Tingkat bahaya erosi rendah pada lahan tegalan di Kecamatan Tretep disebabkan karena pada lahan tegalan solum tanah masih dalam yaitu lebih besar dari 90 Cm, lereng datar dengan kemiringan lereng kurang dari 3 % sehingga nilai LS yang di hasilkan sangat kecil yaitu 0,46 kondisi seperti ini di dukung dengan pengelolaan lahan atau konservasi lahan yang baik, yaitu petani dalam melakukan pengolahan lahan telah diimbangi dengan tindakan konservasi lahan yang baik dengan membuat teras-teras pada bidang lahan yang miring dan membuat saluran limpasan pembuangan air hujan yang bertujuan untuk mengurangi erosi. Bentuk teras yang di terapkan di lapangan adalah teras bangku dengan kontruksi baik sehingga memiliki indeks konservasi lahan kecil 0,35. Tindakan
77
konservasi seperti ini harus terus dipertahankan dan di tingkatkan agar erosi tanah dapat ditekan sekecil mungkin dan lahan dapat tetap produktif. b. Kelas Tingkat Bahaya Erosi Sedang Daerah yang memiliki kelas tingkat bahaya erosi sedang sebaranya merata hamper pada setiap desa dengan persentase luasanya kecil. Besarnya tanah yang tererosi 77,36-147,72 Ton/Ha/Th dan kedalaman solum tanah lebih dari 90 Cm. Daerah yang masuk kedalam kelas tingkat bahaya erosi sedang mempunyai kemiringan lereng datar sampai miring dengan kemiringan lereng 3-15 %, kondisi seperti diatas di dukung dengan tindakan konservasi lahan berupa teras bangku dengan kontruksi baik sehingga tanah yang tererosi tidak terlalu besar. Tindakan yang perlu dilakukan adalah menjaga konservasi lahan yang sudah ada dan dalam pengolahan lahan harus di imbangi dengan tidakan
konservasi lahan yang baik, seperti
pembuatan teras pada lahan miring, pembuatan saluran-saluran limpasan air hujan dan sistem penanaman di lakukan dengan teknik tumpang sari yang bertujuan untuk menekan laju erosi tanah sekecil mungkin. c. Kelas Tingkat Bahaya Erosi Berat Klasifikasi kelas tingkat bahaya erosi berat diberikan pada lahan yang 1) besar tanah yang tererosi 180-480 Ton/Ha/Th untuk kedalaman solum tanah > 90 Cm, 2) besar tanah yang tererosi 60–80
78
Ton/Ha/Th dengan kedalaman solum tanah 60-30 Cm, 3) besar tanah yang tererosi < 15 Ton/Ha/Th untuk kedalaman < 30 Cm. Lahan tegalan yang masuk kedalam kelas tingkat bahaya erosi ini bertopografi landai dengan kemiringan lereng 8-15 % sehingga menghasilkan indeks LS 1,47 sampai 2,52. tindakan konservasi lahan yang telah dilakukan oleh masyarakat dalam pengolahan lahan berupa teras tradisional dengan kontruksi sederhana dan kurang efektif menahan laju erosi tanah. kedalam Solum tanah tidak terlalu dalam 60-90 Cm, di akibatkan karena pada lahan-lahan yang miring di tanami tanaman semusim tanpa disertai tindakan penerasan, sehingga lapisan atas tanah (top soil) banyak yang tererosi sehingga solum tanah menjadi berkurang (dangkal). Kondisi tersebut jika terus dibiarkan terus menerus akan mengakibatkan kerusakan lahan yang lebih parah lagi, yang pada akhirnya lahan menjadi tidak produktif. Tindakan yang harus dilakukan oleh masyarakat sebaiknya dalam pegolahan lahan menerapkan teknik tumpang sari antara tanaman pokok yang ditanam selang-seling dengan tanaman penguat teras seperti cetaria yang bertujuan untuk menahan tanah oleh aliran air permukaan (run off), melakukan penerasan pada lahan miring dan membuat saluran-saluran pembuangan limpasan air hujan bertujuan agar aliran limpasan tidak mengalir pada bidang tanam yang mengakibatkan erosi tanah lebih besar, Pemerintah setempat melalui Dinas terkait melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai
79
pengolahan lahan dengan melakukan tindakan konservasi lahan yang tepat agar dapat menekan laju erosi. d. Kelas Tingkat Bahaya Erosi Sangat Berat Kelas tingkat bahaya erosi sangat berat merupakan kelas bahaya erosi yang paling tinggi. Pada kondisi di lapangan tanah yang tereosi sudah sangat besar > 480 Ton/Ha/Th dan lapisan atas tanah (top soil) sangat tipis. Pada daerah yang masuk kedalam kelas tingkat bahaya erosi sangat berat memiliki kemiringan lereng > 15 %. Konservasi lahan yang dilakukan oleh masyarakat berupa teras tradisional, pada lokasi-lokasi tertentu pada lahan dengan kemiringan lereng yang besar belum dilakukan konservasi