1
HUBUNGAN ANTARA EFIKASI CORE SKILLS DENGAN KESIAPAN KERJA PADA MAHASISWA SEMESTER AKHIR
Oleh : Reni Tri Wijayanti Emi Zulaifah
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008
2
HUBUNGAN ANTARA EFIKASI CORE SKILLS DENGAN KESIAPAN KERJA PADA MAHASISWA SEMESTER AKHIR
Telah Disetujui Pada Tanggal
_______________________
Dosen Pembimbing Utama
(Drs. Emi Zulaifah, M. Sc)
3
HUBUNGAN ANTARA EFIKASI CORE SKILLS DENGAN KESIAPAN KERJA PADA MAHASISWA SEMESTER AKHIR
Reni Tri Wijayanti Emi Zulaifah INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara efikasi core skills dengan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir. Asumsi awal yang diajukan adalah ada pengaruh positif antara efikasi core skills dengan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir dimana semakin kuat efikasi core skills subyek maka pengaruhnya terhadap kesiapan kerja semakin meningkat dan juga berlaku sebaliknya. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester akhir yaitu yang sedang menempuh mata kuliah skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Pemilihan responden dilakukan dengan metode purposive sampling. Subjek yang diambil berjumlah 100 orang. Data diungkap dengan menggunakan metode angket dimana angket yang digunakan ada dua yaitu (1) Angket Efikasi Core Skills yang disusun berdasarkan teori dari Buku Pedoman Core Skills Scottish Qualification Authorithy (2003). Terdiri dari 51 aitem dengan koefisien korelasi aitem total bergerak antara 0,218-0,702 serta koefisien korelasi Alpha sebesar 0,937. (2) Angket Kesiapan Kerja yang dibuat dengan mengacu pada aspek-aspek kesiapan kerja yang dikemukakan oleh Ward dan Riddle (2002) yang terdiri dari 76 aitem dengan koefisien korelasi aitem total bergerak antara -0,143-0,692 serta koefisien korelasi Alpha sebesar 0,953. Metode analisis data yang digunakan adalah tekhnik Analisis Korelasi Product Moment Pearson. Perhitungannya dilakukan dengan program SPSS 15.0 for windows. Hasilnya menunjukkan efikasi core skills memberikan pengaruh yang sangat signifikan pada kesiapan kerja mahasiswa semester akhir. Koefisien korelasi efikasi core skills dengan kesiapan kerja adalah 0,740 dengan p = 0,000 (p<0,01). Jadi hipotesis penelitian diterima. Kata Kunci : Efikasi core skills, kesiapan kerja
4
PENGANTAR Berdasarkan data dari BPS bahwa pada tahun 2007 terdapat 10.547.917 orang pengangguran. Diantaranya terdapat 409.890 adalah lulusan dari universitas. Ketua Badan Koordinasi Sertifikasi Profesi (BKSP) Provinsi Jawa Tengah, Hertoto (2007) mengkritisi
kebijakan pemerintah Indonesia soal
rancangan pendidikan dan industri. Ini terbukti, ketika mahasiswa Indonesia melaksanakan magang, persiapan tenaga kerja hanya mencapai 30 persen. Jika dibandingkan di Jepang, mahasiswa magang memiliki persiapan tenaga kerja mencapai 80 persen. Menurut Simanjuntak (2004), masalah ketenagakerjaan juga mencakup masalah pengupahan dan jaminan sosial, penetapan upah minimum,
syarat-syarat
kerja,
perlindungan
tenaga
kerja,
penyelesaian
perselisihan, kebebasan berserikat dan hubungan industrial, serta hubungan dan kerjasama internasional. Semuanya mengandung dimensi ekonomis, sosial dan politis. Dengan kata lain, masalah ketenagakerjaan tersebut mempunyai dimensi yang beragam, cakupan luas dan sangat kompleks. Permasalahan tenaga kerja, tak hanya terletak pada ketersediaan lapangan kerja. Tetapi juga disebabkan oleh ketidaksesuaian kompetensi pendidikan untuk menembus lapangan pekerjaan (Radar Jogja, 2 Mei 2007). Menurut Sudhamek (2007), Bila dipikirkan dengan mendalam, maka faktor paling utama di dalam perusahaan agar mampu mempertahankan serta meningkatkan daya saing, adalah sumber daya manusianya. Sumber daya manusia (SDM) menjadi faktor kunci, karena mesin dan peralatan bisa dibeli, modal kerja bisa dicari, namun setelah semuanya tersedia maka dibutuhkan SDM yang mau dan mampu (kompeten) untuk menjalankannya.
