HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (StudiPenelitianpadaAnakYatim di SMPYPMS Kedaung) Skripsi DiajukanUntukMemenuhiPersyaratanMemperoleh GelarSarjanaPendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh: SITI KHODIJAH NIM: 106011000177
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2011 M
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (StudiPenelitianpadaAnakYatim di SMP YPMS Kedaung) Skripsi DiajukanUntukMemenuhiPersyaratanMemperoleh GelarSarjanaPendidikan Islam (S.Pd.I) Oleh: SITI KHODIJAH NIM.106011000177 Di BawahBimbingan DosenPembimbing I
DosenPembimbing II
(Dra.EniRosdaSyarbaini, M.Psi) NIP: 19530813.198003.2.001
(Tanenji, M.A) NIP: 19720712.199803.1.004
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2011 M
ABSTRAK Siti Khodijah (106011000177). Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi Penelitian Pada Anak Yatim di SMP YPMS Kedaung Tangerang Selatan). Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa. Seseorang akan mendapat hasil yang diinginkan dalam belajar apabila dalam dirinya terdapat keinginan untuk belajar. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong untuk pencapaian prestasi. Seseorang akan melakukan suatu kegiatan karena ada motivasi dalam dirinya. Adanya motivasi yang tinggi dalam belajar akan mencapai hasil yang optimal. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun terutama yang didasari oleh adanya motivasi maka seseorang itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasinya. Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, siswa dapat mengembangkan aktifitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara dalam melakukan kegiatan belajar. Motivasi bagi anak yatim merupakan hal yang sangat penting, terutama motivasi dalam belajar. Permasalahan yang muncul pada anak yatim di SMP YPMS Kedaung yaitu kurang memiliki motivasi, yang ditunjukkan dengan perilaku malas belajar, kurang memperhatikan ketika guru mengajar di dalam kelas, mengabaikan pengarahan-pengarahan guru dan sering tidak mengerjakan tugas. Melihat fenomena yang terjadi pada diri anak yatim adalah cenderung kurang memiliki semangat dan dorongan untuk belajar. Apabila anak yatim tersebut memiliki motivasi yang tinggi dapat mempengaruhi prestasi belajar mereka. Semakin kuat motivasi belajar mereka, maka semakin baik pula prestasi belajar yang mereka capai. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis dapat membatasi masalah yaitu prestasi belajar PAI yang dimaksud adalah hasil yang dicapai siswa setelah ia mengalami proses belajar yang diambil dari nilai raport semester I kelas VIII dan IX SMP YPMS Kedaung, sedangkan motivasi belajar yang dimaksud yaitu adanya dorongan baik internal maupun eksternal pada anak yatim untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Rumusan masalah yaitu bagaimana hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP YPMS Kedaung. Tekhnik yang digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tekhnik angket (Questionnaire) bentuk skala Likert. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh anak yatim kelas VIII dan kelas IX SMP YPMS yang berjumlah 31 anak yatim. Variabel penelitian terdiri dari 2 kategori yaitu motivasi belajar dan prestasi belajar, yang mana masing-masing variabel diuji dengan validitas dan reliabilitasnya. Data yang diperoleh kemudian dianalisa menggunakan korelasi Pearson Product Moment untuk mengetahui derajat hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI. Berdasarkan hasil analisa data dengan korelasi Pearson Product Moment diperoleh hasil nilai r hitung = 0,625, r tabel = 0,325 dengan df = 31 dan dengan perhitungan Coefficient of Determination diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 39% dan hasil t hitung = 4,18. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang cukup signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP YPMS Kedaung. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar anak yatim dapat ditingkatkan dengan cara memberikan harapan yang realistis, memberikan insentif, dan mengarahkan perilaku siswa ke arah yang menunjang tercapainya tujuan pembelajaran yaitu dapat mencapai prestasi belajar yang optimal. Kata kunci: Motivasi Belajar, prestasi belajar. i
KATA PENGANTAR Bismillahi ar-rahmani ar-rahimi Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantisa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada hamba-hambanya tanpa terkecuali, yang telah mencurahkan sifat rahman dan rahim-Nya kepada manusia. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan umat manusia, yaitu Nabi Muhammad SAW, sang pemimpin umat yang memiliki suri tauladan yang mulia, pembawa kebenaran dan kedamaian bagi seluruh alam. Atas berkat rahmat Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Adapun keberhasilan penulis dalam menyelesaikan laporan ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah membantu penulis baik dalam hal moril maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1.
Bapak Prof. DR. Dede Rosyada, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Bpk. Bahrissalim M.Ag dan sekertaris jurusan Bapak Sapiudin Shidik M.Ag.
3.
Ibu Dra. Eni Rosda Syarbaini, M.Psi dan Bapak Tanenji M.A, Selaku dosen Pembimbing
Skripsi
yang
telah
bersedia
meluangkan
waktu
untuk
membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini. 4.
Bapak Drs. Darwas, selaku kepala Sekolah SMP YPMS yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di SMP YPMS Kedaung.
5.
Seluruh guru, karyawan, dan siswa SMP YPMS yang banyak memberikan pengetahuan dan sumbangsihnya selama penulis mengadakan Penelitian.
6.
Ayahanda Tamrin dan Ibunda Mudi’ah yang tercinta yang dengan bersusah payah telah mengasuh dan menidik penulis hingga dapat terus berkuliah, tak lupa kakak-kakaku tercinta ( Siti Aisyah, Abd. Rohim, Abd. Rozak, Dawam,
ii
Atifah, Mirfalah) dan adikku Khasan Bisri, yang telah mecurahkan segala perhatian, kasih sayang, keikhlasan dan do’a yang tiada henti untuk penulis. 7.
Akang Sayuti yang selalu memberikan semangat dan terus memotivasi penulis untuk terus berjuang menyelesaikan penyusunan Skripsi.
8.
Ust. Bahron Fathin, M.A dan Ncing Naziroh yang telah banyak membantu penulis baik moril maupun materil selama studi di perguruan tinggi, dari pertama kali masuk sampai selesai.
9.
Para donatur, ibu-ibu Majelis Ta’lim (Bunda Salim, Ibu Bambang, Ibu Eky Alm.) serta ibu-ibu yang lain yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis sampaikan terima kasih atas bantuan materil dan dorongan serta semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Santriwan dan Santriwati Ar-Ridha yang telah banyak membantu penulis dan memotivasi penulis, serta mengajarkan tentang arti sebuah kebersamaan dan persahabatan. 11. Teman-teman kelas E PAI angkatan 2006 yang telah banyak memberikan pengalaman kepada penulis tentang indahnya sebuah kebersamaan. Ahirnya hanya kepada Allah saja penulis serahkan balasan yang lebih baik dari apa yang telah mereka semaikan pada penulis, semoga kebaikan mereka menjadi pemberat mizan dan amal shaleh di sisi-Nya. Tulisan ini masih jauh dari sempurana, harapan penulis akan kritik dan saran yang membengun untuk semua pihak akan bermanfaat bagi perbaikan penulis pada masa yang akan datang.
Jakarta, Maret 2011
Penulis
iii
DAFTAR ISI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ABSTRAK…………………………………………………………………..
i
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
vi
BAB I
BAB
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
1
B. Identifikasi Masalah .....................................................................
5
C. Pembatasan Masalah .....................................................................
5
D. Perumusan Masalah .....................................................................
5
E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Hasil Penelitian ......................
6
II
KAJIAN
TEORITIS,
KERANGKA
BERPIKIR
DAN
HIPOTESIS PENELITIAN A. Deskripsi Teoritik 1. Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Pendidikan Agama Islam……………….. ..........
7
b. Fungsi Pendidikan Agama Islam ………………………….
8
c. Tujuan Pendidikan Agama Islam………………….. ............
10
2. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Prestasi Belajar……………… ............................
13
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ............
14
c. Pengukuran Prestasi Belajar ..................................................
20
3. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar ………………………………
24
b. Peranan Motivasi Dalam Belajar ………………………...
25
c. Macam-macam Motivasi Belajar …………………………
27
d. Indikator Motivasi Belajar ………………………………..
29
e. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar …………………..
32
iv
f. Pengukuran Motivasi Belajar ……………………………..
35
B. Kerangka Berpikir ........................................................................
36
C. Hipotesis Penelitian ……………………………………………..
37
BAB III
A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................
38
B. Variabel Penelitian ........................................................................
38
C. Metode Penelitian ..........................................................................
39
D. Populasi dan Sampel .....................................................................
40
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................
41
F. Teknik Pengolahan Data………………... ....................................
43
G. Teknik Analisis Data .....................................................................
45
BAB IV
BAB V
METODOLOGI PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
A. Profil Panti Asuhan YPMS ……………………………………...
47
1. Struktur Organisasi YPMS …………………………………..
48
2. Keadaan Siswa dan Guru di Panti Asuhan YPMS …………...
49
3. Pendidikan dan Kegiatan di Panti Asuhan YPMS …………. ..
49
4. Sarana dan Prasarana Panti Asuhan YPMS ………………….
50
B. Pelaksanaan Penelitian ………………………………………….
51
C. Gambaran Umum Subjek Penelitian ……………………………
51
D. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan …………………………..
54
PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................
59
B. Saran ............................................................................................
60
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL Tabel III. 1. Kriteria Penilaian Angket .............................................................
41
Tabel III. 2. Kisi-kisi Motivasi Belajar Siswa ..................................................
42
Tabel III. 3. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai “r” ...................................
45
Tabel IV. 1. Data Siswa dan Guru di Panti Asuhan YPMS Kedaung Periode 2010-2011 ...................................................................................
49
Tabel IV. 2. Gambaran Umum Anak Yatim di SMP YPMS Kedaung Berdasarkan Jenis Kelamin …………………………………….
52
Tabel IV.3. Gambaran Umum Anak Yatim di SMP YPMS Kedaung Berdasarkan Urutan Kelahiran ....................................................
52
Tabel IV.4. Gambaran Umum Anak Yatim di SMP YPMS Kedaung Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga.......................................
53
Tabel IV.5. Gambaran Umum Anak Yatim di SMP YPMS Kedaung Berdasarkan Jenis Bacaan ............................................................
54
Tabel IV.6. Proporsi Prestasi Belajar Anak Yatim Di SMP YPMS Kedaung
55
Tabel IV.7. Hubungan Antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Anak Yatim PAI di SMP YPMS Kedaung ..................................
56
Tabel IV.8. Perhitungan Koefisien Determinasi Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar PAI Anak Yatim di SMP YPMS Kedaung ........
vi
57
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dan sangat bermanfaat dalam segala bentuk kegiatan manusia. Melalui pendidikan, manusia dididik dibina, dan dikembangkan segala potensi-potensinya. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar menjadikan anak didik itu sebagai manusia yang berkualitas, bertanggungjawab dan berakhlak mulia. Sebagaimana yang tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II, pasal 3 yang berbunyi: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1 Pada hakikatnya, pendidikan formal yang dilaksanakan di sekolah merupakan segala usaha yang dilakukan secara sadar, terencana, dan 1
Undang-undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003, (Jakarta: Sinar Grafika,
2003) h. 5-6.
