e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR DAN PERANAN ORANG TUA SERTA INTERAKSI TEMAN SEBAYA MATA PELAJARAN PKn Ni Putu Suryanita SP1, I Gusti Ngurah Japa2, Ni Wayan Arini3 1,2,3Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan antara peranan orang tua dan prestasi belajar PKn, (2) hubungan interaksi teman sebaya dan prestasi belajar PKn, dan (3) hubungan antara prestasi belajar dan peranan orang tua serta interaksi teman sebaya pada mata pelajaran PKn siswa kelas IV, V, dan VI SDN 3 Banyuasri Tahun Ajaran 2015/2016. Penelitian ini termasuk penelitian ex post facto, karena dalam pelaksanaannya tidak ada perlakuan terhadap variabel yang diteliti. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas IV, V, dan VI di SDN 3 Banyuasri, yang berjumlah 56 orang siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner untuk mengukur peranan orang tua dan interaksi teman sebaya dan dokumentasi untuk mencatat prestasi belajar siswa. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data penelitian adalah teknik analisis korelasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat hubungan yang signifikan antara peranan orang tua dan prestasi belajar PKn, dengan F hitung = 4,83 > Ftabel = 4,02, (2) terdapat hubungan yang signifikan antara interaksi teman sebaya dan prestasi belajar PKn, dengan Fhitung = 9,55 > Ftabel = 4,02, (3) terdapat hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara prestasi belajar PKn dan peranan orang tua serta interaksi teman sebaya, dengan Fhitung = 5,55 > Ftabel = 3,17. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa peranan orang tua dan interaksi teman sebaya memengaruhi prestasi belajar siswa. Kata kunci: peranan orang tua, interaksi teman sebaya, prestasi belajar Abstract This research aims to know: (1) the relation between the role of parents and achievement learn of Civics, (2) the relation peer interaction and achievement learn of Civics, and (3) the relation between achievement learn and the role of parents and peer interaction on subjects Civics students of grade IV, V, and VI SDN 3 Banyuasri school year 2015/2016. This research type is ex post facto, because in practice there is no treatment of the symptoms of the studied variables Samples were students of class IV, V, and VI in SDN 3 Banyuasri, amount to 56 students. Used techniques data collecting is a questionnaire to measure the role of parents and peer interaction and documentation to record student achievement. Number of questionnaires statement of the role of parents and peer interaction each as much as 20 grains. The technique used to analyze the research data is correlational analysis technique. The results showed that: (1) there is a significant relation between the role of parents and achievement learn of Civics, with F test = 4.83 > F table = 4.02, (2) there is a significant relation between peer interaction and achievement learn of Civics, the F test = 9.55 > F table = 4.02, (3) there is a significant relation together between Civics learning achievement and the role of parents and peer interaction, with F test = 5.55 > F table = 3.17. Based on the findings, it was concluded that the role of parents and peer interaction affects student achievement. Keywords: peer interaction, the role of parents, achievement learn
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENDAHULUAN Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal oleh seorang anak. Di dalam keluarga, anak-anak mendapat pedidikan pertama dari orang tuanya. Menurut Morrison (2012:88), ”orang tua merupakan pendidik utama anak-anak mereka, mereka merupakan guru pertama bagi anak-anak”. Berperan sebagai orang tua yang baik bukanlah hal yang mudah. Ayah dan ibu hendaknya mampu berperilaku baik dan menciptakan interaksi yang harmonis dalam keluarga. Orang tua hendaknya mampu memperlihatkan dirinya sebagai contoh kepribadian yang hidup atas nilai-nilai yang dijunjung tinggi. Dengan demikian, anak atau siswa akan memperoleh pelajaran yang sangat berharga dan akan belajar dari yang mereka alami dalam keluarga. Orang tua adalah guru pertama bagi anak-anaknya. Apabila anak telah masuk sekolah, orang tua adalah mitra kerja yang utama bagi guru anaknya. Henderson (dalam Padmonodewo, 2000), menunjukkan bahwa prestasi belajar anak akan meningkat apabila para orang tua peduli terhadap anak mereka. keterlibatan orang tua dalam kegiatan sekolah sangat jarang, seringkali terbatas hanya pada saat menerina rapor siswa. Pada saat penerimaan rapor tersebut terjadi komunikasi antara guru dan orang tua siswa dalam bentuk tanya jawab mengenai hasil belajar siswa dan hal-hal yang sebaiknya dilakukan orang tua untuk membantu anaknya. Apabila anaknya bermasalah, dalam komunikasi tersebut, tidak hanya usaha guru untuk menjaring atau menggali pendapat, persepsi dan saran orang tua juga sangat diharapkan. Jadi, orang tua diharapkan tidak berpangku tangan dan tidak hanya menyerahkan pendidikan anaknya kepada guru di sekolah. Keterlibatan orang tua perlu diperhitungkan dalam usaha memelihara motivasi belajar siswa. Motivasi yang diberikan dapat berupa perhatian dan kepedulian terhadap kemajuan belajar anak, serta mendukung keinginan siswa untuk belajar pada umumnya atau mempelajari pengetahuan atau keterampilan baru, akan mempermudah tugas guru di kelas (Suwatra, dkk, 2007). Hubungan