5
Mahasiswa semester akhir merupakan calon lulusan yang kemudian akan melanjutkan ke dunia kerja. Mahasiswa merasa yakin bahwa dirinya siap untuk masuk dunia kerja walaupun nantinya belum mengetahui jenis pekerjaan yang akan di dapat. Hal ini dikarenakan mahasiswa merasa nantinya akan belajar pekerjaan itu setelah mengetahui jenis pekerjaan yang didapatnya. Mahasiswa juga ada yang belum yakin dengan kompetensi yang dimilikinya tetapi yakin dengan dirinya bahwa ia mampu dan siap untuk masuk dunia kerja. Hal ini dipertegas oleh Nia (2007), salah satu mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi mengatakan bahwa dirinya merasa belum terlalu siap bekerja, mungkin harus belajar sedikit-sedikit karena tidak menegtahui bagaimana di lapangannya. Saya rasa dengan proses belajar itu akan bisa. Menurut Hersey dan Blanchard (1993), ketika seseorang merasa tidak mampu dan tidak memiliki kesiapan akan menyebabkan seseorang tidak dapat melakukan
tugasnya
dengan
baik,
tidak
mampu
memimpin,
menjadi
prokrastinasi, tidak menyelesaikan tugasnya, sering bertanya tentang tugasnya, menghindari tugas, dan merasa tidak nyaman. Kemudian menurut Ward dan Riddle (2002), untuk memiliki kesiapan kerja yang tinggi diperlukan beberapa hal yaitu 1. Employability, employability ini meliputi, membuat keputusan tentang karir atau kemampuan untuk mengetahui jenis pekerjaan apa yang sesuai dengan dirinya, ketrampilan atau memiliki ketrampilan jenis pekerjaan yang diinginkan, mencari pekerjaan atau memiliki kemampuan untuk mencari pekerjaan, menjaga pekerjaan atau memiliki kemampuan untuk bisa menjaga pekerjaan yang telah didapatkan, dan mengatur perpindahan pekerjaan atau mampu mengatur perpindahan pekerjaan, 2. Dukungan untuk membantu menyelesaikan tantangan. Aspek ini meliputi efikasi
6
diri atau keyakinan diri untuk dapat melakukan yang terbaik, harapan atau pengharapan akan kesuksesan, dukungan sosial atau jaringan atau hubungan dengan orang lain yang bisa diakses untuk meminta bantuan, dan pengalaman atau sejarah pekerjaan yang pernah berhasil dilakukan, 3. Tantangan, aspek ini meliputi tantangan terhadap diri sendiri , tantangan dari lingkungan, dan tantangan sistematik atau stress dari keadaan fisik. Tantangan ini harus sudah dipahami oleh setiap individu untuk masuk dunia kerja (Ward dan Riddle, 2002). Gould & Harvey (1999), menjelaskan bahwa penerimaan karyawan yang diambil dari lulusan dipengaruhi juga dua kombinasi yaitu pengalaman kerja penuh dan part time. Kemudian kapasitas akademik yang dilambangkan dengan gelar sarjana dan perolehan nilai, kontribusinya tak lebih dari 30% hingga 40% pada pencapaian karir seseorang. Sisanya, justru ditentukan oleh soft skill, mulai dari kemampuan berkomunikasi, bekerja dalam tim, kemampuan beradaptasi, serta pemikiran yang terbuka (Kompas, 10 Juli 2007). Hal ini menjelaskan bahwa dalam dunia kerja perolehan nilai dalam kuliah hanya memberikan kontribusi 3040 % saja, selebihnya dipengaruhi oleh kemampuan soft skills. Jamil (2007), menyatakan bahwa di dunia kerja ini penggangguran terus bertambah setiap tahunnya khususnya penggangguran dari lulusan perguruan tinggi dan ia menjelaskan permasalahan atau hal yang masih dipertanyakan mengenai sarjana-sarjana yang masih segar atau fresh graduate yaitu apakah mereka sudah mempunyai kompetensi unutuk bekerja dan mengaplikasikan ilmunya ke dunia kerja. Hal ini dikarenakan, lowongan yang tersedia sebenarnya tidak begitu kecil hanya saja yang menjadi kendala utama bagi seorang sarjana untuk mendapatkan pekerjaan adalah kesiapan mereka untuk bekerja. Hal ini
7
