EDISI KEDUA, 2005
April - Juni
Inside Story Headline REDAKSI Assalamu’alaikum ................. Alhamdulillah.... Edisi kedua akhirnya terbit juga, padahal sebelumnya sempat muncul rasa pesimistis dari redaksi. Pesimistis disini cukup beralasan karena bahan dan waktu yang sangat terbatas, tapi dengan sedikit kerja keras akhirnya edisi kedua ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pembaca, pada terbitan kali ini, buletin warta konservasi banyak memuat tentang Badak Sumatera di Taman Nasional Way Kambas. Badak Sumatera merupakan badak paling terancam didunia saat ini karena tekanan habitat dan perburuan serta reproduksi yang sangat lambat. Maka usaha konservasi Badak Sumatera perlu dilakukan secara bersama-sama. Tak lupa redaksi mengucapkan terima kasih kepada anggota redaksi lain yang dengan senang hati memberikan bahan dan masukan demi terbitnya buletin edisi kedua ini. Maju terus pantang mundur …… Wassalam …….
Inside Story Headline
DAFTAR ISI Info Utama Rencana Priorotas Pengelolaan Taman Nasional Way Kambas 3 Flora & Fauna Badak Sumatera 6 Mitra Impian mengembangbiakkan Badak Sumatera di SRS 8 Patroli Konflik Gajah dan Manusia 3 Ragam kedatangan Menhut, ....13 Research
Trypanosomiasis
13
Reog Ponorogo
15
Obrolan Kepala Balai TNWK : Ir. Mega Hariyanto 19 Profil Keeper Badak 20 Update Congratulation - kelahiran
Filka dan Populasi Terbaru Badak dunia 21
TIM REDAKSI Penanggung Jawab : Mega Hariyanto Pemimpin Redaksi : Dedi Candra Redaksi : Andi Hari Harsangka, Abdul Rohim, Bustami, Candra Putra, Diah Esti Anggraini, Donny Gunaryadi, Itno Itoyo, Marcellus Adi CTR, Moh. Taufiq Soleman, Sukatmoko, Sumianto Staff Redaksi : Dedi Istnandar dan FA Riri Alamat Redaksi : Kantor Balai Taman Nasional Way Kambas Jl. Raya Labuhan Ratu Lampung Timur Tlp : 08287060068 dan 0725-641492 E-mail :
[email protected] dua
Warta Konservasi
....... dari hal 7. Sedangkan ritual urinasi lebih dominan pada jantan, dimana setiap memasuki atau melewati daerah baru si jantan akan menandai daerah tersebut dengan urin spraynya yang dapat dilihat dari bekasnya disemak-semak. Badak betina jarang urin spray dan lebih sering urin biasa kecuali menandai daerah baru dan ketika musim kawin.
Suara BS bervariasi tergantung situasi
yang dihadapi. Bila diganggu badak dapat mengeluarkan dengusan keras dan menakutkan sambil menyerang, dapat pula memekik keras seperti menyalak, mengeluarkan suara dengusan atau desisan seperti suara meniup, suara seperti meratap sedih dan terdengar rendah.
Distribusi : Taman Nasional Way
Kambas, Gunung Leuser, Kerinci Seblat, Bukit Barisan Selatan dan Hutan di Riau.
(Sumber : IRF - International Rhino Foundation www.rhinos-irf.org dan SRS - Sumatran Rhino Sanctuary) .......... dari hal 19. Sehubungan dengan semua pandangan diatas maka “ Tertib Sipil Konservasi Terpadu” harus segera dilaksanakan bersama-sama kata pak Mega menambahkan, seluruh element terkait, mulai dari petugas TNWK, Pemda, Masyarakat, Perguruan Tinggi dan LSM. Semuanya harus bahu membahu dalam usaha ini kata pak Mega penuh semangat. Menyinggung sedikit tentang SRS beberapa hari lalu Pak Mega bertemu dengan Pak Menteri Kehutanan, beliau sangat menginginkan keberhasilan SRS menghasilkan anak
EDISI KEDUA, 2005
badak “ Pak Mega paling lambat 2006 saya sudah melihat anak badak di SRS” … bengong dan terkejut, spontan pak Mega menjawab “ siap pak” Gimana Pak Dedi Kata pak Mega, ya… semoga saja pak, sampai saat ini kita sedang berusaha terutama dalam 4-6 bulan ke depan kita memang sedang mengintensifkan segala yang berhubungan dengan usaha keberhasilan penangkaran badak. Pak Menteri itu bukan harapan Bapak saja tetapi harapan kami semua, harapan kita semua….
Edisi keTiga ……….. Info Utama
Survey Secara Cepat di seluruh Kawasan Taman Nasional Way Kambas Flora - Fauna
All About Sumatran Tiger
Warta Konservasi (WAKO) Merupakan media informasi dan komunikasi Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Lampung, baik internal maupun eksternal yang memuat berita informasi konservasi sumberdaya alam dan masyarakat sekitar kawasan. Redaksi menerima info, berita, tulisan dan gambar tentang aktivitas di kawasan dan diluar kawasan TNWK.
