e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) MELALUI PERMAINAN DENGKLENG UNTUK MENINGKATKAN KESEIMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK KELOMPOK A TK WIDYA SHANTI DENPASAR Eka Natalia1, I Gede Raga2, Ketut Pudjawan3 1
Jurusan Pendidikan Guru PAUD Jurusan Pendidikan Guru PAUD 3 Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
2
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan Kemampuan Motorik Kasar B anak kelompok B TK Widya Shanti Denpasar, Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014setelah menerapkan model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) dengan permainan dengkleng. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah 20 anak TK pada kelompok B Semester II Tahun Pelajaran. Data tentang kemampuan motorik kasar dikumpulkan dengan metode observasi. data hasil penelitian selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskritiptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukan bahwa terjadi peningkatan Kemampuan Motorik Kasar anak kelompok B melalui permainan dengkleng pada siklus I sebesar 63,75% pada kategori rendah dan pada siklus II meningkat menjadi sebesar 84,37% berada pada kategori tinggi. Jadi terjadi peningkatan Kemampuan Motorik Kasar dengan media kartu huruf sebesar 20,62%.. Kata kunci:
model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction), Kemampuan Motorik Kasar, permainan dengkleng
Abstract This study aims to determine the increase in Gross Motor Ability B Widya kindergarten children in group B Shanti Denpasar, Semester II Academic Year 2013/2014setelah implement learning models Direct (Direct Instruction) with dengkleng game. This research is an action research conducted in two cycles. Subjects were 20 kindergarten children in group B II Semester Academic Year. Data on gross motor skills were collected by the method of observation. research data were then analyzed using descriptive statistical analysis and quantitative analysis methods deskritiptif. The results of the data analysis showed that an increase in gross motor skills through play children in group B dengkleng the first cycle of 63.75% in the low category and the second cycle increased to 84.37% in the high category. So an increase in the Gross Motor Ability letter card media at 20.62% Keywords: direct instructional model, Gross Motor Ability, game dengkleng
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) PENDAHULUAN Pertumbuhan dari perkembangan anak usia dini merupakan masa yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia dimasa depan. Dengan demikian, untuk menyiapkan sumber daya yang berkualitas perlu diberikan stimulus secara holistik dari proporsional kepada anak sehingga memberikan hasil yang optimal dalam pertumbuhan dari pekembangannya. Konsep tersebut sejalan tujuan dari pembangunan nasional yaitu membangun manusia seutuhnya. Artinya membangun bukan saja ditujukan untuk mengejar kemajuan fisik, melainkan membangun sumber daya manusia dalam mempersiapkan generasi penerus yang berkualitas. Menurut Fasli Jalal (Buletin Padu,2002:9) bahwa tantangan yang harus dijawab diantaranya dengan ketersediaan sumber daya manusia yang sanggup menghadapi tantangan yang ada. Pengembangan sumber daya manusia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang antara lain ditandai oleh semakin meningkatnya mutu kehidupan bangsa dari martabat bangsa Indonesia di tengah-tengah peradaban dunia. Secara umum permasalahan pendidikan yang sangat mendasar masih berkisar pada belum tercapainya pemerataan dan rendahnya kualitas hasil pendidikan. Penanganan anak dini usia tidak cukup hanya ditangani oleh satu sektor saja karena ada tiga hal utama yang berkaitan dengan perkembangan dari pertumbuhan anak dini usia yaitu: (1) Pendidikan, adalah salah satu elemen terpenting dalam kehidupan secara umum diakui bahwa tingkat pendidikan seseorang merupakan indikator tingkat kemampuan berfikimya. Begitu vitalnya pendidikan dalam kehidupan manusia sehingga tidak salah jika ada yang berpendapat pendidikan memasuki kehidupan manusia mulai saat dalam kandungan hingga akhir hayatnya yang pada akhimya memunculkan konsep pendidikan seumur hidup (life long education). (2) Gizi dari kesehatan , dijabarkan dalam bentuk peningkatan kemampuan intelektual dari prosuktivitas kerja. Pembenan gizi yang baik sangat
