HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA WANITA DI PT PELITA TOMANGMAS KARANGANYAR
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan oleh : SUKATRI MELANI JUMILAH F 100 100 003
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
1
HUBUNGAN ANTARA KONFIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA WANITA DI PT PELITA TOMANGMAS KARANGANYAR
NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan oleh : SUKATRI MELANI JUMILAH F 100 100 003
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
2
3
HUBUNGAN ANTARA KONFIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA WANITA DI PT PELITA TOMANGMAS KARANGANYAR Sukatri Melani Jumilah Drs. Mohammad Amir, M.Si
[email protected] Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Abstraksi: Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara konflik peran ganda dengan stres kerja pada wanita. Hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan positif antara konflik peran ganda dengan stres. Subjek dalam penelitian ini adalah seorang karyawan wanita di PT Pelita Tomangmas Karanganyar dengan karakteristik sudah menikah dan seorang ibu rumah tangga, tidak menikah tapi memiliki anak. Jumlah subjek pada penelitian ini yaitu 80 karyawan. Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif. Analisi data menggunakan teknik korelasi Pearson terpenuhinya uji normalitas dan uji linieritas yang menjadi syarat di laksanakannya analisis data menggunakan teknik korelasi pearson.Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara konflik peran ganda dengan stres kerja, dapat dilihat dari nilai korelasi (r) sebesar 0,591 dengan p = 0,000 (p<0,01). Hasil kategorisasi diketahui bahwa variabel konflik peran ganda memiliki rerata empirik sebesar 127,44 dan rerata hipotetik sebesar 115 yang berarti tergolong sedang. Variabel stres kerja memiliki rerata empirik sebesar 129,04 dan rerata hipotetik sebesar 92,5 yang berarti tergolong sangat tinggi. Sumbangan konflik peran ganda terhadap stres kerja sebesar 34,92 %. Sisanya sebesar 65,08 % dipengaruhi oleh faktor lain diluar konflik peran ganda. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan positif antara konflik peran ganda dengan stres kerja pada wanita.
Kata Kunci :Konflik Peran Ganda, Stres Kerja 4
THE CORRELATION BETWEEN DOUBLE ROLE CONFLICT BY WORK STRESS AT WOMAN IN PT PELITA TOMANGMAS KARANGANYAR Sukatri Melani Jumilah Drs. Mohammad Amir, M.si
[email protected] Psychology Faculty of Muhammadiyah Surakarta Univeristy
Abstract: this research purpose was to identify the correlation between double role conflict by work stress at woman. Hypothesis from this research was there was positive correlation between double role conflict by stress. Subjek in this research was a woman employees in PT Pelita Tomangmas Karanganyar with the characteristic have a married and a housewife, live single but have the child. Sum up the subject in this research that was 80 employees. Research method use the quantitative method. The data analyze use correlation Pearson technique fufilled of normality test and linierity test becoming condition in executing it, the data analyze was use correlation pearson technique. The data analyze result was showing that there was positive correlation between double role conflict by work stress, can be knowable from correlation value (r) equal to 0,591 with p = 0,000 (p<0,01). Categorisation result known that double role conflict variable have empiric mean equal to 127,44 and hipotetic mean equal to 115 have a meaning middle of. Work stress variabel have empiric mean equal to 129,04 and hipotetic mean equal to 92,5 have a ameaning very high. Double role conflict contribution to stres work equal to 34,92%. The rest equal to 65,08% influenced by the other factors outside double role conflict. Conclusion from this research was there was positive correlation between double role conflict with works stress at woman.
