Efektivitas Karbamid Peroksida 10% Dan 15% Terhadap Diskolorasi Ekstrinsik Oleh Kopi Andhita Hervin*, Andi Soufyan, Niti Matram Departement of Dental Materials, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, Jakarta 10430, Indonesia *E-mail:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas karbamid peroksida 10% dan 15% dalam memutihkan gigi terdiskolorasi ekstrinsik oleh kopi. Tiga puluh dua gigi premolar manusia direndam dalam larutan kopi selama 8 hari untuk mendapatkan diskolorasi ekstrinsik kopi sebagai warna dasar. Pemutihan gigi dilakukan selama 14 hari menggunakan teknik home bleaching. Warna diukur sebanyak tiga kali yaitu setelah diskolorasi ekstrinsik oleh kopi, setelah aplikasi home bleaching hari ke-7, dan setelah aplikasi home bleaching hari ke-14. Pengukuran warna menggunakan sistem CIE dan sistem VITAPAN Classical menggunakan spektrofotometer yatu VITA Easyshade®. Setelah diskolorasi ekstrinsik oleh kopi didapatkan warna kedua kelompok memiliki L* (value) yang rendah, a* (chroma kemerahan-kehijauan) yang condong kemerahan, dan b* (chroma kekuningankebiruan) yang condong kekuningan. Hasil aplikasi menggunakan home bleaching karbamid peroksida didapatkan peningkatan L*, penurunan nilai kemerahan a*, dan penurunan nilai kekuningan b*. Secara visual gigi terlihat lebih putih dibanding dengan warna gigi normal manusia. Dapat dikatakan kedua konsentrasi karbamid perokdia tersebut efektif dalam memutihkan gigi terdiskolorasi ekstrinsik oleh kopi. Namun secara statistik tidak terbukti perbedaan efektivitas karbamid peroksida 10% dan 15% apabila diukur menggunakan sistem CIE. Namun pada hari ke-7 pengukuran dengan sistem VITAPAN Classical terdapat perbedaan efektivitas antara kedua konsentrasi tersebut.
Effectiveness of 10% and 15% Carbamide Peroxide Against Extrinsic Discoloration by Coffee Abstract This study was to determine the effectiveness of 10% and 15% carbamide peroxide against extrinsic discoloration by coffee. Thirty-two human premolar teeth were immersed into coffee solution for 8 days to obtain extrinsic discoloration of coffee as base color. Whitening process had done for 14 days by home bleaching technique. Color was measured three times that after extrinsic discoloration by coffee, after application of home bleaching day 7, and after application of home bleaching day 14. Color measurements used the CIE and VITAPAN system using a VITA Classical Easyshade®. After the extrinsic discoloration by coffee the result were low L * (value), high positive a* (redish-greenish chroma), and high positive b* (yellowishbluish chroma). The results after application using carbamide peroxide bleaching home were increase L*, decrease a*, and b*. Visually teeth looked whiter than normal human tooth color. It could be said that both concentration of carbamide perokdia effective in whitening teeth extrinsic discoloration by coffee. There was no statistically significant difference in effectiveness of 10% and 15% carbamide peroxide against extrinsic discoloration by coffee when measured using the CIE system. However, on day 7 measurements with VITAPAN Classical system there was a difference in effectiveness between the two concentrations. Keywords: Tooth whitening, carbamide peroxide, homebleaching, extrinsic discoloration, coffee.
