ARTIKEL
HUBUNGAN PERAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL DENGAN TINGKATAN SPIRITUALITAS PADA LANSIA DI DESA BEJI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEYANGAN UNGARAN TIMUR
DISUSUN OLEH: ANDINI WIDANTI 010214A006
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016
Page | 1
HUBUNGAN PERAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL DENGAN TINGKATAN SPIRITUALITAS PADA LANSIA DI DESA BEJI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEYANGAN UNGARAN TIMUR Andini Widanti*), Mona Saparwati**), Abdul Wakhid***) *) Alumni Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ***) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Peran keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Spiritual adalah kehidupan, tidak hanya doa, mengenal dan mengakui Tuhan. Tujuan penelitian ini adalah Menganalisa hubungan peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada lansia dengan tingkatan spiritualitas pada lansia di Desa Beji Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur. Penelitian ini menggunakan Deskriptif Korelasi dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi sebanyak 550 lansia dengan sampel 85 lansia menggunakan teknik Purposive Sampling alat pengambilan data menggunakan kuesioner yang sudah di uji validitas dengan menggunakan 12 pertanyaan pada variabel peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan spiritual dan 20 pertanyaan pada variabel tingkatan spiritualitas. Uji analisis data menggunakan Chi-square. Hasil penelitian menunjukan bahwa lansia di Desa Beji sebagian besar mendapatkan peran keluarga 40 orang (47,1 %). Lansia di Desa Beji dalam tingkatan spiritualitas sedang sebanyak 38 orang (44,7%). Ada hubungan yang signifikan antara peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan spiritual dengan tingkatan spiritualitas pada lansia di Desa Beji, dengan p value 0,036 (α = 0,05). Dari hasil penelitian ini diharapkan keluarga meningkatkan pengetahuan dan peran keluarga terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual pada lansia. Kata Kunci : Peran Keluarga, Lansia, Tingkat Spiritualitas Kepustakaan : 24 (2004-2013) ABSTRACT The Family’s Role in main system support for geriatric in maintaining the health. Spiritual is life, not pray only and knowing God. The pupose of this research is to analyze the relationship between familt role in fulfilling spiritual requirement of geriatric with spirituality level of geriatric at Beji Village work area of Puskesmas Leyangan Ungaran Timur. The research used deskriptive correlation with cross sectional approach. The population was 550 geriatric with sample as many as 85 used purposive sampling technique. Instrument of collecting data used questionnaire which had
Hubungan Peran Keluarga dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual dengan Tingkatan Spiritualitas pada Lansia di Desa Beji Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur
Page | 2
been tested validity used 12 questions on variable family role in fulfilling spiritual and 20 questions on variable spirituality level. Data analysis used Chi-Square test. Results of this research indicates that the most of geriatric at Beji Village get family role as many as 40 (47,1%). The most of geriatric in Beji Village have sufficient spirituality level as many as 38 (44,7%). There is significant relationship between family role in a fulfilling the spiritual requirement with spirituality level of geriatric at Beji Village, with p-value 0,036 (α = 0,05). It is suggested for family to increase the knowledge and the role in fulfilling spiritual of geriatric. Keywords References
: Family Role, Geriatric, Spirituality Level : 24 (2004-2013)
PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 yang mengenai kesejahteraan lanjut usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun keatas. Sedangkan munurut WHO batasan usia lanjut meliputi usia pertengahan yaitu kelompok usia 4559 tahun (Nugroho, 2008). Di Indonesia batasan usia lanjut adalah 60 tahun ke atas, terdapat dalam UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia. Menurut UU tersebut diatas lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita. Dalam perawatan lansia peran keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga antara lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan status sosial eksternal serta memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia (Padila, 2013). Menurut PPKS (2015), peran keluarga dan masyarakat dalam pembinaan
spiritual lansia adalah memberikan fasilitas keagamaan yang sederhana antara lain peralatan ibadah, kitab suci, buku-buku agama dan menyediakan waktu pada acara keagamaan dan perayaan hari-hari besar bersama keluarga serta masyarakat. METODE PENELITIAN Penelitian ini mnggunakan desain penelitian deskriptif korelasi. Dalam pnelitian ini peneliti mencoba untuk menyelidiki hubungan peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan spiritual dengan tingkatan spiritualitas pada lansia di Desa Beji wilayah kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependent hanya dengan satu kali pada satu saat.
Hubungan Peran Keluarga dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual dengan Tingkatan Spiritualitas pada Lansia di Desa Beji Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur
Page | 3
keluarga dalam kategori baik dalam pemenuhan kebutuhan spiritual, sejumlah 40 orang (47,1%).
