KECERDASAN SPIRITUAL PADA PERWIRA TINGGI TNI YANG AKAN MENGHADAPI MASA PENSIUN Budi Wahyu Satria1 M. Fakhrurrozi2 1,2
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonsa Raya No. 100 Depok 16424, Jawa Barat 2
[email protected]
Abstrak Masa pensiun bagi sebagian individu merupakan salah satu hal yang ditakuti karena berkurangnya berbagai segi kemampuan dan aktivitas yang biasa dimiliki oleh individu tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat kecerdasan spiritual pada perwira Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang memasuki masa pensiun. Penelitian ini menggunakan wawancara bersifat terbuka dan terstuktur, juga observasi berstruktur dan bukan partisipan. Subjek dalam penelitian ini adalah seorang PATI TNI AL yang berusia 55 tahun dan akan memasuki masa pensiun serta berada dalam tahapan perkembangan yakni periode dewasa madya. Hasil penelitian ini antara lain memperlihatkan bahwa kecerdasan spiritual yang tampak pada subjek adalah sikap ramah tamah, kedekatan, keingintahuan, kreativitas, penguasaan diri, dan religinya. Karena subjek memiliki minat untuk bersosialisasi membuat subjek menjadi orang yang tetap mampu membuka diri dan beradaptasi untuk lingkungan baru termasuk orang-orangnya dan aktivitasnya. Selain itu dihasilkan pula faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan spiritual yaitu subjek sejak dulu memang selalu ingin melakukan hal-hal yang baik dalam kehidupannya, dan ini tidak berubah meskipun subjek sekarang telah pensiun. Kata Kunci: kecerdasan spiritual, pensiun, perwira TNI
SPIRITUAL INTELLIGENCE IN MILITARY PERSONNEL ON RETIREMENT PHASE Abstract Retirement is one of the uncomfortable period in life but it can’t avoided. Many people become unstable on retirement phase due to his/her power loose. The aim of this research is to study the spiritual intelligence in military personnel on retirement phase. Data collected by deploying open and structured interview, as well as structured observation and non participant. A 55 years old military personnel who is in retirement phase was chosen as research subject. The result shows that the subject has good spiritual intelligence such as hospitality, familiarity to neighbors, good curiosity, creativity, having good self-control, and religious. His interest in socializing leads him to be open-minded and adapt easily with new neighbors and circumstances. We also found that factors influence his spiritual intelligence are his willingness to do the best and religiosity. Key Words: spiritual intelligence, retirement, military personnel
Satria, Fakhrurrozi, Kecerdasan Spiritual …
33
PENDAHULUAN Berbicara tentang karir tidak akan luput dari yang namanya istilah pensiun juga. Hal ini dikarenakan manusia memiliki masa dimana manusia itu sudah dianggap tidak terlalu mampu untuk lebih berproduktif lagi di dalam dunia pekerjaannya, sehingga masa pensiun pun akan menjumpai setiap manusia yang berkerja baik di instansi sipil, perusahaan swasta atau di dinas pemerintahan. Masa pensiun di dunia ini berbeda-beda waktunya, sedang di Indonesia umumnya masa pensiun jatuhnya diantara usia 55 hingga 60 tahun, namun semua itu tergantung dari instansi yang menaunginya. Jika suatu instansi masih tetap membutuhkan individu yang bersangkutan maka pensiun akan diperpanjang Salah satu dinas pemerintahan yang ada di Negara Indonesia adalah Tentara Nasional Indonesia (TNI). TNI merupakan salah satu lembaga pemerintahan yang bergerak di bidang pertahanan negara dimana fungsinya menjaga stabilitas keamanan dari gangguan yang dirasa dapat membahayakan kesatuan Negara Indonesia pada khususnya. Vieira dkk. (1990) mengatakan bahwa angkatan bersenjata sendiri mengorganisasikan program pelatihan yang berbeda untuk menyiapkan dan melatih para anggotanya yang akan segera pensiun. Para anggota yang menjalankan kewajiban pekerjaan untuk menempatkan personel dalam posisi yang cocok sesudah para anggota pensiun. Pada saat masa pensiun itu benarbenar tiba, bagaimanapun juga masa itu nampak kurang diinginkan dari masa sebelumnya. Para hakim di Amerika Serikat misalnya umumnya menunda pensiun dengan tujuan mengabaikan umur tuanya, kesehatan yang lemah (Garrow, 2000), dan masa pensiun (Epstein, Segal, Spaeth, Walker, 2006; Yoon 2006). Masa pensiun akan menjadi
34
