FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KENAIKAN TEKANAN DARAH PADA PEKERJA YANG TERPAJAN KEBISINGAN DI PT. “X” INDONESIA TAHUN 2014
SKRIPSI Diajukan sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
OLEH : SOFYAN HADI NIM: 107101001488
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,
Juli 2014
Sofyan Hadi
i
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Skripsi, 14 Juli 2014 Sofyan Hadi, NIM : 107101001488 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenaikan Tekanan Darah pada Pekerja yang Terpajan Kebisingan di PT. “X” Indonesia Tahun 2014 (xvi + 82 halaman, 32 lampiran) ABSTRAK PT. “X” merupakan salah satu perusahaan industri produsen mobil yang berada di Bogor, Indonesia. Dalam proses produksi di perusahaan ini terdapat kebisingan yang mempunyai Nilai Ambang Batas diatas normal. Dari 8 lokasi/station yang dilakukan pengukuran kebisingan, terdapat 3 lokasi/station yang memliki nilai dosis dan TWA yang melebihi ambang batas, yaitu axle belakang (188%), Station 1B (127%), dan Washing (481%). Keterpaparan terhadap kebisingan yang melebihi nilai ambang batas pada kurun waktu yang cukup lama selain berakibat pada gangguan pendengaran ringan juga dapat menaikkan tekanan darah. Pengulangan paparan kebisingan yang terus menerus dapat mempercepat perkembangan perubahan struktur vascular pembuluh perifer sehingga menghasilkan kenaikan tekanan darah yang menetap sampai menuju tingkat hipertensi (Wardana, W: 1999). Penelitian ini merupakan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpajan kebisingan di PT. “X” Indonesia tahun 2014 yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan tekanan darah sehingga dapat dilakukan pencegahan sejak dini. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dilaksanakan pada JanuariMei 2014 di PT “X” Indonesia dengan jenis penelitian kuantitatif dan disain studi yang digunakan adalah Cross Sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah semua pekerja yang terpapar kebisingan. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari pengukuran langsung dan kuesioner serta data sekunder diperoleh dari PT “X” Indonesia. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara dosis kebisingan (p-value = 0.004) dan riwayat merokok (p-value = 0.010) dengan kenaikan tekanan darah sistole Sedangkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja dan umur dengan kenaikan tekanan darah sistole. Saran yang dilakukan adalah peningkatan pengawasan terhadap penggunaan alat pelindung telinga pada pekerja, serta perlu adanya tindak lanjut berupa sanksi yang dilakukan oleh pihak perusahaan, karena masih ada pekerja yang tidak menggunakannya saat pekerjaan berlangsung. Selain itu pengecekan berkala alat pelindung telinga juga diperlukan untuk mengetahui masih layak atau tidakkah alat pelindung telinga tersebut digunakan. Daftar bacaan : 38 (1961 – 2008) ii
JAKARTA STATE ISLAMIC UNIVERSITY FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH Undergraduated Thesis, July 2014 Sofyan Hadi, NIM : 107101001488 Factors affect a rise blood pressure on workers that is exposed noise in PT “X” Indonesia Year 2014 (xvi + 82 pages, 32 attachments) ABSTRACT PT “X” is one of an industrial enterprise manufacturer of automobiles who was in bogor indonesia. During the production process in this company, there are the noise have the value of a threshold above normal. From 8 locations / station carried out the measurement of noise, there are three locations / station which has a dose and twa that exceeds the value of a threshold, namely rear axle (188%), station 1b (127%), and the washing (481% ). Other malignancies against noise that exceeds the value of a threshold during a considerable time in addition to amounted to hearing loss light can also raise blood pressure. The repetition of exposure to the noise continuous can hasten of developmental changes in the structure of vascular peripheral vessels so as to produce a rise in blood pressure that settled until toward the rate of hypertension (Wardana, W: 1999). This research is research on factors that affect a rise in blood pressure on workers that is exposed noise in PT X” Indonesia 2014 whose aim is to identify the factors that affect a rise in blood pressure so as to be conducted early prevention.Research conducted by a student of uin syarif hidayatullah jakarta held on januari- may 2014 in PT X” Indonesia with the kind of research and the design of quantitative study used is the cross sectional. A sample in this research is all workers exposed to noise. The data used is data derived from measurement direct primary and secondary a questionnaire as well as data obtained from PT X” Indonesia. The results of the test statistics show there is a significant relation exists between a dose of noise ( p-value = 0.004 ) and the acts of smoking ( p-value = 0.010 ) with a rise in blood pressure the systole while there is not a significant relation exists between working time and age with a rise in blood pressure the systole and the diastole. A suggestion that is done is an increase the supervision to the use of a hearing protectors to the workers, and the need of a follow-up in the form of sanctions, conducted by the company because there are still worker who does not use them when the work in progress. Besides that checks a periodical instrument hearing protectors also required to know still worth hearing protectors or don ' t instrument is used. References : 38 (1961 – 2008)
iii
Judul Skripsi FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KENAIKAN TEKANAN DARAH PADA PEKERJA YANG TERPAJAN KEBISINGAN DI PT. “X” INDONESIA TAHUN 2014
Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing untuk dipertahankan pada sidang skripsi dihadapan tim penguji Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta,
Juli 2014 Oleh
Sofyan Hadi NIM : 107101001488
Catur Rosidati, MKM Pembimbing I
Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes Pembimbing II
iv
PANITIA SIDANG UJI SKRIPSI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta,
Juli 2014
Penguji Skripsi I
(Febrianti, M.Si)
Penguji Skripsi II
(dr. Yuli Prapanca Satar, MARS)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
Sofyan Hadi
Tempat Tanggal Lahir
Jakarta, 19 Oktober 1989
Alamat
Jl. Masjid An-Nur Kebon nanas V, RT 011/010 No.20 Kebayoran Lama, Jakarta Selatan
Agama
Islam
Golongan Darah
O
No. Telp
085777592632
E-mail
[email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN 1995 – 2001
SDI Al-Falah
2001 – 2004
MTS Al-Falah
2004 – 2007
MA Al-Falah
2007 – sekarang
S1 Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
PENGALAMAN ORGANISASI 2005 – 2006
Staff Divisi Pendidikan Ikatan Pelajar Madrasah Aliyah AlFalah
2008 – 2009
Staff Departemen Pusat Penelitian dan Pengembangan BEM Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vi
KATA PENGANTAR الســالم ع ــليكم و رحمة اهلل و بركا ته Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan kenikmatan yang tak terhingga kepada kita semua. Dengan memanjat rasa syukur atas segala nikmat dan rahmat-Nya hingga laporan penelitian (skripsi) yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenaikan Tekanan Darah pada Pekerja yang Terpajan Kebisingan di PT. “X” Indonesia Tahun 2014” ini dapat disusun dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpah curahan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini. Penyusunan skripsi ini bukanlah merupakan hasil usaha peneliti sendiri, melainkan banyak pihak yang memberikan bantuan, bimbingan, motivasi, dan saran dalam menyelesaikannya. Untuk itu sepatutnya peneliti mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada: 1.
Keluarga tercinta, terutama ayah dan mama yang tak pernah lelah untuk memberikan
nasihat,
semangat
serta
kasih
sayangnya
yang
tulus.
Pengorbanannya tak akan penulis lupakan. 2.
Ibu Febrianti, M.Si sebagai Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat.
3.
Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK selaku penanggung jawab peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
vii
4.
Ibu Catur Rosidati, MKM dan Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, MKes selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu, arahan dan ilmu dalam membimbing hingga skripsi ini selesai.
5.
Seluruh dosen dan staf Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6.
Bapak Ir. Ari Abriyarto selaku pembimbing lapangan serta bapak/ibu lainnya yang tidak penulis ucapkan satu persatu namanya, terimakasih atas kesempatan, bimbingan maupun arahan yang telah diberikan kepada penulis selama di PT. “X” Indonesia.
7.
Sahabat-sahabat seperjuanganku di kesmas 2007 baik K3 maupun Gizi, sukses untuk kita semua. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripai ini masih terdapat
kekurangan dan kesalahan karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kesalahan datangnya dari peneliti selaku manusia, karena itu peneliti mengharap saran dan kritik yang membangun guna menjadi lebih baik lagi. Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Jakarta, Juli 2014
Peneliti
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .........................................................................................
i
ABSTRAK....................................................................................................................
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN...............................................................................
iv
PANITIA SIDANG SKRIPSI......................................................................................
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP......................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .................................................................................................
vii
DAFTAR ISI ................................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL.........................................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang .................................................................................................
1
1.2.
Rumusan Masalah.............................................................................................
4
1.3.
Pertanyaan Penelitian........................................................................................
5
1.4.
Tujuan Penelitian ............................................................................................
6
1.4.1. Tujuan Umum ......................................................................................
6
1.4.2. Tujuan Khusus .....................................................................................
7
Manfaat Penelitian............................................................................................
8
1.5.1. Bagi Peneliti ........................................................................................
8
1.5.2. Bagi Perusahaan ...................................................................................
8
1.5.3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN..................................
8
1.5.4. Bagi Peneliti Lain..................................................................................
8
Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................
9
1.5.
1.6.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Kebisingan........................................................................................................
10
2.1.1. Pengertian Kebisingan..........................................................................
10
ix
2.1.2. Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan..............................................
11
2.2.
Sumber Kebisingan..........................................................................................
12
2.3.
Jenis Kebisingan...............................................................................................
13
2.4.
Recommended Exposure Limit (REL) .............................................................
14
2.5.
Gangguan Akibat Kebisingan..........................................................................
15
2.5.1. Gangguan Auditorial............................................................................
15
A. Sensorineural Hearing Loss...........................................................
16
B. Conductive Hearing Loss...............................................................
16
C. Mixed Hearing Loss.......................................................................
17
2.5.2. Gangguan Nonauditorial......................................................................
17
A. Gangguan Fisiologis.......................................................................
17
B. Gangguan Psikologis......................................................................
18
C. Gangguan Komunikasi...................................................................
18
D. Gangguan Tidur..............................................................................
18
2.6.
Pengendalian Kebisingan.................................................................................
19
2.7.
Tekanan Darah.................................................................................................
23
2.8.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Naiknya Tekanan Darah........................
28
2.9.
Kerangka Teori.................................................................................................
36
BAB III KERANGKA KONSEP 3.1.
Kerangka Konsep..............................................................................................
38
3.2.
Definisi Operasional..........................................................................................
40
3.3.
Hipotesis............................................................................................................
42
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1.
Desain Penelitian ..............................................................................................
43
4.2.
Lokasi dan waktu penelitian..............................................................................
43
4.3.
Populasi dan Sampel.........................................................................................
43
4.4.
Pengumpulan Data............................................................................................
45
4.5.
Teknik Pengolahan Data...................................................................................
48
x
4.6.
Analisis Data.....................................................................................................
50
BAB V HASIL 5.1.
5.2.
Gambaran Umum Perusahaan…………..........................................................
51
5.1.1. Panitia Pelaksana Keselamatan Kesehatan Kerja (P2K3)....................
51
5.1.2. Proses Produksi.....................................................................................
52
Hasil Analisis Univariat....................................................................................
60
5.2.1. Gambaran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Kerja Di PT “X” Indonesia Tahun 2014..........................................................................
60
5.2.2. Gambaran Kenaikan Tekanan Darah Sistole Di PT “X” Indonesia
5.3.
Tahun 2014...........................................................................................
61
5.2.3. Gambaran Dosis Kebisingan Di PT “X” Indonesia Tahun 2014.........
61
5.2.4. Gambaran Masa Kerja Di PT “X” Indonesia Tahun 2014...................
62
5.2.5. Gambaran Usia Di PT “X” Indonesia Tahun 2014..............................
63
5.2.6. Gambaran Status Merokok Di PT “X” Indonesia Tahun 2014...........
63
Hasil Analisis Bivariat......................................................................................
64
5.3.1. Hubungan antara Dosis Kebisingan terhadap Kenaikan Tekanan Darah Sistole Di PT “X” Indonesia Tahun 2014..................................
64
5.3.2. Hubungan antara Masa Kerja terhadap Kenaikan Tekanan Darah Sistole Di PT “X” Indonesia Tahun 2014............................................
65
5.3.3. Hubungan antara Usia terhadap Kenaikan Tekanan Darah Sistole Di PT “X” Indonesia Tahun 2014.............................................................
66
5.3.4. Hubungan antara Status Merokok terhadap Kenaikan Tekanan Darah Sistole Di PT “X” Indonesia Tahun 2014............................................
67
BAB VI PEMBAHASAN 6.1.
Keterbatasan Penelitian.....................................................................................
69
6.2.
Peningkatan tekanan darah................................................................................
69
6.3.
Kebisingan.........................................................................................................
70
6.4.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kenaikan Tekanan Darah
xi
6.4.1. Hubungan antara Dosis Kebisingan dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole………….................................................................................
72
6.4.2. Hubungan antara Masa Kerja dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole.............................................................................................. 6.4.3. Hubungan
antara
Usia
dengan
Kenaikan
Tekanan
73
Darah
Sistole.................................................................................................
74
6.4.4. Hubungan antara Status Merokok dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole...............................................................................................
75
BAB VII PENUTUP 1.1.
Kesimpulan.......................................................................................................
77
1.2.
Saran..................................................................................................................
78
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
79
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Halaman
Tabel 2.1
Nilai Ambang Batas Kebisingan..........................................
11
Tabel 3.1
Definisi Operasional..............................................................
40
Tabel 4.1
Nilai P1 dan P2 masing-masing variabel..............................
44
Tabel 5.1
Gambaran Tekanan Darah Sistole Sebelum dan Sesudah Bekerja Di PT “X” Indonesia Tahun 2014........................
Tabel 5.2
60
Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Kenaikan Tekanan Darah Sistole Di PT “X” Indonesia Tahun 2014...............................................................................
Tabel 5.3
Gambaran Distribusi
Responden Berdasarkan Dosis
Kebisingan Di PT “X” Indonesia Tahun 2014.................. Tabel 5.4
Distribusi
Frekuensi
Responden
Berdasarkan
63
Status
Merokok Di PT “X” Indonesia Tahun 2014..................... Tabel 5.7
62
Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Usia Di PT “X” Indonesia Tahun 2014............................................
Tabel 5.6
62
Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja Di PT “X” Indonesia Tahun 2014.....................................
Tabel 5.5
61
64
Distribusi Responden Berdasarkan Dosis Kebisingan dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole di PT “X” Indonesia Tahun 2014....................................................
Tabel 5.8
65
Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole di PT “X” Indonesia Tahun 2014....................................................................
Tabel 5.9
66
Distribusi Responden Berdasarkan Usia dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole di PT “X” Indonesia Tahun 2014.....
67
Distribusi Responden Berdasarkan Status Merokok dengan Tabel 5.10
Kenaikan Tekanan Darah Sistole di PT “X” Indonesia Tahun 2014....................................................................
xiii
68
DAFTAR GAMBAR
Nomor Tabel
Halaman
Gambar 2.1
Earmuff ...................................................................................
22
Gambar 2.2
Earplug.....................................................................................
23
Gambar 2.3
Kerangka Teori........................................................................
37
Gambar 3.1
Kerangka Konsep..................................................................
39
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Tingkat Kebisingan di Station 1A dalam Keadaan Normal............................
Lampiran 1
Tingkat Kebisingan di Station 1B dalam Keadaan Normal............................
Lampiran 2
Tingkat Kebisingan di Axle Depan dalam Keadaan Normal..........................
Lampiran 3
Tingkat Kebisingan di Axle Belakang dalam Keadaan Normal......................
Lampiran 4
Tingkat Kebisingan di Gearbox dalam Keadaan Normal...............................
Lampiran 5
Tingkat Kebisingan di Engine dalam Keadaan Normal..................................
Lampiran 6
Tingkat Kebisingan Station 1A.......................................................................
Lampiran 7
Tingkat Kebisingan Station 1B dari sumber Station 1A.................................
Lampiran 8
Tingkat Kebisingan Axle Depan dari Sumber Station 1A..............................
Lampiran 9
Tingkat Kebisingan Station 1B......................................................................
Lampiran 10
Tingkat Kebisingan Station 1A dari Sumber Station 1B................................
Lampiran 11
Tingkat Kebisingan axle depan dari sumber Station 1B................................
Lampiran 12
Tingkat Kebisingan Axle Belakang dari Sumber Station 1B..........................
Lampiran 13
Tingkat Kebisingan Washing..........................................................................
Lampiran 14
Tingkat Kebisingan Car Inspection dari sumber Washing............................
Lampiran 15
Tingkat kebisingan di Axle depan terhadap Axle belakang.............................
Lampiran 16
Tingkat kebisingan di Axle belakang..............................................................
Lampiran 16
Tingkat kebisingan di Engine terhadap Axle belakang...................................
Lampiran 16
Tingkat kebisingan di Gear terhadap Axle belakang......................................
Lampiran 17
Tingkat kebisingan di Station 1A terhadap Axle belakang.............................
Lampiran 17
Tingkat kebisingan di Station 1B terhadap aAxle belakang....................
Lampiran 18
Lama Paparan Sumber Kebisingan.................................................................
Lampiran 18
Dosis yang diterima pekerja di Station 1A.....................................................
Lampiran 19
Dosis yang diterima pekerja di Station 1B......................................................
Lampiran 20
Dosis yang diterima pekerja di Axle Depan...................................................
Lampiran 21
Dosis yang diterima pekerja di Axle Belakang...............................................
Lampiran 22
Dosis yang diterima pekerja di Engine...........................................................