penting bagi tumbuh kembangnya pada setiap periode pertumbuhan mulai dari masa konsepsi sampai lahir dari seterusnya (Buletin PADU, 2002:13), ketiga aspek tersebut merupakan pilar perkembangan anak dini usia. Sosialisasi PADU tidak hanya ditangani melalui pendidikan formal saja, melainkan keikutsertaan masyarakat sangat berarti. Pembukaaan sarana belajar seperti play group (untuk tumbuh kembang hubungan dari daya kreatifitas dan juga melatih daya motorik anak. Penyelenggaraan pendidikan anak dini usia dilandasi oleh filosofi demi kepentingan terbaik untuk anak dengan betul-betul memahami karakteristik, cara belajar mengajar, lingkungan belajar yang ideal. Pada masa seperti ini juga adanya tantangan hebat yang mendunia, maka generasi baru yang ingin diwujudkan oleh bangsa Indonesia juga memiliki karakteristik yang berbeda dengan masa lampau. Beberapa karakteristik generasi baru Indonesia adalah memiliki daya kompetensi yang tinggi, kemampuan adaptasi yang baik , dan memegang nilainilai dasar yang sudah dimiliki bangsa Indonesia. Perkembangan-perkembangan tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembentukan anak. Dari sini perkembangan motorik sangat ditentukan oleh unsur-unsur syaraf, otot dari otak. Ketiga unsur tersebut melaksanakan masing-masing peranannya secara interaksi positif, artinya unsur-unsur yang berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi, dengan unsur lainnya untuk mencapai kondisi motorik yang lebih sempurna. Selain mengandalkan kekuatan otot, rupanya kesempurnaan otak juga menentukan keadaan. Anak yang pertumbuhan otaknya mengalami gangguan tampak kurang terampil menggerak gerakkan tubuhnya. Perkembangan motorik tidak saja mencakup berjalan, berlari, melompat, naik roda tiga, mendorong, menarik, memutar, namun juga melibatkan hal-hal seperti menggambar, mencatat, mencoret dari kegiatan lain. Keterampilan motorik berkembang pesat pada usia dini.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Kemampuan keseimbangan membuat anak mencoba berbagai kegiatan dengan keyakinan yang besar akan keterampilan yang dimilikinya. Anak mampu memanipulasi objek kecil seperti potongan puzzle. Maka juga bisa menggunakan balok-balok dalam berbagai ukuran dari bentuk. Anak usia lima tahun belajar permainan lebih melibatkan ketrampilan motorik. Anak suka sekali masuk dari keluar kotak besar, dibawah meja, bersembunyi dari sesuatu. Kegiatan ini menggunakan bola, permainan atau orang. Anak amat menyukai gerakangerakan yang membangkitkan semangat. Untuk itu mereka tidak butuh berlamalama. Sehingga yang cocok usia ini permainan yang merangsang kegemaran mereka akan gerakan-gerakan bukan permainan kompetisi (Reni 2001:7) Seperti halnya pada TK Widya Shanti Denpasar, anak ini merupakan anak yang tergolong kedalam kelompok anak usia dini. Anak ini juga memiliki karakter-karakter yang seperti anak-anak usia dini pada umumnya, namun ada satu hal yang menjadi perhatian khusus peneliti menyangkut aspek perkembangan motorik kasar. Dimana pada observasi awal di TK tersebut, kriteria persentase perkembangan motorik kasarnya dalam berdiri di atas satu kaki diperoleh sebagai berikut: dari 20 orang anak hanya 4 (20%) anak yang mampu melakukannya dengan baik, 8 (40%) anak yang mampu dengan bantuan, 12 (60%) anak yang belum mampu melakukannya . Aspek perkembangan fisik atau motorik bertujuan untuk memperkenalkan dan melatih gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, sertameningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat dan terampil. Bidang pengembangan kemampuan dasar merupakan kegiatan yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas sesuai dengan tahap perkembangan anak. Bidang pengembangan kemampuan dasar meliputi aspek perkembangan
