EFEKTIVITAS PEMBINAAN NARAPIDANA ANAK OLEH LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KLAS II-A TANJUNG GUSTA, MEDAN
SKRIPSI DIAJUKAN O L E H : NANI WITA SEMBIRING 050902004
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
ABSTRAK NAMA : Nani Wita Sembiring NIM : 050902004 JUDUL : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan Anak adalah putra kehidupan, masa depan bangsa dan negara. Oleh karena itu anak memerlukan pembinaan, bimbingan khusus agar dapat berkembang fisik, mental dan spiritualnya secara maksimal. Dalam menjalani proses kehidupannya bukan tidak mungkin seorang anak terlibat dalam konflik hukum yang menyebabkan dirinya harus menjalani pidana. Sungguh merupakan suatu hal yang sangat berat jika melihat anak yang seharusnya dapat bermain secara bebas harus dirampas kemerdekaannya untuk menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan. Pemasyarakatan dianggap dapat memberikan pembinaan karena tujuan utama dari pemasyarakatan adalah untuk menjadikan pelaku tidak mengulangi perbuatan jahatnya, sistem pemasyarakatan dengan demikian harus diciptakan pembinaan yang tepat sesuai bagi narapidana itu. Skripsi ini bertujuan untuk dapat mengetahui efektivitas pembinaan yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta, Medan. Penelitian ini berbentuk deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan mendeskripsikan (menggambarkan) tentang fakta dan kondisi atau gejala yang menjadi objek penelitian. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 34 orang yaitu narapidana yang telah menjadi narapidana di LAPAS, dimana narapidana tersebut yang peneliti anggap dapat mengerti dan memahami manfaat dari pembinaan yang diberikan adalah narapidana kategori usia remaja yaitu 12 - 21 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Metode pengumpulan data dengan kuesioner, wawancara dan observasi. Teknik analisa data yang dilakukan adalah dengan mentabulasi data-data yang diperoleh dan disusun dalam bentuk tabel tunggal. Kesimpulan dari penelitian menunjukkan bahwa efektivitas pembinaan narapidana anak oleh Lembaga Pemasyarakatan anak Tanjung Gusta sudah dapat dikatakan efektif, dilihat dari pemahaman narapidana terhadap pembinaan yang ada di Lapas yaitu sebagian besar narapidana memahami tentang jenis-jenis pembinaan di Lapas, sikap narapidana yang sebagian besar merasa tertarik dan sungguh-sungguh mengikuti kegiatan pembinaan, dan reaksi narapidana yang diwujudkan melalui partisipasi serta keterlibatan narapidana terhadap pembinaan yang diberikan. Selain itu sebagian besar narapidana merasakan manfaat yang nyata terhadap pengetahuan, keterampilan dan keimanan narapidana setelah mengikuti pembinaan di Lapas Anak. Namun masih ada hambatan dalam pelaksanaannya yaitu jumlah penghuni Lapas yang tidak sesuai dengan daya tampung (over kapasitas), kurangnya sarana dan prasarana serta minimya anggaran. Bagi pihak Lapas agar lebih meningkatkan mutu pembinaan, pembinaan agar disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi di luar lembaga, perlunya ditambah personil di Lapas dan perlunya peran serta aktif Pemerintah khususnya Departemen Hukum dan HAM agar mengatasi masalah kekurangan dana anggaran dan peningkatan fasilitas. Kata-kata kunci (keywords) : Efektivitas, Pembinaan narapidana
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur , hormat dan kemuliaan kupanjatkan bagiMu Tuhan yang kukenal dalam Nama Tuhan Yesus Kristus. Hanya Engkaulah yang telah memberikan hikmat dan pengetahuan serta kasih yang kekal dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul : “ Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak OLeh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta Medan “. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan sehingga mengurangi nilai dari kesempurnaannya. Hal ini terutama dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kebaikan di masa yang akan datang. Penulis juga menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih, diantaranya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs. Agus Suriadi, S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih atas bimbingan, arahan, pemikiran, saran, kritik, dan pandangannya yang berguna bagi penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
4. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar yang telah mengajar dan membimbing penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 5. Bapak Siswanto, Bc.IP, SH selaku Kepala Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta Medan. 6. Bapak Bangsi Tarigan, SH selaku Ka.Sie.Bimbingan Narapidana dan Bapak Helman Leonard Batubara, A.Ks selaku Ka.Sub.Sie Bimker , seluruh staf pegawai dan seluruh responden yang telah memberikan waktu, informasi serta kerjasama yang baik kepada penulis. 7. Kepada kedua orang tua yang sangat penulis cintai, Mama Asnah Tarigan, BA dan Bapak Drs. Nanggip Sembiring. Terima kasih untuk segala kasih sayang, dukungan, doa dan perhatian yang Mama dan Bapak berikan selama ini. Tuhan selalu berkati keluarga kita. 8. Kakakku Tercinta Nina Ita Sembiring, SE dan Adikku Suranta Sembiring, terima kasih untuk segala dukungan yang selama ini kalian berikan. 9. Abangku yang Tercinta, yang telah tinggal bersama Bapa di sorga dalam kekekalan abadi Alm. Maklum Hariatin Sembiring. “ Kematian bukanlah sebuah titik tapi kematian adalah sebuah koma “ . 10. Seseorang yang telah memiliki hatiku, seseorang yang selalu sabar menghadapiku Briptu. Polman Rumahorbo makasih untuk segala cinta dan kasih yang telah diberikan kepadaKu selama ini. Syukur Kupanjatkan kepada Tuhan karena Dia telah memberiku seseorang sepertimu.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
11. SahabatKu Putri Anne Sembiring, Pote makasi ya untuk persahabatan kita selama hampir 4 tahun ini. Makasi selalu setia menemani aku selama penelitian, tetap semangat dengan skripsinya. 12. SahabatKu RINJOL alias JOLEM alias Rina Sartika Ginting, sahabat kecilku yang selalu tegar dan tabah dalam menjalani hidup ini. Seorang sahabat yang selalu ceria dalam setiap kondisi. Makasi untuk semua nasehat-nasehatnya. 13. Sahabat-sahabatKu Hotnida Purba, Kristina Sembiring, Nissa Harahap, Jhon Ray Silaban, Ian Timbul Simamora, Fanny Ruzmadani Lubis. Makasi untuk semua canda dan tawa yang selama ini kita lewati bersama. 14. Teman-teman seperjuanganKu di kesos “05 : Jolly, July Darto, Jonnis, Fitri, Selfi, dan semuanya. Makasi untuk kenangan-kenangan yang udah kita lewati selama hampir 4 tahun ini. Semoga kita sukses. Akhir kata atas segala bimbingan dan bantuan lainnya yang telah diberikan dalam penyelesaian skripsi ini, Penulis mengucapkan terima kasih banyak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Maret 2009 Penulis
Nani Wita Sembiring
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Halaman Abstrak………………………………………………………………………. ..........
i
Kata Pengantar………………………………………………………………. ..........
ii
Daftar Isi……………………………………………………………………… ........
v
Daftar Tabel………………………………………………………………….. ........ .
ix
Daftar Bagan………………………………………………………………….. ........
xiv
Daftar Lampiran………………………………………………………………. ........
xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................
8
2.1 Perumusan Masalah ....................................................................................
8
3.1 Tujuan Penelitian ........................................................................................
8
4.1 Manfaat Penelitian…………………………………………….....................
8
5.1 Sistematika Penulisan………………………………………… ....................
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas................................................................................................. 2.1.1
10
Pengertian Efektivitas .........................................................
10
2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektivitas .........................................
11
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
2.1.3 Masalah Dalam Pengukuran Efektivitas ...............................
11
Lembaga Pemasyarakatan ...............................................................
16
2.2.1 Pengertian Lembaga Pemasayarakatan .................................
16
2.2.2 Lembaga Pemasyarakatan Anak…………………... .............
17
2.2.3 Petugas Pemasyarakatan ....... ………………………………
18
Pembinaan……………………………………………………..........
20
2.3.1 Pengertian Pembinaan........ …………………………………
20
2.3.2 Tujuan, Fungsi dan Manfaat Pembinaan……………… .......
22
Anak………………………………………………………….. .........
23
2.4.1 Pengertian Anak………………………………………. ........
23
2.4.2 Hak dan Kewajiban Anak…………………………… ..........
25
Sistem Pemasyarakatan…………...………………………… ..........
28
2.5.1 Konsep Sistem Pemasyarakatan…………………… ............
28
2.5.2 Pembinaan Dalam Sistem Pemasyarakatan…………. ..........
30
2.6
Kerangka Pemikiran…………………………………………….......
33
2.7
Definisi Konsep dan Definisi Operasional…………………... .........
36
2.7.1 Definisi Konsep………………………………………… .....
36
2.7.2 Definisi Operasional……………………………………… ..
37
2.2
2.3
2.4
2.5
BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Tipe Penelitian…….……………………………………… ..............
38
3.2
Lokasi Penelitian…………………………………………… ...........
38
3.3
Populasi dan Sampel………….……………………………... ..........
38
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
3.3.1 Populasi………………………………………………..........
38
3.3.2 Sampel…………………………………………………........
39
3.4
Teknik Pengumpulan Data…………………………………….........
40
3.5
Teknik Analisa Data……….…………………………………… .....
41
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1
Letak Geografis………………………………………………… ...........
4.2
Latar Belakang Berdirinya Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIA Tanjung Gusta Medan……………………………………. ..................................
4.3
42
42
Deskripsi Pekerjaan Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIA Tanjung Gusta Medan…………………………………………. ..........................
4.4
45
Jenis-Jenis Anak yang Dibina di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIA Tanjung Gusta Medan…………………………………. ........................
47
4.5
Pembinaan Narapidana……………………………………... .................
48
4.6
Wujud Pembinaan………………………………………………............
50
4.7
Fasilitas dan Bangunan…………………………………………… ........
50
BAB V ANALISA DATA 5.1
Hasil Penelitian………………….…….………………………... .....
60
5.2
Pembahasan……….……………………………………………....... 115
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
BAB VI PENUTUP 6.1
Kesimpulan…………………………………………………… ........ 118
6.2
Saran………………………………………………………….. ........ 120
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. ............ 121 LAMPIRAN
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1
Daftar Menu Makanan Narapidana
52
Tabel 4.2
Jadwal Kegiatan Narapidana
53
Tabel 5.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
61
Tabel 5.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
62
Tabel 5.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Agama
62
Tabel 5.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Suku Bangsa
63
Tabel 5.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Asal Daerah
64
Tabel 5.6
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
65
Tabel 5.7
Karakteristik Responden Berdasarkan Tindak Pidana
66
Tabel 5.8
Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Masa Hukuman
67
Tabel 5.9
Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Masa Hukuman Yang Telah Dijalani
68
Tabel 5.10
Distribusi Jawaban Responden Tentang Jenis-Jenis Pembinaan
69
Tabel 5.11
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Pembinaan Keagamaan 70
Tabel 5.12
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Pembinaan Umum 72
Tabel 5.13
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Pembinaan Kepramukaan
Tabel 5.14
74
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Pembinaan Keterampilan
75
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.15
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Pembinaan Upaya Pemasyarakatan
76
Tabel 5.16
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Rekreasi
77
Tabel 5.17
Distribusi Jawaban Responden Tentang Ketertarikan Mengikuti Pembinaan
Tabel 5.18
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesungguhan Mengikuti Pembinaan
Tabel 5.19
78
78
Distribusi Jawaban Responden Tentang Cara Pembinaan Yang Diberikan 79
Tabel 5.20
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesesuaian pembinaan dengan minat, bakat dan kemauan
Tabel 5.21
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesesuaian pembinaan dengan Jadwal Yang Telah Ditetapkan
Tabel 5.22
80
81
Distribusi Jawaban Responden Tentang Perlakuan Petugas Selama Mengikuti Pembinaan
82
Tabel 5.23
Distribusi Jawaban Responden Tentang Keterampilan Petugas
83
Tabel 5.24
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kualitas Pembinaan Yang Diberikan
Tabel 5.25
84
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kepatuhan Terhadap Tata Tertib Yang Berlaku
85
Tabel 5.26
Distribusi Jawaban Responden Yang Melanggar Peraturan Di Lapas 86
Tabel 5.27
Distribusi Jawaban Responden Tentang Tindakan Petugas Apabila Responden Melanggar Peraturan
86
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.28
Distribusi Jawaban Responden Tentang Ketepatan Melaksanakan Kewajiban
Tabel 5.29
Distribusi Jawaban Responden Tentang Keterpaksaan Dalam Mengikuti Pembinaan
Tabel 5.30
88
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kecenderungan Responden Merasa Bosan Dengan Kegiatan Pembinaan
Tabel 5.31
87
89
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kecenderungan Responden Mendapat Kesulitan Dalam Mengikuti Pembinaan
90
Tabel 5.32
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kondisi Sarana Beribadah 91
Tabel 5.33
Distribusi Jawaban Responden Tentang Keberadaan TV Di Lapas 92
Tabel 5.34
Distribusi Jawaban Responden Tentang Fasilitas Yang Tersedia Di Lapas 93
Tabel 5.35
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kondisi Fasilitas Yang Tersedia Di Lapas
Tabel 5.36
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kepuasan Terhadap Fasilitas Di Lapas
Tabel 5.37
95
Distribusi Jawaban Responden Tentang Frekuensi Mendapat Fasilitas Dari Luar Lapas
Tabel 5.38
94
96
Distribusi Jawaban Responden Tentang Perbaikan Fasilitas Di Lapas 97
Tabel 5.39
Distribusi Jawaban Responden Tentang Sikap Pembina Apabila Responden Sakit
Tabel 5.40
98
Distribusi Jawaban Responden Tentang Menu Makanan Di Lapas 99
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.41
Distribusi Jawaban Responden Tentang Situasi Kamar Tidur Di Lapas 100
Tabel 5.42
Distribusi Jawaban Responden Tentang Frekuensi Masuk Ke Lapas 101
Tabel 5.43
Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemahaman Terhadap Tujuan Pembinaan Yang Diberikan
102
Tabel 5.44
Distribusi Jawaban Responden Merasakan Manfaat Pembinaan
103
Tabel 5.45
Distribusi Jawaban Responden Memiliki Keahlian Komputer Sebelum Masuk Ke Lapas
Tabel 5.46
Distribusi Jawaban Responden Memiliki Keahlian Komputer Setelah Mengikuti Pembinaan Di Lapas
Tabel 5.47
110
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesungguhan Mengikuti Kegiatan Pembinaan
Tabel 5.53
109
Distribusi Jawaban Responden Tentang Manfaat Pembinaan Upaya Pemasyarakatan
Tabel 5.52
108
Distribusi Jawaban Responden Tentang Manfaat Pembinaan Keterampilan Terhadap Keterampilan Responden
Tabel 5.51
107
Distribusi Jawaban Responden Tentang Manfaat Pembinaan Kepramukaan Terhadap Watak Dan Jiwa Responden
Tabel 5.50
106
Distribusi Jawaban Responden Tentang Manfaat Pembinaan Pendidikan Umum Terhadap Pengetahuan Responden
Tabel 5.49
105
Distribusi Jawaban Responden Tentang Manfaat Pembinaan Keagamaan Terhadap Keimanan Responden
Tabel 5.48
104
111
Distribusi Jawaban Responden Tentang Pembinaan Sebagai Pedoman
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Setelah Keluar Dari Lapas Tabel 5.54
112
Distribusi Jawaban Responden Tentang Rencana Jangka Panjang Setelah Ke Luar Dari Lapas.
113
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR BAGAN
Halaman Bagan 2.6
Kerangka Pemikiran
35
Bagan 4.1
Struktur Organisasi Lapas Anak Klas IIA Tanjung Gusta Medan
44
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Kuesioner
Lampiran 2.
Dokumentasi
Lampiran 3.
Surat Keputusan Komisi Pembimbing
Lampiran 4.
Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 5.
Surat Keterangan Izin Penelitian Dari Departemen Hukum dan HAM
Lampiran 6.
Surat Keterangan Penelitian Dari Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIA Tanjung Gusta Medan
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Semua orang tentu saja sependapat bahwa “hidup matinya” suatu bangsa di masa mendatang sangat tergantung pada kondisi anak-anak sekarang. Anak amat memegang peranan yang penting karena pada dasarnya anak merupakan generasi pewaris kehidupan suatu bangsa. Oleh karena itu, keadaan bangsa mendatang tergantung dari usaha yang dilakukan oleh bangsa tersebut kepada anak-anak masa kini. Menciptakan sumber daya yang handal dan tangguh yang dapat bersaing diperlukan strategi dan budaya yang matang, dimulai dari masa kanak-kanak sampai masa muda. Masa tersebut merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang semestinya memerlukan perhatian khusus. Namun saat ini, perkembangan kehidupan anak tersebut amat mengkhawatirkan. Hal tersebut dapat terlihat dari banyaknya kasus-kasus penyimpangan perilaku di kalangan anak, bahkan lebih dari itu terdapat anak yang melakukan perbuatan melanggar hukum, tanpa mengenal status sosial dan ekonomi. Anak yang berkonflik dengan hukum, menurut Badan Pusat Statistik, setiap tahunnya terdapat lebih dari 4000 perkara pelanggaran hukum yang dilakukan anak-anak di bawah usia 16 tahun. Tahun 1994 terdapat 9.442 perkara dan pada tahun 1995 terdapat 4.724 perkara. Dari seluruh anak yang ditangkap sekitar separuhnya diajukan ke pengadilan dan 83 % dari mereka kemudian Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan Anak. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan
HAM,
tercatat
jumlah
narapidana
anak
di
Lembaga
Pemasyarakatan Anak sebanyak 3.772 anak. Statistik kriminal Badan Pusat Statistik mencatat jumlah narapidana anak dari tahun 1995 sampai dengan 1997 secara berturut-turut adalah pada tahun 1995 terdapat 5.234 narapidana anak, pada tahun 1996 terdapat 4.479 narapidana anak dan pada tahun 1997 terdapat 4.079 anak.