Lampiran 23
Dosis yang diterima pekerja di Washing.........................................................
Lampiran 24
xv
Dosis yang diterima pekerja di Car Inspection...............................................
Lampiran 25
Uji Normalitas.................................................................................................
Lampiran 26
Tekanan Darah Sistole....................................................................................
Lampiran 26
Dosis Kebisingan............................................................................................
Lampiran 26
Masa Kerja......................................................................................................
Lampiran 27
Umur...............................................................................................................
Lampiran 28
Hubungan antara Dosis Kebisingan dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole..............................................................................................................
Lampiran 29
Hubungan antara Masa Kerja dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole.............................................................................................................. Hubungan
antara
Usia
dengan
Kenaikan
Tekanan
Lampiran 30
Darah
Sistole..............................................................................................................
Lampiran 31
Hubungan antara Status Merokok dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole..............................................................................................................
xvi
Lampiran 32
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri dalam menggunakan mesin-mesin di lingkungan kerja terus mengalami lonjakan yang signifikan. Seiring dengan hal tersebut, maka muncul permasalahan baik aspek keselamatan maupun aspek kesehatan sebagai dampak interaksi antara manusia dengan mesin. Untuk mengurangi dampak permasalahannya, maka dilaksanakan upaya kesehatan dan keselamatan kerja pada industri yang bersangkutan yang bertujuan untuk menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Salah satu bahaya yang diakibatkan oleh proses pekerjaan di suatu industri adalah
kebisingan.
Kebisingan
merupakan
gangguan
yang
berpotensi
mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan terutama berasal dari kegiatan operasional peralatan pabrik,
sedangkan operator merupakan komponen
lingkungan yang terkena pengaruh yang diakibatkan adanya peningkatan kebisingan (Sasongko, dkk, 2000). Gangguan yang ditimbulkan akibat kebisingan pada tenaga kerja bermacammacam, mulai dari gangguan fisiologis sampai gangguan permanen kehilangan pendengaran (Siswanto, 1990). Kebisingan juga dapat menimbulkan gangguan terhadap sistem jantung dan peredaran darah melalui mekanisme hormonal yang
1
2
diproduksinya, yaitu hormon adrenalin, dapat meningkatkan frekuensi detak jantung dan tekanan darah (Sasongko, dkk, 2000). Pengaruh kebisingan terhadap tekanan darah tinggi telah menjadi bahan kajian dan studi utama kebisingan di lingkungan kerja. Penelitian-penelitian mengindikasikan bahwa paparan jangka panjang terhadap kebisingan intensitas tinggi pada 85 dBA atau lebih, khususnya ketika telinga tidak dilindungi akan menyebabkan kenaikan tekanan darah atau hipertensi (Evelyn, dkk, 2006). Beberapa penelitian yang pernah dilakukan menemukan bahwa kebisingan dapat memberikan dampak yang buruk pada kesehatan. Parvizpoor pada penelitiannya terhadap tenaga kerja bagian tenun dengan intensitas bising 96 dBA menemukan 27,1% tenaga kerja mengalami kenaikan tekanan darah pada kelompok kontrol hanya ditemukan 8,6%. Penelitian Andriukin (1961) menemukan bahwa pada tenaga kerja bagian mesin bubut di Moskwa dengan intensitas bising 93 dBA. Didapatkan hasil bahwa tenaga kerja yang terpapar kebisingan tekanan darahnya dua kali lebih tinggi daripada kelompok pekerja yang tidak terpapar kebisingan. Selain itu, penelitian terhadap tenaga penggilingan padi di kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Yogyakarta didapatkan bahwa kebisingan mesin penggilingan padi pada intensitas 86-97 dBA mengakibatkan tekanan darah operator penggilingan padi mengalami perubahan berdasarkan tekanan arteri ratarata antara 4,443 mmHg sampai 10 mmHg, dengan rata-rata kenaikan sebesar 2,49 mmHg (Bambang, S, 2002).
3
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada karyawan PT Semen Tonasa didapatkan juga hasil bahwa ada hubungan antara intensitas kebisingan dengan peningkatan tekanan darah, baik itu sistolik maupun diastolik (Babba, J, 2007). Chun Hui et. Al (2007) melakukan penelitian mengenai hubungan antara kebisingan, usia pekerja, masa kerja, lama kerja per hari dan penggunaan APT terhadap penurunan pendengaran dan efek non-auditory berupa peningkatan tekanan darah yang diakibatkan oleh kebisingan industry pada 659 pekerja wanita di pabrik tekstil di Cina. Berdasarkan penelitian tersebut, diperoleh data bahwa sebesar 23,62% mengalami penurunan pendengaran dan sebesar 7,93% mengalami peningkatan tekanan darah. Menurut Lang et.al (1992) dalam Institute of Occupational Medicine for Health and Safety Executive (1999) yang meneliti secara cross sectional pada 432 pekerja yang terpapar kebisingan selama jam kerja (8 jam sehari) pada paparan sekitar 85 dB atau melebihi, diperoleh hasil bahwa terdapat kenaikan tekanan darah sekitar 5-10 mmHg. PT. “X” merupakan salah satu perusahaan industri produsen mobil yang berada di Indonesia. Dalam proses produksi di perusahaan ini terdapat 8 lokasi/station yang terpapar dari kebisingan tersebut, diantaranya Axle Belakang, Axle Depan, Engine, Gearbox, Station 1A, Station 1B, Washing, dan Car Inspection. Dari 8 lokasi/station tersebut, sebagian besar tingkat kebisingannya berada di atas Nilai Ambang Batas. Menurut Kepmenaker No.51 Tahun 1999, Nilai Ambang Batas kebisingan yang diperbolehkan sebesar 85 dB untuk 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
4
Peneliti melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada Januari 2014, dengan mengambil pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah kerja pada pekerja yang terpapar kebisingan yang melebihi ambang batas sebanyak 10 sampel. Dari 10 sampel tersebut, 7 sampel diantaranya mengalami kenaikan tekanan darah setelah bekerja. Berkaitan dengan studi pendahuluan tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” tahun 2014. Penelitian ini penting dilakukan, karena pengulangan paparan kebisingan yang terus menerus dapat mempercepat perkembangan perubahan struktur vascular pembuluh perifer sehingga menghasilkan kenaikan tekanan darah yang menetap sampai menuju tingkat hipertensi (Wardana, W, 1999).
1.2. Rumusan Masalah Keterpaparan terhadap kebisingan yang melebihi nilai ambang batas pada kurun waktu yang cukup lama akan berakibat pada gangguan pendengaran ringan dan jika terjadi terus menerus akan menyebabkan ketulian permanen. Selain itu kebisingan juga diduga menimbulkan gangguan emosional yang memicu meningkatnya tekanan darah. Energi kebisingan yang tinggi mampu juga menimbulkan efek viseral, seperti perubahan frekuensi jantung, perubahan tekanan darah dan tingkat pengeluaran keringat, dapat juga terjadi efek psikososial dan psikomotor ringan jika seseorang berada di lingkungan yang bising. (Harrington dan Gill, 2005). Pengulangan paparan yang terus menerus dapat mempercepat perkembangan
perubahan
struktur
vascular
pembuluh
perifer
sehingga
5
menghasilkan kenaikan tekanan darah yang menetap sampai menuju tingkat hipertensi (Wardana, W, 1999). Dalam penelitian ini, penulis hanya akan membatasai akibat kebisingan pada aspek fisiologis berupa peningkatan tekanan darah. Hal ini dikarenakan efek tersebut yang secara langsung dapat terlihat karena merupakan gejala awal yang dapat dideteksi sebagai akibat dari adanya pengaruh kebisingan. Maka berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Januari 2014 dengan pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah kerja pada pekerja yang terpapar kebisingan yang melebihi nilai ambang batas, diperoleh hasil bahwa 7 pekerja mengalami peningkatan tekanan darah, dan 3 pekerja tidak mengalami peningkatan tekanan darah. Pada studi pendahuluan ini juga diikuti dengan observasi terhadap pemakaian alat pelindung telinga pada pekerja. Didapatkan hasil observasi bahwa sebagian besar pekerja tidak memakai alat pelindung telinga yang berada di tempat sumber kebisingan. Maka berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” tahun 2014.
1.3. Pertanyaan Penelitian 1.
Bagaimana gambaran tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014?
2.
Bagaimana gambaran dosis kebisingan pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014?
6
3.
Bagaimana gambaran masa kerja pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014?
4.
Bagaimana gambaran usia pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014?
5.
Bagaimana gambaran status merokok pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014?
6.
Apakah ada hubungan antara dosis kebisingan dengan kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014?
7.
Apakah ada hubungan antara masa kerja dengan kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014?
8.
Apakah ada hubungan antara usia dengan kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014?
9.
Apakah ada hubungan antara status merokok dengan kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014?
1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1.
Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpajan kebisingan di PT “X” Indonesia tahun 2014.
7
1.4.2.
Tujuan Khusus 1.
Mengetahui gambaran tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014
2.
Mengetahui gambaran dosis kebisingan pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014
3.
Mengetahui gambaran masa kerja pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014
4.
Mengetahui gambaran usia pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014
5.
Mengetahui gambaran status merokok pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014
6.
Mengetahui hubungan antara dosis kebisingan dengan kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014
7.
Mengetahui hubungan antara masa kerja dengan kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014
8.
Mengetahui hubungan antara usia dengan kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014
9.
Mengetahui hubungan antara status merokok dengan kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014
8
1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1.
Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman yang berharga dalam pelaksanaan aplikasi ilmu dan teori yang telah didapat dibangku perkuliahan
1.5.2.
Bagi Perusahaan Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi masukan yang bermanfaat tentang kajian dalam aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
1.5.3.
Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Hasil yang didapat dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta.
1.5.4.
Bagi Peneliti Lain Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpajan kebisingan.
9
1.6. Ruang Lingkup Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di PT. “X” Indonesia yang terletak di Bogor bulan Mei 2014. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini berupa data primer, seperti pengukuran kebisingan, pengukuran tekanan darah, serta wawancara kepada pekerja. Selain itu digunakan juga data sekunder berupa profil perusahaan dan data-data mengenai pekerja.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kebisingan 2.1.1.
Pengertian Kebisingan Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Kepmenaker No 51 tahun 1999). Kebisingan juga dapat diartikan bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (KepMenLH No.48 Tahun 1996). Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf pendengar dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkan getaran dari sumber bunyi atau suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar lainnya dan manakala bunyi atau suara tersebut tidak dikehendaki oleh karena mengganggu atau timbul di luar kemauan orang yang bersangkutan, maka bunyi-bunyian atau suara demikian dinyatakan sebagai kebisingan (Suma’mur, 2009). Jadi dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan serta dapat menimbulkan ketulian.
10
11
2.1.2.
Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan NAB kebisingan di tempat kerja adalah intensitas suara tertinggi yang merupakan nilai rata-rata, yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang menetap untuk waktu kerja terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu (Suma’mur P.K., 1996:298).
Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Kebisingan
Sumber : Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP- 51 /MEN/1999
12
Seperti diketahui, NAB kebisingan di tempat kerja yang berlaku di Indonesia adalah 85 dBA, sedangkan jumlah, jenis pengukuran dan penilaian berkala ditentukan oleh sifat dan besarnya bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh kebisingan. Oleh karena itu, perlu diusahakan agar kebisingan di tempat kerja lebih rendah dari NAB tersebut, melalui tindakan teknis, dan apabila tidak mungkin dilakukan, pemakaian alat pelindung diri yang memenuhi syarat harus diadakan (Suma’mur P.K., 1996:297).
2.2
Sumber Kebisingan Menurut M. Nasri (1997), sumber kebisingan dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu : 1.
Mesin Yaitu kebisingan yang ditimbulkan akibat aktifitas mesin
2.
Vibrasi Yaitu kebisingan yang ditimbulkan akibat getaran yang diakibatkan aktifitas peralatan.
3.
Pressure-redusing valve (pergerakan udara, gas dan cairan) Yaitu kebisingan yang ditimbulkan akibat pergerakan dari udara, gas, likuid atau cairan, dalam kegiatan proses kerja industri.
13
2.3
Jenis Kebisingan Menurut Suma’mur (1996), jenis-jenis kebisingan dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu : 1.
Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state, wide band noise), misalnya mesin, kipas angin, dapur pijar dan lain-lain.
2.
Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit (steady state, narrow band noise), misalnya gergaji sirkuler, katup gas dan lain-lain.
3.
Kebisingan terputus-terputus (intermittent), misalnya lalu-lintas, suara kapal terbang dilapangan udara.
4.
Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise), seperti pukulan tukul, tembakan bedil atau meriam, ledakan.
5.
Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan.
Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dapat dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu : 1.
Bising yang mengganggu (Irritating noise). Intensitas tidak terlalu keras. Misalnya mendengkur.
2.
Bising yang menutupi (Masking noise). Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran
yang
jelas.
Secara
tidak
langsung
bunyi
ini
akan
membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.
14
3.
Bising yang merusak (Damaging/Injurious moise). Bunyi yang intensitasnya melampaui nilai ambang batas. Bunyi ini jelas akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran. (Buchari, 2007).
2.4
Recommended Exposure Limit (REL) Eksposur yang direkomendasikan NIOSH batas (REL) untuk pajanan kebisingan. REL yang tertulis adalah 85 dBA, sama dengan 8 jam per hari. Paparan di dan di atas level tersebut dapat dianggap bahaya. A. Exposure Level dan Durasi Pekerjaan yang terdapat paparan kebisingan harus dikendalikan sehingga paparan pekerja kurang dari kombinasi tingkat pemaparan (L) dan durasi (T), sebagaimana dihitung dengan rumus berikut :
B. Weighted Average (TWA) REL untuk sebuah 8-jam shift kerja adalah 85 dBA TWA menggunakan 3decibel (dB) nilai tukar. C. Daily Noise Dose Ketika pemaparan kebisingan sehari-hari terdiri dari periode yang berbeda tingkat kebisingan, dosis harian (D) tidak sama atau melebihi 100, seperti yang dihitung menurut rumus berikut: (
)
15
Cn = total waktu pemaparan pada tingkat kebisingan tertentu, Tn = pemaparan durasi yang kebisingan pada tingkat ini menjadi berbahaya. Dosis harian dapat diubah menjadi sebuah 8-hr TWA menurut rumus berikut : (
2.5
)
Gangguan Akibat Kebisingan Gangguan yang ditimbulkan akibat kebisingan pada tenaga kerja bermacammacam, mulai dari gangguan fisiologis dan gangguan psikologis sampai gangguan permanen sampai kehilangan pendengaran (A. Siswanto, 1990:22). Pengaruhpengaruh negatif demikian adalah sebagai berikut : 2.5.1.
Gangguan Auditorial Dampak auditorial cukup banyak jenisnya dengan tingkat keparahan
yang
beragam,
mulai
bersifat
sementara dan dapat
disembuhkan atau sembuh dengan sendirinya (temporary threshold shift atau TTS) hingga permanen (permanent threshold shift atau PTS). Gangguan auditorial merupakan faktor yang diduga lebih peka terhadap penurunan ketajaman pendengaran akibat paparan bising (Joko Suyono,
1995:172).
Gangguan
auditorial
dapat
diklasifikasikan
berdasarkan letak atau posisi gangguan pendengaran pada sistem pendengaran manusia. Dikenal tiga jenis gangguan (hearing loss), yaitu :
16
A.
Sensorineural Hearing Loss Sensorineural hearing loss diklasifikasikan sebagai masalah pada sistem sensor dan bukan masalah mekanis. Sensorineural Hearing Loss disebabkan oleh ketidakberesan pada bagian dalam telinga, khususnya kokhlea (Tambunan, 2005:121).
B.
Conductive Hearing Loss Jenis gangguan ini diklasifikasikan sebagai masalah mekanis (mecanical hearing loss) karena menyerang bagian luar dan tengah telinga pekerja, tepatnya selaput gendang telinga dan ketiga tulang utama (hammer, anvil dan stirrup) menjadi sulit atau tidak bisa bergetar. Akibatnya, pekerja menjadi agak sulit mendengar (Tambunan, 2005:121). Pada tuli konduktif tantangannya adalah mencari perawatan medis atau operasi untuk memperbaiki atau sekurang-kurangnya mempertajam pendengaran. Alasan hal ini adalah bahwa pada tuli konduktif, saraf pendengaran tetap normal, dan bila cacat pada mekanisme konduktif dapat diperbaiki, maka pendengaran akan kembali normal (Lilian Yuwono, 1995:52).
17
C.
Mixed Hearing Loss Jika
kedua
threshold
konduksi
menunjukkan
adanya
kehilangan atau gangguan pendengaran, namun porsi kehilangan lebih besar pada konduksi udara (Tambunan, 2005:122). 2.5.2.
Gangguan Nonauditorial A.
Gangguan Fisiologis Kebisingan dapat menimbulkan gangguan terhadap sistim jantung dan peredaran darah melalui mekanisme hormonal yang diproduksinya, yaitu hormon adrenalin, dapat meningkatkan frekuensi detak jantung dan tekanan darah. Kejadian ini termasuk gangguan kardiovaskuler (Dwi P. Sasongko, 2000:21). Banyak penelitian fisiologis
menunjukkan
bahwa pembukaan suara
menghasilkan: a)
Peningkatan tekanan darah.
b)
Akselarasi kecepatan jantung.
c)
Kontraksi pembuluh darah dari kulit.
d)
Peningkatan metabolisme.
e)
Penurunan organ pencernaan.
f)
Ketegangan otot meningkat. Semua reaksi ini merupakan gejala keadaan ketakutan yang
meluas, yang disebabkan dan dikontrol oleh keadaan stimulasi yang meningkat dari sistem syaraf otomatis. Ini merupakan mekanisme pertahanan yang mempersiapkan seluruh tubuh dalam menghadapi
18
kemungkinan bahaya, yang siap untuk melawan atau bertahan. (E. Granjeand, 1988:289). B.
