EVALUASI KONDISI PERKANDANGAN DAN TATALAKSANA PEMERAHAN PADA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT DI KPSBU LEMBANG EVALUATION OF HOUSING CONDITION AND MILKING PROCEDURES ON DAIRY FARMER GROUP IN KPSBU LEMBANG Hurriyyah Jamilah*, Didin S. Tasripin**, Hermawan** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung – Sumedang KM 21 Sumedang 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran email:
[email protected]
Abstrak
Penelitian mengenai “Evaluasi Kondisi Perkandangan dan Tatalaksana Pemerahan pada Peternakan Sapi Perah Rakyat di KPSBU Lembang” telah dilakukan di Peternakan Rakyat Wilayah Kerja KPSBU Lembang, Jawa Barat pada tanggal 30 Maret – 14 April 2016. Maksud dan tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi kondisi perkandangan dan tatalaksana pemerahan pada peternakan sapi perah rakyat di KPSBU Lembang. Penelitian menggunakan metode survei dengan menggunakan analisis statistika deskriptif pada 60 responden peternak yang memiliki induk sapi yang sedang diperah dan penentuan responden menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa capaian kondisi perkandangan baru mencapai 73,42% dari 18 aspek penilaian pada kondisi perkandangan. Tahap tatalaksana pemerahan dibagi tiga yaitu tahap sebelum pemerahan, saat pemerahan dan sesudah pemerahan. Tatalaksana pemerahan baru mencapai 47,29% dari 24 aspek penilaian pada prosedur pemerahan. Sub aspek yang sangat minim dilakukan yaitu pemberian desinfektan pada puting (dipping), pencatatan susu hasil pemerahan setiap harinya dan penggunaan desinfektan ketika mencuci alat pemerahan. Kata Kunci : Sapi Perah, Kondisi Perkandangan, Tatalaksana Pemerahan.
Abstract
The research about “Evaluation of dairy pen condition and milking procedures on dairy farmer group in KPSBU Lembang” was conducted in dairy farmers group in work district KPSBU Lembang, West Java, on March 30th – April 14th 2016. The aim of this research was to evaluate dairy pen conditions and milking procedures on dairy farmers group in KPSBU Lembang. This research make used of survey method with descriptive statistic analysis on 60 farmers respondence which have a dairy lactatating cow and the determination of the respondence using a purpossive sampling method. The result of research showed that attainment of housing conditions still attain on 73,42% from 18 expected total value. Milking procedures phase divided into three phase that was before milking phase, milking phase and after milking phase. The milking procedures still attain on 47,29% of 24 total value which was conducted accord with milking procedures. The most minimum conducted sub-aspect
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 1
was desinfectant dipping on teat, daily milk recording of milking result and the application of desinfectant when washing the milking equipment. Keywords : Dairy Cow, Housing Conditions, Milking Procedures.
PENDAHULUAN Kondisi peternakan di Indonesia telah mengalami pasang surut. Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter tahun 1997, telah membawa dampak terpuruknya perekonomian nasional, yang diikuti penurunan beberapa usaha peternakan. Dampak krisis secara bertahap telah pulih kembali dan mulai tahun 1998-1999 pembangunan peternakan telah menunjukkan peningkatan.
Hal tersebut terjadi akibat beberapa aspek, salah satunya adalah kondisi
perkandangan dan tatalaksana pemerahan. Daerah Lembang sebagai salah satu daerah sentra produksi susu telah memberikan andil yang besar dalam perkembangan persusuan di tingkat nasional.
Populasi sapi perah di
wilayah kerja KPSBU sekitar 18.583 ekor dengan jumlah anggota sebanyak 4.099 anggota peternak (KPSBU, 2015). Daerah Lembang mempunyai sumber daya alam yang mendukung dan cocok untuk pengembangan sapi perah terutama bangsa sapi Fries Holland (FH) seperti yang telah ada saat ini.
