EVALUASI KECUKUPAN NUTRIEN SAPI PERAH DI PETERNAKAN RAKYAT KEBON PEDES
NAOMI F ARUAN
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Kecukupan Nutrien Sapi Perah di Peternakan Rakyat Kebon Pedes adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2016 Naomi F Aruan NIM D24120076
ABSTRAK NAOMI F ARUAN. Evaluasi Kecukupan Nutrien Sapi Perah di Peternakan Rakyat Kebon Pedes. Dibimbing oleh DESPAL dan TOTO TOHARMAT Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kecukupan nutrien sapi perah laktasi di peternakan rakyat Kebon Pedes dan mengamati pengaruhnya terhadap produksi dan kualitas susu. Penelitian dilakukan mulai bulan Januari sampai Maret 2016 melalui survey lapangan dan analisis laboratorium. Peubah yang diamati adalah intake pakan, intake nutrien, fermentabilitas pakan, kecernaan pakan, ME (metabolizable energy), NEL (net energy for lactation), manure score, produksi susu, komposisi susu, bobot badan, dan skor BCS (body condition score). Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif serta uji korelasi dan regresi untuk menduga performa ternak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan nutrien sapi perah di peternakan rakyat Kebon Pedes masih belum tercukupi untuk intake bahan kering, protein kasar, TDN (total digestible nutrient), dan mineral Ca. Saran yang dapat diusulkan untuk memperbaiki kondisi ini adalah dengan meniru ransum peternak best practice. Model pendugaan performa ternak yang memuaskan belum dapat dibuat dari informasi intake dan penggunaan nutrien sapi perah di peternakan rakyat Kebon Pedes (R<50%). Kata kunci: kecukupan nutrien, intake nutrien, performa ternak, sapi perah
ABSTRACT NAOMI F ARUAN. Evaluation of Nutrient Adequate in Dairy Cattle at Traditional Dairy Farm of Kebon Pedes. Supervised by DESPAL dan TOTO TOHARMAT The study was aimed to evaluate nutritional status of dairy cows in lactation phase and their relation to productivity and quality of milk at traditional dairy farm. The research was conducted from January until March 2016 through field surveys and laboratory analysis. Variables measured were feed intake, nutrient intake, feed fermentability, digestibility, ME (metabolizable energy), NEL (net energy for lactation), manure score, milk production, milk quality and BCS (body condition score). Data were analyzed using descriptive statistics and estimate cattle performance using correlation and regression analysis. The result showed that nutrient intake (dry matter intake, crude protein, TDN and mineral Ca) haven’t met the nutritional needs of dairy cows. Solution that can be advised is to imitate feeding management of best practice farmer. Dairy cattle performance estimation by information of nutrient intake and utilization were not show the satisfying results at dairy cattle traditional farm of Kebon Pedes (R<50%). Key words: dairy cattle, dairy performance, intake nutrient, nutrient adequate
EVALUASI KECUKUPAN NUTRIEN SAPI PERAH DI PETERNAKAN RAKYAT KEBON PEDES
NAOMI F ARUAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
Judul Skripsi : EvaluasiKecukupanNutrien SapiPerahdi PeternakanRakyat Nama NIM
KebonPedes : Naomi F Aruan :D24120076
Disetujuioleh
@
+s
Dr Despal.SPtMSc Asr PembimbingI
Tanggal Lulus:
2 0 JUL 20i6
Prof Dr Ir Toto Toharmat.MApr Sc PernbimbingII
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Topik penelitian yang dipilih adalah nutrisi ternak dengan judul Evaluasi Kecukupan Nutrien Sapi Perah di Peternakan Rakyat Kebon Pedes. Skripsi ini ditulis berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2016 di peternakan rakyat Kebon Pedes, Bogor. Produktivitas sapi perah di peternakan rakyat pada umumnya masih rendah. Penyebab utama yang sering ditemukan adalah ketersediaan dan kualitas bahan pakan yang sulit dipenuhi. Sapi perah membutuhkan pakan dengan nutrisi yang mencukupi kebutuhannya, agar dapat berproduksi secara optimal. Evaluasi kecukupan nutrien sapi perah perlu dilakukan sehingga nantinya peternak dapat memberikan pakan sesuai kebutuhan ternak dan mampu mendukung kemampuan produksi sapi perah yang lebih baik. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2016 Naomi F Aruan
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
METODE
2
Bahan
2
Alat
2
Lokasi dan Waktu
2
Prosedur
2
Rancangan dan Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Intake Pakan, Kandungan Nutrien, Intake, Penggunaan dan Kecukupan Nutrien
6
Performa Ternak
10
Hubungan Intake Nutrien dan Penggunaannya dengan Performa Ternak
11
Hubungan Bulan Laktasi dengan Produksi Susu, Intake Pakan dan BCS
13
Ransum Best Practice
14
SIMPULAN DAN SARAN
16
Simpulan
16
Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
16
LAMPIRAN
19
RIWAYAT HIDUP
22
DAFTAR TABEL 1 Rataan intake, kandungan nutrien, dan jumlah intake nutrien 2 Kecukupan nutrien sapi perah (n=72) berdasarkan NRC 2001 3 Persentase ternak (n=72) yang dapat memenuhi kebutuhan nutrien sesuai rekomendasi NRC 2001 4 Penggunaan nutrien dalam rumen 5 Rataan performa sapi perah laktasi (n=72) 6 Korelasi intake pakan dan penggunaannya dengan performa ternak 7 Ransum best practice sapi perah laktasi di peternakan rakyat Kebon Pedes
6 7 8 9 10 11 15
DAFTAR GAMBAR 1 Hubungan bulan laktasi dengan produksi susu, intake pakan dan BCS
13
DAFTAR LAMPIRAN 1 Analisis korelasi antara intake nutrien dengan performa ternak 2 Analisis korelasi antara penggunaan nutrien dengan performa ternak 3 Kandungan nutrien pakan
19 20 21
1
PENDAHULUAN
Lebih dari 6 miliar penduduk di seluruh dunia mengonsumsi susu maupun produknya dan mayoritas konsumen tersebut berada di negara berkembang (FAO 2015). Salah satu negara berkembang dengan peningkatan konsumsi susu dari tahun ke tahun adalah Indonesia. Konsumsi susu di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan yaitu dari tahun 2009 sampai 2011. Konsumsi susu segar di Indonesia mencapai 12.8 liter per kapita per tahun, dan mengalami peningkatan dari tahun 2008-2013 (Weekly Indo Perspective 2014). Akan tetapi peningkatan konsumsi susu tidak diimbangi dengan produksi yang seimbang. Menurut data Kemenperin (2014), total kebutuhan bahan baku susu sebesar 3.2 juta ton per tahun sedangkan pasokan dari peternak hanya 690 000 ton yang dihasilkan oleh sekitar 597 135 ekor sapi perah. Artinya hanya 21% produksi yang dapat memenuhi kebutuhan nasional, sisanya sebanyak 79% masih harus diimpor. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi susu nasional adalah perbaikan manajemen penyediaan pakan yang mandiri dan berkelanjutan khususnya di peternakan rakyat. Cara ini juga dapat mengusung keberhasilan pengembangan sapi perah berkelanjutan di Indonesia. Pemberian pakan pada ternak sapi perah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, produksi, dan reproduksi sehingga sapi perah dapat berproduksi secara optimal (Moran 2012). Praktik pemberian pakan sapi perah di peternakan rakyat pada umumnya belum memperhatikan kecukupan nutrien. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2014) di Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPBSU) Lembang, kecukupan nutrien sapi perah di lokasi tersebut melebihi jumlah nutrien yang dibutuhkan oleh sapi perah. Hasil penelitian yang berbeda didapatkan oleh Ermawati (2015), bahwa intake mineral Ca dan P belum sesuai rekomendasi NRC. Pemberian pakan yang kurang akan menyebabkan defisiensi dan produksi menurun, sebaliknya pemberian pakan yang berlebih akan menyebabkan ekses nutrien ke lingkungan, kegemukan, dan meningkatkan biaya penyediaan pakan. Peternakan sapi perah Kebon Pedes secara administratif termasuk ke dalam wilayah kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat. Peternakan sapi perah di lokasi ini sudah berdiri sejak 30 tahun yang lalu dan menjadi salah satu sentra produksi susu sapi di Kota Bogor (Ayubi 2009). Beternak sapi perah menjadi profesi yang dominan di kalangan masyarakat sekitar dengan manajemen pemeliharaan tradisional. Sistem pemeliharaan tradisional pada umumnya memberikan pakan belum sesuai dengan kebutuhan ternak, peternak biasanya memberikan pakan sesuai dengan jumlah yang tersedia saja (Lestari et al. 2015). Oleh karena itu diperlukan suatu kegiatan evaluasi kecukupan nutrien agar didapatkan gambaran pemenuhan kebutuhan nutrien sapi perah. Evaluasi diharapkan dapat memperbaiki manajemen pemberian pakan dalam pemeliharaan sapi perah di peternakan rakyat sehingga dapat menentukan kuantitas dan kualitas pakan yang tepat untuk menunjang produksi susu yang optimal. Selain itu dilakukan pendugaan performa ternak berdasarkan data intake dan penggunaan nutrien menggunakan analisis korelasi dan regresi.