antara orang tua dan siswa harus selalu berlangsung dua arah dan saling memengaruhi satu sama lain. Setelah anak memasuki lingkungan masyarakat, terdapat berbagai pihak yang akan memengaruhi belajar anak selain orang tua. Anak akan mulai mencari identitas dirinya dengan bergaul memasuki kehidupan bermasyarakat. Di dalam masyarakat, anak juga akan mendapatkan suatu pembelajaran atau pengalaman yang dapat berdampak baik ataupun buruk pada prestasi belajar siswa. Saat anak meninggalkan rumah, mulai bersekolah, pengaruh orang tua terhadap perilaku anak di luar rumah mulai menurun. Saat itulah teman sebaya, kejadian-kejadian yang kebetulan, dan berbagai situasi unik mulai mengambil alih. Suwatra dan Desia (2013:152), menyatakan bahwa “kelompok teman sebaya merupakan kelompok dari orangorang yang seusia dan memiliki status sama, dengan siapa seseorang umumnya berhubungan atau bergaul”. Di rumah, anak belajar tentang norma-norma berperilaku yang diterapkan orang tua mereka. Setelah mereka meninggalkan rumah, mereka mengikuti cara berpakaian kebiasaan, bahasa, dan peraturan teman sebaya mereka. Interaksi seorang siswa dengan teman sebayanya merupakan hal yang sangat penting, karena dari interaksi tersebut siswa mendapatkan banyak pengetahuan dan pengalaman khususnya dalam bidang sosial dan cara berinteraksi dengan orang lain. Dalam proses belajar, teman sebaya juga memberikan dampak yang cukup besar dalam memeroleh prestasi belajar. Misalnya saja, seorang anak yang rajin belajar disekolahkan atau bergaul di lingkungan anak-anak yang pemalas, maka anak tersebut akan ikut merasa malas untuk belajar. Anak tersebut akan beranggapan “untuk apa saya belajar, teman-teman saya tidak ada yang belajar”. Jika seorang anak sudah memiliki anggapan seperti itu, maka prestasi belajarnya akan menurun. Pengaruh teman sebaya sangat kuat sehingga sebagian psikolog memandangnya lebih penting ketimbang pengalaman keluarga terhadap perkembangan kepribadian dan belajar anak (Pervin,
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
2010). Kelompok teman sebaya berfungsi menyosialisasikan aturan dan perilaku yang diterima dan memberikan pengalaman yang akan berpengaruh jangka panjang pada perkembangan kepribadian individu. Tidak jarang seorang anak akan lebih percaya terhadap informasi yang disampaikan oleh temannya daripada informasi yang disampaikan oleh orang tuanya. Memasuki masa remaja merupakan masa anak mencari jati diri dan masa anak tidak lagi menggantungkan dirinya pada orang tua. Dalam mencari jati diri anak cenderung mencari tokoh identifikasi melalui lingkungan sosialnya terutama teman yang memiliki umur yang sebaya atau teman sebaya. Bagi remaja sekolah tingkat dasar maupun menengah pertama, motivasi afiliasi untuk diterima sebagai teman sebaya dalam belajar sangat menonjol. Prinsip motivasi dari teori behavioristik menyatakan seorang siswa yang duduk di sekolah tingkat pertama lebih termotivasi dalam belajar kalau penguatan berasal dari teman sebaya daripada guru sendiri (Prayitno dalam Ernawati, dkk, 2014). Jadi, apabila anak mendapatkan dukungan dari teman sebayanya, maka anak akan merasa termotivasi dalam belajar, sehingga akan memengaruhi prestasi belajar anak. Ketika anak memasuki sekolah dasar, sifat timbal balik menjadi sangat penting dalam hubungan sebaya. Anakanak mulai bermain, berkelompok, dan membina persahabatan. Hal-hal yang dilakukan temannya akan diikuti oleh anak walaupun hal tersebut baik atau buruk. Pada anak sekolah dasar, pengaruh orang tua dan teman sebaya masih sama-sama kuat memengaruhi prestasi belajar anak. Pada siswa kelas 3, pengaruh orang tua dan teman sebaya kadang saling bertolak belakang karena konformitas terhadap orang tua lebih besar. Anak pada usia ini masih sangat terikat dan bergantung pada orang tua. Namun, untuk siswa kelas 4 - 6, pengaruh orang tua dan teman sebaya tidak saling bertentangan. Siswa pada tingkat kelas ini merupakan siswa yang berada pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa rejama. Konformitas atau kenyamanan terhadap teman sebaya meningkat, namun pengaruh
