EFEKTIFITAS METODE BIMBINGAN AGAMA DALAM MEMBINA AKHLAK REMAJA DI PONDOK PESANTREN NURUL HIDAYAH PUSAT LEUWISADENG BOGOR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh: Fajriah Septiani NIM: 1111052000022
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H./2015 M.
ABSTRAK Fajriah Septiani 1111052000022 Efektifitas Metode Bimbingan Agama dalam Membina Akhlak Remaja di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat Leuwisadeng Bogor. Di bawah Bimbingan Prof. Dr. H. Daud Effendi, AM.
Metode bimbingan agama adalah cara atau jalan yang tepat untuk digunakan dalam rangka pencapaian tujuan bimbingan agama yaitu membentuk individu yang mampu memahami diri dan lingkungannya. Salah satu dari metode bimbingan agama yaitu metode ceramah yang dapat digunakan dalam bimbingan agama, metode ceramah dilakukan secara berkelompok dan cara penyampaian informasinya secara langsung. Dengan metode ceramah indivu mampu memahami diri dan lingkungannya karna dilakukan secara berkelompok dan kemampuan untuk hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sesuai dengan potensi dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungannya, baik lingkungan keluarga maupun masyarakat, sehingga tercapainya kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Pada saat remaja mengikuti bimbingan Agama, kemudian memahami dan mengimplementasikannya maka, Akhlak yang dimiliki seseorang akan berbeda dengan sebelum mengikuti bimbingan Agama. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektifitas metode bimbingan agama dalam membina akhlak remaja di pondok pesantren Nurul Hidayah Pusat, dengan rumusan masalah bagaimana metode bimbingan agama yang digunakan dalam membina akhlak remaja di pondok pesantren Nurul Hidayah pusat? Dan apakah efektif atau tidak metode bimbingan agama yang digunakan dalam membina akhlak remaja? Pendekatan penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian survey. Pengambilan sampel sebanyak 83 orang dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling) dari populasi remaja atau santri pondok pesantren Nurul Hidayah Pusat. Data diperoleh menggunakan kuesioner, metode analisis yang digunakan yaitu uji validitas, uji reliabilitas, uji normalitas, uji homogenitas dan uji t dengan menggunakan Software SPSS 18.0 for Windows. Dari Dari hasil pengujian yang dilakukan dengan menggunakan Uji Statistik tTest didapatkan hasil bahwa metode bimbingan agama dalam membina akhlak remaja efektif, hal ini dapat dilihat dari nilai > =-3.971 > 1.663. Artinya metode bimbingan agama efektif dalam membina akhlak remaja di pondok pesantren Nurul Hidayah pusat. Jadi kesimpulan dalam penelitian ini adalah: metode bimbingan agama yang digunakan dalam bimbingan agama di pondok pesantren Nurul Hidayah pusat efektif.
Kata Kunci
: Efektifitas Metode Bimbingan Agama, Membina Akhlak Remaja, Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala kuasa dan limpahan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “Efektifitas Metode Bimbingan Agama Dalam Membina Akhlak Remaja di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat Leuwisadeng Bogor”. Selanjutnya Shalawat serta salam juga tiada hentinya kita panjatkan kepada pemimpin kita, Nabi Muhammad SAW, sebagai suri tauladan kita dalam menjalankan kehidupan ini. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan kesalahan, namun penulis tetap berharap Skripsi ini dapat bermanfaat untuk memberikan informasi maupun untuk berbagi ilmu pengetahuan bagi berbagai kalangan secara luas. Ungkapan terimakasih yang tak terhingga kepada orang tua penulis, ayah Asmar dan ibu Siti Sulaimiah yang senantiasa mencurahkan cinta, kasih sayang serta doanya yang selalu mengiringi setiap langkah penulis dalam menjalankan aktifitas, sehingga skripsi inipun dapat penulis selesaikan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana dibidang Bimbingan dan Penyuluhan Islam pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Selanjutnya, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara materil maupun immateril yang berupa doa, dukungan, motivasi, semangat, pendampingan atau dengan caranya masingmasing. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada : 1.
Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Suparto,
M.Ed,
Ph.D
ii
selaku
Wakil
Dekan
Bidang
Akademik, Dra. Raudhonah, MA selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, dan Dr. Suhaimi selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama. 2.
Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si dan Ir. Noor Bekti Negoro. SE, M.Si selaku Ketua dan sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
3.
Prof. Dr. H. Daud Effendi, MA. selaku dosen pembimbing akademik dan sekaligus sebagai dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
4.
Ir. Noor Bekti Negoro. SE, M.Si yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing saya dalam bab Metodologi Penelitian dan Analisis Data.
5.
Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6.
Seluruh Pengurus Pondok pesantren Nurul Hidayah pusat Leuwisadeng Bogor, dari mulai KH. Khodamul Quddus, KH. Ridwanullah, KH. Fahmi Albanani, Hj. Lilis Malihah, ustadzah Nurlaela, Syafiqul Kholqi, Siti Masitoh, remaja (santri) putra dan putri, yang senantiasa membantu dan mempermudah penulis dalam penelitian di lapangan untuk menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.
7.
Teruntuk Keluarga tercinta, ayah Asmar, ibu Siti Sulaimiah (Elam), Adikdikku (Ahmad Roisul Amin dan Muhammad Habibi Qolbi), Nenekku yang sangat sayang kepadaku (Emak Hj Nurjannah), Mamang, bibi dan Uwa
iii
penulis, Terimakasih banyak atas semua kasih sayang yang sangat luar biasa kepada penulis, terutama atas semua do’a, materi dan non materi, serta motivasi yang telah diberikan kepada penulis. Skripsi ini dipersembahkan untuk semuanya. 8.
Untuk calon suamiku Muhammad Ridwan, yang selalu memberikan motivasi, dukungan, doa, serta sangat membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.
9.
Temen-teman Bimbingan dan Penyuluhan Islam angkatan 2011, abangabang, kakak-kakak, dan adik-adikku di BPI yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang senantiasa selalu berbagi rasa, baik sedih, suka dan duka.
10. Keluarga Besar Majlis Al-masih, yang telah memberikan semangat dan do’a sehingga penulis menemukan nilai kehidupan yang lain disini. 11. Dan untuk semua pihak yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu tanpa mengurangi rasa hormat, penulis ucapkan terimakasih. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan Rahmat dan KaruniaNya kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan dan dukungannya kepada penulis. Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membaca pada umumnya, dan bagi segenap keluarga besar jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Jakarta, Juli 2015
Penulis
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK .............................................................................................................. i KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... v DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................... 8 1. Pembatasan Masalah .................................................................. 8 2. Perumusan Masalah .................................................................... 8 C. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 8 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 8 1. Tujuan Penelitian ....................................................................... 8 2. Manfaat Penelitian ...................................................................... 9 E. Tinjauan Kepustakaan ...................................................................... 9 F. Sistematika Penulisan ..................................................................... 11
BAB II
LANDASAN TEORI A. Efektifitas Metode Bimbingan Agama......................................... 13 1. Pengertian Efektifitas ............................................................. 13 2. Pengertian Metode Bimbingan Agama .................................. 15 3. Pengertian Bimbingan Agama ............................................... 17 4. Prinsip-Prinsip dan Asas-Asas Bimbingan Agama ................ 24 a. Prinsip-prinsip Bimbingan Agama................................... 24 b. Asas-asas Bimbingan Agama ........................................... 26 5. Tujuan dan Fugsi Bimbingan Agama .................................... 27 a. Tujuan Bimbingan Agama ................................................ 27 b. Fungsi Bimbingan Agama ................................................ 28
v
6. Metode Bimbingan Agama .................................................... 31 B. Membina Akhlak .......................................................................... 33 1. Pengertian Membina .............................................................. 34 2. Pengertian Akhlak .................................................................. 34 3. Ruang Lingkup Akhlak .......................................................... 37 4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak Anak ....................................................................................... 41 5. Macam-macam Akhlak .......................................................... 43 C. Remaja ........................................................................................ 44 1. Pengertian Remaja ................................................................. 44 2. Karakteristik Pada Remaja ..................................................... 47 3. Klasifikasi Remaja ................................................................. 47 4. Faktor yang Mempengaruhi Proses Perkembangan Remaja.. 50 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain Penelitian ................................................ 52 B. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 52 C. Populasi dan Sampel ..................................................................... 53 1. Populasi ................................................................................... 53 2. Sampel .................................................................................... 53 D. Variabel Penelitian ........................................................................ 55 E. Definisi Oprasional dan Indikator Variabel ................................. 55 F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 59 G. Uji Instrumen ................................................................................ 60 1. Uji Validitas ............................................................................ 60 2. Uji Reabilitas........................................................................... 60 H. Metode Analisis Data .................................................................... 61 1. Uji Normalitas ......................................................................... 61 2. Uji Homogenitas ..................................................................... 61 3. Uji t ......................................................................................... 62
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN HASIL ANALISIS DATA A. Gambaran Pondok Pesantren Nurul Hidayah (PPNH) Pusat ....... 63 1. Sejarah PPNH ......................................................................... 63
vi
2. Visi dan Misi PPNH ................................................................ 65 3. Sistem Pendidikan PPNH........................................................ 65 4. Struktur Organisasi PPNH ...................................................... 66 5. Metode Bimbingan Agama di PPNH ...................................... 68 B. Hasil dan Analisis Data ................................................................. 69 1.
Gambaran Umum Responden ................................................ 69
2.
Metode Bimbingan Agama Dalam Membina Akhlak Remaja di PPNH.................................................................................. 70
3.
Analisis Data .......................................................................... 71 a. Uji Validitas ....................................................................... 71 b. Uji Reliabilitas ................................................................... 74 c. Uji Normalitas ................................................................... 77 d. Uji Homogenitas ................................................................ 79
C. Efektifitas Metode Bimbingan Agama Dalam Membina Akhlak Remaja di PPNH............................................................................ 79
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................. 82 B. Saran .............................................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 84 LAMPIRAN
vii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Agama adalah ketetapan ilahi yang diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup. Oleh karena itu dengan beragama, manusia dapat hidup dengan damai, tentram, aman dan bahagia. Di dalam buku membumikan al-Qur‟an “M. Quraish Shihab menjelaskan agama dengan merujuk kepada al-Qur‟an bahwa ia memulai berbahasa itu dengan pendekatan kebahasaan. Jadi agama adalah hubungan antara makhluk dengan Khaliqnya, hubungan tersebut diwujudkan dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin dalam sikap kesehariannya.”1 Dalam kamus sosiologi pengertian agama (religion) mencakup tiga hal yakni: Kepercayaan kepada hal-hal spiritual, perangkat kepercayaan dan praktek-praktek yang dianggap sebagai tujuan sendiri dan idiologi mengenai hal-hal supranatural.2 Islam merupakan agama universal dan mempunyai konsep tersendiri tentang manusia. Dalam pandangan Islam, setiap manusia yang lahir membawa fitrah Allah SWT. Manusia diciptakan Allah SWT disertai dengan naluri beragama yaitu agama tauhid. Jika ada segelintir orang yang tidak beragama, maka hal ini tidak pantas karena mereka hanyalah korban dari pengaruh lingkungan yang rusak dan tidak ada nuansa agama di lingkungan tersebut. Islam memerintahkan bahwa setiap orang mampu menjalankan
1 2
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Jakarta: Miza 1999), hal. 209. Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi, (Jakarta: CV. Rajawali, 1990), hal. 430.
2
perintah-perintah agama dan menjauhi larangan-Nya dengan penuh tanggung jawab. “Orang yang memiliki kesadaran beragama secara matang dan bertanggung jawab dengan keberagamaannya, akan mendapat kebahagiaan dan ketenangan yang bisa mematangkan kepribadian serta kemampuan untuk menganalisa keadaan.”3 Prinsip-prinsip keagamaan yang sudah diajarkan sejak kecil hingga remaja, dewasa dan pada akhirnya menutup mata, harusnya kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dalam kehidupan yang selalu berorientasi dan berhadapan dengan kemajuan dalam bidang material telah banyak menelantarkan nilai-nilai keislaman serta moral bangsa. Melihat dunia di zaman sekarang yang serba modern ini, ditunjang dengan kemajuan teknologi yang merambah keseluruh penjuru dunia, bahkan hingga peloksok-peloksok desa, maka yang harus dihadapi adalah, sistem masyarakat yang lebih berpendidikan dan lebih canggih. Akan tetapi kalau dilihat dari keislaman yang dianut sebagian besar di mayarakat Indonesia, secara perlahan nilai-nilai keagamaan itu telah digeser oleh kemajuan zaman yang amat pesat, bahkan ada sebagian masyarakat yang melupakan nilai-nilai ajaran Islam yang agung. Sudah berlangsung lama nilai-nilai keagamaan dijunjung tinggi umat Islam dan diterapkan dalam kehidupan, akan tetapi lambat laun kemerosotan moral terjadi dikalangan masyarakat Islam sendiri khususnya remaja. Generasi muda (remaja) merupakan generasi penerus yang akan melanjutkan perjuangan bangsa. Oleh karena itu, masa depan dan maju
3
Yusuf Burhanuddin, Kesehatan Mental, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hal. 23.
3
mundurnya suatu bangsa tegantung pada remajanya. Dengan kata lain apabila generasi mudanya baik, maka suatu negara akan maju dan berkembang, begitu pula sebaliknya, jika generasi mudanya buruk, maka negarapun akan mundur bahkan bisa saja hancur. Mengingat semakin pesatnya usaha pembangunan, modernisasi dan industrialisasi yang mengakibatkan semakin kompleksnya masyarakat, maka banyak pula kasus-kasus yang muncul dikalangan para remaja, banyaknya penyimpangan moral dikalangan remaja saat ini dengan berbagai faktor yang melatar belakanginya, diantaranya yaitu lingkungan masyarakat sekitar dan keluarga yang secara tidak langsung memberi peluang para remaja untuk berbuat hal-hal yang keluar dari batas-batas nilai moral dan juga mempunyai akhlak yang buruk, seperti tidak mempunyai rasa empati terhadap orang lain, kurangnya rasa hormat terhadap yang lebih tua, tidak mempunyai toleransi, kurang mengontrol diri, tidak baik hati dan tidak adil dalam suatu hal. Oleh karenanya, penting sekali upaya-upaya pembinaan akhlak remaja harus dilakukan seperti, menyebarluaskan dikalangan remaja beberapa sarana untuk memperteguh moral dan mental agar dapat terhindar dari dorongan nafsu ingin berbuat jahat. Sarana tersebut adalah ajaran-ajaran agama, etika budi pekerti, norma-norma sosial. Upaya lain yang berusaha mencegah kemungkinan timbulnya kenakalan remaja yaitu dengan meniadakan faktorfaktor yang terkenal sebagai penyebab timbulnya kenakalan remaja misalnya: memperbaiki ekonomi rakyat seperti pengangguran, kemiskinan, kelaparan dan lainnya, mempertinggi kebudayaan dan memperbaiki peradaban.
4
Masa remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa, dimana dalam dunia mereka sedang mengalami rasa ego yang amat tinggi yang amat membutuhkan arahan dan bimbingan. Remaja yang memiliki rasa ingin tahu tidak cukup hanya diberikan siraman rohani yang isinya sejumlah doktrin agama yang harus diterima begitu saja, melainkan doktrin-doktrin agama ini harus ditelaah lebih dalam sehingga generasi muda benar-benar telah mengetahui mengapa mereka harus memilih Islam sebagai pedoman hidupnya. Menurut Zakiah Daradjat “remaja adalah masa pertumbuhan fisik cepat dan prosesnya terus berjalan ke depan sampai titik tertentu. Perubahan yang berlangsung cepat dan tiba-tiba, mengakibatkan terjadinya perubahan lain pada segi sosial dan kejiwaannya, remaja semakin peka dan sikapnya berubah-ubah, tidak stabil kelakuannya dan demikian pula kadang ia patut, ragu, cemas dan sering melontarkan kritikan kadang-kadang pada keluarga, masyarakat atau terhadap adat kebiasaan.”4 Pada saat sekarang ini banyak sekali remaja-remaja yang sikap keberagamaannya sangat memprihatinkan terutama dalam masalah akhlak atau tingkah laku, misalnya banyak remaja yang terlibat dalam tindakan kriminal, seperti tawuran, narkoba, pakaian seksi, dan kenakalan-kenakalan remaja lainnya. Berkaitan dengan hal tersebut maka seseorang harus memiliki ilmu tentang pendidikan agama Islam, khususnya tentang akhlak dan moral, sehingga dengan pengetahuan tersebut seseorang dapat berakhlak dengan baik dan mempunyai moralitas yang tinggi yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
4
hal.14.
Zakiah daradjat, Remaja Harapan dan Tantangan, (Jakarta: Ruhama, 1995), cet. Ke-2,
5
Oleh sebab itu, pentingnya remaja memperdalam ilmu agama agar dapat bertindak dan berprilaku sesuai dengan syari‟at islam serta berakhlak baik. Untuk memahami dan memperdalam agama islam dan menjadikan remaja bersikap, berprilaku dan bermoral, diperlukan adanya upaya-upaya bimbingan agama yang sungguh-sungguh agar perilaku mereka lebih terarah dan bermoral serta berakhlak baik, kegiatan seperti itu dapat dilakukan di lingkungan keluarga, lembaga, maupun masyarakat. Sesuai firman Allah dalam al-Qur‟an surat An-Nahl ayat 125:
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl:125).