1
2
sistematis
oleh
pendidik
dalam
melaksanakan
tugasnya
untuk
mengembangkan kepribadian, kecerdasan, dan kemampuan peserta didik ke arah yang lebih maju guna menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga siap dan mampu bersaing dalam menghadapi era globalisasi. Keberhasilan siswa dalam Pendidikan dapat ditunjukkan dari nilai prestasi belajar mereka di sekolah khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dengan pembelajaran yang baik, siswa akan mencapai hasil atau prestasi belajar yang optimal. Menurut Nasrun Harahap yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah menjelaskan bahwa pengertian prestasi belajar adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan belajar serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.2 Sedangkan Menurut M. Dalyono, prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu; faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri siswa, seperti; inteligensi, minat, bakat, motivasi dan gaya belajar), dan faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri siswa, seperti; lingkungan sekolah, masyarakat dan keluarga).3 Motivasi sebagai salah satu faktor psikologis adalah sangat penting dalam proses kegiatan belajar. Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa. Asumsi ini sejalan dengan pendapat Sardiman yang mengatakan bahwa seseorang itu akan mendapat hasil yang diinginkan dalam belajar bila dalam dirinya terdapat keinginan untuk belajar.4 Ini berarti bahwa motivasi memiliki pengaruh terhadap keberhasilan siswa untuk mencapai hasil yang optimal. Sebaliknya rendahnya motivasi siswa dalam belajar maka akan rendah pula hasil yang dicapai. 2
Syaiful Bahri Djamarah Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1994), h. 20 3
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), cet. 1 h. 55
4
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2007), h.40
3
Motivasi juga dapat berfungsi sebagai pendorong untuk pencapaian prestasi. Seseorang akan melakukan suatu kegiatan karena adanya motivasi dalam dirinya. Adanya motivasi yang tinggi dalam belajar akan mencapai hasil yang optimal. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun terutama yang didasari oleh adanya motivasi maka seseorang itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasinya. Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, siswa dapat mengembangkan aktifitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara dalam melakukan kegiatan belajar. Pentingnya peranan motivasi dalam proses belajar menurut Hamzah B. Uno yaitu; menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai dan menentukan ketekunan belajar.5 Dari penjelasan di atas maka dapat diasumsikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar yang diperoleh siswa di sekolah. Hamzah B. Uno mengemukakan bahwa motivasi terdiri dari beberapa indikator, yang meliputi; adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam
belajar,
adanya
lingkungan
yang
kondusif,
sehingga
dapat
memungkinkan seorang anak dapat belajar dengan baik.6 Anak yatim adalah anak yang ditinggalkan oleh orang tuanya, baik ditinggal oleh bapak, ibu atau keduanya yaitu ibu dan bapak. Setelah kehilangan orang tua, secara otomatis anak yatim akan kehilangan perhatian
5
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h. 27 6 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi ……… h. 23
4
dan motivasi dari kedua orang tua mereka. Motivasi di sini sangat berperan penting, terutama bagi anak yatim yang telah ditinggalkan oleh orang tuanya. Maka sudah seharusnya anak yatim itu mendapatkan perhatian, bimbingan serta dorongan dari orang-orang terdekat. Anak yatim yang dimaksud penulis adalah anak yatim yang tinggal di panti asuhan. Berdasarkan pengamatan dan kenyataan yang penulis dapatkan selama melakukan observasi pendahuluan di sekolah, permasalahan yang muncul pada anak yatim di SMP YPMS Kedaung yaitu kurang memiliki motivasi, yang ditunjukkan dengan perilaku malas belajar, kurang memperhatikan ketika guru mengajar di dalam kelas, mengabaikan pengarahan-pengarahan guru dan sering tidak mengerjakan tugas. Sehingga prestasi belajar Pendidikan Agama Islam yang mereka peroleh di sekolah kurang optimal. Melihat fenomena yang terjadi pada diri anak yatim adalah cenderung kurang memiliki semangat dan dorongan untuk belajar. Apabila anak yatim tersebut memiliki motivasi yang tinggi dapat mempengaruhi prestasi belajar mereka. Semakin kuat motivasi belajar mereka, maka semakin baik pula prestasi belajar yang mereka capai. Sehubungan dengan pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar, penelitian yang dilakukan Sarman untuk skripsi Sarjana Pendidikan IPA Universitas Islam Negeri tentang “Hubungan Antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar SAINS/IPA Siswa Kelas VI MI YAPIA Parung Bogor”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa motivasi memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar SAINS yaitu sebesar 41,35 % sedangkan 58,65% ditentukan oleh faktor lain. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi Penelitian Pada Anak Yatim di SMP YPMS Kedaung)”.
5
B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka identifikasi masalah antara lain sebagai berikut: a. Prestasi belajar Pendidikan Agama Islam anak yatim di SMP YPMS Kedaung belum optimal. b. Kurangnya motivasi belajar anak yatim di SMP YPMS Kedaung. c. Motivasi belajar anak yatim di SMP YPMS Kedaung masih rendah.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis memberi batasan penelitian ini sebagai berikut: a. Prestasi belajar Prestasi belajar yang dimaksud di sini adalah hasil yang dicapai siswa setelah ia mengalami proses belajar yang diambil dari nilai raport semester I, kelas VIII dan IX anak yatim di SMP YPMS Kedaung tahun ajaran 2010/2011. b. Motivasi belajar Yang dimaksud motivasi belajar di sini adalah adanya dorongan baik internal maupun eksternal pada anak yatim untuk mengadakan perubahan tingkah laku, yang meliputi; adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penelitian ini dapat dirumuskan yaitu ”Bagaimana Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP YPMS Kedaung”.
6
E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Hasil Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk melihat adanya hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP YPMS Kedaung.
2. Kegunaan Hasil Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bersifat teoritis dan praktis. a. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian ilmu pengetahuan tentang motivasi, khususnya motivasi belajar dalam kaitannya dengan prestasi belajar. b. Secara Praktis 1) Bagi para pendidik a) Memberikan
informasi
tentang
motivasi
belajar
guna
meningkatkan prestasi belajar anak yatim di SMP YPMS Kedaung. b) Mendorong para guru untuk memotivasi anak yatim di SMP YPMS Kedaung dalam meningkatkan prestasi belajar mereka. 2) Bagi anak yatim di SMP YPMS Kedaung Mendorong anak yatim di SMP YPMS untuk meningkatkan prestasi belajar mereka.
7
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Deskripsi Teoritik 1. Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. Menurut Zakiyah Daradjat Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang pada ahirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.1 Selanjutnya menurut Ahmad D. Marimba dalam bukunya filsafat Pendidikan
Islam
menyatakan bahwa, “pendidikan
Islam
adalah
bimbingan jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam
1
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 130, cet- 3
7
8
menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran Islam.2 Selain itu M. Arifin dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner mengemukakan bahwa, “hakikat pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa
muslim
yang
bertaqwa
secara
sadar
mengarahkan
dan
membimbing pertumbuhan dan perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.3 Sejalan dengan M. Arifin, Ahmad Tafsir dalam bukunya Ilmu Pendidikan Dalam Persepektif Islam berpendapat, “Pendidikan Islam ialah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.4 Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang dilakukan oleh orang dewasa muslim kepada seseorang untuk mengasuh, membina, membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan fitrahnya agar dapat memahami dam menghayati ajaran Islam secara menyeluruh yang pada ahirnya dapat mengamalkan dan menjadikan ajaran agama Islam sebagai pandangan hidup.
b. Fungsi Pendidikan Agama Islam Dalam kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah/ madrasah dijelaskan bahwa fungsi Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan Yaitu untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. 2
Moh. Shofan, Pendidikan Berparadigma Profetik Upaya Konstuktif Membongkar Dikotomi Sistem Pendidikan Islam, (Jogjakarta: UGM Press, 2004), h. 49 3 Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendeklatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 22, cet-4 4 Moh. Shofan, Pendidikan Berparadigma Profetik….h. 52
9
Pada dasarnya yang pertama kali memiliki kewajiban untuk menanamkan keimanan dan ketaqwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangnnya. 2. Penanaman Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat. 3. Penyesuaian mental Penyesuaian
mental,
yaitu
untuk
menyesuaikan
diri
dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. 4. Perbaikan Yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari. 5. Pencegahan Yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. 6. Pengajaran Pengajaran tentang ilmu pengetahuan kegamaan secara umum, sistem dan fungsionalnya. 7. Penyaluran Yaitu untuk menyalurkan bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan untuk orang lain.5 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi pendidikan agama 5
Islam
di
sekolah/madrasah
yaitu
untuk
mengembangkan
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam….h. 134
10
pemahaman siswa tentang keimanan dan ketaqwaan terhadap ajaran agama Islam yang telah mereka peroleh dari lingkungan keluarga selain itu untuk memperbaiki
kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan
dan
kelemahan-kelemahan peserta didik dalam hal keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari
c. Tujuan Pendidikan Agama Islam Tujuan pendidikan termasuk masalah sentral dalam pendidikan, sebab tanpa perumusan tujuan pendidikan yang baik, maka perbuatan mendidik bisa menjadi tidak jelas, tanpa arah, dan bahkan bisa tersesat atau salah langkah. Oleh karenanya, masalah tujuan pendidikan menjadi inti dan sangat penting dalam menentukan isi dan arah pendidikan yang diberikan. Menurut Muhammad Athiyah Al-Abrasi yang dikutip Umar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibani, telah merumuskan bahwa tujuan pendidikan Islam secara umum ke dalam lima tujuan, yaitu: 1) Untuk membentuk akhlak mulia. Kaum muslimin sepakat bahwa Pendidikan Akhlak yang sempurna adalah tujuan pendidikan yang sebenarnya; 2) Persiapan untuk kehidupan di dunia dan akherat. Pendidikan Islam bukan hanya menitik beratkan pada keagamaan atau keduniaan saja, melainkan pada keduanya dan memandang kesiapan keduanya sebagai tujuan yang asasi; 3) Persiapan untuk mencari rizki dan pemeliharaan segi kemanfaatan. Pendidikan Islam tidak hanya segi agama, akhlak dan spiritual semata, tetapi juga meyeluruh bagi kesempurnaan kehidupan, atau yang lebih dikenal sekarang dengan nama tujuan-tujuan vokasional dan profesional; 4) Menyiapkan pelajar dari segi profesi, teknik dan perusahaan supaya dapat menguasai profesi tertentu dan keterampilan pekerjaan tertentu agar dapat
11
mencari rizki dalam hidup, disamping memelihara kerohanian dan keagamaan6. Dengan demikian, jelas bahwa tujuan pendidikan Islam merupakan usaha dalam membangun manusia yang utuh dalam rangka pembentukan kepribadian, moralitas, sikap ilmiah dan keilmuan, kemampuan berkarya, profesionalisasi sehingga mampu menunjukkan iman dan amal shaleh sesuai nilai-nilai keagamaan dan kehidupan. Menurut Abudin Nata bahwa tujuan pendidikan Islam itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah di muka bumi dengan sebaik-baiknya, yaitu melaksanakan tugas-tugas kemakmuran dan mengolah bumi sesuai dengan kehendak Tuhan. Sebagaimana yang tercantum dalam firman Allah SWT sebagai berikut:
“Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barang siapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri.” (Q.S. Al-Fathir: 39) Di dalam ayat lain juga dijelaskan yaitu:
“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat,
untuk
mengujimu
tentang
apa
kepadamu.” (Q.S. Al-An’am:165) 6
Moh. Shofan, Pendidikan Berparadigma Profetik….h. 59
yang
diberikan-Nya
12
2) Mengarahkan manusia agar seluruh tugas kekhalifahannya di muka bumi dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Allah, sehingga tugas tersebut terasa ringan dilaksanakan. 3) Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia, sehingga ia tidak menyalah gunakan fungsi kehalifahannya. 4) Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmaninya sehingga ia memiliki ilmu, akhlak, dan keterampilan dan semua ini dapat dipergunakan guna mendukung tugas
pengabdian dan
kekhalifahannya. 5) Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan ahirat.7 Tujuan pendidikan Islam yang dikemukakan di atas memberikan gambaran bahwa arah pendidikan Islam dalam rangka menjadikan manusia sebagai khalifah yang mampu menjalankan tugas di permukaan bumi, mampu beribadah sebagai hamba Allah, mampu berakhlak mulia, dan mampu mengembangkan segenap potensinya serta mampu mencapai kehidupan dunia dan ahirat. Dengan demikian jelas tujuan pendidikan Islam pada dasarnya menjadikan manusia muslim yang mampu menjalankan tugas makhluk Allah yang baik di permukaan bumi ini baik kerangka kehidupan individu maupun kemasyarakatan. Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaan, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.