Sebagian besar sapi tersebut dipelihara secara tradisional oleh
peternak sehingga produktivitasnya masih rendah. Sistem pemeliharan pada peternakan sapi perah yang ada di Indonesia masih merupakan jenis peternakan rakyat yang hanya berskala kecil dan masih merujuk pada sistem pemeliharaan yang konvensional. Banyak permasalahan yang terdapat pada kondisi teknis peternakan seperti kondisi kandang dan sarana penunjang peternakan yang kurang memadai. Permasalahan lainnya adalah dalam tatalaksana pemerahan yaitu sebelum, sesudah dan setelah pemerahan yang belum dilaksanakan dengan baik. Peran penyuluh dinilai sangat penting, karena dapat memberikan edukasi serta meningkatkan tingkat pengetahuan peternak dalam memperhatikan kondisi teknis peternakan dan tatalaksana pemerahan. Keberhasilan usaha peternakan sapi perah rakyat diantaranya bergantung dari keterpaduan dari kedua hal tersebut yaitu dari kondisi perkandangan dan pada tatalaksana pemerahan belum dilakukan secara optimal. Kedua hal tersebut kelihatannya belum dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan keterampilan Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 2
peternak serta masih melekatnya budaya pola berfikir jangka pendek tanpa memperhatikan kelangsungan usaha sapi perah jangka panjang. Latar belakang tersebut membuat penulis tertarik untuk meneliti kondisi perkandangan yang meliputi penilaian kondisi kandang dan sarana penunjangnya, serta kinerja tatalaksana dalam pemerahan. Dibutuhkan peningkatan pengetahuan dan pemahaman peternak tentang manajemen sapi perah yang baik sehingga akan berdampak pada peningkatan produksi dan ekonomi yang baik juga.
OBJEK DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode survei dengan objek penelitian yaitu peternakan sapi perah rakyat di wilayah kerja KPSBU Lemabng, Jawa Barat. Metode survei adalah suatu penelitian dengan cara menghimpun informasi dari sampel yang diperoleh dari suatu populasi dengan tujuan untuk melakukan generalisasi sejauh populasi darimana sampel tersebut diambil (Paturochman, 2012). Penelitian ini menggunakan kaidah statistik, sehingga ukuran sampel paling sedikit adalah 30 peternak dan pengambilan sampel dilakukan secara purposive sebanyak 60 peternak yang masing-masing peternak minimal memiliki 1 ekor induk sapi yang sedang diperah dari 3 lokasi TPK yang berbeda. Sampel yang diambil merupakan hasil sampling dari populasi peternak yang terdapat di TPK Pojok 27 responden, TPK Manoko 24 responden, dan TPK Kramat 9 responden dengan jumlah keseluruhan 632 peternak. MODEL ANALISIS Analisis data dilakukan menggunakan menggunakan analisis statistika deskriptif (Sudjana, 2005). (1)
Rata-rata/ Mean (
Keterangan :
n
= Rata-rata = Jumlah data x ke-i = Jumlah data Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 3
(2)
Nilai Minimal Untuk mengetahui nilai terendah dari peubah yang diamati.
(3)
Nilai Maksimal Untuk mengetahui nilai tertinggi dari peubah yang diamati.
(4)
Simpangan Baku ( Simpangan baku adalah akar ragam. Ragam merupakan jumlah kuadrat semua deviasi nilai-nilai individu terhadap rata-ratanya, rumusnya adalah :
Keterangan: S = Simpangan Baku = Nilai data ke-i = Rata-rata populasi = Jumlah data (5)
Koefisien Variasi (KV)
Keterangan: s
= Simpangan baku = Rata-rata sampel
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) terletak di Kecamatan Lembang, 15 km sebelah utara Kota Bandung. Daerah operasional KPSBU sangat strategis karena berada di tengah Kota Lembang, dengan akses dari Kota Bandung ke Lembang sangat mudah karena banyak kendaraan umum yang menuju Lembang dari Bandung. Sebagian wilayah kerja KPSBU dapat diakses menggunakan kendaraan beroda empat dan sebagian wilayah lainnya hanya dapat diakses menggunakan kendaraan beroda dua.
Secara topografi Kecamatan
Lembang berada pada ketinggian 1200-1257 meter dari permukaan laut. Kecamatan ini memiliki suhu berkisar antara 18-24oC dan curah hujan berkisar antara 1800-2500 mm/tahun. Kondisi seperti ini sangat sesuai untuk peternakan sapi perah.