Pembinaan akhlak dititik beratkan kepada pembentukan mental anak atau remaja agar tidak mengalami penyimpangan. Dengan demikian akan mencegah terjadinya kenakalan remaja, sebab pembinaan akhlak berarti bahwa, anak remaja dituntun agar belajar memiliki rasa tanggung jawab. Pada hikakatnya penjahat yang sudah dewasa merupakan perkembangan lebih lanjut dari kebiasaan melakukan kejahatan di waktu kecil, pada masa-masa perkembangan mental, yakni masa remaja. Kurangnya pendidikan agama
6
dalam diri seseorang dapat menyebabkan rusaknya akhlak dan menurunnya moral. Maka dari itu, pendidikan agama dianggap sangat penting, karena dapat membentuk kepribadian yang lebih baik yang terwujud dalam sikap dan tingkahlaku dalam kehidupan kita sehari-hari. Menurut Zakiah Darajat “pendidikan agama itu hendaknya dapat mewarnai kehidupan anak sehingga agama ini benar-benar menjadi bagian dari pribadinya yang akan menjadi pengendali dalam kehidupan di kemudian hari.”5 Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan sekaligus pengkaderan tradisional yang khas dan unik, pesantren juga mempunyai subkultur yang berbeda dengan masyarakat pada umumnya, pengembangan pesantren biasanya ditandai oleh sejumlah perangkat yang terjalin dalam kehidupannya. Pondok pesantren juga terdapat yang modern yang dimana penekanan berbahasa Arab dan Inggris lebih besar, memiliki sekolah dibawah kurikulum dan tidak lagi memakai sistem pengajian yang tradisional. “ Tetapi setidaknya ada dua perangkat yang menjadi ciri umum lembaga ini yaitu kiyai yang berperan sebagai sumber penyerapan ilmu dan pembimbing dan kedua adalah santri sebagai penimba bimbingan.”6 Dalam mensyiarkan Islam pondok pesantren mengutamakan keimanan (keyakinan) kepada Allah SWT, dan pondok pesantren juga menanamkan akhlak yang mulia, karena akhlak tidak begitu saja mudah terbentuk dalam diri seseorang, tetapi harus diupayakan melalui proses pembentukan yang cukup lama dan usaha yang sungguh-sungguh. Dalam pembentukan akhlak 5
Zakiah Darajat, Ilmu Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), cet. Ke-14, hal. 107 Dudung Abdurrahman, jurnal penelitian agama, (No.19 Th.IV januari-april, 1999) hal.8.
6
7
generasi muda harus disertai dengan contoh dan suri tauladan yang baik, dengan pembiasaan yang dilakukan secara terus menerus dan melalui pendidikan baik secara formal, informal maupun non formal. “Kehidupan pesantren dimana santri bersedia melakukan segenap bimbingan dari kyai guna memperoleh barokah ilmunya akan memberi bekas yang mendalam pada jiwa santri yang sedang menuntut ilmu di pondok pesantren. Bekas ini pulalah yang pada gilirannya nanti akan membentuk sikapnya yang akan dibawa kedalam kehidupan dirinya dan masyarakat luas, sudah pasti merupakan pilihan ideal pada kondisi sarba tradisional ini.”7 Disinilah letak daya tarik yang besar dari pesantren, sehingga para orang tua masih cukup banyak yang bersedia mengirim putra-putrinya untuk belajar di pondok pesantren. Efektifnya bimbingan agama apabila dilakukan dengan segala kegiatan yang akurat sehingga dapat berjalan dengan efisien dan bahkan menjadi pendorong bagi perubahan umat ke arah yang lebih baik bila dikemas dengan cara dan metode yang tepat dan sistematis. Oleh karena itu untuk melakukan kegiatan bimbingan agama maka diperlukan metode-metode yang representatif dengan menggunakan bahasa yang lugas, menarik, bijaksana sehingga komunikasi menjadi menarik. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian di Pondok Pesantern Nurul Hidayah Pusat dengan judul “Efektifitas Metode Bimbingan Agama Dalam Membina Akhlak Remaja Di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat Leuwisadeng Bogor”. 7
Abdurrahman Wahid, menggerakan tradisi Esai-esai pesantren, (Yogyakarta: LKIS, 2001), hal.16.
8
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Persoalan yang diteliti untuk skripsi ini dibatasi pada efektifitas metode bimbingan agama dalam membina akhlak remaja di pondok pesantren Nurul Hidayah pusat Leuwisadeng Bogor. 2. Perumusan masalah Berdasarkan uraian dan paparan diatas, maka peneliti merumuskan masalahnya, yaitu: 1. Bagaimana metode bimbingan agama dalam membina akhlak remaja di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat? 2. Apakah efektif atau tidak metode bimbingan agama yang digunakan dalam membina akhlak remaja di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat? C. Hipotesis Penelitian Ho : Metode bimbingan agama tidak efektif dalam membina akhlak remaja di popes nurul hidayah pusat : Metode bimbingan agama efektif dalam membina akhlak remaja di popes nurul hidayah pusat. D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui dan memahami metode bimbingan agama dalam membina akhlak remaja. b. Untuk mengetahui metode apa yang digunakan dalam membina akhlak remaja di Pondok Pesantren Nurul Hidayah pusat.
9
c. Untuk mengetahui efektif atau tidaknya metode bimbingan agama di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat dalam membina akhlak remaja. 2. Manfaat Penelitian a. bisa memberikan sumbangan keilmuan dan pengetahuan yang meliputi Ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam dan keagaamaan khususnya berkaitan dengan efektifitas metode bimbingan agama di pondok pesantren nurul hidayah pusat dalam membina akhlak remaja di pondok pesantren nurul hidayah pusat. b. bisa memberikan kontribusi positif bagi pengembangan keilmuan dan kurikulum Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. c. Untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI). d. dapat dijadikan evaluasi bagi pengurus Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat tentang efektifitas metode bimbingan agama dalam membina akhlak remaja di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat. E. Tinjauan Kepustakaan Setelah melakukan penelusuran skripsi pada Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis mengadakan tinjauan kepustakaan terhadap beberapa skripsi yang memiliki kemiripan judul untuk menghindari bentuk plagiat, antara lain:
10
1. Abdullah, Program Studi Bimbingan Dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta angkatan 2006 dengan judul “Hubungan Bimbingan Agama Habib Hasan Bin Ja‟far Assegaf Dalam Pembinaan Akhlak Remaja Di Majlis Ta‟lim Nurul Musthofa Cigunjur Jakarta Selatan”. Skripsi ini berisi tentang kegiatan bimbingan agama Habib Hasan Bin Ja‟far Assegaf dalam Pembinaan Akhlak remaja di Majlis Ta‟lim Nurul Musthofa Cigunjur Jakarta Selatan. Akhlak remaja yang dimaksud adalah gambaran jiwa yang muncul saat manusia akan mengerjakan suatu perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. 2. Wishnu Anugrahingwidi, program Studi Bimbingan Dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta angkatan 2008 dengan judul “Metode Bimbingan Agama Dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Anak Warga Binaan Sosial (WBS) Di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1 (PSBIBD) Kedoya Jakarta Barat”.Skripsi ini berisi tentang metode yang digunakan oleh pembimbing agama di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya1 Kedoya Jakarta Barat dalam meningkatkan kecerdasan spiritual anak WBS di PSBIBD 1 Kedoya Jakarta Barat. 3. Dedeh Mahmudah, program Studi Komunikasi Dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta angkatan 2004 dengan judul “Efektifitas Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah Dalam Pembinaan Akhlak Santri At-Taqwa Putra Bekasi”. Skripsi ini berisi
11
tentang efektifnya penggunaan metode dakwah mauidzoh hasanah dalam membina akhlak santri di At-taqwa Putra Bekasi. Dari ketiga hasil penelitian di atas, penulis menyatakan bahwa hasil penelitian penulis sangat berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya. Peneliti ini berfokus pada efektifitas metode bimbingan agama dalam memembina akhlak remaja dipondok pesantren nurul hidayah pusat. F. Sistematika Penulisan Dalam penelitian skripsi ini peneliti mengacu pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Cetakan I, Januari 2007. Untuk memudahkan penlisan, maka penulis membagi pembahasan skripsi ini menjadi enam bab dengan sitematika pembahasan sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Pada bab ini berisi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, hipotesis penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kepustakaan dan sistematika penulisan.
BAB II
LANDASAN TEORI Dalam bab ini menjelaskan mengenai pengertian efektifitas, pengertian metode, pengertian, tujuan, prinsip, asas, fungsi dan metode bimbingan Agama, pengertian membina, ruang lingkup, faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak dan
12
macam-macam akhlak, serta pengertian remaja karakteristik remaja
dan
faktor
yang
mempengaruhi
proses
perkembangan remaja. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini memuat tentang pendekatan dan jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sample,
variabel
dan
indikator
penelitian,
definisi
oprasional, teknik pengumpulan data, uji instrumen dan metode analisis data. BAB IV
GAMBARAN UMUM DAN ANALISIS DATA Bab ini menguraikan tentang gambaran umum dan lokasi penelitian melalui sejarah, visi dan misi, struktur organisasi, Tujuan, sistem pendidikan dan metode bimbingan agama di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat. Bab ini juga menguraikan tentang data-data hasil penelitian, hasil angket, klasifikasi responden, deskripsi hasil penelitian dan hasil anilisis data.
BAB V
PENUTUP Pada bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian dan saransaran serta rekomendasi yang menjadi penutup dari pembahasan skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
13
BAB II LANDASAN TEORI
A. Efektifitas Metode Bimbingan Agama 1. Pengertian Efektifitas Dalam kamus besar bahasa Indonesia “kata efektifitas mempunyai beberapa arti, yang pertama adalah adanya efek, akibat, pengaruh dan kesannya, Arti kedua yaitu manjur atau mujarab, sedangkan yang ketiga berarti, dapat membawa hasil atau hasil guna. Kata efektif diambil dari kata “efek” yang artinya akibat atau pengaruh. Sedangkan “efektif” berarti adanya pengaruh atau akibat dari sesuatu.”8 efektifitas ialah berhasil atau berpengaruhnya setelah melakukan sesuatu. Sedangkan menurut ensiklopedi umum, “efektifitas menunjukan taraf tercapainya serta usaha dikatakan efektif apabila usaha itu mencapai tujuannya secara ideal keefektifannya yakni pencapaian prestasi dari tujuan taraf efektifitas dinyatakan dengan ukuran yang pasti.”9 jadi efektifitas adalah terdapat pengaruh atau akibat terhadap sesuatu yang telah dilakukan, yang dimana kegiatan tersebut sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Terdapat beberapa tokoh yang menjelaskan tentang pengertian efektifitas, yaitu sebagai berikut :
8
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa (P3B), Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka Depdikbud, 1995), Cet. Ke-7, Edisi 3, h. 250. 9 A. B. Pridodgdo, Hasan Shadily, Ensiklopedi Umum, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), Cet. Ke-8, h.296.
14
1. Menurut John. M. Echols dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia secara etimologi efektifitas berasal dari kata efektif yang artinya berhasil guna.10 2. Eric Buckley mengartikan “efektifitas sebagai The Quality of being effective. In various sebse. Efectivity the quality or state being effective and power to be effective.”11 Secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu kualitas yang menjadi efektif dalam berbagai hal atau bidang. Efektifitas ialah suatu status mutu menjadi efektif dan menggerakan untuk bisa efektif. 3. Dennis Mc Quail, efektifitas secara teori komunikasi berasal dari kata efektif yang artinya terjadinya suatu perubahan atau tindakan sebagai akibat diterimanya suatu pesan, dan perubahannya terjadi dalam segi hubungan antara keduanya, yakni pesan yang diterima dan tindakan tersebut.12 4. Peter. F. Drucker, menurutnya efektifitas itu dapat dan harus dipelajari secara sistematis, sebab ia bukanlah bentuk sebuah keahlian yang lahir secara ilmiah. Efektifitas kerja dapat diwujudkan melalui sebuah rangkaian kerja, latihan yang intens, terarah dan sistematis, bekerja dengan cepat sehingga menghasilkan kreatifitas.13 5. Gibson, James L, Wancevich, John M, dan Donelly bahwa pengertian efektifitas adalah penilaian yang dibuat sehubungan dengan prestasi 10
John. M. Echols, Kamus Inggris-Indonesi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1990), Cet. Ke-8, h. 207. 11 Eric Buckley, The Oxford English Dictionar, (Oxford: The Clarendom Press, 1978), Vol. III, h.49. 12 Dennis Mc. Quail, Teori Komunikasi Suatu Pengantar, (Jakarta: Erlangga Pratama, 1992), h. 281. 13 Peter F. Drucker, Bagaimana Menjadi Eksekutif Yang Efektif, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1986), h. 5.
15
individu, kelompok dan organisasi. Makin dekat prestasi mereka yang diharapkan atau prestasi yang standar, maka akan makin efektif dalam menilai mereka.14 Dalam kamus umum bahasa Indonesia “efektifitas merupakan keterangan yang artinya ukuran hasil tugas atau keberhasilan dalam pencapaian tujuan.”15 “Usaha dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuannya. Secara ideal efektifitas dapat dinyatakan dengan ukuran-ukuran yang agak pasti, misalnya: usaha X, 60% dalam mencapai tujuan Y.”16 Dari pengertian-pengertian efektifitas di atas, dapat disimpulkan bahwa efektifitas yaitu keberhasilan atau terdapat pengaruh (efek) yang sesuai dengan tujuan, yang tujuan tersebut diusahakan dengan baik sehingga mendapat suatu manfaat yang diinginkan. Efektifitas tidak hanya sekedar memberi pengaruh atau kesan akan tetapi berkaitan dengan penetapan standar, profesionalitas, penetapan sasaran, keberadaan program, materi, berkaitan juga dengan metode atau cara sarana atau fasilitas dan juga dapat memberikan pengaruh. 2. Pengertian Metode Bimbingan Agama Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode yaitu suatu cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud dengan ilmu pengetahuan dan sebagainya.17 Dalam pengertian harfiah, metode adalah
14
F.X. Suwarto, Ensiklopedia Nasional Indonesia (Ces-Ham), (Jakarta: Ictiar Baru Van Hoeve, 1980), Jilid III, h. 134. 15 Suharto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Surabaya: Pt. Indah, 1995), Cet. Ke-1,h. 742. 16 F.X. Suwarto, Ensiklopedia Nasional Indonesia, (Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka, 1989), Jilid V, h. 12. 17 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), Cet. Ke-2, h.580.
16
jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.18 Secara etimologi metode berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari penggalan kata “meta” yang berarti melalui dan “hodos” berarti jalan. Bila digabungkan maka metode bisa diartikan jalan yang harus dilalui.19 Dalam pengertian yang lebih luas, metode bisa diartikan sebagai segala sesuatu atau cara yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Apabila kita artikan secara bebas metode adalah cara yang telah diatur melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud. Metode merupakan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan, demikian halnya dalam bimbingan agama diperlukan metode yang tepat untuk digunakan dalam rangka pencapaian tujuan yaitu membentuk individu yang mampu memahami diri dan lingkungannya pentingnya metode ini terdapat dalam firman Allah surat al-Maidah ayat 35:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan” (Q.S Al-Maidah: 35).
18
H. M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama, (Jakarta : PT Golden Terayon Press, 1998), Cet. Ke-6, h. 43. 19 Drs. M. Lutfi, Ma, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:Lembaga Penelitian Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h.120.
17
Ayat tersebut menerangkan bahwa untuk mencapai tujuan serta keberuntungan harus mencari jalan, cara, metode, yang tepat sehingga apa yang diharapkan terkabul dan mendapat ridha Allah SWT. 3. Pengertian Bimbingan Agama Secara etimologi, kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu “guidance” yang berarti menunjukan, memberi jalan, menuntun,
membimbing,
membantu,
mengarahkan,
pedoman
dan
petunjuk. Kata dasar atau kata kerja dari “guidance” adalah “to guide”, yang artinya menunjukan, menuntun, memberi pedoman, menjadi petunjuk jalan, dan mengemudikan.20 Dan arti dari bimbingan, yang paling umum digunakan adalah memberikan bimbingan, bantuan dan arahan. Secara terminologi, bimbingan adalah suatu usaha membantu orang lain dengan mengungkapkan dan membangkitkan potensi yang dimilikinya sehingga dengan potensi itu seseorang akan memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya secara wajar dan optimal, yakni dengan cara memahami dirinya maupun mengambil keputusan untuk hidupnya. Maka dengan itu ia akan dapat mewujudkan kehidupan yang baik, berguna dan bermanfaat untuk masa kini dan masa yang akan datang.21 Donald G. Mortensen dan Alan M. Schumuller mengemukakan tentang bimbingan yaitu: “guidance may be defined as that part of the total educational program that helps provide the personal opportunities and specialized staff services by which each individual can developed to the
20
Prof. H. M. Arifin, M. Ed, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Golden Terayon Press, 1982), Cet. Ke-1, h.1. 21 Drs. M. Lutfi, Ma, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Penyuluhan (Konselin) Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 6.
18
fullest of his abilities and capacities in term of the democratic idea”.22 Dapat diartikan secara sederhana bahwa bimbingan dapat didefinisikan sebagai bagian dari program pendidikan keseluruhan yang membantu menyediakan kesempatan pribadi dan layanan staf khusus dimana setiap individu dapat dikembangkan secara maksimal kemampuan dan kapasitas dalam jangka gagasan demokrasi. Adapun definisi bimbingan menurut para ahli yang berbeda-beda sesuai dengan pandangannya masing-masing yaitu: a. Menurut Stoops, seperti yang dikutip oleh Djumhur dan M. Surya menyatakan bahwa bimbingan adalah suatu proses yang terus menerus dalam membantu perkembangan seorang individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimal, yang mengarah kepada manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun masyarakatnya.23 b. Sedangkan dalam konsep Islam bimbingan adalah “Proses Pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat”.24 c. Crow and Crow mengungkapkan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki kepribadian baik dan pendidikan yang memadai, kepada individu dari setiap usia, untuk
22
Dr. Syamsu Yusuf Dan Dr. A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan Dan Konseling, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. Ke-2, h.6. 23 Jumhur M. Surya, Bimbingan Penyuluhan Di Sekolah (Cevidenci Dan Conseling), (Bandung : Cv. Ilmu, 1975), h. 25. 24 Thohari Musnawar, Dasar Konseptual Bimbingan Dan Konseling Islam, (Yogyakarta : UII Press, 1992), h. 76.
