I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Perkembangan permukiman di daerah perkotaan tidak terlepas dari pesatnya laju pertumbuhan penduduk perkotaan baik karena faktor pertumbuhan penduduk kota itu sendiri maupun karena faktor urbanisasi. Dampak negatif urbanisasi yang telah berlangsung selama ini lebih disebabkan oleh tidak seimbangnya peluang untuk mencari nafkah di daerah perdesaan dan perkotaan. Beberapa pengamat meyakini bahwa salah satu penyebab mengalirnya penduduk pedesaan ke kota-kota akibat kekeliruan adopsi paradigma pembangunan yang menekankan pada pembangunan industrialisasi besar-besaran yang ditempatkan di kota-kota besar yang kemudian dikenal dengan istilah AIDS (Accelerated Industrialization Development Strategy), sehigga memunculkan adanya daya tarik yang sangat kuat untuk mengadu nasibnya di kota yang dianggap mampu memberikan masa depan yang lebih baik dengan penghasilan yang lebih tinggi, sementara pendidikan dan ketrampilan yang mereka miliki kurang memadai untuk masuk disektor formal (Yunus, 2005). Seiring dengan pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan, maka kebutuhan penyediaan akan prasarana dan sarana permukiman akan meningkat pula, baik melalui peningkatan maupun pembangunan baru. Selanjutnya pemenuhan akan kebutuhan prasarana dan sarana permukiman baik dari segi perumahan maupun lingkungan permukiman yang terjangkau dan layak huni belum sepenuhnya dapat
disediakan baik oleh masyarakat sendiri maupun pemerintah, sehingga kapasitas daya dukung prasarana dan sarana lingkungan permukiman yang ada mulai menurun yang pada gilirannya memeberikan kontribusi terjadinya lingkungan permukiman kumuh. Akibat makin banyaknya permukiman kumuh dan liar yang pada gilirannya akan menjadi berat bagi pemerintah kota untuk menanganinya (Yunus, 2005). Lingkungan permukiman kumuh di perkotaan di Indonesia merupakan permasalahan yang sangat kompleks, diantaranya adalah permasalahan yang berkaitan dengan kemiskinan, tingkat pendidikan masyarakat yang rendah, kesenjangan serta ketidakdisiplinan masyarakat terhadap lingkungannya maupun yang menyangkut kemampuan lembaga-lembaga pemerintahan kota/kabupaten dalam pengaturan, pengorganisasian tata ruang dan sumberdaya yang dimiliki kota dalam melaksanakan fungsinya sebagai pelayan masyarakat kota (Esmara, 1975). Lingkungan permukiman kumuh merupakan masalah yang terjadi atau sering dihadapi di kota besar, tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga berlangsung di kota-kota besar di dunia (Sri, 1988), begitupula di negara-negara berkembang di Asia dan Afrika, menurut publikasi World Bank (1999) lingkungan permukiman kumuh digambarkan sebagai bagian yang terabaikan dari lingkungan perkotaan dimana kondisi kehidupan dan penghidupan masyarakatnya sangat memprihatinkan, yang diantaranya dirunjukkan dengan kondisi lingkungan hunian yang tidak layak huni, tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, sarana dan prasarana lingkungan yang tidak memenuhi syarat, tidak tersedianya fasilitas pendidikan, kesehatan maupun sarana
dan prasarana sosial budaya kemasyarakatan yang memadai. Kekumuhan lingkungan permukiman cenderang bersifat paradoks, bagi masyarakat yang tinggal di lingkungan tersebut, kekumuhan adalah kenyataan sehari-hari yang tidak mereka masalahkan, sedangkan di pihak lain yang berkeinginan untuk menanganinya, masalah kumuh adalah suatu permasalahan yang harus segera ditanggulangi penanganannya. Dari fenomena tersebut dapat dipetik pelajaran bahwa penanganan lingkungan permukiman kumuh tidak dapat diselesaikan secara sepihak, tetapi harus secara sinergis melibatkan potensi dan eksistensi dari seluruh pihak yang berkepentingan (stakeholders), baik Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota maupun masyarakat sendiri selaku penerima manfaat, Pelaku dunia usaha, LSM/NGO, cerdik pandai dan pemerhati yang peduli. Apabila hal ini tidak disiapkan penanggulanganya sejak dini, maka masalah pemukiman kumuh akan menjadi masalah ketidakmampuan kota dalam menjalankan perannya sebagai pusat pembangunan sosial, ekonomi dan politik (Sri, 1988).
1.2. Perumusan Masalah 1) Bagaimana kondisi lingkungan permukiman kumuh di Dusun Sono Desa Lalang, Kecamatan Medang, Deras Kabupaten Batubara.
2) Bagaimana kondisi sosial ekonomi & budaya masyarakat yang terdapat di lingkungan permukiman kumuh di Dusun Sono Desa Lalang, Kecamatan Medan Deras, Kabupaten Batubara.
