FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU HAMIL DALAM MEMILIH PENOLONG PERSALINAN DI DESA KARYA JAYA WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KARYA MUKTI KECAMATAN SINAR PENINJAUAN KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2013
Heriani 1 Berta Afriani 2 Yudi Budianto 3 STIKES Al-Ma’arif Baturaja Program Studi DIII Kebidanan Jln.Dr Mohammad Hatta No 687 B Baturaja Email:
[email protected]
ABSTRAK Tujuan: untuk mengetahui hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil dalam memilih penolong persalinan di Desa Karya Jaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Karya Mukti Kecamatan Sinar Peninjauan Kabupaten OKU tahun 2013. Metode: penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel populasi dalam penelitian adalah seluruh ibu hamil Bulan Januari-April tahun 2013 sebanyak 49 ibu hamil, dan waktu penelitian dari Bulan Mei-Juli tahun 2013. Analisa data menggunakan analisa univariat dan analisa bivariat dengan menggunakan tabel distribusi dan uji statistik Chi-Square, dengan derajat kepercayaan 95%. Hasil penelitian: pada analisa univariat, dari 59 responden didapatkan 77,6% yang memilih penolong persalinan oleh tenaga kesehatan dan 22,4% yang memilih penolong persalinan oleh non tenaga kesehatan. Responden dengan pendidikan tinggi sebesar 79,6% dan responden yang berpendidikan rendah sebesar 20,4%, responden dengan pengetahuan baik sebesar 81,6% dan responden yang berpengetahuan kurang sebesar 18,4%, dan status ekonomi tinggi sebesar 83,7% sedangkan status ekonomi rendah sebesar 16,3%. Analisa bivariat pendidikan ada hubungan yang bermakna antara pemilih penolong persalinan dengan p value 0,006, pengetahuan ada hubungan yang bermakna antara pemilih penolong persalinan dengan p value 0,028 dan status ekonomi juga ada hubungan yang bermakna antara pemilih penolong persalinan dengan p value 0,012. Simpulan: ada hubungan yang bermakna antara pendidikan, pengetahuan dan status ekonomi dengan pemilihan penolong persalinan. Kata Kunci : pemilihan penolong persalinan, pendidikan, pengetahuan dan status ekonomi
ABSTRACT Purpose: to determine the relationship of factors that affect pregnant women in choosing a dressing assistant at Desa Jaya Regional Work Work Work Centers Mukti District UPTD ray Review District Handicapped in 2013. Methods: This study uses analytical methods with cross-sectional approach. The sample population in this study are all pregnant women month from January to April of 2013 a total of 49 pregnant women, and the time of scrutiny of the Month of May-July 2013. Analyze data using univariate analysis and bivariate analysis using distribution tables and Chi-Square test statistic, with 95% confidence level. Results of the research: the univariate analysis, from 59 obtained 77.6% of respondents choosing assistant labor by 22.4% of health workers and helpers who choose non delivery by health workers. Respondents with higher education as large as 79.6% and less educated respondents as large as 20.4% of respondents with good knowledge about the size of 81.6% and less educated respondents as big as 18.4%, and high economic status as large as 83.7% while low economic status as big as 16.3%. Bivariate analysis no significant association of education among voters dressing assistant with p value 0.006, which means that knowledge of a relationship between electoral assistant locker with p value 0.028 and economic status also means that there is a relationship between electoral assistant locker with p value 0.012.