19
menolongnya mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri dan memikul bebannya sendiri.25 d. Selanjutnya Prayitno mengemukakan bahwa “bimbingan adalah suatu bantuan yang diberikan kepada orang lain baik secara perorangan (individu) maupun kelompok, agar mereka dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri.”26 Pribadi-pribadi yang mandiri tersebut seperti mengenal diri sendiri dan lingkungannya, menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis, mengambil keputusan diri sendiri, mengarahkan diri sendiri dan mewujudkan diri sendiri. e. Dan Rochman Natawidjaja, mengatakan bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup untuk mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan keluarga dan masyrakat serta kehidupan pada umumnya.27 Dengan demikian dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan juga membantu individu dalam mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial. Dari pendapat di atas kita dapat memahami bahwa yang dimaksud bimbingan adalah bukan pemberian bantuan secara fisik ataupun finansial, melainkan lebih menitik beratkan kepada pemberian bantuan psikis atau
25
Drs. M. Lutfi, Ma, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Penyuluhan (Konselin) Islam, (Jakarta:Lembaga Penelitian Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 6. 26 Ibid, h.7. 27 Ibid, h. 8.
20
kejiwaan terhadap seseorang atau kelompok untuk menggali segala potensi yang dimiliki seseorang atau kelompok tersebut untuk dapat memecahkan masalahnya sendiri dan orang lain. Perkataan agama berasal dari bahasa Sansakerta yang erat hubungannya dengan agama Hindu dan Budha. Dapat dijumpai uraian tentang perkataan ini bahwa akar kata “agama adalah gam yang mendapat awalan “a”, kadang mendapat awalan “I” dan kadang juga mendapat awalan “u” yang semuanya berakhiran “a” sehingga menjadi a-gam-a, igam-a, dan u-gam-a. Dalam bahasa bali ketiganya mempunyai makna berikut yaitu, agama artinya peraturan, tata cara, upacara hubungan manusia dengan raja, igama artinya peraturan, tata cara, upacara dalam hubungan dengan dewa-dewa, sedangkan ugama artinya peraturan dan tata cara dalam berhubungan antara manusia. Dari ketiga kata itu kini dipakai oleh tiga bahasa yaitu, agama dalam bahasa Indonesia, igama dalam bahasa Jawa, dan ugama dalam Bahasa Melayu (Malaysia).”28
Bahasa Sansakerta yang menjadi asal perkataan agama, termasuk dalam rumpun bahasa Indo-Jerman, serumpun dengan bahasa Belanda dan Inggris. Dalam bahasa belanda kita temukan kata-kata “ga, gaan” dan dalam bahasa inggris kata “go” yang artinya sama dengan “gam” yaitu pergi. Namun setelah mendapat awalan dan akhiran “a” pengertiannya berubah menjadi jalan.29 Jadi agama berasal dari beberapa bahasa yang dapat kita simpulkan dari beberapa bahasa diatas, bahwa agama adalah suatu jalan, tata cara, pedoman hidup bagi semua manusia yang telah mereka percayai dan
28
Prof. H. Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), h.35. 29 H. Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), h.35.
21
mereka pelajari sejak kecil. Sedangkan pengertian agama sebagai suatu istilah yang kita pakai sehari-hari sebenarnya bisa dilihat dari dua aspek yaitu: 1. Aspek subjektif (pribadi manusia). Agama mengandung pengertian tentang tingkah laku manusia yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan yang berupa getaran batin yang dapat mengatur dan mengarahkan tingkah laku tersebut kepada pola hubungan antara manusia dengan tuhannya dan pola hubungan dengan masyarakat serta alam sekitarnya. Dari aspek inilah manusia dengan tingkah lakunya itu merupakan perwujudan (manifestasi) dari pola hidup yang telah membudaya dalam batinnya dimana nilai-nilai keagamaan telah membentuknya menjadi rujukan (referensi) dari sikap dan orientasi hidup sehari-hari. 2. Aspek objektif (doktrinair). Agama dalam pengertian ini mengandung nilai-nilai ajaran tuhan yang bersifat menuntun manusia kearah tujuan sesuai dengan kehendak ajaran tersebut. Agama dalam pengertian ini belum masuk kedalam batin manusia atau belum membudaya dalam tingkah laku manusia, karena masih berupa doktrin (ajaran) yang objektif berada diluar diri manusia. Oleh karena itu secara formal agama dilihat dari aspek objektif ini dapat diartikan sebagai peraturan yang bersifat ilahi (dari tuhan) yang menuntun orang-orang berakal budi menuju kearah ikhtiar untuk mencapai kesejahteraan hidup didunia dan memperoleh kebahagiaan di akhirat.30
30
H. M. Arifin, M. Ed, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Golden Terayon Press, 1982), Cet. Ke-1, h.1.
22
Melihat pengertian diatas bahwa agama dilihat dalam dua kategori, pertama, agama sebagai keimanan, dimana seseorang percaya terhadap kehidupan kekal dikemudian hari, kemudian mengabdikan dirinya untuk kepercayaan tersebut. Kedua, agama sebagai yang mempengaruhi perilaku manusia, dengan demikian agama identik dengan kebudayaan. Agama adalah wahyu yang diturunkan Tuhan untuk manusia. Fungsi dasar agama adalah memberikan orientasi, motivasi dan membantu manusia untuk mengenal dan menghayati sesuatu yang sakral.31 Agama dari segi bahasa dikenal dengan kata ad-Dien yang artinya menguasai, mendudukan, balasan, dan kebiasaan. Sedangkan didalam bahasa semit berarti undang-undang atau hukum.32 Menurut Zakiah Darajat, agama adalah kebutuhan jiwa atau psikis manusia yang akan mengatur dan mengendalikan sikap, pandangan hidup, kelakuan atau sikap dan cara menghadapi tiap-tiap masalah.33 Sedangkan Arif Budiman melihat agama dalam dua kategori yakni: 1. Agama sebagai keimanan (doktrin), dimana orang percaya terhadap kehidupan kekal dikemudian hari, lalu orang mengabdikan dirinya untuk kepercayaan tersebut. 2. Agama yang mempengaruhi perilaku manusia. Oleh karena itu agama identik dengan kebudayaan.34
31
Mastuhu, Metodologi Penelitian Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Prasada, 2006), h.
1. 32
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 9. Zakiah Darajat, Pendidikan Agama Dan Pembinaan Mental,(Jakarta: Bulan Bintang, 1982), Cet. Ke-3, h. 52. 34 Arif Budiman, Agama Demokrasi Dan Keadilan, (Jakarta: PT Gramedia, 1993), h. 20. 33
23
Para ulama sebagai pewaris para Nabi (Waratsat Al-anbiya) bertugas menjadi mu’allim (guru) dan muhazzdib (pendidik) atau sebagai mubassyir dan nadhir (penghibur dan petunjuk jalan) sebagaimana halnya fungsi dan tujuan Nabi Muhammad SAW yang diutus menjadi Mu’allim (guru) dan pendidik akhlak al-karimah.35 sebagaimana sabda beliau :
ِ ت الُمتِم َم َك َارَم اْالَ ْخالَ ُق ُ ْإِمنَا بُعث Artinya : “Saya diutus untuk memyempurnakan akhlak yang mulia”.(H.R Bukhari).36 Jadi dapat kita ketahui bahwa bimbingan agama adalah usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang mengalami kesulitan baik lahiriah maupun batiniah, yang menyangkut kehidupannya dimasa kini dan masa mendatang, bantuan tersebut berupa pertolongan bidang mental dan spiritual, agar orang yang bersangkutan mampu mengatasinya dengan kemampuan yang ada pada diri sendiri melalui dorongan dari kekuatan iman dan taqwanya kepada Tuhannya. Bimbingan agama juga merupakan usaha memberikan bantuan kepada seseorang dengan menggunakan pendekatan ajaran agama yaitu ajaran agama islam, baik tujuan materi ataupun metode yang diterapkan. Bimbingan tersebut berupa pertolongan dibidang mental spiritual, yang bertujuan agar dapat mengembangkan potensi fitrah yang dibawa sejak lahir secara optimal dengan menginternalisasikan nilai-nilai yang
35
H. M Umar, Tartono, Bimbingan Dan Penyuluhan (Bandung: PT Pustaka Setia, 1998) Cet. Ke-1, h. 77. 36 Muhammad Fu‟ad Abdul Baqi, Kumpulan Hadist Shahih Bukhari Muslim, (Jakarta: Insan Kamil, 2002), h. 273.
24
terkandung dalam al-Qur‟an dan hadits Rasulullah dalam dirinya, sehingga ia hidup dan bersikap atau bertindak (berakhlak) sesuai dengan apa yang dianjurkan Allah dan Rasulullah. Oleh karenanya, Nabi Muhammad SAW menduduki fungsi sebagai counselor agung di tengah umatnya, yang di teladani oleh para sahabatnya dan para ulama sepanjang zaman. Dengan fenomena yang seperti inilah peran para ulama, kyai dan seseorang yang memahami agama Islam secara mendalam sangat dibutuhkan dan yang akan membimbing manusia ke jalan yang diridhoi Allah SWT. 4. Prinsip-Prinsip dan Asas-Asas Bimbingan Agama a. Prinsip-prinsip Bimbingan Agama prinsi-prinsip bimbingan agama menurut Bimo Walgito yaitu meliputi: 1. Bimbingan dimaksudkan untuk anak-anak dewasa. 2. Usaha-usaha bimbingan dalam prinsipnya harus menyeluruh ke semua orang karena semua orang tentu mempunyai masalah yang butuh pertolongan. 3. Agar bimbingan dapat berhasil baik, dibutuhkanlah pengertian yang mendalam mengenai orang yang dibimbing maka perlu diadakan evaluasi (penilaian) dan penyelidikan-penyelidikan individual. 4. Fungsi dari bimbingan adalah menolong orang supaya berani dan bertanggung jawab sendiri dalam menghadapi kesukarannya, sehingga
25
hasilnya dapat berupa kemajuan dari keseluruhan pribadi orang yang bersangkutan.37 Sedangkan menurut Arifin prinsip-prinsip bimbingan agama meliputi: 1. Setiap individu adalah makhluk yang dinamis dengan kelalaiankelalaian kepribadian yang bersikap individual serta masing-masing mempunyai kemungkinan untuk berkembang dan menyesuaikan diri dengan situasi sekitar. 2. Suatu kepribadian yang bersifat individual tersebut terbentuk dari dua faktor pengaruh, yaitu pengaruh dari dalam yang berupa bakat dan ciri-ciri keturunan baik jasmani maupun rohani, dan faktor pengaruh yang diperoleh dari lingkungan, baik lingkungan masyarakat sekarang maupun lampau. 3. Setiap individu adalah organisasi yang berkembang dan tumbuh dari dalam keadaan yang senantiasa berubah, perkembangannya dapat dibimbing ke arah hidupnya, menguntungkan bagi dirinya sediri dan masyarakat sekitar. 4. Setiap individu dapat memperoleh keuntungan, pemberian bantuan dengan melakukan pilihan-pilihan dalam hal yang memajukan kemampuan seperti menyesuaikan diri dan mengarahkan kedalam kehidupan yang sukses. 5. Setiap individu diberikan hak yang sama serta kesempatan yang sama dalam mengembangkan pribadinya masing-masing, tanpa 37
Bimo Walgito, Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah, (Yogyakarta: Andi Ofset, 1995), h. 21-22.
26
memandang
perbedaan
suku,
bangsa,
agama,
idiologi
dan
sebagainya.38 Di samping itu Muhammad Hatta memberikan prinsip layanan bimbingan agama yang meliputi: 1. Bimbingan dilakukan secara sistematis dan berhubungan dengan perkembangan individu. 2. Bimbingan berorientasi kepada bentuk kerja sama, bukan bentuk paksaan. 3. Bimbingan didasarkan pada penghargaan atas harkat dan martabat dan nilai individu. 4. Setiap individu harus diberi hak dan kesempatan yang sama dalam mengembangkan pribadinya masing-masing tanpa membedakan suku, bangsa dan lainnya. 5. Dalam memberikan bantuan pembimbing mengusahakan agar dapat berdiri sendiri dan semakin mampu mengatasi masalah hidupnya. 6. Harus didasari bahwa setiap individu memiliki fitrah beragama yang dapat berkembang dengan baik bila diberi kesempatan dengan bimbingan yang baik.39 b. Asas-asas Bimbingan Agama Menurut Badan Wakaf UII, ada 3 asas dalm bimbingan agama yaitu sebagai berikut:
38
Prof. H. M. Arifin, M. Ed, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan Dan Penyuluhan Agama Di Sekolah Dan Luar Sekolah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), Cet. Ke-5, h. 31-32 39 Muhammad Hatta, Citra Dakwah Di Abad Informasi, (Medan: Pustaka Wijaya Sarana, 1995), h.115.
27
1. Asas fitrah, pada dasarnya manusia sejak lahir telah dilengkapi dengan segenap potensi, sehingga diupayakan pengembalian potensi tersebut. Selain itu fitrah juga manusia membawa naluri agama islam yang meng-Esakan Allah, sehingga bimbingan agama harus senantiasa mengajak kembali manusia memahami dan menghayatinya. 2. Asas kebahagiaan dunia dan akhirat, bimbingan agama membentuk individu dan memahami tujuan hidup manusia yaitu mengabdi kepada Allah SWT dalam rangka mencapai tujuan akhir sebagai manusia yaitu mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. 3. Asas Mauidzah Hasanah, bimbingan agama dilakukan dengan sebaikbaiknya dengan menggunakan segala sumber pendukung secara efektif dan efisien, karena dengan hanya penyampaian hikmah yang baik sajalah hikmah itu akan tertanam pada individu yang dibimbing.40 5. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Agama a. Tujuan Bimbingan Agama Setiap manusia pasti mengalami hambatan serta rintangan dikehidupannya dalam menggapai keinginannya menjadi kenyataan, sehingga sangat diperlukan bimbingan agama untuk selalu memperkokoh rasa keimanan dalam menghadapi berbagai rintangan tersebut. Dalam bukunya Ainu Rahim Faqih membagi tujuan bimbingan agama menjadi dua bagian yaitu sebagai berikut: -
40
Tujuan Umum
Badan Wakaf Uii, Al-Qur’an Dan Tafsir, (Yogyakarta: PT Dana Bakti Wakaf, 1990), Jilid 4, Juz 10-12, h. 406.
28
Membantu seseorang guna mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat kelak. -
Tujuan Khusus 1.
Membantu
individu
agar
tidak
menghadapi
masalah,
maksudnya pembimbing berusaha membantu mencegah jangan sampai individu menghadapi atau menemui masalah. Dengan kata lain membantu individu mencegahnya timbul masalah bagi dirinya sendiri. 2.
Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi.
3.
Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau telah lebih bagik agar tetap baik atau menjadi lebih baik.41
b. Fungsi Bimbingan Agama Memperhatikan tujuan umum dan khusus di atas, Ainur Rahim Faqih merumuskan fungsi dari bimbingan agama yaitu : a.
Fungsi Preventif, yaitu membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.
b.
Fungsi Kuratif atau Korektif, yaitu membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.
41
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan Dan Konseling Dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001), h. 36.
29
c.
Fungsi Preservatif, yaitu membantu individu agar situasi yang semula tidak baik menjadi lebih baik, dan kebaikan itu bertahan lama.
d.
Fungsi Development atau pengembangan, yaitu membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi
yang baik,
sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab masalah baginya.42 Fungsi pemeliharaan dan pengembangan yaitu fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan ini dapat membantu para individu dalam memelihara dan mengembangkan pribadinya secara menyeluruh, mantap, terarah dan berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan di atas dan sejalan dengan fungsifungsi
bimbingan
agama
tersebut,
maka
“Ainur
Rahim
Faqih
mengemukakan di dalam bukunya, melakukan bimbingan agama secara garis besar disebutkan sebagai berikut: 1.
Membantu individu mengetahui, mengenal, dan memahami keadaan dirinya sesuai dengan hakekatnya atau memahami kembali keadaan dirinya, sebab dalam keadaan tertentu dapat terjadi individu tidak mengenal atau tidak menyadari keadaan dirinya yang sebenarnya. Secara singkat dikatakan bimbingan agama mengingatkan kembali individu akan fitrahnya.
2.
Membantu individu menerima keadaan dirinya sebagaimana adanya, dari segi baik dan buruknya, kekuatan serta kelemahannya, sebagai sesuatu yang memang telah ditetapkan Allah (nasib atau takdir),
42
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan Dan Konseling Dalam Islam…..h. 36.
30
tetapi juga harus disadari bahwa manusia harus berikhtiar, kelemahan yang ada pada dirinya bukan terus menerus disesali. dapat dikatakan untuk membantu individu tawakal atau berserah diri kepada Allah. 3.
Membantu individu memahami keadaan situasi dan kondisi yang dihadapi saat ini.
4.