2
METODE
Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian yaitu ternak, pakan, dan feses. Ternak yang diamati yaitu sapi perah Friesian Holstein (FH) sebanyak 72 ekor dengan rataan estimasi bobot badan 407.23±42.81 kg dan periode laktasi 3±1.5 kali. Sampel pakan yang dianalisis merupakan sampel hijauan dan konsentrat yang diberikan kepada ternak. Feses yang digunakan merupakan feses segar yang belum terganggu. Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian antara lain kuisioner untuk peternak, lactoscan tipe S_L, timbangan, gelas ukur, botol sampel susu, plastik, label, pita ukur, alat tulis, peralatan analisis proksimat, analisis mineral, analisis kecernaan, dan fermentabilitas pakan. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan dari Januari sampai Maret 2016 di dua kelompok ternak sapi perah Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, Kotamadya Bogor, Jawa Barat. Analisis nutrien pakan dilakukan di Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat dan analisis utilitas nutrien serta analisis komposisi susu dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor Prosedur Teknik Pengambilan Data Penelitian ini menggunakan metode wawancara di lapang yang disertai pengisian kuisioner, pengukuran, pengamatan langsung, analisis, dan perhitungan. Kuisioner berisi informasi mengenai identitas peternak, identitas sapi perah, kepemilikan ternak, manajemen pemberian pakan, dan kesehatan ternak. Data yang diukur meliputi konsumsi pakan, lingkar dada, dan produksi susu. Data yang diamati langsung yaitu BCS (body condition score) dan manure score. Data yang dianalisis di laboratorium meliputi komposisi susu, kandungan nutrien, fermentabilitas, gas test dan kecernaan in vitro. Data yang didapat dengan perhitungan berdasarkan formula yaitu bobot badan, kandungan TDN (total digestible nutrient), ME (metabolizable energy), dan NEL (net energy for lactation). Konsumsi Pakan dan Nutrien Jumlah pakan yang dikonsumsi dihitung dari jumlah pakan yang diberikan dikurangi dengan jumlah pakan yang tersisa. Konsumsi nutrien dihitung berdasarkan jumlah pakan yang dikonsumsi dikalikan dengan kandungan nutrien.
3 Hijauan dan konsentrat yang digunakan ditimbang berat segar yang diberikan dan yang tersisa menggunakan timbangan gantung kapasitas 50 kg. Kandungan nutrien dari masing-masing pakan diukur melalui analisis laboratorium. Pakan yang digunakan oleh masing-masing peternak diambil sampelnya sebanyak 1 kg untuk hijauan dan 200 g untuk konsentrat. Pendugaan Bobot Badan Pendugaan bobot badan (BB) pada sapi perah dilakukan dengan mengukur lingkar dada (LD) menggunakan pita ukur. Pendugaan bobot badan dihitung menggunakan rumus Schoorl yaitu : BB =
(LD +22)2 100
Keterangan : BB : bobot badan (kg), LD : lingkar dada (cm) Penilaian BCS (Edmondson et al. 1987) Penilaian BCS (body condition score) dilakukan pada masing-masing sapi di peternakan rakyat Kebon Pedes yang digunakan sebagai sampel dengan kisaran nilai 1 – 5 dan skala 0.25. Penilaian kondisi tubuh dilakukan dengan pengamatan dan perabaan bagian tulang belakang (backbone), loin dan pinggul (rump) untuk melihat deposit (cadangan) lemak. Manure Score (Kononoff 2002) Pengukuran manure score berdasarkan 3 aspek penilaian yaitu: washing manure, scoring manure, dan uji warna. Washing manure atau uji saring dilakukan dengan cara mencuci secangkir manure segar dengan air hangat atau air dingin mengalir menggunakan saringan kemudian dilakukan pengamatan terhadap partikel pakan yang tersisa. Scoring manure dilakukan dengan memberi nilai 1-5 pada setiap feses sapi yang dijadikan sampel dengan memperhatikan manure yang menempel pada pantat sapi, mengukur tinggi tumpukan manure, mengamati bentuk tumpukan, dan mendengarkan suara manure ketika jatuh menyentuh lantai. Uji warna dilakukan dengan mengamati warna manure segar dan menginterpretasikannya. Produksi Susu Produksi susu diukur setelah pemerahan pagi dan sore hari menggunakan gelas ukur 1000 ml. Jumlah susu yang dihasilkan dicatat dalam satuan liter. Komposisi Susu Komposisi susu yang dianalisis meliputi kadar lemak, protein, laktosa, dan total solid (TS). Analisis dilakukan dengan mengambil sampel susu hasil pemerahan pagi dan sore sebanyak 20 ml pada masing-masing sapi. Sampel diambil segera setelah selesai pemerahan dan dimasukkan ke dalam botol sampel. Analisis komposisi susu menggunakan lactoscan tipe S_L. Analisis Kandungan Nutrien Kandungan nutrien yang dianalisis meliputi komposisi proksimat (BK, Abu, PK, LK, SK, BETA-N), dan kandungan mineral (Ca dan P). Analisis
4 Proksimat dilakukan pada sampel hijauan dan bahan konsentrat yang telah dikeringkan di dalam oven 60ºC selama 24 jam. Hijauan dan konsentrat digiling hingga halus dan seragam. Analisis proksimat dilakukan dengan metode AOAC (2003) untuk mengetahui kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, dan bahan esktrak tanpa nitrogen. Analisis mineral kalsium dan fosfor dimulai dengan preparasi sampel terlebih dahulu menggunakan metode Reitz et al. (1987). Analisis kalsium menggunakan AAS (Spektrofotometer Serapan Atom) sesuai dengan AOAC (2003). Analisis fosfor dilakukan dengan Metode Taussky dan Shorr (1953) menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 660 nm. Analisis Fermentabilitas dan Kecernaan In vitro Fermentabilitas bahan organik menghasilkan VFA (Volatile Fatty Acid) dan protein menghasilkan NH3 (amonia), kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik dianalisis secara in vitro. VFA diukur dengan menggunakan teknik destilasi uap (General Laboratory Procedure 1966). Konsentrasi NH3 diukur dengan menggunakan metode Mikrodifusi Conway (Conway dan O’Malley 1942). Prosedur pengujian Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK) dan Bahan Organik (KCBO) dilakukan dengan metode Tilley dan Terry (1963). TDN hijauan, limbah pertanian, dan bahan baku konsentrat didapatkan dengan cara dihitung menggunakan rumus TDN seperti yang digunakan oleh Hartadi et al. (1980), sedangkan untuk campuran konsentrat menggunakan rumus TDN seperti yang digunakan oleh Wardeh (1981). Estimasi NEL menggunakan rumus (NRC 2001) dan ME berdasarkan produksi gas (Menke dan Close 1986) dan kandungan nutrien. Konsentrasi NH3 dihitung berdasarkan rumus berikut : mL H2SO4 x N H2SO4 N ammonia (mM) = gr sampel x BK sampel
X 1000
Sedangkan untuk menghitung konsentrasi VFA digunakan rumus berikut: (a-b) x N HCL x 1000/5 VFA total (mM) = gr sampel x BK sampel Keterangan : a = volume titran blangko b = volume titran contoh Pengukuran KCBK dan KCBO dihitung berdasarkan rumus: KCBK (%) =
KCBO (%) =
BK sampel (g) - (BK residu (g) - BK blanko (g) BK Sampel
BO sampel (g) - (BO residu (g) - BO blanko (g) BO Sampel
X 100%
X 100%
5
