BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian Darah Darah merupakan bagian penting dari system transport. Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari dua bagian besar, yaitu: Plasma darah, merupakan bagian yang cair dan bagian korpuskuli yakni benda-benda darah yang yang terdiri atas sel darah putih atau leukosit, sel darah merah atau eritrosit dan sel beku darah atau trombosit. Bagian cair, merupakan
plasma
atau
serum
(tergantung
bagaimana
cara
kita
memperolehnya mengandung bermacam-macam zat yang dalam garis besarnya dapat kita kategorikan dalam beberapa golongan sebagai berikut: a. Golongan Karbohidrat contohnya Glukosa b. Golongan Protein contohnya Albumin, Globulin, Fibrinogen c. Golongan Lemak/Lipid contohnya Cholesterol d. Golongan Enzym contohnya Amylase, Transaminase e. Golongan Hormon contohnya Insulia, Adrenalin f. Golongan Mineral contohnya zat Besi(Fe), Kalium(K) g. Golongan Vitamin contohnya Vitamin A, Vitamin K h. Golongan ampas Metabolik contohnya Urea, Asam Urat, Kreatinin,Kreatin i. Golongan zat warna contohnya Bilirubin dan lain-lainnya.
Kelihatannya bahan organik pada Plasma ialah Protein yang disebut Plasma Protein yang berkisar 6-8%. Terdapat beberapa jenis protein yang berbeda sifat dan fungsinya. Tubuh individu terdapat kira-kira 200-300 gram protein terdapat dalam bentuk koloid dan mempengaruhi kekentalan (viskositas) darah. (DepKes RI 1989) 2.
Fungsi Darah Fungsi utama darah dalam sirkulasi adalah sebagai media transportasi,
pengatur suhu dan pemelihara keseimbangan cairan, asam dan basa. Eritrosit selama hidupnya tetap berada dalam darah. Sel-sel ini mampu mengangkut oksigen secara efektif tanpa meninggalkan pembuluh darah serta cabangcabangnya. Sebaliknya leukosit melaksanakan fungsinya di dalam jaringan, sedangkan keberadaannya dalam darah hanya melintas saja. Trombosit melakukan fungsinya pada dinding pembuluh darah, sedangkan trombosit yang ada dalam sirkulasi tidak mempunyai fungsi khusus. (Frances, K. Widmann 1995) B. Sel Darah Putih 1.
Sifat-sifat sel darah putih sel plasma, dan sebagai tambahan dapat juga kita jumpai banyak sekali
platelet (trombosit) yang merupakan fragmen atau pecahan–pecahan dari tujuh macam sel darah putih yang dapat dijumpai didalam sumsum tulang yaitu megakariosit. Sel darah putih dapat dibedakan menjadi dua yaitu granulosit dan non granulosit yaitu netrofil, eosinofil, dan basofil. Sedangkan non granulosit yaitu limfosit dan monosit.
2.
Pembentukan Sel Darah Putih Sel–sel darah putih yang dibentuk didalam sumsum tulang terutama
granulosit akan disimpam didalam sumsum tulang sampai mereka diperlukan dalam sirkulasi. Dalam keadaan normal granulosit yang bersirkulasi didalam seluruh aliran darah kira–kira tiga kali dari jumlah granulosit yang disimpan dalam sumsum tulang, jumlah ini sesuai dengan persediaan granulosit selama enam hari. 3.
Bahan–bahan Yang Dibutuhkan Untuk Pembentukan Sel–sel Darah Putih Pada umumnya untuk pembentukan sel-sel darah putih itu juga sangat
membutuhkan
vitamin-vitamin
dan
asam-asam
amino
seperti
halnya
kebanyakan sel-sel yang lainnya dalam tubuh terutama bila sampai kekurangan asam folat,suatu senyawa vitamin B kompleks yang menghambat pembentukan sel darah putih juga dapat menghambat pemasakan sel-sel darah merah. Juga pada gangguan metabolisme yang parah, maka produksi sel-sel darah putih mungkin akan sangat berkurang walaupun sebenarnya sel-sel ini lebih dibutuhkan dari pada keadaan biasanya. 4.
Masa Hidup Sel-sel Darah Putih Alasan utama mengapa sel darah putih itu sampai dapat dijumpai didalam
darah karena biasanya sel-sel ini telah diangkut dari sumsum tulang atau jaringan limfoid menuju daerah-daerah tubuh yang membutuhkan sel-sel darah putih tersebut, jadi diduga bahwa masa beredar sel-sel darah putih dalam darah mungkin saja singkat.