dua puluh tiga
Inside Story Headline
Inside Story Headline
UPDATE PATROLI
CONGRATULATION
INFO UTAMA
RENCANA PRIORITAS PENGELOLAAN TNWK ( JANGKA PENDEK DAN MENENGAH )
Hari Rabu tanggal 1 Juni 2005 Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas (PLG-TNWK) Lampung mendapat tambahan penghuni baru, Anak gajah sehat dan lucu bernama FILKA dari ibu bernama Dona, bapak Sentong/Dugul/Daeng dan pawang Zainal. Fajar baru menyingsing di PLG, sebuah kuasa dan anugerah tuhan telah terjadi. Disana seekor gajah cantik bernama Dona berumur 25 tahun berasal dari Lampung Utara hasil tangkapan 22 Februari 1998, melahirkan seekor anak dengan kondisi normal dan sehat. Kuasa tuhan karena Dona melahirkan secara alami tanpa bantuan siapapun dan anugerah berarti kita masih mempunyai harapan terhadap perkembangbiakan dan masa depan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) yang mulai sulit ditemui di
Oleh Mega Hariyanto
D
habitat aslinya. Ini adalah kelahiran ketiga oleh Dona, tahun 1998, 2002 dan 2005 ini, dua anak sebelumnya mati sebelum besar karena berbagai sebab. Bagi Ir. Mega Hariyanto, Kepala Balai TNWK ini merupakan anak gajah pertama sejak beliau memimpin Way Kambas, beliau sangat senang dan selalu mengikuti perkembangan anak gajah lucu seberat 67 kg ini. Kondisi kesehatan kedua Gajah telah diperiksa oleh dokter hewan (DediSRS dan Esti-PLG) dan akan terus dimonitoring perkembanganya. DC
dua puluh dua
Warta Konservasi
Disadari telah terjadi hubungan atau interaksi antara kawasan Taman Nasional Way Kambas dengan lingkungan sekitarnya, khususnya masyarakat sekitar kawasan sangat kuat. Interaksi tersebut adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari, baik yang bersifat negatif atau positif. Interaksi negatif dengan dampak yang cukup besar adalah perambahan hutan, penebangan kayu secara ilegal, dan pembakaran hutan. Sedangkan interaksi positif antara Balai Taman Nasional Way Kambas dengan masyarakat antara lain : adanya keterlibatan masyarakat dalam pengendalian kebakaran hutan, pengamanan dan rehabilitasi hutan. Oleh karena itu, perlu upaya tepat dalam penanggulangannya dengan tetap mempertimbangkan : 1.Mengurangi, menekan dan semaksimal mungkin meniadakan berbagai bentuk gangguan hutan
Batas darat/buatan sepanjang 29 km,
dengan nomor pal batas 236 s.d 514, meliputi 2 Resort yaitu Plang Hijau dan Resort Susukan Baru.
Batas sungai : Way Penet 22 km, Way
Pegadungan 31 km, Way Sukadana 40 km, Way Seputih 34 km. Kondisi sungai tersebut bisa dilalui oleh speedboat dan perahu biasa.
Batas laut kawasan Taman Nasional Way Kambas terdapat disebelah timur yang berbatasan dengan laut Jawa, membentang dari Kuala Penet sampai dengan Muara Way Seputih sepanjang 75 km.
Secara administrasi pemerintahan, kawasan Taman Nasional Way Kambas berada di Kabupaten Lampung Timur dan Lampung Tengah. Sedangkan daerah penyangga (berbatasan dengan TN Way Kambas) berada di 3 Kabupaten, 10 kecamatan dan 35 desa.
2.Kebersamaan dalam pengelolaan dengan para pihak khususnya masyarakat sekitar kawasan 3.Program pengelolaan harus mem berikan dampak pada dua sisi, yaitu untuk kepentingan pengelolaan flora, fauna, ekosistem dan kawasan dan untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat khususnya sekitar hutan. Secara riil dilapangan, kawasan Taman Nasional Way Kambas dengan luas 125.621,30 ha (SK Menhut Nomor 670/ Kpts-II/1999) mempunyai batas kawasan sebagai berikut: EDISI KEDUA, 2005
tiga
Inside Story Headline
Inside Story Headline
INFO UTAMA
PATROLI
PROGRAM PRIORITAS Dalam rangka perlindungan dan pengaman hutan, agar keutuhan dan eksistensi flora, fauna dan ekosistem serta kawasan tetap terjaga, maka program prioritas yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut : Batas darat
UPDATE
RHINO, RHINO, RHINO, RHINO DAN RHINO
Pada batas darat sepanjang 29 km, diperlukan kegiatan sebagai berikut : 1.Pembuatan kanal (lapisan pertama) Pada batas darat, sebelumnya pernah dibuat kanal, namun saat ini kondisinya sebagian telah mengalami pendangkalan dan pada bagian rawa tidak efektif, sehingga satwa masih mudah keluar masuk dan aktivitas ilegal masyarakat. Untuk itu perlu dilakukan renovasi kanal sepanjang 29 km. 2.Pembuatan pagar (Lapisan kedua).
kejut/elektrik
Populasi Rhino atau Badak dunia memang selalu turun dari waktu ke waktu. Data terakhir yang dikeluarkan International Rhino Foundation tentang populasi 5 spesies badak yang tersisa adalah :
Pada tahun 1984, dari Marga Hayu
sampai dengan Tarupakarti telah dibuat pagar listrik tenaga matahari sepanjang 16 km, namun kegiatan tersebut terhenti karena berbagai kendala teknis.
Black Rhino (Diceros bicornis) ~3.610 ekor, White Rhino (Cerathotherium simum) ~11.330 ekor, Indian Rhino (Rhinocerus unicornis) ~2.500 ekor, Javan Rhino (Rhinocerus sondaicus) ~60 ekor dan Sumatran Rhino (Dicerorhinus sumatrensis) ~300 ekor.
Di Pusat Latihan Gajah (kandang gajah), telah dibuat pagar listrik namun saat ini telah berhenti
Di Suaka Rhino Sumatera (SRS) telah dibuat pagar listrik yang mengelilingi areal seluas 100 ha, sebagai tempat penelitian dan pengembangbiakan Badak Sumatera. Metode tersebut ternyata cukup efektif dalam rangka mencegah satwa keluar masuk areal tersebut.
empat
3.Pembuatan jalan patroli (Lapisan ketiga). Saat ini telah dibuat sepanjang jalan patroli sepanjang 9 km yaitu antara Plang Hijau - Pusat Latihan Gajah, sehingga perlu dibangun sepanjang 20 km.
Warta Konservasi
Sampai Maret 2005 populasi Sumatran Rhino di Captive adalah 2 ekor di SRS Way Kambas - Indonesia (Bina dan Torgamba), 2 ekor di Sepilok dan Tabin Sabah - Malaysia (Tanjung dan Gologob) dan 5 ekor di Amerika Serikat (Emi, Ipuh, Suci di Cinncinati Zoo, Rapunzel di Bronx Zoo dan Andalas di Los Angeles Zoo). www.rhinos-irf.org
EDISI KEDUA, 2005
dua puluh satu
Inside Story Headline
Inside Story Headline
PROFIL
Semua Keeper SRS dari masyarakat sekitar ulu mereka adalah petani, pekerja pabrik, tukang ojek bahkan ada yang jadi pekerja harian. Mereka adalah Yuhadi, Sunar, Lamijo, Dede, Sarno, Rois, Rakimin, Sugiono, Suratno dan Surono. Kini mereka bekerja sebagai rhino keeper (perawat/penjaga) badak Sumatera di Suaka Rhino Sumatera (SRS) TNWK.
