MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
1
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
2
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
3
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
4
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
5
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
6
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
7
FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIMED PIMPINAN FAKULTAS BAHASA DAN SENI Dekan FBS : Dr. Isda Pramuniati, M.Hum. Pembantu Dekan I : Drs. Zulkifli, M.Sn. (Bidang Akademik) Pembantu Dekan II : Drs. Basyaruddin, M.Pd. (Bidang Keuangan dan Sarana Prasarana Pembantu Dekan III : Dr. Daulat Saragih, M.Hum. (Bidang Kemahasiswaan) Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Medan kelahirannya sama dengan berubahnya FKIP USU menjadi IKIP Medan pada tangal 23 juni 1963. Pada awalnya fakultas ini bernama Fakultas Keguruan Sastra dan Seni yang hanya terdiri atas dua jurusan, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Setelah berkembang beberapa Gedung Fakultas Bahasa dan Seni tahun mulai muncul jurusan baru seperti Bahasa Jepang, Seni Musik, Seni Rupa. Lalu berubahlah nama fakultas ini menjadi Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni. Selanjutnya, terjadi pula perubahan (konversi) IKIP Medan menjadi Universitas Negeri Medan sesuai dengan SK Presiden No. 124 Tahun 1999 pada tanggal 7 Oktober 1999, maka terjadilah perubahan berikutnya Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni menjadi Fakultas Bahasa dan Seni. Fakultas ini tidak hanya mengasuh program studi kependidikan (DIK) saja tetapi juga mengasuh Program Studi Nonkependidikan (Nondik) Sesuai sejarah awal Fakultas Keguruan Sastra dan Seni dipimpin oleh dekan pertama yaitu Drs. Amandus Simangunsong (1965-1967). Selanjutnya, dipimpin oleh Dr. D.P. Tampubolon (1967-1971). Dilanjutkan oleh Dr. M. Butar-butar (1971-1973). Kemudian dijabat oleh Drs. Bistok Sirait, M.Sc. (1973-1975). Dilanjutkan selama dua periode oleh Dr. Mangasa Silitonga (1975-1980). Kepemimpinan berikutnya dijabat oleh Drs. S.B.P. Sibuea (1980-1983) dan dilanjutkan oleh Drs. Abubakar (1983-1986).Kepemimpinan berikutnya dijabat oleh Prof. Dr. M. Butar-butar (1986-1993). Dilanjutkan Oleh Drs N.H. Nainggolan (1993-1996). Pada masa sebelum berubah menjadi FBS Unimed kepemimpinan dijabat
olah Prof. Dr. Tina Mariany Arifin. Selanjutnya FBS selama dua priode dipimpin oleh Drs. Irwandi, M.Pd (1999-2003) dan (20032007). Pada tahun 2007 dengan periode kerja hingga tahun 2011, Fakultas Bahasa dan Seni dipimpin oleh Prof.Dr. Khairil Ansari, M.Pd. Priode berikutnya FBS dipimpin oleh Dr. Isda Pramuniati, M.Hum. (2011sekarang). Visi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan menjadi fakultas yang terbaik dan terkemuka dalam pembelajaran bahasa dan seni dengan orientasi kepada lulusan, mutu layanan pendidikan, dan pemenuhan permintaan pasar kerja/industri dalam konteks lokal, regional, dan global. Misi 1. Memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang (pengajaran dan pembelajaran) bahasa dan seni. 2. Menumbuhkan budaya akademik yang kondusif dalam konteks sosial lokal, nasional, regional, dan global dengan memberdayakan segala potensi yang dimiliki. 3. Mendidik tenaga akademik dan/atau profesional yang bermutu dalam bidang pengajaran bahasa dan seni. 4. Menghasilkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang (pengajaran) bahasa dan seni dalam konteks lokal, nasional, regional, dan global.
HUMAS UNIMED
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
8
Tujuan 1. Menghasilkan lulusan dalam bidang ilmu (pengajaran) bahasa dan seni yang unggul dan profesional 2. Menghasilkan tenaga akademik dan/atau propesional dalam bidang (pengajaran) bahasa dan seni untuk menunjang keefektipan dan keefisienan pelaksanaan pendidikan. 3. Menghasilkan dan mengembangkan karya (pembelajaran) bahasa dan seni yang inovatip produktif untuk memenuhi kebutuhan konteks sosial lakal, nasional, regional, dan global. RENCANA PENGEMBANGAN JANGKA PANJANG Untuk mengarahkan perkembangannya ke masa yang akan datang, civitas akademika di Fakultas Bahasa dan Seni telah merumuskan visi dan misi yang sejalan dengan visi dan misi Unimed, dan arah prioritas perkembangan Sumatera Utara di bidang industri, perdagangan dan pariwisata. Fakultas Bahasa dan Seni merupakan salah satu fakultas yang ada di Universitas Negeri Medan, menaungi 5 Jurusan yaitu : 1. Jurusan Bahasa Indonesia, terdiri dari Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia. 2. Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, terdiri dari Prodi Pendidikan Bahasa Inggris dan Prodi Sastra Inggris. 3. Jurusan Bahasa Asing, terdiri dari Prodi Pendidikan Bahasa Prancis dan Prodi Pendidikan Bahasa Jerman. 4. Jurusan Sandratasik, terdiri dari Prodi Pendidikan Seni Tari dan Prodi Pendidikan Seni Musik. 5. Jurusan Seni Rupa dengan Prodi Pendidikan Seni Rupa Meskipun telah memperoleh perluasan mandat untuk mengelola program studi non-kependidikan, FBS masih mengutamakan mandat sebagai lembaga pendidik tenaga kependidikan di samping telah membuka dua buah program studi baru non-
Pertunjukan Teater dan Musik oleh mahasiswa FBS
HUMAS UNIMED
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN kependidikan, yaitu program studi Sastra Indonesia dan Sastra Inggris. Selain itu juga dipersiapkan pembukaan dua buah program studi baru non-kependidikan, yaitu program studi seni murni dengan peminatan seni lukis dan seni patung; dan program studi desain dengan peminatan utama desain grafis dan desain produk industri. Pembukaan program studi baru tersebut untuk mewujudkan visi dan misi Unimed “menjadi universitas yang unggul di bidang pendidikan, industri, dan pariwisata”. Jumlah dosen FBS Unimed sebanyak 193 orang, dengan rincian berpendidikan S1 sebanyak 18 orang (19,35%), S2 150 (77,72%), dan S3 25 (12,95%). (tabel 14). Ini merupakan kekuatan utama FBS. Selama lima tahun terakhir, jumlah mahasiswa FBS mengalami kenaikan dari 649 (tahun 2006) menjadi 3.747 (tahun 2011). Meski kuantitas dan kualitas input menunjukkan kenaikan namun belum cukup memuaskan. Kualitas input yang kurang memuaskan tersebut belum sepenuhnya dapat ditindaklanjuti melalui penumbuhan budaya belajar mandiri. Akibatnya masa studi dan kualitas lulusan belum memuaskan terhadap perkembangan kebutuhan stakeholders. Faktor lain yang belum mendukung adalah pemanfaatan fasilitas belajar yang belum optimal disamping aspek kecukupan dan kesesuaian yang belum memadai. Dalam kondisi keterbatasan sumber daya, FBS tetap menunjukkan komitmen yang tinggi dalam meraih berbagai peluang dan menggerakkan kemajuan pendidikan di Sumatera Utara dan nasional. Untuk meningkatkan kualitas guru, sivitas FBS ikut terlibat dalam sertifikasi guru dalam jabatan, pendidikan guru dalam jabatan, pendidikan profesi guru, dan pengembangan industri, budaya, dan pariwisata, khususnya di Sumatera Utara. Berbagai hibah kompetisi yang diperoleh telah mendorong FBS untuk mampu menata efisiensi internal sehingga motivasi dan kemampuan dosen FBS dalam bidang penelitian, publikasi ilmiah, penulisan buku, dan menghasilkan prototipe model pembelajaran menjadi lebih baik.
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
7
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIMED PIMPINAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM Dekan FMIPA : Prof. Drs. Motlan, M.Sc. Ph.D. Pembantu Dekan I : Prof. Dr. Herbert Sipahutar, M.Sc. (Bidang Akademik) Pembantu Dekan II : Prof. Dr. Muktar, M.Pd. (Bidang Keuangan dan Sarana Prasarana Pembantu Dekan III : Drs. M. Yusuf Nasution, M.Si. (Bidang Kemahasiswaan) Visi : Menjadi Fakultas yang unggul dalam bidang pendidikan, penelitian, dan inovasi bidang MIPA berstandar nasional dan internasional. Misi: 1. Menyelenggarakan pendidikan, pengajaran dan pengembangan pengetahuan dalam bidang MIPA yang berkualitas melalui proses pembelajaran dengan menggunakan kurikulum MIPA yang bermutu mengikuti standar nasional dan internasional. 2. Menggalang kemajuan penelitian secara terpadu dalam semua aspek keilmuan bidang MIPA yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kemasyarakatan. 3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang pendidikan dan aspek keilmuan bidang MIPA berlandaskan tanggungjawab sosial yang besar terhadap kepentingan masyarakat. 4. Menjalin kerjasama secara berkelanjutan dengan lembaga pendidikan tinggi lain, dunia usaha dan industri, dan masyarakat dalam bidang pendidikan dan aspek keilmuan bidang MIPA. 5. Meningkatkan kualitas staf pengajar dari segi keilmuan, praktek dan metode pengajaran yang memiliki budaya kerja yang nyaman, tanggap, peduli dan bertanggung jawab serta berusaha memberikan pelayanan secara profesional dengan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan menerapkan sistem manajemen mutu. 6. Mengembangkan organisasi fakultas yang sehat sesuai dengan tuntutan zaman serta meningkatkan kualitas manajemen yang transparan, standar dan baku yang dapat mendukung kegiatan dan pelayanan.
Tujuan 1. Menghasilkan lulusan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila, memiliki integritas dan kepribadian yang tinggi, bersifat terbuka dan tanggap terhadap perubahan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan masalah yang dihadapi masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan bidang keahliannya. 2. Menghasilkan lulusan yang profesional, tangguh, unggul, bermoral, mempunyai jiwa kepemimpinan, berkemampuan tinggi dan mampu bersaing ditingkat nasional dalam mengisi kebutuhan segala aspek serta peranan dalam kegiatan pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang MIPA dan yang berhubungan denganMIPA. Standar Kompetensi Lulusan
Gedung Fakultas MIPA Unimed
1. Kompeten berfikir logis dan analitis dalam memecahkan masalah pendidikan, pengajaran, dan pengembangan pengetahuan dalam bidang MIPAdengan menggunakan kurikulum MIPAyang bermutu. 2. Kompeten bekerja mandiri dalam semua aspek
HUMAS UNIMED
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
3.
4.
5. 6.
7. 8.
10
keilmuan bidang MIPA yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan masyarakat. Kompeten mengkomunikasikan ide dan informasi tentang hasil penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat dalam bidang pendidikan dan aspek keilmuan bidang MIPA demi kepentingan masyarakat. Kompeten dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan keahlian menerapkan konsep-konsep MIPA untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam ruang lingkup bidang MIPA secara mandiri. Kompeten menggunakan teknologi komputer dalam rangka aplikasi ilmu bidang MIPA. Kompeten melakukan evaluasi, analisis data dan membuat solusi yang efektip untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan pengembangan ilmu bidang MIPA. Kompeten merencanakan dan mengorganisasikan aktivitas Kompeten beradaptasi dengan lingkungan pekerjaan dan masyarakat.
Jurusan dan Program Studi Saat ini FMIPA UNIMED mengasuh empat jurusan dan masing-masing jurusan mengasuh dua Program Studi. Jurusan Matematika dengan Prodi Pendidikan Matematika dan Prodi Matematika. Jurusan Fisika terdiri dari Prodi Pendidikan Fisika dan Prodi Fisika. Jurusan Kimia terdiri dari Prodi Pendidikan Kimia dan Prodi Kimia. Jurusan Biologi terdiri dari Prodi Pendidikan Biologi dan Prodi Biologi.
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN (teacing and learning instruction). Kelas Intemasional memiliki fasilitas, sumberdaya, kegiatan akademik, dan output lulusan berstandar intemasional. Tujuan umum Program Kelas Intemasional dan Bilingual FMIPA Unimed adalah untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat menempuh pendidikan dengan menggunakna fasilitas belajar di Universitas Negeri Medan sesuai dengan ketentuan Program Kelas
Gedung Laboratorium Fisika FMIPA Unimed
Internasional dan Bilingual FMIPA Unimed. Tujuan khusus Program Kelas Intemasional dan Bilingual FMIPA Unimed adalah : (1) Mencetak calon guru bidang MIPA yang mampu mengajar di dalam dan di luar negeri, khususnya di Program Bilingual/Kelas Internasional negara-negara Asia Tenggara dan Australia Peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM) menggunakan bahasa intemasional, merupakan tuntutan globalisasi dalam upaya (2) Mencetak calon guru bidang MIP Ayang mampu mendukung keberhasilan pembangunan nasional. mengajar dan mengembangkan karir pada Sekolah Untuk meningkatkan SDM berdaya saing global, Internasional. Sekolah Bertaraf Internasional, pemerintah telah memberi kesempatan kepada Sekolah Rintisan Internasional, Sekolah Bilingual, penyelenggara pendidikan untuk perluasan akses dan sejenisnya. membuka sekolah dengan berbagai jenis kategori (3) Meningkatkan kemampuan lulusan pada seperti Sekolah Internasional. Sekolah bertaraf penguasaan bidang MIPA dan pembelajarannya Intemasional (SBI). Sekolah Rintisan Intemasional, untuk dapat melanjutkan studi ke luar negeri. Sekolah Bilingual, dan sejenisnya pada berbagai jenjang Rekrutmen calon mahasiswa Program pendidikan. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan guru Bilingual/Kelas internasional FMIPA Unimed dilakukan bidang Matematika dan Ilmu Pengetabuan Alam (MIPA) melalui seleksi calon mahasiswa yang berlaku di yang akan mengajar di Sekolah Menengah (SMP, Unimed, yaitu melalui jalur SNMPTN, dan SLMPTN, di SMA/SMK/MA) bertaraf intemasional, maka Fakultas tambah dengan test TOEFL dimana TOEFL calon Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) mahasiswa yang bisa diterima adalah minimal 400. Universitas Negeri Medan (Unimed) sejak tahun Mahasiswa Program Bilingual / Kelas Internasional akademik 2008/2009 telah membuka Program Bilingual FMlPA Unimed dinyatakan lulus dan memperoleh gelar dan Kelas Internasional pada 4 (empat) Program Studi dari Universitas Negeri Medan apabila memenuhi (prodi), yaitu Prodi Pendidikan Matematika, Prodi ketentuan yang berlaku di Universitas Negeri Medan Pendidikan Fisika, Prodi Pendidikan Kimia dan Prodi sebagaimana yang program pendidikan pada Program Pendidikan Biologi. Program Bilingual adalah program Reguler. Predikat kelulusan setelah menyelesaikan akademik dengan individu yang dapat menggunakan program pendidikan pada Program Kelas Internasional dua kemampuan bahasa (Indonesia dan Inggris), dan Bilingual FMIPA Unimed sesuai dengan predikat memiliki pemahaman yang tinggi mengenai kompetensi kelulusan Program Reguler. Ijazah dan transkrip nilai speaking, reading, and writing dalam dua bahasa lulusan Program Kelas Internasional dan Bilingual Pembelajaran (teaching or reading) bilingual meliputi FMIPA Unimed dibuat dalam Bahasa Indonesia dan penggunaan dua bahasa dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris.
HUMAS UNIMED
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
7
FFAKULTAS TEKNIK (FT) UNIMED PIMPINAN FAKULTAS TEKNIK Dekan FT : Prof. Dr. Abdul Hamid, K. M.Pd. Pembantu Dekan I : Prof. Dr. Sumarno, M.Pd. (Bidang Akademik) Pembantu Dekan II : Dr. Nathanael Sitanggang, MPd. (Bidang Keuangan dan Prasarana) Pembantu Dekan III : Dra. Rosnelli, M.Pd. (Bidang Kemahasiswaan) Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Medan (UNIMED) memiliki visi untuk menjadi fakultas yang terkemuka dalam pendidikan kejuruan (vocationaltecnical education) dan teknik (engineering) dengan orientasi kepada mutu lulusan, mutu layanan pendidikan yang mengarah pada pemenuhan standar dunia kerja dan industri.
Gedung Fakultas Teknik Unimed
Serta misi untuk (1) menyelenggarakan pendidikan yang bermutu dalam ilmu teknik dan pendidikan kejuruan (2) menyelenggarakan penelitian dalam rangka engembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang pendidikan kejuruan dan teknik (3) mengem bangkan budaya kewirausahaan dan menjalin kerjasama dengan institusi di dalam dan luar UNIMED (4) memberikan layanan kepada masyarakat dalam bidang pendidikan kejuruan dan teknik (5) menumbuhkan budaya ilmiah yang kondusif dengan memberdayakan seluruh potensi yang dimiliki (6) membina suasana akademik dan iklim organisasi yang sehat. Sedangkan tujuan dari Fakultas Teknik sendiri antara lain yaitu, (1) menghasilkan lulusan yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan bermutu dalam ilmu teknik dan atau pendidikan kejuruan (2) menghasilkan calon tenaga akademik dan/ atau kejuruan dalam bidang ilmu teknik dan kejuruan untuk menunjang keefektif dan keefisien pelaksanaan pendidikan (3) menghasilkan karya (teknik dan kejuruan) yang inovatif produktif untuk memenuhi
kebutuhan dunia usaha dan industri dalam konteks lokal, nasional, regional dan global (4) menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang teknik dan kejuruan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Selain itu, usaha fakultas untuk meningkatkan kemampuan dosen dalam melaksanakan Tri Darma
Gedung Laboratorium Teknik Mesin
Perguruan Tinggi para dosen diberi kesempatan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan secara berkala dan berkesinambungan seperti lokakarya, seminar, lokakarya, pelatihan, dan magang. Kegiatankegiatan tersebut dilakukan agar para staf pengajar selalu mengikuti perkembangan bidang ilmunya serta dapat meningkatkan mutu pengajarannya. Tidak hanya staf pengajar, Fakultas Teknik (FT) Unimed juga memiliki Lab dan Workshop yang tersebar di tiap Jurusan seperti Lab Pengujian Bangunan dan Studio Gambar FT, Lab Elektro, Lab Mekatronika, Lab Otmotif, Lab Boga, Busana Rias serta lab Komputer. Untuk kurikulumnya sendiri, FT menggunakan pengembangan Konsep Reseurces Sharing (untuk peningkatan kualitas lulusan dalam jalur tenaga kependidikan khususnya dalam penguasaan materi), kemudian Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2005, Revisi KBK 2005 tahun 2007, dan menggunakan Pengembangan KBK Sistem Blok tahun 2008 dan tentunya untuk Peraturan yang diterapkan di FT selalu mengacu pada peraturan yang dibuat oleh Ditjen Dikti.
HUMAS UNIMED
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
12
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIMED PIMPINAN FAKULTAS ILMU SOSIAL Dekan FIS : Dr. Restu, M.S. Pembantu Dekan I : Dra. Nurmala Berutu, M.Pd. (Bidang Akademik) Pembantu Dekan II : Drs. Sugiharto, M.Si. (Bidang Keuangan dan Sarana Prasarana) Pembantu Dekan III : Drs. Liber Siagian, M.Si. (Bidang Kemahasiswaan) Visi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan (FISUnimed) adalah: “menjadi fakultas yang unggul dalam pengembangan pendidikan, ilmu-ilmu sosial dan dan budaya”. Unggul di bidang pendidikan maksudnya adalah fakultas beserta program studi yang dinaungi FIS digerakkan untuk menyelenggarakan pendidikan tinggi berkualitas untuk menghasilkan calon guru profesional pada bidang pendidikan ilmu-ilmu sosial dan budaya. Unggul di bidang ilmu sosial dan budaya maksudnya adalah bahwa fakultas beserta program studi di lingkungan FIS mengemban tanggung jawab untuk menyelenggarakan pendidikan, pengembangan ilmu sosial dan budaya melalui penelitian, dan penerapannya melalui pengabdian kepada masyarakat. Keunggulan tersebut diwujudkan melalui penyelenggaraan pendidikan berkualitas, penelitian dasar dan terapan yang seimbang berbasis kebutuhan riil stakeholders dan kepentingan pengembangaan ilmu pengetahuan, serta pengabdian kepada masyarakat baik yang bersifat non profit oriented maupun income generate. Cita-cita ini hanya dapat diwujudkan apabila segenap sivitas akademika FIS dapat sepenuhnya berperan baik dalam bidang inovasi pembelajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Untuk mewujudkan visi di atas, ditetapkan 4 misi, yakni: (1) Mengajarkan pendidikan ilmu sosial dan budaya melalui proses pembelajaran yang berbasis kompetensi secara profesional, (2) Mengembangkan ilmu sosial dan budaya melalui kegiatan penelitian secara individual maupun kelembagaan, (3) Mengaplikasikan pendidikan ilmu sosial dan budaya untuk masyarakat luas melalui kegiatan pengabdian dan kerjasama dengan berbagai kalangan, (4) Mendorong usaha-usaha penciptaan masyarakat yang agamis, bermoral, disiplin, profesional, dan memiliki etos kerja
HUMAS UNIMED
yang tinggi dalam kehidupan bermasyarakat khususnya dalam penerapan pendidikan ilmu sosial dan budaya. Pada dasarnya pengembangan kebijakan dan program periode 2006-2010 dilakukan sesuai dengan evaluasi capaian pada periode sebelumnya. Kebijakan dan Program FIS-Unimed mengacu pada universitas yang dibagi menjadi tiga bagian, yakni: (1) pemerataan dan perluasan akses pendidikan, (2) peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, dan (3) penguatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik. Ketiga pilar ini diperluas menjadi 5K, yakni Ketersediaan, Keterjangkauan, Kualitas, Kesetaraan dan Keterjaminan untuk memperoleh pekerjaan. Kebijakan riset kependidikan berlandaskan kebutuhan riil di sekolah dilakukan untuk memperkaya bahan ajar bidang kependidikan berupa inovasi-inovasi dalam pembelajaran. Pengembangan sumber belajar dan sistem pendidikan yang efektif dan efisien akan diupayakan dengan melibatkan sivitas akademika bekerjasama dengan instansi lain yang terkait. Peningkatan mutu pembelajaran akan bermuara pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan kesejahteraan hidup masyarakat. Sebagai fakultas yang memiliki jurusan dan prodi yang tidak dimiliki oleh universitas lain di Sumatera Utara, FIS-Unimed harus menjadi pusat konsultasi untuk memecahkan masalahmasalah di bidang pendidikan ilmu sosial dan budaya. Dosen FIS-Unimed akan didorong untuk menghasilkan publikasi baik berupa buku atau tulisan yang dimuat di jurnal nasional/internasional dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan peran serta pengembangan ilmu oleh FIS-Unimed. FIS Unimed juga mengambil peran untuk mengembangkan potensi pariwisata Sumatera Utara dengan melibatkan dosen dan mahasiswa dari jurusan/program studi yang relevan. Sektor ini merupakan penyumbang PAD yang terus mengalami peningkatan di Sumatera Utara hingga tahun 2005.
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN Kenaikan sektor ini mencapai 62%, sedang sektorsektor lain hanya berkisar 4%. Peningkatan peran FISUnimed bagi pengembangan pariwisata Sumatera Utara akan terus diupayakan terutama melalui kajian dosen dan mahasiswa di Jurusan Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan Sejarah, dan Prodi Antropologi. Penyelenggaraan kegiatan pendidikan dilakukan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten sesuai dengan tuntutan kebutuhan stakeholder. Untuk itu dilakukan kegiatan pembelajaran, pengembangan kurikulum, evaluasi hasil belajar, dengan audit mutu akademik untuk melakukan peningkatan mutu berkelanjutan yang dikoordinasi oleh Kantor Jaminan Mutu (KJM) Unimed. Selanjutnya FIS-Unimed akan terus mengembangkan pendidikan berkualitas untuk menghasilkan tenaga kependidikan dan pendidikan untuk guru dalam jabatan. Kegiatan ini dilakukan secara integratif dengan kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
13
masalah sejenis dalam satu payung kerja. Sesuai dengan rencana Unimed menjadi teaching dan research institution yang unggul dilakukan atas komitmen di tingkat pimpinan melalui kebijakankebijakan yang inovatif maka dosen FIS-Unimed diarahkan untuk melakukan penelitian-penelitian bidang pendidikan berbasis kebutuhan riil di lapangan. Hasil penelitian tersebut dapat digunakan untuk pengembangan pembelajaran berbasis sosio-kultural, desain dan implementasi penerapan kontrak kuliah, web-based learning, project-based learning, researchbased learning, critical book report, portofolio pengajaran, dan manajemen laboratorium. Penelitian untuk menghasilkan sistem pendidikan yang efektif, efisien, dan berkualitas juga akan dilakukan untuk meningkatkan peran Unimed sebagai lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK).
Gedung Fakultas Ilmu Sosial Unimed
Penataan kegiatan penelitian diawali dengan Motto penetapan arah kebijakan berbasis penyelesaian masalah stakeholder dengan prinsip income generating. Budaya Untuk memperoleh hasil yang optimal, kegiatan ini dirancang dengan melibatkan potensi sumberdaya manusia, biaya, serta sarana dan prasarana. Komitmen Pembinaan komunitas belajar dan penelitian diupayakan dengan melibatkan scientific leader yang kuat, mampu bekerja keras, tekun, teliti, militan, akademikus sejati, dan memiliki sifat terbuka, jujur, demokratis, dan kritis. Komunitas ini diarahkan dapat bekerja sebagai critical mass untuk tujuan elusidasi
: “Kerjakan sesuatu dengan ikhlas dan benar”. : “Kerja keras, jujur, santun, koperatif, saling menghargai dan kompetitif ”. : “Keterwujudan Visi, Keterlaksanaan Misi, Ketercapaian Tujuan, Ketepatan sasaran, Kecukupan dan kesesuaian kebijakan, Keandalan Program, Kebermaknaan Kegiatan, Keruntutan Prosedur, Keberlanjutan Indikator (8K).
HUMAS UNIMED
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
14
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
FAKULTAS EKONOMI UNIMED PIMPINAN FAKULTAS EKONOMI Dekan FE : Drs. Kustoro Budiarta, M.E. Pembantu Dekan I : Drs. Thamrin, M.Si. (Bidang Akademik) Pembantu Dekan II : Drs. Bangun Napitupulu, M.Si. (Bidang Keuangan dan Prasarana) Pembantu Dekan III : Drs. Surbakti Karo-karo, M.Si. Ak. (Bidang Kemahasiswaan)swaan)
Gedung Fakultas Ekonomi Unimed
Visi Unggul dalam bidang pendidikan dan ilmu ekonomi Misi 1. Menyelenggarakan proses pembelajaran dalam bidang pendidikan dan ilmu-ilmu ekonomi berbasis kompetensi secara profesional. 2. Aktif dalam pengembangan bidang pendidikan dan ilmu ekonomi melalui penelitian dan pengabdian pada masyarakat. 3. Menumbuh kembangkan budaya kewirausahaan dalam kehidupan masyarakat. 4. Aktif bekerjasama dengan Stakeholder untuk mendorong income generating Tujuan 1. Menghasilkan sarjana pendidikan ekonomi dan sarjana ekonomi yang kompeten dan profesional.