lahan, bahkan pada lahan pertanian tanaman kentang teknik pembaauatan teras dan penanamanya dilakukan dengan cara memotong kontur, tindakan seperti ini merupakan konservasi lahan yang salah serta akan mempercepat laju erosi tanah. Kondisi tersebut jika tidak dilakukan perbaikan dalam kaitanya dengan cara pengolahan lahan dan konservasi lahan akan mengakibatkan kerusakan tanah yang lebih besar dan meluas, pada akhirnya tanah menjadi tidak produktif. Tindakan yang harus dilakukan adalah memberikan skala prioritas konservasi pertama pada lahan yang masuk kedalam klasifikasi kelas tingkat bahaya erosi sangat berat dengan melakukan penerasan pada bidang miring lahan, pembuatan saluran limpasan dan
80
memperbaiki teknik pengolahan lahan sehingga tidak memotong kontur lagi. 2. Arahan Konservasi Lahan Konservasi lahan dilakukan untuk mengurangi tingkat bahaya erosi tanah
dengan mengurangi atau memperkecil faktor-faktor penyebab
erosi seperti penggunaan penutup tanah dan tindakan konservasi yang bersifat sipil teknis sedangkan untuk erosivitas hujan, lereng dan erodibilitas tanah manusia berbuat banyak karena merupakan sifat alami. Konservasi lahan dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu vegetatif, fisik dan kimiawi. 1) metode fisik atau sipil teknis seperti penerasan, dam pengendali, dam penahan dan gully plug 2) metode vegetetif yaitu dengan memanfaatkan tanaman untuk mengurangi laju erosi tanah seperti penanaman mulsa, penanaman rumput searah kontur, kayu-kayuan, tanaman MPTS (Multiple Pporpuse Tries System) atau tanaman yang mempunyai dimanfaatkan
fungsi kayu
ganda dan
seperti tanaman buahnya,
3)
durian
secara
yang
kimiawi
dapat dengan
menggunakan bahan kimia untuk pengawetan tanah. Arahan skala prioritas konservasi diberikan dengan tujuan agar konservasi lahan dapat efektif dan efisien. Skala prioritas dilakukan berdasarkan kelas tingat bahaya erosi. Tindakan konservasi dilakukan dengan melakukan analisis teknis terlebih dahulu dengan cara melakukan perhitungan dan analisis perkiraan laju erosi tanah dalam (Ton/Ha/Th), menggunakan metode USLE (A = R x K x LSx C x P). untuk melakukan
81
perencanaan konservasi hal yang di lakukan adalah memodifikasi variabel vegetasi (C) dan variabel konservasi lahan (P) dengan mencocokan tabel indeks vegetasi dan konservasi yang tepat untuk mendapatkan laju erosi sekecil mungkin, melakukan pengamatan lapangan serta analisis sosial budaya masyarakat setempat untuk mengetahui kondisi kultur budaya yang menyangkut pola tanam, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi masyarakat setempat agar penerapan konservasi dapat efektif, efisien dan sesuai tujuan.
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Hasil penelitian tingkat bahaya erosi pada lahan kering tegalan di Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Hasil penelitian dan analisis tingkat bahaya erosi pada lahan kering tegalan di Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung ada empat kelas tingkat bahaya erosi yaitu rendah 34,083 Ha (1,28%), sedang 271,024 Ha (10,23%), kelas erosi berat 1.664,510 Ha (62,83%) dan kelas erosi sangat berat 679,234 Ha (25,64%). Hasil perhitungan dan analisis kelas tingkat bahaya erosi pada lahan kering tegalan di Kecamatan Tretep ada empat kelas prioritas konservasi yaitu prioritas I seluas 679,234 Ha. Prioritas II seluas 1.664,510 Ha , prioritas konservasi III seluas 271,024 Ha dan prioritas konservasi IV seluas 34,083 Ha.
B. Saran Dari hasil penelitian ini peneliti memberikan saran sebagai berikut. Dalam melakukan pengelolaan lahan terutama pada lahan tegalan harus memperhatikan prinsip-prinsip konservasi lahan dengan benar agar tidak menyebabkan erosi tanah yang lebih besar. 1.
Penerasan dilakukan searah dengan kontur dan harus ada parit-parit untuk saluran pembuangan limpasan air hujan. 82
83
2.
Tidak melakukan perubahan tindakan konservasi yang malah menyebabkan kerusakan lahan seperti pengelolaan lahan pada tanaman kentang dengan cara memotong kontur yang akan memperbesar erosi tanah.
3.
Kepada Intansi terkait hendaknya melakukan pembinaan dan memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pengelolaan lahan yang benar dengan mengedepankan prinsip-prinsip konservasi agar tidak menyebabkan erosi dan kerusakan lahan yang lebih berat
