HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP VERBAL PERSUASION GURU DENGAN SELF EFFICACY ACADEMIC SISWA KELAS XI SMA KRISTEN WIDYA WACANA PURWODADI OLEH BETANIA WIDYA KARTIKANINGTAS 80 2009 003
TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP VERBAL PERSUASION GURU DENGAN SELF EFFICACY ACADEMIC SISWA KELAS XI SMA KRISTEN WIDYA WACANA PURWODADI
Betania Widya Kartikaningtyas Heru Astikasari S. Murti
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru dengan self efficacy academic siswa kelas XI SMA Kristen Widya Wacana Purwodadi. Penelitian ini di lakukan di SMA Kristen Widya Wacana Purwodadi dengan jumlah 64 orang responden sebagai sampel penelitian. Persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru diukur dengan menggunakan lembar kerja yang dibuat oleh peneliti sendiri, dan untuk self efficacy academic siswa diukur dengan menggunakan Bandura (1999). Analisis data dengan menggunakan teknik analisis korelasi product moment dari Pearson dan diperoleh hasil r = 0,567 (p < 0,05) dengan signifikansi 0,000 (p < 0.05). Sumbangan efektif dari variabel persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru dengan self efficacy academic siswa adalah sebesar 32,1 %. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang positif
antara
persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru dengan self efficacy academic siswa. Kata Kunci : Persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru, Self efficacy academic siswa
i
Abstract The purpose of this study was to determine whether there is a positive relationship between student’s perceptions of verbal persuassion academic of self efficacy teacher gread student’s in XI class in Christian High School Widya Wacana Purwodadi. The research was done at Christian High School Widya Wacana Purwodadi the number of 64 respondents as the study. Students 'perceptions of teachers' verbal persuasion was measured by using a worksheet prepared by the researchers them selves , and for students academic self efficacy was measured using Bandura (1999). Analysis of data using analysis techniques of the Pearson product moment correlation and the obtained results of r = 0.567 (p < 0.05) with a significance of 0.000 (p < 0.05). Effective contribution of variable students' perception of verbal persuasion academic selfefficacy of teachers to students is 32.1%. The results showed there was a positive relationship between students' perception of verbal persuasion academic self-efficacy of teachers with students. Key Words : Students' perception of verbal persuasion teacher, Student academic self -efficacy
ii
1
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan sarana untuk mencapai manusia unggul melalui kinerja yang berkualitas dan otonom sebagai manusia yang bermartabat (Sindhunata, 2000) pendidikan juga berfungsi untuk menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan (UU no 2 tahun 1989). Oleh karena itu, pendidikan memiliki tugas untuk mengembangkan kemampuan seseorang seoptimal mungkin. Sebagai siswa, kesuksesan dalam menempuh pendidikan merupakan hal yang sangat penting, karena dengan kesuksesan dalam pendidikan akan memberikan siswa kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup, baik secara finansial, sosial maupun emosional (Ahmad, 2009). Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 29 Tahun 1990 pasal 1, pendidikan menengah mengutamakan perluasan pengetahuan dan peningkatan keterampilan siswa. Oleh karena itu, peran pendidikan menengah menjadi penting karena adanya pengembangan keterampilan-keterampilan siswa untuk kemudian dilanjutkan pada tingkat pendidikan tinggi. Selain itu, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional memiliki visi dan misi yang menekankan bahwa sekolah menengah bertujuan untuk mengembangkan peserta didik agar lebih siap untuk terjun ke masyarakat. Dalam penyelenggaraan pendidikan yang sesuai untuk mencapai tujuan dari Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, dibutuhkan adanya peranan yang besar dari guru dalam proses belajar mengajar. Guru merupakan seseorang yang dapat mempengaruhi, menginspirasi, dan memotivasi anak didiknya, terlepas dari adanya peranan orangtua (Kusumah, 2011). Guru memiliki tanggung jawab terhadap proses
2
pendidikan siswanya, akan tetapi tanggung jawab tersebut harus dapat diimbangi dengan kepercayaan siswa terhadap kualitas kemampuan yang ia miliki. Kemampuan remaja dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik yang dihadapi tidak hanya dipengaruhi potensi kognitif yang dimiliki oleh remaja seperti inteligensi, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh keyakinan remaja mengenai kemampuan dirinya dalam menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Menurut Bandura (dalam Locke, dkk, 1984) penilaian seseorang mengenai seberapa besar kemampuannya dalam menghadapi suatu situasi inilah yang disebut dengan self-efficacy. Efikasi diri berkenaan dengan konstruk multidimensi yang berbeda-beda dalam berbagai fungsi dan dominan. Efikasi diri juga berkaitan dengan pengharapan bahwa seseorang dapat menunjukkan penguasaan terhadap suatu perilaku atau suatu bidang tertentu (Bandura, 2006). Konstruk efikasi diri ini harus dipelajari menurut dominan spesifik yang relevan, agar dapat menjadi alat prediksi kesuksesan individu pada domain tertentu (Bandura, 1997). Selain keyakinan terhadap kemampuan diri dalam menyelesaikan tugas, bagaimana individu yakin akan cara mereka menampilkan atau menyelesaikan suatu tugas, seringkali merupakan hal yang lebih penting (Bandura, 2006). Terkait dengan bidang akademik, Schunk & Pajares (2001) mengungkapkan bahwa mereka dapat dengan sukses meraih tingkatan yang telah ditentukan dengan menyelesaikan tugas-tugas akademik atau mencapai tujuan akademik yang spesifik. Bandura, dalam Aswendo (2010), menyatakan bahwa Self-efficacy academic dapat didefinisikan sebagai keyakinan yang dimiliki seseorang tentang kemampuan atau kompetensinya untuk mengarahkan motivasi, kemampuan kognisi, dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengerjakan tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi tantangan akademik. Oleh karena itu, tingginya self-efficacy academic sangat