Gangguan Psikologis Kebisingan dapat menimbulkan gangguan psikologis seperti kejengkelan, kecemasan dan ketakutan. Gangguan psikologis akibat kebisingan tergantung pada intensitas, frekuensi, perioda, saat dan lama kejadian, kompleksitas spektrum atau kegaduhan dan ketidak teraturan kebisingan (Dwi P. Sasongko, dkk, 2000:20). Perasaan yang memberatkan yang disebabkan oleh suara merupakan pengaruh yang paling penting, karena mereka tersebar, dan mereka harus dianggap sebagai faktor yang menentukan dalam mengembangkan teknik dalam melawan suara, dan merumuskan peraturan melawannya (E. Granjeand, 1988:289).
C.
Gangguan Komunikasi Kebisingan
bisa
mengganggu
percakapan
sehingga
mempengaruhi komunikasi yang sedang berlangsung (Dwi P. Sasongko, dkk, 2000:17). Untuk keperluan komunikasi ditempat kerja suatu perkataan yang di ucapakan baru dapat di pahami apabila intensitas ucapan paling sedikit 10 dB lebih tinggi dari latar belakang suara (Suma’mur P.K., 1991:98). D.
Gangguan Tidur Kebisingan mengganggu tidur, orang tidur akan terbangun. Gangguan tidur yang terus menerus menjadi sebab penurunan
19
produktivitas tenaga kerja karena proses pemulihan keadaan tubuh tidak terjadi sebagaimana mestinya (Suma’mur P.K., 1991:99). Gangguan tidur akibat kebisingan adalah sebagai berikut :
2.6
a)
Terpapar 40 dB kemungkinan terbangun 5%
b)
Pada 70 dB akan meningkat menjadi 30%
c)
100 dB manjadi 100% (A. Siswanto, 1990:29).
Pengendalian Kebisingan Pendekatan yang paling sering dipakai dan yang dianjurkan dalam perundangan untuk pengendalian risiko adalah dengan menggunakan hirarki pengendalian (Tarwaka, 2008) : A. Eliminasi (Elimination) Eliminasi merupakan suatu pengendalian risiko yang bersifat permanen dan harus dicoba untuk diterapkan sebagai pilihan prioritas pertama. Eliminasi dapat dicapai dengan memindahkan obyek kerja atau sistem kerja yang berhubungan dengan tempat kerja yang kehadirannya pada batas yang tidak dapat diterima oleh ketentuan, peraturan, atau standar baku sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang diperkenankan. Eliminasi adalah cara pengendalian risiko yang paling baik, karena risiko terjadinya kecelakaan dan sakit akibat potensi bahaya ditiadakan. Namun pada prakteknya pengendalian dengan cara eliminasi banyak mengalami kendala karena keterkaitan antara sumber bahaya dan potensi bahaya saling berkaitan atau menjadi sebab dan akibat.
20
B. Substitusi (Substitution) Pengendalian ini dimaksudkan untuk menggantikan bahan-bahan dan peralatan yang lebih berbahaya dengan bahan-bahan dan peralatan yang kurang berbahaya atau yang lebih aman, sehingga pemaparannya selalu dalam batas yang masih dapat diterima.
C. Rekayasa Teknik (Engineering Control) Pengendalian ini termasuk merubah struktur obyek kerja untuk mencegah seseorang terpapar kepada potensi bahaya, seperti pemberian pengaman mesin, penutup ban berjalan, pembuatan cor beton (concrete) untuk menghindari adanya tumpahan oli/minyak (spill oil), dan sebagainya.
D. Isolasi (Isolation) Isolasi merupakan pengendalian risiko dengan cara memisahkan seseorang dari objek kerja, seperti menjalankan mesin-mesin produksi dari tempat tertutup (control room) menggunakan alat kendali otomatis (remote control).
E. Pengendalian Administrasi (Administration Control) Pengendalian administrasi dilakukan dengan menyediakan suatu sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya. Metode ini sangat tergantung dari perilaku pekerjanya dan memerlukan pengawasan yang teratur untuk dipatuhinya pengendalian
21
administrasi ini. Metode ini meliputi rekruitmen tenaga kerja baru sesuai jenis pekerjaan yang akan ditangani, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, rotasi kerja untuk mengurangi kebosanan dan kejenuhan, penerapan prosedur kerja, pengaturan kembali jadwal kerja, training keahlian, dan training masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
F. Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment) Alat Pelindung Diri (APD) secara umum merupakan sarana pengendalian yang digunakan untuk jangka pendek dan bersifat sementara saat sistem pengendalian yang lebih permanen belum dapat diterapkan. APD merupakan pilihan terakhir dari suatu sistem pengendalian risiko di tempat kerja. Hal ini disebabkan penggunaan APD mempunyai kelemahan antara lain : 1.
APD tidak menghilangkan risiko bahaya yang ada, tetapi hanya membatasi antara terpaparnya tubuh dengan potensi bahaya yang diterima. Bila penggunaan APD gagal, maka secara otomatis bahaya yang ada akan mengenai pekerja.
2.
Penggunaan APD dirasakan tidak nyaman, karena kekurangleluasaan gerak pada waktu kerja dan dirasakan adanya beban tambahan karena harus dipakai selama bekerja. Proteksi personal yang bisa diterapkan adalah penggunaan earplugs
dan earmuffs. Menurut Mc Cormick dan Sanders (1987), terdapat 2 tipe APT, yaitu APT permanen (earmuffs, earplugs dan headphone) dan APT
22
tidak permanen (sumbat telinga seperti kapas kering atau basah dan glassdown). Menurut Sembodo (2004), selain sumbat telinga dan tutup telinga, untuk mengurangi kebisingan ada juga yang menggunakan helm. Jika sumbat telinga mampu mengurangi kebisingan 8 – 30 dBA dan tutup telinga 25 – 40 dBA. 1.
Earmuffs Earmuffs terbuat dari karet dan plastik. Earmuffs bisa digunakan untuk intensitas tinggi (>95 dB), bisa melindungi seluruh telinga, ukurannya bisa disesuaikan untuk berbagai ukran telinga, mudah diawasi dan walaupun terjadi infeksi pada telinga alat tetap dapat dipakai. Kekurangannya, penggunaan earmuffs menimbulkan ketidaknyamanan, rasa panas dan pusing, harga relatif lebih mahal, sukar dipasang pada kacamata dan helm, membatasi gerakan kepala dan kurang praktis karena ukurannya besar. Earmuffs lebih protektif daripada earplugs jika digunakan dengan tepat, tapi kurang efektif jika penggunaannya kurang pas dan pekerja menggunakan kaca mata.
Gambar 2.1 Earmuff (Tambunan, 2005)
23
2.
Earplugs Earplugs lebih nyaman dari earmuffs, berlaku untuk tingkat kebisingan sedang (80-95 dB) untuk waktu paparan 8 jam. Jenis earplugs ada bermacam-macam: padat dan berongga. Bahannya terbuat dari karet lunak, karet keras, lilin, plastik atau kombinasi dari bahan-bahan tersebut. Keuntungan dari ear plug adalah: mudah dibawa karen akecil, lebih nyaman bila digunakan pada tempat yang panas, tidak membatasi gerakan kepala, lebih murah daripada ear muff, lebih mudah dipakai bersama dengan kacamata dan helm. Sedangkan kekurangan dari ear plug yaitu atenuasi lebih kecil, sukar mengontrol atau diawasi, saluran telingan lebih mudah terkena infeksi dan apabila sakit ear plug tidak dapat dipakai.
Gambar 2.2 Earplug (Sumber: Defi P,Iferta Inafalia, 2005)
2.7
Tekanan Darah Menururt Pearce (2006), tekanan darah ialah kekuatan tekanan darah ke dinding pembuluh darah yang menampungnya. Tekanan ini berubah-ubah pada setiap tahap siklus jantung. Tekanan darah menunjukkan keadaan di mana tekanan yang dikenakan oleh darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh
24
jantung ke seluruh anggota tubuh, dengan kata lain tekanan darah juga berarti kekuatan yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh (Guyton dan Hall, 1997). A.
Tekanan darah sistolik dan diastolik Tekanan darah dibedakan menjadi dua, yaitu tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Tekanan sistolik merupakan tekanan pada pembuluh darah yang lebih besar ketika jantung berkontraksi. Tekanan sistolik menyatakan puncak tekanan yang dicapai selama jantung menguncup. Tekanan yang terjadi bila otot jantung berdenyut memompa untuk mendorong darah keluar melalui arteri, dimana tekanan ini berkisar antara 95 - 140 mmHg. Sedangkan tekanan diastolik merupakan tekanan yang terjadi ketika jantung rileks di antara tiap denyutan. Tekanan diastolik menyatakan tekanan terendah selama jantung mengembang. Dimana tekanan ini berkisar antara 60 - 95 mmHg.
B.
Penggolongan Tekanan Darah (Ganong, 1991 :165) 1.
Tekanan darah normal Seorang dikatakan mempunyai tekanan darah normal bila catatan tekanan darah untuk sistolik < 140 mmHg dan diastole < 90 mmHg (Guyton dan Hall, 1997: 219). Nilai Tekanan Darah normal (dalam mmHg) : Pada usia 15-20 tahun keatas = 90-120/60-80 mmHg, usia 30-40 tahun = 110-140/70-90 mmHg, dan usia 50 tahun = 120-150/70-90 mmHg (Oktia Woro, 1999:7).
25
2.
Tekanan darah rendah Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah rendah bila catatan tekanan darah untuk yang normal tetap di bawah 100/60 mmHg, tekanan sistolik <100 mmHg dan diastole < 60 mmHg (Watson, 2002 : 265)
3.
Tekanan darah Tinggi Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah tinggi bila catatan tekanan darah untuk yang normal tetap di atas 100/90 mmHg, tekanan sistol > 140 mmHg dan diastole > 90 mmHg (Watson, 2002 : 265)
C.
Efek kebisingan terhadap tekanan darah Bising merupakan gangguan yang bersifat psikososial. Gangguan yang bersifat psikosial ini bila datang berulang-ulang terhadap pekerja akan menimbulkan reaksi siaga yang selalu mengikutsertakan naiknya aktivitas saraf simpatis yang dalam waktu tertentu dapat mengakibatkan kenaikan tekanan darah (Miller et al, 1969). Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apabila terputus-putus atau datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (10 mmHg), nadi menjadi cepat naik, emosi meningkat, vaso kontruksi pembuluh darah naik, pucat, otot tegang atau metabolisme tubuh meningkat seperti keringat meningkat dan menjadi kurus (Astra Green company, 2002).
26
Burns (1979) dalam penelitiannya dengan menggunakan alat photoelectric secara tidak langsung dapat mengukur perubahan volume darah perifer rata-rata dari jari-jari pada pemaparan suara jangka pendek. Hasilnya bahwa semakin tinggi intensitas suara pada pemaparan jangka pendek, vasokontriksi perifer makin berat dan maksimal dicapai pada intensitas suara 102 dB setelah pemaparan 10 detik. Penelitian di Bandara Munich oleh Evans, et all 1995, ditemukan kenaikan tekanan darah sistolik 3 mmHg yang dihubungkan dengan kebisingan penerbangan. Sedangkan penelitian evans, et all 1998, ditemukan ada kenaikan tekanan darah sisol dan diastol untuk komunitas yang terpajan sebesar 3,4 mmHg lebih besar dibanding grup kontrol. Penelitian statistik oleh Van Kempen terhadap banyak hasil studi efek kebisingan, mendapatkan adanya pengaruh dari pajanan kebisingan pada tekanan darah. Kenaikan signifikan secara statistik ditemukan untuk pajanan kebisingan lingkungan kerja, untuk tekanan darah sistol 0,51 (0,01-1,00) mmHg/5 dBA, sedangkan untuk diastoli kenaikannya tidak signifikan. Penelitian Rosenlund terhadap 2919 sampel penduduk yang tinggal di sekitar Bandara Arlanda, Stockholm dengan lama tinggal paling sedikit 1 tahun dan berumur 19-80 tahun, menunjukkan bahwa pajanan kebisingan penerbangan bisa menjadi faktor risiko untuk terjadinya hipertensi. Penduduk yang tinggal sekitar bandara Arlanda dengan pajanan kebisingan kurang dari 55 dBA prevalensi hipertensinya sebesar 14% sedangkan
27
penduduk yang tekeena pajanan kebisingan lebih dari 55 dBA prevalensi hipertensinya sebesar 20%. Menurut Schmidt, efek kebisingan terhadap manusia ada dua macam, yakni efek terhadap pendengaran yang disebut trauma akustik dan trauma bising, serta efek terhadap perubahan perilaku manusia (stres psikis) yang dapat tercetus sebagai gangguan psikosomatis, antara lain kenaikan kenaikan tekanan darah, jantung berdebar-debar, dan lain-lain. Bila kedua tersebut dihubungkan dengan fungsi alrm simpatis, maka stres psikis dapat merangsang hypotalamus bagian lateroposterior yang menjadi pusat ekssitasi, kemudian sinyal listrik dikirimkan melalui formasio retikularis ke pusat vasomotor di dalam sepertiga bagian bawah pons untuk selanjutnya melalui medulla spinalis menuju ke pusat saraf simpatis yaitu di substansia grisea motoneuron simpatis segmen cervical dan darah di sini dialirkan melalui saraf simpatis ke efektor dalam organ telinga dalam sehingga menyebabkan vasokontriksi arteri diinervasi. Secara garis hiperstimulasi
besar
bising
mekanisme gangguan vaskularisassi pada
dapat
dikemukakana
sebagai
berikut.
Pada
hiperstimulasi bising bisa terjadi kegiatan komponen-komponen dalam organo auditoria yang berkewajiban meneruskan rangsang sampai ke pusat meningkat. Peningkatan kegiatan ini membutuhkan energi yang terutama didapat dari metabolisme glucose secara aerob. Dengan demikian, metabolisme ini membutuhkan penyediaan oksigen, sehingga metabolisme di semua komponen auditoria yang mengambil bagian dari impuls saraf
28
sangat meningkat. Setiap peningkatan metabolisme dalam sel-sel jaringan selalu diikuti peningkatan aliran darah kejaringan itu secara akut. Sebagai hasil akhir, terjadi pengurangan tonus aktif pada otot dinding vaskuler dan sifat kontraktil pada endotel kapiler yang menyebabkan vasodilatasi baik arteriole, venule, metarteriole, sfingter prakapiler, maupun kapiler. Disamping pengaturan tersebut diatas, ada pengaturan aliran darah setempat jangka panjang, yaitu terjadi rekontruksi vaskularisasi jaringan secara terus menerus untuk memenuhi kebutuhan jaringan itu terhadap oksigen dan zatzat gizi sehingga unkuran pembuluh darah di tempat itu bertambah. Keadaan ini dipacu oleh perangsangan yang terus menerus berhari-hari sampai bertahun-tahun pada jaringan/organ, seperti hiperstimulasi bising pada organoauditoria.
2.8
Faktor-faktor yang mempengaruhi naiknya tekanan darah A.
Kebisingan dan Alat Pelindung Telinga Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki, maka dari itu kebisingan sering mengganggu walaupun terhadap variasi dalam besarnya gangguan atas jenis dan kekerasan suatu kebisingan. Pada umumnya kebisingan bernada tinggi sangat mengganggu, lebih-lebih yang terputusputus / yang datangnya secara tiba-tiba dan tidak terduga (Suma’mur, 1994:57), dan semakin bahaya lagi jika tidak diikuti dengan penggunaan alat pelindung telinga.
29
Ambang batas keamanan yang direkomendasikan oleh Occupational Safety and Health Administration (OSHA) dan organisasi kesehatan dunia (WHO) dan mengacu pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP51/MEN/1999, tentang baku mutu tingkat kebisingan, yaitu intensitas kebisingan rata-rata tidak boleh lebih dari 85 dB selama 8 jam per hari atau 40 jam seminggu. Sebagian besar dari penelitian di laboratorium, bahwa kebisingan dapat merusak performa pekerja, dapat memperlambat latihan pada memori ingatan, mempengaruhi proses selektivitas dalam memori dan pemilihan strategi dalam melaksanakan tugas pekerjaan. Kebisingan ini juga dapat mengganggu perhatian, sehingga konsentrasi dan kesigapan mental menurun. Efek pada persyarafan otonom terlihat sebagai kenaikan tekanan darah, percepatan denyut jantung, pengerutan pembuluh darah kulit, bertambah cepatnya metabolisme, menurunnya aktivitas alat pencernaan. Kebisingan dapat mempengaruhi kesehatan terhadap fungsi tubuh yang menyebabkan peningkatan tekanan darah dan
berupa
peningkatan
sensitivitas tubuh seperti peningkatan sistem kardiovaskuler dalam bentuk kenaikan tekanan darah dan peningkatan denyut jantung (Candra, 2007). Menurut Cohen (1997) dan Miller (1974) menyatakan bahwa akibat kebisingan terhadap kesehatan fisik secara umum dapat meningkatkan tekanan darah, gangguan pencernaan. Sedangkan terhadap kesehatan mental dapat menimbulkan sakit kepala, rasa mual. Kebisingan mengurangi efisiensi dari banyak tugas, meningkatkan tekanan darah, dan menurunkan
30
volume
aliran
darah.
electroencephalograms
Saat dan
tidur sirkulasi
dapat
menyebabkan
darah
tanpa
perubahan
merasakannya.
