Perancangan dan Integrasi Sistem
“Penurunan Produksi Kelapa Sawit pada Kuartal-I Tahun 2016” Oleh : Hanif Ryanas
(2215 105 077)
BIDANG STUDI SISTEM PENGATURAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2016
BAB I – DIAGNOSIS ANALYSIS Pada bab ini membahas tentang permasalahan produksi kelapa sawit pada kuartal I tahun 2016 seperti yang dilansir dari TRIBUNNEWS.COM Kejadian El Nino (kekeringan) yang panjang pada kuartal I tahun 2016 memukul setiap komoditas pertanian, tak terkecuali dengan kebun kelapa sawit. "Produksi Tandan Buah Segar (TBS) sangat dipengaruhi kondisi iklim. Kondisi El Nino (kemarau) yang terasa hingga kuartal I tahun 2016, membuat produktivitas TBS anjlok," ungkap Ketua Forum Kerjasama Produsen Benih Kelapa Sawit Indonesia (FKPB-KS), Dwi Asmono yang dihubungi Sinar Tani. Menurut Peneliti dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Nuzul Hijri Darlan, El Nino berpengaruh pada penurunan produksi TBS karena banyak munculnya bunga jantan, cadangan bunga dan buah sedikit bahkan kosong, muncul lebih dari 3 daun tombak hingga terjadi malforasi tandan. "Ini terjadi di semua umur sawit. Semakin parah jika terjadi di sawit produktif (di bawah 20 tahun)," ungkapnya. Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) kelapa mencatat akibat El-nino telah menurunkan produktivitas sawit sekitar 15-35%.
Gambar 1. Kelapa Sawit Terlepas dari El Nino, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) fenomena La Nina akan berlangsung pada bulan Juli hingga September 2016. Secara umum, fenomena La Nina berkebalikan dengan El Nino, yakni curah hujan akan semakin bertambah. "Kalau El Nino, curah hujan akan berkurang, sedangkan La Nina sebaliknya. Curah hujan akan makin bertambah apalagi jika terjadi pada bulan akhir tahun yang sudah memasuki musim hujan," kata Kepala BMKG, Andi Eka Sakya dalam keterangan rilisnya. Khusus untuk kelapa sawit, Nuzul menjelaskan dampak musim hujan ekstrim terhadap kelapa sawit diantaranya terbentuk bunga betina lebih banyak sehingga berakibat positif terhadap produksi tanaman kelapa sawit. Curah hujan ekstrim yang terlalu tinggi (>3000 mm/th, >450 mm/bln, ataupun >150 mm/10 hari) akan cukup memenuhi kebutuhan air tanaman kelapa sawit, bahkan berlebih sehingga dapat berimplikasi positif bagi tanaman. "Namun bila musim hujan ekstrim utamanya kalau hujan yang turun banyak pada siang hari maka akan mengurangi penyinaran efektif (effective sunshine), sehingga berakibat negatif terhadap produksi karena fotosintesis terganggu. Curah hujan ekstrim dengan intensitas yang terlalu tinggi juga diperkirakan mengakibatkan gangguan dan cekaman terhadap perkembangan bunga-bunga kelapa sawit," tuturnya.
“Namun pengolahan kebun yang terkoordinir dengan baik dan disiplin juga harusnya tak luput dari perhatian karena biaya operasional indsutri sangatlah tinggi,” tambahnya. BAB II – STAKEHOLDER Pemangku kebijakan atau pihak-pihak yang terlibat dalam permasalahan ini antara lain A. Pabrik dan Industri Perkebunan kelapa Sawit Industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia didominasi oleh PT. Astra Agro Lestari,Tbk (AALI), PT. PP London Sumatra Indonesia,Tbk (LSIP), PT Eagle High Plantations (BWPT), dan lain-lain. Dimana perusahaan tersebut menjual sahamnya pada Bursa Efek Indonesia. Dengan begitu dana operasional perusahaan utamanya bergantung pada pemegang saham di perusahaan tersebut.
Gambar 2. Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit B. Pekerja Perkebunan Kelapa Sawit Sumber Daya Manusia merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi produksi kelapa sawit. SDM yang terlatih dan mampu berinovasi merupakan kunci utamanya.
Gambar 3. Pekerja Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit
C. Dinas Pertambangan Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dinas ESDM juga berpengaruh dalam pembuatan kebijakan yang berpengaruh dengan keberlangsungan proses produksi kelapa sawit.