HUMAS UNIMED
2. Penguatan kualitas sumber daya manusia serta daya dukung sarana dan prasarana secara berkelanjutan dalam menunjang aktifitas penelitian dan pengabdian masyarakat. 3. Menciptakan iklim akademik dan masyarakat akademik yang kondusif untuk pengembangan ilmu ekonomi, pendidikan dan kewirausahaan 4. Menghasilkan berbagai kerjasama untuk meningkatkan sarana pelaksanaan tri dharma peruguruan tinggi. Sasaran dan strategi pencapaiannya 1. Menghasilkan lulusan yang memiliki jiwa kewirausahaan, kompeten, kompetitif, profesional, dan bertanggung jawab (soft skill) dalam penerapan kompetensi sesuai disiplin ilmunya dengan masa studi 4 tahun, IPK 3,00 sebanyak 100 %, masa tunggu mendapatkan pekerjaan 3 bulan 2. Menghasilkan penelitian dan karya pengabdian kepada masyarakat yang bertarap Nasional 3. Terciptanya kualitas dosen dan staf administrasi yang memiliki komitmen,etika,integritas dan akuntabilitas. 4. Menghasilkan jalinan kerjasama yang menghasilkan income minimal 3 instansi pertahun.
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
15
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIMED PFAKULTAS FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN Dekan FIK : Drs. Basyaruddin Daulay, M.Kes. Pembantu Dekan I : Drs. Suharjo, M.Pd. (Bidang Akademik) Pembantu Dekan II : Drs. Mesnan, M.Kes. (Bidang Keuangan dan Sarana Prasarana) Pembantu Dekan III : Dr. Budi Valianto, M.Pd. (Bidang Kemahasiswaan)
Gedung Fakultas Fakultas Ilmu Keolahragaan
Visi Mewujudkan Fakultas Ilmu Keolahragaan yang unggul dalam bidang Pendidikan dan Ilmu Keolahragaan Misi 1. Menyelenggrakan Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada masyarakat 2. Menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan sarjana yang berkualitas dan profesional dibidang Pendidikan Jasmani, Kepelatihan dan Ilmu Keolahragaan 3. Menyelenggarakan FIK UNIMED sebagai pusat penelitian Ilmu Keolahragaan di wilayah Sumatera 4. Menyelenggarakan FIK UNIMED sebagal Pusat Kajian Prestasi Olahraga wilayah Sumatera Tujuan 1. Menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang profesional dibidang pendidikan jasmani, rekreasi, kepelatihan dan Ilmu Keolahragaan
2. Menerapkan dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam bidang olahraga 3. Mewujudkan suasana akademik yang kondusif 4. Mewujudkan manajemen organisasi FIK Unimed yang sehat dan bermutu 5. Menghasilkan karya-karya inovatif dan kreatif dalam bidang kependidikan dan spotsains 6. Terjalin kerjasama antara FIK Unimed dengan instansi pemerintah swasta, industri dan pariwisata Standar Kompetensi Lulusan FIK Unimed : - Kompetensi Guru Pend. Jasmani - Kompetensi Pelatih dan Wasit serta Juri Olahraga - Kompetensi Instruktur Olahraga kesegaran jasmani dan kesehatan - Kompetensi Manajer dan Administrasi organisasi olahraga - Kompetensi Fisioterapi olahraga - Kompetensi Manajer olahraga kesehatan dan olahraga rekreasi - Kompetensi Masseur olahraga
HUMAS UNIMED
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
16
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIMED PIMPINAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN Dekan FIP : Drs. Nasrun, M.S. Pembantu Dekan I : Prof. Dr. Yusnardi, M.S. (Bidang Akademik) Pembantu Dekan II : Drs. Aman Simaremare, M.Pd. (Bidang Keuangan dan Prasarana) Pembantu Dekan III : Drs. Edidon Hutasuhut, M.Pd. (Bidang Kemahasiswaan)
Gedung Fakultas Ilmu Pendidikan Unimed
Misi 1. Menyelenggarakan proses pembelajaran dalam bidang pendidikan dan ilmu-ilmu pendidikan berbasis kompetensi secara profesional. 2. Aktif dalam pengembangan bidang pendidikan dan ilmu pendidikan lewat jalur internal dan eksternal. 3. Menciptakan atmosfir akademik yang sehat melalui kegiatan-kegiatan penelitian, keilmuan, dan terapan. 4. Menumbuhkembangkan budaya mutu dalam pembelajaran, layanan konseling, dan pendidikan masyarakat. Standar Kompetensi Lulusan 1. Mampu menyampaikan ide tau gagasan secara kumulatif secara lisan dan tulisan 2. Mampu memecahkan permasalahan pendidikan dan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah sesuai dengan bidang keahliannya. 3. Menguasai substansi materi subjek sesuai dengan bidang keahliannya. 4. Menguasai dan dapat menggunakan teknologi pendidikan dalam pengembangan tugas pelayanan
HUMAS UNIMED
sesuai dengan profesinya. 5. Menguasai dan melakukan evaluasi, analisis dan interpretasi data untuk pengembangan pelaksanaan program pendidikan dan pembelajaran. 6. Menguasai kaidah, norma atau etika sesuai dengan bidangnya serta dapat mengintegrasikan dalam segenap tindakan atau perbuatan dalam profesinya. 7. Mampu mengintegrasikan dan mengaplikasikan temuan-temuan hasil penelitian dalam tugasnya untuk meningkatkan mutu layanan sesuai dengan profesinya. Tujuan 1. Menghasilkan sarjana pendidikan yang kompeten dan profesional. 2. Memberikan bekal kepada mahasiswa dengan penguasaan ilmu pendidikan, pembelajaran yang bermanfaat untuk dirinya dalam kegiatan pelayanan masyarakat dengan sikap dan perilaku yang sesuai dengan tata kehidupan bersama. 3. Menciptakan iklim akademik dan masyarakat akademik yang kondusif untuk pengembangan ilmu pendidikan, pembelajaran, layanan konseling, dan pendidikan masyarakat. Menghasilkan lulusan yang disiplin, profesional, dan memiliki etos kerja yang tinggi dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya dalam penerapan pendidikan, pembelajaran, layanan konseling, dan pendidikan masyarakat.
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
17
SEKOLAH PASCASARJANA UNIMED PIMPINAN SEKOLAH PASCASARJANA Direktur PPs : Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd. Asdir I : Dr. Arif Rahman, M.Pd. Asdir II : Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd.
Visi : Program Pascasarjana yang unggul dalam pembelajaran dan penelitian dikalangan LPTK secara nasional dan diakui secara internasional. Misi: 1. Menghasilkan lulusan yang kompeten, profesional dan memiliki sikap ilmiah yang selaras dengan perkembangan ipteks. 2. Menghasilkan karya ilmiah yang layak terbit di jurnal penelitian dan layak diseminarkan di tingkat nasional dan intemasional. 3. Terwujudnya saling membutuhkan antara pemangku kepentingan dan program pascasarjana, 4. Dihasilkannya kerjasama yang saling menguntungkan antar program pascasarjana dengan pemangku kepentingan.
Teknologi Pendidikan diselenggarakan dengan kerjasama dengan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta. 6. Setiap program studi dipimpin oleh seorang Ketua dan Sekretaris, dan bertanggungjawab kepada Direktur. Daftar 12 program studi tersebut sebagai berikut :
Tujuan 1. Menyelenggarakan program-program pendidikan dan pelatihan untuk mengembangkan sumberdaya manusia kompetensi baik tingkat knowledge, skill sampai ke tingkat abilities. 2. Menyelenggarakan pengkajian ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemajuan umat manusia. 3. Menyelenggarakan kerjasama dengan PPs di berbagai perguruan tinggi dalam bentuk penyelenggaraan pendidikan dan penelitian, Kerjasama juga dilakukan dengan pemerintah dan swasta dalam bidang penelitian dan pelatihan. 4. Secara Struktural PPs berada di bawah Rektor, PPs dipimpin oleh seorang Direktur dan dibantu dua orang asisten, yang masing-masing membawahi bidang akademik dan bidang administrasil keuangan. 5. Saat ini Program Pasca Sarjana Unimed memiliki 12 program studi, terdiri dari 10 (sepuluh) program S2, dan 2 program S3, S2 keseluruhan diselenggarakan secara mandiri. Program S3 Manajemen Pendidikan diselenggarakan secara mandiri, sedang S3
HUMAS UNIMED
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
18
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIMED
Peranan perguruan tinggi dalam mengatasi permasalahan yang terjadi di masyarakat adalah dengan menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dalam upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat dan membantu masyarakat memiliki daya saing. Upaya tersebut seharusnya dilakukan oleh civitas academica melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebagai salah satu dari Tri Dharma perguruan tinggi. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Universitas Negeri Medan (Unimed) dikoordinasik an oleh Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. Unimed memiliki sumber daya peralatan dan sumber daya manusia (SDM) yang memungkinka n untuk membantu Gedung LPM Unimed masyarakat, dunia usaha, dan dunia industri untuk meningkatkan daya saing. Sumber daya manusia yang ada diupayakan untuk menghasilkan pengetahuan baru untuk meningkatkan daya saing bangsa, dan mengadaptasi pengetahuan yang telah ditemukan untuk mendukung daya saing dan kesejahteraan masyarakat. Lembaga Pengabdian Kepada masyarakat Universitas Negeri Medan berupaya meningkatkan peran dalam memfasilitasi dan memberdayakan warga kampus untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat secara tepat sasaran dengan mempertimbangkan kearifan lokal. Upaya yang dilakukan oleh LPM Unimed dalam pembinaan masyarakat adalah mempercepat upaya peningkatan kemampuan SDM menggunakan IPTEKS Inovatif maupun memecahkan permasalahan
HUMAS UNIMED
yang muncul akibat dinamika dan perubahan tata nilai masyarakat. Pengembangan SDM dilakukan agar masyarakat memiliki kesiapan dalam menghadapi persaingan hidup yang semakin kompetitif. Visi, Misi, dan Tujuan Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Medan (LPM Unimed) pada awalnya disebut Pengabdian Pada Masyarakat pada masa Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Medan. Ketika itu LPM merupakan bahagian dari Lembaga Penelitian IKIP Medan. Pengabdian Pada Masyarakat dipindahkan dari Lembaga Penelitian pada tahun 1978 berdasarkan surat Rektor IKIP Medan Nomor: 3033/UU/Rek/7/IKIP/78, tanggal 27 Juli 1978. Sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 124 Tahun 1999, tanggal 7 Oktober 1999 tentang perubahan IKIP Medan menjadi Universitas Negeri Medan (UNIMED) maka dengan sendirinya Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat IKIP Medan atau LPM IKIP Medan juga berganti nama menjadi Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Medan (LPM UNIMED). Perubahan ini sekaligus merubah visi, misi, dan tujuan Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) UNIMED yang tertuang dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 271/0/1999 tanggal 14 Oktober 1999 tentang Organisasi Tata kerja
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN Universitas Negeri Medan. Dalam Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 1999 pasal 44 dinyatakan bahwa: (1) Pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan oleh perguruan tinggi melalui lembaga pengabdian kepada masyarakat, fakultas, pusat penelitian, jurusan, laboratorium, kelompok dan perorangan; (2) LPM merupakan unsur pelaksana di lingkungan perguruan tinggi untuk menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan ikut mengusahakan sumber daya yang diperlukan, mengusahakan serta mengendalikan administrasi sumber daya yang diperlukan. Ayat 1 dan 2 Peraturan Pemerintah tersebut mengandung makna bahwa dalam menjalankan fungsi dan tugasnya sistem yang ada di LPM harus berfungsi dengan baik yang memungkinkan unsur-unsur pelaksana pengabdian itu seperti fakultas, pusat penelitian, jurusan, laboratorium/bengkel/sanggar, kelompok dan perorangan bersinergi dengan LPM. Dengan demikian, sejalan dengan fungsinya sebagai pengedali administrasi pengabdian kepada masyarakat di tingkat perguruan tinggi, LPM menjadi pintu gerbang sekaligus muara bagi pengelolaan pengabdian masyarakat tersebut. Dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, Lembaga Pengabdian Masyarakat Unimed selama ini memiliki struktur organisasi kelembagaan yang unsur-unsurnya terdiri atas: pimpinan, koordinator program dan tenaga administrasi. LPM Unimed dipimpin oleh ketua LPM dan untuk menjalankan tugasnya dibantu oleh seorang sekretaris LPM. FUNGSI Berdasarkan visi dan misi tersebut Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) UNIMED mempunyai fungsi: 1. Menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. 2. Meningkatkan relevansi program UNIMED dengan kebutuhan masyarakat. 3. Memberikan bantuan kepada masyarakat dalam bentuk pendidikan dan pelatihan, dan pengembangan sumber daya manusia. 4. Merencanakan dan melaksanakan pengembangan pola dan konsepsi pembangunan nasional, wilayah dan daerah. 5. Memberikan pelayanan klinik konsultasi bisnis dan penempatan kerja. 6. Melaksanakan urusan ketatausahaan. SASARAN Sasaran kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dikordinasi melalui LPM Unimed pada Rencana Strategis (Renstra) 2012 – 2015 sebagai berikut: 1. Tersedia teknologi tepat guna (TTG) yang bermanfaat bagi peningkatan daya saing masyarakat
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
19
2. Tersedia layanan masyarakat pendidikan berbasis penelitian dan inovasi 3. Dosen dan mahasiswa terlibat dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat berbasis IPTEKS 4. Tersedia solusi efektif untuk mengatasi permasalahan masyarakat 5. Tersedia layanan untuk pengembangan kemampuan kewirausahaan mahasiswa dan/atau masyarakat LPM Unimed telah bekerjasama dengan beberapa sekolah dalam kegiatan peningkatan kemampuan guru dan siswa dalam menyelesaikan soal olimpiade sains. Selanjutnya LPM Unimed juga melakukan Pengembangan Budaya Kewirausahaan yang merupakan kegiatan untuk mengembangkan budaya kewirausahaan di kalangan sivitas akademika perguruan tinggi dan masyarakat sekitar/desa binaan. Berbagai kegiatan yang telah dilakukan antara lain: Kuliah Kewirausahaan, Magang Kewirausahaan, Kuliah Kerja Usaha, Inkubator Wirausahawan Baru, dan Konsultasi Bisnis dan Penempatan Kerja. Aktivitas lain yang juga telah dilakukan oleh LPM Unimed adalah Pengembangan dan Penerapan Hasil Penelitian yang telah dilakukan oleh dosen. Telah dilakukan rekayasa metoda mengajar dan penciptaan alat-alat peraga yang relevan dengan sosial budaya anak didik di Sumatera Utara misalnya, dapat dikembangkan melalui kegiatankegiatan penelitian dengan pendekatan Research and Development. Unimed juga telah melakukan pengembangan dan penerapan hasil penelitian berupa penelitian Kaji Tindak (Action Research). Unimed juga telah melakukan pembinaan guru dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dalam upaya pengembangan profesionalisme guru. Pada tahun 2012, LPM Unimed melakukan kerjasama dengan Pertamina dalam sebagai Corporate Social Responsibility (CSR) dalam pembinaan guru dan kegiatan Social Mapping untuk peningkatan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat di kota Pematang Siantar, Belawan, dan Tandem. LPM Unimed juga membantu Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dalam melakukan survey SD yang rusak dalam Program Gerakan Nasional Penuntasan Rehabilitasi Ruang Kelas Rusak Berat SD dan SMP. Survey dilakukan dengan sumberdaya manusia yang tersedia di jurusan Teknik Bangunan, Fakultas Teknik Unimed. Pada tahun yang sama, LPM Unimed juga dipercaya untuk melakukan Benchmarking Perbandingan Pembiayaan Pendidikan dengan Thailand, Korea Selatan, China dan Malaysia yang dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kemdikbud. Selain itu, juga dilakukan kegiatan peningkatan mutu pendidikan di seluruh kabupaten/kota yang ada di Sumatera Utara dengan dana dari DP2M Dikti Kemdikbud.
HUMAS UNIMED
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
20
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
LEMBAGA PENELITIAN UNIMED
Visi Universitas Negeri Medan (Unimed) adalah menjadi Universitas yang Unggul di Bidang Pendidikan, Rekayasa Industri dan Budaya, dan misi, yakni: (1) menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, (2) mengembangkan Unimed menjadi teaching and research institution yang unggul, (3) mengembangkan budaya kewirausahaan, (4) menumbuhkan budaya ilmiah di kalangan warga Unimed, dan (5) membina suasana akademik dan iklim organisasi yang sehat. Untuk mewujudkan keseluruhan misi di atas Lembaga Penelitian telah menyusun Rencana Induk Penelitian (RIP) Unimed dengan berbagai taget capayan. Sehingga visi Lembaga Penelitian dirumuskan sebagai berikut: “Lembaga Yang Unggul Dalam Bidang Penelitian, Pengembangan dan Inovasi”. Misi Lembaga Penelitian Universitas Negeri Medan adalah 1. Menyelenggarakan kegiatan penelitian dan pengembangan dalam bidang pendidikan, rekayasa industri, dan budaya. 2. Memfasilitasi dan menyelenggarakan peningkatan kemampuan dalam bidang penelitian, pengembangan, inovasi, dan publikasi ilmiah. 3. Menyelenggarakan pembinaan dan evaluasi penelitian bermutu. 4. Memfasilitasi pembentukan jaringan kerjasama penelitian dengan dunia akademik, dunia usaha, lembaga pemerintah dan institusi lainnya melalui pola-pola kemitraan. Sedangkan tujuan Lembaga Penelitian yang ingin dicapai oleh Lembaga Penelitian Unimed adalah: 1. Menghasilkan penelitian dan pengembangan berkualitas sebagai solusi bagi permasalahan stakeholder dalam bidang akademik dan non akademik. 2. Menghasilkan karya ilmiah yang dapat dipergunakan untuk peningkatan kualitas pendidikan dan pengabdian pada masyarakat. 3. Menghasilkan karya inovatif berbasis penelitian dan pengembangan yang dapat meningkatkan citra dan reputasi Unimed. 4. Menghasilkan jasa/produk penelitian dan pengembangan yang dapat dipergunakan untuk income generate. Beberapa tujuan dapat dicapai, namun indicator pencapaian masih taraf minimal. Beberapa indicator seperti capaian HaKI belum diperoleh sampai akhir tahun 2012. Untuk mendukung percepatan pencapaian tujuan, Lembaga Penelitian (Lemlit) menetapkan
HUMAS UNIMED
beberapa program kerja, tema payung penelitian, dan sasaran serta indikator kinerja untuk memicu kreativitas dosen dan mahasiswa dalam melakukan penelitian yang bermutu dan mampu memperoleh HaKI. Lembaga penelitian Unimed berusaha meningkatkan peran dan fungsinya dalam memfasilitasi dan memberdayakan dosen untuk melakukan penelitian inovatif yang mempertimbangkan kearifan lokal serta pengabdian masyarakat yang tepat sasaran. Rencana Induk Pengembangan Pelitian Universitas Negeri Medan merupakan arahan kebijakan dan pengambilan keputusan dalam pengelolaan penelitian institusi dalam jangka waktu 5 tahunan. Rencana Induk
Penelitian disusun berdasarkan Renstra Unimed, Renstra Lembaga Penelitian Unimed, Program Unggulan Unimed (13 Program Terobosan), dan Grand Desain 2011-2025. Unimed telah menetapkan payung dan tema penelitian, sedangkan Pusat Penelitian dan Kelompok Dosen Bidang Keahlian diminta untuk mengembangkan roadmap penelitian. Berdasarkan visi dan misi institusi, lembaga penelitian Unimed menetapkan tiga bidang penelitian , yakni: penelitian bidang pendidikan, penelitian rekayasa industry, dan penelitian rekayasa budaya/pariwisata. Penelitian unggulan bidang pendidikan adalah pendidikan karakter, sedangkan penelitian unggulan bidang rekayasa industri terkait dengan sains, teknologi, dan lingkungan disesuaikan dengan agenda riset nasional serta kompetensi peneliti yang dimiliki Unimed, yakni: energi baru dan terbarukan, penelitian bibit unggul untuk ketahanan pangan, material canggih/nano material, rekayasa mesin pertanian. Dalam bidang ekonomi dilakukan penelitian pengembangan UMKM. Penelitian tentang rekayasa budaya dan pariwisata dilakukan oleh peneliti seni dan peneliti bahasa, terutama terkait seni dan budaya lokal Sumatera Utara.
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
21
PERPUSTAKAAN UNIMED Perpustakaan sebagai sumber informasi mempunyai tugas mengumpul,mengolah dan menyebarluaskan informasi agar dapat dimanfaatkan oleh pemakai semaksimal mungkin. UPT Perpustakaan UNIMED, sebagai unit pelayanan teknis, mempunyai tugas menyediakan informasi bagi kebutuhan sivitas akademika UNIMED. Perpustakaan UNIMED memiliki koleksi lebih dari 149.364 eksemplar dalam berbagai disiplin ilmu. Luas gedung 3000 m' yang terdiri dari 3 (tiga) lantai dengan kapasitas 400 tempat duduk.
Waktu Pelayanan 1. Perpustakaan Pusat Senin - Jum'at : 08.00-17.00WIB Sabtu : 08.30 15.00WIB 2. Ruang Baca Perpustakaan di Fakultas Sesuai dengan jam kerja. Sistem Pelayanan 1. Pelayanan Terbuka, ialah perpustakaan yang membolehkan pengguna perpustakaan mengambil sendiri bahan pustaka yang diperlukan (koleksi standar, koleksi tandon, buku rujukan, majalah). 2. Pelayanan Tertutup, ialah perpustakaan yang tidak membolehkan pengguna perpustakaan mengambil sendiri bahan pustaka yang diperlukan (tesis dan karya ilmiah, koleksi audio visual).
Gedung Perpustakaan Unimed yang baru
Lantai I
: Ruang Kepala, Tata Usaha, Pengembalian Buku, Ruang Belajar dosen, Gudang, Lobby, Penitipan Tas/locker, Wartel, kantin, Fotocopy, R. Sholat, WiFi, Toilet Lantai II : Ruang Pengolahan, Pengadaan, penjilidan, Server, Automasi, bagian peminjaman, Ruang Baca, Koleksi buku /teks, Toilet. Lantai III : Audio Visual & Koleksi Digital, Ruang koleksi Berkala/Majalah/Jurnal/ Koran, Skripsi/Tesis dan Karya Ilmiah, Koleksi Rujukan, Koleksi Reserve Book/Tandon Susunan koleksi berdasarkan klasifikasi DDC. Terbitan Berkala disusun menurut abjad Judul. Klasifikasi DDC diberikan sebagai berikut: 000 - Karya Umum 100 - Filsafat dan psikologi 200 - Agama 300 - Ilrnu-ilmu Sosial 400 - Bahasa 500 - Ilmu-ilmu Murni (pasti/Alam) 600 - Ilmu-ilmu Terapan (Teknologi) 700 - Kesenian, hiburan, olahraga 800 - Kesusasteraan 900 - Geografi dan Sejarah umum Untuk menemukan koleksi, perpustakaan menyediakan sarana penelusuran katalog on-line yaitu OPAC (On Line Public Access Catalogue).
2. 3.
4. 5.
6.
Peminjaman 1. Peminjaman dilakukan di meja Sirkulasi dengan menunjukkan Kartu Perpustakaan yang masih berlaku. Koleksi teks book dapat dipinjam sebanyak 2 (dua) eksemplar selama 2 (dua) minggu. Koleksi tandonlreserve book dapat dipinjam sebanyak 2 (dua) eksemplar untuk jangka waktu satu hari. Peminjaman dapat diperpanjang 2 (dua) kali. Keterlambatan pengembalian pinjamam dikenakan denda Rp.500,- per hari per buku untuk semua koleksi. Bagi peminjam yang tidak membawa kartu anggota tidak akan dilayani.
Layanan Jurnal On Line Menyediakan layanan on line jumal ProQuets dan lainnya yang dapat diakses melalui internet. Lain-Lain 1. Tersedia fasilitas jasa Wartel, Fotocopy, Kantin, Internet 2. Pelayanan Audio visual pada UPT Perpustakaan UNIMED tersedia berupa kaset., CD-ROM dan data Digital 3. Bimbingan pengguna dapat dilakukan secara perorangan atau kelompok. 4. Menyediakan informasi IPTEKikeIjasama dengan KMNRT dan grey literature dalam bentuk digital.
HUMAS UNIMED
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
22
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
PUSAT STUDI SEJARAH DAN ILMU-ILMU SOSIAL (PUSSIS) UNIMED Riwayat Singkat Dalam perkembangannya, pusat-pusat studi hak asasi manusia di banyak universitas, baik di dalam muapun luar negeri, telah menjadi fenomena menarik. Dengan hadirnya pusat-pusat kajian HAM melambangkan kehadiran dan peran aktual perguruan tinggi dalam merespon dan merancang konstruk kajian hak asasi manusia (HAM) berdasarkan prinsip-prinsip universal HAM. Perkembangan ini menjadi menarik ketika keterlibatan pusat-pusat kajian HAM di perguruan tinggi dirasakan membawa implikasi positif bagi arah perkembangan kemajuan dalam upaya penghormatan dan perlindungan HAM di seluruh dunia, khususnya di Indonesia. Pusat Studi HAM Universitas Negeri Medan (Pusham Unimed) hadir sebagai bagian nyata dari kesadaran dan kepedulian dalam upaya memenuhi kebutuhan dan kepentingan untuk memajukan dan meningkatkan budaya penghormatan dan perlindungan HAM di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara. Sebagai salah satu unit pelaksana tugas akademis, Pusham Unimed berperan melakukan pengkajian (study) dan penelitian (research) dalam lingkup kajian dan pendidikan HAM. Sejarah kelahiran Pusham Unimed tidak bisa dipisahkan dari Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial (PPKn FIS) Unimed. Pada Sabtu 15 Desember 2007, komunitas dosen muda FIS Unimed menyelenggarakan Seminar Nasional bertajuk HAK ASASI MANUSIA UNTUK SEMUA; REFLEKSI 59 TAHUN DUHAM PBB. Seminar tersebut menghadirkan narasumber Prof. Harkristuti Harkrisnowo, Ph.D (Direktur Jenderal HAM Departemen Hukum dan HAM RI), Ifdhal Kasim (Ketua Komnas HAM RI) dan Suparman Marzuki (Direktur Eksekutif Pusham UII Yogyakarta), dan Majda El Muhtaj (Dosen PPK-n FIS Unimed). Seminar itu dihadiri dan dibuka secara resmi oleh Rektor Unimed Bapak Prof.Dr. Syawal Gultom. Keinginan yang cukup kuat untuk mendirikan Pusham ternyata disambut baik oleh pimpinan Unimed. Pada saat pembukaan seminar, Rektor Unimed menegaskan dukungannya bahwa ”Pusham Unimed harus muncul dan berdiri di Unimed.” Sambutan Rektor ini memberikan semangat baru bagi keluarga besar FIS Unimed sekaligus mendapatkan dukungan penuh dari Direktorat Jenderal HAM Departemen Hukum dan HAM RI dan komunitas Pusham se-Indonesia. Maka
HUMAS UNIMED
berdasarkan SK Rektor Unimed Nomor 028/H33.KEP/KP/2008 tentang Pembentukan dan Pengangkatan Kepala Pusham Unimed tanggal 31 Januari 2008 secara resmi Pusham Unimed lahir di bawah kepemimpinan Majda El Muhtaj. Secara berturut-turut SK Rektor Unimed juga mengalami perubahan beberapa kali, yakni pertama SK Rektor Unimed Nomor 0069/H33.KEP/KP/2010 tentang Pengangkatan Personil Pengelola Pusat Studi Hak Asasi Manusia (PUSHAM) Lembaga Penelitian Universitas Negeri Medan; dan terakhir SK Rektor Unimed Nomor 0006/H.33.KEP/KP/2011 tentang Personil Pengelola Pusat Studi Hak Asasi Manusia (PUSHAM) Lembaga Penelitian Universitas Negeri Medan. Visi Menjadi pusat data, informasi dan dokumentasi dalam kajian, penelitian dan pendidikan HAM di Sumatera Utara. Misi 1. Mendukung pencapaian visi dan misi Unimed melalui penyelenggaraan kajian, penelitian dan pendidikan HAM. 2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas penulisan dan penelitian ilmiah bidang HAM di Unimed. Tujuan & Program Pengembangan a. Tujuan Mewujudkan Pusham Unimed sebagai pusat studi data, informasi dan dokumentasi dalam kajian, penelitian dan pendidikan HAM dalam kerangka menjawab perkembangan ilmu pengetahuan dan perubahan sosial masyarakat. b. Program Pengembangan Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut, Pusham Unimed menetapkan beberapa program pengembangan sebagai berikut: 1. Penguatan kemampuan personalia dan kelembagaan Pusham Unimed 2. Penguatan infrastruktur sebagai pusat data dan dokumentasi kajian dan pendidikan HAM di Sumatera Utara 3. Peningkatan keterlibatan dalam upaya-upaya diseminasi, edukasi dan advokasi HAM baik lokal, nasional maupun internasional; Peningkatan kualitas penerbitan atas hasil-hasil penulisan dan penelitian ilmiah di bidang HAM.