Conclusion: there is a meaningful relationship between education, knowledge and economic status by dressing assistant selection. Keywords: election dressing assistant, education, knowledge and economic status
PENDAHULUAN Menurut data Word Health Organization (WHO), sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan yang terjadi di negara-negara berkembang. Angka penurunan kematian ibu belum menunjukkan kemajuan yang berarti dalam 15 tahun terakhir ini. Di negara-negara maju angka kematian ibu per tahun hanya 27 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di negara-negara sedang berkembang angka kematian ibu rata-rata dapat mencapai 18 kali lebih tinggi, yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup (1). Hasil survai kesehatan nasional sesusnas tahun 2004, bahwa dari 320 wanita usia reproduktif tercatat 38 kematian maternal, 29% diantaranya saat hamil, 45% saat persalinan, dan 26% pada masa nifas. Proporsi kematian di pedesaan 3 kali lebih tinggi dari perkotaan. Berdasarkan cakupan pertolongan persalinan diketahui terdapat 31,2% ibu untu pertolongan awal persalinan yang pergi ke non kesehatan (dukun 28, 3%, keluarga 2,4%, lain-lain 0,5%) dan penolong persalinan terbanyak adalah bidan 64,5% termasuk bidan praktek swasta, hal ini masih di bawah standar target yaitu 95,46% (2). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007, AKI di Indonesia berada pada angka 228 per 100.000 kelahiran hidup. Depkes menargetkan pada tahun 2009 AKI menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 26 per 1.000 kelahiran hidup (3). Sebagian besar kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan 42 %, ekslampsia 13 %, komplikasi abortus 11 %, infeksi 10 % dan persalinan lama 9 %(4). Faktor-faktor penyebab kematian meternal dan perinatal yang tinggi sangat erat hubungannya dengan keadaan ibu sewaktu hamil, ibu-ibu hamil dengan risiko tinggi serta dengan komplikasi kehamilan dan persalinan, kurang gizi, berat bayi lahir rendah infeksi. Faktor-faktor ini diperberat oleh rendahnya tingkat sosial ekonomi dan pendidikan, yang mempengaruhi pengetahuan, kesadaran maupun kemampuan ibu-ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin pada tenaga profesional yang tepat (5). Sebagian besar dari komplikasi – komplikasi tersebut sebenarnya dapat ditangani melalui penerapan teknologi kesehatan yang ada. Namun demikian banyak faktor yang membuat teknologi kesehatan kurang dapat diterapkan mulus
ditingkat masyarakat diantaranya ketidaktahuan, kemiskinan, rendahnya status sosial ekonomi perempuan, terbatasnya kesempatan memperoleh informasi dan pengetahuan baru, hambatan membuat keputusan, terbatasnya akses memperoleh pendidikan memadai dan kelangkaan pelayanan kesehatan yang peka terhadap kebutuhan perempuan juga berperan terhadap situasi ini. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan masih banyak masyarakat Indonesia berorientasi pada pertolongan persalinan oleh dukun dengan segala keterbatasannya (13). Dalam Standar pelayanan minimal kesehatan 2010-2015 disebutkan bahwa cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan adalah 90% (3). Kegiatan pelayanan antenatal care di Provinsi Sumatera Selatan belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Sebanyak 69,6% ibu pernah memeriksakan kehamilannya dan hanya 59,2% yang melakukan pemeriksaan terhadap 3-5 jenis pelayanan antenatal (5). Salah satu tenaga kesehatan yang terlibat langsung terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak adalah bidan. Pemanfaatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan masih rendah dibandingkan dengan indikator yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh faktor ibu seperti pengetahuan, sikap terhadap keputusan untuk pemanfaatan tenaga ahli dalam pertolongan persalinan serta jangkauan pelayanan kesehatan. Perubahan pola pencarian pelayanan kesehatan lebih didominasi oleh tingkat keparahan penyakit yang dideritanya, persepsi minimnya fasilitas kesehatan yang modern di Indonesia, tenaga kesehatan yang tidak berkualitas, dan perilaku