(http://www.bapenas.go.id/index.php?/contentexpress/KPP/PNBA/BuKu
Perlindungan anak-final./31 Oktober 2008). Sepanjang tahun 2000, tercatat dalam statistik kriminal kepolisian terdapat lebih dari 11.344 anak yang disangka sebagai pelaku tindak pidana. Pada awal tahun 2002, ditemukan 4.325 tahanan anak di rumah tahanan dan lembaga pemasyarakatan di seluruh Indonesia. Pada rentang waktu yang sama tercatat 9.465 anak yang tersebar di seluruh rumah tahanan dan Lembaga Pemasyarakatan (http://www.ypha.or.id/files/praktek-praktek
sistem
peradilan
anak.pdf./31Oktober2008). Penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh anak, disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adanya dampak negative dari perkembangan pembangunan yang cepat, arus globalisasi di bidang komunikasi dan informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan gaya dan cara hidup sebagian orang tua, telah membawa perubahan sosial yang mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak. Selain itu, anak yang kurang atau tidak memperoleh
kasih
sayang,
asuhan,
bimbingan
dan
pembinaan
dalam
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
pengembangan sikap, perilaku, penyesuaian diri, serta pengawasan dari orang tua, wali, atau orang tua asuh akan mudah terseret dalam arus pergaulan masyarakat dan lingkungannya yang kurang sehat dan merugikan perkembangan pribadinya. Dalam menghadapi dan menanggulangi berbagai perbuatan dan tingkah laku anak nakal, perlu dipertimbangkan kedudukan anak dengan segala ciri dan sifatnya yang khas. Walaupun anak telah dapat menentukan sendiri langkah perbuatannya berdasarkan pikiran, perasaan dan kehendaknya, tetapi keadaan sekitarnya dapat mempengaruhi perilakunya. Oleh karena itu, dalam menghadapi masalah anak nakal, orang tua dan masyarakat sekelilingnya seharusnya lebih bertanggung jawab terhadap pembinaan, pendidikan dan pengembangan perilaku anak tersebut. Anak yang berkonflik dengan hukum membutuhkan perlindungan khusus dibandingkan anak kelompok lainnya. Anak tersebut harus terpaksa menghadapi situasi dan keadaan yang amat rentan terhadap kekerasan baik fisik maupun emosional yang menghancurkan martabat dan masa depan mereka. Negara harus menjamin terselenggaranya perlindungan anak-anak ketika berkonflik dengan hukum seperti bunyi konvensi yang telah diratifikasi Pemerintah Indonesia melalui Keppres No. 36 Tahun 1990. Konvensi hak anak tersebut menyatakan bahwa setiap anak memiliki hak-hak anak yaitu Pertama, hak untuk hidup, setiap anak di dunia berhak untuk mendapat akses atas pelayanan kesehatan dan menikmati standar hidup yang layak, termasuk makanan yang cukup, air bersih, dan tempat tinggal. Anak juga berhak memperoleh nama dan kewarganegaraan. Kedua, hak untuk tumbuh dan berkembang, setiap anak berhak memperoleh Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
kesempatan
mengembangkan
potensinya
semaksimal
mungkin,berhak
memperoleh pendidikan baik formal maupun formal secara memadai. Konkretnya anak diberi kesempatan untuk bermain, berekreasi, dan beristirahat. Ketiga, hak memperoleh perlindungan,artinya setiap anak berhak melindungi dari eksploitasi ekonomi dan sosial, kekerasan fisik atau mental, penangkapan dan penahanan yang sewenang-wenang, dan segala bentuk diskriminasi, ini juga berlaku bagi anak yang tidak lagi mempunyai orang tua dan anak-anak yang berada di tempat pengungsian. Mereka berhak mendapatkan perlindungan. Keempat, hak untuk berpartisipasi, artinya setiap anak diberi kesempatan menyuarakan pandangan, ide-idenya, terutama berbagai persoalan yang berkaitan dengan anak. (Susilowati, 2003: 66-85). Melihat keadaan demikian menyebabkan pemerintah perlu segera memikirkan langkah-langkah yang harus diambil demi menyelematkan generasi muda yang telah mengalami krisis moral sehingga berani berbuat nekat melakukan tindakan-tindakan yang melanggar hukum dimana perbuatan tersebut cenderung mengarah pada perbuatan kriminal dan berorientasi pada masa depan anak tersebut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara maka pemerintah perlu melakukan pembinaan, memberikan bimbingan, pendidikan serta perhatian khusus untuk mereka. Adapun pembinaan yang dilakukan terhadap anak diserahkan kepada pemerintah. Sehubungan dengan tindak pidana yang dilakukannya pembinaan tersebut lebih diarahkan pada usaha untuk membimbing, mendidik, memperbaiki atau memulihkan keadaan dan tingkah laku anak tersebut, sehingga anak dapat kembali menjalani kehidupan sewajarnya ditengah-tengah Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
masyarakat jika telah menyelesaikan masa hukumannya. Oleh pemerintah pembinaan tersebut diserahkan pada suatu lembaga atau badan yang dinamakan Lembaga Pemasyarakatan berada dibawah Departemen Kehakiman dengan dasar hukum UU No.12/1995 tentang Pemasyarakatan yang mengkhususkan pada Lembaga
Pemasyarakatan
anak
dalam
hal
pembinaan
anak
(http://hukumham.info/index.php?option=com_content&task=view&id/26Oktober 2008). Anak
yang
bersalah
pembinaannya
ditempatkan
di
Lembaga
Pemasyarakatan (LAPAS) Anak. Lembaga Pemasyarakatan Anak merupakan sarana perlindungan anak dan pembinaan bagi anak Negara, anak Sipil, dan anak Pidana yang berdasarkan keputusan pengadilan ditempatkan di Lapas Anak untuk dibina. Lembaga Pemasyarakatan Anak adalah tempat pendidikan dan pembinaan bagi narapidana anak. Sasaran akhir dari kehadiran lembaga pemasyarakatan adalah pembinaan. Di dalam lembaga pemasyarakatan narapidana anak dilindungi dan dibina agar dapat menyongsong masa depan yang lebih baik, melalui pembinaan narapidana anak akan memperoleh jati dirinya untuk menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab dan berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negaranya. Salah satu Lapas Anak di Indonesia yang terdapat di Sumatera Utara adalah Lapas Anak Tanjung Gusta. Lapas Anak
Tanjung Gusta merupakan
instansi Pemerintah dan sebagai pelaksana teknisi yang menampung, merawat dan membina anak Negara yang berkonflik dengan hukum. Sampai awal bulan februari 2009 Lapas Anak Tanjung Gusta tercatat berpenghuni 859 anak dimana Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
459 anak diantaranya merupakan tahanan dan 400 lainnya merupakan narapidana. Data berikut ini menunjukkan jumlah penghuni Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan dalam 6 tahun terakhir yaitu tahun 2000 sebanyak 342 orang, tahun 2001 sebanyak 367 orang, tahun 2002 sebanyak 279 orang, tahun 2003 sebanyak 465 orang, tahun 2004 sebanyak 384 orang, tahun 2005 sebanyak 397 orang dan tahun 2006 sebanyak 550 orang (Sumber Data Primer : LP Anak Tanjung Gusta Medan). Pembentukan karakter dan perilaku anak di Lapas Anak Tanjung Gusta dititikberatkan pada program pembinaan yang terdapat di Lapas yang terbagi atas 2 ruang lingkup pembinaan yaitu Program Pembinaan Kepribadian yang meliputi kesadaran beragama, berbangsa dan bernegara, kemampuan intelektual, kesadaran hukum, mengintegrasikan diri dengan masyarakat. Pembinaan kepribadian di LPA terbagi atas 3 bagian yakni Pertama, Pendidikan Keagamaan (diisi oleh rohaniawan baik Islam, Kristen, Hindu dan Budha) yang membuka banyak kesempatan kepada anak pidana dalam menata dan mempelajari hal-hal rohani yang sangat bermanfaat bagi dirinya menjadi bekal masa depan. Kedua, Pendidikan umum, yang bertujuan untuk mendidik narapidana agar mempunyai pandangan dan pemikiran yang lebih baik lagi daripada sebelumnya. Ketiga, Pembinaan kepramukaan yang bertujuan membentuk watak dan jiwa yang sportif serta bertanggung jawab dalam diri anak pidana sehingga nantinya setelah mereka keluar dari Lapas dapat diterima kembali di masyarakat. Ruang lingkup pembinaan selanjutnya yaitu Program Pembinaan Kemandirian, kegiatannya terdiri atas diklat kerja/keterampilan dan upaya pemasyarakatan. Keseluruhan Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
kegiatan yang terdapat di Lapas Tanjung Gusta bertujuan untuk mempersiapkan para narapidana agar berani dan siap menyongsong masa depannya. Pelaksanan program pembinaan harus didukung oleh berbagai sarana dan prasarana yang memadai dengan memperhatikan faktor efektivitas pembinaan yang dijalankan dan ketercapaian bagi narapidana anak. Hal ini perlu memperhatikan bagaimana pelaksanaan program dalam pembinaan kepada narapidana anak untuk mempersiapkan para narapidana agar berani dan siap menyongsong masa depannya. Keberhasilan sistem pemasyarakatan dalam membina narapidana memang bukan mempunyai tolak ukur yang jelas, ahli kriminolog, sosiolog, dan pemasyarakatan mengatakan jika residivis menurun maka pemasyarakatan berhasil dalam melaksanakan pembinaan, hal ini belum dapat dijadikan tolak ukur karena banyak sekali variabel-variabel yang menyebabkan turunnya residivis, misalnya angka yang luput dari data statistik, residivis melakukan kejahatan di tempat lain dan lain-lain (Harsono, 1995:4). Maka kita dapat melihat bahwa keberhasilan pembinaan bukanlah hanya didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, tetapi juga dengan partisipasi dari berbagai pihak, subtansi hukum, sosial, dan substansi lainnya. Oleh karena itu pembinaan harus disusun berdasarkan prinsip-prinsip dasar pemasyarakatan. Pembinaan yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan haruslah mampu menumbuhkan suasana yang penuh saling pengertian dan kerukunan, baik diantara sesama narapidana, maupun antar Pembina dengan yang dibina. Maka bertitik tolak dari uraian diatas, maka hal ini membuat penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian yang dituangkan dalam skripsi Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
berjudul
“Efektivitas
Pembinaan
Narapidana
Anak
Oleh
Lembaga
Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan”.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan?”
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari peneliti mengadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui
efektivitas
pembinaan
narapidana
anak
oleh
Lembaga
Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan.
1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau panduan dalam rangka pengembangan konsep-konsep dan teori-teori dalam rangka melakukan intervensi pelayanan sosial terhadap anak yang berkonflik dengan hukum bagi narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
1.5 Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian, kerangka pemikiran, definisi konsep, dan definisi operasional. BAB III: METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sample, teknik pengumpulan data, serta teknik analisa data. BAB IV: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian. BAB V: ANALISA DATA Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisinya. BAB VI: PENUTUP Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 EFEKTIVITAS 2.1.1 Pengertian Efektivitas Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan dalam setiap organisasi. Efektivitas disebut juga efektif, apabila tercapainya tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Soewarno yang mengatakan bahwa efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Chaster I. Bernard, efektivitas adalah tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama (Bernard, 1992:27). Secara Komprehensif, efektivitas dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan suatu lembaga atau organisasi untuk dapat melaksanakan semua tugas-tugas pokoknya atau untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya (Campbel, 1987:47). Efektivitas dalam dunia riset ilmu-ilmu sosial dijabarkan dengan penemuan atau produktivitas, dimana bagi sejumlah sarjana sosial efektivitas sering kali ditinjau dari sudut kualitas pekerjaan atau program kerja. Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan pengertian efektivitas yaitu keberhasilan suatu aktivitas atau kegiatan dalam mencapai tujuan (sasaran) yang telah ditentukan sebelumnya. Mengingat keanekaragaman pendapat mengenai sifat dan komposisi dari efektivitas, maka tidaklah mengherankan jika terdapat sekian banyak pertentangan Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
pendapat sehubung dengan cara meningkatkannya, cara mengatur dan bahkan cara menentukan indikator efektivitas. Sehingga, dengan demikian akan lebih sulit lagi bagaimana cara mengevaluasi tentang efektivitas. Pengertian yang memadai mengenai tujuan efektivitas ataupun sasaran organisasi, merupakan langkah pertama dalam pembahasan efektivitas, dimana sering kali berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam usaha mengukur efektivitas yang pertama sekali adalah memberikan konsep tentang efektivitas itu sendiri. Dari beberapa uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa efektivitas merupakan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas suatu lembaga secara fisik dan non fisik untuk mencapai serta meraih keberhasilan maksimal.
2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektivitas Pendekatan efektivitas dilakukan dengan acuan berbagai bagian yang berbeda dari lembaga dimana lembaga mendapatkan input atau masukan berupa berbagai macam sumber dari lingkungannya. Kegiatan dari proses internal yang terjadi dalam lembaga mengubah input menjadi output yang kemudian dilemparkan kembali pada lingkungannya. a. Pendekatan Sasaran (goal approach). Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran efektivitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut. Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Sasaran yang penting diperhatikan dalam pengukuran efektivitas dengan pendekatan sasaran ini adalah sasaran yang realistis untuk memberikan hasil maksimal berdasarkan sasaran resmi “official goal” dengan memperhatikan permasalahan yang ditimbulkannya, dengan memusatkan perhatian terhadap aspek output yaitu dengan mengukur keberhasilan program dalam mencapai tingkat output yang direncanakan. Dengan demikian, pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana organisasi atau lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai.
b. Pendekatan Sumber ( Sistem Resource Approach). Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan dan sistem agar dapat menjadi efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya, Karena lembaga mempunyai hubungan yang merata dengan lingkungannya dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang merupakan input lembaga tersebut dan output yang dihasilkan juga dilemparkannya kepada lingkungannya. Sementara itu sumber-sumber yang terdapat pada lingkungan seringkali bersifat langka dan bernilai tinggi. Dalam mendapatkan berbagai jenis sumber untuk memelihara sistem dari suatu lembaga merupakan kriteria yang digunakan untuk mengukur efektivitas. Secara sederhana efektivitas seringkali diukur dengan jumlah atau kuantitas Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
berbagai jenis sumber yang berhasil diperoleh dari lingkungan. Pengukuran efektivitas dengan pendekatan sumber ini mampu untuk memberikan alat ukur yang sama dalam mengukur efektivitas berbagai lembaga yang jenis dan programnya berbeda dan tidak dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan sasaran (Cunningham, 1978:635).
c. Pendekatan Proses (internal Process Approach). Pendekatan proses menganggap efektivitas sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektiv, proses internal berjalan dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan lembaga.
2.1.3 Masalah Dalam Pengukuran Efektivitas Efektivitas selalu diukur berdasarkan prestasi, produktivitas dan laba. Pengukuran efektivitas dengan menggunakan ssaaran yang sebenarnya dan memberikan hasil daripada pengukuran efektivitas berdasarkan sasaran resmi dengan memperhatikan masalah yang ditimbulkannya oleh beberapa hal berikut: a. Adanya macam-macam output Adanya
bermacam-macam
output
yang
dihasilkan
menyebabkan
pengukuran efektivitas dengan pendekatan sasaran menjadi sulit untuk dilakukan. Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Pengukuran juga semakin sulit jika ada sasaran yang saling bertentangan dengan sasaran lainnya. Efektivitas tidak akan dapat diukur hanya dengan menggunakan suatu indikator atau efektivitas yang tinggi pada suatu sasaran yang seringkali disertai dengan efektivitas yang tinggi pada suatu sasaran yang seringkali disertai dengan efektivitas yang rendah pada sasaran lainnya. Selain itu, masalah juga muncul karena adanya bagian-bagian dalam suatu lembaga yang mempunyai sasaran yang berbeda-beda secara keseluruhan, sehingga pengukuran efektivitas seringkali terpaksa dilakukan dengan memperhatikan bermacam-macam secara simultan. Dengan demikian, yang diperoleh dari pengukuran efektivitas adalah profil atau bentuk dari efek yang menunjukkan ukuran efektivitas pada setiap sasaran yang dimilikinya. Selanjutnya hal lain yang sering dipermasalahkan adalah frekwensi penggunaan kriteria dalam pengukuran efektivitas seperti yang dikemukakan oleh R.M Steers yaitu bahwa kriteria dan penggunaan hal-hal tersebut dalam pengukuran efektivitas adalah: a. Adaptabilitas dan fleksibilitas b. Produktivitas c. Keberhasilan memperoleh sumber d. Keterbukaan dalam komunikasi e. Keberhasilan pencapaian program f. Pengembangan program g. Subjektivitas dalam adanya pencapaian (Steers, 1982:546). Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Pengukuran
efektivitas
dengan
menggunakan
pendekatan
sasaran
seringkali mengalami hambatan, karena sulitnya mengidentifikasi sasaran yang sebenarnya dan juga karena kesulitan dalam pengukuran keberhasilan dalam mencapai sasaran. Hal ini terjadi karena sasaran yang sebenarnya dalam pelaksanaan. Untuk itu ada baiknya bila meninjau pendapat G.W England, bahwa perlu masuk ke dalam suatu lembaga untuk mempelajari sasaran yang sebenarnya karena informasi yang diperoleh hanya dari dalam suatu lembaga untuk melihat program yang berorientasi ke luar atau masyarakat, Karena sasaran yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif, unsur subjektif itu tidak berpengaruh tetapi untuk sasaran yang harus dideskripsikan secara kuantitatif, informasi yang diperoleh akan sangat tergantung pada subjektivitas dalam suatu lembaga mengenai sasarannya. Hal ini didukung oleh pendapat Richard M. Steers yaitu bahwa lingkungan dan keseluruhan elemen-elemen kontektual berpengaruh terhadap informasi lembaga dan menentukan tercapai tidaknya sasaran yang hendak dicapai. Karena itu perbedaan karakteristik faktorfaktor kontektual ini perlu diperhatikan apabila hendak bermaksud mengukur efektivitas program yang terdapat pada lingkungan yang berbeda (Steers, 1982:558).
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
2.2 LEMBAGA PEMASYARAKATAN 2.2.1 Pengertian Lembaga Pemasyarakatan Menurut Pasal 1 butir (3) UU No. 12 Tahun 1995, yang dimaksud dengan “Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana atau anak didik pemasyarakatan”. LAPAS sebagai ujung tombak pelaksanaan asas pengayoman merupakan tempat untuk mencapai tujuan tersebut di atas melalui pendidikan, rehabilitasi, dan reintegrasi. Sejalan dengan peran LAPAS tersebut, maka tepatlah apabila petugas pemasyarakatan
yang
melaksanakan tugas
pembinaan
dan pengamanan
Narapidana dalam UU ini ditetapkan sebagai pejabat fungsional penegak hukum. Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan terhadap narapidana berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dalam tata peradilan pidana. Lembaga pemasyarakatan yang berkembang sekarang ini menganut sistem pemasyarakatan yaitu suatu tatanan arah dan batas serta cara pembinaan terhadap narapidana berdasarkan pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara Pembina, yang dibina dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas narapidana agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dan dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
2.2.2 Lembaga Pemasyarakatan Anak Menurut Pasal 60 ayat (1) UU No. 3 Tahun 1997 Lapas Anak adalah tempat pembinaan dan pendidikan bagi anak pidana, anak Negara dan anak sipil. Penempatan ini dilakukan terpisah dari narapidana dewasa. Bagi anak yang ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan Anak (LPA) berhak untuk memperoleh pendidikan dan latihan, baik formal maupun informal sesuai bakat, dan kemampuannya serta memperoleh hak-hak lainnya. Selanjutnya LPA, adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana
Anak
dan
Anak
Didik
Pemasyarakatan.