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
23
HUMAS UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
H
umas Universitas Negeri Medan adalah salah satu unit yang ada di Unimed yang berperan dalam bidang kehumasan. Humas merupakan unit garda terdepan dalam memberikan pelayanan publik dalam hal informasi kepada pihak internal dan eksternal. Humas Unimed dengan visi menjadi pelayan dan penyedia informasi bagi publik internal dan eksternal Unimed dengan berbagai rancangan program kerja yang akan dilaksanakan dalam menunjang kemajuan dan keakuratan dalam penyampaian informasi. Universitas Negeri Medan sebagai Perguruan Tinggi, di era kompetisi, tentunya harus mampu bersaing agar tetap bisa meraup mahasiswa sesuai kapasitas yang ada, tidak lagi mengandalkan uang subsidi pemerintah dalam mengelola, akan tetapi dituntut untuk mandiri, setidaknya ini berdampak terhadap uang kuliah calon mahasiswa yang cukup mahal. Citra dan reputasi perguruan tinggi dibangun melalui kegiatan public relations (humas), karena humas semakin tidak bisa dicegah kehadirannya untuk kepentingan organisasi baik itu organisasi komersial (perusahaan) atau nonkomersial (perusahaan nirlaba). Aktivitas humas sehari-hari adalah menyelenggarakan komunikasi timbal balik (two way communication) antara organisasi dan publiknya, yang bertujuan untuk menciptakan saling pengertian dan dukungan bagi tercapainya suatu tujuan tertentu, kebijakan, kegiatan produksi barang atau pelayanan jasa, dan sebagainya, demi kemajuan dan reputasi positif organisasi. Jadi kegiatan Kehumasan tersebut sangat erat hubungannya dengan pembentukan opini publik dan perubahan sikap masyarakat. Humas Unimed sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam paradigma pendidikan tinggi itu, bertugas untuk memberikan laporan dan penjelasan kepada masyarakat luas. Dalam pelaksanaannya, Humas Unimed telah melakukan berbagai kegiatan seperti press release, penyediaan sumber informasi bagi civitas akademika Unimed, peliputan berbagai kegiatan, Penerbitan Buletin Humas Unimed, Pelatihanpelatihan Kehumasan dan kegiatan lainnya dalam mendukung tercapainya visi, misi dan tujuan Unimed. Adapun visi dan misi humas Unimed antara lain:
Visi Visi Humas Unimed adalah Menjadi pelayan dan penyedia informasi bagi publik internal dan eksternal Unimed. Misi Misi Humas Unimed adalah Memberikan informasi yang akurat, tepat dan komprehensif dalam menunjang Tridharma Perguruan Tinggi serta mendorong tercapainya visi Unimed. Motto Motto Humas Unimed adalah “Menyampaikan Informasi dengan benar, akurat dan efektif” Budaya Budaya Humas Unimed adalah “Kerja keras, jujur, santun, koperatif, saling menghargai dan kompetitif” Selama lima tahun terakhir, Humas Unimed sangat aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan Kehumasan dalam tingkat regional dan nasional. Humas Unimed sudah bergabung dan aktif dalam Badan Koordinasi Kehumasan Pemerintah, Forum Komunikasi Humas Perguruan Tinggi dan BakoRhumas Pemerintah Sumatera Utara. Keaktifan Humas Unimed dalam berbagai kegiatan dan organisasi kehumasan tersebut akan membantu dalam penyusunan Grand Design demi terwujudnya undang-undang keterbukaan informasi publik. Dalam kondisi keterbatasan sumber daya, Humas Unimed tetap akan menunjukkan komitmen yang tinggi dalam meraih berbagai peluang, seperti mampu bekerja sama dengan baik dan produktif dengan Kehumasan Pemerintah, Perguruan Tinggi lain dan Mediam massa lokal dan nasional dalam mendukung ketercapaiannya visi dan misi Unimed kedepan. Beberapa permasalahan terkait manajemen SDM, keuangan dan asset serta system informasi juga masih di alami oleh Humas Unimed. Permasalah manajemen sumber daya manusia adalah penempatan dan pengembangan sumber daya manusia belum sepenuhnya relevan dengan kebutuhan. SDM belum relevan (ditinjau dari aspek kecukupan dan kesesuaian keahlian), system manajemen SDM belum sepenuhnya sesuai dengan prinsip efisiensi, dan sistem penyampaian informasi belum menggunakan media online (internet).
HUMAS UNIMED
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
24
UANG KULIAH TUNGGAL AKAN DIBERLAKUKAN DI UNIMED T.A 2013/2014
R
encana UKT di Unimed Pemberlakuan UKT hanya untuk mahasiswa baru S1 dan D-3 Reguler. Tahun 2013/2014. Pembayaran tunggal seluruh biaya kuliah dalam satu kali pembayaran Uang Kuliah Persemester. Mengklasifikasi mahasiswa ke dalam lima kategori besaran uang kuliah berdasarkan kemampuan ekonomis berdasarkan indikator tertentu. Kemampuan ekonomis diturunkan dari indikator-indikator tertentu. Menindaklanjuti Undang-Undang No. 12 tahun 2012 pasal 88 Pemerintah memberikan BOPTN (bantuan operasional perguruan tinggi Negeri) untuk membantu biaya operasional sehubungan pemberlakuan UKT. Sesdirjen telah memberikan persetujuan penggolongan rentang tarif UKT Unimed Tahun 2013. Hasil Perhitungan Unit Cost Unimed 2012 ratarata per mahasiswa sampai lulus memerlukan dana dana sebesar Rp 67.800.000 atau Rp
HUMAS UNIMED
8.475.000 per semester untuk membiayai pengeluaran sebagai berikut : - Biaya Langsung : Sumber Daya Manusia, Bahan Habis Pakai, Depresiasi Sarana, Depresiasi Gedung. - Biaya Tidak Langsung : Biaya Operasional, Biaya Pemeliharaan, dan Kegiatan Lain Berdasarkan data historis pembayaran SPP, uang pratikum, dan uang lainnya, mahasiswa sampai lulus rata- rata hanya Rp 8.391.500 atau Rp 1.048.937/Semester. Kesimpulannya Pemerintah menanggung dana 87,62% (Rp 7.426.063,- / Rp 8.475.000,-) dan mahasiswa/masyarakat menanggung 12,38% (Rp 1.048.937,- / Rp 8.475.000,-). Tarif UKT yang akan diberlakukan di Unimed terdiri dari beberapa kategori yakni : kategori tidak mampu Rp. 500.000,-, kategori tidak mampu Rp. 750.000,-, kategori cukup mampu Rp. 1.050.000,-, kategori mampu Rp. 1.250.000,-, dan kategori sangat mampu Rp. 1.600.000,-.
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
25
Rencana Besaran UKT Untuk Tiap Kategori
19 SEKOLAH SE-KOTA MEDAN LOMBA TARI DI UNIMED
S
Perbandingan Total Pembayaran Kelompok Eksakta (Uang Kuliah Lama vs Baru)
embilan belas SMP dan SMA/SMK se-kota Medan, pada hari Kamis tanggal 23/5/2013, mengikuti lomba tari yang diselenggarakan pihak Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unimed kerjasama dengan sejumlah sekolah. Lomba ini dihelat di halaman parkir FBS. Acara berlangsung meriah dan sangat menghibur. Para peserta lomba menari dengan rancak dan piawai, walau usia mereka masih belia. Tak heran, untuk setiap penampilan selalu menuai decak kagum dari penonton dan dewan juri. Kerancakan dan kepiawaian anak-anak tersebut sungguh membesarkan hati Ketua Panitia, Nurwani SST Mhum. “Di sini saya melihat banyak sekali remaja cerdas dan berbakat.” katanya. Lebih lanjut Nurwani mengatakan, lomba ini terselenggara sebagai bagian dari mata kuliah wajib bagi mahasiswa jurusan seni tari. Mahasiswa harus bisa melatih dan membimbing siwasiswa sekolah untuk menguasai minimal satu dua tarian daerah. Atas kerjasama itulah, siswa dari beberapa sekolah ini terampil menari berkat didikan dan latihan dari mahasiswa FBS Unimed. Asyiknya, mahasiswa FBS yang menjadi pelatih bagi para siswa sekolah ini, tidak sekadar memenuhi tuntutan mata kuliah.
Perbandingan Total Pembayaran Kelompok NonEksakta (Uang Kuliah Lama vs Baru)
Manfaatkan peluang Tetapi mereka memanfaatkan peluang ini untuk berkiprah secara benar. Mereka melatih siswa menari, membimbing para remaja tersebut dengan tekun, ulet serta memberi didikan moral lewat kearifan lokal. Nurwani menyadari, ternyata daya tumbuh kreativitas mahasiswanya beserta anak-anak sekolah itu benarbenar luar biasa. Mereka bisa mengeksplorasi diri dan tak kesulitan mentransfer kreativitasnya kepada anak sekolah. Berkat kreativitas itu, hingga pelataran FBS pun menjulang menjadi panggung pengabadian 19 tarian, diantaranya: Tari Zapin Cadar, Tor-tor Maryam Ulos, Tortor Baoa Boru, Tari Bambu, Tari Panen, Tor-tor Tandok, Fantastic Dance. Lalu, Tor-tor Ulos, Tari Jaranan Mbok Jamu, Tari Balqis, Tari Memetik Salak, Tari Partoppuann Anak Boru, Tari Zapin DAngdung Ceria, Tadika Mesta, Kisah Putih Biru,
HUMAS UNIMED
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
26
Tari Mamoru Manuk, Tari Jamu Gendong, Wake Up Dance. Tari-tarian ini sebagian hasil eksplorasi kreativitas mahasiswa. (dgh)
UNIMED REKRUT PESERTA SM-3T TAHUN 2013
K
ementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bersama 17 lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) kembali merekrut dan membekali, menerjunkan peserta Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM-3T) untuk tahun 2013 yang merupakan angkatan III. Univesitas Negeri Medan (UNIMED) sebagai salah satu LPTK penyelenggara akan kembali merekrut calon peserta SM-3T tahun 2013. Pendaftaran akan dilakukan secara online melalui situs www.sm-3t.dikti.go.id. Atau http://103.23.100.50. Program ini sudah dibuka sejak tahun 2011 yang lalu, untuk tahun pertama peminat SM-3T masih kurang. Ada sebagian peserta yang lolos menarik diri dan membatalkan untuk mengikuti program SM-3T. "Setiap tahun tren untuk jumlah pendaftar terus meningkat, tahun lalu pendaftar berjumlah 1.300 dan yang diterima hanya 205 orang," ujar Koordinator SM-3T Unimed Dr. Sanusi Hasibuan M.Kes di ruang kerja Pembantu Rektor I Unimed. Sanusi memaparkan, tes online akan digelar 26-28 Juli dan pengumuman hasil tes 3 Agustus. Program studi yang dibuka untuk menjadi peserta SM-3T yakni, Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Pendidikan Luar Biasa, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Bahasa Indonesia, Bahasa Inggrs, Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, IPA, IPS, Sejarah, Geografi, Seni, Ekonomi, Konseling, serta Pendidikan Jasmani. "Seluruh program pendidikan tersebut bisa mendaftarkan diri, ini terbuka untuk umum dan bukan hanya untuk lulusan dari Unimed. Asalkan lulusan mulai tahun 2011-2013," ujar PR I Unimed, Prof Dr. Khairil Anshari, M.Pd. Beliau mengatakan untuk tahun ini kuota untuk nasional berjumlah 3.500, dan jatah yang diberikan untuk Unimed berjumlah 200. Untuk yang berhasil lulus program SM-3T akan dikontrak selama 2 tahun. Tahun pertama mengabdikan diri di daerah terluar, sedangkan tahun kedua akan mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) dengan beasiswa penuh dari pemerintah. "Selama mengabdi para peserta akan mendapatkan uang biaya hidup, transportasi pulang-pergi, asuransi kesehatan, kelengakapan selama mengabdi. Untuk tahun ini kemungkinan akan sama seperti tahun lalu, peserta SM-3T akan dikirimkan ke simelu, Kabupaten Nias dan kemungkinan akan ke Aceh Timur," ucapnya.
HUMAS UNIMED
UNIMED MELAKSANAKAN KMD ATAS KERJASAMA DENGAN KWARDASU
K
ursus Mahir Dasar bagi Program Profesi Guru Sarjana Mendidik daerah Terdepan Terluar Terpencil (PPG-SM-3T) Unimed atas kerjasama Unimed dengan gerakan Pramuka Kwardasu sejak 18 Mai 2013 berakhir, Minggu (9/6) di kampus Unimed Medan Estate. Kwarda Sumatera Utara diwakili Sekretaris dr. H. Aris Yudhariansyah, MM mengatakan para sarjana yang mendapat pelatihan kepramukaan ini nantinya diharapkan dapat mengembangkan Gerakan Pramuka di Gugus Depan secara profesional yg baik dan benar ditempat bertugas sebagai tenaga pendidik. Aris Yudhariansyah juga menjelaskan sertifikat KMD yang didapat saat ini adalah berstandard Nasional yang dapat digunakan untuk melanjutkan pendidikan Kursus Mahir tingkat Lanjutan (KML) dimanapun bertugas.
Keseriusan Sehubungan keaktifan serta keseriusan mengikuti pelatihan ini, Kwardasu kata dr. Aris menyampaikan ucapan terimaksih. Begitu pula kepada Unimed yang telah mengagas kegiatan ini dengan harapan dapat berkesinambungan seperti langkah yang lalu, Fakultas Ilmu Ke olahragaan (FIK) Unimed telah melaksanakan KMD bagi Mahasiswa semester VI yg nantinya juga sudah dibekali dengan ilmu ke Pramukaan.
SEKOLAH STAF & KOMANDO TNI BERKUNJUNG KEUNIMED Pimpinan Sekolah Staf dan Komando TNI melakukan kunjungan ke Universitas Negeri Medan pada mei 2013 yang lalu. Rektor Unimed beserta pimpinan laninya menyambut dengan bahagia dan penuh kekeluargaan. Antara kedua belah pihak Sekolah Staf dan Komando TNI dan Pimpinan Unimed melakukan pertemuan di ruang rektor guna melakukan sambutan dan diskusi hangat sebagai wadah curahan maksud dan tujuan
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013 pimpinan Sekolah Sfat dan Komando TNI itu berkunjung ke Unimed. Rektor Unimed Prof. Dr. Ibnu Hajar,M.Si. mengatakan bahwa tujuan dari Pimpinan Sekolah Staf dan Komando TNI melakukan kunjungan keUnimed
tercinta ini adalah melakukan penjajakan awal dalam upaya melakukan kerjasama (MoU) antara Sekolah Staf dan Komando TNI dengan Universitas Negeri Medan dalam bidang pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Dasar mereka (sekolah staf dan komando TNI) ingin menjalin kerjasama dengan Unimed karena menurut mereka Unimed salah satu perguruan tinggi baik yang konsisten dalam pembentukan karakter mahasiswa dan lulusan, serta beberapa program studi di Unimed mengembangkan arah agar lulusan memiliki kompetensi yang unggul yang sejalan dengan harapan lulusan Sekolah Staf dan Komando TNI. Rektor Unimed beserta kepala Humas Tappil Rambe juga berkomentar dari hasil pertemuan tersebut, setelah kerja sama disepakati nantinya, maka prajurit TNI yang dididik di Sekolah Staf dan Komando TNI bisa sering dan melanjutkan di studi dibeberapa program studi di Unimed, bahkan bisa melanjutkan pendidikan strata 2 (magister) di Universitas Negeri Medan. Mudah-mudahan harapan Unimed dan harapan sekolah staf dan komando TNI akan berlanjut sesuai apa yang telah diperbincangkan dan sepakati bersama tadi, karena jika hal itu terwujud tentunya kan akan membawa nilai plus atau kebaikan bagi Unimed tercinta ini. (tim majalah humas unimed)
FMIPA UNIMED MELAKUKAN PERGANTIAN PIMPINAN
R
ektor Unimed Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si. melantik para Pembantu Dekan Fakultas Matamatika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Medan pada 17 Mei 2013 di
27
gedung BIRO Rektor Unimed dan di saksikan oleh para pembantu rektor, pada dekan dan pembantu dekan dilingkungan Unimed dan para kepala Biro di Unimed. Adapun yang dilantik oleh rektor sebagai pembantu dekan dilingkungan FMIPA untuk periode 2013 - 2017 yakni sebagai pembantu dekan I Prof. Dr. Herbert Sipahutar, M.S, M.Sc, menggantikan Drs. Pasar Maulim Silitonga, M.S,. sebagai pembantu dekan II Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, menggantikan Dra. Martina Restuati, M.S, dan sebagai pembantu dekan III Drs. Muhammad Yusuf, M.Si, menggantikan Drs. Asrin Lubis, M.Pd.
Dalam sambutan di acara pelantikan pembantu dekan tersebut rektor menyampaikan hendaknya para pembantu dekan dilingkungan fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam (FMIPA) Unimed yang baru ini bisa membawa kebaikan dan perubahan FMIPA kedepan lebih dari yang diperbuat oleh para pembantu dekan yang lama. Bukan berarti para pembantu dakan yang lama tidak bagus, sangat bagus pun, tapi harapan kita bersama bisa lebih dari yang lama, kan tidak baik juga kalau periode yang baru sama dengan periode yang lama, kan orangnya saja sudah beda. Selanjutnya tentu harus terus bekerja sama dengan pak Dekan FMIPA Prof. Motlan, M.Sc. Ph.D., semoga apa yang kita buat dan lakukan bersama nantinya akan membawa kebaikan untuk diri kita dan Universitas yang kita cintai ini. (tim majalah humas unimed)
PRESIDEN RI MEMBERIKAN PENGHARGAANKEPADA BEBERAPA ORANG DI UNIMED
B
aru-baru ini beberapa dosen dan pegawai dilingkungan Universitas Negeri Medan mendapatkan beberapa penghargaan kehormatan dari Presiden Republik Indonesia atas jasa dan darmabaktinya sebagai pegawai negeri sipil. Dalam surat keputusan Presiden Republik Indonesia nomor : 62/TK/TAHUN 2012 yang ditanda tangani langsung oleh presiden RI DR. H. Susilo Bambang
HUMAS UNIMED
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
28
Yudhoyono, pemerintah RI menetapkan para dosen dan pegawai yang berjasa kepada negara dan layak
S
atu upaya perubahan yang dilakukan oleh Unimed Press dengan menjalin percetakan perguruan tinggi yang sudah memiliki reputasi baik dalam hal percetakan buku ilmiah, yakni IPB Press. Sebagai upaya perubahan tersebut Unimed Press melakukan kegiatan workshop yang dilaksanakan pada 18 juni 2013 di ruang sidang A Biro Rektor Unimed.
SATPAM BARU UNIMED
HUMAS UNIMED
Kegiatan ini sebagai upaya memberikan motivasi bagi dosen-dosen Unimed dalam menulis buku di perguruan tinggi. Sekaligus memberikan keterangan berkaitan dengan teknik meningkatkan mutu cetakan buku dengan hasil yang lebih baik dari biasanya. Unimed Press melakukan kegiatan ini dengan menghadirkan langsung direktur IPM Press yakni Dr. It. Elang Ilik Martawijaya, MM. Rektor Unimed Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si. dalam sambutan pembukaan kegiatan ini menyampaikan bahwa terobosan baru ini mudah-mudahan akan membawa kebaikan bagi Unimed Press dalam menjawab kebingungan dan keragu-raguan para dosen Unimed untuk menerbitkan karya ilmiahnya buku ISBN di Unimed Press. Unimed juga berharap pihak IPB Press berkenan membuka pintu kepada Unimed untuk mau menjalin kerja sama dalam perbaikan cetak buku dan kualitas cetakannya. Mudahan-mudahan bisa hasil karya-karya ilmiah populer dosen Unimed di cetak di IPB Press melalui Unimed Press dengan biaya yang agak miring dan kualitas bagus. Sementara kepala Unimed Press Dr. Phil. Ichwan Azhari, M.S. juga berkomentar setidaknya kegiatan ini dalam menghadirkan direktur IPB Press akan berdampai baik bagi bangkitnya Unimed Press menjadi percetakan internal Unimed yang mampu memfasilitasi para ilmuwan Unimed dalam mempublikasikan karyakarya populernya kepada masyarakat. Kita juga Unimed Press tahun ini berusaha akan mencetak 100 judul buku yang mau kita cetak di tahun 2013. Kita sedang merancang mimpi besar kita bersama dalam menerbitkan 100 buku ilmiah ber ISBN. Bagi para peserta kegiatan ini pun setelah kegiatan berakhir bida memberikan file ke Unimed Press untuk di cetak tahun
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013 ini. Dalam paparan sajiannya Dr. It. Elang Ilik Martawijaya, MM selaku direktur IPB Press berkomentar bahwa buku-buku yang sudah di cetak ditahun 2010-2012 masuk dalam kategori baik. Saya nyakin Unimed Press mampu mengakomodir para dosen Unimed untuk mau menulis buku ilmiah populer ber ISBN. Selain itu juga saya yakin Unimed Press jika terancang dengan baik akan mampu menjadi percetakan internal yang akan mencetak semua bentuk cetak yang selama ini di cetak diluar Unimed. Sehingga Unimed Press tidak akan mendapatkan dana tambahan dari hasil cetak yang selama ini dicetak diluar Unimed.
UNIMED PRESS MENJALIN KERJASAMA DENGAN IPB PRESS
29
Selanjutnya ada pula presentase yang disajikan oleh mahasiswa dari unimed yaitu Siti Annisa Lubis dan Rizky Tri Amelia, dua mahasiswa yang memiliki prestasi yang amat cemerlang dalam perjalanan kuliah mereka. Rizky sendiri pernah mengikuti kompetisi Francophonie tingkat nasional dan meraih peringkat kelima seindonesia, padahal dia baru duduk di smester empat dan pesaingnya rata – rata berada di smester enam dan delapan. Mereka memperkenalkan kota medan dengan baik, serta mempromosikan berbagai keunggulan kota medan baik dari segi wisata, kuliner, seni budaya dan sebagainya. Hal ini mengundang respon baik dari mahasiswa unibraw yang belum pernah mengunjungi kota medan sebelumnya. Dan acara ini diakhiri oleh kegiatan saling menukar souvenir oleh dosen dan mahasiswa. Pihak unibraw mereka memberikan sebuah plakat dari fakultas, dan dari unimed memberikan ulos berwarna cerah. Terlihat dosen dari kedua universitas tersebut berdampingan menggunakan kain ulos di pundak mereka. Dan untuk mahasiswa, perwakilan dari unimed adalah Randy Adhitya Hutabarat memberikan ulos, dan juga mengenakannya dengan ketua himpunan mahasiswa program studi dari unibraw, adegan ini mengundang kericuhan dari mahasiswa yang menyaksikannya.
KUNJUNGAN MAHASISWA PRODI BAHASA PRANCIS UNIMED KE UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
M
ahasiswa prodi bahasa prancis Unimed berkesempatan melaksanakan studi tour di Unibraw (Universitas Brawijaya), Malang pada senin (6/5) tepatnya di aula serba guna Fakultas Ilmu Budaya, sekitar pukul 9:30 WIB. Acara ini merupakan kali pertama dilaksanakan oleh program studi bahasa prancis di kota Malang. Acara ini dibuka dengan kata sambutan oleh kepala program studi bahasa prancis Unibraw Bpk Agam Agus Siswanto, kemudian dilanjutkan oleh dosen bahasa prancis Unimed Bpk. Andi wete Polili dan Bpk. Abdul Ghofur. Suasana hangat sangat terasa dalam pembukaan dan juga terjadi interaksi antar dosen dan mahasiswa baik dari unimed maupun unibraw. Agenda kedua dilanjutkan oleh presentase ketua himpunan mahasiswa program studi bahasa prancis yaitu Trias Desy Aristanty. Ia menjelaskan berbagai kegiatan yang mereka lakukan di unibraw, dimana mereka memiliki berbagai klub yang menjadi sarana pengembanangan bakat seluruh mahasiswa prodi tersebut, misalnya memasak, olahraga, seni musik, drama dan lain – lain. Tak lupa pula ia menyampaikan kegiatan rutin setiap tahun prodi bahasa prancis di seluruh Indonesia yaitu Francophonie.
