1
HUBUNGAN ANTARA SELF-ESTEEM DENGAN KESIAPAN PENSIUN PADA PERWIRA MENENGAH TNI AL Oleh : Mangesti Yunianti
[email protected] Amir Hasan Ramli
[email protected] Ilhamuddin
[email protected] Program Studi Psikologi, Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara self-esteem dengan kesiapan pensiun pada perwira menengah TNI AL. Subjek penelitian yaitu 103 perwira menegah yang bekerja di Markas Besar TNI AL Jakarta yang diperoleh dengan menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini menggunakan skala self-esteem dari Coopersmith dan skala kesiapan pensiun dari Sutarto & Ismulcokro. Analisis data menggunakan teknik statistik korelasi product momentpearson. Hasil penelitian dengan analisis statistik menunjukkan bahwa self-esteem dan kesiapan pensiun memiliki korelasi yang sangat kuat, artinya terdapat hubungan positif antar kedua variabel, sehingga semakin tinggi self-esteem maka semakin tinggi kesiapan pensiun pada perwira menengah TNI AL. Kata Kunci : Self-Esteem, Kesiapan Pensiun, Perwira Menengah TNI AL.
ABSTRACT This study investigated the relationship between self-esteem and retirement readiness on the officer of Indonesian Navy. The subjects of this research were 103 middle-ranked officers who works in Indonesian Navy Headquarters Jakarta by using purposive sampling technique. This study used the Coopersmith SelfEsteem Scale and the Retirement Readiness Scale by Sutarto and Ismulcokro. The method of data analysis in this study used the statistic technique correlation of product moment-pearson. The result of statistic technique showed that self-esteem and retirement readiness having a strong relationship, by that means there is a positive correlation among both variable, the higher self-esteem then the higher retirement readiness on the officer of Indonesian Navy. Keywords : Self-Esteem, Retirement Readiness, The Officer of Indonesian Navy
2
LATAR BELAKANG Setiap karyawan swasta maupun pegawai pemerintah pasti akan memasuki masa pensiun diakhir masa kerjanya. Pada batas tertentu itulah seseorang melepas jabatan dan tidak bekerja lagi. Berdasarkan artikel pada Prasetya Online (2010) menyebutkan bahwa pensiun merupakan fase kehidupan baru dalam kehidupan seseorang. Pada fase ini, masa pensiun datang diiringi dengan beberapa permasalahan seperti meningkatnya beban ekonomi keluarga, menurunnya kesehatan, hingga kualitas hidup produktif yang menurun. Banyaknya permasalahan yang mungkin dihadapi oleh seseorang yang baru memasuki masa pensiun dalam hidupnya maka individu ini harus mempersiapkan dirinya untuk menghadapi fase tersebut. Namun pada kenyataannya, ditemukan banyak karyawan yang tidak siap dalam menghadapi masa pensiun. Hal ini diperkuat oleh salah satu artikel yang ditulis oleh Djumena (2011) yang menjelaskan bahwa sebanyak 9 dari 10 orang di Indonesia belum siap menghadapi pensiun. Terdapat beberapa fakta yang menyatakan bahwa masa pensiun dapat menimbulkan stres dan kecemasan kepada orang yang akan menjalankannya. Menurut penelitian Social Readjustment Rating Scale (SRRS) yang dikemukakan oleh Thomas Holmes dan Richard Rahe (1967) bahwa pensiun menduduki urutan ke- 10 dari 43 jenis stressful event yang ditemukan. Menurut Agustina (2012) mengatakan bahwa masa pensiun bisa mempengaruhi konsep diri, karena pensiun menyebabkan seseorang kehilangan peran (role) dan identitas dalam masyarakat yang dapat mempengaruhi harga diri mereka. Pensiun akan menyebabkan seseorang kehilangan perannya dalam masyarakat yang selanjutnya mempengaruhi statusnya dan pada akhirnya bisa mempengaruhi konsep diri menjadi negatif. Menurut Hurlock (2008), pensiun adalah suatu kondisi dimana seseorang berhenti dari suatu pekerjaan yang ditekuninya, yang berarti berhentinya seseorang dalam mencari nafkah bagi keluarganya. Kondisi pensiun juga mempengaruhi beberapa aspek kehidupan seperti perubahan peran, perubahan keinginan dan perubahan keseluruhan dalam individu. Batas usia pensiun di Indonesia bagi pegawai negeri sipil ditetapkan 58 tahun (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 21 tahun 2014), sedangkan untuk tentara usia pensiun seorang prajurit melaksanakan dinas keprajuritannya sampai usia paling tinggi 58 tahun bagi Perwira dan 53 tahun bagi Bintara dan Tamtama. (UU RI No. 34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia pada Pasal 53). Pada usia tersebut masuk dalam kategori usia dewasa madya. Masa dewasa madya seseorang akan mengalami penurunan dari segi fisik maupun psikologis didalam dirinya sehingga pada usia pertengahan ini seseorang memiliki tugas perkembangan yang baru yaitu belajar untuk menyesuaikan dirinya kembali terhadap perubahan-perubahan yang terjadi misalnya perubahan fisiologis, fisik, perubahan seksual, perubahan minat dan tugas yang berhubungan dengan kehidupan keluarga (Hurlock, 2008).