Selain
Lembaga
Pemasyarakatan Anak dikenal juga Balai Pemasyarakatan (BAPAS) yaitu pranata untuk melaksanakan bimbingan klien pemasyarakatan. Pada prinsipnya, tidak ada penjara bagi anak bahkan Konvensi Hak Anak tidak membenarkan adanya penjara anak. Apabila harus direhabilitasi, perlakuan yang diterima seorang anak harus berbeda dengan tindakan yang dikenakan terhadap
orang
dewasa
yang
melanggar
hukum
di
dalam
lembaga
pemasyarakatan. Ketika dijatuhi vonis dan ditetapkan telah melanggar hukum, maka pemulihan atas kenakalan seorang anak harus dilakukan dalam lingkungan yang layak. Sehingga anak menjalaninya bukan lagi seperti orang yang dihukum (dipenjarakan). Lembaga Pemasyarakatan Anak harus dibuat menjadi tempat yang memiliki nilai, sehingga ketika kembali ke masyarakat akan bisa mematuhi nilainilai dan norma hukum serta tidak melakukan pelanggaran kembali. Secara umum dapatlah dikatakan bahwa pembinaan dan bimbingan pemasyarakatan haruslah ditingkatkan melalui pembinaan mental, meliputi Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
pemulihan harga diri sebagai pribadi maupun sebagai warga Negara yang masih memiliki potensi produktif bagi pembangunan bangsa. Oleh karena itu, maka mereka dididik untuk menguasai keterampilan tertentu guna dapat hidup mandiri dan berguna bagi pembangunan bangsa dengan berbekal mental dan keterampilan yang dimiliki, mereka diharapkan dapat berhasil mengintegrasikan dirinya di dalam masyarakat. Disadari bahwa untuk melaksanakan bimbingan melalui berbagai bentuk dan usaha, tentunya menuntut kemmapuan dan tanggung jawab yang lebih besar daripada pelaksanaannya termasuk dukungan berupa sarana dan fasilitas yang memadai. 2.2.3 Petugas Pemasyarakatan Kewajiban untuk mengeluarkan narapidana dari lembaga untuk kembali ke masyarakat tidak kalah pentingnya daripada tugas untuk memasukkan narapidana ke dalam lembaga. Berhasilnya tugas untuk mengeluarkan dan mengembalikan narapidana manjadi anggota masyarakat yang baik dan taat terhadap hukum, digantungkan kepada petugas-petugas Negara yang diserahi tugas menjalankan sistem pemasyarakatan. Adapun petugas pemasyarakatan yang memiliki mental yang baik dan selalu ditunjukkan dalam 5 aspek, yaitu : 1. Berpikir realistas. 2. Mempunyai kesadaran diri. 3. Mampu membina hubungan sosial dengan orang lain. 4. Mempunyai visi dan misi yang jelas. 5. Mampu mengendalikan emosi Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Berdasarkan surat edaran Dirjen Pemasyarakatan berikut ini adalah sepuluh kewajiban petugas pemasyarakatan : 1. Menjunjung tinggi hak-hak narapidana. 2. Berlaku adil terhadap narapidana, 3. Menjaga rahasia pribadi narapidana. 4. Memperhatikan keluhan narapidana. 5. Menjaga rasa keadilan masyarakat. 6. Menjaga kehormatan diri dan menjadi teladan dalam sikap dan prilaku. 7. Waspada dan peka terhadap kemungkinan adanya ancaman dan gangguan keamanan. 8. Bersikap sopan tetapi tegas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. 9. Menjaga keseimbangan anatar kepentingan pembinaan dan keamanan. 10. Bersikap welas asih dan tidak sekali-kali menyakiti narapidana. Petugas Lembaga Pemasyarakatan harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang seluk-beluk sistem pemasyarakatan dan terus-menerus meningkatkan kemampuan, dalam menghadapi perangai narapidana. Petugaspetugas yang dimaksudkan dalam uraian dimuka melakukan peranan sesuai dengan kewenangannya yang ditunjuk oleh peraturan, dan berusaha menciptakan bentuk kerjasama yang baik untuk membantu menyelenggarakan “proses pemasyarakatan” sedemikian rupa dalam pelaksanaan sistem pemasyarakatan.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
2.3 PEMBINAAN 2.3.1 Pengertian Pembinaan Pembinaan pada dasarnya merupakan suatu aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara sadar, berencana, terarah dan teratur secara bertanggung jawab dalam rangka menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan kemammpuan serta sumber-sumber yang tersedia untuk mencapai tujuan. Pembinaan terkait dengan pengembangan manusia sebagai bagian dari pendidikan, baik ditinjau dari segi teoritis maupun praktis. Dari segi teoritis, yaitu pengembangan pengetahuan dan ketrampilan. Sedangkan dari segi praktisnya lebih ditekankan pada pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan. Dengan demikian pembinaan merupakan suatu cara untuk dapat meningkatkan, mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan serta sikap seseorang atau kelompok sehubungan dengan kegiatan, pekerjaan maupun proses produksi. Pembinaan juga merupakan proses kegiatan belajar yang dilaksanakan secara teratur dan terarah untuk mencapai tujuan tertentu sebagaimana yang dikemukakan A. Mangunhardjana dalam buku Pembinaan Arti dan Metodenya: “Pembinaan adalah proses belajar melepas hal-hal yang sudah dimiliki dan mempelajari hal-hal baru yang belum dimiliki dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan
dan
kecakapan
yang
sudah
ada
serta
mendapatkan
pengetahuan baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja yang dijalaninya secara lebih” (Mangunhardjana, 1996:12). Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Pendapat lain mengenai pembinaan dikemukakan oleh Y. Suparlan dalam Kamus Istilah Pekerjaan Sosial yaitu : “Pembinaan adalah segala usaha dan kegiatan mengenai perencanaan, program pembiayaan, penyusunan, koordinasi pelaksanaan dan pengawasan sesuatu pekerjaan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan dengan hasil semaksimal mungkin” (Suparlan, 1990:109). Berdasarkan beberapa pengertian tentang pembinaan yang telah dikemukakan, disimpulkan bahwa pembinaan adalah suatu proses belajar dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang bertujuan untuk lebih meningkatkan kemampuan seseorang atau kelompok dalam menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan secara teratur dan terencana sehingga penyelesaian tugas atau pekerjaan tersebut dapat dilakukan secara efisien dan efektif.
2.3.2 Tujuan, Fungsi dan Manfaat Pembinaan Proses yang terjadi dalam pembinaan berupa penyerapan unsur-unsur baru yang diperoleh melalui penambahan pengetahuan, keterampilan dan menerapkannya
dalam
melaksanakan
suatu
kegiatan.
Pembinaan
yang
dilaksanakan ditujukan pada peningkatan kualitas seseorang dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap. Tujuan pembinaan pada dasarnya untuk menghasilkan masyarakat yang kreatif dalam arti bertambah dalam pengetahuan, keterampilan, sikap dan
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
motivasinya dan mengaplikasikannya kedalam kegiatan-kegiatan yang bermanfaat (Suparlan, 1990:116) Tujuan pembinaan adalah untuk menciptakan pribadi atau kelompok maupun masyarakat yang terampil dan bersikap mental positif. Hal tersebut memungkinkan terlaksananya rencana kegiatan yang telah diprogramkan, sehingga terwujud masyarakat yang aktif dan dinamis. Adapun
fungsi
pembinaan
seperti
dikemukakan
oleh
A.Mangunhardjana yaitu: a) Penyampaian informasi dan pengetahuan. b) Perubahan dan pengembangan sikap. c) Latihan dan pengembangan sikap. Bagi yang mengikuti proses pembinaan, diharapkan mampu memperoleh manfaat
dari
pembinaan
yang
diadakan
seperti
yang
diungkapakan
A.Mangunhardjana sebagai berikut : a) Melihat diri dan melaksanakan hidup dan kerjanya. b) Menganalisa situasi hidup dan kerjanya dari segala aspek segi positif dan negatifnya. c) Mengemukakan masalah hidup dan masalah dalam kerjanya. d) Menemukan hal atau bidang hidup dan kerja yang sebaiknya diubah dan diperbaiki. e) Merencanakan sasaran program hidup dan kerjanya.(Manguhardjana,1996:14)
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
2.4 Anak 2.4.1 Pengertian anak Telah banyak para ahli yang membahas dan memberikan pengertian mengenai masa anak-anak, antara lain ditinjau dari segi umur ataupun ciri-ciri lainnya. Menurut UU Kerja No.1 Tahun 1951 telah ditetapkan bahwa anak-anak yaitu yang berusia 14 tahun kebawah. Sedangkan menurut UU RI No.4 Tahun 1979 tentang ketentuan pokok kesejahteraan anak. Anak adalah seorang yang mencapai usia 21 tahun kebawah dan belum kawin. Kategori usia seorang anak di Indonesia sangatlah bervariasi. Hukum kita masih memberikan defenisi yang berbeda tentang anak, tetapi dalam konvensi PBB tentang anak itu diberikan batasan usia 18 tahun kebawah dengan sama sekali tidak membedakan apakah sudah kawin atau belum kawin. Jadi ini agak berbeda dengan UU No.23 Tahun 1999 tentang HAM yang masih membuat variabel sudah kawin menjadi faktor seorang menjadi sudah dewasa. Sehingga dalam perspektif terhadap UU No.23 Tahun 2002, kita tidak meletakkan batasan itu sebagai seorang dikualifikasi sebagai batas dewasa atau tidak. Dalam konvensi hak anak (KHA) mendefenisikan anak secara umum sebagai manusia yang belum mencapai usia 18 tahun, namun diberikan juga pengakuan terhadap batasan usia yang berbeda yang mungkin diterapkan dalam perundangan nasional. Anak merupakan sumber daya manusia dimasa depan, oleh sebab itu anak harus mendapatkan perlindungan agar nantinya dapat menjadi orang dewasa yang
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
sehat, cerdas, dan terampil. Didalam UU RI No.4 Tahun 1974 tentang kesejahteraan anak, yang berbunyi sebagai berikut : 1. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarga maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar. 2. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa, untuk menjadi warga yang baik dan berguna. 3. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan. 4. Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar. Anak-anak dan kaum muda dipandang sebagai satu aset nasional yang sangat berharga. Oleh karena itu investasi untuk menghasilkan peningkatan modal manusia harus sejak dini dipersiapkan guna sebagai generasi penerus bangsa dan negara. 2.4.2 Hak Dan Kewajiban Anak Dalam UU RI. No.23 tahun 2002 Tentang Perlindugan Anak. Hak Anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orangtua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara. Dalam hak asasi tersebut disebutkan tentang berbagai hal antara lain : Hak Anak yaitu : Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
1. Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. 2. Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan. 3. Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orangtua. 4. Setiap anak berhak untuk mengetahui orangtuanya, dibesarkan, diasuh, oleh orangtuanya sendiri. 5. Dalam hal karena suatu sebab orangtuanya tidak dapat menjamin tumbuh dan berkembangnya anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 6. Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan atau jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spriritual, dan sosial. 7. Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. 8. Khususnya bagi anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
9. Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatuhan. 10. Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pembangunan diri. 11. Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitas, bantuan sosial, dan pemelihara taraf kesejahteraan sosial. 12. Setiap anak selama dalam pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan seperti : a. Diskriminasi b. Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual c. Penelantaran d. Kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan e. Ketidakadilan, dan f. Perlakuan salah yang tidak sesuai diperlakukan kepada anak 13. Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orangtuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir. 14. Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari : a. Penyalahgunaan dalam bidang politik b. Pelibatan dalam sengketa bersenjata c. Pelibatan dalam kerusuhan sosial Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
d. Pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan, dan e. Pelibatan dalam peperangan 15. Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi. 16. Setiap anak berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum. 17. Penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir. 18. Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk : a. Mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa. b. Memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku, dan c. Membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup atau umum. 19. Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan. 20. Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum atau bantuan lainnya.
Kewajiban Anak yaitu : Setiap anak berkewajiban untuk : a. Menghormati orang tua, wali, dan guru b. Mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
c. Mencintai Tanah air, bangsa, dan negar d. Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya
2.5 SISTEM PEMASYARAKATAN 2.5.1 Konsep Sistem Pemasyarakatan Bagi Negara Indonesia yang berdasarkan pancasila, pemikiran-pemikiran baru mengenai fungsi pemidanaan yang tidak lagi sekedar penjeraan tetapi juga merupakan suatu usaha rehabilitasi dan reintegrasi sosial terhadap narapidana telah melahirkan suatu sistem pembinaan yang sejak lebih dari tiga puluh tahun yang lalu dikenal dan dinamakan sistem pemasyarakatan. Sistem pemasyarakatan yang berlaku dewasa ini secara konseptual dan historis sangat berbeda dengan apa yang berlaku dalam sistem kepenjaraan. Sistem kepenjaraan yang sangat menekankan pada unsur balas dendam dan penjeraan dipandang sebagai suatu sistem dan sarana yang tidak sejalan dengan konsep
rehabilitasi
dan
reintegrasi
sosial
,
sedangkan
dalam
sistem
pemasyarakatan asas yang dianut menempatkan narapidana sebagai subjek yang dipandang sebagai pribadi dan warga Negara serta dihadapi bukan dengan latar belakang pembalasan melainkan dengan pembinaan yang tearah. Narapidana tidak berbeda dengan manusia lainnya yang sewaktu-waktu dapat melakukan kesalahan atau kekhilafan yang dapat dikenakan pidana, sehingga tidak harus diberantas. Yang harus diberantas adalah faktor-faktor yang dapat memyebabkan narapidana berbuat hal-hal yang bertentangan dengan hukum, kesusilaan, agama, atau kewajiban-kewajiban sosial lain yang dapat dikenakan pidana. Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Harsono merupakan tokoh yang pertama kali melontarkan perlunya perbaikan perlakuan bagi narapidana yang hidup dibalik tembok penjara, yaitu: Orang yang telah tersesat diayomi dengan memberikan kepadanya bekal hidup sebagai warga Negara, dari pengayoman itu nyata bahwa menjatuhkan pidana bukanlah tindakan balas dendam dari Negara, tobat tidak akan dapat dicapai dengan penyiksaan, melainkan dengan pembinaan, terpidana juga tidak dijatuhi pidana siksaan, melainkan terpidana kehilangan kemerdekaan, Negara telah mengambil kemerdekaan seseorang dan pada waktunya akan mengembalikan orang itu kedalam masyarakat” (Harsono, 1995:1). Sistem pemasyarakatan merupakan suatu rangkaian kesatuan penegakan hukum pidana, oleh Karena itu pelaksanaannya tidak dapat dipisahkan dari pengembangan konsepsi umum mengenai pemidanaan. Pemidanaan adalah upaya untuk
menyadarkan
narapidana
agar
menyesali
perbuatannya,
dan
mengembalikannya menjadi warga masyarakat yang baik, taat kepada hukum, menjunjung tinggi nilai-nilai moral, sosial dan keagamaan, sehingga tercapai kehidupan masyarakat yang aman, tertib, dan damai. Sistem pemasyarakatan di samping bertujuan
untuk mengembalikan
narapidana sebagai warga Negara yang baik juga bertujuan untuk melindungi masyarakat terhadap kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh narapidana, serta merupakan penerapan dan bagian yang tak terpisahkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Maka dengan itu dapat diuraikan bahwa usaha pergantian dari sistem kepenjaraan menjadi sistem kemasyarakatan, didasarkan atas pertimbangan sistem kepenjaraan sudah tidak sesuai lagi dengan kepribadian bangsa Indonesia yang didalam kehidupan sehari-hari selalu berpedoman dan berlandaskan kepada falsafah pancasila. Sistem pemasyarakatan yang dikenal ini adalah suatu pembinaan narapidana yang didasarkan pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia dan memandang narapidana sebagai makhluk tuhan, sebagai individu dan sekaligus sebagai anggota masyarakat.
2.5.2 Pembinaan dalam sistem pemasyarakatan Pembinaan merupakan aspek utama dalam sistem pemasyarakatan sebagai sistem perlakuan bagi narapidana. Pembinaan narapidana merupakan suatu cara perlakuan terhadap narapidana yang dikehendaki oleh sistem lembaga pemasyarakatan dalam usaha mencapai tujuan, yaitu agar sekembalinya narapidana dapat berperilaku sebagai anggota masyarakat yang baik dan berguna bagi dirinya sendiri, masyarakat serta Negara. Upaya pembinaan yang menjadi inti dari kegiatan sistem pemasyarakatan, merupakan sarana perlakuan cara baru terhadap narapidana untuk mendukung pola upaya baru pelaksanaan pidana penjara agar mencapai keberhasilan peranan Negara mengeluarkan narapidana untuk kembali menjadi anggota masyarakat. Pembinaan narapidana mempunyai arti memperlakukan seseorang yang berstatus narapidana untuk dibangun agar bangkit menjadi seseorang yang baik. Atas dasar pengertian yang demikian itu, sasaran yang perlu dibina adalah pribadi Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
dan budi pekerti narapidana yang didorong untuk membangkitkan rasa harga diri pada diri sendiri dan pada orang lain, serta mengembangkan rasa tanggung jawab untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan yang tentram dan sejahtera dalam masyarakat, selanjutnya berpotensi menjadi manusia yang berpribadi luhur dan bermoral tinggi. Sistem pembinaan pemasyarakatan dalam Undang-Undang No. 12 tahun 1995 dilaksanakan berdasarkan asas: 1. Pengayoman Pengayoman adalah perlakuan terhadap narapidana dalam rangka melindungi masyarakat dari kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh narapidana, juga memberikan bekal hidup kepada narapidana agar menjadi warga yang berguna dalam masyarakat. 2. Persamaan perlakuan dan Pelayanan Persamaan perlakuan dan pelayanan adalah pemberian perlakuan dan pelayanan yang sama kepada narapidana tanpa membeda-bedakan orang. 3. Pendidikan 4. Pembimbingan Pendidikan dan pembimbingan adalah bahwa penyelenggaraan pendidikan dan bimbingan dilaksanakan berdasarkan pancasila antara lain penanaman jiwa kekeluargaan, keterampilan, pendidikan, kerohanian, dan kesempatan untuk menunaikan ibadah. 5. Penghormatan harkat dan martabat manusiawi
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Penghormatan dan martabat manusia adalah sebagai orang yang tersesat narapidana harus tetap diperlakukan sebagai manusia. 6. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan narapidana harus berada dalam LAPAS untuk jangka waktu tertentu, sehingga Negara mempunyai kesempatan penuh untuk memperbaikinya. Selama di LAPAS narapidana tetap memperoleh hak-haknya yang lain seperti layaknya manusia, dengan kata lain hak perdatanya tetap dilindungi seperti hak memperoleh perawatan kesehatan, makan, minum, pakaian, tempat tidur, latihan keterampilan, olahraga, atau rekreasi. 7. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang tertentu. Terjaminnya hak untuk berhubungan dengan keluarga dan orang-orang tertentu adalah bahwa apapun narapidana di LAPAS, tetapi harus didekatkan dan dikenalkan dengan masyarakat dan tidak boleh diasingkan dari masyarakat, antara lain berhubungan dengan masyarakat dalam bentuk kunjungan, hiburan ke dalam LAPAS dari anggota masyarakat yang bebas, dan kesempatan berkumpul bersama sahabat dan keluarga seperti program cuti mengunjungi keluarga.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
2.6 KERANGKA PEMIKIRAN Seiring dengan kemajuan zaman dalam kenyataannya dewasa ini pelanggaran hukum yang terjadi dalam masyarakat tidak saja dilakukan oleh orang dewasa, tetapi juga dilakukan oleh anak-anak. Anak yang berkonflik dengan hukum membutuhkan perlindungan khusus dibandingkan anak lainnya. Anak tersebut harus terpaksa menghadapi situasi yang amat rentan terhadap kekerasan baik fisik maupun emosional yang menghancurkan martabat dan masa depan mereka. Anak
yang
bersalah
pembinaannya
ditempatkan
di
Lembaga
Pemasyarakatan (LAPAS) Anak. Lembaga Pemasyarakatan Anak merupakan sarana perlindungan anak dan pembinaan bagi anak Negara, anak Sipil, dan anak Pidana yang berdasarkan keputusan pengadilan ditempatkan di LAPAS Anak untuk dibina. Oleh karena itu LPA Tanjung Gusta merupakan instansi Pemerintah dan sebagai pelaksana teknisi yang menampung, merawat dan membina anak Negara yang berkonflik dengan hukum. Pembentukan karakter dan perilaku anak di LPA dititikberatkan pada program pembinaan yang terdapat di LPA yang terbagi atas 2 ruang lingkup pembinaan yaitu Pertama, Program Pembinaan Kepribadian yang terdiri dari Pendidikan keagamaan, Pendidikan Umum, dan Kepramukaan. Kedua, Program Pembinaan Kemandirian yang terdiri dari Diklat Kerja/Keterampilan dan Upaya Pemasyarakatan. Pembinaan tersebut bertujuan untuk memperbaiki atau memulihkan keadaan dan tingkah laku narapidana anak, sehingga anak dapat kembali menjalani kehidupan sewajarnya ditengah-tengah masyarakat jika telah Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
menyelesaikan masa hukumannya. Serta anak dapat memiliki keterampilan agar mereka dapat hidup lebih mandiri dan bersikap berkarya.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
BAGAN ALIR PEMIKIRAN
Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta
Narapidana Anak
Program Pembinaan : 01. Pembinaan Kepribadian a. Pendidikan Keagamaan. b. Pendidikan Umum. c. Kepramukaan. 02. Pembinaan Kemandirian a. Diklat kerja / Keterampilan. b. Upaya Pemasyarakatan.