S
enin (20/5) pukul 08:00 WIB seperti yang dapat dilihat di channel televisi TV ONE, mahasiswa unimed sedang melaksanakan kegiatan tarian flash-mob yang bertemakan adat tradisional batak yaitu, sigale – gale dan dilanjutkan tarian dengan unsur latin. Tampak baik dekan, dosen, staf kantor dan juga mahasiswa yang berjumlah lebih dari seribu orang bersatu padu dalam balutan pakaian berwarna jingga yang merupakan warna khas dari fakultas bahasa dan seni unimed. Hari ini yang bertepatan pula dengan hari kebangkitan nasional dirayakan dengan cukup meriah oleh tumpah ruah semangat dari peserta tarian tersebut. Setelah dilaksanakn pawai dan pembukaan acara oleh dekan fbs ibu Isda Pramuniarti maka dibuka pula acara tahunan prodi bahasa prancis yaitu Francophonie. Acara yang biasanya dilaksanakan pada 20 Maret tiap tahunnya oleh seluruh orang yang berbahasa prancis diseluruh dunia. Pada tahun ini, prodi bahasa prancis berkesempatan bekerjasama dengan prodi seni music dalam berbagai hal dan mendukung kesuksesan acara tersebut. Ketua panitia acara Francophonie yaitu Randy Adhitya Hutabarat, yang merupakan mahasiswa angkatan 2009 mengaku sangat beruntung karena acara yang mereka laksanakan berjalan mulus dan sukses, tentu saja karena dukungan dari berbagai pihak. Acara ini merupakan pesta tahunan, tapi bukan
HUMAS UNIMED
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
30
melulu kegiatan bersenang-senang. Mereka juga tetap menjunjung tinggi aspek pendidikan. Buktinya diadakan
KEGIATAN RUTIN TAHUNAN PROGRAM STUDI BAHASA PRANCIS UNIMED
HUMAS UNIMED
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
31
UNIMED BUKA UMB-PT (SELEKSI JALUR MANDIRI) MAHASISWA BARU
HUMAS UNIMED
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
32
PROFIL DOSEN
Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK)
Drs.H.Basyarauddin Daulay,M.Kes
M
endengar dan melihat namanya, maka kita akan langsung tahu siapa dia. Sosok seorang lelaki yang ramah dan tegas terpancar dari auranya. Menjadi dekan FIK Unimed dan Ketua Umum BAPOR KORPRI Sumut tahun 2013-2018. Drs. H. Basyarauddin Daulay, M.Kes sosok seorang yang memiliki segudang pengalaman dan prestasi. Tentunya sesuai dengan jurusan yang diambil. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) ini memulai pengalaman sebagai Sekretaris Jurusan PKO, kemudian di tahun 2002 – 2007 menjadi sekretaris SP4 Unimed dan menjabat sebagai Dekan FIK selama dua periode dari tahun2007 hingga sekarang. Memulai pendidikan tahun 1977 di SD Negeri Telaga Jernih, lalu SMP Maju Telaga Jernih di tahun 1980, SGO Medan tahun 1984, lanjut menempuh pendidikan S-1 Jurusan Pendidikan Kepelatihan di IKIP Medan tahun 1989, S-2 di Surabaya tahun 1997 mengambil jurusan Ilmu Kesehatan dan Olahraga dan pendidikan S-3 di tempuh di Unimed 2008-sekarang dengan fokus jurusan Manajemen Pendidikan. Lelaki kelahiran Jambur Batu, 04 Maret 1964 ini memiliki dua orang anak yang masih menembuh dunia pendidikan, mereka adalah Dio Alif Airlangga Daulay dan M. Habib Akbar Daulay. Karunia terindah dari pernikahnnya bersama Hj. Anita, S.Pd. Beliau telah melakukan kunjungan ke berbagai negera di dunia, untuk mengikuti kegiatan studi banding dan pelatihan-pelatihan. Seperti Studi Banding ke Beijing Sport University – Institut Sport Shanghai tahun 2008 (RRC-Beijing), kemudian di tahun 2009 beliau berangkat untuk mengikuti Pelatihan Alat Fisiologi Charles Sturt University Buthrust, Australia (Sydney), studi banding ke Institut Pendidikan Nisam SMK Datuk Mazetin Kinabalu, Malaysia-2010. Mengikuti studi banding ke University Og Marryland dan Florida State University, Amerika Serikat2010, kemudian di tahun 2011 beliau berangkat ke Bangkok untuk mengikuti studi bangding ke Institut Physical Education Bangkok dan di tahun 2012 menjadi Delegasi Indonesia Olympiade London, Inggris. Pengalaman di bidang lain yang juga pernah di sandang beliau adalah menjadi Wasit Nasional Sofball tahun 19932004, Pengurus KONI Sumut tahun 2008-2012 dan 2012-2016,
HUMAS UNIMED
Nama Jabatan NIP TTL Keahlian KDKB Alamat HP
: Drs.H.Basyarauddin Daulay,M.Kes : Dekan FIK : 19640403 199203 1 001 : Jambur Batu, 04 Maret 1964 : Bola Voli : Bola Voli : Jl. Sumantri Brojonegoro No. 37 : 08126557218
PENDIDIKAN: S1 : Jurusan Pendidikan Kepelatihan di IKIP Medan ,Tahun lulus 1989 S2 : Jurusan Ilmu Kesehatan dan Olahraga di Surabaya, Tahun lulus 1997 S3 : Jurusan Manajemen Pendidikan di Unimed, Tahun 2008-sekarang
ketua Pengprov ISORI Sumut tahun 2008 – sekarang , ketua Harian PBVSI Sumut tahun 2012-2017, ketua Bidang Olahraga dan Kesehatan DPP KORPRI Sumut tahun 20191025 dan menjadi Ketua Umum BAPOR KORPRI Sumut tahun 2013-2018
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
PROFIL DOSEN
33
Dr. Mursini, M.Pd. Dr. Mursini, M.Pd. merupakan sosok dosen bersahaja selalu tampil apa adanya, bekerja dengan penuh semangat dan berdedikasi tinggi, ulet, disiplin, mudah bergaul dan ramah tamah. Terlebih dengan mahasiswa ia masih suka nongkrong berbincang tentang akademik, perkembangan teknologi dan seni serta masalah interen lainnya. Masih suka bergabung di Taman Budaya dalam aktivitas Laboratorium Sastra. Kegiatan baca puisi, menulis cerita pendek, dan melatih bermain drama masih dilakoninya. Sejak tahun 2011 sampai sekarang beliau aktif menyutradari pentas seni drama FBS Unimed bekerja sama dengan Laboratorium Sastra Taman Budaya Sumatera Utara. Hingga April 2013 beliau berhasil memproduksi 24 judul pementasan drama di Sumatera Utara. Seni drama tersebut ditampilkan pada pagelaran lomba seni drama dan teater Sumatera Utara. Pada tahun 2004 pernah menyutradari pentas drama untuk pengembangan bakat bagi siswa SMA di Kota Medan. Perempuan yang lahir di Semarang 28 November 1962 ini diberi kepercayaan menjadi Ketua Pusat Penelitian FBS priode 2012-2016. Sebelumnya, pernah menjadi Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoensia periode 2007-2011. Semua yang dikerjakan selalu berpedoman pada prinsip Unimed yakni bekerja dengan benar dan iklas. Beliau juga aktif melakukan penelitian. Beberapa penelitian yang dilakukan dalam 5 tahun terakhir ini antara lain adalah Efektivitas Metode Pembelajaran Discovery dalam Pembelajaran Menulis Puisi di SMA Negeri 21 Medan Tahun 2008, Pemetaan dan Pengembangan Model Peningkatan Mutu Pendidikan SMA di Kabupaten Padang Lawas Tahun 2011, Pemetaan dan Pengembangan Model Peningkatan Mutu Pendidikan SMA di Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga Tahun 2011, Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Artikel Sastra Anak dengan Model Pembelajaran Tutor Sebaya dan Media Internet oleh Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Unimed, Implementasi Contextual Teaching and Learning Melalui Riset Mini dalam Perkuliahan Penelitian Pengajaran untuk Meningkatkan Kompetensi Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Mengembangkan Proposal Penelitian, Penerapan Model Pembelajaran Peta Konsep (Mind Mapping) terhadap Kemampuan Menulis Cerpen Anak Berbasis Karakter oleh Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Tahun Pembelajaran 2011/2012, Pengaruh Komunikasi Pimpinan Tingkat Prodi, Efektivitas Tim, Motivasi Kerja, Etika terhadap Kinerja Dosen Unimed, dan Pengembangan Bahan Ajar Berbasis ICT sebagai
Nama NIP Pekerjaan Pangkat Alamat
: Dr. Mursini, M.Pd. : 196211281988032002 : Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNIMED : Pembina/IV-B : Jln. Jamin Ginting G. Aman No. 10 Medan : 08126312996
Hp Pendidikan S1 : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Medan (1987) S2 : Pendidikan Bahasa Indonesia IKIP Malang (1995) S3 : Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan (2013) Usaha untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Mata Kuliah Pembelajaran Bahan Ajar di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Unimed. Pada tahun 2011 memenangkan penulisan hibah buku yang di danai oleh Unimed yang berjudul “Pembelajaran Apresiasi Prosa Fiksi dan Puisi Anak-anak”. Pada tahun 2012 memenangkan penulisan buku ke-2 yang didanai oleh Unimed yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Bahasa dan Sastra Indonesia”. Sebelumnya, beliau juga sudah mengembangkan kreativitasnya dan menerbitkan beberapa buku ber-ISBN yakni pada tahun 2010 yang berjudul “Bimbingan Apresiasi Sastra Anak-anak”. Pada tahun 2010 yang berjudul “Filsafat Ilmu Pengembang Wawasan Berfikir Kritis “. Pada tahun 2011 berjudul “Apresiasi dan Pembelajaran Sastra Anak-anak”. Pada tahun 2011 yang berjudul “Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas Tinggi”. Selain itu, aktif melakukan Pengabdian Masyarakat dalam bentuk pelatihan dan pembinaan dalam pendidikan serta bersama beberapa rekannya menulis beberapa artikel ilmiah sejak 2003 sampai sekarang. Di samping itu, beliau aktif mempresentasikan makalah dalam forum-forum seminar nasional maupun internasional, sejak 2004 sampai sekarang. Pada tahun 2009, beliau menjadi narasumber pada International Seminar Paper Resource Based Instruction (Pembelajaran Berbasis Aneka Sumber) February 21 st 2009 di Pascasarjana Unimed. Tahun 2009, International Seminar Integration of Hard Skill and Soft Skill to Increase Teacher, Lectures, and Graduated Competence at the Globalization Era. Unimed, 10 Oktober 2009. Tahun 2009, sebagai Narasumber pada seminar internasional dengan tema Enchancing the Quality of Students by implementation of Soft Skill, Inovation, and Learning Revolution, di FBS Unimed. Pada tahun 2010 mengikuti International Seminar Language, Literature, and Cultural in Southeast Asia on June 3 rd-5th 2010 di Trang Thailand. Pada tahun 2011 mengikuti International Seminar Creative and Innovative Language Laerning in the ICT Contributing to Development on Juni 10-12 June 2011 di Bali. Tahun 2012, menjadi narasumber pada International Seminar: Language, Literature, Culture, and Education in Southeast Asia- II Tgl 15-17 November 2012 di Bangkok.
HUMAS UNIMED
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
34
PROFIL DOSEN
Drs. M. Joharis, MM., M.Pd. Nama NIP Pekerjaan Pangkat Alamat Hp
: Drs. M. Joharis, MM., M.Pd. : 196202121990031003 : Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNIMED : Pembina/IV-A : Jln.Beringin 6 No.49A Gaperta Hetvetia Medan : 0811641874
Pendidikan S1 : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Medan S2 : Administrasi Pendidikan Unimed (2007) S3 : Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan (2013-sekarang) Asosiasi Dosen Indonesia ( ADI WIL SUMUT) 2009-2013, Ketua I Dewan Pendidikan Kota Medan 2009- 2012, Ketua Komite Sekolah SMA N 4 Medan 2010 samapai Sekarang Ketua Federasi olahraga Masyarakat Indonesia ( FORMI) Sumut 2012 sampai sekarang, Wakil Sekertaris Majelis Pemuda Wilayah ( MPW) Pemuda Pancasila Sumatera Utara 2012 Sampai sekarang, Sekertaris Majelis rs. H. M.Joharis Lubis, MM, M.Pd Lahir di Pertimbangan Organisasi (MPO) Majelis Pimpinan Cabang Medan 12 Februari 1962 Alumnus Program Pemuda Pancasila ( MPC) PP Kota Medan, Ketua Studi Pascasarjana Administrasi Pendidikan Departemen Komisi Ekonomi umat Majelis Ulama Unimed tahun 2007, Pascasarjana Manajemen Indonesia Kota Medan 2006 – 2011, Majelis Ulama Sumberdaya Manusia Universitas Ganesha Jakarta Tahun 2000, tahun 2010 sampai sekarang melanjutkan Indonesia ( MUI) Kota Medan LPOM MUI Wakil Ketua Tahun 2011 sampai sekarang, Konsultan, Konsultan studi pada pendidikan doktor Manajemen Pendidikan Supporting Manajemen pendidikan Dinas Pendidikan Unimed. Sejak tahun 1989 sampai saat ini bertugas Provsu Tahun 2011 sampai sekarang, Manajemen sebagai dosen PNS di FBS Unimed, mengajar di Pendidikan SMP Dinas pendidikan PROVSU Tahun 2005beberapa perguruan tinggi swasta seperti FKIP UISU, 2011, Konsultan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan ( STKIP Budidaya Binjai, STMIK AMIK INTEL-com Global LPMP ) tahun 2007- 20011. Jabatan Struktural di Unimed indo, STIPAP Perkebunan,STIE Nusa Bangsa Medan. Kepala Hubungan Masyarakat ( HUMAS) Tahun 1999-2001 Karya Tulis Ilmiah Buku Ber-ISBN dan jurnal yang Kepala Laboraturium Sanggar Bahasa FBS Unimed 1999telah di terbitkan antara lain Bahasa Jurnalistik dan 2003, Ketua sekertaris program kegiatan LPM IKIP Medan Kepenyiaran (Penerbit Halaman Moeka Publishing 1999-2003, Senat FPBS Unimed Tahun 2000-2003. Jakarta : 2009), Seminar (Penerbit Cita Pustaka Lelaki kelahiran Kota Medan ini merupakan sosok Bandung : 2009), Keterampilan Berseminar (Penerbit ilmuwan, aktivis kepemudaan dan kepemerintahan ini Halaman Moeka Publishing Jakarta : 2013). kelihatannya tak bersahabat dengan semua orang, namun Pengalaman Organisasi Profesi dan Kemasyarakatan jika siapapun mendekati, bersahabat dan bersosial dengan antara Lain Ketua Tim Teknis Sarjana Penggerak beliau pernyataan singkat tersebut sangatlah tidak sesuai Pembangunan Desa (SP-3) Dinas Pemuda dan Olah dengan kebenaran konsep diri yang beliau miliki. Hal yang Raga Sumatera Utara 2008-2010, Wakil Ketua Urusan layak kita sematkan pada diri beliau adalah kebaikan hati, Pemberdayaan Kerja sama antar Lembaga (Federasi keramahtamahan dan kesantunan yang terealisasi dalam Olah Raga Masyarakat Indonesia Prov. Sumatera Utara) wujud asli yang dimiliki oleh penggerak kebenaran dan 2008-2012, Panitia Kerja Tetap Daerah dan Tim Penilai kebertanggungjawaban. Pemuda Pelopor Tingkat Prov. Sumatera Utara 2010, Lelaki bersahaja dan sabahat semua golongan ini Menjadi asesor bagi seritifikasi guru 2007 sd sekarang, Ketua Generasi Muda Mathla'ul Anwar SUMUT 2005 sd kelahiran Medan, 12 februari 1962 menikah dengan seorang perempuan yang baik hati dan kuat sekarang, Ketua Gerakan Rakyat Sadar Hukum kepercayaanya kepada suami, memiliki nama Julia Indonesia (GRASHI) 2003 sd sekarang, Direktur Lembaga Kajian Pelayanan Publik Sumatera Utara 2003 Chayanti Sitompul, S.H. telah dikarunia tiga orang anak dua putri dan satu putra, yang ketiganya sedang sd sekarang, Ketua Konsultan Pendidikan Indonesia ( menempuh pendidikan tinggi di Unimed dan USU Medan. KOPINDO) Tahun 2010 Sampai Sekarang, Ketua I
D
HUMAS UNIMED
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
ARTIKEL
35
PENYIARAN PUBLIK DAN PUBLIC SPHERE
Oleh Muhammad Surip, S.Pd. M.Si. Dosen FBS Unimed Pendahuluan Mengapa kita berkomunikasi ? Apa fungsi komunikasi bagi manusia ? Pertanyaan ini begitu luas, bisa dilihat dari berbagai sudut pandang. Sehingga tidak mudah bagi kita untuk menjawabnya. Apalagi kalau pertanyaanya kita lebih fokuskan seperti, mengapa kita berkomunikasi ? cara-cara seperti apa yang menjadikan komunikasi menjadi efektif, dsb. Jika kita cermati lebih lanjut, pertanyaan tersebut merupakan dasar ketika kita akan mendalami proses komunikasi antar manusia. Baik itu komunikasi yang bersifat langsung, interpersonal maupun komunikasi yang menggunakan media, baik media komunikasi interpersonal dan media massa. Kata Kunci: Media massa, Ideologi, Hegemoni. Penyiaran Publik Sebelum masuk ke istilah penyiaran publik, lebih baik mendefinisikan terlebih dahulu kata publik sejauh dimungkinkan. Kata publik, ketika membicarakan pada tingkat lembaga penyiaran publik, secara umum dilekatkan dalam konteks 'warga negara (citizens) dengan hak-haknya. Menjadi warga negara dan mendapatkan hak-haknya adalah konsekwensi logis secara hukum (juga konsekwensi politis, administratif, dll) dari kontrak sosial bersama, yang melahirkan negara berikut dengan; wilayah negara, warga negara, dan pemerintahan, serta atribut lainya dari negara tersebut. Misalnya penggunaan publik yang dilekatkan pada transportasi publik, pelayanan publik, dll. Secara khusus, publik dalam istilah penyiaran publik sebagaimana yang disebut oleh Efendi Ghazali dalam 'Penyiaran Publik dan Penyiaran Komunitas Alternatif tapi Mutlak', bahwa kata publik diposisikan sekaligus dalam dua (2) pengertian yakni sebagai khalayak (pemirsa atau pendengar) dan sebagai partisipan yang aktif. Pemahaman ini terkait dengan kebebasan menyatakan pendapat, hak untuk mendapatkan informasi, serta upaya pemberdayaan masyarakat dalam proses menuju masyarakat madani. Philip Savage, Manager of Coverage and Regulatory Affair, CBC (Radio Kanada) mengatakan bahwa yang dikenal dengan penyiaran publik yaitu; 'A public broadcaster attemps to inform, antertain, and enligten the citizens of the country as citizens first and foremost, that is as active participants in the social, cultural, economic, and political life iof Canada'. Eric Barendt (dalam Mendel, 2000) membuat definisi tentang media penyiaran publik (public service broadcasting) sebagai media yang: 1) tersedia (available) secara general-geographis, 2) memiliki concern terhadap identitas dan kultur nasional, 3) bersifat independen, baik dari kepentingan negara maupun kepentingan komersil, 4) memiliki imparsialitas program, 5) memiliki ragam varietas program, dan 6) pembiayaannya dibebankan kepada pengguna media. Definisi tersebut mengandaikan bahwa penyiaran publik dibangun didasarkan pada kepentingan, aspirasi, gagasan publik yang dibuat berdasarkan swadaya dan swamandiri dari masyarakat atau publik pengguna dan
pemetik manfaat penyiaran publik. Oleh karena itu, ketika penyiaran publik dibangun bersama atas partisipasi publik, maka fungsi dan nilai kegunaan penyiaran publik tentunya ditujukan bagi berbagai kepentingan dan aspirasi publik. Sendjaja (2001, h.1) yang terinspirasi oleh Harol D. Lasswell (1946), telah menguraikan beberapa fungsi sosial dari lembaga penyiaran publik. Pertama , sebagai pengawas sosial ( social surveillance). Yaitu merujuk pada upaya penyebaran informasi dan interpretasi yang objektif mengenai berbagai peristiwa yang terjadi di dalam dan di luar lingkungan sosial dengan tujuan kontrol sosial agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Kedua, Korelasi sosial (social correlation). Merujuk pada upaya pemberian interpretasi dan informasi yang menghubungkan satu kelompok sosial dengan kelompok sosial lainnya atau antara satu pandangan dengan pandangan lainnya dengan tujuan mencapai konsensus. Konsensus sosial ini biasanya untuk memperkuat rasa identitas dari berbagai kelompok untuk menjadi satu kekuatan besar bersama. Dan Ketiga , Sosialisasi (socialization). Merujuk pada upaya pewarisan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi lainnya, atau dari satu kelompok ke kelompok lainnya. Nilai-nilai kearifan masyarakat lokal harus terus dijaga dan dibentengi dari 'serbuan' nilai-nilai modern yang ditampilkan melalui institusi-institusi produksi. Selanjutnya menurut Ashadi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk kehadiran media penyiaran publik di Indonesia. Pertama, telekomunikasi sebagai basis material. Keberadaan media penyiaran publik bertumpu pada ranah (domain) telekomunikasi, yaitu fasilitas transmisi signal. Setiap transmisi menggunakan jalur telekomunikasi berupa gelombang elektromagnetik yang 'dikuasai' negara. Regulasi penyiaran publik harus menjamin pengelolaan spektrum gelombang tersebut dalam bingkai penguatan publik. Kedua, orientasi fungsi publik sebagai basis kultural. Basis kultural dari keberadaan media penyiaran publik sebagai institusi publik ditentukan oleh nilai bersama yang menjadi dasar keberadaannya. Nilai dasar ini mulai dari ketentuan hukum, kebijakan negara, serta konsensus yang tumbuh di lingkungan masyarakat tentang orientasi dan fungsi sosial-kultural yang harus dijalankan oleh media
HUMAS UNIMED
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
36
penyiaran publik. nilai bersama ini diharapkan dirumuskan oleh kaum profesional penyiran publik sebagai titik awal dalam penghayatan atas orientasi fungsional kelembagaan. Ketiga, sistem jaringan publik. Sistem penyiaran publik pada dasarnya berupa ranah jaringan (networks) penyiaran dan stasiun penyiaran. Masing-masing ranah ini dapat memiliki pola orientasi fungsional yang spesifik, serta pola hubungan institusional satu sama lain. Rumusan kedua macam pola ini diperlukan sebagai dasar sistemik kelembagaan penyiaran publik. Keberadaan media penyiran publik juga ditentukan oleh dukungan sosial dan finansial. Secara kongkrit dukungan ini diwujudkan melalui adanya stake-holder yang berfungsi untuk mendorong dan mengawasi jalannya fungsi kultural penyiaran publik, dan memberi dukungan sistem finansial beroperasinya penyiaran publik. Keempat, adanya code of conduct profesi dan institusi. Code of conduct dimaksudkan untuk memelihara standar profesi. Biasanya mencakup visi dan misi yang menjadi landasan dari seluruh standar tindakan dan nilai hasil kerja kaum prefesional, bertolak dari sikap terhadap masyarakat, dan pemaknaan atas hasil kerja dalam konteks sosial. Pemaknaan hasil kerja dalam konteks sosial ini perlu ditempatkan dalam konteks makna sosial dari media penyiaran publik. Sebagai acuan standar tindakan profesional dan hasil kerjanya suatu institusi memiliki dua sisi, eksternal untuk menjaga makna sosial dari media massa, dan internal sebagai dasar dalam penilaian (evaluasi) profesional sebagai bagian dalam sistem manejemen personalia. Dan kelima, sistem kontrol fungsi publik. Untuk menjaga agar suatu institusi dapat berjalan dalam penyelenggaraan yang bersih, perlu dijunjung tinggi prinsip akuntabilitas terhadap stake-holder khususnya dan publik umumnya. Akuntabilitas memiliki dua sisi, menyangkut parameter akuntabilitas akuntasi dan menyangkut prinsip akuntabilitas sosial untuk menjaga orientasi fungsionalnya kepada publik. Jika pertanggungjawaban akuntansi melalui lembaga audit (publik maupun negara), maka akuntabilitas sosial perlu dipertanggung-jawabkan kepada stake-holder dan lembaga yang relevan. Lewat akuntabilitas sosial ini kontrol atas fungsi publik yang harus dijalankan oleh media penyiaran publik dapat berjalan. Debat Public Sphere. Konsep mengenai public sphere dipicu pertama kali oleh tulisan Jurgen Habermas yang berjudul The Public Sphere pada tahun 1962. Dalam esai tersebut, Habermas mau mengatakan tentang terdapatnya sebuah wilayah sosial yang terbuka, bebas dari sensor dan dominasi. Wilayah itu disebutnya sebagai “public sphere'. Yaitu semua wilayah yang memungkinkan kehidupan sosial manusia membentuk opini publik yang relatif bebas. Penekanannya mengenai pembentukan kepekaan kemasyarakatan (sense of public), sebagai praktek sosial yang melekat secara budaya. Orang-orang yang terlibat di dalam percakapan public sphere adalah orang-orang privat, bukan orang dengan kepentingan bisnis atau profesional, bukan pejabat atau politikus, yang memiliki kebebasan dalam menyatakan pendapatnya. Dalam pandangan Habermas, ia mengangkat konsep public sphere berdasarkan pada istilah-istilah yang ada dan berkembang dalam tradisi Eropa. Misalnya tentang
HUMAS UNIMED
