DINAMIKA RESPON PENAWARAN KOMODITAS KACANG TANAH DI INDONESIA Heriyanto1), Ratya Anindita2) dan Ratih Yuli Lestari3) 1)
Peneliti Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, Malang Guru Besar Jurusan Agribisnis Fak. Pertanian Univ. Brawijaya, Malang 3) Alumni Mahasiswa Jurusan Agribisnis Fak. Pertanian Univ. Brawijaya, Malang 2)
ABSTRAK Selama 10 tahun (1999-2008) terakhir Indonesia dapat dikategorikan sebagai negara netimpor kacang tanah. Upaya peningkatan produksi tergantung dari respon penawaran petani terhadap berbagai faktor. Oleh karena itu kajian respon penawaran komoditas kacang tanah akan memberikan informasi bagi pembuat kebijakan untuk meningkatkan produksi kacang tanah. Model penawaran nerlove dengan data series tahun 1970-2008 dipergunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi respon penawaran kacang tanah dan mengestimasi nilai elastisitas harga sendiri dan elastistas harga silang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga kacang tanah mempunyai efek positif terhadap penawaran, tetapi produksi komoditas kacang tanah pada tahun sebelumnya dan harga komoditas tanaman lain mempunyai efek negatif. Sedangkan elastisitas harga sendiri penawaran komoditas kacang tanah jangka pendek maupun jangka panjang adalah bersifat tidak elastis (inelatis). Elastisitas harga silang penawaran komoditas kacang tanah baik jangka pendek maupun jangka panjang sifatnya menunjukkan bahwa kacang tanah bersaing dengan tanaman lain. Kata kunci: dinamika, suplai, respon dan kacang tanah
ABSTRACT Commodities supply response dynamics of groundnut in Indonesia. For the past 10 years (1999-2008), Indonesia has been categorized as a net-importing countries. The effort of increasing of groundnut production is depend on farmers’ supply response to its factors. Therefore, the study on the supply response of groundnut will help the policy makers to find solution for increasing the groundnut production. Nerlove supply response with data time series (1970-2008) was applied to find the effect of factors to the ground nut supply response and to estimate the price own elasticity and the cross price elasticity both in the short run and the long run. The results showed price of groundnut has positive effect to its supply, but production of groundnut in the previous year and price of others has negative effect to the groundnut supply response in the farmers. Owns price elasticity of groundnut in short and long run was ineslatic but cross price elasticity indicated that groundnut production was compete to others. Keywords: dynamics, supply, response, groundnut
PENDAHULUAN Data yang dipublikasi FAO (2010) menunjukkan kondisi Indonesia dalam perdagangan internasional impor kacang tanah pada kurun waktu 10 tahun terakhir (1999-2008) mengalami kenaikan sebesar 158%, dari 38,6 juta dolar Amerika Serikat (AS) pada tahun 1999 menjadi 99,6 juta dolas AS pada tahun 2008. Impor tersebut didominasi oleh kacang tanah berbentuk ose. Nilai ekspor kacang tanah juga mengalami kenaikan dari 2,9 juta dolar AS pada tahun 1999 menjadi 9 juta dolas AS pada tahun 2008, dalam bentuk glondongan. Apabila ditelaah dari sisi neraca perdagangan internasional ternyata posisi Indonesia adalah sebagai negara net-impor dengan nilai yang cukup tinggi. Kenaikan 422
Heriyanto et al.: Dinamika respons penawaran komoditas kacang tanah di Indonesia
impor sekitar 61 juta dolar AS, sedangkan kenaikan ekspor hanya sekitar 6,1 juta dolar AS. Kondisi ini memberikan makna bahwa penawaran kacang tanah di Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan permintaan. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dipelajari penawaran komoditas kacang tanah di Indonesia. Penawaran kacang tanah di Indonesia ditentukan oleh respon penawaran petani terhadap berbagai faktor yang menentukan seberapa besar produksi dihasilkan oleh petani. Apabila petani mempunyai respon penawaran yang cukup besar terhadap faktor tertentu, maka akan mudah diketahui faktor-faktor tersebut oleh penentu kebijakan dalam meningkatkan produksi kacang tanah. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi respon penawaran kacang tanah dan mengestimasi nilai elastisitas harga sendiri maupun harga silang baik jangka pendek dan jangka panjang.