Hasil /Efektivitaas a. Efektif b. Tidak Efektif
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
2.7 DEFINISI KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 2.7.1 Definisi Konsep Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian. Definisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian. Untuk mengertahui pengertian mengenai konsep-konsep yang digunakan maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut: a. Efektivitas adalah kemampuan untuk melaksanakan aktivitas atau kegiatan secara fisik dan non fisik untuk mencapai tujuan serta meraih hasil yang maksimal. b. Pembinaan adalah suatu proses belajar dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang bertujuan untuk lebih
meningkatkan
kemampuan
seseorang
atau
kelompok
dalam
menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan secara teratur dan terencana sehingga penyelesaian tugas atau pekerjaan tersebut dapat dilakukan secara efisien dan efektif. c. Narapidana anak adalah anak yang berumur dibawah 21 tahun dan melakukan pelanggaran hukum. d. Lembaga Pemasyarakatan Anak adalah tempat
untuk melaksanakan
pembinaan bagi narapidana anak.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
2.7.2 Definisi Operasional Definisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1989:33). Bertujuan untuk memudahkan penelitian dalam melaksanakan penelitian di lapangan. Maka perlu operasionalisasi dari konsep-konsep yang digunakan untuk bertujuan menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dengan kata-kata yang dapat diuji dan diketahui kebenarannya oleh orang lain. Untuk mengetahui variabel dalam penelitian ini, yaitu dengan melihat berbagai indikator yang akan diteliti sebagai berikut : 1. Pembinaan yang diberikan a. Pembinaan Kepribadian yang meliputi : 1. Pendidikan Keagamaan. 2. Pendidikan Umum. 3. Kepramukaan. b. Pembinaan Kemandirian yang meliputi : 1. Diklat kerja/Keterampilan. 2. Upaya Pemasyarakatan. 2. Hasil ( efektivitas ) : a. Efektif b. Tidak Efektif
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1998:53). Di dalam penelitian ini,peneliti menggambarkan secara menyeluruh mengenai Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta,Medan.
3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A yang berkedudukan di jalan Pemasyarakatan Tanjung Gusta,Medan. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah karena Lembaga Pemasyarakatan ini merupakan satu-satunya Lembaga Pemasyarakatan Anak yang ada di Sumatera Utara.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam sustu penelitian (Nawawi, 1998:141). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan narapidana yang menjalani pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta. Jumlah populasi ini dapat berubah setiap saat karena bebas dan masuknya narapidana baru. Dari data yang diperoleh tercatat bahwa populasi sampai awal bulan Februari 2009, jumlah populasi sebanyak 400 narapidana yang terbagi atas 2 kategori yaitu : 1. Narapidana kategori usia anak yaitu narapidana yang berusia dibawah 12 tahun sebanyak 230 narapidana. 2. Narapidana kategori usia remaja yaitu narapidana yang berusia diantara 12 – 21 tahun sebanyak 170 narapidana.
3.3.2 Sampel Sampel merupakan suatu bagian dalam populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya (Soehartono, 2004:57). Dalam pengambilan sampel, penulis menggunakan teknik pengambilan sampel secara purposive (Purposive Sampling) yaitu pengambilan sampel ditetapkan secara sengaja oleh peneliti dengan pertimbangan usia narapidana yang telah menjadi narapidana di LAPAS, dimana narapidana tersebut yang peneliti anggap dapat mengerti dan memahami manfaat dari pembinaan yang diberikan adalah narapidana kategori remaja yaitu 12 - 21 tahun. Dalam suatu penelitian, sering timbul pertanyaan akan besarnya sampel yang harus diambil untuk mendapatkan data yang representative. Apabila jumlah Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
populasi lebih dari 100, maka yang dijadikan sampel sebesar 10%-15% dan 20%25% dari populasi (Arikunto, 1993:112). Peneliti dalam hal ini mengambil sampel sebesar 20% dari jumlah narapidana kategori usia remaja yaitu sebanyak 170 orang, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 34 orang.
3.4 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: 1. Studi Kepustakaan Yaitu teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, jurnal, majalah, surat kabar dan berbagai tulisan atau media informasi yang menyangkut masalah yang diteliti. 2. Studi Lapangan Yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan peneliti langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Penelitian ini ditempuh dengan cara : a. Observasi (pengamatan), yaitu mengumpulkan data tentang gejala tertentu yang dilakukan dengan mengamati, mendengar dan mencatat yang menjadi sasaran penelitian. b. Kuesioner, yaitu mengumpulkan data dan informasi dengan cara menyebarkan suatu daftar pertanyaan tertentu untuk dijawab oleh responden. c. Wawancara, yaitu mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan secara tatap muka atau berhadapan langsung dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang diperoleh dari kuesioner yang diajukan. Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
3.5 Teknik Analisa Data Dalam penelitian ini, teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif yaitu dengan menjabarkan hasil penelitian sebagaimana adanya. Untuk menganalisa data-data yang diperoleh dari hasil penelitian, maka teknik yang dipakai adalah teknik analisa dengan menggunakan tabel tunggal.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PRAKTIKUM
4.1 Letak Geografis Lembaga pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta berlokasi di Jalan Pemasyarakatan
diwilayah kecamatan Medan Helvetia, Kelurahan Tanjung
Gusta, Kotamadya Medan. LPA Tanjung Gusta memiliki lokasi 100 Ha dengan luas bangunan 12.580 m persegi. LPA Tanjung Gusta memiliki letak geografis sebagai berikut : -
Sebelah Utara berbatasan dengan LP Klas I Medan.
-
Sebelah Selatan berbatasan dengan Perumahan Penduduk.
-
Sebelah Timur berbatasan dengan kompleks perumahan LAPAS.
-
Sebelah Barat berbatasan dengan LP Wanita Klas II A Medan.
4.2 Latar Belakang Berdirinya LPA Tanjung Gusta merupakan LP termuda dari 3 LP yang terdapat di lokasi tersebut dan merupakan pindahan dari LP yang terdapat di jalan Listrik Medan yang didirikan oleh Pemerintah Belanda. Pemindahan lokasi ini berdasarkan pertimbangan sempitnya LP yang lama sehingga tidak dapat menampung para pelaku tindak kejahatan yang semakin banyak jumlahnya ( over kapasitas ). Pertimbangan lainnya adalah bahwa lokasi LP yang lama tidak sesuai bila berada ditengah-tengah kota.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Sebagai tindak lanjutnya pada tahun 1975 didirikan LP kelas II di Tanjung Gusta. LPA dibangun agar terdapat klasifikasi narapidana menurut usia (sebelumnya tidak ada klasifikasi menurut umur). Sebagai batasan usia bagi seorang narapidana untuk dimasukkan ke dalam LPA adalah seseorang yang berusia 21 tahun kebawah dan belum menikah (berdasarkan KUHP Pasal 45). Pembangunan LPA dilakukan secara bertahap yaitu Tahap Pertama tahun 1979, Tahap Kedua tahun 1980, Tahap Ketiga tahun 1981. Lima tahun bangunan ini tidak berpenghuni sampai diresmikan pada tanggal 18 Oktober 1986 oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman Sumatera Utara, Radjo Harahap, SH dan para pejabat Pemerintah daerah setempat. Para penghuni LPA awalnya adalah pindahan dari LP Klas I Tanjung Gusta Medan yang berusia dibawah 21 tahun dan belum menikah. Begitu pula dengan para staf dan petugasnya merupakan petugas LP Dewasa ditambah dengan tenaga perbantuan (Dataser) yang berasal dari Kakanwil Departemen Rumah Tahanan Tebing Tinggi, lubuk Pakam serta Pancur Batu yang berjumlah 22 orang. Dasar pertimbangan pemakaian LPA ini adalah: 1. Bindalmin Departemen Kehakiman RI No. M. 08 . UM . 06 . 05 . tahun1984 (24 juli 1984) 2. Organisasi dan tata laksana Departemen Kehakiman RI No. m . 055 . PR . 07 . 10 tahun 1984) 3. SK Kanwil Departemen Kehakiman Sumatera Utara No. W2-13978-PR10 tahun 1986 peresmian dan pemanfaatan LPA.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
6.
4. BAGAN STRUKTUR ORGANISASI 5. LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA ANAK MEDAN SK MENKEH RI NO.M.01.PR-0703 THN 1985 TGL 26 FEBRUARI 1985
7. Ka. LAPAS 8. SISWANTO, Bc.IP.SH NIP. 040039518 Pangkat/ TM : IV/a / 01-04-2005 TMT Jabatan : 28-03-2008 Tanggal Lahir : 23-06-1957 KASUBBAG T.U JALALUDDIN, SE.SH.MM NIP. 040050262 Pangkat/ TM : III/d / 01-04-2004 TMT Jabatan : 30-11-2004 Tanggal Lahir : 03-04-1963 Ka. KPLP TAPIANUS ANTONO BARUS Amd IP.SH.MM NIP. 040039518 Pangkat/ TM : III/C / 01-10-2006 TMT Jabatan : 01-10-2006 Tanggal Lahir :21-07-1973
KASI BIMBINGAN NAPI DAN ANAK DIDIK BANGSA TARIGAN, SH NIP. 040026117 Pangkat/ TM : III/d / 01-10-2003 TMT Jabatan : 01-04-1998 Tanggal Lahir : 30-08-1954
KASUBSI REGISTRASI TRIACY BOBBY PERMANA, Amd.IP.SH NIP. 040073462 Pangkat/ TM : III/a / 01-04-2002 TMT Jabatan : 28-08-2008 Tanggal Lahir : 17-11-1977
KARUS KEPEGAWAIAN DAN KEUANGAN MAHYUDDIN SIREGAR, SH NIP. 040052494 Pangkat/ TM : III/c / 01-04-2007 TMT Jabatan : 12-12-2006 Tanggal Lahir : 08-11-1963
KARUS UMU ROMY SINUHAJI, SE NIP. 040064218 Pangkat/ TM : III/d / 01-04-2004 TMT Jabatan : 11-11-2004 Tanggal Lahir : 15-12-1959
KASI KEGIATAN KERJA JEREMIA LEONTA, SH NIP. 040058623 Pangkat/ TM : III/c / 01-10-2003 TMT Jabatan : 12-09-2005 Tanggal Lahir : 30-07-1969
KASI ADM, KAMTIB MHD. JAHARI SITEPU, SH NIP. 040061841 Pangkat/ TM : III/c / 01-10-2006 TMT Jabatan : 10-11-2005 Tanggal Lahir : 08-10-1964
KASUBSI BIMKER HELMAN LEONARD BATUBARA, A.Ks NIP. 170028775 Pangkat/ TM : III/c / 01-04-2008 TMT Jabatan : 09-04-2008 Tanggal Lahir : 16-02-1974
KASUBSI BIMKER PERAWATAN KASUBSI SARANA KERJA M.P JAYA SARAGIH, Amd.IP.SH B.M SIMAJUNTAK, SH NIP. 040073420 NIP. 040043888 Pangkat/ TM : III/a / 01-10-2004 Pangkat/ TM : III/b / 01-10-2007 TMT JabatanPemasyarakatan : 09-04-2008 TMT Jabatan2009. : 27-02-2006 Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, Tanggal Lahir : 04-09-1978 Tanggal Lahir : 13-03-1954 USU Repository © 2009
PENGAMANAN
KASUBSI KEAMANAN JONTER H. PANJAITAN, SH NIP. 040060320 Pangkat/ TM : III/d / 01-04-2008 TMT Jabatan : 29-08-2008 Tanggal Lahir : 07-12-1967
KASUBSI PELAPORAN TATA TERTIB PINTOR SIRINGO-RINGGO, SH NIP. 040053018 Pangkat/ TM : III/c / 01-04-2005 TMT Jabatan : 08-07-2007 Tanggal Lahir : 26-12-1964
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
4.3 Deskripsi Pekerjaan Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta 1. Kepala Lembaga Pemasyarakatan ( Kalapas ) Kalapas sebagai pimpinan dan penanggung jawab tunggal atas seluruh isi dan keberadaan lapas, karena kalapas sebagai coordinator pelaksanaan pembinaan anak-anak pidana serta memelihara keamanan dan ketertiban di lapas. Bertugas mengkoordinasikan pembinaan, serta memelihara keamanan dan ketertiban serta ketatausahaan lapas sesuai dengan ketentuan, petunjuk atasan, dan peraturan yang berlaku dalam rangka penyampaian tujuan pemasyarakatan bagi warga binaan pemasyarakatan. Kalapas dalam melaksanakan tugasnya dibantu beberapa bidang, yaitu Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Bimbingan Napi, Seksi Kegiatan Kerja, Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib, dan Kesatuan Pengamanan Lapas ( KPLP ). 2. Sub Bagian Tata Usaha Bidang ini mempunyai tugas melaksanakan urusan rumah tangga lapas. Bidang ini terdiri dari : a. Urusan Kepegawaian dan Keuangan, yang tugasnya menangani segala urusan kepegawaian dan menangani masalah keuangan. b. Urusan Umum yang mempunyai tugas surat menyurat, perlengkapan, dan rumah tangga. 3. Seksi Bimbingan Napi Bidang ini mempunyai tugas melaksanakan pembinaan pemasyarakatan anak. Bidang pembinaan ini terdiri dari : Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
a. Sub Bagian Registrasi fungsinya adalah melakukan registrasi dan membuat statistika serta dokumentasi, sidik jari anak pidana. b. Sub
Seksi
Bimbingan
Kemasyarakatan
dan
Perawatan
fungsinya
memberikan bimbingan kemasyarakatan, bimbingan penyuluhan rohani dan sosial, meningkatkan pengetahuan asimilasi dan cuti menjelang bebas, mengurus kesehatan, dan memberikan perawatan kepada warga binaan. 4. Seksi Kegiatan Kerja Bidang ini mempunyai tugas memberikan bimbingan kerja, mempersiapkan sarana kerja, dan mengelola hasil kerja. Bidang ini terdiri dari : a. Sub Seksi Bimbingan Kerja dan Pengelolaan Hasil kerja fungsinya adalah memberikan petunjuk dan bimbingan latihan kerja bagi narapidana serta mengelola hasil kerja. b. Sub Seksi Sarana Kerja berfungsi memepersiapkan fasilitas kerja. 5. Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib Bidang ini mempunyai tugas sebagai berikut yaitu mengatur jadwal tugas, mengatur penggunaan perlengkapan dan pembagian tugas pengamanan, menerima laporan harian dan berita acara dari satuan pengamanan yang bertugas serta menyusun laporan berkala di bidang keamanan dan menegakkan tata tertib. 6. Kesatuan Pengamanan Lapas ( KPLP ) KPLP mempunyai tugas menjaga keamanan dan ketertiban di lapas. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, KPLP mempunyai tugas melakukan penjagaan dan pengamanan atau pengawasan terhadap narapidana, melakukan pemeliharaan keamanan
dan
ketertiban,
melakukan
pengawalan
pada
waktu
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
penerimaan/pengeluaran
napi.
Penggeledahan
dan
pemeriksaan
terhadap
pelanggaran keamanan dan membuat laporan harian.
4.4 Jenis-jenis anak yang dibina di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Dalam lapas anak Tanjung Gusta terdapat beberapa jenis anak binaan. Mereka dibina melalui atau dengan cara memasyarakatkan klien agar nantinya dapat beradaptasi dengan masyarakat luar. Selain itu mereka dibina agar tidak mau lagi melakukan perbuatan yang melanggar hukum. Jenis-jenis anak binaan yang berada di lapas anak. 1. Anak Pidana Anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalankan pidana di lapas anak untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di siding pengadilan. 2. Anak Negara Anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan kepada Negara untuk dididik dan ditempatkan di lapas anak paling tinggi berumur 18 tahun. 3. Anak Sipil Anak yang berdasarkan permintaan orang tua/wali memperoleh penetapan pengadilan untuk dididik di lapas anak sampai batas umur 18 tahun. 4. Tahanan Tersangka yang ditempatkan di lapas anak untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di siding pengadilan.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
4.5 Pembinaan Narapidana Pembentukan karakter dan perilaku anak di LPA dititikberatkan pada program pembinaan yang terdapat di LPA yang terbagi atas 2 ruang lingkup pembinaan yaitu : 1. Program Pembinaan Kepribadian Yang meliputi kesadaran beragama, berbangsa dan bernegara, kemampuan intelektual, kesadaran hukum, mengintegrasikan diri dengan masyarakat. Pembinaan kepribadian di LPA terbagi atas 3 bagian yakni : a. Pendidikan Keagamaan (diisi oleh rohaniawan baik Islam, Kristen, Hindu dan Budha) yang membuka banyak kesempatan kepada anak pidana dalam menata dan mempelajari hal-hal rohani yang sangat bermanfaat bagi dirinya menjadi bekal masa depan. b.
