FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA 1-5 TAHUN DI DESA KLEPU KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 Baiq Sukmawandari Program Studi D-IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRACT Nutritional status is one of the potential problems being experienced by children, because they are susceptible to the nutritional problems. The main problem is protein energy (PEM), Iodine deficiency disorders (IDD) and Vitamin A (VAD). This study aims the factors associated with nutritional status children aged 1-5 years at Klepu Village Pringapus Sub-district Semarang. This was a descriptive-correlative study with cross sectional approach. The population in this study was all mothers who have children aged 1-5 years at Klepu Village Pringapus Sub-district as many as 273 mothers. The samples in this study were 73 respondents that sampled proportional random sampling technique. The data were collected by using questionnaires and the data analysis used Chi square test. The results of this study indicate that for the variable of mother’s occupation, the respondents are mostly have many as 39 respondents (53.5%), higher than mothers who worked by 34 respondents (46.6%). For the variable of family income, the respondents are have sufficient income by 49 respondents (67.1%), higher than mothers who less income as many as 22 respondents (30.1%) and high income by 2 respondents (2.7%) and for the variable of mother’s knowledge, the respondents are mostly have poor knowledge as 32 (43.8%), higher than have knowledge by 17 respondents (23.3%) and good knowledge by 24 respondents (32.9%). The results of Chi-square test for the variable of occupation obtained p-value of 0.003 < 0.05. So, there is a significant correlation between mother’s occupation and nutritional status children. The variable of income that the p-value is 0.0323 > 0.05. So, there is no significant correlation between income and nutritional status. And, for the variable of knowledge obtained that the p-value is 0.008 < 0.05. So, there is significant correlation the mother’s knowledge and nutritional status of children. Based on these results, it is recommended for the mothers who have poor information through, so they have better knowledge about nutritional status of children. Keywords: Occupation, income, knowledge, dan nutritional status
PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan merupakan suatu upaya yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai pentahapannya (Depkes RI, 2009). Salah satu cara meningkatkan derajat kesehatan yaitu dengan memperbaiki status gizi masyarakat khususnya pada balita yang merupakan kelompok usia rawan terhadap masalah gizi Permasalahan gizi merupakan masalah nasional yang harus segera ditangani. Permasalahan gizi utama di Indonesia dan di
negara berkembang antara lain kurang energi protein (KEP),anemia besi, gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY), kurang vitamin A (KVA), dan masalah obesitas. Masalah gizi lainnya yaitu masalah gizi mikro seperti defisiensi zink, namun sampai saat ini belum terungkap karena keterbatasan iptek gizi. (Kemenkes, 2011). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi status gizi balita (BB/U) di Indonesia yaitu prevalensi berat-kurang adalah 19,6 persen, terdiri dari 5,7 persen gizi buruk dan 13,9 persen gizi kurang. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4%) dan tahun 2010 (17,9%) terlihat meningkat. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4 persen tahun 2007, 4,9 persen
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status gizi Balita 1-5 Tahun di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2015
1
pada tahun 2010, dan 5,7 persen tahun 2013. Sedangkan prevalensi gizi kurang naik sebesar 0,9 persen dari 2007 dan 2013 Untuk mencapai sasaran MDG tahun 2015 yaitu 15,5 persen maka prevalensi gizi buruk-kurang secara nasional harus diturunkan sebesar 4.1 persen dalam periode 2013 sampai 2015. Gizi kurang dan gizi buruk pada balita berakibat terganggunya pertumbuhan jasmani dan kesehatan. Secara tidak langsung gizi kurang dan gizi buruk dapat menyebabkan anak balita dapat mengalami defisiensi zat gizi yang dapat berakibat panjang, yaitu berkaitan dengan kesehatan anak, pertumbuhan anak, penyakit infeksi dan kecerdasan anak seperti halnya karena serangan penyakit tertentu, apabila hal ini dibiarkan tentunya balita sulit sekali berkembang, dengan demikian jelaslah masalah gizi merupakan masalah bersama dan semua keluarga harus bertindak atau berbuat guna memperbaiki status gizi (Sajogyo 2004). Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita diantaranya adalah pendapatan keluarga atau anggaran pendapatan keluarga, pendapatan yang rendah menyebabkan orang tua tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan, rendahnya pendapatan mungkin disebabkan karena menganggur atau susahnya memperoleh lapangan kerja, berlainan dengan faktor pendapatan ternyata ada penduduk atau masyarakat yang berpendapatan cukup dan lebih dari cukup (baik di kota maupun di desa, seperti petani, pemilik tanah, penggarap dan sebagainya) dalam penyediaan makanan keluarga banyak yang tidak memanfaatkan bahan makanan yang bergizi, hal ini disebabkan oleh faktor lain, faktor lainnya yaitu kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Sajogyo 2006). Data dari hasil study pendahuluan di Puskesmas Pringapus bahwa status gizi balita yang kurang gizi maupun gizi buruk dilihat dari jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan tertinggi di Desa Klepu wilayah kerja puskesmas Pringapus, dari 272 balita umur 1-5 tahun di Desa Klepu, Pada saat posyandu balita yang ditimbang yang mengalami gizi lebih sebanyak 23 balita, gizi baik sebanyak 192 balita, gizi kurang sebanyak 50 balita dan gizi buruk 7 balita. Sedangkan Hasil survei pada 10 ibu balita di desa Klepu kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang bulan Januari 2015 Sebagian besar
2
