GAMBARAN ASUPAN AMONIA (NH3) PADA MASYARAKAT DEWASA DI KAWASAN SEKITAR PEMUKIMAN PT. PUSRI PALEMBANG TAHUN 2015
SKRIPSI Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
OLEH:
CHANDRA PERDANA 1111101000127
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan
ini saya menyatakan bahwa
:
l. Skripsi ini rnerupakan hasil karya asli
saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata satu di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan
dengan ketentuan yang berlaku
di
ini telah saya canfumkan sesuai
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta J.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan
jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Hidayatullah Jakarta.
Chandra Perdana
Of$
Syarif
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN Skripsi, 2 Oktober 2015 Chandra Perdana, NIM : 111101000127 GAMBARAN ASUPAN AMONIA (NH3) PADA MASYARAKAT DEWASA DI KAWASAN SEKITAR PEMUKIMAN PT. PUSRI PALEMBANG TAHUN 2015 (xi + 68 halaman, 2 bagan, 3 gambar, 15 tabel, 2 grafik, 14 lampiran.) ABSTRAK Udara merupakan faktor penting dalam kehidupan yang harus dilindungi untuk kelangsungan hidup. Pencemaran udara menimbulkan penyakit yang berkaitan dengan pernafasan dan kardiovaskular hingga mengakibatkan perubahan fungsi fisiologis pada organ tersebut. Salah satu gas pencemar udara adalah gas amonia (NH3). Penggunaan amonia sebagian besar digunakan pada industri pupuk. Salah satu industri pupuk di Indonesia adalah Perseroan Terbatas (PT) Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang menggambarkan asupan amonia pada masyarakat dewasa di sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, penimbangan berat badan sebanyak 309 responden dan pengukuran langsung udara ambien menggunakan impinger di pemukiman sekitar PT. Pusri Palembang yang masuk dalam radius 800 meter, 1050 meter, dan 1300 meter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai konsentrasi amonia ratarata dalam udara ambien di sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang terletak antara 0,0275 mg/m3 sampai 0,032 mg/m3, nilai laju asupan terletak antara 0,5991 m3/jam sampai 0,6089 m3/jam, nilai lama pajanan terletak antara 21 jam/hari sampai 24 jam/hari, nilai frekuensi pajanan terletak antara 354 hari/tahun sampai 359 hari/tahun, nilai durasi pajanan terletak antara 29 tahun sampai 33 tahun, nilai berat badan terletak antara 56,48 kg sampai 58,99 kg, nilai asupan pajanan amonia terletak antara 0,0061 mg/kg/hari sampai 0,0076 mg/kg/hari. Terdapat perbedaan yang bermakna nilai asupan dari ketiga cluster berdasarkan jarak tempat tinggal dengan sumber emisi amonia dengan nilai p =0,000 (P-value < 0,05). Kata Kunci : Asupan Amonia, Pemukiman Sekitar PT. Pusri Palembang Daftar Bacaan : 56 (1986-2015)
ii
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM DEPARTEMEN OF ENVIRONMENTAL HEALTH Undergraduated Thesis, 2 October 2015 Chandra Perdana, NIM: 1111101000127 OVERVIEW OF INTAKE AMMONIA ( NH3 ) TO THE COMMUNITY ADULT IN THE REGION AROUND SETTLEMENT PT .PUSRI PALEMBANG 2015. (xi + 68 pages, 2 charts, 3 pictures, 15 tables, 2 graph, 14 attachment ) ABSTRACT The Air is important factor in the life which is to protect the survival. Contaminated air cause a disease related to cardiovascular and respiration until the occurrence of physiological changes as pulmonary function and blood pressure. One of the gas that role in inflicting air pollution is ammonia gas ( NH3 ). The use of ammonia is largely used in the fertilizer .One of fertilizer industry in indonesia is PT. Pusri Palembang. The research is research quantitative with the design cross sectional describing intake ammonia on the community adult around settlement PT .Pusri Palembang. The data collection was done with the questionnaire , weighing weight as many as 309 respondents and measurement of direct ambient air use impinger in the area around PT .Pusri Palembang in radius 800 meters , 1050 meters, and 1300 meters.This research result indicates that the total amount of the concentration of ammonia average in ambient air in residential areas PT .Pusri Palembang situated between 0,0275 mg/m3 until 0,032 mg/m3 , the value of the rate of intake situated between 0,5991 m3/hours till 0,6089 m3 /hour , the value of long exposure situated between 21 hours/day to 24 hours/day , the value of the frequency of exposure situated between of 354 days/year until 359 days/year , the value of the duration of exposure situated between 29 years until 33 years , the value of weight situated between 56,48 kg until 58,99 kg , the value of intake exposure ammonia situated between 0,0061 mg /kilogram/day until 0,0076 mg/ kilogram/day .There are significant differences intake value of the three clusters based on the distance between their houses to the source of the emission of ammonia (p-value < 0,05). Keyword
: Intake ammonia , settlements around PT.Pusri palembang
Reading List : 56 (1986-2015)
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP I.