Pendidikan Umum yang meliputi : 1. Kejar Paket B Kelas III bekerjasama dengan PKBM “ Puspa “. 2. Memberikan kesempatan Anak didik untuk mengikuti UAN dan UAS serta Ujian Paket B di luar dan dalam Lapas. 3. Memberikan kesempatan Anak Didik untuk mengikuti melanjutkan sekolah di luar Lapas ( pagi berangkat – siang kembali ke Lapas )
c. Pembinaan kepramukaan yang bertujuan membentuk watak dan jiwa yang sportif serta bertanggung jawab dalam diri anak pidana sehingga nantinya setelah mereka keluar dari LPA dapat diterima kembali di masyarakat.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
2. Program Pembinaan Kemandirian Kegiatannya terdiri atas : a. Diklat kerja/keterampilan. Pendidikan keterampilan diberikan supaya apabila narapidana telah bebas mempunyai keterampilan yang bisa dikembangkan di masyarakat. Diklat kerja tersebut meliputi : 1. Bimbingan Konseling 2. Pelatihan Melukis 3. Pelatihan Memangkas rambut 4. Pertukangan Kayu 5. Mengelas 6. Menjahit
b. Upaya Pemasyarakatan Upaya pemasyarakatan maksudnya adalah pembinaan narapidana guna dipersiapkan terjun kembali ketengah-tengah masyarakat. Biasanya upaya pemasyarakatan ini diberikan kepada narapidana yang telah menjalani lebih dari setengah masa hukuman. Di sini narapidana diajar untuk bertanggung jawab dan mulai diberikan kepercayaan untuk melaksanakan tugas di dapur, di kantor dan tugas lainnya.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
4.6 Wujud Pembinaan Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Proses pemasyarakatan ditinjau dari segi pembinaannya dibagi atas pembinaan dalam lapas dan pembinaan di luar lapas. Wujud pembinaan di dalam lapas sudah dimulai sejak tahap awal samapai tahap akhir dan sudah menjadi tugas/kewajiban bagi petugas lapas yaitu dengan terjaminnya pemenuhan hak-hak narapidana dengan jadwal kegiatan pembinaan.
4.7 Fasilitas dan Bangunan 1. Tempat ibadah yaitu : Masjid yang berdaya tampung 200 Orang. a. Gereja yang berdaya tampung 50 Orang. b. Cetiya / Vihara kecil yang berdaya tampung 20 Orang. 2. Ruangan untuk kantor ( Kalapas, Kepegawaian, Kepala Urusan Umum, Keuangan, KPLP, Kantor Dapur, Kasi Napi Anak Didik, Kasi Kegiatan Kerja, Registrasi, Bimpas). 3. Gardu jaga, Ruang Portir, Ruang Kepala Jaga, Ruang Kamtib, Ruang Piket, Pos Jaga. 4. Ruang
(
Bimbingan Kerja,
Pendidikan
Kejar
Paket, Perpustakaan,
Keterampilan, Aula, Sanggar melukis, Base Center, Isolasi, Kamar mandi, Ruang Cuci, Dapur Umum, Poliklinik, Ruang Dokter, Ruang Makan, Ruang TPP, Ruang Bimker, Ruang Jahit, Aula Bimbingan Kerja ). 5. Menara Air, Sumur Pompa, Bak Air PDAM. 6. Lapangan olahraga ( Bola Kaki, Voli, Tenis Meja, dll ). Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Kamar untuk narapidana terdiri dari 4 blok yaitu : 1. Blok A terdiri dari 8 kamar. 2. Blok B terdiri dari 15 kamar 3. Blok C terdiri dari 17 kamar. 4. Blok D terdiri dari 12 kamar.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 4.1 Daftar Menu Makanan Narapidana Di Lapas Anak Tanjung Gusta
HARI
SENIN
SELASA
RABU KAMIS
JUMAT
PAGI
SIANG
Nasi Tempe Buncis Nasi Ubi Rebus Ikan Asin
Nasi Semur Daging Sayur Sup Nasi Perkedel Ikan Asin
Nasi Tempe Sayur Asem Nasi Tempe Pecel
Nasi Tempe Bacem Ubi Rebus Oseng-Oseng Ikan Asin Urap Sayuran Nasi Oseng-Oseng Bubur Kacang
Nasi Telur Balado Kolak ubi Sayur Kare Daging Goreng Sayur Asem Nasi Telur Gulai Sayur Lodeh
Nasi Tempe Pecel Sayur Sup Tempe Sayur Nangka Nasi Tempe Goreng Sayur Kare
Nasi Nasi Ubi Rebus Pecel Urap Tempe Tempe Nasi Nasi MINGGU Tempe Tempe Kolak Ubi Sayur Kare Sumber Data Primer : Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas SABTU
SORE
Nasi Sayuran Ikan Asin Nasi Ikan Asin Sayur Asem IIA Tanjung Gusta
Medan, 2009
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta HARI
WAKTU
JENIS KEGIATAN
PELAKSANA
Senin
06.30-07.00
Apel pergantian regu penjagaan
KPLP
07.00-07.30
Kebersihan kamar / Lingkungan
KPLP
07.30-08.00
Senam SKJ
Bimpas
08.00-08.30
Sarapan Pagi
KPLP
08.30-09.00
Pendidikan Kejar Paket B
PKBM ‘ Puspa “
09.00-10.00 Penyuluhan Agama Kristen
YPPI Minggu I
10.00-11.00
Penyuluhan Agama Islam
PIAI
11.00-12.00
Pemeriksa Kesehatan
Bimpas
12.00-12.30
Makan Siang
KPLP
12.30-13.30
Apel pergantian regu penjagaan
KPLP
13.30-15.00
Pendidikan Keterampilan
Bimpas
15.00-16.00
Makan Sore
KPLP
16.00-16.30
Istirahat
Regu Penjagaan
16.30-18.30
Istirahat di kamar
KPLP
18.30-19.00
Apel pergantian regu penjagaan
KPLP
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
HARI
WAKTU
JENIS KEGIATAN
PELAKSANA
Selasa
06.30-07.00
Apel pergantian regu penjagaan
KPLP
07.00-07.30
Kebersihan kamar / Lingkungan
KPLP
07.30-08.00
Senam SKJ
Bimpas
08.00-08.30
Sarapan Pagi
KPLP
08.30-09.00
Istirahat
Regu Penjagaan
09.00-10.00
Penyuluhan Agama Kristen
Solidoe Gloria I
10.00-11.00
Penyuluhan Agama Islam
Dept. Agama
11.00-12.00
Perpustakaan / rekreasi
Bimpas
12.00-12.30
Makan Siang
KPLP
12.30-13.30
Apel pergantian regu penjagaan
KPLP
13.30-14.30
Pendidikan Kejar Paket B
PKBM “ Puspa “
14.30-16.00
Makan Sore
KPLP
16.00-16.30
Pendidikan Keterampilan
Bimpas
16.30-18.00
Istirahat
KPLP
18.00-18.30
Istirahat di kamar
KPLP
18.30-19.00
Apel pergantian regu penjagaan
KPLP
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
HARI
WAKTU
JENIS KEGIATAN
PELAKSANA
Rabu
06.30-07.00
Apel pergantian regu penjagaan
KPLP
07.00-07.30
Kebersihan kamar / Lingkungan
KPLP
07.30-08.00
Senam SKJ
Bimpas
08.00-08.30
Sarapan Pagi
KPLP
08.30-09.00
Istirahat
Regu Penjagaan
09.00-10.00
Penyuluhan Agama Kristen
Solidoe Gloria I
10.00-11.00
Penyuluhan Agama Islam
Dept. Agama
11.00-12.00
Perpustakaan / rekreasi
Bimpas
12.00-12.30
Makan Siang
KPLP
12.30-13.30
Apel pergantian regu penjagaan
KPLP
13.30-14.30
Pendidikan Kejar Paket B
PKBM “ Puspa “
14.30-16.00
Makan Sore
KPLP
16.00-16.30
Istirahat
Regu Penjagaan
16.30-18.30
Istirahat di kamar
KPLP
18.30-19.00
Apel pergantian regu penjagaan
KPLP
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
HARI
WAKTU
JENIS KEGIATAN
PELAKSANA
Kamis
06.30-07.00
Apel pergantian regu penjagaan
KPLP
07.00-07.30
Kebersihan kamar / Lingkungan
KPLP
07.30-08.00
Senam SKJ
Bimpas
08.00-08.30
Sarapan Pagi
KPLP
08.30-09.00
Istirahat
Regu Penjagaan
09.00-10.00
Penyuluhan Agama Kristen
Betshaida
10.00-11.00
Penyuluhan Agama Islam
PIAI
11.00-12.00
Perpustakaan / rekreasi
Bimpas
12.00-12.30
Makan Siang
KPLP
12.30-13.30
Apel pergantian regu penjagaan
KPLP
13.30-14.30
Pendidikan Kejar Paket B
PKBM “Puspa”
14.30-16.00
Makan Sore
KPLP
16.00-16.30
Istirahat di kamar
KPLP
16.30-18.30
Pendidikan keterampilan
Bimpas
18.30-19.00
Apel pergantian regu penjagaan
KPLP
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
HARI
WAKTU
JENIS KEGIATAN
PELAKSANA
Jumat
06.30-07.00
Apel pergantian regu penjagaan
KPLP
07.00-07.30
Kebersihan kamar / Lingkungan
KPLP
07.30-08.00
Senam SKJ
Bimpas
08.00-08.30
Sarapan Pagi
KPLP
08.30-09.00
Istirahat
Regu Penjagaan
09.00-10.00
Penyuluhan Agama Kristen
Solidoe Gloria I
10.00-11.00
Penyuluhan Agama Islam
Dept. Agama
11.00-12.00
Perpustakaan / rekreasi
Bimpas
12.00-12.30
Makan Siang
KPLP
12.30-13.30
Apel pergantian regu penjagaan
KPLP
13.30-14.30
Pendidikan Kejar Paket B
PKBM “Puspa “
14.30-16.00
Makan Sore
KPLP
16.00-16.30
Istirahat
Regu Penjagaan
16.30-18.30
Pendidikan Keterampilan
Bimpas
18.30-19.30
Istirahat di kamar
KPLP
19.30-20.00
Apel pergantian regu penjagaan
KPLP
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
HARI
WAKTU
JENIS KEGIATAN
PELAKSANA
Sabtu
06.30-07.00
Apel pergantian regu penjagaan
KPLP
07.00-07.30
Kebersihan kamar / Lingkungan
KPLP
07.30-08.00
Senam SKJ
Bimpas
08.00-08.30
Sarapan Pagi
KPLP
08.30-09.00
Istirahat
Regu Penjagaan
09.00-10.00
Penyuluhan Agama Kristen
Solidoe Gloria I
10.00-11.00
Penyuluhan Agama Islam
Dept. Agama
11.00-12.00
Perpustakaan / rekreasi
Bimpas
12.00-12.30
Makan Siang
KPLP
12.30-13.30
Apel pergantian regu penjagaan
KPLP
13.30-14.30
Pendidikan Kejar Paket B
PKBM “ Puspa “
14.30-16.00
Makan Sore
KPLP
16.00-16.30
Istirahat
Regu Penjagaan
16.30-18.30
Pendidikan Keterampilan
Bimpas
18.30-19.30
Istirahat di kamar
KPLP
19.30-20.00
Apel pergantian regu penjagaan
KPLP
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
HARI
WAKTU
JENIS KEGIATAN
PELAKSANA
Minggu
06.30-07.00
Apel pergantian regu penjagaan
KPLP
07.00-07.30
Kebersihan kamar / Lingkungan
KPLP
07.30-08.00
Senam SKJ
Bimpas
08.00-08.30
Sarapan Pagi
KPLP
08.30-09.00
Istirahat
Regu Penjagaan
09.00-10.00
Penyuluhan Agama Kristen
Solidoe Gloria I
10.00-11.00
Penyuluhan Agama Islam
Dept. Agama
11.00-12.00
Perpustakaan / rekreasi
Bimpas
12.00-12.30
Makan Siang
KPLP
12.30-13.30
Apel pergantian regu penjagaan
KPLP
13.30-14.30
Pendidikan Kejar Paket B
PKBM “ Puspa “
14.30-16.00
Makan Sore
KPLP
16.00-16.30
Istirahat
Regu Penjagaan
16.30-18.30
Pendidikan Keterampilan
KPLP
18.30-19.30
Istirahat di kamar
KPLP
19.30-20.00
Apel pergantian regu penjagaan
KPLP
Sumber Data Primer : Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIA Tanjung Gusta Medan, 2009
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
BAB V ANALISA DATA
5.1 Hasil Penelitian Pada bab ini akan dijelaskan hasil analisis data penelitian yang diperoleh dari penyebaran angket, wawancara dan juga berdasarkan studi kepustakaan dan observasi yang dilakukan terhadap narapidana di Lapas Anak Tanjung Gusta Medan. Observasi dilakukan untuk mengamati lokasi penelitian, serta kondisi objektif narapidana di Lapas sedangkan studi kepustakaan dilakukan untuk mengumpulkan data-data mengenai metode-metode yang dilakukan lembaga saat memberikan program pembinaan terhadap narapidana di Lapas Anak. Hasil analisa data juga diperoleh melalui wawancara dan observasi terhadap pihak lembaga antara lain adalah mengenai sejarah dan struktur organisasi, prasarana dan sarana serta penerapan proses pembinaan. Masalah yang disajikan dalam penelitian ini adalah Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta Medan. Seperti yang dijelaskan pada bab metodologi penelitian bahwa yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah Narapidana yang mendapatkan pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta Medan, yaitu dengan menyebarkan kuesioner kepada 34 responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah purposive sampling yaitu penelitian dilakukan Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
terhadap narapidana yang masuk kategori remaja yaitu narapidana yang berumur 12 tahun sampai 21 tahun. Identitas Responden Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
12 – 15 Tahun
2
6
2
16 – 18 Tahun
8
23
3
19 – 21 Tahun
24
71
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang berusia antara 12-15 tahun ada sebanyak 2 orang (6%), usia antara 16-18 tahun ada sebanyak 8 orang (23%) dan usia antara 19-21 tahun sebanyak 24 orang (71%), maka dapat dianalisis bahwa sebagian besar responden berusia antara 19-21 tahun dimana pada usia ini anak berada pada masa transisi yaitu perkembangan dan pertumbuhan seorang anak sedang mengalami masa labil, baik dalam pengetahuan dan ketahanan mentalnya dengan tingkah laku anti-sosial yang potensial disertai dengan banyaknya pergolakan hati. Oleh karena itu, pada masa seperti ini anakanak membutuhkan kontrol sosial yang cukup tinggi.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Perempuan
-
-
2
Laki-Laki
34
100
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jenis kelamin responden seluruhnya adalah laki-laki. Hal ini disebabkan karena Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta hanya menampung narapidana yang berjenis kelamin lakilaki. Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Islam
30
88
2
Kristen
4
12
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Agama merupakan salah satu faktor pengendali terhadap tingkah laku anak, dimana anak sedang dalam keadaan membutuhkan pedoman atau petunjuk dalam rangka mencari jati dirinya. Pedoman dan petunjuk ini dibutuhkan juga untuk mencari identitas dirinya, menuju kepribadian matang dan menghindarkan diri dari konflik-konflik peran yang terjadi pada masa transisi. Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa responden yang beragama Kristen sebanyak 4 orang (12%) sedangkan responden yang beragama islam sebanyak 30 orang (88%). Maka dapat dianalisis bahwa sebagian besar responden menganut agama islam. Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Suku Bangsa No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Batak Toba
5
15
2
Batak Simalungun
1
3
3
Mandailing
7
20
4
Melayu
3
9
5
Jawa
18
53
Jumlah
34
100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden merupakan suku jawa yaitu sebanyak 18 orang (53%), suku Mandailing sebanyak 7 orang (20%), suku Batak Toba sebanyak 5 orang (15%), suku Melayu sebanyak Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
3 orang (9%), dan suku Batak Simalungun sebanyak 1 orang (3%). Penghuni Lapas Anak terdiri dari berbagai suku, walaupun demikian tidak pernah terjadi perselisihan antar suku. Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Asal Daerah No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Medan
24
70
2
Sibolga
2
6
3
Padang Sidempuan
3
9
4
Tebing Tinggi
1
3
5
Jawa
4
12
Jumlah
34
100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berasal dari daerah Medan yaitu sebanyak 24 orang (70%), daerah Jawa sebanyak 4 orang (12%), daerah Padang Sidempuan sebanyak 3 orang (9%), daerah Sibolga sebanyak 2 orang (6%), dan daerah Tebing Tinggi sebanyak 1 orang (3%). Maka dapat dianalisis bahwa sebagian besar responden berasal dari daerah Medan.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Tidak Tamat SD
6
18
2
Tidak Tamat SLTP
6
18
3
Tamat SLTP
12
35
4
Tamat SLTA
9
26
5
Mahasiswa
1
3
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009 Pendidikan
merupakan
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi
perkembangan anak baik dalam hal pembentukan moralitas maupun dalam pengembangan diri anak menjadi anak yang mempunyai kemampuan serta kepribadian yang baik agar dapat hidup dengan wajar dalam masyarakat. Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa pendidikan terakhir tidak tamat SD sebanyak 6 orang (18%), pendidikan terakhir tidak tamat SLTP sebanyak 6 orang (18%), pendidikan terakhir tamat SLTP sebanyak 12 orang (35%), pendidikan terakhir tamat SLTA sebanyak 9 orang (26%), dan responden yang berstatus mahasiswa sebanyak 1 orang (3%). Data tersebut menunjukkan Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
bahwa pada umumnya responden memiliki tingkat pendidikan yang masih relatif rendah. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan responden, rendahnya tingkat pendidikan disebabkan oleh keadaan orang tua responden yang tidak mampu. Tabel 5.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Tindak Pidana No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Pencurian
13
38
2
Perampokan
5
15
3
Narkoba
7
20
4
Asusila
5
15
5
Pembunuhan
4
12
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kasus responden sehingga masuk Lapas Anak yaitu kasus pencurian sebanyak 13 orang (38%), kasus perampokan sebanyak 5 orang (15%), kasus narkoba sebanyak 7 orang (20%), kasus asusila sebanyak 5 orang (15%), dan kasus pembunuhan sebanyak 4 orang (12%). Data di atas menunjukkan bahwa kasus tertinggi adalah kasus pencurian. Hal ini dilatarbelakangi karena adanya pengaruh keadaan ekonomi keluarga yang tidak mencukupi sehingga mendorong anak tersebut untuk melakukan tindakan pencurian. Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Masa Hukuman No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
1 Bulan - Kurang 12 Bulan
13
38
2
1 Tahun - Kurang 2 Tahun
9
26
3
2 Tahun - Kurang 3 Tahun
3
9
4
3 Tahun - Kurang 5 Tahun
2
6
5
5- 10 Tahun
7
21
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa lama masa hukuman responden antara 1 sampai kurang dari 12 bulan sebanyak 13 orang (38%), antara 1 sampai kurang dari 2 tahun sebanyak 9 orang (26%), antara 2 sampai kurang dari 3 tahun sebanyak 3 orang (9%), antara 3 sampai kurang dari 5 tahun sebanyak 2 orang (6%), dan antara 5 sampai 10 tahun sebanyak 7 orang (21%). Maka sangat berat bagi seorang anak untuk menjalani hukuman di Lapas dengan masa hukuman
yang
lama,
membuat
anak
kehilangan
kebebasan
untuk
mengembangkan dirinya.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Masa Hukuman Yang Telah Dijalani No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
1 bulan – Kurang 1 Tahun
20
59
2
1 Tahun – Kurang 2 Tahun
9
26
3
2 Tahun – 4 Tahun
5
15
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa masa hukuman yang telah dijalani responden antara 1 bulan sampai kurang dari 1 tahun sebanyak 20 orang (59%), antara 1 tahun sampai kurang dari 2 tahun sebanyak 9 orang (26%), dan antara 2 tahun sampai 4 tahun sebanyak 5 orang (15%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah cukup lama berada di Lapas Anak dan mendapatkan pembinaan.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Pembinaan Yang Diberikan Tabel 5.10 Distribusi Jawaban Responden Tentang Jenis-Jenis Pembinaan No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Tahu
29
85
2
Kurang Tahu
3
9
3
Tidak Tahu
2
6
34
100