berbahasa kognitif, fisik atau motorik dan seni. Seperti halnya pada TK Shanti Kumara III Sempidi, berdasarkan pengamatan terhadap kegiatan pengembangan motorik halus anak kelompok B ditemukan adanya masalah dalam melakukan kegiatan melipat. Dimana pada observasi awal setiap anak disuruh meniru melipat kertas (1-7 lipatan), anak mengalami kesulitan dalam melipat kertas sampai dengan 7 lipatan, dari 33 siswa yang penulis berikan kegiatan tersebut hanya 10 orang anak ( 30% ) yang bisa atau sesuai dengan contoh, 11 ( 33% ) anak yang mampu tapi masih dibantu, dan 12 ( 37% ) lagi belum mampu melakukannya. Aspek perkembangan fisik atau motorik bertujuan untuk memperkenalkan dan melatih gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, sertameningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat dan terampil. Keterampilan anak berkaitan erat dengan perkembangan motoriknya. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot dan otak. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri, sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otototot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan belajar dan berlatih. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang secara optimal. Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otaklah yang mensetir setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan system saraf otak yang mengatur otot, memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Dalam proses perkembangan anak, motorik kasar berkembang lebih dahulu
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) dibandingkan dengan motorik halus. Hal ini terbukti bahwa anak sudah dapat menggunakan otot-otot kakinya untuk berjalan sebelum anak mampu mengontrol tangan dan jari-jarinya untuk menggambar, menggunting atau menulis. Salah satu kegiatan yang mampu meningkatkan kemampuan motorik kasar anak yaitu permainan dengkleng. Pada permainan dengkleng anak mampu menggerakkan badan dan kaki dalam rangka keseimbangan, kekuatan, koordinasi dan melatih keberanian akan mengalami peningkatan yang cukup baik, dan anak-anak merasa senang dan dapat melakukan kegiatan dengan bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain. Dalam penerapan permainan dengkleng diperlukan adanya model pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman belajar yang dapat meningkatkan keseimbangan motorik kasar anak yaitu model pembelajaran Langsung (Direct Instruction). Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) ini akan memberikan kesempatan bagi anak untuk bisa bereksplotasi dengan lingkungannya sehingga mempermudah anak dalam menguasai motorik kasar. Setelah dilakukan penelusuran lebih jauh, maka diketahuilah bahwa hal ini diakibatkan oleh adanya keengganan anak-anak dalam kegiatan motorik kasar yaitu kurangnya minat anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Ini diakibatkan kurangnya permainan yang menunjang yang mampu mengaktifkan minat anak. Dimana guru hanya menerapkan pembelajaran secara monoton, dan kurang menarik. Dari penjelasan diatas maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: (1) kemampuan motorik kasar anak dikelas ini masih rendah, (2) kurangnya minat anak dalam kegiatan pembelajaran, (3) kurang adanya permainan yang menunjang dalam meningkatkan perkembangan motorik kasar anak, (4) berdasarkan permasalahan tersebut diperlukan tindakan agar perkembangan motorik kasar anak dapat meningkat. Guru
diharapkan dapat menggunakan model yang lebih cocok dalam usaha meningkatkan kemampuan motorik anak. Selain model pembelajaran, permainan juga sangat berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan motorik kasar anak. Bertitik tolak dari permasalahan tersebut maka penulis melaksanakan penelitian mengenai penerapan permainan dengkleng dalam meningkatkan perkembangan motorik kasar anak usia dini. Untuk itu diambil judul penelitian Penerapan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Melalui Permainan Dengkleng Untuk Meningkatkan Keseimbangan Motorik Kasar Pada Anak Kelompok A Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 TK Widya Shanti Denpasar. Suprijono (2009:16) menyatakan model pembelajaran dapat diartikan sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan member petunjuk kepada guru di model pembelajaran adalah kelas. kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pecanang pembelajaran dan pera pengajar dalam mencanangkan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran dan memiliki arti yang sama dengan pendekatan, strategi, atau motode pembelajaran. Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif, dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) transformasi dan ketrampilan secara langsung; (2) pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu; (3) materi pembelajaran yang telah terstuktur; (4) lingkungan belajar yang telah terstruktur; dan (5) distruktur oleh guru. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape recorder, gambar, peragaan, dan sebagainya.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Informasi yang disampaikan dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif, (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi). Kritik terhadap penggunaan model ini antara lain bahwa model ini tidak dapat digunakan setiap waktu dan tidak untuk semua tujuan pembelajaran dan semua siswa. Menurut Nur (2000: 57-59) tentang Model Direct Instruction dapat dirangkum sebagai berikut: Salah satu tujuan pembelajaran yang penting dari setiap mata pelajaran di sekolah ialah memperoleh informasi dan keterampilanketerampilan dasar. Sebelum siswa mempelajari informasi dan keterampilan lanjut, mereka harus terlebih dahulu menguasai informasi dan keterampilan dasar. Untuk tercapainya tujuan seperti yang tertulis pada butir. Guru menggunakan Model Direct Instruction. Model pengajaran ini mempunyai landasan empirik dan teoritik dari anallisis system, teori pemodalan tingkah laku, dan penelitian tentang keberhasilan guru dalam mengajar. Dampak instruksional dari model pengajaran langsung ialah mengembangkan penguasaan keterampilan sederhana dan komplek serta pengetahuan deklaratif yang dapat dirumuskan dengan jelas dan diajarkan tahap demi tahap. Direct Instruction pada umumnya mempunyai Lima fase, menjelaskan tujuan pembelajaran dan menyiapkan siswa; mendemonstrasikan atau menjelaskan materi yang akan dipelajari oleh siswa; memberikan bimbingan praktek; mengecek pemahaman siswa dan memberikan balikan; dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih sendiri dan menerapkan hasil belajar. Model Direct Instruction memerlukan lingkungan pembelajaran terstruktur dengan baik dan uraian guru yang jelas. Pada tahap perencanaan perumusan tujuan dan analisis tugas, perlu mendapat perhatian yang seksama. Dalam melaksanakan Direct Instruction, guru perlu memberikan uraian yang jelas, mendemonstrasikan dan memperagakan tingkah laku dengan
benar, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih. Pelatihan perlu dilandasi oleh prinsip-prinsip sebagai berikut : Berikan pelatihan singkat dan frekwensi yang tidak berlebihan; Siswa benar-benar menguasai keterampilan yang dilatihkan; Menggunakan pelatihan berkelanjutan atau pelatihan berselang. Direct Instruction menuntut pengolaan kelas yang unik, menarik dan mempertahankan perhatian siswa dari awal sampai selesainya proses pembelajaran. Pengolaan kelas yang juga perlu memperoleh perhatian ialah mengatur tempo pembelajaran, kelancaran alur pembelajaran, mempertahankan ketertiban dan peserta siswa, dan menangani dengan cepat penyimpangan-penyimpangan tingkah laku siswa. Slavin (2003) mengemukakan tujuh langkah dalam sintaks pembelajaran langsung, yaitu sebagai berikut. Menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada siswa. Dalam tahap ini guru menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari dan kinerja siswa yang diharapkan. Me-review pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Dalam tahap ini guru mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai siswa. Menyampaikan materi pelajaran. Dalam fase ini, guru menyampaikan materi, menyajikan informasi, memberikan contoh-contoh, mendemontrasikan konsep dan sebagainya. Melaksanakan bimbingan. Bimbingan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan konsep. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih. Dalam tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilannya atau menggunakan informasi baru secara individu atau kelompok. Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik. Guru memberikan reviu terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa, memberikan umpan balik terhadap respon siswa yang benar dan mengulang keterampilan jika diperlukan. Memberikan latihan mandiri.