menyebabkan seorang sarjana selalu gagal dalam seleksi akademik sebagai awal dari seleksi yang dilakukan pada proses rekruitmen. Wea (2007), menyatakan bahwa kebutuhan dunia usaha akan komponen kompetensi juga didukung dengan hasil studi JICA tahun 1996 tentang Engineering Manpower Development Plannning, yang salah satu hasilnya menyatakan, bahwa dari komponen kompetensi, sikap (attitude) angkatan kerja lulusan perguruan tinggi menduduki ranking pertama dalam seleksi penerimaan pekerja dunia usaha. Sehubungan dengan itu, maka perlu kebijakan dari dunia pendidikan dan pelatihan untuk menyesuaikan kurikulumnya. Hal ini menjelaskan bahwa disamping kompetensi, sikap angkatan kerja juga sangat mempengaruhi seorang sarjana untuk mendapatkan pekerjaan. Hardani (2008), mengatakan bahwa di dalam kehidupan yang semakin sulit dan kompetitif, penguasaan ketrampilan menjadi kunci sukses masa depan. Karena itulah penyelenggara pendidikan tinggi pun perlu memberikan ketrampilan atau soft-skill pada mahasiswanya. Menurut Buku Panduan Core Skills dari Scottish Qualification Authority (2003), pada perkembangan zaman ini kemampuan yang diperlukan oleh calon tenaga kerja adalah core skills. Kemampuan core skills sendiri terdiri dari kemampuan komunikasi, kemampuan angka atau numeracy, kemampuan IT, kemampuan belajar, dan kemampuan kerja sama. Setiap individu yang akan memasuki dunia kerja minimal harus memiliki core skills. Hal ini dikarenakan dengan memiliki core skills individu akan berada pada tingkatan mampu untuk memecahkan masalah, berpikir kreatif untuk meningkatkan metode yang digunakan dan menjadi pekerja yang efektif (Bailey 1997, Packer 1998). Dan juga seharusnya anak umur 16 tahun individu harus
8
sudah memiliki ketrampilan belajar (SCANS, 1991). Sehingga hal ini juga termasuk pada lulusan perguruan tinggi dengan memiliki kemampuan core skills akan menjadi lebih aktif dan tanggap dalam melakukan pekerjaannya. Dan lulusan perguruan tinggi yang memiliki core skills akan bekerja lebih baik dibandingkan dengan lulusan perguruan tinggi yang tidak memiliki core skills tersebut (Buku Panduan Core Skills, 2003). Untuk meningkatkan kemampuan core skills pada diri seseorang juga diperlukan self efficacy. Hal ini dijelaskan oleh Bandura (1997), self efficacy juga merupakan kunci dari fungsi manusia yaitu tingkat motivasi, perasaan, dan tindakan sebagai dasar keyakinan mereka bahwa kemampuan mereka benar. Sehingga self efficacy juga diperlukan oleh seseorang untuk percaya akan kemampuannya. Frank Pajares (2002), juga menjelaskan bahwa ada banyak penelitian yang membuktikan bahwa self efficacy memberikan sentuhan pada setiap aspek kehidupan orang. Apakah itu mereka berpikir produktif, kelemahan diri, pesimis atau optismis. Hal ini menjelaskan bahwa dengan adanya self efficacy pada diri seseorang akan semakin meningkatkan keyakinannya pada kemampuan dirinya. Karena dengan tidak memiliki self efficacy maka individu tersebut akan tidak yakin bahwa dirinya memiliki kemampuan. Wahyono (2004), juga menemukan bahwa pelatihan efikasi diri dalam bidang pekerjaan akan meningkatkan kesiapan kerja pada calon tenaga kerja. Hal ini menjelaskan
bahwa dengan adanya efikasi core skills dapat
mempengaruhi kesiapan kerja calon lulusan. Keyakinan akan kemampuan dapat memberikan pengaruh dalam menetapkan jalannya kehidupan kerja seseorang (Betz & Hackett, 1986; Lent & Hackett, 1987). Rendahnya efikasi akan menutup perhatian pada pilihan lapangan pekerjaan meskipun di dorong oleh adanya
9
kesempatan dan ketertarikan. (Bandura, 1997). Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan yang dimiliki oleh calon lulusan harus didampingi dengan self efficacy. Dan dapat disebut juga efikasi core skills. Dari penjelasan diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara efikasi core skills dengan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir.