Jumlah Sumber : Hasil keuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang mengetahui tentang jenis-jenis pembinaan sebanyak 29 orang (85%), responden yang kurang mengetahui tentang jenis-jenis pembinaan sebanyak 3 orang (9%), dan responden yang tidak mengetahui tentang jenis-jenis pembinaan sebanyak 2 orang (6%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengetahui tentang jenis-jenis pembinaan yang terdapat di Lapas, dikarenakan sudah menjadi kewajiban bagi narapidana semenjak menginjakkan kaki di Lapas untuk mengikuti kegiatan pembinaan. Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan responden, responden yang kurang mengetahui tentang jenis-jenis pembinaan disebabkan oleh karena Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
kurangnya sosialisasi sehingga narapidana menganggap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Lapas bukanlah wujud pembinaan melainkan hanya sebagai pengisi waktu selama berada di Lapas. Responden merasa tidak berkewajiban untuk mengikutinya. Tabel 5.11 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Pembinaan Keagamaan No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Mengikuti
29
85
2
Kadang-Kadang
4
12
3
Tidak Mengikuti
1
3
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Dalam membentuk kepribadian yang takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, narapidana dalam kesehariannya diberikan kegiatan pembinaan keagamaan. Pendidikan keagamaan tersebut bertujuan agar setiap narapidana dapat menyadari kesalahannya serta terbentuk kekuatan iman dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga kesalahan yang membuatnya terjerumus ke dalam kenakalan yang mengakibatkan pemidanaan terhadap dirinya tidak terulang kembali. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang mengikuti kegiatan keagamaan sebanyak 29 orang (85%), responden yang kadang-kadang saja mengikuti kegiatan pembinaan sebanyak 4 orang (12%), dan responden yang tidak Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
mengikuti kegiatan keagamaan sebanyak 1 orang (3%). Maka dapat dianalisis bahwa sebagian besar responden mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan. Para responden merasa mereka membutuhkan pengalaman spiritual yang lebih dalam lagi, agar menjadi pedoman dalam diri mereka untuk menghayati petunjuk ajaran agamanya dengan baik. Kebiasaan melakukan nilai-nilai luhur ajaran agama akan berpengaruh positif bagi pembentukan mental sehingga hati nurani mereka menjadi kuat. Dengan demikian mereka tidak akan mudah terperosok ke dalam perbuatan yang melanggar norma agama, hukum, sosial dan susila sehingga mereka dapat hidup kembali di tengah-tengah masyarakat. Lapas Anak Tanjung Gusta menyediakan sarana rumah ibadah seperti masjid, gereja, dan vihara. Pelaksanaan kegiatan keagamaan dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Pelayanan penyuluhan keagamaan dilaksanakan bekerja sama dengan berbagai pihak. Pelayanan penyuluhan bagi agama Islam bekerja sama dengan yayasan PIAI kota Medan, pelayanan penyuluhan agama Kristen bekerja sama dengan STT Abdi Sabda, KMK USU, GBKP, dan lain-lain, sedangkan pelayanan penyuluhan agama Budha bekerja sama dengan MBI ( Majelis Budhayana Indonesia ). Kegiatan keagamaan yang diselenggarakan di Lapas anak disamping melaksanakan kegiatan ibadah juga melakukan kegiatan perayaan atau peringatan hari-hari besar keagamaan seperti Hari Raya Idul Fitri, Isra’Miraj, Maulid, Natal, Paskah, dan Waisak.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.12 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Pembinaan Umum No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
24
71
1
Mengikuti
2
Kadang-Kadang
-
-
3
Tidak Mengikuti
10
29
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009 Pendidikan
merupakan
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi
perkembangan anak baik dalam hal pembentukan moralitas maupun dalam pengembangan diri anak menjadi anak yang mempunyai kemampuan serta kepribadian yang baik supaya dapat hidup di masyarakat secara wajar. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengikuti kegiatan pendidikan umum yaitu sebanyak 24 orang (71%). Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan responden hal tersebut dikarenakan responden merasa perlu untuk mengikuti kegiatan pendidikan umum untuk melanjutkan pendidikan agar lebih pintar dan sebagai bekal setelah keluar Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
dari Lapas Anak dan agar menghilangkan rasa jenuh selama berada di Lapas Anak. Responden yang tidak mengikuti kegiatan pembinaan umum sebanyak 10 orang (29%) karena sebagian responden telah menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SMU sedangkan tidak ada responden yang menyatakan kadang-kadang mengikuti kegiatan pembinaan umum. Kegiatan pendidikan umum di Lapas Anak Tanjung Gusta meliputi Kejar Paket B untuk anak kelas III, memberikan kesempatan narapidana untuk mengikuti UAN dan UAS serta Ujian Paket B di luar dan dalam Lapas, serta memberikan kesempatan narapidana untuk melanjutkan sekolah di luar Lapas yaitu pagi berangkat ke sekolah dan siang pulang ke Lapas. Untuk pelaksanaan pendidikan dan pengajaran ini Lapas telah bekerjasama dengan PKBM “Puspa” untuk melaksanakan Kejar Paket B. perlunya kegiatan pendidikan mengingat agar narapidana tidak terputus sama sekali pendidikannya, apalagi masih banyak narapidana yang pendidikannya tidak memadai yang sempat terputus. Perwujudan pemenuhan hak untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran bagi narapidana di Lapas Anak yang diukur berdasarkan adanya pendidikan formal dapat dikatakan masih memprihatinkan, sebab standarisasi, kurikulum, pendidikan dan tenaga pendidik, sarana dan prasarana pendidikan, pendanaan pendidikan, pengelolaan pendidikan dan sertifikasi maupun pendirian suatu satuan pendidikan belum sesuai dengan ketentuan dalam Sistem Pendidikan Nasional.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.13 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Pembinaan Kepramukaan No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Mengikuti
7
21
2
Kadang-Kadang
2
6
3
Tidak Mengikuti
25
73
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Pembinaan kepramukaan bertujuan untuk membentuk watak dan jiwa yang sportif serta bertanggung jawab dalam diri anak pidana sehingga nantinya setelah mereka keluar dari Lapas dapat diterima kembali di masyarakat. Berdasarkan tabel di atas responden yang mengikuti kegiatan pembinaan kepramukaan sebanyak 7 orang (21%), kadang-kadang saja mengikuti sebanyak 2 orang (6%), dan responden yang sama sekali tidak mengikuti kegiatan pembinaan kepramukaan sebanyak 25 orang (73%). Dapat dianalisis bahwa sebagian besar responden tidak mengikuti kegiatan pembinaan kepramukaan.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan responden, responden merasa malas untuk mengikuti kegiatan pembinaan kepramukaan. Mereka merasa tidak perlu dan hanya buang-buang waktu saja. Namun responden yang mengikut i kegiatan pembinaan kepramukaan merasa perlu, agar mereka dilatih untuk lebih sportif dan berjiwa besar. Karena dengan gerakan pramuka, mereka akan dilatih untuk bersikap bijaksana, adil, taat pada aturan, suka menolong dan lain-lain. Lapas anak membentuk Gudep 14009 yang bertugas melatih narapidana menjadi anggota pramuka. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Lapas tidak hanya dikenal sebagai tempat pemenjaraan tetapi juga sebagai lembaga pembinaan dan pembaharuan mental. Tabel 5.14 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Pembinaan Keterampilan No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Mengikuti
30
88
2
Tidak Mengikuti
4
12
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang mengikuti kegiatan pembinaan keterampilan sebanyak 30 orang (88%), dan responden yang tidak mengikuti kegiatan pembinaan keterampilan sebanyak 4 orang (12%) dikarenakan ada sebagian responden yang merasa malas mengikuti dan ada juga
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
merasa hanya buang-buang waktu saja. Maka dapat dianalisis bahwa sebagian besar responden mengikuti kegiatan pembinaan keterampilan. Lapas Anak Tanjung Gusta memberikan program pendidikan keterampilan kepada narapidana yaitu meliputi Bimbingan Konseling, Pelatihan Melukis, Pelatihan Memangkas rambut, Pertukangan Kayu, Mengelas, dan Menjahit. Pendidikan keterampilan adalah salah satu program unggulan untuk Lapas Anak dikarenakan keterampilan merupakan pendukung dari pendidikan formal. Namun pelaksanaan kegiatan pembinaan keterampilan masih belum terlaksana dengan baik dikarenakan perlengkapan sarana dan prasarana yaitu berupa peralatan dan bahan-bahan yang mendukung kegiatan pembinaan keterampilan masih belum memadai dan masih minimnya anggaran untuk mendukung kegiatan pembinaan keterampilan tersebut. Tabel 5.15 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Pembinaan Upaya Pemasyarakatan No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Mengikuti
19
56
2
Kadang-Kadang
8
23
3
Tidak Mengikuti
7
21
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang mengikuti kegiatan pembinaan upaya pemasyarakatan sebanyak 19 orang (56%), responden yang kadang-kadang mengikuti sebanyak 8 orang (23%) dikarenakan sibuk dengan kegiatan yang lain sewaktu pelaksanaan pembinaan, responden yang tidak mengikuti sebanyak 7 orang (21%) dikarenakan tidak tertarik sama sekali untuk mengikuti pembinaan tersebut. Upaya pemasyarakatan merupakan kegiatan pembinaan narapidana guna dipersiapkan terjun kembali ketengah-tengah masyarakat. Biasanya upaya pemasyarakatan ini diberikan kepada narapidana yang telah menjalani lebih dari setengah masa hukuman. Di sini narapidana diajar untuk bertanggung jawab dan mulai diberikan kepercayaan untuk melaksanakan tugas di dapur, di kantor dan tugas lainnya Tabel 5.16 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Rekreasi No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Pernah
29
85
2
Jarang
5
15
3
Tidak Pernah
-
-
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang pernah mengikuti kegiatan rekreasi sebanyak 29 orang (85%) sedangkan responden yang Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
jarang mengikuti pembinaan rekreasi sebanyak 5 orang (15%) dan tidak ada responden yang tidak pernah mengikuti pembinaan rekreasi. Rekreasi dilaksanakan dalam bentuk menonton televisi yang diadakan setiap hari pada sore hari. Responden merasa terhibur karena adanya televisi dan sebagai media informasi agar selama berada dalam Lapas responden tidak ketinggalan informasi ataupun berita.
Tabel 5.17 Distribusi Jawaban Responden Tentang Ketertarikan Mengikuti Pembinaan No.
Jawaban Responden
1
Ya
2
Tidak Jumlah
Jumlah
Persen / %
34
100
-
-
34
100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa seluruhnya responden tertarik mengikuti pembinaan yang ada di Lapas. Mereka merasa pembinaan yang ada memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengembangkan dirinya meskipun mereka berada dalam Lapas. Selain itu pembinaan tersebut juga memberikan
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
kesadaran diri, keimanan, keterampilan dan sebagainya sehingga menjadi nilai tambah bagi responden sebagai bekal setelah nantinya keluar dari Lapas.
Tabel 5.18 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesungguhan Mengikuti Pembinaan No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Ya
29
85
2
Tidak
5
15
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel 5.18 dapat dilihat bahwa responden yang bersungguhsungguh mengikuti pembinaan sebanyak 29 orang (85%), karena responden merasa pembinaan tersebut sesuai dengan minat dan bakat mereka selain itu responden menyadari bahwa pola pembinaan yang diberikan diperuntukkan demi perbaikan dirinya sedangkan ada sebanyak 5 orang (15%) responden yang tidak bersungguh-sungguh mengikuti pembinaan dikarenakan responden kadangkadang merasa malas mengikuti pembinaan karena responden merasa jenuh dengan kegiatan pembinaan
Tabel 5.19 Distribusi Jawaban Responden Tentang Cara Pembinaan Yang Diberikan No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
1
Secara Berkelompok
6
18
2
Secara Sendiri-sendiri
1
3
3
Secara Bersama-sama
27
79
Jumlah
34
100
Sumber ; Hasil kuesioner, 2009 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kegiatan pembinaan cenderung dilaksanakan secara bersama-sama menurut hasil jawaban responden sebanyak 27 orang (79%). Hal ini dikarenakan agar sistem pembinaan dapat terlaksana secara sistematis dan dapat dirasakan manfaatnya bagi setiap narapidana.
Sementara
itu
kegiatan pembinaan
yang
dilakukan secara
berkelompok sebanyak 6 orang (18%) sedangkan kegiatan pembinaan yang dilakukan secara sendiri-sendiri sebanyak 1 orang (3%). Tabel 5.20 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesesuaian pembinaan dengan minat, bakat dan kemauan No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Ya
29
85
2
Tidak
5
15
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang merasa pembinaan yang diberikan sesuai dengan bakat, minat dan kemauan mereka sebanyak 29 Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
orang (85%), dan responden yang merasa pembinaan yang diberikan tidak sesuai dengan bakat, minat dan kemauan mereka sebanyak 5 orang (15%). Hal ini disebabkan karena setiap responden mempunyai bakat, minat dan kemauan yang berbeda-beda sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan setiap narapidana, karena keterbatasan biaya, tenaga dan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan.
Tabel 5.21 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesesuaian pembinaan dengan Jadwal Yang Telah Ditetapkan No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Ya
31
91
2
Tidak
3
9
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa ketepatan jadwal kegiatan pembinaan yang diberikan oleh petugas menurut responden sebanyak 31 orang
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
(91%) sedangkan responden yang menjawab pembinaan tidak dilaksanakan sesuai dengan jadwal berjumlah 3 orang (9%). Dari data di atas dapat dilihat bahwa responden melaksanakan kegiatan pembinaan yang sudah ditetapkan sesuai jadwal dengan arahan petugas, karena semua kegiatan yang dilakukan di Lapas telah mempunyai jadwal yang harus dipatuhi baik oleh petugas maupun narapidana.
Tabel 5.22 Distribusi Jawaban Responden Tentang Perlakuan Petugas Selama Mengikuti Pembinaan No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Baik
29
85
2
Kurang Baik
5
15
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Tercapainya pelaksanaan pembinaan narapidana dengan baik adalah berada pada tenaga-tenaga pegawai Lapas yang merupakan pelaksana sistem Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
pemasyarakatan. Oleh karena itu, hendaknya para petugas lebih baik dan cakap lagi untuk mendidik narapidana terutama pendekatan pribadi. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 29 orang (85%) responden menyatakan mendapatkan perlakuan baik dari petugas Lapas sedangkan responden yang menjawab mendapat perlakuan kurang baik dari petugas sebanyak 5 orang (15%). Maka dapat dianalisis bahwa pada umumnya petugas memperlakukan responden dengan baik, sesuai dengan harkat dan martabat manusia.
Tabel 5.23 Distribusi Jawaban Responden Tentang Keterampilan Petugas No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Sudah
24
71
2
Kurang
9
26
3
Belum
1
3
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan petugas sudah mempunyai keterampilan dalam melaksanakan tugasnya sebanyak 24 orang (71%), responden yang menyatakan petugas kurang mempunyai keterampilan dalam melaksanakan tugasnya sebanyak 9 orang (26%) sedangkan responden yang menyatakan bahwa petugas belum mempunyai keterampilan dalam melaksanakan tugasnya sebanyak 1 orang (3%). Di Lapas Anak Tanjung Gusta memiliki jumlah petugas yang tidak seimbang dengan jumlah narapidana yang selalu bertambah. Lapas mempunyai jumlah petugas sebanyak 79 orang dimana jumlah anak didik pemasyarakatan sebanyak lebih dari 800 orang setiap bulannya. Hal ini mengakibatkan petugas tidak dapat memberikan perhatian secara menyeluruh terhadap narapidana. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa petugas sudah mempunyai keterampilan dalam melaksanakan tugasnya.
Namun
sebaiknya
petugas
harus
tetap
terus
meningkatkan
keterampilannya dan lebih cakap lagi agar tujuan dari pembinaan tersebut dapat tercapai. Tabel 5.24 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kualitas Pembinaan Yang Diberikan No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Sudah
28
82
2
Kurang Baik
6
18
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
3
Tidak Baik Jumlah
-
-
34
100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa reponden yang menyatakan kualitas pembinaan yang diberikan sudah cukup baik sebanyak 28 orang (82%) hal ini dikarenakan responden merasa pembinaan tersebut memberikan pengaruh yang positif terhadap diri responden dan responden yang menyatakan kualitas pembinaan kurang baik sebanyak 6 orang (18%) dikarenakan responden merasa bahwa pembinaan yang diberikan tidak sesuai dengan minat, bakat dan kemauan responden sedangkan tidak ada responden yang menyatakan kualitas pembinaan tidak baik. Maka dapat dianalisis bahwa sebagian besar responden merasa kualitas pembinaan di Lapas Anak sudah baik.
