Analisis Investasi Usahatani Sapi Perah Pada Anggota Koperasi Usaha Peternakan Dan Pemerahan (UPP) Kaliurang Di Kabupaten Sleman 1) 2)
Shanti Emawati1), Ayu Intan Sari2) Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kelayakan finansial investasi usahatani sapi perah pada anggota koperasi susu Usaha Peternakan dan Pemerahan (UPP) Kaliurang di Kabupaten Sleman. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei sampai dengan Juli 2009 dengan lokasi di Kabupaten Sleman. Metode penelitian yang digunakan adalah survei untuk mengumpulkan data primer dari responden dan data sekunder dari dinas terkait. Responden diambil secara purposive sampling. Analisis kelayakan finansial investasi usahatani sapi perah menggunakan kriteria investasi benefit cost ratio (BCR), net present value (NPV), internal rate of return (IRR) dan payback period (PPC) berdasarkan umur investasi 5 tahun dengan discount factor 12%/tahun. Hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani sapi perah pada kondisi peternak di Kabupaten Sleman layak untuk diusahakan dengan nilai Net Present Value (NPV) = Rp. 15.710.080,00; Benefit Cost Ratio (BCR) = 2,10; Internal Rate of Return (IRR) = 41,79% dan Pay back Period of Credit (PPC) = 2,6 tahun. Kata kunci : Sapi perah, Usahatani, Analisis investasi, Koperasi susu, Purposive sampling INVESTMENT ANALYSIS OF DAIRY CATTLE FARM ON MEMBERS OF MILK COOPERATION OF UPP KALIURANG IN SLEMAN DISTRICT ABSTRACT The research was conducted to determine the feasibility of financial investment on dairy cattle farming of members of UPP Kaliurang milk cooperation in Sleman District . Research was done from May to July 2009, located in Sleman District. Survey methods was done to collect primary data at the farm level and secondary data from related institution. Purposive sampling was applied to sellect farmers’ respondent. Criteria used to analyze the feasibility of financial investment were consisted of Benefit Cost Ratio (BCR), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) and Payback Period (PPC), based on 5 years investment and 12% annual discount factor. The result of analysis showed that dairy cattle farm in Sleman District was financially feasible with the value of Net Present Value (NPV) = Rp. 15,710,080.00; Benefit Cost Ratio (BCR) = 2.10; Internal Rate of Return (IRR) = 41.79% and Pay back Period of Credit (PPC) = 2.6 years. Keywords : Dairy cattle, Farm, Investment analysis, Milk cooperation, Purposive sampling PENDAHULUAN Susu merupakan salah satu produk peternakan yang bisa diperoleh dari ternak sapi perah, sehingga dalam proses pemeliharaan dan produksinya perlu penanganan yang benar dan baik. Meningkatnya pendapatan dan kesadaran gizi masyarakat menyebabkan permintaan susu mengalami peningkatan. Selama ini pemeliharaan sapi perah pada peternak rakyat masih bersifat sederhana, artinya peternak masih menggunakan teknologi yang sederhana dalam pemeliharaan sapi perah (pengetahuan pemeliharaan sapi perah masih didapat secara turun-temurun), dan merupakan
usaha sambilan. Setiap usaha mengharapkan keuntungan sebesar-besarnya, keuntungan itu dapat diperoleh dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki peternak. Pemerintah telah mengupayakan pengembangan sapi perah dalam rangka untuk meningkatkan produksi dan produktivitas. Upaya tersebut antara lain pemberian kredit sapi perah melalui koperasi dan pemasaran susu diatur melalui industri pengolahan susu (IPS) sejak tahun 1982-1997 (Gayatri et al., 2005). Selanjutnya tahun 1998, pemasaran susu tidak lagi diharuskan melalui IPS, tetapi kenyataannya sampai dengan sekarang konsumen susu sebagian besar adalah oleh IPS melalui koperasi. Koperasi