ibu tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga yaitu sejumlah 7 ibu, 2 ibu bekerja sebagai buruh dan 1 ibu sebagai pedagang. Rata-rata pendapatan keluarga yaitu di bawah UMK Kabupaten Semarang yaitu sejumlah 9 ibu dan 1 ibu di atas UMK Kabupaten Semarang. 4 ibu memiliki pengetahuan yang baik mengenai gizi dan 6 ibu memiliki pengetahuan yang kurang. Sedangkan pada balita, sebagian besar balita tidak mengalami penyakit infeksi dalam 3 bulan terakhir, hanya beberapa balita yang mengalami penyakit infeksi. Satu balita mengalami diare, 1 balita mengalami ISPA, dan 1 balita mengalami batuk. Berbagai upaya untuk menanggulangi masalah gizi juga sudah dilakukan oleh kader setempat seperti memberikan makanan tambahan dan penyuluhan gizi. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita di desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang”. METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif correlational dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Metode analitik korelasi digunakan untuk mengukur hubungan (korelasi), pekerjaan ibu, pendapatan keluarga dan pengetahuan ibu tentang gizi. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2015 di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah anak balita umur 1-5 tahun dan ibu yang memiliki anak balita di Desa Klepu, Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang sebanyak 272 anak balita. Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling, yang dilakukan dengan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri. Penelitian ini menetapkan karakteristik pengambilan sampel dari anggota populasi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status gizi Balita 1-5 Tahun di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2015
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah: 1) Ibu yang memiliki balita 1-5 tahun; 2) Ibu yang bisa membaca dan menulis; 3) Balita yang di tinggal bersama orangtuanya. Sedangkan kriteria eksklusinya adalah: Balita yang mengalami penyakit kronis seperti TBC.
Tabel 1 menunjukkan bahwa responden yang memiliki umur 21-35 tahun sebanyak 46 responden (63,0%) lebih besar dibandingkan dengan responden yang umur ≤ 20 tahun dan responden yang umur ≥ 36 tahun. Umur Ibu
Pengumpulan Data Data Primer Data primer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari lembar kuesioner yang berisi identitas responden, status gizi balita dan pengetahuan tentang gizi sebanyak 22 pertanyaan. Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini adalah jumlah balita umur 1-5 tahun dan berat badan balita di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Analisis data Analisa Univariat Analisis univariat dalam penelitian ini adalah faktor pengetahuan, pekerjaan dan pendapatan keluarga sebagai variabel bebas dan status gizi balita sebagai variabel terikat dan menggunakan rumus distibusi frekuensi dan porsentase dari tiap variabel. Analisa Bivariat Analisis bivariat yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita, menggunakan metode analisis data non parametrik dengan uji statistik chi square dengan derajat kemaknaan 95% atau α = 0,05. HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Umur Ibu Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan umur Ibu yang Memiliki Balita di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, 2015 Umur Ibu f Persentase (%) ≤ 20 tahun 4 5,5 21-35 tahun 46 63,0 ≥ 36 tahun 23 31,5 Jumlah 73 100,0
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan umur Ibu yang Memiliki Balita di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, 2015 Pendidikan f Persentase Ibu (%) Pendidikan dasar 58 79,4 (SD/SMP) Pendidikan menengah 15 20,6 (SMA) Pendidikan tinggi 0 0 Jumlah 73 100,0 Tabel 2 menunjukkan bahwa responden yang memiliki pendidikan dasar (SD/SMA) sebanyak 58 responden (79,4%) lebih besar dibandingkan dengan responden berpendidikan menengah (SMA) dan tinggi. Analisis Univariat Pekerjaan Ibu Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Ibu yang Memiliki Balita di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, 2015 Pekerjaan Ibu f Persentase (%) Bekerja 34 46,6 Tidak Bekerja 39 53,4 Jumlah 73 100,0 Tabel 3 menunjukkan bahwa responden yang tidak bekerja sebanyak 39 (53,4%) lebih besar dibandingkan dengan responen yang bekerja sebanyak 34 (46,6%). Pendapatan Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendapatan Ibu yang Memiliki Balita di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, 2015 Pendapatan f Persentase (%) Kurang 22 30,1 Cukup 49 67,1 Lebih 2 2,7 Jumlah 73 100,0
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status gizi Balita 1-5 Tahun di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2015
3
Tabel 4 menunjukkan bahwa responden yang pendapatan cukup sebanyak 49 (67,1%) lebih besar dibandingkan dengan responden yang pendapatan kurang dan lebih dimana pendapatan kurang sebanyak 22 responden (30,1%) sedangkan yang pendapatan lebih sebanyak 2 responden (2,7%). Pengetahuan Tabel 5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan ibu tentang Gizi di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, 2015 Pengetahuan f Persentase tentang Gizi (%) Kurang 32 43,8 Cukup 17 23,3 Baik 24 32,9 Jumlah 73 100,0 Tabel 5 menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 32
responden (43,8%) lebih besar dibandingkan responden yang pengetahuan cukup dan baik, masing-masing 17 responden (23,3%) dan 24 responden (32,9%). Status Gizi Balita Tabel 6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Gizi Balita di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, 2015 Status Gizi Balita f Persentase (%) Kurang 24 32,9 Baik 39 53,4 Lebih 10 13,7 Jumlah 73 100,0 Tabel 6 menunjukkan bahwa balita yang memiliki status gizi baik sebanyak 39 balita (53%) lebih besar dari balita yang memiliki status gizi kurang dan lebih, dimana balita dengan status gizi kurang sebanyak 24 (32,9%) dan balita yang status gizi lebih sebanyak 10 balita (13,7%).