D
Adapun pertimbangan SRS memakai tenaga lokal adalah memberi kesempatan bekerja dan belajar kepada masyarakat sekitar Kawasan TNWK karena SRS adalah bagian dari masyarakat Way Kambas dan Indonesia umumnya. Kini semua keepers SRS berasal dari Desa Labuhan Ratu IX dan Rajabasa Lampung Timur, walaupun dari desa mereka punya kemauan bekerja dan belajar yang tinggi dibawah bimbingan koordinator SRS. Sejauh ini dedikasi mereka dapat dihandalkan dan diharapkan dapat menjadi kader konservasi, minimal di lingkungan tempat tinggalnya dan Way Kambas.
enam
Warta Konservasi
INFO UTAMA
Batas sungai dan laut
h.
Bungur – Muara jaya (25 km)
Kegiatan prioritas yang perlu dilakukan pada batas sungai dan laut adalah sebagai berikut : Penguatan dan pengembangan patroli dengan menggunakan kendaraan air sungai/ laut. Hingga saat ini Balai Taman Nasional Way Kambas telah mempunyai unit patroli yaitu RTPU (Rhino and Tiger Protection Unit), yang anggotanya berasal dari masyarakat dan petugas Balai Taman Nasional Way Kambas. Jumlah anggota RTPU 33 orang (28 orang berasal dari masyarakat dan 5 orang berasal dari petugas), dimana pendanaannya didukung oleh Pusat Konservasi Badak Indonesia (PKBI) dan Pusat Konservasi Harimau Sumatera (PKHS). Unit tersebut terbagi menjadi 7 regu. Dalam pelaksanaan di lapangan Regu ini cukup efektif, namun perlu ditingkatkan dan dikembangkan.
i.
Muara Jaya – Pusat Latihan Gajah (29 km)
Dari analisa dan pengalaman RTPU, untuk batas sungai dan laut perlu di tambah hingga menjadi 9 unit (2 regu) dengan jumlah anggota per regu 8 – 10 orang. Dimana 1 unit patroli terdiri dari 1 regu khusus yang didukung oleh 1 regu sebagai regu penguat. Direncanakan wilayah kerja unit patroli sebagai berikut : a.
Pusat Latihan Gajah – Kuala Penet (22 km)
b.
Kuala Penet – Kuala Kambas (25 km)
c.
Kuala Kambas – Wako (30 km)
d.
Wako – Muara Way Seputih (20 km)
e.
M. Way Seputih – Cabang (21 km)
f.
Cabang – Penanggungan (32 km)
g.
Penanggungan – Bungur (27 km)
EDISI KEDUA, 2005
PENUTUP Dengan pola penjagaan tersebut maka diharapkan : 1. Pengamanan hutan yang dilakukan dapat melalui dua sisi, yaitu represif dan preventif 2. Dapat mengurangi perambahan hutan secara bertahap melalui pembatasan masuknya manusia ke dalam kawasan dan mencegah gangguan gajah ke luar kawasan. 3. Adanya sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta dukungan dana yang rutin dan dilaksanakan bersama masyarakat setempat. 4. Adanya program pendukung dan penunjang yang dilaksanakan di dalam dan di luar kawasan hutan, yaitu :
Di dalam kawasan hutan, hal yang perlu dilakukan antara Identifikasi, inventarisasi kepentingan pengelolaan
lain : untuk
Di Luar kawasan dengan melakukan
kegiatan yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dengan pendampingan kelompok masyarakat.
lima
Inside Story Headline
Inside Story Headline
FLORA & FAUNA
Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) oleh : Dedi Candra
K
etika nama Rhino atau Badak disebut, maka bayangan kita adalah seekor mahluk angker bermuka tebal dengan karakteristik kekar, pendek lagi kuat dan seperti berbaju baja dengan cula gagah dikepala. Hal ini benar untuk gambaran badak secara umum tetapi sebenarnya kelima species badak yang tersisa didunia saat ini berbeda karakterisatiknya. Dari 5 species badak yang masih bertahan hidup, 2 species ada di benua Afrika (Badak Hitam atau Diceros bicornis dan Badak Putih atau Cerathotherium simum)) dan 3 species ada dibenua Asia (Badak Sumatera atau Dicerorhinus sumatrensis), Badak Jawa atau Rhinocerus sondaicus dan Badak India atau Rhinocerus unicornis) Indonesia negeri mega biodiversity dengan tingkat keanekaragaman hayati sangat tinggi memiliki 2 species badak penting yaitu, Badak Jawa bercula satu yang hanya tersisa di Taman Nasional Ujung Kulon Banten dan Badak Sumatera yang masih tersebar di sepanjang pulau Sumatera. Badak Sumatera dibagi dalam 3 sub species, yaitu Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis, di Sumatera, Semenanjung Malaysia, dan Thailand. Dicerorhinus sumatrensis harrissoni, di Sabah Borneo dan Dicerorhinus sumatrensis lasiotis, dari Burma bagian utara sampai dengan Assam dan Pakistan bagian timur (punah). tujuh
Karakteristik Badak Sumatera (BS) :
Menurut Taksonomi tergolong dalam suku Rhinocerotidae, bangsa perissodactyla (berkuku tiga), keke rabatan terdekat dengan suku Tapiri dae (Tapir) dan suku Equidae (Kuda), merupakan mamalia herbivora sejati.
P e n a m p i l a n n y a
t idak la h s eangke r badak lainnya tingginya hanya 120 135 cm, panjang 240-270 cm, dengan berat tidak lebih dari 900 kg,
Lapisan kulit tidak terlalu banyak, hanya 2 lipatan besar yang menonjol. Lipatan pertama melingkari paha di antara kaki depan, dan lipatan kedua di atas perut bagian samping. Terdapat beberapa lipatan kecil didaerah leher. Warna kulit umumnya coklat tua kemerahan tetapi penampilan akan berubah tergantung dari air atau lumpur tempat berkubang.