Efektivitas karbamid..., Andhita Hervin, FKG, 2014
Pendahuluan Senyum dengan geligi putih dan susunan yang baik merupakan standar keindahan seseorang terlihat menarik dalam komunitas sosialnya. Namun, warna gigi manusia bervariasi mulai dari putih hingga kuning kecoklatan dan menjadi lebih gelap seiring bertambah usia. Hal tersebut terjadi pada gigi yang mengalami penambahan jumlah lapisan dentin sekunder, diskolorasi ekstrinsik, dan terkikisnya email sehingga memengaruhi warna dentin di bawahnya. Diskolorasi gigi diklasifikasikan berdasarkan keberadaan noda yaitu diskolorasi intrinsik dan diskolorasi ekstrinsik. Diskolorasi intrinsik merupakan perubahan warna yang disebabkan oleh perubahan komposisi atau ketebalan dari jaringan keras gigi.Diskolorasi ekstrinsik merupakan perubahan warna yang terjadi dari luar substansi gigi dan berada pada permukaan gigi atau pada pelikel. Diskolorasi ekstrinsik yang terjadi dapat berupa warna coklat, hitam, jingga, hijau dan abu-abu. Agen diskolorasi ekstrinsik dapat berasal dari rokok, obat-obatan, dan noda minuman. Minuman tersebut seperti kopi, teh, wine, dan minuman bersoda. Kopi sebagai salah satu agen diskolorasi dihubungkan dengan keberadaan tannin dan asam klorogenat. Kopi merupakan tumbuhan keluarga Rubiaceae dengan genus Coffea yang memiliki berbagai spesies dan varietas. Saat ini telah dikonsumsi menyebar di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Pada tahun 2012 Indonesia merupakan negara produsen kopi terbesar ke-3 setelah Brazil dan Vietnam. Pada tahun 2013 dilaporkan bahwa konsumsi domestik dari kopi di Indonesia mencapai 1kg/kapita/tahun. Hal tersebut menjelaskan mengapa banyak orang mengalami diskolorasi gigi sehingga perawatan memutihkan gigi memiliki tempat tersendiri bagi masyarakat di Indonesia. Saat ini teknik pemutihan gigihomebleaching menyebar luas dan diterima karena teknik ini memberi hasil yang cepat, aman, efektif, dan sukses untuk memutihkan gigi dibawah pengawasan dokter gigi. Bahan
kedokteran gigi
yang banyak digunakan untuk teknik
homebleaching adalah hidrogen peroksida dan karbamid peroksida. Dalam proses bleaching, agen bleaching tersebut bekerja dengan melepaskan oksigen ke dalam permukaan gigi dalam suatu reaksi yang disebut reaksi oksidasi-reduksi. Saat ini vitalbleaching dengan karbamid peroksida populer karena menunjukan hasil yang tahan lama dan baik. Dikatakan bahwa konsentrasi, tebal pemakaian, waktu pemakaian, dan viskositas dari karbamid peroksida mempengaruhi efek yang dihasilkan dalam memutihkan gigi. Berbagai produsen berlomba-lomba memperkenalkan berbagai konsentrasi karbamid peroksida di pasaran
kemudian banyak diantaranya meyakinkan konsumen konsentrasi tertentu
Efektivitas karbamid..., Andhita Hervin, FKG, 2014
merupakan konsentrasi yang efektif dalam memutihkan gigi. Pada keadaan tersebut dokter gigi dituntut untuk dapat menentukan konsentrasi yang tepat untuk pasiennya. Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk meneliti efektivitas dari karbamid peroksida 10% dan 15% dalam memutihkan gigi yang mengalami diskolorasi ekstrinsik oleh noda kopi.
Tinjauan Teoritis Diskolorasi Ekstrinsik Gigi Diskolorasi ekstrinsik adalah
perubahan warna akibat adanya noda ekstrinsik pada
permukaan gigi berupa material berwarna yang disebut sebagai chromogen. Diskolorasi ekstrinsik umum dan banyak ditemukan. Diskolorasi ekstrinsik yang terjadi dapat berupa warna coklat, hitam, jingga, hijau, metalik, coklat kekuningan, kuning, coklat keemasan, violet-hitam, dan merah-hitam. Agen diskolorasi ekstrinsik dapat berasal dari rokok, obatobatan, chromogenicbacteria, dan noda minuman seperti kopi, teh, wine, dan minuman bersoda. Diskolorasi ekstrinsik terjadi pada permukaan gigi atau berada di dalam pelikel yang ada. Pada diskolorasi ekstrinsik terbagi menjadi akibat noda metalik dan non-metalik. Pada noda metalik diskolorasi ekstrinsik dihubungkan dengan tereksposnya bahan garam logam atau oleh obat-obatan yang mengandung garam logam. Pada noda non-metalik noda tersebut terabsorpsi ke porus-porus email dan dapat pula menumpuk pada plak atau pelikel yang ada. Diskolorasi ekstrinsik dihubungkan dengan reaksi tarik menarik antara chromogen dengan permukaan gigi. Gaya tersebut dapat menyebabkan chromogen tertarik pada permukaan gigi kemudian adhesi dapat terjadi dan materi diskolorasi berpenetrasi ke dalam email yang porus. Mekanisme dari pembentukan diskolorasi akibat pelikel berwarna cokelat yaitu dengan cara denaturasi dari protein pelikel; interaksi kimia antara komponen pelikel dan reaktan yang ada di rongga mulut; atau terdapat keadaan pelikel terbentuk terus menerus hingga menebal.