Sesuai dengan pendapat
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 4
Ensminger (1971) sapi perah bisa berproduksi maksimal pada kisaran suhu 10-15,6oC, tetapi masih bisa berproduksi optimal pada suhu 21,1oC dengan kelembaban udara antara 50-79%.
2. Keadaan Peternakan Sapi Perah di KPSBU Lembang KPSBU telah berdiri sejak 1971 dan terus berupaya mencapai tujuan menjadi model koperasi dalam mensejahterakan anggota.
Tujuan utamanya adalah menghasilkan Core
Commodity yang unggul, yakni susu segar yang dihasilkan peternak sebagai produk bermutu tinggi di pasaran. Jumlah populasi sapi perah di peternakan rakyat KPSBU 16.469 ekor dengan jumlah peternak sapi perah 7.091 orang serta produksi susu 120.000 kg/ hari (KPSBU, 2014).
3. Identitas Responden Responden dalam penelitian ini berjumlah 60 orang peternak anggota KPSBU Lembang. Identitas responden yang dikaji dalam penelitian ini yaitu umur peternak, pendidikan terakhir peternak dan pengalaman beternak. Peternak responden yang melakukan usaha sapi perah berumur <25 tahun paling sedikit, hanya 4 orang yaitu sebanyak 6,67% dari total 60 responden. peternak (86,7 %) berada pada usia kerja produktif (23-64
Sebagian besar
tahun) dan hanya 13,34 %
peternak yang berumur 65-86 tahun. Hal tersebut merupakan potensi tenaga kerja yang sangat besar. Sesuai dengan pernyataan Supriatna (2005) bahwa usia non produktif adalah penduduk yang berusia 0-15 tahun dan 65 tahun keatas, sedangkan usia produktif adalah 1564 tahun. Pendidikan formal secara langsung maupun tidak langsung sangat mempengaruhi pola pikir peternak dan kinerja peternak dalam mengelola usaha sapi perah. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa 71,67% peternak berpendidikan Sekolah Dasar (SD), berpendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) 18,33% dan ada sebanyak 5% yang sudah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Pengalaman beternak adalah lamanya seseorang menggeluti usaha peternakan perah yang dinyatakan dalam tahun. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa hanya Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 5
sebagian kecil (10%) peternak memiliki pengalaman kurang dari 8 tahun. Sebagian besar peternak (90%) sudah berpengalaman yaitu antara 9-40 tahun dalam beternak.
Hanya
ditemukan 2 peternak saja yang memiliki pengalaman <2 tahun, itupun mereka melanjutkan usaha dari orangtuanya. Jumlah kepemilikan ternak responden dapat dikategorikan sebagian besar (45 orang) responden termasuk kedalam kategori kecil dan minimnya responden kategori tinggi (3 orang), hal tersebut dikarenakan keterbatasan modal para peternak untuk meningkatkan jumlah kepemilikan ternak dan kurangnya pengetahuan peternak terhadap manajemen penyediaan induk pengganti, karena pada umumnya peternak selalu menjual pedet hasil kelahiran induk baik itu pedet jantan maupun pedet betina.