DAFTAR PUSTAKA Ananta, Kusuma.1987. Konservasi Sumberdaya Tanah dan Air. Kalam Mulia. Jakarta. Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air.Bandung. IPB Press. Asdak, Chay. 2001. Hidrologi dan Pengelolaan DAS. Yogyakarta. UGM. Aziz, Sulthani. 2008. Evaluasi Kemampuan Lahan dan Pendugaan Erosi Untuk Arahan Pemanfaatan Lahan Wilayah SUB DAS Juwet dan Dondong Gunung Kidul Yogyakarta. Teasis. Fakultas Geografi UGM. BAPPEDA, Kabupaten Temanggung. 2006. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). BAPPEDA Kabupaten Temanggung. BP2TPDAS IBB. 2002. Pedoman Praktik Konservasi Tanah Dan Air. Surakarta. BP2TPDAS IBB Surakarta. Burhani. 2000. Kamus Ilmiah Populer. Malang. Lintas Media Jombang. Hardjowigeno, S.1989. Ilmu Tanah. PT. Medyatama Sarana Perkasa. Jakarta. Harmono, Puji. 2002. Analisis Lahan Kritis dan Arahan Teknik Lapangan di Sub DAS Hulu. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Hendayani. 2001. Pendugaan Erosi Pada Pertanian Tanaman Kentang di Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo. Skripsi. UGM. Hermawan, dkk.1995. Konservasi Vegetatif Dengan Teknik Tumpang Sari. Sari Ilmu. Bandung. Jamulya dan Sunarto. 1986. Kemampuan Lahan(hasil peelitian Sumberdaya Lahan tanggal 1-31 juli 1996) fakultas geografi UGM. Kanisius, AAK. 1993. Teknis Bercocok Tanam Jagung.Yogyakarta. Kanisius Press Yogyakarta. Kartasapoetra, G. 1985. Konservasi Tanah dan Air. Bina Aksara. Jakarta. Lubis, Kumala Sari et al. 2003. Indeks Bahaya Erosi Pada Beberapa Penggunaan Lahan Inceptisol di Desa Tiagah Kecamatan Seibingei Kabupaten Langkat. Dalam Digital Library. Fakultas Tanah Universitas Sumatera Utara 84
85
Nikmah, Maskorotun. 1997. Evaluasi Pemanfaatan Lahan di Kecamata Sedang Kabupaten Kebumen. Skripsi. IKIP Semarang. Noorhadi. 1993. Kajian Erosi Permukaan di SUB Daerah Aliran Sungai Wuryantoro Kabupaten Wonogiri. Tesis. Fakultas Geografi UGM. Rayes, Luthfi. 2006. Metode Inventarisasi Sumberdaya Lahan. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta. Reetele, Le Orde. 2004. Tingkat Bahaya Erosi Daerah Aliran Sungai Tinalah Kabupaten Kulon Progo DIY. Tesis. Universitas Gajah Mada. Restele, La Orde. 2004. Tingkat Bahaya Erosi Daeah Liran Sungai Tinalah Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta. Tesis.Program Pasca Sarjana Fakultas Geografi UGM. Rismunandar. 1987. Pengetahuan Dasar Perabukan. Bandung. Sianar Baru. Romenah. 2007. Buku ajar Geografi Untuk SMA Kelas XI. Sumber Ilmu. Jakarta. Sahulheka, Welhelmus. 1993. Kajian Erosi Permukaan di Jazirah Leitimur Pulau Ambon. Tesis. Program Pasca Sarjana UGM. Seta, Ananto Kusuma. 1987. Konservasi Sumber daya Tanah Dan Air. Jakarta: Kalam Mulia. Soleh, S. 2007. Kajian Erosi dengan Metode USLE di Kecamatan Patean Kabupaten Kendal. Skripsi. Universitas Muhamadiyah Surakarta. Sriyono. 2007. Aplikasi SIG Untuk Enaluasi Lahan. Buku Ajar. UNNES. Semarang. Sunarto. 2002. Pendugaan Erosi Permukaanvdi Sub DAS Serayu Kabupaten Banjar Negara. Skripsi. Fakultas Geografi UGM Suparma, Endang, 2002. Pengukuran Tingkat Bahaya Erosi di Sub DAS Cipamingkis Kabupaten Bogor. Buletin Teknik Pertanian Vol 7 no 2 Hal 44 – 47. Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta. Andi. Yogyakarta. Sutedjo, Mulyani. 2004.Analisis Tanah, Air dan Jaringan Tanaman. Jakarta. Rineka Cipta Jakarta.
86
Suyamtini. 2001. Pendugaan Erosi Tanah di Sub DAS Ngunut Kecamatan Jumantoro Kabupaten Karanganyar. Skripsi. UGM. Yogyakarta. Tjahjono, Heri. 2008. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Untuk Analisis Potensi Wilayah. Buku Ajar. UNNES. Semarang. Wichmeir, WH and Smith, DD. 1978. Predicting Rainfall Erosion Losses A Guide To Conservation Planing. USDA. Widodo, Purwo. 1982. Teknologi Mulsa.Surakarta. Dewa Ruci Press Surakarta. Wijanarko, Antonius. 2008. Kajaian Daerah Rawan Erosi DAS Kapuas Hulu Kalimantan Barat Dengan USLE dan SIG. Dalam Jurnal Digital Library. Yuda, Angga. 2005. Analisis Spasial Lahan Kritis di Kota Bandung Utara Menggunakan Open Source Grass. Disajikan dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan (MAPIN XIV) di ITS Surabaya.