lebih sulit khususnya bagi mereka yang memiliki kekuasaan atau duduk pada level tinggi di pekerjaanya (Abel and Kruger, 2005; Gavrilov and Gavrilova, 2001; Hollander 1972; McCann 1972; Quint and Cody 1970; Redelmeier and Singh 2001a, 2001b; Treas 1977; Waterbor et al. 1988). Orang usia madya merasa bahwa tunjangan pensiun mereka tidak mencukupi untuk memungkinkan mereka hidup sesuai dengan rencana dan harapan mereka (Hurlock, 1997). Hal tersebut juga memungkinkan berpengaruh pada para anggota TNI yang akan memasuki masa pensiun. Selain merasa bahwa tunjangan pensiun tidak mencukupi, hal lain yang membuat anggota TNI memungkinkan mengalami hal baru yang dianggap tidak nyaman dalam kesehariannya menyangkut status kewibawaan jabatan yang biasa ditemui dalam dunia pekerjaannya dan setelah pensiun tidak ditemui lagi, hal ini dikarenakan pengaruh hirarki dalam tubuh TNI sangat kuat. Faktor yang dapat memungkinkan untuk mensinambungkan antara tuntutan dunia dan tuntutan akhirat seorang adalah kecerdasan spiritual. Dengan keceerdasan spiritual, seseorang mungkin tidak banyak mengalami masalah yang berarti saat memasuki masa dimana dirinya sudah tidak terlalu dianggap produktif di dalam dunia pekerjaannya. Hal ini dapat terjadi karena individu tersebut telah memiliki pandangan yang jelas tentang yang akan dihadapi dan dapat memaknai dari kenyataan yang harus diterimanya. Kecerdasan spiritual seorang akan mempengaruhi segala hal yang menyangkut keduniaan menjadi sesuatu yang menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya dan hidup seseorang akan menjadi lebih bermakna dibandingkan sesuatu yang lainnya.
Jurnal Psikologi Volume 3, No. 1, Desember 2009
METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif yang berbentuk studi kasus. Subjek penelitian ini adalah seorang perwira tinggi TNI yang akan pensiun berjenis kelamin pria dan berusia 55-60 tahun. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Pedoman wawancara dirumuskan sebelum wawancara dilakukan. Wawancara dilakukan dalam 1-2 kali pertemuan, setiap pertemuan maksimal dua (2) jam. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data yang diperoleh ditunjukkan bahwa subjek merasakan perubahan baik aktivitas maupun fasilitas. Berubah dari penuh kegiatan menjadi tidak berkegiatan, termasuk ditariknya fasilitas yang selama ini diberikan kepada subjek. Dapat disimpulkan bahwa terdapat kecocokan antara data yang diperoleh dari subjek dengan teori yang dikemukan oleh Turner dan Helms (1987) yang mengatakan bahwa ada lima (5) peru-bahan yang terjadi pada karyawan dalam menghadapi masa persiapan pensiun. Perubahan yang pertama adalah berkurangnya sumber keuangan. Berkurangnya sumber keuangan ini merupakan dampak langsung dari tidak bekerjanya seseorang. Sebagai contoh, di Indonesia berdasarkan UU No.11 tahun 1969, besarnya uang pensiun maksimum adalah 75% dari gaji pokok yang terakhir diterimanya. Bagi sejumlah orang, bisa berakibat pada berubahnya pola hidup atau gaya hidup individu maupun keluarganya (Campbell, 2009). Di sini masalahnya apakah individu sudah mempersiapkan aktivitas atau usaha tertentu yang dapat mengkompensasi kekurangan tersebut atau harus ada perubahan dalam gaya hidup agar pendapat saat ini dapat
Satria, Fakhrurrozi, Kecerdasan Spiritual …
mencukupi kebutuhan. Subjek sangat menyadari bahwa terjadi perubahan dalam hal keuangan namun tetap mensyukuri kepada Tuhan YME. Perubahan yang kedua adalah berkurangnya harga diri. Penelitian menunjukkan bahwa pada individu yang masih bekerja memiliki derajat harga diri yang agak lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang pensiun (Keith, Dobson, Goudy dan Powers, dalam Widyastomo, 1987) seperti rasa ketergolongan, rasa keberdayaan, rasa dan kebergunaan diri. Mengenai berkurangnya harga diri pada diri subjek dapat dilihat dari data yang didapat dari subjek yaitu kehilangan tugas yang berarti dirasa wajar dikarenakan berkurangnya rutinitas tugas dan penghargan yang pernah ada dengan cara mengikhlaskan hanya kepada Tuhan. Perubahan yang ketiga adalah berkurangnya kontak sosial yang berorientasi pada pekerjaan. Hubungan dengan teman sejawat maupun bawahan biasanya berkurang karena saat ini individu bukan lagi pejabat dilingkungan pekerjaan tersebut. Padahal mungkin bahwa individu tersebut mendapat keuntungan atau penghargaan dari lingkungan