NEL dan ME dihitung berdasarkan rumus berikut: NEL = 0.0929 x % fat + 0.0574 x %crude protein + 0.0395 x %lactose ME = 1.242 + 0.146 Gb + 0.007 PK + 0.0224 LK Gb (ml kg-1 BK) =
[(Gb48-Gb0) x 200 x ((FH+FC)/2)] BK Bahan
Gb dinyatakan dalam ml sedangkan PK dan LK dalam g/kg BK. FH adalah produksi gas standar dibagi dengan produksi gas hijauan yang sebenarnya. FC adalah produksi gas standar dibagi dengan produksi gas konsentrat sebenarnya. Rancangan dan Analisis Data Rancangan Penelitian Penelitian menggunakan sapi perah FH dengan mengambil sampel 3 ekor sapi perah dari masing-masing peternak. Jumlah peternak di kawasan peternakan Kebon Pedes yaitu 24 peternak, maka total sapi yang diamati adalah 72 ekor. Pemilihan ternak dikhususkan pada ternak yang sedang laktasi.Waktu pengamatan di setiap peternak adalah 1 hari, dimulai pada saat pemberian makan pagi hari hingga pemberian makan pagi hari berikutnya untuk menghitung sisa pakan sore hari. Pengambilan sampel susu, hijauan dan konsentrat dilakukan setiap hari untuk kemudian dianalisis di laboratorium. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan metode sebagai berikut: 1. Analisis deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan intake pakan, intake nutrien, dan penggunaan nutrien, serta performa ternak (produksi susu, komposisi susu, BCS, BB, dan manure score) di peternakan rakyat Kebon Pedes. 2. Analisis korelasi dan regresi Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara intake dan penggunaan nutrien dengan performa ternak (produksi, kualitas susu, BCS, bobot badan dan manure score). Apabila terdapat korelasi nyata maka dilanjutkan dengan mencari persamaan regresinya. Peubah yang Diamati Peubah yang diamati meliputi intake pakan, fermentabilitas pakan, kecernaan, ME, NEL, manure score, produksi susu, komposisi susu, bobot badan, dan nilai BCS.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Intake Pakan, Kandungan Nutrien Ransum, Intake, Penggunaan dan Kecukupan Nutrien Intake pakan menggambarkan jumlah pakan yang mampu dikonsumsi oleh ternak untuk menopang kesehatan dan produksi ternak (NRC 2001). Pada Tabel 1 disajikan rataan intake pakan, kandungan nutrien ransum, dan intake nutrien. Tabel 1 Rataan intake pakan, kandungan nutrien, dan jumlah intake nutrien Pakan dan nutrien Hijauan (kg BS) Konsentrat (kg BS) Hijauan (kg BK) Konsentrat (kg BK) Total (kg BK) Hijauan (%BK/BB) Konsentrat (%BK/BB) Total (%BK/BB) Imbangan (%) BK Hijauan BK Konsentrat Kandungan nutrien (%BK) Abu PK LK SK BETA-N Ca P TDN Intake nutrien (kg) Abu PK LK SK BETA-N Ca P TDN
Intake 11.91±10.74 27.78±7.97 5.09±1.82 5.31±1.66 10.40±2.46 1.26±0.45 1.31±0.41 2.57±0.61
Intakea 38.52±10.43 27.24±10.91 7.57±2.13 7.38±1.73 14.95±2.33 1.72±0.51 1.66±0.36 3.38±0.55
Intakeb 48.4±18.0 16.6±8.9 10.1±3.5 5.6±4.4 15.7±3.7 2.5±0.8 1.3±1.1 3.8±0.95
49 51
50 50
64 36
7.92±5.65 13.92±7.77 3.89±2.78 20.35±7.77 53.92±5.41 0.60±0.83 0.54±0.27 65.55±15.25
12.38±1.42 11.67±1.75 2.56±0.40 21.90±1.12 51.53±3.22 0.22±0.06 0.20±0.05 65.73±2.43
0.64±0.31 1.01±0.28 0.36±0.14 2.37±0.54 5.97±1.39 0.06±0.03 0.06±0.02 6.63±1.62
1.85 ±1.41 1.74 ±1.76 0.38 ±0.40 3.27 ±1.09 7.70 ±3.24 0.03 ±0.06 0.03 ±0.05 9.83 ±3.33
2.47±6.10 2.16±1.20 0.64±0.42 3.82±1.44 0.04±0.02 0.03±0.02 10.27±4.72
a
Intake nutrien Kawasan Usaha Peternakan Cibungbulang (Malyadi 2014), bIntake nutrien di Peternakan Rakyat Kawasan Bandung Utara (Ermawati 2015), (-) tidak dilakukan pengukuran
Manajemen pemberian pakan pada sapi perah perlu diperhatikan khususnya jumlah pakan yang dikonsumsi. Pakan yang masuk ke dalam saluran pencernaan akan dirombak menjadi zat makanan yang diharapkan mampu meningkatkan produksi susu. Berdasarkan hasil penelitian, jumlah pakan yang dikonsumsi tiap ekor hari-1 yaitu 10.40 kg BK. Nilai tersebut lebih rendah dibandingkan menurut penelitian Malyadi (2014) sebesar 14.95 kg BK, Ermawati (2015) 15.7 kg BK,
7 dan Despal et al. (2013) sebesar 23 kg BK. Menurut rekomendasi NRC, kecukupan nutrien akan dicapai apabila konsumsi BK sebesar 12.9 kg BK. Hal ini menunjukkan bahwa peternak belum menyesuaikan jumlah pakan yang diberikan terhadap kebutuhan ternak dan cenderung memberikan pakan sesuai dengan jumlah yang tersedia. Kebutuhan pakan khususnya hijauan sulit dipenuhi karena lokasi peternakan berada di dataran rendah area pemukiman tanpa ada lahan untuk menanam hijauan pakan (low land less land). Hasil perhitungan menunjukkan jumlah pakan yang diberikan belum memenuhi standar NRC (2001) untuk konsumsi BK yang dianjurkan yaitu 3%-4% dari bobot badan. Jumlah pakan yang diberikan oleh peternak masih dalam kisaran 2.5% dari bobot badan. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi jumlah konsumsi BK, yaitu kualitas pakan, bobot badan, tingkat produksi susu, kesehatan ternak, frekuensi pemberian pakan dan suhu lingkungan (NRC 2001). Beberapa hal yang dapat dilakukan peternak untuk meningkatkan konsumsi BK yaitu dengan membenahi manajemen pemeliharaan, meningkatkan frekuensi pemberian pakan, dan memantau kesehatan ternak secara berkala. Imbangan hijauan dengan konsentrat secara nyata berpengaruh terhadap konsumsi BK. Menurut NRC (2001), konsumsi bahan kering akan meningkat jika imbangan konsentrat mencapai 60% dari total pemberian pakan. Imbangan antara hijauan dan konsentrat dapat mempengaruhi produksi susu sapi (Zahera et al. 2015). Hasil penelitian Zahera et al. (2015) menunjukkan bahwa persentase mampu meningkatkan produksi susu. konsentrat yang mencapai 60% Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan imbangan hijauan:konsentrat sebesar 49:51. Hasil penelitian menunjukkan bahwa imbangan pakan di peternakan rakyat Kebon Pedes hampir mencapai 60% konsentrat yang seharusnya dapat memacu produksi susu yang maksimal. Imbangan ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Ermawati (2015) yaitu 50:50 dan masih dalam rasio yang normal untuk sapi laktasi menurut Kellems dan Church (2010) yaitu 55:45 atau 50:50. Ketidakmampuan sapi untuk berproduksi maksimal walaupun dengan imbangan hijauan dan konsentrat yang sudah cukup baik adalah karena kuantitas pemberian pakan yang masih rendah. Berdasarkan NRC (2001) kebutuhan BK sapi laktasi dengan produksi 10.86±3.61 liter tiap ekor hari-1 dan bobot badan 407.23±42.81 kg adalah 12.9 kg hari-1 dengan kandungan PK 11.7%, TDN 68%, Ca 0.48%, dan P 0.34% sehingga total intake yang dibutuhkan yaitu PK 1.51 kg, TDN 8.77 kg, Ca 0.062 kg, P 0.044 kg. Tabel 2 menunjukkan jumlah intake nutrien di peternakan Kebon Pedes dibandingkan dengan standar NRC (2001). Tabel 2 Kecukupan nutrien sapi perah (n= 72) berdasarkan NRC 2001 Kecukupan nutrien (kg) Kandungan nutrien Rata-rata PK Ca P TDN Intake nutrien Standar NRC (2001) Nutrien balance
1.01 1.51 -0.5
0.056 0.062 -0.006
0.055 0.044 +0.011
6.64 8.77 -2.13
Produksi susu yang tinggi dapat dicapai apabila pada awal laktasi intake BK maksimal. Konsumsi BK yang maksimal diharapkan dapat meminimalkan