3
dibutuhkan oleh seorang siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Banyak hal yang akan dipengaruhi oleh tingginya self-efficacy yang dimiliki oleh siswa, salah satunya verbal persuasion. Selain itu, tingginya self-efficacy academic juga dapat meningkatkan motivasi dan meningkatkan prestasi siswa. Menurut Bandura (1986) terdapat empat macam faktor mempengaruhi
self-efficacy
academic,
yaitu
mastery
yang dapat
experiences,
vicarious
experiences, verbal persuasion, dan physiological and emotional states. Partisipasi (kemauan menerima), komunikasi persuasif (pesan yang relevan), individualiasasi (komunikasi personal), feedback (umpan balik perilaku individual secara kontinyu), reinforcement (penguatan perilaku individual berkala), facilitation (perubahan pada lingkungan), pujian dan diskusi adalah beberapa dari metode verbal persuasion (Bartholomew, 2006). Selain itu ada juga metode verbal persuasion yang dapat dilakukan yaitu melalui ceramah, di mana terdapat argumen yang dapat meyakinkan pendengar untuk mengikuti ajakan yang terkandung dalam pesan verbal yang disampaikan. Bandura (dalam Feist & Feist, 2008) menyatakan bahwa sebuah nasihat bagi self-efficacy terkait dengan status dan otoritas dari pemberi nasihat. Sehingga dapat merujuk seseorang untuk lebih giat lagi mengerjakan tugas dengan nasihat dibandingkan beberapa faktor lainnya. Menurut Bandura (1977), persuasi verbal lebih banyak digunakan karena faktor kemudahan dan ketersediaannya. Menurut Bandura (Gist (1987); dan Wood & Bandura (1989), tanpa mempermasalahkan sampai sejauh mana persuasi verbal dapat mendorong atau meningkatkan self-efficacy academic sehingga orang mencoba dengan keras untuk berhasil; persuasi verbal dapat meningkatkan perkembangan ketrampilan dan perasaan akan self-efficacy academic. Verbal persuasion itu penting, dimana siswa dapat
4
mendapatkan dukungan secara moril dari lingkungan sekitar agar mengembangkan kemampuannya dan menunjukkan kepercayaan diri untuk mampu mengerjakan tugastugas akademik. Serta di sekolah tersebut sebagian siswanya masih kurang motivasi secara persuasi verbal, terlebih motivasi dari keluarganya. Menurut Chan & Lam (2010) feedback yang diberikan guru kepada siswa merupakan persuasi verbal yang akan mempengaruhi self efficacy siswa. Feedback dari guru merupakan variabel lingkungan yang mempengaruhi efikasi diri yang merupakan variabel individu (Schunk & Zimmerman, 1997; Schunk, 2003). Dari Chan & Lam tersebut, fenomena siswa kelas XI SMA Kristen Widya Wacana dalam memenuhi ketentuan-ketentuan akademiknya maupun verbal persuasi dari lingkungan sekitar, nampak kurang yakin dengan kemampuannya yang ditunjukkan melalui kurangnya usaha keras dari siswa dan cepat menyerah dengan masalah-masalah atau tugas-tugas yang ada. Penelitian Melati (2012) menyatakan bahwa terdapat adanya pengaruh verbal persuasion terhadap self-efficacy pada guru SMA, sementara hasil wawancara peneliti dengan beberapa siswa ataupun guru pada tanggal 10 Januari 2015, hasilnya masih kurang menunjukan adanya dampak verbal persuasion terhadap self-efficacy. Maka dari itu, peneliti ingin meneliti apakah ada hubungan signifikan antara persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru dengan self-efficacy academic siswa kelas XI di SMA Kristen Widya Wacana Purwodadi?
5
TINJAUAN PUSTAKA A. Self-efficacy Academic Konsep self-efficacy pertama kali dimunculkan oleh Bandura (1997). Ia mendefinisikan bahwa self-efficacy pada dasarnya adalah hasil dari proses kognitif berupa keputusan, keyakinan, atau pengharapan tentang sejauh mana individu memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Terkait dengan bidang akademik, Schunk & Pajares (2001) mengungkapkan bahwa selfefficacy academic merupakan keyakinan individu bahwa mereka dapat dengan sukses meraih tingkatan yang telah ditentukan dengan menyelesaikan tugastugas akademik atau mencapai tujuan akademik yang spesifik. Bandura, dalam Aswendo (2010), menyatakan bahwa self-efficacy academic dapat didefinisikan sebagai keyakinan yang dimiliki seseorang tentang kemampuan atau kompetensinya untuk megarhakan motovasi, kemampuan kognisi, dan mengambil tindakan untuk mengerjakan tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi tentangan akademik.
B. Aspek-aspek Self-efficacy Academic Self-efficacy yang dimiliki seseorang berbeda-beda, dapat dilihat berdasarkan beberapa aspek yang mempunyai implikasi penting pada perilaku. Bandura (1986) mengemukakan ada tiga aspek self-efficacy, yaitu:
1.
Magnitude. Aspek pertama ini berkaitan dengan tingkat kesulitan suatu tugas yang dilakukan. Apabila tugas-tugas yang dibebankan kepada individu disusun menurut tngkat kesulitannya, maka perbedaan efikasi diri secara
6
individual mungkin terbatas pada tugas-tugas yang sederhana, mengengah atau tingkat kesulitan yang tinggi. Individu akan melakukan tindakantindakan yang dirasakan mampu untuk dilaksanakannya dan akan menghindari tugas-tugas atau situasi yang diperkirakan di luar batas kemampuan yang dimiliki. 2.
Generality. Faktor kedua ini berhubungan dengan luas bidang tugas atau tingkah laku. Beberapa pengalaman berangsur-angsur atau secara berlahan dapat menimbulkan penguasaan terhadap pengharapan pada bidang tugas atau tingkah laku yang khusus, sedangkan pengalaman lain membangkitkan keyakinan yang meliputi berbagai bidang tugas.