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Dalam tahap ini, guru dapat memberikan tugas-tugas mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah mereka pelajari.Model pembelajaran langsung dikembangkan secara khusus untuk meningkatkan proses pembelajaran para siswa terutama dalam hal memahami sesuatu (pengetahuan) dan menjelaskannya secara utuh sesuai pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang diajarkan secara bertahap. Iswinarti (2007) telah menemukan 43 variasi nama untuk permainan Engklek atau dalam bahasa Inggris ”Hopscotch”. Nama-nama tersebut berbeda menurut daerah masing-masing, anatara lain: Engklek (Jawa ).: Asinan, Gala Asin (Kalimantan), Intingan (Sampit), Tenggetengge (Gorontalo), Cak Lingking (Bangka), Dengkleng, Teprok (Bali), Giligili (Merauke), Deprok (Betawi), Gedrik (Banyuwangi), Bak-baan, engkle (Lamongan), Bendang (Lumajang), Engkleng (Pacitan), Sonda (Mojokerto), Tepok Gunung (Jawa Barat), dan masih banyak lagi nama yang lain. Iswinarti (2007) menyatakan bahwa: Permainan dengkleng memiliki beberapa bentuk yaitu: Dengkleng bentuk kupingan, kapal balasam, sondah kapal, ebrekan. dengkleng bentuk gunung, gunungan. dengkleng bentuk palang merah. dengkleng bentuk sorok. dengkleng bentuk sorok (variasi lain). dengkleng bullet payung. dengkleng bentuk orangorangan. dengkleng bentuk pa,a. dengkleng bentuk baling-baling. dngkleng bentuk TV. dengkleng bentuk menara. Kegiatan motorik kasar adalah menggerakkan berbagai bagian tubuh atas perintah otak dan mengatur gerakan badan terhadap macam-macam pengaruh dari luar dan dalam. Motorik kasar sangat penting dikuasai oleh seseorang karena bisa melakukan aktivitas sehari-hari, tanpa mempunyai gerak yang bagus akan ketinggalan dari orang lain, seperti: berlari, melompat, mendorong, melempar, menangkap, menendang dan lain sebagainya, kegiatan itu memerlukan dan menggunakan otot-otot besar pada tubuh seseorang. Dengan demikian yang dimaksud motorik kasar dalam penelitian
ini adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi bagian tubuh anak seperti mata, tangan dan aktivitas otot kaki, dalam menyeimbangkan badan dan kekuatan kaki pada saat berjalan di atas papan titian. Dengkleng yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengkleng kupingan. Karena bentuknya sederhana dan mudah dalam melakukan dengkleng Dalam prosedur permainan dengkleng ini secara umum pemain harus mengangkat satu kaki dan melompat dengan kaki satu melewati kotak-kotak dalam dengkleng. Permainan ini mebutuhkan gacu (bisa dari pecahan genting, ataupun uang koin) untuk dilempar. Dalam tingkatan yang lebih tinggi pemain harus membawa gacu diatas telapak tangan dan menaruh diatas kepala sambil melompat dengan satu kaki. Ada berbagai variasi dalam hal aturan permainan dalam dengkleng ini. Setiap pemain membawa pecahan genteng dan melempar pecahan genteng kekotak yang telah tersedia. Bentuk kotak seperti capung dengan jumlah 9 kotak. Dalam permainan pecahan genteng atau sering disebut lembing, dilempar ke kotak yang pertama, jika melewati garis kotak yang tersedia pemain dianggap gugur yang kemudian dilanjutkan oleh pemain kedua. Pemain kedua pun melempar lembing ke kotak yang pertama, apabila lembing tidak melewati garis, pemain ke dua melompat dengan hanya satu kaki berada di dalam kotak yang kedua. Kotak yang pertama dilewatkan karena di sana telah terdapat lembing yang tadi dilempar. Dimana pun lembing berada mau diangka 1, 2, ataupun 3 berarti kaki tidak menginjak kotak yang berisi lembing. Setelah berada di kotak kedua dilanjutkan menuju kotak ketiga tentunya masih bertumpu dengan satu kaki. Setelah berhasil kaki kiri berada di kotak number 9 dan kaki kanan berada di kotak keempat, kemudian kaki kiri keempat dan kaki kiri kembali ke Sembilan dan kaki kanan ke lima dengan bersamaan. Begitu seterusnya sampai kaki kanan ke delapan kaki kiri kesembilan. Selanjutnya ke dua kaki berada di number 9. Kembali ke number tiga dengan hanya bertumpu dengan satu kaki, selanjutnya ke dua dan