Analisis Bivariat Hubungan Pekerjaan dengan Status Gizi Balita Tabel7. Hubungan Pekerjaan dengan Status Gizi Balita di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, 2015 Status Gizi Total Pekerjaan Kurang Baik Lebih χ² p-value f % f % f % f % Bekerja 17 50,0 16 47,1 1 2,9 34 100 11,535 0,003 Tidak Bekerja 7 17,9 23 59,0 9 23,1 39 100 Jumlah 24 32,9 39 53,4 10 13,7 73 100 Berdasarkan uji Chi Square diperoleh χ² hitung 11,535 dengan p-value 0,003. Oleh karena p-value = 0,003< α (0,05), disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
pekerjaan ibu dengan status gizi pada balita usia 1-5 tahun di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.
Hubungan Pendapatan dengan Status Gizi Balita Tabel 8. Hubungan Pendapatan dengan Status Gizi Balita di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, 2015 Status Gizi Total Pendapatan Kurang Baik Lebih χ² p-value f % f % f % f % Kurang 7 31,8 10 45,5 5 22,7 22 100 2,259 0,323 Cukup & Lebih 17 17,9 29 56,9 5 9,8 51 100 Jumlah 24 32,9 39 53,4 10 13,7 73 100 Berdasarkan uji Chi Square diperoleh χ² hitung 2,259 dengan p-value 0,323. Oleh
4
karena p-value = 0,323 > α (0,05), disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status gizi Balita 1-5 Tahun di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2015
antara pendapatan keluarga dengan status gizi pada balita usia 1-5 tahun di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Pada saat pengolahan hasil maka dilakukan
penggabungan sel dikarenakan tidak memenuhi syarat chi square di mana nilai expetasi atau nilai harapan terdapat 4 sel (44,4%) .
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi Balita Tabel 9. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi Balita di Desa Kabupaten Semarang, 2015 Status Gizi Pengetahuan Ibu Kurang Baik Lebih f % f % f % Kurang & Cukup 20 40,8 20 40,8 9 18,4 Baik 4 16,7 19 79,2 1 4,2 Jumlah 24 32,9 39 53,4 10 13,7 Berdasarkan uji Chi Square diperoleh χ² hitung 9,664 dengan p-value 0,008. Oleh karena p-value = 0,008< α (0,05), disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi pada balita usia 1-5 tahun di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Semarang. Pada saat pengolahan hasil maka dilakukan penggabungan sel karena tidak memenuhi syarat chi square di mana nilai ekspektasi atau nilai harapan terdapat 3 sel (33,3%) PEMBAHASAN Analisis Univariat Gambaran Pekerjaan Ibu Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Klepu Kecamatan Pringapus didapatkan sebagian besar ibu yang tidak bekerja dipengaruhi oleh pendidikan ibu yang sebagian masih rendah, sulit untuk mencari pekerjaan, dan tidak diberikan ijin oleh suami untuk bekerja karena harus mengurus anak balitanya dirumah, jadi pada dasarnya ibu yang tidak bekerja hanya diam dirumah dan menghabiskan waktu mengurus dan mengawasi anaknya dibandingkan denggan ibu yang bekerja yang akan menyita waktunya untuk mengurus dan mengawasi anaknya. Ibu yang bekerja mempunyai tingkat pendidikan yang berbeda, dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih baik dan akan mempengaruhi sikap ibu dalam pola pemberian makanan terhadap balitanya, ibu yang bekerja dapat meningkatkan kualitas gizi untuk balita dengan bertambahnya pendapatan keluarga, ibu yang bekerja juga
Klepu Kecamatan Pringapus Total f 49 24 73
% 100 100 100
χ²
p-value
9,664
0,008
dapat berbagi informasi terhadap teman-teman kerjanya,menambah wawasan tentang gizi pada menu makanan yang baik untuk anak balitanya. Bahwa di Desa Pringapus sebagian besar ibu yang tidak bekerja dibandingkan ibu yang bekerja di karenakan faktor pendidikan yang rendah dan sulitnya lapangan pekerjaan,disisi positif ibu yang tidak bekerja akan lebih mempunyai banyak waktu untuk mengurus,memperhatikan dan mengawasi anak balitanya, sedangkan disisi negatif ibu yang tidak bekerja tidak akan mempunyai pendapatan atau pengahasilan untuk mencukupi kebutuhan keluarga, sebaliknya ibu yang bekerja mempunyai sedikit waktu untuk mengurus,memperhatikan dan mengawasi anak balitanya sehingga terkait dengan status gizi anak. Gambaran Pendapatan Keluarga Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan keluarga di Desa Klepu Kecamatan Pringapus sebagian besar pendapatan cukup, hal tersebut dimungkinkan karena ibu balita bekerja sebagai pedagang dan buka warung kecil-kecilan di tambah dengan pendapatan suami setiap bulan, dan kemungkinan ada pendapatan sampingan seperti hasil dari penyewaan rumah atau kos-kosan sehingga ketercukupan tersedianya pangan terpenuhi, sedangkan ibu yang pendapatan kurang dipengaruhi oleh faktor sebagian besar ibu yang tidak bekerja sehingga tidak mendapatkan pendapatan per bulan dan hanya mengharapkan dari pendapatan suami setiap bulan. Menurut Apriadji (1986) dalam Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status gizi Balita 1-5 Tahun di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2015
5