Kopi Kopi merupakan tanaman dari keluarga Rubbiceae dengan genus Coffea dengan berbagai varietas dan spesies. Biji kopi merupakan bagian dari tanaman kopi yang dikonsumsi sebagai minuman. Ada berbagai jenis tanaman kopi namun kopi jenis arabika dan robusta saja yang dapat beradaptasi untuk dibudidayakan dan banyak dikonsumsi di Indonesia. Metode pengolahan buah dari perkebunan kopi untuk kemudian diolah menjadi biji kopi ada dua jenis
Efektivitas karbamid..., Andhita Hervin, FKG, 2014
yaitu metode kering dan metode basah. Metode kering merupakan metode yang paling banyak digunakan karena sifatnya yang lebih sederhana dibandingkan dengan metode basah.Setelah berhasil mengolah buah kopi menjadi biji kopi, selanjutnya adalah tahap penyangraian menggunakan pemanas. Kemudian biji kopi yang matang setelah penyangraian dihaluskan dengan mesin grinder untuk mendapatkan bubuk kopi yang halus. Bubuk kopi tersebutlah yang dijual pada konsumen untuk dapat dikonsumsi sebagai minuman dengan cara menyeduhnya dengan air panas. Terdapat berbagai komposisi yang ada di dalam kopi. Dikatakan pula bahwa pada komponen kimia kopi terbagi menjadi komponen volatil dan komponen nonvolatil. Komponen volatil adalah senyawa yang mudah berubah menjadi gas atau uap apabila terdapat suhu yang tinggi. Dikatakan komponen nonvolatil merupakan komponen yang berpengaruh terhadap mutu kopi. Komponen nonvolatil dari kopi adalah air, karbohidrat, protein, lemak, mineral, asam organik, asam klorogenat, trigonellin, tannin, melanoidin, anthocyanin dan kafein.
HomeBleachingdengan Karbamid Peroksida Karbamid peroksida (CH6N2O3) adalah agen pemutih gigi yang biasa digunakan sebagai bahan bleaching. Konsentrasi karbamid peroksida yang digunakan bermacam-macam hal tersebut bergantung pada teknik bleaching yang digunakan mulai dari 3%-15%. Pada perawatan officebleaching memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dibanding dengan konsentrasi pada perawatan homebleaching. Konsentrasi karbamid peroksida pada perawatan homebleaching aman digunakan sebesar 10%-15%. Pada homebleaching 10% karbamid peroksida (CH6N2O3) sendiri mengandung 3,35% hidrogen peroksida, 6,65% urea, karbon dioksida, dan ammoniak. Maka dikatakan bahwa karbamid peroksid 10% setara keefektifitasannya dengan hidrogen peroksida 3%. Karbamid peroksida memiliki derajat keasaman sedang pH 6,5. Pada saat bereakasi, karbamid peroksida akan terurai menjadi CH2, N2O dan H2O2. Hidrogen peroksda (H2O2) yang dihasilkan kemudian terionisasi. Hidrogen peroksida sendiri merupakan agen oksidasi yang memiliki kemampuan untuk membentuk radikal bebas, HO2*+O*, yang sangat reaktif mampu memberi aksi pemutih pada gigi.
Efektivitas karbamid..., Andhita Hervin, FKG, 2014
NH3 CH2 CO2 CH6N2O3
NO2 H2O + O* H2O2 H + HO2*
Gambar 1Ionisasi yang Terjadi pada Karbamid Peroksida
Warna Warna adalah sensasi psikofisikal yang dihasilakan ketika sistem penglihatan manusia merespon terhadap cahaya yang terefleksikan dari suatu objek. Warna memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda hingga akhirnya dapat ditangkap fotoresptor pada retina mata. Sinyal dari panjang gelombang yang ada akan diproses oleh retina kemudian disalurkan oleh saraf menuju otak. Pengelompokan dan deskripsi warna ditemukan tahun 1905 oleh Albert Henry Munsell kedalam Sistem Munsell dengan tiga parameter warna yaitu hue(H), chroma(C), dan value(V) yang pada perkembangannya sistem tersebut mengalami berbagai perubahan menjadi sistem warna lainnya sepeti CIE LAB.