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) setelah berada di number 2. Lembing yang tadi diambil dan langkahi kotak number satu sampai berada di garis start kembali. Dan ikuti langkah sseperti yang tadi hingga lembing berada di number 9. Setelah kembali ke start lempar lembing dengan membelakangi kotak, apabila lembing jatuh dinomber 3 berarti pemain tersebut memiliki rumah di angka 3 dan peserta lain tidak boleh menginjak rumah yang telah dimiliki. Menurut Sofan Amri dan Iif Khoiru (2010, 43-47) Model pembelajaran langsung memiliki lima fase yang sangat penting. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa Mempresentasikan dan mendemontrasikan pengetahuan atau keterampilan. Membimbing pelatihan. Mencek pemahaman dan umpan balik Memberi kesempatan pelatihan lanjutan dan penerapan Keseimbangan motorik kasar anak memerlukan koordinasi antara otot-otot untuk keterampilan gerakannya, misalnya meloncat dalam ketinggian lebih dari 20 cm perlu kekuatan dan konsentrasi yang baik. Gerakan motorik kasar membutuhkan aktivitas otot tangan, kaki dan seluruh tubuh anak. Ada beberapa kegiatan yang dapat mengembangkan gerakan motorik anak. Misalnya aktivitas bermain dengkleng, berjalan di atas papan tititan, melompat tali, senam, renang dan sebagainya. Hal tersebut selain dapat membuat senang anak juga dapatmelatih anak untuk percaya diri. Bredekamp dan Copple (Tadkiroatun Musfiroh, 2008: 71) berpendapat bahwa anak usia 4 tahun sudah dapat melakukan aktivitas sebagai berikut: Berjalan dengan menggunakan tumit kaki, berjinjit, melompat tidak beraturan, dan berlari dengan baik. Berlari degan satu kaki selama 5 detik atau lebih, menguasai keseimbangan dengan berdiri di atas balok 4 inci, tetapi mengalami kesulitan meniti balok selebar 5 cm tanpa melihat kakinya. Menuruni tangga dengan kaki bergantian, dapat memperkirakan tempat kaki berpijak. Melompat dengan aturan tempo yang memadai dan mampu memainkan permainan-permainan yang membutuhkan reaksi cepat.
Mulai mengkoordinasikan gerakangerakan pada saat memanjat atau berguling pada trampolin kecil (kain layar yang direntangkan untuk menampung akrobat). Menunjukkan kesadaran untuk menilai batas tingkah laku yang berbahaya dengan lebih baik, tetapi masih membutuhkan pengawasan dijalan atau perlindungan diri pada aktivitas yang penting. Menunjukkan peningkatan daya tahan dalam periode yang lebih lama, kadang-kadang terlalu bersemangat dan kehilangan control diri dalam kegiatan kelompok. Gerakan motorik anak dapat berkembang dengan baik bila mendapat kesempatan untuk melakukan dengan leluasa untuk mencoba dan dapat bantuan serta peralatan yang dibutuhkan serta bimbingan dari orang dewasa atau pendidik baik secara formal maupun informal. Demikian halnya dengan salah satu tujuan pendidikan kita adalah mengoptimalkan kemampuan anak dan membantu mengembangkan kemampuan yang sempurna secara fisik, intelektual dan emosional. Namun kita hanya memanfaatkan sebagian kecil saja dari kemampuan tersebut. Ini disebabkan karena kita tidak menggunakan media yang tepat untuk mengembangkan kemampuan tersebut. Mengembangkan media secara sederhana yang aman, murah, dan mudah dibuat adalah salah satu media yang digunakan untuk meningkatkan keaktifan anak dan pengembangan kemampuan fisik motorik kasar anak dalam berdiri diatas satu kaki dengan seimbang dimana media yang digunakan bermain dengkleng yaitu permainan yang mudah dilakukan. METODE Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014 pada kelompok A di TK Widya Shanti Denpasar dalam kegiatan pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran. Subjek penelitian ini adalah siswa kelompok A di Widya Shanti Denpasar Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 20 orang dengan 12 orang siswa laki-laki dan 8 orang siswa perempuan. Siswa ini dipilih menjadi