ARTIKEL coffe house (Inggris), salon (Prancis), dan tichgesllschaften (Jerman) pada abad ke-19 dan 20. Istilah-istilah yang digunakan dalam membangun konsep public sphere. Maka selanjutnya, public sphere Habermas dikenal sebagai public sphere borjuis. Sebab, tempat-tempat tersebut seringkali dijadikan sebagai sarana berkumpul para aristokrat kerajaan. Dimana mereka secara tatap muka berdiskusi dan berdialog dalam kerangka kepentingan sosial yang lebih luas untuk mengubah hubungan antara kelas aristokrat dengan kelas bisnis. Dengan demikian, public sphere bersifat independen terhadap gereja dan negara dan terbuka untuk semua manusia. Apa yang ditampilkan Habermas tentang public sphere borjuis baik Salon, Coffe House, dan Tichgesllschaften secara filosofis dan institusional memiliki kesamaan dalam beberapa hal. Pertama, baik Salon, Coffe House, dan Tichgesllschaften sama-sama melihat kesetaraan sebagai manusia dalam kontek berkomunikasi dan berbagi informasi melalui tradisi dialog. Dalam diskusi tersebut mereka melepaskan diri dari berbagi atribut sosial dan budaya serta kepentingan ekonomi tertentu. Dalam arti tertentu, masing-masing mereka berfungsi sebagai pendidik. Kedua , diskusi dalam konteks public sphere mengandaikan proses mempermasalahkan kawasankawasan atau bidang-bidang yang ada pada masa selanjutnya tidak dipertanyakan. Masalah tersebut adalah produk budaya (seperti kesenian dan sastra) menjadi komoditas yang bersifat profan. Dalam konteks kritik kesenian muncul peran baru yakni kritikus seni (yang mewakili publik sekaligus pendidik) selanjutnya peran ini digantikan oleh periodicals essay yang merupakan jurnal kritis dari diskusi kelompok cafe kopi. Peran ini muncul pada abad ke-18 yang pada saat itu muncul pandangan bahwa filosofi, kesenian, dan sastra kritis yang dapat mencerahkan proses kehidupan. Dan ketiga, sama halnya dengan proses perubahan budaya menjadi komoditas, public sphere pada dasarnya bersifat inklusif. Para peserta diskusi senantiasa mengaitkan dengan kepentingan masyarakat yang lebih luas dan objek yang didiskusikan dapat diakses oleh siapa saja. Public sphere borjuis memang berkembang dari sistem feodal yang menolak prinsip-prinsip diskusi publik terbuka pada masalah-masalah universal. Walaupun telah eksis public sphere pada zaman Yunani kuno, namun tidak sampai abad ke-7 dan ke-8 Eropa, bersama perkembangan kapitalisme, public sphere diasumsikan sebagai bentuk yang lebih berbeda. Dalam konteks ini, negara dipisahkan dengan domain publik. Dimana negara dengan perangkat kekuasaanya cenderung bersikap 'keras' terhadap domain publik. Pada tingkatan ini mendorong lahirnya celah public sphere di antara masyarakat sendiri. Dimana tujuan utama dari public sphere tersebut adalah menjadikan orang-orang mampu untuk merefleksikan dirinya secara kritis dan dalam praktekpraktek negara, baik secara sosial, politik, ekonomi, ataupun kebudayaan. Walaupun memang, jika ditelusuri lebih jauh konsep public sphere Habermas berawal dari kalangan borjuis laki-laki, bangsawan dan intelektual. Dalam konteks ini, mereka secara sadar dan rasional bertemu untuk mendiskusikan karya-karya sastra. Sementara percakapanpercakapan ini terus didasarkan pada praktek-praktek ekslusi, bagi Habermas paling tidak praktek itu menahan keberadaan tertentu. Lebih jauh menurut Habermas, perbincangan kritis yang potensial dalam public sphere
ARTIKEL sesungguhnya ditopang oleh tiga alasan utama. Tiga alasan ini berdasarkan realitas historis yang berlaku pada saat keadaan Eropa masa itu dimana Habermas mengambil konsep public sphere borjuis. Pertama, hubungan sosial yang akhirnya berubah dari kritik sastra kepada kritik politik membuka jarak sosial dimana argumen terkuat dinyatakan melawan status quo. Kedua, area debat sosial yang tertutup di bawah feodalisme telah kehilangan aura yang telah diberikan oleh gereja dan istana dan menjadi dipermasalahkan melalui percakapan yang tidak memandang status peserta. Dan ketiga, Habermas berpendapat bahwa pertemuanpertemuan yang terjadi di Eropa di salon-salon dan coffe house, terutama tahun 1680-1730, bersifat inklusif dan ekslusif. Karena sifat keterbukaan yang dibangun dari model public sphere borjuis-nya Habermas, tentunya terdapat syarat-syarat yang memungkinkan orang-orang untuk dapat berpartisipasi ambil bagian dalam dialog-dialog tersebut. Pada mula lahirnya masih sangat dibatasi, sebab faktor klaim yang dibuat adalah bahwa aktivitas ini membentuk “mouthpiece' terhadap publik. Habermas berpendapat bahwa sementara “publik” masih kecil, prinsip-prinsip universalitas mulai diterima; mereka yang memenuhi kriteria rasional, laki-laki dan sifatnya bermanfaat bagi dirinya, melalui partisipasi aktif, dalam public sphere . Melalui prinsip publisitas, dia berpendapat, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa penggunaan pemikiran publik menjadi superior terhadap manfaat privatnya. Pencarian kebenaran melalui dimensi intersubjektif yang merefleksikan baik dalam civil society maupun negara. Menurut Habermas, memungkinkan adanya perbedaan untuk mereformasi hubungan kekuatan yang asimetris. Kelas laki-laki kapitalis yang dominan menjaga posisi hegemoni melalui praktekpraktek eksklusi, sementara secara bersamaan menyediakan latar budaya untuk mengkritik. Pelayanan publik. Model pelayanan publik (public service) dinilai telah gagal dalam usaha mengemban dua fungsi media dalam ranah public sphere. Dua fungsi tersebut yaitu mengumpulkan dan menyebarluaskan informasi (peran jurnalis) dan menyediakan forum publik untuk melakukan debat (peran politikus). Jurnalis dalam persoalan pelayanan publik menjalankan dua fungsi tersebut atas nama publik di bawah aturan keseimbangan dan objektivitas yang tinggi. Kondisi ini menimbulkan kontradiksi.Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan adanya struktur kebebasan informasi, jurnalis yang terlatih dan profesional, struktur ketentuan pelayanan publik, nilai-nilai profesionalitas, akses yang terbuka bagi keahlian-keahlian sosial, dan juga oleh struktur bertanggung-gugat publik. Untuk menjamin keberlangsungan dan keberagaman informasi bagi ranah publik, debat politik haruslah bersifat sangat politik dengan memberikan akses pada partai politik serta gerakan sosial di publik untuk tampil melalui media. Saat ini, siaran pelayanan publik cenderung menjauhkan diri dari sifat politik konsumerisme dengan cara mempertentangkan siaran dengan politikus. Politikus dikritik dan dilihat sebagai pengintervensi dan pengendali siaran. Penurunan partai politik dalam media menjadi masalah karena dalam masyarakat terpisah oleh konflik kepentingan, kepentingan rasionalis dan universalis. Bagaimanapun juga keterlibatan politik tidak bisa dihindari karena untuk mengangkat berbagai isu seperti gerakan perempuan adalah tidak mungkin tanpa
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
37
mengkaitkan dengan tujuan ekonomi sosial dalam struktur dan program umum dari prioritas politik. Universalisme dan public sphere internasional. Kekuatan konsep public sphere berkenaan dengan pelayanan publik bersifat universalisme. Dalam arti bahwa adanya lingkup struktur keputusan politik sama batasnya dalam lingkup kekuasaan yang dikontrolnya. Dengan demikian, pelayanan umum di tingkat nasional hendaknya menjangkau seluruh warga negara untuk dapat berpartisipasi dalam debat publik dan juga hendaknya memasukan sebanyak mungkin ragam pandangan yang relevan. Masalah hubungan antara saluran komunikasi dan kekuasaan politik menjadi masalah apabila dilihat dalam aspek transnasional perkembangan media. Kesulitan membangun public sphere di tingkat nasional akan mudah dikalahkan oleh perkembangan public sphere di tingkat internasional. Di samping itu, munculnya kecenderungankecenderungan terjadinya internasionalisasi media sebagai ancaman lebih lanjut dari model pelayanan publik yang ideal. Internasionalisasi media yang berupa kepemilikan media, pengendalian dan isi menjadi tidak secara koheren bisa mewujudkan internasionalisasi publik, atau publik nasional sebagaimana yang dilakukan oleh BBC di Inggris. Sebab, agenda umum publik belum didominasi oleh kejadian-kejadian internasional yang bisa menyatukan proyek identifikasi khalayak internasional sebagai bagian atau anggota dari publik internasional. Di samping itu juga tidak mampu menyatukan perasaan, emosi bahkan pikiran publik secara nyata. Dalam konteks ini, Garnham melakukan identifikasi terhadap kecenderungan-kecenderungan yang mengarah pada inter-nasionalisai media sebagai ancaman lebih lanjut model pelayanan publik yang ideal. Dan model pengamatan ini menekankan kontradiksi bahwa pemilikan media, pengendalian dan isi menjadi semakin menginternasional tetapi tidak dapat diartikan sudah menciptakan publik internasional atau publik nasional seperti halnya BBC di Inggris. Agenda umum publik belum didominasi oleh kejadian-kejadian internasional yang dapat menyatukan identifikasi khalayak internasional sebagai anggota dari publik. Juga mereka tidak dapat membentuk perasaan internasional yang tepat dan koheren. Debat Penyiaran Publik dan Public Sphere Habermas Dengan demikian, tentunya media massa yang didalamnya termasuk adalah penyiaran publik berorientasi pada penyiaran yang mengusung nilai-nilai lokal dan kepentingan-kepentingan masyarakat lokal. Habermas berpendapat bahwa pada awalnya media dibentuk dan menjadi bagian integral dari public sphere tetapi kemudian dikomersialkan menjadi komoditas (comodified) melalui distribusi secara massal dan menjual khalayak massa untuk perusahaan periklanan, sehingga media jauh dari perannya semula sebagai public sphere. Dalam konteks ini, sebenarnya Habermas menolak prinsip-prinsip atau mekanisme yang dibangun dalam media massa yang terwadahi sebagai lembaga penyiaran publik. Dalam pandangan Habermas, media massa penyiaran komersial telah menyebabkan informasi sebagai komoditas dan jauh dari kepentingan publik secara luas. Media penyiaran komersial dalam arti tertentu tidak dapat menjadi sarana terbangunya wialyah publik secara adil, terbuka dan demokratis sebagaimana yang dimuat dalam konsep public sphere. Hal ini memang karena Habermas mengandaikan media massa sebagai media sebagaimana idealnya public sphere. Dan teori ini yang pad akhirnya dikritik oleh (lihat
HUMAS UNIMED
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
38
Thompson, 1983). Bagi Thomson, konsep Habermas tersebut terlalu mengidealisasikan dan meromantisir dunia yang sangat elit dan dunia laki-laki, juga terlalu menekankan pers kelas pekerja yang radikal (Curran dan Seaton, 1983). Dengan demikian, Habermas juga terlalu pesimistik dalam menilai kemajuan media massa. Koran, radio, televisi pada masa itu jelas mengadakan forum untuk diskusi mengenai isue-isue yang menjadi perhatian umum. Diskusi tersebut melibatkan orang-orang berpengetahuan, tertarik dan dapat berbicara mewakili kepentingan sosial yang lebih luas dan yang mempunyai potensial pengaruh politik. Habermas juga terlalu memberikan perhatian berlebih pada berita politik dalam public sphere dan membesar-besarkan kecurangan-kecurangan yang ditimbulkan komersialisasi media massa pada abad 19 dan 20-an. Dimana nilai-nilai tersebut telah ditinggalkan sedemikian rupa oleh lemabag penyiaran yang bersifat komersial (swasta). Lalu bagaimana dengan penyiaran publik? Apakah habermas sependapat dengan konsep yang ditawarkan dalam penyiaran publik? Dan apakah penyiaran publik dalam arti tertentu merupakan wadah dari public sphere? Atau dalam pengertian lain penyiaran publik merupakan sarana media yang dianggap dapat menjadi dan membangun public sphere saat ini? Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Habermas tidak secara eksplisit menyebut adanya atau terdapatnya istilah penyiaran publik dalam konteks public sphere. Akan tetapi, nilai-nilai dan konsep yang dibangun dalam konteks penyiaran publik yang lebih menekankan kepada kepentingan dan aspirasi publik sejalan dengan apa yang disebut habermas sebagai public sphere. Mengapa demikian, sebab menurut Habermas public sphere merupakan celah ruang diantara negara (state), dan civil society, dimana setiap warga negara bisa melibatkan diri dalam diskursus tentang masalah bersama dan untuk mengontrol negara dan pasar. Celah tersebut dapat diisi dan diperankan oleh media massa yang berfungsi kepublikan (bc; lembaga penyiaran publik) sebagai lembaga yang memasok dan menyebarluaskan informasi yang diperlukan untuk penentuan sikap dalam masyarakat. Dalam konteks ini, penyiaran publik juga memfasilitasi pembentukan opini publik dengan menempatkan dirinya sebagai wadah independen untuk perdebatan publik, menyangkut isu ekonomi, politik, sosial, dan budaya.. Masalahnya adalah, adakah media yang murni memerankan kekuatan publik tersebut dan terbebaskan dari pengaruh sistem negara dan sistem pasar. Lebih-lebih pada sebuah sistem politik yang anti demokrasi dan pada kondisi ekonomi pasar bebas yang ditopang oleh sistem kapitalis, dapatkah media bersikap independen ? Jawabannya, paling tidak penyiaran publik menjadi alternatif dalam membangun public sphere ideal sebagaimana yang hendak dibangun dan dikonsepkan dalam public sphere. Sebab, jika berharap pada media massa komersial tentunya hal itu sangat sulit sekali dalam menciiptakan public sphere. Hal itu dikarenakan, lembaga penyiaran komersial telah meninggalkan fungsinya sebagai penyiaran edukasi yang berpihak pada publik dan public sphere. Karena telah meninggalkan nilai-nilai yang melekat pada penyiaran publik dan urgensi dari public sphere, yaitu sebagaimana yang disebut oleh Denis McQuail, dalam Senjaja (2001, h.3) adalah faktor idependensi, solidaritas, keanekaragaman (opini dan
HUMAS UNIMED
ARTIKEL akses), objektivitas dan kualitas informasi. Mengapa demikian, sebab secara filosofis, urgensi kehadiran media penyiaran publik berangkat dari kehidupan publik yang dilihat dari posisi sebagai warga masyarakat hanya dalam dua ranah, yaitu dalam lingkup kekuasaan dan lingkup pasar. Padahal, masyarakat memiliki ruang tersendiri unutk berapresiasi, berkarya, berpendapat, dan bersikap terhadap realitas yang ada di sekelilingnya. Oleh karena itu, munculnya pandangan dikotomis yang mengabaikan peran dan posisi warga negara dalam kontek hubungan sosial dan bernegara telah mengabaikan adanya kenyataan tentang ranah publik yang diharapkan dapat menjadi zona bebas dan netral yang di dalamnya berlangsung dinamika kehidupan yang bersih dari kekuasaan dan pasar. Habermas menyebut ranah ini sebagai ranah publik (public sphere). Oleh karena itu, untuk menjelaskan hal tersebut, menurut Habermas (dalam Barret, 1995, h, 239-240), yang menyebut tentang awal dibentuknya media. Menurutnya, pada awalnya media dibentuk dan menjadi bagian integral dari public sphere tetapi kemudian dikomersilkan menjadi komoditi (commodified) melalui distribusi secara massal dan menjual khalayak massa ke perusahaan periklanan, sehingga media menjauh dari peran public sphere. Kondisi tersebut yang menyebabkan kenapa Habermas berpendapat media komersial jauh dari nilai-nilai public sphere. Nah, dalam konteks ini penyiaran publik menjadi alternatif yang secara implisit mengandung ajaran public sphere. Pada saat yang sama, Ashadi (2001, h.3) mengatakan bahwa civil society dapat diwujudkan antara lain dimulai dari paradigma yang menggerakkan dinamika kehidupan publik yang berbasis nilai kultural. Nilai kultural ini merupakan pemaknaan atas setiap kegiatan dalam ranah publik. Ini dapat dilihat melalui dominasi dan monopoli yang dilakukan oleh pihak kekuasaan dan pasar harus dijauhkan dari kehidupan publik, dan secara positif membangun otonomi dan independensi institusi sosial. Maka, membangun civil society pada dasarnya adalah membalik arus utama yang tadinya 'dari kekuasaan negara dan pasar ke warga', menjadi ' dari warga ke kekuasaan nagara dan pasar'. Dan ini dapat dilakukan melalui penyiaran publik. Penyiaran publik yang secara relatif dapat mengakomodir public sphere yang di dalamnya memiliki otonomi dan independensi. Juga memfasilitasi berlangsungnya kegiatan kultural dalam berbagai aspek kehidupan fungsional. Penyiaran publik sebagai publik sphere diharapkan menjadi format baru kehidupan publik yang dapat mengakomodasi berbagai kepentingan publik menjadi visi bersama dalam penyelenggaraan kehidupan publik secara terhormat dan demokratis. Dalam konteks reformasi kekinian, mestinya terbuka peluang untuk membangun format baru atas keberadaan media penyiaran pemerintah (RRI/TVRI) menjadi institusi otonom dan independen yang menjalankan fungsi kultural dalam ranah publik (baca: media penyiaran publik). Dalam kerangka pencapaian ruang publik yang berbasis pada pemenuhakhak-hak publik dalam mengakses, menerima, dan memberikan informasi secara terbuka dan bertanggungjawab. Menurut pengamatan Keane, media publik memberikan kesempatan kesempatan berbicara dan didengarkan secara tidak merata di antara para pembaca. Mereka mengandalkan casting profesional atau orang-orang yang menjadi 'langganan' yang ditunjuk sendiri oleh media untuk berbicara mewakili umum. Murdock mengacu kepada
ARTIKEL kegagalan siaran publik dalam mengikuti langkah diskursus sosial politik yang meningkat dengan cepat. Sistem demokratis di tingkat nasional yang bertanggungjawab memerlukan sistem media yang mempunyai batas yang sama yang dapat menghasilkan diskusi-diskusi isueisue publik yang tidak berkaitan dengan kepentingan partisan. Oleh karena itu, dalam industri media perlindungan paling efektif adalah dengan monopoli publik yang dilindungi negara, yang didasarkan pada prinsip perlindungan trehadap baranag umum, yang walaupun keliru dapat menyadarkan kepada pentingnya implikasi perluasan pasar bebas. Keane berpendapat keberagaman komunikasi media komunikasi nonpemerintah dan penciptaan badan-badan pengaturan yang supranasional dan bertanggung-gugat secara politis dan pemberian tanggung-jawab kepada koorporasi media yang besar dapat memperbaiki model pelayanan publik. Currant (1991) mengusulkan model campuran televisi publik ini dengan sektor swasta, profesional, sosial, dan sipil. Dalam tahap demikian, Habermas menyebut sebagai sebuah kondisi yang menyebabkan kemunduran dari public sphere. Menurut Habermas penurunan tersebut karena perubahan media, dalam arti media dari milik publik menjadi komersial sebagaimana yang terjjadi di masa sekarang. Sedangkan, menurut Phillip Elliot dikatakan bahwa penyebabnya adalah komersialisasi masyarakat secara umum, dan peningkatan pasar karena kebijakan Reagen dan Teacher yang lebih menentukan hubungan antara provider dengan konsumen dari barang dan jasa. Yang utama, dalam melihat persoalan di atas terutama menyangkut keterkaitan konsep penyiaran publik dalam kaitannya dengan pembentukan public sphere ideal sebagaimana yang disebut oleh Habermas, tentunya memiliki beberapa kekurangan-kekurangan. Akan tetapi, konsep Habermas tentang public sphere tentunya juga memiliki kelebihan-kelebihan. Kelebihan tersebut antara lain; pertama, Kebenaran (authenticity) sosiologis yang mengesankan dan menggambarkan kelangkaan karya yang setara untuk media lain, dalam konteks dan sejarah yang berbeda. Kedua, memberikan pengaruh kuat pada massa glasnost diikuti oleh tumbangnya Uni Soviyet dan Eropa Timur. Ketiga, Inspirasi kebijakan Reagen dan Teacher dan difusi dan penerapan tersebut pada birokrasi umum dengan maksud untuk merevitalisasi dan memperkuat ideologi kapitalis dan praktek kapitalis menimbulkan suatu kondisi 'menantang' analisis oposisional radikal, dan pada saat yang sama kondisi tersebut memperlemah legitimasi dan kesempatan menggunakan analisis tersebut. Keempat, kepentingan praktis penelitian untuk membantu mendefinisikan ulang dan mengatur peranan media di timur, bersamaan dengan kepentingan barat berkenaan dengan konsekwensi-konsekwensi swastanisasi media publik dan komersialisasi yang lebih intensif pada media swasta. Dan kelima, Keuntungan politis bagi para intelektual media untuk membangun dialog dengan dunia dalam kehidupan akademis. Murdock mengusulkan prinsip-prinsip mendasar yakni kebutuhan akses terhadap informasi, nasehat dan analisis yang memungkinkan mereka untuk mengetahui apa hak pribadi mereka dan mengusahakannya secara efektif; akses terhadap beragam informasi, debat pada
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
39
bidang-bidang yang melibatkan pilihan-pilihan politik publik; fasilitas untuk mengenali diri dan aspirasi mereka dalam representasi dan pembentukannya dalam media. Media publik memberikan lisensi untuk berbicara dan mendengar secara tidak adil, karena pembicara ditunjuk dan belum tentu mewakili kepentingan publik. Jadi, untuk menguatkan penyiaran publik sebagai model dari pelayanan publik (the public service models) yang dapat menguatkan bangunan public sphere tentunya harus melakukan hal-hal yang dapat mendukung keberlangsungan model pelaynaan publik yang dimaksud. Sehingga, cita-cita tentang public sphere sebagaimana yang disebut oleh Habermas dapat terealisasikan. Konsep ini lahir dari pandangan Nicholas Garnham, pertama, melakukan pengandaian dan usaha-usahanya untuk mengem-bangkan praktek-praktek dalam serangkaian hubungan-hubungan sosial yang lebih bersifat politik daripada ekonomi. Dan kedua, pada saat yang sama berusaha memisahkan diri dari pengendalian negara (pengendalian politik). Oleh karena itu, yang paling utama adalah mengembalikan masyarakat sebagai manusia politik karena relasi sosial yang ada telah dibentuk oleh ideologi konsumerisme dengan mengajukan isue-isue ekonomi dan politik, pelayanan publik, dan perantara pengetahuan (knowledege broking), pelayanan publik dan partai, pelayanan umum, universalisme dan public sphere internasional. Dalam konteks ini sesungguhnya public sphere akan dapat terwujud, memang tidak sebagaimana yang disebut Habermas sebagai public sphere borjuis. Namun demikian, cita-cita dari public sphere Habermas dapat terwujud melalui pembentukan penyiaran publik di beberapa tempat yang dapat menjadai sarana diskusi publik dalam persoalan-persoalan sosial, politik, dan sebagainya. Kepustakaan Baran, Stanley J., 2000, Mass Communication Theory: Foundation, Ferment and Future, New York:Wadsworth Berry, David, (2000), Ethic and Media Culture, Oxford: Focal Press Chris. Eds (1995), Approach to Media Reader, New York; Arnold. Curran and Gurevitch (eds), 1991, Mass Media and Society, London:Edward Arnold. Habermas, J, 1989, Institution of the Public Sphere. In Boyd Barrtet, Oliver and Newbold, Chris. Eds (1995), Approach to Media Reader, New York; Arnold. Hardiman, F. Budi, Menuju Masyarakat Komunikatif, Ilmu Masyarakat dan Posmodern menurut Jurgen Habermas, (1993), Yogyakarta, Penerbit Kanisius. Garnham, Nicholas, The Media and The Public Sphere. In Boyd Barrtet, Oliver and Newbold, Chris. Eds (1995), Approach to Media Reader, New York; Arnold. Elliot, Phillip, Intelectuals in the Information society and the dissappearence of the Public Sphere. In Boyd Barrtet, Oliver and Newbold, Chris. Eds (1995), Approach to Media Reader, New York; Arnold. Senjaja, S. Djuarsa dan Ashadi Siregar, (2001), Kumpulan Makalah Seminar Televisi Publik, Yogyakarta: UGM Stevensen, Nick, Understanding Media Cultures, SocialTheory and Mass Communication, 1995 sage Publication, London
HUMAS UNIMED
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
40
ARTIKEL Globalisasi Media dan Hegemoni
Oleh Hendra Kurnia Pulungan, S.Sos., M.I.Kom. Dosen FBS Unimed
Pendahuluan Proses globalisasi sering dikaitkan dengan arus informasi dan perkembangan teknologi. Hadirnya media ditengah-tengah masyarakat yang berkembang secara tidak langsung memberikan gambaran tentang perkembangan sebuah bangsa. Media penyiaran elektronik dan cetak memberikan potensi dampak informasi kepada semua lapisan masyarakat. Media massa mempunyai ruang yang cukup besar untuk memberikan layanan publik atas kebutuhan informasi, hiburan dan pendidikan. Globalisasi media merupakan subuah proses alamiah, sehingga dalam konteks globalisasi media sering dikaitkan dengan globalisasi budaya. Sehingga kekhawatiran akan lunturnya nilai-nilai budaya dan paham kebangsaan serta nasionalisme selalu muncul sejalan dengan perkembangan media, tetapi dibalik itu semua ketergantungan akan media juga besar. Dengan demikian globalisasi media adalah sesuatu yang tidak biasa terelakkan oleh setiap bangsa, namun yang menjadi pertayaan adalah bagaimana kita menyikapi dan merasakan seberapa besar dampak globalisasi media terhadap budaya masyarakat Indonesia.