tenaga kesehatan yang tidak ramah dan cenderung memilihmilih. Dilihat dari aspek tenaga kesehatan, sebagian besar masyarakat masih mengganggap bahwa tenaga medis (paramedis) belum berpengalaman dikarenakan masih terlalu muda, sehingga masyarakat kurang percaya terhadap tindakan persalinan yang dilakukan bidan. Keputusan memilih pertolongan oleh dukun bayi cenderung mudah mendapatkan pelayanan dukun bayi dikarenakan bersifat “all in” yaitu menolong persalinan, membantu pekerjaan ibu hamil pada hari persalinan, memandikan bayi, dan bahkan bersedia merawat bayi hingga lepas tali pusatnya dan kondisi ibu mulai pulih (7). Masih banyaknya pengguna jasa dukun
disebabkan beberapa faktor yaitu lebih mudahnya pelayanan dukun bayi, terjangkau oleh masyarakat baik dalam jangkauan jarak, ekonomi atau lebih dekat secara psikologi, bersedia membantu keluarga dalam berbagai pekerjaan rumah tangga serta berperan sebagai penasehat dalam melaksanakan berbagai upacara selamatan.Keadaan tersebut menuntut peningkatan pelayanan kebidanan yang bermutu sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan masyarakat yang semakin meningkat (14). Faktor yang mempengaruhi pemilihan pertolongan persalinan antara lain faktor demografi meliputi umur dan paritas ibu bersalin, faktor pengetahuan dan pendidikan ibu, faktor ekonomi dan lingkungan sosial (7)
METODE
sectional (7). Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil pada bulan April tahun 2013 di Desa Karya Jaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Karya Mukti Kecamatan Sinar Peninjauan Kabupaten OKU tahun 2013, dan tehnik sampel menggunakan total populasi sebanyak 49 orang. Penelitian ini dilakukan di Desa Karya Jaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Karya Mukti Kecamatan Sinar Peninjauan Kabupaten OKU tahun 2013. Data didapat dari Dinas Kesehatan Kabupaten OKU dan Puskesmas Karya Mukti meliputi data ibu hamil dan data pelaporan pelayanan kesehatan ibu hamil serta data yang didapat dengan cara wawancara langsung pada responden menggunakan daftar pertanyaan berupa lembar pertanyaan. Analisa data menggunakan SPSS sistem komputerisasi dengan uji statistik Chi Square.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan HASIL metode survey analitik dengan pendekatan cross 1. Analisis Univariat Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Penolong Persalinan - Nakes 38 77,6 - Non Nakes 11 22,4 Pendidikan - Tinggi 39 79,6 - Rendah 10 20,4 Pengetahuan - Baik 40 81,6 - Kurang 9 18,4 Dukungan Keluarga - Baik 41 83,7 - Tidak Baik 8 16,3 persalinan yang memiliki pengetahuan baik sebesar Dari Tabel 1. diatas dapat dilihat bahwa 81,6% (40 responden), sedangkan responden dengan responden dengan pemilihan penolong persalinan pengetahuan kurang yang berhubungan dengan nakes sebesar 77,6% (38 responden), sedangkan memilih penolong persalian sebesar 18,4% (9 proporsi frekuensi dalam memilih penolong responden). distribusi frekuensi dukungan keluarga persalinan non nakes sebanyak 22,4% (11 yang berhubungan dengan memilih penolong responden). Distribusi frekuensi pendidikan ibu yang persalinan dengan dukungan keluarga yang baik berhubungan dengan memilih penolong persalinan sebesar 83,7% (41 responden), sedangkan responden yang berpendidikan tinggi sebesar 79,6% (39 dengan dukungan keluarga tidak baik yang responden), sedangkan responden yang berhubungan dengan memilih penolong persalinan berpendidikan rendah yang berhubungan dengan sebesar 16,3% (8 responden). memilih penolong persalinan sebesar 20,4% (10 2. Analisa Bivariat responden). distribusi frekuensi pengetahuan ibu yang berhubungan dengan memilih penolong Tabel 2. Hubungan Pendidikan dan Pengetahuan, Dukungan Keluarga dengan Pemilihan Penolong Persalinan Pemilihan Penolong Persalinan Karakteristik % pvalue Nakes Non Nakes
N
%
N
%
Pendidikan -
Tinggi
34
87,2
5
12,8
39
100
-
Rendah
4
40,0
6
60,0
10
100
Pengetahuan - Baik
34
85,0
6
15,0
40
100
-
4
44,4
5
55,6
9
100
Dukungan Keluarga - Baik
35
85,4
6
14,6
41
100
-
3
37,5
5
62,5
8
100
0,006
0,028 Kurang
0,012 Tidak Baik
