Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi ...............................Refi Rinaldi EVALUASI KECUKUPAN NUTRIEN PADA SAPI PERAH LAKTASI PRODUKSI SEDANG MILIK ANGGOTA KOPERASI DI KOPERASI PETERNAKAN BANDUNG SELATAN (KPBS) PANGALENGAN
Refi Rinaldi*, Iman Hernaman**, Budi Ayuningsih** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung - Sumedang KM 21 Sumedang 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran email :
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan di peternak anggota KPBS Pangalengan yang dipilih berdasarkan metode purposive sampling, mulai pada bulan September sampai dengan bulan Oktober 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecukupan nutrien ransum sapi perah laktasi produksi sedang. Metode yang digunakan yaitu dengan metode survey dan data diolah secara deskriptif. Jumlah sample yang diamati adalah 230 ekor ternak. Terdapat tiga komponen dalam penelitian ini, yaitu menghitung konsumsi bahan kering, protein kasar, dan jumlah nutrisi tercerna pada sapi perah laktasi dengan mengacu pada tabel kebutuhan NRC 1989. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi bahan kering, konsumsi protein, dan konsumsi TDN berturut-turut sebesar 16,32 kg, 1,78 kg, dan 11,33 kg. Kesimpulan menunjukkan bahwa ransum yang diberikan pada sapi perah laktasi sudah memenuhi Bahan Kering (BK), Protein Kasar (PK), Total Digestible Nutrient (TDN). Kata kunci: sapi perah laktasi, produksi susu sedang, BK, PK, TDN.
ABSTRACT This research was conducted in farmer Pangalengan KPBS members are selected based on purposive methode side, began in September to October 2016. This study aimed to determine the nutrient adequacy of lactating medium production dairy cows. The method used is the method of survey and data processed descriptive. The observed number of samples is 230. There were three components in this study, which calculates the consumption of dry matter, crude protein, and total digestible nutrient in lactating dairy cows with reference to the table NRC 1989. This research showed that consumption of dry matter, crude protein, and total digestible nutrien was 16,32 kg, 1,78 kg, and 11,33 kg. Conclution, the ration given to lactating dairy cows was sufficient Dry Matter, Crude Protein, and Total Digestible Nutrient. Keywords: dairy cows lactation, medium production, dry matter, crude protein, TDN.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran …….... 1
Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi ...............................Refi Rinaldi PENDAHULUAN Peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki peran strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan, peningkatan lapangan pekerjaan, dan peningkatan pendapatan penduduk. Pakan merupakan faktor utama yang dapat menunjang keberhasilan suatu usaha peternakan. Sempitnya lahan pertanian mengakibatkan produksi pakan hijauan berkurang, alternatif pakan hijauan yang bisa digunakan yaitu limbah pertanian yang memiliki kualitas nutrien yang bervariasi. Saat ini peternakan sapi perah di Indonesia cenderung masih dalam usaha kecil, pemberian pakan sapi perah dalam bentuk hijauan dan konsentrat oleh peternak belum mendapat perhatian khusus dalam hal kecukupan nutrien. Hal itu disebabkan karena kurangnya pengetahuan serta keterampilan peternak untuk mengevaluasi kecukupan nutrien pada ternaknya. Usaha dan populasi sapi perah di Indonesia sebagian besar terdapat di pulau Jawa yang umumnya terkonsentrasi pada daerah dataran tinggi dengan daya dukung sumber daya alam yang cukup potensial. Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) merupakan kelompok peternak sapi perah yang berada di daerah Pangalengan, Jawa Barat. Produk susu dan olahan dari KPBS Pangalengan sudah cukup terkenal dan banyak diminati di Indonesia, khususnya di daerah Bandung. Lokasi KPBS Pangalengan memiliki keadaan fisik yang menguntungkan bagi perkembangan sapi perah, dengan ketinggian antara 1.0001.420 meter, suhu berkisar 12-28oC, dan kelembaban 60-70%. Kondisi tersebut sangat menunjang untuk meningkatkan produktivitas sapi perah (Manajemen UPP-KPBS Pangalengan, 2013). Sapi perah, khususnya dalam masa laktasi sangat memerlukan nutrien yang cukup karena akan berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan. Nutrien utama yang dibutuhkan oleh sapi perah laktasi adalah bahan kering (BK), protein kasar (PK), dan Total Digestible Nutrient (TDN). Ketiga nutrien tersebut perlu diketahui untuk menentukan kecukupan nutrien sapi perah. Produksi susu pada sapi perah laktasi bervariasi, sehingga dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok. Kelompok produksi rendah adalah yang menghasilkan produksi susu dibawah 10 liter per hari, dan produksi tinggi 15-20 liter per hari (Yusdja, 2005). Dengan demikian dapat diketahui bahwa produksi susu sedang berkisar antara 10-15 liter per hari. Berdasarkan observasi awal menunjukkan produksi susu pada sapi-sapi di KPBS Pangalengan sebagian besar adalah termasuk ke dalam kategori produksi sedang. Sejauh ini pakan yang diberikan untuk sapi perah laktasi di KPBS Pangalengan memiliki kualitas yang cukup baik. Hijauan yang diberikan bervariasi diantaranya rumput gajah, daun jagung, rumput lapang, daun pisang, dan limbah–limbah pertanian. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa kebanyakan sapi perah yang ada di KPBS merupakkan sapi perah tipe unggul. Namun pada kenyataanya hampir 50% sapi perah tersebut menghasilkan produksi yang termasuk ke dalam kategori produksi sedang. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik melakukan penelitian mengenai evaluasi kecukupan nutrien sapi perah laktasi produksi sedang milik peternak di KPBS Pangalengan.