3.
Strength. Aspek ketiga berkaitan dengan tingkat kekuatan atau kemantapan seseorang terhadap keyakinannya. Tingkat efikasi diri yang lebih rendah mudah digoyangkan oleh pengalaman-pengalaman yang memperlemahnya, sedangkan individu yang memiliki efikasi diri yang kuat akan tekun dalam meningkatkan
usahanya,
meskipun
dijumpai
pengalaman
yang
memperlemahnya.
Faktor-faktor Self-Efficacy Academic
Terdapat empat faktor yang dapat mempengaruhi self-efficacy (Bandura, 1986), yaitu: 1.
Mastery experiences, adalah pengalaman-pengalaman sukses yang pernah dialami oleh seseorang. Hal ini dapat secara efektif menyebabkan peningkatan
self-efficacy,
sedangkan
pengalaman
kegagalan
akan
7
menurunkan self-efficacy. Jika pengalaman tersebut diperoleh dengan usaha yang keras, maka peningkatan self-efficacy akan terjadi secara signifikan. 2.
Vicarious experiences, adalah pengalaman-pengalaman di mana seorang individu memiliki keyakinan untuk berhasil pada dirinya setelah melihat adanya role model yang telah mengalami kesuksesan sebelumnya. Semakin mirip karakteristik model, maka akan semakin kuat vicarious learning yang terjadi pada seorang individu.
3.
Verbal persuasion, adalah cara untuk menguatkan keyakinan seseorang mengenai kemampuan yang ia miliki untuk mencapai kesuksesan. Faktor ini akan dijelaskan lebih lanjut pada subbab berikutnya.
4.
Physiological and emotional states, adalah keadaan di mana seseorang mengkondisikan bahwa stres dan kecemasan yang ia alami sebagai tanda adanya kegagalan. Oleh karena itu, seseorang akan cenderung menghindari aktivitas yang dapat membuat dirinya merasa stres dan cemas.
C. Persepsi siswa terhadap Verbal Persuasion Guru Persepsi siswa merupakan proses perlakuan siswa terhadap informasi tentang suatu objek melalui pengamatan dengan indra yang dimiliki, sehingga siswa dapat memberi arti serta mengintepretasikan objek yang diamati. Pada hakekatnya sikap merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport ada tiga (dalam Mar’at, 1991), yaitu: 1. Komponen Kognitif yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek
8
sikapnya. Pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut. 2. Komponen Afektif yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya. 3. Komponen Konatif yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya.
Verbal persuasion digunakan untuk memberi keyakinan kepada seseorang bahwa ia memiliki suatu kemampuan yang memadai untuk mencapai apa yang ia inginkan. Menurut Bandura (1986) individu yang diarahkan dengan saran, nasihat dan bimbingan dapat meningkatkan kapasitasnya tentang kemampuan-kemampuan yang dimilikinya sehingga individu tersebut mencapai tujuan yang diinginkan. Seseorang yang berhasil diyakinkan secara verbal akan menunjukan usaha yang lebih keras jika dibandingkan dengan individu yang memiliki keraguan dan hanya memikirkan kekurangan diri ketika menghadapi kesulitan.
Menurut ahli komunikasi Brembeck dan Howell (dalam Larson, 2004), persuasi merupakan usaha secara sadar untuk mengubah pikiran dan tindakan dengan memanipulasi motif seseorang menuju tujuan yang telah ditentukan. Selain definisi yang telah disebutkan, McCrimmon (dalam Nurusyifa, 2011) persuasi merupakan komunikasi verbal yang dapat memberikan perubahan dalam penilaian seseorang terhadap cara berpikirnya. Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa persuasi sebagian besar diberikan secara verbal dengan tujuan
9
untuk mengubah pikiran, keyakinan, atau tindakan orang lain. Banyak cara untuk memberikan persuasi verbal, dapat melalui lisan maupun tulisan. Salah satu persuasi verbal dalam bentuk lisan dapat melalui tayangan pada media massa. Menurut Hazel (dalam Seiter & Gass, 2004) persuasi adalah keadaan di mana seorang motivator dapat mengubah dan menerima perilaku yang sebelumnya telah ada dalam pikiran pendengar. Berdasarkan definisi tersebut, persuasi dapat dilakukan untuk mengubah pemikiran yang tidak sesuai maupun mendukung pemikiran yang sudah sesuai dari seseorang. Verbal persuasion, mencakup saran, nasihat, dan bimbingan sehingga dapat meningkatkan keyakinannya tentang kemampuan-kemampuan yang dimiliki yang dapat membantu mencapai tujuan yang diinginkan. Individu yang diyakinkan secara verbal cenderung akan berusaha lebih keras untuk mencapai suatu keberhasilan. Menurut Bandura (1997), pengaruh verbal persuasion tidaklah terlalu besar karena tidak memberikan suatu pengalaman yang dapat langsung dialami atau diamati individu. Dalam kondisi yang menekan dan kegagalan terus-menerus, pengaruh sugesti akan cepat lenyap jika mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan. Siswa yang dipersuasi oleh guru mengenai kemampuan mereka untuk menuntaskan tugas pendidikan lebih mungkin untuk melakukan usaha yang lebih besar selama waktu tertentu daripada individu yang tidak menerima persuasi (Bandura, 1997). Begitu juga halnya dengan individu yang dipersuasi oleh mereka yang kurang mampu mencapai kesuksean dalam menyelesaikan pembentukan self-efficacy yang positif.