*)Uji statistik Chi Square bermakna pvalue <0,05
Dari Tabel 2. Dapat dilihat hasil analisa hubungan pendidikan ibu yang mempengaruhi memilih penolong persalinan didapat proporsi responden yang memiliki pendidikan tinggi sebesar 87,2% (34 responden), lebih besar dari proporsi ibu hamil dengan pendidikan rendah yang memilih penolong persalinan nakes sebesar 40,0% (4 responden). Hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan pemilihan penolong persalian dengan p value 0,006. Hasil analisa hubungan pengetahuan ibu yang mempengaruhi memilih penolong persalinan nakes didapat proporsi responden dengan ibu hamil yang memiliki pengetahuan baik sebesar 85,0% (34 responden), lebih besar dari proporsi responden dengan ibu memiliki pengetahuan kurang yang memilih penolong persalinan nakes sebesar 44,4% (4 responden). Hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemilihan penolong persalinan dengan p value 0,028. Hasil analisa hubungan dukungan keluarga yang mempengaruhi memilih penolong persalinan nakes didapat proporsi responden dengan dukungan keluarga baik sebesar 85,4% (35 responden), lebih besar dari proporsi responden dengan dukungan keluarga tidak baik yang memilih penolong persalinan nakes sebesar 37,5% (3 responden). Hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan pemilihan penolong persalina dengan p value 0,012.
PEMBAHASAN Pada penelitian ini variabel pendidikan dikategorikan menjadi 2 yaitu tinggi (jika responden lulus ≥ SMA) dan rendah (jika responden lulus <
SMA). Pada hasil analisa univariat dapat dilihat bahwa proporsi ibu yang berpendidikan tinggi yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan sebesar 79,6% (39 responden), lebih besar dari proporsi responden dengan ibu yang berpendidikan rendah yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan sebesar 20,4% (10 responden). Hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan pemilihan penolong persalinan dengan p value 0,006. Dikatakan ada hubungan karena nilai p value 0,05. Tingkat pendidikan berhubungan dengan kemampuan menerima informasi kesehatan dari media masa dan petugas kesehatan. Banyak kasus kesakitan dan kematian masyarakat diakibatkan rendahnya tingkat pendidikan penduduk. Suatu laporan dari Negara Kerala di India Utara menyatakan bahwa status kesehatan disana sangat baik, jauh diatas rata-rata status kesehatan nasional. Setelah ditelusuri ternyata tingkat pendidikan kaum wanitanya sangat tinggi di atas kaum pria (8). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Adiyanti (2008) menyatakan bahwa ibu hamil yang berpendidikan tinggi memiliki kecenderungan memilih penolong persalinan oleh tenaga kesehatan sebanyak 73.8% karena dengan tingkat pendidikan lebih tinggi pada umumnya memiliki wawasan luas, sehingga bila terjadi komplikasi saat persalinan segera mendapat pertolongan. Pendidikan mempengaruhi pemilihan penolong persalinan, ibu yang memiliki pendidikan tinggi lebih cenderung memilih penolong persalinan oleh tenaga yang profesional yaitu tenaga kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, maka akan semakin mudah seseorang untuk memahai sebuah perubahan, dan manfaat sebuah perubahan khususnya dalam bidang persalinan dan pemanfaatan penolong persalinan oleh nakes. Dikarenakan dengan
pendidikan yang tinggi biasanya disertai pengetahuan yang baik pula, sehingga ibu hamil memiliki kesadaran akan pentingnya suatu persalinan ditangani oleh seorang yang profesional demi keselamatan ibu dan bayi. Pada penelitian ini variabel pengetahuan dikategorikan menjadi 2 yaitu responden dengan pengetahuan baik (jika responden dapat menjawab dengan benar 70%) dan responden dengan pengetahuan kurang (jika responden menjawab dengan benar < 70%). Pada hasil analisa univariat proporsi responden yang memiliki pengetahuan baik yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan sebesar 81,6% (04 responden), sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan sebesar 18,4% (9 responden). Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p value 0,028. Maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe karena p value < 0,05. Pengetahuan adalah pemahaman intelektual dengan fakta-fakta, kebenaran, atau prinsip-prinsip yang diperoleh dari penglihatan, pengalaman atau laporan. Pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilainilai bertindak sebagai penengah perilaku yang dipengaruhi oleh pendidikan sehingga akan terjadi perubahan perilaku seperti pemilihan penolong persalinan karena tahu manfaat persalinan yang ditolong oleh nakes (10). Pengetahuan seseorang individu terhadap sesuatu dapat berubah dan berkembang sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, pengalaman, dan tinggi rendahnya mobilitas materi informasi tentang sesuatu tersebut dilingkungannya. Pentingnya aspek pengetahuan dalam pertolongan persalinan bahwa kematian ibu melahirkan lebih banyak terjadi karena perdarahan, maka perlu dilakukan upaya peningkatan pengetahuan dengan pengadaan pelatihan pada bidan dan ibu yang akan melahirkan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Juliwanto (2008) faktor yang mempengaruhi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan antara lain faktor demografi, meliputi umur dan paritas ibu melahirkan, faktor pendidikan dan pengetahuan ibu, faktor ekonomi dan lingkungan sosial (9). Ibu hamil memiliki pengetahuan yang baik tentang pentingnya persalinan dan penolong persalinan oleh nakes merupakan salah satu motifasi pendorong seorang ibu hamil dalam upaya mencari solusi yang paling tepat dalam memilih penolong persalinan yang dapat membantunya saat melahirkan. Kesadaran akan pentingnya suatu persalinan ditangani oleh seorang yang profesional didasari oleh
sejauh mana pengetahuan seorang ibu mengenai persalinan dan penolong persalinan, karena semakin baik pengetahuan ibu hamil akan mempengaruhi perilaku dalam memutuskan memilih tenaga profesional untuk menolong persalinannya. Pada penelitian ini variabel dukungan keluarga dikategorikan menjadi 2 yaitu baik (Bila suami/ keluarga memilih penolong persalinan nakes) dan tidak baik (Bila suami/ keluarga memilih penolong persalinan dukun/ paranji). Pada hasil analisa univariat dapat dilihat bahwa proporsi dukungan keluarga baik yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan sebesar 83,7% (41 responden), lebih besar dari proporsi responden dengan dukungan keluarga tidak baik yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan sebesar 16,3% (8 responden). Hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan pemilihan penolong persalinan dengan p value 0,012. Dikatakan ada hubungan karena nilai p value 0,05. Dukungan suami dan keluarga memiliki peranan penting dalam memilih penolong selama kehamilan, persalinan dan nifas. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang relatife muda usianya sehingga kemampuan mengambil keputusan secara mandiri masih rendah. Mereka berpendapat bahwa pilihan orang yang lebih tua adalah yang terbaik karena orang tua lebih berpengalaman daripada mereka. Selain itu, kalau mereka mengikuti saran orang tua, jika terjadi sesuatu yang buruk, maka seluruh keluarga dan terutama orang tua akan ikut bertanggung jawab. Oleh karena itu ketika orang tua menyarankan memilih dukun, mereka akan memilih dukun ataupun sebaliknya. Hal ini agak berbeda dengan perempuan yang lebih dewasa usianya dan memiliki pengetahuan yang baik tentang manfaat penolong persalinan yang dilakukan oleh nakes. Mereka lebih mampu mengambil keputusan sendiri dalam memilih penolong. Sebagai contoh, dalam penelitian yang penulis lakukan, ada perempuan yang meskipun mendapat saran dari ibunya untuk memilih dukun tetapi memutuskan untuk memilih bidan karena dia fikir jika terjadi satu masalah muncul, dia dan bayinya yang akan menjadi “korban” (11). Ini menunjukkan bahwa dukungan keluarga mempengaruhi ibu dalam memilih penolong persalinan. Dengan pengetahuan suami/ keluarga tentang bahaya persalinan yang ditolong oleh dukun, biasanya suami/keluarga menganjurkan ibu supaya melakukan persalinan yang di tolong oleh nakes demi keselamatan ibu dan bayi.