4. Kondisi Perkandangan pada Peternakan Sapi Perah Rakyat di KPSBU Lembang Pengamatan kondisi perkandangan meliputi kondisi kandang dan sarana penunjang yang terdapat pada peternakan rakyat. Kondisi kandang yang dinilai pada penelitian ini merupakan kondisi lingkungan kandang peternak. Kondisi jarak antara rumah dan kandang yang diinginkan adalah 10 meter, namun masih banyak peternak yang tidak mempunyai banyak lahan sehingga membangun kandang yang berdekatan dengan rumah, bahkan tak jarang yang menempel dengan rumah. Sebagian besar kandang di peternakan rakyat anggota KPSBU ini telah menggunakan lantai kandang yang dibeton dan menggunakan karpet karet sebagai alas sapinya. Tempat makan sapi pun kebanyakan sudah ditembok atau dibuat secara permanen, tidak menggunakan ember lagi untuk tempat pakan, tetapi pengunaan tempat minum permanen dan terpisah dari tempat pakan sangat jarang ditemukan. Hanya beberapa peternak saja yang sudah menggunakan tempat minum permanen dan terpisah dari tempat makan, biasanya satu tempat minum digunakan untuk dua ekor sapi. Peternak disana lebih banyak menggunakan ember atau drum plastik untuk tempat minum sapinya. Penggunaan atap kandang peternak anggota KPSBU bervariasi seperti atap asbes, seng dan atap genting. Capaian kondisi perkandangan pada peternakan sapi perah rakyat di KPSBU Lembang dapat dilihat pada Tabel 1.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 6
Tabel 1. Capaian Kondisi Perkandangan pada Peternakan Sapi Perah Rakyat di KPSBU Lembang. No. Aspek Kondisi Kandang Capaian ...%... 1 Jarak kandang dari rumah minimal 10 meter 56,67 2 Lantai minimal ditembok, kokoh dan mudah dibersihkan 100,00 3 Atap kandang terbuat dari genting 68,33 4 Sinar matahari dan sirkulasi udara baik 83,33 5 Tempat pakan dibuat permanen 96,67 Tempat minum dibuat permanen dan terpisah dari tempat 6 8,33 pakan 7 Saluran pembuangan air & kotoran baik dan lancer 88,33 8 Ada tempat penampungan kotoran 38,33 9 Ada gudang sapronak 21,67 Aspek Sarana Penunjang 1 Air tersedia sepanjang tahun 98,33 2 Sumber air sehat dan bersih 100,00 3 Jumlah air yang tersedia mencukupi 98,33 4 Peralatan untuk kebersihan kandang lengkap 95,00 5 Peralatan untuk kebersihan sapi lengkap 100,00 6 Pasokan hijauan: berkesinambungan jenis & jumlah 88,33 7 Pasokan hijauan dilakukan untuk persediaan 3,33 Pasokan konsentrat: berkesinambungan, jenis, jumlah dan 8 88,33 kualitas 9 Kualitas konsentrat yang diberikan memadai 88,33 Capaian Kondisi Perkandangan 73,42 Kandang sapi perah yang baik adalah kandang yang sesuai dan memenuhi persyaratan kebutuhan dan kesehatan sapi perah. Persyaratan umum kandang untuk sapi perah yaitu sirkulasi udara cukup dan mendapat sinar matahari sehingga kandang tidak lembab (kelembaban ideal 60%-70%), lantai kandang selalu kering, tempat pakan yang lebar dan tempat air dibuat agar air selalu tersedia sepanjang hari (Sudono dkk, 2003). Kondisi perkandangan yang diteliti meliputi dua aspek yang diteliti, yaitu aspek kondisi kandang dan aspek sarana penunjang. Rata-rata capaian kondisi perkandangan baru mencapai 73,42% dari 18 aspek yang harus dipenuhi.