1.3 Landasan Teori Permasalahan permukiman kumuh di kota-kota besar Indonesia dinilai sangat kompleks, terutama yang berkaitan dengan permasalahan yang berkaitan dengan kemiskinan dan kesenjangan sosial. Kondisi lingkungan permukiman kumuh cenderung bersifat paradoks, artinya kekumuhan bagi masyarakat yang tinggal di Iingkungan tersebut merupakan kenyataan sehari-hari yang tidak disebut sebagai masalah, sedangkan bagi pihak lain, permukiman kumuh merupakan suatu permasalahan. Oleh karena itu, permukiman kumuh tidak dapat diselesaikan secara sepihak. Akan tetapi harus secara sinergis melibatkan potensi dan eksistensi dari seluruh pihak yang berkepentingan (stakeholders), baik pemerintah maupun masyarakat. Adapun salah satu langkah awal dari perlibatan masyarakat adalah dengan mempertimbangkan pandangan masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh terhadap perbaikan permukiman kumuh tersebut. Banyak kota-kota besar yang kita saksikan saat ini tumbuh dan berkembang pada daerah aliran sungai. Sungai telah memegang peranan yang sangat penting dalam sejarah peradaban dan kebudayaan manusia. Sejak ribuan tahun yang lalu telah dikenal adanya suatu perkembangan peradaban manusia di lembah sungai, yang
melahirkan kota-kota penting di dunia. Sungai memiliki peranan yang penting dalam perkembangan sistem hubungan aktivitas dan struktur internal suatu kota (Munford, 1961). Begitu pula yang terjadi di kota-kota di Indonesia yang dilalui aliran sungai. Pada mulanya aktifitas penduduk di daerah aliran sungai adalah bercocok tanam karena penggunaan air yang mudah didapat dan untuk kehidupan sehari-hari mencari ikan, mencuci dan mandi. Tapi peranan sungai dalam kehidupan sehari-hari terus berkembang, yang mendorong pertumbuhan permukiman yang membentuk pola linear sepanjang sungai. Semakin lama peran sungai terus berkembang dan tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kota. Pada awal pertumbuhannya telah ditandai dengan terbentuknya suatu kosentrasi penduduk dengan membentuk kelompok-kelompok permukiman di sekitar aliran sungai yang kemudian membentuk kota. Kota menurut Wirth, dapat diartikan sebagai suatu permukiman yang relatif besar, padat dan permanen dengan penduduk yang heterogen kedudukan sosialnya. Sebagai permukiman, kota identik sebagai kumpulan dari perumahan yang luas dengan berbagai fasilitas lingkungan di dalamnya (Daljoem, 1987). Sungai Padang termasuk sungai yang terbesar di Kabupaten Batubara dimana penduduk yang bermukim di sepanjang daerah aliran sungai tersebut mayoritas adalah nelayan. Pada awal mula permukiman di tepi sungai Padang ini dimulai dari,
konstruksi rumah yang dibuat dari kayu sehingga bisa mengambang di permukaan air sungai yang bisa ditambatkan dimana saja. Dengan pertumbuhan penduduk sekitar dan sarana serta prasarana umum mulai dibangun, permukiman tersebut mulai naik ke atas, tumbuh di sekitar bantaran aliran sungai. Untuk mengetahui keseluruhan mengenai apa dan bagaimana permukiman kumuh di lingkungan aliran sungai di dusun Sono desa Lalang, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batubara maka, peneliti mengadakan studi tentang penataan permukiman kumuh di Dusun Sono Desa Lalang, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara. 1.4. Tujuan Penelitian 1) Mengetahui kondisi lingkungan permukiman kumuh di Dusun Sono Desa Lalang, Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara 2) Mengetahui kondisi sosial ekonomi & budaya masyarakat di Dusun Sono Desa Lalang, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batubara. 1. 5 Hipotesis 1) Permukiman kumuh berpengaruh tehadap kondisi lingkungan masyarakat di Dusun Sono Desa Lalang, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batubara. 2) Permukiman kumuh berpengaruh terhadap kondisi kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat Dusun Sono Desa Lalang, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batubara.
1. 6. Manfaat 1) Sebagai bahan acuan dalam penataan lingkungan permukiman kumuh di Dusun Sono Desa Lalang, Kecamatan Medang Deras agar tercipta pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan (Sustainable Resources). 2) Sebagai bahan informasi bagi lembaga/organisasi, pemerintah, atau pihak lain untuk meningkatkan kualitas permukiman kumuh masyarakat di Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batubara. 3) Sebagai bahan informasi untuk membantu terlaksananya perbaikan sarana dan prasarana pada permukiman kumuh di dusun Sono desa Lalang, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batubara. 4) Sebagai bahan untuk menggerakkan partisipasi pihak akademisi untuk dapat mensosialisasikan penelitian ini.