Membantu individu menemukan alternatif pemecahan masalah. Secara islami terapi umum untuk memecahkan masalah rohaniah individun dilakukan dengan cara yang dianjurkan oleh al-Qur‟an dan al-Hadist sebagai berikut: a. Berlaku sabar b. Membaca dan memahami al-Qur‟an c. Berzikir atau mengingat Allah.43
5. dapat memberikan petunjuk arah yang benar, dalam hal ini Allah berfirman dalam al-Qur‟an surat Asy Syuura ayat 52
Artinya: “Dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus”.44 6. Untuk pembinaan moral, mental, dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.45
43
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, (Yogyakarta: VII Press, 2002), h. 37. 44 Depag Ri, Terjemahan Al Quran, (Semarang: Toha Putra, 1989), h. 791 45 Ibid., h. 447.
31
Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dengan bimbingan agama, dapat memberikan bantuan kepada masyarakat yaitu dengan memberikan pengertian, pengetahuan dan nasehat kepada orang dengan benar, agar masyarakat dapat melakukan perbuatan yang didasari dengan ajaran agama dan memecahkan masalah sesuai pedoman agama yakni al-Qur‟an dan al-Hadist. 6. Metode Bimbingan Agama46 Ada beberapa metode yang digunakan dalam bimbingan agama, maka dalam upaya mengadakan bimbingan agama menurut pendapat Arifin. M. Ed, dapat menggunakan metode-metode sebagai berikut: 1. Metode Ceramah Metode ceramah merupakan suatu teknik atau metode didalam bimbingan dengan cara penyajian atau penyampaian informasinya melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh pembimbing terhadap anak bimbing, pembimbing juga sering menggunakan alat-alat bantu seperti gambar, kitab, peta dan alat lainnya. Metode ini sering dipakai dalam bimbingan agama yang banyak diwarnai dengan ciri karakteristik bicara seorang pembimbing pada kegiatan bimbingan agama. Metode ini pembinaannya dilakukan secara kelompok dan pembimbing melakukan komunikasi secara langsung. 2. Metode Cerita (kisah) Metode cerita adalah suatu cara penyampaian dalam bentuk cerita. Cerita merupakan media yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai 46
H. M. Arifin, M. Ed, Pedoman pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta: PT Golden Trayon Press, 1998), Cet. Ke-5, h. 44-47
32
akhlak yang baik, sekaligus karakter sesuai dengan nilai religi yang disampaikan dan pada akhirnya dapat membentuk sebuah kepribadian. Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk menyenangi cerita yang pengaruhnya besar terhadap perasaan. Oleh karena itu metode cerita dijadikan sebagai salah satu pendidikan. 3. Metode Keteladanan Metode keteladanan merupakan bagian dari sejumlah metode yang paling ampuh dan efektif dalam mempersiapkan dan membentuk individu secara moral, spiritual dan sosial. Sebab seorang pembimbing merupakan contoh ideal dalam pandangan seseorang yang tingkah laku dan sopan santunnya akan ditiru, yang disadari atau tidak, bahkan semua keteladanan itu akan melekat pada diri dan perasaannya dalam bentuk ucapan, perbuatan, hal yang bersifat material, indrawi maupun spiritual. Karenanya keteladanan merupakan faktor penentu baik buruknya seseorang yang dibimbing. Metode ini juga digunakan sebagai pemberian contoh yang baik dalam tingkah laku sehari-hari. Seorang pembimbing akan merasa sangat mudah menyampaikan secara lisan, namun belum tentu dapat menjalankannya dan dapat diterima oleh yang dibimbingnya, untuk mengatasinya, maka pembimbing harus memberikan contoh atau keteladanan, misalnya menganjurkan agar selalu berdzikir, maka pembimbing harus melakukannya atau memulainya terlebih dahulu. 4. Metode Wawancara
33
Metode wawancara merupakan salah satu cara memperoleh faktafakta kejiwaan yang dapat dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya hidup dan kejiwaan seseorang yang dibimbing pada saat tertentu yang memerlukan bimbingan. Wawancara dapat berjalan dengan baik apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Pembimbing harus bersifat komunikatif kepada anak bimbing b. Pembimbing harus dapat dipercaya sebagai pelindung oleh orang yang dibimbing. c. Pembimbing harus bisa menciptakan situasi dan kondisi yang memberikan perasaan damai dan aman serta santai kepada seseorang yang dibimbing. 5. Metode pencerahan (metode edukatif) Yaitu cara mengungkapkan tekanan perasaan yang menghambat perkembangan belajar dengan mengorek sampai tuntas perasaan atau sumber perasaan yang menebabkan hambatan atau ketegangan, dengan cara “client centered”, yang diperdalam dengan permintaan atau pertanyaan yang meyakinkan untuk mengingat-ingat serta mendorong agar berani mengungkapkan perasaan tertekan, sehingga pada akhirnya pembimbing memberikan petunjuk-petunjuk tentang usaha apa sajakah yang baik bagi yang dibimbing dengan cara yang tidak bernada imperatif (wajib), akan tetapi berupa anjuran-anjuran yang tidak mengikat. B. Membina Akhlak 1. Pengertian Membina
34
Menurut kamus bahasa Indonesia Membina adalah membangun, mendirikan atau mengusahakan supaya lebih baik atau lebih maju (sempurna).47 2. Pengertian Akhlak Pengertian akhlak dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tabiat, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun agama. Secaralinguistik atau kebahasaan kata akhlak merupakan isim jamid atau isim ghairu mustaq, yaitu isim yang tidak mempunyai akar kata, melainkan kata tersebut memang begitu adanya. Kata akhlak adalah jama‟ dari kata khuluqun atau khuluq yang artinya sama dengan arti akhlaq sebagaimana telah disebutkan di atas.48 Dari segi bahasa akhlak adalah bentuk jama‟dari “khuluq” yang artinya tingkah laku, tabiat, watak, perangai, atau budi pekerti.49 Menurut I b n u Maskawaih, kata “akhlaqun” adalah suatu kondisi jiwa yang memberikan dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak memerlukan pemikiran.50 Abdullah Salim mengemukakan bahwa akhlak adalah merupakan sifat yang tumbuh dan menyatu didalam diri seseorang. Dari sifat yang ada itulah terpancar sikap dan tingkahlaku atau perbuatan seseorang. Seperti
47
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Edisi III, h. 152. 48 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf Nilai-Nilai Akhlak Atau Budipekerti Dalam Ibadah dan Tasawuf, (Jakarta: CV Karya Mulia, 2005), h. 25 -26. 49 Subarsono.EtikaIslamTentangKenakalanRemaja,(Jakarta:BinaAksara,1989),Cet. Ke1,h.129. 50 Ibid, h.83.
35
sifat sabar, kasih sayang, atau sebaliknya pemarah, benci, dendam, iri, dan dengki sehingga memutuskan hubungan silaturahmi.51 Zakiah Daradjat mengatakan bahwa akhlak adalah kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang menyatu membentuk satu kesatuan tindakan akhlak yang ditaati dalam kenyataan hidup sehingga dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk.52 Al-Mu‟jam al-wasit menyebutkan definisi akhlak sebagai berikut: “Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahir macam-macam perbuatan baik dan buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan”. 53 Akhlak dalam konsepsi Al-Ghazali, sebagaimana yang telah dikutip oleh Muhammad Ardani, bahwa akhlak tidak hanya terbatas pada apa yang dikenal dengan teori menengah dalam keutamaan, seperti yang disebut oleh Aristoteles, dan pada sejumlah sifat keutamaan yang bersifat pribadi, tapi juga menjangkau sejumlah sifat keutamaan akali dan amali, perorangan dan masyarakat. Semua sifat ini bekerja dalam suatu kerangka umum yang mengarah kepada suatu sasaran dan tujuan yang telah ditentukan. Imam Al-Ghazaly juga mengatakan, bahwa akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan, serta perjuangan keras dan sungguhsungguh, seandainya akhlak itu tidak bisa menerima perubahan, maka batalah fungsi wasiat, nasihat, dan pendidikan, dan tidak ada pula 51
Wahyudin,AkhlakTasawuf,(Jakarta:KalamMulia,1999),Cet.Ke-3,h.4. ZakiahDaradjat,PendidikanIslam,KeluargadanSekolah,(Jakarta:CVRuhama,1995),Cet.
52
Ke-2,h.5. 53
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), Cet. Ke-11, h. 2.
36
fungsinya hadits nabi yang mengatakan “perbaikilah akhlakkamu sekalian”.54 Sebagaimana yang telah dikutip Muhammad Ardani, Akhlak menurut Al-Ghazali, mempunyai tiga dimensi: a. Dimensi diri, yakni orang dengan dirinya dan Tuhannnya, seperti ibadah dan shalat. b. Dimensi sosial, yakni masyarakat, pemerintah dan pergaulannya dengan sesamanya. c. Dimensi metafisis, yakni akidah dan pegangan dasarnya. 55 Dalam konsep akhlak adalah suatu sikap mental (halun lin nafs) yang mendorong untuk berbuat tanpa berfikir dan pertimbangan. Keadaan atau sikap jiwa ini terbagi dua: ada yang berasal dari watak (tempramen) dan ada yang berasal dari kebiasaan dan latihan. Dengan kata lain tingkah laku manusia mengandung dua unsur-unsur watak naluri dan unsur usaha lewat kebiasaan dan latihan. Sedangkan menurut alFarabi, sebagaimana yang telah dikutip oleh Muhamad Ardani, ia menjelaskan bahwa “akhlak adalah suatu tujuan untuk memperoleh kebahagian yang merupakan tujuan tertinggi yang dirindui dan diusahakan oleh setiap manusia.”56 Jadi, pada hakikatnya khuluk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian
54
Imam Al-Ghazaly, Ihya’ Ulum Al-Din, (Beirut: Dar Al-Fikr,T.T), Jilid III, h.54. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf Nilai-Nilai Akhlak Atau Budi Pekerti Dalam Ibadah Dan Tasawuf, (Jakarta: CV Karya Mulia, 2005), h. 25. 56 Ibid, h.29. 55
37
hingga dari situ timbulah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran.57 Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifatsifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya yang selalu ada padanya, sifat itu dapat terlahir berupa perbuatan baik disebut akhlak yang mulia atau perbuatan buruk yang disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya. 3. Ruang Lingkup Akhlak Ruang lingkup akhlak mencakup hal-hal sebagai berikut: a. Pola hubungan manusia dengan Allah, seperti mentauhidkan Allah, menghindari syirik, bertaqwa, berdo‟a, memohon pertolongan dan lainlain hanya kepada Allah. b. Pola hubungan manusia dengan Rasullah, yaitu menegakkan sunah rasul, menziarahi makamnya di madinah dan membacakan shalawat. c. pola hubungan manusia dengan dirinya, seperti menjaga kesucian diri dari sifat rakus dan mengumbar nafsu, mengembangkan keberanian dalam menyampaikan yang hak dan memberantas kedzaliman. d. Pola hubungan dengan masyarakat, dalam konteks kepemimpinan, seperti menegakkan keadalian, berbuat ihsan, menjungjung tinggi.58 Selanjutnya lebih jelas bahwa ada 3 hal yang mencangkup tentang akhlak yaitu: 1. Akhlak Terhadap Allah.
57
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), Cet. Ke-
2, h. 1. 58
Drs. H. Moh. Ardani, Nilai-Nilai Akhlak/Budi Pekerti Dalam Ibadat, (Jakarta: Cv Karya Mulia, 2001), h.43.
38
Orang muslim berpendapat bahwa Allah Maha Kuasa atas dirinya dan memegang ubun-ubunnya. Ia tidak memepunyai tempat melarikan diri atau tempat menyelamatkan diri kecuali kepada-Nya, kemudian ia lari menghadap, menjatuhkan diri, menyerahkan seluruh persoalannya dan bertawakal kepada-Nya. Akhlak terhadap Allah (khaliq) antara lain adalah: a.
Mencintai Allah melebihi cinta kepada apa dan siapapun juga dengan mempergunakan firman-Nya dalam al-Qur‟an sebagai pedoman hidup dan kehidupan, Melaksanakan perintah dan menjauhi larangan.59
b.
Tunduk dan patuh kepada Allah, yaitu seperti firman Allah yang Artinya: “Taatlah kepada (perintah) Allah dan (perintah) RasulNya supaya kalian mendapat rahmat”.(QS. Ali „Imran: 132(.
c.
Tawakkal, terdapat dalam firman Allah yang Artinya: “Yang apabila terjadi terhadap mereka satu kesusahan, mereka berkata; sesungguhnya kami ini milik Allah, dan sesungguhnya kepadaNyalah kami akan kembali”. (QS. Al-Baqarah: 15).
d.
Bersyukur kepada Allah terdapat dalam firman Allah yang Artinya: “Dan (ingatlah), tatkala Tuhan kamu memberitahu; jika kamu berterima kasih, niscaya Aku tambah nikmat bagi kamu, apabila kamu tidak bersyukur, maka adzab-Ku itu sangat pedih”.(QS. Ibrahim: 6-7).
59
H. Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), h. 356
39
e.
Penuh harap kepada Allah, terdapat dalam firman Allah yang Artinya: “Sesungguhnya umat yang beriman dan berhijrah serta bekerja keras (berhijrah) di jalan Allah, mereka itu (umat yang) berharap rahmat Allah; dan Allah itu maha pengampun danpenyayang”. (Al-Baqarah : 218).
f.
Ikhlas menerima keputusan Allah, terdapat dalam firman Allah yang Artinya: “Dan alangkah baik jika mereka ridha dengan apa yang Allah dan Rasul-Nya berikan kepada mereka,sambil mereka berkata: cukuplah Allah bagi kami, sesungguhnya Allah dan RasulNya akan memberi kepada kamu karunia-Nya, sesungguhnya kami mencintai Allah”.(QS. At-Taubah: 59).60
g.
Tadlarru‟ dan khusyu, terdapat dalam firman Allah yang Artinya: “Beruntunglah orang-orang yang beriman. Mereka yang khhusyu’ dalam shalatnya”. (QS. Al-Mukminun: 1-2). “Bermohonlah kepada Tuhan kalian dengan rendah hati dan dengan rahasia (suara hati). Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melanggar batas”.(QS. Az-Zumar: 53).
h.
Husnudzhon,
terdapat
dalam
firman
Allah
yang Artinya:
“Janganlah mati salah seorang dari kalian, melainkan dalam keadaan baik sangka kepada Allah”.(H.R. Muslim). i.
Taubat dan istighfar, Artinya: “Hai orang-orang beriman! Hendaklah kalian benar-benar taubat kepada Allah, agar segala
60
Abdullah Salim, Akhlaq Islam Membina Rumah Tangga Dan Masyarakat, (Jakarta: Seri Remaja, 1986), h. 23-27
40
dosa kalian diampuni dan kalian dimasukkan ke dalam surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai”.(QS. At-Tahrim: 8).61 2. Akhlak Terhadap Makhluk62 a.
Akhlak terhadap Rasulullah, yaitu meliputi mencintai Rasulullah secara tulus dengan mengikuti semua sunnahnya, menjadikan Rasulullah sebagai idola dalam hidup dan kehidupan, menjalankan apa yang diperintah dan menjauhi larangannya.
b.
Akhlak terhadap orang tua, yang meliputi mencintai mereka melebihi cinta kepada kerabat lainnya, merendahkan diri kepada keduanya diiringi rasa kasih sayang, berkomunikasi dengan orang tua dengan khidmat, pergunakan kata-kata lemah lembut, berbuat baik kepada keduanya dengan sebaik-baiknya dan mendoakan keselamatan dan keampunan bagi mereka ketika seorang atau kedua-duanya telah meninggal dunia.
c.
Akhlak terhadap diri sendiri meliputi: memelihara kesucian diri, baik jasmaniah maupun rohaniah, memelihara kerapihan diri, Berlaku tenang, menambah ilmu pengetahuan, membina disiplin pribadi yang pemaaf dan memohon maaf, sikap sederhana dan jujur dan menghindari perbuatan tercela.
d.
Akhlak terhadap keluarga dan karib kerabat, antara lain : saling membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga, saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak, berbakti
61
Hamzah Ya‟kub, Etika Islam Diponegoro, 1988),h. 142-145 62 Muhammad Daud Ali 357-358
Pembinaan
Ahklaqul Karimah,(Bandung:
CV
41
kepada ibu bapak, mendidik anak-anak dengan kasih sayang dan memelihara hubungan silaturrahim. e.
Akhlak terhadap tetangga, antara lain : saling mengunjungi, saling bantu diwaktu senang lebih-lebih tatkala susah, saling beri memberi,
saling
hormat
menghormati,
saling
menghindari
pertengkaran dan permusuhan. f.