METODE PENELITIAN Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester akhir yang mengambil mata kuliah skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia. Dalam mencari subjek penelitian, peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan metode skala. Skala ini terdiri dari skala efikasi core skills yang disusun sendiri oleh penulis berdasarkan aspek yang dikemukakan dalam Buku Pedoman Core Skills dari Scottish Qualifications Authority (2003) yang juga berpedoman pada skala transferable core skills Hibah A3 Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia dan skala kesiapan kerja yang juga disusun sendiri oleh penulis berdasarkan aspek yang dikemukan oleh Ward dan Riddle (2002). Metode analisis data pada penelitian ini adalah analisis statistik. Untuk melihat hubungan antara efikasi core skills dengan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir yaitu dengan menggunakan korelasi product momet Pearson. HASIL PENELITIAN 1. Uji Asumsi Sebelum melakukan analisis korelasi product moment Pearson untuk menguji hipotesis penelitian, peneliti melakukan uji asumsi meliputi uji normalitas dan uji linieritas.
10
a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah variabel penelitian ini terdistribusi secara normal atau tidak. Kaidah yang digunakan yaitu jika p>0,05 maka sebaran data normal, sedangkan jika p<0,05 maka sebaran data tidak normal. Hasil uji normalitas dengan menggunakan program SPSS (Statistic Program For Social Science) versi 15.0 for Windows dengan teknik one sample Kolmogorof Smirnov menunjukkan nilai K-S-Z sebesar 1,310 dengan p = 0,65 (p>0,05) untuk skala efikasi core skills dan nilai K-S-Z sebesar 1,297 dengan p = 0,69 (p>0,05) untuk skala kesiapan kerja. Hasil uji normalitas ini menunjukkan bahwa skala efikasi core skills dan skala kesiapan kerja memiliki sebaran normal. b. Uji Linieritas Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel efikasi core skills dan kesiapan kerja memiliki hubungan yang linear. Hubungan antara kedua variabel dikatakan linier apabila p<0,05 begitu pula sebaliknya, hubungan antara kedua variabel dikatakan tidak linier apabila p>0,05. Hasil uji linearitas dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistic Program For Social Science) versi 15.0 for Windows dengan teknik Compare Means menunjukkan F = 87,682; p = 0,000. Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dikatakan bahwa hubungan kedua variabel tersebut adalah linier karena p<0,05. 4. Uji Hipotesis Untuk mengetahui adanya hubungan antara efikasi core skills dengan kesiapan kerja, maka digunakan uji korelasi dengan menggunakan korelasi
11
product moment dari Pearson dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistic Program For Social Science) versi 15.0 for Windows. Hasil analisis data menunjukkan korelasi antara variabel kerja efikasi core skills dengan kesiapan kerja nilai r = 0,740 dengan p = 0,000 (p<0,01). Hal ini berarti menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kerja efikasi core skills dengan kesiapan pada mahasiswa/i semester akhir, sehingga hipotesis yang diajukan dapat diterima. Analisis koefisien determinasi pada korelasi antara efikasi core skills dengan kesiapan kerja menunjukkan angka sebesar 0,548 yang berarti efikasi core skills memberikan sumbangan sebesar 54,8 % terhadap kesiapan kerja.