sapi perah merupakan perusahaan yang bergerak di dalam pemasaran produksi susu segar dan kemudian dipasarkan ke industri susu sebagai bahan baku susu olahan dan produk asal susu lainnya. Koperasi dalam memproduksi susu segar bermitra dengan peternak rakyat yang menjadi anggota koperasi (Firman, 2007). Menurut Yusdja (2005), kebijakan sistem perkoperasian sapi perah ternyata tidak menghasilkan pengembangan agribisnis yang tangguh, karena kebijakan pemerintah hanya difokuskan kepada koperasi, dan pemasaran susu melalui IPS. Sedangkan strategi manajemen produksi pada tingkat peternak tidak dianggap penting. Dengan kondisi tersebut jelas bahwa koperasi sapi perah kurang dapat memenuhi tujuan untuk mensejahterakan anggotanya atau peternak. Oleh karena itu, permasalahan utama yang perlu dipecahkan adalah bagaimana koperasi sapi perah dalam jangka pendek dapat meningkatkan pendapatan peternak sapi perah. Peningkatan pendapatan peternak erat kaitannya dengan biaya produksi dan manajemen usaha. Hasil produksi perusahaan sapi perah merupakan hasil gabungan dari berbagai faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan produksi susu. Produksi susu akan optimal apabila penggunaan faktor-faktor produksi dapat dialokasikan secara efisien dengan mengunakan inputinput produksi secara optimum. Efisiensi dimaksudkan agar daya guna input produksi rata-rata maksimum sehingga diperoleh keuntungan yang maksimum pula. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang analisis finansial usahatani sapi perah pada anggota koperasi usaha peternakan dan pemerahan (UPP) Kaliurang di Kabupaten Sleman. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kelayakan finansial investasi usahatani sapi perah pada anggota koperasi susu Usaha Peternakan dan Pemerahan (UPP) Kaliurang di Kabupaten Sleman. MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei sampai dengan Juli 2009 dengan lokasi di Kabupaten Sleman. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja, dengan lokasi contoh penelitian di Koperasi UPP Kaliurang dengan pertimbangan bahwa di lokasi tersebut terdapat beberapa kelompok tani ternak yang tergabung dalam Koperasi UPP Kaliurang, Kabupaten Sleman. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian adalah 40 responden. Metode pengambilan sampel peternak dengan purposive sampling yaitu dipilih peternak dikelompok koperasi susu yang telah menjalankan usahanya minimal 1 tahun. Pengambilan data dilaksanakan dengan metode survey. Data yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dengan pimpinan, karyawan serta peternak sapi perah yang merupakan anggota Koperasi UPP Kaliurang dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder untuk menunjang data primer diperoleh dari dinas terkait.
Analisis Data Analisis kriteria kelayakan (Becker et al., 2007) 1. Benefit cost ratio (BCR). Rumus yang digunakan : Discounted gross benefit
BCR = Discounted total cost
(Gittinger, 1986)
Suatu usaha apabila nilai net B/C ratio > 1, maka proyek “go”, sedangkan untuk nilai net B/C ratio < 1, maka proyek “no go” (Prawirokusumo, 1990). 2. Net present value (NPV). Rumus yang digunakan :
Bt - Ct å t t =1 (1 + i ) n
NPV=
Keterangan : Bt Ct i n
= = = =
Benefit / keuntungan kotor yang diperoleh pada tahun t Cost / biaya yang dikeluarkan pada tahun t tingkat diskonto umur ekonomi proyek (tahun)
Suatu proyek apabila nilai NPV > 0, maka proyek tersebut layak dijalankan. Jika NPV = 0, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar social opportunity cost of capital. Jika NPV < 0, proyek supaya ditolak artinya adanya penggunaan lain yang lebih menguntungkan untuk sumbersumber yang diperlukan proyek (Kadariah et al., 1999). 3.