Akhlak
terhadap
masyarakat,
meliputi
memuliakan
tamu,
menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan, saling menolong dalam melakukan kebajikan dan taqwa, menganjurkan anggota masyarakat termasuk diri sendiri berbuat baik dan mencegah diri sendiri dan mencegah orang lain melakukan perbuatan jahat dan munkar dan bermusyawarah dalam segala urusan mengenai kepentingan bersama. 3. Akhlak kepada bukan manusia (lingkungan hidup) Akhlak kepada bukan manusia antara lain yaitu sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup, menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati, fauna dan flora yang sengaja diciptakan tuhan untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya, sayang pada sesama makhluk.63 4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak Anak Menurut H.M Arifin dalam bukunya filsafat pendidikan islam berpendapat bahwa, faktor yang mempengaruhi akhlak anak ada dua fisik yang meliputi faktor dalam yaitu intelektual dalam hati (rohaniyah) yang 63
H. Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), h. 359
42
dibawa sejak lahir dan faktor luar yaitu orang tua, guru dan tokoh-tokoh, serta kerja sama yang baik dari ketiganya tersebut. Maka aspek kognitif (pengetahuan) dan psikomotorik (pengamalan) ajaran yang diajarkan akan terbentuk pada diri anak, dan inilah yang selanjutnya dikenal dengan istilah manusia seutuhnya.64 Menurut Abudin Nata, pada khususnya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan akhlak terdapat tiga aliran yaitu: 1. Aliran Nativisme, menurut aliran Nativisme ini faktor-fator yang paling mempengaruhi terhadap diri seseorang itu adalah faktor pembawaan dari dalam yang berupa kecendrungan, bakat, akal dan lain-lain. Jika seseorang sejak lahir memiliki kecendrungan terhadap yang baik, maka dengan sendirinya orang tersebut akan baik. 2. Aliran Empirisme, aliran ini mengatakan bahwa faktor yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang itu adalah faktor luar, yakni lingkungan sosial, meliputi pembinaan dan pendidikan. jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan pada anak itu baik maka akan baiklah anak tersebut, dan demikian juga sebaliknya. 3. Aliran Konvergensi, aliran ini berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak yakni faktor internal yaitu pembawaan si anak dan faktor dari luar yaitu pendidikan yang diadakan secara khusus.65 Sedangkan menurut Rahmat Djatmika ada dua faktor yang mempengaruhi seseorang dalam perilakunya berakhlak yakni: 64
H. M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), Cet. Ke-4, Hal.
60. 65
H. Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam… h. 165
43
1. Faktor yang berasal dari dirinya sendiri seperti instink dan akalnya, adat, keinginan-keinginan, hawa nafsu, kepercayaan dan hati nurani. 2. Faktor dari luar dirinya yang meliputi keturunan, lingkungan, keluarga, sekolah, pergaulan dan penguasa/ pemimpin.66 Semua faktor-faktor di atas, dapat membentuk dan mempengaruhi nilai-nilai akhlak yang dimiliki seseorang yang kuat akan lebih banyak memberi corak pada mentalnya, misalnya antara faktor yang akan mewarnai perasaan akhlak dengan pendidikan dan pergaulan, dan jika berbeda caranya maka yang lebih kuat membentuk akhlak yang baik itu tidak mudah, maka diperlukan upaya yang maksimal. 5. Macam-macam Akhlak Ulama akhlak menyatakan bahwa akhlak yang baik merupakan sifat para nabi dan orang-orang shiddiq, sedangkan akhlak yang buruk merupakan sifat syaitan dan orang-orang tercela. Maka pada dasarnya akhlak dibagi menjadi dua macam, antaralain: 1. Akhlak Baik Atau Terpuji, yaitu akhlak yang senantiasa berada dalam kontrol ilahiyah yang dapat membawa nilai-nilai positif dan kondusif bagi kemaslahatan umat, akhlak terpuji dibedakan menjadi dua, antara lain:67 - Akhlak baik terhadap Tuhan, Akhlak terhadap Tuhan yang meliputi bertaubat, bersabar, bersyukur, bertawakal, ikhlas, jujur, optimis, berprasangka baik, suka bekerja keras dan takut kepada Allah. - Akhlak baik terhadap sesama manusia, yang meliputi belas kasihan 66
Rahmat Djatmika, Sistem Etika Islam, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1992), Cet. Ke-1, h.
73. 67
Mahyuddin,KuliahAkhlakTasawuf,(Jakarta:KalamMulia,1999)h. 9-32
44
atau sayang, rasa persaudaraan, memberi nasehat, suka menolong, menahan amarah, sopan santun, dan suka memaafkan. 2. Akhlak Tercela (al-Akhlak al-Madzmumah) yaitu akhlak yang tidak dalam kontrol ilahiyah atau berasal dari hawa nafsu yang berada dalam lingkaran syaitaniyah dan dapat membawa suasana negatif serta destruktif bagi kepentingan umat manusia. Akhlak tercela atau buruk dibedakan menjadi duayaitu:68 1) Akhlak buruk terhadap Tuhan yang meliputi takabbur ,musyrik, murtad, munafiq, kufur, riya, boros atau berfoya-foya, dan rakus atau tamak. 2) Akhlak buruk terhadap sesama manusia, yang meliputi mudah marah, iri hati atau dengki, mengadu-adu, mengumpat, bersikap congkak, bersikap kikir, dusta dan berbuat aniaya. C. Remaja 1. Pengertian Remaja Dalam mendefinisikan pengertian remaja yang ditinjau dari berbagai istilah asing yang sering dipakai untuk menunjukan masa remaja antara lain yaitu puberty, adolescentia dan youth. Sedangkan dalam bahasa indonesia sering digunakan kata pubertas dan remaja. Berikut ini akan dijelaskan dari pengertian istilah-istilah tersebut: 1.
Puberty (Inggris) atau puberteit (Belanda) dan pubertas berasal dari bahasa latin. Pubertas berarti kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda-tandanya.
68
Aminudin, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), h.153
45
2.
Adolescentia berasal dari bahasa latin, yaitu masa remaja antara usia 17 dan 30 tahun.69 Remaja (adolescence) dalam bahasa latin yang diperoleh dari kata
kerja adolescere yang berarti untuk tumbuh dan berkembang menjadi dewasa dan dalam pandangan masyarakat, periode remaja adalah waktu untuk tumbuh dan berkembang serta bergerak dari ketidakmatangan masa kanak-kana menuju ke arah kematangan pada usia dewasa.70 Lain halnya dengan masyarakat maju. Remaja belum dianggap sebagai anggota masyarakat yang perlu didengar dan dipertimbangkan pendapatnya serta dianggap belum sanggup bertanggung jawab atas dirinya. Terlebih dahulu mereka menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kapasitas tertentu, serta mempunyai kemantapan emosi, sosial dan kepribadian. Sementara itu dilihat dari sudut pandang hukum dan perundangundangan, remaja adalah diatas 12 tahun dan di bawah 18 tahun serta belum menikah. Maksudnya adalah apabila terjadi suatu pelanggaran hukum dari seseorang dalam usia tersebut, maka hukum baginya tidak sama dengan orang dewasa.71 Pada dasarnya pengertian remaja itu sama, bahwa remaja adalah masa peralihan antara kanak-kanak menuju dewasa dimana pada saat itu ia mengalami kegoncangan jiwa atau sedang berada diatas jembatan goyang.
69
Singgih D. Gunarsa, Psychologi Remaja, (Jakarta: PT Bpk. Gunung Mulia, 1990), h. 4. Drs. Zahrotun Dkk, Psikologi Perkembangan Tinjauan Psikologi Barat Dan Islam, (Jakarta: Uin Jakarta Press, 2006), h. 105. 71 Zakiah Daradjat, Pembinaan Remaja,(Jakarta: Bulan Bintang, 1982), Cet. Ke-4, h. 9. 70
46
Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan bahwa masa remaja itu panjang. Para ahli pendidik dan psikolog condong untuk membaginya kepada dua tahap yaitu remaja awal dan remaja akhir. Namun usia remaja yang hampir disepakati oleh banyak ahli jiwa ialah umur 13-21 tahun, sedangkan yang khusus mengenai perkembangan jiwa agama dapat diperpanjang menjadi 13-24 tahun.72 Masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan oleh karena itu, pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada psikis dan fisiknya. Terjadinya perubahan kejiwaan menimbulkan kebingungan dikalangan remaja. Sebabnya mereka mengalami penuh gejolak emosi dan tekanan sosial yang berlaku dikalangan masyarakat.73 Dari beberapa definisi di atas dapat digaris besarkan bahwa remaja adalah suatu masa transisi, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke masa dewasa yang di dalamnya mengalami semua perkembangan sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Remaja adalah masa yang penuh dengan
perubahan-perubahan
yang amat
cepat
menyangkut
segi
pertumbuhan dan kejiwaan maupun yang bersifat sosial. Sehingga nampak adanya perubahan-perubahan itu menyebabkan gejala-gejala kejiwaan dan perilaku sehari-hari yang kadang-kadang terlihat normal dan kadangkadang bernilai menyimpang. 2. Karakteristik Pada Remaja
72
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1996) Cet. Ke-15, h. 72. Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. Ke- 10, h. 63 73
47
pada masa remaja awal memiliki ciri-ciri khusus yang dapat dikelompokkan sebagai berikut: a.
Perasaan dan emosi remaja tidak stabil.
b.
Mengenai status remaja masih sangat sulit ditentukan.
c.
Kemampuan mental dan daya pikir mulai agak sempurna.
d.
Sikap dan moral menonjol menjelang pada akhir remaja awal.
e.
Remaja awal adalah masa kritis
f.
Pada remaja awal pula banyak masalah yang dihadapinya.74 Adapun ciri-ciri remaja akhir adalah: a) Stabilitas mulai tumbuh
dan meningkat, b) Citra diri dan sikap pandangan lebih realistis, c) Perasaannya lebih tenang, d) Lebih matang dalam menghadapi masalah. Zakiah darajat mengemukakan bahwa ciri dan karakteristik kejiwaan remaja itu dapat dikatakan tidak stabil, mudah condong kepada ekstrim, sering terdorong, bersemangat, peka, mudah tersinggung, pemikiran dan perhatiannya terpusat pada dirinya. penampilannya berlebihan, ia berusaha menarik perhatian orang lain, seperti berpakaian secara mencolok, memilih warna yang tajam dan penampilan yang “wah” tampaknya jelas.75 3. Klasifikasi Remaja Selanjutnya sering juga sebagai patokan pengertian remaja dikaitkan dengan kata “Puber” sebutan puber berasal dari “pubertas” dari bahasa latin. Pubertas berarti laki-laki yang menunjukkan kedewasaan yang dilandasi oleh kematangan fisik yakni dari umur 12 tahun sampai 15
74
Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problem Remaja, (Jakarta: Kalam Mulia, 1999), Cet. Ke-1, h. 65-66 75 Zakiah Daradjat, Remaja Harapan Dan Tantangan,(Jakarta: Ruhama, 1994), Cet. Ke-1, h. 35-36.
48
tahun, pada masa ini terutama terlihat perubahan-perubahan jasmaniyah berkaitan dengan proses kematangan jenis kelamin. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yakni 12 tahun. Mengingat pengertian remaja menunjukkan ke masa peralihan sampai tercapainya masa dewasa, maka sulit untuk menentukan batas umurnya. Masa remaja mulai pada saat timbulnya perubahan-peruabahan berkaitan dengan tanda-tanda kedewasaan fisik yakni pada umur 11 tahun atau 12 tahun pada wanita dan laki-laki lebih tua sedikit.76 Dari uraian semua definisi yang telah dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian remaja tidak dapat dipisahkan yaitu masa remaja merupakan masa transisi (peralihan) dari anak-anak ke masa dewasa yang mengalami semua perkembangan persiapan memasuki masa dewasa. Masa yang penuh dengan perubahan-perubahan yang amat cepat mengangkut segi kebutuhan, kejiwaan maupun bersifat pergaulan, sehingga nampak adanya perubahan-perubahan itu menyebabkan gejolakgejolak kejiwaan yang tersalurkan dalam tingkah laku sehari-hari yang seringkali terlihat aneh dan sulit dipahami oleh orang dewasa pada umumnya. Pada ahli berbeda pendapat mengenai batasan umur kapan seorang anak dapat dikatakan sudah memasuki usia remaja. Disini akan penulis kemukakan beberapa para ahli mengenai batasan usia remaja dari sudut pandang yang berbeda-beda. 76
12.
M. Alisut Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan Anak dan Remaja, h.
49
a. Dari sudut pandang psikologi, maka “Batasan usia remaja lebih banyak tergantung kepada keadaan masyarakat di mana remaja itu hidup. Yang dapat ditentukan dengan pasti adalah permulaannya, yaitu puber pertama atau mulainya perubahan jasmani dari anak menjadi dewasa kira-kira umur akhir 12 tahun atau permulaan 13 tahun”77 b.
Dari sudut pandang hukum dan perundang-undangan, usia remaja adalah “Di atas 12 tahun dan di bawah 18 tahun serta belum menikah”. Artinya apabila terjadi suatu pelanggaran hukum dari seseorang dalam usia tersebut, maka hukuman baginya tidak sama dengan orang dewasa.78
c. Dilihat dari analisa terhadap semua aspek perkembangan dalam usia remaja, maka “Secara global masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun dan 21 tahun, dengan pembagian usia 12-15 tahun, masa remaja awal, usia 15-18 tahun; masa remaja pertengahan, dan usia 18-21 tahun; masa remaja akhir”79 Dari beberapa pendapat mengenai kapan seorang mulai memasuki usia remaja terdapat kesamaan bahwa seseorang dikatakan sudah memasuki usia remaja apabila telah mencapai usia 12 tahun, walaupun ada yang berpendapat bahwa mulainya masa remaja pada umur 11 dan 13 tahun, hal ini dikarenakan mulainya masa remaja ditandai dengan perubahan-perubahan fisik dan ada beberapa orang yang mengalami
77
Zakiah Darajat, Pembinaan Remaja, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976) Cet. Ke-2, h. 10 Zakiah Darajat, Pembinaan Remaja,…….. h. 36. 79 F.J Monks Et. Al, Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994) Cet. Ke-9, h.203 78
50
perubahan lambat terhadap fisiknya ada pula yang mengalami perubahan cepat. Dalam hal ini dapat penulis simpulkan bahwa batasan usia remaja adalah usia 12/13 tahun dan 21 tahun dengan pembagian masa remaja awal: 12/13 sampai 17 tahun dan masa remaja akhir: 17/18 sampai 21 tahun. 4. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Perkembangan Remaja80 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses perkembangan seorang individu atau remaja dibagi dalam 2 kelompok utama: a. Faktor-faktor di dalam diri individu sendiri meliputi: faktor-faktor endogen yang terdiri dari: komponen hereditas (keturunan) dan faktor konstitusi.
faktor
endogen
bila
ditinjau
lebih
dalam
akan
memperlihatkan hubungan baik indvidu maupun ontologis. 1) Faktor endogen individu: semua sifat, bakat, kemampuan dalam bentuk potensi, proses perkemangan dan kecepatannya ditentukan oleh susunan gane (pembawa keturunan). 2) Faktor endogen umum, yang bersifat ontologis individu adalah faktor kematangan. b. Faktor-faktor berasal dari luar indivdu yang tercangkup dalam faktor lingkungan:
faktor
eksogen:
terdiri
dari
berbagai
komponen
lingkungan, yakni lingkungan keluarga, lingkungan social, lingkungan geografis dan fasilitas-fasilitas yang ada dalam lingkungan seperti
80
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja.(Jakarta: PT. BPK Gunung Mulya, 1983), cet. Ke-5, h. 35- 41.p
51
makanan dan kesempatan. Faktor eksogen dapat dibagi dalam beberapa golongan: 1) Lingkungan (environment): lingkungan di sekitar individu yang turut mempengaruhi proses perkembangan, yaitu: a) Lingkungan Keluarga b) Lingkungan Soial c) Lingkungan Geografis d) Lingkungan Sekolah.
52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif. “Pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menjelaskan, meramalkan atau mengontrol fenomena sosial melalui pengukuran objektif dan analisis numerik atau analisis terhadap variasi angka-angka.”81Penelitian kuantitatif sifatnya objektif, sehingga kita dapat melihat langsung keadaannya. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei, yaitu “penulis mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.”82 Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu metode yang berusaha mencari gambaran menyeluruh tentang data, fakta, peristiwa yang sebenarnya mengenai objek penelitian.83 B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitaian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai Mei 2015. Adapun tempat penelitian yaitu Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat yang beralamat di jln. Sadeng kaum Rt. 05/02 Leuwisadeng Kab. Bogor-Jawa Barat.
81
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), cet. Ke-23, h. 31. 82 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1995), cet. Ke-2, h. 3. 83 J. Vrendenbregt, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia, 1980), h. 34.
53
Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut: Pondok pesantren nurul hidayah adalah institusi pendidikan agama yang
1.
konsisten dalam melaksanakan kegiatan bimbingan agama terhadap santri atau remaja. 2.
Peneliti mudah mengakses data yang dibutuhkan.
3.
Bagi peneliti lokasi penelitian cukup strategis, mudah dijangkau dan hemat biaya.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek penelitian. Misalnya lembaga, individu, kelompok atau konsep.84 Menurut Suharsini Arikunto “Apabila subjek kurang dari seratus orang, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil 10-15% atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari segi waktu, tenaga dan dana”.85 Adapun populasi penelitian ini adalah segenap para remaja yang ada dan terlibat langsung dalam pelaksanaan bimbingan Agama di Ponpes Nurul Hidayah Pusat yang berjumlah 500 remaja atau santri. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap, yang
84
Manase Malo, dkk., Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Universitas Terbuka, 1997),
85
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),
h. 149. h. 107.
54
bisa dianggap mewakili populasi.86 Dalam penelitian ini populasi 500 orang, penulis mengambil sampel dalam penenlitian ini yaitu dengan menggunakan teknik pengambilan sampel acak sederhana (sampel random sampling), yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan setara yang ada dalam populasi tersebut.87 Dari berbagi rumus yang ada, terdapat sebuah rumus yang bisa digunakan untuk menentukan besaran sampel yaitu rumus Slovin, rumus dari Yamane Taro.88 n= Keterangan:
n
=Jumlah sampel yang dicari
N
=Jumlah Populasi
d
=Nilai presisi (10%)
Berdasarkan rumus di atas, kemudian diperoleh jumlah sampel sebagai berikut: 500 n= 500 (10%)2 + 1 500 n=
500 =
500 (0,01) + 1
500 =
5+1
= 83,3 dibulatkan 83 orang 6
Jika jumlah populasi di atas dihitung dengan rumus tersebut, maka jumlah sampel yang terambil dari perhitungan ini sebanyak 83 responden.
86
M. Iqbal Hasan, MM, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002), h. 58 87 Nanang Martono, Metode penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data Skunder, (Jakarta: PT RajaGrafindo Prasada), cet. Ke-2, h. 75 88 Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Perseda, 2006), h. 137.