SIMPULAN
2.
1.
3.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Proporsi ibu hamil yng memilih penolong persalinan oleh nakes di Desa Karya Jaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Karya Mukti Kecamatan Sinar Peninjauan Kabupaten OKU tahun 2013, sebesar 77,6% (38 responden), sedangkan ibu hamil yang memilih penolong persalinan non nakes sebesar 22,4% (11 responden). Distribusi frekuensi responden yang berpendidikan tinggi yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan sebesar 79,6% (39 responden) dan responden yang berpendidikan rendah yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan sebesar 20,4% (10 responden). Distribusi frekuensi responden yang memiliki pengetahuan baik yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan sebesar 81,6% (40 responden) dan responden yang memiliki pengetahuan kurang yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan sebesar 18,4% (9 responden). Distribusi frekuensi responden dengan dukungan keluarga tinggi yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan sebesar 83,7% (41 responden) dan responden dengan status ekonomi rendah yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan sebesar 16,3% (8 responden). Ada hubungan antara pendidikan dengan pemilihan penolong persalinan di Desa Karya Jaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Karya Mukti Kecamatan Sinar Peninjauan Kabupaten OKU tahun 2013. Hal tersebut dibuktikan pada nilai uji statistik dengan nilai p value 0,006. Ada hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan penolong persalinan di Desa Karya Jaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Karya Mukti Kecamatan Sinar Peninjauan Kabupaten OKU tahun 2013. Hal tersebut dibuktikan pada nilai uji statistik dengan nilai p value 0,028. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemilihan penolong persalinan di Desa Karya Jaya Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Karya Mukti Kecamatan Sinar Peninjauan Kabupaten OKU tahun 2013. Hal tersebut dibuktikan pada nilai uji statistik dengan nilai p value 0,012.
DAFTAR ACUAN 1.
Depkes. 2011, Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan. Jakarta. Kemenkes RI
4. 5. 6. 7. 8. 9.
10. 11. 12. 13.
14.
Depkes. 2008. Buku Kesehatan Ibu dan Anak . Jakarta Liesnawaty K, Santosa U, Nurparidah R. 2013. Gambaran Alasan Ibu Bersalin Dalam Memilih Paraji Sebagai Penolong Persalinan Di Desa Rancakole Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung. http://www.jurnal pendidikanbidan.com/arsip/38-april2013/108-gambaran-alasan-ibu-bersalindalam-memilih-paraji-sebagai-penolongpersalinan-di-desa-rancakole-kecamatanarjasari-kabupaten-bandung.html Depkes. 2011, Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan. Jakarta. Kemenkes RI Santiyasa, Budi, 2004. Morbilitas dan Mortalitas Ibu dan Anak. Jakarata. EGC Dinkes ,2010. Profil Kesehatan. Propinsi Sumsel. Palembang Juliwanto, 2008. Solusi Sehat Seputar Kehamilan. Jakarta. Agromedia Pustaka Notoadmojo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Widoyono, 2008. Faktor Apa Saja yang Mempengaruhi Ibu Masih Memilih Penolong Persalinan Oleh Bukan Tenaga Kesehatan. Jurnal Kesehatan Juliwanto, 2008. Solusi Sehat Seputar Kehamilan. Jakarta. Agromedia Pustaka Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta Jauriah, Nurul, 2009. Buku Ajar Asuhan kebidanan, Kehamilan. Yogyakarta . Andi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Memilih Penolong Persalinan. http://www.kti-skripsi.com/2011/02/faktoribu-dalam-memilih-persalinan.htm Sulasmi R. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam Memilih Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Mulia Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya. Skipsi Div Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) U’budiyah Prodi D-Iv Kebidanan Banda Aceh