Efektivitas karbamid..., Andhita Hervin, FKG, 2014
Gambar 2 Diagram Sistem Warna CIE
Pada sistem tersebut nilai L* dari 0 hingga 100 mereprensentasikan drajat hitam dan putih. Kemudian nilai a* dan b* merepresentasikan sifat kemerahan-kehijauan, dan kekuningan-kebiruan. Tampilan warna CIELAB memiliki kalkulasi perbedaan warna CIELAB dalam persamaan dibawah ini: ∆E*=[(∆L*)2+(∆a*)2+(∆b*)2]1/2 ∆E*
= Nilai perubahan warna
∆L*
= L*1-L*0
∆a*
= a*1-a*0
∆b*
= b*1-b*0
Berdasarkan kemampuan mata tiap individu manusia untuk mengapresiasikan perbedaan warna, digunakan tiga interval yang berbeda untuk membedakan perubahan warna: -
tidak dapat terlihat mata manusia
-
≤3,3
: dapat terlihat nyata secara visual dengan kondisi pencahayaan yang optimal, dapat diterima secara klinis
-
>3,3
: mudah diobservasi, nilia perubahan warna ini tidak dapat diterima secara klinis
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Material Kedokteran Gigi FKG pada bulan
Efektivitas karbamid..., Andhita Hervin, FKG, 2014
Agustus sampai bulan Oktober 2014.Spesimen penelitian terdiri dari tiga puluh dua gigi premolar manusia maksimal satu bulan pasca ekstraksi yang telah disimpan dalam salin dan telah lolos etik. Spesimen dibagi ke dalam dua kelompok yaitu kelompok Karbamid Peroksida 10% dan Karbamid Peroksida 15% masing-masing 16 spesimen. Diawali dengan prosedur pembuatan diskolorasi ekstrinsik pada spesimen dilakukan selama 8 hari dengan merendam spesimen di dalam larutan kopi. Larutan kopi tersebut dibuat dengan perbandingan 1 gr kopi: 10 ml air panas. Larutan kopi dibagi ke dalam wadah dengan volume 10ml yang sebelumnya telahdisaring dengan kertas penyaring.
Gambar 3 Spesimen direndam dalam larutan kopi pada wadah dengan volume 10mL
Tiap wadah larutan kopi tersebut akan dinomori dan dimasukan satu buah spesimen gigi dengan posisi permukaan bukal menghadap dinding wadah tersebut. Setiap wadah larutan kopi ditutup rapat untuk kemudian disimpan di dalam inkubator selama 24 jam. Larutan kopi diganti setiap hari selama 8 hari dengan prosedur kerja yang sama. Setelah 8 hari prosedur tersebut maka warna tiap spesimen di ukur dengan spektrofotometer yaitu VITA Easyshade®.
Gambar 4 Spesimen diletakan di atas microwax
Efektivitas karbamid..., Andhita Hervin, FKG, 2014
Proses bleaching dilakukan dengan mengaplikasikan gel karbamid peroksida 10% dan 15%. Sebelumnya setiap spesimen telah diletakan diatas microwax dan telah dinomori. Proses aplikasi karbamid peroksida dilakukan dengan menggunakan kuas dengan ketebalan gel ±0,5mm kemudian tiap spesimen ditutup dengan plastik strip obat dengan jarak antara permukaan bukal dan dinding dalam plastik sebesar ±0,5mm. Setelah itu setiap spesimen disimpan dalam inkubator selama 7 jam. Setelah 7 jam spesimen dicuci menggunakan aquades dan dikeringkan. Selama tidak dilakukan aplikasi gel bleachingspesimen disimpan dalam wadah kering, tertutup, dan bebas dari agen diskolorasi. Proses bleachingtersebut diulangi selama 14 hari.
Gambar 5 Peletakan alas berwarna putih dan vita easyshade® di atas meja kerja
Pengukuran warna kedua akan dilakukan pada hari ke-7 aplikasi bleaching karbamid peroksida dan dilanjutakn pengukuran ketiga dilakukan pada hari ke-14. Pengukuran warna tersebut dilakukan dengan menggunakan VITA Easyshade®.