BS adalah badak evolusi pertama dan
paling primitif dibandingkan 4 jenis lainnya yang masih bertahan hidup di dunia, merupakan badak paling kecil dan satu-satunya yang tubuhnya berambut (eksotic) walaupun rambut yang lebat hanya diujung telinga, inilah yang paling membedakan BS dengan badak lainnya
Warta Konservasi
OBROLAN Bersama Ir. Mega Hariyanto Kepala Balai TN Way Kambas
Ada empat isu atau pandangan penting di Way Kambas saat ini kata pak Mega Hariyanto Kepala Balai TNWK membuka obrolannya. Dari ke empat isu tersebut, harus dicermati dan dihadapai berdasarkan tingkat kepentingan masing -masing isu, dan peran masyarakat sekitar harus benar-benar diperhatikan dan dimanfaatkan dalam rangka mencapai tujuan bersama terjaganya kawasan TNWK tanpa ada konflik dengan masyarakat sekitar. Hutan rusak atau hancur (pandangan Petugas). Tingkat kerusakan hutan dalam bentuk perambahan sampai April 2005 mencapai 5.000 ha sedangkan lahan terbuka berupa alang-alang sekitar 40 %. Jadi kondisi utuh sekitar 60 % dan ada harapan untuk tetap eksis, tetapi tindakan pencegahan dan pengamanan harus tetap dilakukan dan ditingkatkan. Hutan tidak terjaga (pandangan Masyarakat). Dengan asumsi hutan rusak karena tidak terjaga oleh petugas maka masyarakat akan mencoba untuk masuk kehutan dengan beragam aktivitas illegal. Pak Mega banyak bercerita tentang kegiatannya sewaktu masih bertugas di Taman Nasional Rawa Opa Sulawesi Tenggara, disana ada pemberdayaan masyarakat dan petugas secara bersama sehingga hutan dan isinya terjaga. Metode dikembangkan dengan modifikasi kondisisional dalam penanganan permasalahan di Way Kambas kata pak Mega. Potensi Wisata (pandangan Regional seperti Pemda). Potensi wisata juga harus dimanfaatkan dengan bijaksana, EDISI KEDUA, 2005
memprioritaskan
segala
sesuatunya
berdasarkan kepentingan terencana seperti pendekatan pariwisata untuk membantu kegiatan pengamanan hutan dan pelestarian potendi sumber daya alam. Potensi Mega Biodiversity (pandangan Nasional dan International). Way Kambas dipandang sebagai laboratorium hidup yang cukup lengkap dan menjadi target beberapa kegiatan penelitian yang berhubungan dengan keanekaragaman hayati. Pihak TNWK telah menjalin kerjasama dengan beberapa mitra kerja dan beberapa perguruan tinggi. Potensi ini memang benar karena keanekaragaman hayati ekosistem, genetika, dan spesies yang sangat berlimpah di TNWK. Ke hal 23 ............
dua puluh
Inside Story Headline
Inside Story Headline
RAGAM
2004). Ketika pemerintah mengadakan
program pemerataan penduduk melalui Transmigrasi, banyak sekali masyarakat Jawa yang eksodus ke Pulau Lain tak erkecuali Pulau Sumatera dan daerah Lampung. Seiring perpindahan penduduk tersebut ikut pula terbawa kesenian dari daerah asal termasuk Reog. Reog ponorogo menjadi sangat terbuka akan pengayaan dan perubahan ragam geraknya dan penarinyapun tidak terbatas dari masyarakat Jawa. Grup Reog Ponorogo Plang Ijo yang baru terbentuk itu, masih sangat muda walaupun beberapa anggotanya sudah pernah menjadi anggota reog. Dipimpin oleh Pak Ru, Reog ini menjadi harapan masyarakat Plang Ijo dalam mengembangkan tradisi leluhur dan pariwisata, anggotanya pun terdiri dari warga masyarakat setempat dari berbagai lapisan umur. Setiap sabtu malam mereka latihan dengan sangat antusias dan warga masyarakatpun turut serta mendukung dengan menghadiri setiap latihan. Ketertarikan yang tinggi terhadap kesenian atau tradisi asli Indonesia membawa DR. Robin setiap ada waktu selalu melihat latihan dan berdiskusi dengan grup ini, sampai larut malampun dia betah melihat aksi tarian reog. Ibarat kata pepatah tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. Gayungpun bersambut melalui pak Ru dedengkot grup Reog yang dengan sangat senang hati dan terbuka menerima tarian Badak masuk menjadi bagian dari Reog yang beliau pimpin, anggota yang lainpun dengan antusias menyambut bergabungnya tarian badak ke grup mereka. Mulailah Sarno seorang keepers SRS memainkan tarian Sembilas belas
badaknya, dimana si Sarno memakai kostum badak sumatera lengkap. Proses penggabungan tarian badak ini tidak terlepas dari peran Karyawan SRS terutama Dedi candra dan keeper. Penampilan perdana 3 Maret 2005 di Plang Ijo mendapat sambutan yang luar biasa walaupun tampil dihalaman terbuka dalam cuaca hujan masyarakat tetap setia menyaksikan sarno bergoyang. Selanjutnya ketika ada kunjungan dari IRF, reog ini tampil dengan menyakinkan. Luar biasa ketika kampung Plang Ijo berubah menjadi desa Labuhan Ratu IX pelantikannya oleh Bupati Lampung Timur juga ditandai aksi reog ini, kegiatan reog ini berlanjut ketika Pak menteri, Gubernur, Bupati dan rombongan berkunjung ke SRS tanggal 18 April 2005. Kolaborasi yang telah dirintis ini, alhamdulillah mendapat support dari Pak Marcel, bos SRS-TNWK. Pak Marcel berjanji akan melanjutkan kegiatan ini, hal ini sangatlah penting dalam rangka pendekatan alami kepada masyarakat sekitar yang mempunyai latar belakang dan budaya berbeda-beda. Oo iya patung kepala badak (yang selanjutnya disebut reog badak) dibuat dari kayu Dadap yang mana kayu ini bukan berasal dari kawasan TNWK dan aksesoris lain tanpa memakai kulit, bulu atau rambut satwa, hal ini dimaksudkan sebagai bagian dari pendidikan dan penyadartahuan bagi masyarakat agar jangan merusak hutan dan memanen satwa seenaknya.