Tabel 5.25 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kepatuhan Terhadap Tata Tertib Yang Berlaku No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Ya
33
97
2
Tidak
1
3
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang dapat mematuhi tata tertib yang berlaku di Lapas sebanyak 33 orang (97%) hal ini dikarenakan responden merasa takut untuk melanggar peraturan karena akan dikenakan sanksi sedangkan responden yang menyatakan tidak dapat mematuhi tata tertib di Lapas sebanyak 1 orang (3%) hal ini dikarenakan responden merasa tidak suka diaturatur. Keberhasilan pembinaan dipandang petugas lebih kepada tingkat kepatuhan narapidana terhadap tata tertib atau peraturan yang berlaku di dalam Lapas. Petugas akan memberikan sanksi yang tegas apabila ada narapidana yang tidak mematuhi tata tertib, penegakan disiplin yang dijalankan melalui pemberian sanksi bukan suatu hukuman tetapi merupakan suatu bimbingan untuk mendidik narapidana teratur dan taat serta patuh terhadap peraturan. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa hampir seluruhnya narapidana dapat mematuhi tata tertib yang ada di Lapas. Oleh karena itu diharapkan tujuan pembinaan tersebut dapat terlaksana dengan baik dan teratur. Tabel 5.26 Distribusi Jawaban Responden Yang Melanggar Peraturan Di Lapas No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Pernah
21
62
2
Tidak Pernah
13
38
Jumlah
34
100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009 Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden yang pernah melanggar peraturan di Lapas sebanyak 21 orang (62%) hal ini dikarenakan responden lupa, ketiduran, lalai, jenuh dan kurangnya kesadaran dari responden sendiri sedangkan responden yang tidak pernah melanggar peraturan sebanyak 13 orang (38%) hal ini dikarenakan responden merasa takut akan diberikan hukuman oleh petugas. Tabel 5.27 Distribusi Jawaban Responden Tentang Tindakan Petugas Apabila Responden Melanggar Peraturan No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Diberi Sanksi
27
79
2
Dinasehati
5
15
3
Dikereng
2
6
34
100
Jumlah
Sumber : Hasil kuesioner, 2009 Dalam hal pelanggaran disiplin petugas memberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku bagi narapidana jika melakukan kesalahan atau pelanggaran disiplin. Berdasarkan tabel 5.27 dapat dilihat bahwa tindakan yang diberikan kepada responden yang melanggar disiplin yaitu diberi sanksi sebanyak 27 orang (79%), dinasehati sebanyak 5 orang (15%), sedangkan dikereng sebanyak 2 orang (6%). Pemberian hukuman yang dilakukan oleh petugas merupakan hal yang wajar karena hal tersebut dapat dijadikan proses pembelajaran bagi narapidana Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
untuk selalu taat terhadap peraturan dan tidak mengulangi kesalahannya. Tindakan yang dilakukan petugas tersebut masih tergolong tindakan yang manusiawi yang jauh dari tindakan kekerasan yaitu berupa penganiayaan, penyiksaan ataupun penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.
Tabel 5.28 Distribusi Jawaban Responden Tentang Ketepatan Melaksanakan Kewajiban No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Ya
10
32
2
Kadang-kadang
20
59
3
Tidak
3
9
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel 5.28 dapat dilihat bahwa responden yang dapat melaksanakan kewajibannya dengan tepat sebanyak 11 orang (32%) hal ini dikarenakan responden merasa bertanggung jawab terhadap kewajiban yang dilimpahkan kepadanya, responden yang menyatakan tidak selalu melakukan kewajiban dengan tepat sebanyak 20 orang (59%) hal ini dikarenakan responden ketiduran dan lupa, sedangkan responden yang menyatakan tidak dapat melakukan kewajiban dengan tepat sebanyak 3 orang (9%) hal ini dikarenakan
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
responden malas dalam melaksanakan kewajibannya karena responden merasa jenuh.
Tabel 5.29 Distribusi Jawaban Responden Tentang Keterpaksaan Dalam Mengikuti Pembinaan No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Ya
2
6
2
Tidak
32
94
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang merasa terpaksa dalam mengikuti pembinaan sebanyak 2 orang (6%) hal ini dikarenakan takut dimarahi petugas, sedangkan responden yang merasa bukan keterpaksaan dalam mengikuti pembinaan sebanyak 32 orang (94%) hal ini dikarenakan responden merasa pembinaan tersebut sesuai dengan minat, bakat dan kemauan mereka selain itu responden merasa bahwa mengikuti pembinaan merupakan kewajiban bagi mereka agar mempunyai bekal setelah mereka keluar dari Lapas.
Tabel 5.30 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kecenderungan Responden Merasa Bosan Dengan Kegiatan Pembinaan
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Ya
6
18
2
Kadang-kadang
16
47
3
Tidak
12
35
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang merasa bosan dengan kegiatan pembinaan sebanyak 6 orang (18%) hal ini dikarenakan mereka merasa sudah sangat bosan tinggal di Lapas sehingga menyebabkan responden juga merasa bosan dengan kegiatan pembinaan di Lapas. Responden yang kadang-kadang merasa bosan dengan kegiatan pembinaan ada sebanyak 16 orang (47%) hal ini dikarenakan responden merasa jenuh dengan kegiatan pembinaan yang hampir setiap hari mereka lakukan sedangkan responden yang merasa tidak bosan dengan kegiatan pembinaan sebanyak 12 orang (35%) hal ini dikarenakan responden merasa kegiatan pembinaan yang mereka ikuti sesuai dengan minat, bakat dan kemauan mereka. Tabel 5.31 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kecenderungan Responden Mendapat Kesulitan Dalam Mengikuti Pembinaan No. 1
Jawaban Responden Ya
Jumlah
Persen / %
10
29
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
2
Kadang-kadang
18
53
3
Tidak
6
18
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang mendapatkan kesulitan selama mengikuti pembinaan sebanyak 10 orang (29%) hal ini dikarenakan responden merasa kurang tertarik dengan kegiatan pembinaan yang diberikan, responden yang menyatakan kadang-kadang mendapatkan kesulitan sebanyak 18 orang (53%) hal ini dikarenakan dalam mengikuti pembinaan tidak selalu berjalan dengan lancar terkadang responden mendapatkan masalah baik itu dari Pembina maupun sesama narapidana, sedangkan responden yang tidak pernah mendapatkan kesulitan dalam mengikuti pembinaan sebanyak 6 orang (18%) hal ini dikarenakan responden merasa diperlakukan baik selama diberi pembinaan dan mendapat perhatian dari para Pembina. Selain itu pembinaan tersebut sesuai dengan minat, bakat dan kemauan responden sehingga responden menikmati kegiatan pembinaan tersebut.
Tabel 5.32 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kondisi Sarana Beribadah No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
1
Memadai
29
85
2
Kurang Memadai
4
12
3
Tidak Memadai
1
3
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan bahwa kondisi sarana beribadah di Lapas memadai sebanyak 29 orang (85%), yang menyatakan kurang memadai sebanyak 4 orang (12%) dan yang menyatakan tidak memadai sebanyak 1 orang (3%). Berdasarkan hasil pengamatan peneliti bahwa sarana beribadah sudah memadai, hal ini dapat terlihat dari adanya sarana beribadah seperti gereja, masjid dan vihara yang kondisinya baik dan nyaman sehingga layak dijadikan sebagai tempat beribadah.
Tabel 5.33 Distribusi Jawaban Responden Tentang Keberadaan TV Di Lapas
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Senang Sekali
32
94
2
Biasa Saja
2
6
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Televisi merupakan salah satu media informasi yang mendukung program pembinaan rekreasi di Lapas. Narapidana berhak untuk mengikuti siaran media massa agar tidak ketinggalan informasi. Keberadaan televisi di Lapas merupakan salah satu alternatif yang baik agar narapidana dapat mengetahui perkembangan dunia luar. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir seluruhnya dari responden atau ada sebanyak 32 orang (94%) yang merasa senang sekali dengan keberadaan televisi di Lapas. Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan responden, responden merasa terhibur dengan adanya televisi di Lapas, mereka tidak jenuh dan mendapatkan informasi dengan adanya televisi. Namun ada 2 orang (6%) responden yang merasa biasa saja dengan keberadaan televisi di Lapas. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan responden hal ini dikarenakan responden tidak begitu suka menonton televisi mereka lebih suka mendengarkan musik daripada menonton televisi. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, kondisi televisi di Lapas anak masih kurang memadai karena jumlah narapidana yang begitu banyak hanya
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
tersedia 1 televisi yang berukuran kecil sehingga narapidana kurang begitu puas menonton televisi.
Tabel 5.34 Distribusi Jawaban Responden Tentang Fasilitas Yang Tersedia Di Lapas No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Memadai
11
32
2
Kurang Memadai
21
62
3
Tidak Memadai
2
6
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden yang menyatakan bahwa fasilitas di Lapas memadai sebanyak 11 orang (32%), yang menyatakan kurang memadai sebanyak 21 orang (62%), sedangkan yang menyatakan tidak memadai sebanyak 2 orang (6%). Keberhasilan suatu program kegiatan pembinaan harus didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Untuk mendukung tercapainya tujuan suatu pembinaan maka harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pembinaan. Berdasarkan hasil observasi peneliti fasilitas di Lapas anak sudah cukup memadai namun sebaiknya perlu diadakan pergantian perlengkapan yang sudah selayaknya diganti.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.35 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kondisi Fasilitas Yang Tersedia Di Lapas No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Baik
10
29
2
Tidak
24
71
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan kondisi fasilitas yang tersedia di Lapas dalam kondisi baik sebanyak 10 orang (29%) sedangkan responden yang menyatakan kondisi fasilitas yang tersedia di Lapas dalam kondisi tidak baik sebanyak 24 orang (71%). Maka dapat dianalisis bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa kondisi fasilitas di Lapas tidak baik.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.36 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kepuasan Terhadap Fasilitas Di Lapas No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Puas
20
59
2
Kurang Puas
14
41
3
Tidak Puas
-
-
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan puas terhadap fasilitas yang tersedia di Lapas sebanyak 20 orang (59%) dengan alasan mereka sangat menyadari status yang mereka sandang saat ini yaitu sebagai orang yang sedang dihukum sehingga menurut responden fasilitas yang ada saat ini sudah memuaskan, responden yang menyatakan kurang puas dengan fasilitas yang tersedia 14 orang (41%) sedangkan tidak ada responden yang menjawab tidak puas dengan fasilitas yang tersedia di Lapas.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.37 Distribusi Jawaban Responden Tentang Frekuensi Mendapat Fasilitas Dari Luar Lapas No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Ya
8
24
2
Kadang-Kadang
16
47
3
Tidak
10
29
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa ada 8 orang (24%) responden yang menjawab mendapat fasilitas dari luar yaitu dari pihak keluarga yang mengunjungi responden dan memberikan bantuan berupa sandang, pangan dan fasilitas lainnya atas permintaan responden setiap keluarganya berkunjung. Responden yang menyatakan kadang-kadang mendapatkan fasilitas dari luar Lapas sebanyak 16 orang (47%) karena responden tersebut jarang dikunjungi oleh keluarganya dan apabila keluarga responden berkunjung ke Lapas tidak setiap waktu membawa fasilitas untuk responden sedangkan responden yang menyatakan tidak pernah mendapatkan fasilitas dari luar Lapas sebanyak 10 orang (29%) dikarenakan keluarga responden tidak pernah membawa fasilitas untuk responden apabila berkunjung ke Lapas.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.38 Distribusi Jawaban Responden Tentang Perbaikan Fasilitas Di Lapas No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Perlu
29
85
2
Tidak Perlu
5
15
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan perlu adanya perbaikan terhadap fasilitas di Lapas ada sebanyak 29 orang (85%) dikarenakan masih ada fasilitas yang selayaknya harus diganti khususnya fasilitasfasilitas vital seperti kamar tidur, perlengkapan makan, dan lain sebagainya. Sedangkan responden yang menyatakan bahwa perbaikan fasilitas di Lapas tidak perlu lagi karena responden sudah cukup puas dengan fasilitas yang ada sebanyak 5 orang (15%).
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.39 Distribusi Jawaban Responden Tentang Sikap Pembina Apabila Responden Sakit No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Peduli
27
79
2
Kurang Peduli
7
21
3
Tidak Peduli
-
-
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan bahwa petugas peduli saat responden sakit sebanyak 27 orang (79%) dan memberi obat-obatan, responden yang menyatakan bahwa petugas kurang peduli saat responden sakit sebanyak 7 orang (21%) sedangkan tidak ada responden yang menyatakan bahwa petugas tidak peduli saat responden sakit. Sebenarnya sikap petugas dalam melayani kesehatan narapidana sudah termasuk baik, hanya saja terganjal akan keterbatasan fasilitas kesehatan seperti obat-obatan dan peralatan medis karena minimnya anggaran untuk memenuhi fasilitas kesehatan tersebut.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.40 Distribusi Jawaban Responden Tentang Menu Makanan Di Lapas No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Enak
2
6
2
Kurang Enak
24
70
3
Tidak Enak
8
24
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan menu makanan di Lapas enak sebanyak 2 orang (6%), responden yang menyatakan kurang enak sebanyak 24 orang (70%), sedangkan responden yang menyatakan tidak enak sebanyak 8 orang (24%). Narapidana berhak memperoleh makanan yang layak, yang sesuai dengan jumlah kalori yang memenuhi syarat kesehatan. Setiap harinya ada petugas masak di dapur Lapas yang dikerjakan yaitu narapidana itu sendiri. Makanan yang sudah selesai dimasak langsung dibagikan kepada narapidana di dapur umum. Berdasarkan hasil observasi peneliti, makanan yang disediakan sudah layak walaupun jumlah gizi yang terdapat dalam makanan masih jauh dari kebutuhan konsumsi gizi pada umumnya. Hal ini dikarenakan keterbatasan anggaran untuk memenuhi konsumsi gizi yang layak bagi narapidana. Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.41 Distribusi Jawaban Responden Tentang Situasi Kamar Tidur Di Lapas No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
16
47
1
Padat
2
Kurang Padat
-
-
3
Sangat Padat
18
53
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan situasi kamar tidur padat sebanyak 16 orang (47%), responden yang menyatakan sangat padat sebanyak 18 orang (53%), dan tidak ada responden yang menyatakan situasi kamar tidur kurang padat. Situasi Lapas saat ini over kapasitas akibatnya kondisi kamar sangat padat. Kondisi kamar tidur di Lapas sangatlah memprihatinkan akibatnya beberapa kamar hunian yang isinya bercampur usia anak dengan remaja, begitu juga dengan kamar khusus berdasarkan latar belakang perkara pidana masih bercampurnya bermacam-macam kasus di dalam 1 kamar, dikhawatirkan akan terjadinya transfer ilmu kejahatan dari seorang anak ke anak lainnya. Berdasarkan hal tersebut sangatlah diharapkan tercipta dan terpenuhinya kamar khusus anak dan kamar hunian yang terpisah berdasarkan latar belakang kasus. Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.42 Distribusi Jawaban Responden Tentang Frekuensi Masuk Ke Lapas No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
1 Kali
29
85
2
2 Kali
3
9
3
3 Kali atau Lebih
2
6
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang masuk ke Lapas adalah baru satu kali yaitu sebanyak 29 orang (85%), responden yang dua kali masuk ke Lapas sebanyak 3 orang (9%) sedangkan responden yang menyatakan sudah 3 kali bahkan lebih masuk ke Lapas sebanyak 2 orang (6%). Dapat disimpulkan bahwa responden mengulangi kembali tindakan melanggar norma-norma hukum (resedivis) sehingga responden harus kembali berhadapan dengan hukum. Penyebab timbulnya resedivis dikarenakan situasi dan kondisi seperti masyarakat kurang bisa menerima kehadirannya ditengah-tengah masyarakat dan juga karena adanya penolakan dari pihak keluarga mengakibatkan narapidana
merasa
tersisih
sehingga
cenderung
mengulangi
kembali
perbuatannya. Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Hasil / Efektifitas Tabel 5.43 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemahaman Terhadap Tujuan Pembinaan Yang Diberikan No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Mengerti
25
74
2
Tidak Mengerti
9
26
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang memahami dari tujuan pembinaan yang diberikan sebanyak 25 orang (74%) yaitu sebagai bekal setelah keluar dari Lapas dan kembali ketengah-tengah masyarakat sedangkan responden yang menjawab tidak memahami dari tujuan pembinaan sebanyak 9 orang (26%) karena responden merasa di dalam Lapas ini mereka sedang menjalani hukuman dan bukan dibina. Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memahami dari tujuan pembinaan yang diberikan kepada responden. Responden merasa pembinaan tersebut dijadikan bekal bagi responden apabila keluar dari Lapas.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.44 Distribusi Jawaban Responden Merasakan Manfaat Pembinaan No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Ya
29
85
2
Tidak
5
15
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan bahwa pembinaan yang diberikan bagi responden bermanfaat sebanyak 29 orang (85%). Responden merasakan manfaat setelah mengikuti kegiatan pembinaan yaitu semakin meningkatnya kesadaran diri, keimanan, keterampilan dan sebagainya sehingga menjadi bekal bagi responden apabila responden telah menyelesaikan hukumannya di Lapas sedangkan responden yang menyatakan tidak merasakan manfaat dari pembinaan sebanyak 5 orang (15%) karena sebagian responden merasa pembinaan tersebut tidak sesuai dengan minat, bakat dan kemauan responden, karena pada umumnya mereka mengikuti pembinaan hanya keterpaksaan saja.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.45 Distribusi Jawaban Responden Memiliki Keahlian Komputer Sebelum Masuk Ke Lapas No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Ya
13
38
2
Tidak
21
62
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Pendidikan komputer sangat penting bagi narapidana supaya mereka dapat mengisi waktu dengan hal yang positif di Lapas dan tidak ketinggalan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat terbatas untuk di akses di Lapas. Berdasarkan tabel di atas responden yang memiliki keahlian komputer sebelum masuk Lapas sebanyak 13 orang (38%), sedangkan responden yang tidak memiliki keahlian komputer sebelum masuk Lapas sebanyak 21 orang (62%). Maka dapat dianalisis bahwa sebagian besar responden tidak memiliki keahlian komputer sebelum masuk ke Lapas.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.46 Distribusi Jawaban Responden Memiliki Keahlian Komputer Setelah Mengikuti Pembinaan Di Lapas No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Ya
21
62
2
Tidak
13
38
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang memiliki keahlian komputer setelah mengikuti pembinaan di Lapas sebanyak 21 orang (62%), responden sudah mengetahui dasar-dasar penggunaan komputer serta penggunaan program-program computer sedangkan responden yang tidak memiliki keahlian komputer sebanyak 13 orang (38%) Karena responden kurang minat dalam pendidikan komputer. Maka dapat dianalisis bahwa sebagian besar responden memiliki keahlian komputer setelah mengikuti pembinaan di Lapas.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.47 Distribusi Jawaban Responden Tentang Manfaat Pembinaan Keagamaan Terhadap Keimanan Responden No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Ya
27
79
2
Tidak
7
21
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan merasakan manfaat pembinaan keagamaan terhadap keimanan responden sebanyak 27 orang (79%) dengan alasan setelah mengikuti pembinaan keagamaan responden lebih mengerti tentang ajaran Tuhan, memperdalam iman, dapat lebih mawas diri dan membuat responden bertobat sedangkan responden yang menyatakan tidak merasakan manfaat pembinaan keagamaan terhadap keimanan responden sebanyak 7 orang (21%) karena responden jarang mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan dengan alasan malas, jenuh dan bosan. Maka dapat dianalisis bahwa sebagian besar responden merasakan manfaat pembinaan keagamaan terhadap keimanan responden.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.48 Distribusi Jawaban Responden Tentang Manfaat Pembinaan Pendidikan Umum Terhadap Pengetahuan Responden No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Ya
21
62
2
Tidak
13
38
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang merasakan manfaat pembinaan pendidikan umum terhadap pengetahuan responden sebanyak 21 orang (62%) dengan alasan membuka wawasan berpikir responden sehingga dapat memotivasi responden untuk berperilaku lebih baik dan menambah ilmu pengetahuan responden sedangkan responden yang menyatakan tidak merasakan manfaat pembinaan pendidikan umum terhadap pengetahuan responden sebanyak 13 orang (38%) dengan alasan sebagian responden tidak mengikuti pembinaan pendidikan
umum
karena
responden
ada
yang
sudah
menyelesaikan
pendidikannya hingga tingkat SMU. Maka dapat dianalisis bahwa sebagian besar responden
merasakan
manfaat
pembinaan
pendidikan
umum
terhadap
pengetahuan responden. Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.49 Distribusi Jawaban Responden Tentang Manfaat Pembinaan Kepramukaan Terhadap Watak Dan Jiwa Responden No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Ya
5
15
2
Tidak
29
85
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan dapat merasakan manfaat pembinaan kepramukaan terhadap jiwa dan watak responden sebanyak 5 orang (15%) dengan alasan setelah mengikuti pembinaan kepramukaan responden merasa lebih sportif dan berjiwa besar karena dengan gerakan pramuka, responden akan dilatih untuk bersikap bijaksana, adil, taat pada aturan, suka menolong dan lain-lain sedangkan responden yang tidak merasakan manfaat pembinaan kepramukaan terhadap watak dan jiwa responden sebanyak 29 orang (85%) dengan alasan bahwa sebagian besar responden tidak mengikuti kegiatan pembinaan kepramukaan karena tidak sesuai dengan minat, bakat dan kemauan responden.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.50 Distribusi Jawaban Responden Tentang Manfaat Pembinaan Keterampilan Terhadap Keterampilan Responden No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Ya
26
76
2
Tidak
8
24
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan merasakan manfaat pembinaan keterampilan terhadap keterampilan responden sebanyak 26 orang (76%) dengan alasan karena mereka dapat lebih mengembangkan keterampilan yang mereka miliki dan merasa lebih kreatif, dengan pembinaan keterampilan yang mereka dapatkan responden merasa lebih terlatih dan terampil dalam bidang-bidang keterampilan sedangkan responden yang menyatakan tidak merasakan manfaat pembinaan keterampilan sebanyak 8 orang (24%) dengan alasan kegiatan pembinaan keterampilan tersebut tidak sesuai dengan bakat, minat dan kemauan responden. Maka dapat dianalisis bahwa sebagian besar responden dapat merasakan manfaat pembinaan keterampilan Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
terhadap keterampilan responden. Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan responden, pembinaan keterampilan yang responden dapat selama ini di Lapas akan responden jadikan modal untuk hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat menjadi orang-orang yang kreatif.