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) subjek penelitian mengingat di kelas A pada semester II tahun ajaran 2013/2014 di TK Widya Shanti Denpasar ditemukan permasalahan-permasalahan yang telah dipaparkan dalam latar belakang. Objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah kemampuan motorik kasar anak. Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Agung (2010:2) bahwa PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih professional. Wendra (2007:45) mengemukakan bahwa penelitian tindakan pada prinsipnya dimaksudkan untuk melakukan upaya perbaikan terhadap praktek pendidikan yang dilakukan praktisi pada bidang pendidikan, sambil melakukan tugasnya dengan jalan merenung kembali apa yang telah dilakukan yang terarah kepada perbaikan kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya. Dengan kata lain penelitian tindakan dilakukan untuk memperbaiki kinerja diri sendiri melalui pemahaman kerja sendiri, tetapi dilaksanakan secara terencana, sistematik dan mawas diri. Dalam PTK ini mengacu pada teori yang dikemukakan Stephen Kemmis dan McTaggart (Kasbolah.1998:113). Dalam model PTK ini ada empat tahapan pada satu siklus penelitian. Keempat tahapan tersebut terdiri dari perencanaan,
tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam dua siklus. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus namun tidak menutup kemungkinan dapat dilakukan siklus berikutnya jika tidak memenuhi target. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian meliputi variabel bebas yaitu pembelajaran langsung (Direct Instruction) dan permainan dengkleng variabel terikat yaitu kemampuan motorik kasar. Definisi dari masing-masing variabel tersebut sebagai berikut. Untuk pengumpulan data tentang kemampuan motorik kasar anak penulis menggunakan metode observasi. “Metode observasi adalah suatu cara memperoleh atau mengumpulkan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang objek tertentu” (Agung,2010). Observasi dilakukan terhadap kegiatan anak dalam motorik kasar melalui kegiatan melipat kertas. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan pada masing-masing siklus dengan menggunakan instrument penelitian berupa lembar observasi. Setiap kegiatan yang diobservasi dikategorikan ke dalam kualitas yang sesuai dengan berpedoman pada permendiknas No.58 tahun 2009 Untuk mendapatkan data yang diinginkan maka disusunlah kisi-kisi instrumen penelitian untuk memudahkan dalam proses penelitian.
Tabel 1. Instrumen penelitian kemampuan motorik kasar anak dalam
permainan dengkleng No 1.
Variabel Kemampuan Motorik Kasar
Indikator
Berdiri diatas satu kaki Berdiri diatas satu kaki sambil melompat
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Tabel 2. Rubrik Penskoran Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Skor No
Indikator
1
Berdiri diatas satu kaki
2
Berdiri diatas satu kaki sambil melompat
3
Tabel 3. Pedoman Penskoran Tanda Makna Berkembang Sangat Baik Berkembang Sesuai Harapan Mulai Berkembang
4
Belum Berkembang
No 1 2
Skor 4 3 2 1
Permendiknas No. 58, 2009:1 ) Setelah data terkumpul maka dilakukan analisis data, dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Metode analisis statistik adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan teknik dan rumus-rumus statistik deskriptif seperti frekuensi, grafik, angka rata-rata (mean), median (Md), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum.
Metode analisis statistik kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2011). Tingkatan perkembangan motorik kasar anak Taman Kanak-kanak dengan permainan dengkleng dapat ditentukan dengan membandingkan M (%) atau ratarata persen ke dalam PAP skala lima dengan kriteria sebagai berikut.
Tabel 4. Pedoman PAP Skala Lima tentang Perkembangan Motorik Kasar Anak Persentase 90-100 80-89 65-79 55-64 0-54 Sumber:Agung (2010: 12)
Kriteria Kemampuan Motorik Kasar Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Penelitian dilaksanakan di kelompok A TK Widya Shanti Denpasar dengan jumlah siswa 20 orang. Penelitian ini dilaksanakan 2 bulan dari tanggal 1 Maret 2014 sampai 30 April 2014. Data kemampuan motorik anak disajikan dalam bentuk tabel frekuensi, menghitung mean (M), median (Md), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima. Pada siklus I diperoleh rata-rata (mean) sebesar 5,10, nilai tengah (median) sebesar 5,00, dan nilai yang paling banyak muncul (modus) sebesar 5,00. Jika, nilai mean, median, dan modus tersebut digambarkan kedalam kurve poligon, maka akan membentuk kurve kurve juling positif (M>Md=Mo).
poligon, maka akan membentuk kurve poligon juling negatif (M<Md=Mo). Untuk menentukan tingkat belajar siswa, maka rata-rata dibandingkan dengan kriterian Penilaian Acuan Patokan.