7
Moh. Shofan, Pendidikan Berparadigma Profetik….h. 61
13
2. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Prestasi Belajar Sebelum menjelaskan mengenai prestasi belajar terlebih dahulu penulis akan menjelaskan pengertian tentang belajar. Menurut Jerome Brunner (dalam Trianto, 2009) bahwa belajar adalah suatu proses aktif di mana siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimilikinya.8 Menurut Chaplin (1972) dalam dictionary
of psikology
merumuskan pengertian belajar yaitu: pertama, belajar adalah perolehan perubahan tingkahlaku yang relatif menetap sebagai akibat dari latihan dan pengalaman; kedua, belajar adalah proses memperoleh responsrespons karena adanya latihan khusus.9 Dalam bukunya W.S. Winkel yang berjudul Psikologi Pengajaran menyebutkan bahwa pengertian belajar adalah suatu aktivitas mental/ psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan serta nilai dan sikap.10 Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil yang didapat melalui latihan, pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya. Prestasi belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai (dari yang dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).11
8
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurukulum KTSP, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 15 9 Fadilah Suralaga dkk, Psikologi Pendidikan dalam Persepektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 62 10 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1996), cet. Ke-4, h. 54 11 Depdikbud, Kamus besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), h. 247
14
Raka Jhoni mendefinisikan bahwa “prestasi belajar merupakan hasil penilaian tugas-tugas yang dilakukan dalam bentuk angka-angka”.12 Sedangkan menurut Tabrani Rusyan menjelaskan “prestasi belajar yang dicapai individu merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam diri (internal), maupun dari luar (eksternal).”13 Berdasarkan pengertian di atas, maka pengertian prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dari proses belajar yang ia lakukan selama beberapa waktu berupa pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan yang dibuktikan melalui tes hasil belajar. Dapat dikatakan bahwa untuk mengetahui prestasi belajar seorang siswa itu dapat dilihat melalui hasilhasil tes belajar yang telah dilakukan baik berupa angka-angka maupun perubahan-perubahan positif dari dalam diri siswa apakah hasilnya meningkat, menetap atau bahkan menurun. Prestasi belajar anak yatim di SMP YPMS Kedaung dinyatakan dalam bentuk angka dan huruf dan dituangkan dalam sebuah raport. Sehingga prestasi belajar siswa merupakan dokumentatif.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari dalam dirinya (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal). Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakekatnya merupakan interaksi antara dua faktor tersebut. Dalam bukunya Muhibbin Syah menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terdiri dari dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal,14 yaitu; 12
Raka Jhony, Pengukuran dan Penilaian Pendidikan, (Surabaya: Karya Anda, 1986), h.
6 13
A. Thabrani Rusyan, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung; Remaja Rosdakarya, 1989), h. 81 14 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), cet.14, h. 132
15
a) Faktor Internal (Faktor dari dalam Diri Siswa) Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang mencakup: intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi. Berikut ini akan dijelaskan masing-masimg aspek, yaitu: 1. Intelegensi Intelegensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Intelegensi dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Seseorang yang memiliki intelegensi yang tinggi umumnya mudah dalam belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Namun sebaliknya
orang
yang
intelegensinya
rendah,
cenderung
mengalami kesukaran dalam belajar, berpikirnya lambat sehingga prestasi belajarnya pun rendah.15 Tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa tidak dapat diragukan lagi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini berarti, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih prestasi belajar yang optimal. Sebaliknya semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh prestasi belajar yang optimal. 2. Sikap Sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tepat terhadap objek manusia, barang dan sebagainya, baik berupa positif maupun negatif.16 Sikap merupakan faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Dalam hal ini sikap yang akan menunjang belajar siswa 15 16
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), cet. 1 h. 56 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan…, h. 135
16
ialah sikap positif terhadap bahan atau pelajaran yang akan dipelajari, terhadap guru yang mengajar, dan terhadap lingkungan atau tempat di mana ia belajar seperti kondisi kelas, teman-teman, sarana pengajaran, dan sebagainya.17 3. Bakat (aptitude) Bakat adalah kemampuan potensi yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.18 Oleh karena itu bakat siswa harus dikembangkan atau diwujudkan dan dilatih dengan baik sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Siswa yang berbakat dalam bidang studi tertentu, akan lebih mudah memahami bidang studi tersebut. Dengan demikian, bakat itu dapat mempengaruhi belajar siswa, khususnya yang berkenaan dengan keberhasilan prestasi belajar siswa itu sendiri. 4. Minat Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Seperti yang dipahami orang selama ini minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu.19 Minat besar pengaruhnya terhadap belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajarinya tidak sesuai dengan minat anak, maka hasil belajarnya pun tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk mengembangkan minat siswa maka siswa itu sendiri harus berusaha mencintai setiap bahan pelajaran yang diberikan. Dengan
17
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 84 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan …, h. 135 19 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007), h. 144-149 18
17
demikian, siswa diharapkan dapat menangkap semua bahan pelajaran tersebut dengan baik. Minat mempunyai peranan yang penting dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap. Minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar. Siswa yang berminat terhadap sebuah kegiatan akan berusaha lebih keras untuk belajar dibandingkan dengan siswa yang kurang berminat. Dengan demikian
tinggi
rendahnya
minat
belajar
siswa
akan
mempengaruhi hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa. 5. Motivasi Motivasi ialah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku.20 Kekurangan motivasi baik internal maupun ekstrernal akan menyebabkan siswa kurang bersemangat dalam belajar. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.21 Perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk mencapai prestasi belajar. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Motivasi merupakan faktor menentukan
dan
berfungsi
menimbulkan,
mendasari
dan
mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan. Mereka yang
20
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h. 1 21 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 148
18
memiliki motivasi yang tinggi akan tampak gigih, tidak mau menyerah, dan giat membaca buku untuk
meningkatkan
prestasinya dalam belajar. Sebaliknya, mereka yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, sering meninggalkan pelajaran dan akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar. Motivasi belajar pada dasarnya mempengaruhi tingkah laku belajar. Motivasi belajar adalah sebagai penggerak tingkah laku dan sangat penting di dalam proses belajar. Siswa yang memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar maka prestasi belajarnya di sekolah akan meningkat, sebaliknya siswa yang memiliki motivasi rendah dalam belajar maka prestasi belajarnya rendah.
b) Faktor Eksternal (Faktor dari luar Diri Siswa) Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar diri individu. Faktor eksternal
yang
berpengaruh
terhadap
hasil
belajar
dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: 1. Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan salah satu lembaga pendidikan yang amat penting dalam menentukan pembentukan pribadi seorang siswa, karena dalam keluarga inilah seorang siswa akan menerima pendidikan dan pengajaran serta mendapatkan motivasi dan dorongan dari kedua orang tua. Lingkungan keluarga lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa, yaitu orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifatsifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan demografi keluarga, semuanya dapat memberikan dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.22
22
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan …h. 138
19
Panti asuhan merupakan lingkungan dimana anak yatim itu tinggal. Setelah kehilangan orang tua, secara otomatis anak yatim akan kehilangan perhatian, kasih sayang dan motivasi dari kedua orang tua mereka. Panti asuhan sebagai lembaga sosial memiliki peranan yang penting guna menampung anak-anak yatim baik yang ditinggal mati oleh ayah, ibu atau kaduanya yaitu ayah dan ibu. Selain itu panti asuhan tidak hanya memberikan fasilitas bagi kehidupan anak yatim, tetapi juga memberikan pendidikan yang bermanfaat bagi masa depan mereka. Di lingkungan panti inilah anak yatim tinggal bersama teman-teman mereka yang senasib, dengan pengasuh dan guru-guru. Maka yang memberikan perhatian, bimbingan serta dorongan dan motivasi adalah orangorang terdekat mereka yaitu guru-guru, pengasuh panti asuhan dan teman-teman mereka. Kondisi seperti ini juga terjadi di panti asuhan YPMS Kedaung. 2. Lingkungan Sekolah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki peranan dalam membentuk kepribadian dan mencerdaskan anak. Lingkungan
sekolah
yang
esensial
yang
mempengaruhi
pembelajaran dan pengajaran, yaitu; 1) metode mengajar, 2) kurikulum, 3) relasi guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, 4) disiplin sekolah, 5) waktu sekolah, 6) keadaan gedung, 7) metode belajar dan tugas rumah.23 Lingkungan sekolah mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, seperti dengan memberikan sarana dan prasarana yang memadai, metode, kurikulum, dan alat-alat pelajaran, seperti buku pelajaran, alat olah raga dan sebagainya. Dengan demikian lingkungan sekolah sangat mendukung terhadap prestasi belajar siswa di sekolah.