10
Jadi persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru merupakan cara pandang siswa terhadap guru untuk menguatkan keyakinan siswa mengenai kemampuan yang ia miliki untuk mencapai kesuksesan kepada siswanya. Menurut Robbins (2008, hal. 175) ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, salah satunya faktor yang terletak dalam diri pembentuk persepsi. D. Hubungan Persepsi Siswa terhadap Verbal Persuasion Guru dengan Self Efficacy Academic Permasalahan utama dalam self-efficacy academic adalah adanya rasa khawatir tentang respon atau penilaian orang lain terhadap dirinya (apa yang disampaikannya dan bagaimana ia menyampaikannya) akibat dari rendahnya kepercayaan diri yang dimiliki. Jika seseorang memiliki keterampilan dalam berkomunikasi maka itu akan menjadi dasar yang baik bagi pembentukan sikap percaya diri (Bandura, 1997). Bandura (dalam Nevid, 2003), juga menyebutkan bahwa seseorang yang mempunyai self-efficacy tinggi dianggap dapat mengatasi tantangan yang dihadapi dengan segala kemampuan yang dimilikinya, karena di dalamnya terdapat rasa percaya diri dalam mengatasi masalah, termasuk yakin dapat mengatasi tugas-tugas ujian, dan pekerjaan sehingga individu tersebut memperoleh hasil yang positif bagi dirinya. Dengan keyakinan diri yang kuat terhadap kemampuan yang dimiliki seseorang menyebabkan orang tersebut cenderung yakin terhadap kemampuan yang dimilikinya tersebut. Hal tersebut didukung oleh Baron dan Greenberg yang mengatakan bahwa self-efficacy sebagai suatu keyakinan seseorang
11
megenai kemampuannya dalam melakukan tugas-tugas tertentu yang spesifik (Nawangsari, 2001). Self-efficacy yang dipersepsikan tidak hanya sekedar perkiraan tetang tindakan apa yang akan dilakukan pada masa mendatang (Bandura, 1986). Keyakinan seseorang mengenai kemampuan diri juga berfungsi sebagai suatu determinan bagaimana individu tersebut berperilaku, berpola pikir, dan bereaksi emosional terhadap situasi-situasi yang sedang dialami. Keyakinan diri juga memberikan kontribusi terhadap kualitas dari fungsi psikososial seseorang. Dengan verbal persuasion dari lingkungan sekitar, siswa lebih mampu untuk meyelesaikan tugas percaya diri dan semangat dengan hasil yang optimal. Dalam teori belajar sosial Bandura (1986) mengatakan bahwa individu dalam merespon peristiwa-peristiwa sekeliling akan mencatat akibat dari tindakantindakan yang dilakukan. Pengalaman merupakan perbandingan individu dalam menghadapi masalah atau kejadian yang hampir sama dengan demikian melalui pengalaman yang pernah di pakai dalam memecahkan masalah yag ada menurut Aldwin dan Reverson (1987). Kepercayaan diri orang lain dapat menambah atau mengurangi self-efficacy, yaitu : 1. Peringatan atau kritik dari sumber yang dipercaya dapat menambah kekuatan self-efficacy. 2. Perilaku yang dipaksa agar tampak seperti perilaku realistis dapat mengurangi kekuatan self-efficacy. Sudrajat (2005) berpendapat bahwa keyakinan self-efficacy seseorang dipengaruhi oleh perkataan orang lain tentang dirinya, dapat melakukan atau tidak. Potensi verbal persuasion sebagai suatu sumber self-efficacy yang
12
diharapkan akan dipengaruhi oleh faktor kemahiran (expertness), kepercayaan (trustworthiness), dan daya tarik sumber (attractiveness of the source). Saat di sekolah guru hendaknya mampu melakukan bujukan kepada murid, misalnya untuk mengerjakan tugas, mendorong hadir lebih awal, serta tindakan disiplin lainnya, karena bujukan atau rayuan yang diberikan kepada siswa cenderung akan memberikan pengaruh sikap patuh, dibandingkan dengan menggunakan pemaksaan langsung yang dapat menimbulkan sikap memberontak. Pujian atau respon positif yang diberikan oleh guru kepada siswa yang telah menunjukkan prestasi, baik dalam bidang akademik maupun nonakademik, secara psikologis siswa akan merasa bangga, karena ternyata perbuatannya dihargai, dan dengan demikian akan menjadi mativator untuk terus berusaha menunjukkan prestasi terbaiknya. Jika dicermati sepintas saja, mungkin hanya dengan ucapan terima kasih atau bentuk-bentuk pujian dan penghragaan secara verbal yang disampaikan oleh guru kepada siswa, bagi guru (orang dewasa) yang memberi penguatan mungkin akan dianggap tidak punya nilai atau tidak memiliki arti apa-apa. Akan tetapi bagi yang menerima pujian, yaitu siswa akan merasa senang karena apa yang diperbuatnya mendapat tempat dan diakui. Menurut Bandura (1986), individu yang diyakinkan secara lisan menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan dan berusaha dengan keras untuk menjadi sukses. Dorongan yang tidak realistis akan beresiko gagal dengan hasil yang mengecewakan. Untuk meningkatkan kepercayaan individu akan kemampuannya, dengan menempatkan mereka pada situasi-situasi di mana mereka dekat dengan kegagalan. Untuk memastikan kemajuan dalam
13
perkembangan pribadi, kesuksesan seharusnya diukur pada kemajuan diri sendiri bukan pada keberhasilan orang lain. Verbal persuasion dilakukan oleh orangorang yang menjadi panutan dan memiliki kemampuan untuk mewujudkan dapat meningkatkan efikasi diri individu. Verbal persuasion yang diberikan kepada individu bahwa individu memiliki kemampuan untuk melakukan suatu tugas menyebabkan individu semakin termotivasi untuk menyelesaikan tugas tersebut. Guru sebagai pendidik ataupun pengajar merupakan faktor penentu kesuksesan pembelajaran. Rusyan, Kusdinar dan Arifin (dalam Tanatti, 2001) mengemukakan bahwa ditangan gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidak pencapaian tujuan belajar mengajar di sekolah. Nurhasanah (2002) mengemukakan bahwa guru dituntut untuk bekerja secara inovatif, kreatif dengan tidak melupakan upaya untuk memutakhirkan segenap kemampuan secara berkesinambungan agar mutu pendidikan semakin meningkat. Guru memberikan verbal persuasion untuk siswanya agar dapat meningkatkan self-efficacy academic siswa dan siswa akan menjadi lebih aktif ketika mereka memiliki rasa kebersamaan di kelas tersebut (sense of kolektive). Guru juga perlu memberikan feedback kepada tugas siswa dan artikulasinya secara jelas dan umpan balik yang konstruktif (Schraw, Dunkle, & Bendixen, 1995). Guru harus memberikan apresiasi terhadap segala bentuk komentar ataupun jawaban siswa dan tidak diperkenankan memberikan umpan balik yang negatif. Setiap siswa dituntut oleh guru untuk mempunyai persepsi yang baik dalam berbagai bidang pembelajaran dan seorang guru harus tahu bagaimana situasi kelas yang dihadapi. Siswa memberikan persepsinya berupa tanggapan,
14
ekspresi, atau sikap. Dari penjelasan sebelumnya, peneliti melakukan wawancara yang
hasilnya
ternyata
bermacam-macam,
yakni
responnya
senang,
bersemangat, dan ingin melakukan apa yang dikatakan oleh gurunya, tetapi ada juga siswa yang tidak terpengaruh apa yang dikatakan gurunya. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru dengan self-efficacy academic siswa kelas XI SMA Kristen Widya Wacana.