8 negative energy balance pada sapi perah awal laktasi (Kellems dan Church 2010). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intake BK sebesar 10.4 kg lebih rendah dibandingkan rekomendasi NRC (2001). Intake BK yang lebih rendah dari rekomendasi NRC menyebabkan intake nutrien lainnya masih kurang, yaitu PK kurang 0.5 kg, TDN kurang 2.13 kg, dan Ca kurang 0.055 kg. Defisiensi PK dapat memperlambat pertumbuhan fetus, menurunkan produksi air susu, dan menurunkan bobot badan (Mc Donald et al. 2002). Rasio Ca dan P perlu diperhatikan karena berpengaruh terhadap kesehatan dan produksi pada saat laktasi dan masa kering (Mc Donald et al. 2011). Sulitnya mendapatkan pakan yang berkualitas dengan jumlah yang sesuai kebutuhan menyebabkan peternak memberikan pakan sapi perah tanpa memperhatikan keseimbangan nutrien dalam pakan. Sejalan dengan hal ini, Despal et al. (2013) menyatakan bahwa salah satu masalah pokok penyebab buruknya kondisi produktivitas sapi perah di Indonesia adalah ketidakseimbangan intake nutrien. Ketidakseimbangan intake nutrien di peternakan Kebon Pedes dapat dilihat secara umum dalam Tabel 3 berdasarkan persentase ternak yang dapat memenuhi kebutuhan nutrien sesuai rekomendasi NRC. Tabel 3 Persentase ternak (n=72) yang dapat memenuhi kebutuhan nutrien sesuai rekomendasi NRC 2001 Kecukupan nutrien (kg) Persentase ternak (%) BK (bahan kering) 8.33 PK (protein kasar) 8.33 TDN (total digestible nutrient) 9.72 Ca (kalsium) 33.33 P (phosphor) 58.33 BK, PK, TDN, P 8.33 Ca,P 12.50 Secara garis besar, hanya 8.3% dari populasi ternak di Kebon Pedes yang mampu memenuhi kebutuhan bahan kering (BK), kebutuhan protein kasar (PK), mineral P dan TDN (total digestible nutrient) sedangkan 91.7% lainnya masih dalam keadaan defisien nutrien. Sapi-sapi yang termasuk ke dalam kelompok yang mampu memenuhi kebutuhan nutriennya menunjukkan performa yang lebih baik dibandingkan kelompok lainnya. Salah satu peternak yang mampu memenuhi kebutuhan nutrien sapinya memiliki rataan produksi susu mencapai 18.9 liter dengan rataan kandungan lemak susu 3.9%, sedangkan sapi dari peternak lainnya memiliki produksi rataan 7.4 liter dengan rataan kandungan lemak susu 6.4%. Sapi peternak pertama menunjukkan kemampuan produksi cukup tinggi dengan kualitas rata-rata, sedangkan sapi peternak kedua lebih menunjukkan kemampuan memproduksi susu dengan kadar lemak yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa ketika kebutuhan nutrien sapi terpenuhi, maka akan mendukung sapi tersebut berproduksi sesuai kemampuan genetiknya (Moran 2012). Kandungan nutrien dalam pakan akan dimanfaatkan oleh tubuh ternak melalui proses pencernaan di dalam rumen yang terjadi secara fermentatif. Tabel 4 menunjukkan parameter utilitas ransum di dalam rumen yang dianalisis di laboratorium.
9 Tabel 4 Penggunaan nutrien dalam rumen Penggunaan nutrien VFA (mM) NH3 (mM) KCBK (%) KCBO (%) ME (Mcal kg BK-1) NEL (Mcal kg-1)
*
Peternakan Kebon Pedes 85.46±14.27 9.69±2.86 65.10±3.23 65.06±3.25 5.54±0.98 8.71±2.8
Peternakan Bandung Utaraa 133.73±4.78 14.51±3.32 53.52±3.25 52.5±3.66 7.46±0.57 -
*
Hasil analisis di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Fapet, IPB. aPenggunaan nutrien di Peternakan Rakyat Kawasan Bandung Utara (Ermawati 2015), VFA (volatile fatty acids), NH3 (ammonia), KCBK (koefisien cerna bahan kering), KCBO (koefisien bahan organik), ME (metabolizable energy), NEL (net energy for lactation)
Fermentabilitas pakan digambarkan melalui produksi VFA total dan NH3 sebagai produk utama proses fermentasi pakan. Volatile fatty acids (VFA) atau asam lemak terbang adalah produk hasil fermentasi karbohidrat dan perombakan asam amino oleh mikroba rumen yang merupakan sumber energi utama bagi ternak (Busquet et al 2006). Berdasarkan hasil penelitian, produksi VFA total dalam pakan sebesar 85.46 mM. Jumlah VFA tersebut masih berada dalam kisaran standar yang ditetapkan oleh McDonald et al. (2002) yaitu 80-160 mM, dan masih dianggap sebagai pakan yang fermentable untuk menyediakan energi bagi mikroba rumen (Lestari 2015). Hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Ermawati (2015) yang menunjukkan produksi VFA total pakan 133.73 mM. Perbedaan ini diduga akibat pakan yang digunakan di kedua peternakan berbeda kualitasnya. Kandungan protein dalam pakan sapi perah hasil penelitian beragam, akan tetapi di dalam rumen protein ini akan didegradasi menjadi komponen yang sama yaitu NH3. Level NH3 (ammonia) dalam rumen merupakan produk utama hasil deaminasi asam amino dan digunakan sebagai sumber N oleh mikroba untuk pertumbuhannya (Komalasari et al. 2014). Konsentrasi NH3 hasil penelitian adalah 9.69 mM, nilai tersebut masih dalam kisaran normal untuk mendukung pertumbuhan mikroba rumen menurut Sutardi (1980) yaitu 3-12 mM atau menurut McDonald et al. (2002) yaitu 6-17.65 mM. Kecernaan pakan merupakan banyaknya jumlah pakan yang dapat digunakan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan pokok dan produksi (Tatra et al. 2015). Koefisien cerna bahan kering (KCBK) dan bahan organik (KCBO) merupakan karakteristik utilitas ransum di dalam rumen (Despal et al. 2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa intake pakan memiliki nilai KCBK 65.1% dan nilai KCBO 65.06%, hasil ini menggambarkan bahwa pakan yang diberikan memiliki kecernaan yang baik. Menurut Despal et al. (2014), pakan dengan kecernaan <50% merupakan pakan dengan kecernaan rendah, dengan demikian jika kecernaan >50% maka pakan tersebut memiliki kecernaan yang baik. ME (metabolizable energy) menggambarkan energi yang tersedia untuk digunakan oleh tubuh ternak dan dihitung dari DE (digestible energy) dikurangi energi dalam urin dan produksi gas (McDonald et al. 2011). Nilai ME dalam pakan akan bervariasi sesuai jenis pakan dan tergantung jenis ternak yang mengkonsumsinya. Estimasi nilai ME pakan dalam penelitian ini menggunakan metode produksi gas. Rataan nilai ME dalam pakan yaitu 5.54±0.98 MJ kg-1 BK pakan, dan rataan nilai ME yang diberikan ke ternak yaitu 59.52±13.75 MJ.
10 Energi yang tersedia tersebut akan digunakan oleh ternak untuk maintenance, pertumbuhan, dan produksi (Mc Donald et al. 2011). NEL (net energy for lactation) didefinisikan sebagai energi yang terkandung dalam susu yang diproduksi (NRC 2001). Konsentrasi NEL di dalam susu sama dengan jumlah panas akibat pembakaran komponen susu. Kebutuhan NEL untuk sapi dengan produksi 10 kg dengan bobot 454 kg adalah 16.5 Mkal (NRC 2001). Berdasarkan perhitungan sesuai kandungan nutrisi susu, maka kebutuhan energi untuk laktasi (NEL) sapi perah di Kebon Pedes masih berkisar 8.71±2.8 Mkal yang berarti masih di bawah standar yang ditetapkan. Akibatnya akan berpengaruh terhadap produktivitas ternak berupa penurunan produksi susu.