55
D. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui efektif atau tidaknya metode bimbingan agama dalam membina Akhlak Remaja di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat sebagai berikut: 1. Variabel independen (variabel X): Efektifitas Metode Bimbingan Agama. 2. Variabel dependen (variabel Y): Membina Akhlak Remaja diPondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat. E. Definisi Oprasional dan Indikator Penelitian Definisi oprasional adalah sebuah konsep yang mempunyai variasi nilai yang diterapkan dalam suatu penelitian dan sangat erat kaitannya dengan indikator. Berikut ini adalah variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu: Tabel 1 Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian Variable Metode bimbingan agama
Teori Teori H. M. Arifin metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Metode bimbingan agama adalah segala jalan atau sarana yang dapat digunakan dalam proses bimbingan agama. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam
Definisi Oprasional Metode Bimbingan Agama adalah cara atau jalan yang tepat untuk digunakan dalam rangka pencapaian tujuan bimbingan agama yaitu membentuk individu yang mampu memahami diri dan lingkungannya. Salah satu dari metode bimbingan agama yaitu metode ceramah yang dapat digunakan dalam bimbingan agama, metode ceramah dilakukan secara berkelompok dan cara penyampaian informasinya secara langsung. Dengan metode ceramah indivu
Indikator 1. Saya mengetahui tujuan dari proses bimbingan Agama di ponpes nurul hidayah pusat. 2. Saya dibimbing secara langsung bertatap muka dengan pembimbing 3. Bimbingan agama dilakukan secara kelompok 4. Dengan berkelompok saya dapat berinteraksi dengan yang lain 5. Saya merasakan kegunaan dari proses bimbingan
56
bimbingan agama yaitu metode ceramah, metode cerita, metode keteladanan, metode wawancara dan metode pencerahan.
Membina Akhlak Remaja di Ponpes Nurul Hidyah Pusat
Teori Zakiah Daradjat Akhlak dalah kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hatinurani, pikiran, perasaan, bawaan,dan kebiasaan yang menyatu membentuk satu kesatuan tindakan akhlak yang ditaati dalam kenyataan hidup sehingga dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk. Teori Imam AlGhazaly
mampu memahami diri Agama di ponpes dan lingkungannya karna nurul hidayah pusat dilakukan secara 6. Saya menyukai berkelompok. proses bimbingan Agama di ponpes nurul hidayah pusat 7. Pembimbing menyampaikan materi secara lisan 8. Pembimbing menyampaikan materi dengan jelas 9. dengan metode ceramah bimbingan agama di ponpes nurul hidayah pusat menjadi tidak jenuh 10. Menurut saya metode bimbingan agama di ponpes nurul hidayah pusat efektif Membina akhlak adalah Akhlak Baik terhadap membangun, mendirikan Tuhan atau mengusahakan mendidik, melatih, 1. Ketika melakukan membina, serta kesalahan remaja memperjuangkan dengan keras dan sungguhBertaubat kepada sungguh, dalam Allah memberikan ilmu supaya lebih baik akhlak yang 2. Remaja bersabar ditaati dalam kenyataan dalam menghadapi hidup sehingga dapat membedakan mana yang segala hal baik dan yang buruk. 3. Remaja mensyukuri dan seandainya akhlak itu tidak bisa menerima nikmat yang Allah perubahan, maka batalah berikan fungsi wasiat, nasihat, dan pendidikan, dan tidakada 4. Selalu bertawakal pula fungsinya hadits nabi kepada Allah yang mengatakan “perbaikilah akhlak kamu 5. Ikhlas menjalani sekalian”. hidup ini baik dalam Akhlak dibagi menjadi 2 yaitu: keadaan senang
57
Akhlak adalah 1. Akhlak terpuji (baik) hasil dari - Akhlak baik terhadap pendidikan, Tuhan latihan, - Akhlak baik terhadap pembinaan, serta sesama manusia. perjuangan 2. Akhlak tercela (buruk) keras dan - Akhlak buruk sungguhterhadap Tuhan sungguh, - Akhlak buruk seandainya terhadap sesama akhlak itu tidak manusia. bisa menerima perubahan, maka batalah fungsi wasiat, nasihat, dan pendidikan, dan tidak ada pula fungsinya hadits nabi yang mengatakan “perbaikilah akhlakkamu sekalian”.
maupun sedih 6. Bersikap jujur 7. Mempunyai
rasa
optimis segala
dalam hal
yang
positif 8. Berprasangka
baik
terhadap Allah 9. Takut kepada Allah. Akhlak baik terhadap sesama manusia 10. Mempunyai
rasa
simpati
kepada
sesama. 11. Mempunyai
rasa
empati
ketika
sesama
mendapat
musibah 12. Saling mengingatkan 13. Ketika
mendapat
kesulitan kita harus saling
tolong
menolong 14. Bersikap santun
sopan terhadap
sesama manusia 15. Sesama
manusia
harus
saling
memaafkan Akhlak terhadap Tuhan
buruk
58
16. Takabur
terhadap
Allah 17. Menduakan Allah 18. Sering keluar masuk islam 19. Tidak atas
mensyukuri nikmat
yang
Allah berikan 20. Memamerkan segala hal
dan
menyombongkan diri 21. Sering menghamburhamburkan
uang
untuk sesuatu yang tidak penting dan tidak dibutuhkan akhlak
buruk
terhadap
sesama
manusia 22. Mudah
marah
terhadap orang lain 23. Selalu
iri
hati
melihat orang lain 24. Suka mengadu-adu antara satu orang dengan yang lainnya 25. Bersikap
kikir
terhadap apapun
59
F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Angket Angket adalah daftar pernyataan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan.89 Dalam penelitian ini, penulis menyebarkan 83 angket kepada para remaja yang ada di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat sebagai sampel penelitian. b. Observasi Observasi ialah pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan tetapi tidak mengajukan pertanyaan.90Metode yang digunakan penulis dalam observasi yaitu partisipatoris, yakni dengan cara terlibat dan mengamati dalam metode bimbingan agama dalam membina akhlak remaja Ponpes Nurul Hidayah Pusat. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan catatan-catatan tertulis yang dapat menunjang pembahasan yang diperoleh dari sumber utama mulai dari literatur-literatur yang berupa buku bacaan serta dokumen lain yang menjelaskan kerangka teoritis dan sumber lain yang berkaitan dengan judul skripsi. G. Uji Instrumen
89
Dr. Riduwan, Dasar-Dasar Statistika, (Bandung : Alfabeta, 2010), h.52-53. Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. Ke8, h. 69. 90
60
1. Uji Validitas Uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Suatu instrumen yang valid akan memiliki validitas yang tinggi, sebaliknya instrument yang kurang valid berarti validitasnya rendah.91 Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Teknik korelasi untuk menentukan validitas item ini sampai sekarang merupakan teknik yang paling banyak digunakan. Selanjutnya dalam memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi, item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur, sehingga alat ukur dipercaya atau dapat diandalkan.92 Jika suatu alat ukur dapat dipakai untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konstan, maka alat pengukur tersebut dikatakan reliabel atau dapat diandalkan.93 Pada uji instrumen ini peneliti menggunakan Reablity Analysis dengan metode Cronbach Alpha dan Software SPSS18.0 for Windows.
91
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), h.141. 92 Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei (Jakarta : LP3ES, 1995), cet. Ke-2, h.96. 93 RambatLupiyoada dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 241
61
H. Metode Analisis Data 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.Uji normalitas yang digunakan pada penelitian ini yaitu uji grafik Probability Plot dan One Sampel Kolmogorov-smirnov Test. Dalam uji grafik Probability Plot, hasil pengolahan data dapat dilihat dari penyebaran data disekitar garis diagonal. Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut : 1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan untuk uji One Sampel Kolomogoro-Smirnov Test, variabel-variabel yang mempunyai Asymp. Sig. (2-tailed) diatas tingkat signifikansi sebesar 0,05 diartikan bahwa variabel-variabel tersebut berdistribusi normal begitu juga sebaliknya. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah objek yang diteliti mempunyai varian yang sama. Kriteria pengambilan keputusan uji homogenitas adalah sebagai berikut: a.
Apabila
<
maka
diterima
b.
Apabila
>
maka
ditolak dan
diterima
62
3. Uji t uji t digunakan untuk mengetahui informasi mengenai nilai variance (ragam) populasi tidak diketahui, kriteria pengujian dapat dilihat sebagai berikut: 1) Jika
<
diterima.
2) Jika
>
ditolak dan
diterima
63
BAB 1V GAMBARAN UMUM DAN HASIL ANALISIS DATA
A. GAMBARAN UMUM PONPES NURUL HIDAYAH PUSAT94 1. Sejarah Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat berdiri pada hari Rabu 1 Januari 1964 M, bertepatan pada 16 Sya‟ban 1383. Yang didirikan oleh K. H. Uqon Bulqoini bin H. Saji, beliau adalah menantu dari K.H. Muhammad Bakri bin H. Abdul Muid. H. Uqon Bulqoini menikah dengan HJ. Iklillah yakni putri dari K.H. Muhammad Bakri pada tahun 1959. Berdirinya Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat ini diawali ketika K.H. Uqon Bulqoini didesak oleh orang tuanya agar dapat membuka sebuah pesantren, karena pada waktu itu di daerah beliau belum ada satupun sebuah pesantren. Akhirnya atas desakan dari orangtua beliau mendirikan pesantren, sebetulnya H. Uqon Bulqoini bisa dikatakan sebagai pelanjut dari pada K.H. Muhammad Bakri karena jarak antara pendirian pondok pesantren dengan wafatnya K.H. Muhammad Bakri hanya 4 tahun, akan tetapi dikarenakan lokasinya berbeda serta pendidikannya berbeda sehingga masyarakat memprediksi bahwa itu bukan kelanjutan melainkan pendirian yang baru. Pondok pesantren Nurul Hidayah awalnya tidak mempunyai nama sama sekali karena memang belum dikasih nama dan pada saat itu masih sangat salafiyah sekali. Santri pertama H. Uqon Bulqoini merupakan adik 94
Hasil wawancara dengan KH. Khodamul Quddus, sesepuh, dewan kyai serta anak ke 2 dari Alm. KH. Uqon Bulqoini, 08 April 2015.
64
dari beliau sendiri yang bernama Diding Bahrudin kemudian disusul dengan santri lainnya yang bernama Safei, Ujang, Diding Sudirman dan yang lainnya. Seiring berjalannya waktu pondok pesantren ini semakin berkembang dan di tahun 1970 beliau melaksanakan ibadah haji, sepulangnya beliau dari ibadah haji beliau menamakan pesantren tersebut dengan nama Hidayatul Atfal yang artinya pembimbing anak-anak kecil karena pada saat itu santrinya masih kecil-kecil, seiring berjalannya waktu semakin banyaklah para santri yang menimba ilmu disana dan pada kali itu bukan hanya anak-anak kecil saja melainkan orang dewasa yang menjadi santri disana, maka atas pertimbangan itulah nama Hidayatul Atfal di ganti dengan nama Nurul Hidayah. Seiring berjalannya waktu didirikanlah madrasah aliyah yang murid pertamanya yaitu anak kedua dari beliau yaitu K.H. Khodamul Quddus, tiga tahun kemudian didirikanlah madrasah tsanawiyah, kemudian semakin berkembangnya, murid-murid atau santri semakin membeludak akhirnya bekerja sama dengan Taman Pendidikan Islam yang pada saat itu dipimpin oleh Alm. K.H.Mukhlis Mukhtar, Pada tahun 2000 resmi dinamakan YPNH (Yayasan Pondok Pesantren Nurul Hidayah). Kemudian di pindahkan total baik madrasah maupun pondok pesantrennya ke Sadeng Legok Asem, disanalah berfokus untuk pondok pesantren dan dari YPNH (Yayasan Pondok Pesantren Nurul Hidayah) di ganti menjadi YANUHI (Yayasan Nurul Hidayah). Diawal tahun 1996 tepatnya
pada
bulan
Maret
beliau
meninggal
dunia,
kemudian
kepemimpinan dilanjutkan oleh putra kedua beliau yang bernama K.H.
65
Khodamul Quddus dan di bantu oleh saudara kandungnya yang lain hingga akhirnya pondok pesantren Nurul Hidayah berdiri diatas tanah seluas ± 5 hektar. 2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Nurul Hidayah Visi, misi dan tujuan pondok pesantren ini senantiasa dicitrakan kepada sang pendirinya yakni KH. Uqon Bulqoeni. Cermin pribadi dari sang kyai inilah yang menjadi sebuah model penyelenggaraan pendidikan islam di pondok pesantren ini sejak berdiri, sekarang dan di masa yang akan datang. Visi dan misi pendidikan pondok pesantrn Nurul Hidayah ini sebagaimana di ungkapkan oleh KH. Khodamul Quddus yakni Visi : “Terbentuknya generasi islam yang unggul dalam iman, ilmu dan akhlaqul karimah”. Misi : 1. Pendidikan yang mempunyai orientasi memanusiakan manusia 2. Mempertahankan kesalafiyahan walaupun hidup di zaman modern 3. Mengajarkan untuk mengetahui akan hak dan kewajiban 4. Mampu memahami al-Qur‟an dan al-Hadist 5. Mampu membaca kitab kuning, 6. Menjadi contoh bagi masyarakat dalam hal kebaikan 7. Mampu mendirikan pendidikan formal ataupun non formal. 3. `Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat 1. Kyai/ustadz/ustadzah/pembimbing berjumlah 30 orang yang tersebar di tujuh kelas yakni dari kelas eksperimen sampai kelas bebas. 2. Santri pondok pesantren Nurul Hidayah pusat berjumlah 500 orang yang terdiri dari santri putri 235 orang dan santri putra 265 orang.
66
3. Materi atau kitab akhlak dipondok pesantren nurul hidayah yaitu Ta‟lim Mutaalim, Hadits, Riyadus Shalihin, Akhlaklil Banat Dan Akhlaklil Banin, Bidayatul Hidayah, Nashaihul Ibad, Nashaihul Diniah dan yang lainnya yang bersifat kitab akhlak. 4. Struktur Organisasi Struktur Kelembagaan Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat SESEPUH KH. Khodamul Quddus
PIMPINAN KH. Ridwanullah
KABID KEPES HISTRA
KABID KEPES HISTRI
KH. Taqiudin S.PD.I
HJ. Iyah Tsulasiyah
KETUA HISTRA
KETUA HISTRI
KH. Fahmi Al Banani
USTZ. Mariatul Qibtiah
KAUFAH BASROH Imran Rosyadi
Ahmad Suadi
SANTIAWAN
ISTAMBUL
ANDALUS
Babang Syarif
St. Azkia Kamalia
BUKHORO bagdad Dewi Alfi Muyyasaroh Aulia
SANTRIAWATI
67
Struktur Organisasi Himpunan Santri Putri (HISTRI) Ketua
: Mariatul Qibtiah
Wakil Ketua
: Teti Sartika
Sekertaris
: Neng Fitri Nurwina Sari
Bendahara
: Rahmatul Ummah
Seksi keamanan
: -Siti Masitoh
-Nita Maulida
-Sri Rahayu
-Urwatul Wusqiah
-Siti Aisyah
-Eva Khoirul
-Siti Azkia Seksi pendidikan
Seksi kebersihan
:-Siti Fairuziah
-Sti sarah
-Arum Kusuma
-Neng Masfufah
-Siti Shofuroh
-Dewi Muyassaroh
:-Syifa Fauziah
-Nabila
-Alfi Aulia
-Dana Zaitun
-Novi Damayanti Seksi Kesehatan
:-Dini Firyal. H
-Devi Fitria
-Ayu Aprilia
-Malinda Utari
-Rahayuliah
Struktur Organisasi Himpunan Santri Putra (HISTRA) Ketua
: KH. Fahmi Al-Banani
Wakil Ketua
: KH. Muhammad Sutisna
Sekertaris
: Jalaluddin At-Thorik Muhammad Kurniawan
Bendahara
: 1. Miftahuddin
2. Muhiddin, S.Pd.I
68
Seksi keamanan
: -Herman Hidayat
-Darwan Yusuf
-Syihabuddin
-Ponco Aditya
-Ahmad Suadi Seksi Pekum
Seksi DU
Seksi Kesorga
Seksi Pendidikan
Seksi Logistik
: -Hibatullah
-Muhsin Muzaki
-Dede Jamaluddin
-Istokhori
-Babang Syarif
-Akbar Fadillah
: -Rahmat Hidayat
-Khoirul adyan
-Taupik
-A. Kholid Arumie
- Syafikul Kholqi
-Endang Kusuma
:-Hafizudduin A
-Gito rolis
-Qomarudin
-Jalaludin
: -Lutfi Azizi
-Rizal Symsuri
-Khoirul Adyan
-Halman Abdillah
: -M. Iqbal -Irhamza ahmad -Rahmatullah
Seksi Kebersihan
: -Imran Rosyadi
-Hafidz A
-Mahmudin
-A. Badawi
5. Metode Bimbingan Agama di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat Metode yang digunakan di pondok pesantren Nurul Hidayah Pusat yaitu metode ceramah yakni cara penyampaian informasi nya melalui lisan dan dilakukan secara berkelompok. Para remaja atau santri dikelompokkan sesuai tingkatannya. Metode kelompok ini pembinaannya melalui kegiatan kelompok.