Pengulangan paparan yang terus menerus dapat mempercepat perkembangan perubahan struktur vascular pembuluh perifer sehingga menghasilkan kenaikan tekanan darah yang menetap sampai menuju tingkat hipertensi. Kebisingan akibat suara-suara keras yang ditimbulkan dari mesin pabrik yang terus-menerus, akan mengganggu proses fisiologis jaringan otot dalam tubuh manusia dan akan memicu emosi yang tidak stabil. ketidakstabilan emosi mengakibatkan seseorang mudah mengalami stress, apalagi jika ditambah dengan penyempitan pembuluh darah, maka dapat memacu jantung untuk bekerja lebih keras memompa darah ke seluruh tubuh. Dalam waktu yang lama, tekanan darah akan naik, dan hal inilah yang dapat menimbulkan penyakit hipertensi (Van Kempen, dkk : 2002). Penelitian Andriukin (1961) menemukan bahwa pada tenaga kerja bagian mesin bubut di Moskwa dengan intensitas bising 93 dBA. Didapatkan hasil bahwa tenaga kerja yang terpapar kebisingan tekanan darahnya dua kali lebih tinggi daripada kelompok pekerja yang tidak terpapar kebisingan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Eni Hastuti (2005) bahwa intensitas kebisingan berpengaruh terhadap naiknya tekanan darah dengan nilai Pvalue = 0,025 untuk sistol dan Pvalue = 0,033 untuk diastol. Selain itu, terdapat perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik-diastolik setelah bekerja antara saat tidak memakai earplug dan pada saat memakai earplug, dimana rata-rata tekanan darah sistolik-diastolik setelah bekerja
31
pada saat earplug telah dipakai lebih rendah 14,6/6,6 mmHg daripada ketika tidak memakai earplug (Hidayat, S, 2005).
B.
Masa Kerja Gangguan akibat bising akan mudah dialami oleh tenaga kerja yang bekerja dengan masa kerja yang lebih lama, karena semakin lama tenaga kerja bekerja pada bagian dengan tingkat kebisingan yang tinggi, maka semakin tinggi resiko terpapar oleh kebisingan. Banyak penelitian membuktikan kebisingan dalam jangka waktu lama akan menaikkan risiko penyakit yang berhubungan dengan kenaikan tekanan darah seperti hipertensi, stroke dan jantung. Penelitian Rosenlund, Stockholm 2001, menemukan bahwa penduduk dengan kebisingan prevalensinya 20% dibandingkan dengan daerah tenang yang hanya 14%. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Eni Hastuti (2005) bahwa ada hubungan yang signifikan antara massa kerja terhadap kenaikan tekanan darah dengan nilai Pvalue = 0,013 untuk sistol dan Pvalue = 0,045 untuk diastol. Dimana pada pekerja dengan massa kerja lebih dari 10 tahun berisiko kenaikan tekanan darah sistol sebesar 2,150 kali dan kenaikan tekanan darah diastol sebesar 1,737 kali dibanding pekerja dengan massa kerja kurang dari atau sama dengan 10 tahun.
32
C.
Sikap kerja Orang yang mempunyai tekanan darah normal apabila berdiri dalam jangka waktu yang lama dan tidak banyak bergerak biasanya tekanan darahnya akan turun (Henny Lukmanto, 1995 : 74).
D.
Usia Bertambahnya usia menyebabkan kelenturan atau elastisitas pembuluh darah semakin berkurang. Ketika denyut jantung meningkat dikarenakan sistim saraf yang dirangsang oleh kebisingan, maka pembuluh darah kurang bisa melebar dikarenakan berkurangnya elastisitasnya, sehingga kenaikan tekanan darah akan lebih tinggi. Tekanan darah akan naik terus perlahanlahan seiring dengan bertambahnya usia, dan akan naik tajam setelah usia 40 tahun. Semakin tua usia seseorang maka tekanan sistol semakin tinggi. Biasanya dihubungkan dengan timbulnya arteriosclerosis (Guyton dan Hall, 1997 : 220)
E.
Jenis kelamin Pada wanita sebelum menopause 5-10 mmHg lebih rendah dari pria seusianya, tetapi setelah menopause tekanan darahnya lebih meningkat (Evelyn c Pearce, 1997: 142)
33
F.
Merokok Hubungan antara rokok dengan peningkatan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler telah banyak dibuktikan. Selain dari lamanya merokok, risiko akibat merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap per hari. Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan dari pada mereka yang tidak merokok. Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok, masuk kedalam aliran darah dan merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi. Nikotin dalam tembakaulah penyebab meningkatnya tekanan darah setelah hisapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok, nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil di dalam paru-paru dan diedarkan ke aliran darah. Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah merokok dua batang saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg. Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti
mengisap
rokok.
Sementara
efek
nikotin
perlahan-lahan
menghilang, tekanan darah juga akan menurun dengan perlahan. Namun
34
pada perokok berat tekanan darah akan berada pada level tinggi sepanjang hari. Secara langsung setelah kontak dengan nikotin akan timbul stimulan terhadap kelenjar adrenal yang menyebabkan lepasnya epineprin (adrenalin). Lepasnya adrenalin merangsang tubuh melepaskan glukosa mendadak sehingga kadar gula darah meningkat dan tekanan darah juga meningkat, selain itu pernafasan dan detak jantung akan meningkat. Nikotin mendesak pengeluaran insulin dari pankreas, berarti perokok sering mengalami hiperglikemi (kelebihan gula dalam darah). Nikotin secara tidak langsung menyebabkan pelepasan dopamin dalam otak yang mengontrol kesenangan dan motivasi. Selain kerusakan organ di atas juga kerusakan kronis syaraf dan perubahan perilaku. Rokok mengandung nikotin sebagai penyebab ketagihan yang akan merangsang jantung, saraf, otak dan organ tubuh lainnya bekerja tidak normal,
nikotin
juga
merangsang
pelepasan
adrenalin
sehingga
meningkatkan tekanan darah, denyut nadi dan tekanan kontraksi otot jantung (Sidabutar dan Wiguno, 1990). Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa merokok meningkatkan tekanan darah. Salah satu penelitian tersebut dilakukan pada 12.417 laki-laki (perokok saat ini, mantan perokok, dan bukan perokok) diterbitkan pada bulan Februari 2002 di Journal of Hypertension. Penelitian ini mengungkapkan bahwa prevalensi terendah tekanan darah tinggi ditemukan pada responden yang tidak pernah merokok
35
dalam hidup mereka sedangkan pada responden perokok saat ini memiliki prevalensi yang sangat tinggi terhadap naiknya tekanan darah.
G.
Minum alkohol Mengkonsumsi alkohol berakibat buruk, dalam sebuah penelitian yang dilakukan
Beever
and
Mac
Gregor
(1995),
mendapatkan bahwa
mengkonsumsi minuman berakohol dalam jumlah besar dapat meningkatkan tekanan darah (Riyadina, 2002). Selain itu mengkonsumsi alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan resistensi terhadap obat anti hipertensi (Imam Parsudi, 1992 : 23). Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol serta diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak bila mengkonsumsi alkohol sekitar 2 – 3 gelas ukuran standar setiap harinya (Depkes RI).
H.
Pemakaian obat tertentu Obat – obat yang dapat meningkatkan tekanan darah antara lain dekongestan hidung, obat- obat hidung, obat supressi nafsu makan (Depkes RI, 2003: 18)
36
I.
Riwayat keturunan Riwayat keluarga menunjukkan adanya tekanan darah yang meninggi merupakan faktor risiko paling kuat bagi seseorang untuk menghidap hipertensi di masa datang.
2.9
Kerangka Teori Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dijelaskan, kenaikan tekanan darah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu dosis kebisingan & alat pelindung telinga, massa kerja, sikap kerja, usia, jenis kelamin, riwayat keturunan, status merokok, minum alkohol & obat, serta obesitas. Ini dapat dijelaskan pada gambar 2.3 sebagai berikut:
37
Kebisingan Masa Kerja Sikap Kerja Usia
Kenaikan Tekanan darah
Jenis Kelamin Riwayat Keturunan Merokok Minum alkohol & obat
Sumber: Candra (2007), Cohen (1997), Miller (1974), Vam Kempen (2002), Henny Lukmanto (1995), Guyton dan Hall (1997), Evelyn c Pearce (1997), Imam Parsudi (1992), Depkes RI (2003) Gambar 2.3 Kerangka Teori
BAB III KERANGKA KONSEP
3.1
Kerangka konsep Kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini berasal dari berbagai teori-teori yang membahas faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah. Dari teori-teori tersebut didapatkan bahwa yang dapat mempengaruhi tekanan darah adalah kebisingan, massa kerja, sikap kerja, usia, jenis kelamin, riwayat keturunan, status merokok, serta minum alkohol & obat Pada penelitian ini kerangka konsep yang digunakan terdiri dari variabel dependen yaitu tekanan darah dan variabel independen yaitu dosis kebisingan, masa kerja, usia, dan status merokok. Variabel sikap kerja dan jenis kelamin tidak diteliti karena bersifat homogen. Sedangkan variabel minum alkohol dan obat tidak diteliti karena berkemungkinan besar terdapat bias informasi. Seperti diketahui, bahwa di perusahaan tidak boleh ada pekerja dalam keadaan minum alcohol, jika di tanyakan variabel ini dipastikan pekerja menjawab tidak semua. Selain itu, untuk obat-obatan tidak diketahui mana yang dapat menyebabkan kenaikan darah dan tidak. Mekanisme dari kerangka konsep ini dapat dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut:
38
39
Variabel Dependen
Variabel Independen
Kebisingan Massa Kerja
Kenaikan Tekanan darah
Usia Status Merokok
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
40 3.2
Definisi operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional
No.
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
Variabel Dependen 1
Kenaikan
Hasil
pengukuran Pengukuran
Tekanan darah
tekanan darah sebelum langsung
Tensimeter
0. Tidak Meningkat
Ordinal
1. Meningkat
dan sesudah kerja. Variabel Independen 1
Dosis
Paparan kebisingan
Pengukuran
Kebisingan
terhadap pekerja yang
langsung
Sound level meter
0. < 100%
Ordinal
1. > 100%
diukur dalam satuan waktu selama 8 jam kerja 2
Masa Kerja
Periode berdasarkan
Data
waktu (tahun) yang
sekunder
membedakan responden, terhitung sejak awal masuk kerja hingga
Kuesioner
0. ≤ 8 tahun 1. > 8 tahun
Ordinal
41 penelitian berlangsung 3
Usia
Lama waktu hidup pekrja
Data
mulai dari lahir hingga
sekunder
Kuesioner
0. ≤ 35 tahun
Ordinal
1. > 35 tahun
penelitian dilakukan
4
Status
Riwayat responden
Merokok
dalam mengkonsumsi rokok
Wawancara
Kuesioner
0. Tidak 1. Ya
Ordinal
42
3.2
Hipotesis 1.
Ada hubungan antara dosis kebisingan dengan kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014.
2.
Ada hubungan antara masa kerja dengan kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014.
3.
Ada hubungan antara usia dengan kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014.
4.
Ada hubungan antara status merokok dengan kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014.
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1
Desain penelitian Penelitian ini merupakan jenis studi analitik dengan menggunakan desain cross sectional yang pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya sekali pada satu saat, tidak ada follow up.
4.2
Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Departemen Aggregate Assembly & Component (AGC), Departemen Assembling Commercial Vehicle (ACV), dan Departemen Vehicle Ready Delivery Service (VRDS) di PT “X” Indonesia bulan Januari-Mei 2014.
4.3
Populasi dan sampel Populasi penelitian ini adalah semua pekerja yang bekerja di Departemen Aggregate Assembly & Component (AGC), Departemen Assembling Commercial Vehicle (ACV), dan Departemen Vehicle Ready Delivery Service (VRDS) yang terpapar kebisingan di PT “X” Indonesia. Sebelum menentukan jumlah sampel, terlebih dahulu mencari P1 dan P2 untuk masing-masing variabel yang menjadi kerangka konsep. Hasil dari nilai P1 dan P2 terdapat pada tabel berikut:
43
44
Tabel 4.1 Nilai P1 dan P2 masing-masing variabel
Variabel
P1
P2
n
Intensitas kebisingan
64,4%
26,7%
28
Massa kerja
68,4%
31,8%
31
Usia
54,2%
55,6%
21635
Status merokok
57,4%
42,6%
194
Setelah itu dilakukan penentuan jumlah sampel dengan menggunakan uji hipotesis beda dua proporsi dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Sampel (n) = [ Z1- α/2x√(2P(1-P)) + Z1-β x√(P1 (1-P1) + P2 (1-P2)) ]2 (P1-P2)2
Keterangan : n
= Jumlah sampel yang diteliti
P
= Rata-rata proporsi pada populasi (P1+P2/2)
Z1-/2
= Derajat kepercayaan, CI 90%, α = 10 % (two tail)
Z
= Kekuatan uji 90%
1-β
P1
= Proporsi kebisingan diatas Nilai Ambang Batas dengan kenaikan tekanan darah = 64,4% (Eny Hastuti, 2005)
P2
= Proporsi kebisingan dibawah Nilai Ambang Batas dengan kenaikan tekanan darah = 26,7% (Eny Hastuti, 2005)
45
Berdasarkan rumus diatas, maka sampel yang dibutuhkan sebesar 28 orang, kemudian sampel dikalikan dua sehingga menjadi 56 orang. Namun karena jumlah populasi yang sedikit maka dilakukan pengambilan sampel jenuh yaitu sebesar 50 responden. Teknik Sampel jenuh merupakan teknik penentuan sampel yang semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Ini dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil (Sugiyono: 2008)
4.4
Pengumpulan data 4.4.1 Data primer Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber asli. Sumber asli disini diartikan sebagai sumber pertama darimana data tersebut diperoleh (Kandary, 2010). Data primer yang dibutuhkan pada penelitian ini diambil dengan pengukuran langsung (pengambilan tekanan darah sebelum dan sesudah kerja serta pengukuran dosis kebisingan), dan wawancara (status merokok). Pengukuran kebisingan dilakukan menggunakan alat Sound Level Meter. Pengukurannya sebagai berikut: a.
Melakukan kalibrasi sebelum alat sound level meter digunakan untuk mengukur kebisingan, agar menghasilkan data yang valid.
b.
Mengukur kebisingan di lingkungan kerja
c.
Angka yang terlihat pada layar atau display dicatat setiap 5 detik dan pengukuran dilakukan selama 10 menit untuk setiap titik
d.
Setelah selesai alat di matikan dengan menekan tombol ”OFF”.
46
e.
Setelah mengetahui besarnya tingkat kebisingan, maka dihitung pula seberapa besar waktu yang diperbolehkan untuk para pekerja terpapar pada tingkat kebisingan tersebut. Untuk menghitungnya menggunkan rumus sebagai berikut :
f.
Setelah mendapatkan waktu paparan yang diperbolehkan, maka sudah bisa dihitung dosis yang diterima pekerja pada masing-masing lokasi/station. Perhitungan dosis tersebut menggunakan rumus sebagai berikut :
(
)
Selanjutnya untuk pengukuran tekanan darah menggunakan alat tensimeter. Pengukurannya sebagai berikut:
a.
Saat diperiksa, pekerja duduk dengan santai, sebaiknya pengukuran dilakukan beberapa menit setelah mulai duduk dan dalam ruangan yang tenang.
b.
Lengan yang diukur harus dalam keadaan bebas (tidak tertutup pakaian yang ketat di bagian lengan), sehingga manset dapat terlilit dengan baik.
47
c.
Memilih manset yang baik, yaitu manset yang dapat melilit 40% lengan atas bagian tengah. Pemakaian manset berukuran standar pada lengan yang berukuran besar dapat mempengaruhi pembacaan tekanan darah. Sehingga sebaiknya jangan memaksakan manset pada lengan yang berukuran besar.
d.
Lilitkan manset pada tengah lengan ke atas dengan bola manset berada di tengah arteri brachialis, dan batas bawah manset dengan siku kurang lebih 1 inci (sekitar 2,5 cm) di atas lipat siku.
e.
Pastikan manset sejajar dengan posisi jantung.
f.
Pompa tensimeter sampai manset mengembang dan catat tekanan saat bunyi denyut nadi terdengar jelas. Pompa kembali sampai kurang lebih 30 mmHg diatas tekanan ini.
g.
Lepaskan pompa perlahan sekitar 2-3 mmHg, dan catat tekanan saat bunyi nadi kembali terdengar.
h.
Lepaskan pompa dan tunggu sekitar 30 detik kemudian memompa kembali sampai denyut terdengar lagi.
i.
Catat hasil tekanan darah sistolik dan diastolik. Untuk pembacaan sistolik, catat di mana denyut terdengar sebanyak 2 kali secara berurutan untuk pertama kali setelah pompa dilepaskan. Untuk pembacaan diastolik, catat saat denyut menghilang (tidak terdengar lagi).
48
4.4.2 Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh seorang peneliti secara tidak langsung dari objeknya, tetapi melalui sumber lain, baik lisan maupun tulis (Kateglo, 2010). Data sekunder yang dibutuhkan pada penelitian ini berasal dari data departemen terkait, seperti usia dan masa kerja pekerja.