Data Pribadi 1. Nama Lengkap
: Chandra Perdana
2. Tempat Tanggal Lahir
: Lubuklinggau, 15 april 1994
3. Alamat Asal
: perumnas nikan blok EI no 11, Lubuklinggau, sumatera selatan
4. Alamat Domisili
: Jl. Kertamukti, kelurahan cireunde. RT.02 RW. 09. No.20
5. Agama
: Islam
6. Jenis kelamin
: Laki-laki
7. Golongan darah
:O
8. Status
: Belum Menikah
9. Program Studi
: Kesehatan Masyarakat
10. Nomor Telepon
: 085758604120
11. Email
:
[email protected] /
[email protected]
II.
Riwayat Pendidikan 1. SD Negeri 47 Kota Lubuklinggau 2. SMP Negeri 2 Kora lubuklinggau 3. MA Negeri 1 (model) Kota Lubuklinggau 4. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah s.w.t. yang atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul βGAMBARAN ASUPAN AMONIA (NH3) PADA MASYARAKAT DEWASA DI KAWASAN SEKITAR PEMUKIMAN PT. PUSRI PALEMBANG TAHUN 2015β Pada penulisan skripsi ini, penulis merasa masih banyak kekurangan baik teknis maupun materi, mengingat akan kemampuan penulis yang belum mencapai kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan bagi penulis demi kesempurnaan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada : 1. Bapak DR. H. Arif Sumantri, SKM, M.KES selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Dewi Utami Iriani, PhD selaku dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam proses penyusunan skripsi ini. 3. Raihana Nadra Al Kaff, SKM, M.MA selaku dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam proses penyusunan skripsi ini 4. Bapak dan Mamak serta adik-adik ku tercinta yang selalu mendukung, mendoakan dan kasih sayang kepada penulis untuk lancarnya proses penyusunan skripsi ini ini, 5. Teman-teman seperjuangan Rois Solichin, Muslim bahori, Sugiarto, Hidayat, Tri bayu, Hidrial Liza, Mahmud Badarudin.
vii
6. Rekan-rekan Peminatan Kesehatan Lingkungan Rois, Ibnu, Almen, Hari, Pewe, onoy, ayu, efri, shela, ila, tika, beti, niken, fiya, rahma, ika, manyun, lifi, awal, sarjeng, sitepu, fella, cepol, 7. Rekan- rekan mahasiswa kesehatan masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga skripsil ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran serta pencerahan khususnya bagi penulis, sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, amien.
Jakarta, 2 Oktober 2015
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................................. i ABSTRAK .......................................................................................................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN ...............................................................................................iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................................vi KATA PENGANTAR .......................................................................................................vii DAFTAR ISI.......................................................................................................................ix DAFTAR TABEL.............................................................................................................. xii DAFTAR BAGAN ........................................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xiv DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................ xv BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 1.1.
Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2.
Rumusan Masalah ................................................................................................... 5
1.3.
Pertanyaan Penelitian .............................................................................................. 5
1.4.
Tujuan Penelitian .................................................................................................... 6
1.4.1.
Tujuan Umum Penelitian ................................................................................ 6
1.4.2.
Tujuan Khusus Penelitian ............................................................................... 6
1.5.