EROSIVITAS BULAN JANUARI TH 2008 KJ/HA/CM
TGL CH (CM) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
MAXP
DAYS
RAIN
KO
E130
JML HJN DLM 100XTH DASAR EROSIVITAS 1 THUN PERHITUNGAN
0.5
0.692554734 0.289281 46.14347 6.12 56.57644
169
1200
7.96784853
2.6 0.9 0.7 1 1.8 4.1 0.2 6.6 1.1 1.4 2.6 1.7 8.8
1.65934188 0.945689419 0.827755283 1 1.365508562 2.112396523 0.426133716 2.718681211 1.051812004 1.19522002 1.65934188 1.324762202 3.166473197
169 169 169 169 169 169 169 169 169 169 169 169 169
1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200
19.09074346 10.88016539 9.523332078 11.50500912 15.71018846 24.30314126 4.902672293 31.27845213 12.1011067 13.75101723 19.09074346 15.24140121 36.430303 231.7761243
0.289281 0.289281 0.289281 0.289281 0.289281 0.289281 0.289281 0.289281 0.289281 0.289281 0.289281 0.289281 0.289281
46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347
6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12
135.5556 77.25561 67.62129 81.69237 111.5516 172.5667 34.81187 222.0955 85.92502 97.64036 135.5556 108.223 258.6767
JUMLAH
87
EROSIVITAS BULAN PEBRUARI TH 2008 KJ/HA/CM
CH TGL (CM) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
MAXP
DAYS
RAIN
KO
E130
100XTH JML HJN DLM DASAR EROSIVITAS 1 THUN PERHITUNG AN 169 1200 11.60575152 169 1200 6.067215798 169 1200 4.628173218 169 1200 9.214535828 169 1200 10.47088039 169 1200 20.11838874 169 1200 10.06758527 169 1200 6.682754432 169 1200 3.733199832 169 1200 9.214535828 169 1200 7.251657787
1.7 0.5 0.3 1.1 1.4 4.8 1.3 0.6 0.2 1.1 0.7
1.324762202 0.692554734 0.528292281 1.051812004 1.19522002 2.296454557 1.149185074 0.762816648 0.426133716 1.051812004 0.827755283
0.220277 0.220277 0.220277 0.220277 0.220277 0.220277 0.220277 0.220277 0.220277 0.220277 0.220277
46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347
6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12
82.4077 43.08082 32.86277 65.42866 74.34945 142.8525 71.48581 47.45151 26.50793 65.42866 51.49106
0.9
0.945689419
0.220277
46.14347 6.12
58.82723
169
1200
8.284835122
0.1 0.8 2.1 2.6 0.9 0.8 5.6 1 0.8 1.7 6.9 9.9
0.295120923 0.888459618 1.481754402 1.65934188 0.945689419 0.888459618 2.491951895 1 0.888459618 1.324762202 2.783492261 3.37044041
0.220277 0.220277 0.220277 0.220277 0.220277 0.220277 0.220277 0.220277 0.220277 0.220277 0.220277 0.220277
46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347
6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12
18.35819 55.26721 92.17351 103.2205 58.82723 55.26721 155.0135 62.20566 55.26721 82.4077 173.149 209.6605
169 169 169 169 169 169 169 169 169 169 169 169
1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200
2.585445217 7.783466006 12.98110211 14.5368803 8.284835122 7.783466006 21.83106859 8.760630027 7.783466006 11.60575152 24.38514588 29.52718146
0.6
0.762816648
0.220277
46.14347 6.12
47.45151
169
1200
6.682754432
JUMLAH
271.8707065
EROSIVITAS BULAN MARET TH 2008 KJ/HA/CM
TGL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
CH (CM)
MAXP
DAYS
RAIN
KO
E130
JML HJN DLM 100XTH DASAR EROSIVITAS 1 THUN PERHITUNGAN
0.4 1.4 0.7
0.615306914 0.216253 46.14347 6.12 37.57647 1.19522002 0.216253 46.14347 6.12 72.99146 0.827755283 0.216253 46.14347 6.12 50.55058
169 169 169
1200 1200 1200
5.292019866 10.27963109 7.119207178
0.8 0.6 1.5 4.2 2.8 0.4 1.9 1.7 2.2 0.4 2.6 3.1 12.3 0.6 0.9
0.888459618 0.762816648 1.239733587 2.139548442 1.725813082 0.615306914 1.405204101 1.324762202 1.518742061 0.615306914 1.65934188 1.821468637 3.781374656 0.762816648 0.945689419
54.25777 46.58481 75.70988 130.6611 105.3945 37.57647 85.81508 80.90254 92.74879 37.57647 101.3351 111.2361 230.9266 46.58481 57.75276
169 169 169 169 169 169 169 169 169 169 169 169 169 169 169
1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200
7.641301987 6.56069477 10.66247529 18.40143934 14.84305945 5.292019866 12.08562401 11.39377395 13.06212066 5.292019866 14.27136602 15.66575637 32.5221598 6.56069477 8.13351366
0.8 1.2 0.6
0.888459618 0.216253 46.14347 6.12 54.25777 1.101453229 0.216253 46.14347 6.12 67.26517 0.762816648 0.216253 46.14347 6.12 46.58481
169 169 169
1200 1200 1200
7.641301987 9.473178722 6.56069477