23
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan …h. 138
20
3. Lingkungan Masyarakat Pergaulan di lingkungan masyarakat dapat mempengaruhi prestasi belajar. Anak yang bergaul dengan teman yang tidak baik, selalu bermalas-malas di dalam belajar, dan waktunya banyak digunakan untuk bermain, maka anak itu akan terpengaruh oleh temannya, sehingga prestasi belajarnya kurang optimal Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh yang serba kekurangan
dan
anak-anak
pengangguran
akan
sangat
mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak, siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya.24
c) Faktor Pendekatan Belajar (Approach to Learning) Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar dan prestasi belajar siswa.25 Pendekatan belajar, dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu (Lawson, 1991).
c. Pengukuran Prestasi Belajar Pengukuran prestasi belajar merupakan bagian penting dalam proses belajar mengajar, karena dengan pengukuran tersebut dapat ditentukan tingkat keberhasilan suatu program sekaligus juga dapat 24 25
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan …h. 137 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar…. h. 150 -155
21
dinilai baik atau buruknya suatu program pembelajaran. Untuk mengukur prestasi belajar siswa yaitu dengan menggunakan alat ukur (test). Sebagaimana yang dijelaskan oleh Norman E. Gronlund yang dikutip oleh Ngalim Purwanto bahwa “Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa”.26 Untuk melihat pencapaian prestasi belajar siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, secara umum pengukuran ini dapat dilihat melalui tiga aspek, yaitu; kognitif, afektif dan psikomotor. Jadi, evaluasi sangat diperlukan untuk mengetahui prestasi belajar siswa selama proses belajar dalam kurun waktu tertentu, dengan cara tersebut maka akan diketahui tinggi rendahnya atau baik buruknya prestasi belajar siswa. Tes hasil belajar adalah suatu tes yang digunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan kepada siswa dalam jangka waktu tertentu. Tes yang dilakukan harus benar-benar mengukur hasil belajar anak terhadap pelajaran yang telah diberikan, mengukur kemampuan
dan
keterampilan
siswa
setelah
siswa
tersebut
menyelesaikan suatu program pengajaran. Menurut Suharsimi bahwa tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana tertentu dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.27 Tes merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau hasil belajar siswa secara keseluruhan. Di samping itu tujuan lain dari tes adalah untuk mengukur sejauh mana tujuan pembelajaran khusus mencapai sasaran. Hal ini digunakan sebagai bahan penyempurna pengajaran di masa yang akan datang.
26
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,( Bandung: Rosda Karya, 1994), cet. 7, h. 3 27 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Belajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 53
22
Dalam praktek, pelaksanaan tes hasil belajar dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu; tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan. Masingmasing dijelaskan sebagai berikut:
1) Tes Tertulis Jenis tes ini di mana tester dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawabannya secara tertulis. Macam-macam tes tertulis antara lain: a. Tes Essay Tes uraian (essay) atau sering dikenal dengan istilah tes subjektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang berbentuk pertanyaan yang menghendaki jawaban berupa uraian atau paparan kalimat dan menuntut testee untuk memberikan penjelasan, komentar, penafsiran membandingkan, membedakan dan lain sebagainya. Tes essay sangat baik untuk mengukur hasil belajar tingkat sintesis dan evaluasi. b. Tes objektif Tes objektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang yang terdiri dari butir-butir soal (items) yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu atau lebih di antara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing item. Tes objektif baik untuk mengukur hasil belajar tingkat knowledge, comprehension, aplikasi dan analisis. Tes objektif terbagi menjadi lima bagian, yaitu; Tes Benar Salah, Tes Menjodohkan, Tes Isian, Tes Melengkapi, dan Tes Pilihan Ganda. Masing-masing akan dijekaskan sebagai berikut: i. Tes Benar Salah (True-False Test) Tes yang berbentuk kalimat atau pernyataan yang mengandung dua kemungkinan jawaban benar atau salah, dan testee diminta menentukan pendapat mengenai pernyataan-pernyataan tersebut
23
dengan cara seperti yang ditentukan dalam petunjuk cara mengerjakan soal. ii. Tes Menjodohkan (Matching Test) Tes menjodohkan adalah tes yang terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban, sedangkan tugas testee adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban yang telah tersedia, sehingga sesuai atau cocok atau merupakan pasangan dari pertanyaannya. iii. Tes Isian (Fiil in Test) Tes bentuk isian ini biasanya berbentuk cerita atau karangan. Katakata penting dalam cerita atau karangan itu beberapa di antaranya dikosongkan sedangkan tugas testee adalah mengisi bagian-bagian yang telah dikosongkan itu. iv. Tes Melengkapi (Completion Test) Tes melengkapi terdiri dari susunan kalimat yang bagian-bagiannya sudah dihilangkan, bagian-bagian yang sudah dihilangkan itu diganti dengan titik-titik, kemudian titik-titik itu harus diisi atau dilengkapi atau disempurnakan oleh testee dengan jawaban yang oleh tester telah dihilangkan. v. Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Item Test) Tes pilihan ganda yaitu salah satu bentuk tes obyektif yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum selesai, dan untuk menyelesaikannya harus dipilih salah satu dari beberapa kemungkinan jawab yang telah disediakan pada tiap-tiap butir soal yang bersangkutan.28
2) Tes Lisan Tes lisan dapat berupa Tanya jawab antara penguji dengan siswa. Jenis tes ini di mana tester di dalam mengajukan pertanyaan-
28
118
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2009), h.
24
pertanyaan atau
soalnya
dilakukan secara lisan, dan testee
memberikan jawabannya secara lisan pula.
3) Tes Perbuatan Tes perbuatan pada umumnya digunakan untuk mengukur taraf kompetensi yang bersifat keterampilan (psikomotorik), dimana penilaiannya dilakukan terhadap proses penyelesaian tugas dan hasil akhir yang dicapai oleh testee setelah melaksanakan tugas tersebut.29 Adapun bentuk tes yang digunakan di SMP YPMS Kedaung adalah tes tertulis (essay dan objektif) dan tes perbuatan. Nilai prestasi belajar siswa dalam penelitian ini adalah nilai prestasi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diambil dari nilai raport anak yatim kelas VIII dan kelas IX semester I tahun ajaran 2010-2011. Skala yang digunakan di SMP YPMS Kedaung berupa angka-angka yang bergerak dari 10-100.
3. MOTIVASI BELAJAR a. Pengertian Motivasi Belajar Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, motivasi diartikan sebagai “dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepusaan dengan perbuatannya.30 Menurut Mc Donald menyatakan bahwa motivasi merupakan sebuah proses perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai
29
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi ….h. 99 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 389 30
25
munculnya feeling yang kemudian terumuskan dalam satu rumusan tujuan setelah seseorang memberikan tanggapan atau sikap.31 Menurut M. Usman Najati, motivasi merupakan kekuatan pengerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku yang mengarahkannya menuju tujuan tertentu.32 Selanjutnya menurut M. Alisuf Sabri, motivasi adalah dorongan atau kekuatan dari dalam diri seseorang yang mendorong orang untuk bertingkah laku atau berbuat sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam diri kita motif itu dapat berupa suatu kebutuhan, tujuan, cita-cita atau suatu hasrat atau keinginan yang merupakan daya gerak dari dalam diri untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dalam mencapai suatu tujuan.33 Dari berbagai penjelasan yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat dipahami bahwa motivasi merupakan akumulasi daya dan kekuatan
yang
ada
dalam
diri
seseorang
untuk
mendorong,
menggerakkan, dan mengarahkan tingkah laku individu. Motivasi menjadi pembimbing dan mengarahkan tujuan hidup manusia sehingga ia dapat mencapai tujuan hidup yang lebih baik. Karena makin tinggi motivasi seseorang, maka makin tinggi pula intensitas tingkah lakunya.
b. Peranan Motivasi Dalam Belajar Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan mengajar, antara lain; menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai dan menentukan ketekunan belajar. Masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut:
31
Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Teraju, 2004), h. 66 Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar... h. 183 33 M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), h. 128 32
26
a. Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. Dengan demikian motivasi dapat menentukan halhal apa di lingkungan anak yang dapat memperkuat perbuatan belajar. b. Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai Peranan motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak. c. Menentukan ketekunan belajar Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal ini tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya jika seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak tahan lama belajar. Dia mudah tergoda untuk mengerjakan hal yang lain dan bukan belajar. Itu berarti motivasi sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar.34
Selain itu menurut Ngalim Purwanto menyebutkan bahwa motivasi memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran, yaitu: a. Mendorong manusia untuk berbuat/bertindak. Motivasi itu berperan sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang akan dikerjakan. Bila siswa melihat dengan jelas hubungan belajar dengan kebutuhan mereka, maka mereka akan siap mental untuk belajar.
34
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya ….h. 27-28
27
b. Menentukan arah perbuatan. Yakni ke arah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan itu. Makin jelas tujuan itu, makin jelas pula terbentang jalan yang harus ditempuh. c. Menyeleksi perbuatan Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan menyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaaat bagi tujuan itu.35
c. Macam-macam Motivasi Pendapat
mengenai
klasifikasi
motivasi
bermacam-macam.
Beberapa ahli psikologi ada yang membagi motivasi menjadi dua, yaitu: 1. Motivasi Intrinsik Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah moti-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi itu intrinsik bila tujuannya inheren dengan situasi belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak didik untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam pelajaran itu. Anak didik termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilainilai dan pemahaman yang mendalam yang terkandung dalam bahan pelajaran, bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapat pujian, prestasi yang tinggi atau hadiah dan sebagainya. Anak yang memiliki motivasi intrinsik tidak memerlukan dorongan dari luar. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit sekali melakukan aktivitas belajar terus menerus. Sedangkan seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. 35
h. 70-71
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993), cet.8,
28
2. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar. Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang dipelajarinya. Misalnya untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar, kehormatan dan sebagainya. Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar siswa mau belajar. Guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai
membangkitkan
memanfaatkan
motivasi
minat
siswa
dalam
dalam
berbagai
belajar,
bentuknya.
dengan Kesalaan
penggunaan bentuk-bentuk motivasi ekstrinsik akan merugikan siswa. Akibatnya motivasi ekstrinsik bukan berfungsi sebagai pendorong, tetapi menjadikan siswa malas belajar. Karena itu, guru harus bisa dan pandai mempergunakan motivasi ekstrinsik ini dengan akurat dan benar dalam rangka menunjang proses interaksi edukatif di kelas.36 Motivasi ekstrinsik sering digunakan karena bahan pelajarn kurang menarik perhatiaan siswa atau karena sikap tertentu pada guru atau orang tua. Baik motivasi ekstrinsik yang positif maupun motivasi ekstrinsik yang negatif, sama-sama mempengaruhi sikap dan perilaku siswa. Dapat diakui bahwa angka, pujian hadiah dan sebagainya berpengaruh positif untuk merangsang siswa agar giat belajar. Sedangkan ejekan, celaan, hukuman dan lain sebagainya dapat berpengaruh negatif dengan renggangnya hubungan antara guru dengan siswa. Sehingga dampaknya yaitu mata pelajaran yang dipegang oleh guru menjadi tidak disukai oleh siswa.
36
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar… h. 149-151
29
d. Indikator Motivasi Belajar Sardiman menyebutkan bahwa motivasi memiliki indikatorindikator sebagai berikut: a. Tekun menghadapi tugas b. Ulet menghadapi kesulitan c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah d. Lebih senang bekerja mandiri e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin f. Dapat mempertahankan pendapatnya g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya. h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.37 Aspek-aspek
Motivasi
Belajar
Menurut
Frandsen
(dalam
Suryabrata, 2006), ada beberapa aspek yang memotivasi belajar seseorang, yaitu: a. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas. Sifat ingin tahu mendorong seseorang untuk belajar, sehingga setelah mereka mengetahui segala hal yang sebelumnya tidak diketahui maka akan menimbulkan kepuasan tersendiri pada dirinya. b. Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju. Manusia terus menerus menciptakan sesuatu yang baru karena adanya dorongan untuk lebih maju dan lebih baik dalam kehidupannya. c. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman-teman. Jika seseorang mendapatkan hasil yang baik dalam belajar, maka orang-orang di sekelilingnya akan memberikan penghargaan berupa pujian, hadiah dan bentuk-bentuk rasa simpati yang lain.