Kata Kunci : Double Role Conflict , Work Stress
5
sebut juga emansipasi wanita, dimana
PENDAHULUAN Perkembangan dan pertumbuhan
wanita memiliki kedudukan dan hak
ekonomi yang sangat pesat membuat
yang
sama
seperti
banyak harga-harga kebutuhan rumah
menjadikan
tangga, angkutan umum dan biaya
memutuskan untuk mencari pekerjaan
rumah sakit semakin mahal dan tidak
untuk mendapatakan penghasilan agar
terjangkau untuk kalangan berekonomi
dapat membantu menopang kebutuhan
rendah. Hal ini menyebabkan banyak
sehari-harinya. Salah satu alasan wanita
wanitayang biasanya bertugas untuk
yang telah menikah tetap bekerja adalah
menjadi ibu rumah tangga ikut serta
untuk
dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
memenuhi kebutuhan-kebutuhan rumah
rumah tangga dan pengeluaran tiap
tangga
bulannya, karena itu banyak sering kali
perekonomian keluarga.
banyak
membantu
dan
pria.
Hal
wanita
suami
juga
ini yang
mereka
mendukung
kita jumpai wanita yang bekerja di
Berdasarkan hasil penelitian yang
pabrik. Menurut Davis (1991) faktor
dilakukan oleh Rini (2006) untuk
yang
mengurangi tingkat stres kerja pada
mendorong
manusia
bekerja
adalah adanya kebutuhan yang harus
wanita
dipenuhi.
lingkungan kerja yang menyenangkan
Teknologi
yang
semakin
yang bekerja membutuhkan
dan memberi ruang bagi individu untuk
canggih dan budaya barat yang mulai
melakukan
berkembang diindonesia membuat nilai
Membentuk lingkungan yang kondusif
budaya
seperti sangatlah tidak mudah bagi
yang ada hilang sehingga
berbagai
sekarang ini tidak ada lagi perbedaan
sebuah
antara wanita dan pria atau sering di
Berdasarkan penilitian yang dilakukan
6
perusahaan
permainan.
atau organisasi.
oleh Nyoman Triaryati (2003) karyawan
sebagai
wanita telah terbukti menderita depresi
terhadap kondisi yang mengancam yang
dan
disebut dengan stres. Menurut Rice
mengalami
stres
lebih
cepat
bentuk
penyesuaian
dibandingkan pria, merupakan korban
(Pratama,2010),
terbesar dalam work-family conflict.
dikategorikan mengalami stres kerja
Ketika
jika
karyawan
wanita
tersebut
urusan
seseorang
diri
stres
dapat
yang
dialami
menghadapi situasi kerja yang kurang
melibatkan juga pihak organisasi atau
menyenangkan yang dialaminya karena
perusahaan tempat individu bekerja.
tidak adanya adaptasi yang dibutuhkan
Penyebabnya tidak hanya di dalam
oleh mereka, maka dengan mudahkan
perusahaan, karena
timbul
tangga yang terbawa kepekerjaan dan
stres
yang
kemudian
yang
rumah
berpengaruh pada kepuasan mereka
masalah
dalam bekerja.
kerumah dapat juga menjadi penyebab
Menurut Settless, dkk (Pratama,
pekerjaan
masalah
terbawa
stres kerja.
2010) yang menyebutkan bahwa peran
Untuk memahami sumber stres
ganda yang dijalankan wanita, baik
kerja, kita harus melihat stres kerja ini
sebagai ibu rumah tangga maupun
sebagia interaksi dari beberapa faktor,
sebagai wanita yang bekerja, dapat
yaitu stres di pekerjaan itu sendiri
menimbulkan
konflik
sebagai
konflik
internal seperti karakter dan persepsi
intrapersonal
konflik,
baik
maupun
interpersonal. Konflik
faktor
eksternal,
danfaktor
dari karyawan itu sendiri. Dengan kata yang
berkepanjangan
lain, stres kerja tidak semata-mata
dapat menyebabkan timbulnya respon
disebabkan masalah internal, sebab
fisiologis, psikologis dan tingkah laku
reaksi terhadap stimulus akan sangat
7
tergantung
reaksi
subjektif
kelelahan sehingga mengalami sakit
masing-masing.
Beberapa
kepala karena beratnya pekerjaan yang
sumber stres dianggap sebagai sumber
diberikan oleh atasan karena banyak
stres kerja karena kondisi pekerjaan,
pemesanan di pabrik karyawan ini
stres
hubungan
bekerja. Berdasarkan aspek psikologis,
kesempatan
karyawan mengaku merasa tekanan
individu
pada
karena
peran,
interpersonal, pengembangan
karir,
dan
struktur
yang diberikan oleh atasan sangat
organisasi (Rice dalam Pratama, 2010). Permasalahan
mereka
terbebani
hingga
karena
membuat para pekerja frustasi dan
wanita yang sudah menikah dan bekerja
mudah marah, dan lingkungan yang ada
dituntut untuk dapat mengerjakan dua
di
peran
kenyataanya
membuat karyawan ingin cepat pulang.
dua
peran
Kemudian terakhir berdasarkan aspek
sekaligus tidak dapat membagi waktu
perilaku, beberapa karyawan mengaku
antara pekerjaannya ditempat kerja dan
ada
tugasnya sebagai seorang ibu rumah
bermalas-malasan
tangga.
terkadang
sekaligus
wanita
yang
tetapi
memiliki
Menurut
beberapa
muncul
mebuat
kesaksian
karyawati
PT
dari Pelita
pabrik
kurang
beberapa
menyenangkan
rekan
mereka
saat
meminta
yang
bekerja
bantuan
dan rekan
lainnya atau bahkan meminta rekan
Tomangmas, peneliti menemukan fakta
lainnya
dari pengakuan beberapa karyawan
mereka, banyak dari mereka yang jika
berdasarkan aspek stres kerja yaitu fisik,
memiliki
psikologis, dan perilaku. Berdasarkan
tersinggung
aspek
menyatakan
produktivitasnya di pabrik menurun.
bahwa karyawan sering mengalami
Subjek juga merasa bersalah jika harus
fisik,
karyawan
8
unutk
mengerjakan
masalah sehingga
akan
tugas
mudah
kinerja
dan
meninggalkan dan menitipkan anak
dan ketidaknyamanan psikologis. Stres
mereka pada orang tua yang sudah tua
yang biasa wanita alami bisa di
atau
mereka.
sebabkan oleh banyaknya tekanan baik
Tidak dapat menyiapkan makan siang
dari atasan tempat bekerja maupun
untuk suami dan harus bekerja sampai
tekanan tuntutan di rumah. Di tempat
sore sehingga jarang memiliki waktu
kerja wanita di tuntut bekerja sesuai
untuk
keluarga
dengan kebijakan yang ada di tempat
mereka. Rasa bersalah membuat subjek
kerja dan biasa menuntut wanita untuk
ingin berhenti bekerja, tapi jika tidak
bekerja lebih dari 12 jam perhari. Saat
bekerja mereka tidak dapat membantu
di rumah wanita di tuntut untuk
perekonomian keluarga.
mengurus semua kebutuhan yang di
orang-orang
berkumpul
terdekat
dengan
perlukan suami dan anak jika memang
Penelitian yang dilakukan oleh
sudah
Rice (1999) wanita yang mengalami
atau
dan laki-laki didapatkan hasil rata-rata
dan
laki-laki didapatkan rata-rata sebesar
diskriminasi
ditempat
kerja
Konflik dapat
yang
menyebabkan
tingkah
laku
sebagai
bentuk
penyesuaian diri terhadap kondisi yang
adanya
mengancam yang disebut dengan stres.
seperti
Rice
peraturan yang berbeda pekerja wanita dan laki-laki, atasan
kadang
timbulnya respon fisiologis, psikologis
stres ditempat kerja, sedangkan pada
disebabkan
suami.
berkepanjangan
sebesar 28% wanita yang mengalami
ini
dan
orang tua wanita ataupun orang tua pria
laki, perbandingan stres kerja wanita
hal
anak
mengurus keperluan orang tua baik
stres kerja lebih tinggi dibanding laki-
20%,
memiliki
(1992),
seseorang
dapat
dikategorikan mengalami stress kerja
yang kurang
jika
bijaksana, waktu kerja yang terlalu lama
9
urusan
stres
yang
dialami
melibatkan juga pihak organisasi atau
banding
pria
karena
tekanan
dari
perusahaan tempat individu bekerja.
pekerjaan dan tekanan dari keluarganya.
Namun penyebabnya tidak hanya di Wanita dalam
perusahaan,
karena
yang
berperan
ganda
masalah merupakan topik yang ingin dikaji oleh
rumah
tangga
yang
terbawa
ke peneliti.Sehingga didapatkan rumusan
pekerjaan dan masalah pekerjaan yang masalah yang penulis ajukan adalah terbawa ke rumah dapat juga menjadi sebagai
berikut
:
”Apakah
ada
penyebab stres kerja. hubungan antara konflik peran ganda Berdasarkan uraian diatas dapat
dengan stress kerja pada wanita?”
disimpulkan bahwa wanita yang ikut Berdasarkan rumusan masalah di
bekerja untuk membantu suaminya,
atas maka penulis ingin mengadakan
memenuhi kebutuhan-kebutuhan rumah
penelitian dengan judul: Hubungan
tangga akan mengalami konflik peran atau
work-family
conflict
antara Konflik Peran Ganda dengan
antara
Stress Kerja Pada Wanita
kewajibannya mengurus rumah dan kewajibannya
ditempat
bekerja.
Penelitian yang dilakukan bertujuan
Ditempat kerja wanita dituntut oleh
untuk mengetahui:
atasannya untuk dapat menyelesaikan 1. Hubungan
antara
konflik
peran
semua pekerjaan dengan baik tanpa ganda dengan stress kerja pada atasannya mau mengetahui masalah wanita. yang
dihadapi
wanita
yang
telah 2. Tingkat konflik peran ganda pada
menikah dan membuat wanita tertekan. wanita. Wanita lebih cepat mengalami stres di 3. Tingkat stress kerja pada wanita.
10
4. Peran konflik peran ganda terhadap
ganda dan stres kerja. Subjek dalam
stres kerja.
penelitian ini adalah karyawan PT Pelita
Manfaat dari penelitian ini adalah
Tomangmas dengan karakteristik : (1)
sebagai berikut :
Karyawati PT Pelita Tomangmas; (2)
1. Manfaat teoritis
telah menikah atau telah memiliki anak.
Manfaat penelitian
ini
teoritis
dari
adalah
untuk
Jumlah subjek dalam penelitian ini berjumlah 80 karyawan.
memperkaya
dan
menambah
Metode pengumpulan data pada
pengetahuan
yang
berhubungan
penelitian ini menggunakan pendekatan
dengan ilmu psikologi khususnya di
kuantitatif dengan menggunakan dua
bidang psikologi industri terutama
skala yaitu skala konflik peran ganda
konflik peran ganda dan stres kerja.
dan skalastres kerja.
2. Manfaat praktis Manfaat
a. Skala konflik peran ganda yang praktis
dari
digunakan
adalah
skala
yang
penelitian ini yaitu penelitian ini
disusun oleh Pratama (2010) dan
diharapkan
telah dimodifikasi penulis. Skala ini
dapat
memberikan
masukan kepada perusahaan dan
memiliki
karyawan
dalam
mengunakan formula aiken dari
mengatasi konflik peran ganda dan
penilaian relevansi butir aitem oleh
stres kerja yang terjadi didalam
3 ahli dan memiliki nilai reliabilitas
pabrik.
alpha cronbach sebesar 0,901.
perusahaan
nilai
validitas
isi
b. Skala stres kerja yang digunakan
METODE PENELITIAN
adalah skala yang disusun oleh
Variabel yang digunakan untuk
Widyanto
penelitian ini adalah konfllik peran 11
(2013)
dan
telah
dimodifikasi
ini
semakin
isi
Sebaliknya semakin rendah konflik
mengunakan formula aiken dari
peran ganda maka semakin rendah stres
penilaian relevansi butir aitem oleh
kerjanya.
memiliki
penulis. nilai
Skala
validitas
3 ahli dan memiliki nilai reliabilitas
tinggi
Hasil
pula
yang
stres
kerja.
didapat
alpha cronbach sebesar 0,750.
pengujian
Teknik analisis data yang digunakan
bahwa ada hubungan yang sangat
pada penelitian ini adalah korelasi
signifikan antara variabel konflik peran
Pearson.
ganda dan stres kerja. Hal tersebut
HASIL
PENELITIAN
ditunjukkan
DAN
korelasi
hipotesis
menunjukkan
dengan
analisis
data
korelasi pearson, r = 0,591 dengan p =
PEMBAHASAN Uji
hipotesis
dari
menggunakan
Parametrik
uji
0,000 (p<0,01). Hasil ini menunjukkan
Pearson
hubungan
kedua
variabel
sangat
dikarenakan uji korelasi Parametrik
signifikan.
Nilai
r
positif
terpenuhi, yaitu uji asumsi seperti uji
menunjukkan
normalitas dan uji linieritas.
positif diantara kedua variabel, yaitu
arah
yang hubungan
yang
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh
semakin tinggi skor konflik pera ganda
Correlation Coefficientr = 0,591 dengan
maka semakin tinggi pula skor stres
p = 0,000 (p<0.01). Hasil tersebut
kerja, begitupun sebaliknya. Hasil ini
menunjukkan bahwa ada hubungan
sesuai dengan hipotesis peneliti yaitu
positif yang sangat signifikan antara
ada hubungan positif antara konflik
konflik peran ganda dengan stres kerja.
peran
Hal ini menunjukkan bahwa semakin
Hipotesis
tinggi
mengindikasikan bahwa konflik peran
konflik
peran
ganda
maka
12
ganda
dengan
penelitian
stres yang
kerja. diterima
ganda
dapat
memprediksikan
stres
subjek penelitian tergolong sedang.
kerja.
Kondisi ini dapat menunjukan bahwa Cooper
(2010)
mengatakan
dalam penelitian ini karyawati PT Pelita
bahwa salah satu faktor penyebab
Tomangamas Karanganyar mengalami
terjadinya konflik peran ganda pada
konflik
wanita adalah stres
sedang.
Masalahnya, menghadapi wanita tangga.
karena peran.
wanita konflik
karir
bekerja peran
sekaligus
Terutama
ini
rumah
dalam
alam
ganda
dengan
taraf
Rerata empirik pada variabel stres
sebagai
ibu
peran
kerja
sebesar
129,04
dan
rerata
hipotetiknya sebesar 92,5 yang berarti tingkat
stres
kerja
pada
subjek
tergolong
sangat
tinggi.
kebudayaan Indonesia, wanita sangat
penelitian
dituntut perannya sebagai ibu rumah
Kondisi ini menunjukan bahwa dalam
tangga yang baik dan benar sehingga
penelitian ini karyawati PT Pelita
banyak
yang merasa
Tomangamas Karanganyar mengalami
bersalah ketika harus bekerja. Perasaan
stres kerja dengan taraf yang sangat
bersalah ditambah dengan tuntutan dari
tinggi.
wanita
karir
dua sisi, yaitu pekerjaan dan ekonomi rumah
tangga,
menyebabkan
Sumbangan efektif konflik peran
sangat
berpotensi
ganda terhadap stres kerja adalah
wanita
bekerja
sebesar 34,92 % yang ditunjukkan
mengalami stres. Rerata
empirik
dengan nilai r kuadrat sebesar 0,349. pada
variabel
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
konflik peran ganda sebesar 127,44 dan
faktor-faktor lain sebesar 65,08 % yang
rerata hipotetiknya sebesar 115 yang
mempengaruhi stres kerja selain konflik
berarti tingkat konflik peran ganda pada
peran ganda seperti misalnya kinerja
13
kerja, gaya kepemimpinan otoriter,
beban
perilaku agresif, pembayaran upah atau
Kelemahan yang kedua pengambilan
peluang dalam bekerja.
data penelitian menggunakan skala yang
Hasil penelitian ini juga sesuai
kerja
yang
relatif
sama.
seluruhnya dititipkan dan dikordinir
dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh
oleh Benyamin (2008) pada karyawati
dilakukan sendiri oleh peneliti, agar
di CV Semoga Jaya Samarinda yang
peneliti
mengatakan
mengawasi dan memastikan sendiri
ada
hubungan
antara
konflik peran ganda dengan stres kerja.
bagian
personalia
dapat
sebaiknya
terjun
langsung
pengisian skala oleh karyawati
Berdasarkan hasil penelitian dapat
KESIMPULAN
diketahui ada hubungan positif yang
Berdasarkan
sangat signifikan antara konflik peran
pembahasan yang telah diuraikan maka
ganda dengan stres kerja, namun hasil
dapat ditarik kesimpulan bahwa :
penelitian
1.
ini
memiliki
beberapa
kelemahan.
hasil
penelitian
dan
Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara konflik peran
Kelemahan yang pertama subyek
ganda dengan stres kerja pada
penelitian yang berjumlah 80 orang
wanita yang bekerja di PT Pelita
yang terdiri dari 78 orang bagian
Tomangmas.
produksi dan 2 orang satpam, 2 satpam
2.
Tingkat konflik peran ganda pada
membuat data penelitian tidak homogen
wanita yang bekerja di PT Pelita
sebaiknya hanya mengambil subyek
Tomangmas
bagian produksi saja agar data yang
tergolong sedang.
didapat homogen dan subyek penelitian
3.
seharusnya memiliki jam kerja dan
Karanganyar
stres kerja pada wanita yang bekerja di PT Pelita Tomangmas
14
Karanganyar
4.
tergolong
sangat
karyawan agar dapat mengatasi stres
tinggi.
kerja yang disebabkan oleh tugas
Sumbangan efektif (SE) variabel
pekerjaan dan tugas rumah tangga.
konflik peran ganda dengan stres
3. Bagi peneliti selanjutnya atau pihak-
kerja sebesar 34,92% yang berarti
pihak lainnya yang berkompeten
sangat signifikan.
dan berminat meneliti tentang stres kerja harus melihat faktor-faktor
SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan
yang
diperoleh,
lainnya selain konflik peran ganda
maka
jika ingin meneliti tentang stres
peneliti memberikan sumbangan saran
kerja,
pengisian
yang diharapkan dapat bermanfaat,
harus di kondinir dan di awasi
yaitu:
secara langsung oleh peneliti agar
1. Bagi bagian personalia, bagian sdm
pengisian instrumen sesuai dengan
dan bagian produksi hasil penelitian
ketentuan yang dibuat oleh peneliti,
ini dapat dijadikan informasi untuk
peneliti
menjadi cara mengatasi stres kerja
subyek di satu bagian agar data yang
yang dikarenakan adanya konflik
didapatkan homogen.
juga
skala/instrumen
harus
menetapkan
peran ganda yahg di alami karyawan
DAFTAR PUSTAKA
wanita.
Anogara, P. (2000). Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
2. Bagi
karyawati
yang
sekaligus Anorogo, P. dan Widiyanti, N. (2002). Psikologi dalam Perusahaan. Jakarta: Rineka Cipta.
menjadi seorang ibu dan seorang istri yang melakukan dua peran
Azwar, S. (1997). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
yaitu peran sebagai ibu rumah tangga dan peran sebagai seorang
15
Azwar, S. (2010). Tes Prestasi: Fungsi Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar Edisi II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Erdwins, C.J., Buffardi, L.C., Casper, W.J., O’Brien, A.S., (2001). The relationship of women’s role strain to social support, role satisfaction, and self-efficacy. Family Relations, 50 (3), 230239.
Azwar, S. (2011). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Egelman, Wiliam. (2004). Understanding families. New York: Pearson Education.
Azwar, S. (2013). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Feist, J. & Feist J. J. (2002). Theories of personality. Boston: Mc GrawHill.
Bandura, Albert. (1997). Self efficacy: The exercise of control. New York: W. H.
Hadi, S. (1990). Metodelogi Riset II. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Falkutas Psikologi UGM.
Business Organization. (2007). Encyclopædia Britannica. Encyclopædia Britannica 2007 Ultimate Reference Suite. Chicago: Encyclopædia Britannica.
Hadi, S. (2000). Statistik Jilid II. Yogyakarta: Andi. Hadi, S. (2001). Metodelogi Reasearch I. Yogyakarta: Andi.
Dayakisni, Tri & Yuniardi, Salis. (2004). Psikologi Lintas Budaya. Malang: UMM Press.
Hawari, Dadang. (2006). Manajemen Stres Kerja, Cemas, dan Depresi. Jakarta: Falkutas Kedokteran Universitas Indonesia.
Benyamin. (2008). Hubungan antara Konflik Peran Ganda dengan Stres Kerja pada Karyawati CV. SEMOGA JAYA SAMARINDA. Skripsi. Falkutas Psikologi. Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda.
Hurlock, E.B. (1999). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan (Edisi ke-5). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Bungin, Burhan. 2011. Metodelogi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmuilmu Sosial lainnya (Edisi kedua). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Hogg, MA., Vaughan, GM., (2002). Social psychology. Harlow: Prentice Hall. Indriyani, Azazah. (2009). Pengaruh Konflik Peran Ganda dan Stres Kerja terhadap Kinerja Perawat Rumah Sakit (Studi Kasus pada R.S Roemani). Tesis. Falkutas Manajemen Program Pasca Sarjana. Universitas Diponegoro.
Chaplin, J.P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Cooper, C.L. & Makin, P. 1995. Psikologi untuk Manajer (Edisi Pertama). Jakarta: Arcan. 16
Ivancevich, J.M , Konopaske, R dan Matteson, M.T . (2007). Perilaku dan Manajemen Organisai Jilid 1 Edisi 7. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Poerwadarmanti, W.J.S. (1984). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Sabri, A. (1993). Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Kusumawati, Martina. (2007). Hubungan Konflik Peran Ganda dengan Perilaku Agresif pada Wanita Karier. Naskah Publikasi. Falkutas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya. Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Sarwono, A.W.S. (2002). Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: C.V Rajawali Simamora, H. (1995). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YKPN.
Morrison, N. R. (2012). The Effects of Dual-Income Stress in Organizational Outcomes. East Texas Baptist University.
Suryabrata, S. (1990). Metodelogi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Suryabrata, S. (1998). Metodelogi Penelitian (Cetakan II). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Munandar, A.S. (2011). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Suwondo S.H, Nani. (2000). Kedudukan Wanita Indonesia dalam Hukum dan Masyarakat. Jakarta :Ghalia Indonesia.
Nasrudin, M.Si, Dr. H. Endin. (2010). Psikologi Manajemen. Bandung: Penerbit Pustaka Setia. Panda, Uttam Kumar. (2011). Role Conflict, Stress and Dual-Career Couples: An Empirical Study. The Journal of Family Welfare, Vol. 57, No 2.
Waluyo, Minto. (2013). Psikologi Industri. Jakarta: Akademia Pertama. Widyanto, P. (2013). Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Stres Kerja. Skripsi. Fakultas Psikologi. Universitas Muhammadiiyah Surakarta.
Prakoso, Bayu. (2014). Hubungan antara Berfikir Positif dengan Kecemasan Berbicara Didepan Umum. Skripsi (tidak diterbitkan). Falkutas Psikologi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Wolfman, B. S. (1992). Peran kaum wanita: Bagaimana menjadi cakap dan seimbang dalam aneka peran. Yogyakarta: Kanisius.
Pratama, M.Y. (2010). Hubungan antara Konflik Peran Ganda dengan Stres Kerja pada Wanita Bekerja. Skripsi. Falkutas Psikologi. Universitas Sumatera Utara.
17