Sangat penting BS memiliki 2 cula,
cula belakang lebih pendek dari cula depan, bahkan kadang hanya berupa bungkul kecil dan cula badak jantan lebih panjang dari badak betina. Karena cula inilah kehidupannya terancam perburuan liar, dengan berbagai cara orang berusaha untuk mendapatkannya, padahal cula badak yang terkenal “sangat berkhasiat” itu hanya terdiri dari bahan keratin tak ubahnya rambut dan kuku.
Hidup soliter didalam hutan yang luas
kecuali pada musim kawin. Suka berjalan jauh, sangat sensitif dengan daya penciuman dan pendengan yang sangat baik dan merupakan satwa nocturnal (aktif dimalam hari). Biasanya akan sangat aktif menjelang gelap pada sore hari sampai pagi hari dan akan beristirahat pada waktuwaktu panas. BS dapat dikatakan petualang ulung yang selalu bergerak tanpa kenal lelah, badak jantan lebih senang mengembara dari pada badak betina.
Berkubang merupakan ritual wajib bagi badak, siang hari bisa sampai 5
jam badak berkubang, tetapi berkubang malam hari lebih sedikit waktunya bahkan sering hanya tidur didarat saja. BS bukan penidur yang sungguh-sungguh, sebenarnya dia tetap waspada dan matanya tetap awas. BS beristirahat tidak selalu berbaring, tetapi kadang hanya berdiri diam, terlihat ngantuk (melamun) dengan kepala terkulai.
Perkembangbiakan atau reproduksi
nya sangat sulit dan lambat, awal kawin umur 6-7 th, bunting 15-18 bulan, mengasuh anak selama 2 th, setiap lahir hanya satu anak.
Bagian
tumbuhan yang biasa dimakan adalah pucuk, daun, ranting, batang, kulit, akar, bunga dan buah dengan kesukaan dominan tingkat sapling seperti semak dan pohonpohonan. BS kadang juga Makan rumput bambu. Adapun cara makan BS adalah dengan memangkas, menarik, merobohkan atau mematahkan.
Keberadaan BS dapat dideteksi dari
jejak khas yang ditinggalkannya, potongan bekas makan, tanda putaran batang semak (twisting) dan urinasi bekas demarkasi atau kubangannya yang jelas berbeda dari satwa lainnya (terdapat bekas cula di dinding kubangan).
Kotoran atau defekasi BS terdiri
dari bulatan-bulatan besar dengan potongan kasar. Kotoran ini sering ditemukan pada tempat yang sama dan digunakan untuk waktu lama.
Tak …. Tak ….. tak … tak… tung…. Grup reog kembali berlatih dan berlatih karena mereka sudah siap untuk tampil di muka umum.
Warta Konservasi
FLORA & FAUNA
Ke hal 23.........
EDISI KEDUA, 2005
delapan
Inside Story Headline
Inside Story Headline
MITRA
IMPIAN MENGEMBANGBIAKKAN BADAK
oleh : Dedi Candra
I
ndonesia adalah negara yang terletak di daerah tropis dengan keanekaragaman hayati tertinggi di Asia. Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) merupakan salah satu keanekaragaman hayati tersebut yang merupakan anugerah dari Tuhan yang maha kuasa, yang harus dipertahankan dan dilestarikan keberadaannya dimuka bumi ini. Ironisnya populasi Badak Sumatera (BS) terancam punah karena tekanan habitat yang besar dan sulitnya satwa ini bereproduksi baik dihabitat alaminya in-situ maupun di ex-situ atau Kebun Binatang (KB). Pelestarian BS dalam hal ini perlindungan dan perkembangbiakan pada hakikatnya lebih kepada dorongan hati nurani, semangat dan impian untuk mencegah punahnya satwa ini lebih dari yang lainnya. Langkah konkrit dan nyata secepatnya harus dilaksanakan, kita tidak bisa hanya beretorika tapi kita harus bergerak cepat berpacu dengan waktu untuk mengembangbiakkan BS, karena lambatnya gerak kita akan terus
sembilan
memusnahkan satwa langka bercula dua ini. Tingkat keber hasilan pemel iharaan BS di KB sangat kecil bahkan sejak ~100 tahun lalu ketika orang mulai memelihara BS baru dua ekor lahir di Cincinati Zoo Amerika pada tahun 2001 (Andalas) dan 2004 (Suci). Sementara untuk perkembangan dihabitat alaminya dihutan-hutan Sumatera dan Malaysia sangatlah lambat. Populasinya turun drastis dan sekarang tinggal sekitar 300 ekor. Tahun 1985 badak ditangkap di wilayah Sumatera (Riau dan Bengkulu) karena daerahnya yang terdesak dan terancam (Doomed), terisolasi dari habitatnya akibat aktivitas HPH dan konversi hutan. Penangkapan dilakukan atas kerjasama Perlindungan Hutan dan K o n s e rv as i Alam D e p a r t e men Kehutanan (PHKA) dan mitra KB luar negeri (Howletts and Porl Lympne Foundation dari Inggris dan Sumatran Rhino Trash dari Amerika), maka ditangkaplah 18 ekor BS dan disebar ke KB di Indonesia dan mancanegara (AS, Inggris dan Malaysia), sampai akhir 1993 mati 13 ekor karena kegagalan pemeliharaan terutama gangguan pencernaan. Untuk menyelamatkan badak yang tersisa maka dibuatlah suatu tempat yang lebih kondusif untuk bertahan hidup pada tahun 1998, yaitu di Sumatran Rhino Sanctuary ................. Warta Konservasi
REOG BADAK Oleh : Dedi Candra Bermula dari ide DR. Robin WR advisor kesehatan dan reproduksi Sumatran Rhino Sanctuary dari International Rhino Fondation (IRF) Amerika, tentang keinginannya yang besar terhadap patung/topeng kepala badak sumatera. Hampir seluruh desa disekitar Taman Nasional Way Kambas ditelusuri, mencari keberadaan pemahat yang bisa membuat patung kepala badak
sumatera menyerupai aslinya. Akhirnya didapatlah pak Ketut Dunia dan Pak Riman dari desa Braja Indah Braja Selebah Lampung Timur yang biasa membuat berbagai macam dan bentuk patung. Seiring dengan selesainya pembuatan patung kepala badak, terdapatlah sebuah grup Reog Ponorogo di desa Labuhan Ratu IX atau yang lebih dikenal dengan nama Plang Ijo yang baru saja berdiri tanggal 1 Februari 2005.