4.5
Teknik pengolahan data 4.5.1 Coding Coding merupakan kegiatan mengklasifikasikan data dan memberikan kode untuk masing-masing pertanyaan, kode yang diberikan akan menjadi panduan untuk menentukan skor yang didapat responden. Adapun cara penilaian dengan memberikan skor pada masing–masing item yang ditanyakan sesuai dengan kode yang telah ditetapkan dengan penggunaan batas skor sebesar 75% dari total skor jawaban yang diharapkan sebagai variabel yang dikategorikan lebih tinggi dari variabel lainnya, penentuan batas nilai skor ini ditetapkan berdasarkan pendapat Arikunto (1993). a. Tekanan darah, variabel ini diukur dengan pengukuran langsung dan menggunakan satu pertanyaan. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah kerja. kemudian diberikan kode 0 untuk jawaban ”tidak meningkat” dan kode 1 untuk jawaban ”meningkat”. b. Dosis kebisingan, variabel ini diukur dengan pengukuran langsung dan menggunakan satu pertanyaan, kemudian diberikan kode 0 untuk jawaban ”≤ 100%” dan kode 1 untuk jawaban ”> 100%”.
49
c. Masa kerja, variabel ini diukur dengan satu pertanyaan, dimana jawabannya diberi kode 0 untuk “≤ 8 tahun” dan kode 1 untuk “> 8 tahun”. d. Usia, variabel ini diukur dengan satu pertanyaan, dimana jawabannya diberi kode 0 untuk “≤ 35 tahun” dan kode 1 untuk “> 35 tahun”. e. Status merokok, variabel ini diukur dengan satu pertanyaan, dimana jawabannya diberi kode 0 untuk “tidak” dan kode 1 untuk “ya”.
4.5.2 Editing Merupakan suatu kegiatan memeriksa kelengkapan data-data yang sudah di isi. Kegiatan ini dilakukan pada saat masih dilapangan, agar data yang salah atau meragukan masih dapat ditelusuri kembali.
4.5.3 Entry Merupakan suatu kegiatan pemprosesan data agar dapat dianalisis. Pemprosesan data ini dilakukan dengan cara memasukkan data-data yang sudah didapat ke program statistik computer. 4.5.4 Cleaning Merupakan suatu kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat memasukkan data ke komputer
50
4.6
Analisis data 4.6.1 Analisis univariat Analisis univariat ini dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian berupa distribusi dan persentase pada setiap variabel yang meliputi variabel dosis kebisingan, masa kerja, usia, status merokok, dan tekanan darah
4.6.2 Analisis Bivariat Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan
uji chi-square,
dikarenakan data yang didapatkan berupa data kategorik. Uji Chi-square ini merupakan analisis hubungan variabel kategorik dengan batas kemaknaan α 0,1 estimasi Confidential Interval (CI) 90% yang akan digunakan untuk menguji variabel dosis kebisingan, masa kerja, usia, dan status merokok, terhadap variabel dependen, yaitu tekanan darah. Analisis bivariat ini digunakan untuk melihat probabilitas suatu kejadian. Jika Pvalue > 0,1 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Sebaliknya jika Pvalue < 0,1 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1
Gambaran Umum Perusahaan 5.1.1 Panitia Pelaksana Keselamatan Kesehatan Kerja (P2K3) A. Tujuan Menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. B. Audit Audit sistem manajemen K3 meliputi unsur-unsur sebagai berikut: a)
Pembangunan dan pemeliharaan komitmen
b)
Strategi pendokumentasian
c)
Peninjauan ulang disain dan kontrak
d)
Pengendalian dokumen
e)
Pembelian
f)
Keamanan bekerja berdasarkan Sistem Manajemen K3
g)
Standar pemantauan
h)
Pelaporan dan perbaikan kekurangan
i)
Pengelolaan material dan pemindahan
j)
Pengumpulan dan penggunaan data
51
52
k)
Pemeriksaan sistem manajemen
l)
Pengembangan keterampilan dan kemampuan
5.1.2 Proses Produksi A. Gambaran Umum Aggregate Assembly & Component (AGC) Departemen atau bagian perakitan aggregate merupakan bagian yang merakit dan menyiapkan komponen-komponen seperti engine, gearbox, dan axles yang nantinya akan digabungkan pada chassis. Rincian kegiatannya adalah sebagai berikut : 1) Engine Proses kerja yang dilakukan pada bagian mesin terdiri dari preparation (engine on pallet) atau persiapan awal yang dilakukan sebelum ke proses selanjutnya. 2) Gearbox Proses kerja yang dilakuakan pada bagian gearbox ini dimulai dengan proses perakitan komponen-komponen gearbox, yang terdiri dari: a) Sub Assembly Counter Shaft Merupakan proses perakitan counter shaft yang terdiri dari pengepresan gears dengan mesin hydrolic press, pemanasan gears dengan oven dan pemasangan bearings pada counter shaft yang sebelumnya dipanaskan terlebih dahulu dengan heater plate.
53
b) Sub Assembly Main Shaft Merupakan proses perakitan gears dan synchronize gears satu sampai lima atau enam pada main shaft, yang sebelumnya dipanaskan terlebih dahulu dengan heater plate. c) Sub Assembly Front Housing Merupakan proses pemasangan bearing pada front housing atau bagian depan yang sebelumnya dipanaskan terlebih dahulu dengan memakai heater plate kemudian diberi oil seal. Kemudian bearing yang telah dipasang pada front housing dieratkan atau dikencangkan dengan memukulnya dengan palu tembaga. d) Sub Assembly Rear Housing Merupakan proses pemasangan bearings pada rear housing atau bagian belakang yang sebelumnya dipanaskan terlebih dahulu dengan heater plate kemudian diberi oil seal. Setelah itu dilanjutkan dengan pemasangan plug (busi atau steker) pada cover rear housing. Kemudian bearings yang telah dipasang pada front housing dieratkan atau dikencangkan dengan memukulnya dengan palu tembaga. e) Main jig Merupakan proses penggabungan antara counter shaft, main shaft, front housing dengan memakai mesin jig. Kemudian pemasangan bearings yang sebelumnya dipanaskan dengan heater plate dan dieratkan dengan memukulnya dengan palu
54
f) Final Assembly Merupakan proses penggabungan rear housing dengan komponen yang telah digabungkan pada proses main jig serta pemasangan perlengkapan akhir hingga menjadi satu unit. g) Testing Merupakan proses pengujian gearbox yang telah dirakit yang terdiri dari leaking test yaitu test kebocoran pada gearbox dengan memasukkan gearbox pada kontainer yang berisi campuran bahan kimia yang sifatnya tidak iritant. Kemudian pengisian oli pada gearbox, yang selanjutnya akan dilakukan running test yaitu pengujian fungsi gearbox dengan memakai mesin test bench. 3) Axle Proses kerja yang dilakukan pada bagian axle ini dimulai dengan proses perakitan komponen-komponen axle, yang terbagi menjadi dua proses yaitu : a) Assembly front axle 1. Pre assembly steering knuckle Merupakan proses pemasangan kuckle dan king pin pada front axle beam 2.
Identification Merupakan proses pemberian nomor pada front axle beam
55
3. Pre assembly brake Merupakan proses pemasangan seal ring, oil buffle dan protective plate pada front axle 4. Sub assembly wheel hub Proses pengepresan outer, inner roller bearing, shaft seal ring dan dust cover dengan menggunakan mesin hydrolyc press yang kemudian dipasangkan pada front axle dan diberi pelumas 5. Final assembly Proses perakitan seluruh komponen pada front axle beam yang terdiri dari brake anchore, steer arm, wheel hub, brake drum, hub cover, steering angle, toe in dan wheel alignment. b) Assembly rear axle 1.
Identification Merupakan proses pemberian nomor pada rear axle beam
2. Pre assembly Brake Proses pemasangan seal ring, oil buffle, protective plate pada rear axle 3. Sub assembly wheel hub Proses pengepresan outer, inner roller bearing, shaft seal ring dan dipasangkan pada rear axle dan diberi pelumas
56
4. Pre assembly diff case Proses perakitan ring gear dan gears ke diff case serta pemasangan bearings 5. Pre assembly drive pinion Proses pengepresan pinion bearings dan flange, kemudian proses pengukuran pre load pada pinion bearing 6. Pre assembly gear set to housing Proses perakitan drive pinion dan diff case 7. Final assembly Proses perakitan atau penggabungan komponen yang berasal dari pre assembly diff gear, pre assembly wheel hub, pre assembly bracket booster dan pre assembly brake shoe menjadi satu unit.
B. Gambaran Umum Assembling Commercial Vehicle (ACV) 1) Frame (Bolting) Proses frame (bolting) adalah proses yang diawali dengan perakitan chassis menjadi satu rangkaian kerangka bus dengan menghubungkan satu chassis ke chassis lainnya kemudian disatukan tiap bagiannya dengan baut dengan memakai alat pemasang baut yaitu impact wrench, high frequency electric hand drill dan torque moment untuk mengencangkan baut-baut tersebut. Pada proses ini selain perakitan chassis menjadi satu
57
bentuk rangkaian, juga terdapat proses pemberian nomor pada chassis yang dilakukan dengan cara mencetak angka nomor pada chassis dengan memukulnya memakai palu dan pemasangan brackets untuk pipa pada chassis. 2) Painting (Spray Wall) Proses painting adalah proses pengecatan pada rangkaian chassis yang telah terbentuk menjadi satu rangkaian dan komponen dari aggregate seperti engine dengan tujuan untuk melindungi permukaan chassis dan engine dari elemen-elemen yang bisa merusak, selain itu juga memberika perlindungan terhadap karat. 3) Pre Assembly Podest Proses perakitan dan pemasangan berbagai instrumen dan perangkat awal yang terdiri dari pemasangan clutch pedal, handbrake lever dan electric board pada front frame, pemasangan floor pada center frame, pemasangan steering column pada floor, pemasangan bracket instrumen cluster, pemasangan cover unntuk steering column, pemasangan instrument cluster pada bracket, pemasangan kabel dan pitman arm, pemasangan steering wheel dan yang terakhir pemasangan driver seat.
58
4) Pre Assembly Radiator Frame Proses ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu : a) Radiator frame lower Menempatkan radiator dan intercooler pada frame, pemasangan fan shroud dan fan b) Radiator frame upper Menempatkan frame pada jig kemudian dilanjutkan dengan pemasangan beberapa komponen pada frame yaitu, rubber pad, spannband untuk reservoir, rubber dibawah reservoir, hoses, pulley, T-pieces untuk reservoir, house untuk T-pieces dan air filter. Setelah
semua
dipasang
kemudian
dilanjutkan
dengan
pemasangan komponen lain yaitu pemasangan hose (selang) untuk intercooler, cover radiator frame, fuel filter, pulley untuk kipas, radiator hose bottom side dan pemasangan intake pipa untuk penyaringan udara 5) Chassis Assembly Proses ini dilakukan penggabungan antara rangkaian chassis yang telah dicat dengan komponen-komponen yang berasal dari Aggregate Assembly Components (AGC) yang terdiri dari brake system, axles dan gearbox. Sebelum itu dilakukan pemasangan ban, pipa untuk oil system, pipa udara, air dryer dengan valve dan
59
small air tank, big air tank dan perlengkapan lainnya pada chassis. Setelah itu dilakukan pemasangan kabel-kabel konektivitas (shifting cable), steering box dan proses paint touch up yaitu proses pengecatan pada chassis atau bagian lainnya yang dianggap kurang sempurna. 6) Final Assembly Proses ini terdiri dari persiapan kabel untuk mesin, pemasangan muffler (saringan) pada chassis, pemasangan mesin, pemasangan radiator frame, podest, tempat untuk baterai (wooden bed) pada chassis, pengisian oli, air pendingin dan campurannya (cooling water mixing). Setelah itu dilakukan pengujian pada seluruh fungsi yang terdapat di chassis ini atau star diagnosis dan engine running untuk menguji kemampuan kerja mesin
C. Gambaran Umum Vehicle Ready Delivery Service (VRDS) 1. Car Inspection Merupakan suatu proses dimana kendaraan didiagnosis untuk menguji kemampuan kerja mesin. 2. Washing Merupakan suatu proses dimana mobil-mobil sedan dicuci
60
5.2
Hasil Analisis Univariat 5.2.1 Gambaran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Dalam penelitian ini tekanan darah responden diukur sebanyak dua kali yaitu sebelum bekerja dan setelah bekerja. Gambaran tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja Di PT “X” Indonesia Tahun 2014 dapat dilihat pada table 5.1
Tabel 5.1 Gambaran Tekanan Darah Sistole Sebelum dan Sesudah Bekerja Di PT “X” Indonesia Tahun 2014 Tekanan Darah
Mean
Minimum
Maksimum
SD
Sistole Sebelum
117
100
140
9,313
Sistole Sesudah
124
100
140
9,258
Selisih Sistole
7
-10
30
9,091
Berdasarkan tebel 5.1 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata untuk systole sebelum kerja sebesar 117 mmHg dan systole sesudah kerja sebesar 124 mmHg. Selain itu, rata-rata untuk kenaikan tekanan darah systole sebelum dan sesudah kerja sebesar 7 mmHg.
61
5.2.2 Gambaran Kenaikan Tekanan Darah Sistole Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Kenaikan tekanan darah systole pada pekerja dikategorikan menjadi dua (2) yaitu tidak meningkat dan meningkat. Gambaran kenaikan tekanan darah systole pada pekerja PT “X” Indonesia tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.2
Tabel 5.2 Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Kenaikan Tekanan Darah Sistole Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Tekanan Darah Sistole
Jumlah
%
Tidak Meningkat
19
38
Meningkat
31
62
Total
50
100
Berdasarkan tebel 5.2 dapat diketahui bahwa dari 50 pekerja, ada sebanyak 31 pekerja (62%) mengalami kenaikan tekanan darah systole.
5.2.3 Gambaran Dosis Kebisingan Di PT “X” Indonesia Tahun 2014 Dosis Kebisingan pada pekerja dikategorikan menjadi dua (2) yaitu < 100% dan > 100%. Gambaran dosis kebisingan pada pekerja PT “X” Indonesia tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.3
62
Tabel 5.3 Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Dosis Kebisingan Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Dosis Kebisingan
Jumlah
%
< 100%
25
50
>100%
25
50
Total
50
100
Berdasarkan tebel 5.3 dapat diketahui bahwa jumlah pekerja yang terpapar dosis kebisingan < 100% dan > 100% memliki jumlah yang sama, yaitu sebanyak 25 pekerja (50%).
5.2.4 Gambaran Masa Kerja Di PT “X” Indonesia Tahun 2014 Masa kerja pada pekerja dikategorikan menjadi dua (2) yaitu < 8 tahun dan > 8 tahun. Gambaran masa kerja pada pekerja PT “X” Indonesia tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.4
Tabel 5.4 Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Masa Kerja
Jumlah
%
< 8 Tahun
27
54
> 8 Tahun
23
46
Total
50
100
63
Berdasarkan tebel 5.4 dapat diketahui bahwa dari 50 pekerja, ada sebanyak 23 pekerja (46%) yang mempunyai masa kerja > 8 tahun.
5.2.5 Gambaran Usia Di PT “X” Indonesia Tahun 2014 Usia pada pekerja dikategorikan menjadi dua (2) yaitu < 8 tahun dan > 8 tahun. Gambaran masa kerja pada pekerja PT “X” Indonesia tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.5
Tabel 5.5 Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Usia Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Usia
Jumlah
%
< 35 Tahun
23
46
> 35 Tahun
27
54
Total
50
100
Berdasarkan tebel 5.5 dapat diketahui bahwa dari 50 pekerja, ada sebanyak 27 pekerja (54%) yang berusia > 35 tahun.
5.2.6 Gambaran Status Merokok Di PT “X” Indonesia Tahun 2014 Status merokok pada pekerja dikategorikan menjadi dua (2) yaitu ya dan tidak. Gambaran status merokok pada pekerja PT “X” Indonesia tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.6
64
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Merokok Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Status Merokok
Jumlah
%
Tidak
19
38
Ya
31
62
Total
50
100
Berdasarkan tebel 5.6 dapat diketahui bahwa dari 50 pekerja, ada sebanyak 31 pekerja (62%) yang merokok.
5.3
Hasil Analisis Bivariat Analisis Bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. dalam penelitian ini menggunakan uji chi-square. Uji chi-square dilakukan untuk mencari hubungan antara variabel Dosis Kebisingan, Masa Kerja, Usia dan Status Merokok dengan variabel Kenaikan Tekanan Darah (Sistole).
5.3.1 Hubungan antara Dosis Kebisingan terhadap Kenaikan Tekanan Darah Sistole Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Hubungan antara dosis kebisingan dengan kenaikan tekanan darah sistole pada tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 5.7
65
Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Dosis Kebisingan dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Kenaikan Tekanan Darah Sistole Dosis Kebisingan
Total Tidak Meningkat
P value
Meningkat
n
%
n
%
n
%
≤ 100%
15
60
10
40
25
100
> 100%
4
16
21
84
25
100
0,004
Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketaui bahwa responden yang terpapar dosis kebisingan > 100% dan mengalami kenaikan tekanan darah sistole yaitu sebanyak 21 responden (84%). Sedangkan pada responden yang terpapar dosis kebisingan < 100% dan tidak mengalami kenaikan tekanan darah sistole yaitu sebanyak 15 responden (40%). Sehingga berdasarkan hasil uji statistik chi-square diketahui dosis kebisingan memiliki hubungan yang bermakna (P value < 0,1) dengan kenaikan tekanan darah sistole, P value = 0,004.