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel
Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI di SMA Kristen Widya Wacana Purwodadi. Populasi siswa kelas XI berjumlah 64 siswa yang terdiri dari kelas IPA 1 dan kelas IPA 2 yang masing-masing kelas berjumlah 20 siswa, dan kelas IPS hanya 1 kelas saja yang jumlah 24 siswa, berusia 17 tahun. Dalam penelitian ini mengguakan teknik sampling jenuh yang artinya semua populasi dijadikan sampel penelitian. Sampel dari penelitian ini sebanyak 64 siswa. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 16 Juni 2015.
Pengukuran
a.
Self Efficacy Academic
Dalam penelitian ini, Variabel Self-Efficacy Academic disusun oleh penulis menggunakan aspek dari Bandura (1986) yaitu magnitude, generality, dan strength. Sedangkan alternatif jawaban untuk setiap item skala akademik self-efficacy dan verbal
15
persuasion yang tersedia yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Adapun skoring item yang favorable adalah Sangat Setuju (SS) diberi nilai 4, Setuju (S) diberi nilai 3, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 1. Sedangkan item-item unfavorable, skor skalanya kebalikan dengan skor untuk nilai favorable. Jumlah item sebanyak 55 item, setelah dilakukan 2 kali perhitungan, daya beda item untuk angket Self Efficacy Academic Siswa, bergerak antara 0,279 sampai dengan 0364. Dari total perhitungan ada 10 item yang gugur karena memiliki korelasi item total < 0,05. Item yang gugur nomor 5, 10, 13, 15, 21, 36, 39, 50, 51, 55. Dan 10 item yang gugur di atas tidak akan diikutkan lagi dalam perhitungan selanjutnya. Jadi jumlah item yang tidak gugur ada 45 item. b.
Persepsi Siswa terhadap Verbal Persuasion Guru
Variabel Verbal Persuasion diukur menggunakan kuesioner. Kuesioner dibuat dalam bentuk pertanyaan tertutup menggunakan skala Likert. Skala verbal persuasion disusun oleh penulis menggunakan aspek dari Allport (dalam Mar’at, 1991) yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Sedangkan alternatif jawaban untuk setiap item skala akademik self-efficacy dan verbal persuasion yang tersedia yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Adapun skoring item yang favorable adalah Sangat Setuju (SS) diberi nilai 4, Setuju (S) diberi nilai 3, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 1. Sedangkan item-item unfavorable, skor skalanya kebalikan dengan skor untuk nilai favorable.
16
Jumlah item sebanyak 36 item, setelah dilakukan 2 kali perhitungan, daya beda item untuk angket persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru, bergerak antara 0,238 sampai dengan 0,359. Dari total perhitungan ini ada 6 item yang gugur karena memiliki korelasi item total < 0,05. Item yang gugur adalah nomor 22, 28, 30, 32, 33, 35. Dan 6 item yang gugur di atas tidak akan diikutkan lagi dalam perhitungan selanjutnya. Jadi jumlah item yang tidak gugur ada 30 item.
Reliabilitas Sesuai dengan standart reliabilitas menurut Azwar (2000), maka dapat diambil kesimpulan bahwa kedua alat ukur yang digunakan adalah reliabel dengan kategori reliabilitas yang baik yaitu untuk angket self efficacy academic adalah 0,859 dan untuk angket persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru adalah 0,845. Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan untuk melihat hubungan antara persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru dengan self efficacy academic siswa kelas XI SMA Kristen Widya Wacana Purwodadi adalah dengan menggunakan korelasi Pearson product moment. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian dengan cara membagikan skala secara langsung dan diisi oleh responden.
