I.
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Padi merupakan komoditas strategis yang selalu mendapatkan prioritas
penanganan dalam pembangunan pertanian. Upaya meningkatkan produksi padi terutama ditujukan untuk memantapkan dan melestarikan swasembada pangan khususnya beras. Masalah yang masih dihadapi petani dalam melakukan budidaya padi salah satunya adalah masalah hama. Kerugian yang diderita akibat serangan hama dapat berupa penurunan jumlah produksi dan penurunan mutu produksi. Penurunan jumlah produksi terjadi karena hama menyerang bagian pangkal batang tanaman padi tempat malai berada , sehingga malai mati dan berpengaruh pada jumlah yang dipanen berkurang karena banyak bulir yang kosong atau hampa. Sedangkan penurunan mutu produksi terjadi karena bagian pangkal batang yang diserang tidak terlalu parah tetapi berdampak pada beberapa bulir menjadi kecil sehingga mutunya berkurang (Palungkung dan Indriani, 1992). Salah satu masalah penting dalam meningkatkan produksi padi adalah serangan penggerek batang padi. Menurut Jaipla et al. (2005) bahwa penggerek batang padi merupakan hama penting pada tanaman padi yang secara nyata dapat menyebabkan penurunan hasil. Bahkan Syam et al. (2007) menegaskan bahwa penggerek batang padi merupakan hama paling penting pada tanaman padi. Beberapa spesies penggerek batang padi yang ditemukan di Indonesia tergolong dalam dua famili yaitu famili Pyralidae terdiri atas penggerek batang padi kuning Scirpophaga incertulas Walker, penggerek batang padi bergaris Chilo suppressalis Walker, penggerek batang padi putih Scirpophaga innotata Walker,
1
2
penggerek batang padi kepala hitam Chilo polychrysus Meyrick dan satu spesies dari famili Noctuidae yaitu penggerek batang padi merah jambu Sesamia inferens Walker (Kalshoven, 1981). Penggerek batang padi yang paling merusak dan banyak menimbulkan kerugian di Indonesia dan negara-negara produsen padi lainnya adalah S. incertulas dan S. innotata (Siwi et al., 2004). Hattori dan Siwi (1986) menyatakan bahwa penggerek batang padi kuning S. incertulas merupakan jenis yang paling luas penyebarannya termasuk di Bali. Gejala serangan yang disebabkan oleh semua spesies penggerek batang pada tanaman padi yaitu, pada tanaman fase vegetatif disebut sundep dan pada fase generatif disebut beluk. Pengendalian penggerek batang padi di Tabanan masih bertumpu pada penggunaan insektisida sintetik. Cara ini tidak efektif, terbukti dari meningkatnya serangan dan kerugian akibat serangan hama penggerek batang tersebut dari tahun ke tahun. Selain itu, penggunaan insektisida juga dapat menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap konsumen dan lingkungan, serta dapat menimbulkan resistensi dan resurgensi hama. Untuk menanggulangi masalah tersebut, diperlukan upaya pengendalian melalui konsep pengendalian hama terpadu (PHT) yang menekankan upaya pengendalian hayati (pemanfaatan musuh alami). (Wilyus et al 2012). Pengendalian hayati menggunakan parasitoid telur dinilai sangat efektif karena sasaran pengendaliannya adalah telur hama, sehingga hama tidak berkembang menjadi larva (fase yang merusak tanaman), tidak menimbulkan dampak negatif terhadap konsumen dan lingkungan, organisme yang digunakan dapat mencari dan menemukan inangnya, dapat berkembang biak dan menyebar, serta
pengendalian
dapat
berjalan
dengan
sendirinya.
Nickel
(1964)
3
menyatakan bahwa parasitoid telur adalah faktor penting yang dapat mengatur populasi penggerek batang padi pada saat kelimpahan hama itu tinggi. Ada tiga Jenis parasitoid telur PBP (Penggerek Batang Padi) di Indonesia yang telah teridentifikasi yaitu Tetrastichus schoenobii Ferr., Telenomus rowani Gah., dan Trichogramma japonicum Ashm. Kemampuan ketiga parasitoid tersebut untuk menurunkan populasi Penggerek Batang Padi (PBP) bervariasi, tergantung dari tempat dan lingkungannya. T. schoenobii mempunyai peranan paling besar dalam menurunkan populasi PBP, sedang T. rowani dan T. japonicum peranannya bergantian. Daur hidup T. japonicum berkisar antara 7-9 hari. Kemampuan bertelur rata-rata 38,60 butir. Kemampuan T. japonicum memparasit telur penggerek batang padi (PBP) adalah 31,40 telur dengan kepadatan inang 187,6 telur (59,6%). Keperidian T. japonicum 25 ekor (Laba, 1998). Daur hidup T. rowani berkisar antara 10-12 hari. Kemampuan bertelur-rata-rata 64,47 butir. Keperidian T. rowani adalah 49 ekor. Kemampuan memparasit telur PBP adalah 30,4 telur dengan kepadatan inang 181,2 telur (59,5%) (Laba, 1998). Daur hidup T. schoenobii berkisar antara 11-14 hari. Keperidian T. schoenobii adalah 65 ekor dan kemampuan memparasit telur PBP adalah 60-98% (Nurbaeti et al., 1992). Sedangkan di dua kecamatan di Kabupaten Tabanan petani masih belum mengetahui mengenai peranan parasitoid sebagai pengendali hama penggerek batang padi. Berdasarkan hasil laporan dan penelitian di atas maka masih perlunya untuk melakukan pengamatan mengenai keragaman dan kelimpahan populasi parasitoid telur yang berasosiasi dengan hama penggerek batang padi kuning di
4
Kabupaten Tabanan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah data tentang hama penggerek batang padi di lapang, parasitoid yang berasosiasi dengan hama penggerek batang padi di lapang dan dapat sebagai pedoman untuk memprediksi hubungan antara keragaman parasitoid dengan populasi hama yang menyerang tanaman padi di kedua Kecamatan di Kabupaten Tabanan. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah keragaman dan kesamaan parasitoid telur yang berasosiasi dengan hama penggerek batang padi kuning pada kedua ketinggian?
2.
Bagaimanakah kelimpahan populasi parasitoid telur yang berasosiasi dengan hama penggerek batang padi kuning pada kedua ketinggian?
3.
Bagaimanakah tingkat parasitisasi parasitoid telur terhadap penggerek batang padi kuning pada kedua ketinggian?
1.3
Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui keragaman dan kesamaan parasitoid telur yang berasosiasi dengan hama penggerek batang padi kuning pada kedua ketinggian .
2.
Untuk mengetahui kelimpahan populasi parasitoid telur yang berasosiasi dengan hama penggerek batang padi kuning pada kedua ketinggian.
3.
Untuk mengetahui tingkat parasitisasi parasitoid telur terhadap penggerek batang padi kuning pada kedua ketinggian.
5
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai :
1.
Keragaman dan kesamaan parasitoid telur yang berasosiasi dengan hama penggerek batang padi kuning pada dua ketinggian.
2.
Kelimpahan populasi parasitoid telur yang berasosiasi dengan hama penggerek batang padi kuning pada dua ketinggian.
3.
Tingkat parasitisasi parasitoid telur terhadap penggerek batang padi kuning pada kedua ketinggian.