METODOLOGI Metode Penelitian Obyek penelitian untuk mengkaji respon penawaran komoditas kacang tanah adalah kondisi aktual di Indonesia. Data yang digunakan adalah data rentang waktu 38 tahun (1970-2008) yang mencakup data produksi dan luas areal kacang tanah, harga kacang tanah, harga kedelai, harga jagung, dan harga padi diperoleh dari FAO melalui situs www.faostat.fao.org.
Analisis Data Model persamaan Nerlove merupakan kombinasi dari partial adjustment model dan adaptive expectation model, yang dapat diformulasikan sebagai berikut:
At* = a 0 + a a Pt * + a 2 Z t + u t
(1)
At − At −1 = γ ( A* − At −1 )
(2)
Pt * = β Pt −1 + (1 − β ) Pt *−1
(3)
Di mana: At = Luas areal tanam kacang tanah pada tahun ke t;
At* = Luas areal tanam kacang tanah yang diinginkan pada tahun ke t;
Pt = Harga riil kacang tanah pada tahun ke t; Pt* = Harga kacang tanah yang diharapkan pada tahun ke t;
Z t = Peubah bebas lain yang mempengaruhi penawaran; β = Koefisien ekspektasi; dan γ = Koefisien penyesuaian. Dari persamaan (2) dapat ditulis kembali menjadi:
At = At −1 + γ ( At* − At −1 )
(4)
At = γA + (1 − γ ) At −1
(5)
* t
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
423
Mensubtitusikan persamaan (1) ke persamaan (5) akan diperoleh persamaan baru sebagai berikut:
At = γ [a 0 + a1 Pt * + a 2 Z t + u t ] + (1 − γ ) At −1
At = γa 0 + γa1 Pt * + γa 2 Z t + γu t + (1 − γ ) At −1
(6)
Kemudian substitusi persamaan (3) ke persamaan (6)
At = γa 0 + γa1 [ β Pt −1 + (1 − β ) Pt*−1 ] + γa 2 Z t + γu t + (1 − γ ) At −1 At = γa 0 + γa1 βPt −1 + γa1 (1 − β ) Pt*−1 + γa 2 Z t + γu t + (1 − γ ) At −1
(7)
Persamaan (6) di lag dengan satu periode, akan menjadi:
At −1 = γa 0 + γa a Pt*−1 + γa 2 Z t −1 + γu t + (1 − γ ) At − 2
(8)
Persamaan (8) yang baru diperoleh dikalikan dengan (1 − β ) , akan didapat:
At −1 (1 − β ) = γa 0 (1 − β ) + γa1 (1 − β ) Pt *−1 + γa 2 (1 − β ) Z t −1 + γ (1 − β )u t + (1 − γ )(1 − β ) At −2
(9)
Kurangkan persamaan (7) dengan persamaan (9), maka:
At = γa 0 + γa1 βPt −1 + γa1 (1 − β ) Pt*−1 + γa 2 Z t + γu t + (1 − γ ) At −1 - [γa 0 − γa 0 β + γa1 (1 − β ) Pt *−1 + γa 2 (1 − β ) Z t −1 + γ (1 − β )u t
+ (1 − γ )(1 − β ) At −2 − (1 − β ) At −1
(10)
Persamaan (10) disempurnakan:
At = γa 0 + γa1 Pt −1 + γa1 (1 − β ) Pt*−1 + γa 2 Z t + γu t + (1 − γ ) At −1 − γa 0 + γa 0 β
γa1 (1 − β ) Pt*−1 − γa 2 (1 − β ) Z t −1 − γ (1 − β )u t − (1 − γ )(1 − β ) At − 2 + (1 − β ) At −1 Disederhanakan lagi, akan menjadi:
At = γa0 β + γa1 βPt −1 + [(1 − γ ) + (1 − β ) At −1 ] − [(1 − γ )(1 − β ) At −2 ]
+ [γa 2 Z t − γa 2 (1 − β ) Z t −1 + [γu t − γ (1 − β )u t ]
(11)
Dengan demikian diperoleh model Nerlove sebagai berikut:
At = b0 + b1 Pt −1 + b2 At −1 + b3 At −2 + b4 Z t + b5 Z t −1 + ν t Di mana; b0 = a0 βγ b1 = a1 βγ b2 = (1 − β ) + (1 − γ ) b3 = −(1 − β )(1 − γ ) b4 = γa 2 b5 = −γa 2 (1 − β ) ν t = γ (u1 − (1 − β )u t −1