(2010), pendapatan keluarga akan mempengaruhi daya beli keluarga sehingga akan berpengaruh terhadap status kesehatan. Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan antara lain tergantung pada besar kecilnya pendapatan keluarga, harga bahan makanan itu sendiri, serta tingkat pengelolaan sumber daya lahan dan pekarangan. Keluarga dengan pendapatan terbatas kemungkinan besar akan kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya sesuai dengan zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Namun pendapatan keluarga lebih dan kurang dari UMK/UMR tidak berpengaruh pada status gizi balita,karena pendapatan keluarga yang lebih bisa jadi status gizi balita masuk dalam status gizi kurang,malah sebaliknya pendapatan yang cukup dan kurang, satatus gizi balitanya malah baik dan lebih. Gambaran Pengetahuan Ibu tentang gizi Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar ibu balita di Desa Klepu Kecamatan Pringapus adalah sebagian berpengetahuan kurang karena disebabkan oleh faktor pendidikan yang masih sangat rendah yaitu rata-rata pendidikan ibu adalah SMP,dan sebagian besar umur ibu rata-rata dibawah 25 tahun sehingga ibu belum mempunyai pengalaman serta kurangnya sumber informasi tentang makanan yang banyak mengandung gizi sehingga ibu tidak mengerti dalam memberikan makanan yang baik yang bergizi bagi balitanya, Pengetahuan akan mempengaruhi tindakan seseorang yang diperoleh melalui tingkat belajar, dan diharapkan terjadi perubahan perilaku yang lebih baik. Tingkat pengetahuan ibu diketahui dari memahami, sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui melalui pertanyaan-pertayaan yang diberikan oleh peneliti. Penyediaan bahan makanan dan menu yang tepat untuk anak balita, untuk meningkatkan status gizi balita akan terwujud bila ibu mempunyai tingkat pengetahuan yang baik, seseorang yang hanya tamat SD dan SMP belum tentu tidak mampu dalam menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi untuk balitanya dibanding orang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi, karena bila ibu rajin mendengarinformasi dan selalu turut serta dalam penyuluhan gizi, tidak mustahil pengetahuan gizi ibu akan bertambah
6
dan menjadi lebih baik, hanya saja perlu dipertimbangkan bahwa tingkat pendidikan ibu dan mudahnya ibu memahami dan menyerap pengetahuan gizi yang diperoleh. Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubunganya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa pendidikan yang tinggi maka pengetahuan seseorang akan semakin luas. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi diperoleh melalui pendidikan non formal. Menurut teori WHO (World Healt Organization) dalam A.Wawan dan Dewi (2010), salah satu objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri. Gambaran Status Gizi balita Status gizi balita di Desa Klepu sebagian besar status gizi baik,namun masih banyak balita yang memiliki status gizi yang kurang dan lebih, dipengaruhi oleh faktor orangtua masih banyak yang bekerja sehingga asupan makanan yang dikonsumsi oleh balita tidak terpantau karena ibu yang sibuk dengan pekerjaanya, faktor lain yang mempengaruhinya adalah pendapataan dimana masih ada keluarga yang pendapatannya kurang diakibatkan karena sulitnya lapangan pekerjaan,selain pendapatan, pengetahuan ibu tentang gizi juga sebagian besar masih rendah diakibatkan oleh pendidikan yang rendah juga, serta sumber informasi yang sulit didapatkan oleh ibu tentang gizi yang terkandung dalam menu makanan dan kurangnya penyuluhan dari bidan dan kader tentang gizi, sehingga sebagian besar masih banyak yang mengalami gizi kurang. Status gizi yang baik pada balita mempengaruhi tubuh balita, sehingga tubuh mempunyai cukup kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap penyakit infeksi, jika keadaan gizi menjadi buruk maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun sehingga kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri dari serangan infeksi akan menurun. Penurunan ini mengakibatkan tubuh lebih rentan atau mudah terkena infeksi. Adapun dampak dari status kekurangan dan kelebihan gizi pada balita yaitu gangguan pertahanan tubuh akan lebih menurun karena status gizi yang kurang dapat menyebabkan daya tahan tubuh terhadap tekanan atau stress
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status gizi Balita 1-5 Tahun di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2015
menurun,serta sistem imunitas dan antibody berkurang, sehingga seseorang mudah terserang infeksi seperti pilek dan diare. Analisis Bivariat Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi Balita di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang tahun 2015. Berdasarkan hasil penelitian sebagaian besar bahwa persentase responden ibu yang bekerja sebagian besar memiliki balita dengan status gizi kurang yaitu 17 (50,0%) lebih besar dibandingkan balita yang memiliki status gizi baik dan lebih dimana status gizi baik sebanyak 16 (47,1%) dan yang memiliki satatus gizi lebih yaitu sebanyak 1 (2,95). Sedangkan responden yang tidak bekerja sebagian besar memiliki balita dengan status gizi baik sebanyak 23 (59,0%) lebih besar dibandingkan dengan balita yang memiliki status gizi