Manfaat Penelitian .................................................................................................. 7
1.5.1.
Manfaat Untuk Peneliti ................................................................................... 7
1.5.2.
Manfaat Untuk Program Studi Kesehatan Masyarakat ................................... 7
1.5.3.
Manfaat Untuk Pemerintah dan PT Pusri Palembang ..................................... 7
1.6.
Ruang Lingkup Penelitian....................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 9 2.1.
Udara ....................................................................................................................... 9
2.1.1.
Pengertian ....................................................................................................... 9
2.1.2.
Komposisi Udara............................................................................................. 9
2.1.3.
Jenis-Jenis Udara........................................................................................... 10
2.2.
Pencemaran Udara ................................................................................................ 10
2.2.1.
Pengertian ..................................................................................................... 10
2.2.2.
Dampak Pencemaran Udara .......................................................................... 11
2.3.
Amonia.................................................................................................................. 12
2.3.1.
Sifat Fisika Amonia ...................................................................................... 13
ix
2.3.2.
Sifat Kimia Amonia ...................................................................................... 13
2.3.3.
Sumber Amonia ............................................................................................ 14
2.3.4.
Pajanan Amonia ............................................................................................ 15
2.3.5.
Dampak Gas Amonia Terhadap Kesehatan Manusia .................................... 17
2.4.
Asupan/Intake ....................................................................................................... 19
2.5.
Teknik Pengambilan Sampel Udara ...................................................................... 21
2.6.
Kerangka Teori ..................................................................................................... 23
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ............................ 24 3.1.
Kerangka Konsep .................................................................................................. 24
3.2.
Definisi Operasional ............................................................................................. 26
3.3.
Uji Hipotesa .......................................................................................................... 27
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................... 28 4.1
Desain Penelitian .................................................................................................. 28
4.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................ 28
4.3.
Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................................ 30
4.3.1.
Populasi ......................................................................................................... 30
4.3.2.
Sampel........................................................................................................... 30
4.3.2.1. Responden ................................................................................................. 30 4.3.2.2. Udara ......................................................................................................... 30 4.3.3.
Pengambilan dan Perhitungan Sampel .......................................................... 31
4.3.4.
Metode Pengukuran Konsentrasi Amonia .................................................... 34
4.3.5.
Metode Penimbangan Berat Badan ............................................................... 38
4.4.
Pengolahan dan Penyajian Data ............................................................................ 39
4.5.
Analisis Data ......................................................................................................... 40
4.5.1.
Analisis Univariat ......................................................................................... 40
4.5.2.
Analisis Bivariat............................................................................................ 41
BAB V HASIL PENELITIAN ......................................................................................... 42 3.1.
Profil Lokasi Penelitian......................................................................................... 42
3.2.
Karakteristik Responden ....................................................................................... 42
1.1.1.
Umur ............................................................................................................. 42
1.1.2.
Jenis Kelamin ................................................................................................ 43
1.1.3.
Jenis Pekerjaan .............................................................................................. 44
1.2.
Deskriptif Variabel Penelitian ............................................................................... 44
1.2.1.
Konsentrasi Amonia ...................................................................................... 44
x
1.2.2.
Laju Asupan .................................................................................................. 45
1.2.3.
Lama Pajanan ................................................................................................ 46
1.2.4.
Frekuensi Pajanan ......................................................................................... 46
1.2.5.
Durasi Pajanan .............................................................................................. 47
1.2.6.
Berat Badan ................................................................................................... 47
1.2.7.
Asupan Amonia............................................................................................. 48
BAB V1 PEMBAHASAN ................................................................................................ 52 6.1.
Keterbatasan Penelitian ......................................................................................... 52
6.2.
Konsentrasi Amonia di udara ................................................................................ 52
6.3.
Laju Asupan ...................................................................................................... 54
6.4.
Lama Pajanan .................................................................................................... 56
6.5.
Frekuensi Pajanan ............................................................................................. 57
6.6.
Durasi Paparan .................................................................................................. 58
6.7.
Berat Badan....................................................................................................... 59
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 64 7.1.
Kesimpulan ........................................................................................................... 64
7.2.