424
Heriyanto et al.: Dinamika respons penawaran komoditas kacang tanah di Indonesia
(12)
Elastisitas jangka pendek:
Elastistas jangka panjang:
−
ε sr = b1
P t −
At −
P b1 ε lr = * _t 1 − b2 − b3 At
HASIL DAN PEMBAHASAN Respon Penawaran Kacang Tanah Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi respon penawaran kacang tanah di Indonesia disajikan pada Tabel 1. Ketepatan model persamaan penduga dapat diuji dengan F test. Dari hasil analisis diperoleh nilai Fhitung 33,6288 nyata pada taraf α 0,0000, yang berarti model yang digunakan dalam penelitian ini dapat pula digunakan untuk mengestimasi pengaruh variabel independen dalam model terhadap respon penawaran kacang tanah. Adjusted R2 Rˆ 2 yang diperoleh adalah 0,8878 yang berarti respon penawaran kacang tanah dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam model seperti harga kacang tanah, kedelai, jagung, dan padi pada tahun sebelumnya, penawaran kacang tanah pada tahun sebelumnya, penawaran kacang tanah dua tahun sebelumnya, produksi kacang tanah tahun berlangsung, dan produksi kacang tanah tahun sebelumnya, adalah 88,8% sedangkan sisanya 11,2% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam model seperti harga input, tingkat teknologi dan curah hujan.
( )
Tabel 1. Faktor yang mempengaruhi respon penawaran kacang tanah di Indonesia. Variable Konstanta Log harga kacang tanah t-1 (PKct-1) Log harga kedelai t-1 (PKt-1) Log harga jagung t-1 (PJt-1) Log harga padi t-1 (PGt-1) Log penawaran t-1 (At-1) Log penawaran t-2 (At-2) Log produksi (QS) Log produksi t-1 (QSt-1)
R2 Rˆ 2 Fhitung Prob(F-statistik)
Koefisien -0,0022 0,1832 -0,0067 -0,0188 -0,1271 -0,5166 -0,0677 0,6768 0,1489
tstatistik -0,5208 2,9217 -0,2585 -0,5059 -2,7626 -3,3998 -0,8720 9,7900 1,1259
Prob 0,6071 0,0073 0,7982 0,6173 0,0106 0,0023 0,3915 0,0000 0,2709
0,9150 0,8878 33,6288 0,0000
Aspek penting untuk diketahui dalam menganalisis data time series yaitu stationary dan autokorelasi. Stationary data diuji dengan dickey-fuller test yang menyatakan bahwa data berada dalam kondisi stationary. Sedangkan autokorelasi dilakukan dengan perhitungan Durbin h. Dari hasil analisis diperoleh Nilai Durbin h sebesar 1,824. Karena nilai Durbin h berada di antara -1,96 dan 1,96 berarti tidak ada autokorelasi positif maupun negatif. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
425
Hasil analisis menggunakan Nerlovian Supply Respons Model menunjukkan bahwa harga kacang tanah pada tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap respon penawaran kacang tanah di Indonesia. Harga kacang tanah pada tahun sebelumnya nyata pada taraf α=0,0073. Nilai koefisien regresinya adalah 0,183 yang berarti setiap peningkatan harga kacang tanah pada tahun sebelumnya sebesar Rp. 1,00 akan menyebabkan peningkatan penawaran kacang tanah sebesar 183 kg. Secara