M=6,75
Md,Mo=7,00
Gambar 2. Kurve Poligon Siklus II Perbandingan rata-rata presentase yang diperoleh yaitu 84,37% berada pada tingkat penguasaan 80-89% yang berarti bahwa hasil observasi kemampuan motorik kasar siklus II berada pada kriteria tinggi
Mo,Md=5,00
M=5,10
Gambar 1. Kurve Poligon Siklus I Perbandingan rata-rata presentase yang diperoleh yaitu 63,75% berada pada kategori 55-64 % yang berarti bahwa hasil kemampuan motorik kasar anak pada siklus I berada pada kriteria rendah. Dari hasil pengamatan dan temuan selama pelaksanaan tindakan pada siklus I tingkat perkembangan bahasa anak masih berada pada kriteria sedang, maka masih perlu dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II diperoleh rata-rata (mean) sebesar 6,75, nilai tengah (median) sebesar 7,00, dan nilai yang paling banyak muncul (modus) sebesar 7,00. Jika, nilai mean, median, dan modus tersebut digambarkan ke dalam kurve
Pembahasan Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskripsi kuantitatif memberikan gambaran bahwa dengan penerapan permainan dengkleng untuk kemampuan motorik kasar diperoleh ratarata observasi kemampuan motorik kasar pada siklus I sebesar 63,75% dan ratarata observasi kemampuan motorik kasar pada siklus II sebesar 84,37%. Ini menunjukkan adanya peningkatan ratarata persentase observasi anak dari siklus I ke siklus II sebesar 20,62%. Penerapan model pembelajaran direct instruction dilakukan dalam beberapa proses kegiatan pembelajaran yang mampu meningkatkan perkembangan motorik kasar anak. Permainan dengkleng memberikan manfaat yang luar biasa pada perkembangan anak. Seperti dapat melatih kemampuan motorik kasar anak.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Keberhasilan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan permainan dengkleng untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar ternyata sangat efektif untuk meningkatkan observasi, dan oleh karenanya para guru sangat perlu menerapkan permainan dengkleng untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar secara intensif dan berkelanjutan guna meningkatkan observasi para anak didik. Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Apabila guru menggunakan model pengajaran langsung ini, guru mempunyai tanggung jawab untuk mengudentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang besar terhadap penstrukturan isi/materi atau keterampilan, menjelaskan kepada siswa, pemodelan/mendemonstrasikan yang dikombinasikan dengan latihan, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta memberikan umpan balik. Model pengajaran langsung ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Hal yang sama dikemukakan oleh Arends (1997:66) bahwa: “The direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-bystep fashion.” Penerapan Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) dengan permainan dengkleng bagi anak usia dini akan belajar keseimbangan diri. Bermain dengkleng yang merupakan kegiatan motorik kasar anak dalamkegiatan berdiri diatas satu kaki dengan seimbang akan dapat melakukan kegiatan bermain yang belum pernah mereka lakukan disekolah.
Dengan bermain dengkleng anak mampu mencapai kemampuan gerak, serta memiliki ketertarikan pada permainan sederhana dan anak-anak senang karena melakukan kegiatan pembelajaran dengan bermain. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana disajikan dalam BAB IV di depan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Terdapat peningkatan hasil belajar dalam kemampuan motorik kasar anak kelompok A semester II di TK Widya Shanti Denpasar setelah menggunakan permainan dengkleng sebesar 20,62%. Ini terlihat dari peningkatan rata-rata persentase hasil belajar anak pada siklus I sebesar 63,75% menjadi sebesar 84,37% pada siklus II yang ada pada kategori tinggi. Berdasarkan simpulan di atas, dapat diajukan saran-saran sebagai berikut. Kepada guru, disarankan untuk lebih kreatif dalam memilih dan menerapkan permainan yang sesuai dengan materi pembelajaran. Kepada kepala sekolah, disarankan mampu memberikan suatu informasi mengenai media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif, efisien, dan inovatif. Kepada peneliti lain hendaknya dapat melaksanakan PTK dengan berbagai metode dan media pembelajaran lain yang belum sepenuhnya dapat terjangkau dalam penelitian ini, dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembanding dalam melakukan suatu penelitian berikutnya. DAFTAR RUJUKAN Agung, A. A. Gede. 2010. Bahan Kuliah Statistik Deskriptif. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha. -------, 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha. Amri,
Sofan dan Konstruksi Pembelajaran. Pustaka
Iif
Efendi. 2010. Pengembangan Jakarta: Prestasi
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Kardi
dan Nur. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: Universitas Negeri Malang. Press.
Nuryani R. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Malang: Universitas Negeri Malang. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009, tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan TK dan SD. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka. Wendra, 2007. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Bandung: Bumi Angkasa