Sebagian besar aspek penilaian pada kondisi
kandang yang kurang diperhatikan yaitu pada tersedianya tempat minum permanen untuk sapi dan adanya gudang sapronak serta minim dilakukannya pengolahan hijauan yang dilakukan untuk persediaan pakan sapinya.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 7
5. Tatalaksana Pemerahan pada Peternakan Sapi Perah Rakyat di KPSBU Lembang Tatalaksana pemerahan dibagi menjadi 3 tahap, yaitu tahap sebelum pemerahan, saat pemerahan dan setelah pemerahan. Capaian pelaksanaan prosedur pemerahan pada peternakan sapi perah rakyat di KPSBU Lembang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Capaian Pelaksanaan Prosedur Pemerahan pada Peternakan Sapi Perah Rakyat di KPSBU Lembang. No. Sebelum Pemerahan Capaian ...%... 1 Membersihkan kandang 81,67 2 Menyiapkan peralatan sapi yang sudah bersih 85 3 Membersihkan sapi yang kotor 78,33 4 Pemerah dalam kedaan bersih 76,67 Saat Pelaksanaan Pemerahan 1 Satu lap hanya digunakan untuk satu sapi 10,00 Menggunakan air hangat untuk pembersihan puting dan 2 66,67 perangsangan ambing 3 membersihkan puting dulu baru ambing 16,67 4 Memeriksa susu dari tiap putting 41,67 Menggunakan media berwarna gelap untuk memeriksa 5 11,67 kondisi susu sebelum pemerahan 6 Menggunakan metote whole/ full hand 16,67 7 Tidak menggunakan vaseline 0,00 8 Menggunakan ember khusus untuk hasil pemerahan 41,67 9 Puting yang sehat didahulukan 100,00 10 Sapi yang sakit terakhir diperah 100,00 11 Lama pemerahan 7 menit 21,67 12 Selama pemerahan sapi tidak diberi pakan 71,67 Menghabiskan susu dari setiap ambing dan puting yang 13 25,00 diperah Memisahkan susu hasil pemerahan dari setiap sapi yang 14 100,00 sedang diobati dengan atibiotika Sesudah Pemerahan 1 Memberikan desinfektan pada setiap puting 5,00 2 Mencatat produksi susu setiap hari 0,00 3 Menyaring susu hasil pemerahan 93,33 4 Mendinginkan susu hasil pemerahan 0,00 Membawa susu ke TPK dengan milk can stainless steel 5 91,67 atau alumunium tertutup Mencuci peralatan yang sudah digunakan dengan desin6 0,00 fektan Rata-rata Capaian 47,29 Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 8
Pemerahan merupakan tugas yang terpenting bagi peternak sapi perah dan harus dikerjakan dengan baik karena merupakan tugas yang berharga. Secara umum persiapan sebelum pemerahan sudah dilakukan oleh peternak sesuai dengan prosedur, seperti membersihkan kandang, persiapan alat untuk pemerahan, membersihkan sapi yang kotor dan pemerah sendiri dalam keadaan bersih. Metode pemerahan yang dilakukan di peternakan rakyat anggota KPSBU Lembang lebih banyak menggunakan metode stripping, dengan menarik puting yang dipegang antara ibu jari dan telujuk atau jari tengah dan telunjuk. Cara memerah terbaik adalah dengan menggunakan kelima jari, yakni pemerah duduk di sebelah kanan sapi dan duduk diatas bangku rendah dengan kedua kaki belakang sapi biasanya diikat untuk menghindarkan ember pemerahan ditendang. Air susu pada akhir pemerahan masih berada didalam saluran-saluran susu biasanya tidak gampang mengalir ke kisterne dan rongga puting, sehingga untuk memudahkan keluarnya air susu, pemerah harus menekan dan mengurut bagian ventral kuartir dengan ibu jari tangan. Tiap kuartir susu diperah hingga kosong.
Sebagian besar peternak tidak melakukan pencelupan puting menggunakan
desinfektan (dipping) ketika pemerahan selesai dilakukan. Tahap tatalaksana pemerahan dibagi tiga yaitu tahap sebelum pemerahan, saat pemerahan dan sesudah pemerahan. Rata-rata pada tatalaksana pemerahan baru mencapai 47,29% dari 24 aspek yang harus dilakukan pada prosedur pemerahan. Metode stripping lebih banyak dilakukan oleh responden sehingga dibutuhkan vaseline sebagai pelicin ketika proses pemerahan dilakukan. Pemberian desinfektan (dipping) pada tiap puting sapi yang diperah hanya dilakukan oleh sebagian kecil peternak saja dan seluruh responden mencuci peralatan pemerahan tidak menggunakan desinfektan. Sebagian besar hanya menggunkan sabun dan air bersih, tak jarang pula peternak yang membersihkan peralatan hanya menggunakan air bersih saja. Rangkuman hasil penilaian kondisi perkandangan dan tatalaksana pemerahan pada peternakan sapi perah rakyat di KPSBU Lembang dapat dilihat pada Tabel 3.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 9