Tabel 5.51 Distribusi Jawaban Responden Tentang Manfaat Pembinaan Upaya Pemasyarakatan No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Ya
19
56
2
Tidak
15
44
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan dapat merasakan manfaat dari pembinaan upaya pemasyarakatan adalah sebanyak 19 orang (56%) dengan alasan responden lebih bertanggung jawab terhadap suatu pekerjaan yang dilimpahkan kepada responden dan responden lebih bersungguhsungguh dalam menghadapai suatu pekerjaan tertentu yang dilimpahkan kepada responden sedangkan responden yang menyatakan bahwa responden tidak merasakan manfaat pembinaan upaya pemasyarakatan sebanyak 15 orang (44%) dengan
alasan
sebagian
responden
tidak
mengikuti
pembinaan
upaya
pemasyarakatan sehingga responden tidak dapat merasakan secara langsung manfaat dari pembinaan upaya pemasyarakatn tersebut. Maka dapat dianalisis Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
bahwa sebagian besar responden dapat merasakan manfaat dari kegiatan upaya pemasyarakatan.
Tabel 5.52 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesungguhan Mengikuti Kegiatan Pembinaan No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Ya
29
85
2
Tidak
5
15
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang bersungguhsungguh dalam mengikuti pembinaan sebanyak 29 orang (85%) karena responden menyadari bahwa pembinaan yang diberikan diperuntukkan demi perbaikan dirinya. Sedangkan responden yang menyatakan tidak bersungguh-sungguh mengikuti pembinaan ada sebanyak 5 orang (15%) dikarenakan sebagian responden merasa pembinaan yang diberikan tidak sesuai dengan bakat, minat dan kemauan responden, responden mengaku hanya bersungguh-sungguh mengikuti pembinaan apabila diawasi oleh petugas. Maka dapat dianalisis bahwa sebagian besar responden bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembinaan. Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.53 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pembinaan Sebagai Pedoman Setelah Keluar Dari Lapas No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Ya
27
79
2
Ragu-Ragu
7
21
3
Tidak
-
-
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Dari tabel di atas dapat dilihar bahwa responden yang menyatakan bahwa pembinaan yang selama ini responden dapat dijadikan pedoman setelah keluar dari Lapas sebanyak 27 orang (79%), responden yang menyatakan ragu-ragu bahwa pembinaan berguna sebagai pedoman setelah keluar dari Lapas sebanyak 7 orang (21%), dan tidak ada responden yang menyatakan bahwa pembinaan tidak dapat dijadikan sebagai pedoman setelah keluar dari Lapas. Maka dapat dianalisis bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa pembinaan dapat dijadikan bekal setelah responden keluar dari Lapas. Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Pembinaan yang diberikan selama ini kepada narapidana di Lapas selayaknya dapat menjadi bekal setelah mereka keluar dari Lapas, berbekal keterampilan para narapidana dapat hidup mandiri. Apalagi dengan label yang disandang narapidana sebagai mantan narapidana mempersulit mereka untuk kembali hidup dengan normal dan menjauhi hal yang membuat mereka masuk ke dalam
Lapas.
Sehingga
narapidana
tersebut
harus
sungguh-sungguh
mengembangkan dirinya lebih baik lagi dengan bekal keterampilan yang telah mereka dapat selama ini di Lapas, sehingga mereka dapat kembali berfungsi sosial dengan baik dalam usaha mencapai tujuan atau cita-cita yang terhambat selama di dalam Lapas.
Tabel 5.54 Distribusi Jawaban Responden Tentang Rencana Jangka Panjang Setelah Ke Luar Dari Lapas No.
Jawaban Responden
Jumlah
Persen / %
1
Berubah
23
68
2
Bekerja
9
26
3
Tidak Tahu
2
6
34
100
Jumlah Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan mempunyai rencana jangka panjang setelah keluar dari Lapas yaitu akan berubah sebanyak 23 orang (68%) dikarenakan responden merasa menyesal dengan Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
perbuatan yang selama ini responden lakukan, responden merasa telah mengecewakan banyak pihak terutama keluarga responden sehingga responden berjanji akan berubah setelah keluar dari Lapas dan hidup normal kembali dengan kehidupan yang lebih baik lagi. Responden yang menyatakan mempunyai rencana jangka panjang setelah keluar dari Lapas yaitu akan bekerja sebanyak 9 orang (26%) dikarenakan sebagian responden telah menyelesaikan pendidikannya hingga tingkat SMU sehingga mereka berencana akan bekerja guna menghidupi kebutuhannya sehari-hari dan tidak akan memberatkan keluarga responden kembali, responden ingin hidup mandiri sedangkan responden yang menyatakan tidak tahu akan rencana jangka panjang responden setelah keluar dari Lapas adalah sebanyak 2 orang (6%) dikarenakan responden sudah merasa putus asa dan takut untuk berhadapan dengan masyarakat luas dengan cap mantan narapidana yang responden sandang. Maka dapat dianalisis bahwa sebagian besar responden memiliki rencana jangka panjang untuk berubah setelah menyelesaikan hukumannya di Lapas. Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan responden, responden merasa pembinaan yang selama ini responden dapat di Lapas memberikan kesadaran pada diri reponden untuk dapat menjalani hidup dengan baik agar responden dapat berguna bagi nusa dan bangsa.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan observasi, penyebaran kuesioner, dan wawancara maka dapat dapat kita lihat bahwa pembinaan narapidana yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta, Medan sudah dapat dikatakan efektif. Hal ini dapat terlihat dari jawaban responden dimana sebagian besar responden memahami tentang jenis-jenis pembinaan di Lapas yaitu sebanyak 85%, sikap responden yang seluruhnya merasa tertarik mengikuti kegiatan pembinaan dan 85 % diantaranya sungguhsungguh mengikuti kegiatan pembinaan. Selain itu reaksi narapidana yang diwujudkan melalui partisipasi serta keterlibatan narapidana terhadap setiap kegiatan pembinaan yang diberikan cukup baik. Hal ini dapat dilihat bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan anak baik dalam hal pembentukan moralitas maupun dalam pengembangan diri anak menjadi anak yang mempunyai kemampuan kepribadian yang baik supaya dapat hidup di masyarakat secara wajar. Keterlibatan responden yang mengikuti kegiatan pembinaan pendidikan sebanyak 71 % dan sebanyak 62% diantaranya yang dapat merasakan manfaat Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
pendidikan umum dalam diri responden. Hal ini dikarenakan sebagian responden tidak mengikuti kegiatan pembinaan pendidikan karena sebagian responden sudah menyelesaikan pendidikannya hingga tingkat SLTA sehingga responden merasa tidak perlu lagi mengikuti kegiatan pembinaan pendidikan. Pendidikan keagamaan bertujuan agar setiap narapidana dapat menyadari kesalahannya serta terbentuk kekuatan iman dan mendekatkan diri kepada Tuhan sehingga kesalahan yang membuat narapidana terjerumus kedalam kenakalan yang mengakibatkan pemidanaan terhadap dirinya tidak terulang kembali. Keterlibatan responden dalam mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan secara aktif sebanyak 85% dan sebanyak 79% responden yang merasakan manfaat kegiatan pembinaan keagamaan. Responden menyatakan setelah mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan responden lebih mengerti tentang ajaran Tuhan, memperdalam iman responden dan membuat responden lebih mawas diri. Pembinaan kepramukaan bertujuan untuk membentuk watak dan jiwa yang sportif serta bertanggung jawab dalam diri narapidana sehingga nantinya setelah keluar dari Lapas dapat diterima kembali di masyarakat. Keterlibatan responden yang mengikuti kegiatan pembinaan kepramukaan secara aktif sebanyak 21% dan sebanyak 15% responden yang dapat merasakan manfaat pembinaan kepramukaan. Responden menyatakan setelah mengikuti kegiatan pembinaan kepramukaan dalam diri responden tertanam sikap lebih bertanggung jawab dan disiplin responden menjadi lebih tinggi. Pembinaan keterampilan bertujuan untuk mengembangkan keterampilan narapidana agar setelah menyelesaikan hukumannya narapidana mempunyai bekal Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
untuk kembali ke masyarakat. Keterlibatan responden yang mengikuti kegiatan pembinaan keterampilan secara aktif sebanyak 88% dan sebanyak 76% yang dapat merasakan manfaat pembinaan keterampilan. Responden menyatakan setelah mengikuti kegiatan pembinaan keterampilan responden semakin kreatif dan semakin terlatih serta terampil. Upaya pemasyarakatan merupakan kegiatan pembinaan narapidana guna dipersiapkan terjun kembali ketengah-tengah masyarakat mempunyai sikap bertanggung jawab. Keterlibatan responden yang mengikuti kegiatan pembinaan upaya pemasyarakatan secara aktif sebanyak 56% dan sebanyak 56% yang dapat merasakan manfaat pembinaan upaya pemasyarakatan. Responden menyatakan setelah mengikuti kegiatan pembinaan upaya pemasyarakatan responden lebih bertanggung jawab terhadap suatu pekerjaan yang dilimpahkan kepada responden dan responden lebih bersungguh-sungguh dalam menghadapi suatu pekerjaan.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
BAB VI PENUTUP
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai efektivitas pembinaan narapidana anak oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta, Medan, maka dapat ditarik kesimpulan : Pembinaan narapidana anak oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta sudah dapat dikatakan efektif, dilihat dari pemahaman narapidana terhadap pembinaan yang ada di Lapas yaitu sebagian besar narapidana memahami tentang jenis-jenis pembinaan di Lapas, sikap narapidana yang sebagian besar merasa tertarik dan sungguh-sungguh mengikuti kegiatan pembinaan, dan reaksi narapidana yang diwujudkan melalui partisipasi serta keterlibatan narapidana terhadap pembinaan yang diberikan. Selain itu sebagian besar narapidana merasakan manfaat yang nyata
terhadap pengetahuan, keterampilan dan
keimanan narapidana setelah mengikuti pembinaan di Lapas Anak meskipun ditemui beberapa kelemahan yaitu :
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
1. Kondisi Lapas Anak saat ini sangat memprihatinkan dengan jumlah populasi yang sudah melebihi kapasitas. Idealnya satu kamar hunian diisi oleh 8 orang anak namun kenyataannya saat ini satu kamar hunian diisi rata-rata 30 orang. Hal ini menyebabkan kamar terlihat kurang bersih dan lembab dikarenakan tidak seimbangnya daya tampung sebenarnya dengan isi kamar hunian akibatnya tidak sedikit narapidana yang menderita penyakit ispa / asma. 2. Terbatasnya sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pembinaan seperti : a. Untuk Pendidikan Umum mengalami kekurangan antara lain : •
Buku dan alat-alat tulis
•
Buku bacaan untuk perpustakaan
•
Peralatan Melukis
•
Laboratorium bahasa / komputer
•
Ruang pendidikan yang kurang memadai
•
Seragam sekolah.
b. Untuk Pendidikan Keterampilan mengalami kekurangan antara lain : •
Bahan dan alat-alat pelatihan
•
Kegiatan pelatihan yang sangat minim dan belum memadai
•
Belum adanya orang tua asuh / pihak ketiga yang peduli dan berkelanjutan dalam hal pelaksanaan pelatihan keterampilan hidup.
3. Minimnya anggaran menyebabkan upaya perawatan kesehatan bagi narapidana tidak mengalami kemajuan. Faktor penghambat perawatan kesehatan di Lapas Anak sebagai berikut : Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
a. Minimnya sarana poliklinik dan ruang rawat inap bagi narapidana yang menderita sakit sehingga terdapat penyakit yang tidak dapat ditangani maka Lapas Anak terpaksa membawa ke rumah sakit pemerintahan terdekat untuk merawat narapidana. b. Minimnya sarana MCK di Lapas Anak mengakibatkan timbulnya penyakit gatal-gatal pada kulit dan diare, kedua jenis penyakit tersebut timbul dikarenakan minimnya sarana air untuk didapatkan narapidana untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, hal ini disebabkan kurangnya jumlah pompa air yang dibutuhkan untuk mendistribusikan langsung ke kamar hunian. c. Ruang pemeriksaan gigi dan tidak adanya dokter gigi adalah salah satu faktor penghambat pelaksanaan perawatan gigi dan gusi narapidana Lapas Anak. d. Kurang terpenuhinya obat-obatan yang ada di poliklinik Lapas sehingga jenis penyakit menular sangat cepat berpindah ke narapidana lainnya.
6.2 Saran Adapun saran yang dapat penulis berikan sebagai masukan yaitu : 1. Bagi pihak Lapas Anak Tanjung Gusta agar lebih meningkatkan mutu pembinaan bagi narapidana agar tujuan dari pemasyarakatan dapat terwujud dengan lebih baik lagi. Selain itu pihak Lapas agar kiranya perlu meninjau kembali masalah populasi narapidana agar tidak melebihi kapasitas yang
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
mengakibatkan tingginya perbandingan antara jumlah narapidana dengan petugas. 2. Bagi Departemen Hukum dan HAM, perlunya penambahan petugas di bidang keterampilan untuk dapat mendidik narapidana dalam membina dan mengembangkan keterampilan mereka. Serta melakukan kerja sama yang lebih baik lagi dan berkelanjutan dengan Dinas Pendidikan dan Pemerintah Daerah setempat dan menggalang kepedulian pihak luar dalam hal ini masyarakat, LSM, dan instansi pemerintah terkait lainnya dalam rangka pemenuhan hak untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran. 3. Bagi Pemerintah diharapkan untuk dapat terlibat langsung mengatasi masalah kekurangan dana anggaran dan fasilitas yang dapat menjadi kendala dalam jalannya proses pemasyarakatan. 4. Tercapainya pelaksanaan pembinaan narapidana dengan baik adalah berada pada tenaga-tenaga pegawai Lapas yang merupakan pelaksana sistem pemasyarakatan. Oleh karena itu, hendaknya para petugas lebih cakap dan kreatif lagi untuk mendidik narapidana terutama pendekatan pribadi. 5. Bagi Masyarakat diharapkan agar menerima kembali dan tidak memandang sinis terhadap narapidana yang telah selesai menjalani pembinaan di Lapas, sehingga dirinya dapat kembali ketengah-tengah masyarakat dan dapat menjalani kehidupan dengan baik.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsinih. 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rhineka Cipta Bernard, I, Chaster. 1992. Organisasi dan Manajemen Struktur, Perilaku dan Proses. Jakarta: Gramedia Cunningham, J, Barton. 1978. Suatu Sumber Pendekatan Sumber Daya Dalam Evaluasi Keefektifan Organisasi: Erlangga Harsono, C.I. 1995. Sistem Baru Pembinaan Narapidana. Jakarta : Djambatan J.P, Campbel. 1987. Riset Dalam Efektivitas Organisasi, terjemahan Sahat Simamora. Jakarta: Erlangga Mangunhardjana, A. 1996. Pembinaan, Arti Dan Metodenya. Yogyakarta: Kanisius
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Nawawi, H,H. 1998. Metode Penelitian Dalam Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Singarimbun, Masri, 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES Soehartono, Irawan. 2004.
Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Steers, M, Richard. 1982. Efektivitas Organisasi. Jakarta: Erlangga Suparlan, Y. 1990. Kamus Istilah Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pengarang. Susilowati, Ima. 2003. Pengertian Konvensi Hak Anak. UNICEF untuk Indonesia. Jakarta: PT. Enka Parahiyangan.
Sumber-sumber lain : Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Pemberdayaan Komunitas Vol.5, No. 1, 2006 : 1-4 Undang-Undang RI Nomor 12 tahun 1995, Tentang Pemasyarakatan, Presiden Republik Indonesia, 1995. http://hukumham.info/index.php?option=com_content&task=view&id/26Oktober 2008 http://www.bapenas.go.id/index.php?/contentexpress/KPP/PNBA/BuKu Perlindungan anak-final./31 Oktober 2008 http://www.ypha.or.id/files/praktek-praktek
sistem
peradilan
anak.pdf./31Oktober2008 Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009