26
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi fisiologis ternak dapat diketahui melalui pengamatan nilai hematologi ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang mengandung butir-butir darah. Butir darah terbagi menjadi tiga komponen yaitu sel darah putih (leukosit), sel darah merah (eritrosit) dan keping darah (trombosit). Pengamatan nilai hematologi yang dilakukan dalam penelitian ini berupa perhitungan jumlah eritrosit, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit darah puyuh yang diberi ransum mengandung TBM sesuai perlakuan.
4.1.
Jumlah Eritrosit Pengaruh pemberian ransum mengandung TBM terhadap jumlah eritrosit dapat
dilihat pada Tabel 6. Rataan dari tiap perlakuan memperlihatkan peningkatan jumlah eritrosit seiring dengan peningkatan persentase TBM dalam ransum. Peningkatan jumlah eritrosit antar perlakuan dari P0 (ransum tanpa mengandung TBM) hingga P3 (ransum mengandung 0,75% TBM) dapat lebih jelas pada grafik dalam Ilustrasi 4. Puyuh pada perlakuan P3 merupakan kelompok puyuh dengan rataan jumlah eritrosit paling tinggi. Rataan jumlah ertirosit darah puyuh dari setiap perlakuan berada dalam kisaran 3,31 – 3,55 × 106/mm3. Semua kelompok puyuh mampu mempertahankan jumlah eritrosit dalam keadaan normal (antara 3,0 – 3,78 × 106/mm3) (Piliang, 2009).
27
Tabel 6. Jumlah Eritrosit Darah Puyuh Setiap Perlakuan Ulangan
Perlakuan P0
P1
P2
P3
…………………………(106/mm3)….………….……….. 3,71 3,38 3,55 3,56 2,89 3,89 3,47 3,64
1 2 3
3,47
3,66
3,17
3,60
4 5
2,72 3,79
3,12 3,19
3,64 3,68
3,45 3,50
TOTAL Rataan
16,58 3,31
17,24 3,44
17,51 3,50
17,75 3,55
Keterangan: P0 = Ransum basal tanpa mengandung TBM P1 = Ransum basal mengandung 0,25% TBM P2 = Ransum basal mengandung 0,50% TBM P3 = Ransum basal mengandung 0,75% TBM
3.6
3.55
Jumlah Eritrosit (106/mm³
3.55
3.50
3.5
3.44
3.45 3.4 3.35
3.31
3.3 3.25 3.2 3.15 1 P0
2 P1
3 P2
4 P3
Perlakuan Ransum
Ilustrasi 4. Pemberian Ransum mengandung TBM terhadap Jumlah Eritrosit Darah Puyuh
28
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penambahan TBM dalam ransum puyuh petelur tidak berpengaruh nyata (P ≤ 0,05) terhadap jumlah eritrosit (Lampiran 5). Hal ini sesuai dengan penelitian Wardiny, dkk. (2012) bahwa penggunaan ekstrak daun mengkudu hingga dosis 15% dalam 1 liter air minum terhadap profil darah puyuh starter meningkatkan jumlah eritrosit namun tidak berpengaruh nyata. Penggunaan ekstrak daun lebih tinggi dibandingkan penggunaan tepung buah mengkudu pada penelitian disebabkan karena kandungan flavonoid pada daun lebih sedikit dibandingkan pada buahnya (Wati, 2008 dalam Wardiny, 2012 dan Kumar, 2014). Peningkatan jumlah eritrosit dapat disebabkan oleh pengaruh zat aktif yang terkandung dalam buah mengkudu. Menurut Ramesh (2012) buah mengkudu mengkal mengandung cukup banyak flavonoid, alkanoid, steroid, tannin dan mengandung sedikit saponin. Buah mengkudu mengandung flavonoid sebanyak 17,65 g/100 g bahan kering (Rohman, 2006). Flavonoid merupakan antioksidan yang diperlukan tubuh dalam menghambat peroksidasi lipid yang terjadi akibat stres oksidatif. Kekurangan oksigen dapat memicu stres oksidatif. Flavonoid melindungi membran mitokondria dari kerusakan, sehingga sel dapat berfungsi secara normal (Heim, 2002 dan Setiawan, 2007). Buah mengkudu mengadung vitamin yang berfungsi sebagai antioksidan. Jus buah mengkudu mengandung 32,43 mg/100 ml asam askorbat (vitamin C) (Sadwadhar, 2010). Vitamin C berfungsi melindungi sel dari stres ekstraseluler dan intraseluler. Membran eritrosit yang mengandung asam lemak tak jenuh rentan terhadap peroksidasi lipid sehingga mudah terjadi lisis. Asam askorbat merupakan salah satu antioksidan
29
yang berguna dalam mencegah berbagai penyakit seperti kelemahan otot, pendarahan subkutan dan pendarahan lainnya (Triana, 2006, Aguirre, 2008 dan Adenkola, 2010).