OBJEK DAN METODE Objek dan Bahan Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi perah laktasi dengan produksi sedang (produksi susu 10-15 liter/ekor/hari) milik peternak anggota KPBS Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran …….... 2
Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi ...............................Refi Rinaldi Pangalengan. Jumlah sapi perah yang diamati adalah 230 ekor yang berasal dari Kampung Los Cimaung dan Kampung Babakan Kiara Pangalengan, yang berasal dari kepemilikan 92 peternak. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Cara pengambilan data dilakukan menggunakan metode haphazard sampling (sampling insidental) yaitu dengan cara observasi dan pengukuran langsung terhadap ternak dengan kriteria yang dibutuhkan dalam penelitian (Sugiyono, 2012). Peubah yang Diamati 1. Kecukupan Bahan Kering (BK), diukur dengan membandingkan kandungan BK yang terdapat pada pakan yang diberikan pada sapi perah milik peternak anggota KPBS Pangalengan yang memiliki kualifikasi produksi sedang dengan tabel kebutuhan. 2. Kecukupan Protein Kasar (PK), diukur dengan membandingkan kandungan PK yang terdapat pada pakan yang diberikan pada sapi perah milik peternak anggota KPBS Pangalengan yang memiliki kualifikasi produksi sedang dengan tabel kebutuhan. 3. Kecukupan Total Digestible Nutrient (TDN), diukur dengan membandingkan kandungan TDN yang terdapat pada pakan yang diberikan pada sapi perah milik peternak anggota KPBS Pangalengan yang memiliki kualifikasi produksi sedang dengan tabel kebutuhan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Performa Sapi Perah Laktasi Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui data bobot badan, produksi susu, dan kadar lemak susu sapi perah yang ada di Pangalengan yang berjumlah 230 ekor adalah sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Pengukuran Performa Sapi Perah Laktasi Indikator Produksi Bobot Badan Produksi Susu (kg) Kadar Lemak (kg) (%) Rataan Produksi 482,66 11,80 3,96 Angka Kebutuhan* 11,73 4,00 Keterangan : Hasil perhitungan rata-rata berdasarkan data peternak anggota KPBS Pangalengan. *) NRC 1988 Berdasarkan Tabel 1. tersebut rata-rata bobot badan sapi perah laktasi yang diamati adalah 482,66 kg, yang menghasilkan produksi susu rata-rata 11,80 kg. Menurut NRC (1988) produksi susu ideal berdasarkan rata-rata bobot badan 482,66 kg adalah sebesar 11,80 kg. Dengan demikian produksi susu sapi perah di KPBS Pangalengan di atas produksi susu menurut NRC (1988). Hal ini menunjukkan kondisi di lapangan sudah dilakukan pemberian pakan yang baik sehingga produksi susu meningkat. Selain pakan, faktor genetik, masa laktasi, ukuran tubuh, dan lama bunting juga mempengaruhi produksi susu sapi perah. Produksi susu dengan rata-rata 11,80 kg termasuk ke dalam produksi susu sedang. Hal ini sejalan dengan pendapat Yusdja (2005) yang menyatakan bahwa kelompok produksi susu rendah adalah yang menghasilkan produksi susu di bawah 10 liter per hari, dan produksi tinggi 15-20 liter per hari. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran …….... 3
Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi ...............................Refi Rinaldi Kadar lemak susu ideal berdasarkan tabel NRC adalah sebesar 4%, sedangkan kadar lemak susu sapi perah di KPBS Pangalengan rata-rata sebesar 3,98%, maka kadar lemak susu tersebut belum memenuhi kadar lemak susu ideal yang ditentukan oleh tabel NRC. Hal itu disebabkan karena pada dasarnya jenis sapi FH menghasilkan produksi susu yang rendah lemak, selain itu faktor utama yang menyebabkan rendahnya kadar lemak susu adalah ransum yang diberikan. Menurut Barsya (1983) pemberian ransum yang jumlah konsentratnya terlalu banyak dan jumlah hijauan yang terbatas akan menurunkan kadar lemak susu. Menurut King (1978) produksi susu sapi perah pada umumnya mencapai puncak tertinggi pada umur sekitar 6-8 tahun. Artinya, sejak umur laktasi pertama sampai pada laktasi berikutnya pada umur 6-8 tahun, produksi susu akan mengalami peningkatan dan setelah umur tersebut