Internal rate of return (IRR). Rumus yang digunakan : NPV’ IRR = i’ + –––––––––––––––– X ( i” - i’) NPV’ + NPV”
(Soekartawi, 2006)
Keterangan : NPV’ NPV” i’ i”
= = = =
NPV yang positif NPV yang negatif tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif
Suatu usaha apabila nilai IRR > social discount rate, maka usaha tersebut akan layak dan apabila nilai IRR < social discount rate, maka proyek tersebut tidak akan layak (Pudjosumartono, 1995). 4. Payback period. Rumus yang digunakan : Investasi Payback period = —————————————— Net benefit rata-rata tiap tahun
(Choliq et al., 1999)
Batasan Operasional Peternak yang diambil sebagai sampel dalam penelitian adalah peternak sapi perah yang berlokasi di Kabupaten Sleman yang memiliki minimal 1 ekor sapi perah laktasi dan telah dipelihara minimal 1 tahun. Perhitungan analisis kelayakan usaha dilakukan dengan penggunaan tingkat bunga (discount rate) 12% sesuai dengan tingkat bunga yang berlaku pada usahatani ternak
tersebut. Perhitungan produksi meliputi produk pokok berupa penjualan susu dan produk sampingan berupa penjualan kotoran. Opportunity cost tenaga kerja yang tidak dibeli. HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas Peternak Umur Peternak Umur peternak sapi potong di lokasi penelitian berkisar antara 31 – 70 tahun dengan ratarata 51 tahun. Umur peternak digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu petani taruna yang berusia antara 15 – 25 tahun, petani muda yang berusia antara 25 – 44 tahun dan petani dewasa yang berusia diatas 45 tahun (Soegiharto, 2004). Berdasarkan penelitian bahwa 86,67 % peternak berusia di atas 45 tahun. Menurut Soegiharto (2004), sektor pertanian menunjukkan tren aging agriculture, yaitu suatu kondisi dimana tenaga kerja yang berada di pertanian adalah tenaga kerja berusia lanjut. Tingkat pendidikan peternak Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa peternak sebagian besar berpendidikan cukup rendah karena 63,33% mengenyam pendidikan sekolah dasar. Tingkat pendidikan peternak tersebut berpengaruh terhadap manajemen peternakan yang dilakukan. Pendidikan peternak menggambarkan kemampuan mengelola ternak sapi. Menurut Mosher (1987), tingkat pendidikan memiliki peran penting dalam memahami penggunaan teknologi untuk dapat meningkatkan produktivitas usaha pertanian karena dengan semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan lebih mudah memahami dan menerapkan teknologi baru. Pekerjaan peternak Pekerjaan utama masyarakat sebagian besar adalah peternak sebesar 70%. Peternak mengusahakan sapi perah untuk membantu menambah penghasilan keluarga sehingga dapat meningkatkan taraf hidup peternak. Koefisien teknis Koefisien teknis calving interval dan umur penjualan pedet akan berpengaruh pada penerimaan dan biaya produksi (Suzuki et al., 2006). Berdasarkan data primer hasil survei, koefisien teknis disajikan seperti Tabel 1. Tabel 1. Koefisien teknis usaha sapi perah di Kabupaten Sleman Koefisien teknis Sapi perah Calving interval 14,78 bulan Umur penjualan pedet 3 bulan Sumber : Data primer terolah, 2009. Analisis Finansial Analisis investasi usaha sapi perah Analisis investasi usahatani pada penelitian ini menggunakan umur investasi 5 tahun, yaitu berdasarkan umur produktif induk 5 tahun. Pada penelitian ini, peternak memelihara induk antara 1,5 sampai 9 tahun. Lama waktu memelihara induk tergantung kepada kondisi ternak dan kepentingan sosial peternak. Hal ini berarti apabila peternak membutuhkan uang tunai, peternak yang tidak memiliki pedet atau ternak jantan lainnya akan menjual induk miliknya, namun ada juga peternak yang tetap mempertahankan induk miliknya karena memiliki produktivitas yang dirasa cukup baik. Biasanya ternak dijual untuk keperluan biaya sekolah, biaya pengobatan dan biaya untuk acara keluarga. Diasumsikan umur produktif induk 5 tahun adalah berdasarkan pengalaman