0.6 0.8 0.6
0.762816648 0.216253 46.14347 6.12 46.58481 0.888459618 0.216253 46.14347 6.12 54.25777 0.762816648 0.216253 46.14347 6.12 46.58481
169 169 169
1200 1200 1200
6.56069477 7.641301987 6.56069477
0.7 1.5
0.827755283 0.216253 46.14347 6.12 50.55058 1.239733587 0.216253 46.14347 6.12 75.70988
169 169
1200 1200 JUMLAH
7.119207178 10.66247529 267.2984274
0.216253 0.216253 0.216253 0.216253 0.216253 0.216253 0.216253 0.216253 0.216253 0.216253 0.216253 0.216253 0.216253 0.216253 0.216253
46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347
6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12
EROSIVITAS BULANA APRIL TH 2008 KJ/HA/CM
TGL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
CH JML HJN DLM 100XTH DASAR MAXP DAYS RAIN KO E130 EROSIVITAS (CM) 1 THUN PERHITUNGAN 0.6 0.762816648 0.224544 46.14347 6.12 48.37072 169 1200 6.81220993 1.2 0.9 1.4 6.6 2.3
1.101453229 0.945689419 1.19522002 2.718681211 1.554947581
0.224544 0.224544 0.224544 0.224544 0.224544
46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347
6.12 6.12 6.12 6.12 6.12
69.8439 59.96681 75.78971 172.3934 98.60028
169 169 169 169 169
1200 1200 1200 1200 1200
0.4 0.8 0.6
0.615306914 0 0.888459618 0.762816648
0.224544 0.224544 0.224544 0.224544
46.14347 46.14347 46.14347 46.14347
6.12 39.01703 6.12 0 6.12 56.33783 6.12 48.37072
169 169 169 169
1200 5.49489826 1200 0 1200 7.934244025 1200 6.81220993
0.7 0.6 0.7 2.5 4.1 8.8 0.1 0.6 0.8 2.2 0.8 0.6 3.6 0.8 0.1
0.827755283 0.762816648 0.827755283 1.625205205 2.112396523 3.166473197 0.295120923 0.762816648 0.888459618 1.518742061 0.888459618 0.762816648 1.97169768 0.888459618 0.295120923
0.224544 0.224544 0.224544 0.224544 0.224544 0.224544 0.224544 0.224544 0.224544 0.224544 0.224544 0.224544 0.224544 0.224544 0.224544
46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347
6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12
169 169 169 169 169 169 169 169 169 169 169 169 169 169 169
1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200
52.48852 48.37072 52.48852 103.0554 133.9485 200.7882 18.71382 48.37072 56.33783 96.30446 56.33783 48.37072 125.0267 56.33783 18.71382
JUMLAH
9.836348804 8.445325452 10.67371787 24.27874011 13.88620631
7.392133841 6.81220993 7.392133841 14.51363059 18.86441337 28.27767356 2.63552937 6.81220993 7.934244025 13.56287881 7.934244025 6.81220993 17.60792525 7.934244025 2.63552937 251.2951106
EROSIVITAS BULAN MEI TH 2008 KJ/HA/CM
TGL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
CH (CM)
MAXP
DAYS
RAIN
KO
E130
JML HJN DLM 100XTH DASAR EROSIVITAS 1 THUN PERHITUNGAN
0.1 0.8
46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 0.295120923 0.356046 46.14347 0.888459618 0.356046 46.14347
6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 29.67343 6.12 89.33166
169 169 169 169 169 169 169 169 169 169 169
1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 4.179007634 1200 12.5808753
0.3
0.528292281 0.356046 46.14347 6.12 53.11803
169
1200 7.480789416
0.6 0.4
0.762816648 0.356046 46.14347 6.12 76.69868 0.615306914 0.356046 46.14347 6.12 61.86706
169 169
1200 10.80173024 1200 8.712944746
0.8
0.888459618 0.356046 46.14347 6.12 89.33166
169
1200
1.6 0.4
1.282872781 0.356046 46.14347 6.12 128.9886 0.615306914 0.356046 46.14347 6.12 61.86706
169 169
1200 18.16589315 1200 8.712944746
0.6
0.762816648 0.356046 46.14347 6.12 76.69868
169
1200 10.80173024
1.2
1.101453229 0.356046 46.14347 6.12 110.7475
169
1200 15.59693366 JUMLAH
12.5808753
109.6137244
EROSIVITAS BULAN JUNI TH 2008 KJ/HA/CM
TGL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
CH (CM)
MAXP
DAYS
RAIN
KO
E130
JML HJN DLM 100XTH DASAR EROSIVITAS 1 THUN PERHITUNGAN
0.3 0.6 1.9
0.528292281 0.324 46.14347 6.12 48.33719 0.762816648 0.324 46.14347 6.12 69.79548 1.405204101 0.324 46.14347 6.12 128.572
169 169 169
1200 6.807487412 1200 9.829529822 1200 18.10722885
0.2
0.426133716 0.324 46.14347 6.12 38.98998
169
1200 5.491088959
0.8 0.7 3
0.888459618 0.324 46.14347 6.12 81.29144 0.827755283 0.324 46.14347 6.12 75.73717 1.790087521 0.324 46.14347 6.12 163.7877
169 169 169
1200 11.44854446 1200 10.66631839 1200 23.06677327
0.8 0.6 1.1 1.2