Performa Ternak Performa ternak dapat dijadikan gambaran mengenai kecukupan nutrisi sapi perah. Tabel 5 menyajikan data mengenai performa ternak dan kualitas susu sapi perah di peternakan rakyat Kebon Pedes. Tabel 5 Rataan performa sapi perah laktasi (n=72) Peubah Bobot badan estimasi (kg) Body Condition Score (BCS) Manure score Produksi susu (liter e-1h-1) Kualitas susu (%) Lemak susu Laktosa Solid Non Fat Protein
Rata-rata 407.23±42.81 2.33±0.21 2.19±0.40 10.86±3.61 5.00±1.22 4.26±0.26 7.75±0.44 2.88±0.22
Body condition scoring (BCS) walaupun masih subjektif secara penilaian, namun merupakan cara yang praktis untuk mengevaluasi penyimpanan energi di dalam tubuh ternak (NRC 2001). Perubahan keseimbangan energi yang terjadi selama laktasi akan berpengaruh terhadap BCS (Coffey et al. 2003). Berdasarkan hasil pengamatan dan perabaan tubuh ternak selama penelitian, didapatkan skor BCS 2.33±0.21 dan skor ini belum sesuai dengan saran Penn State (2004), yaitu nilai BCS sepanjang laktasi 3.00-3.25. Jika dibandingkan dengan lokasi peternakan lainnya, di kawasan Bandung Utara memiliki skor yang lebih tinggi yaitu 2.8-3.5 (Syaifudin 2013). Kondisi tubuh yang ideal diperlukan oleh sapi karena berkaitan dengan produksi, penyakit, dan masalah fertilitas ternak tersebut. Kondisi sapi yang terlalu gemuk akan menyebabkan sapi susah melahirkan dan mengalami metabolic disorder, sedangkan sapi yang terlalu kurus dapat mengakibatkan produksi susu menurun dan cenderung rentan terkena penyakit. Kondisi tubuh yang ideal dapat dicapai apabila manajemen pemberian pakan dan manajemen pemeliharaan diperbaiki sehingga produksi yang maksimal dapat dicapai dengan persistensi yang tinggi (Ermawati 2015). Manure scoring atau evaluasi feses merupakan cara penilaian yang digunakan di lapangan untuk mengevaluasi keseimbangan ransum dan kesehatan ternak (Tatra et al. 2015). Evaluasi ini menggambarkan karakteristik pencernaan
11 sapi dan ransum yang dikonsumsi. Berdasarkan hasil penelitian rataan manure score adalah 2.19±0.40, yang berarti secara fisik feses kelihatan basah dan membentuk tumpukan yang tidak jelas serta memiliki tinggi tumpukan kurang dari 1 inchi. Skor tersebut mengindikasikan di peternakan rakyat masih memberikan pakan dengan serat kasar yang masih rendah dan kadar air dalam pakan yang cukup tinggi. Feses yang normal akan memiliki tinggi tumpukan 1-2 inchi atau sesuai dengan kriteria skor 3 menurut Kononoff et al. (2002). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan produksi rataan sapi perah di Kebon Pedes sebesar 10.86±3.61 liter ekor-1hari-1, hasil ini lebih rendah dibandingkan produksi sapi perah di Lembang yaitu 17.1 liter ekor-1 hari-1 (Despal et al. 2013). Secara genetik sapi FH mampu menghasilkan susu 25 liter ekor-1 hari-1 (Ferris et al. 2011), dengan demikian produksi tersebut masih dapat ditingkatkan dengan perbaikan manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan yang disesuaikan dengan kebutuhan sapi. Komposisi penyusun susu merupakan salah satu faktor terbesar yang menentukan nilai nutrisi susu tersebut (Morand-Fehr et al. 2007) dan juga menentukan harga beli susu dari peternak ke koperasi (Ermawati 2015). Hasil penelitian menunjukkan kualitas susu di peternakan rakyat Kebon Pedes memiliki kandungan lemak 5 %, laktosa 4.26%, SNF 7.75%, dan protein 2.88%. Jika dibandingkan dengan BSN (2011) yang menentukan standar untuk lemak minimal 3%, SNF minimal 7.8%, dan protein minimal 2.87%, maka secara umum kualitas susu di peternakan tersebut sudah sesuai dengan standar BSN.
Hubungan Intake Nutrien dan Penggunaannya dengan Performa Ternak Korelasi antara intake nutrien dan penggunaannya dengan performa ternak dan kualitas susu disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Korelasi intake pakan dan penggunaannya dengan performa ternak Parameter Intake Nutrien BK Abu PK LK SK BETA-N Ca P TDN Penggunaan Nutrien VFA NH3 KCBK KCBO ME NEl
Performa sapi perah laktasi L P SNF BCS
PS
F
.018 -.035 .089 .205 -.139 .041 -.161 .232* .046
.326** .302* .203 .054 .381** .310** .007 .097 .285*
.229 .272* .369** .311** .122 .198 .164 .131 .197
.216 .230 .290* .243** .174 .181 .219 .170 .200
.215 .231 .323** .268* .153 .181 .143 .181 .198
-.067 .262* .039 .045 -.056 -.125
.250* .078 .285* .284* .354** .369**
.226 .061 .317** .313** .129 .266*
.294* .112 .260* .259* .150 .233*
.240* .103 .274* .272* .135 .249*
BB
MS
.373** .304** .391** .379** .237* .391** .191 .049 .331**
.159 .197 .217 .222 .067 .134 -.006 .207 .165
.227 .216 .247* .199 .145 .214 .043 .221 .200
.315** 0.123 .423** .418** .320** .372*
.110 .181 .165 .171 .089 .113
.193 .166 .242* .245* .158 .227
**berbeda nyata di level 0.01; *berbeda nyata di level 0.05, PS: produksi susu, F: lemak susu, L: laktosa, P: protein, SNF: solid non fat, BB:bobot badan, MS : manure score
12 Hubungan antara intake pakan dengan bobot badan, BCS, manure score, produksi susu, dan kualitas susu dijelaskan melalui persamaan berikut ini: BCS = 1.948+ 0.18 BK–0.276 Abu + 0.494 LK+ 0.014 PK–0.15 SK+0.049 BETN–0.217 TDN (R = 0.525, R2 = 27.6%) Fat = 3.36 – 0.553 BK + 1.399 Abu + 1.398 SK + 0.417 BETN + 0.104 TDN (R = 0.405, R2 = 16.4%) Laktosa = 3.901 – 0.037 Abu + 0.411 PK – 0.082 LK (R = 0.37, R2 = 13.7%) Protein = 2.645 – 0.018 LK + 0.242 PK (R = 0.29, R2 = 8.4%) SNF = 7.22 + 0.542 PK – 0.065 LK (R= 0.323, R2 = 10.4%) Produksi susu = 8.847 + 36.208 P (R= 0.232, R2 = 5.4%) Manure score = 1.831 + 0.356 PK (R= 0.247, R2 = 6.1%) Hubungan antara penggunaan nutrien dengan bobot badan, BCS, manure score, produksi susu, dan kualitas susu dijelaskan melalui persamaan berikut ini: Fat = 2.362 + 0.001 VFA – 2.991 KCBK + 2.399 KCBO + 0.025 ME + 0.099 NEL (R= 0.432, R2 = 18.6%) Protein = 2.574 + 0.0002 VFA + 0.041 KCBK – 0.017 KCBO – 0.002 NEL (R= 0.304, R2 = 9.2%) SNF = 7.228 + 0.0001 VFA + 0.964 KCBK – 0.864 KCBO -0.007 NEL (R= 0.294, R2 = 8.6%) BCS = 1.994 – 0.00005 VFA + 0.85 KCBK – 0.732 KCBO –0.007 ME (R= 0.485, R2 = 23.6%) Laktosa = 3.998 + 1.177 KCBK – 1.062 KCBO – 0.012 NEL (R= 0.369, R2 = 13.6%) Manure score = 1.756 – 1.129 KCBK + 1.195 KCBO (R= 0.277, R2 = 7.7%) Produksi susu = 8.396 + 0.024 NH3 , (R= 0.262, R2 = 6.9%) Hasil analisis korelasi menunjukkan terdapat beberapa variabel dengan korelasi yang signifikan (P<0.01) dan terdapat pula antar variabel yang tidak berkorelasi sama sekali. Korelasi yang diharapkan untuk pendugaan performa ternak sebaiknya mendekati +1 atau -1. Variabel yang memiliki korelasi yang signifikan (P<0.01 dan P<0.05) kemudian dicari persamaan regresinya untuk menduga performa ternak dan kualitas susu. Hasil menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi persamaan belum memperlihatkan pendugaan yang memuaskan (<50%), yang berarti masih terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi pendugaan performa ternak berdasarkan intake dan penggunaan nutrien. Faktor
13 lain yang dapat mempengaruhi adalah variasi data antar individu sapi sangat beragam baik dari faktor bobot badan, umur, periode laktasi, dan bulan laktasi.