3
Oleh karena itu seseorang yang akan memasuki masa pensiun membutuhkan kesiapan-kesiapan didalam dirinya. Menjadi seorang prajurit tentara adalah impian banyak orang. Setiap tahunnya tercatat ratusan orang berusaha untuk lolos dalam seleksi pendidikan yang dibuka oleh TNI baik melalui Akademi maupun melalui Perwira Karier, namun hanya beberapa orang saja yang dapat lolos dalam seleksi dan rekruitmen tersebut. Berdasarkan hasil wawancara singkat dengan Wakil Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) yaitu Letkol Laut Imam Muslim, S.Pd yang menyatakan bahwa menjadi seorang Perwira Tentara Nasional Angkatan Laut merupakan sesuatu hal yang membanggakan bagi dirinya karena tidak semua orang yang ingin menjadi perwira tentara dapat lolos saat tes masuk dan dengan pangkat serta jabatannya saat ini beliau merasa dihormati dan dihargai oleh lingkungan sekitarnya dan bawahannya. Dari hasil wawancara itu juga dapat disimpulkan bahwa selain mendapatkan banyak fasilitas dan tunjangan, menjadi seorang perwira tentara juga diimbangi dengan stres kerja yang cukup tinggi karena banyaknya pekerjaan serta tanggung jawab yang dipegangnya. Letkol Laut ini juga mengatakan saat ini belum dapat membayangkan kegiatannya setelah ia pensiun nanti karena beliau sudah terbiasa bekerja dan merasa nyaman dengan keadaannya saat ini. Seseorang yang akan memasuki masa pensiun khususnya perwira tentara harus mempersiapkan dirinya untuk menghadapi perubahan-perubahan yang akan terjadi misalnya perubahan secara finansial, fisik, dan sebagainya. Seseorang yang akan menghadapi masa pensiun seharusnya memiliki self-esteem yang tinggi didalam dirinya dan mempersiapkan masa pensiun yang baik. Self-esteem tumbuh dan berkembang semenjak masa kanak-kanak dari sejumlah perhatian, penghargaan yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya (Yahya & Yahya, 2009). Menurut Rosenberg (Baumeister dkk, 2003) seorang individu yang memiliki selfesteem yang tinggi akan lebih optimis dalam menghadapi hidup sehingga diharapkan individu tersebut dapat lebih tenang dalam mempersiapkan masa pensiunnya. Berdasarkan latar belakang yang telah penulis sampaikan, maka penulis akan membahas bagaimana hubungan antara self-esteem dengan kesiapan pensiun pada Perwira Menengah TNI AL sehingga penulis menetapkan judul “Hubungan antara Self-Esteem dengan Kesiapan Pensiun pada Perwira Menengah TNI AL”. LANDASAN TEORI 1. Self-Esteem Menurut Coopersmith, self-esteem adalah penilaian pribadi yang dilakukan individu mengenai perasaan berharga atau berarti dalam sikapsikap individu terhadap dirinya (Muslimah & Wahdah, 2013). Maslow (Feist & Feist, 2008) mengatakan bahwa kebutuhan akan harga diri atau self-esteem merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi setiap
4
individu, sehingga siapapun akan termotivasi oleh kebutuhan untuk dihargai atau aktualisasi diri. Menurut Rosenberg (Baumeister dkk, 2003) ada beberapa karakteristik yang dapat menunjukkan individu dengan self-esteem yang rendah dan self-esteem yang tinggi, diantaranya adalah: Tabel 1. Karakteristik Self-Esteem Self-esteem tinggi Self-esteem rendah Lebih disukai oleh sekitarnya Kurang disukai oleh sekitarnya dan lebih atraktif Mudah bergaul dengan sekitar Sukar untuk bergaul dengan sekitarnya Merasa puas dan bangga dengan Merasa tidak puas dan bangga dirinya sendiri dengan dirinya sendiri Memiliki hubungan baik dengan Sulit untuk berinteraksi, orang sekitarnya berhubungan baik dengan orang