37
http://www.scribd.com/doc/36537893/12/Indikator-Motivasi, diambil pada hari Selasa, 28 Desember 2010
30
d. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan kooperasi maupun dengan kompetisi. Suatu kegagalan dapat menjadikan seseorang merasa kecewa dan depresi atau sebaliknya dapat menimbulkan motivasi baru agar berusaha lebih baik lagi. Usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik tersebut dapat diwujudkan dengan kerjasama bersama orang lain (kooperasi), atau pun bersaing dengan orang lain (kompetisi). e. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran. Apabila seseorang menguasai pelajaran dengan baik, maka orang tersebut tidak akan merasa khawatir bila menghadapi ujian, pertanyaan-pertanyaan dari guru dan lain-lain karena merasa yakin akan
dapat
menghadapinya
dengan
baik.
Hal
inilah
yang
menimbulkan rasa aman pada individu. f. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar. Suatu perbuatan yang dilakukan dengan baik pasti akan mendapatkan ganjaran yang baik, dan sebaliknya, bila dilakukan kurang sungguhsungguh maka hasilnya pun kurang baik bahkan mungkin berupa hukuman.38 Selain itu Johnson, Schwtzgebel dan Kalb menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki motivasi belajar yang tinggi dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut: a. Menyukai situasi atau tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi atas hasil-hasilnya dan bukan atas dasar untung-untungan, nasib, atau kebetulan. b. Memilih tujuan yang realistis tetapi menantang dari tujuan yang terlalu mudah dicapai atau terlalu besar resikonya. c. Mencari situasi atau pekerjaan di mana ia memperoleh umpan balik dengan segera dan nyata untuk menentukan baik atau tidaknya hasil pekerjaannya. 38
http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2009/Artikel 10504121.pdf, diambil pada hari minggu, 30 Januari 2011
31
d. Senang bekerja sendiri dan bersaing untuk mengungguli orang lain. e. Mampu menangguhkan pemuasan keinginannya demi masa depan yang lebih baik. f. Tidak tergugah untuk sekedar mendapatkan uang, status, atau keuntungan lainnya, ia akan mencarinya apabila hal-hal tersebut merupakan lambang prestasi atau suatu ukuran keberhasilan.39 Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hamzah B. Uno bahwa hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Lebih rinci hamzah B. Uno mengemukakan bahwa indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil 2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan 4) Adanya penghargaan dalam belajar 5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar 6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif.40 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hakikat motivasi belajar adalah adanya dorongan baik dari luar maupun dari dalam diri siswa untuk mengadakan suatu perubahan tingkah laku dengan beberapa indikator yang mendukungnya. Dalam penelitian motivasi belajar ini, akan digunakan indikator motivasi belajar yang dikemukakan oleh Hamzah B. Uno, yakni: adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, adanya 39 40
Djaali, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet. 4 h. 109 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi… h. 23
32
lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.
e. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Menurut De Decce dan Grawford ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar anak didik, yaitu: guru harus dapat menggairahkan anak didik, memberikan harapan yang realistis, memberikan insentif, dan mengarahkan perilaku anak didik ke arah yang menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Seperti yang dikutip Gage dan Berliner serta French dan Raven (dalam Syaiful Bahri Djamarah, 1994) menyarankan bahwa sejumlah cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu: 1) pergunakan pujian verbal, 2) pergunakan tes dan nilai secara bijaksana, 3) membangkitkan rasa ingin tahu dan hasrat eksplorasi, 4) melakukan hal yang luar biasa, 5) merangsang hasrat anak didik, 6) memanfaatkan apersepsi anak didik, 7) terapkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam konteks yang unik dan luar biasa agar anak didik lebih terlibat dalam belajar, 8) minta kepada anak didik untuk mempergunakan hal-hal yang sudah dipelajari sebelumnya, 9) pergunakan simulasi dan permainan, 10) perkecil daya tarik sistem motivasi yang bertentangan, 11) perkecil konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan terhadap anak didik dari keterlibatannya dalam belajar.41 Selain itu ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam meningkatkan motivasi belajar yaitu sebagai berikut: 1. Pernyataan penghargaan secara verbal. Pernyataan verbal terhadap perilaku yang baik atau hasil kerja atau hasil belajar siswa yang baik merupakan cara paling mudah dan efektif untuk meningkatkan motivasi belajar kepada hasil lbelajar yang baik.
41
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar…h. 169-173
33
2. Menggunakan
nilai
ulangan
sebagai
pemacu
keberhasilan.
Pengetahuan atas hasil pekerjaan merupakan cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. 3. Menimbulkan rasa ingin tahu. Rasa lingin tahu merupakan daya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Rasa ingin tahu dapat ditimbulkan oleh suasana yang dapat mengejutkan, keragu-raguan, ketidaktentuan, adanya kontradiksi, menghadapi masalah yang sulit dipecahkan, menemukan suatu hal yang baru, menghadapi teka-teki. Hal tersebut menimbulkan semacam konflik konseptual yang membuat siswa merasa penasaran, dengan sendirinya menyebabkan siswa tersebut berupaya keras untuk memecahkannya. Dalam upaya yang keras itulah motivasi belajar siswa bertambah besar. 4. Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa 5. Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa. Hal ini memberikan semacam hadiah bagi siswa pada tahap awal belajar yang memungkinkan siswa bersemangat untuk belajar selanjutnya. 6. Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar. Sesuatu yang telah dikenal siswa, dapat diterima dan diingat lebih mudah. Jadi, gunakan hal-hal yang telah diketahui siswa sebagai wahana untuk menjelaskan sesuatu yang baru atau belum dipahami oleh siswa. 7. Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu konsep dan prinsip yang telah dipahami. Sesuatu yang unik, tidak terduga dan aneh lebih dikenang oleh siswa daripada sesuatu yang biasa-biasa saja. 8. Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya 9. Menggunakan simulasi dan permainan. Simulasi merupakan upaya untuk menerapkan sesuatu yang dipelajari atau sesuatu yang sedang dipelajari melalui tindakan langsung. Baik simulasi maupun permainan merupakan proses yang sangat menarik bagi siswa.
34
Suasana yang sangat menarik menyebabkan proses belajar menjadi bermakna secara afektif atau emosional bagi siswa. 10. Memberi
kesempatan
kepada
siswa
untuk
memperlihatkan
kemahirannya di depan umum. Hal itu akan menimbulkan rasa bangga dan dihargai oleh umum. Pada gilirannya suasana tersebut akan meningkatkan motivasi belajar siswa. 11. Mengurangi akibat yang tidak meyenangkan dan pketerlibatan siswa dalam kegiatan belajar. Hal-hal positif dari keterlibatan siswa dalam belajar hendaknya ditekankan, sedangkan hal-hal yang berdampak negatif seyogyanya dikurangi. 12. Memahami iklim sosial dalam sekolah. Pemahaman iklim dan suasana sekolah merupakan pendorong kemudahan berbuat bagi siswa. Dengan pemahaman itu, siswa mampu memperoleh bantuan yang tepat dalam mengatasi masalah atau kesulitan 13. Memanfaatkan
kewibawaan
guru
secara
tepat.
Jenis-
jenis
pmanfaatan kewibawaan itu adalah dalam memberikan ganjaran, dalam pengendalian perilaku siswa, kewibawaan berdasarkan hukum, kewibawaan sebagai rujukan dan kewibawaan karena keahlian 14. Memperpadukan motif-motif yasng kuat 15. Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai. Makin jelas tujuan yang akan dicapai, makin terarah upaya untuk mencapainya. 16. Merumuskan tujuan-tujuan sementara. Agar upaya mencapai tujuan itu lebih terarah, maka tujuan-tujuan belajar yang umum seyogyanya dipilah menjadi tujuan sementara yang lebih jelas dan lebih mudah dicapai. 17. Membritahukan hasil kerja yang telah dicapai. Dalam belajar, hal ini dapat dilakukan dengan selalu memberitahukan nilai ujian atau nilai pekerjaan rumah. 18. Membuat suasana persaingan yang sehat di antara para siswa 19. Mengembangkan persaingan dengan diri sendiri
35
20. Memberikan contoh yang positif. Untuk menggiatkan belajar siswa, guru tidak cukup dengan cara memberi tugas saja, melainkan harus dilakukan pengawasan dan bimbingan yang memadai selama siswa mengerjakan tugas kelas. Selain itu, dalam mengontrol dan membeimbing
siswa
mengerjakan
tugas,
seyogyanya
guru
memberikan contoh yang baik.42
f. Pengukuran Motivasi Belajar Untuk mengukur motivasi belajar seseorang dapat dilakukan dengan menggunakan skala penilaian. Skala-skala penilaian dapat berupa bentuk kuesioner, inventori dan sikap terhadap skala-skala diri subyek kepada masing-masing pernyataan dengan menyetujui derajat dimana item yang bersangkutan berlaku padanya atau memberi ciri baginya yang terdapat pada suatu skala yang ditetapkan, biasanya terdiri atas tiga, lima atau bahkan lebih. Poin-poin ini biasanya diberi label dari “tidak pernah” atau “jarang” pada suatu sisi dari kontinum skala ini sampai pada “amat sering” atau “sering kali”. Pendekatan yang paling sering digunakan dalam pengukuran motivasi belajar adalah teknik skala penilaian model likert. Sedangkan alat ukur yang digunakan untuk variabel motivasi belajar dalam penelitian ini adalah skala motivasi belajar yang disusun berdasarkan indikator- indikator motivasi belajar yang dijelaskan oleh Hamzah B. Uno, yaitu; a) adanya hasrat dan keinginan berhasil, b) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, c) adanya harapan dan cita-cita masa depan, d) adanya penghargaan dalam belajar, e) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan f) adanya lingkungan belajar yang kondusif. Dalam penelitian ini, pada subyek anak yatim di SMP YPMS Kedaung Tangerang, penulis menggunakan alat ukur skala penilaian model likert, yakni subyek diminta untuk mengecek pernyataan yang 42
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya ....h. 34-36
36
sesuai dengan keadaan dirinya, dengan alternatif jawaban „sangat setuju‟, „setuju‟, „tidak setuju‟, dan „sangat tidak setuju‟. Penjelasan yang lebih lengkap akan dijelaskan pada bab III.