Hubungan Bulan Laktasi dengan Produksi Susu, Intake Pakan, dan BCS Selama masa laktasi, seekor sapi perah akan mengalami perubahan dalam konsumsi pakan, produksi susu, dan kondisi tubuh setiap bulan laktasi. Berikut disajikan gambar berupa grafik hubungan bulan laktasi dengan intake pakan, produksi susu, dan BCS untuk periode laktasi yang berbeda. Produksi (l)/Intake pakan (kg)
BCS
20
3 2.5
15
2
10
1.5 1
5
0.5
0
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bulan laktasi
a) Periode laktasi 1 Produksi (l)/Intake pakan (kg)
BCS
20
3 2.5
15
2
10
1.5 1
5
0.5
0
0 1
3
5
Bulan laktasi
7
9
11
b) Periode laktasi 2 Produksi (l)/Intake pakan (kg)
BCS
25
3
20
2.5 2
15
1.5 10
1
5
0.5
0
0 1
3
5
7
9
11
13
Bulan laktasi
c) Periode laktasi 3 Gambar 1 Hubungan bulan laktasi dengan produksi susu, intake pakan dan BCS produksi susu (l), intake BK (kg), BCS
14 Secara umum sapi perah akan mencapai puncak produksi pada 2-3 bulan setelah melahirkan, sedangkan normal intake pakan (BK) pada awalnya rendah, kemudian akan mencapai puncak pada bulan ke-3 sampai bulan ke-4. Situasi ini menyebabkan terjadinya negative energy balance pada awal laktasi, yang berarti intake pakan lebih rendah dari kebutuhan sapi sehingga terjadi mobilisasi cadangan lemak tubuh untuk menutupi kekurangan energi. Kurva tipikal untuk produksi susu terdiri dari 3 fase, yaitu fase peningkatan produksi susu, fase puncak produksi, dan fase penurunan produksi (Wall dan McFadden 2012). Berdasarkan hasil penelitian, pada periode laktasi 1 tidak terlihat dengan jelas puncak produksi akan tetapi telah berangsur-angsur menurun pada akhir bulan laktasi. Pada periode laktasi kedua dan ketiga, kurva produksi susu tidak sesuai dengan kurva produksi pada umumnya karena tidak terdapat fase peningkatan produksi dan fase puncak produksi. Bentuk kurva produksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk di dalamnya jumlah sel sekretori, hormon, dan status nutrisi (Wall dan McFadden 2012). Intake BK pada periode laktasi 1 belum mampu memenuhi kebutuhan nutrisi sapi karena berada di bawah kurva produksi, yang berarti terjadi net energy balance hampir sepanjang periode laktasi. Berbeda dengan periode laktasi kedua, intake BK belum mampu meningkatkan produksi susu. Hal ini dapat disebabkan oleh kualitas pakan yang diberikan masih kurang. Pada periode laktasi ketiga, sama seperti periode sebelumnya belum sesuai dengan kurva intake BK pada umumnya. Skor BCS secara umum akan mengalami penurunan pada saat puncak produksi, karena energi banyak dimobilisasi untuk mendukung produksi maksimal. Pada akhir bulan laktasi BCS akan meningkat perlahan sebagai hasil dari reconditioning tubuh ternak setelah melewati puncak produksi. Hasil penelitian menunjukkan baik pada periode pertama hingga ketiga laktasi, kurva BCS belum sesuai dengan kurva BCS yang seharusnya. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kondisi kesehatan dan status nutrisi ternak. Berdasarkan periode laktasi pertama, kedua, dan ketiga dapat disimpulkan bahwa persistensi produksi di peternakan rakyat masih rendah, untuk itu perlu dilakukan perbaikan manajemen khususnya manajemen pemberian pakan.
Ransum Best Practice Para peternak di Kebon Pedes pada umumnya menggunakan jenis pakan yang hampir sama. Akan tetapi dalam pemberiannya, peternak memberikan sesuai dengan jumlah yang tersedia dan dari pengalaman beternak sebelumnya. Perbedaannya terletak pada persentase pakan yang diberikan. Secara umum, sapi-sapi yang berproduksi cukup tinggi dengan pemberian pakan relatif baik, menunjukkan kecukupan nutrien yang masih negatif. Diduga tubuh sapi tetap menjaga produksi tinggi dan kualitas susu yang baik dengan mengandalkan cadangan lemak tubuh, dilihat dari rendahnya skor BCS. Ransum best practice disusun berdasarkan produksi sapi tertinggi dengan memperhatikan bulan dan periode laktasi. Berdasarkan Tabel 7 dapat disimpulkan bahwa peternak dengan pemberian pakan terbaik (best practice) adalah Eki dibandingkan peternak lainnya walaupun perlu dilakukan penambahan pakan sumber mineral untuk menutupi kekurangan mineral khususnya Ca.
15 Tabel 7 Ransum best practice sapi perah laktasi di peternakan Kebon Pedes Nama peternak Produksi ekor-1hari1 (L) Bulan/periode laktasi Kadar lemak susu (%) Skor BCS Komposisi pakan (%) Konsentrat Ampas tempe Ampas tahu Rumput lapang Limbah sawi Kulit jagung Total Imbangan hijauan:konsentrat (BK) Intake nutrien (%) BK PK TDN Ca P Intake nutrien (kg) BK PK TDN Ca P Nutrient balance (kg) BK PK TDN Ca P
Eki
Nurhasan
Zaenuddin
Hepi
Kohar
23.7
17.4
15.4
14.5
14.5
1/3
1/1
5/6
4/1
10/3
3.8
3.9
5.2
3.8
3.1
2.75
2.25
2.5
2.5
2.5
22 0 40 38 0 0 100
6 0 41 29 0 24 100
3 19 24 6 15 32 100
2 16 40 28 0 14 100
6 0 65 30 0 0 100
28:72
54:46
49:51
51:49
35:65
68.97 11.46 62.47 0.297 0.754
72.03 9.55 64.95 0.335 0.669
73.74 9.50 63.46 0.640 0.382
77.19 9.88 62.52 1.424 0.468
81.05 11.68 67.60 0.287 0.746
14.12 1.62 8.82 0.042 0.106
10.35 0.99 6.72 0.035 0.069
10.44 0.99 6.62 0.067 0.040
9.01 0.89 5.6 0.126 0.042
10.23 1.20 6.917 0.029 0.076
+1.22 +0.11 +0.12 -0.02 +0.062
-2.55 -0.52 -1.98 -0.027 +0.025
-2.46 -0.52 -2.08 +0.005 -0.004
-3.89 -0.62 -3.1 +0.064 -0.002
-2.67 -0.31 -1.78 -0.033 +0.032
Keterangan: (-) status nutrisi dalam keadaan defisien, (+) status nutrisi tercukupi dan berlebih menurut NRC 2001
16
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Kecukupan nutrien sapi perah di peternakan rakyat Kebon Pedes masih belum memenuhi rekomendasi NRC, khususnya konsumsi BK, PK, TDN, dan mineral Ca. Pendugaan performa sapi melalui analisis korelasi dan regresi intake dan penggunaan nutrien belum mendapatkan hasil yang signifikan. Saran Pemberian pakan sapi perah harus memperhatikan kecukupan dan keseimbangan nutrien yang dapat dicapai apabila peternak memberikan pakan yang berkualitas dengan jumlah yang proporsional atau meningkatkan jumlah dan frekuensi pemberian pakan. Peternak baiknya mengikuti pola pemberian pakan dari peternak best practice tetapi menambah sumber mineral Ca seperti pemberian kapur. Untuk mengevaluasi kualitas susu, sebaiknya ditambah parameter TPC (Total Plate Count) untuk menghitung cemaran mikroba dalam susu.
DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] Associaton of Official Analitycal Chemist. 2003. Official Method of Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Virginia (USA): Association of Official Analytical Chemist. Ayubi Al S. 2009. Kemampuan instalasi biodigester dalam mengurangi beban pencemaran limbah cair dari peternakan sapi perah Kebon Pedes Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Busquet M, Calsamiglia SS, Ferret A, Kamel C. 2006. Plant extracts affect in vitro rumen microbial fermentation. J Dairy Sci. (89):761-771. [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2011. Definisi Susu Segar (SNI 01-31412011). Jakarta (ID): Dewan Standarisasi Nasional. Coffey MP, Simm G, Hill WG, Brotherstone S. 2003. Genetic evaluation of dairy bulls for daughter energy balance profiles using linier types scores and body condition score analyzed using random regression. J Dairy Sci. 86: 2205-2212. Conway EJ, O’Malley E. 1942. Microdiffusion methods: ammonia and urea using buffered absorbents (revised methods for ranges greater than 10 μg N). J Biochem. 36:655-661. Despal, Permana IG, Safarina SN, Tatra AJ. 2011. Penggunaan berbagai sumber karbohidrat terlarut air untuk meningkatkan kualitas silase daun rami. Med Pet 34(1):69-76. Despal, Lestari A, Destianingsih Y, Malyadi Z, Hartono H, Abdullah L. 2013. Nutriens intake and their relation to milk production and qualities under
17 traditional and small scale Indonesian dairy farms enterprises. Proceeding 3rd AINI International Seminar; 2013 Sept 24-25; Padang (ID): Universitas Andalas. Despal, Lestari A, Abdullah L. 2014. Dairy cattle sufficiency kept under traditional farming practice during rainy and drought seasons. Proceeding of the 16th AAAP Animal Science Congress Vol II, Nov 10-14; Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University. Edmondson AJ, Lean IJ, Weaver LD, Farver T, Webster G. 1987. Body condition scoring chart for holstein dairy cows. J Dairy Sci. 72:68-78 Ermawati N. 2015. Pendugaan performa sapi perah berdasarkan intake dan penggunaan nutrien di peternakan rakyat kawasan Bandung Utara [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [FAO] Food and Agriculture Organization. 2015. Milk and dairy hold potential for improving nutrition of world’s poor [internet]. Rome (IT): FAO [diunduh 2015 Nov 7]. Tersedia pada: http://www.fao.org/docrep/018/i3396e/i3396e.pdf Ferris C, Vance E, Elliot C, Kilpatrick D. 2011. A comparison of three contrasting systems of milk production for spring calving dairy cows. Conty Down (IE): Agri-Food and Biosciencies Institut. General Laboratory Procedure. 1966. Report of Dairy Science. Madison (US): Univ of Wisconsin. Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Lebdosoekojo S, Tillman A, Kearl LC, Harris LE. 1980. Tabel-Tabel dari Komposisi Bahan Makanan Ternak untuk Indonesia. Edisi keempat. Yogyakarta (ID): UGM Pr. [Kemenperin] Kementerian Perindustrian. 2014. Konsumsi susu masih 11.09 liter per kapita [internet]. Jakarta (ID): Kemenperin [diunduh 2016 April 8). Tersedia pada: http://www.kemenperin.go.id/artikel/8890/KonsumsiSusu-Masih-11,09-Liter-per-Kapita Kellems RO, Church DC. 2010. Livestock Feeds and Feeding 6th Ed. New Jersey (US): Prentice Hall. Komalasari K, Astuti DA, Widyastuti Y, Astuti WD, Ridwan R. 2014. Rumen fermentation and milk quality of dairy cows fed complete feed silages. Med Pet 37(1): 38-42. Kononoff P, Heinrichs J, Varga G. 2002. Using manure score evaluation to enhance dairy cattle nutrition [internet]. Pennsylvania (US): The Pennsylvania State University [diunduh 2016 Maret 20]. Tersedia pada: http:// people.vetmed.wsu.edu/jmgay/courses/documents/manure1.pdf Lestari AD. 2014. Evaluasi kecukupan nutrien sapi perah pada musim yang berbeda di Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPBSU) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Lestari AD. 2015. Uji komparasi ransum berbasis infomasi status nutrisi sapi perah lokal guna peningkatan produksi susu dan profitabilitas usaha [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Lestari AD, Abdullah L, Despal. 2015. Comparative study of milk production and feed efficiency based on farmers best practices and national research council. Med Pet 38(2):110-117
18 Malyadi J. 2014. Evaluasi kecukupan nutrisi sapi perah kawasan usaha peternakan Cibungbulang, Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. McDonald P, Edward RA, Greenhalgh JFD, Morgan CA. 2002. Animal Nutrition 6th Ed. Gosport (GB): Ashford Colour Pr. McDonald P, Edwards RA, Greenhalgh JFD, Morgan CA, Sinclair LA, Wilkinson RG. 2011. Animal Nutrition 7th Ed. Gosport (GB): Ashford Colour Pr. Menke KH, WH Close. 1986. Selected Topics in Animal Nutrition. Jerman (DE): University of Hohenheim. Moran J. 2012. Managing High Grade Dairy Cows in the Tropic. Australia (AU): CSIRO Publishing. Morand-Fehr P, V Fedele, M Decandia, Y Le Frileux. 2007. Influence of farming and feeding systems on composition and quality of goat and sheep milk. J Small Rum Res 68: 20-34. [NRC] National Research Council. 2001. Nutrient Requirement of Dairy Cattle. Washington DC (US): National Academy Pr. Penn State. 2004. Beginner’s Guide to Body Condition Scoring: A Tool for Dairy Herd Management. Washington DC (US): National Academy Pr. Reitz LL, Smith WH, Plumlee MP. 1987. A Simple Wet Oxidation Procedure for Biological Material. West Lafayee (US): Purdue University Pr. Sutardi T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Departemen Ilmu Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Syaifudin A. 2013. Profil body condition score (BCS) sapi perah di wilayah koperasi peternakan sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang (studi kasus) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tatra AJ, Abdullah L, Despal. 2015. Dampak rumput alam dan rumput unggul dalam ransum serta pengaruhnya terhadap performa ternak. Buletin Makanan Ternak 102(1):1-8. Taussky HH, Shorr E. 1953. A micro colorimeter method for the determination of inorganic phosphorus. J Biol. Chem. 202:675-685. Tilley JMA, Terry RA. 1963. A two stage technique for the in vitro digestion of forage crop. J British Grassland. 18 :104-111. Wall E, McFadden T. 2012. Regulation of mammary development as it relates to changes in milk production efficiency. Di dalam: Chaiyabutr N, editor. Milk Production An Up-To-Date Overview Of Animal Nutrition, Management And Health. Croatia (HR): InTech. Hlm 257-288. Wardeh MF. 1981. Models for esmating energy and protein utilization for feeds [disertasi]. Utah (USA): Utah State Univ Pr. Weekly Indo Perspective. 2014. Milk: nurturing asian tiger [internet]. Jakarta (ID): CIMB Principal Asset Management [diunduh 25 April 2016]. Tersedia pada: http://www.cimb-principal.com Zahera R, Permana IG, Despal. 2015. Utilization of mungbean’s green house fodder and silage in the ration for lactating dairy cows. Med Pet 38(2):123131.