RAGAM tentang berdirinya Kerajaan Bantarangin yang dipimpin oleh Prabu Kelana Sewandana, di situlah awalnya muncul sebuah kesenian yang sekarang dikenal sebagai reog ponorogo. Adapun tarian reog mengambil kisah Panji. Ceritanya berkisar tentang perjalanan Prabu Kelana Sewandana mencari gadis pujaannya, ditemani prajurit berkuda dan patihnya yang setia, Bujangganong. Ketika pilihan sang prabu jatuh pada putri Kediri, Dewi Sanggalangit, sang Dewi memberi syarat bahwa ia akan menerima cintanya apabila sang prabu bersedia menciptakan sebuah kesenian baru. Maka terciptalah reog ponorogo. Sebenarnya gerakan-gerakan dalam tari reog ponorogo menggambarkan tingkah polah manusia dalam perjalanan kehidupan mulai lahir, hidup, hingga mati. Adapun makna dari reog sendiri mengandung kearifan yang dalam. Seiring berjalannya waktu, reog ponorogo menjadi sebuah kesenian yang mempunyai format pementasan yang beragam, meskipun tidak meninggalkan konsep aslinya. Bagian atau unsur dari tarian reog adalah jatil, barongan, dadak merak, kelana sewandana dan warok, bentuk penampilannya lebih individu dimana ketika satu unsur sedang berpentas, unsur yang lain harus diam. Walaupun sekarang sudah sering juga ditampilkan bersamaan (Kompas Jumat 15 Oktober
Kabupaten Ponorogo Jawa Timur yang sekarang sudah menjadi kota yang maju, dahulunya berupa tanah Wengker yang merupakan hutan lebat lagi angker. Di Ponorogo terdapat situs EDISI KEDUA, 2005
delapan belas
Inside Story Headline
Inside Story Headline
RAGAM - TAMU
gendang pak Dugil para tamu menikmati es kelapa muda sambil berbincang-bincang, baru beberapa teguk es kelapa muda melewati kerongkongan pak menteri sudah bergerak menuju area tengah habitat badak SRS, disana Torgamba si jantan gembul sudah menunggu.
kebolehanya. Tak ketinggalan “Reog Badak”, sang maskot SRS meberikan cindera mata kepada pak Menteri, pak Gubernur dan pak Bupati. Diiringi alunan tujuh belas
Karena waktu yang singkat pak menteri dan rombongan beranjak meninggalkan lokasi, rona senang dan bahagia terpancar dari muka penghuni SRS dan masyarkarat yang ikut menyambut karena acara berjalan lancar dan sukses. Pak menteri ntar datang lagi ya…. Warta Konservasi
(SRS), kenapa di sebut Sanctuary atau suaka? Karena tujuan awalnya adalah menyelamatkan badak-badak dari kematian di KB, setelah dianggap dapat bertahan hidup, maka reproduksi menjadi prioritas selanjutnya. Konsep Sanctuary yang dikembangkan SRS memperhatikan 5 aspek kebebasan satwa, yaitu : (1) badak bebas makan dan minum : sumber pakan dan air tersedia sepanjang tahun. (2) mempunyai lingkungan yang sesuai : habitat sekitar 100 ha dikelilingi pagar listrik dengan hutan alami yang masih utuh, tenang dan bebas gangguan. (3) mendapat perawatan kesehatan : selalu dimonitor oleh keepers dan dokter hewan. (4) kesem patan untuk meng ekspresikan perilaku alami: browse, salt lick, marking area, kawin, berkubang, dll . (5) perlindungan dari rasa takut dan stres : mengurangi perjum paan dengan manusia tetapi tetap dalam pengawasan yang intensif. SRS merupakan hasil kerja sama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA) sekarang PHKA (Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam), Departemen Kehu tanan, Yayasan Mitra Rhino (YMR), International Rhino Foundation (IRF), dan Taman Safari Indonesia. SRS merupakan penangkaran BS semi in-situ dihabitat aslinya, berada ditengah rimba Taman Nasional Way Kambas Lampung Timur, berjarak ~8 km dari pintu gerbang Plang Ijo, disinilah kami
EDISI KEDUA, 2005
MITRA
bekerja siang malam ditengah kesun yian, jauh dari keramain dan keluarga, disinilah kami memelihara 2 ekor BS, yaitu si jantan “Torgamba” dari Porl Lympne Inggris dan si betina “Bina” dari Taman Safari Indonesia. Ganasnya rimba Way kambas, derasnya hujan, terik mentari, diselingi intaian cobra dan hadangan beruang liar tak membuat kami gentar dan surut dalam memonitor perkembangan kedua badak sepanjang hari, karena kami yakin apabila kedua badak ini berhasil berkembangbiak maka masa depan BS akan cerah kembali, kami tidak ingin anak cucu kita hanya mendengar dongeng tentang badak tanpa pernah mereka melihatnya. Kejenuhan seringkali datang melanda, tapi demi sebuah tekat dan impian yang besar untuk meles tarikan kehidupan BS semua halangan dan rintangan ber usaha kami atasi. Dengan usaha dan kerja keras, Kami yakin bisa meng embangbiakkan satwa super langka itu. Mengembangbiakkan BS sangat sulit dan lambat tidak seperti satwa liar lainnya, situasi bertambah sulit dengan terbatasnya BS yang dikelola manusia, hal ini menjadi dilema bagi dokter hewan dalam mengambil sebuah tindakan, perlu kecermatan, ketepatan dan kehati-hatian. Disatu sisi harus lebih banyak bersama si badak dan di sisi lainnya badak ini harus lebih diliarkan, karena semakin mereka liar maka proses perkawinannya ............ sepuluh
Inside Story Headline
Inside Story Headline
MITRA
akan semakin bagus. Badak berambut ini bukan hanya milik Indonesia tapi juga milik dunia sehingga upaya pelestariannya menjadi tanggung jawab kita semua. BS disebut spesies kunci (key species) dalam konservasi keanekaragaman hayati karena sifatnya yang browser menyusuri semak belukar mencari makan setiap hari, berperan dalam penyebaran/regenerasi pohon dari biji tumbuhan yang menempel ditubuhnya yang diselimuti lumpur sehabis berkubang. BS memerlukan habitat yang luas dan utuh, maka usaha perlindungan badak merupakan usaha perlindungan terhadap hidupan liar lainnya, juga melindungi berbagai jenis habitat mulai dari kawasan pantai sampai ke pegunungan tinggi. Satwa badak mempunyai peranan yang sangat penting bagi berputarnya roda kehidupan di habitatnya yang sangat luas, melibatkan berbagai hubungan ketergantungan terutama jenis tumbuhan pakan. Kendala yang ada di SRS :
Badak betina lebih tinggi dan agresif
dari jantan dan juga tidak punya ekor (dipotong karena infeksi) sehingga jantan tidak punya orientasi ketika kawin.