PEMBAHASAN Dari hasil penelitian diketahui bahwa efikasi core skills mempengaruhi kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir. Semakin tinggi efikasi core skills yang dimiliki mahasiswa semester akhir maka semakin tinggi pula kesiapan kerja yang dimiliki oleh mahasiswa semester akhir. Aspek komunikasi, baik oral dan tulisan, merupakan keperluan untuk mengklarifikasi apa yang kamu pikirkan, untuk menjalin hubungan dengan orang lain, dan untuk belajar dan bekerja. Ketrampilan ini juga diperlukan agar individu dapat menjadi bagian dalam diskusi dan membuat presentasi, berinteraksi dengan penonton secara tepat. Dengan memiliki ketrampilan komunikasi yang tinggi maka mahasiswa semester akhir akan memiliki kesiapan kerja yang tinggi pula dan sebaliknya apabila mahasiswa semester akhir tidak memiliki ketrampilan komunikasi yang rendah maka mahasiswa semester akhir tersebut akan memiliki kesiapan kerja yang rendah.
12
Dengan memiliki ketrampilan angka akan membantu individu untuk memahami, memprediksi dan memecahkan berbagai masalah yang berkaitan dengan angka sehingga ketika individu bekerja dalam situasi yang kompleks dimana analisis diperlukan dapat menyelesaikannya dengan baik. Dan ketika mahasiswa semester akhir memiliki ketrampilan bekerja dengan angka yang tinggi maka mahasiswa semester akhir tersebut akan memiliki kesiapan kerja yang tinggi dan sebaliknya apabila mahasiswa semester akhir memiliki ketrampilan bekerja dengan angka yang rendah maka kesiapan kerjanya juga rendah. Ketrampilan IT diperlukan untuk memproses informasi dengan berbagai macam cara yang mana dapat dikerjakan di tempat kerja dan di rumah. Dengan memiliki ketrampilan IT sistem komputer akan lebih efektif, tanggung jawab dan terjamin keamanan. Hal ini diperlukan mahasiswa semester akhir untuk dapat siap kerja. Karena ketika mahasiswa semester akhir memiliki ketrampilan IT yang tinggi maka kesiapan kerjanya juga tinggi dan sebalikanya apabila mahasiswa semester akhir memiliki ketrampilan IT yang rendah maka kesiapan kerjanya juga rendah. Ketrampilan
memecahkan
masalah
merupakan
ketrampilan
yang
diperlukan untuk memecahkan masalah baik masalah pribadi, sosial, dan pekerjaan. Ketrampilan memecahkan masalah diperlukan oleh mahasiswa semester akhir untuk siap bekerja. Hal ini dikarenakan ketika mahasiswa semester akhir memiliki ketrampilan memecahkan masalah yang tinggi maka mahasiswa semester akhir akan memiliki kesiapan kerja yang tinggi pula dan sebaliknya ketika mahasiswa semester akhir memiliki ketrampilan memecahkan masalah yang rendah maka kesiapan kerjanya juga rendah.