0.888459618 0.762816648 1.051812004 1.101453229
169 169 169 169
1200 1200 1200 1200
0.324 0.324 0.324 0.324
46.14347 46.14347 46.14347 46.14347
6.12 81.29144 6.12 69.79548 6.12 96.2377 6.12 100.7797
JUMLAH
11.44854446 9.829529822 13.55347644 14.19314509 134.441667
EROSIVITAS BULAN JULI TH 2008 KJ/HA/CM
TGL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
CH (CM)
0.6 0.9 1.5
MAXP
DAYS
RAIN
KO
E130
0.762816648 0.596696 46.14347 6.12 128.539 0.945689419 0.596696 46.14347 6.12 159.3541 1.239733587 0.596696 46.14347 6.12 208.9022
JML HJN DLM 100XTH DASAR EROSIVITAS 1 THUN PERHITUNGAN
169 169 169
1200 18.10257339 1200 22.44236825 1200 29.42039651
JUMLAH
69.96533815
EROSIVITAS BULAN AGUSTUS TH 2008 KJ/HA/CM
TGL CH (CM) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
0.9 0.5
MAXP
DAYS
RAIN
KO
E130
0.945689419 0.721965 46.14347 6.12 192.8085 0.692554734 0.721965 46.14347 6.12 141.199
JML HJN DLM 100XTH DASAR EROSIVITAS 1 THUN PERHITUNGAN
169 169
1200 27.15386009 1200 19.88552898
JUMLAH
47.03938907
EROSIVITAS BULANA SEPTEMBER TH 2008 KJ/HA/CM
TGL CH (CM) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
1.8
MAXP
1.365508562
DAYS
RAIN
KO
E130
1 46.14347 6.12 385.6169
JML HJN DLM 100XTH DASAR EROSIVITAS 1 THUN PERHITUNGAN
169
1200 54.30772018
JUMLAH
54.30772018
EROSIVITAS BULAN OKTOBER TH 2008 KJ/HA/CM
TGL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
CH (CM)
MAXP
DAYS
RAIN
KO
E130
JML HJN DLM 1 THUN
100XTH DASAR EROSIVITAS PERHITUNGAN
3.6
1.97169768 0.400686 46.14347 6.12 223.1033
169
1200 31.42037692
2.3 1.4
1.554947581 0.400686 46.14347 6.12 175.9468 1.19522002 0.400686 46.14347 6.12 135.2426
169 169
1200 24.7791736 1200 19.04666416
3.7 2.5
2.0005385 0.400686 46.14347 6.12 226.3667 1.625205205 0.400686 46.14347 6.12 183.8966
169 169
1200 31.8799755 1200 25.89877781
0.5
0.692554734 0.400686 46.14347 6.12 78.36456
169
1200 11.03634244
1.7
1.324762202 0.400686 46.14347 6.12 149.9007
169 JUMLAH
1200 21.11100913 165.1723195
EROSIVITAS BULAN NOVEMBER TH 2008 KJ/HA/CM
TGL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
CH (CM) 1.1 4.4 0.5
JML HJN DLM 100XTH DASAR 1 THUN PERHITUNGAN 1.051812004 0.257053 46.14347 6.12 76.35223 169 1200 2.192956003 0.257053 46.14347 6.12 159.1892 169 1200 0.692554734 0.257053 46.14347 6.12 50.27334 169 1200 MAXP
DAYS
0.257053 0.257053 0.257053 0.257053
RAIN
E130
EROSIVITAS 10.75293919 22.41914186 7.080161577
0.8 0.7 1 1.6
0.888459618 0.827755283 1 1.282872781
6.12 64.4943 6.12 60.0877 6.12 72.59114 6.12 93.1252
169 169 169 169
1200 9.082946574 1200 8.46235086 1200 10.22325201 1200 13.11513174
1.1
1.051812004 0.257053 46.14347 6.12 76.35223
169
1200 10.75293919
1.9 0.5 1.1 0.5
1.405204101 0.692554734 1.051812004 0.692554734
102.0054 50.27334 76.35223 50.27334
169 169 169 169
1200 1200 1200 1200
1.9
1.405204101 0.257053 46.14347 6.12 102.0054
169
1200 14.36575565
0.4
0.615306914 0.257053 46.14347 6.12 44.66583
169
1200 6.290437649
0.5 0.2 4.1 0.4
0.692554734 0.426133716 2.112396523 0.615306914
169 169 169 169
1200 7.080161577 1200 4.356472373 1200 21.595562 1200 6.290437649
0.257053 0.257053 0.257053 0.257053
0.257053 0.257053 0.257053 0.257053
46.14347 46.14347 46.14347 46.14347
KO
46.14347 46.14347 46.14347 46.14347
46.14347 46.14347 46.14347 46.14347
6.12 6.12 6.12 6.12
6.12 6.12 6.12 6.12
50.27334 30.93353 153.3413 44.66583
JUMLAH
14.36575565 7.080161577 10.75293919 7.080161577
191.1467079
EROSIVITAS BULAN DESRMBER TH 2008 KJ/HA/CM
TGL CH (CM) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
MAXP
DAYS
RAIN
KO
E130
JML HJN DLM 100XTH DASAR EROSIVITAS 1 THUN PERHITUNGAN
0.9 2.7 4.1 1.3 0.9 1.1 0.7 0.1 0.9 0.5 1.4 3.7 5.1 0.5 1.4 0.9 0.2
0.945689419 1.692866828 2.112396523 1.149185074 0.945689419 1.051812004 0.827755283 0.295120923 0.945689419 0.692554734 1.19522002 2.0005385 2.371440286 0.692554734 1.19522002 0.945689419 0.426133716
0.205434 0.205434 0.205434 0.205434 0.205434 0.205434 0.205434 0.205434 0.205434 0.205434 0.205434 0.205434 0.205434 0.205434 0.205434 0.205434 0.205434
46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347
6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12