orang tua masih cukup besar. Orang tua belum membebaskan anaknya terlalu masuk ke pergaulan di luar rumah. Pengaruh orang tua dan teman sebaya bekerja pada situasi yang berbeda. Orang tua memberikan pengaruh yang lebih besar pada beberapa situasi, sementara teman sebaya memiliki pengaruh pada beberapa situasi lainnya. Pengaruh teman sebaya dapat menjadi positif dan negatif. Jean Piaget dan Harry Stack Sullivan (dalam Santrock, 2003:220) menyatakan bahwa “melalui interaksi teman sebayalah anak-anak dan remaja belajar mengenai pola hubungan yang timbal balik dan setara”. Ahli psikologi perkembangan atau pengamat perkembangan anak mempertimbangkan tekanan teman sepermainan (peer pressure) membawa konsekuensi negatif dan hubungan persahabatan secara sekaligus dari rekan mereka. Peserta didik yang paling rentan terhadap tekanan teman sebaya biasanya memiliki harga diri yang rendah. Peserta didik mengadopsi normanorma kelompok itu sebagai milik mereka dalam upaya untuk meningkatkan harga dirinya. “Ketika peserta didik tidak mampu menolak pengaruh rekan-rekan mereka, terutama dalam situasi ambigu atau membingungkan, mereka mungkin mulai merokok, minum alkohol, mencuri, atau mengasingkan diri dari teman-temannya. Peserta didik yang menolak tekanan sebaya sering tidak popular” (Danim, 2010:70). Demi menanggulangi pengaruhpengaruh negatif dari interaksi antarteman sebaya, maka peran orang tua juga sangat diharapkan. Antara orang tua dan teman sebaya sama-sama memiliki peranan yang sangat penting guna membentuk anak menjadi orang yang sukses di masa depan. Sukses akan diraih apabila sejak dini sudah dididik guna mencapai prestasi belajar yang gemilang oleh orang tua dan mendapat dukungan dari pihak yang dekat dengan mereka. Oleh karena itu, anak perlu memilah-milah dalam memilih teman pergaulan. Berdasarkan hal tersebut, muncullah pertanyaan apakah ada kaitannya antara prestasi belajar dan peran orang tua serta interaksi teman sebaya? Oleh karena
3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
itu, dilaksanakannya penelitian di SDN 3 Banyuasri ini untuk mengetahui hubungan antara prestasi belajar dan peranan orang tua serta interaksi teman sebaya pada mata pelajaran PKn siswa tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara peranan orang tua dan prestasi belajar PKn siswa kelas IV, V, dan VI SDN 3 Banyuasri Tahun Ajaran 2015/2016, untuk mengetahui hubungan antara interaksi teman sebaya dan prestasi belajar PKn siswa IV, V, dan VI SDN 3 Banyuasri Tahun Ajaran 2015/2016, dan untuk mengetahui hubungan bersama antara prestasi belajar dan peranan orang tua serta interaksi teman sebaya pada mata pelajaran PKn siswa kelas IV, V, dan VI SDN 3 Banyuasri Tahun Ajaran 2015/2016.
Banyuasri Tahun Ajaran 2015/2016 yang berjumlah 56 orang siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling jenuh. Teknik ini digunakan karena semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan apabila jumlah populasi relatif kecil. Oleh sebab itu, jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian adalah 56 siswa. Penelitian ini bertujuan menyelidiki pengaruh dua variabel bebas (independent) yaitu peranan orang tua dan interaksi teman sebaya terhadap satu variabel terikat (dependent) yaitu prestasi belajar PKn. Penelitian ini dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut. a. Menentukan tempat atau sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian, dan mohon izin kepada kepala sekolah untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut. b. Melaksanakan orientasi dan observasi awal ke SDN 3 Banyuasri, kemudian melakukan penjajagan dengan kepala sekolah dan guru PKn yang ditunjuk. c. Menyiapkan hal-hal yang diperlukan dalam penelitian, seperti merancang instrumen penelitian yang terdiri atas kuesioner peranan orang tua dan kuesioner interaksi teman sebaya berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. d. Melakukan pengujian instrumen meliputi uji validitas dan uji coba instrumen. e. Revisi dan perbaikan instrumen penelitian. f. Menyebarkan instrumen penelitian yang telah layak digunakan dalam penelitian pada seluruh sampel penelitian. g. Melakukan pencatatan terhadap prestasi belajar yang diperoleh siswa. h. Menganalisis data hasil penelitian untuk menguji diterima atau ditolak hipotesis yang diajukan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang peranan orang tua, interaksi teman sebaya, dan prestasi belajar yang nantinya akan dikorelasikan satu sama lain. Untuk memeroleh data tersebut, digunakan dua jenis teknik pengumpulan data yaitu menggunakan instrumen kuesioner dan dokumentasi. Kuesioner digunakan untuk
METODE Berdasarkan karekterikstik masalah yang diteliti, penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam penelitian ex post facto. Disebut penelitian ex post facto karena dalam pelaksanaannya tidak ada perlakuan terhadap variabel penelitian, Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif korelasional. Disebut korelasional karena mencari hubungan atau keterkaitan yang terjadi di antara variabel penelitian. Hal tersebut menyebabkan teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasional. Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian ex post facto korelasional yang disajikan pada gambar 1.