sekitarnya Dapat membuat kesan yang Kurang dapat membuat kesan lebih baik kepada orang-orang yang baik kepada orang-orang sekitarnya disekitarnya Dapat menerima kegagalan dan Sulit menerima kegagalan dan bangkit dari kekecewaan akibat kekecewaan berlebihan saat gagal gagal Lebih percaya diri untuk Kurang percaya diri saat berbicara didepan umum berbicara didepan umum Menganggap pujian dan kritikan Sulit menerima pujian dan sebagai masukan terganggu oleh kritikan Lebih sering mengalami Lebih sering mengalami emosi perasaan senang dan bahagia yang negatif (stress, sedih, marah) Memandang hidup secara positif Memandang hidup sebagai hal dengan perasaan bahagia yang negatif Optimis dalam menghadapi Lebih sering pesimis dan tidak hidup bersemangat dalam menjalani hidup Dimensi self-esteem menurut Coopersmith (Muslimah & Wahdah, 2013) ada empat aspek dalam self-esteem yaitu: a. Power : kemampuan individu untuk mempengaruhi dan mengontrol orang lain dan mengontrol dirinya sendiri. Aspek ini dapat berupa pengaruh dan wibawa pada seorang individu. b. Virtue : ketaatan seseorang dengan nilai moral, etika, dan aturan-aturan yang ada dalam masyarakat. c. Significance : keberartian individu dalam lingkungan. Hal ini berhubungan dengan penerimaan dan perhatian dari lingkungannya. Semakin banyak ekspresi kasih sayang yang diterimanya, individu
5
2.
3.
akan merasa semakin berarti, tetapi bila individu tidak atau jarang mendapatkan stimulus positif dari orang lain, maka individu tersebut akan merasa ditolak dan kemudian mengucilkan diri dari pergaulan. d. Competence : kemampuan individu untuk mencapai apa yang dicitacitakan atau diharapkan Kesiapan Pensiun Menurut Sutarto dan Ismulcokro (2008), kesiapan pensiun adalah keadaan siap untuk mereaksi dan menghadapi datangnya masa berhenti bekerja dari suatu pekerjaan yang ditekuninya yang dipengaruhi dari dalam diri individu dan pengaruh dari luar individu. Menurut Wardana (2013),semakin baik kesiapan diri seseorang saat akan memasuki masa pensiun maka kemungkinan besar akan semakin sukses dan nyaman saat menikmati hari-hari tuanya. Menurut Sutarto dan Ismulcokro (2008) terdapat empat aspek kesiapan dalam menghadapi masa pensiun yaitu: a. Kesiapan materi finansial : Ketersediaan sejumlah bekal pendukung berupa tabungan, asuransi, simpanan asset dan kegiatan usaha selain penghasilan bulanan pensiun. b. Kesiapan fisik : Kesehatan fisik yang senantiasa terpelihara dengan menjalankan pola hidup yang benar. Kesehatan yang dimiliki pada masa lansia adalah berkat pemeliharaan kesehatan yang sudah dilakukan secara terus menerus semenjak masih muda. c. Kesiapan mental dan emosi : Kekuatan dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. d. Kesiapan seluruh keluarga : Mempersiapkan dan menyiapkan seluruh anggota keluarga untuk menyesuaikan gaya hidup baru yang jauh berbeda. Perwira Menengah TNI AL Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) perwira menengah adalah kelompok pangkat dalam ketentaraan, satu tingkat di bawah kelompok perwira tinggi dan satu tingkat di atas kelompok perwira pertama. Perwira menengah terdiri dari Mayor, Letnan Kolonel dan Kolonel. Perwira Menengah merupakan kelompok jabatan yang ada di Tentara Nasional Indonesia. Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah nama sebuah angkatan perang di Indonesia. Tentara Nasional Indonesia (TNI) terdiri dari tiga bersenjata yaitu Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara. Menurut Website Resmi TNI, definisi dari Angkatan Laut adalah bagian dari Tentara Nasional Indonesia yang bertanggung jawab atas operasi laut. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Perwira Menengah Tentara Nasional Angkatan Laut adalah kelompok pangkat yang berada diantara kelompok perwira pertama dan perwira tinggi yang meliputi Mayor, Letnan Kolonel dan Kolonel yang bertanggung jawab atas operasi laut.