Awal datang ke SRS jantan tidak
punya pengalaman kawin karena terlalu muda waktu ditangkap.
Sulitnya mendeteksi masa birahi, karena kalau tidak tepat badak tidak mau kawin dan bisa berkelahi bahkan menyerang siapa saja.
Betina mengalami penebalan selaput dara (hymen) dan jantan tidak mempunyai spermatozoa yang sebelas
mencukupi (sedang diterapi).
Sulit untuk meliarkan kembali kedua badak karena sudah terlalu lama berada di KB dan kurangnya catatan data badak sewaktu di KB.
Dengan kondisi yang serba sulit, awalnya impian untuk mengembang biakkan BS di SRS seperti tidak akan berhasil, banyak pihak yang pesimis, sampai tahun 2002, selama 4 tahun berbagai upaya dilakukan tapi belum menunjukkan hasil yang memuaskan, Torgamba belum berhasil kawin secara sempurna. Kondisi kesehatan kedua badak sangat baik karena selalu dimonitor oleh Dokter Hewan. Petugas berusaha mengamati perilaku (behavior) reproduksi badak secermat dan seteliti mungkin selama 24 jam agar perkawinannya berhasil. Perubahan perilaku diarahkan sealami mungkin dengan mengkombinasikan dengan pengetahuan yang dimiliki. Pada 25 Februari 2002 badak jantan berhasil kawin dengan sempurna untuk pertama kalinya. Proses perkawinannnya hampir selalu dibantu terutama saat penetrasi, hal ini karena hambatan alami dimana jantan lebih pendek dari betina dan betina tidak nya ekor sehingga sulit buat sijantan untuk orientasi penetrasi. Secercah harapan timbul, lelah terasa hilang, bayangan akan punya bayi BS pertama akan menjadi kenyataan. Setelah dilakukan pemeriksaan yang intensif dengan manual dan medis (Ultrasound) ternyata badak betina belum bunting. Tapi kami yakin dengan usaha, kerja keras dan semangat pantang menyerah impian akan jadi kenyataan. Untuk mendukung keberhasilan di SRS berbagai macam dan bentuk penelitian dilakukan antara lain tentang perilaku, Ke hal 11 ......... Warta Konservasi
Menhut ke
RAGAM - TAMU
Oleh : Dedi Candra dan Keepers Pagi baru saja menjelang, siamang sudah bernyanyi lantang menguak dahan membuat sinar mentari pagi menembus rimbunan pepohonan disekitar SRS. Memang pagi ini terasa cerah dan aktivitas penghuni SRS terlihat sibuk tidak seperti biasanya. Ada keeper yang sibuk menyapu halaman, ibu tukang masak terlihat tegang menyiapkan hidangannya, pak polhut sudah berpakaian rapi dengan senjata ditangan, sementara Radio HT dihidupkan dengan volume tinggi menunggu info dari pintu gerbang di Plang ijo. Pak Agil dan pak Marcel mondar-mandir mengatur segala sesuatunya. Itulah gambaran aktivitas pagi tanggal 18 April 2005, dimana hari ini penguasa tertinggi kehutanan bapak MS. Kaban dan bapak Widodo SR dari Departemen Kehutanan akan
berkunjung ke SRS. Bukan hanya pak Menteri tapi, pak Gubernur Lampung (Sjachroedin. ZP), pak Bupati Lampung Timur (Bahusin), Pak Camat dan tentu saja Pak Mega Hariyanto sebagai kepala balai TNWK akan ke SRS. “Pak ee…. kok pak menteri ne belum datang juga”, kata Agung salah satu penari cilik dari grup Reog Ponorogo yang akan menyambut kedatangan tamu kepada bapaknya yang juga keeper di SRS, Si Agung dan anggota reog lainnya sudah tidak sabar menunggu kedatangan pak menteri dan rombongan maklum mereka sangat jarang bertemu dengan orangorang penting di negeri ini. Tepat pukul 11.30 rombongan tamu memasuki halaman SRS, turun pertama adalah pak menteri yang kemudian diikuti oleh yang lainnya. Senyum ramah pak menteri menambah hangat suasana siang itu, penari reog langsung
EDISI KEDUA, 2005
enam belas
Inside Story Headline
RESEARCH sumber penyakit yang berbahaya. Gejala yang dapat ditemukan pada satwa yang terkena Surra Kuda : Inkubasi 4 – 13 hari, demam (lebih 39 0C), lesu dan lemah. Kadangkadang pincang kaki belakang (bahkan lumpuh). Mucosa mata agak kuning dengan ptechiae dan oedema kaki bawah. Limfoglandula submaxilaris bengkak dan terasa panas kadangkadang urtikaria. Gejala syaraf cerebrospinal yaitu gerakan-gerakan yang tidak terkoordinasi dan berputarputar, biasanya nafsu makan tetap baik. Sapi dan kerbau : Setelah melewati masa inkubasi timbul gejala umum : temperatur naik, lesu, letih dan nafsu makan terganggu. biasanya hewan dapat mengatasi penyakit walaupun dalam darahnya ada Trypanosoma bertahun-tahun.Apabila sakit : demam selang seling, oedema bawah dagu dan anggota gerak, anemia, makin kurus dan bulu rontok. Mucosa menguning awalnya cermin hidung mengering lalu keluar lendir dan air mata dan sering makan tanah. Ketika masuk cairan cerebrospinal : sempoyongan, berputarputar,gerak paksa dan kaku. Badak Sumatera : Kurang nafsu makan, lesu, kelemahan tubuh bagian belakang, sulit ketika bernafas dan bias menyebabkan kematian yang sangat cepat. Bahan pemeriksaan dapat berupa sediaan ulas darah tipis dan dengan mikrohematokrit sentrifus: tabung hematokrit yang dilapisi heparin diisi darah lalu ujung ditancapkan cristoseal. Diputar 4-5 menit. Pemeriksaan diatas lima belas