pekerjaan atas dasar kedudukkannya terdahulu. Hal ini nampak dari banyaknya pensiunan yang mencari aktivitas baru pada lingkungan baru. Mengenai rasa berkurangnya kontak sosial yang berorientasi pada pekerjaan dapat dilihat dari data yang diperoleh dari subjek yaitu tidak ada rasa untuk menutup diri baik dari subjek maupun keluarga, karena bahwa semua sudah diatur oleh Tuhan sehingga menjadi ikhlas dengan semua yang terjadi dan mempertimbangkan dengan dasar ridho dari Tuhan YME. Pekerjaan yang dilakukan da-hulu mungkin merupakan pekerjaan yang menimbulkan kepuasan dan keberartian diri. Dengan memasuki masa pensiun, segala atribut mesti ditanggalkan, begitu pula dengan pekerjaan yang menimbulkan kepuasaan tersebut. Gejala ini jelas ter-
35
lihat pada individu yang sangat terlibat dan dalam posisi manajerial, sedangkan bagi pekerjaan rutin dan membosankan, perasaan ini mungkin tidak terlalu dirasakan. Hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh dari subjek yaitu subjek merasakan kehilangan tugas yang berarti dirasa wajar dikarenakan berkurangnya rutinitas tugas dan penghargan yang pernah ada dengan cara mengikhlaskan hanya kepada Tuhan YME. Perubahan yang kelima adalah kehilangan kelompok referensi. Individu terkadang mengidentifikasikan diri dengan kelompok sosial yang dibanggakannya atau yang berarti bagi dirinya, misal kelompok bisnis atau profesi. Kelompok ini bisa menjadi sumber bagi evaluasi diri serta menggali nilai dan tujuan. Mengenai hal kehilangan kelompok referensi dapat dilihat dari data yang diperoleh dari subjek rasa kehilangan dari pengakuan lingkungan yang dibanggakan memang semakin menghilang namun tetap dapat menjaga komunikasi dengan lingkungan yang baru dengan cara mengikhlaskan semua dan meyakini bahwa semua sudah diatur oleh Tuhan. Begitu juga significant others mengatakan hal serupa yaitu significant others melihat bahwa subjek merasakan kehilangan dari kelompok sosial yang dibanggakannya dikarenakan akan pensiun dan subjek juga tetap menjaga komunikasi dengan lingkungan yang barunya. Berdasarkan hasil penelitian tampak bahwa subjek penelitian ini memiliki kecerdasan spiritual yang baik. Subjek memperlihatkan adanya minat bersosialisasi, menyesuaikan diri dengan kelompok, dan menikmati berbagai aktifitas kelompok. Hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh dari subjek yaitu subjek merasa masih berminat untuk bersosialisasi dengan komunitas atau kelompok yang baru atas dasar keyakinan bahwa kodrat manusia yang diberikan Tuhan adalah sebagai makhluk sosial (Zohar dan Marshall, 2001). Kecerdasan spiritual lain
yang tampak pada subjek adalah bahwa subjek masih memperlihatkan kebutuhan untuk memberikan cinta atau merasa dicintai. Hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh dari subjek yaitu subjek pada masa pensiun membuat subjek memiliki banyak waktu untuk berbagi dengan keluarga yang tadinya tidak ada, ini merupakan rasa tanggung jawab dan rasa syukurnya kepada Tuhan YME. Subjek juga memperlihatkan keingintahuan, yaitu dorongan untuk menyelidik, tertarik dengan berbagai hal, sesuai dengan pengakuan subjek yang tetap tertarik pada hal-hal baru di lingkungan sekitar subjek. Subjek juga masih cukup kreatif, terbukti dari kemampuan subjek menghasilkan ide dan benda baru dalam keterbatasan kemampuan yang dimilikinya. Subjek juga memiliki perasaan batiniah yang kaya, yang menekankan pada kontrol diri dan harga diri. Hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh dari subjek yaitu subjek semakin mendekatkan diri kepada Tuhan dan menjadi lebih baik dalam hal mengendalikan dirinya dari banyak masalah yang ada dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Zohar dan Marshall (2001) bahwa kreativitas seharusnya memang masih tampak pada individu yang memiliki kecerdasan spiritual yang baik. Penegasan diri subjek yang berkaitan dengan pengabdian kepada masyarakat dan untuk kepentingan transpersonal juga cukup tampak. Hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh dari subjek yaitu rasa pengabdian diri subjek terhadap masyarakat tidak berkurang meski telah memasuki masa pensiun, termasuk kegiatan yang sifatnya beramal dan sosial. Berkaitan dengan religiusitas, subjek juga mampu menerima dan ikhlas apabila mendapat kejadian yang buruk sekalipun dengan dilandasi oleh keyakinan bahwa seperti apa yang tertulis di dalam Al-Quran. Menurut Zohar dan Marshall (2001), religiusitas adalah salah