kurang dan lebih dimana yang memiliki status gizi kurang sebanyak 7 (17,9%) dan yang memiliki status gizi lebih sebanyak 9 (23,1%). Hasil analisis statistik dengan mempergunakan uji Chi Square dengan program SPSS diperoleh hasil p value (0,003) < α (0,05), artinya ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan status gizi balita di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2015. Ibu-ibu yang bekerja dari pagi hingga sore tidak memiliki waktu yang cukup untuk anakanak dan keluarganya, dalam hal ini ibu mempunyai peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan wanita pekerja, walaupun demikian ibu dituntut tanggung jawab kepada suami dan anak-anaknya,khususnya memelihara anak, keadaan yang demikian dapat mempengaruhi keadaan gizi keluarga khususnya balita. Ibuibu yang bekerja tidak mempunyai waktu yang cukup untuk meperhatikan makanan anak yang sesuai dengan kebutuhan dan kecukupan serta kurangnya perhatian dan pengasuhan terhadap balitanya. Status pekerjaan ibu sangat erat kaitannya dengan status gizi balita. Ibu yang bekerja akan mendapatkan penghasilan dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja namun demikian ibu yang bekerja terkait dengan pola asuh serta pengawasan yang kurang terhadap balitanya, dengan asupan makanan yang cukup dan bergizi yang dikonsumsi sehari-hari sangat dibutuhkan pengawasan dari seorang ibu,sehingga akan
tercapainya pemenuhan gizi terhadap balita,apabila dipantau setiap hari. Sebaliknya ibu yang tidak bekerja walaupun hanya sebagai ibu rumah tangga saja tetapi bentuk perhatian,pengawasan dan pola asuh kepada balitanya akan baik dan terpenuhi,walaupun ibu yang tidak bekerja tidak akan dapat menghasilkan uang,tetapi bisa memenuhi kebutuhan gizi balitanya dengan penghasilan dari suaminya yang didapat setiap bulan, ibu yang tidak bekerja tentu saja pengawasan terhadap menu apa saja yang baik diberikan terhadap balitanya akan terpenuhi. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Isnansyah (2006) melalui uji korelasi, menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara pekerjaan ibu dengan status gizi balita. Ibu yang tidak bekerja secara otomatis tidak akan mendapatkan penghasilan sehingga ada kemungkinan kurang mencukupi kebutuhan gizi balita sehari-hari, padahal asupan nutrisi yang dikonsumsi kemungkinan besar dapat mempengaruhi status gizi balita, sehingga butuh pengawasan dari keluarga agar dapat memberikan asupan makanan yang cukup dan bergizi. Namun demikian, hasil ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kristianti, Suriadi, & Parjo (2013) yang didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan status gizi anak usia 4-6 tahun di TK Salomo, hal ini ditunjukan dari hasil uji Chi-square dengan p value= 0,805. Hasil penelitian mendapatkan data sebagian besar ibu bekerja, namun status gizi balita tergolong status gizi baik. Menurut Kristianti, Suriadi, & Parjo (2013), hal ini bisa disebabkan karena adanya faktor lain yang menunjang ibu-ibu yang bekerja memiliki anak dengan status gizi yang baik yaitu pendapatan keluarga. Keluarga dengan pendapatan lebih kemungkinan besar akan baik bahkan berlebihan dalam memenuhi kebutuhan makanan, sebaliknya keluarga dengan pendapatan terbatas kemungkinan besar akan kurang dalam memenuhi kebutuhan makanan terutama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi. Dengan adanya hubungan pekerjaan dengan status gizi balita di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang tahun 2015, dikarenakan bahwa ibu yang bekerja sebanyak 34 ibu (46,6%) walaupun ada sedikit pebedaan dengan ibu yang tidak bekerja sebanyak 39 ibu (53,4%), karena ibu yang tidak bekerja bentuk perhatian,pola asuh
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status gizi Balita 1-5 Tahun di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2015
7
dan pengawasan asupan yang dikonsumsi oleh anaknya terpenuhi, dibandingkan dengan ibu yang bekerja akan sangat berpengaruh terhadap status gizi anak balitanya. Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi Balita di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang tahun 2015 Berdasarkan hasil penelitian sebagaian besar bahwa persentase responden yang memiliki pendapatan kurang sebagian besar memiliki balita dengan status gizi baik sebanyak 10 (45,5%) lebih besar dengan balita yang memiliki status gizi kurang dan lebih, dimana balita yang memiliki status gizi kurang sebanyak 7 (31,8) dan lebih 5 (22,7%). Sedangkan pada ibu yang pendapatan cukup dan lebih memiliki balita dengan status gizi baik 29 (56,9%) lebih besar dibandingkan dengan balita yang status gizinya kurang dan lebih dimana status gizi balita yang kurang sebanyak 17 (17,9) dan staus gizi balita yang lebih sebanyak 5 (9,8%). Hasil analisis statistik dengan mempergunakan uji Chi Square dengan program SPSS diperoleh hasil p value (0,323) > α (0,05), artinya tidak ada hubungan antara pendapatan dengan status gizi balita di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2015. Pada saat pengolahan hasil