6
METODE Partisipan dan Desain Penelitian Partisipan dalam penelitian ini yaitu terdiri dari 103 Perwira Menengah TNI AL yang bekerja di Markas Besar TNI AL Jakarta. Uji coba penelitian menggunakan 42 Perwira Menengah TNI AL yang tidak dijadikan subjek dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria tertentu yaitu laki-laki dengan usia 56 hingga 58 tahun dan bekerja di Markas Besar TNI AL Jakarta. Desain dalam penelitian ini menggunakan korelasi Product Moment Pearson. Alat Ukur dan Prosedur Penelitian Alat ukur untuk variabel self-esteem menggunakan skala dari Coopersmith (Muslimah & Wahdah, 2013) yang memiliki 4 dimensi yaitu power, virtue, significance dan competence. Skala self-esteem terdiri dari 14 aitem pernyataan dengan skor skala likert yang menyediakan lima alternatif respon jawaban. Pada uji coba penelitian uji reliabilitas skala menggunakan analisis aitem dengan koefisien Cronbach Alpha dan menghasilkan nilai sebesar 0,875 dengan standar aitem gugur sebesar 0,3 dan menghasilkan 14 aitem lolos yang bergerak dari 0,362 sampai dengan 0,744. Variabel kesiapan pensiun menggunakan skala dari Sutarto dan Ismulcokro (2008) yang memiliki 4 aspek yaitu kesiapan materi finansial, kesiapan fisik, kesiapan mental dan emosi, dan kesiapan seluruh keluarga. Skala kesiapan pensiun terdiri dari 13 aitem pernyataan. Pada uji coba penelitian uji reliabilitas skala menggunakan analisis aitem dengan koefisien Cronbach Alpha dan menghasilkan nilai sebesar 0,820 dengan standar aitem gugur sebesar 0,3 dan menghasilkan 13 aitem lolos yang bergerak dari 0,326 sampai dengan 0,651. Prosedur dalam peneltian ini yaitu peneliti melakukan studi kepustakaan untuk menentukan kedua variabel, kemudian menentukan populasi, sampel dan desain penelitian yang akan digunakan dalam melakukan penelitian, setelah itu peneliti meminta ijin untuk melakukan penelitian di Markas Besar TNI AL Jakarta. Peneliti lalu melakukan uji coba alat ukur yang digunakan ke 42 Perwira Menengah. Setelah melakukan uji coba peneliti melakukan penelitian sebenarnya terhadap 103 Perwira Menengah TNI AL, setelah subjek mengisi seluruh kuisioner langkah selanjutnya adalah pengecekan kembali kelengkapan kuisioner yang diisi oleh subjek, kemudian peneliti memberikan skor terhadap jawaban yang subjek berikan. Langkah terakhir yaitu melakukan analisa dari hasil skor yang diberikan oleh seluruh subjek dengan menggunakan perhitungan secara statistik untuk menguji hipotesis dengan bantuan software yaitu SPSS 16. For Windows dan memberikan interpretasi terhadap hasil analisa tersebut. HASIL Berdasarkan hasil uji korelasi dapat diperoleh besarnya korelasi antara variabel self-esteem dengan variabel kesiapan pensiun yaitu 0,8333 dengan nilai signifikan
7