BK
1
1
.812**
Abu
1
.410**
.673**
LK
1
.848**
.758**
.904**
PK
1
.680**
.410**
.654**
.896**
SK
1
.878**
.880**
.684**
.755**
.990**
BETN
1
0.065
0.225
0.076
-0.068
.288*
0.124
Ca
1
-0.147
.585**
.441**
.630**
.526**
.462**
.600**
P
1
.613**
-0.027
.963**
.854**
.911**
.764**
.682**
.965**
TDN
1
0.046
.232*
-0.161
0.041
-0.139
0.089
0.205
-0.035
0.018
PS
1
-.242*
.285*
0.097
0.007
.310**
.381**
0.203
0.054
.302*
.326**
F 0.229
1
0.209
-0.166
0.197
0.131
0.164
0.198
0.122
.369**
.311**
.272*
L
1
.741**
1
.839**
.905**
.286*
-.280*
.347** .276*
0.198
0.181
0.143
0.181
0.153
.323**
.268*
0.231
0.215
SNF
0.2
0.17
0.219
0.181
0.174
.290*
.243**
0.23
0.216
Pr
1
-0.035
0.032
0.064
0.062
0.152
.331**
0.049
0.191
.391**
.237*
.391**
.379**
.304**
.373**
BCS
1
.336**
0.14
0.141
0.067
0.049
0.015
0.165
0.207
-0.006
0.134
0.067
0.217
0.222
0.197
0.159
BB
.256*
.383**
0.186
0.102
0.143
0.11
0.12
0.2
0.221
0.043
0.214
0.145
.247*
0.199
0.216
0.227
MS
MS 1 Keterangan: ** sangat berbeda nyata (P<0.01); berbeda nyata (P<0.05); BK: bahan kering; LK: lemak kasar; PK: protein kasar; SK: serat kasar; BETN: bahan ekstrak tanpa nitrogen; TDN: total digestible nutrient; PS: Produksi susu; F: fat; L: laktosa; Pr: protein; SNF: solid non fat; BCS: body condition score; BB: bobot badan; MS: manure score
BB
BCS
SNF
Pr
L
F
PS
TDN
P
Ca
BETN
SK
PK
LK
Abu
BK
Lampiran 1 Analisis korelasi antara kandungan nutrien dengan performa ternak
19
1
1
1
.566
.702 **
**
**
.447
KCBK
NH3
1
1
**
**
.574
.697
**
KCBO
**
**
1
.922**
.922
.474
.603
**
ME
**
**
1
.933
**
.927**
.931
.343
.647
**
NEl
1
-0.125
-0.056
0.045
0.039
.262
*
-0.067
Prod.Susu *
1
-.242
*
.369**
.354
**
.284*
.285
*
0.078
.250
F
1
0.209
-0.166
.266*
0.129
.313**
.317
**
0.061
0.226
L *
1
.741
*
**
.276
-.347
**
.233*
0.15
.259*
.260
*
0.112
.294
Pr
1
.839
.905
**
**
.286
*
-.280
*
.249*
0.135
.272*
.274
*
0.103
.240
*
SNF
1
-0.035
0.032
0.064
0.062
0.152
.372**
.320
**
.418**
.423
**
0.123
.315
**
BCS
1
.336
**
0.14
0.141
0.067
0.049
0.015
0.113
0.089
0.171
0.165
0.181
0.11
BB
1
.256*
.383**
0.186
0.102
0.143
0.11
0.12
0.227
0.158
.245*
.242*
0.166
0.193
MS
Keterangan : ** sangat berbeda nyata (P<0.01); berbeda nyata (P<0.05); VFA: volatile fatty acid; NH3: ammonia; KCBK: koefisien cerna bahan kering; KCBO: koefisien cerna bahan organik; F: lemak, L: laktosa; Pr: protein; SNF: solid non fat,; BCS: body condition score; BB: bobot badan; MS: manure score
MS
BB
BCS
SNF
Pr
L
F
Prod.Susu
NEl
ME
KCBO
KCBK
NH3
VFA
VFA
Lampiran 2 Analisis korelasi antara penggunaan nutrien dengan performa ternak
20
Bahan konsentrat Konsentrat Konsentrat mulyo feed merah Konsentrat mulyo feed biru Konsentrat koperasi Ampas tahu Cimanggu Citereup Babakan madang Jakarta (mentah) Bogor Jakarta Ampas tempe Bogor Cimanggu Jakarta Hijauan Rumput Rumput Pak Ismed (R1) Rumput H Aput (R2) Rumput Pak Epi (R6) Rumput Pak Damyati (R8) Rumput Pak Mubaroh (R10) Limbah sayur Limbah tauge Limbah sawi Limbah daun kol Kulit jagung
Jenis pakan
8.57 11.04 18.00 3.36 3.14 3.75 3.54 1.71 2.63 3.05 3.22 2.69
14.48 8.77 12.93 10.22 12.98 6.26 20.28 12.88 2.81
11.98 12.11 11.32 14.79 12.80 11.87 20.09 18.53 21.62
19.67 22.43 26.09 24.13 21.53 6.96 4.27 11.30 19.86
ABU (%)
80.14 87.17 86.02
Bk (%)
1.98 1.09 3.26 0.50
1.36 1.67 1.33 3.08 1.24
2.33 2.09 4.63
7.59 7.42 9.58 3.69 7.22 7.94
5.42 6.53 1.80
LK (%)
36.34 26.46 22.32 4.09
6.23 7.19 7.19 7.10 7.42
11.32 10.26 13.42
16.06 14.97 16.85 15.84 15.56 21.11
12.60 12.84 7.08
8.04 11.68 9.32 28.28
26.48 25.31 30.07 22.73 22.29
32.44 33.59 27.81
21.09 18.55 19.78 16.51 20.83 14.84
12.35 9.25 16.12
Komposisi nutrisi PK (%) SK (%)
Lampiran 3 Kandungan nutrisi pakan
47.38 40.49 52.22 64.32
51.45 57.06 48.48 56.87 56.07
50.86 50.84 51.45
51.90 55.92 50.04 60.42 54.68 53.48
61.06 60.34 57.00
Beta-N (%)
0.475 0.271 0.402 0.475
0.207 0.318 3.281 0.082 0.236
0.380 0.416 0.236
0.393 0.245 0.354 0.446 0.290 0.385
0.298 0.542 2.864
Ca (%)
Mineral
0.301 0.443 0.618 0.244
0.253 1.245 0.566 0.151 0.378
0.457 0.349 1.099
0.551 0.400 0.546 0.691 0.353 0.585
0.610 0.749 0.702
P (%)
21
22
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Naomi F Aruan dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 9 September 1994 dari pasangan Bapak Narwin Aruan dan Ibu Louisten Hutabarat sebagai anak bungsu dari tujuh bersaudara. Pendidikan formal yang sudah dijalani berawal dari SDN 125536 Pematangsiantar (2000-2006), SMPN 5 Pematangsiantar (2006-2009), dan SMAN 1 Pematangsiantar (2009-2012). Pada tahun 2012 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN Ujian Tulis dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Selain mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai staf Biro Internal HIMASITER (Himpunan Mahasiswa Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak) pada tahun 2014-2015, anggota SEAASSNet (South East Asia Animal Science Student Networking), anggota OMDA IKANMASS (Ikatan Mahasiswa Asal Siantar dan Sekitarnya), dan anggota KPA (Komisi Pelayanan Anak) Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB. Penulis juga aktif dalam kegiatan lainnya seperti kepanitiaan, asisten praktikum, paduan suara, dan pertandingan olahraga. Selain itu, penulis merupakan penerima beasiswa Bidikmisi mulai tahun 2012 sampai 2016.
UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Despal, SPt MSc Agr selaku dosen pembimbing utama dan Prof Dr Ir Toto Toharmat, MAgr Sc selaku pembimbing anggota dan pembimbing akademik, serta kepada Dr Sri Suharti, SPt MSi selaku dosen pembahas seminar pada tanggal 29 April 2016 dan Dr Ir Widya Hermana, MSi selaku dosen panitia seminar atas segala bimbingan, kesabaran, dukungan dan sumbangan ide maupun materi yang telah diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ir Anita S Tjakradijaja, MRur Sc dan Iyep Komala, SPt MSi selaku dosen penguji sidang skripsi pada tanggal 20 Juni 2016 atas segala saran dan masukan untuk perbaikan skripsi ini lebih baik lagi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua terkasih, kakak (Kak Nesha, Kak Conni, dan Kak Anggi) dan abang (Bang Bunthora, Bang Luga, Bang Tanggo), serta seluruh keluarga yang memberikan bimbingan, dukungan, dan doa sehingga penulisan skripsi ini berjalan dengan lancar. Selain itu ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada kelompok ternak Sumber Makmur dan Maju Terus Peternakan Rakyat Kebon Pedes, staf laboratorium Nutrisi Ternak Perah Fakultas Peternakan IPB (Ibu Dian), teman satu penelitian (Resty dan Arifan) atas kerjasama dan bantuan selama pengambilan data di lapang dan di laboratorium, sahabat terkasih, Hani untuk dukungan dan doanya hingga selesainya penulisan skripsi ini, dan para sahabat INTP 49 (CENTAURUS) atas doa, semangat, dukungan, dan bantuannya.