B. Kerangka Berpikir Prestasi belajar adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan belajar serta nilainilai yang terdapat dalam kurikulum. Prestasi belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa setelah menyelesaikan proses belajarnya yang ditunjukkan dengan angka-angka atau simbol-simbol tertentu menurut aturan dalam pendidikan. Tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu; faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri siswa, seperti; intelegensi, minat, bakat, motivasi dan gaya belajar), dan faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri siswa, seperti; lingkungan sekolah, masyarakat dan keluarga). Motivasi belajar merupakan faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Motivasi adalah dorongan atau kekuatan dari dalam diri seseorang yang mendorong orang untuk bertingkah laku atau berbuat sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam diri seseorang motivasi itu dapat berupa suatu kebutuhan, tujuan, cita-cita atau suatu hasrat atau keinginan yang merupakan daya gerak dari dalam diri untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dalam mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar merupakan daya penggerak siswa untuk melakukan aktivitas belajar agar prestasi belajarnya selalu meningkat. Pencapaian prestasi belajar yang optimal merupakan hal yang didambakan siswa, oleh karena itu siswa akan berusaha seoptimal mungkin untuk mencapai prestasi belajar yang baik. Siswa dapat mencapai prestasi belajar yang optimal apabila siswa tersebut memiliki motivasi belajar tinggi. Adapun indikator motivasi belajar yaitu; adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan
37
dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, adanya lingkungan belajar yang kondusif. Motivasi memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Peran motivasi yaitu sebagai pendorong manusia untuk berbuat, menentukan arah perbuatan yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai dan menyeleksi perbuatan. Dengan adanya motivasi, siswa akan tergerak untuk belajar dan melakukan berbagai aktivitas yang terencana agar tujuannya tercapai. Tujuan di sini yakni pengharapan akan tingginya prestasi belajar sebagai hasil dari proses belajar di sekolah. Anak yatim yang tidak memiliki orang tua, sekaligus akan kehilangan dorongan atau motivasi dari orang tua. Motivasi belajar bisa berasal dari dalam diri siswa (intrinsik) dan dari luar
diri siswa (ekstrinsik), karena
dengan adanya motivasi ini akan mempengaruhi semangat belajar anak yatim. Semakin tinggi motivasi anak yatim, maka akan semakin tinggi prestasi belajar mereka. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah motivasi anak yatim maka semakin rendah pula prestasi belajar mereka.
C. Hipotesis Penelitian Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu preposisi atau anggapan yang mungkin benar dan sering digunakan untuk dasar pembuatan keputusan dan penelitian lebih lanjut. Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: “Semakin tinggi motivasi belajar maka akan semakin tinggi pula prestasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam”. Berdasarkan hipotesis tersebut maka hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol (Ho) dapat dirumuskan. Adapun rumusan kedua hipotesis tersebut adalah sebagai berikut: Ha:
Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam.
Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam.
38
39
38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam metodologi penelitian ini akan dijelaskan mengenai tempat dan waktu penelitian, variabel penelitian, metode penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data dan teknik analisis data.
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di sekolah SMP YPMS Kedaung yang berlokasi di Jl. Masjid Darussalam No. 40 Rt 09/04 Kel. Kedaung Pamulang Tangerang Selatan. Waktu penelitian yaitu pada bulan Desember 2010.
B. Variabel Penelitian Kata “variabel” berasal dari bahasa Inggris “variable” dengan arti “ubahan”, “faktor tidak tetap”, atau “gejala yang diubah-ubah”.1 Dan variabel adalah sesuatu yang mempunyai nilai dan menjadi objek penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang dijadikan sebagai acuan dalam pengamatan, guna memperoleh data dan kesimpulan empiris mengenai
1
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), cet. 8, h. 36
38
39
hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam, yaitu: 1. Variabel bebas (Independent Variable) adalah variabel yang dapat memberikan pengaruh terhadap variabel lain. variabel bebas dalam penelitian ini adalah motivasi belajar (Variabel X). 2. Variabel terikat (Dependent Variable) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa (Variabel Y).
C. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian korelasional, yang bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel. Yaitu dengan cara menganalisis data kuantitatif yang diperoleh dari hasil penelitian yang berupa data dan informasi mengenai masalah hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar anak yatim. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas (Independent Variable) yaitu motivasi belajar (X) dan variabel terikat (Dependent Variable) yaitu prestasi belajar (Y). Penelitian korelasi bermaksud mengetahui sejauh mana suatu variabel berhubungan dengan variabel lain. Penelitian ini akan terlihat seberapa besar korelasi antara motivasi belajar dengan prestasi belajar anak yatim pada mata pelajaran PAI. Adapun sebagai pedoman penulisan skripsi ini, penulis menggunakan Buku Pedoman Penulisan Skripsi, yang disusun oleh Tim Penyusun Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
40
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan peristiwa sebagai sumber data dalam sebuah penelitian.2 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak yatim kelas VIII dan kelas IX di SMP YPMS tahun ajaran 2010-2011 yang berjumlah 31 orang. 2. Sampel Sampel adalah suatu proporsi kecil dari populasi yang seharusnya diteliti, yang dipilih atau ditetapkan untuk keperluan analisa.3 Dalam penelitian diperlukan suatu teknik pengambilan sampel yang sangat baik, sehingga data yang diperoleh merupakan representative data dari populasi yang ada. Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan total sampling. Total sampling yaitu salah satu teknik pemilihan sampel di mana seluruh individu dipilih sebagai anggota sampel. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 31 orang. 20 orang dari kelas VIII dan 11 orang dari kelas IX. Hal ini berdasarkan pendapat Amirul Hadi dan Haryono yang mengatakan bahwa: “ kalau populasinya sedikit, lebih baik semua dijadikan total sampel agar betul-betul representatif. Namun bila populasinya cukup banyak, agar mempermudah dapat pula dengan mengambil 50%, 25% atau minimal 10% dari populasi.”4
2
Herman Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian, ( Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 1992), h. 49 3 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1997), Cet. 8, h. 266 4
Amirul Hadi dan Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan Untuk IAIN, STAIN, PTAIS,
Semua Fakultas dan Jurusan Komponen MKK, (Bandung: Pustaka Setia, 1998)
41
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Angket (Questionnaire) Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna.5 Jadi, angket merupakan sejumlah daftar pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya. Angket yang digunakan terdiri dari 48 butir soal yang disebarkan kepada 31 orang siswa, 24 butir pernyataan yang bersifat positif, dan 24 butir pernyataan yang bersifat negatif. Kriteria yang digunakan dalam instrument angket motivasi belajar adalah skala Likert dengan metode Sumated Ratings, yaitu pernyataan-pernyataan yang menempatkan individu pada situasi yang menggambarkan dirinya dengan memilih salah satu dari empat alternatif jawaban yang disediakan, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). 6 Adapun kriteria skor alternatif jawaban pernyataan angket dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel III.1 Kriteria Penilaian Angket Alternatif Jawaban
5
Pernyataan Positif
Negatif
Sangat setuju
4
1
Setuju
3
2
Tidak setuju
2
3
Sangat tidak setuju
1
4
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 71 6 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2006), Cet.2, hal. 238
42
Adapun kisi-kisi instrument penelitian yang penulis gunakan dalam pembuatan angket adalah sebagai berikut : Tabel III.2. Kisi-Kisi Motivasi Belajar Siswa
No
Variabel
1 Motivasi Belajar
Dimensi
Indikator
Motivasi - Adanya hasrat dan keinginan intrinsik dan untuk berhasil motivasi ekstrinsik - Adanya dorongan dan
Nomor Butir Positif Negatif
3,9,20,36
10,19,27,44
5,16,31,41
4,18,26,47
2,17,28,43
15,24,32,40
8,12,29,39
14,35,42,48
6,13,30,46
11,22,33,38
Jumlah Item
kebutuhan belajar - Adanya harapan dan cita-cita masa depan - Adanya penghargaan dalam
48
belajar - Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar - Adanya lingkungan belajar
1,21,25,37
7,23,34,45
yang kondusif 2
Prestasi Belajar
Nilai raport Nilai raport siswa kelas VIII dan siswa IX semester I
-
-
b. Dokumentasi Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan dengan penelitian. Adapun data-data yang telah berhasil diperoleh dalam penelitian ini meliputi : profil sekolah, struktrur organisasi sekolah, keadaan siswa dan guru di SMP YPMS, serta sarana dan prasarana.
-
43
F. Teknik Pengolahan Data Yang dimaksud dengan teknik pengolahan data dalam pembahasan ini adalah langkah-langkah yang ditempuh oleh penulis untuk memperoleh hasil akhir dalam penelitian. Adapun langkah-langkah yang akan penulis tempuh dalam analisa ini adalah: 1. Uji Validitas Arikunto menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Jika istrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid sehingga valid berarti instrument tersebut dapat digunakan.7 Untuk menguji validitas tiap butir maka skor-skor yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Skor butir dipandang sebagai nilai X dan skor total dipandang sebagai nilai Y. Dengan diperolehnya indeks validitas tiap butir dapat diketahui dengan pasti butirbutir manakah yang tidak memenuhi syarat ditinjau dari validitasnya. Pada uji validitas angket ini menggunakan rumus Pearson Product Moment sebagai berikut :
: Keterangan
N x
N xy ( x)( y ) 2
( x ) 2 N y 2 ( y ) 2
:
= Koefisien Korelasi = Jumlah Skor Item = Jumlah Skor Total (Seluruh Item) = Jumlah Skor.8
n
7
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula ….h.
8
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula …h.
97 98
44
Suatu instrumen dapat dikatakan valid apabila hasil perhitungan didapat angka koefisien korelasi
>
yang dikonsultasikan pada taraf
signifikansi 0,05. Adapun penghitungan validitas tersebut dilakukan dengan menggunakan rumus Pearson yang terdapat dalam program SPSS. 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas suatu alat ukur pengukur adalah derajat keajegan, keterpercayaan, kestabilan, atau keterdalaman alat tersebut dalam mengukur apa saja yang diukurnya. Sifat ini penting dalam segala jenis pengukuran. 9 Metode pengujian reliabilitas instrument ini dapat dilakukan berbagai cara antara lain : Belah dua (split half) dan Sperman Brown, Kuder Richardson20 (KR-20), KR-21, Anova Hoyt dan Alpha.10 Dalam rangka menentukkan apakah sebuah instrumen memiliki daya keajegan mengukur (reliabilitas) yang tinggi atau belum, maka pengukuran pada penelitian ini bisa menggunakan rumus Alpha Cronboach, dengan rumus :
Keterangan
:
= Nilai Reliabilitas n
= Jumlah Item
1
= Bilangan Konstan = Jumlah varians skor tiap-tiap item = Varians Total.11
9
Arif Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), Cet-1, h. 310 10 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula… h. 102 11 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula… h.115
45
G. Teknik Analisis Data 1. Uji Korelasi Perhitungan korelasi menggunakan Product Moment. Di mana Product Moment Correlation adalah salah satu teknik untuk mencari korelasi antara dua variabel yang sering kali digunakan. Teknik korelasi ini dikembangkan oleh Karl Pearson. Rumus korelasi Product Moment Karl Pearson, yaitu: rxy =
N x
N xy ( x)( y ) 2
( x ) 2 N y 2 ( y ) 2
Keterangan: rxy
= koefisien korelasi variabel X dengan variabel Y
∑ XY
= jumlah dari hasil perkalian antara skor variabel X dan skor variabel Y
X
= skor variabel X
Y
= skor variabel Y
N
= Number of Case Tabel III.3 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai “r” Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,80 – 1,000
Sangat Kuat
0,60 – 0,799
Kuat
0,40 – 0,599
Cukup Kuat
0,20 - 0,399
Rendah
0,00 – 0,199
Sangat Rendah
Dengan adanya perhitungan yang bersifat lebih praktis, maka rumus manual Product Moment tersebut di atas dapat diproses dengan menggunakan program SPSS.