4.2.
Kadar Hemoglobin Pengaruh pemberian ransum mengandung TBM terhadap kadar hemoglobin
dapat dilihat pada Tabel 7. Hasil rataan kadar hemoglobin menunjukkan perlakuan P0 (ransum tanpa mengandung TBM) sedikit berada di bawah batas normal (9,64 g%), sedangkan pada perlakuan P1, P2 dan P3 berada dalam kirasan normal yaitu 10,32; 10,56 dan 11,84 g%. Menurut Piliang (2009) kadar hemoglobin puyuh normal berkisar antara 10 – 13 g%.
Tabel 7. Kadar Hemoglobin Darah Puyuh Setiap Perlakuan Ulangan
1 2 3 4 5 TOTAL Rataan
Perlakuan P0
P1
P2
P3
……………….……..……..…(g%)….……….………………….. 9,70 10,80 10,20 9,80 9,50 11,20 10,60 10,40 9,20 9,40 10,40 15,00 9,80 10,40 12,20 14,00 10,00 9,80 9,40 10,00 48,20 9,64
51,60 10,32
Keterangan: P0 = Ransum basal tanpa mengandung TBM P1 = Ransum basal mengandung 0,25% TBM P2 = Ransum basal mengandung 0,50% TBM P3 = Ransum basal mengandung 0,75% TBM
52,80 10,56
59,20 11,84
30
Kadar hemoglobin puyuh yang diberi ransum mengandung TBM meningkat seiring dengan penambahan persentase TBM dalam ransum perlakuan. Peningkatan hemoglobin antar perlakuan dari P0 (ransum tanpa TBM) hingga P3 (ransum mengandung 0,75 % TBM) dapat lebih jelas dilihat pada Ilustrasi 5. 14 11.84
Hemoglobin (g%)
12 10
9.64
10.32
10.56
2
3
8 6 4 2 0 1
4
Perlakuan Ransum
Ilustrasi 5. Pemberian Ransum mengandung TBM terhadap Kadar Hemoglobin Darah Puyuh Hemoglobin merupakan bagian dari eritrosit yang berfungsi dalam mengikat oksigen untuk diedarkan ke seluruh tubuh, maka peningkatan kadar hemoglobin berbanding lurus dengan peningkatan jumlah eritrosit (Tabel 6). Menurut Soeharsono (2010) setiap eritrosit mengandung ±180 juta molekul hemoglobin, satu molekulnya dapat mengikat 4 molekul oksigen. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penambahan TBM dalam ransum puyuh petelur tidak berpengaruh nyata (P ≤ 0,05) terhadap kadar hemoglobin (Lampiran 6). Peningkatan kadar hemoglobin dipengaruhi oleh interaksi flavonoid
31
yang terkandung dalam buah mengkudu dengan protein darah (hemoglobin). Interaksi antara flavonoid dengan hemoglobin menghambat reaksi kerusakan enzimatik dalam eritrosit, sehingga tidak terjadi kerusakan membran eritrosit (hemolisis) (Kitagawa, 2004). Vitamin C dalam buah mengkudu berperan dalam mempercepat penyerapan Fe (zat besi), kemudian dipindahkan ke dalam aliran darah menuju sumsum tulang untuk digunakan dalam pembentukan hemoglobin (Patria, 2013). Zat besi secara alami banyak terkandung dalam sumber makanan hewani, pakan puyuh yang mengandung tepung ikan dan tepung buah mengkudu merupakan sumber zat besi dan vitamin C. Hal ini sesuai dengan penelitian Mulyawati (2003) bahwa mengkonsumsi zat besi ditambah dengan vitamin C meningkatkan kadar hemoglobin lebih tinggi