Globalisasi Media Budaya menonton televisi sangat kental bagi masyarakat kita. Kehadiran televisi adalah wajar bagi ruang kehidupan yang telah maju (modern). Namun, mengapa televisi sangat mempengaruhi pola hidup manusia? Bahkan, tanpa kita sadari acara televisi dapat membawa pada pergeseran budaya. Berkembangnya stasiun televisi membuat semakin ketatnya persaingan tayangan acara pada setiap stasiun televisi. Bahkan tidak sedikit dari pemerhati televisi bahkan masyarakat awam yang mengeluhkan kualitas isi yang tidak mendidik bahkan merusak masyarakat. Tayangan kekerasan, kriminal, mistik, porno, pelecehan, mendominasi media massa kita. Hal ini juga berdampak pada media cetak yang menggunakan headline surat kabar dengan bahasa Indonesia asalasalan, tampilan presenter yang yang di bawah standar. Secara apriori kita bisa mengatakan bahwa hadirnya televisi tidak menjadi masalah, tetapi tampilantampilan yang ada di dalamnya, sangat krusial bagi masyarakat. Melalui potongan-potongan gambar yang dianggap global itulah, masyarakat terhipnotis untuk mengikuti. Ada mode baru baik pakaian, otomotif bahkan tren pergaulan. Ada telenovela atau sinetron yang bisa menggosongkan masakan ibu-ibu di dapur dan lain-lain. Kita dapat mengambil salah satu contoh kasus globalisasi media massa dalam mengimpliflikasikan nilai-
HUMAS UNIMED
nilai budaya global bercorak hegemoni dari barat dapat dilihat dari salah satu acara tayangan pada salah satu stasiun televisi, yaitu pemutaran film Superman VI . Superman adalah merupakan kebudayaan barat, oleh karena itu mewakili budaya modern, ceritanya sangat dinamis. Penuturannya sudah diterjemahkan kedalam pelbagai bahasa termasuk bahasa Indonesia. Visualisasinya imajinatif, kaya warna, kaya ekspresi, terkesan lebih hidup, mendekati realitas keseharian dengan dilengkapi persenjataan super canggih, seperi persenjataan militer. Tayangan Superman dianggap lebih komunikatif dan pandai memilih waktu yang tepat untuk ditampilkan. Secara sadar atau tidak banyak sekali anal-anak di Indonesia yang menyukai sosok super hero yang berasal dari produk budaya barat ini. Bahkan dengan mudahnya kita mencari mainan anak-anak, merchandise dengan atribut Superman diperjual belikan. Sosok Superman juga sering ditiru pada anak-anak bangsa ini. Bentuk peniruan gaya dan tingkat laku dari pahlawan modern ini divisualisasikan dengan menggunakan kaos bersayap yang bergambar atau berlambang Superman. Hadirnya tayangan-tayangan produksi barat menggeser sosok super hero produksi Indonesia. Mitos Gatotkaca tak lagi dikenal oleh anak-anak bangsa ini, Gatotkaca merupakan mitos pahlawan Indonesia, dia bisa terbang dengan menggunakan medium kutang ontrokusumo, kebal terhadap segala senjata, bertulang baja dan berotot kawat. Hal ini menunjukkan ideologi dominan
ARTIKEL kapitalisme menjungkir balikan sikap dan persepsi masyarakat. Masyarakat sebagai konsumen tetap televisi senantiasi bersikap dan bergaya dengan bersandar pada 'citra' yang dibangun dari televisi. Hegemoni Ideologi sebagai suatu defenisi realitas yang kabur dan gambaran hubungan antar kelas, atau ”hubungan imajiner para indivudu dengan kondisi keberadaan mereka yang sebenarnya” (Althusser, dalam Mc.Quail, 1991: 66) tidaklah dominan dalam pengertian bahwa ideologi itu dipaksakan oleh kelas penguasa, tetapi merupakan pengaruh budaya yang disebarkan secara sadar dan dapat meresap , serta berperan dalam menginterpretasikan pengalaman tentang kenyataan. Proses interpretasi itu memang berlangsung tersembunyi (samar), tetapi terjadi secar terus-menerus. Menurut Hall (dalam Mc. Quail, 1991:66) mengatakan, Konsep dominasi, yang berarti pemaksaan kerangka pandangan secara langsung terhadap kelas yang lemah, melalui penggunaan kekuatan dan keharusan ideologis yang terang-terangan, belumlah cukup untuk menampung semuan kompleksitas permasalahan. Orang harus memahami bahwa dominasi berlangsung pada tahap sadar maupun tidak sadar. Dengan kata lain, orang harus melihatnya sebagai alat dari sistem hubungan yang terkait, bukannya sebagai upaya pilih-kasih para individu yang dilakukan secara sadar dan terang-terangan melalui penetapan peraturan dan pengecualian yang dinyatakan melalui bahasa dan wacana. Hegemoni sendiri bermakna dominasi dari sebuah ideologi yang salah atau pemikiran terhadap suatu kondisi sebenarnya. Sesungguhnya ideologi tidak disebabkan oleh sistem ekonomi tetapi tertanam di semua aktivitas masyarakat. Oleh karena itu, ideologi tidak dipaksakan oleh satu kelompok ke kelompok lainnya, akan tetapi meresap dan tertanam secara tidak disadari oleh masyarakat. Ideologi yang dominan mengekalkan keinginan kaum tertentu terhadap kelompok lain, dan media berperan penting dalam proses ini. Polemik bercorak hegemoni di Indonesia mempunyai dampak yang sangat besar bukan hanya nilai-nilai budaya yang terinflikasikan oleh media massa, tetapi juga telah merambah ke dalam pemikiran kaum akademisi dan intelektual Indonesia. Bagaimana tidak?, banyaknya pelajar atau mahasiswa yang menuntut ilmu di luar negeri lalu pulang dengan membawa pemahaman/pemikiran tentang cultural studies, dekonstruksi, post kolonial, dan lain-lain. Ini dijadikan tren pemikiran yang semakin lama semakin berkembang. Budaya meniru yang berkembang di dalam masyarakat kita membuat seringnya kita salah dalam mengupas
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
41
permasalahan lokal sendiri. Ini terlihat dari banyaknya kita belajar dan diajarkan tentang teori-teori yang sesungguhnya belum tercipta di Indonesia. Kadang kita menerapkan teori barat dengan konteks sosial Indonesia, sementara teori-teori itu muncul dari masalah sosial di luar wilayah kita sendiri. Seperti contoh, apakah sama mengupas masalah perempuan di Indonesia dengan di Eropa, tetapi kita selalu menggunakan teori-teori dengan pukul rata tanpa melihat perbedaaan karakter wilayah dan budaya yang ada. Ini menjadi pekerjaan yang tidak mudah para akademisi dan filsuf lokal untuk selalu memunculkan wacana lokal agar dapat mengimbangai arus pemikiran barat. Mengangkat wacana lokal bukan berarti kita menampilkan primordialisme, tetapi lebih menunjukkan sebuah identitas diri agar dapat menggali kembali khazanah pemikiran untuk menjadikan fondasi keberadaan sebuah entitas sosial masyarakat yang kaya akan budaya dan etnis. Pendekatan ekonomi politik Media Pada era globalisasi saat ini, imperialisme media meliputi dimensi ekonomi, ideologi, politik dan kultural. Disini media menjadi ajang bagi para produsen media untuk menggunakan modifikasi nilai-nilai yang layak diperjualbelikan dalam pasar yang kompetitif. Dapat dikatakan hal tersebut bersifat tendensius baik secara ekonomis maupun sosio-kultural. Media massa lewat televisi menundukkan masyarakat melalui kesepakatan semu (tidak memaksa dengan fisik) yang sebenarnya dirancang dalam ruang dominasi dan subordinasi. Akan halnya dengan iklan di televisi, khalayak didorong untuk menganggap diri mereka sebagai pasar, bukan publik, sebagai konsumen dan bukan warga. John Fiske (dalam Storey, 2007:30) berpendapat bahwa komoditas budaya – termasuk televisi – yang dari situ budaya tersebar dalam dua ekonomi sekaligus: ekonomi finansial dan ekonomi kultural. Ekonomi finansial terutama menaruh perhatian pada nilai tukar, sedangkan ekonomi kultural terutama berfokus pada nilai guna – ”makna, kesenangan, dan identitas sosial”. Hal ini menunjukkan ada interaksi yang kontinu diantara dua ekonomi yang terpisah namun terkait ini. Kita dapat mengambil contoh tayangan acara Dangdut Mania Dadakan yang hingga kini telah memasuki episode 4. Program ini dibuat oleh TPI untuk menarik kembali minat musik dangdut sebagai musik rakyat dan mencari penyayi yang berasal dari masyarakat umum. Selanjutnya produsen acara mencari sponsor dengan beberapa perusahaan pengiklan selama acara tersebut ditayangkan, ini merupakan bentuk dalam ekonomi finansial. Dalam bentuk ekonomi kultural, program ini menarik perhatian pemirsa televisi sebagai tontonan yang menghibur dan menyenangkan. Dengan waktu yang sama
HUMAS UNIMED
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
42
pemirsa televisi berubah menjadi komoditas (peserta acara dalam acara DMD), dan mengikuti audisi. Dari contoh di atas dapat kita pahami bahwa pola konsumsi media massa juga dibentuk oleh kerjasama “pengusaha” media dan pengusaha lain. maka masalah tidak hanya pada produksi dan distribusi suatu komoditas, tetapi juga ideologi komoditas yang bekerja dalam menghasilkan media. Pendekatan ekonomi politik tidak mempercayai hubungan sebabakibat terjadi secara linier, tetapi sesuatu terjadi karena hubungan yang kompleks. Berbicara pendekatan ekonomi Politik di media massa tak terlepas dari kritik yang terkait dengan kepemilikan media massa dan kontrol. Pendekatan politik ekomoni juga mengidentifikasi hubungan antara negara dan masyarakat media. Negara tidak dilihat sebagai netral tetapi sebagai forum yang besar yang memiliki kepentingan ekonomi excercise banyak kuasa dan pengaruh, paling tidak kuasa dan pengaruh melalui peraturan publik dan media pribadi. Ekonomi politik merupakan hubungan sebab dan akibat dengan merujuk pada konteks sosial ekonomi luas secara holistik. Isi media massa di tanah air tidak dapat terlepas dari siapa penguasa sumber-sumber produksi media massa. Ini dapat dilihat antara lain dari kepemilikian media massa, kepemilikan rumah produksi penghasil acara-acara televisi. Kepemilikan media massa di Indonesia dapat dilihat antara lain: Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), Metro TV, Media Indonesia, dimiliki oleh kelompok usaha Bimantara. Majalah Cosmopolitan, Cosmo Girl, Hard Rock FM dimiliki oleh kelompok usaha yang dikendalikan pengusaha Adiguna Sutowo. AN TV dimiliki kelompok usaha Bakrie. Indosiar dimiliki kelompok usaha Salim. Dari contoh-contoh ini, dapat disimpulkan bahwa pemilik media bukan orang orang yang berlatar belakang pendidikan media, tetapi pengusaha. Rumah Produksi yang memproduksi tayangan televisi terbanyak adalah kelompok Multivision Plus yang dikomandani Raam Punjabi. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa penguasa sumber- sumber media televisi adalah pengusaha. Ideologi dari aktivitas pengusaha adalah menjual sesuatu untuk mendapatkan profit/keuntungan. Tanpa keuntungan perusahaan akan ditutup. Jadi televisi adalah bisnis, pemilik televisi adalah pengusaha media. Karena tujuan usaha adalah mendatangkan profit, maka isi siaran media massa digunakan untuk menciptakan pasar bagi perusahaan yang menjalin kerja sama antara pengusaha media televisi dan pengusaha lainnya. Keduanya saling terkait dan tergantung satu dengan lainnya. Perusahaan pertelevisian memerlukan iklan untuk biaya servive dan
HUMAS UNIMED
ARTIKEL sebaliknya perusahaan produksi memerlukan media untuk memasarkan barang mereka. Ringkas kata, program televisi tunduk kepada pertimbangan ekonomi. Bahkan untuk televisi yang mengusung paradigma pendidikan sekaligus. Simpulan Globalisasi media berpengaruh besar kepada penyebaran budaya populer global dalam kaitannya dengan globalisasi budaya sekarang ini, asumsi globalisasi media merupakan salah satu sumber utama dalam mengenalkan budaya lain kepada masyarakat luas. Indikasi globalisasi media secara tidak sadar dapat mengikis identitas kebudayaan nasional suatu bangsa, dan menciptakan budaya baru yang lebih diterima oleh masyarakat secara majemuk. Khususnya Indonesia yang dikenal bangsa yang mempunyai banyak suku, tidak mampu menahan imbas globalisasi media dalam mempertahankan kebudayaan sendiri sebagai suatu identitas bangsa. Perkembangan dalam bidang informasi memacu setiap bangsa untuk hidup dalam modernisasi globalisasi media. Hal ini secara tidak langsung melibatkan aktifitas globalisasi budaya (masyarakat cenderung menikmati). Ini membuktikan masyarakat luas secara sadar ikut menikmati globalisasi. Khususnya globalisasi budaya, meskipun ada tantangan dari sejumlah masyarakat lainnya akan globalisasi budaya yang sampai sekarang masih terus berjalan. Dominasi ini menyebabkan ideologi hegemoni menyebar dan diserap masyarakat luas dan hidup dalam modernitas globalisasi. Sekarang ini masyarakat Indonesia mendapatkan serbuan yang sangat kuat dari berbagai informasi yang berasal dari pemahaman bangsa lain. Heterogenitas masyarakat Indonesia yang terbagi dalam suku, etnis, daerah yang luas, membuat bangsa ini dianggap pasar ekomoni yang cukup menguntungkan bagi negara maju. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya produk-produk luar negeri yang masuk dan digunakan oleh masyarakat kita, dan menjadikan buatan atau merk luar negeri sebagai sebuah alasan untuk menaikkan strata sosial dan gaya hidup di masyarakat. Daftar Literatur Mc. Quail, Dennis. 1991. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga. Severin, Werner J. & James W. Tankard, Jr. 2005. Teori Komunikasi: sejarah, Metode, & Terapan di Dalam Media Massa. Jakarta: Kencana. Storey, John. 2007. Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop: Pengantar Komprehensif Teori dan Metode. Yogyakarta&Bandung: Jalasutra. Littlejohn, Stephen W and Karen A. Foss. 2005. Theories of Human Communication . New Mexico: Wadsworth, Thomson Learning.
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
ARTIKEL
43
MENINGKATKAN KEBERANIAN DAN KEMAMPUAN BERBICARA MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA PRANCIS FBS UNIMED DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUANTUM TEACHING
Oleh Irwandy Dosen Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan
In the daily life, human is inseparable from the activity of communication to convey suggestions, thoughts, ideas, and feelings to others. Therefore, language learning should be more directed at improving the leaners' ability in using the language functions, that is for personal communication activities. Classroom action research is a research that aims to solve the problems of teaching in a particular class. The results which are obtained from the study like this cannot be generalized as done in an experimental research. Action research is a self reflective teaching that will benefit for educators (teachers), teaching institutions (schools), authors, and education providers. Through action research, teachers can find a variety of learning strategies to improve students' learning achievement. This study is aimed at improving the courage and the ability of the third semester students of the French Study Program of Languages and Arts Faculty of State University of Medan by applying Quantum Teaching. The result of the study shows that Quantum Teaching methods can improve the courage and the ability of the students' in speaking. It is shown from the average score of the students' learning outcomes who initially scored enough became good in only one cycle of four meetings.
PENDAHULUAN Kegiatan pembelajaran bahasa Prancis di Unimed tanpaknya masih banyak didominasi oleh penggunaan metode pembelajaran yang menempatkan pengajar pada peran yang lebih aktif dibanding dengan peran pembelajar. Hal semacam ini berakibat pada miskinnya kreativitas dan aktivitas pembelajar. Pembelajar hanya memiliki kebiasaan menerima segala sesuatu yang datang dari pengajar tanpa adanya modifikasi, apalagi suatu konstruksi. Pembelajar cenderung menjadi pemalu dan penakut untuk mengekspresikan gagasan-gagasan yang dimilikinya. Berpijak dari hal di atas, tampaknya model pembelajaran perlu diubah. Model pembelajaran yang berpusat pada pengajar (teacher centered) hendaknya diubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada pembelajar (student centered). Pada pembelajaran ini pembelajar hendaknya diberi kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Pemberian kesempatan ini juga hendaknya disertai dengan pemberian dorongan (motivasi) pada pembelajar agar lebih percaya diri. Dengan demikian, rasa malu dan takut akan berubah menjadi berani dan percaya diri, yang akhirnya akan berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran akibat adanya peningkatan kreativitas dan aktivitas pembelajar. Pembelajar bahasa hendaknya lebih diarahkan pada peningkatan kemampuan pembelajar dalam menggunakan fungsi bahasa, yaitu untuk kegiatan komunikasi. Dalam kegiatan komunikasi, penutur dan petutur diharuskan saling mengerti atas segala yang dituturkan. Untuk itu, penutur dan petutur dituntut untuk mengetahui makna setiap ujaran. Dengan demikian, penguasaan kosa kata akan sangat membantu dalam kegiatan komunikasi. Hal ini senada dengan pendapat Valette (dalam Madya, 1990) yang menyatakan bahwa pemerolehan kosa kata merupakan satu aspek penting dalam kemampuan berbicara. Berkenaan dengan hal di atas, proses pembelajaran seyogyanya semaksimal mungkin diarahkan pada kegiatan komunikasi khususnya komunikasi lisan. Hal ini mengingat komunikasi lisan merupakan komunikasi yang paling banyak
HUMAS UNIMED
digunakan. Hampir pada setiap saat manusia berkomunikasi secara lisan. Untuk itu, pembelajar hendaknya diberi kesempatan yang lebih luas untuk dapat melatih keterampilan berbahasa lisan mereka dalam kegiatan komunikasi nyata. Dalam hal ini, penguasaan kosa kata, pemahaman struktur kalimat dan tata bahasa pembelajar akan membantu proses kegiatan komunikasinya. Berdasarkan hasil pengamatan awal dan angket mahasiswa, diperoleh data awal bahwa mahasiswa kurang memiliki keberanian untuk berbicara dalam bahasa sasaran (Prancis) akibat adanya rasa takut yang berlebihan jika berbuat salah. Perasaan takut ini disebabkan oleh tindakan pengajar yang sering menegur dengan nada marah manakala mendapati mahasiswa yang salah dalam kegiatan berbahasa. Akhirnya mahasiswa takut untuk mempraktekkan pengetahuan bahasanya dalam kegiatan komunikasi nyata. Bagaimanapun, kemampuan berbicara pembelajar juga dipengaruhi oleh tingkat keberanian pembelajar dalam kegiatan berbicara dalam bahasa sasaran. KAJIAN TEORI Pada hakekatnya pembelajaran bahasa adalah membantu meningkatkan kompetensi pembelajar dalam menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasi. Pengajar bahasa hendaknya lebih mengarahkan kegiatan pembelajaran pada .aktivitas pembelajar dalam menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan guna tercapainya kompetensi komunikatif pembelajar. Oleh karena itu, aktivitas yang lebih dominan dalam pembelajaran adalah aktivitas pembelajar, bukan pengajar. Pengajar sebaiknya lebih berperan sebagai seorang fasilitator dan motivator dalam pembelajaran. Teori tentang pembelajaran bahasa yang dapat dijadikan rujukan pengajar dalam pembelajaran bahasa diantaranya adalah teori behaviorisme, mentalisme (kognitivisme), dan konstruktivisme. Menurut Pateda (1991), teori behavoirisme dengan tokoh utamanya Skinner menyatakan bahwa ada hubungan antara rangsangan (stimulus) dengan jawaban (response). Teori ini dengan tegas menyatakan bahwa anak-anak belajar bahasa melalui suatu proses peniruan terhadap sesuatu yang terjadi pada lingkungan sekitarnya. Peniruan itu biasanya
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
44
disertai dengan persetujuan-persetujuan orang-orang disekitarnya. Jika stimulus diberikan kepada seorang anak, maka anak tersebut akan memberikan suatu respon tertentu. Jika respon itu mendapat persetujuan dari orang di sekitarnya, maka anak tersebut akan memberikan respon yang sama manakala mendapat stimulus yang sama. Sebaliknya, jika respon yang diberikan anak atas suatu stimulus itu tidak mendapat persetujuan dari orang-orang di sekitarnya, maka anak tersebut akan memberikan respon yang berbeda atas stimulus yang sama. Tugas utama pengajar menurut teori ini adalah memberikan stimulus yang sebanyak-banyaknya kepada pembelajar agar memperoleh pengalaman berbahasa yang sebanyak-banyaknya, yang akhirnya dapat berakibat pada perubahan tingkah laku pembelajar. Pembelajar harus mendapat kesempatan yang luas untuk mengembangkan pengalaman berbahasanya melalui pemberian beraneka ragam stimulus. Oleh karena itu, stimulus hendaknya direncanakan secara terstruktur agar perubahan tingkah laku yang diinginkan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kesalahan sekecil apapun harus segera diluruskan agar tidak diulangi oleh pembelajar. Teori kognitivisme justru menyatakan hal yang berbeda dari pandangan behavioristik. Menurut Chomsky dalam Dardjowidjojo (2000), teori kognitivisme menyatakan bahwa manusia lahir sudah memiliki language acquisition device (LAD). LAD inilah yang memiliki peranan sangat penting dalam proses penguasaan suatu bahasa. Berkaitan dengan pembelajaran bahasa, secara implikasional dikatakan bahwa jika manusia itu memiliki LAD, maka cara manusia belajar bukanlah dengan kegiatan stimulus dan respon sebagaimana pandangan kaum behavioristik. Chomsky dengan tegas menyatakan bahwa manusia tidak dapat mengajarkan bahasa. Manusia hanya dapat menciptakan “a rich linguistic environment for the intuitive heuristcs that the normal human automatically processes”. Mengingat manusia itu memiliki sifat kreatif, dan kreativitas itu terdapat pada pembelajar, maka proses pembelajaran hendaknya lebih diarahkan pada pembelajar (learner centered). Lebih lanjut Dardjowidjojo mengatakan pembelajaran yang berpusat pada pembelajar berarti bahwa suatu kegiatan pengajaran hendaknya lebih dicurahkan pada aspek psikologis yang dilalui pembelajar dalam usaha mempelajari bahasa. Oleh karena itu, pengajar dituntut untuk selalu menyelami jiwa para pembelajarnya sebelum, ketika, dan setelah proses pengajaran berlangsung. Teori konstruktivisme memandang bahwa pembelajar secara individu mencari dan memindahkan informasi yang kompleks. Teori ini berpendapat bahwa pembelajar secara teratur mencocokkan informasi-informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisi aturan-aturan tersebut jika dianggap sudah tidak sesuai lagi. Menurut Slavin yang dikutip oleh Muhajir (2001), mengatakan bahwa kaum konstruktivisme memandang bahwa pembelajar diberikan kesempatan sendiri untuk menggunakan strateginya dalam belajar secara sadar, dan pengajar membimbing pembelajar ke tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Menurut Suparno (1997), secara garis besar pemerolehan bahasa melalui teori konstruktivisme adalah (1) pengetahuan dibangun oleh pembelajar sendiri, baik secara individual maupun sosial, (2) pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari pengajar ke pembelajar, kecuali hanya dengan keaktivan pembelajar itu sendiri untuk bernalar, (3) pembelajar aktif mengkonstruksi terus menerus sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah, dan (4) pengajar hanya sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi pembelajar berjalan dengan baik. Prinsip utama pembelajaran bahasa menurut Brown (1994) ada tiga, yaitu prinsip kognitif, prinsip afektif, dan prinsip linguistik. Dikatakan prinsip kognitif karena berhubungan dengan fungsi mental dan intelektual. Prinsip ini terdiri atas otomatisasi (automaticity), pembelajaran
HUMAS UNIMED
ARTIKEL bermakna (meaningful learning), harapan akan penghargaan (the anticipation of reward), motivasi intrinsik (intrinsic motivation), dan investasi strategis (strategic investment). Dikatakan prinsip afektif karena berhubungan dengan proses emosional manusia seperti perasaan tentang dirinya, hubungan dalam komunitas pembelajar, dan tentang emosi di antara bahasa dan budaya. Prinsip ini terdiri atas egoisme bahasa (language ego), kepercayaan diri (self confidence), keberanian untuk ambil resiko (risk taking), dan hubungan antara bahasa dan budaya (the language culture connection). Dikatakan prinsip linguistik karena berhubungan dengan kompleksitas sistem bahasa itu sendiri. Prinsip ini terdiri atas pengaruh bahasa ibu (the native language effect), pengaruh sistem linguistik bahasa lain (interlanguage), dan kompetensi komunikatif (communicative competence). Salah satu metode pengajaran dalam pembelajaran bahasa adalah metode pengajaran quantum teaching. Menurut De Porter (2000), Quantum teaching menggunakan asas utama “Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Segala strategi, model, interaksi dengan siswa, rancangan kurikulum, dan setiap metode instruksional dibangun di atas asas tersebut. Dalam pembelajaran, quantum teaching menggunakan rancangan pembelajaran: tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan yang disingkat dengan istilah TANDUR. Rancangan ini dilaksanakan secara terpadu dalam kegiatan pembelajaran sehingga situasi kegiatan pembelajaran menjadi sangat aktif, dinamis, dan menyenangkan dengan hasil memuaskan. Langkah pertama adalah Tumbuhkan. Pengajar terlebih dahulu menumbuhkan motivasi belajar pembelajar dengan menjelaskan manfaat dari mempelajari topik yang akan dipelajari. Selain itu, pengajar juga dapat memanfaatkan media gambar, cerita, dan lain-lain. Langkah kedua adalah Alami. Pengajar memberikan mereka pengalaman belajar; tumbuhkan “kebutuhan untuk mengetahui”. Unsur ini memberi pengalaman pada pembelajar, dan memanfaatkan hasrat alami otak untuk terus belajar. Langkah ketiga adalah Namai. Berikan “data”, tepat saat minat memuncak. Penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas, mengurutkan, dan mendefinisikan. Penamaan dibangun di atas pengetahuan dan keingintahuan pembelajar saat itu. Penamaan adalah saatnya untuk mengajarkan konsep, keterampilan berpikir, dan strategi belajar. Langkah keempat adalah Demonstrasikan. Berikan kesempatan pada mereka untuk mengaitkan pengalaman dengan data baru, sehingga mereka menghayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi. Langkah kelima adalah Ulangi. Rekatkan gambaran keseluruhannya. Pengulangan dapat memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa ”aku tahu bahwa aku tahu ini”. Dengan demikian, pengulangan harus dilakukan secara multi modalitas dan multi kecerdasan, lebih baik dalam konteks yang berbeda dengan asalnya. Langkah terakhir adalah Rayakan. Ingat, jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. Perayaan menambatkan belajar dengan asosiasi positif. Perayaan memberi rasa rampung dengan menghormati usaha, ketekunan, dan kesuksesan. Berdasarkan pada kajian teori di atas ditarik hipotesis bahwa metode pengajaran quantum teaching sangat efektif digunakan untuk meningkatkan keberanian dan kemampuan berbicara mahasiswa program studi bahasa Prancis FBS Unimed.