69
B. HASIL DAN ANALISIS DATA 1. Gambaran Umum Responden Dalam penelitian ini peneliti menyebarkan angket kepada 83 responden yang merupakan santri atau remaja di Pondok pesantren Nurul Hidayah pusat Bogor. Angket tersebut berisikan butir-butirpernyataan mengenai efektifitas metode bimbingan agama dalam membina akhlak remaja. Dari angket yang sudah terkumpul, peneliti mendapatkan beberapa hal terkait dengan karakteristik responden yaitu, usia, jenis kelamindan pendidikan. selanjutnya akan di jelaskan dalam bentuk grafik beserta uraiannya. a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia No
Usia
Frekuensi
1 2 3 4 5 6
13 14 15 16 17 18
5 orang 16 orang 10 orang 17 orang 15 orang 20 orang
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa 5 orang adalah remaja berusia 13 tahun, 16 orang adalah remaja berusia 14 tahun, 10 orang adalah remaja berusia 15 tahun, 17 orang adalah remaja berusia 16 tahun, 15 orang adalah remaja berusia 17 tahun, dan 20 orang adalah remaja berusia 18 tahun. b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
70
Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No 1 2
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki
Jumlah 41 orang 42 orang
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian ini hampir sama, perempuan 41 orang dan laki-laki 42 orang. Jenis kelamin yang laki-laki lebih banyak dari pada perempuan. Berdasarkan jenis kelamin responden yang merupakan remaja pondok pesantren Nurul Hidayah pusat dari 500 orang dan
yang mengisi
angket yaitu 41 orang perempuan dan 42 orang laki-laki. c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Tabel 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan No 1 2
Pendidikan MA MTS
Jumlah 52 orang 31 orang
Dari karakteristik responden dapat dilihat pula tingkat pendidikan mereka yaitu 31 orang dari madrasah tsanawiyah dan 52 orang dari madrasah aliyah. Dari tabel di atas bahwa yang mengisi angket penelitian lebih banyak remaja dari pendidikan madrasah aliyah. 2. Metode Bimbingan Agama Dalam Membina Akhlak Remaja Di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat Metode bimbingan agama yang digunakan dan diterapkan di pondok pesantren Nurul Hidayah pusat yaitu metode ceramah. Metode
71
ceramah yakni penyampaian informasinya melalui lisan para santri di bagi perkelas sesuai dengan tingkatannya. Metode ceramah ini pembinaannya melalui kegiatan kelompok seperti pengajian kitab kuning. Dalam hal ini para pembimbing menyampaikan informasi yang berisikan mengajak mereka bersama-sama dalam kegiatan yang berhubungan dengan orang lain, berkelompok dengan masyarakat lain. Dengan menggunakan kelompok pembimbing atau penyuluh akan mengembangkan sikap sosial, sikap memahami peranan anak bimbing dalam kelompok itu akan mendapatkan pandangan baru tentang dirinya dari orang lain. Kelompok disini tentunya untuk mempermudah dalam penyampaian materi, untuk mengkoordinasi dan untuk efisiensi waktu. Dalam pelaksanaannya, santri akan dikelompok sesuai berat ringannya permasalahan. Metode tersebut diatas menghendaki agar setiap individu terbimbing, melakukan komunikasi timbal balik dengan teman-temannya, melakukan hubungan satu sama lain dan bergaul melalui kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi pembinaan pribadi masing-masing, sekaligus juga individu
yang terbimbing tersebut
melakukan pernyataan hidup,
muhasabah, muraqobah (melakukan pendekatan diri) kepada Allah SWT melalui ritual spiritual yang ada disana. 3. Analisis Data 1) Uji Validitas Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pertanyaan yang diajukan dapat mewakili objek yang diamati, sehingga pertanyaan dalam kuesioner memenuhi syarat, sah atau tidak untuk
72
dijadikan
data
primer
dalam
penelitian.
Uji
validitas
dapat
mengkorelasikan masing-masing pertanyaan dengan jumlah skor masing-masing sub variabel. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment dan hasilnya dibandingkan dengan nilai angka kritik tabel korelasi nilai r. berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada 83 responden dengan signifikansi 5% dari sini didapat nilai df=n-2, df=83-2=81. Didapatkan angka r tabel= 0.216. jika r ditabel lebih kecil dari r hasil hitung, maka pernyataan itu valid sehingga pertanyaan dalam kuesioner memenuhi syarat, sah atau tidak untuk dijadikan data primer dalam penelitian, dan sebaliknya jika r ditabel lebih besar dari pada r hasil hitung maka pernyataan itu tidak valid sehingga pertanyaan dalam kuesioner tidak memenuhi syarat sah atau tidak untuk dijadikan data primer dalam penelitian a. Uji Validitas Variabel Sebelum Dibimbing (X) Tabel 5 Ringkasan Hasil Analisis Validitas Untuk Variabel Sebelum Dibimbing (X) Item pertanyaan Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5 Pertanyaan 6 Pertanyaan 7 Pertanyaan 8 Pertanyaan 9 Pertanyaan 10
Nilai Koefisien r Hitung 0,311 0,066 0,427 0,179 0,066 0,093 0,427 0,427 0,066 0,427
Nilai Koefisien r Tabel 0,216 0,216 0,216 0,216 0,216 0,216 0,216 0,216 0,216 0,216
Kesimpulan Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid
73
Pertanyaan 11 Pertanyaan 12 Pertanyaan 13 Pertanyaan 14 Pertanyaan 15 Pertanyaan 16 Pertanyaan 17 Pertanyaan 18 Pertanyaan 19 Pertanyaan 20 Pertanyaan 21 Pertanyaan 22 Pertanyaan 23 Pertanyaan 24 Pertanyaan 25 Pertanyaan 26 Pertanyaan 27 Pertanyaan 28 Pertanyaan 29 Pertanyaan 30 Pertanyaan 31 Pertanyaan 32
0,079 0,259 0,274 0,489 0,103 0,145 0,222 0,659 0,516 0,623 0,464 0,187 0,404 0,747 0,795 0,614 0,663 0,763 0,528 0,715 0,713 0,343
0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216
Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
b. Uji Validitas Variabel Sesudah Dibimbing (Y) Tabel 6 Ringkasan hasil validitas untuk variabel sesudah dibimbing (Y) Item pertanyaan Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5 Pertanyaan 6 Pertanyaan 7 Pertanyaan 8 Pertanyaan 9
Nilai Koefisien r Hitung 0,138 0,246 0,106 0,164 0,214 0,175 0,141 0,170 0,134
Nilai Koefisien r Tabel 0,216 0,216 0,216 0,216 0,216 0,216 0,216 0,216 0,216
kesimpulan Tidak Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid
74
Pertanyaan 10 Pertanyaan 11 Pertanyaan 12 Pertanyaan 13 Pertanyaan 14 Pertanyaan 15 Pertanyaan 16 Pertanyaan 17 Pertanyaan 18 Pertanyaan 19 Pertanyaan 20 Pertanyaan 21 Pertanyaan 22 Pertanyaan 23 Pertanyaan 24 Pertanyaan 25 Pertanyaan 26 Pertanyaan 27 Pertanyaan 28 Pertanyaan 29 Pertanyaan 30 Pertanyaan 31 Pertanyaan 32
0,216 0,107 0,394 0,490 0,421 0,590 0,413 0,460 0,346 0,474 0,324 0,371 0,576 0,095 0,337 0,142 0,154 0,159 0,381 0,069 0,019 0,101 0,269
0,216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216 0.216
Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid
2) Uji Reliabilitas Dengan Teknik Alpha Cronbach Uji
reliabilitas
adalah
tingkat
kepercayaan
hasil
suatu
pengukuran. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi yaitu pengukuranyang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya (reliabel). Teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas yaitu menggunakan teknik Alpha Cronbach. Rumus menghitung nilai reliabilitas instrument yang menggunakan teknik Alpha Cronbach ditulis sebagai berikut:95
95
Syofian Siregar, Statistika Deskripsi untuk Penelitian Dilengkapi Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17( Jakarta: Rajawali Pres, 2010), h.176.
75
=(
)(
)
Keterangan: = (reliabilitas instrumen), k= (banyak butir pertanyaan), = (jumlah ragam butir) dan = (ragam total). Kuesioner yang disebar untuk uji reliabilitas berjumlah 83 orang. Uji reliabilitas ini dihitung dengan menggunakan program SPSS 18.0 for Windows. Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila koefisien reliabilitas (
) > 0,6. Atau apabila hasil
dari cronbach alpha >0.60 maka data tersebut mempunyai kehandalan yang tinggi.96 1) Uji reliabilitas variabel sebelum dibimbing (X) Tabel 7 Output Uji reliabilitas variabel sebelum dibimbing (X) Case Processing Summary N Valid Cases
% 83
100.0
Excluded
0
.0
Total
83
100.0
a
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
96
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariant Dengan Program SPPS, (Semarang: BP, UNDIP, 2003),h. 41-42.
76
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.792
32
Dari hasil penghitungan Uji Reliabilitas untuk variabel X di dapatkan hasil Cronbach Alpha sebesar 0,792 yang artinya bahwa seluruh pertanyaan variabel X dinyatakan reliabel dikarenakan nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0,6 (0,644 > 0,600). 2) Reliabilitas Variabel Sesudah Dibimbing (Y) Tabel 8 Output Uji Reliabilitas Variabel Sesudah Dibimbing (Y) Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total a.
% 80
96.4
1
3.6
83
100.0
Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .624
32
Sedangkan Uji Reliabilitas untuk variabel Y didapatkan hasil Cronbach Alpha sebesar 0,624 yang artinya bahwa seluruh pertanyaan variabel Y dinyatakan reliabel dikarenakan nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0,6 (0,624 > 0,600).
77
3) Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependendan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji Normal Probability Plot yaitudengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut : 1) Jika data menyebar disekitar garis normal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukan bahwa pola distribusi data normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2) Sebaliknya jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonalnya, maka dapat distribusi data tidak normal dan model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik p-plot disajikan pada gambar 1 berikut : Gambar 1 Grafik P-Plot
78
Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik Probability plot dapat dilihat bahwa penyebaran data berada disekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonalnya. Hal ini menunjukan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. Untuk lebih meyakinkan, hasil uji grafik pada uji normalitas ini juga dilakukan dengan uji statistik yaitu, uji KolmogorovSmirnov (K-S). dalam uji ini Kolmogorov-smirnov ini residual dikatakan terdistribusi secara normal jika signifikansi Kolmogorovsmirnov berada lebih dari 0,5. Berikut adalah hasil uji Kolmogorov-smirnov pada tabel 9. : Tabel 9 Output Uji Kolmogorov-smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Sebelum N Normal Parameters
a,b
Sesudah
83
83
Mean
108.6627
169.3373
Std. Deviation
11.02688
5.19915
Most Extreme
Absolute
.116
.089
Differences
Positive
.116
.089
Negative
-.065
-.061
1.060
.810
.211
.528
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Terlihat pada tabel 9 nilai signifikansi 0,211 > 0,05 dan 0,528 > 0,05. Hal ini membuktikan bahwa seluruh variabel memiliki distribusi normal dan memenuhi uji normalitas.
79
4) Uji Homogenitas uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah objek yang diteliti mempunyai varian yang sama. Hasil perhitungan ini dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10 Output Uji Homogenitas Test of Homogeneity of Variances Sesudah Levene Statistic
df1
1.638
df2 18
Sig. 48
.088
Dari tabel test of homogeneity of variances didapatkan nilai signifikansi sebesar 0.088. nilai ini menunjukan bahwa nilai sig > 0.05 = 0.088 > 0.05, maka dapat disimpulkan kedua kelompok data mempunyai varian yang sama. C.
Efektifitas Metode Bimbingan Agama Dalam Membina Akhlak Remaja Di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat Efektifitas metode bimbingan agama diukur berdasarkan perubahan akhlak remaja saat ini dengan indikator metode bimbingan agama dan membina akhlak remaja sebelum dan sesudah dibimbing. Pengukuran perubahan dilakukan menggunakan uji statistik t-Test saling berpasangan. Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : :
0.
:
0.
80
Tabel 11 Output Uji T Paired Samples Test
Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
sebelum dibimbing
92.1084
83
10.83582
1.18939
sesudah dibimbing
147.1687
83
4.54468
.49884
Paired Samples Correlations N Pair 1
sebelum dibimbing &
Correlation 83
Sig.
-.197
.074
sesudah dibimbing
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the
Mean Pair 1
sebelum
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
-55.06024 12.54975
1.37751
Difference Lower
Upper
-57.80056 -52.31993
Sig. (2T 3.971
df 82
dibimbing - sesudah dibimbing
dari perhitungan tabel diatas, didapatkan nilai 3.971. nilai ini menunjukan bahwa nilai
>
sebesar -
= 3.971 > 1.663, maka
diterima. dapat disimpulkan bahwa metode bimbingan agama efektif dalam membina akhlak remaja di pondok pesantren Nurul Hidayah pusat. Karena dari hasil kuesioner menunjukan bahwa, 100% remaja setelah dibimbing mengetahui tujuan dari proses bimbingan Agama di ponpes nurul hidayah pusat dan 83 remaja yang diberikan angket juga 90%
tailed) .000
81
menjawab bahwa bimbingan agama benar dilakukan secara bertatap muka dan secara berkelompok, pembimbingnya menyampaikan materi secara lisan dan jelas, dan 90% remaja menjawab sangat setuju bahwa dengan metode bimbingan agama yang digunakan disana, bimbingan agama menjadi tidak jenuh dan efektif, sehingga remaja di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat merasakan kegunaan dan menyukai bimbingan agama di pondok pesantren nurul
hidayah
pusat
serta
dapat
memahami
dirinya
sendiri
dan
lingkungannya. oleh karena itulah bimbinga agama di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat menjadi efektif.
82
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Untuk mengakhiri penulisan skripsi ini maka penulis mengambil beberapa kesimpulansebagai berikut : 1.
Metode bimbingan agama yang digunakan di pondok pesantren Nurul Hidayah pusat yaitu metode ceramah yakni penyampaian informasinya melalui lisan dengan cara berkelompok.
2.
Dari hasil pengujian yang dilakukan dengan menggunakan Uji Statistik tTest didapatkan hasil bahwa metode bimbingan agama dalam membina akhlak remaja efektif, hal ini dapat dilihat dari nilai
>
=-
3.971 > 1.663. Artinya metode bimbingan agama efektif dalam membina akhlak remaja di pondok pesantren Nurul Hidayah Pusat. efektif diambil dari kata “efek” yang artinya akibat atau pengaruh. Sedangkan “efektif” berarti adanya pengaruh atau akibat dari sesuatu.”97
B. Saran Berkenaan dengan segala hal yang berhubungan dengan penelitian ini, penulis ingin menyampaikan beberapa catatan dan saran-saran yang dianggap pelu, sebagai berikut: 1. Bagi pondok pesantren Nurul Hidayah pusat hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan dan penambahan wawasan dalam 97
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa (P3B), Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka Depdikbud, 1995), Cet. Ke-7, Edisi 3, h. 250.
83
mengambil kebijakan tentang betapa pentingnya peran pembimbing dan dalam membina akhlak remaja. Beserta dapat menjadi bahan pertimbangan untuk menambah materi atau program bimbingan agama bagi para remaja karena terbukti dapat mempengaruhi akhlaknya. 2. Mengadakan evaluasi setiap pelaksaan metode bimbingan agama sehingga dapat mengukur keberhasilan metode bimbingan agama tersebut. Serta melakukan inovasi-inovasi dalam pelaksanaan program bimbingan agama agar terkesan tidak monoton. 3. Bagi para pembaca skripsi ini, hendaknya melakukan pembacaan secara kritis sehingga penulis berharap pembaca dapat memberikan masukan, saran dan kritik yang sangat berharga bagi penulis.
84
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku Ali, Prof. H. Mohammad Daud. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998. Al-Ghazaly, Imam. Ihya’ Ulum Al-Din. Beirut: Dar Al-Fikr,T.T. Al, F.J Monks Et. Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994. Aminudin. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002. Ardani, Moh. Akhlak Tasawuf Nilai-Nilai Akhlak Atau Budipekerti Dalam Ibadah dan Tasawuf. Jakarta: CV Karya Mulia, 2005. ------------.Nilai-Nilai Akhlak/Budi Pekerti Dalam Ibadat. Jakarta: CV Karya Mulia, 2001. Arifin, H. M, M. Ed. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1994. ------------. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama. Jakarta: Golden Terayon Press, 1982. ------------. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama. Jakarta: PT Golden Terayon Press, 1998. ------------. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan Dan Penyuluhan Agama Di Sekolah Dan Luar Sekolah. Jakarta: Bulan Bintang, 1997. Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 1996. ------------. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta, 2002. Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994. Badan Wakaf Uii.Al-Qur’an Dan Tafsir. Yogyakarta: PT Dana Bakti Wakaf, 1990. Baqi, Muhammad Fu‟ad Abdul. Kumpulan Hadist Shahih Bukhari Muslim. Jakarta: Insan Kamil, 2002.
85
Buckley, Eric. The Oxford English Dictionar. Oxford: The Clarendom Press, 1978. Budiman, Arif. Agama Demokrasi Dan Keadilan. Jakarta: PT Gramedia, 1993. Bambang Prasetyo dan Jannah, Lina Miftahul. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Perseda, 2006. Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana, 2005. Burhanuddin, Yusuf. Kesehatan Mental. Bandung: Pustaka Setia, 1999. Daradjat, Zakiah. Ilmu Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 1970. -------------. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 1996. ------------. Pendidikan Agama Dan Pembinaan Mental. Jakarta: Bulan Bintang. 1982. ------------. Pendidikan Islam, Keluarga dan Sekolah. Jakarta:CVRuhama, 1995. ------------. Pembinaan Remaja. Jakarta: Bulan Bintang, 1982. ------------. Remaja Harapan Dan Tantangan. Jakarta: Ruhama, 1994. ------------. Remaja Harapan dan Tantangan. Jakarta: Ruhama, 1995. Depag Ri. Terjemahan Al Quran. Semarang: Toha Putra, 1989. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1994. Drucker, Peter F. Bagaimana Menjadi Eksekutif Yang Efektif. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1986. Djatmika, Rahmat. Sistem Etika Islam. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1992. Echols, John. M. Kamus Inggris-Indonesi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1990. Faqih, Ainur Rahim. Bimbingan Dan Konseling Dalam Islam. Yogyakarta: UII Press, 2001. Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariant Dengan Program SPPS. Semarang: BP, UNDIP, 2003. Gunarsa, Singgih D. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulya, 1983.