0,000. Hal ini menunjukkan suatu hubungan positif antara self-esteem dengan kesiapan pensiun yang berarti semakin tinggi self-esteem seorang perwira menengah TNI AL maka semakin tinggi pula kesiapan pensiun yang ada di dalam dirinya. Selain itu nilai signifikansinya yang diperoleh sebesar 0,000 yang artinya lebih kecil dari 0,05, yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara self-esteem dengan kesiapan pensiun serta adanya hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut. Sehingga hipotesa yang diajukan oleh peneliti yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Self-Esteem dengan Kesiapan Pensiun pada Perwira Menengah TNI AL dapat diterima. DISKUSI Berdasarkan hasil pengumpulan data yang diperoleh di lapangan, hasil data tersebut diolah dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows terhadap kedua variabel yaitu variabel self-esteem dan variabel kesiapan pensiun menunjukkan hasil bahwa dari 103 subjek yang diteliti terlihat sebagian besar subjek memiliki self-esteem yang tergolong tinggi sebanyak 83 subjek dengan prosentase sebesar 80,5% serta memiliki kesiapan pensiun yang tergolong sedang-tinggi pula sebanyak 54 subjek dengan prosentase sebanyak 52,4%. Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan, diketahui bahwa variabel self-esteem memiliki hubungan positif dan korelasi sangat kuat secara signifikan dengan kesiapan pensiun pada perwira menengah TNI AL. Semakin tinggi selfesteem maka semakin tinggi pula kesiapan pensiun pada perwira menengah TNI AL. Hal tersebut terjadi dikarenakan hasil penelitian menunjukkan adanya koefisien korelasi yang diperoleh sebesar 0,8333. Berdasarkan kriteria dari Suliyanto (2011) interval koefisien korelasi 0,80 s.d 1,00 berarti korelasi sangat kuat. Nilai signifikansi dari hasil analisis korelasi sebesar 0,000 yang nilai tersebut merupakan dibawah 0,05 atau dapat dikatakan signifikan. Hasil analisa secara statistik menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan oleh peneliti dapat diterima, karena hasil dari penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara self-esteem dengan kesiapan pensiun pada perwira menengah TNI AL. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara self-esteem dengan kesiapan pensiun. Menurut Rosenberg (Baumeister dkk, 2003). SelfEsteem dibedakan menjadi dua karakteristik yaitu self-esteem rendah dan selfesteem tinggi. Menurut Rosenberg (Baumeister dkk, 2013) Semakin tinggi self-esteem seseorang maka individu tersebut semakin optimis terhadap hidupnya dan ia memiliki persepsi positif terhadap dirinya sendiri. Sehingga dengan memiliki perasaan optimis tersebut maka individu akan lebih tenang dan tidak merasa cemas dalam mempersiapkan masa pensiun. Hal ini juga dikuatkan dari penelitian Saili (2008) yang mengatakan dengan perencanaan yang baik dan optimisme
8
tinggi maka masa purna tugas diharapkan bukanlah hal yang perlu dicemaskan bagi calon pensiunan. Selain itu penelitian dari Pradono dan Purnamasari (2010) menyatakan individu yang berpikiran positif tentunya akan memandang masa pensiun sebagai suatu hal yang positif karena individu yang berpikiran positif lebih dapat menyesuaikan diri terhadap kejadian-kejadian yang menekan dan individu tersebut memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah secara tepat dan efektif. Salah satu dimensi dalam self-esteem menurut Coopersmith (Muslimah & Wahdah, 2013) adalah dimensi significance yaitu keberartian individu dalam lingkungan. Hal ini berhubungan dengan penerimaan dan perhatian dari lingkungannya. Semakin banyak ekspresi kasih sayang yang diterimanya, individu akan merasa semakin berarti. Menurut Sutarto dan Ismulcokro (2008) seseorang yang memiliki kesiapan mental dan emosi yang baik akan mampu beradaptasi dengan perubahan dan lingkungan sekitarnya maka ia akan mendapatkan penerimaan dan perhatian dari lingkungannya dengan baik. Sehingga orang tersebut merasa dirinya berarti dalam lingkungannya. Individu yang memiliki kesiapan pensiun yang baik akan memiliki kesiapan mental dan emosi yang baik dimana individu tersebut akan memiliki banyak pertemanan dengan orang sekitarnya. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik self-esteem yang tinggi menurut Rosenberg (Baumeister dkk, 2003) karena orang yang memiliki self-esteem yang tinggi lebih disukai oleh lingkungan sekitarnya dan lebih atraktif, memiliki hubungan baik dengan orang sekitarnya. Tahapan pensiun menurut Sutarto dan Ismulcokro (2008) yaitu pengurangan, program pensiun dan kehidupan masa pensiun. Dari pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti ditemukan bahwa seorang prajurit TNI AL yang akan memasuki masa pensiun mulai dibiasakan dengan pengurangan pekerjaan sehingga mereka tidak merasa kaget saat benar-benar pensiun. Selanjutnya para calon pensiunan ini akan diarahkan pada program pensiun, program pensiun yang diadakan oleh TNI AL berupa kegiatan yang disesuaikan dengan minat para prajurit yang akan memasuki masa pensiun. Pilihannya antara lain misalnya bertema otomotif, menjahit, memasak, pendidikan berwirausaha, dan sebagainya. Program tersebut dapat dipilih secara bebas sesuai dengan keinginan calon perwira yang akan pensiun. Ada 4 aspek dalam variabel kesiapan pensiun menurut Sutarto dan Ismulcokro (2008) yaitu kesiapan materi finansial, kesiapan fisik, kesiapan mental dan emosi dan kesiapan seluruh keluarga. Berdasarkan hasil dari penelitian ditemukan data dari lapangan bahwa para Perwira Menengah TNI AL memang rutin menyiapkan fisiknya yaitu dengan berolahraga rutin pada hari Selasa pagi. Olahraga yang dijalankan misalnya berlari atau jalan cepat, bersepeda, dan bermain tenis antar sesama Perwira Menengah TNI AL. Selanjutnya untuk kesiapan materi finansial, para perwira menengah yang dijadikan sebagai subjek penelitian mempersiapkan tabungan dan investasi yang
9
dapat digunakan saat masa pensiun. Hal ini dapat terlihat dari pernyataan subjek melalui kuisioner yang dibagikan oleh peneliti. Selain itu TNI AL akan memberikan uang diluar uang pensiun kepada para prajurit yang akan memasuki masa pensiun sebagai bentuk pengabdian selama bertahun-tahun. Aspek lainnya adalah kesiapan mental dan emosi yaitu berupa subjek mampu tetap aktif melibatkan diri dalam berbagai kegiatan dalam menghadapi masa pensiun. Dari hasil kuisioner yang diisi oleh subjek, dapat terlihat bahwa sebagian besar subjek sudah siap secara mental dan emosinya. Misalnya dengan tetap aktif dalam kegiatan rutin kerja bakti di lingkungan sekitar rumah. Selain itu TNI AL juga memberikan beberapa materi kepada prajurit yang akan pensiun yang berupa pelatihan untuk mengelola emosi dan manajemen stres, kemudian ada pelatihan meditasi dan senam otak. Pelatihan ini diberikan pada saat perwira menengah mulai memasuki masa pra-pensiun yaitu saat umur 56 tahun. Aspek terakhir dari skala kesiapan pensiun adalah kesiapan seluruh keluarga. Dari hasil kuisioner yang diisi oleh subjek, dapat terlihat bahwa sebagian besar subjek sudah memberikan pengertian kepada keluarga tentang datangnya masa pensiun nanti dan sudah mulai merencanakan gaya hidup yang baru saat pensiun. Penelitian ini memiliki keterbatasan penelitian yang diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya. Keterbatasan