Tabel 3. Rangkuman Hasil Penilaian Kondisi Perkandangan dan Tatalaksana Pemerahan pada Peternakan Sapi perah Rakyat di KPSBU Lembang (2016). No 1
2
Uraian
Nilai Ideal
Kondisi Perkandangan - Kondisi Kandang - Sarana Penunjang Tatalaksana Pemerahan - Sebelum Pemerahan - Saat Pemerahan - Setelah Pemerahan
18 9 9 24 4 14 6
Rata-rata Capaian 13,38 5,73 7,65 11,39 3,21 6,28 1,90
% 73,42
47,29
Kondisi perkandangan yang diteliti yaitu kondisi kandang dan sarana penunjang. Berdasarkan Tabel 12, presentase kondisi perkandangan yang diteliti mencapai 73,42%. Sebagian besar aspek penilaian pada kondisi kandang yang kurang diperhatikan yaitu pada tersedianya tempat minum permanen untuk sapi dan adanya gudang sapronak serta minim dilakukannya pengolahan hijauan yang dilakukan untuk persediaan pakan sapinya. Tatalaksana pemerahan yang diteliti meliputi manajemen sebelum pemerahan, saat pemerahan dan setelah pemerahan dengan presentasi sebesar 47,29%. Metode stripping lebih banyak dilakukan oleh responden sehingga dibutuhkan vaseline sebagai pelicin ketika proses pemerahan dilakukan. Pemberian desinfektan (dipping) pada tiap puting sapi yang diperah hanya dilakukan oleh sebagian kecil peternak saja dan seluruh responden mencuci peralatan pemerahan tidak menggunakan desinfektan. Sebagian besar hanya menggunakan sabun dan air bersih, tak jarang pula peternak yang membersihkan peralatan hanya menggunakan air bersih saja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata capaian kondisi perkandangan baru mencapai 73,42% dari 18 aspek yang harus dipenuhi. Tahap tatalaksana pemerahan pada sapi perah dibagi tiga yaitu tahap sebelum pemerahan, saat pemerahan dan sesudah pemerahan. Rata-rata pada tatalaksana pemerahan pada sapi perah baru mencapai 47,29% dari 24 aspek yang harus dilakukan pada prosedur pemerahan.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 10
KESIMPULAN Dari kondisi pengamatan di lapangan dan pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) Kondisi perkandangan di wilayah kerja KPSBU Lembang baru mencapai 73,42% dari 18 aspek yang harus dipenuhi (2). Tahap tatalaksana pemerahan dibagi tiga yaitu tahap sebelum pemerahan, saat pemerahan dan sesudah pemerahan. Tatalaksana pemerahan baru mencapai 47,29 dari 24 aspek yang terdapat pada prosedur pemerahan.
SARAN Adapun saran yang dapat diberikan adalah (1). Peran penyuluh diharapkan dapat memaksimalkan dalam hal pemahaman peternak mengenai kondisi perkandangan khususnya mengenai ketersediaan tempat minum permanen dan persediaan pengawetan pakan sedangkan pada tatalaksana pemerahan, yang paling disoroti adalah metode pemerahan yang digunakan sehingga pada penggunaan vaseline dapat diminimalisasi (2). Peternak harus lebih memperhatikan kondisi perkandangan dan tatalaksana pemerahan yang dilakukan.
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada kasih kepada dosen pembimbing utama Dr. Ir. Didin S. Tasripin, M.Si. dan dosen pembimbing anggota Ir. Hermawan, MS. yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan serta pengarahan sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik.
Terimakasih penulis ucapkan juga kepada Tim Academic
Leadership Grant (ALG) dibawah koordinasi Prof. Dr. Moh. Makin, MS yang telah memberikan dukungan materi untuk penelitian penulis. DAFTAR PUSTAKA Ensminger ME. and Tyler HD. 1971. Dairy Cattle Science 1st Edition. The Interstate Printers and Publisher Inc. Danville Illinois. Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara. 2016. Bagian IB dan Keswan. Lembang. Bandung. Paturochman, M. 2012. Penentuan Jumlah dan Teknik Pengambilan Sampel. Unpad Press. Bandung. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 11
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Cetakan ke-6. Penerbit Tarsito, Bandung. hlm 67-101. Sudono A., Rosdiana R. F, Setiawan B S.2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. Supriatna, N. (2005). PTK Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Sejarah. Bandung:Jurusan Pendidikan Sejarah.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 12