Dalam keadaan normal masa hidup sel-sel granulosit sesudahnya dilepaskan dari sumsum tulang adalah 4-8 jam. Dalam masa ini sel-sel tersebut bersirkulasi dalam darah dan pada keadaan masa yang lain yakni 4-5 hari dalam jaringan-jaringan keadaan infeksi berat jaringan tubuh masa hidup keseluruhan sering sekali berkurang sampai menjadi hanya beberapa jam karena sel-sel granulosit ini selanjutnya dengan cepat akan menuju infeksi, mencernakan organisme-organisme yang menyerbu dan masuk kedalam proses dimana sel-sel itu sendiri musnah. Sel-sel monosit juga mempunyai masa beredar yang sangat singkat di dalam darah sebelum sel-sel ini mengembara melalui membran-membran kapiler untuk masuk ke jaringan. Limposit akan masuk ke dalam system sirkulasi secara terus menerus sesuai dengan waktu atau selama pengeluaran limfe dari kelenjar limfe. (Guyton, 1995). 5.
Jenis-Jenis Sel Darah Putih
a)
Neutrofil Granula yang terdapat dalam sitoplasma neutrofil bereaksi baik dengan zat
warna basa maupun asam. Pada sediaan apus yang diwarnakan dengan pulasan Wrigth, yaitu pulasan yang paling banyak digunakan, granula itu membentuk warna netral atau biru. Pada sel yang matang, kromatin inti memadat membentuk gumpalan atau lobus, yang dihubungkan satu dengan yang lain oleh benang-benang halus.
Sel-sel ini (netrofil) disebut leukosit polimorfonuklear karena bentuk intinya bermacam-macam. Neutrofil yang lebih muda mempunyai inti yang lebih besar yang tidak dibagi menjadi beberapa lobus. Sel dalam stadium ini disebut batang sebab intinya berbentuk seperti batang yang melengkung, dalam bahasa Jerman disebut stab. Neutrofil merupakan garis pertahanan yang pertama bila ada kerusakan jaringan atau bila ada benda asing yang masuk. Respons yang cepat menyebabkan mekanisme serangan neutrofil terhadap zat-zat tersebut efisien. b)
Eosinofil Eosinofil adalah granulosit dengan inti yang terbagi menjadi 2 lobus dan
sitoplasma bergranula kasar, refraktil dan berwarna merah tua oleh zat warna yang bereaksi asam yaitu eosin. Walaupun mampu melakukan fagositosis eosinofil tidak mampu membunuh kuman. Eosinofil mengandung berbagai enzim yang menghambat mediator inflamasi akut dan seperti halnya neutrofil histaminases. Peran biologik neutrofil adalah modulasi aktivitas selular dan kimiawi yang berkaitan dengan inflamasi akibat reaksi imunologik. Eosinofil juga mempunyai kemampuan unik untuk merusak larva cacing tertentu. c)
Basofil Pada keadaan normal, jumlah basofil dalam sirkulasi hanya 1% dari
jumlah leukosit. Granula sel ini kasar dan berwarna biru bila diwarnakan dengan zat warna yang bereaksi basa, dan bila diwarnakan dengan zat warna metakromatik, granula itu berwarna terang. Granula basofil mukopolisakarida,
asam hialuronat dan histamine. Fungsi basofil dalam sirkulasi tidak diketahui. Sel yang mirip sangat banyak terdapat dalam kulit, dalam mukosa saluran napas dan jaringan ikat. d)
Limfosit Limfosit dalam darah hanya merupakan sebagian kecil dari limfosit total
yang terdapat dalam tubuh. Sebagian besar limfosit membentuk sarang-sarang dalam kelenjar limfe, limpa, mukosa saluran cerna dan tersebar didalam sumsum tulang, hati, kulit dan jaringan radang kronik ditempat manapun diseluruh tubuh. Sekitar 75-80 % limfosit yang terdapat dalam sirkulasi pada orang dewasa sehat adalah limfosit T, 10-15 % adalah limfosit B, sedangkan sisanya adalah sel null. e)
Monosit Pada satu saat hanya sedikit monosit yang ada dalam sirkulasi. Monosit
merupakan 5-8 % dari jumlah leukosit dalam darah, tetapi yang ada dalam sirkulasi hanya merupakan sebagian kecil saja dari seluruh cadangan sel ini. Sel monosit mengalami maturisasi dari sel induk yang sama dengan sel induk granulosit, sel monosit mengalami maturisasi dalam sumsum tulang, beredar sebentar kemudian masuk ke dalam jaringan dan menjadi makrofag.( Frances, K. Widmann 1995).