5.3.2 Hubungan antara Masa Kerja terhadap Kenaikan Tekanan Darah Sistole Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Hubungan antara masa kerja dengan kenaikan tekanan darah sistole pada tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 5.8
66
Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Kenaikan Tekanan Darah Sistole Masa Kerja
Total Tidak Meningkat
P value
Meningkat
n
%
n
< 8 tahun
12
44,4
> 8 tahun
7
30.4
%
n
%
15
55,6 27
100
16
69,6 23
100
0,469
Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa responden yang bekerja > 8 tahun dan mengalami kenaikan tekanan darah sistole yaitu sebanyak 16 responden (69,6%). Sedangkan pada responden yang bekerja < 8 tahun dan tidak mengalami kenaikan tekanan darah sistole yaitu sebanyak 12 responden (44,4%). Sehingga berdasarkan hasil uji statistik chi-square diketahui Masa Kerja tidak memiliki hubungan yang bermakna (P value < 0,1) dengan kenaikan tekanan darah sistole, P value = 0,469.
5.3.3 Hubungan antara Usia terhadap Kenaikan Tekanan Darah Sistole Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Hubungan antara usia dengan kenaikan tekanan darah sistole pada tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 5.9
67
Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Usia dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Kenaikan Tekanan Darah Sistole Usia
Total Tidak Meningkat
P value
Meningkat
n
%
n
< 35 tahun
6
26,1
> 35 tahun
13
48,1
%
n
%
17
73,9 23
100
14
51,9 27
100
0,190
Berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui bahwa responden yang berusia > 35 tahun dan mengalami kenaikan tekanan darah sistole yaitu sebanyak 14 responden (51,9%). Sedangkan pada responden yang berusia < 35 tahun dan tidak mengalami kenaikan tekanan darah sistole yaitu sebanyak 6 responden (26,1%). Sehingga berdasarkan hasil uji statistik chi-square diketahui usia tidak memiliki hubungan yang bermakna (P value < 0,1) dengan kenaikan tekanan darah sistole, P value = 0,190.
5.3.4 Hubungan antara Status Merokok terhadap Kenaikan Tekanan Darah Sistole Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Hubungan antara status merokok dengan kenaikan tekanan darah sistole pada tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 5.10
68
Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Status Merokok dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Kenaikan Tekanan Darah Sistole Status Merokok
Total Tidak Meningkat
P value
Meningkat
n
%
n
Tidak
12
63,2
Ya
7
22,6
%
n
%
7
36,8 19
100
24
77,4 31
100
0,010
Berdasarkan tabel 5.10 dapat diketahui bahwa responden yang merokok dan mengalami kenaikan tekanan darah sistole yaitu sebanyak 24 responden (77,4%). Sedangkan pada responden yang tidak merokok dan tidak mengalami kenaikan tekanan darah sistole yaitu sebanyak 12 responden (63,2%). Sehingga berdasarkan hasil uji statistik chi-square diketahui Status Merokok memiliki hubungan yang bermakna (P value < 0,1) dengan kenaikan tekanan darah sistole, P value = 0,010.
BAB VI PEMBAHASAN
6.1
Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpajan tahun 2014 ini, peneliti mengumpulkan data primer dan sekunder terhadap 50 pekerja di Departemen Aggregate Assembly & Component (AGC), Departemen Assembling Commercial Vehicle (ACV), dan Departemen Vehicle Ready Delivery Service (VRDS) di PT “X” Indonesia bulan Januari-Mei 2014. Dan penulis menyadari terdapat beberapa keterbatasan dan kelemahan, diantaranya adalah : 1.
Alat yang digunakan dalam pengukuran kebisingan yaitu sound level meter, bukan dosimeter. sehingga hal ini bisa saja mempengaruhi hasil pengukuran yang ada.
2.
Alat yang digunakan dalam pengukuran tekanan darah hanya tensimeter biasa bukan tensimeter digital, yang keakuratan dalam membaca hasilnya bisa saja salah.
3.
Pada variabel status merokok bisa saja responden tidak menjawab apa yang sebenarnya melainkan apa yang menurutnya baik untuk dijawab.
6.2
Peningkatan tekanan darah Dari analisis data, di peroleh hasil sebanyak 31 pekerja (62 %) mengalami peningkatan tekanan darah sistole dan 19 pekerja (38%) tidak
69
70
mengalami peningkatan tekanan darah sistole. Data tersebut menunjukkan bahwa lebih banyak pekerja yang mengalami peningkatan tekanan darah sistole. Dari analisis deskriptif diperoleh rata-rata peningkatan tekanan darah sistolik 7 mmHg. Hasil ini sejalan dengan penelitian Morell di Sydney (1988) yang menemukan rata-rata kenaikan tekanan darah sistolik 2 mmHg, serta penelitian Eny Hastuti di Semarang (2004) juga menemukan rata-rata kenaikan tekanan darah sistolik 2,2 mmHg. Naiknya tekanan darah, biasanya berjalan bersama-sama antara sistolik dengan diastolik. Pengaturan tekanan darah tergantung pada kontrol dua penentu utamanya yaitu curah jantung dan resistensi perifer total. Kontrol curah jantung banyak bergantung pada pengaturan kecepatan denyut jantung dan volume sekucup. Sementara resistensi perifer total terutama ditentukan oleh derajat vasokonstriksi arteri. Peningkatan kecepatan denyut jantung akan berpengaruh langsung pada tekanan darah sistolik. Sedangkan tekanan darah diastolik. Lebih banyak di pengaruhi oleh resistensi perifer total. Kebisingan yang terjadi akan menimbulkan respon dari system hormone dan system saraf yang akan menaikkan kecepatan denyut jantung yang akan berpengaruh langsung pada tekanan darah sistole, tetapi butuh waktu untuk mempengaruhi tekanan darah diastole (Eny Hastuti, 2004).
6.3
Kebisingan Dari 8 (delapan) lokasi/station yang dilakukan pengukuran kebisingan, terdapat 7 (tujuh) lokasi/station yang nilai kebisingannya melebihi Nilai Ambang
71
Batas (NAB), yaitu pada Axle Belakang (106,2 dBA), Axle Depan (86,02 dBA), Engine (87,05 dBA), Station 1A (86,64 dBA), Station 1B (94,79 dBA), Washing (95,08 dBA), dan Car Inspection (85,57 dBA). Sedangkan hanya pada gearbox yang nilainya tidak melebihi ambang batas yaitu sebesar 82,03 dBA. Hasil tersebut juga bisa dilihat bahwa tingkat kebisingan yang didapat di lokasi/station lain berpengaruh terhadap jarak jangkauan dari sumber kebisingan tersebut. Semakin jauh jarak lokasi/station lain dari sumber kebisingan, maka semakin berkurang juga tingkat kebisingan yang didapat di lokasi/station tersebut. Begitu juga sebaliknya, semakin dekat jarak lokasi/station lain dari sumber kebisingan, maka semakin besar tingkat kebisingan yang didapat di lokasi/station tersebut. Setelah mendapatkan nilai tingkat kebisingan, maka bisa dilakukan perhitungan untuk mencari dosis kebisingan. Maka diperolehlah lokasi/station yang memliki nilai dosis yang melebihi ambang batas hanya terdapat pada tiga lokasi, yaitu axle belakang (188%), Station 1B (127%), dan Washing (481%), sedangkan untuk axle depan (1,66%), Engine (2,1%), Station 1A (39%), Car Inspections (53%) dan Gearbox (Tidak dihitung dosis, karena tingkat kebisingan sudah dibawah 85dB) tidak melebihi ambang batas. Dari hasil perhitungan tersebut bahwa tingkat dosis kebisingan yang didapat di masing-masing lokasi/station, selain dipengaruhi oleh tingginya tingkat kebisingan juga dipengaruhi oleh lamanya waktu paparan kebisingan yang diterima oleh pekerja. Semakin lama waktu pekerja terpapar kebisingan
72
maka semakin tinggi pula dosis kebisingan yang diterima oleh pekerja. Begitu juga sebaliknya, semakin sedikit waktu pekerja terpapar kebisingan maka semakin rendah pula dosis kebisingan yang diterima oleh pekerja.
6.4
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kenaikan Tekanan Darah 6.4.1 Hubungan antara Dosis Kebisingan dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole Sumber kebisingan yang ada di PT “X” berasal dari suatu proses yang mengalami benturan/getaran yang diakibatkan dari aktifitas peralatan serta pergerakan udara yang cepat. Sumber kebisingan tersebut berasal dari axle belakang (Benturan/getaran pada saat mengencangkan pinion ke rear axle housing), station 1A (getaran saat mengencangkan baut-baut ke chassis.), station 1B (benturan yang sangat keras pada pembuatan nomor chassis), dan washing (pergerakan udara yang sangat cepat dari proses pengeringan pencucian). Ambang batas kebisingan yang diperbolekan berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No 51/Men/1999 tentang kebisingan adalah sebesar 85 dB untuk pemaparan 8 jam sehari dan 40 jam seminggu. Berdasarkan table 5.7 terlihat bahwa pekerja yang terpapar kebisingan dengan dosis > 100% yang mengalami peningkatan tekanan darah sistole sebanyak 21 pekerja (84%). Hal ini menunjukkan bahwa dosis kebisingan di PT “X” Indonesia yang melebihi ambang batas (>100%) bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah systole.
73
Berdasarkan hasil uji statistik chi-square terdapat hubungan yang signifikan antara dosis kebisingan dengan kenaikan tekanan darah systole, P value = 0,004. Hal ini sejalan dengan penelitian Eny Hastuti (2004), Kebisingan bisa direspon oleh otak yang merasakan pengalaman ini sebagai ancaman atau stress, yang kemudian berhubungan dengan pengeluaran hormone stress seperti epinephrine, noepinephrine, dan cortisol. Stress akan mempengaruhi system saraf yang kemudian berpengaruh pada detak jantung yang berakibat terhadap perubahan tekanan darah (Guyton:1995). Pengaruh kebisingan terhadap kesehatan selain dapat menyebabkan kerusakan pada indera pendengaran juga dapat menimbulkan gangguan terhadap mental emosional serta system jantung dan peredaran darah. Melalui mekanisme hormonal yaitu diproduksinya hormone adrenalin, dapat meningkatkan tekanan darah, kejadian initermasuk gangguan kardiovaskular (Sasongko, 2000)
6.4.2 Hubungan antara Masa Kerja dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole Masa kerja pada hal ini bisa dikatakan dengan lamanya pajanan kebisingan yang diterima oleh pekerja selama bekerja di PT “X” Indonesia. Pajanan kebisingan yang diterima pekerja akan memicu sistem syaraf dan hormon yang akan menaikkan tekanan darah. Kenaikan
74
tekanan darah yang berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan tubuh beradaptasi yang akan menyebabkan kenaikan tekanan darah semakin tinggi dan menetap (Groothoff, 1996). Berdasarkan tabel 5.8 terlihat bahwa pekerja yang masa kerjanya lebih dari 8 tahun dan mengalami kenaikan tekanan darah sistole yaitu sebanyak 16 responden (69,6%). Dari hasil uji statistik chi-square tidak terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan kenaikan tekanan darah sistole (P value = 0,469). Jadi pada penelitian ini masa kerja bukan merupakan faktor risiko terjadinya kenaikan tekanan darah.
6.4.3 Hubungan antara Usia dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole Bertambahnya usia menyebabkan kelenturan atau elastisitas pembuluh darah semakin berkurang. Ketika denyut jantung meningkat dikarenakan sistim saraf yang dirangsang oleh kebisingan, maka pembuluh darah kurang bisa melebar dikarenakan berkurangnya elastisitasnya, sehingga kenaikan tekanan darah akan lebih tinggi. Tekanan darah akan naik terus perlahan-lahan seiring dengan bertambahnya usia, dan akan naik tajam setelah usia 40 tahun. Semakin tua usia seseorang maka tekanan sistol semakin tinggi. Biasanya dihubungkan dengan timbulnya arteriosclerosis (Guyton dan Hall, 1997 : 220)
75
Berdasarkan tabel 5.9 terlihat bahwa pekerja yang berusia > 35 tahun dan mengalami kenaikan tekanan darah sistole yaitu sebanyak 14 responden (51,9%). Dari hasil uji statistik chi-square tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan kenaikan tekanan darah systole (P value = 0,190). Jadi pada penelitian ini usia bukan merupakan faktor risiko terjadinya kenaikan tekanan darah.
6.4.4 Hubungan antara Status Merokok dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole Rokok mengandung nikotin sebagai penyebab ketagihan yang akan merangsang jantung, saraf, otak dan organ tubuh lainnya bekerja tidak normal,
nikotin juga
merangsang pelepasan adrenalin sehingga
meningkatkan tekanan darah, denyut nadi dan tekanan kontraksi otot jantung (Sidabutar dan Wiguno, 1990). Berdasarkan tabel 5.10 terlihat bahwa pekerja perokok yang mengalami peningkatan tekanan darah sistole sebanyak 24 pekerja (77,4%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang perokok mengalami kenaikan tekanan darah sistole. Merokok secara lansung menyebabkan meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah untuk sementara, disebabkan pengaruh nikotin dalam peredaran darah (Semple, 1996). Dari hasil uji statistik chi-square
76
terdapat hubungan yang signifikan antara status merokok dengan kenaikan tekanan darah systole (P value = 0,010)
BAB VII PENUTUP
7.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Rata-rata kenaikan tekanan darah sistole pekerja sebesar 7 mmHg 2. Terdapat 31 pekerja (62%) yang mengalami kenaikan tekanan darah sistole 3. Pekerja yang terpapar dosis kebisingan < 100% dan > 100% memliki jumlah yang sama, yaitu 25 pekerja (50%) 4. Pekerja yang masa kerjanya > 8 tahun terdapat 23 orang, dan yang < 8 tahun 27 orang 5. Pekerja yang memiliki usia < 35 Tahun terdapat 23 orang, dan yang > 35 tahun 27 orang. 6. Terdapat 19 pekerja yang tidak merokok dan sisanya 31 pekerja perokok 7. Berdasarkan hasil uji satistik diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dosis kebisingan dengan kenaikan tekanan darah sistole. 8. Berdasarkan hasil uji satistik diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kenaikan tekanan darah sistole 9. Berdasarkan hasil uji satistik diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan kenaikan tekanan darah sistole 10. Berdasarkan hasil uji satistik diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status merokok dengan kenaikan tekanan darah sistole
77
78
7.2 Saran 1. Sebaiknya perusahaan melakukan peningkatan pengawasan terhadap penggunaan alat pelindung telinga pada pekerja, serta perlu adanya tindak lanjut berupa sanksi yang dilakukan oleh pihak perusahaan, karena masih ada pekerja yang tidak menggunakannya saat pekerjaan berlangsung. Selain itu pengecekan berkala alat pelindung telinga juga diperlukan untuk mengetahui masih layak atau tidakkah alat pelindung telinga tersebut digunakan. 2. Sebaiknya perusahaan melakukan pendidikan dan pelatihan kepada para pekerja mengenai dampak kebisingan bagi kesehatan 3. Sebaiknya perusahaan melakukan pemerikasaan tekanan darah secara periodik untuk pemantauan kesehatan pekerja, terutama pada pekerja yang terpajan kebisingan melebihi ambang batas 4. Sebaiknya perusahaan lebih tegas dalam memberikan sanksi kepada pekerja yang merokok di saat jam kerja. Selain itu, akan lebih baik jika pekerja berhenti merokok 5. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk mengikutsertakan variabel-varibel lain yang berhubungan dengan kenaikan tekanan darah. Selain itu menggunakan alat ukur yang lebih baik, seperti dosimeter untuk pengukuran dosis kebisingan dan alat pengukuran tekanan darah digital
DAFTAR PUSTAKA Andriukin. 1961. Influence of sound stimulation on development hypertension-Clinical and Experimental results. Cor et Vasa 3 (285)
Babba, J., 2007. Hubungan Antara Intensitas Kebisingan di Lingkungan Kerja dengan Peningkatan Tekanan Darah. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang.
Bambang, S, 2002. Pengaruh Frekuensi Kebisingan Terhadap Tekanan Darah (Tesis). Beevers, D.G. 1999. Seri Kesehatan Bimbingan Dokter pada Tekanan Darah. Dian Rakyat. Jakarta. Buchori. 2007. Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program. USU Respository. Burnside, John. 1995. Diagnosis Fisik. Penerjemah: Henny Lukmanto. EGC. Jakarta Chun-hui, et al., 2007. Associations of blood pressure and arterial compliance with occupational noise exposure in female workers of textile mill. Chinese Medical Journal, 120(5):1309-1313. Defi P., Iferta Inafalia., 2005. Monitoring Kualitas Lingkungan Kerja di Billet Steel Plant PT. Krakatau Steel. Jurusan Teknik Lingkungan, Universitas Andalas. Padang. Eny Hastuti. 2004. Pengaruh Bising Terhadap Kenaikan Tekanan Darah Pada Pekerja Di Bandara Ahmad Yani Semarang (Tesis).