17
HASIL PENELITIAN Hasil Deskriptif a. Akademik Self Efficacy Kategori pada variabel self-efficacy academic dibuat berdasarkan dengan nilai tertinggi yang diperoleh yaitu 45 x 4 = 180 dan nilai paling rendah yaitu 45 x 1 = 45. Pada skala ini di bagi menjadi 5 kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, kuat, sangat kuat, dengan perhitungannya (Azwar, 2014) sebagai berikut :
18
Tabel 1 Kategorisasi Pengukuran Skala Self Efficacy Academic Siswa
Interval
Kategori
F
%
153 ≤ x ≤ 180
Sangat Tinggi
2
3,12 %
126 ≤ x < 153
Tinggi
32
50 %
99 ≤ x < 126
Sedang
30
46,87 %
72 ≤ x < 99
Rendah
0
0%
45 ≤ x < 72
Sangat Rendah
0
0%
64
100 %
Jumlah
Mean
SD
129.4375 11.32195
Maximum Minimum
158.00
103.00
Pada norma kategori self efficacy academic siswa diperoleh mean sebesar 129,43, standart deviasi 11,32 dengan nilai minimum 103 dan nilai maksimum 158. Dari 64 sampel ini, diketahui bahwa pada kategori sangat rendah dan kategori rendah tidak terdapat (0%), untuk kategori tinggi terdapat 32 orang (50 %), yang terakhir untuk kategori sangat tinggi terdapat 2 orang (3,12 %). Jadi dapat disimpulkan bahwa self efficacy academic pada siswa kelas XI SMA Kristen Widya Wacana Purwodadi berada pada kategori tinggi. b. Persepsi Siswa terhadap Verbal Persuasion Guru Kategori pada variabel persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru dibuat berdasarkan dengan nilai tertinggi yang diperoleh yaitu 30 x 4 = 120 , dan nilai terendah adalah 30 x 1 = 30. Pada skala ini di bagi menjadi 5 kategori yaitu sangat rendah,
19
rendah, sedang, kuat, sangat kuat, dengan perhitungannya (Azwar, 2014) sebagai berikut :
Tabel 2 Kategorisasi Pengukuran Skala Persepsi Siswa terhadap Verbal Persuasion Guru
Interval
Kategori
F
%
102 ≤ x ≤ 120
Sangat Tinggi
3
4,69 %
84 ≤ x < 102
Tinggi
34
53,125 %
66 ≤ x < 84
Sedang
27
42,19 %
48 ≤ x < 66
Rendah
0
0%
30 ≤ x < 48
Sangat Rendah
0
0%
64
100 %
Jumlah
Mean
SD
86.5
8.75414
Maximum Minimum
112
66
20
Pada norma kategori persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru diperoleh mean sebesar 86,5, standart deviasi 8,75 dengan nilai minimum 66 dan nilai maksimum 112. Dari 64 sampel ini, diketahui bahwa pada kategori sangat rendah dan kategori rendah tidak terdapat (0%), untuk kategori tinggi terdapat 34 orang (53,12 %), yang terakhir untuk kategori sangat tinggi terdapat 3 orang (4,68 %). Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru pada siswa kelas XI SMA Kristen Widya Wacana Purwodadi berada pada kategori tinggi.
UJI ASUMSI Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov Test untuk menguji apakah distribusi pengisian jawaban yang dilakukan oleh sampel berdistribusi normal atau tidak pada alat ukur yang dipakai (angket self efficacy academic dan angket persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru). Aturan dalam pengujian ini adalah apabila p > 0,05, maka distribusinya adalah normal. Berdasarkan hasil dari Uji Kolmogorov-Smirnov, persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru memiliki nilai K-S-Z sebesar 1,044 dengan signifikansi sebesar p = 0,226 (p > 0,05), dan self efficacy academic guru memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,903 dengan signifikansi p = 0,389 (p > 0,05). Dengan melihat aturan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut berdistribusi normal.
21
Uji Linearitas Pengujian linearitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas memiliki hubungan yang linear dengan bariabel terikat atau tidak. Kedua variabel dapat dikatakan linear bila nilai signifikansinya > 0,05. Berdasarkan hasil analisis hasil uji linearitas dapat disimpulkan bahwa antara variabel self efficacy academic dengan variabel persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru, diperoleh F = 0,642 dengan signifikansi sebesar 0,876 (p > 0,05). Hal ini berarti bahwa kedua variabel ini mempunyai hubungan yang linear. UJI KORELASI Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru dengan self efficacy academic siswa, dilakukan analisis dengan menggunakan analisis statistic korelasi Karl Pearson’s Product Moment yang diolah dengan bantuan program SPSS for Window versi 16.0. Hasil yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini : Tabel 3 Korelasi Antara Persepsi Siswa terhadap Verbal Persuasion dengan Self Efficacy Academic Siswa Correlati ons
Verbal Persuasion
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Sum of Squares and Cross-products Cov ariance N Academic Self Ef f icacy Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Sum of Squares and Cross-products Cov ariance N