Gambar 4. Dinas ESDM BAB III – PROBLEM ANALYSIS Negara Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit nomor satu di dunia dengan kapasitas produksi mencapai 31,10 juta ton per tahun. Dengan anjloknya produksi kelapa sawit maka ini akan mempengaruhi devisa negara. Yang paling mempengaruhi tentang pertumbuhan pohon kelapa sawit adalah iklim. Kelapa sawit sangat cocok ditanam di daerah tropis dengan curah hujan rata-rata 1.500-3.000 mm per tahun. Kelapa sawit akan tumbuh optimal di dataran rendah dengan ketinggian 200-400 meter di atas permukaan laut. Kelapa sawit akan tumbuh dengan baik apabila lama penyinaran langsung matahari 1-7 jam setiap harinya. Buah kelapa sawit yang dihasilkan akan jauh lebih optimal saat tanaman tersebut tumbuh di daerah dengan suhu rata-rata 25-27 derajat Celcius. Tanaman kelapa sawit menuntut tanah yang gembur, subur, dan mempunyai drainase baik untuk tumbuh optimal dengan pH tanah 4,0-6,5. Untuk dapat mengatur situasi lahan agar kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik digunakan sistem terintegrasi untuk mengontrol dan memonitor lahan kelapa sawit.
Gambar 5. Kontrol Produksi Kelapa Sawit
“Project Cycle Management” untuk system integrase control lahan kelapa sawit :
Menyiapkan
Metodologi
Mengimplementasikan
Proyek
Mengevaluasi
Diagram pohon “cause and effect” : Penurunan Hasil Produksi Kelapa Sawit
Kondisi lahan yang luas tidak terkontrol dan terpantau
Pekerja tidak mengikuti SOP perusahaan
Biaya Operasional tidak terpenuhi
Tidak adanya sistem control dan monitoring lahan
Pekerja tidak memiliki kompetensi yang cukup
Kurangnya Dana untuk memasang sistem terintegrasi
Kurangnya etos kerja pegawai lahan
Nilai saham perusahan menurun dengan produksi yang turun dikarenakan Daya jual saham meningkat dan menurunnya daya beli
BAB IV – OBJECTIVE ANALYSIS A. Global Objective Peningkatan Hasil Produksi Kelapa Sawit
Kondisi lahan yang luas dapat terkontrol dan terpantau
Pekerja dapat mengikuti SOP perusahaan
Biaya operasional dapat terpenuhi
Adanya sistem control dan monitoring lahan
Pekerja memiliki kompetensi yang cukup
Nilai saham perusahan naik dikarenakan daya beli saham meningkat
Dana untuk memasang sistem terintegrasi terpenuhi
Etos kerja pegawai lahan meningkat
B. Project Objective Peningkatan Hasil Produksi Kelapa Sawit
Kondisi lahan yang luas dapat terkontrol dan terpantau
Pekerja dapat mengikuti SOP perusahaan
Biaya operasional dapat terpenuhi hingga dapat digunakan untuk ekspansi
Adanya sistem control dan monitoring lahan
Pekerja memiliki kompetensi yang cukup
Nilai saham perusahan naik dikarenakan daya beli saham meningkat
Dana untuk memasang sistem terintegrasi terpenuhi
Meningkatnya etos kerja pegawai lahan
Pendekatan pembuatan sistem kontrol dan monitoring
Pendekatan peningkatan kualitas pegawai lahan
Pendekatan peningkatan citra perusahaan dan laporan keuangan secara terbuka untuk menaikkan daya beli
BAB V – PROJECT SELECTOR
No
Nama Pendekatan
Deskripsi
Kebutuhan
1
Pembuatan sistem kontrol dan monitoring
Membuat sistem kontrol dan monitoring terintegrasi
Tenaga ahli dan jurusan elektro kontrol dan peran teknologi
2
Peningkatan kualitas pekerja lahan
Mengadakan pelatihan dan workshop untuk pekerja lahan
Tenaga ahli dari Dinas Ketenagakerjaan
3
Peningkatan citra perusahaan dan laporan keuangan secara terbuka untuk menaikkan daya beli saham
Menggunakan iklan dan pengumpulan informasi dari sumber terkait
Tenaga ahli dari keungan dan marketing
Waktu yang Dibutuhkan Butuh waktu singkat untuk merealisasikan sistem ini dan pengaruhnya sangat besar Butuh waktu yang tidak terlalu lama
Manfaat
Butuh waktu yang cukup lama untuk mencapai tujuan
Meningkatkan cash-flow pada perusahaan terkait
Meningkatkan daya produksi sehingga hasilnya melimpah
Meningkatkan etos kerja para pekerja lahan
Berdasarkan perbandingan dari masing-masing pendekatan, yang memiliki peluang besar untuk meningkatkan produksi kelapa sawit adalah “pembuatan sistem kontrol dan monitoring”. Sehingga project untuk menyelesaikan permasalahan diberi nama : “Sistem Kontrol dan Monitoring Lahan Kelapa Sawit untuk Meningkatkan Kualitas dan Produksi Kelapa Sawit”.