79
Evans, et al. 1995. Chronic noise and psychological stress. Psychological science. (6) 333-338 Evans, et al. 1998. Chronic noise exposure and physiological response: a prospective study of children living under environmental stress. Psychological science. (9) 75-77 Ganong, W.F. 1991. Review of Medical Physiology. Los Angeles, LA.: Lange Medical Publication. Ganong, William, F., 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta Grandjean, E.1988. Fitting The Task to The Man, A Text book of Occupational Ergonomics, 4 th edition. London : Taylor and Francis Ltd. Groothoff, B. 1996. Noise and Vibration. Their Effects and Control. Guyton, C arthur. 1995. Fisiologi dan Mekanisme Penyakit. EGC. Jakarta Guyton, C Arthur, John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran 9 ed. EGC. Jakarta. Hal 281-296, 1116 Harrington ; F.S Gill. 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja. Edisi 3. Penerbit ECG : Jakarta. Lang, et al. (1992). Length of occupational noise exposure and blood pressure. International Archives of Occupational and Environmental Health 63(6): 369372. Mc Cormick, E. J. And Mark S. Sanders. 1987. Human Factor in Engineering and Design. Tata Mc Graw-Hill Book Co., New Delhi.
80
Menteri Lingkungan Hidup. 1996. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor: KEP48/MENLH/11/1996 tentang Baku tingkat kebisingan. Jakarat : Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Menteri
Tenaga
Kerja.
1999.
Keputusan
Menteri
tenaga
Kerja
Nomor
:
Kep51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja. Jakarta : Menteri Tenga Kerja Republik Indonesia
Nasri. 1997. Teknik Pengukuran dan Pemantauan Kebisingan di Tempat Kerja.
Nasrul, Sjahrul. 1997. Pelatihan teknik pengukuran, pemantauan dan manajemen kebisingan di tempat kerja. Bandung wisma mitra. Oktia Woro KH., 1999. Pratikum dan Ketrampilan Pendidikan Kesehatan. Semarang Pearce, Evelyn C. 2006. Anatomi dan Fisiologis Untuk Para Medis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sarwono, Edi, dkk. 2002. Green Company Pedoman Pengelolaan Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja P.T. Astra Internasional Tbk. Jakarta. Sasongko, dkk. 2000. Kebisingan Lingkungan. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang. Semarang Sembodo, Joko. 2004. Evaluasi Tingkat Kebisingan di Industri Terhadap Kenyamanan dan Kesehatan Pekerja (Studi Kasus di PT XYZ). Skripsi. FATETA-IPB. Bogor. Sidabutar RP dan Wiguno. 1990. Hipertensi Esensial Dalam Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Siswanto, A. 1990. Kebisingan. Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Surabaya.
81
Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta.
Suma'mur PK. 1991. Higene Perusahaan dan Kesejatan kerja. Haji Masagung. Jakarta Suma'mur, P.K. 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung. Suyono, Joko. 1995. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta Tambunan, Sihar Tigor Benjamin, 2005. Kebisingan Di Tempat Kerja. ANDI, Yogyakarta. Tarwaka. 2008, Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Harapan Press, Surakarta Van Kempen, et al. 2002. The Association between Noise Exposure and Blood Pressure and Ischemic Herat Disease; A Meta-analysis. Environmental Healh Perspective. Vol. 110. No. 3 Wardana, W. 1999. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi. Yogyakarta. Watson, R, 2002. Anatomi dan Fisiologi, Buku Kedokteran EGC, Jakarta
82
Tingkat Kebisingan di Station 1A dalam Keadaan Normal, Februari 2011
Pengukuran ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Desibel (dBA) 67 74,9 72,7 64,6 63,8 64,8 64,6 69,6 65,2 71,9 67,5 67,6 65,6 64,7 63,6 64 65,3 74,4 65,1 67,9 67,8 68,1 69,2 68,5 65 65,6 64,9 66 67,1 70,4
rata-rata maksimum minimum
66,73667 74,9 62,1
Pengukuran ke31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Desibel (dBA) 70,5 70,7 70,9 72,8 65 67,1 67,4 70,7 71,8 67,2 70,4 66,7 67,3 68,3 68,8 66,9 66 64,4 62,5 63,5 63,8 64,4 65,7 66,4 64,6 65,7 62,7 65,3 66,8 64,3
Pengukuran ke61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
Desibel (dBA) 62,3 63,9 67,1 67,4 68 63,6 64,6 73,6 66,8 65,1 66,9 68,1 62,8 69,6 63,1 66,5 62,4 63,8 62,9 68,6 71,2 68,6 69,5 68,6 63,7 70,8 65,1 69,9 66,3 66,8
Lampiran 1 Pengukuran ke91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120
Desibel (dBA) 68,5 64,8 64,7 64,2 66,7 64,7 62,1 63,9 64,5 63,6 63,1 63,8 70,8 64,6 69,9 66,1 70,1 69,6 68,2 66,2 64,9 69,1 70,7 68,6 64,9 66,4 64,7 65,7 64,6 65,1
Tingkat Kebisingan di Station 1B dalam Keadaan Normal, Februari 2011 Pengukuran ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Desibel (dBA) 69,6 68,1 67 72,9 70,4 74,4 70 66,9 71,9 74,7 68,7 68 74,9 68,3 70,1 71 69,2 75,4 70,9 70,6 75,3 70,4 74 69 66,8 70,1 70,9 66,5 67,2 66,7
rata-rata maksimum minimum
70,48583 86 63,2
Pengukuran ke31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Desibel (dBA) 65,1 66,1 72,7 73,8 71,8 70,2 70,1 78 69,7 70,5 70 71 86 78 75,5 71,9 71,7 70,6 73,8 68,4 67,9 65,7 70,4 68,9 68,4 69,1 66,4 68,1 67,6 72,8
Pengukuran ke61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
Desibel (dBA) 72,9 70,1 68,4 69,1 69,6 69,8 73,3 70,1 67,1 71,4 63,2 67,3 73,7 72 68,7 69,5 69,2 69,3 73 70,4 68,7 68,7 70,4 69,3 66,6 65,8 65,9 67,7 74,9 69
Lampiran 2 Pengukuran ke91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120
Desibel (dBA) 73,2 69,3 72,9 67,5 73,7 68,8 71,1 69,8 72,5 70,9 71,8 66,6 66,5 68,1 64,9 78,1 66,8 72 65,5 69,7 65,5 74,6 78,3 71 68,3 67,4 74,9 65,2 83,8 84,4
Tingkat Kebisingan di Axle Depan dalam Keadaan Normal, Februari 2011
Pengukuran ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Desibel (dBA) 69,1 68,4 71,2 69,6 70,2 73 72,3 72,6 72,4 67,3 67,4 69,6 69,1 66,4 66,5 72 68,4 66,8 69,3 66,6 76,7 66,2 63,8 70,1 62,9 66,9 71 70,7 66,4 71,6
rata-rata maksimum minimum
70,1075 80,4 60,9
Pengukuran ke31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Desibel (dBA) 67,3 66,3 70,9 77 78,2 69,5 75 77,5 72,1 71 79 79,9 69 69,4 76 80 68,6 71,5 70,5 67,7 68,7 68,1 69,2 68,1 67,2 68,4 74,6 60,9 69,7 68,6
Pengukuran ke61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
Desibel (dBA) 72,9 66 69,9 70,4 67,5 68 70,8 68,1 66,4 62,5 68,2 69,2 71,3 69,1 74,2 70,2 68,9 69,8 69,2 68,6 73,1 73,4 69,5 67,8 69,3 69,1 71,1 74,6 72,4 73,7
Lampiran 3
Pengukuran ke91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120
Desibel (dBA) 67,9 70,7 68,8 69,3 68,8 67,8 69,7 67,7 67,9 77,4 68,4 72,5 69,5 69,8 69,2 67,6 68,9 70,8 80 70 80,4 71,3 68,5 68,2 67 77 68 68 69,3 62,9
Tingkat Kebisingan di Axle Belakang dalam Keadaan Normal, Februari 2011
Pengukuran ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Desibel (dBA) 74,6 75,8 75 74,7 74,2 73,6 75,7 72,6 71,1 69,3 74,4 72,7 74,9 70 69,3 72,4 72,7 71,5 69,5 68,1 71,8 72,7 73,3 68,5 71,8 74,9 73,4 76,1 73,7 72,5
rata-rata maksimum minimum
71,63167 79 65,6
Pengukuran ke31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Desibel (dBA) 73,6 72,3 70,5 69,4 69 70 77 70,9 73,2 69,5 72,7 74,7 76,5 71,8 74,3 71,5 67,5 71,9 74,5 71,5 74,9 68,8 75,9 75,9 69 73,8 72 73,7 71,1 75,1
Pengukuran ke61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
Desibel (dBA) 73,4 72,3 67,3 73,1 79 70,7 70 70,6 76,2 71,8 75,6 74,7 72,7 73,1 72,9 69,5 71,8 66,9 66,7 73,4 75,3 73,8 73,8 71,8 69,2 70,6 68,1 70,6 71 70,8
Lampiran 4
Pengukuran ke91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120
Desibel (dBA) 72,7 69,8 66,5 69,9 67,5 68,6 69 69,9 67,3 68,7 67,4 67,7 65,8 71,2 72,7 74,1 66,6 67,7 68 65,6 68,5 70,7 68,3 70,4 76,9 70,5 69,5 74 71 69,3
Tingkat Kebisingan di Gearbox dalam Keadaan Normal, Februari 2011
Pengukuran ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Desibel (dBA) 76,4 77,6 74,7 76,8 77,9 74,7 67,4 68,7 65,6 62,1 73,4 69,4 67,3 67,5 68,9 70 68,7 73,5 76,5 77,6 61,3 77,8 78,8 74,6 73,9 70,8 67,2 70,7 76,3 66,6
rata-rata maksimum minimum
71,5475 80,3 61,3
Pengukuran ke31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Desibel (dBA) 65,5 71,1 70,2 76,4 75,3 74,4 70,9 79,9 76,4 74,8 76,3 77,2 72,9 68,9 70,2 69,8 69,8 70,1 68 70,5 71,2 73,3 69,7 67,6 64,4 63,5 68,9 70,2 69,3 69
Pengukuran ke61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
Desibel (dBA) 75,5 79,7 75,3 68 69,3 73,9 78 77,9 76,5 74,3 71,8 69,3 66,3 69,4 67,3 74,3 73,3 71,9 69,4 68,7 67,2 68,4 63,8 62,7 69,5 69,4 68,6 66,6 67,8 70,3
Lampiran 5
Pengukuran ke91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120
Desibel (dBA) 73,2 74,3 75,6 74,3 78,6 79,6 80,3 76,3 74,5 72,1 73,9 69,4 67,3 63,4 65,4 67,5 68,1 67,4 72,2 73,1 78,1 76,4 75,3 77,4 78,4 72,3 69,5 68,4 66,3 64,3
Tingkat Kebisingan di Engine dalam Keadaan Normal, Februari 2011
Pengukuran ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Desibel (dBA) 67,1 67,1 65,9 64,2 64,6 63,9 66,3 69,6 67,3 68,5 68,6 63,6 66,7 70,8 64,3 64,8 67,6 65,3 66,5 66,8 67,6 62,9 73,3 68,6 66,1 63,3 65,3 67,1 70,4 69,7
rata-rata maksimum minimum
67,74706 79 60,3
Pengukuran ke31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Desibel (dBA) 65,4 73,2 70,2 67.3 67,1 68,3 69,8 68,7 73,3 70,2 67,8 70,5 66,9 72 79 74,4 68,9 69,6 65,5 70,1 69,4 65,4 70,1 60,3 65,4 65,3 66,1 67,8 68,6 68,3
Pengukuran ke61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
Desibel (dBA) 76,5 69,5 66,1 63,6 70,5 70,8 65,7 66,8 69,1 64,9 61 68,6 67 67 65,3 66,1 69,9 68,6 62,9 62,2 63,7 68,4 61,9 60,9 62,1 67,9 68,6 70,7 71,2 73,4
Lampiran 6
Pengukuran ke91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120
Desibel (dBA) 73,1 74,2 76,8 73,1 65,9 62,3 66,8 69,8 70,4 65,3 62,1 63,7 68,3 61,2 69,8 71,5 73,6 69,7 65,4 63,1 68,9 63,5 69,8 64,5 70,5 74,5 73,4 65,2 68,6 64,6
Tingkat Kebisingan Station 1A, Februari 2011
Pengukuran ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Desibel (db) 85,5 91,4 90,4 86,4 90,4 90,8 93,3 90,6 91,1 69,9 83,3 95,7 96,2 123,2 90,3 70,3 101 91,4 94,1 94,1 93,6 92,3 89,2 92,1 92,1 90,9 93,9 96,5 90,2 94,4
rata-rata maksimum minimum
86,63583 124,3 66,6
Pengukuran ke31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Desibel (db) 94,2 89,7 89,2 85,1 87,1 91 87,8 91,3 90,5 93,3 95,1 94,1 88,9 89,8 85,7 92,4 95,2 92,1 88,1 91,1 90,4 90,8 85,9 96,7 91,3 92,3 85,2 94 86,6 85,4
Lampiran 7
Pengukuran ke61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
Desibel (db) 75,3 68,2 68,5 124,3 87,8 88,1 103,1 89,9 89,9 122 87,8 90,7 79,8 79,9 73,3 69,8 75,6 82,1 87,8 85,3 93,3 90,1 88 72,9 82,9 76,1 66,6 77,5 69,7 84,6
Pengukuran ke91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120
Desibel (db) 74,5 85,5 80,6 85,9 86,1 91,4 84,4 83,3 80,5 82,8 84,3 87 86,4 84,4 81,6 73,3 80,7 69,9 74,5 69,3 75,5 78,2 76,2 72 73,2 82,5 72,6 88,9 91,6 73,4
Tingkat Kebisingan Station 1B dari sumber Station 1A, Februari 2011
Pengukuran ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Desibel (db) 77,6 73,3 70,1 73,8 80,8 80,9 90,3 88,2 85,9 86,8 86,6 82,2 80,5 84,6 89,3 81,5 85,4 85 81,6 82,3 88,6 85 71,4 68,7 82,1 87,6 87 72,7 81 84,5
rata-rata maksimum minimum
81,41917 90,3 66,5
Pengukuran ke31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Desibel (db) 81,3 86 80 76 80 73,9 85,1 83 74,1 78,3 70,2 77,5 83,9 89,3 80,8 77 84 67,7 89 72,7 81,6 84,9 78,2 85,6 84 87,2 90,1 86,6 83,1 84,1
Pengukuran ke61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
Desibel (db) 78,8 86,5 88,5 83,1 83,7 78,2 83,6 82,7 87,9 82,5 82,4 84,3 84,1 80,7 77,6 84,4 83,5 86,6 80,5 87,1 82,6 82,3 84,8 80,2 82,8 82,4 83,9 81,7 78,4 87,6
Lampiran 8
Pengukuran ke91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120
Desibel (db) 88,3 76,1 76,7 81 83,3 83 82,8 85,3 79,1 79,8 80,9 79,3 66,5 78,1 77,1 81,1 81,6 77,4 72,9 80,5 80,8 82,9 80,4 81,1 80,1 82,9 80,7 77,4 79,4 69,9
Tingkat Kebisingan Axle Depan dari Sumber Station 1A, Februari 2011
Pengukuran ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Desibel (db) 88,3 78,9 75,1 78,8 69,4 84,2 80,1 81,1 86,3 89,2 80,2 88,4 77,8 78,2 86,3 81,5 80,6 83,2 82 72,8 84,7 85,9 76,1 79,6 83,3 89,7 79,6 82 83,3 84,4
rata-rata maksimum minimum
78,63417 89,9 62,3
Pengukuran ke31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Desibel (db) 89,9 80,6 82,8 82,7 86,2 82,8 71,8 79,3 78 76,4 83,9 85,6 77,3 84,7 79,2 83,2 85,8 80 72,3 85,7 74,1 77,9 71 74,8 68,7 82,8 72,8 71,8 79 77
Pengukuran ke61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
Desibel (db) 85,3 75,5 71,4 77,1 86,7 83,5 78,3 86 78,6 85,5 67,8 86,9 70,9 70,4 88,3 69,4 76 89,2 85,2 71 80 79,5 74 75,9 72,8 77,8 74,9 83,8 82,1 81,7
Lampiran 9
Pengukuran ke91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120
Desibel (db) 84 73,1 74,1 83,2 80,9 80,3 85,3 73,6 75,4 71,5 70,4 70,1 62,3 68,2 70,2 81,4 78,2 70,5 76,3 78,5 70,3 77 68,5 74,2 68 74 77,9 81,9 68 74,2
Tingkat Kebisingan Station 1B, Februari 2011
Pengukuran ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Desibel (db) 88 89,9 103,2 101,7 100,3 103,4 96,4 96,2 94,1 85,3 74,1 100,4 98,1 95,9 97,8 101,8 104 93,1 103,3 92,6 93 85 94,3 94,2 96,3 91,3 88,2 103,2 103,4 90,3
Rata-rata maksimum minimum
94,78583 104,9 68,7
Pengukuran ke31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Desibel (db) 68,7 70,8 101,9 96,1 94,7 96,9 98,7 98,2 95,6 87,2 100,2 103 103,8 97,4 93,6 94,8 90,1 97,5 92 100,2 99,2 102,7 93 91,7 102,9 91,6 91,3 103,3 93,5 100,6
Lampiran 10
Pengukuran ke61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
Desibel (db) 95,2 87,2 102,2 103,6 96,9 97,2 101,9 88,4 74,1 100,7 102,3 103,4 96,3 103,3 98,7 96 99,9 91 82,7 92,7 102,3 96,3 84,5 98,6 101,6 92,9 101,5 102,1 102,3 87,7
Pengukuran ke91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120