46
2. Perhitungan Koefisien Determinasi Perhitungan koefisien determinasi ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar hubungan variabel X dengan variabel Y yang dinyatakan dalam bentuk persen. Di mana rumus yang digunakan adalah rumus “Coefficient of Determination”
12
atau koefisien penentu yang dalam hal ini
digunakan untuk lebih memudahkan pemberian interpretasi angka indeks korelasi „r‟ product moment pada uji hipotesis di atas. Rumus Coefficient of Determination yaitu:
KD = r² x 100 % Keterangan: KD = Koefisien determinasi r
= Koefisien korelasi
Pengujian lanjutan yaitu uji signifikansi yang berfungsi apabila ingin mencari makna hubungan variable X terhadap Y, maka hasil korelasi PPM tersebut diuji dengan uji signifikansi dengan rumus : t hitung = r
Dimana: t hitung = Nilai t
12
r
= Nilai koefisien Korelasi
n
= Jumlah Sampel
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula….., h. 139
47
47
BAB IV HASIL PENELITIAN Dalam bab IV ini akan dijabarkan tentang profil panti asuhan YPMS, pelaksanaan penelitian, gambaran umum subyek penelitian, pengujian hipotesis dan pembahasan. Selanjutnya akan di uraikan masing-masing aspek sebagai berikut:
A. Profil Panti Asuhan YPMS Panti asuhan YPMS
(Yayasan Pembangunan Masyarakat Sejahtera)
adalah yayasan yang bergerak di bidang pendidikan dari tingkat SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Awalnya yayasan ini bernama panti asuhan “Al-Kautsar” yang kemudian berubah namanya menjadi panti asuhan “Yayasan Pembangunan Masyarakat Sejahtera (YPMS)”. Yayasan ini berdiri tahun 1989 yang terletak di Kedaung, Tangerang Selatan yang merupakan perwujudan dari anggota jamaah pengajian keliling yang mewakafkan bangunan rumah dan sebidang tanah dengan luas ± 200 m² yaitu dari keluarga Bapak H. Heru Sukartono.
47
48
Visi Panti Asuhan YPMS Adapun visi panti asuhan YPMS Kedaung adalah “Menciptakan generasi cerdas, sehat, handal, profesional, amanah, dan berakhlak mulia dengan pengetahuan yang luas dan keterampilan multi guna.” Misi Panti Asuhan YPMS Misi panti Asuhan YPMS adalah sebagai berikut: 1) Membimbing anak agar bisa menjadi kader yang beriman, bertakwa dan berakhlakul karimah. 2) Memberikan bekal ilmu agama dan membantu meringankan beban hidup anak asuh 3) Membantu mewujudkan impian anak asuh dalam hal pendidikan serta melayani anak dengan kasih sayang tanpa menarik biaya apapun 4) Memberikan bekal ilmu pengetahuan umum tingkat TK, SD, SMP, SMK, hingga perguruan tinggi 5) Memberikan pendidikan keterampilan tepat guna, seperti pendidikan komputer, otomotif, sablon, perikanan, perkebunan, terapi pengobatan, percetakan, pertukangan, dan menjahit 1. Struktur Organisasi YPMS Cabang Kedaung 2010-1015 Struktur kepengurusan panti asuhan YPMS cabang Kedaung periode 2010-2015 adalah: Ketua
: Drs. Abd. Syukur Wau
Sekretaris
: M. Alkadiri
Bendahara
: Masrur, S. Pd.I
Kabid Pendidikan
: Audigiulia Syahreza
Kabid Pesantren
: Nanan S. Pd.I
Sarana
: Sunardi
Logistik
: Muhammad Fauzi
Pembimbing Bahasa
: Abdul Mu’is
Pembimbing Otomotif
: Barjan
Pembimbing Komputer
: Sahal, S. Pd.I
Pembimbing Elektronik : Muhammad Fauzi
49
2. Keadaan Siswa dan Guru di Panti Asuhan YPMS Berikut akan dikemukakan jumlah siswa dan guru yang tinggal di panti asuhan YPMS Kedaung. Tabel IV.1. Data Siswa dan Guru di Panti Asuhan YPMS Kedaung Periode 2010-2011 No.
Tingkat
Kelas
Jumlah
Asal
1.
TK
-
7 orang
Jawa Barat, Tangerang, Jakarta
2.
SD
I
6 orang
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
II
12 orang
Timur, Banten, Jakarta, Sumatera
III
13 orang
Utara, Sumatera Barat
IV
10 orang
V
9 orang
VI
13 orang
I
10 orang
Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten,
II
20 orang
Jakarta, Sumatera Selatan, Sumatera
III
11 orang
Barat, Lampung, NTT, Madura
I
28 orang
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
II
17 orang
Timur, Banten, Jakarta, Sumatera
III
10 orang
Barat
14 orang
Jawa Tengah, Jakarta, Sumatera
3.
4.
5.
SMP
SMK
Mahasiswa
-
Selatan, Sumatera Barat, Lampung 6.
Guru Pengabdian
-
8 orang
-
7.
Guru Honorer
-
7 orang
-
8.
Pengurus
-
22 orang
-
Jumlah
207 orang
3. Pendidikan dan Kegiatan di Panti Asuhan YPMS Anak-anak asuh tinggal tetap di dalam asrama (Boarding School) panti asuhan. Mereka dididik dan dibimbing oleh para ustadz dan ustadzah untuk
50
mengikuti kegiatan rutin yaitu sekolah (SD, SMP, SMK) dan kegiatan Diniyah (mengaji). Mata pelajaran yang diajarkan di panti asuhan YPMS antara lain: a) Pendidikan Agama Islam b) Pendidikan Bahasa Arab c) Pendidikan Bahasa Inggris d) Matematika e) Akuntansi (khusus SMK), dan f) Keterampilan
4. Sarana dan Prasarana Pada suatu lembaga pendidikan sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor pendukung yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, karena semua itu tidak akan berjalan tanpa didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Adapun secara keseluruhan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh panti asuhan YPMS adalah sebagai berikut: 1. Tanah wakaf seluas 2200 m² 2. Masjid sunan Bonang luas 10x12 m² 3. Rumah wakaf seluas 15x20 m² (dijadikan sebagai lokal TK Pamastra, dapur dan kamar pengurus) 4. Bangunan seluas 3x5 m² MCK, SD, SMP, Guru 5. Lapangan bermain anak 6. Tempat parkir 7. Komputer 4 unit 8. Perpustakaan 9. Aquarium 10 unit 10. Matras tempat tidur 50 unit 11. Loker pakaian anak 15 unit 12. Ruang dan peralatan otomotif 13. Ruang dan peralatan elektronik 14. Gudang dan peralatan pertukangan 15. Ruang dan peralatan sablon, percetakan
51
B. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP YPMS Kedaung Tangerang Selatan. Pelaksanaan penyebaran skala diberikan langsung oleh peneliti kepada para siswa yang menjadi sampel penelitian, guna untuk memperoleh data yang diperlukan. Pelaksanaan penyebaran skala dilaksanakan pada: Hari
: Rabu
Tanggal
: 15 Desember 2010
Pukul
: 09.00 – selesai
Jumlah Subyek penelitiam
: 31 orang
Adapun prosedur penyebaran skala adalah sebagai berikut: 1. Penulis menemui kepala sekolah dan kepala yayasan SMP YPMS Kedaung Tangerang Selatan dengan membawa surat izin penelitian dari FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta menjelaskan maksud dan tujuan penyebaran skala, dan meminta izin penyebaran skala. 2. Penulis membagikan langsung skala kepada para siswa yang menjadi subyek penelitian. 3. Penulis mengumpulkan kembali skala yang telah diisi oleh paran siswa.
C. Gambaran Umum Subyek Penelitian Sebelum penulis membahas tentang hasil skala motivasi belajar dan data prestasi belajar siswa SMP YPMS Kedaung Tangerang Selatan, terlebih dahulu akan dikemukakan gambaran secara umum subyek penelitian atau analisis data kontrol. Dengan jumlah sampel sebanyak 31 anak yatim. Analisis data kontrol terdiri dari jenis kelamin, urutan kelahiran, jumlah anggota keluarga dan jenis bacaan yang dibaca.
52
Gambaran umum subyek berdasarkan jenis kelamin disajikan dalam tabel IV.2. Tabel IV.2. Gambaran Umum Anak Yatim di SMP YPMS Kedaung Berdasarkan Jenis Kelamin N: 31 Jenis Kelamin
Jumlah Siswa
Prosentase (%)
Perempuan
-
-
Laki-laki
31
100 %
Jumlah
31
100 %
Tabel IV.2. di atas menjelaskan mengenai jenis kelamin anak yatim SMP YPMS Kedaung. Anak yatim terdiri dari 31 orang laki-laki (100 %). Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh anak yatim YPMS adalah laki- laki. Gambaran umum subyek penelitian berdasarkan urutan kelahiran, disajikan dalam tabel IV.3. Tabel IV.3. Gambaran Umum Anak Yatim di SMP YPMS Kedaung Berdasarkan Urutan Kelahiran N: 31 Urutan Kelahiran
Jumlah Siswa
Prosentase (%)
1
11
35.5 %
2
5
16.1 %
3
7
22.6 %
4
4
12.9 %
5
3
9.7 %
6
-
-
7
1
3.2 %
Jumlah
31
100 %
53
Berdasarkan ditribusi mengenai urutan kelahiran anak yatim, yaitu ada 11 orang (35.5 %) anak pertama, 7 orang (22.6 %) anak ketiga, 5 orang (16.1 %) anak kedua, 4 orang (12.9 %) anak keempat, 3 orang (9.7 %) anak kelima, 1 orang (3.2 %) anak ketujuh. Dari tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar anak yatim di SMP YPMS Kedaung merupakan anak pertama. Gambaran umum subyek penelitian berdasarkan jumlah anggota keluarga, disajikan dalam tabel IV.4. Tabel IV.4. Gambaran Umum Anak Yatim di SMP YPMS Kedaung Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga N: 31 Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah Siswa
Prosentase (%)
1
2
6.4 %
2
2
6.4%
3
12
38.7%
4
3
9.7%
5
3
9.7%
6
3
9.7%
7
3
9.7%
8
3
9.7%
Jumlah
31
100 %
Tabel IV.4. di atas menunjukkan anak yatim di SMP YPMS Kedaung berdasarkan jumlah anggota keluarga, yaitu ada 38.7% (12 orang) berasal dari keluarga yang jumlahnya tiga orang, 9.7% (3 orang) berasal
dari
keluarga yang jumlah anggotanya empat orang, lima orang, enam orang, tujuh orang dan delapan orang masing-masing 9.7 %, sedangkan yang berasal dari keluarga yang jumlah anggotanya dua orang masing-masing 6,4 % (2 orang).