teoritis, kondisi ini dapat dijelaskan bahwa komoditas kacang tanah merupakan cash crop, yaitu komoditas yang dibudidayakan dengan tujuan untuk perdagangan. Jika harga kacang tanah meningkat, maka petani petani cenderung berupaya menanam kacang tanah. Sebaliknya, apabila terjadi penurunan harga maka petani cenderung mengganti kacang tanah dengan komoditas lain yang lebih menguntungkan. Pengaruh harga ini tidak direspon secara langsung oleh petani. Dalam sektor pertanian dibutuhkan jangka waktu tertentu untuk merespon perubahan harga. Aktivitas pertanian mempunyai tenggang waktu (time lag) yang cukup lama, mulai dari pengambilan keputusan berproduksi dan realisasi produksi sampai panen. Harga kedelai dan jagung pada tahun sebelumnya tidak berpengaruh nyata terhadap penawaran kacang tanah. Hal ini mempunyai makna bahwa perubahan harga kedelai dan jagung tidak mempengaruhi penawaran kacang tanah. Pada umumnya petani memiliki komoditas palawija spesifik yang sesuai dengan kondisi lahannya. Pada musim tanam palawija mereka cenderung menanam komoditas palawija yang sesuai dengan keadaan lahan yang mereka miliki. Harga jagung pada tahun sebelumnya tidak berpengaruh nyata terhadap penawaran kacang tanah. Perubahan harga jagung juga tidak mempengaruhi penawaran kacang tanah. Pada umumnya petani menanam komoditas palawija (kedelai, kacang tanah, jagung) pada lahan spesifik dan bergantung pada musim tanam. Pada kondisi ini, jagung ditanam pada lahan yang berbeda dengan lahan kacang tanah. Akibatnya, harga jagung pada tahun sebelumnya tidak akan mempengaruhi keputusan petani menanam kacang tanah. Oleh karena itu, harga jagung pada tahun sebelumnya tidak akan berpengaruh terhadap penawaran komoditas kacang tanah. Harga padi pada tahun sebelumnya mempunyai pengaruh nyata dan bersifat negatif terhadap penawaran kacang tanah di Indonesia. Harga padi pada tahun sebelumnya nyata pada taraf α 0,0106. Nilai koefisien regresinya adalah -0,127 yang berarti setiap peningkatan harga padi sebesar Rp. 1,00 akan menyebabkan penurunan penawaran kacang tanah 127 kg. Jika harga padi pada tahun sebelumnya mengalami peningkatan dan faktor-faktor yang lain dianggap tetap maka jumlah penawaran kacang tanah akan menurun. Sebaliknya, jika harga padi pada tahun sebelumnya menurun maka penawaran kacang tanah akan meningkat. Komoditas kacang tanah dan padi pada umumnya ditanam pada musim tanam dan pada areal tanam yang sama khususnya di MK-I. Apabila terjadi peningkatan harga padi, maka pada musim tanam MK-I petani cenderung lebih memilih untuk menanam padi daripada kacang tanah. Akibatnya, luas areal tanam kacang tanah berkurang dan produksi menurun sehingga penawaran kacang tanah juga akan turun. Maknanya, komoditas padi merupakan komoditas pesaing (competitive product) kacang tanah. Penawaran kacang tanah pada tahun sebelumnya berpengaruh nyata dan bersifat negatif terhadap penawaran kacang tanah. Penawaran kacang tanah pada tahun sebelumnya nyata pada taraf α 0,0023. Nilai koefisien regresinya adalah -0,516 yang berarti bahwa setiap peningkatan penawaran kacang tanah pada tahun sebelumnya sebesar 1 kg 426