HASIL PENELITIAN ANALISA DATA
2. Tingkatan Spiritualitas Lansia di Desa Beji
ANALISA UNIVARIAT 1. Peran Keluarga dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkatan Spiritualitas pada Lansia Di Desa Beji
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Peran Keluarga Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pada Lansia Di Desa Beji Peran keluarga Tidak Baik Sedang Baik Jumlah
Frekuensi 21 24 40 85
pada
Tingkatan Spiritualitas Rendah Sedang Tinggi Jumlah
Persentase (%) 24,7 28,2 47,1 100
Frekuensi
Persentase (%) 24,7 44,7 30,6 100
21 38 26 85
Berdasarkan tabel 4.6, dapat diketahui bahwa setengah dari keseluruhan jumlah responden memiliki tingkatan spritualitas sedang yaitu sejumlah 38 orang (44,7%).
Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa dari 85 responden Lansia didesa Beji, sebagian besar responden mendapat peran dari ANALISA BIVARIAT
Tabel 3 Hubungan peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan spiritual dengan tingkatan spiritualitas pada lansia di desa Beji Tingkatan spiritualitas Peran keluarga
Rendah
Sedang
Tinggi
f
%
F
f
Tidak Baik
6
28,6
Sedang
7
Baik Total
%
Total
%
f
%
12 57,1 3
14,3
21
100
29,2
13 54,2 4
16,7
24
100
8
20,0
13 32,5 19 47,5
40
100
21
24,7
38 44,7 26 30,6
85
100
pvalue
0,036
Hubungan Peran Keluarga dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual dengan Tingkatan Spiritualitas pada Lansia di Desa Beji Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur
Page | 4
Berdasarkan uji Chi-Square diperoleh nilai p sebesar 0,036. Karena p < α (0,05) maka Ho ditolak artinya bahwa hipotesis diterima, yang berarti ada hubungan antara peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan spiritual dengan tingkatan spiritualitas di desa Beji. PEMBAHASAN Gambaran Peran Keluarga Dalam Pemenuhan Spiritual Pada Lansia Di Desa Beji Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada lansia di Desa Beji, mendapatkan peran keluarga yang baik, sebanyak 40 responden (47,1%). Ini menunjukan bahwa setengah dari lansia di Desa Beji yang mendapatkan peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan spiritual dalam kategori baik. Presentase peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada lansia di Desa Beji terdapat responden yang mendapatkan peran keluarga yang tidak baik 21 responden (24,7%), hal tersebut ditunjukkan dengan keluarga yang tidak memberikan pengertian kepada lansia tentang perubahan yang terjadi pada kehidupan lansia. Disini anggota keluarga seolah beranggapan bahwa yang lansia alami saat ini tidak perlu mendapakan peran keluarga, ditemukan pula bahwa keluarga tidak memberi dorongan kepada lansia untuk memahami kekurangan dan kelebihan pada diri lansia (11,8%), keluarga tidak membantu lansia
dalam menyelesaiakan masalah yang lansia hadapi (9,4%). Selain itu lansia yang mendapatkan peran keluarga yang tidak baik karena keluarga yang tidak mau mendengarkan keluh kesah yang lansia alami. Peran keluarga adalah tingkah laku yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dana masyarakat (Setiadi, 2008). Peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan lansia sangatlah penting dalam kehidupan lansia sehari-hari, terutama peran keluarga sebagai motivator, edukator dan fasilitator. Lansia di Desa Beji yang mendapatkan peran keluarga yang sedang tersebut berarti masih kurang dalam mendapatkan peranan keluarga dalam kehidupannya. Peran keluarga sebagai edukator, keluarga diaharapkan dapat memberikan informasi tentang kesehatan pada lansia sehingga lansia tahu apa yang harus dilakukan dan tidak dilakukan. Peran keluarga
Hubungan Peran Keluarga dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual dengan Tingkatan Spiritualitas pada Lansia di Desa Beji Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur
Page | 5
sebagai pendidik bagi anggota keluarga yang lain dalam melaksanakan program asuhan kesehatan secara mandiri. Hal ini dapat berfungsi sebagai usaha promotif dari keluarga. Maryam, dkk. (2008) berpendapat bahwa upaya promotif merupakan upaya menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut agar mereka tetap dihargai dan tetap berguna baik dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Peran keluarga sebagai fasilitator keluarga mampu membimbing, membantu, dan mengalokasikan sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhan lansia. Upaya ini juga dapat berfungsi sebagai rehabilitatif meupun kuratif. Menurut Suhartini (dalam Kartisari & Handayani, 2012) lansia Indonesia pada umunya masih merasa nyaman karena anak atau saudar-saudara yang lainnya masih merasa merupakan jaminan yang baik bagi orangtuanya. Anak berkewajiban menyantuni orangtua yang sudah tidak dapat mengurus pribadinya sendiri. Nilai tersebut masih berlaku karena anak wajib memberikan kasih sayangnya kepada orangtuanya. Urain diatas sesuai dengan teori Padila (2013). Dalam perawatan lansia peran keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga antara lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan
meingkatkan status mental, mengantisipasi perubahan status sosial ekternal serta memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia (Padila, 2013). Gambaran Tingakatan Spiritualitas pada Lansia di Desa Beji Berdasarkan tabel 4.6, dapat diketahui bahwa responden berjumlah 85 lansia yang memiliki tingkatan spiritualitas sedang 38 orang (44,7%). Hasil penelitian menunjukan bahwa lansia lansia di desa Beji yang memiliki tingkatan spiritualitas rendah 21 orang (24,7%), hasil penelitian yang telah saya lakukan pada lansia tentang spiritualitas pada diri sendiri didapatkan hasil bahwa lansia tidak pernah meluangkan waktu untuk menenangkan diri (16,5%), lansia tidak mempercayai bahwa nanti di hari tuanya tidak menjadi bahagia walaupun anakanak tinggal berama lansia (13,9%), serta lansia yang tidak mengetahui kekurangan yang ada dalam diri lansia (10,6%). Menurut Hamid (2000), faktor penting yang dapat mempengaruhi spiritual seseorang adalah tahap perkembangan spiritual berhubungan dengan kekuasaan non material, seseorang harus memiliki beberapa kemampuan berfikir abstrak sebelum mulai mengerti spiritual dan
Hubungan Peran Keluarga dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual dengan Tingkatan Spiritualitas pada Lansia di Desa Beji Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur
Page | 6
menggali suatu hubungan dengan yang Maha Kuasa. Hal ini bukan berarti bahwa spiritual tidak memiliki makna bagi seseorang. Peranan keluarga penting dalam perkembangan spiritual individu. Tidak begitu banyak yang diajarkan keluarga tentang Tuhan dan agama, tapi individu belajar tentang Tuhan, kehidupan dan diri sendiri dari tingkah laku keluarganya. Oleh karena itu keluarga merupakan lingkungan terdekat dan dunia pertama dimana individu mempunyai pandangan, pengalaman terhadap dunia yang diwarnai oleh pengalaman dengan keluarganya (Taylor, Lillis & LeMone, 1997). Peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada lansia, didukung dengan hasil presentase pada kuesioner yaitu didapatkan hasil presentase tertinggi dalam indikator peran keluarga sebagai edukator 49 responden (57,64%). Dapat dilihat diantaranya keluarga yang memberikan pengertian kepada lansia tentang perubahan yang terjadi pada kehidupan lansia, keluarga yang mengajarkan kepada lansia bagaimana berinteraksi dengan baik kepada orang lain, keluarga yang memberikan arahan atau pengertian kepada lansia bagaimana untuk menghadapi perubahan musim dan keluarga memberikan contoh kepada lansia apabila lansia lupa dengan tata cara beribadah.
Penelitan yang telah saya lakukan ini juga sesuai dengan penelitian yang telah di lakukan oleh Yensi, Agus dan Endang tentang Gambaran Tingkat Spiritualitas Lanjut Usia di Unit Pelayanan Teknis Panti Sosial Lanjut Usia (UPT PSLU) Magetan. Dapat disimpulkan bahwa rata-rata tingkat spiritualitas lansia di UPT PSLU Magetan adalah baik. Hasil yang diperoleh dari tingkat spiritual anandarajah dan hight menunjukkan tingkat spiritual baik sebanyak 45 responden (74%), Cukup sebanyak 10 responden (16%), dan kurang sebanyak 6 responden (10%). Hubungan peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan spiritual dengan tingkatan spiritualitas pada lansia di desa Beji. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa lansia yang mendapatkan peran keluarga kategori tidak sebagian besar mengalami tingkatan spiritual sedang sejumlah 12 orang (57,1%). Berdasarkan uji Chi-Square diperoleh nilai p sebesar 0,036. Karena p < α (0,05) maka Ho ditolak artinya bahwa hipotesis diterima, yang berarti ada hubungan antara peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan spiritual dengan tingkatan spiritualitas di desa Beji. Hal ini dikarenakan lansia di Desa Beji tersebut mempunyai hubungan yang baik terhadap
Hubungan Peran Keluarga dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual dengan Tingkatan Spiritualitas pada Lansia di Desa Beji Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur
Page | 7