HASIL PENELITIAN 1. Kondisi Awal Pembelajaran Sebelum pembelajaran berbicara bahasa Prancis menggunakan metode Quantum Teaching dilaksanakan pada subjek penelitian, peneliti terlebih dahulu melaksanakan observasi awal. Observasi dilakukan melalui pengamatan langsung pada kelas yang sedang melaksanakan pembelajaran berbicara bahasa Prancis (expression orale). Selain itu juga diberikan angket kepada mahasiswa untuk mengetahui respon mahasiswa terhadap kegiatan pembelajaran bahasa Prancis yang telah dijalani serta model pembelajaran berikutnya. Berdasarkan hasil observasi awal diperoleh data awal pembelajaran berbicara bahasa Prancis masih lebih banyak
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
ARTIKEL menekankan pada prinsip linguistik, sedangkan prinsip kognitif dan afektif masih kurang mendapat perhatian. Hal ini tampak dari aktivitas dosen yang lebih banyak menyampaikan materi dan mengajak pembelajar untuk berbicara dalam bahasa sasaran. Peran dosen tampak lebih dominan dalam pembelajaran. Dosen sering menegur (memperbaiki) kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh mahasiswa. Selain itu, mayoritas pembelajar masih tampak takut untuk berbicara. Suasana pembelajaran yang santai dan menyenangkan namun serius belum terlihat. Pembelajaran masih tampak kaku seperti yang tampak pada data berikut. Racontez s'il vous plaît! Qu'est-ce qu'il y a dans cette image? Pada saat pengajar meminta mahasiswa untuk memberikan penjelasan mengenai gambar yang menjadi bahan pembelajaran, hanya terdapat 5 orang mahasiswa yang berani memberikan komentar. Sementara itu, mahasiswa yang lain cenderung untuk menjadi pendengar yang baik. Hal ini menjadi suatu pertanda bahwa pada umumnya mahasiswa kurang berani untuk menanggung resiko atas kesalahan berbahasa Prancis. Gambaran lebih jelasnya mengenai hasil observasi kegiatan dosen dan mahasiswa dapat dilihat pada tabel hasil observasi kegiatan dosen dan mahasiswa dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1 Hasil Obsevasi Sebelum Menggunakan Metode Quantum Teaching Jumlah Mahasiswa
Kegiatan Kurang
Cukup
Baik
Sangat Baik
Keterlibatan dalam proses Pembelajaran secara umum
Aktivitas dalam Tanya jawab Keterampilan mengajar dosen
5 (16%)
21 (66%)
6 (19%)
0 (0%)
20 (63%)
6 (19%)
6 (19%)
0 (0%)
v
Berdasarkan hasil angket pembelajaran diperoleh data bahwa pada dasarnya pembelajaran kurang senang terhadp model pembelajaran berbicara bahasa Prancis yang telah dijalani. Pembelajar menginginkan suasana yang lebih santai namun serius dalam pembelajaran. Pembelajar menginginkan jerih payah mereka dalam belajar dihargai. Pembelajar menginginkan adanya suasana yang lebih akrab antara dosen dan pembelajar. Berdasarkan hasil kajian teori, hasil observasi awal, angket mahasiswa, dan hasil tes kemampuan berbicara mahasiswa tersebut disepakati bahwa teknik permainan dapat dijadikan sebagai suatu teknik pembelajaran yang cocok untuk digunakan dalam pembelajaran berbicara bahasa Prancis untuk meningkatkan kemampuan berbicara mahasiswa. Selanjutnya, peneliti dan dosen mitra menyusun rencana pembelajaran dan perlengkapan-perlengkapan pembelajaran lain. 2. Pelaksanaan Pembelajaran a. Pertemuan Pertama Siklus 1 Waktu yang dugunakan pada pertemuan pertama adalah 120 menit (2 SKS). Peneliti bersama dosen mitra mempersiapkan segala instrumen dan skenario pembelajaran dengan menggunakan metode Quantum Teaching yang akan digelar. Sebagai aktor pelaksana kegiatan pembelajaran, salah seorang dosen mitra memulai pembelajaran dengan memberikan motivasi kepada pembelajar. Isi motivasi yang diberikan adalah tentang pentingnya mempelajari bahasa asing khususnya bahasa Prancis. Pengajar berusaha meyakinkan mahasiswa akan pentingnya mempelajari bahasa Prancis. Berikut ini cuplikan isi motivasi yang disampaikan oleh pengajar. “Bahasa Prancis merupakan bahasa yang sangat penting di dunia. Terdapat lebih dari 42 negara yang menggunakan bahasa Prancis. Di Indonesia, banyak perusahaan yang memerlukan tenaga kerja berbahasa Prancis…” Usaha ini kurang mendapat perhatian dari pembelajar. Banyak mahasiswa yang masih berbicara dengan teman
45
sekelasnya saat dosen mitra berbicara untuk memberikan motivasi seperti yang dilakukan oleh mahasiswa dengan kode M8, M2, dan M8 Sebagaimana yang terdapat pada skenario pembelajaran, langkah selanjutnya pengajar menjelaskan tujuan dan prosedur kegiatan pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar pembelajar mengetahui dengan tepat maksud kegiatan pembelajaran yang sedang digelar dan hal-hal apa yang harus dilakukan oleh pembelajar pada saat pembelajran berlangsung. Langkah ini mendapat sambutan posistif dari pembelajar. Pada pertemuan pertama siklus 1, pengajar menggunakan lagu berbahasa Prancis sebagai media pembelajaran. Pengajar memperdengarkan kepada mahasiswa sebuah lagu dari Celine Dion yang berjudul Il suffisait d'aimer. Pengajara juga membagikan salinan teks lagu yang belum sempurna. Melalui kegiatan mendengarkan, pembelajar diharapkan mampu mengisi bagianbagian yang masih kosong. Pada saat lagu diperdengarkan, semua mahasiswa tampak serius mendengarkan lagu tersebut. Mahasiswa juga berusaha mengisi bagian kosong yang ada dalam salinan teks lagu itu. Setelah empat kali lagu itu diperdengarkan kepada mahasiswa, pengajar meneruskan kegiatan pembelajaran dengan menanyakan pada mahasiswa tentang isi bagian kosong yang ada dalam teks. Pada saat itu, terdapat 8 orang mahasiswa yang mau memberikan jawaban atas pertanyaan pengajar. Langkah selanjutnya, pengajar meminta tanggapan mahasiswa tentang isi lagu tersebut. Sangat disayangkan, pada kegiatan ini hanya terdapat 5 orang mahasiswa yang memberikan komentar. Mereka adalah mahasiswa dengan kode M4, M13, M14, M20, dan M31. Pengajar berusaha menjalin komunikasi langsung dengan mahasiswa yang belum mau berbicara, namun hasilnya kurang maksimal. Mayoritas mahasiswa lebih banyak tidak memiliki gagasan tentang lagu yang dipelajari. Kondisi ini berlangsung cukup lama. Pengajar terus berusaha meningkatkan partisipasi aktif mahasiswa, tapi mahasiswa tetap pasif. Sebelum waktu pembelajaran terakhir, pengajar memberi penjelasan kepada mahasiswa tentang kata-kata atau istilah penting yang terdapat dalam lagu. Selanjutnya, pengajar menutup pelajaran dengan memberikan tugas mandiri pada pembelajar. Pembelajar diberi tugas membuat komentar tentang lagu yang dipelajari secara tertulis. Pada akhir pembelajaran, pengajar kembali memberikan motivasi kepada mahasiswa agar lebih berani dan percaya diri dalam kegiatan pembelajaran. Berikut ini cuplikan data pada sesi akhir pembelajaran. “Saudara, apapun hasil yang didapat harus disyukuri, apa yang telah saudara lakukan pada pertemuan ini dirasa masih jauh dari harapan. Tapi saya yakin bahwa ke depan, anda akan berbuat jauh lebih baik. Untuk itu, mari bertepuk tangan untuk hasil belajar hari ini” Semua kegiatan di atas direkam oleh peneliti dan dosen mitra yang tidak bertugas mengajar dengan menggunakan instrumen catatan lapangan. Pada saat pembelajaran berlangsung, peneliti dan dosen mitra melaksanakan kegiatan evaluasi hasil belajar. Kegiatan evaluasi hasil belajar hanya dilakukan pada mahasiswa yang berbicara dalam bahasa Prancis saat kegiatan pembelajaran. Sedangkan mahasiswa yang pasif dianggap tidak mendapat skor (nilai). Kriteria penilaian pada evaluasi hasil belajar mahasiswa meliputi aspek-aspek berikut: (1) penguasaan kosa kata, (2) ketepatan gramatikal, (3) kelancaran, (4) pronounsiasi, dan (5) relevansi isi pembicaraan. Rentang nilai masing-masing aspek penilaian adalah 0 sampai 4. Berdasarkan hasil observasi, ada beberapa hal yang menjadi catatan dalam pertemuan pertama, yaitu: (1) pengajar kurang mampu dalam memberikan motivasi terhadap pembelajar. Hal ini tampak dari kurangnya perhatian pembelajar terhadap pengajar pada saat memberikan motivasi. Penyebab utamanya adalah isi motivasi yang mungkin kurang menarik perhatian dan minat pembelajar, (2) kemampuan pengajar dalam mendesain ruangan masih kurang. Hal ini tampak dari banyaknya bangku yang tak terpakai di dalam ruang belajar. Ruang belajar tampak tidak rapi akibat banyaknya bangku yang tidak terpakai, (3) partisipasi aktif pembelajar dalam kegiatan pembelajaran dalam kelas secara mayoritas masih dalam kategori kurang. Hal ini tampak dari jumlah mahasiswa yang berbicara bahasa Prancis hanya 8 orang.
HUMAS UNIMED
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
46
ARTIKEL
Hal ini mengindentifikasikan bahwa keberanian berbicara mahasiswa juga sangat rendah, (4) hasil belajar mahasiswa secara klasikal masih sangat rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2 Hasil Observasi Pertemuan Pertama Siklus 1 Jumlah Mahasiswa
Kegiatan Keterlibatan mahasiswa dalam
Kurang
Cukup
Baik
Proses pembelajaran secara umum
Sangat Baik
16 (50%)
10 (31%)
6 (19%)
0 (0%)
Aktivitas dalam Tanya jawab
24 (75%)
3 (9%)
6 (19%)
0 (0%)
Keterampilan mengajar dosen
v
Dengan metode Quantum Teaching
b. Pertemuan Kedua Siklus 1 Sebelum pembelajaran dimulai, peneliti, mahasiswa, dan dosen mitra mendisain bangku belajar mahasiswa dalam letter U. Jumlah bangku yang ada dalam kelas sama dengan jumlah subjek penelitian yaitu 32. Bangku yang tidak terpakai dikeluarkan dari ruang kuliah. Ruang belajar tampak lebih lapang. Hal ini tentu berbeda dengan situasi pembelajaran sebelumnya dimana ruang belajar terasa sangat padat. Setelah kegiatan mendesain ruang belajar selesai, pengajar memulai pembelajaran dengan memberikan dorongan pada mahasiswa agar lebih giat belajar dari pertemuan pada minggu sebelumnya. Pengajar berharap pada mahasiswa agar lebih aktif dan berani dalam berbahasa Prancis. Pengajar mengatakan bahwa rasa takut dan malu itu merupakan hal yang biasa dalam kegiatan pembelajaran bahasa asing. Namun hal ini janganlah dijadikan suatu kebiasaan. Berikut cuplikan isi motivasi pengajar pada pertemuan kedua. “Saudara-saudara, pada pertemuan minggu kemarin hanya terdapat 8 orang mahasiswa yang berpartisipasi aktif. Hal ini sungguh sangat memprihatinkan. Saya paham bahwa hal semacam ini adalah suatu yang sering terjadi dalam kelas bahasa. Tapi jika anda terus berada dalam belenggu rasa malu dan takut, maka selamanya anda akan terus dihantui oleh ketakutan itu dan terus ditakut-takuti oleh zaman. Jika anda tidak mau ke luar dari lingkaran itu, maka saya ucapkan selamat menempuh hidup menderita …” Suasana tampak tenang saat pengajar memberikan motivasi. Mahasiswa mendengarkan dengan serius apa yang disampaikan oleh pengajar. Selanjutnya pengajar menjelaskan tujuan dan prosedur pembelajaran yang akan digelar. Pada pertemuan ini, pengajar menggunakan media gambar sebagai media pembelajaran. Pengajar membagikan kepada pembelajar salinan poster iklan bergambar. Selanjutnya pengajar memberikan waktu kepada mahasiswa selama 15 menit untuk membuat komentar tentang isi iklan tersebut. Mahasiswa tampak serius belajar. Ada yang belajar secara individual, ada pula yang belajar secara kelompok. Setelah waktu yang disediakan untuk mahasiswa telah habis, pengajar mulai mengajak mahasiswa untuk memberikan tanggapan atas iklan yang ada dalam poster. Pengajar berharap agar mahasiswa berinisiatif untuk berbicara, bukan hanya mau berbicara ketika ditanya langsung oleh pengajar. Usaha ini kurang berhasil. Mahasiswa masih tampak pasif. Hanya ada 4 mahasiswa yang mau berbicara. Mereka ini adalah mahasiswa yang aktif dalam pertemuan sebelumnya. Melihat situasi pembelajaran yang kurang aktif, pengajar mengubah teknik pembelajaran dengan teknik sosiodrama. Pada teknik ini sekelompok pembelajar diharapkan melakukan acting menurut tema yang telah ditentukan. Tema yang dipilih adalah tamasya keluarga. Mahasiswa diharapkan memerankan suatu dialog keluarga dalam suatu perjalanan dengan mobil pribadi. Pengajar memilih tiga orang mahasiswa untuk memerankan peran di atas di depan kelas. Dalam penampilannya, mereka kurang mampu menampilkan penampilan yang menarik. Hanya ada satu orang yang aktif. Sedangkan dua orang lagi masih cenderung pasif. Oleh karena
HUMAS UNIMED
itu dialog terjadi kurang lancar. Melihat fenomena di atas, pengajar memilih tiga orang mahasiswa lain untuk melakukan peragaan. Penampilan kelompok kedua ini terjadi sangat baik. Ketiga peserta mampu memerankan peran masing-masing dengan baik. Terjadi dialog yang mampu menarik perhatian mahasiswa yang lain. Banyak mahasiswa yang tertawa gembira melihat penampilan kelompok ini. Setelah penampilan selesai, pengajar meminta pada mahasiswa yang lain untuk memberikan komentar atas penampilan kedua kelompok. Terdapat 13 mahasiswa yang memberikan tanggapan atas penampilan kedua kelompok. Hal ini berarti terdapat 19 orang mahasiswa yang berpartisipasi aktif. Isi tangapan meliputi peran, gramatikal, pronounsiasi, dan penggunaan kata yang kurang tepat pada konteksnya. Pada akhir pembelajaran, pengajar memperbaiki kesalahan berbicara yang dilakukan oleh mahasiswa dan merayakan keberhasilan mahasiswa dengan bertepuk tangan bersama. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan dosen mitra, terdapat tiga hal penting. Pertama, upaya pengajar dalam memotivasi mahasiswa berdampak positif terhadap perilaku mahasiswa. Kedua, digunakannya sosiodrama sebagai teknik pembelajaran mampu mengubah suasana pembelajaran menjadi lebih aktif. Mahasiswa lebih berani berbahasa Prancis di dalam kelas. Hal ini berbeda jauh dengan penggunaan media gambar dan lagu. Ketiga, desain ruang belajar masih belum baik dan nyaman. Meskipun demikian, terdapat perubahan yang signifikan terhadap keberanian berbicara mahasiswa. Hal ini berdampak pula pada nilai rata-rata hasil belajar mahasiswa seperti yang terlihat pada tabel berikut. Tabel 3 Hasil Observasi Pertemuan Kedua Siklus 1 Jumlah Mahasiswa
Kegiatan Kurang
Cukup
Baik
5 (16%)
20 (62%)
7 (21%)
0 (0%)
12 (38%)
11 (34%)
9 (28%)
0 (0%)
Keterlibatan mahasiswa dalam Proses pembelajaran secara umum Aktivitas dalam Tanya jawab Keterampilan mengajar dosen
Sangat Baik
v
Dengan metode Quantum Teaching
c. Pertemuan Ketiga Siklus 1 Sebelum pembelajaran dimulai, peneliti, mahasiswa, dan dosen mitra mendisain bangku belajar mahasiswa dalam letter U. Jumlah bangku yang ada dalam kelas sama dengan jumlah subjek penelitian yaitu 32. Bangku yang tidak terpakai dikeluarkan dari ruang kuliah. Ruang belajar tampak lebih lapang. Pengajar memulai pelajaran dengan memperdengarkan lagu berbahasa Prancis. Hal ini dimaksudkan agar suasana batin pembelajar lebih santai. Setelah itu pengajar meminta seorang mahasiswa untuk memimpin menyanyikan lagu kebangsaan Negara Republik Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar semangat juang mahasiswa untuk meningkatkan kecerdasan bangsa semakin tinggi. Setelah itu, pengajar memimpin kegiatan relaksasi. Semua mahasiswa duduk dengan relaks sambil melakukan kegiatan pernafasan sempurna. Pada saat yang bersamaan, pengajar kembali mengingatkan mahasiswa agar tidak menyia-nyiakan kesempatan belajar yang diperoleh karena tidak semua orang dapat melanjutkan pendidikan sampai ke perguruan tinggi. Berikut ini kutipan pesan pengajar. “Saudarasaudara! Banyak orang yang ingin seperti anda, menjadikan kampus sebagai tumpuan harapan masa depan, menorehkan harapan pada pena dan logika. Namun karena kemiskinan membuat mereka harus bekerja. Ada yang jadi pedagang, petani, buruh pabrik, tukang becak, dan lain-lain. Bukankah kuliah itu mahal. Lihatlah cucuran keringat keluarga anda yang berjuang mencari uang untuk kuliah anda. Namun sayang, anda sering siasiakan jerih payah mereka…” Suasana tampak tenang ketika kegiatan relaksasi ini. Beberapa mahasiswa tampak sedih. Pada saat itu pula, pengajar mengajak mahasiswa untuk dapat memberikan yang terbaik buat
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
ARTIKEL orang-orang yang berjasa dalam kehidupan mereka dengan belajar lebih giat. Selanjutnya pengajar menyampaikan tujuan dan teknik pembelajaran yang akan digunakan. Pada pertemuan ketiga ini pengajar memilih teknik sosiodrama sebagai teknik pembelajaran. Ada dua tema yang diperankan mahasiswa yaitu cinta yang kandas dan tersesat di tengah hutan. Pengajar memberi kebebasan kepada mahasiswa untuk membuat kelompok sendiri. Jumlah anggota kelompok disesuaikan dengan jumlah peran yang akan dimainkan. Pengajar memberi waktu tiap-tiap kelompok 30 menit untuk menyusun skenario. Pada saat itu, pengajar membantu kelompok pembelajar yang memiliki masalah kebahasaan. Suasana kelas menjadi ramai. Masing-masing kelompok berdiskusi dengan antusias. Namun sayang, kebanyakan mereka berdiskusi dalam bahasa Indonesia. Setelah kegiatan persiapan selesai, salah satu kelompok tampil ke depan. Mereka terdiri dari empat orang mahasiswa. Kasus yang terjadi dalam tema ini adalah penolakan orang tua seorang gadis atas lamaran kekasihnya. Tema ini diperankan dengan sangat bagus. Terjadi dialog yang lancar, alami, dan spontan. Masing-masing anggota kelompok berbicara sesuai dengan konteks tanpa ada yang membaca teks. Anggota kelompok yang lain memperhatikan peragaan dengan serius. Setelah peragaan selesai, kelompok lain tampil dengan tema yang lain. Cerita yang ditampilkan adalah perjalanan studi wisata mahasiswa jurusan biologi ke hutan. Di tengah hutan mereka tersesat dan tidak dapat menemukan jalan ke luar. Akhirnya mereka tinggal di hutan berhari-hari. Semua kelompok menampilkan cerita yang bervariasi walaupun dalam tema yang sama. Ada kelompok yang tampil dengan sangat bagus. Ada pula kelompok yang tampil kurang memuaskan. Tetapi yang jelas, pada pertemuan ini semua mahasiswa terlibat dalam kegiatan dialog walaupun dalam intensitas yang berbeda. Setelah kegiatan pementasan selesai, pengajar kembali membuka dialog antar mahasiswa mengenai kegiatan pementasan tiap-tiap kelompok. Terdapat 24 orang mahasiswa yang memberikan tanggapan. Langkah selanjutnya, pengajar memberikan penjelasan atas materi pelajaran khususnya berkenaan dengan pengucapan, gramatikal, dan pemakaian kosa kata. Yang terakhir, pengajar mengajak mahasiswa untuk merayakan keberhasilan mahasiswa dengan bertepuk tangan. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan dosen mitra, terdapat empat hal penting. Pertama, upaya pengajar dalam memotivasi mahasiswa berdampak positif terhadap perilaku mahasiswa. Kedua, digunakannya sosiodrama sebagai teknik pembelajran mampu mengubah suasana pembelajaran menjadi lebih aktif. Mahasiswa lebih berani berbahasa Prancis di dalam kelas. Ketiga, desain ruang belajar semakin baik dan nyaman. Keempat, terdapat perubahan yang signifikan terhadap keberanian berbicara mahasiswa. Hal ini berdampak pula pada nilai rata-rata hasil belajar mahasiswa seperti terlihat pada tabel berikut. Tabel 4 Hasil Observasi Pertemuan Ketiga Siklus 1 Jumlah Mahasiswa
Kegiatan Kurang
Cukup
Baik
Sangat Baik
Proses pembelajaran secara umum
2 (6%)
15 (47%)
11 (34%)
4 (13%)
Aktivitas dalam Tanya jawab
5 (15%)
15 (47%)
8 (25%)
4 (13%)
Keterlibatan mahasiswa dalam
Keterampilan mengajar dosen
v
Dengan metode Quantum Teaching
d. Pertemuan Keempat Siklus 1 Pada pertemuan keempat, pengajar kembali melaksanakan kegiatan pembelajaran seperti pada pertemuan ketiga. Teknik pembelajaran yang dipilih sama dengan minggu sebelumnya yaitu sosiodrama. Ada empat tema yang diperankan oleh mahasiswa, yaitu di restoran,
47
tragedi di suatu pertunjukan musik, kecelakaan pesawat, dan berolah raga. Pengajar memberi kebebasan kepada mahasiswa untuk memilih kelompok sendiri. Jumlah anggota kelompok disesuaikan dengan jumlah peran yang akan dimainkan. Pengajar memberi waktu tiap-tiap kelompok 30 menit untuk menyusun skenario. Pada saat itu, pengajar membantu kelompok pembelajar yang memiliki masalah kebahasaan. Seperti halnya pada pertemuan minggu ketiga, suasana kelas menjadi ramai. Masing-masing kelompok berdiskusi dengan antusias. Namun sayang, kebanyakan mereka masih berdiskusi dalam bahasa Indonesia. Setelah kegiatan persiapan selesai, msing-masing kelompok tampil sesuai tema yang dipilih. Semua kelompok menampilkan cerita yang bervariasi walaupun dalam tema yang sama. Penampilan masing-masing kelompok pada pertemuan keempat semakin bagus. Semua mahasiswa terlibat dalam kegiatan dialog walaupun dalam intensitas yang berbeda. Setelah kegiatan pementasan selesai, pengajar kembali membuka dialog antar mahasiswa mengenai kegiatan pementasan tiap-tiap kelompok. Terdapat 17 mahasiswa yang memberikan tanggapan. Langkah selanjutnya, pengajar memberikan penjelasan atas materi pembelajaran khususnya berkenaan dengan pengucapan, gramatikal, dan pemakaian kosa kata. Pengajar menutup pembelajaran dengan memberikan tugas mandiri pada mahasiswa dan merayakan keberhasilan mahasiswa dengan bertepuk tangan bersama. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan dosen mitra, kegiatan pembelajaran pada pertemuan keempat semakin baik. Partisipasi aktif mahasiswa semakin meningkat. Hal ini berdampak pula pada peningkatan hasil belajar mahasiswa baik secara individual maupun klasikal seperti terlihat pada tabel berikut. Tabel 5 Hasil Observasi Pertemuan Keempat Siklus 1 Jumlah Mahasiswa
Kegiatan Kurang
Cukup
Baik
Keterlibatan mahasiswa dalam
Sangat Baik
Proses pembelajaran secara umum
0 (0%)
12 (37%)
13 (41%)
7 (22%)
Aktivitas dalam Tanya jawab
0 (0%)
17 (53%)
8 (25%)
7 (22%)
Keterampilan mengajar dosen
v
Dengan metode Quantum Teaching
3. Rangkuman Pembelajaran Pada Siklus 1 Pelaksanaan pembelajaran berbicara bahasa Prancis pada siklus 1 menunjukkan hasil yang sangat menggembirakan khususnya pada pertemuan ketiga dan keempat jika dibandingkan dengan kondisi pembelajaran menggunakan metode Quantum Teaching. Hasil pengamatan menunjukkan suasana pembelajaran tampak sangat kaku pada pembelajaran sebelum penelitian ini dilaksanakan. Mayoritas pembelajar cenderung lebih pasif. Mahasiswa tampak takut dan malu untuk berbicara dalam bahasa Prancis. Sedangkan pada saat penelitian tindakan ini dilaksanakan, terjadi perubahan yang cukup berarti. Pembelajar tampak lebih berani berbicara walaupun masih terdapat beberapa kesalahan mulai dari kesalahan pengucapan, tata bahasa, struktur kalimat, dan kekurangan penguasaan kosa kata. Mayoritas pembelajar tidak lagi takut dan malu berbicara dalam bahasa Prancis. Dari hasil observasi pengamat, dan data hasil belajar pembelajar pada siklus 1, diperoleh kesimpulan sebagai berikut. (1) kemampuan pengajar dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan metode Quantum Teaching dikategorikan pada pertemuan pertama menunjukkan nilai cukup. Namun pada pertemuan berikutnya, kondisi tersebut dapat diperbaiki sehingga menjadi nilai baik dan akhirnya sangat baik. (2) Aktivitas pembelajar secara umum mengalami peningkatan yang cukup baik khususnya pada pertemuan kedua, ketiga dan keempat. Sikap dan motivasi belajar, aktivitas dalam tanya jawab, dan aktivitas dalam kelompok juga mengalami peningkatan. (3) Perkembangan hasil belajar pembelajar dari
HUMAS UNIMED
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
48
pertemuan pertama sampai keempat mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan tertinggi terdapat pada pertemuan ketiga dan keempat. (4) Jika dilihat perbandingan peningkatan hasil belajar pada pertemuan pertama sampai ke pertemuan keempat, jelas terlihat terjadi peningkatan hasil belajar yang signifikan, dengan kata lain dari nilai kurang menjadi baik. DISKUSI HASIL PENELITIAN Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan pengajaran di dalam kelas tertentu. Hasil yang diperoleh dari penelitian model ini tidak dapat digeneralisir sebagaimana penelitian eksperimenal. Hanya saja lankah-langkah yang ditempuh oleh peneliti dalam penelitian ini dapat dijadikan rujukan pada penelitian yang sama pada kelas dan bidang studi yang berbeda. Pelaksanakan PTK berangkat dari kesadaran akan adanya suatu persoalan atau permasalahan yang dihadapi oleh pengajar dalam kelas yang dirasakan akan mengganggu atau menghalangi pencapaian tujuan pembelajaran (Suyanto, 1997). Tujuan PTK bukanlah sekedar berusaha mengungkapkan penyebab dari berbagai permasalahan pembelajaran yang dihadapi, tetapi lebih penting lagi adalah untuk mencari solusi berupa tindakan nyata untuk mengatasi permasalahan pembelajaran tersebut (Depdikbud, 1999). Penelitian tindakan kelas merupakan bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan melalui proses pengkajian berdaur (cyclical) yang terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Pada perencanaan, pelaku tindakan terlebih dahulu menyusun skenario pembelajaran yang akan digelar dan mempersiapkan instrumen-instrumen yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Pada pelaksanaan, pelaku tindakan melaksanakan seluruh kegiatan sebagaimana yang terdapat pada skenario pembelajaran. Pada pengamatan, pelaku tindakan mengamati segala perilaku yang terjadi di dalam kelas dan akibat yang ditimbulkan dari pelaksaan tindakan yang digelar. Sedangkan dalam refleksi, pelaku tindakan menentukan perlu tidaknya melakukan tindakan yang sama atau mencari tindakan lain. Selain itu pelaku tindakan juga menentukan perlu tidaknya melakukan tindakan untuk siklus berikutnya. Jika permasalahan sudah dianggap selesai, maka penelitian dapat dihentikan, namun jika permasalahan dianggap belum selesai, maka penelitian harus terus dilanjutkan hingga permasalahan itu terpecahkan dengan jangka waktu yang tidak dapat ditentukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keberanian dan kemampuan berbicara mahasiswa program studi bahasa Prancis FBS Unimed dengan menggunakan metode Quantum Teaching. Penelitian ini hanya dilaksanakan selama satu siklus, yang memakan waktu satu bulan. Hasil penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut. (1) Berdasarkan hasil observasi awal, dan penyebaran angket tentang respon pembelajar mengenai kegiatan pembelajaran berbicara bahasa Prancis diperoleh data bahwa: (a) pembelajar masih tampak malu dan takut dalam kegiatan komunikasi bahasa Prancis, (b) pembelajar menginginkan suasana belajar yang lebih akrab antara pengajar dan pembelajar, (c) peran pengajar masih lebih dominan dalam kegiatan pembelajaran, dan (d) motivasi belajar pembelajar masih rendah. (2) Siklus 1 digelar dalam empat kali pertemuan. Hasil dari pelaksanaan tindakan menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar yang baik. Peningkatan hasil belajar ini dipengaruhi oleh peningkatan keberanian berbicara mahasiswa. Jika nilai rata-rata hasil tersebut dijadikan nilai dengan ketentuan 0 – 5 = kurang, 6 – 10 = cukup, 11 – 15 = baik, dan 16 – 20 = baik sekali, maka telah terjadi peningkatan nilai rata-rata hasil belajar mahasiswa dari nilai cukup menjadi baik hanya dalam waktu empat kali pertemuan.