Heriyanto et al.: Dinamika respons penawaran komoditas kacang tanah di Indonesia
menyebabkan penurunan penawaran kacang tanah pada tahun berjalan sebesar 516 kg. Kondisi ini mengandung makna bahwa pengalaman petani dalam menjual kacang tanah pada tahun sebelumnya mempengaruhi keputusan untuk menawarkan kacang tanah pada tahun t. Secara teoritis dapat dijelaskan jika penawaran kacang tanah pada tahun sebelumnya mengalami peningkatan dan faktor-faktor lain tetap maka jumlah penawaran kacang tanah pada tahun berjalan akan menurun. Sebaliknya, jika penawaran kacang tanah pada tahun sebelumnya rendah dan faktor-faktor yang lain tetap maka penawaran kacang tanah pada tahun berjalan akan meningkat. Hal ini berhubungan erat dengan permintaan. Jika penawaran kacang tanah pada tahun sebelumnya tinggi, diasumsikan permintaan pada tahun sebelumnya tetap maka petani akan mengurangi penawaran pada tahun ke-t dengan alasan masih adanya stok kacang tanah yang belum terjual. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa penawaran kacang tanah dua tahun sebelumnya tidak berpengaruh nyata terhadap penawaran kacang tanah. Hal ini dapat terjadi karena waktu dua tahun sebelumnya merupakan waktu yang cukup lama bagi petani untuk mengambil keputusan dalam meningkatakan atau mengurangi penawaran kacang tanah. Akan tetapi, produksi kacang tanah pada tahun berjalan berpengaruh nyata dan bersifat positif terhadap penawaran kacang tanah. Produksi kacang tanah pada tahun berjalan nyata pada taraf α 0,0000. Nilai koefisien regresinya adalah 0,676 yang berarti setiap peningkatan produksi kacang tanah pada tahun sebelumnya sebesar 1 kg akan menyebabkan peningkatan penawaran kacang tanah pada tahun berlangsung sebesar 676 kg. Jika produksi kacang pada tahun sebelumnya meningkat dan faktor-faktor yang lain dianggap tetap maka penawaran kacang tanah juga akan meningkat. Di sisi lain ternyata produksi kacang tanah pada tahun sebelumnya tidak berpengaruh terhadap penawaran kacang tanah pada tahun berlangsung. Perubahan produksi kacang tanah pada tahun sebelumnya tidak mempengaruhi penawaran kacang tanah tahun ini. Secara teori dapat dijelaskan bahwa komoditas kacang tanah merupakan komoditas yang diperdagangkan. Hal ini berhubungan dengan permintaan, apabila permintaan kacang tanah pada tahun sebelumnya tinggi maka pada tahun ini tidak tersedia stok kacang tanah untuk ditawarkan. Selain itu, daya simpan maksimal biji kacang tanah adalah satu tahun. Biji kacang tanah yang telah disimpan lebih dari satu tahun tidak layak diperdagangkan.
Elastisitas Penawaran Kacang Tanah Elastisitas penawaran mengukur respon kuantitas yang ditawarkan terhadap perubahan harga. Elastisitas penawaran kacang tanah terhadap harga kacang tanah pada jengka pendek dan jangka panjang adalah sebagai berikut: Tabel 2. Elastisitas penawaran jangka pendek dan panjang komoditas kacang tanah Elastisitas Harga sendiri Harga silang: Kacang tanah terhadap padi
Jangka pendek 0,183 -0,127
Jangka panjang 0,120 -0,083
Dalam jangka pendek, nilai elastisitas harga sendiri adalah 0,183. Maknanya, setiap terjadi kenaikan harga kacang tanah sebesar 1%, akan meningkatkan penawaran kacang tanah 0,183%; dan sebaliknya bila terjadi penurunan harga kacang tanah. Dalam jangka panjang, nilai elastisitas harga sendiri adalah 0,12. Berarti, bila terjadi kenaikan harga kacang tanah sebesar 1% persen akan meningkatkan penawaran kacang tanah 0,12%. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
427
Makna dari kondisi ini adalah apabila harga kacang tanah pada tahun sebelumnya meningkat, maka pada musim tanam berikutnya petani akan mengalokasikan lahannya untuk ditanami kacang tanah. Dampak akhirnya adalah penawaran kacang tanah meningkat. Dari hasil perhitungan elastisitas harga sendiri, dapat disimpulkan bahwa baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang elastisitas penawaran bersifat inelastis. Maknanya bahwa dalam jangka pendek dan jangka panjang, persentase perubahan harga mempunyai efek yang kecil terhadap perubahan persentase jumlah yang ditawarkan. Maknanya adalah upaya pemerintah menaikkan harga kacang tanah untuk menaikkan produksi mempunyai efek yang relatif kecil. Sedangkan untuk elastisitas harga silang kacang tanah terhadap padi adalah -0,127. Hal ini mengandung arti peningkatan harga padi 1%, akan menurunkan penawaran kacang tanah 0,127%. Dalam jangka panjang, elastisitas penawaran kacang tanah terhadap harga padi -0,083, berarti bahwa setiap kenaikan harga padi 1%, akan menurunkan penawaran kacang tanah 0,083%. Maknanya, apabila harga padi tahun sebelumnya meningkat, maka pada musim tanam berikutnya petani akan mengalokasikan sebagian besar lahannya untuk menanam padi. Akibatnya, luas areal tanam kacang tanah berkurang dan produksi kacang tanah berkurang. Dampak akhirnya penawaran kacang tanah turun. Dari nilai elstisitas penawaran terhadap harga silang ini, dapat disimpulkan bahwa komoditas padi merupakan produk kompetitif (competitive product) untuk komoditas kacang tanah. Nilai koefisien elastisitas penawaran kacang tanah terhadap harga sendiri pada jangka pendek lebih besar apabila dibandingkan dengan elastisitas penawaran kacang tanah pada jangka panjang. Kenyataan ini mengisyaratkan bahwa keputusan petani untuk menambah atau mengurangi luas areal tanam kacang tanah jika dilihat dari tingkat elastisitas penawaran yang terjadi adalah bersifat seketika atau memberikan respon penawaran jangka pendek, dan berangsur-angsur menurun pada jangka panjang. Apabila diasumsikan petani akan selalu meramal besaran harga di masa yang akan datang, maka ekspektasi harga tersebut menjadi dasar bagi petani dalam menentukan keputusan akan menanam atau mengganti komoditas. Salah satu dasar dalam pengambilan keputusan tersebut yang dapat ditelusuri adalah harga ekspektasi, yang dapat diformulasikan sebagai berikut: P t * = β P t − 1 + (1 − β )P * t − 1
Pt * = 1 , 218 Pt − 1 − 0 , 218 P * t − 1 Nilai koefisien ekspektasi ( β ) diharapkan berkisar antara 0 dan 1 (0< β <1). Jika β = 1 , berarti ekspektasi harga terhadap harga aktual terealisasi dengan segera dalam periode waktu yang sama, atau petani dapat menyesuaikan perubahan situasi ekonomi yang mempengaruhinya dengan segera. Jika β = 0 , berarti tidak ada perubahan harga karena harga kacang tanah pada tahun t sama dengan harga kacang tanah tahun sebelumnya. Dalam penelitian ini diperoleh nilai koefisien ekspektasi ( β ) sebesar 1,218. Hal ini tidak sesuai dengan nilai koefisien ekspektasi yang diharapkan yaitu berkisar antara 0 dan 1 (0< β <1). Sehingga nilai koefisien ekspektasi tersebut tidak dapat menunjukkan tingkat ekspektasi petani terhadap harga kacang tanah. Tingkat ekspektasi petani tidak dapat 428