Gambar 1. Desain Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV, V, dan VI di SDN 3
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
mengetahui peranan orang tua dan interaksi teman sebaya, sedangkan dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang prestasi belajar. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian harus diujikan terlebih dahulu untuk mengetahui validasi pernyataanpernyataan dalam kuesioner. Validitas isi digunakan untuk mengetahui kesesuaian antara kuesioner yang dibuat dengan kajian teori penelitian. Validitas isi adalah validitas yang ditentukan oleh derajat representativitas butir-butir tes yang disusun telah mewakili keseluruhan materi yang hendak diukur. Penelitian ini dilakukan oleh dua pakar (judges) yang memiliki spesialisasi dalam bidang psikologi. Berdasarkan hasil uji judges, kuesioner yang dibuat layak untuk diujicobakan untuk diuji validitas butir dari kuesioner tersebut. Untuk mencari validitas butir dari kuesioner ini, maka kedua kuesioner diujicobakan kepada 144 siswa. Perhitungan validitas butir digunakan korelasi product moment, yaitu korelasi antar skor butir dengan skor totalnya. Setelah melakukan pengujian, maka diperoleh bahwa dari 30 butir pernyataan pada kuesioner peranan orang tua, 1 item dinyatakan tidak valid, serta dari 30 butir pernyataan pada kuesioner interaksi teman sebaya, 5 item dinyatakan tidak valid. Oleh karena itu, jumlah item yang digunakan untuk penelitian adalah 20 butir pernyataan
untuk peranan orang tua, dan 20 butir pernyataan untuk interaksi teman sebaya. Suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data jika instrumen tersebut sudah baik dan bersifat reliabilitas. Reabilitas merujuk pada ketepatan alat mengukur dalam menilai hal yang diinginkan akan memberikan hasil yang relatif sama. Untuk mencari reliabilitas instrumen menggunakan Alpha Crobach. Dari hasil penghitungan, r11 dari kuesioner peranan orang tua adalah 0,73, yang artinya reliabel dan tergolong ke dalam klasifikasi kuat. Sedangkan, r11 dari kuesioner interaksi teman sebaya adalah 0,58, yang artinya reliabel dan tergolong ke dalam klasifikasi sedang. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif yang memaparkan nilai rata-rata, median, modus, standar deviasi, dan varian data peranan orang tua, interaksi teman sebaya, dan prestasi belajar. Sedangkan, teknik untuk analisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah analisis regresi sederhana dan analisis regresi ganda. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi data peranan orang tua, interaksi teman sebaya, dan prestasi belajar PKn yang memaparkan rata-rata, median, modus, standar deviasi, dan varian. Hasil perhitungan disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Deskripsi Data Peranan Orang Tua, Interaksi Teman Sebaya, dan Prestasi Belajar PKn Statistik Peranan Orang Interaksi Teman Prestasi Belajar Deskriptif Tua Sebaya PKn N 56 56 56 Mean 80,09 78,125 77,32 Median 80 78 76 Modus 74 77 dan 78 72 Standar Deviasi 7,47 7,55 6,01 Varian 55,83 56,98 36,08
Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap prasyarat-prasyarat yang diperlukan sebelum bisa melanjutkan uji hipotesis. Uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas dan linieritas. Uji normalitas
dilakukan dengan Kolmogorov-Smirnov SPSS. Berdasarkan normalitas, didapatkan pada tabel 2.
5
menggunakan uji dengan bantuan hasil analisis uji hasil seperti tersaji
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Orang tua Teman sebaya Prestasi belajar
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Sebaran Data Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. * .089 56 .200 .976 56 .339 .084 56 .200* .984 56 .675 .107 56 .170 .955 56 .301
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Data dikatakan normal apabila signifikansi Kolmogorov-Smirnov > 0.05. Pada tabel 4.3 di atas, terlihat bahwa signifikansi variabel peranan orang tua = 0,200, signifikansi variabel interaksi teman sebaya = 0,200, dan signifikansi variabel prestasi belajar PKn = 0,170. Jadi, dapat disimpulkan bahwa variabel peranan orang tua, interaksi teman sebaya, dan prestasi belajar PKn berdistribusi normal. Berdasarkan hasil penghitungan data peranan orang tua dan prestasi belajar diketahui bahwa F hitung = 1,49 lebih kecil dari F tabel = 1,89. Oleh karena itu, data antara peranan orang tua dan prestasi belajar berpola linier. Begitu pula berdasarkan hasil perhitungan data interaksi teman sebaya dan prestasi belajar diketahui bahwa F hitung = 0,81 lebih kecil dari F tabel = 1,89. Oleh karena itu, data antara peranan orang tua dan prestasi belajar berpola linier. Berdasarkan hasil uji hipotesis pertama diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara peranan orang tua dan prestasi belajar PKn siswa kelas IV, V, dan VI SDN 3 Banyuasri Tahun Ajaran 2015/2016. Nilai r hitung = 0,287 lebih besar dari r tabel = 0,266. Adapun persamaan garis regresi dari uji hipotesis pertama disajikan pada gambar 2.