maka dilakukan penggabungan sel dikarenakan tidak memenuhi syarat chi square di mana nilai expetasi atau nilai harapan terdapat 4 sel (44,4%) . Menurut Aswah (2003), balita yang memiliki status gizi baik, dipengaruhi oleh hasil pendapatan keluarga yang tinggi dan cukup pula sehingga tersedianya dan tercukupnya bahan pangan untuk keluarga. Pendapatan yang tinggi tentunya dapat mempengaruhi status gizi balita. Hasil penelitian ini berkaitan dengan yang dikatakan Asropah (2001) bahwa pendapatan keluarga yang tinggi tidak menjamin status gizi balita akan menjadi baik, pendapatan keluarga yang rendah juga belum tentu status gizi balita menjadi buruk. Dari hasil penelitian di Desa Klepu masih ada keluarga yang pendapatannya masih kurang sebanyak 22 (30,1%) tetapi memiliki balita dengan status gizi baik,hal ini dipengaruhi oleh faktor pola asuh ibu yang baik, dimana pola asuh sangat berperan dalam menentukan status gizi pada anak, pengawasan dan perhatian serta pemantauan asupan makanan yang dikonsumsi oleh balitanya
8
setiap hari dan cara dari orang tua dalam memberikan makanan pada anaknya juga ikut berperan dalam status gizi anak. Adapun faktor lain yang mempengaruhi pendapatan keluarga rendah tetapi memiliki status gizi balita yang baik yaitu disebabkan karena pola makan yang diberikan oleh ibu secara teratur dengan bahan makanan yang mengandung gizi seimbang. Makanan yang bergizi seimbang tidak harus mahal harganya karena sumber gizi juga diperoleh dari makanan yang murah akan tetapi mengandung gizi sembang seperti karbohidrat yaitu nasi, gandum, singkong dan yang mengandung protein seperti tahu dan tempe. Selain dari faktor diatas yang mempengaruhinya juga adalah balita tidak terkena penyakit infeksi sehinggan makanan yang diserap oleh balita akan baik. Sedangkan keluarga yang pendapatannya cukup dan lebih memiliki balita yang status gizinya baik, karena sudah jelas faktor yang memepengaruhinya adalah hasil pendapatan keluarga yang cukup dan lebih sehingga dapat terpenuhi makanan yang bergizi bagi balita. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartanto (2004) melalui uji chi square dengan nilai p value (0,933) > α (0,05), menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan yang positif dan signifikan antara pendapatan keluarga dengan status gizi balita. Keluarga dengan pendapatan yang lebih tingkat kesibukan semakin tinggi sehingga pengawasan terhadap makanan yang dikonsumsi setiap hari oleh balitanya tidak teratur. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Isnansyah (2006) melalui uji korelasi Spearman, menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan yang positif dan signifikan antara pendapatan keluarga dengan status gizi balita. Keluarga dengan pendapatan yang rendah lebih banyak menderita gizi kurang dibandingkan yang berpendapatan cukup, namun perlu diketahui bahwa orang yang berpendapatan cukup belum tentu status gizi balitanya baik,malah sebaliknya yang berpendapatan kurang status gizi balitanya baik. Menurut Apriadji (1986) dalam Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat (2010), pendapatan keluarga akan mempengaruhi daya beli keluarga sehingga akan berpengaruh terhadap status kesehatan. Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan antara lain tergantung pada besar
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status gizi Balita 1-5 Tahun di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2015
kecilnya pendapatan keluarga, harga bahan makanan itu sendiri, serta tingkat pengelolaan sumber daya lahan dan pekarangan. Dengan tidak adanya hubungan pendapatan dengan status gizi balita di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang tahun 2015, dikarenakan bahwa yang pendapatan kurang sebanyak 22 (30,1%) dan cukup sebanyak 49 (67,1%) dan pendapatan lebih hanya 2 (2,7). Banyak teori yang mengatakan bahwa semakin tiinggi pendapatan seseorang maka semakin baik status gizi anaknya, semakin banyak pendapatan yang diperoleh maka dengan mudah dapat membeli kebutuhan pangan bagi keluarga. Namun diketahui banyak orang disekitar kita bahwa orang yang berpendapatan kurang belum tentu status gizi anaknya kurang, sebaliknya orang yang berpendapatan cukup belum tentu juga status gizi anaknya baik dikeranakan oleh pola asuh orangtua, asupan nuitrisi yang dikonsumsi anak sangat kurang, makanan bergizi tidak harus mahal ,serta semakin tinggi pendapatan keluarga maka semakin tinggi tingkat kesibukan, jadi kurang memperhatikan asupan gizi yang dikonsumsi oleh anak balitanya. Selain itu tidak adanya hubungan pada pendapatan dengan status gizi balita di desa Klepu Kecamtan Pringapus,bisa saja dipengaruhi oleh kurangnya nafsu makan anak, anak cenderung lebih memilih bermain bersama teman-teman sebayanya sehingga kurang peduli terhadap makanan, dan kurangnya pengetahuan ibu dalam merangsang pola makan anak dengan menyediakan menu makanan yang menggoda yang tentunya mengandung gizi. Hubungan Pengetahuan dengan Status Gizi Balita di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang tahun 2015 Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar bahwa persentase responden yang memiliki pengetahuan kurang dan lebih sebagian besar memiliki balita dengan status gizi kurang dan baik sebanyak 20 (40,8%) lebih besar dibandingkan dengan balita yang status gizi lebih sebanyak 9 (18,4%). Sedangkan responden yang pengetahuan baik sebagian besar memiliki balita dengan status gizi baik sebanyak 19 (79,2 %) lebih besar dari balita yang memiliki status gizi kurang dan lebih, dimana balita yang memiliki status gizi kurang yaitu sebanyak 4 (16,75%) dan yang