peternak untuk induk-induk berkualitas baik dapat mereka pelihara hingga lebih kurang 9 tahun. Berdasarkan kemampuan biologis ternak sapi bahwa seekor sapi betina rata-rata memiliki umur afkir kurang lebih 10 tahun (Soekardono, 2006). Analisis cash flow Analisis cash flow memperhitungkan nilai aliran penerimaan uang tunai dan nontunai yang dinilai uangkan dengan opportunity cost (input cash flow) serta aliran biaya yang semua dinilai uangkan (outflow cash flow). Berdasarkan hasil penelitian, nilai cumulatif net cash flow untuk sapi perah cukup tinggi. Hal ini disebabkan tingginya nilai penjualan susu dan sapi perah sehingga menghasilkan keuntungan. Semakin besar nilai cumulatif net cash flow yang diperoleh menunjukkan bahwa usahatani sapi perah yang dijalankan peternak mendapatkan keuntungan. Tetapi perhitungan tersebut belum dapat digunakan sebagai indikator kelayakan usaha karena belum di discount factor. Hasil tersebut hanya menunjukkan bahwa pada periode pemeliharaan tertentu telah dicapai hasil yang positif. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis investasi yang memperhitungkan nilai uang di masa mendatang dengan menggunakan discount factor. Perhitungan cash flow dibuat dalam jangka waktu 5 tahun berdasarkan umur ekonomis induk sapi perah. Analisis kelayakan finansial Analisis kelayakan finansial sangat penting dilakukan karena untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan tersebut dalam jangka waktu tertentu dapat mendatangkan keuntungan atau tidak bagi peternak (Pierre et al., 2000). Untuk mengetahui kelayakan usaha yang dijalankan, maka digunakan tiga kriteria uji kelayakan yaitu NPV, IRR dan BCR dengan menggunakan discount rate 12% dan jangka waktu investasi 5 tahun. Besarnya nilai kriteria finansial tersaji pada Tabel 2. Table 2. Kriteria finansial usahatani sapi perah di Kabupaten Sleman Kriteria finansial NPV BCR IRR Payback period Source : Data primer terolah, 2009
Nilai kriteria finansial Rp 15.710.080,00 2,10 41,79% 2,6 tahun
Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa usahatani sapi perah layak untuk dijalankan karena NPV bernilai positif, BCR > 1 dan IRR > discount factor. Kriteria NPV. Analisis NPV penting dilakukan karena sejumlah uang tertentu pada saat sekarang mempunyai nilai berbeda dimasa mendatang. NPV merupakan seluruh angka net cash flow yang digandakan dengan discount factor pada tahun dan tingkat bunga yang telah ditentukan (Soekartawi, 2006). Suatu usahatani sapi perah dikatakan layak untuk dijalankan apabila NPV bernilai positif. Penelitian ini menggunakan discount factor 12% berdasarkan tingkat bunga bank yang berlaku saat penelitian. Nilai NPV sapi perah adalah sebesar Rp. 15.710.080,00/5 tahun. Hal ini berarti keuntungan yang diperoleh peternak cukup besar yaitu sebesar Rp. 3.142.016,00/tahun tahun untuk pemeliharaan sapi perah. Kriteria BCR. BCR merupakan perbandingan antara hasil antara hasil yang dipresentvaluekan dengan biaya modal sebagai indikator bisa diterima atau tidaknya suatu investasi yang dijalankan. Suatu usahatani pembibitan sapi potong layak dijalankan apabila nilai BCR > 1 (Kadariah et al., 1999). Berdasarkan hasil penelitian, nilai BCR pada usahatani sapi perah bernilai