dibandingkan dengan mengkonsumsi zat besi tanpa vitamin C. Mengkudu mengandung alkanoid berupa xeronine. Xeronine berfungsi dalam memperbaiki dan mengaktifkan molekul protein yang rusak, kemudian protein yang telah aktif akan memperbaiki struktur sel-sel, mengirimkan nutrisi ke sel membrane, mengatur hormon, mengatur kerja enzim dan berfungsi sebagai antibodi (Heinicke, 1985 dalam Wang, 2002). Hemoglobin merupakan sejenis protein yang terdapat dalam eritrosit (Soeharsono, 2010), maka xeronine akan memperbaiki dan mengaktifkan hemoglobin yang rusak sehingga dapat berfungsi kembali secara normal.
4.3.
Nilai Hematokrit Pengaruh pemberian ransum mengandung TBM terhadap nilai hematokrit dapat
dilihat pada Tabel 8.
Nilai hematrokit merupakan persentase eritrosit dalam
keseluruhan volume darah, maka meningkatnya nilai hematokrit berbanding lurus
32
dengan meningkatnya jumlah eritrosit (Tabel 6).
Hasil rataan nilai hematokrit
perlakuan P0 hingga P3 pada Tabel 8 berada pada kisaran 34,4 - 36,6%, hal ini menunjukkan nilai hematokrit puyuh berada dalam kisaran normal yaitu 30 – 40% (Piliang, 2009). Tabel 8. Nilai Hematokrit Darah Puyuh Setiap Perlakuan Ulangan
1 2 3 4 5 TOTAL Rataan
Perlakuan P0
P1
P2
P3
……………….……………..(%)..……………………………. 40 40 37 33 32 40 36 38 26 26 36 40 35 40 39 39 39 35 34 33 172 34,4
181 36,2
182 36,4
183 36,6
Keterangan: P0 = Ransum basal tanpa mengandung TBM P1 = Ransum basal mengandung 0,25% TBM P2 = Ransum basal mengandung 0,50% TBM P3 = Ransum basal mengandung 0,75% TBM Peningkatan nilai hematokrit berbanding lurus juga dengan peningkatan konsentrasi TBM dalam ransum. Peningkatan paling besar terdapat pada puyuh setelah diberikan ransum mengandung TBM. Peningkatan nilai hematokrit dapat lebih jelas dilihat pada grafik dalam Ilustrasi 6.
33
37 36.4
Hematokrit (%)
36.5
36.6
36
36 35.5 35 34.5
34.4
34 33.5 33 1
2
3
4
Perlakuan Ransum
Ilustrasi 6. Pemberian Ransum mengandung TBM terhadap Nilai Hematokrit Darah Puyuh Hasil analisis nilai hematokrit diolah dengan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel (Lampiran 7) yang berarti tidak berbeda nyata (P ≤ 0,05). Hal ini menunjukkan ransum mengandung TBM pada berbagai tingkat persentase tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan nilai hematokrit. Peningkatan nilai hematokrit puyuh disebabkan dari pengaruh buah mengkudu yang dikonsumsi.
Penelitian Wang, dkk (2008) bahwa jus mengkudu efektif dalam
melindungi hati dari kerusakan. Jus mengkudu menghambat kerja enzim hati yang tinggi sehingga dapat mengurangi kerusakan membran sel. Hati merupakan organ utama pembentukan eritrosit (Soeharsono, 2010), sehingga sel hati yang terlindung dari kerusakan dapat berfungsi dengan baik dalam melindungi eritrosit.