36
Jurnal Psikologi Volume 3, No. 1, Desember 2009
satu hal yang tampak pada individu dengan kecerdasan spiritual yang baik. Faktor-faktor yang memengaruhi kecerdasan spiritual subjek penelitian adalah ego untuk bisa mendekatkan diri kepada Tuhan dengan lebih baik, termasuk berusaha berbuat kebaikan lebih baik dari sebelumnya, serta disiplin dalam banyak ibadah. Hal ini sesuai dengan pendapat Zohar dan Marshall (2001). Abdullah (2004) juga menyatakan pendapat yang hampir sama yaitu bahwa niat, menjaga keimanan dalam hati adalah hal yang penting dalam mencapai kecerdasan spiritual yang baik, dan sejauh ini, hal-hal tersebut sudah dilakukan oleh subjek penelitian. SIMPULAN Banyak perubahan yang dirasakan subjek pada masa pensiunnya, seperti perubahan dalam hal status ekonomi, ditariknya banyak fasilitas, dan banyak berkurangnya aktivitas yang dilakukan oleh subjek, terutama aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan. Namun demikian, subjek tetap memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi meskipun sudah pensiun. Hal ini tampak dari beberapa perilakunya seperti mampu bersikap ramah dengan siapa saja, tetap dekat dengan lingkungan sekitar, kreatif, dan sebagainya. Hal ini bisa terjadi karena subjek memiliki niat dan keteguhan hati untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan sehingga dapat mengembangkan perilaku yang lebih baik dari sebelumnya. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, M.U. 2004 Meledakkan IESQ dengan langkah takwa dan tawakal Zikrul Jakarta. Abel, E. and M. Kruger. 2005 “The Longevity of Baseball Hall of Famers Compared to Other Players” Death Studies vol 29 no9 pp 59–63.
Satria, Fakhrurrozi, Kecerdasan Spiritual …
Campbell, A.L. 2009 “Is the economic crisis driving wedges between young and old? Rich and poor?” Generations vol 33 pp 47-53. Epstein, L., J.A. Segal, H.J. Spaeth, and T.G. Walker, eds. 2006 Supreme Court Compendium: Data, Decisions, and Developments 4th ed Congressional Quarterly Washington, DC. Garrow, D.J. 2000 “Mental Decrepitude on the U.S. Supreme Court: The Historical Case for a 28th Amendment” University of Chicago Law Review vol 67 pp 995–1087. Gavrilov, L.A. and N.S. Gavrilova. 2001 “Biodemographic Study of Familial Determinants of Human Longevity” Population: An English Selection vol 13 pp 197–222. Hollander, I. 1972 “Health of Leaders and Policy-Makers” Industrial Medicine and Surgery vol 41 no 5 pp 17–21. Hurlock, E.B. 1997 Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Alih Bahasa: Istiwidayanti dan Soejarwo Erlangga Jakarta. McCann, J.C. 1972 “Differential Mortality and the Formation of Political Elites: The Case of the House of Representatives” American Sociological Review vol 37 pp 689– 700. Quint, J.V. and B.R. Cody. 1970 “Preeminence and Mortality: Longevity of Prominent Men” American Journal of Public Health vol 60 no 11 pp 18–24. Redelmeier, D.A. and S.M. Singh. 2001a “Longevity of Screenwriters Who Win an Academy Award: A Longitudinal Study” British Medical Journal vol 323 no14 pp 91–96. ———. 2001b “Survival in Academy Award-Winning Actors and Actresses” Annals of Internal Medicine vol 134 pp 955–62.
37
Treas, J. 1977 “A Life Table for Postwar Senate Careers: A Research Note.” Social Forces vol 56 pp 202–207. Turner and Helms. 1987 “The deppression of widowhood” British Journal of Psychiatry vol 7 pp 83-88. Viera, W.E, Parkinson, C.N, dan Rustomji, M.K. 1990 Masa pensiun yang bahagia Binarupa Aksara Jakarta. Waterbor, J., P. Cole, E. Delzell, and D. Jelkovich. 1988 “The Mortality Experience of Major-League Baseball Players” New England Journal of Medicine vol 318 pp 1278–80.
Widyastomo, B. 1987 “Kebahagian perkawinan dalam masa pensiun: Studi deskriptif berdasarkan Skala Ramsay pada suami istri” Skripsi (Tidak diterbitkan) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Depok. Yoon, A. 2006 “Pensions, Politics, and Judicial Tenure, An Empirical Study of Federal Judges, 1869–2002” American Law and Economics Review vol 8 pp 143–80. Zohar, D. dan Marshall, I. 2001 SQ: Memanfaatkan kecerdasan spiritual dalam berfikir integralistik dan holistik untuk memaknai kehidupan Mizan Jakarta.
38
Jurnal Psikologi Volume 3, No. 1, Desember 2009