Berdasarkan hasil uji hipotesis kedua diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara interaksi teman sebaya dan prestasi belajar PKn siswa kelas IV, V, dan VI SDN 3 Banyuasri Tahun Ajaran 2015/2016. Nilai korelasinya yaitu r hitung = 0,388 lebih besar dari r tabel = 0,266. Adapun persamaan garis regresi dari uji hipotesis pertama disajikan dalam gambar 3.
Gambar 3. Persamaan garis regresi interaksi teman sebaya dan prestasi belajar Hasil uji hipotesis ketiga dicari dengan menggunakan uji regresi ganda. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa terdapat hubungan bersama yang signifikan antara prestasi belajar dan peranan orang tua serta interaksi teman sebaya pada mata pelajaran PKn siswa kelas IV, V, dan VI SDN 3 Banyuasri Tahun Ajaran 2015/2016. Besarnya nilai korelasi yang diperoleh adalah r hitung = 0,416 lebih besar dari r tabel = 0,266, sehingga dapat dikategorikan memiliki hubungan cukup kuat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis I yang berbunyi: “Terdapat hubungan yang signifikan antara peranan orang tua dan prestasi belajar PKn siswa kelas IV, V, dan VI SDN 3 Banyuasri Tahun Ajaran 2015/2016” diterima. Terdapat kontribusi yang signifikan peranan orang tua terhadap prestasi belajar PKn siswa.
Gambar 2. Persamaan garis regresi peranan orang tua dan prestasi belajar
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Semakin tinggi peranan orang tua dalam membantu proses belajar anak, maka prestasi belajar anak akan semakin meningkat. Sebaliknya, semakin rendah peranan orang tua dalam proses belajar anak, maka prestasi belajar anak akan menurun. Oleh karena itu, peranan orang tua dalam mengawasi dan juga memfasilitasi belajar anak sangat penting dan perlu ditingkatkan agar prestasi belajar anak juga meningkat. Kontribusi orang tua dalam proses belajar anak dapat dilakukan dengan berbagai cara yang beragam, seperti menyediakan fasilitas belajar, memberikan arahan dan bimbingan, memberikan imbalan terhadap prestasi anak, dan menjaga kesehatan anak agar mampu belajar dengan baik. Fasilitas belajar yang dimaksud dapat berupa buku-buku pelajaran, alat tulis, sumber belajar lain (perpustakaan dan internet), meja, kursi, rak buku, dan ruang belajar. Adanya fasilitas belajar sebagai penunjang kegiatan belajar sangat berpengaruh terhadap prestasi yang diraih siswa, karena fasilitas belajar yang memadai, dapat memengaruhi kelancaran proses belajar siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Dalyono (2001:241) yang menyatakan bahwa “kelengkapan fasilitas belajar akan membantu siswa dalam belajar, dan kurangnya alat-alat atau fasilitas belajar akan menghambat kemajuan belajarnya”. Jadi, kelancaran proses pembelajaran akan tercapai jika didukung fasilitas belajar yang lengkap serta dengan kondisi yang baik, sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik. Dalam proses belajar, orang tua juga ikut memberikan bimbingan belajar. Selain bimbingan dari guru di sekolah, siswa juga perlu dibimbing oleh orang tua di rumah, karena orang tua merupakan pendidik utama bagi anak. Hal ini sejalan dengan pendapat Drost (1998) yang menyatakan bahwa peran orang tua dalam membimbing adalah sebagai pendidik utama dan sebagai orang yang mempersiapkan anak untuk siap memasuki dunia persekolahan. Guru membimbing dan mendidik anak di sekolah, mengajarkan mengenai materi-materi pembelajaran yang
ditetapkan kurikulum, sedangkan orang tua memberikan bimbingan dan arahan kepada anak agar bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk belajar, disiplin dalam mengerjakan tugas, dan lain sebagainya. Arahan-arahan yang diberikan orang tua akan membantu siswa mengingatkan dirinya sendiri untuk melaksanakan kewajibannya sebagai siswa yaitu belajar dan mencapai prestasi yang maksimal. Orang tua dapat menunjukkan wujud kepeduliannya terhadap prestasi yang diraih anaknya dengan cara memberikan pujian atau imbalan atau reward. Imbalan yang diberikan kepada anak dapat berupa pemberian materi berupa benda, atau cukup dengan kasih sayang tulus melalui senyuman, kata-kata pujian, ciuman, dan pelukan hangat. Imbalan yang diberikan oleh orang tua dapat memberikan dorongan kepada anak untuk lebih giat dalam belajar. pemberian reward secara verbal dan nonverbal, bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan aktivitas belajar (Mulyasa, 2008). Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik (2009) yang menyatakan bahwa pujian-pujian yang datang dari pihak luar diri anak dapat merangsang minat belajar siswa. Dalam proses belajar siswa harus dalam keadaan yang siap secrara fisik maupun mental untuk menerima pembelajaran. Apabila siswa belajar dengan keadaan sakit, maka prestasi belajar yang dicapai tidak akan maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Djaali (2008:99) yang menyatakan bahwa “kesehatan sangat diperlukan untuk meningkatkan prestasi belajar. Apabila orang selalu sakit (sakit kepala, pilek, demam) mengakibatkan tidak bergairahnya belajar dan secara psikologi sering mengalami gangguan pikiran dan perasaan kecewa karena konflik”. Untuk menjaga kesehatan siswa, maka orang tua harus mampu tanggap terhadap gejala-gejala penyakit yang mungkin mengenai anaknya. Misalnya, pada saat anak demam, orang tua harus mampu memberikan pertolongan pertama atau membawa anak ke dokter untuk mendapatkan penanganan secepatnya, sehingga sakit yang dialami anak tidak berlarut-larut dan dapat segera
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
mengikuti pembelajaran di sekolah maupun di rumah. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian lain tentang keterlibatan orang tua dalam proses belajar anak yang dilakukan oleh Rahmawati (2014) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dan prestasi belajar. Selain pendidikan formal yang diberikan oleh guru di sekolah, pola asuh orang tua di rumah juga mampu memengaruhi prestasi belajar siswa. Pola asuh yang demokratis dan fleksibel membuat anak merasa dihargai sebagai anggota keluarga, sehingga tidak ada rasa tertekan dan merasa lebih nyaman dalam belajar. Sedangkan pola asuh yang otoriter membuat anak takut dan pendiam, sehingga anak sulit berkonsentrasi belajar. Hal ini berdampak pada prestasi belajar yang diraihnya. Hasil penelitian lainnya yang mendukung hasil penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Wiradana (2013) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara intentitas perhatian orang tua dan hasil belajar. Siswa yang mendapatkan perhatian lebih dari orang tuanya memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dari pada siswa yang kurang mendapatkan perhatian orang tua. Selain orang tua, orang-orang terdekat siswa juga dapat memengaruhi prestasi belajar siswa. Salah satunya adalah teman sebaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis II yang berbunyi: “Terdapat hubungan yang signifikan antara interaksi teman sebaya dan prestasi belajar PKn siswa kelas IV, V, dan VI SDN 3 Banyuasri Tahun Ajaran 2015/2016”. Semakin baik interaksi yang terjadi antarteman sebaya, maka prestasi belajar siswa akan semakin meningkat. Sebaliknya, semakin kurang interaksi yang terjadi antarteman sebaya, maka prestasi belajar siswa akan menurun. Saat anak mulai mengenal lingkungan di luar lingkungan keluarga, anak akan menemui lingkungan baru yang juga berisikan anak-anak yang sebaya dengannya. Di lingkungan inilah anak memeroleh pengalaman baru yang lebih luas dan pengalaman yang diperoleh di lingkungan keluarga. Dari hasil analisis
regresi, juga diperoleh bahwa interaksi teman sebaya juga berkontribusi signifikan terhadap prestasi belajar. Kontribusi yang diberikan teman sebaya dalam belajar siswa dapat berupa kerjasama, saling terbuka satu sama lain, dan saling memotivasi dalam kegiatan belajar. Kerjasama dapat dilakukan dalam berbagai hal, misalnya dalam memecahkan masalah. Melakukan kerjasama dengan teman sebaya dianggap lebih menyenangkan daripada melakukan kerjasama dengan orang jauh lebih tua atau jauh lebih muda. Bekerjasama denga teman sebaya akan menimbulkan pengalaman-pengalaman yang menarik yang belum pernah ditemui di lingkungan rumah. Hal ini sejalan dengan pendapat Pervin (2010:19) menyatakan bahwa “kelompok teman sebaya berfungsi mensosialisasikan aturan dan perilaku yang diterima dan memberikan pengalaman yang akan berpengaruh jangka panjang pada perkembangan anak”. Dengan berikteraksi denga teman sebaya, maka anak dapat mengenal dunia yang lebih luas daripada keluarga. Antarteman sebaya akan melakukan timbal balik untuk saling menerima dan member pengalaman baru. Dari hal tersebut, anak anak belajar hal-hal baru yang dapat membantu meningkatkan prestasi belajarnya. Keterbukaan dalam berinteraksi dengan teman sangatlah penting. Seorang anak akan merasa lebih nyaman menceritakan masalah-masalah yang dihadapinya kepada teman sebayanya daripada menceritakannya kepada orang tua atau orang lain. Teman adalah orang pertama yang dihubungi oleh anak karena anak merasa memiliki kesamaan-kesamaan satu sama lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Carr (1981) yang menyatakan bahwa sedikit siswa yang bersedia berkonsultasi kepada guru atau konselor, siswa lebih sering menjadikan teman-teman mereka sebagai orang yang dapat membantu pemecahan yang mereka hadapi. Sikap keterbukaan bergantung pada situasi dan orang yang diajak berinteraksi. Situasi yang menyenangkan dan perasaan yang aman dan nyaman dapat membangkitkan seseorang untuk lebih membuka diri. Selain itu, adanya rasa