Hasil Penelitian Untuk mengetahui besarnya perubahan warna (E*) terlebih dahulu mengukur besarnya nilai value (L*), chroma kemerahan-kehijauan (a*), dan chroma kekuningan-kebiruan (b*) Rerata nilai value (L*), chroma kemerahan-kehijauan (a*), dan chroma kekuningan-kebiruan (b*) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Efektivitas karbamid..., Andhita Hervin, FKG, 2014
Tabel 1Rerata nilai value (L*), chroma kemerahan-kehijauan (a*), dan chroma kekuningan-kebiruan (b*)
setelah diskolorasi ekstrinsik oleh kopi
aplikasi bleaching hari ke-7
aplikasi bleaching hari ke-14
value (L*) karbamid peroksida 10%
74,38
90,18
92,91
karbamid peroksida 15%
75,96
90,22
93,68
karbamid peroksida 10%
chroma kemerahan-kehijauan (a*) 10,70 2,09
karbamid peroksida 15%
karbamid peroksida 10%
10,69
0,73
1,81
0,36
chroma kekuningan-kebiruan (b*) 39,93 33,27
karbamid peroksida 15%
41,64
29,75
30,72
28,99
Perubahan warna (∆E*) setelah aplikasi bleaching hari ke-7, dan setelah aplikasi bleaching hari ke-14 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2Perubahan warna (∆E*) setelah aplikasi bleaching hari ke-7, dan setelah aplikasi bleaching hari ke-14
hari ke-7
hari ke-14
Karbamid Peroksida 10%
20,2
24,19
Karbamid Peroksida 15%
21,23
25,06
Setelah dilakukan uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk, data perubahan warna pada kedua kelompok memiliki distribusi yang normal, yang dilanjutkan dengan uji dependent T-test. Pada kedua konsentrasi mengalami peningkatan perubahan warna E yang bermakna secara statistik pada hari ke-7 dan hari ke-14. Kedua kelompok mengalami perubahan warna yang terjadi selama 14 hari aplikasi karbamid peroksida.
Efektivitas karbamid..., Andhita Hervin, FKG, 2014
Nilai Perubahan Warna E
30 25 20 karbamid peroksida 10%
15
karbamid peroksida 15%
10
5 0 hari ke-7
hari ke-14
Gambar 6 Diagram perubahan warna (E*) kelompok karbamid peroksida 10% dan 15% pada hari ke-7 dan hari ke-14 homebleaching
Pada pengukuran hari ke-7 didapatkan nilai rerata perubahan warna bleaching dengan karbamid peroksida 10% sebesar 20,2 sedangkan bleaching dengan karbamid peroksida 15% sebesar 21,23. Kemudian kedua nilai tersebut diuji statistik menggunakan independent T-test untuk menguji perbedaan perubahan warna (∆E*) bleaching karbamid peroksida 10% dan 15% hari ke-7. Secara statistik didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna pada perubahan warna (∆E*) bleaching karbamid peroksida 10% dan 15% pada hari ke-7. Pada pengukuran hari ke-14 didapatkan nilai rerata perubahan warna bleaching dengan karbamid peroksida 10% sebesar 24,19 sedangkan bleaching dengan karbamid peroksida 15% sebesar 25,06. Kemudian kedua nilai tersebut diuji statistik dengan uji independent T-test untuk menguji perbedaan perubahan warna (∆E*) bleaching karbamid peroksida 10% dan 15% hari ke-14. Secara statistik didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna pada perubahan warna (∆E*) bleaching karbamid peroksida 10% dan 15% pada hari ke-14. Pada penelitian ini selain menggunakan sistem warna CIELAB dilakukan juga pengukuran warna menggunakan Classical Shade Guide. Data classical shade guide tersebut penulis dapatkan dari hasil pengukuran menggunakan VITA EasyShade®.
Berikut
merupakan tabel dari hasil pengukuran pada 32 spesimen setelah diskolorasi oleh kopi, setelah aplikasi bleaching hari ke-7, dan setelah aplikasi bleaching hari ke-14.Perbedaan efektivitas antara dua konsentrasi karbamid peroksida diuji dengan sistem VITAPAN Classical.