54.86346 98.21039 122.5491 66.6691 54.86346 61.02008 48.0216 17.12122 54.86346 40.17804 69.33978 116.0597 137.5773 40.17804 69.33978 54.86346 24.72182
169 169 169 169 169 169 169 169 169 169 169 169 169 169 169 169 169
1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200
7.726603295 13.83129614 17.25899604 9.389231815 7.726603295 8.593660808 6.763041403 2.411238031 7.726603295 5.658407064 9.765352932 16.34507805 19.37547143 5.658407064 9.765352932 7.726603295 3.481656991
0.7 2.8 6.9 0.7 2.1 4.4 3.1 0.8 1.6
0.827755283 1.725813082 2.783492261 0.827755283 1.481754402 2.192956003 1.821468637 0.888459618 1.282872781
0.205434 0.205434 0.205434 0.205434 0.205434 0.205434 0.205434 0.205434 0.205434
46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347 46.14347
6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12 6.12
48.0216 100.1217 161.4822 48.0216 85.96286 127.2227 105.6711 51.54331 74.42489
169 169 169 169 169 169 169 169 169
1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200
6.763041403 14.1004782 22.74207582 6.763041403 12.10643602 17.91719431 14.88201653 7.259016408 10.48150572
1.6 0.5
1.282872781 0.205434 46.14347 6.12 74.42489 0.692554734 0.205434 46.14347 6.12 40.17804
169 169
1200 1200
10.48150572 5.658407064 288.3583225
JUMLAH
januari Pebruari maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Nilai Erosivitas Bulanan (Kj/Ha/Cm) 231.7761243 271.8707065 267.2984274 251.2951106 109.6137244 137.441667 69.96533815 47.03938907 54.30772018 165.1723195 191.1467079 288.3583225
jumlah
2085.285558
Bulan
Nilai Erosivitas Hujan Bulanan Selama 1 Tahun (2008)
Lampiran 2 Data Curah Hujan Harian, Perhitungan Erosivitas bulanan dan Tahunan DATA CURAH HUJAN HARIAN STASIUN HUJAN NO 65 KECAMATAN TRETEP CURAH HUJAN HARIAN TAHUN 2008
TGL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 JML HJN RT-RT
JAN
PEB 17 5 3 11 14 48 13 6 2 11 7 9
5 26 9 7 10 18 41 2 66 11 14 26 17 88 340 14 24.29
1 8 21 26 9 8 56 10 8 17 69 99
MAR 4 14 7 8 6 15 42 28 4 19 17 22 4 26 31 123 6 9 8 12 6
6
6 8 6
484 25 19.36
7 15 453 26 17.42
APR 6
MEI
JUN
JUL
AGT
SEPT
OKT 36
12 9 14 66 23
NOV 11 44 5 8 7 10 16
3 6 19
4 8 6
1 8
11
3
7 6 7 25 41 88 1 6 8 22 8 6 36 8 1 418 24 17.42
23 14
6 4 2 8 16 4
8 7 30
6 9 15
19 5 11 5 19
9 5
4
6 18
12
8 6 11 12
68 9 6.8
112 11 10.18
37 25
5 2 41 4
5
30 3 10
14 2 7
18 1 18
17 157 7 22.43
227 18 12.61
DES 9 27 41 13 9 11 7 1 9 5 14 37 51 5 14 9 2 7 28 69 7 21 44 31 8 16 10 16 5 526 29 18.14
LAMPIRAN 1 HASIL PERHITUNGAN Perhitungan Indeks erosivitas hujan (R), erodibilitas tanah (K), indeks lereng (LS), indeks vegetasi (C) dan konservasi lahan (P) pada lahan kering tegalan di Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung. A. Perhitungan Erosivitas hujan (R) Rumus : n
R=
∑ EI / 100 x i
(Sumber : Chay Asdak, 2004:346) Keterangan : R = Erosivitas hujan (Kj/ha/Cm). n = Jumlah kejadian hujan dalam satu tahun. x = Jumlah tahun atau musim hujan yang digunakan dalam perhitungan. EI30 = 6,12(RAIN)1,21 (DAYS)-0,47 (MAX P)0,53 (Sumber : Chay Asdak, 2004:347) Keterangan : EI30 RAIN DAYS MAX P
= Erosivitas hujan rata rata tahunan. = Curah hujan bulanan. = Jumlah hari hujan per bulan. = Hujan maximum harian (24 jam) dalam bulan yang bersangkutan.
B. Erodibilitas Tanah (K) K = {2,71x10-4(12-OM)M1,14+3,25(S-2)+2,5(P-3)/100} (Sumber : Chay Asdak, 2004:352)
Keterangan : OM S P M
= Unsur Organik = Kode Struktur Tanah = Permeabilitas Tanah = ( % debu+pasir halus)x (100-liat)
Hasil perhitungan : 1. Sampel 01 M = (18,42 + 18,23) x (100 – 27,17) = 2.699,21 K = { 2,713 x M1,14 (10-4)(12- OM)+3,25 (S-2)+2,5 (P-3) } 100 = {2,713 (2.669,21)1,14 (10-4)(12-6,96)+3,25(2-2)+2,5(3-3) } 100 = 2,713 (8.055,19) (10-4) (5,04) + 0 + 0 100 = 11,01 100 = 0,110
2. Sampel 02 M = (15,17 + 22,04) x (100 – 23,71) = 2.838,75 K = { 2,713 x M1,14 (10-4)(12- OM)+3,25 (S-2)+2,5 (P-3) } 100 = {2,713 (2.838,75)1,14 (10-4)(12-6,09)+3,25(2-2)+2,5(2-3) } 100 = 2,713 (8.641,01) (10-4) (5,91) + 0 + (-2,5) 100 = 11,35 100 = 0,113