Verbal Persuasion 1
4828.000 76.635 64 .567** .000
Academic Self Ef f icacy .567** .000 3446.500 54.706 64 1
3446.500
7664.984
54.706 64
121.666 64
**. Correlation is signif icant at the 0.01 lev el (1-tailed).
22
Pada tabel 3 di atas, tampak angka korelasi sebesar 0,567 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Data tersebut dapat diartikan bahwa variabel self efficacy academic dan verbal persuasion memiliki hubungan positif yang signifikan. Hal ini berarti apabila persepsi siswa terhadap verbal persuasion meningkat maka akan diikuti oleh naiknya self-efficacy academic siswa. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru dengan self efficacy academic siswa kelas XI SMA Kristen Widya Wacana Purwodadi tahun 2015 dengan analisis Pearson yang telah dilakukan, didapatkan hasil perhitungan korelasi dengan nilai r = 0,567 (p < 0,05), yang berarti terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru dengan self efficacy academic siswa. Angka korelasi sebesar 0,567 atau 56,7 % menunjukkan
nilai yang positif. Artinya, semakin positif persepsi siswa
terhadap verbal persuasion guru maka semakin tinggi pula self efficacy academic guru. Sebaliknya, semakin negatif persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru maka semakin rendah pula self efficacy academic guru. Dengan demikian hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru dengan self efficacy academic siswa dapat diterima. Semakin tinggi persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru, maka semakin tinggi pula self efficacy academicnya. Sebaliknya semakin rendah persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru, maka semakin rendah self efficacy academicnya (Bandura, 1986). Dalam persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru, ketika siswa memiliki persepsi tehadap verbal persuasion guru yang tinggi mampu menerima apa yang
23
disampaikan guru dengan baik, kepercayaan diri yang tinggi akan kemampuan yang dimiliki, siswa akan termotivasi pada gurunya akan kemampuan dan keyakinannya. Jika siswa mampu menerima persepsi verbal persuasion guru dengan baik, maka self efficacy academic meningkat (Bandura, 1986). Pada penelitian yang dilakukan oleh Sukmadinata (dalam Dahlan dan Supriadi, 1990) mengenai hubungan antara guru dan siswa terdapat hubungan korelatif yang cukup besar dan signifikan dengan self efficacy academic siswa, dan seluruh variabel guru yaitu konsep mengajar, motif berprestasi, persiapan mengajar, memotivasi mempunyai hubungan korelatif yang cukup besar dan signifikan dengan self efficacy academic siswa. Persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru bisa berdampak pada self efficacy academic siswa karena secara langsung dapat mempengaruhi sikap dan pola pikir siswa akan sesuatu hal yang baik dan hal yang baru. Serta dapat meningktkan rasa kepercayaan diri pada siswa. Penelitian ini mendukung pendapat Loekmono (1983) yang menyatakan bahwa rasa percaya diri dipengaruhi oleh hubungan seseorang dengan orang-orang yang dianggap penting, lingkungan dan kehidupan sehari-hari. Selain itu Natawidjaja (dalam Martinah, 1998) juga mengatakan, utnuk meningkatkan kepercayaan dirinya, siswa membutuhkan pihak lain yang dipercaya untuk mendorong keberaniannya dalam mengambil keputusan, dalam hal ini adalah peran serta dari guru. Seorang guru juga dapat menunjukkan sikap dalam membantu kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswanya, maka dari itu guru dituntut sebagai motivator diharapkan dapat memberikan, menumbuhkan, dan memupuk semangat belajar kepada siswa secara permanen.
24
Sedangkan guru sebagai manajer merupakan kemampuan guru dalam mengelola siswa, kelas, strategi belajar, dan lain-lain, sehingga guru dapat menata anak didiknya agar dapat mencapai hasil yang diharapkan/mencapai prestasi belajar. Guru sebagai konselor diharapkan guru dapat menjadi observer dalam tingkah laku siswa dan komponen-komponen yang mengitarinya, sehingga guru dapat lebih peka terhadap perubahan dan dapat menjadi sahabat ketika dibutuhkan. Dan guru juga sebagai model, artinya guru merupakan contoh bagi siswanya, sehingga dalam perilaku diharapkan guru dapat memberikan contoh yang baik kepada siswanya (Niken, 2007). Bila dilihat dari penjelasan di atas, maka persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru merupakan salah satu faktor penting dalam pencapaian self efficacy academic siswa. Susilo (2004) menambahkan bahwa kebanyakan sikap negatif terhadap mata pelajaran timbul karena kesalahpahaman atau pandangan yang keliru mengenai persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru, sehingga dapat berakibat pada tujuan akhir proses belajar yaitu self efficacy academic (Niken, 2007). Berdasarkan analisis hasil pengukuran variabel penelitian persepsi siswa terhadap verbal persuasion di SMA Kristen Widya Wacana Purwodadi yang menjadi sampel penelitian tergolong tinggi yang ditunjukkan dengan rata-rata sebesar 86,50 dengan standar deviasi sebesar 8,754. Di samping itu timbulnya proses meniru yang merupakan pengalaman orang lain seolah-olah dialami sendiri akan mendorong siswa, sehingga dapat memperbaiki self efficacy academic siswa sendiri, dengan belajar dari pengalaman mereka sendiri atau pengalaman orang lain akan mendapatkan dorongan untuk menimbulkan kepercayaan bahwa mereka mengalami kesuksesan dengan tugastugas yang spesifik (Bandura, 1986).
25
Pada penelitian ini, nilai korelasi sebesar 0,567 dan nilai r2 = 0,321, menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru memberi sumbangan sebesar 32,1 % terhadap tinggi rendahnya self efficacay academic siswa. Artinya bahwa 32,1 % self efficacy academic siswa dipengaruhi oleh persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru. Sementara 67,9 % dari self efficacy academic siswa dipengaruhi oleh faktor lain, seperti ; mastery experiences, vicarious experiences, dan physiological and emotional states.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru dengan self efficacy academic siswa kelas XI SMA Kristen Widya Wacana Purwodadi. Sumbangan efektif dari variabel persepsi siswa terhadap verbal persuasion guru dengan self efficacy academic siswa adalah sebesar 32,1 %. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah diketahui, maka penulis mengajukan saran ke beberapa pihak, yaitu : 1. Bagi Siswa Saat menerima verbal persuasion dari guru, siswa diharapkan mampu memberi arti dengan baik dan menerapkannya ketika melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. Sehingga self efficacy academic siswa yang dimiliki dapat melakukan apa yang diharapkan dan mampu meningkatkan self efficacy academic dengan baik.
26
2. Bagi Guru Guru dapat terus memberikan motivasi, semangat dan saran untuk siswa agar siswa mampu meningkatkan self efficacy academic, serta dapat mencapai prestasi yang diharapkan. Dengan demikian siswa memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas dari guru tersebut meningkat self-efficacynya. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi self efficacy academic, seperti: mastery experiences, vicarious experiences, dan physiological and emotional states. b. Peneliti selanjutnya mungkin juga bisa menggunakan alat ukur yang berbeda dari alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini supaya menambah pengetahuan baru dengan fenomena yang digunakan.