lebih dari satu yang nilainya 2,10. Hal ini berarti usahatani sapi perah layak dijalankan karena penerimaan yang diperoleh peternak lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Kriteria IRR. IRR merupakan tingkat keuntungan bersih atas investasi karena benefit bersih yang positif ditanam kembali dalam tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat bunga yang sama selama sisa umur proyek (Soekartawi, 2006). Suatu usahatani pembibitan sapi potong layak dijalankan apabila nilai IRR lebih besar dari 12% yaitu tingkat bunga (discount rate) yang berlaku saat penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada usahatani sapi perah tersebut memiliki nilai IRR lebih besar dari 12% yaitu sebesar 41,79%. Hal ini berarti peternak mampu mengembalikan investasi yang ditanamkan. Payback period. Payback period menunjukkan jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan seluruh modal yang digunakan pada investasi awal. Apabila payback period tersebut lebih pendek dari umur investasi, maka usaha tersebut menguntungkan sehingga layak untuk dijalankan, namun apabila payback period tersebut lebih panjang dari umur investasi maka usaha tersebut tidak layak dijalankan (Husnan dan Suwarsono, 2005). Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa nilai payback period pada usahatani sapi perah yaitu sebesar 2,6 tahun. Hal ini berarti dalam kurun waktu kurang dari tiga tahun dapat mengembalikan investasi sehingga usahatani sapi perah layak dijalankan karena cepat mengembalikan investasi. Menurut Cholig (1999), semakin cepat waktu pengembalian maka semakin baik untuk diusahakan. KESIMPULAN Berdasarkan analisis investasi usahatani sapi perah pada kondisi peternak anggota koperasi UPP Kaliurang di Kabupaten Sleman dengan menggunakan umur investasi 5 tahun, discount factor 12% adalah layak dijalankan dengan nilai NPV = Rp 15.710.080,00, IRR = 41,79% , BCR = 2,10 dan payback period = 2,6 tahun. DAFTAR PUSTAKA Becker, K.M., R.L. Parsons, J. Kolodinsky, G.N. Matirut. 2007. A cost and returns evaluation of alternative dairy products to determine capital investment and operational feasibility of a small-scale dairy processing facility. J.Dairy Sci. 90:2506-2516. Choliq, A., H.R.A.Wirasasmita dan S. Hasan. 1999. Evaluasi Proyek, Suatu Pengantar. Pioner Jaya. Bandung. Firman, A. 2007. Kajian Koperasi Persusuan di Jawa Barat. Fakultas Peternakan. Universitas Padjajaran. Bandung. Gayatri, S., A. Setiadi, Isbandi dan K. Budiraharjo. 2005. Analisis Ekonomi Pemberian Kredit Sapi terhadap Tingkat Pendapatan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Semarang. Gittinger, J.P. 1986. Economic Analysis of Agricultural Projects. UI-Press. Jakarta. Husnan, S. dan Suwarsono. 2005. Studi Kelayakan Proyek. Fakultas Ekonomi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Kadariah, L. Karlina dan C. Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia, Jakarta. St-Pierre, N.R., D. Shoemaker, L.R. Jones. A case study to illustrate analysis of alternative farm investment in fixed assets. 2000. J. Dairy Sci. 83 (5), pp. 1159-1169. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan 9. CV Alfabeta. Bandung. Susieni, A. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Cetakan 2. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. UI-Press. Jakarta. Yusdja, Y. 2005. Kebijakan Ekonomi Agribisnis Sapi Perah di Indonesia. Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 3 no 3. Pusat Analisis dan Kebijakan Pertanian, Bogor Velasco, J.T., J.A. Ordonez, L.C. Bustillo. Economic sensitivity of a dual-purpose cattle systems due to the variation in average herd reproductive performance. Revista Cientifica de la Facultad de Ciencias Veterinarias de la Universidad del Zulia 10 (1), pp. 30-36. Suzuki, K., M. Kanameda, T. Ogawa, T.T.D. Nguyen, T.T.S. Dang, Q.H. Luu, D.U. Pfeiffer. 2006. Productivity and socio-economic profile of dairy cattle farmers amongst rural smallholder communities in northern Vietnam. Livestock Science 101 : 242-250.