3. Sampel 03 M = (26,41 + 26,19) x (100 – 23,11) = 2.834,01 K = { 2,713 x M1,14 (10-4)(12- OM)+3,25 (S-2)+2,5 (P-3) } 100 = {2,713 (2.834,01)1,14 (10-4)(12-6,09)+3,25(3-2)+2,5(3-3) } 100 -4 = 2,713 (12.172,07) (10 ) (5,91) + 3,25+ (0) 100 = 22,76 100 = 0,227 4. Sampel 04 M = (15,42 + 23,12) x (100 – 20,92) = 3.047,74 K = { 2,713 x M1,14 (10-4)(12- OM)+3,25 (S-2)+2,5 (P-3) } 100 1,14 = {2,713 (3.047,74) (10-4)(12-6,96)+3,25(2-2)+2,5(2-3) } 100 = 2,713 (9.369,89) (10-4) (5,04) + 0+ (-2,5) 100 = 10,31 100 = 0,103 5. Sampel 05 M = (14,96 + 27,05) x (100 – 28,87) = 2.988,17 K = { 2,713 x M1,14 (10-4)(12- OM)+3,25 (S-2)+2,5 (P-3) } 100 1,14 = {2,713 (2.988,17) (10-4)(12-6,96)+3,25(2-2)+2,5(3-3) } 100 = 2,713 (9.161,40) (10-4) (5,04) + 0+ 0 100 = 12,52 100 = 0,125 6. Sampel 06 M = (15,13 + 19,71) x (100 – 29,11) = 2.469,80
K = { 2,713 x M1,14 (10-4)(12- OM)+3,25 (S-2)+2,5 (P-3) } 100 = {2,713 (2.469,80)1,14 (10-4)(12-7,83)+3,25(3-2)+2,5(3-3) } 100 = 2,713 (7.372,83) (10-4) (4,17) + 3,25+ 0 100 = 11,59 100 = 0,115
7. Sampel 07 M = (14,79 + 20,02) x (100 – 29,17) = 2.465,59 K = { 2,713 x M1,14 (10-4)(12- OM)+3,25 (S-2)+2,5 (P-3) } 100 = {2,713 (2.465,59)1,14 (10-4)(12-6,96)+3,25(2-2)+2,5(3-3) } 100 = 2,713 (7.358,50) (10-4) (5,04) + 0+ 0 100 = 10,06 100 = 0,100 8. Sampel 08 M = (16,21 + 24,17) x (100 – 27,19) = 2.960,06 K = { 2,713 x M1,14 (10-4)(12- OM)+3,25 (S-2)+2,5 (P-3) } 100 = {2,713 (2.960,06)1,14 (10-4)(12-7,83)+3,25(3-2)+2,5(2-3) } 100 = 2,713 (8.993,44) (10-4) (4,17) + 3,25+ (-2,5) 100 = 10,85 100 = 0,108 9. Sampel 09 M = (12,37 + 24,11) x (100 – 29,81) = 2.560,53 K = { 2,713 x M1,14 (10-4)(12- OM)+3,25 (S-2)+2,5 (P-3) }
100 = {2,713 (2.560,53)1,14 (10-4)(12-6,96)+3,25(3-2)+2,5(3-3) } 100 -4 = 2,713 (7.682,38) (10 ) (5,04) + 3,25+ (0) 100 = 13,75 100 = 0,137 10. Sampel 10 M = (24,43 + 26,16) x (100 – 27,02) = 3.473,11 K = { 2,713 x M1,14 (10-4)(12- OM)+3,25 (S-2)+2,5 (P-3) } 100 = {2,713 (3.473,11)1,14 (10-4)(12-7,83)+3,25(2-2)+2,5(3-3) } 100 = 2,713 (7.682,38) (10-4) (4,17) + 0+ (0) 100 = 12,30 100 = 0,123 11. Sampel 11 M = (16,23 + 25,32) x (100 – 26,41) = 3.057,66 K = { 2,713 x M1,14 (10-4)(12-OM)+3,25 (S-2)+2,5 (P-3) } 100 1,14 = {2,713 (3.057,66) (10-4)(12-6,96)+3,25(2-2)+2,5(3-3) } 100 = 2,713 (9.404,68) (10-4) (5,04) + 0+ (0) 100 = 12,85 100 = 0,128
C. Indeks Panjang dan Kemiringan Lereng (LS) LS = (√x) x (0,0138 + 0,00965(S) + 0,00138(S2) (Sumber : Wischemeir dan Smith dalam Arsyad, 1989:253). Keterangan : LS = Indeks panjang dan kemiringa lereng X = Panjang lereng dalam meter (m) S = Kemirinngan lereng dalam persen (%) Sumber : Wischemeir dan Smith dalam Arsyad, 1989. Panjang lereng dicari dengan menggunakan interval kontur, dengan persamaan: CI =
1 x Penyebut Skala 2000
Contoh: CI =
1 x 25.000 2000
= 12,5 meter Jika pada peta terdapat 7 kontur maka panjang lereng = 7 x 12,5 = 87,5 meter. Contoh perhitungan indeks panjang dan kemiringan lereng (LS) L : 87,5 meter N: 7 S:3% LS
= √87,5 x (0,0138 + 0,00965(3) + 0,00138(32) = 9,35 x 0,05 = 0,46
Indeks Panjang dan Kemiringan Lereng (LS) No Sampel
Jumlah Kontur (N)
Panjang Lereng dalam Meter (L)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
8 7 6 7 9 5 10 9 7 6 8
100 87,5 75 87,5 112,5 62,5 125 112 87,5 75 100
Kemiringan Lereng dalam % (S) 15 3 8 7 6 12 3 3 12 41 35
LS 4,6 0,46 1,47 1,39 1,27 2,52 0,55 0,53 2,99 23,55 20,04
D. Hasil Perhitungan USLE Perhitunagan USLE didapat dengan mengalikan faktor-faktor penyebab erosi yaitu A = R x K x LS x C x P. (Sumber: Wischmeir dan Smith dalam Ananto Kusuma, 1987:86).
Hasil Perhitungan USLE Pada Lahan Kering Tegalan di Kecamatan Tretep :
No Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
R
K
2085.28 0.11 2085.28 0.11 2085.28 0.22 2085.28 0.10 2085.28 0.12 2085.28 0.11 2085.28 0.10 2085.28 0.10 2085.28 0.13 2085.28 0.12 2085.28 0.12
LS
C
P
A (Ton/Ha/Th)
4.60 0.46 1.47 1.39 1.27 2.52 0.55 0.53 2.99 23.55 20.40
0.70 0.70 0.70 0.70 0.70 0.70 0.70 0.70 0.70 0.70 0.40
0.20 0.35 0.35 0.40 1.00 0.40 1.00 1.00 1.00 0.40 0.40
147,72 25,85 165,22 81,16 222,46 161,85 80,28 77,36 567,38 1650,04 816,76
Keterangan : A R K LS C P
= Banyaknya tanah yang terkikis dan terhanyutkan dalam (Ton/Ha/Th). = Nilai indek erosivitas hujan (Kj/Ha/mm). = Faktor erodibilitas tanah yang terkikis dan terhanyutkan dalam (Ton/Kj) = Faktor panjang dan kemiringan lereng = Faktor vegetasi. = Faktor tindakan manusia dalam pengelolaan dan konservasi tanah.