Efektivitas karbamid..., Andhita Hervin, FKG, 2014
Sebelum dilakukan analisis statistik data VITAPAN Classical harus diubah menjadi angka dengan mengikuti tabel VITAPAN Classical seperti pada tabel berikut:
Tabel 3Urutan Warna VITAPAN Classical dari Paling Terang Hingga Paling Gelap Warna
B1
A1
B2
D2
A2
C1
C2
D4
A3
D3
B3
A3,5
B4
C3
A4
C4
Tingkatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Berikut tabel memperlihatkan rerata nilai warna menggunakan VITAPAN Classical:
Tabel 4Data Warna Menggunakan Sistem VITAPAN Classical
Setelah diskolorasi
Aplikasi bleaching
Aplikasi bleaching hari
ekstrinsik oleh kopi
hari ke-7
ke-14
Karbamid peroksida 10%
14,2
8,5
5,5
Karbamid peroksida 15%
13,7
6,3
5,5
Berikut tabel rerata besar perubahan warna kedua kelompok spesimen yang terjadi pada hari ke-7 dan ke-14:
Tabel 5Nilai Rerata Perubahan Warna dengan VITAPAN Classical Shade Guide
karbamid peroksida 10%
aplikasi bleaching hari ke-7 5,7
aplikasi bleaching hari ke-14 8,7
karbamid peroksida 15%
7,4
8,2
Dilakukan uji statistik beda dua rerata menggunakan Mann Whitney-U Testuntuk melihat perbedaan warna yang terjadi antara kedua konsentrasi 10% dan 15% selama aplikasi. Maka terbukti terdapat perbedaan perubahan warna yang bermakna antara dua kelompok konsentrasi tersebut pada hari ke-7 apabila diukur menggunakan VITAPAN Classical Shade Guide. Namun hasil yang berbeda didapatkan apabila uji serupa dilakukan aplikasi bleachinghari ke-14 dimana tidak terdapat perbedaan perubahan warna yang bermakna antara dua kelompok konsentrasi tersebut.
Efektivitas karbamid..., Andhita Hervin, FKG, 2014
Pembahasan Pada penelitian ini karbamid peroksida dipakai dalam bentuk gel dengan dua konsentrasi yang berbeda yaitu 10% dan 15%. Pada penelitian sebelumnya (Desyanti, 2001) telah diketahui efek karbamid peroksida 10% dan 15% terhadap warna email gigi yang dilakukan selama 14 hari. Namun belum diketahui perbandingan efektivitas dari kedua konsentrasi tersebut. Kendala yang timbul pada penelitian sebelumnya adalah masing-masing spesimen mengalami perubahan warna yang berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan oleh warna dasar penelitian yang tidak dibuat sama dan alat pengukur yang digunakan masih konvensional yaitu VITAPAN Classical. Oleh karena itu penulis menggunakan diskolorasi kopi sebagai warna dasar dalam penelitian ini dan menggunakan alat spektrofotometer yaitu VITA Easyshade sebagai alat pengukur warna. Pada pengukuran pertama secara indra penglihatan terjadi perubahan warna menjadi lebih gelap. Hal tersebut diduga berasal dari komponen polifenol seperti tannin dan asam klorogenat yang dapat merubah warna gigi. Keberadaan melanoidin sebagai hasil reaksi Maillard yang berwarna cokelat juga diduga menyebabkan warna gigi menjadi gelap. Chromogen seperti tannin dan melanoidin dapat masuk dan terjebak ke dalam porus email pada gigi. Kemudian keberadaan asam klorogenat dan asam jenis lain dihubungkan dengan sifat asam pada kopi. Hasil pemeriksaan pH pada penelitian ini adalah larutan kopi memiliki tingkat keasaman pH 5 dibawah pH kritis email. Asam tersebut dapat meningkatkan porus pada email akibat demineralisasi yang terjadi. Sehingga setelah direndam larutan kopi selama 8 hari pada penelitian ini memberikan hasil warna gigi menjadi lebih gelap. Konsentrasi karbamid peroksida 10% dan 15% efektif untuk memutihkan gigi terdiskolorasi ekstrinsik oleh