27
DAFTAR PUSTAKA Albanik, Hatta & Taufan D. N. (2004). Correlation And Description Between Self Efficacy And Political Leadership Of Members Of The Parliament Of The Republic Of Indonesia (DPR-RI) 2004-2009 Hubungan Dan Deskripsi Keyakinan Akan Kemampuan Diri (Self Efficacy) Dan Kepemimpinan Polotik (Political Leadership) Pada Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR-RI) Periode 2004-2009. http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/08/correlation_and_descripti on_beteen_self_efficacy_and_political_leadership.pdf ). Diakses tanggal 3 Februari 2015 Anggriyawan, R. (2014). Hubungan antara self-efficacy akademik dengan prestasi belajar siswa kelas X di SMA Kristen 1 Salatiga. Skripsi (tidak diterbitkan). Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Azwar, S. (2004). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ________. (2014). Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Bandura, A. (1977). Self-efficacy: Towards unifying theory of behavioral change. Psychological Review, 84 (2), 191-215. _________. (1986). Social foundation of tought and action: A social cognitive theory. New Jersey: Prentice-Hall,Inc _________. (1997). Social foundation of tought and action: A social cognitive theory. New Jersey: Prentice-Hall,Inc. _________. (1997). Self-efficacy: The Exercise of Control. New York: W.H. Freeman and Company. _________. (1997). Self-efficacy: the exercise of control. New York: W. H Freeman. Baron, R. A. (1991). Social Psychology Understanding Human Interaction 6th. New York: Allyn and Bacon. Bartholomew, Kay, L. et.al. (2006). Planning Health Promotion Program. An Intervebtion Mapping Approach. HB. USA. Ghozali, I. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. JAKARTA : Gema Pertama. Golightly. (2007). Devining The COMPONENTS Of Academic Self Efficacy In Najavo American Indian High School Students. Departement of Counseling Psychology and Special Education Brigham Young University (http://contentdm.lib.byu.edu/ETD/image/etd1492.pdf) Kristiandi. (2009) . Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru Dengan Motivasi Belajar di Kelas 7 Internasional Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan. http://respository.usu.ac.id/. Diakses tanggal 3 Februari 2015.
28
Kurniawan, J. E. (2003). Hubungan antara Persepsi terhadap Lingkungan Sosial dengan Motivasi Belajar Murid Sekolah Dasar. Jurnal PsikoWacana, Vol. II, No. 1, Hal 46-56. Larson, C. U. (2004). Persuasion: Reception and responsibility (Tenth edition). California: Wadsworth/Thomson Learning. Leavit, H. J. (1997). Psikologi Manajemen. Edisi keempat. Alih Bahasa : Muslichah Zarkasi. Jakarta : Penerbit Erlangga. Locke, E.A. , Frederick, E. , Lee, C. and Bobko, P. (1984). Effect of Self Efficacy, Goals, And Task Strategies on Task Performance. Journal of Applied Psychology. 69, 1241 – 251 Loekmono, L. (1983). Rasa Percaya Pada Diri Sendiri. Salatiga: Pusat Bimbingan Universitas Kristen Satya Wacana. Mar’at, 1991. Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Melati.
(2012). Pengaruh verbal persuasion terhadap teacher self-efficacy. http://www.academia.edu/6112242/Pengaruh_Verbal_Persuasion_terhadap_Tea cher_Self-efficacy. Diakses pada tanggal 17 Oktober 214 .
Pujiastuti Shintya. (2009) . Pentingnya Pertanyaan dalam Proses Pembelajaran. http://www.sdbinatalenta.com/arsipartikel/artikel_tya.pdf. Diakses tanggal : 18 Mei 2010.
Robbins, P. (2008). Perilaku Organisai Jilid 1 Edisi 12. Jakarta : Salemba. Robert A. Baron & Donn Byrne. (2004). Psikologi Sosial jilid 1 Edisi 10. Jakarta : Penerbit Erlangga. Rakhmat Jalaluddin. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya Seiter, J. & Gass, R. (2004). Perspectives on persuasion social influence and compliance gaining. New York: Pearson Publishing. Schunk, D. H., & Pajares, F. (2001). The Development of Academic Self-Efficacy. San Diego : Academic Press Sindhunata. (2000). Membuka Masa Depan Anak-Anak Kita; Mencari Kurikulum Pendidikan Abad XXI. Yogyakarta: Kanisius. Sudrajat, Dadang. (2004). SELF-EFFICACY : Keyakinan dan Kemampuan Seseorang Dalam Berbuat Sesuatu. Jurnal Psikopedagogia, Volume 3 Nomor 5, Nopember 2004/2005; 53-70. Sugiyono. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta. Sukmadinata, S. (1998). Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: P2LPTK
29
Sumarmo, Alim. (2012). Hubungan antara Self-Efficacy Karir dan Persepsi terhadap Masa Depan Karir dengan Kematangan Karir Siswa SMK PGRI Wonoasri Tahun Ajaran 2012-2013. http://www.scribd.com/doc/156082620/HUBUNGAN-ANTARA-SELFEFFICACY-KARIR-DAN-PERSEPSI-TERHADAP-MASA-DEPAN-KARIRDENGAN-KEMATANGAN-KARIR-SISWA-SMK-PGRI-WONOASRITAHUN-AJARAN-2012-2013#scribd. Diakses tanggal 23 Januari 2015. Susilo, F. (2004). Matematika Humanistik. Basis No. 07-08. Tanatti, Y. (2001). Kemampuan Mengajar Guru dan Motivasi Berprestasi Guru pada SMU Unggul dan SMU Bukan Unggul di Papua (Suatu Studi pada SMU Negeri 3 Jayapura, SMU Negeri 11 dan SMU Negeri 2 Serui). Tesis (yang tidak diterbitkan). Salatiga : Program Pasca Sarjana Magister Studi Pembangunan UKSW. Turner, S. L., & Lapan, R. T. (2002). Career Self-efficacy and Perceptions of Parent Support in Adolescent Career Development. The Career Development Quarterly, 51, 44-45. Widayanti, N. (2007). Hubungan Antara Persepsi Siswa Terhadap Kualitas Pengajaran Guru Matematika Dengan Prestasi Belajar Matematika. Skripsi (tidak diterbitkan). Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Winkel, W. S. (1989). Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia