HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS SATU SMK BUNDA MULIA Obed Christopher ABSTRACT This study aims to give an overview of the relationship between emotional intelligence with learning on student achievement and student class at Vocational High School Honor Mother of Jakarta. This study uses quantitative methods. The collection in this study using a questionnaire of emotional intelligence and grades of male and female students. Analytical techniques used to process research data analysis techniques are Pearson Product Moment correlation. Using the research method used is sampling Saturated and female students in vocational high schools Bunda Mulia Jakarta as many as 112 people. The results of these studies show that there is a relationship between emotional intelligence with learning achievement in grade one students and Vocational High School Honor Mother of Jakarta, but no significant relationship. This can be seen from the results of Pearson Product Moment correlation test of r = 0222, these results indicate that there is a relationship between emotional intelligence with learning achievement. Correlation test was then performed back to the five dimensions of emotional intelligence to know the dimensions anywhere that has a relationship, it turns out from the correlation test repeated on each dimension there are two-dimensional theories which have though weak correlation. The conclusion of this study is the result of student achievement and student there is no strong relationship with emotional intelligence, but there are other factors beyond emotional intelligence associated with learning achievement.
Keywords: Emotional Intelligence, Learning Achievement A. LATAR BELAKANG
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang memiliki kegiatan yang dijalankan secara teratur dan terencana dengan tujuan mengubah atau mengembangkan suatu perilaku yang diinginkan. Sekolah adalah sebuah lembaga formal yang didirikan sebagai sarana dalam rangka pencapaian tujuan serta 79
Vol. 4 No. 2 Oktober 2011 PSIBERNETIKA
penerapan pendidikan tersebut. Lingkungan sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang berbentuk lembaga diluar individu yang digunakan untuk menuntut ilmu. Bagi anak yang sudah sekolah, ini merupakan lingkungan sekunder yang akan dimasukinya selain lingkungan keluarga,Sarlito (2006). Pada umumnya informasi siswa didik di sekolah terhadap tugas-tugas dan pelajaran di sekolah terukur melalui prestasi belajar, yang dapat dilihat dari nilai rapor yang diraih oleh siswa dan siswi selama menempuh pendidikan di sekolah, Prestasi didefinisikan sebagai “hasil yang telah dicapai”, Satrio (2005). Lebih lanjutprestasi menunjukkan suatu upaya pencapaian seorang siswa/siswi dalam menempuh kegiatan belajar yang berbentuk hasil yaitu rapot atau laporan nilai setelah siswa/siswi mengikuti ulangan umum yang diadakan oleh sekolah setiap semester atau setiap kenaikan kelas. Belajar merupakan proses perubahan dari yang belum mampu menjadi mampu dalam jangka waktu tertentu agar cita-cita dapat tercapai sesuai harapan, Irwanto (1997). Faktor yang paling umum mempengaruhi prestasi belajar adalah kemampuan inteligensi, istilah intelegensi di populerkan oleh Thorndike pada tahun 1920. Pengukuran hasil inteligensi(IQ) seringkali menjadi faktor penentu dalam kesuksesan prestasi belajar anak, Murjono (1996).Kecerdasan emosi adalah, “suatu kemampuan yang dapat mengerti emosi diri sendiri dan orang lain, serta
mengetahui
bagaimana
emosi
diri
sendiri
terekspresikan
untuk
meningkatkan maksimal etis sebagai kekuatan pribadi”,kecerdasan intelegensi (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah kecerdasan emosi. Sebuah penelitian dari National Center for Clinical Infant Programs (1992) dalam Goleman (1995) menyatakan bahwa keberhasilan di sekolah bukan hanya kemampuan seorang siswa atau kemampuan dirinya secara intelegensia yang baik secara intelligence quotient (IQ), melainkan berasal dari ukuran emosional dan sosial. Terdapat juga hasil penelitian di University of Vermont(1970) yang bisa menjelaskan mengapa kecerdasan emosi berperan dan berhubungan dengan keberhasilan seorang individu yaitu mengenai analisis struktur neurologis otak manusia dan penelitian perilaku.
Penelitian sejenis sudah pernah dilakukan oleh Suryagomo (2010) dengan subjek dan situasi yang berbeda yaitu subjek mahasiswa Psikologi Universitas Bunda Mulia. Hasilnya tidak ada “hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi mahasiswa Psikologi Universitas Bunda Mulia” dengan hasil uji korelasi Pearson Product Moment sebesar r = -0.219. Penelitian sejenis juga pernah dilakukan penelitian oleh Sawitri (2004) dengan judul“hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas II SMU Lab School Jakarta Timur”. Hasil dari penelitian Sawitri nilai koefisien reliabilitas yang diperoleh sebesar r = 0,953, yang hasilnya memiliki hubungan, dari penelitian-penelitian sebelumnya tersebutingin menguji kembali apakah ada hubungan atau tidak ada hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar, pengujian ini juga dilakukankembali dengan spesifik, membaginya pada setiap dimensi kecerdasan emosional yang berguna untuk mengetahui dimensi mana saja yang memiliki peranan pada prestasi belajar di salah satu SMK Bunda Mulia di Petojo Jakarta Pusat.
B. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa SMK Bunda Mulia.
C. TINJAUAN TEORI 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Goleman (1995) mendefinisikan tentang kecerdasan emosional terbaru yang terbagi menjadi lima wilayah utama, yaitu :Pertama Mengenali emosi diri. Kesadaran diri – mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi – merupakan dasar kecerdasan emosional. Kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan pemahaman diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan kita yang sesungguhnya membuat kita berada dalam kekuasaan perasaan. Orang yang memiliki keyakinan yang 81
Vol. 4 No. 2 Oktober 2011 PSIBERNETIKA
lebih tentang perasaannya adalah pilot yang andal bagi kehidupan mereka, karena mempunyai kepekaan lebih tinggi akan perasaan mereka yang sesungguhnya atas pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadi, mulai dari masalah siapa yang akan dinikahi sampai pekerjaan apa yang akan diambil. Kedua Mengelolah emosi. Menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas adalah kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri. Orang orang yang buruk kemampuannya dalam ketrampilan ini akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan. Ketiga Memotivasi diri sendiri. Kendali diri emosional – menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati – adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidangdan mampu menyesuaikan diri flow memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orangorang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan. Keempat Mengenali emosi orang lain. Orang yang empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apaapayang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Orang-orang seperti ini cocok untuk pekerjaan-pekerjaan keperawatan, mengajar, penjualan dan manajemen. Kelima Membina hubungan. Seni membina hubungan, sebagian besar merupakan keterampilan mengelolah emosi orang lain. Ini merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antarpribadi. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses dalam bidang apa pun yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain; mereka adalah bintang-bintang pergaulan 2. Pengertian Prestasi Belajar Menurut Bloom dalam Winkel (1996) prestasi belajar adalah proses belajar yang dialami siswa untuk menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, sintensis dan evaluasi.
Sedangkan Djamarah (2002) mengatakan prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan pada mereka. Kesimpulan dari teori diatas menjelaskan bahwa prestasi belajar merupakan suatu hasil yang didapatkan dari proses belajar dan perubahanperubahan yang positif yang terjadi pada diri siswa yang dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai seorang siswa saat mendapatkan pengetahuan dan materi pelajaran di sekolah setelah mendapatkan pendidikan.
3. Pengertian Remaja Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity menurut Golinko dalam Rice (1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun dalam Rice(1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Usia remaja menurut Monks (1999) terdapat tiga tahap proses perkembangan yang dilalui remaja dalam proses menuju kedewasaan, disertai dengan karakteristiknya, yaitu: (1) Remaja awal (12-15 tahun) Pada tahap ini, remaja masih merasa heran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan tersebut. Kepekaan yang berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya pengendalian terhadap ego dan menyebabkan remaja sulit mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa, (2) Remaja pertengahan (15-18 tahun) Pada tahap ini, remaja sangat membutuhkan teman-teman. Ada yang narsistik yaitu mencintai dirinya sendiri, dengan cara lebih menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Pada tahap ini remaja berada dalam kondisi kebingungan karena masih ragu harus memilih yang mana, peka atau peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis dan sebagainya,(3) Remaja akhir (18-21 tahun) Pada tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai dengan pencapaian: (a) minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek, (b) egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan mendapatkan 83
5
Vol. 4 No. 2 Oktober 2011 PSIBERNETIKA
pengalaman-pengalaman baru, (c) terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi, (d) egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain, dan (e) tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri dengan masyarakat umum.
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam pengumpulan datanya menggunakan metode kuisioner, dimana kuisioner ini dapat mengambil data yang banyak secara serentak dalam waktu yang singkat, Arikunto (2006). Penelitian ini dimulai dengan melakukan try out terlebih dahulu , dimana alat ukur try out dilakukan kepada 30 siswa dan siswi kelas satu sekolah SMK Bunda Mulia. Total populasi yang ada 120 siswa dimana jumlah seluruh siswa dijadikan sample dalam penelitian. Try out
dilakukan dengan tujuan untuk
menguji alat ukur yang telah buat apakah teruji validitasnya dan reabilitasnya ketika dianalisis secara statistik, supaya diketahui berapa item yang gugur. Adapun kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini bersifat langsung diberikan pada responden, Hadi (1989). Untuk pengambilan data prestasi belajar mengambil data hasil rapor siswa SMK Bunda Mulia yang sudah dirata-rata per kelasnya data yang di dapat langsung dari TU (tata usaha) sekolah yang telah diolah oleh wali kelas guna mendapatkan data yang akurat. Instrumen lain yang mendukung dalam penelitian yaitu: (1) program SPSS versi 16 for windows, (2) komputer, (3) lembar kuisioner , (4) alat tulis , dan (5) buku statistik.
D. HASIL
Dari hasil uji normalitas yang telah dilakukan dapat disimpulkan dengan melihat Tabel 3 dibawah ini bahwa kecerdasan emosi memiliki hasil P-value = 0,190 dalam Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov. Prestasi belajar memiliki hasil
P-value = 0,200 . Hasil kedua P-value tersebut lebih besar dari α = 0,05 hal ini berarti bahwa data terdistribusi secara normal.
1. Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Prestasi Belajar Setelah dilakukan pengujian korelasi dari data yang telah didapatkan melalui kuisioner, maka didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang tidak signifikan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar siswa yang ada di sekolah Bunda Mulia pada tingkat 0,05 dengan r = 0.222 . 2. Dimensi Mengenali Emosi Diri Dari hasil pengujian korelasi pada dimensi mengenali emosi diri maka didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan pada tingkat 0,05. Hasil pada Tabel 7 menunjukan r = -0.147 pada aspek mengenali emosi diri dengan prestasi belajar siswa yang ada di sekolah Bunda Mulia. Sugiyono (2007) menyebutkan kategori interpretasi untuk koefisien korelasi (r) yaitu : (1) r berkisar 0,00-0,199 adalah korelasi sangat rendah, (2) r berkisar 0,20-0,399 adalah korelasi rendah, (3) r berkisar 0,40-0,0599 adalah korelasi sedang, (4) r berkisar 0,60-0,799 adalah korelasi kuat, jika nilainya mendekati 0 berarti hubungan diantara keduanya tidak memiliki korelasi.Dari hasil penelitian ini maka r yang diperoleh termasuk dalam tidak memiliki korelasi. 3. Dimensi Mengelola Emosi Setelah dilakukan pengujian korelasi pada dimensi mengelola emosi didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara mengelola emosi dengan prestasi belajar siswa yang ada di Sekolah Bunda Mulia pada tingkat 0,05 dengan hasil r = -0.065. 4. Dimensi Memotivasi Diri Sendiri Setelah dilakukan pengujian korelasi pada dimensi memotivasi diri sendiri didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pada tingkat 0,05 dengan hasil r = -0.169 Namun setelah melakukan uji korelasi tidak ditemukan sama sekali hubungan antara memotivasi diri sendiri dengan prestasi belajar. 85
Vol. 4 No. 2 Oktober 2011 PSIBERNETIKA
5.
Dimensi Mengenali Emosi Orang Lain Setelah dilakukan pengujian korelasi pada dimensi mengenali emosi
orang lain ternyata ada hubungan yang tidak signifikan pada tingkat 0,05 dengan hasil r = 0.118 pada Tabel 10 ,Sugiyono (2007) menyebutkan kriteria interpretasi untuk koefisien korelasi (r) yaitu : (1) r berkisar 0,00-0,199 adalah korelasi sangat rendah, (2) r berkisar 0,20-0,399 adalah korelasi rendah, (3) r berkisar 0,400,0599 adalah korelasi sedang, (4) r berkisar 0,60-0,799 adalah korelasi kuat, dan (5) r berkisar 0,90-1,000 adalah sangat kuat, jika nilainya mendekati 0 berarti hubungan diantara keduanya tidak memiliki korelasi. Dari hasil ini maka r yang diperoleh termasuk dalam korelasi yang sangat rendah. 6.
Dimensi Membina Hubungan dengan Orang Lain Setelah dilakukan pengujian korelasi pada dimensi membina hubungan
orang lain ternyata ada hubungannya dengan prestasi belajar namun tidak signifikan pada tingkat 0,05 dengan hasil r = 0.045 pada Tabel 11, Sugiyono (2007) menyebutkan interpretasi koefisien korelasi yaitu r berkisar : (1) r berkisar 0,00-0,199 adalah sangat rendah, (2) r berkisar 0,20-0,399 adalah rendah, (3) r berkisar 0,40-0,0599 adalah sedang, (4) r berkisar 0,60-0,799 adalah kuat, dan (5) 11
r berkisar 0,80-1,000 adalah sangat kuat. Dari hasil uji ini korelasinya termasuk yang sangat rendah. 7. Hubungan Kecerdasan Emosional denganJenis Kelamin Setelah melakukan beberapa pengujian korelasi kecerdasan emosional dengan prestasi belajar dan melakukan pengujian berdasarkan setiap dimensi maka dilakukan pengujian berdasarkan jenis kelamin yang berasal dari data kontrol yang terbagi dalam dua hasil pengujian yaitu: (1) pria dan (2) wanita. Dimana dilakukan pengujian korelasi pada jenis kelamin pria maka didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang tidak signifikan pada tingkat 0,05 dengan hasil r = 0.141 pada tabel 12 , hal ini menunjukan ada hubungan antara kecerdasan emosi pada pria dengan prestasi belajar siswa pria yang ada di sekolah Bunda Mulia namun korelasinya termasuk dalam korelasi sangat rendah, Sugiyono (2007) menyebutkan interpretasi koefisien korelasi yaitu r berkisar : (1) r berkisar
0,00-0,199 adalah sangat rendah, (2) r berkisar 0,20-0,399 adalah rendah, (3) r berkisar 0,40-0,0599 adalah sedang, (4) r berkisar 0,60-0,799 adalah kuat 8. Pembahasan Uji Korelasi Secara Keseluruhan Dengan melihat seluruh hasil korelasi yang telah disimpulkan pada hasil uji korelasi menunjukan bahwa ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa dan siswi sekolah Bunda Mulia dengan hasil r = 0.222 , namun hubungannya termasuk dalam skala sangat lemah, menurut interpretasi korelasi yang dikemukakan Sugiyono (2007) yang terbagi dalam lima skala interpretasi yaitu r berkisar : (1) r berkisar 0,00-0,199 adalah sangat rendah, (2) r berkisar 0,20-0,399 adalah rendah, (3) r berkisar 0,40-0,0599 adalah sedang, (4) r berkisar 0,60-0,799 adalah kuat, dan (5) r berkisar 0,80-1,000 adalah sangat kuat. Namun
Goleman
(1995)
menyebutkan
terdapat
hubungan
antara
kecerdasan emosi dengan prestasi belajar, maka dilakukan pengujian korelasi ulang dengan cara membaginya sesuai dimensi teori kecerdasan emosi Goleman (1995). Kemudian setelah dilakukan uji korelasi pada setiap dimensi hasil menunjukan bahwa ada beberapa dimensi kecerdasan emosional tidak ada hubungannya dengan prestasi belajar berdasarkan pengujian korelasi yang dilakukan pada setiap dimensi, yaitu dimensi : (1) mengenali emosi diri, (2) mengelolah emosi, dan (3) memotivasi diri sendiri. hanya ada dua dimensi yang memiliki hubungan dengan prestasi belajar, walaupun korelasinya lemah yaitu dimensi: (1) mengenali emosi orang lain, dan (2) membina hubungan, hal ini menunjukan bahwa kemampuan mengenali emosi orang lain (empati) dan membina hubungan yang baik sesama siswa/i mampu meningkatkan prestasi belajar siswa secara tidak langsung. Untuk pengujian pada jenis kelamin didapatkan hasil korelasi yang menunjukan bahwa wanita memiliki kecerdasan emosional yang lebih baik dari pria hal ini terlihat dari hasil korelasi dengan nilai r yang didapatkan, dimana pria r = 0.141 dan wanita r = 0.229 , hasil ini menunjukan bahwa kecerdasan emosional wanita di sekolah Bunda Mulia lebih tinggi daripada pria. 87
Vol. 4 No. 2 Oktober 2011 PSIBERNETIKA
E. SIMPULAN
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa, namun korelasinya termasuk korelasi rendah pada variable kecerdasan emosi dengan prestasi belajar dengan hasil yang didapatkan r = 0.222. Kemudian peneliti juga melakukan pengujian korelasi pada setiap dimensi dalam kecerdasan emosi dan menguji korelasi penelitian ini berdasarkan jenis kelamin pria dan wanita. Setelah peneliti melakukan pengujian korelasi berdasarkan dimensi maka ditemukan hanya terdapat dua dimensi yang berhubungan dengan prestasi belajar pada siswa dalam penelitian ini. Dua dimensi itu adalah dimensi (1) mengenali emosi orang lain didapatkan hasil r = 0.118, (2) membina hubungan didapatkan hasil r = 0.045. Jika melihat dari kedua hubungan dimensi kecerdasan emosi dengan prestasi belajar maka dapat disimpulkan, ternyata siswa yang memiliki rasa perduli dengan orang lain dan siswa yang mudah membangun hubungan dengan orang lain memiliki prestasi belajar yang baik. Siswa yang memiliki kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain, maka siswa tersebut lebih mampu belajar dengan baik karena ia bisa belajar sesuatu yang baru dari temanteman sekelasnya. Hasil pengujian korelasi berdasarkan jenis kelamin ditemukan hasil yang berbeda antara kecerdasan emosi pada pria dan wanita dengan prestasi belajar. Korelasi lebih tinggi ditemukan pada wanita dibandingkan dengan pria. Hal ini berarti kecerdasan emosi wanita jauh lebih baik daripada pria dikaitkan pada prestasi belajar siswa Sekolah Menengah Kejuruan Bunda Mulia. Setelah melakukan penelitian ditemukan hasilnya bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar, walaupun hubungannya lemah. Kemudian peneliti mencoba melakukan wawancara secara acak kepada beberapa siswa dan siswi mengenai kendala yang mereka alami dalam mencapai prestasi belajar, hal ini dilakukan supaya peneliti bisa
mengetahui langsung ada tidaknya faktor lain yang mempengaruhi dalam pencapaian prestasi belajar, (pertanyaan wawancara ada di bagian lampiran). Setelah dilakukan wawancara peneliti menemukan beberapa kendala yang dialami para siswa dan siswi di Sekolah Bunda Mulia, terkait dengan prestasi belajar mereka. Ada beberapa faktor yang mereka alami yang sama seperti yang dikemukakan oleh Sarlito (2006) yaitu faktor sikap, kebanyakkan dari para siswa yang diwawancarai adalah memiliki sikap tidak percaya diri bahwa mereka bisa meraih prestasi belajar yang baik, kemudian motivasi belajar mereka yang rendah 14 seperti adanya siswa yang sering bolos sekolah, terlambat masuk sekolah, kemudian faktor keluarga dirumah. Ada beberapa siswa dan siswi merasa tidak nyaman saat belajar dirumah karena berisik dan banyak gangguan. Untuk kompetensi guru di sekolah hanya ada sedikit dari para siswa dan siswi yang berpendapat bahwa ada beberapa guru yang membosankan saat mengajar, kurang komunikasi dan tidak mampu membangun hubungan yang baik dengan para siswa dan siswi dikelas, hal ini sama dengan yang dikemukakan oleh Winkel (1996, h.39) bahwa ada faktor external yang mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah seperti kemampuan guru dalam mengajar, kemudian semangat belajar yang didapat dari lingkungan seperti teman kelasnya yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dan siswi disekolah.
F. SARAN
Saran pada penelitian ini adalah bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti dengan melibatkan aspek lain seperti intelligence quotient (IQ) dan motivasi belajar, kemudian menambahkan data kontrol yang lebih spesifik lagi pada lembar kuisioner dan meneliti faktor lain yang berhubungan dengan prestasi belajar, bisa juga dengan mengganti subjek penelitian yang berbeda, jumlah sample dan sample yang berbeda. Bagi Sekolah Menengah Kejuruan Bunda mulia untuk melatih kecerdasan emosional siswa terutama dalam membangun hubungan antar siswa dan siswi kemudian mengajarkan sikap saling perduli dengan sesama teman sekelasnya 89
Vol. 4 No. 2 Oktober 2011 PSIBERNETIKA
karena kecerdasan emosional siswa yang baik turut membantu dalam mencapai prestasi belajar yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta Azwar. (1995). Sikap Manusia Teori dan pengukurannya Edisi ke 2, Yogyakarta: Pustaka Belajar. Azwar. (1999). Penyusunan Skala Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Belajar. Baron, R & Byene D. (2000). Social psychology ninth edition, United states: Printed of America Conger. (1991). Adolescence and Youth (4th ed), New York: Harper Press. Djamarah, Syaiful B. (2002). Psikologi Belajar Edisi ke 2. Jakarta: Rineka Cipta. Goleman D. (1995). Emotional Intelligence (kecerdasan emosional), Jakarta: Gramedia Pustaka. Gottman, John (2001).Kiat-kiat Membesarkan Anak Yang Memiliki Kecerdasan Emosional (terjemahan), Jakarta: Gramedia. Gunarsa, Singgih. (2009).Seri PsikologiPsikologi Remaja, Jakarta: Gunung Mulia. Hurlock Elizabeth. (2002). Psikologi Perkembangan Edisi Ke Lima, Jakarta: Erlangga. Irwanto. (1997). Psikologi Umum, Jakarta:Gramedia. B. P. Chaplin. (2006). Kamus Lengkap Psikologi Terjemahan Kartini Kartono, Jakarta: Rajawali Pers. Kartini, kartono. (1990). Metode Penelitian, Bandung: Mandar Maju. Leonaro Berkowitz. (2003). Emosional Behavior, Jakarta: Binaman Pustaka. Mayer, J.D. Salovey (1997). What Emotional Intelligence, New York:Basic Books
Monks, FJ. (1999). Psikologi University Press.
Perkembangan, Yogyakarta: Gajah Mada
Murjono. (1996). Intelegensi Dalam Hubungan Dengan Prestasi Belajar, Jurnal Anima 2 ,(online). Oxford Learner’s Pocket. (2008).Dictionary Learner’s Edisi ke 4, New York: Oxford University. Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D. (2001). Human development (8th ed.). Boston: McGraw-Hill Patton, Patricia. (1998). Emotional Intelegence In Building Relationship A Pathway To Happiness And Prosperity, Jakarta: Pustaka Delapratasa. Prawitasari .(1995). Pengantar Pendekatan Keperilakuan, makalah pdf (Scribd): UGM Priyatno .(2008). Mandiri Belajar SPSS Bagi Mahasiswa dan Umum, Yogyakarta: Media Com. Purwanto Ngalim. (2010). Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya. Rice, F.P. (1990). The adolescent development, relationship & culture (6th ed.). Boston: Ally & Bacon Sahibul (2003). Metode PenelitianModul 7. (online). Jakarta: UMB. Sumadi Suryabrata. (2004). Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers. Sumadi Suryabrata. (2000). Pengembangan Alat Ukur Psikologis, Yogyakarta: ANDI Pers. Santrock, J.W. (2001). Adolescence (8th ed.). North America: McGraw-Hill. Sarlito Wirawan. (2006). Psikologi Remaja, Jakarta: Gramedia. Satrio. (2005). Kamus Ilmiah Populer, Jakarta: Airlangga. Steiner, C. with Perry, P. (1997). Achieving Emotional Literacy. London: Bloomsbury Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Bisnis, Bandung : Alfabeta. Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta: Bumi Aksara. 91
Vol. 4 No. 2 Oktober 2011 PSIBERNETIKA
Sunarto (2009). Pengertian Prestasi Belajar (online),(Http://Sunarto Mbs.Word Press.Com). Supratiknya. (1993). Teori-teori Psikodinamik (klinis), Yogyakarta:Kanisius. Uyanto.Stanislaus (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS, Jakarta: Graha Ilmu. Winkel,W.S. (1996). Psikologi pendidikan & evaluasi belajar.Jakarta: Gramedia. http://nadabs.tripod.com/research-intell2.html (online). http://www.pustakaskripsi.com/abstrak (Jurnal online). http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:nCtcZ1YX2bMJ