kopi. Hal tersebut terbukti setelah aplikasi home bleaching selama 14 hari memberikan warna yang lebih putih dari warna rata-rata gigi manusia pada penelitian sebelumnya. Hasil penelitian Cho et al memperlihatkan bahwa warna gigi manusia dilihat dalam komponen CIE adalah L* sebesar 64,5-83,5; a* sebesar 1,6-9,8; dan b* sebesar 10,4-29,0. Pada penelitian ini nilai rata-rata L* sebesar 93,9; a* sebesar 0,55; dan b* sebesar 29,3. Dapat dikatakan setelah aplikasi karbamid peroksida sebagai bahan pemutih, gigi yang terdiskolorasi ekstrinsik memiliki kecerahan yang lebih tinggi dan nilai chroma kemerahan yang lebih rendah dibanding warna gigi pada umumnya. Kemudian secara visual gigi terlihat lebih putih. Hasil uji analisis yang dilakukan hari ke-7 dan ke-14 aplikasi bleaching
karbamid
peroksida menunjukan hasil tingkat pemutihan yang tidak berbeda bermakna. Diduga hal
Efektivitas karbamid..., Andhita Hervin, FKG, 2014
tersebut disebabkan pada kedua konsentrasi karbamid peroksida mengalami dekomposisi menjadi hidrogen peroksida dengan jumlah yang tidak jauh berbeda. Diperkirakan pada karbamid peroksida 10% akan terdekomposisi menjadi 3,35% hidrogen peroksida dan pada 15% akan terdekomposisi ±5,17% hidrogen peroksida. Karena keduanya memiliki perbedaan konsentrasi hidrogen peroksida yang tidak jauh berbeda, diduga radikal bebas yang dihasilkan pada saat mengalami ionisasi hidrogen peroksida pun tidak jauh berbeda. Sehingga pada saat diaplikasikan tidak memiliki hasil perubahan warna yang berbeda bermakna antara karbamid peroksida 10% dan 15%. Namun pada uji menggunakan sistem VITAPAN classical shade guide didapatkan hasil yang bebeda dengan penelitian Barnes et al. Terbukti secara statistik apabila menggunakan sistem classical shade guide konsentrasi 15% akan menghasilkan warna yang lebih terang bila dibandingkan dengan 10%. Pada penghitungan ini, gigi yang terdiskolorasi oleh kopi berubah menjadi terang 5,7 tingkat setelah menggunakan karbamid peroksida 10% dan 7,4 tingkat apabila menggunakan konsentrasi 15% selama 7 hari aplikasi bleaching. Perbedaan hasil pengukuran menggunakan dua sistem warna gigi tersebut diduga disebabkan oleh sensitivitas pengukuran warna yang berbeda. Dikatakan menggunakan VITAPAN Classical sebenarnya kurang tepat dalam mengukur perubahan warna pada perawatanbleaching. Namun disisi lain VITAPAN Classical merupakan pengukuran warna yang sederhana yang dapat dengan mudah digunakan dalam klinik kedokteran gigi. Walaupun hasil pengukuran warna VITAPAN classical shadeguide terbatas hanya pada pengukuran dengan membandingkan warna gigi ke dalam 16 tingkatan yang disusun sesuai perbedaan hue, chroma, dan value. Pada penelitian ini keefektivitasan kedua konsentrasi tersebut tidak berbeda bermakna untuk memutihkan gigi terdiskolorasi ekstrinsik oleh kopi. Menurut Coimbra et. al menyarankan menggunakan konsentrasi karbamid peroksida yang rendah untuk memutihkan gigi. American Dental Association pun merekomendasikan untuk mencapai keamanan dan efektivitas dalam perawatan pemutihan gigi sebaiknya menggunakan perawatan berupa bleaching menggunakan tray dengan aplikasi karbamid peroksida 10%±1%. Penggunaan homebleaching karbamid peroksida dengan konsentrasi lebih kecil yaitu 10% memberikan efektivitas yang tidak berbeda bermakna serta dinilai lebih aman dibanding dengan konsentrasi karbamid peroksida yang lebih tinggi yaitu 15%.