dan kekurangan yang dilakukan oleh peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini yaitu penelitian ini hanya dapat digeneralisasikan secara terbatas pada populasi penelitian saja karena peneliti mengambil subjek secara spesifik pada Markas Besar TNI AL di Jakarta, sehingga untuk peneliti selanjutnya diharapkan lebih memperluas subjek yang akan diteliti misalnya dengan meneliti prajurit yang berasal dari TNI AD dan TNI AU, peneliti selanjutnya juga dapat meneliti tentang para prajurit wanita, Bintara dan Tamtama sehingga dari hasil penelitian dapat lebih terlihat dinamika kesiapan pensiun mereka. DAFTAR PUSTAKA Agustina, M. C. (2012). Pensiun, Stress dan Bahagia. Artikel. Diunduh dari : http://harmonihidup.com/pensiun-stres-dan-bahagia/ pada tanggal 3 November 2013 Baumeister, R. F., dkk. (2003). Does high self-esteem cause better performance, interpersonal success, happiness, or healthier lifestyles? Psychological Science in the Public Interest, 4, 1-44. Jurnal. Diunduh dari : http://psi.sagepub.com/content/4/1/1.short pada tanggal 6 November 2013 Djumena. E. (2011). 9 Dari 10 Orang Belum Siap Pensiun. Artikel. Diunduh dari :
10
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/03/28/11285253/9.dari.10 .orang.belum.siap.pensiun pada tanggal 27 Oktober 2013 Feist&Feist. (2008). Theories of Personality Edisi Keenam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Holmes, T. H. & Rahe, R. H. (1967). The Social Readjustment Scale. Jurnal. Diunduh dari: www.acc.com/aboutacc/newsroom/pressreleases/upload/SRRS.pdf pada tanggal 24 September 2013 Hurlock, E. B. (2008). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2003). Diunduh dari : http://kbbi.web.id/ pada tanggal 1 November 2013 Muslimah, A. I. & N. Wahdah. (2013). Hubungan Antara Attachment dan Self Esteem dengan Need for Achievement Pada Siswa Madrasah Aliyah Negeri 8 Cakung Jakarta Timur. Volume 6, No. 1. Jurnal. Diunduh dari : http://ejournal-unisma.net/ojs/index.php/soul/article/view/736 pada tanggal 17 Desember 2013 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2014. Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang Mencapai Batas Usia Pensiun Bagi Pejabat Fungsional. Diunduh dari : http://www.menpan.go.id/jdih/perundang-undangan/peraturanpemerintah?download=4282:pp-2014-no-021 pada tanggal 20 Desember 2013 Prasetya Online (2010). Pensiun, Fase Baru Kehidupan. Artikel. Diunduh dari : http://prasetya.ub.ac.id/berita/pensiun-fase-baru-kehidupan-400-id.html pada tanggal 27 Oktober 2013 Pradono, G.S. & Purnamasari, S. E. (2010). Hubungan Antara Penyesuaian Diri Dengan Kecemasan Dalam Menghadapi Masa Pensiun Pada Pegawai Negeri Sipil Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal. Diunduh dari : http://fpsi.mercubuana-yogya.ac.id/wpcontent/uploads/2012/06/Agustus_2010_Santi-Esterlita-P.pdf pada tanggal 3 Maret 2014 Sutarto, J. T. & Ismulcokro, C. (2008). Pensiun Bukan Akhir Segalanya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Undang-Undang Republik Indonesia No. 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia. Diunduh dari : http://dapp.bappenas.go.id/website/peraturan/file/pdf/UU_2004_034.pd f. pada tanggal 5 November 2013
11
Wardana, F.C. (2013). Tersenyum Sebelum Pensiun & Tertawa Setelah Pensiun. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Yahya, S. & Fatahyah, Y. (2009). Hubungan antara Perkawinan dan Self Esteem. Universiti Malaysia Sarawak. Jurnal. Diunduh tanggal 2 November 2013.