13
Kemudian ketrampilan kerja sama dengan orang lain memperlihatkan pentingnya dalam pembelajaran kerjasama dan situasi pekerjaan. Mahasiswa semester akhir harus memiliki ketrampilan kerja sama dengan orang lain yang tinggi sehingga mahasiswa semester akhir akan memiliki kesiapan kerja yang tinggi pula dan sebaliknya ketika mahasiswa semester akhir memiliki ketrampilan bekerja sama dengan orang lain rendah maka kesiapan kerjanya juga rendah. Core skills menjadi penting untuk melihat kesiapan kerja seseorang. Hal ini dapat dilihat bahwa setiap komponen core skills dapat memberikan sumbangan ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan dalam dunia kerja. Diterimanya
hipotesis
ini
sesuai
dengan
Bandura
(1997)
yang
menyatakan bahwa efikasi diri adalah keyakinan individu dalam memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau melakukan suatu tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu. Dengan memiliki keyakinan bahwa dirinya memiliki kemampuan maka akan menimbulkan pada diri seseorang bahwa ia pun siap untuk bekerja karena ia yakin ia memiliki kemampuan. Hasil ini juga dapat dinyatakan bahwa efikasi core skills perlu dimasukkan ke dalam indikator dalam kesiapan kerja. Hal ini dikarenakan hasil hubungan antara efikasi core skills dengan kesiapan kerja sebesar 0,740 yang tentunya menyumbangkan cukup besar pengaruh efikasi core skills terhadap kesiapan kerja dimana ketika individu untuk memiliki kesiapan kerja yang tinggi maka individu tersebut juga memiliki efikasi core skills yang tinggi. Kapasitas akademik yang dilambangkan dengan gelar sarjana dan perolehan nilai, kontribusinya tak lebih dari 30% hingga 40% pada pencapaian karir seseorang. Sisanya, justru ditentukan oleh soft skill, mulai dari kemampuan berkomunikasi, bekerja dalam tim, kemampuan beradaptasi, serta pemikiran
14
yang terbuka (Kompas, 10 Juli 2007). Yang menjelaskan bahwa untuk siap kerja seseorang harus terlebih dahulu memiliki soft skills. Lulusan yang memiliki kemampuan core skills akan menjadi lebih aktif dan tanggap dalam melakukan pekerjaannya. Dan lulusan yang memiliki core skills akan bekerja lebih baik dibandingkan dengan lulusan yang tidak memiliki core skills tersebut. Wea (2007) menyatakan bahwa sikap angkatan kerja juga sangat mempengaruhi seorang sarjana untuk mendapatkan pekerjaan. Kemudian Gould & Harvey (1999), menjelaskan bahwa penerimaan karyawan yang diambil dari lulusan dipengaruhi juga dua kombinasi yaitu pengalaman kerja penuh dan part time. Kemudian kondisi mental atau kejiwaan juga dapat mempengaruhi kesiapan kerja seseorang. Hal ini dikarenakan adanya rehabilitasi terlebih dahulu sebelum individu tersebut masuk kembali ke dunia kerja (Roberts dan Pratt, 2007). Hasil kategorisasi pada nilai masing-masing skala menunjukkan bahwa efikasi core skills pada mahasiswa semester akhir berada dalam kategori tinggi. Para mahasiswa yang menjadi subjek penelitian rata-rata memiliki efikasi core skills yang berada dalam kategori tinggi, hal ini menunjukkan bahwa keyakinan para mahasiswa mengenai kemampuan dasar yang dimiliki yang diperlukan untuk masuk ke dunia kerja, adalah tinggi. Hal ini disebabkan oleh keyakinan individu dalam memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau melakukan suatu tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu (Bandura, 1997). Sedangkan pada skala kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir juga berada pada kategori tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyono (2004), kesiapan kerja dapat ditingkatkan melalui pelatihan efikasi diri pada calon
15
tenaga Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa efikasi core skills subjek mempengaruhi kesiapan kerja subjek itu sendiri. Hal ini dapat dilihat bahwa kesiapan kerja yang dimiliki oleh kebanyakan subjek berada pada kategori tinggi dan begitu juga pada efikasi core skills subjek berada pada kategori tinggi. Peneliti mengakui dalam penelitian ini masih terdapat beberapa kelemahan, yaitu pada aspek pengalaman atau sejarah pekerjaan yang pernah berhasil dilakukan pada skala kesiapan kerja tidak diikutsertakan dalam analisis data. Hal ini dikarenakan aitem-aitem pada skala belum spesifik sesuai dengan jurusan pendidikan yang diambil oleh subyek sehingga jawaban yang diperoleh kurang sesuia dan juga adanya ketidaksesuain cara pengambilan data yaitu menggunakan skala tertutup sehingga jawaban yang diterima tidak bisa dijawab oleh mahasiswa semester akhir dan kurangnya data kualitatif berupa wawancara dan observasi sebagai pendukung data penelitian dan pemilihan kata-kata dalam penyusunan aitem yang kurang tepat menyebabkan adanya social desirability pada subjek penelitian dalam mengisi skala sehingga kurang menggambarkan keadaan yang dialami subjek penelitian.
KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil penelitian menunjukkan efikasi core skills memiliki hubungan dengan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir. Adanya hubungan antara kedua variabel tersebut ditunjukkan oleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,740. 2. Hal ini berarti semakin tinggi efikasi core skills maka semakin tinggi pula kesiapan kerja yang dimiliki oleh mahasiswa semester akhir. Begitu pula
16
sebaliknya semakin rendah efikasi core skills maka semakin rendah pula kesiapan kerja yang dimiliki oleh mahasiswa/i semester akhir. 3. Efikasi core skills memberikan sumbangan sebesar 54,8 % terhadap kesiapan kerja dan selebihnya sebesar 45,2 % dipengaruhi oleh faktor lain di luar efikasi core skills.
SARAN Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti a. Penelitian yang berkaitan dengan efikasi core skills dan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir masih perlu untuk diungkap khususnya yang berupa data kualitatif. Selain itu perlu dilakukan penelitian lain dengan subjek yang berbeda, misalnya pada SMK-SMK dan alumnialumni fakultas lainnya sehingga menghasilkan berbagai macam variasi penelitian. b. Diharapkan pada peneliti selanjutnya lebih teliti dalam pemilihan aitem dalam pembuatan skala yang sesuai dengan kondisi subjek sehingga dapat meminimalisirkan adanya social desirability pada diri subjek saat mengisi skala. c. Untuk
penelitian
selanjutnya
pada
aspek
kesiapan
kerja
yaitu
pengalaman atau sejarah keberhasilan dalam bekerja diharapkan membuat aitem-aitem yang lebih spesifik lagi sesuai dengan jurusan pendidikan
yang
diambil
oleh
subjek
dan
juga diukur dengan
17
menggunakan skala terbuka sehingga dapat memberikan gambaran jawaban secara jelas. 2. Bagi Praktisi Pengembangan SDM Dari hasil penelitian ini, efikasi core skills menjelaskan bahwa indikator efikasi core skills memberikan pengaruh terhadap kesiapan kerja pada mahasiswa. Sehingga bagi praktisi pengembangan SDM diharapkan untuk memasukkan efikasi core skills ke dalam indikator yang dapat mempengaruhi kesiapan kerja seseorang. 3. Bagi Mahasiswa/Peserta Pendidikan Mahasiswa perlu memerhatikan mengenai efikasi core skills-nya yang dapat mempengaruhi kesiapan kerja mereka. 4. Bagi Fakultas/Penyelenggara Pendidikan Diharapkan untuk memperhatikan indikator efikasi core skills dimana indikator ini mempengaruhi kesiapan kerja lulusan fakultas itu sendiri
18
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar ________. 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Bandura, Albert. 1997. Self efficacy: the exercise of control. New York:Freeman Bernaddin, H. J. & Russel, J. E. A. 1998. Human Resouce Management: An Experiential Approach. New York: Mc Graw-Hill BPS (Biro Pusat Statistik). 2007. Employment Statistics, Population & Type of Activity (2004-2007) dan Unemployment by Educational Attaintment 20042007).Available at http://www.bps.go.id, 23/08/07 Chan, Henky, dkk. 2006. Validation of Lam Assessment of Employment Readiness (C-LASER) for Chinese Injured Workers. Journal Occupation Rehabilitation, 16:697-705 Green, Andy. 1998. Core Skills, Key Skills and General Culture: In Search of The Common Foundation in Vocational Education. Journal Evaluation and Research in Education, Vol 12, No. 1 Hadi, S. 2001. Statistik Jilid 1. Yogyakarta : Andi __________. 2005. Statistik Jilid 2. Yogyakarta : Andi Hardani, Sri. 2008. Ketrampilan, Kunci Sukses Masa Depan. Kedaulatan Rakyat, 26/04/08 Jamil, Bahrum. 2007. Kompetensi Alumni Memasuki Dunia Kerja. Artikel, at http://www.waspada.com, 21/01/08 Munandar, A. S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : UI Press Nugroho. 2006. Menimbang Daya Saing http://.www.suaramerdeka.com, 23/08/07
Perguruan
Tinggi.