Efektivitas karbamid..., Andhita Hervin, FKG, 2014
Kesimpulan Homebleaching karbamid peroksida dengan konsentrasi 10% dan 15% keduanya efektif dalam memutihkan gigi namun memiliki perbedaan efektivitas yang tidak berbeda bermakna dalam memutihkan gigi yang terdiskolorasi ekstrinsik oleh kopi. Pada penelitian ini perubahan warna gigi setelah proses homebleachingselama 14 hari memiliki rentang nilai rerata E* 13,9-33,8 yang tidak dapat diterima secara klinis karena nilainya berada diatas nilai E* 3,3. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjut untuk mengetahui sejauh mana karbamid peroksida dapat mengembalikan warna gigi yang terdiskolorasi ekstrinsik oleh kopi ke warna asli gigi semula. Kemudian sebaiknya dilakukan penelitian yang dapat membandingkan keefektivitasan antara berbagai konsentrasi karbamid peroksida dalam waktu penelitian lebih dari 14 hari. Daftar Referensi Buffo RA, Cardelli-Freiri. Coffee Flavour: an Overview. Flavour Fr J. 2004;19:99-104. Cho B, Lim Y, Lee Y. Comparison of the color of natural teeth measured by a colorimeter and Shade Vision System. Dent Mater. 2007;23:307-312. Chu SJ, Trushkowsky RD, Paravina RD. Dental color matching instruments and systems. Review of clinical and research aspects. J Dent. 2010;38:e2-e16. Desyanti I. Efek Pemutih Gigi Karbamid Peroksida 10% Dan 15% Terhadap Warna Email. Jakarta: Universitas Indonesia; 2001. Farah A, Donangelo CM. Phenolic compounds in coffee. Brazilian J Plant Physiol. 2006;18:23-36. Farah A. Coffee Constituents. Oxford: Wiley Blackwell; 2012. Ghavamnasiri M, Habibi-Rad A. Effect of 16% Carbamide Peroxide Bleaching Gel on Enalem Staining Susceptibility. J Dent. 2005;2(1):13-18. Goodacre CJ, Sagel PA. Dental Esthetics in Practice Part 3: Understanding Color and Shade Selection. Countuining Educ. 2011:1-15. Graber DA, Goldstein RE. Complete Bleaching. Hong Kong: Quintessence Publishing Co; 1995:25-32. Greenwall LH. Bleaching Technique in Restorative Dentistry. London: Martin Dunits Ltd; 2001:6-8. Heymann HO, Roberson T, Swift EJ. Studervant’s Art and Science of Operative Dentistry. St. Louis, Mo: Elsevier/Mosby; 2013:18-24.
Efektivitas karbamid..., Andhita Hervin, FKG, 2014
Industri Kopi Indonesia. http://www.aeki-aice.org/page/industri-kopi/id. Accessed May 14, 2014. Kementrian Perindustrian Republik Indonesia. Produksi Kopi Nusantara Ketiga Terbesar di Dunia. Kemenperin. 2013. http://www.kemenperin.go.id/artikel/6611/Produksi-KopiNusantara-Ketiga-Terbesar-Di-Dunia. Accessed May 14, 2014. Nordbo H, Ericksen HM. Extrinsic Discoloration of Teeth. J Clin Periodontol. 1978;5:229236. Oestreich-Janzen S. Chemistry of Coffee. CAFEA GmbH. 2010:1085-1096. Pangabean E. Buku Pintar Kopi. Jakarta: AgroMedia Pustaka; 2011:21-134. Paravina RD, M PJ. Esthetic Color Training in Dentistry. Missouri: Elsevier; 2004:16-22. Prathap S, Rajesh H, Boloor VA, Rao AS. Extrinsic stains and management : A new insight. J Acad Ind Res. 2013;1(January):435-442. Ruyter IE, Nilner K MB. Color Stability of Dental Composite Resin Materials for Crown and Bridge Veneers. Dent Mater. 1987;8:246-251. Soek-Hoon Ko, So-Ran Kwon, Linda H Greenwall. Tooth Whitening in Esthetic Dentistry. New Malden: Quintessence Publishing Co; 2009:52-76. Sruthy Prathap, H Rajesh, Vinitha A Boloor, Anupama. S Rao. Extrinsic Stains and Management: A new insight. J Acad Ind Res. 2013;1(8):435-442. T Abouassi, P Hann, M Wolkewitz. Effect of Carbamide Peroxide and Hidrogen Peroxide on Enamel Surface: An in Vitro Study. Clin Oral Investig. 2011;15:673-580. W. KA, G. DB. Fundamentals of Esthetics. Esthetic Dentistry: A Clinical Approach to Techniques and Material. Missouri: Mosby; 2001:17-20. Watts A, Addy M. Tooth discolouration and staining : a review of the literature. 2001;190(6):309-316.
Efektivitas karbamid..., Andhita Hervin, FKG, 2014