barulah terjadi penurunan. Kadar lemak susupun mengalami perubahan, walaupun perubahan ini kecil. Perubahan yang terjadi sekitar 0,03% dari satu laktasi ke laktasi berikutnya clan perubahan ini berlangsung terus sampai tercapai puncak produksi susu. Davis (1982) menyatakan bahwa sapi perah yang baru melahirkan akan mempunyai kadar lemak susu yang tinggi. Akan tetapi, dengan meningkatnya produksi susu sampai dengan sekitar 6-8 minggu laktasi, kadar lemak susu akan mengalami penurunan dan akan meningkat kembali pada akhir laktasi. Sapi perah yang diperah dua kali sehari dengan interval pemerahan yang sama terjadi juga perubahan dalam kadar lemak susu. Di negaranegara yang mempunyai 4 musim, terdapat juga perbedaan dalam kadar lemak susu ini. Pada musim gugur dan musim dingin, kadar lemak susu lebih tinggi dari pada musimmusim lainnya. Tingkat Kecukupan Bahan Kering (BK) Sapi Perah Laktasi Kebutuhan bahan kering sapi perah laktasi dihitung berdasarkan standar pada tabel NRC (1988). Hasil perhitungannya dicantumkan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Pengukuran Konsumsi Bahan Kering Sapi Perah Laktasi Di KPBS Pangalengan (100% BK) Bahan Pakan Persentase (kg) Hijauan 5,45 Konsentrat 7,25 Onggok 3,62 Rataan Konsumsi 16,32 Angka Kebutuhan* 12,71 Keterangan : Hasil rata-rata berdasarkan data peternak anggota KPBS Pangalengan. *) NRC 1988 Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 2, diketahui bahwa pakan yang diberikan telah memenuhi angka kebutuhan nutrien sapi perah. Jumlah bahan kering yang terkandung pada pakan hijauan, konsentrat, dan onggok adalah sebesar 16,32% sedangkan angka kebutuhannya 12,71%. Kebutuhan bahan kering telah terpenuhi dan rataan konsumsi bahan keringnya jauh diatas angka kebutuhan. Artinya jumlah pemberian bahan kering pada sapi perah di KPBS Pangalengan sudah melebihi angka kebutuhan, walaupun produksi susunya tidak terlalu tinggi atau termasuk ke dalam kelompok produksi sedang. Hal ini diduga ransum yang diberikan, terutama pakan hijauan mengandung bahan kering yang tinggi namun kandungan proteinnya rendah sampai sedang.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran …….... 4
Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi ...............................Refi Rinaldi Tingkat Kecukupan Protein Kasar (PK) Pada Sapi Perah Laktasi Jumlah protein kasar diberikan ditentukan berdasarkan jumlah bahan kering yang dikonsumsi sapi perah laktasi, seperti pada tabel berikut: Tabel 3. Hasil Pengukuran Konsumsi Protein Kasar Sapi Perah Laktasi Di KPBS Pangalengan (100% BK) Bahan Pakan Protein Kasar (kg) Hijauan 0,60 Konsentrat 1,08 Onggok 0,10 Rataan Konsumsi 1,78 Angka Kebutuhan* 1,01 Keterangan : Hasil rata-rata berdasarkan data peternak anggota KPBS Pangalengan. *) NRC 1988 Berdasarkan Tabel 3. dapat dilihat bahwa pemberian protein kasar sudah melebihi angka kebutuhan ternak menurut NRC (1988). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ransum sudah melebihi angka kebutuhan untuk proteinnya. Kondisi di lapangan ternyata produksi susu tidak meningkat dengan meningkatnya pemberian protein kasar yang melebihi angka kebutuhan. Hal ini diduga ada faktor lain yang menyebabkan produksi susu tidak meningkat walaupun ransum yang diberikan mengandung protein diatas angka kebutuhannya. Faktor yang menyebabkan terjadinya hal tersebut kemungkinan adalah kualitas pakan yang diberikan dan faktor umur sapi. Pakan yang diberikan terutama hijauan pakan mengandung kualitas yang bervariasi dari rendah sampai sedang sehingga mempengaruhi asupan protein pada ternak. Tillman, dkk. (1998) menyatakan bahwa protein ruminansia yang masuk dan dicerna oleh tubuh hewan ternak tersebut yaitu Rumen Undegradable feed protein (RUP) dan protein mikrobial yang dihasilkan dari asam amino dari Rumen Degradable Feed Protein (RDP), asam amino hasil dari senyawa NPN pakan, dan asam amino hasil dari saliva yang mengandung NPN. Namun perlu diperhatikan bahwa untuk mensintesa NPN, mikroba membutuhkan asam organik banyak. Asam organik didapat dari pati makanan. Jumlah