86
------------. Psychologi Remaja. Jakarta: PT BPK. Gunung Mulia, 1990. Hasan, M. Iqbal. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Bogor: Ghalia Indonesia, 2002. Hasanudin, Drs. H. Hukum Dakwah. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996. Hatta, Muhammad. Citra Dakwah Di Abad Informasi. Medan: Pustaka Wijaya Sarana, 1995. Lutfi, Drs. M, MA.Dasar-Dasar Bimbingan Dan Penyuluhan (Konseling) Islam. Jakarta:Lembaga Penelitian Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Malo, Manase. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Universitas Terbuka, 1997. Martono, Nanang. Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Data Skunder. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011. Masri Singarimbun dan Efendi, Sofian. Metode Penelitian Survei.Jakarta : LP3ES, 1995. Mastuhu. Metodologi Penelitian Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Prasada, 2006. Mahyuddin. Kuliah Akhlak Tasawuf. Jakarta: KalamMulia, 1999. Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002. Musnawar, Thohari. Dasar Konseptual Bimbingan Dan Konseling Islam. Yogyakarta: UII Press, 1992. Nasir, Sahilun A. Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problem Remaja. Jakarta: Kalam Mulia, 1999. Nata, Abudin. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011. Pridodgdo, A. B., Hasan Shadily. Ensiklopedi Umum. Yogyakarta: Kanisius, 1990. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Quail, Dennis Mc. Teori Komunikasi Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga Pratama, 1992. Salim, Abdullah. Akhlaq Islam Membina Rumah Tangga Dan Masyarakat. Jakarta: Seri Remaja, 1986.
87
Sabri, M. Alisut. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan Anak dan Remaja. Jakart: Pedoman Ilmu Jaya, 1997. Shihab, M. Quraish. Membumikan al-Qur’an. Jakarta: Miza, 1999. Siregar, Syofian. Statistika Deskripsi untuk Penelitian Dilengkapi Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta: Rajawali Pres, 2010. Soekanto, Soerjono. Kamus Sosiologi. Jakarta: CV. Rajawali, 1990. Soehartono, Irawan. Metodologi Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004. Suharto. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Surabaya: PT. Indah, 1995. Suwarto, F.X. Ensiklopedia Nasional Indonesia (Ces-Ham). Jakarta: Ictiar Baru Van Hoeve, 1980. ------------. Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka, 1989. Subarsono. Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja. Jakarta: Bina Aksara, 1989. Surya, Jumhur M. Bimbingan Penyuluhan Di Sekolah. (Cevidenci Dan Conseling). Bandung : CV. Ilmu, 1975. Tartono, H. M Umar. Bimbingan Dan Penyuluhan. Bandung: PT Pustaka Setia, 1998. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa (P3B), Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Depdikbud, 1995. Vrendenbregt. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia, 1980. Wahyudin. AkhlakTasawuf. Jakarta: KalamMulia,1999. Walgito, Bimo. Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah. Yogyakarta: Andi Ofset, 1995. Ya‟kub, Hamzah. Etika Islam Pembinaan Ahklaqul Karimah. Bandung: CV Diponegoro, 1988. Yusuf, Dr. Syamsu dan Dr. A. Juntika Nurihsan.Landasan Bimbingan Dan Konseling. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, PT Remaja Rosdakarya, 2006.
88
Zahrotun, Drs. Psikologi Perkembangan Tinjauan Psikologi Barat Dan Islam. Jakarta: Uin Jakarta Press, 2006. Zulkifli L. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003.
B. Jurnal Ilmiah Abdurrahman, Dudung. jurnal penelitian agama, (No.19 Th.IV januari-april, 1999), h.8.
C. Hasil Wawancara Hasil wawancara dengan KH. Khodamul Quddus, sesepuh, dewan kyai serta anak ke 2 dari Alm. KH. Uqon Bulqoini, 08 April 2015.
89
DAFTAR KUESIONER
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Dengan ini saya “Fajriah Septiani” mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komuniasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bermaksud untuk melaksanakan penelitian dalam rangka tugas akhir karya ilmiah (skripsi) yang berjudul “Efektifitas Metode Bimbingan Agama Dalam Membina Akhlak Remaja di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat”, maka saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i kiranya berkenan untuk mengisi kuesioner ini dengan sebenar-benarnya sebagai data yang akan digunakan dalam penelitian. Atas perhatian dan perkenaan Bapak/Ibu/Sdr/I saya ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Wr. Wb
A. Identitas Responden 1. Nama
: …………………………..
2. Usia
: ………. tahun
3. Jenis Kelamin
: 1. Laki-laki
2. Perempuan
4. Pendidikan
: 1. Sekolah Dasar
2. SMP/MTS
3. SMA/MA
B. Petunjuk Pengisian 1. Bacalah setiap pernyataan dengan baik dan teliti. 2. Isilah dengan jujur dan benar.
3. Pilihlah salah satu jawaban yang tersedia dengan memeberi ceklis ( √ ) dari setiap pernyataan yang dianggap paling tepat. Instrument ini menggunakan skala likert terdiri dari 5 pertanyaan dimana untuk jawaban sangat setuju (SS) diberi nilai 5, setuju (S) diberi nilai 4, cukup setuju (CS) diberi nilai 3, tidak setuju (TS) diberi nilai 2, sangat tidak setuju (STS) diberi nilai 1. C. Daftar Pernyataan Bimbingan Agama Sebelum Dibimbing No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PERNYATAAN Saya mengetahui tujuan dari proses bimbingan Agama di ponpes nurul hidayah pusat Bimbingan dilakukan secara langsung bertatap muka dengan pembimbing Bimbingan agama dilakukan secara kelompok Dengan berkelompok saya dapat berinteraksi dengan yang lain Saya merasakan kegunaan dari proses bimbingan Agama di ponpes nurul hidayah pusat Saya menyukai proses bimbingan Agama di ponpes nurul hidayah pusat Pembimbing menyampaikan materi secara lisan Pembimbing menyampaikan materi dengan jelas dengan metode ceramah bimbingan agama di ponpes nurul hidayah pusat menjadi tidak jenuh Menurut saya metode bimbingan agama di ponpes nurul hidayah pusat efektif
SS
S
CS
TS
Setelah Dibimbing STS
SS
S
CS
TS
STS
D. Daftar Pernyataan membina akhlak Sebelum Dibimbing No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
14 15
Pernyataan Akhlak Baik Terhadap Allah Ketika melakukan kesalahan saya bertaubat kepada Allah saya bersabar dalam menghadapi segala hal Saya mensyukuri nikmat yang Allah berikan Saya bertawakal kepada Allah Ketika dalam keadaan senang maupun sedih saya selalu ikhlas menjalaninya Saya selalu bersikap jujur Saya mempunyai rasa optimis dalam hal yang positif Saya takut kepada Allah Akhlak Baik Terhadap Manusia saya mempunyai rasa simpati kepada sesama Saya empati ketika sesama mendapat musibah Saya menolong teman yang sedang kesusahan Saya selalu memaafkan orang lain Saya bersikap sopan santun terhadap sesama manusia Akhlak Buruk Terhadap Allah dan Sesama Manusia Saya takabur terhadap allah Saya menduakan Allah dan keluar masuk agama Islam
SS
S
CS
TS
Setelah Dibimbing STS
S
SS
CS
TS
STS
No
Pernyataan SS
16 17 18
19 20 21 22
Saya tidak mensyukuri atas nikmat yang Allah berikan Saya memamerkan segala hal Saya menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu ysng tidak penting dan tidak saya butuhkan Saya mudah marah terhadap orang lain Saya selalu iri hati terhadap orang lain Saya suka mengadu-ngadu terhadap sesama Saya bersikap kikir terhadap sesama
Sebelum dibimbing S CS TS STS
SS
Sesudah dibimbing S CS TS STS
Daftar Tabel Skor Hasil Kuesioner Sesudah Dibimbing No. B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B13 B14 B15 B16 B17 B18 B19 B20 B21 B22 B23 B24 B25 B26 B27 B28 B29 B30 B31 B3 2 R1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 R2 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 R3 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 R4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 R5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 R6 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 R7 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 R8 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 R9 5 5 5 5 3 4 5 4 5 5 5 5 5 5 3 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 R10 5 5 4 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 R11 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 5 R12 5 5 4 5 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 3 4 5 3 5 5 4 4 5 5 5 5 4 3 3 5 5 R13 5 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 3 4 5 5
jml 143 150 156 153 157 153 148 155 146 156 147 139 148
R14 5 5 4 4 5 5 5 4 5 R15 5 5 4 4 4 5 5 4 5 R16 5 5 5 5 4 5 4 4 5
3 4 4
5 5 5
5 5 5
5 5 5
5 5 5
5 5 5
5 5 5
5 5 5
5 5 5
5 5 5
5 5 5
5 5 5
5 5 5
5 5 5
5 5 5
5 5 5
5 5 4
5 5 4
5 5 3
5 4 3
5 4 4
5 4 4
5 155 4 151 5 148
R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27
4 4 4 5 5 5 4 4 5 5 5
5 4 5 4 4 4 4 4 5 5 5
5 4 5 5 5 4 4 4 3 5 5
5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5
5 4 5 4 5 5 4 5 4 5 5
5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5
5 4 5 4 4 5 5 4 5 4 5
5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4
5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5
5 4 5 5 4 5 5 5 3 4 4
5 4 4 5 4 5 5 5 4 5 4
5 4 4 5 4 5 5 5 3 5 4
5 5 4 5 4 5 5 5 4 4 5
5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5
4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5
3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5
4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5
4 4 5 5 4 4 4 5 5 5 4
5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5
4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3
5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 5 5 5 5 4 4 5 5
5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4
4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5
5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5
5 5 4 5 4 5 4 4 5 4 4
148 138 149 151 144 151 149 147 146 148 150
R28 R29 R30 R31 R32 R33
4 4 4 4 4 4
5 5 5 5 4 4
4 5 4 5 5 4
5 5 5 4 5 5
5 5 4 5 5 5
4 5 4 4 4 4
5 5 4 4 5 5
4 5 5 4 3 4
4 5 4 4 3 4
5 5 5 5 4 4
4 5 4 5 5 5
5 4 5 5 4 5
5 5 4 4 5 4
5 4 5 5 5 5
5 4 4 4 5 4
5 5 4 5 5 5
4 4 5 5 5 5
5 5 5 5 5 4
4 4 4 5 4 4
4 4 4 3 5 5
4 4 4 4 5 5
5 4 4 3 4 3
5 5 5 4 5 5
5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5
5 5 4 4 4 4
5 5 5 4 4 4
4 4 5 5 5 5
5 4 4 4 5 5
5 5 5 4 4 4
5 5 5 5 4 5
149 149 144 142 145 144
R34 5 5 4 5 4 4 5 4 5
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
3
5
3
5
4
5
5
4
4
5
5
5
5 146
R35 5 5 4 5 4 5 5 4 5
4
4
5
5
5
4
5
4
5
5
3
4
3
5
4
5
5
5
4
5
5
5
5 146
R36 4 5 4 5 4 5 5 4 5
4
5
5
4
5
4
5
5
4
5
3
5
3
5
5
4
5
5
5
5
5
5
5 147
R37 4 5 4 5 5 5 4 4 5
4
5
4
4
5
4
5
4
5
4
3
4
4
5
5
4
5
5
4
5
5
5
5 144
R38 4 5 5 4 5 5 5 5 5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
4
5
5
4
5
4
5
5 153
R39 4 4 5 4 4 5 4 5 4
4
5
4
5
4
4
4
4
4
5
5
5
4
5
5
4
5
5
4
5
4
5
4 142
R40 4 4 5 4 4 5 5 5 5
4
5
4
5
4
4
4
5
4
5
5
5
4
5
5
4
5
5
4
3
4
5
5 144
R41 5 4 5 4 4 5 4 4 4
4
5
4
5
4
4
5
4
5
4
4
4
4
5
4
4
5
5
4
4
4
5
5 140
R42 5 5 4 4 5 4 5 4 5
5
5
4
5
4
5
4
4
5
4
4
4
4
5
4
4
5
5
4
4
4
4
5 142
R43 5 5 2 3 5 4 5 5 5
5
5
3
4
5
4
5
5
5
4
4
4
4
5
4
5
5
5
5
4
4
4
5 142
R44 5 5 2 4 5 5 5 5 5
5
5
5
5
4
4
4
5
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5 147
R45 4 4 4 3 2 5 5 4 5
4
5
5
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5 140
R46 5 4 4 4 4 4 4 5 5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5 148
R47 5 4 5 4 4 4 4 5 5
5
5
5
4
4
5
5
4
5
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5 149
R48 5 4 4 5 5 5 5 4 5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
3
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5 152
R49 5 5 4 4 5 5 4 5 5
5
5
4
5
5
5
4
5
4
4
4
5
4
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5 150
R50 5 5 5 4 4 5 5 4 3
5
5
5
4
5
4
5
4
4
4
3
5
4
5
5
5
5
5
5
5
4
5
4 145
R51 4 5 4 4 5 3 4 4 5
3
4
4
5
4
4
4
4
5
3
5
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5 141
R52 5 4 4 4 4 5 4 4 5
4
4
5
5
5
4
4
5
4
5
5
5
4
5
5
5
4
5
5
5
5
4
4 145
R53 4 5 5 5 5 5 5 3 5
3
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
4
5
5
5
4
5
4
5
5
4
2 142
R54 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
4
4
5 156
R55 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
4
4
4
5 156
R56 4 5 5 5 4 5 5 5 5
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
5
4
4
4
5 152
R57 5 5 5 5 5 5 5 4 5
5
4
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
4
5
5
5
5
5
4
4
5
5 154
R58 4 4 5 5 4 5 5 4 5
5
4
5
5
5
4
5
5
5
3
5
5
3
4
5
5
5
5
5
5
4
5
4 147
R59 5 5 5 5 5 5 5 4 3
4
4
5
4
5
5
5
5
5
3
5
5
4
4
5
5
5
5
4
5
5
5
3 147
R60 5 4 4 5 4 5 5 4 5
5
5
4
5
5
5
4
4
4
3
5
4
4
4
5
5
5
5
4
5
5
5
5 146
R61 5 5 5 5 5 4 4 5 5
4
5
4
4
3
4
5
4
4
3
5
3
4
4
4
5
4
5
4
5
5
5
4 140
R62 5 4 5 5 4 5 5 4 4
4
4
4
4
5
5
5
3
5
3
4
3
4
5
4
5
4
5
5
5
5
5
4 141
R63 5 5 4 5 4 5 5 4 4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
3
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5 150
R64 3 5 4 5 4 5 4 5 5
3
5
4
5
5
5
4
5
4
4
4
5
4
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5 146
R65 4 4 4 5 4 5 4 4 4
3
5
5
4
5
4
5
4
4
4
3
5
4
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5 142
R66 4 5 4 5 5 4 4 5 4
4
4
4
5
4
4
4
4
5
3
5
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5 144
R67 4 5 4 5 4 4 5 4 4
4
4
5
5
5
4
4
4
5
5
5
4
5
5
5
4
5
5
5
5
4
5 141
R68 4 5 4 4 5 5 4 5 4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
4
5
5
5
4
5
4
5
5
4
5 144
R69 4 5 4 4 5 5 4 4 4
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
4
4
5 150
R70 5 5 5 4 5 5 4 5 4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
4
4
4
5 153
R71 5 4 4 4 5 5 5 5 4
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
5
4
4
4
5 151
R72 5 4 4 4 5 5 4 5 4
5
4
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
4
5
5
5
5
5
4
4
5
5 150
R73 5 4 4 4 4 4 4 4 4
5
4
5
5
5
4
5
5
5
3
5
5
3
4
5
5
5
5
5
5
4
5
5 144
R74 5 4 5 4 5 4 4 5 4
5
4
5
4
5
5
5
5
5
3
5
5
4
4
5
5
5
5
4
5
5
5
5 148
R75 5 4 5 5 4 5 5 4 4
5
5
4
5
5
5
4
4
4
3
5
4
4
4
5
5
5
5
4
5
5
5
4 145
R76 5 5 5 4 4 5 4 5 4
5
5
4
4
3
4
5
4
4
3
5
3
4
4
4
5
4
5
4
5
5
5
5 140
R77 5 5 5 4 5 4 5 4 4
4
4
4
4
5
5
5
3
5
3
4
3
4
5
4
5
4
5
5
5
5
5
5 142
R78 4 5 5 5 4 4 4 4 5
4
5
4
4
5
4
4
4
5
5
4
3
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4 144
R79 4 5 5 5 5 4 5 4 5
4
4
4
5
4
4
4
4
3
5
4
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4 145
R80 4 5 5 5 5 4 5 4 5
4
4
3
5
4
4
5
5
4
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5 149
R81 4 5 4 4 5 4 5 4 5
4
5
4
5
5
5
4
5
4
4
5
5
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5 148
R82 4 5 5 4 4 4 5 4 5
5
5
3
5
4
5
5
5
4
4
5
5
4
4
5
5
5
4
5
5
5
5
5 147
R83 5 5 4 4 5 4 5 4 5
5
5
3
5
5
5
4
5
4
4
5
5
5
4
5
5
5
4
5
5
5
5
5 149