HUMAS UNIMED
ARTIKEL (3) Peningkatan keberanian berbicara mahasiswa dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan keempat adalah 9 orang pada pertemuan pertama, 20 orang pada pertemuan kedua, 32 orang pada pertemuan ketiga dan keempat. Sesuai dengan definisi PTK yaitu suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang sampai suatu permasalahan dapat teratasi, maka peneliti bersama dosen mitra beranggapan bahwa permasalahan yang terjadi pada pengajaran berbicara bahasa Prancis mahasiswa telah teratasi. Hal ini tampak dari peningkatan keberanian berbicara dan nilai rata-rata hasil belajar yang cukup signifikan. Belajar sangat dipengaruhi oleh adanya dorongan (motivasi) baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tumbuh di dalam diri pembelajar akibat adanya kesadaran pribadi tentang pentingnya mempelajari sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang tumbuh akibat pengaruh dari luar diri pembelajar. Pengaruhpengaruh itu antara lain keinginan untuk mendapat pujian, pengakuan, pekerjaan, dan lain-lain. Pengajar memiliki peran yang sangat besar dalam membangun motivasi ekstrinsik pengajar. Kemampuan ini mutlak harus dimiliki oleh seorang pengajar. Pengajar yang tidak memiliki kemampuan untuk membangun motivasi ekstrinsik, pembelajar akan mendapatkan hambatan yang serius ketika mengajar di kelas yang pembelajarnya memiliki motivasi instrinsik yang rendah. Tetapi jika pembelajar sudah memiliki motivasi instrinsik yang tinggi, peran pengajar untuk membangkitkan motivasi ekstrinsik akan berkurang. Namun bagaimanapun kemampuan untuk membangkitkan motivasi ekstrinsik ini sangat diperlukan oleh pengajar. Berkenaan dengan kegiatan pemberian motivasi, pengajar telah mampu membangun motivasi ekstrinsik pembelajar melalui berbagai cara sebagaimana yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya. Melalui suatu kontemplasi, pengajar telah mampu membawa mahasiswa ke alam yang penuh dengan kesadaran. Pikiran mahasiswa dibuka untuk menyadari akan pentingnya tindakan-tindakan positif pada waktu sekarang dan meninggalkan kegiatan-kegiatan yang bernilai negatif. Melalui pemberian kepercayaan kepada mahasiswa, pengajar telah mampu meningkatkan rasa percaya diri mahasiswa. Peran pengajar yang lebih dominan dalam pembelajaran akan menjadikan suasana belajar kurang baik. Apalagi jika pengajar berperilaku yang super power. Pengajar selalu mengoreksi berbagai kesalahan yang dilakukan pembelajar pada saat pembelajar berbicara atau bekerja. Peran semacam itu harus segera diubah. Pengajar perlu mengubah perannya dari seorang pentransfer ilmu pengetahuan dan seorang korektor menjadi seorang motivator dan fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. Berkenaan dengan perannya, pengajar telah mengubah perannya yang semula lebih aktif menjadi peran yang lebih menekankan pada kegiatan mahasiswa. Pengajar menempatkan diri sebagai motivator dan fasilitator dalam pembelajaran. Pengubahan peran ini mampu mengubah suasana pembelajaran menjadi kegiatan yang lebih baik. Pembelajar tampak lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sehubungan dengan jalinan hubungan antara pengajar dan pembelajar, pengajar telah mengubah paradigmanya dari seorang yang biasanya harus dihormati secara berlebihan menjadi seorang teman belajar mahasiswa. Jalinan hubungan yang harmonis antara pengajar dan pembelajar telah menjadikan suasana belajar sangat menyenangkan. Pembelajar tidak lagi ragu, takut atau malu dalam menyampaikan gagasan dan keinginan-keinginannya. Pembelajar tampak lebih berani untuk berbuat walaupun terdapat berbagai kesalahan dalam perbuatannya. Penataan ruangan yang lebih bermakna menjadikan pembelajar lebih nyaman dalam belajar. Adanya musik, hiasan dinding dan lain-lain dapat menumbuhkan semangat dan inspirasi mahasiswa dalam belajar. Adanya perayaan pada setiap selesai kegitan pembelajaran adalah menjadikan mahasiswa
ARTIKEL merasa dihargai atas jerih payahnya. “Perayaan adalah sarapan pelajar juara. Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan pelajar” (Porter dkk, 2000). Sekecil apapun perayaan yang dibuat akan menghasilkan suasana yang penuh dengan kegembiraan. Kegembiraan dalam lingkungan pembelajaran akan menambah semangat belajar pembelajar. Pengajar perlu merayakan sekecil apapun hasil belajar pembelajar walaupun hanya sekedar dengan tepuk tangan. Perayaan merupakan pengakuan dan penghargaan atas prestasi pembelajar. Brown (1994), menyatakan bahwa terdapat tiga prinsip utama dalam pembelajaran bahasa yaitu prinsip kognitif, afektif, dan linguistik. Dikatakan prinsip kognitif karena berhubungan dengan fungsi mental dan intelektual. Prinsip ini terdiri atas otomatisasi (automaticity), pembelajaran bermakna (meaningful learning), harapan akan penghargaan (the anticipation of reward), motivasi instrinsik (intrinsic motivation), dan investasi strategis (strategic investement). Dikatakan prinsip afektif karena berhubungan dengan proses emosional manusia seperti perasaan tentang dirinya, hubungan dalam komunitas pembelajar, dan tentang emosi diantara bahasa dan budaya. Prinsip ini terdiri atas egoisme bahasa (language ego), kepercayaan diri (self confidence), keberanian untuk mengambil resiko (risk taking), dan hubungan antara bahasa dan budaya (language culture connection). Dikatakan prinsip linguistik karena berhubungan dengan kompleksitas sistem bahasa itu sendiri. Prinsip ini terdiri atas pengaruh bahasa ibu (the native language effect), pengaruh bahasa lain (inter language), dan kompetensi komunikatif (communicative competence). Sesuai dengan pendapat di atas, peneliti dan dosen mitra beranggapan bahwa dalam pembelajaran berbicara bahasa Prancis pada masa sebelumnya masih kurang memperhatikan prinsip afeksi dan kognisi. Pembelajaran lebih terfokus pada prinsip linguistik. Dampak yang ditimbulkan adalah rasa malu yang berlebihan dan tidak percaya diri di kalangan pembelajar. Motivasi belajar dan keberanian mahasiswa tampak masih rendah. Pembelajar malu dan takut untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya dalam bahasa target. Tetapi melalui PTK yang dijalankan oleh peneliti, pembelajaran pada mahasiswa telah diarahkan pada keseimbangan ketiga prinsip pembelajaran bahasa tersebut. Metode Quantum Teaching yang digunakan dalam pembelajaran pada mahasiswa telah mampu meningkatkan keberanian kemampuan berbicara pembelajar serta mengubah sikap dan perilaku pembelajar terhadap proses pembelajaran. Pembelajar telah memiliki sikap positif terhadap pembelajaran yang pada akhirnya berdampak positif pula pada hasil belajarnya. Oleh sebab itu, peneliti berkeyakinan bahwa metode Quantum Teaching dapat dijadikan solusi alternatif dalam memperbaiki hasil pembelajaran berbicara bahasa Prancis. Hal lain yang perlu dijadikan catatan, keberhasilan PTK ini bukan semata-mata karena penggunaan metode Quantum Teaching. Sikap pengajar terhadap prinsip-prinsip pembelajaran bahasa dan penggunaan teknik yang sesuai juga berpengaruh besar terhadap keberhasilan ini. Penggunaan teknik sosiodrama telah mengubah suasana pembelajaran dari suasana yang kaku dan menegangkan menjadi suasana yang penuh dengan keceriaan. SIMPULAN Berdasarkan hasil PTK yang dilakukan pada mahasiswa disimpulkan bahwa metode Quantum Teaching dapat meningkatkan keberanian berbicara mahasiswa. Hal ini
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
49
tampak dari nilai rata-rata hasil belajar mahasiswa yang semula mendapat nilai cukup menjadi baik hanya dalam satu siklus dengan empat kali pertemuan. Teknik pembelajaran yang cocok digunakan dalam pembelajaran menggunakan metode Quantum Teaching adalah teknik sosiodrama. Selain itu berdasarkan hasil observasi, dan angket tentang respon pembelajar menunjukkan bahwa sikap belajar mahasiswa telah mengalami perubahan positif. Pembelajar memiliki sikap dan motivasi belajar yang lebih tinggi, lebih aktif dalam kegiatan tanya jawab dan kerjasama dalam kelompok, serta lebih berani dalam berbicara bahasa Prancis. Pembelajar merasa sangat senang terhadap kegiatan pembelajaran. Disisi lain, aktivitas pengajar juga mengalami peningkatan yang baik. Pengajar telah menjalankan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Pembelajaran bahasa tidak boleh hanya menekankan pada prinsip linguistik saja. Prinsip-prinsip lainnya yaitu prinsip kognitif dan afektif justru merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan. Tingginya prinsip kognitif dan afektif yang dimiliki pembelajar akan berpengaruh besar terhadap kegiatan pembelajaran. Disinilah peran utama pengajar, yaitu membangkitkan motivasi dan keberanian pembelajar agar dapat belajar secara lebih mandiri. Akhirnya penulis berpendapat bahwa terdapat enam faktor yang mempengaruhi keberhasilan penelitian ini yaitu; (1) kemampuan dosen dalam membangun motivasi, (2) kesediaan dan kemampuan dosen mengubah perannya dari Teacher centered menjadi student centered., (3) kemampuan dosen dalam menjalin hubungan yang lebih harmonis dengan mahasiswa, (4) kemampuan dosen dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan metode Quantum Teaching, (5) penggunaan teknik sosiodrama, dan (6) kemampuan dosen dalam menyeimbangkan prinsip-prinsip pembelajaran bahasa dalam praktek pembelajaran di kelas. DAFTAR PUSTAKA Brown, H. Douglas. 1994. Teaching by Principles – An Interactive Approache to Language Pedagogy. New Jersey: Prentice-Hall Regents Englowood Cliffs. Dardjowidjojo, Soenjono. 2000. Pengajaran, Pembelajaran, dan Pemerolehan Bahasa Asing. Dalam Bambang Kaswanti Purwo (Editor). Kajian Serba Linguistik. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. Depdikbud. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdikbud. Dirjen Dikti. De Porter B., Reardon M. dan Sarah Singer-Nourie. 2000. Quantum Teaching. Bandung: Penerbit Kaifa. Madya, Suwarsih. 1980. Pengaruh Perkuliahan Semester 1 Terhadap Kemajuan dan Kemampuan Kosakata Mahasiswa Bahasa Inggris Tingkat 1. Tesis. (Tidak diterbitkan) Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Muhajir, Muhammad. 2001. Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Fisika SLTP Dengan Model Problem Based Instruction. Tesis. (tidak diterbitkan). Surabaya: PPs. Universitas Negeri Surabaya. Pateda, Mansoer. 1991. Linguistik Terapan. Yogyakarta: Kanisius. Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Jogyakarta: Kanisius.
HUMAS UNIMED
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
50
SEMANGAT TAHU TIRAM Oleh: Sartika Sari (Sastrawan Nasional/Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Unimed) Kata orang, tahu itu lunak, begitu lunak. Tapi bagiku, tahu itu lambang semangat. Seperti Ibu, bukan saja lantaran ia adalah seorang perempuan yang kasih sayangnya begitu halus, terlebih lantaran ia begitu tegar, walau dalam kelembutan.*** Pagi-pagi benar, ketika orang-orang masih berperang dengan kantuk dan menimbang-timbang untuk menegakkan ibadah atau melanjutkan kemalasan, ibu sudah datang. Katanya, jika shubuh telah membumbung, langkah juga mesti dipacu. “Lekas berangkat, kumpulkan bekal yang banyak dan gapai cita-citamu. Ibu yakin kau bisa, Nak.” Aku terkesiap. Rasanya aku kembali mendengar Ibu berkata demikian tepat di samping telingaku. Seperti dulu, saban shubuh, dengan kelembutannya, Ibu selalu membangunkanku. Kata-kata takzim itu menjadi penyemangat tiap kali lelah demikian berat. Aku juga sering menolak dan berusaha berdalih agar diberi bonus, tak bangun pagi atau belajar. Aih, tapi Ibu lebih mahir menjerat seutuhnya diriku, sampai akhirnya segalanya telah menjadi kebiasaan. “Aku pamit, Bu. Doakan semoga hari ini, bekal yang kukumpulkan dapat menambah persiapan perjalanan nanti.” gumamku dalam hati. Semoga Ibu bisa merasakan, walau dari tempat yang jauh. Jam dinding menunjukkan pukul 04.30 wib. Aku bergegas mengayuh sepeda, menuju pasar. Jalanan masih terasa sunyi. Deru becak motor, angkutan umum dan kereta belum terdengar gempita seperti biasanya. Sesekali, aku berpapasan dengan lelaki tua yang di sepedanya terikat sebuah cangkul, arit, dan kadang juga bakal pohon. Di sampingnya, seorang perempuan yang kutaksir umurnya lebih dari setengah abad, dengan topi bekas kampanye caleg, jaket rajut yang banyak bolongnya, menganyuh sepeda menuju ke arah kota. Ya, benar mereka adalah buruh cuci di rumah toke cina. Masih banyak lagi yang serupa mereka. Di kampung ini sebagian besar warga memang bekerja sebagai buruh di kota. Sampai di Pasar Gambir. Walau belum setiap ruko benderang, setidaknya penjual tahu, langgananku sudah datang. Menunggu ia bersiap merapikan letak barang dagangan, aku lebih sering menatap kosong ke jalanan. Memikirkan sejumlah mata kuliah yang hari ini akan dilangsungkan, tugas-tugas yang belum terselesaikan, atau kadang idaman hati yang membikin aku kepayang. Tiga kilo tahu, dua ratus enam puluh ribu rupiah. Harga yang masih stabil sebelum BBM naik. Untuk pagi sampai petang, ini cukup. Kalau semuanya terjual habis, keuntungan yang kuperoleh cukup banyak. Tahu sudah ada di tangan, saatnya membeli jamur tiram. Dari pasar ini, aku mesti menempuh jarak yang cukup jauh untuk sampai ke tempat penjualan jamur tiram. Sudah berlangganan di sana pula, maka jarak demikian tak jadi persoalan. Bang Abi, lelaki tiga puluh tahun itu sudah menanti di depan kios. Sama halnya dengan langganan yang lain, shubuh adalah waktunya jamur-jamur tiram diteruskan ke pedagang makanan. Salah satunya, aku. “Ini, satu kilo, delapan belas ribu. Sudah dengan korting.” Bang Abi tertawa lepas. Ia seorang pedagang yang sukses. Aku
HUMAS UNIMED
CERPEN banyak belajar darinya. Semua modal untuk hari ini sudah dibelikan bahan-bahan. Aku bergegas pulang. Pagi yang segar. Aku tak mau mengulang-ulang pertanyaan, “mengapa harus aku?” karena kurasa Tuhan sudah punya rencana lain yang lebih manis. Walau tak sedikit yang melempar hinaan, tak apalah, justru semakin kental semangatku untuk menyiapkan bekal. Sejak ibu pulang ke rumah tuhan dan bapak jatuh sakit, aku tak punya pilihan lagi selain bekerja agar tetap bisa kuliah. Beruntung, di kampus aku mendapat beasiswa. Uang kuliah bisa ditanggulangi dari beasiswa itu, kadang jika lebih, aku pergunakan untuk membeli buku dan uang saku. Tiga bulan belakangan, aku berjualan tahu tiram. Hasilnya lumayan untuk menutupi kekurangan setiap hari. “Wan, berapa banyak tahu tiram hari ini?” sesampainya di rumah, dari pintu kamar, Bapak memandangiku yang masih menyenderkan sepeda. “Seperti biasa, Pak.” Aku menghela nafas yang masih ngosngosan, “Dua ratus tahu, Pak.” Bapak mengangguk. Aku tak tahu apa arti anggukannya. Tapi begitu pun aku cukup puas. Setidaknya Bapak tak pernah habishabisnya menyemangati. “Bapak sudah shubuh?” “Sudah, sebaiknya kau juga shubuh dulu, Wan.” Aku segera menuju kamar mandi, membersihkan tubuh dan berwudhu. Bapak masih berdiri, di tempat yang tadi, dengan sorot mata yang sama dan senyum yang sama. Tidak tampak akan melakukan sesuatu atau mengucapkan sesuatu. Lepas sholat, aku terkejut melihat beberapa tahu sudah siap dibumbui. “Bapak?” tanyaku penasaran. Bapak cuma tersenyum tipis. “Tangan Bapak sudah sembuh?” “Sudah, Wan. Tenang saja, Bapak sudah sehat.” jawab Bapak begitu meyakinkan. Terharu sekali, mendapati Bapak yang untuk berjalan saja nyaris tergopoh-gopoh, pagi ini menemani dan membantuku memasak tahu tiram. Apalagi ketika dengan yakinnya ia mengatakan, bahwa suatu hari nanti, ia akan begitu bahagia melihatku berhasil. Amin. *** “Kawan-kawan, hari ini aku bawa tahu tiram. Percaya nggak kalau rasanya ini benar-benar spesial? Ayo, cuma seribu. Murah meriah!” di depan kelas, seperti ini, aku biasa menawarkan tahu tiram kepada teman-teman. Kalau sedang tak ada dosen, tak pelak empat puluh tahu langsung ludes di tempat. Apalagi kalau musim hujan, tahu tiram yang masih hangat jadi serbuan. Tidak hanya di dalam kelas, agar dua ratus tahu yang kubawa ini habis, aku mesti berjalan di sekeliling kampus, menjajakan pada teman-teman yang lain. Kadang, kalau sedang mujur, tak mesti jauh-jauh hingga nyebrang fakultas. Di sekitar gedung bahasa dan seni saja tahu tiram ini laris manis. Beda halnya kalau sedang tak baik nasib, aku mesti berjalan hingga ke fakultas paling ujung. Demi ayah dan ibu, tak apalah. Yang penting kuliahku bisa tetap lancar dan sedikit untuk membiayai perawatan ayah. Aku lanjutkan berjualan. Hari ini cukup terik, tentu berpengaruh pada tahu tiramku. Agar tetap terjual, aku putuskan untuk berjualan ke fakultas lain. “Kamu ke sini untuk kuliah atau jualan sih?” dalam perjalanan menyusuri koridor-koridor fakultas, tiba-tiba seorang gadis nyeletuk demikian. Spontan langkahku terhenti di hadapannya. Kedua bola matanya memandangku begitu detil. Dari ujung
CERPEN rambut, pakaian, tas, celana hingga sepatu. Sepertinya ia punya banyak keluhan. “Hitung-hitung nambah uang saku, Mbak.” jawabku pelan. Tidak diikuti dengan mata yang seperti mercusuar. Gadis berkulit putih, lesung pipi dan bibir yang merona itu pergi. Harum tubuhya begitu menyengat. Ia tak meninggalkan jawaban atau perkataan apapun lagi. Tapi aku yakin, ia memendam semua. Ah, namanya berjuang, aku tak boleh begitu saja patah. Satu semester lagi kuliahku selesai. Aku bisa menyadang gelar sarjana pendidikan. Seperti impian Bapak dan Ibu. Hari semakin siang. Untunglah mata kuliah hari ini hanya satu, jadinya aku bisa berkeliling menjual tahu tiram. Kira-kira lima puluh lagi. Aku istirahat sejenak di masjid. Seperti biasa, menyantap nasi putih dan telor ceplok yang kusiapkan dari rumah lalu menunaikan kewajiban bathin. “Wan, Bapakmu pingsan.” dari parkiran masjid, Ata, sahabat karib yang kebetulan juga bekerja dekat rumahku tibatiba datang. Buru-buru aku berlari ke arahnya. “Kenapa, Ta?” tanyaku penasaran. “Bapakmu pingsan lagi. Tadi jatuh di kamar mandi.” ucap Ata tergesa-gesa. Wajahnya pucat pasi. Tidak ada hal lain yang kupikirkan selain segera sampai di rumah. Aku mengambil tas, tahu tiram yang tersisa dan langsung naik diboncengan Ata. Degup jantungku sudah tak karuan. Segala macam ketakutan menyergap. Aku belum siap! Debu jalanan kian tebal. Deru kendaraan begitu tajam memecah kesunyian. Tapi tidak di dadaku. Kabar siang ini adalah sunyi yang paling dalam. Ia mengembalikanku pada masa-masa kehilangan dulu, yang nyaris merenggut kepercayaanku pada takdir tuhan. Bapak masih dikerumuni jiran tetangga, sampai memenuhi seisi rumah. Ini sama dengan kejadian sepuluh tahun lalu. Aku, dibantu Ata dan beberapa orang tetangga langsung membawa Bapak ke rumah sakit terdekat. Keadaan Bapak benar-benar tak memungkinkan untuk dirawat di rumah. diabetes mellitus Bapak sudah parah. Beberapa kali kakinya terluka, tak bisa disembuhkan dan nyaris membuatnya tak bisa jalan. Belum lagi jantung bapak yang lemah. *** Dalam bulan ini, aku harus melunasi uang buku dan biaya rumah sakit Bapak. Uang beasiswa belum keluar. Kalau mesti berhutang lagi, aku tak tahu darimana dan pada siapa hendak berlabuh. Sudah terlalu banyak, bahkan lebih dari kemampuanku menalanginya. Aku mesti berjualan lebih banyak lagi. Mulai besok, aku akan membawa empat ratus tahu tiram. Sementara Bapak dirawat, dari siang sampai malam aku akan berkeliling menjajakan tahu ini. Aku yakin bisa membantu pelunasan pembayaran. “Wan, sudah malam, sebaiknya kau istirahat.” ucap Ata pelan. Ia menemaniku menjaga Bapak malam ini. “Sebentar lagi, Ta. Aku sedang menyiapkan tugas kuliah dan karya tulis untuk ikut lomba. Hadiahnya lumayan. Mudahmudahan bisa rezeki dan jadi uang tambahan.” “Sudah pukul 02.00, Wan. Besok saja kau lanjutkan.” “Besok aku sudah berniat akan berjualan sampai malam, Ta. Jadi, malam ini juga harus kuselesaikan.” Tetap saja, apa pun yang dikatakan Ata tak bisa memengaruhi keputusanku. Melihat wajah bapak yang masih begitu lemah di sampingku, malam ini seperti sangat pendek, dan aku mesti secepatnya menyelesaikan sejumlah target. Sebelum esok hari, ketakutan-ketakutan semakin tajam menyergap. Biar kantung mataku saja yang menghitam, asal jangan bibir bapak, asal tidak namaku di catatan perkuliahan.
MAJALAH UNIMED EDISI 6 APRIL - JUNI 2013
51
Shubuh tiba. Sebenarnya sekujur tubuhku begitu lemas. Malam tadi, nyaris tak sempat meluruskan punggung. Tapi lagi lagi, wajah Bapak yang masih tampak lemah itu jadi kekuatan. Buru-buru aku menuju ke pasar untuk menyiapkan bahan-bahan tahu tiram. Sementara Bapak, aku meminta tolong Ata untuk menjaganya hari ini. Jalanan terasa begitu dingin. Aku tak tahu apakah ini yang semua orang rasakan, atau cuma aku. Tubuhku sempoyongan. Beberapa kali hampir terjatuh dari sepeda Aku benar-benar berusaha ekstra untuk menyiapkan bahan dan menggoreng tahu tiram, hari ini. Lebih lelah lagi ketika harus menampik sejumlah ketakutan-ketakutan yang datang dan menghantui ketenanganku. Semoga Bapak baik-baik saja. Pukul 08.00 wib, aku sampai di kampus dengan nafas yang tersengal-sengal, pakaian yang apa adanya dan kantong plastik berisi tahu tiram di kanan kiri. Mata kuliah metode penelitian dimulai. Aku berusaha tetap serius dan maksimal. Setelahnya langsung berjualan tahu tiram. *** Beberapa hari sepanjang Bapak masih dirawat di Rumah Sakit, siang dan malam aku upayakan untuk memperbanyak hasil penjualan tahu tiram dan menyiapkan beberapa tulisan untuk diikutkan lomba. Ini semakin berat ketika Bapak divonis demikian parah penyakitnya, aku juga mesti mempersiapkan diri mengikuti ujian akhir. Tadinya terbesit dalam hati ihwal keputusasaan. Letih sekali rasanya menanggung semua itu. Dua puluh empat jam yang berputar di kepalaku lebih mirip nominal harga obat-obatan, uang buku, tahu tiram dan wajah Bapak yang kian lemah saja. Ah! Tapi aku percaya Tuhan takkan diam. “Biaya rumah sakit harus segera dilunasi, kalau tidak, Bapakmu tidak akan mendapat perawatan.” Perkataan itu masih jelas terngiang di telingaku. Entahlah, aku nyaris pasrah. “Tuhan, kalau memang sebatas ini rezekiku untuk membantu Bapak, beri kami kekuatan. Tetapi jika masih diberi kesempatan, kumohon beri kami kemudahan.”dalam linang air mata dan segenap kelelahan ini, aku serahkan semua ini pada Nya. Tidak ada kekuatan selain milik Nya. Bapak belum pulih juga. Sedang persedian uangku menipis. Siang ini, semoga saja ada kabar baik. Dengan semangat yang sesungguhnya sudah tertatih-tatih, aku menyusuri koridorkoridor di fakultas. “Wan, kemari sebentar.” panggil Pak Tri, ketua program studi Bahasa Indonesia sekaligus dosen pengampu akademikku. Aku mendatangi Pak Tri. Lagi lagi, seperti orang-orang pada umumnya, Pak Tri memandangiku dengan sangat detil. Tapi kali ini, diikuti dengan senyum sumringah. “Selamat, indeks prestasimu sangat bagus. Kau mendapat beasiswa lagi.” “Alhamdulillah, benar begitu, Pak?” Pak Tri mengangguk. Terang saja, aku kegirangan. “Ada kabar baik lagi,” Pak Tri menghela nafas, “mau tahu?” “Iya, Pak. Kabar apa lagi, Pak?” aku tak sabar mendengarnya. “Pagi tadi Bapak mendapat kiriman dari universitas di Yogyakarta. Karya tulismu menjadi juara.” ucap Pak Tri dengan semangat. “Alhamdulillah, Pak.” Dadaku berkelebat kebahagiaan. Hari ini, begitu banyak rezeki. Terima kasih, Tuhan. Semua perjuangan ini kusembahkan untuk Ibu dan Bapak. Tidak ada keinginan selain membahagiakan kedua malaikat yang sudah menjaga dan merawatku di bumi. Bu, ini juga karenamu. Karena pagi-pagi benar, ketika orangorang masih berperang dengan kantuk dan menimbang-timbang untuk menegakkan ibadah atau melanjutkan kemalasan, kau datang, menemaniku memacu langkah. Mempersiapkan bekal.
HUMAS UNIMED
MAJALAH UNIMED EDISI 5 JANUARI - MARET 2013
52
Marina K. Simorangkir, S.Sos Lahir di Medan, 30 Maret 1979 Bertugas di Humas Unimed sejak 2003
Bapak Tappil Rambe, S.Pd. M.Si., selaku kepala Humas Universitas Negeri Medan terus berupaya melakukan berbagai terobosan dan gagasan bersama tim humas untuk perubahan kearah lebih baik dalam meningkatkan pencitraan Unimed kepada publik. Bentuk rancangan yang akan difokuskan adalah memelihara dan menjalin baik hubungan yang terus terjaga dengan para jurnalis dan media masa lokal dan nasional. Selain itu melakukan berbagai kegiatan pelatihan dan workshop yang menunjang peningkatan kualitas SDM Humas. Para petugas humas dengan tanggung jawab internal yang tinggi harus mampu bersinergi terus dengan media massa dan melayaninya lebih dari sekedar sebagai kolega, namun harus sering duduk bersama dalam membatu
Unimed untuk berperan dalam pencitraan. Paran tim humas dituntut untuk secara serempak membangun konsensus dan pemahaman, menciptakan kepercayaan dan harmoni, pandai bicara dan mempengaruhi opini publik, mengantisipasi konflik dan menyelesaian perselisisihan internal. Salah satu konsep dasar dari praktik humas adalah mengetahui siapa yang menjadi pendengar atau pemirsa. Bagi praktisi humas global, ini berarti mengetahui khalayak merupakan kewajiban sehingga akan menyesuaikan harapan dan tantangan. Untuk itu, dibutuhkan keahlian khusus termasuk kemampuan berkomunikasi aktif secara santun, beretika, dan bermoral baik, serta memiliki skill kehumasan untuk menunjang tugas dan fungsi yang diamanahkan pimpinan kepada personil humas.
HP. 081260740412
Syahruddin Siregar Lahir di Medan, 05 Oktober 1961 abangda Ucok Humas sebagai petugas humas Unimed sejak 1999, HP. 081362329143
Arfi Lubis, S.Kom Medan, 05 Oktober 1979 Bertugas di Humas Unimed sejak 2004 HP. 081361111534
Drs. H. Aspikar
:
Jihan Siska
HUMAS UNIMED
Jihan Siska Bertugas di Humas Unimed sejak 1 Juni 2013 HP. 081263609210