C. 1.
Pemeriksaan Sel Darah Putih Secara Manual dengan Haemositometer Haemositometer adalah alat yang dipakai untuk menghitung jumlah sel
darah dan terdiri dari kamar hitung, kaca penutupnya dan dua macam pipet. Mutu kamar hitung serta pipet-pipet harus memenuhi syarat-syarat ketelitian tertentu. a.
Kamar Hitung Kamar hitung yang sebaiknya dipakai ialah yang memakai garis bagi
“improved Neubauer”. Luas “seluruh bidang yang dibagi” adalah 9 mm2 dan bidang ini dibagi menjadi Sembilan “bidang besar” yang luasnya masing-masing 1 mm2. Bidang besar dibagi lagi menjadi 16 ”bidang sedang” yang luasnya masing-masing 1/4 x 1/4 mm2. Bidang besar yang letaknya di tengah-tengah berlainan pembaginya: ia dibagi menjadi 25 bidang dan tiap bidang itu dibagi lagi menjadi 16 “bidang kecil”. Dengan demikian jumlah bidang kecil itu seluruhnya 400 buah, masing-masing luasnya 1/20 x 1/20 mm2. Tinggi kamar hitung, yaitu jarak antara permukaan yang bergaris-garis dan kaca penutup yang berpasangan adalah 1/10 mm. Maka volume diatas tiap-tiap bidang menjadi sbb: 1 bidang kecil
= 1/20 x 1/20 x 1/10 =1/4000 mm3
1 bidang sedang
= 1/4 x 1/4 x 1/10 =1/160 mm 3
1 bidang besar
= 1
Seluruh bidang yang dibagi
= 3
x 1 x 1/10 x
= 1/10 mm 3
3 x 1/10 = 9/10 mm 3
Kamar hitung “Neubeuer”( jadi karena bukan “Improved Neubeuer” berbeda karena garis-garis dalam bidang besar ditengah-tengah berlainan. Cara menghitung jumlah eritrosit memakai kamar hitung “Neubeuer” sedikit berbeda, agak lebih sukar dari pemakaian Improved Neubeuer dan karena itu tidak dianjurkan. Ada pula kamar hitung yang garis-garisnya dalam seluruh bidang yang dibagi berlainan sekali dari Improved Neubeuer atau Neubeuer, yaitu yang bergaris bagi menurut “Burker” atau menurut “Thoma”. Untuk menghitung yang volumenya lebih besar, yaitu kamar hitung “Fuchs Roshental”. Ukuran “seluruh bidang yang dibagi” 4 x 4 mm, tingginya 2/10 mm, sedangkan garis baginya berlainan lagi. b.
Kaca Penutup Hendaknya memakai kaca penutup yang khusus diperuntukkan bagi kamar
hitung. Kaca penutup itu lebih tebal dari yang biasa, sedangkan ia dibuat dengan sangat datar. Hanya dalam keadaan darurat kaca penutup biasa boleh dipakai. Kaca penutup untuk menghitung jumlah trombosit dengan tehnik fasekontrast lebih tipis daripada yang dipakai untuk mikroskop biasa. c.