memiliki status gizi lebih yaitu sebanyak 1 (4,2%). Hasil analisis statistik dengan mempergunakan uji Chi Square dengan program SPSS diperoleh hasil p value (0,008) < α (0,05), artinya ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2015. Pada saat pengolahan hasil maka dilakukan penggabungan sel dikarenakan tidak memenuhi syarat chi square di mana nilai expetasi atau nilai harapan terdapat 3 sel (33,3%). Ibu yang mempunyai pengetahuan gizi baik cendrung mempunyai anak yang berstatus gizi baik. Kurangnya pengetahuan salah satu konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan merupakan masalah yang sudah umum, salah satu penyebab kurang gizi adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasiinformasi tersebut dalam kehisupan seharihari. Tingkat pengetahuan gizi ibu sangat diperlukan untuk ibu,terutama ibu yang mempunyai anak balita tergantung dari konsumsi makanan yang diberikan oleh ibu atau pengasuh anak,sesorang ibu akan berusaha memenuhi kebutuhan gizi setiapa anggota keluarganya. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Patodo (2012) yang menunjukkan adanya korelasi yang signifikan (p=0,026) antara pengetahuan ibu dan status gizi. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Taufiqurrahman (2013) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi balita. Hasil penelitian Permana (2011) dengan analisis Chi-square mendukung hasil penelitian Patodo (2012) dan Taufiqurrahman (2013) yang menunjukkan bahwa pengetahuan gizi merupakan faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang pada balita dengan signifikansi 0,000. Jika pengetahuan masyarakat tentang gizi kurang, maka masyarakat kurang memperhatikan asupan makanan yang baik sehingga status gizi balita menjadi kurang. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan apa yang di nyatakan Siregar (2004) bahwa tingkat pengetahuan yang tinggi ikut menentukan mudah tidaknya ibu untuk memahami dan menyerap informasi tentang gizi yang baik untuk anak balitanya. Semakin tinggi pengetahuan ibu, maka makin tinggi
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status gizi Balita 1-5 Tahun di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2015
9
pula ibu menyerap informasi tentang gizi untuk anak balitanya. Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenapa apa yang diketahui tentang suatu obyek tertentu termasuk didalamnya adalah ilmu. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai pengetahuan lainnya, perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Selanjutnya dengan pengetahuan-pengetahuan akan menimbulkan kesadaran mereka dan akhirnya menyebabkan orang berperilaku sesaui dengan penegtahuan yang dimilikinya, hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini dengan memakan waktu lama, tetapi perubahan yang akan dicapai akan bersipat langgeng karena didasari oleh kesadaran mereka sendiri (bukan karena paksaan). Makin tinggi pengetahuan dan pengalaman ibu maka makin bervariasi dalam menyediakan makanan bagi balitanya sehingga kualitas dan kuantitas makanan yang disajikan oleh ibu mempunyai nilai gizi yang tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Sediaoetama (2000) bahwa semakin tinggi pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan maka penilaian terhadap makanan semakin baik, artinya penilaian terhadap makanan tidak terpancang terhadap rasa saja, tetapi juga memperhatikan hal-hal yang lebih luas. Menurut (Farida, 2004) pengetahuan tentang gizi memungkinkan seseorang memilih dan mempertahankan pola makan berdasarkan prinsip ilmu gizi. Pada keluarga dengan tingkat pengetahuan yang rendah sering kali anak harus puas dengan makan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi. Pengetahuan gizi yang diperoleh ibu sangat bermanfaat bagi balita apabila ibu berhasil mengaplikasikan pengetahuan gizi yang dimilikinya. Menurut hasil dari penelitian bahwa sebagian besar ibu yang memiliki pengetahuan kurang dapat mempengaruhi pada status gizi balitanya sebaliknya jika ibu yang pengetahuan baik maka berpengaruh juga pada status gizi balitanya,pengetahuan ibu yang kurang di akibatkan karena rata-rata pendidikan ibu didesa Klepu sebagian besar hanya sampai pendidikan SMP saja, dan dilihat dari umur ibu rata-rata dibawah 25 tahun sehingga belum ada pengalaman terkait dengan gizi yang terkandung pada menu amakanan, selain itu pengetahuan ibu tentang gizi banyak yang
10