54
Dari tabel di atas terlihat bahwa pada umumnya anak yatim di SMP YPMS Kedaung berasal dari anggota keluarga yang jumlahnya tiga orang, yang dapat dikategorikan dalam keluarga kecil. Gambaran umum subyek penelitian berdasarkan jenis bacaan, disajikan dalam tabel IV.5. Tabel IV.5. Gambaran Umum Anak Yatim di SMP YPMS Kedaung Berdasarkan Jenis Bacaan N: 31 Jenis Bacaan
Jumlah Siswa
Prosentase (%)
Fiksi
8
25,8 %
Nonfiksi
23
74,2 %
31
100 %
Jumlah
Berdasarkan komposisi jenis bacaaan anak yatim di SMP YPMS Kedaung, yaitu sebanyak 23 orang (74,2%) menyukai bacaan nonfiksi, sedangkan yang menyukai bacaan fiksi 8 orang (25,8%). Jadi anak yatim di SMP YPMS Kedaung sebagian besar menyukai bacaan nonfiksi. Selanjutnya akan dijelaskan hasil analisis dan intrerpretasi data penelitian yang berasal dari skala motivasi belajar dan prestasi belajar anak yatim pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP YPMS Kedaung.
D. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan Pada bagian ini akan dikemukakan pengujian hipotesis penelitian. Analisis pengujian hipotesis berupa pemeriksaan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Sedangkan untuk mencari kontribusi dilakukan dengan menghitug koefisien determinasi. 1. Hasil Data Prestasi Belajar Sebelum mengemukakan hasil korelasi dari pengujian hipotesis, akan disajikan terlebih dahulu gambaran tentang prestasi belajar anak yatim di
55
SMP YPMS Kedaung yang diambil dari nilai raport semester I kelas VIII dan kelas IX pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) tahun ajaran 2010-2011. Tabel IV.6 menggambarkan proporsi prestasi belajar anak yatim di SMP YPMS Kedaung. Tabel IV.6. Proporsi Prestasi Belajar Anak Yatim di SMP YPMS Kedaung N : 31 Descriptive Statistics
Prestasi Belajar Valid N (listwise)
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Variance
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic Std. Error
Statistic
Statistic
31
60.00
75.00
68.5806
.79889
4.44803
19.785
31
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa nilai prestasi belajar anak yatim di SMP YPM Kedaung dengan jumlah responden (N) 31, yaitu nilai terendah sebesar 60, nilai tertinggi sebesar 75. Dan nilai rata-rata prestasi belajar anak yatim di SMP YPMS Kedaung adalah 68,5806 dengan standar deviasi sebesar 4.44803. Dapat disimpulkan bahwa nilai prestasi belajar anak yatim pada mata pelajaran PAI SMP YPMS Kedaung dalam taraf sedang (60 nilai terendah dan 75 nilai teringgi mengacu kepada norma pengukuran keberhasilan siswa SMP Kedaung Tangerang). Selanjutnya apakah variabel motivasi belajar berkorelasi positif dan bermakna dengan prestasi belajar anak yatim, dapat dilihat dari hasil pengujian hipotesis sebagai berikut:
2. Deskripsi Data Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Siswa Peneliti mengadakan perhitungan nilai koefisien korelasi antara motivasi belajar dengan Prestasi belajar siswa pada mata pelajarn PAI di SMP YPMS Kedaung dengan menggunakan analisis data pada program SPSS yang rumus perhitungannya menggunakan rumus koefisien korelasi Product Moment dari
56
Pearson. Perhitungan koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar anak yatim. Hasil perhitungan disajikan dalam tabel IV. 7 sebagai berikut: . Tabel IV.7. Hubungan Antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Anak Yatim pada Mata Pelajaran PAI di SMP YPMS Kedaung N : 31 Motivasi Belajar Motivasi Belajar
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Prestasi Belajar Anak Yatim
Prestasi Belajar Anak Yatim 1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.625
**
.000 31
31
**
1
.625
.000 31
31
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari hasil perhitungan korelasi antara motivasi belalajar dengan prestasi belajar anak yatim pada mata pelajaran PAI di SMP YPMS Kedaung diperoleh koefisien korelasi sebesar .625(r hit = .625) untuk menguji hipotesis r hitung dikonsultasikan dengan r tab Product Moment. Dengan memeriksa tabel nilai “r” Product Moment dapat diketahui bahwa pada taraf signifikansi 5% diperoleh r tab .325, sedangkan pada taraf signifikansi 1% diperoleh r tab .418, dapat disimpulakan bahwa perbandingan antara r hit dengan r tab, dimana r hit pada taraf signifikansi 5% maupun 1% lebih besar dibandingkan dengan r tab (.625 > .325/.418) dengan demikian berarti Hipotesis Nol (Ho) ditolak dan Hipotesis Alternatif (Ha) diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar anak yatim pada mata pelajaran PAI di SMP YPMS Kedaung.
57
Untuk melihat hubungan dan seberapa besar sumbangan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar anak yatim dan besar sumbangannya digunakan perhitungan koefisien determinasi. Hasil perhitungan disajikan pada tabel IV.8. Tabel. IV.8 Perhitungan Koefisien Determinasi Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Anak Yatim di SMP YPMS Kedaung N : 31 Model
R
1
R Square .625
a
Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
.390
.369
3.53250
a. Predictors: (Constant), prestasi belajar siswa
Dari tabel di atas, hasil perhitungan koefisien determinasi menunjukkan bahwa nilai korelasi sebesar .625 signifikan pada L.O.S. 0,05 (.325) dan 0,01 (.418) artinya ada hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar (variabel X) dengan prestasi belajar (variabel Y). Koefisien determinasi menunjukkan bahwa sumbangan motivasi belajar terhadap prestasi belajar Anak yatim di SMP YPMS Kedaung sebesar R² = 390 atau 39%. Dapat dikatakan bahwa pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar anak yatim di SMP YPMS Kedaung cukup berarti. Dari hasil Perhitungan koefisien korelasi antara motivasi belajar (X) dan prestasi belajar siswa (Y) didapat angka koefisien korelasi sebesar 0,625. KD = r² x 100 % = 0,625² x 100 % = 0,39 x 100 % = 39 %
58
Artinya variabel motivasi belajar memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar siswa sebesar 39 % dan sisanya 61% ditentukan oleh variabel lain. Pada perhitungan koefisien korelasi didapat nilai r sebesar 0,625 dengan koefisien determinasi sebesar 39 %. Di mana tingkat keterpengaruhan prestasi belajar oleh motivasi belajar siswa cukup tinggi. Untuk menguji signifikansi dengan menggunakan rumus t hitung :
= 0,625 √31-2 √1- 0,390 = 0,625 x 5,385 √0,61 = 3, 365 0,781 = 4,18 Kaidah pengujian : Jika t hitung ≥ t table, maka tolak Ho artinya signifikan dan t hitung ≤ t table, maka Ho artinya tidak signifikan Berdasarkan perhitungan t hitung, α = 0,05 dan n = 31, uji satu pihak; dk = n-2 = 31-2 = 29 sehingga diperoleh t table = 1,699 Ternyata t hitung lebih besar dari t tabel, atau 4,18 ≥1,699, maka Ho ditolak, artinya Ada Hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa. Selanjutnya pada Bab V akan dipaparkan kesimpulan penelitian dan saran.
59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab terakhir ini akan disajikan kesimpulan hasil penelitian berdasarkan analisis data dan saran-saran yang berkaitan dengan penelitian.
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian serta pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI. Hal ini dilandaskan atas: 1. Motivasi belajar sangat berkaitan erat dengan prestasi belajar siswa di sekolah. Sehingga memunculkan anggapan bahwa prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan adanya motivasi belajar baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik. 2. Hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam studi penelitian pada anak yatim di SMP YPMS Kedaung menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan, terbukti dengan tingginya nilai hasil analisis data yang diperoleh dan besarnya sumbangan yang diberikan terhadap prestasi belajar. Dapat dikatakan bahwa motivasi belajar sangat berperan terhadap prestasi belajar anak yatim di sekolah. Di mana kalau motivasi belajar anak yatim tinggi maka 59
60
proses pembelajaran anak yatim di sekolah dapat mencapai kesuksesan, sehingga akan mencapai prestasi belajar yang optimal. Jadi semakin tinggi motivasi belajar, maka akan semakin baik pula prestasi belajar mereka di sekolah.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah di kemukakan di atas, maka untuk meningkatkan prestasi belajar anak yatim agar lebih baik, ada beberapa saran yang yang dapat dikemukakan, yaitu: 1. Anak yatim hendaknya lebih meningkatkan motivasi belajar, terutama motivasi belajar dalam mempelajari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang optimal. 2. Guru hendaknya memotivasi anak yatim dengan cara memberikan harapan yang realistis, memberikan insentif, dan mengarahkan perilaku siswa ke arah yang menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Selain itu pergunakan pujian verbal, pergunakan tes dan nilai secara bijaksana, membangkitkan rasa ingin tahu dan hasrat eksplorasi, melakukan hal yang luar biasa, merangsang hasrat anak didik, memanfaatkan apersepsi anak didik, terapkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam konteks yang unik dan luar biasa agar anak didik lebih terlibat dalam belajar dan pergunakan simulasi dan permainan. Agar anak yatim memiliki semangat dan motivasi belajar yang tinggi sehingga anak yatim dapat mencapai prestasi belajar yang optimal. 3. Pada peneliti, untuk lebih mengembangkan penelitian tentang hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar anak yatim pada mata pelajaran PAI dan ditambah dengan variabel lain yang terkait seperti konsep diri.
DAFTAR PUSTAKA
Referensi dari Buku Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendeklatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Belajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Azhari, Akyas, Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Teraju, 2004. B. Uno, Hamzah, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009. Depdikbud, Kamus besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988. Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Furchan, Arif, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004. Hadi, Amirul dan Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan Untuk IAIN, STAIN, PTAIS, Semua Fakultas dan Jurusan Komponen MKK, Bandung: Pustaka Setia, 1998. Jhony, Raka, Pengukuran dan Penilaian Pendidikan, Surabaya: Karya Anda, 1986. M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997. Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep
dan
Implementasi
Kurikulum
2004,
Bandung:
Remaja
Rosdakarya, 2006. Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2006. Purwanto, Ngalim, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: Rosda Karya, 1994. _______, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993.
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula, Bandung: Alfabeta, 2009. Rusyan, A. Thabrani, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung; Remaja Rosdakarya, 1989. Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996. _______, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993. Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007. Shofan, Moh., Pendidikan Berparadigma Profetik Upaya Konstuktif Membongkar Dikotomi Sistem Pendidikan Islam, Jogjakarta: UGM Press, 2004. Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1997. Suralaga, Fadilah dkk, Psikologi Pendidikan dalam Persepektif Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005 Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009 Syaiful Bahri Djamarah Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya: Usaha Nasional, 1994. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007. _______, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurukulum KTSP, Jakarta: Kencana, 2009. Undang-undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003, Jakarta: Sinar Grafika, 2003. W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grasindo, 1996. Warsito, Herman, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 1992.
Referensi dari Artikel http://www.scribd.com/doc/36537893/12/Indikator-Motivasi, diambil pada hari Selasa, 28 Desember 2010 http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2009/Artikel. pdf, diambil pada hari minggu, 30 Januari 2011