Heriyanto et al.: Dinamika respons penawaran komoditas kacang tanah di Indonesia
diketahui dimungkinkan karena ada masalah pemasaran, antara lain berkaitan dengan kurangnya jaminan pasar kacang tanah dan informasi harga kacang tanah. Penawaran yang diharapkan petani merupakan proporsi perbedaan antara penawaran aktual periode sebelumnya dengan keseimbangan penawaran jangka panjang. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh persamaan penyesuaian penawaran sebagai berikut:
A
t
− A
t −1
= γ
(A
A t − A t − 1 = 1 , 298
* t
− A
(A
* t
t −1
)
− A t −1
)
Nilai koefisien penyesuaian ( γ ) dalam penelitian ini sebesar 1,298. Tidak hanya pada koefisien ekspektasi, koefisien penyesuaian penawaran kacang tanah juga tidak sesuai dengan nilai koefisien penyesuaian yang diharapkan (0< γ <1). Sehingga nilai koefisien tersebut tidak dapat menunjukkan tingkat penyesuaian yang dilakukan petani. Tingkat penyesuaian petani sulit diketahui karena petani kacang tanah di Indonesia terkendala dengan kebiasaan, dan keterbatasan teknologi. Pola tanam lahan sawah di Indonesia pada umumnya adalah Padi–Padi–Palawija atau Padi–Palawija–Palawija. Kacang tanah merupakan salah satu tanaman palawija. Sehingga petani masih tetap menanam kacang tanah meskipun terjadi perubahan ekonomi seperti kenaikan atau penurunan harga kacang tanah atau harga tanaman lainnya.
Implikasi Kebijakan Jangka panjang, penawaran kacang tanah di Indonesia perlu mendapat perhatian lebih baik dengan penentukan berbagai kebijakan, antara lain dengan perbaikan sarana produksi pertanian. Dengan perbaikan sistem produksi, petani dapat memproduksi kacang tanah dengan mutu yang lebih baik. Memberikan proyeksi kebutuhan kacang tanah pada tahun berikutnya. Dengan adanya proyeksi kebutuhan kacang tanah pada periode berikutnya, diharapkan petani dapat berproduksi sesuai dengan kebutuhan pasar. Selain itu perlu adanya kebijakan pemasaran seperti perbaikan sistem distribusi, pemenuhan kebutuhan informasi harga kacang tanah secara luas, dan jaminan pasar kacang tanah. Penggunaan teknologi yang tepat oleh petani. Misalnya penggunaan varietas unggul (varietas Kelinci, Bima, Turangga dan sebagainya), sehingga kacang tanah yang diproduksi sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen dan mampu memenuhi kebutuhan kacang tanah domestik. Perlu adanya penyuluhan dan sosialisasi mengenai komoditas kacang tanah, karena kacang tanah merupakan salah satu alternatif komoditas yang bisa dijadikan sebagai sumber pendapatan bagi petani. Di samping itu perlu dibangun kemitraan usahatani kacang tanah untuk memberikan fasilitasi dan jaminan pasar agar menguntungkan sehingga petani dapat memberikan respon penawaran yang tepat.
KESIMPULAN 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi respon penawaran kacang tanah adalah harga komoditas kacang tanah tahun sebelumnya, harga komoditas padi tahun sebelumnya, penawaran komoditas kacang tanah tahun sebelumnya dan produksi komoditas kacang tanah pada tahun sebelumnya. 2. Elastisitas harga sendiri penawaran komoditas kacang tanah jangka pendek maupun jangka panjang bersifat tidak elastis (inelatis). Sedangkan elatisitas harga silang pena-
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
429
waran komoditas kacang tanah terhadap harga padi baik jangka pendek maupun jangka panjang sifatnya adalah komoditas pesaing (competitive product). 3. Peningkatan respon penawaran petani dalam upaya meningkatkan produksi kacang tanah dengan kebijakan perbaikan sarana produksi, perbaikan sistem produksi, perbaikan sistem distribusi dan jaminan pasar, serta diseminasi teknologi.