Pipet Pipet Thoma untuk mengencerkan leukosit (pipet leukosit) sama
bentuknya dengan pipet eritrosit. Di dalam bola terdapat sebutir kaca putih. Pada batang kapiler juga terdapat garis-garis yang bertandakan “0,5” dan “1,0”. Garis diatas bola diberi angka “11”. Seperti juga pada pipet eritrosit, angkaangka pada pipet leukosit hanya menandakan derajat pengenceran yang terjadi,
bukan volume mutlak. Jika lebih dulu diisap darah sampai garis tanda “11”, maka darah dalam bola pipet diencerkan 20 kali. (Gandasoebrata,R 2007) 2. Secara Automatik dengan BC-2006 AUTO HEMATOLOGY ANALYZER Pemeriksaan leukosit secara automatik menggunakan alat analisis sel darah automatik. BC-2600 Auto Hematology Analyzer merupakan suatu penganalisis hematologi multi parameter untuk pemeriksaan kuantitatif maksimum 19 parameter dan 3 histogram yang meliputi WBC (White Blood Cell atau leukosit), sel tengah (monosit,basofil,eosinofil), limfosit, granulosit, persentase limfosit, persentase sel tengah, persentase granulosit, RBC (Red Blood Cell), HGB (Hemoglobin), MCV (Mean Cospuscular Volume), MCH (Mean Cospuscular Hemoglobin), MCHC ( Mean Cospuscular Hemoglobin Concentration), RDW-CV, RDW-SD, HCT (Hematocrit), PLT (Platelet), MPV (Mean Platelet Volume), PDW (Platelet Distribution Width), PCT (Plateletcrit), WBC Histogram (White Blood Cell Histogram), RBC (Red Blood Cell Histogram), PLT Histogram (Platelet Histogram). Pengukuran WBC menggunakan metode impedansi yang dihitung dan diukur berdasarkan pada pengukuran perubahan hambatan listrik yang dihasilkan oleh sebuah partikel, yang dalam hal ini adalah sel darah yang disuspensikan dalam pengencer konduktif saat melewati lubang dimensi. Setiap partikel yang melewati lubang mengalami perubahan sementara dalam perlawanan antara elektroda yang diproduksi. Perubahan ini menghasilkan dorongan listrik yang terukur. Amplitude setiap pulsa sebanding dengan volume setiap partikel, setiap pulsa diperkuat dan dibandingkan dengan saluran
tegangan acuan internal, yang hanya menerima dorongan dari amplitude tertentu. Jika getaran pulsa melebihi range WBC, maka dihitung sebagai WBC. BC-2600 adalah unit tunggal yang meliputi suatu penganalisis spesimen yang berisi perangkat keras untuk aspirasi dilusi dan menganalisis setiap spesimen darah secara keseluruhan serta bagian modul data yang meliputi komputer, monitor, keyboard, printer dan disk drives. Analyzer BC-2600 menggunakan mode sampler terbuka untuk menghisap sampel darah dari tabung EDTA yang kemudian dilarutkan dan dicampurkan sebelum pengukuran masing-masing parameter dilakukan. Keuntungan pemeriksaan leukosit secara Manual dan automatik antara lain : Cara Manual Biaya lebih murah, Peralatan sederhana, dapat dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya(elektrik)/ mikroskop manual tergantung daya listrik. Cara Automatik Dapat menghemat waktu, penggunaan sampel yang lebih sedikit, data segera diperoleh dan hasil pemeriksaan bisa menunjukkan 19 parameter pemeriksaan sekaligus, dapat menyimpan maksimal 10.000 hasil pemeriksaan sampel dalam 1 jam, dapat untuk melakukan 30 kali pemeriksaan, akurasi hasil mudah dievaluasi karena alat dapat dikontrol presisi dan akurasinya. Sumber-sumber kesalahan pemeriksaan leukosit secara Manual dan Automatik antara lain :
Cara Manual Waktu pemeriksaan lebih lama, tidak praktis, ketelitian tergantung oleh pemeriksa. Cara Automatik Alat bekerja tidak stabil, alat tidak berfungsi dengan normal atau alat tidak bekerja dengan baik karena keadaan alat yang kotor, alat bekerja tidak teliti, tidak tepat dan tidak peka karena alat belum dikalibrasi, tidak menghomogenkan sampel dengan benar, volume reagen tidak tepat dan hasil pemeriksaan yang melebihi liniearitas alat (80.000/mm3 darah) tidak terbaca.
D. Kerangka Konsep
Pemeriksaan Hitung Jumlah Leukosit Cara Manual
Hasil Hitung Jumlah Leukosit Cara Manual dan Cara Automatik
Pemeriksaan Hitung Jumlah Leukosit Cara Automatik
E. Variabel Variabel terikat : Hitung jumlah leukosit. Variabel bebas : hitung jumlah cara manual dan automatik. F. Hipotesa Ha: Ada perbedaan antara hitung jumlah leukosit cara manual dengan hitung jumlah leukosit cara automatik. Ho: Tidak ada perbedaan antara hitung jumlah leukosit cara manual dengan huting jumlah leukosit cara automatik.