gelas obyek yang dibuat alur dengan mendekatkan 2 gelas obyek dibawah mikroskop. Sedangkan uji lebih details dilakukan dengan uji serum (antibody) Dengan adanya kasus pada badak Sumatera maka SRS melalui dokter hewanya (Dedi Candra, Marcel, M. Agil dan Robin WR) melakukan identifikasi secara menyeluruh terhadap Trypanosomiasis di kawasan sekitar TNWK dengan radius 8-15 km. Karena vector lalat dapat terbang sangat jauh maka metode pengambilan sample berdasarkan distribusi satwa yang ada. Lokasi pertama adalah SRS dengan sample Badak (2) dan Babi (1), lokasi kedua Kampung Plang ijo dengan sample Sapi (4) dan Rajabasa Labuhan ratu dengan sample Sapi (1) dan lokasi ke tiga Pusat Latihan Gajah- PLG Way Kambas dengan sample Gajah (8). Analisa dilakukan dengan pemeriksaan natif, ulas darah dan uji serum terhadap antibody. Dari pemeriksaan tersebut hanya satu ekor Gajah PLG yang terdapat antibody terhadap Trypanosoma tetapi setelah dilakukan pemeriksaan ulang tidak ditemukan adanya infasi Trypanosoma. Bersyukur sekali ternyata Way Kambas bebas Trypanosoma, tetapi karena penyakit ini dibawa oleh vector lalat dan pengawasan keluar masuk satwa di Indonesia yang tidak ketat maka ancaman terhadap penyakit ini tetap ada. Pemeriksaan secara periodik harus tetap dilakukan. Tindakan preventive tetap dilakukan seperti pengendalian vector Tabanidae dan melakukan pemeriksaan darah rutin. Warta Konservasi
PATROLI
Dasar hukum pelaksanaan kegiatan Balai Taman Nasional Way Kambas 1. UU No. 5/1990 tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistemnya Pengertian : Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai
ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi (Pasal I (14))
: pelestarian kemampuan dan pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya secara serasi dan seimbang (Pasal 2) Asas Konservasi
Tujuan : mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta
keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia (pasal 3)
Tanggungjawab : konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya merupakan
tanggungjawab dan kewajiban pemerintah serta mesyarakat (pasal 4) Kegiatan konservasi : dilakukan melalui
Perlindungan sistem penyengga kehidupan Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya 2. UU No. 41/1999 tentang Kehutanan
........... Dari hal 10 hormonal, zat gizi, habitat, reproduksi, dll. Dalam melakukan penelitian ini, SRS bekerja sama dengan berbagai lembaga penelitian baik dari Universitas dalam negeri seperti UNILA dan IPB maupun luar negeri. SRS juga memberikan kesempatan magang dan belajar bagi mahasiswa, pelajar, pramuka ataupun LSM yang tertarik dengan badak. Hingga penghujung 2004 telah berpuluh kali keberhasil perkawinan yang sempurna.
EDISI KEDUA, 2005
Hari demi hari, minggu berganti minggu dan bulan terus berlalu tanpa kenal lelah kami masih disini di hutan ini, meneliti kehidupan badak paling terancam didunia (critical endangered), entah kapan impian akan jadi kenyataan sementara dihabitat alaminya di belantara Sumatera ancaman kepunahan terus terjadi. Impiannya dan harapan itu selalu ada yang penting kita harus selalu berusaha, berusaha dan berusaha………….DC.
dua belas
Inside Story Headline
Inside Story Headline
PATROLI
Permasalahan di kawasan Taman Nasional Way
RESEARCH
TRYPANOSOMIASIS - SURRA Oleh : Dedi Candra dan Keepers
P
Tim Pemadam Kebakaran
Menara Pengawas
Kasus Perburuan Satwa tiga belas
Kasus Illegal loging
Kebakaran Hutan
Lokasi Perambahan Warta Konservasi
enyakit ini menjadi menakutkan pada satwa liar khususnya badak Sumatera (Dicerorhinus sumatren sis) setelah kasus kematian 5 ekor badak sumatera di Sungai Dusun Malaysia. Awalnya penyakit ini dianggap tidak berbahaya pada Badak karena memang kasusnya sangat jarang terjadi. Sumatran Rhino Sanctuary (SRS) dan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) yang notabene adalah habitat badak Sumatera menganggap identifikasi tentang penyakit ini menjadi sangat penting dan perlu dilakukan agar diperoleh acuan untuk manajemen pemeliharaan selanjutnya. Surra (Trypanosomiasis) merupakan penyakit menular pada hewan yang bisa bersifat akut maupun kronis. Parasit darah Protozoa ini pertama kali ditemukan oleh Evans tahun 1880 di India (Trypano soma evansi). Awalnya ditemukan pada kuda, kemudian hampir semua hewan berdarah panas rentan terhadap penyakit ini dengan derajat kerentanan yang berbeda. Hewan yang paling rentan kuda, unta dan anjing. Ruminansia kurang rentan sedangkan unggas dan manusia kebal terhadap Surra.
Chrysops, stomoxys, lyperosia, haematobia dan beberapa arthopoda lain (anopheles, musca, pinjal, kutu dan Lalat
lain
haematopota,
:
caplak). Hewan yang mengandung penyakit tanpa gejala merupakan
Cara penularan : Trypanosoma evansi akan hidup dalam darah melalui vector seperti lalat penghisap darah golongan Tabanidae (sering disebut lalat pitak atau lalat kerbau) dengan cara mekanik murni dimana Trypanosoma tidak mengalami siklus hidup dalam vektor. EDISI KEDUA, 2005
empat belas