DAFTAR PUSTAKA Anwar A., 1986. Masalah dan kebijaksanan pangan di Indonesia. Makalah penataran analisis dan keterpaduan sektoral dan regional perencanaan pertanian pada tanggal 15 September-22 Nopember 1986. Di Bogor. Indonesia. 15 Hlm. Bateman M. J. 1965. Aggregate and regional supply functions for Ghanaian cocoa, 1946—1962. Journal of Farm Economics. 47:384–401. Berhman J. R, 1968, Supply respone in underdeveloped agriculture; A case sudy of major annual crops in Thailand, 1937–1963. North-Holland Publishing Company. Amsterdam. pp:151—184. Cagan Ph.. 1954 The monetary dynamics of hiper-inflations. In. M. Frieman (Ed). Studies in the quantity theory of money. University of Chicago Press. Chicago. pp: 25–177. FAO., 2010. TradeStat. Crops and livestock products. www.faostat..fao.org, Diakses Agustus. 2010. Hartley M. J., M. Nerlove and R.K. Peters, 1987. An analysis of rubber supply in Sri langka. Am J of Agric Econ. 69(4):755–761. Kmenta J. 1971. Elements of econometric. Macmillan publishing Co., Inc. New York. pp:347—405. Krishna R. 1963. Farm supply responcein India-Pakistan: A case study of the Punjab Region. J of Economic. 73:477–487. Krishna R. 1965. The marketable surplus function for a subsistence crop: An analysis with India data. Economic Weekly. 17 pp. Nerlove M. 1956. Estimates of the elasticities of supply of selected agricultural commodities. Journal of Farm Economics. 38:496–509. Nerlove M., 1958. Distributed and estimation of lung run supply and demand elasticities: Theoritical consideration. J of Farm Economics. 9:301–311. Suhartina, 2005. Deskripsi varietas unggul kacang-kacangan dan umbi-umbian. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang. Hlm:128–138.
DISKUSI Susanto–BPTP Maluku. Dari hasil penelitian tersebut apakah dapat ditarik kesimpulan bahwa usahatani kacang tanah tidak kompetitif. Jawaban: Tujuan utama peneitian ini sebenarnya ingin mengkaji perilaku penawaran kaang tanah di Indonesia, dengan model yang dikembangkan oleh Nerlove. Jadi pada prinsipnya tidak dapat ditarik kesimpulan bahwa usahatani kacang tanah tidak kompetitif. Untuk mengetahui kompetitif atau tidaknya suatu komoditas, dapat diketahui dengan menggunakan alat analisis daya saing komoditas. Rini, Garuda Food: Apakah hasil penelitian ini selanjutnya akan dipakai untuk memformulasikan regulasi harga kacang tanah. Jawaban: Penelitian ini sebenarnya terbatas hanya untuk mengkaji perilaku penawaran kacang tanah di Indonesia, jadi tidak sampai ke arah digunakannya untuk memformulasikan kebijakan regulasi harga kacang tanah. Model yang digunakan adalah mengadopsi model respon penawaran yang dikembangkan oleh Nerlove, dengan mengkombinasikan partial adjustment model dan adaptive expection model. Kalau untuk masalah regulasi harga alat analisisnya lain lagi, misalnya model analisis penawaran dan permintaan, secara simultan. Memang benar, hasil output analisis respon penawaran ini dapat juga digunakan sebagai bahan informasi yang dipertimbangkan dalam upaya memformulasikan kebijakan regulasi harga. Misalnya dari sifat elastisitas harga sendiri dan harga silang dari kacang tanah.
430
Heriyanto et al.: Dinamika respons penawaran komoditas kacang tanah di Indonesia