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
percaya dan timbal balik dari teman sebaya menjadikan anak lebih leluasa untuk menceritakan masalahnya. Antarteman sebaya harus saling memberikan motivasi dalam belajar. Motivasi yang diberikan teman sebaya dapat berupa dorongan, pujian, ataupun tekanan. Kesamaan karakteristik antarteman sebaya menyebabkan siswa bisa saling memberikan dukungan dalam belajar maupun hal lain di lingkungan masyarakat. Bagi siswa, motivasi atau dorongan dari teman sebaya memiliki pengaruh yang besar terhadap semangat belajarnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik (2009) yang menyatakan bahwa tekanan dari teman sebaya lebih efektif dalam memotivasi daripada tekanan/ paksaan orang tua. Siswa bersedia melakukan apa saja demi kelompoknya dan demi menjadi sama dengan teman-teman sebayanya. Apabila motivasi yang diberikan positif, maka akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Sebaliknya, apabila motivasi yang diberikan negatif, maka akan menghambat prestasi belajar siswa. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian lain tentang teman sebaya yang dilakukan oleh Raharjo (2013) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara interaksi teman sebaya terhadap karakter siswa. Pembentukan karakter siswa tidak sepenuhnya dilaksanakan di sekolah, melainkan faktor keluarga dan lingkungan juga ikut andil dalam pembentukan karakter siswa. Teman sebaya merupakan tempat seorang anak belajar memahami dirinya sendiri maupun lingkungan sosialnya. Anak akan merasa lebih nyaman bersama dengan teman sebayanya daripada bersama orang-orang yang jauh lebih tua atau lebih muda. Dalam pergaulan dengan teman sebaya, anak akan cenderung memiliki keinginan untuk sama dengan temannya. Anak akan lebih terbuka dalam menceritakan sesuatu kepada temannya daripada bercerita kepada orang tua mereka. Kerjasama antar teman juga akan baik apabila mereka saling memotivasi dan menjalin hubungan timbal balik. Selain itu, teman sebaya juga dapat memberikan tekanan kepada teman lain agar temannya mau ikut bergabung dengan kelompoknya.
Dari teman sebaya, anak dapat mempelajari hal positif dan juga negatif termasuk dalam belajar. Apabila teman memberikan pengaruh positif, maka siswa akan termotivasi untuk belajar dan prestasi belajar siswa akan meningkat. Sebaliknya, apabila teman memberikan pengaruh negatif, maka siswa akan ikut berperilaku negatif, sehingga prestasi belajar anak juga akan menurun. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa hipotesis III yang berbunyi: “Terdapat hubungan bersama yang signifikan antara prestasi belajar dan peranan orang tua serta interaksi teman sebaya pada mata pelajaran PKn siswa kelas IV, V, dan VI SDN 3 Banyuasri Tahun Ajaran 2015/2016” diterima. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan secara bersama-sama antara prestasi belajar dan peranan orang tua serta interaksi teman sebaya, karena sesuai dengan hasil yang diperoleh, semakin baik peranan orang tua dan interaksi teman sebaya, maka semakin tinggi dan baik pula prestasi belajar siswa. Orang tua di rumah berperan untuk mengawasi, memfasilitasi, dan membimbing belajar siswa di rumah dan teman sebaya memberikan pengalaman kehidupan di masyarakat kepada siswa, sehingga siswa dapat memperluas pengetahuannya dengan berinteraksi dan belajar dari teman sebayanya. Menurut Pervin, dkk (2010:19), “pengaruh teman sebaya sangat kuat sehingga sebagian psikolog memandangnya lebih penting ketimbang pengalaman keluarga terhadap perkembangan kepribadian dan belajar anak”. Namun, peranan orang tua dalam proses belajar anak juga penting karena orang tua memiliki tanggung jawab yang paling besar dalam pendidikan anak. Henderson (dalam Padmonodewo, 2000) menyatakan bahwa prestasi belajar anak akan meningkat apabila pada orang tua peduli terhadap kegiatan belajar anaknya. Jadi, dukungan dan motivasi dari keduanya sangat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Apabila orang orang tua berperan maksimal dalam proses belajar siswa, namun dukungan dari teman sebaya tidak ada, maka anak tidak memeroleh
9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
pengalaman di lingkungan luar rumah. Hal ini akan menghambat peningkatan prestasi belajar siswa. Begitu pula halnya jika tidak ikut serta dalam proses belajar siswa, namun dukungan dari teman sebaya sangat tinggi, maka anak juga tidak akan bisa mencapai prestasi belajar yang optimal. Oleh karena itu, peranan orang tua dan interaksi teman sebaya harus berjalan beriringan guna memaksimalkan prestasi belajar anak.
