I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman mainan tradisional di indonesia menjadi kekayaan yang tak ternilai harganya dan menjadi ciri khas tersendiri untuk bangsa indonesia, serta menjadi daya tarik bagi negara lain. Mainan dari kata dasar main, jadi arti kata main
adalah melakukan
perbuatan untuk bersenang-senang baik menggunakan alat tertentu atau tidak menggunakan alat. sesuatu barang yang digunakan untuk bermain. Jadi mainan adalah alat yang di gunakan untuk menyenangkan hati. Tradisional dari kata tradisi yang artinya adalah adat kebiasaan yang turun-temurun dan masih dijalankan di masyarakat. Adat adalah berupa ujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai budaya, norma, hukuman dan aturan-aturan yang satu dengan yang lainnya berkaitan menjadi satu sistem. Mainan tradisional adalah sesuatu alat yang dibuat dan dimainkan dengan berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun dan dapat memberikan rasa puas atau senang1. Kekayaan budaya dan mainan tradisional di Indonesia akan hilang begitu saja
karena
kurangnya
kepedulian
masyarakat
untuk
menjaga
dan
melestarikannya. Masyarakat khususnya anak-anak pada saat ini tidak banyak yang mengetahui tentang mainan-mainan tradisional yang ada di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh desakan permainan (game) dengan teknologi tinggi. Menyebabkan anak-anak lebih senang memainkan permainan yang ada pada alat elektronik yang mereka miliki. Gasing yang lebih dikenal oleh masyarakat sebagai mainan yang terbuat dari kayu atau bambu. Pada umumnya gasing terbuat dari kayu, namun di beberapa daerah gasing terbuat dari bambu. Kayu selain digunakan untuk membuat gasing juga banyak digunakan untuk kebutuhan industri dan rumah tangga. Krisis global yang berkepanjangan membuat harga-harga kebutuhan pokok terus meningkat tidak terkecuali dengan harga kayu.
Hamzuri, Permainan Tradisional Indonesia (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat jenderal kebudayaan, Direktorat Permuseuman : 1998)Hal 1 1
1
Melihat potensi Indonesia sebagai negara tropis yang kaya akan sumber daya alam. Khususnya yang merupakan material bangunan yang paling banyak ditemui adalah kayu. Akan tetapi, karena kayu harganya begitu mahal di pasaran, kayu menjadi material yang terasa cukup mewah khususnya bagi masyarakat menengah ke bawah yang ingin membangun rumah tinggal. Selain itu, isu lingkungan seperti penebangan hutan secara liar membuat kita cenderung untuk prihatin terhadap sumber daya alam kita yang semakin menipis ini. Selain kayu, sebenarnya bahan lain yang sering ditemui dan tumbuh dengan mudah di Indonesia adalah bambu. Bambu dapat dengan mudah tumbuh dan berkembang di Indonesia. Harganya pun murah dan terjangkau bagi siapa saja, namun belum banyak orang yang melihat potensinya sebagai material alternatif yang dapat digunakan sebagai bahan utama pembuatan furniture. Selain itu, pengetahuan masyarakat yang terbatas tentang bambu juga mempengaruhi minat masyarakat untuk menngunakannya. Kebanyakan dari masyarakat hanya tahu bahwa bambu hanya sebagai penghias rumah makan ataupun saung yang berada di desa-desa. Padahal, kekuatan bambu yang misalnya digunakan sebagai struktur utama memiliki kekuatan yang tidak kalah jauh kalau dibandingkan dengan kayu. Bahkan dalam beberapa kasus tertentu bambu kekuatannya lebih lentur daripada kayu. Seratnya yang liat dan elastis sangat baik dalam menahan beban (baik beban tekan/tarik, geser, maupun tekuk). Hal tersebut memacu untuk memanfaatkan bambu melalui proses desain untuk menjadi sebuah produk
furniture, namun permasalahan muncul dari
karakteristik material bambu apus itu sendiri. Kanji atau serbuk bambu yang sangat digemari oleh rayap, maka dari itu penggunaan material pendukung sangat mutlak digunakan untuk menutupi kekurangan yang terdapat pada bambu apus. Melalui proses desain sebuah produk furniture maka bambu apus dapat memiliki nilai tambah dari material bambu yang dianggap kurang dibandingkan dengan kayu. Nilai yang diharapkan dari proses desain ini adalah nilai baru yang dapat membentuk paradigma terhadap bambu apus dan gasing.