keluarganya, terhadap sesama lansia dan lansia mempunyai hubungan yang baik dengan lingkungan sekitar selain itu keluarga melakukan perannya dengan baik terhadap lansia. Peran keluarga ter hadap lansia sangatlah penting karena di usianya yang semkain tua lansia tersebut membutuhkan kasih sayang dari keluarganya. KETERBATASAN PENELITIAN Keterbatasan dalam penelitian ini ditemukan beberapa hal, diantaranya adalah keterbatasan lansia yang tidak mengerti Bahasa Indonesia dan harus diberikan penjelasan tentang kuesioner secara berulang-ulang. Kemudian lansia yang tidak bisa menulis dan membaca sehingga peneliti sendiri yang membantu lansia tersebut. KESIMPULAN Setengah dari jumlah responden mendapat peran dari keluarga dalam kategori baik dalam pemenuhan kebutuhan spiritual, sejumlah 40 orang (47,1%). Setengah dari jumlah responden memiliki tingkatan spritualitas sedang yaitu sejumlah 38 orang (44,7%). Ada hubungan yang signifikan anatara Hubungan Peran Keluarga dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual dengan Tingkatan Spiritualitas pada Lansia di Desa Beji Wilayah Kerja Puskesmas
Leyangan Ungaran Timur dengan nilai p sebesar 0,036, p < α (0,05). SARAN Bagi keluarga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan peran keluarga terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual pada lansia. Agar dalam perawatan dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Bagi intitusi pendidikan diharapkan dapat mengembangkan keilmuan secara mendalam yang berhubungan dengan peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan spiritual dengan tingkatan spiritualitas pada lansia, maupun pada perkembangan spiritual lainnya. Bagi perawat, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan informasi tentang hubungan perna keluarga dalam pemenuhan kebutuhan spiritual dengan tingkatan spiritualitas pada lansia, sehingga perawat atau tenaga kesehatan yang lain untuk kedepannya dapat memberikan informasi pada keluarga agar lebih baik dalam perawatan lansia, terutama pada tingkatan spiritualitas. Bagi peneliti lain, dapat mengaplikasikan secara langsung ilmu keperawatan khususnya dari penelitian ini dapat lebih memotivasi keluarga untuk lebih dekat dan lebih peduli akan kesehatan maupun perawatan pada lansia. DAFTAR PUSTAKA
Hubungan Peran Keluarga dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual dengan Tingkatan Spiritualitas pada Lansia di Desa Beji Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur
Page | 8
Agustin, Yesy Ni’ma. 2013. Gambaran Tingkat Spiritualitas Lanjut Usia di Unit Pelayanan Teknis Panti Sosial Lanjut Usia (UPT PSLU) Magetan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Ali, Zaidin. 2006. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Astaria, Sonia R. 2009. Pengaruh Kebutuhan Spiritual pada Lansia di Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia. Universitas Sumatera Utara. Diakses 8 Oktober 2015. http:///www.researchgate. net/publication/47734950 _Pemenuhan_Kebutuhan _Spiritual_Pda_Lanjut_U sia_di_Kelurahan_Tanju ng_Gusta_Kecamatan_M edan_Helvetia BKKBN, 2007. Peran Orang Tua dalam Pembinaan Remaja. Diakses 10 November 2015. www:jabar.bkkbn.go.id Dewi, Sofhia Rhosma. 2014. Buku Ajar Keperawatn Gerontik. Yogyakarta: Deepublish Hamid, A. Y. S. 2008. Bunga Rampai Asuhan
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC Hidayat. T. (2004). Kesehatan Jiwa Lanjut Usia. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2015 dari: http://pikiranrakyat.com Ghozali. 2007. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Kemenkes. 2013. Tripel Burden Ancam Lansia. Diakses 22 Oktober 2015. http://www.depkes.go.id/ article/view/13100008/tri ple-burden-ancamlansia.html. L, Jhonson and R, Leny. 2010. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika. Maryam, Siti, R, et al. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika Mubarak, W. (2006). Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Sagung Seto. Notoadmojo. 2012. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi II. Jakarta: Salemba Medika Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGC Nugroho, Wahjudi, H. 2009. Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian. Jakarta: Salemba Medika
Hubungan Peran Keluarga dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual dengan Tingkatan Spiritualitas pada Lansia di Desa Beji Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur
Page | 9
Padila.
2011. Buku Ajar: Keperawatan Keluarga. Bengkulu: Nuha Medika.
Padila.
2013. Buku Ajar: Keperawatan Gerontik. Bengkulu: Nuha Medika. Kencana. 2015. Lansia Tangguh dengan 7 Dimensi. DIY. Diakses pada 26 Januari 2016 http://ppkskencanadiy.bl ogspot.co.id/2015/08/lans ia-tangguh-dengan-7dimensi.html?m=1
PPKS
Setiadi, (2008). Kosep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha Ilmu Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Stanley, et al. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Edisi 2., Jakarta: EGC. Tamher, S dan Noorkasiani. 2012. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Hubungan Peran Keluarga dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual dengan Tingkatan Spiritualitas pada Lansia di Desa Beji Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan Ungaran Timur
Page | 10