dengan orang tua untuk membantu memberikan bimbingan dalam proses belajar siswa dan mengawasi pergaulan siswa dengan siswa lainnya di sekolah maupun di lingkungan masyarakat; 2) kepada orang tua hendaknya ikut serta memerhatikan proses belajar siswa dengan memberikan pengawasan, bimbingan, serta fasilitas yang cukup untuk mendukung proses belajar siswa, sehingga prestasi belajar siswa dapat tercapat secara optimal; 3) kepada siswa hendaknya melakukan interaksi yang positif dengan teman sebaya di sekolah maupun di lingkungan masyarakat agar dapat meningkatkan prestasi belajar; dan 4) kepada peneliti lain yang berminat terhadap temuan penelitian ini dapat melakukan pembuktianpembuktian yang lebih mendalam dengan mengambil populasi dan sampel yang lebih besar atau meneliti aspek-aspek lain dari peranan orang tua dan interaksi teman sebaya yang belum dikaji.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat ditarik simpulan yaitu: 1) terdapat hubungan yang signifikan antara peranan orang tua dan prestasi belajar PKn siswa kelas IV, V, dan VI SDN 3 Banyuasri Tahun Ajaran 2015/2016, yaitu semakin tinggi peranan orang tua dalam membantu proses belajar anak, maka prestasi belajar anak akan semakin meningkat. Sebaliknya, semakin rendah peranan orang tua dalam proses belajar anak, maka prestasi belajar anak akan menurun; 2) terdapat hubungan yang signifikan antara interaksi teman sebaya dan prestasi belajar PKn siswa kelas IV, V, dan VI SDN 3 Banyuasri Tahun Ajaran 2015/2016, yaitu semakin baik interaksi yang terjadi antarteman sebaya, maka prestasi belajar siswa akan semakin meningkat. Sebaliknya, semakin kurang interaksi yang terjadi antarteman sebaya, maka prestasi belajar siswa akan menurun; dan 3) terdapat hubungan bersama yang signifikan antara prestasi belajar dan peranan orang tua serta interaksi teman sebaya pada mata pelajaran PKn siswa kelas IV, V, dan VI SDN 3 Banyuasri Tahun Ajaran 2015/2016. Semakin baik peranan orang tua dan interaksi teman sebaya, maka semakin tinggi prestasi belajar siswa. Sebaliknya, semakin kurang peranan orang tua dan interaksi teman sebaya, maka semakin rendah pula prestasi belajar siswa. Orang tua di rumah berperan untuk mengawasi, memfasilitasi, dan membimbing belajar siswa di rumah dan teman sebaya menberikan pengalaman kehidupan di masyarakat kepada siswa. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diajukan saran: 1) kepada sekolah hendaknya menjalin kerjasama
DAFTAR PUSTAKA Carr. R. A. 1981. Theory and Practice of Peer Counseling. Ottawa: Canada Employment and Immigration Commission. Danim, Sudarwan. 2010. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: CV Alfabeta. Dalyono. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Drost. 1998. Sekolah: Mengajar atau Mendidik?. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Ernawati,dkk. 2014. “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua, Interaksi Teman Sebaya dan Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri Se-Kecamatan Mengwi”. Jurnal Program Pasca sarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Vol.4. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Morrison. 2012. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Terjemahan Febrianti Ika Dewi. Fundamentals of
10
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Early Childhood Education. 2008. Jakarta: PT Indeks. Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.
Padmonodewo, Soemiarti. 2000. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta. Pervin, Lawrence A.,dkk. 2010. Psikologi Keperibadian: Teori dan Penelitian. Terjemahan A. K. Anwar. Personality: Theory and Research. 2004. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Raharjo, Agus Setyo. 2013. “Pengaruh Keteladanan Guru dan Interaksi Teman Sebaya terhadap Karakter Siswa SMK N 2 Pengasih Jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik”. Skripsi (diterbitkan). Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Rahmawati, Fitria. 2014. “Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dan Kebiasaan Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa SD Kelas IV Semester Genap di Kecamatan Melata Kabupaten Jembrana Tahun Pelajaran 2012/2013”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha. Santrock, Jhon W. 2003. Adolescence: Perkembangan Remaja. Terjemahan Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih. Adolescense. 1996. Jakarta: Erlangga. Suwatra, dkk. 2007. Modul Belajar dan Pembelajaran. Singaraja: Undiksha. ------- dan Ni Kt Desia Tristiantari. 2013. Sosiologi Pendidikan. Singaraja: Undiksha. Wiradana, I Wayan. 2013.”Hubungan Antara Intensitas Perhatian Orang Tua dan Minat Belajar Siswa terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Negeri Kelurahan Yangapi Kecamatan Tembuku Kabupaten Bangli Tahun Pelajaran 2012/2013”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
11