2
B. Orisinalitas (State of The Art) Bentuk furniture yang menggunakan bahan dasar bambu apus ini hanya terbatas pada bentuk-bentuk dasar yang sederhana, terlepas. Batasan-batasan itu yang membuat kebanyakan pengerajin hanya membuat lemari yang berbentuk persegi, kursi dan meja dengan bentuk pada umumnya. Kurangnya aspek eksplorasi bentuk pada furniture yang dibuat para pengerajin menjadi celah untuk dilakukan proses desain lebih mendalam pada produk furniture kami. Membuat desain furniture yang keluar dari bentuk pada umumnya dan penggunaan media lain sebagai pendamping bambu ini. Hal tersebut merupakan upaya eksplorasi bentuk agar mendapatkan bentuk yang berbeda sehingga produk furniture ini memiliki nilai estetis. Selain itu dengan adanya proses desain diharapkan muncul nilai-nilai prestisius yang pada akhirnya mampu membentuk pandangan baru dimasyarakat tentang bambu ini. Hal-hal tersebut menjadi orisinalitas dari perancangan karya saya. I.
Referensi Sejenis
Dalam perancangan kali ini penulis terinspirasi oleh pengrajin gasing betawi yang bertempat tinggal di Jl C Rt 001/02 No 15 Kelurahan Dukuh Kramat Jati, Jakarta Timur. Disaat kebanyakan orang sudah mulai melupakan mainan-mainan tradisional tidak hal nya dengan pak Idi Kushandi. Mulai tahun 2005 beliau menekuni
pembuatan
gasing
betawi
sebagai
perwujudan
kecintaannya terhadap budaya betawi. Dari beliau penulis mendapat motivasi untuk ikut menjaga dan melestarikan mainan tradisional yang hampir punah. Bentuk dan warna gasing yang beliau buat berbeda dengan gasing di daerah lainnya. Cirinya adalah gasing berbentuk jantung atau panggal pala.
3
Gambar 1.1: Gasing Betawi Sumber: Olah Digital Oleh Penulis
Rosse Bambu Rosse bambu merupakan sebuah company furniture kreatif yang bergerak pada furniture-furnniture berbahan bambu. Dalam prodak furniture rosse bambu memproduksi beragam jenis mebel mulai dari kursi (single chair), rak buku, meja, hingga satu set meja makan (dining set) dengan kuantitas yang sedikit sehingga produksi furniture mereka terbatas.
Gambar 1.2 Rosse Bambu Sumber http://rossebambu.jogjaplaza.com
C. Tujuan dan Manfaat Perancangan 1. Tujuan Perancangan Karya ini dibuat untuk memberikan nilai baru terhadap bambu apus yang selama ini dianggap kurang menarik, dengan proses desain
4
membentuk sebuah prodak furniture dengan melalui pendekatan estetis dari segi bentuk. Memberikan wadah dan identitas sebuah produk furniture serta melakukan promosi dengan menggunakan media website 2. Manfaat Perencanaan a. Untuk Personal Dalam hal ini manfaat perancangan bagi peneliti sendiri adalah memberikan manfaat yang postif yaitu menambah wawasan tentang karakteristik bambu apus, proses finishing sebuah furniture dan pemilihan media pedamping yang tepat dan sesuai konsep. b. Untuk Masyarakat Kemudian perancangan ini diharapkan mampu mengubah paradigma yang melekat masyarakat terhadap bambu apus. Masyarakat diharapkan mampu mengolah bambu ini juga sehingga, mulai familiar dengan bambu apus. c. Untuk Akademik Perancang juga berharap dengan adanya kajian pemanfaatan bambu menjadi sebuah furniture unik dapat memberikan data yang kompeten, yang bisa menjadi komparasi dan referensi dalam membuat produk serupa.
D. Peluang dan Tantangan Studi 1. Peluang Studi Di indonesia usaha mabel/furniture cukup menjamur, dengan populernya penggunaan bambu apus banyak pengerajir menggunakan material dasar bambu ini. Namun batas pembuatan furniture ini hanya berbentuk umum dan mudah seperti meja, kursi yang berbentuk pada umumnya. Dengan perancangan ini yang mengedepankan eksplorasi bentuk yang estatis dan adanya wadah branding yang menjadi identitas produk ini. Sehingga memberikan warna baru dalam usaha mabel. 2. Tantangan Studi Pandangan masyarakat tentang bambu apus ini.
5
E. Relevansi dan Konsekuensi 1. Relevansi Studi
Membuat pandangan baru terhadap bambu apus.
Memberikan sentuhan alami pada bambu apus yang memiliki nilai dekoratif yang cukup tinggi.
2. Konsekuensi Studi
Menimbulkan rasa ketertarikan minat masyarakat untuk beralih menggunakan furniture berbahan dasar bambu apus.
6