Nutrisi Tercerna (TDN) Pada Sapi Perah Laktasi Hasil penghitungan konsumsi Total Digestible Nutrien (TDN) pada ransum sapi perah laktasi di KPBS Pangalengan selama penelitian seperti tertera pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Pengukuran konsumsi Total Digestible Nutrient (TDN) Sapi Perah Laktasi Di KPBS Pangalengan (100% BK) Bahan Pakan Total Digestible Nutrien (kg) Hijauan 3,45 Konsentrat 5,06 Onggok 2,81 Rataan Konsumsi 11,33 Angka Kebutuhan* 8,20 Keterangan : Hasil rata-rata berdasarkan data peternak anggota KPBS Pangalengan. *) NRC 1988 Berdasarkan Tabel 4. jumlah TDN yang dicapai dengan pemberian pakan hijauan, konsentrat, dan onggok adalah sebesar 11,33%, sedangkan angka kebutuhan TDN 8,20%. Hal ini membuktikan bahwa TDN yang diberikan sudah melebihi dari angka kebutuhannya. Berdasarkan kenyataan di lapangan produksi susu yang dihasilkan masih Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran …….... 5
Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi ...............................Refi Rinaldi 11,80(kg) per hari, padahal kebutuhan TDN sudah terpenuhi dan jauh melebihi angka kebutuhannya. Hal ini menunjukkan produksi susu tidak meningkat lagi walaupun TDN sudah diberikan dalam jumlah berlebih. Hal ini kemungkinan karena faktor ternaknya sendiri yang menyebabkan produksi tidak bisa meningkat lagi. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu adalah pakan, lama bunting, masa laktasi, masa kering, ukuran tubuh dan umur, birahi, frekuensi pemerahan, calving interval, dan kebutuhan nutrisi. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. 2. 3.
Ransum sapi perah yang diberikan pada sapi laktasi produksi sedang di KPBS Pangalengan sudah memenuhi kebutuhan bahan kering (BK) sapi perah. Ransum sapi perah yang diberikan pada sapi laktasi produksi sedang di KPBS Pangalengan sudah memenuhi kebutuhan protein kasar (PK) sapi perah. Ransum sapi perah yang diberikan pada sapi laktasi produksi sedang di KPBS Pangalengan sudah memenuhi kebutuhan Total Digestible Nutrien (TDN) sapi perah.
DAFTAR PUSTAKA Barsya, S. 1983. Berbagai Faktor yang Mempengaruhi Kadar Lemak Susu Sapi Perah. Jurnal Wartazoa Vol. 1 No 2. Balai Penelitian Ternak. Bogor. Davis, R. V. 1982. Modern Dairy Cattle Management. Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs, N. J. King, J. O. L. 1978. Dairy Cattle. Dalam The Care and Management of Farm Animals. 2nd Ed. London. Manajemen UPP-KPBS Pangalengan. 2013. Laporan Tahunan. KPBS Pangalengan. NRC, National Research Council. 1988. Designing Food, Animal Product Option in the Market Place. National Research Council, Academy Press, Washington. DC., USA. Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Cetakan ke-21. Alfabeta. Bandung. Tillman, Allen D. 1998. Ilmu Makanan Ternak. UGM Press. Yogyakarta. Yusdja, Yusmichad. 2005. Kebijakan Ekonomi Industri Agribisnis Sapi Perah di Indonesia. Vol 3 No 3. Pusat Analisis Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran …….... 6
Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi ...............................Refi Rinaldi
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING DAN PERNYATAAN PENULIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama
: Refi Rinaldi
NPM
: 200110120331
Judul Artikel
: Evaluasi kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi Produksi Sedang Milik Anggota Koperasi di Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan
Menyatakan bahwa artikel ini merupakan hasil penelitian penulis, data dan tulisan ini bukan hasil karya orang lain, ditulis dengan kaidah-kaidah ilmiah dan belum pernah dipublikasikan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya, tanpa tekanan dari pihak manapun. Penulis bersedia menanggung konsekuensi hukum apabila ditemukan kesalahan dalam pernyatan ini. Dibuat di Jatinangor, Januari 2017 Mengetahui, Pembimbing Utama,
Penulis,
(Dr. Ir. H. Iman Hernaman, M.Si)
(Refi Rinaldi)
Pembimbing Anggota,
(Dr. Ir. Budi Ayuningsih, M.Si)
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran …….... 7