Desibel (db) 74,6 99 99,9 101,8 93,2 102,4 93,9 88,4 92,4 75,9 72,9 101,9 101 93,3 85,1 93,3 103,8 104,9 70,7 89,7 91,1 95,9 101,7 104,1 90,2 91,8 88,6 87,2 98,2 93,9
Tingkat Kebisingan Station 1A dari Sumber Station 1B, Februari 2011
Pengukuran ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Desibel (db) 91,4 88,3 90,4 91,4 91,5 89,2 91,8 86,5 74,8 80,3 95,5 92,1 90 89,5 90 92,1 66,6 66,4 69 83,3 67,9 84,8 91,1 91,5 85,9 75,1 70,9 102,5 91,2 63,8
rata-rata maksimum minimum
86,23083 107 63,8
Pengukuran ke31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Desibel (db) 72,2 72,7 94,3 92,3 92 107 78 75,3 77,4 77,2 70,7 73,6 95,9 92,3 91,5 92,7 89,7 90,5 88,9 91,5 89,6 86,3 99,9 91,1 82,7 70,1 93,1 91,6 90,7 92
Pengukuran ke61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
Desibel (db) 91,5 92,3 90,9 92,1 87,9 86 85,5 74,8 97,6 88,8 90,9 89,3 98,3 89,5 76,7 92,3 90,5 88 88,2 89,6 69,7 96,1 91,7 92 92,4 92,3 70,1 72,3 97,3 89,9
Lampiran 11
Pengukuran ke91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120
Desibel (db) 85,9 82,8 92,5 89,7 89,4 90,6 92,2 90 92 68,5 70,4 91 86,3 97 85,1 78,2 95,3 86,1 93,7 85,2 69,4 88 91,9 87,9 90,8 90,5 90,8 68,8 75,5 70,1
Tingkat Kebisingan axle depan dari sumber Station 1B, Februari 2011
Pengukuran ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Desibel (db) 86,5 90,8 101,1 90,1 70,8 73,1 99,7 91,1 88 64,9 67 76,7 92,5 68,1 76,2 94,2 85,1 73,5 83,6 93,1 91,2 89,9 88,1 81,9 94,6 90,9 90,1 91,9 87,6 90
rata-rata maksimum minimum
84,77 102,1 61
Pengukuran ke31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Desibel (db) 71,6 97,4 92,8 89,5 90 90,1 71,5 92,2 61 99,8 88,3 90 89,2 99,3 90 86,5 93,7 90,7 79,3 90,9 90,8 90,4 90,5 90,5 91,9 88,9 84,8 96,1 90,6 91,4
Pengukuran ke61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
Desibel (db) 89,2 91 88,5 89,2 76,9 80,9 97,3 91 86,4 63,3 102,1 91,1 97 93 85,8 87,9 94,9 90,3 87,3 70,6 65,1 64 94,8 90,8 72,2 70,2 72,7 97,5 90,6 90,5
Lampiran 12
Pengukuran ke91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120
Desibel (db) 87,1 64,7 65,1 96,1 87 95,4 86,8 89,6 88,5 89,6 89,1 88,3 84,4 90,9 97,7 88,2 87,2 88,8 89,9 70,1 66 64,3 69 70,3 65,4 65,8 65 65,1 68,8 64,1
Tingkat Kebisingan Axle Belakang dari Sumber Station 1B, Februari 2011
Pengukuran ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Desibel (db) 94,5 89,8 89,8 89,5 90,5 90 88,5 86,2 82,4 94,3 90 89,8 88,6 80,2 99,5 86,3 67,2 75 91,6 89,9 87,4 71,4 74.8 67,7 82,2 94,4 90,1 88,2 86,2 72,1
rata-rata maksimum minimum
85,01681 102,8 62,7
Pengukuran ke31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Desibel (db) 98,7 90,7 89,6 88,1 87,6 70,8 74,4 89,5 87,8 89,7 86,6 69,8 91,5 92 86 89,2 86,6 102,8 90,9 87,8 95,5 89,2 97,4 92,1 90,6 88,2 68,8 95 86,5 69,9
Pengukuran ke61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
Desibel (db) 70,9 92,2 89,1 87,7 88,1 87,7 100,3 89 70 83,5 95,9 89,7 62,7 70,5 95,4 87,2 66,5 65,2 93,9 87,4 92,3 90 85,7 95,6 88,9 87,8 102,7 91,8 71,4 73,2
Lampiran 13
Pengukuran ke91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120
Desibel (db) 72,1 96,1 89,5 85,5 68,9 87,7 91,3 86,9 86,9 68 67,3 95,4 88,6 88,2 88,3 88,2 72 69,1 65,1 77,2 90,8 86 86,8 98,9 85,6 76,8 71,8 71 73,3 74,8
Tingkat Kebisingan Washing, Februari 2011
Pengukuran ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Desibel (db) 93,7 94,2 93,2 92,7 93,1 92,4 93 92,3 93,4 94,5 94,1 92,5 91,4 90,4 93,2 92,6 90,8 95,6 93,8 94,7 92,2 91,4 91,9 91,5 92 92 91,8 94,5 91,4 94,5
rata-rata maksimum minimum
95,07917 108 88,6
Pengukuran ke31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Desibel (db) 94 94 95,8 92,9 91,6 93,9 103,4 101 98,3 98,2 99,1 92,9 94,6 95,5 96,6 95,7 98,9 96,6 88,6 96,2 94,2 97,9 98,6 98,6 102,4 98,1 100,7 98,7 100 96,7
Lampiran 14
Pengukuran ke61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
Desibel (db) 98,7 94,9 96,4 95,1 94,7 94,6 95,5 94,7 94,4 95,7 95 95,8 94,4 93,5 93,5 94,2 93,7 93 94 95,9 95,2 94,6 92,1 97,3 94,9 93,5 94,2 91,9 96,8 93,3
Pengukuran ke91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120
Desibel (db) 97 94,2 97,3 90,7 91 91,6 90,5 98,1 98,9 93,3 97,3 97 97,2 95,5 108 96 96,9 94,2 95 96,4 95,3 96 98 97,3 98,1 95 96,6 95,5 96 95,6
Tingkat Kebisingan Car Inspection dari sumber Washing, Februari 2011
Pengukuran ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Desibel (db) 84,5 84,9 83,6 82,9 85,2 83,6 86,2 82,7 83,1 84,3 84,7 85,7 86,9 86,5 89,3 86,7 86,8 85,4 86,4 84,5 85,6 83,7 87,3 85,8 85,3 87,3 85,2 83,4 86,6 85,1
rata-rata maksimum minimum
85,57417 89,4 82,3
Pengukuran ke31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Desibel (db) 85,9 85,8 86,1 84,8 84,8 86,6 87,2 84 83,9 87,2 87,3 85,2 85,9 84,8 85,9 83,6 83,7 85,6 85,2 86,1 85 87,3 87,1 86,9 84,3 84 83,4 85,7 88,9 86,3
Pengukuran ke61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
Desibel (db) 86,1 84,3 84,1 86,2 87,2 83,5 82,6 86,3 86,4 86,1 87,4 86,9 86,4 86,4 86,7 85,2 85,4 84,5 82,3 84,1 86,7 86,5 83,1 86,2 82,7 85,6 85,4 85,6 85,4 85,9
Lampiran 15
Pengukuran ke91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120
Desibel (db) 86,3 87,7 86,6 83,5 89,4 83,6 86,7 86,3 85,8 85,1 86,3 86,4 83,7 86,3 85,2 85,9 85,6 85,4 86,9 86,7 85,7 84,3 84,2 85,2 85,8 86,6 88,8 87,8 85,6 86,6
Lampiran 16 Tingkat kebisingan di axle depan terhadap axle belakang pengukuran ke Desibel 1 91,4 2 71 3 94,2 4 86,6 5 86,9 jumlah rata-rata maksimum minimum
430,1 86,02 94,2 71
Tingkat kebisingan di axle belakang Pengukuran ke Desibel 1 2 3 4
110 108,5 105,5 100,8
jumlah rata-rata maksimum minimum
424,8 106,2 110 100,8
Tingkat kebisingan di engine terhadap axle belakang Pengukuran ke Desibel 1 87,4 2 87,2 3 86,3 4 87,3 jumlah rata-rata maksimum minimum
348,2 87,05 87,4 86,3
Lampiran 17 tingkat kebisingan di gear terhadap axle belakang Pengukuran ke Desibel 1 80,7 2 81,5 3 82 4 81,9 5 83 6 82,5 7 83,3 8 81,9 9 81,9 10 81,9 11 82 12 81,7 jumlah rata-rata maksimum minimum
984,3 82,025 83,3 80,7
tingkat kebisingan di station 1A terhadap axle belakang Pengukuran ke Desibel 1 82,8 2 80,9 3 81,9 4 81,1 5 82,9 6 81,2 7 82,5 8 81,9 9 82,4 10 82,4 jumlah rata-rata maksimum minimum
820 82 82,9 80,9
Lampiran 18 tingkat kebisingan di station 1B terhadap axle belakang Pengukuran ke Desibel 1 84,1 2 86,2 3 85 4 85,7 5 85,6 6 85 7 85,2 8 86,2 9 84,6 10 85,3 11 85,2 12 84,6 13 85,3 14 85,3 15 83,2 jumlah rata-rata maksimum minimum
1276,5 85,1 86,2 83,2
Lama Paparan Sumber Kebisingan SUMBER KEBISINGAN STATION 1A STATION 1B AXLE BELAKANG WASHING
LAMA (MENIT)/PROSES 17 15 1,5 15
INTENSITAS/HARI
TOTAL PAPARAN (MENIT)
4,2 4,2 4,2 15
71,4 63 6,3 225
Lampiran 19
Dosis yang diterima pekerja di Station 1A Desibel (db)
Waktu yang diterima (Jam)
Station 1A
86,63583333
1,19
Station 1B
86,23083333
1,05
82
0,105
Sumber
Axle Belakang
Waktu yang diterima:
(
)
(
)
(
)
(
) (
)
( (
) )
(Masih Aman)
Lampiran 20
Dosis yang diterima pekerja di Station 1B Desibel (db)
Waktu yang diterima (Jam)
Station 1A
81,41916667
1,19
Station 1B
94,78583333
1,05
85,1
0,105
Sumber
Axle Belakang
Waktu yang diterima:
(
)
(
)
(
)
(
) (
)
(
)
(
)
(Tidak Aman)
Lampiran 21
Dosis yang diterima pekerja di Axle Depan Desibel (db)
Waktu yang diterima (Jam)
Station 1A
78,63416667
1,19
Station 1B
84,77
1,05
Axle Belakang
86,02
0,105
Sumber
Waktu yang diterima:
(
)
(
)
(
)
(
) ( (
) )
(Masih Aman)
Lampiran 22
Dosis yang diterima pekerja di Axle Belakang Desibel (db)
Waktu yang diterima (Jam)
85,01680672
1,05
106,2
0,105
Sumber Station 1B Axle Belakang
Waktu yang diterima:
(
)
(
)
(
) (
)
(
)
(
)
(Tidak Aman)
Lampiran 23
Dosis yang diterima pekerja di Engine Sumber
Desibel (db)
Waktu yang diterima (Jam)
87,05
0,105
Axle Belakang
Waktu yang diterima:
(
)
(
) ( (
) )
(Masih Aman)
Lampiran 24
Dosis yang diterima pekerja di Washing Desibel (db)
Waktu yang diterima (Jam)
95,07916667
3,75
Sumber Washing
Waktu yang diterima:
(
)
(
) (
)
(
)
% (Tidak Aman)
Lampiran 25
Dosis yang diterima pekerja di Car Inspection Sumber Washing
Desibel (db)
Waktu yang diterima (Jam)
85,57416667
3,75
Waktu yang diterima:
(
)
(
) (
)
(
)
(Masih Aman)
Lampiran 26
Univariat Uji Normalitas Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic MasaKerja Umur
df
.145 .113
Shapiro-Wilk
Sig. 50 50
Statistic
.011 .146
df
.917 .951
Sig. 50 50
.002 .038
a. Lilliefors Significance Correction
Tekanan Darah Sistole Descriptive Statistics N Sistole_Sblm Sistole_Ssdh Valid N (listwise)
Minimum 50 50
Maximum
100 100
Mean
140 140
Std. Deviation
117.00 124.00
9.313 9.258
50 Descriptive Statistics N
SelisihSistole Valid N (listwise)
Minimum 50
Maximum
-10
Mean
30
Std. Deviation
7.00
9.091
50
sistole Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Sistole Tidak Meningkat
19
38.0
38.0
38.0
Sistole Meningkat
31
62.0
62.0
100.0
Total
50
100.0
100.0
Valid Percent
Cumulative Percent
Dosis Kebisingan DosisKebisingan Frequency Valid
Cumulative Percent
Percent
<=100%
25
50.0
50.0
50.0
>100%
25
50.0
50.0
100.0
Total
50
100.0
100.0
Lampiran 27
Masa Kerja MasaKerjaKlp Frequency Valid
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
Kurang Lebih Sama dengan 8 Tahun
27
54.0
54.0
54.0
Lebih dari 8Tahun
23
46.0
46.0
100.0
Total
50
100.0
100.0
Descriptives Statistic MasaKerja
Std. Error
Mean
9.98
95% Confidence Interval for Lower Bound Mean Upper Bound
7.86 12.10
5% Trimmed Mean
9.54
Median
8.00
Variance Std. Deviation
55.653 7.460
Minimum
1
Maximum
30
Range
29
Interquartile Range
14
Skewness Kurtosis
1.055
.747
.337
-.210
.662
Lampiran 28
Umur UmurKlp Frequency Valid
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
Kurang Lebih Sama dengan 35 Tahun
23
46.0
46.0
46.0
Lebih dari 35 Tahun
27
54.0
54.0
100.0
Total
50
100.0
100.0
Descriptives Statistic Umur
Mean
34.52
95% Confidence Interval for Lower Bound Mean Upper Bound
32.23
5% Trimmed Mean
34.33
Median
35.00
Variance Std. Deviation
65.153 8.072 22
Maximum
51
Range
29
Interquartile Range
15
Kurtosis
1.142
36.81
Minimum
Skewness
Std. Error
.260
.337
-1.029
.662
Lampiran 29
BIVARIAT Hubungan antara Dosis Kebisingan dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole Crosstab sistole Sistole Tidak Meningkat DosisKebisingan
<=100%
Count % within DosisKebisingan
>100%
Count % within DosisKebisingan
Total
Count % within DosisKebisingan
Sistole Meningkat
Total
15
10
25
60.0%
40.0%
100.0%
4
21
25
16.0%
84.0%
100.0%
19
31
50
38.0%
62.0%
100.0%
Exact Sig. (2sided)
Exact Sig. (1sided)
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
10.272a
1
.001
8.489
1
.004
10.772
1
.001
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b
.003 10.066
1
.002
50
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.50. b. Computed only for a 2x2 table
.002
Lampiran 30
Hubungan antara Masa Kerja dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole Crosstab sistole Sistole Tidak Meningkat MasaKerjaKlp
Kurang Lebih Sama dengan 8 Tahun
Count
Lebih dari 8Tahun
Count
% within MasaKerjaKlp % within MasaKerjaKlp
Total
15
27
44.4%
55.6%
100.0%
7
16
23
30.4%
69.6%
100.0%
19
31
50
38.0%
62.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
1.035a
1
.309
.525
1
.469
1.043
1
.307
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
Exact Sig. (2sided)
.387 1.014
1
.314
50
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.74. b. Computed only for a 2x2 table
Total
12
Count % within MasaKerjaKlp
Sistole Meningkat
Exact Sig. (1sided)
.235
Lampiran 31
Hubungan antara Usia dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole UmurKlp * sistole Crosstabulation sistole Sistole Tidak Meningkat UmurKlp
Kurang Lebih Sama dengan Count 35 Tahun % within UmurKlp Lebih dari 35 Tahun
Count % within UmurKlp
Total
Count % within UmurKlp
Sistole Meningkat
Total
6
17
23
26.1%
73.9%
100.0%
13
14
27
48.1%
51.9%
100.0%
19
31
50
38.0%
62.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
2.566a
1
.109
1.715
1
.190
2.611
1
.106
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
Exact Sig. (2sided)
.148 2.514
1
.113
50
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.74. b. Computed only for a 2x2 table
Exact Sig. (1sided)
.095
Lampiran 32
Hubungan antara Status Merokok dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole Crosstab sistole Sistole Tidak Meningkat StatusMerokok
Tidak
Count % within StatusMerokok
Ya Total
Count % within StatusMerokok
Total
12
7
19
63.2%
36.8%
100.0%
7
24
31
22.6%
77.4%
100.0%
Count % within StatusMerokok
Sistole Meningkat
19
31
50
38.0%
62.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
8.233a
1
.004
6.600
1
.010
8.280
1
.004
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
Exact Sig. (2sided)
.007 8.068
1
.005
50
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.22. b. Computed only for a 2x2 table
Exact Sig. (1sided)
.005
KUISIONER PENELITIAN PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Perkenalkan nama saya Sofyan Hadi, mahasiswa S1 program studi Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta. Saya sedang melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan tekanan darah. Semua data-data yang didapat pada penelitian ini akan disimpan secara rahasia dan digunakan hanya untuk tujuan penelitian ini saja. Atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih. Peneliti No. Responden: 1
Nama Responden
2
Departemen / Stations
3
Tempat, Tanggal Lahir
4
Mulai Bekerja
5
Masa Kerja
____ tahun
6
Dosis Kebisingan
____dB 0. ≤ NAB
7
Tekanan Darah
1. > NAB
Sebelum ____/____ mmHg Sesudah ____/____ mmHg 0. Tidak meningkat
9
Status Merokok
0. Tidak
1. Ya
10 Pemakaian APT
0. Tidak
1. Ya
1. Meningkat