kurang dilihat dari hasil pengisian kuisioner dimana sebagian besar ibu tidak mengerti dan belum paham tentang makanan sebagai sumber gizi balita sebanyak 52 ibu 30 ibu yang belum paham tentang pengolahan makanan yang baik dan benar dan 12 ibu yang belum paham tentang definisi gizi oleh karena itu pendidikan,pengalaman dan sumber informasi berpengaruh pada pengetahuan ibu tentang segala sesuatu terutama tentang pemenuhan gizi pada balita. Asumsi Peneliti, jika pengetahuan ibu kurang maka status gizi pada balita juga kurang baik. Seharusnya Bidan yang bertugas di Desa Klepu selalu memberikan arahan dan informasi pada ibu yang tinggal di Desa, karena dengan Bidan memberikan informasi maka masalah cepat mendapat bantuan apabila diperlukan. Keterbatasan Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, memiliki beberapa keterbatasan. Adapun beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah Penelitian ini hanya meneliti tentang faktor tingkat pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, pengetahuan ibu tentang gizi, sehingga hanya terbatas pada hal tersebut. Faktor asupan nutrisi, pola asuh, ketersediaan pangan dan pelayanan kesehatan tidak diteliti. Padahal faktor asupan nutrisi merupakan faktor yang sangat penting dan kemungkinan besar mempengaruhi status gizi balita. KESIMPULAN Ada hubungan antara status pekerjaan dengan status gizi balita di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, dengan nilai P-Value (0,003) < α (0,05). Tidak Ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan status gizi balita di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, dengan nilai P-Value (0,323) > α (0,05). Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, dengan nilai P-Value (0,008) < α (0,05)
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status gizi Balita 1-5 Tahun di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2015
SARAN Bagi masyarakat terutama ibu, untuk lebih meningkatkan penegtahuan tentang gizi yang baik untuk balita, yaitu dengan cara mencari informasi dari berbagai sumber seperti majalah Koran, televise, atau dengan menanyakan langsung kepada tenaga kesehatan. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi atau acuan dalam melakukan penelitian di masa yang akan datang, sehingga dapat diperoleh hasil yang bermakna dan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman tentang metodologi penelitian terkait tentang status gizi balita. DAFTAR PUSTAKA [1] Astuti, M. (2011). Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. (2010). Gizi dan kesehatan masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers. [2] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2010). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010. Kementerian Kesehatan RI. Retrieved 15 Juni 2013,from http://www.riskesdas. litbang.depkes.go.id/download/TabelRisk esdas2010.pdf. [3] Depkes. (2011). Pelayanan Kesehatan Gizi Balita http://www.kesehatananak. depkes.go.id/ [4] Isnansyah, Y. (2006). Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak bawah lima tahun di Desa Tinggarjaya Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas.. [5] Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan: pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian. Jakarta: Salemba Medika. [6] Notoatmodjo,S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan Ed.Revisi. Jakarta : PT Rineka Cipta. [7] Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
[8] Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. [9] Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. [10] Permana, W. E. (2011). Analisis faktorfaktor yang mempengaruhi status gizi kurang pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Baturaden II. (Skripsi), Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. [11] Proverawati, A., & Asfuah, S. (2009). Buku ajar gizi untuk kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika. [12] Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 4 Volume 1. Jakarta : EGC. [13] Saryono. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis Bagi Pemula.Yogyakarta: Mitra Cendikia Press. [14] Soetjiningsih. (2004). Buku Ajar Status Gizi Balita di daur kehidupan Jakarta : Sagung Seto. [15] Supariasa (2014).Gizi dan Kesehatan Balita. Jakarta : Salemba Medika. [16] Sugiyono, (2011), Statistika penelitian, Bandung: PT Alfabeta.
untuk
[17] Suhardjo. (2005). Perencanaan pangan dan gizi. Jakarta: Bumi Aksara. [18] Syatriani, S. (2011). Faktor yang berhubungan dengan status gizi bayi di Kelurahan Bira Kota Makassar Tahun 2010. Media Gizi Pangan, XI(1). Retrieved 15 November 2013, from http://jurnalmediagizipangan.files.wordpr ess.com/2012/03/10-faktor-yangberhubungan-dengan-status-gizi-bayi-dikelurahan-bira-kota-makassar-tahun2010.pdf [19] WHO. (2002). Tabel Klasifikasi Gizi Balita. Diakses tanggal 11-12-2014. [20] Wikipedia. (2013). Faktor-Faktor Mempengaruhi Gizi. Diakses dari: http//id.wikipedia.com. diperoleh tanggal 11-01-2015.
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status gizi Balita 1-5 Tahun di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2015
11