Pajares, Frank. 2005. Current Directions in Self Efficacy http://.www.emory.edu/EDUCATION/mpp/epp.html, 31/01/08
Artikel,
Research.
19
Project, The Keynote. 2007. Key Skills Audit. http://.www.the keynote project.com, 06/12/07 Rizvi, Afiani, dkk. 1997. Pusat Kendali dan Efikasi Diri Sebagai Prediktor Terhadap Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Jurnal Psikologika, Tahun II, No. 3, hal. 51 – 66 Robert, M, M and C. W. Pratt. 2007. Putative Evidence of Employment Readiness. Psychiatric Rehabilitation Journal, Vol. 30, N0. 3, 175-181 Scottish Qualification Authority. 2001. Core Skills Framework: An Introduction. http://.www.sqa.org.uk/files/svg/coreskills/qa/pdf, 12/05/06 Soeparno, Erman. 2007. Kartu Kuning Harus Digratiskan. Radar Jogja, 2/03/07 Sudhamek A.W.S. 2007. Mengasuh SDM Sebagai Agen Perubahan. Artikel. http://.www.jendela_mbi.php.htm, 23/08/07 Sumanto. 1990. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset Tim penyusun Hibah A3 Psikologi. Angket Transferable Core Skills. Universitas Islam Indonesia Tim Penyusun. 2004. Pedoman Penyusunan Usulan Skripsi dan Penyusunan Skripsi. Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Wahyono, Tekad. 2004. Peningkatan Kesiapan Kerja Melalui Pelatihan Efikasi Diri Dalam Bidang Pekerjaan Pada Calon Tenaga Kerja. Jurnal Psikologika, Tahun IX, No. 18, hal. 54 – 63 Ward, V. G. And D. I. Riddle. 2006. Building Employment Readiness. Jurnal. http://.natcon.org/natcon/papers/natcon_papers_2006_e6.pdf, 25/11/07 _______. 2002. Ensuring Effective Employment Services. Jurnal. http://.contactpoint.ca/natcon-conat/2003/pdf/pdf-02-11.pdf, 31/01/08 _______. 2004. Maximizing Employment Readiness. Jurnal. http://.contactpoint.ca/natcon-conat/2004/pdf/pdf-04-08.pdf, 31/01/08 _______. 2005. Measuring and Evaluating Performance. http://.conat.org/papers/natcon_papers_2005_e10.pdf, 31/01/08
Jurnal.
20
_______. 2003. Measuring Employment Readiness. Jurnal. http://.contactpoint.ca/natcon-conat/2003/pdf/pdf-03-03.pdf, 31/01/08 _______. 2000. Ongoing Career Management in the Millennium. Jurnal. http://.contactpoint.ca/natcon-conat/2004/pdf/pdf-04-08.pdf, 31/01/08 Wea, Jacob Nuwa. 2007. Tenaga Kerja dan Kesempatan Kerja. Artikel, http://.www.pikiranrakyat.com, 22/05/07 Wijaya, Vina, dkk. ‘Hari Gini’ Cuma Modal Ijazah dan IPK. 2007. Kompas, 10/07/07 Vinokur, Amiram. D, Jim Nam Choi dan Richard H. Price. 2003. Self Efficacy Changes in Groups: Effects of Diversity, Leadership, and Group Climate. Journa; of Organizational Behaviour, Vol 24, 357-372. http://.www.interscience.wiley.com, 10/07/07 Zulaifah, Emi, dkk. 2007. Relevant Competencies for Psychology Graduates. Biennial International Conference On I/O Psychology
21
IDENTITAS PENULIS
Nama
: Reni Tri Wijayanti
Alamat Rumah
: Jl. Melur no. 15 Komplek Pusri Palembang Sumatera Selatan
No. Telp/HP
: 0711-712222 ex. 2915/ 08179447779