Saran ..................................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 66
xi
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Pencemar Udara dan Dampak Kesehatan ....................................... 13 Tabel 2.2 Sifat Fisika Amonia ........................................................................ 16 Tabel 2.3 Keterangan Perhitungan Intake Non Karsinogenik Pada Jalur Inhalasi ................................................................................... 25 Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 32 Tabel 5.1 Gambaran Usia Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 .................................................................................... 42 Tabel 5.2 Gambaran Jenis Kelamin Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 .................................................................... 43 Tabel 5.3 Gambaran Jenis Pekerjaan Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 .................................................................... 44 Tabel 5.4 Gambaran Konsetrasi Amonia Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 .................................................................................... 45 Tabel 5.5 Gambaran Laju Asupan Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015........................................................................... 45 Tabel 5.6 Gambaran Lama Pajanan Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 .................................................................... 46 Tabel 5.7 Gambaran Frekuensi Pajanan Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 ................................................ 46 Tabel 5.8 Gambaran Durasi Pajanan Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 .................................................................... 47 Tabel 5.9 Gambaran Berat Badan Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015........................................................................... 47 Tabel 5.10 Gambaran Asupan Amonia Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 ................................................ 48 Tabel 5.11 Tabel Perbedaan Rata-Rata Nilai Asupan Masyarakat Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang pada Cluster 1, Cluster 2, Cluster 3 Tahun 2015 ...................................................................................................... 48
xii
DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Kerangka Teori ............................................................................... 23 Bagan 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................ 25
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 Lokasi Penelitian ......................................................................... 29 Gambar 4.2 cluster sampling ........................................................................... 31 Gambar 4.3 Titik Pengambilan Sampel Udara ................................................ 32
xiv
DAFTAR GRAFIK Grafik 5.1 gambaran Nilai Konsentrasi Amonia dan Asupan Amonia Masyarakat Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 ....................................... 49 Grafik 5.2 Gambaran Nilai Berat Badan dan Asupan Amonia Masyarakat Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 ....................................................50
xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan faktor penting dalam kehidupan yang harus dilindungi untuk kelangsungan hidup. Seiring dengan perkembangan zaman dan pesatnya pembangunan, kualitas udara mengalami perubahan. Oleh karena itu jika pembangunan di berbagai bidang tidak diiringi dengan upaya pengelolaan lingkungan yang baik, maka dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran udara baik secara langsung maupun tidak langsung (Wardhana, 2004). Pada umumnya bahan pencemar udara adalah berupa gas-gas beracun dan partikel-partikel zat padat. Gas-gas beracun ini berasal dari pembakaran bahan bakar kendaraan, dari rumah tangga dan juga dari industri. Bahan pencemar udara ini terdispersi dalam udara, sehingga pada kadar tertentu polusi udara tidak dapat dihindarkan lagi (Sugiarti 2009 ). Menurut penilaian World Health Organization (WHO) polusi udara menimbulkan penyakit yang terkait respirasi (pernapasan) dan kardiovaskular, terganggunya aktivitas harian akibat sakit, gejala batuk, sesak, dan infeksi saluran pernapasan, hingga terjadinya perubahan fisiologis seperti fungsi paru dan tekanan darah. Polusi udara diperkirakan memberi kontribusi bagi 2 juta kematian di seluruh dunia setiap tahun. Lebih dari setengah kematian tersebut terjadi di negara berkembang (WHO, 2005). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di Indonesia meningkat dari 24% pada
1
2
tahun 2007 menjadi 25% pada tahun 2013. Prevalensi ISPA di Provinsi Sumatera Selatan mengalami peningkatan dari 17,5% pada tahun 2007 menjadi 20% pada tahun 2013. Prevalensi ISPA di Kota Palembang pada tahun 2007 sebesar 6,8% meningkat pada tahun 2014 menjadi 13,8% dan prevalensi ISPA di pemukiman sekitar PT Pusri sebesar 11,47% pada tahun 2014 yang menunjukkan angka tersebut masih belum mencapai indikator yang ditetapkan yaitu 10% (Dinkes Kota Palembang 2014). Salah satu gas yang berperan dalam menimbulkan pencemaran udara adalah gas amonia (NH3). Udara yang tercemar gas amonia dapat menyebabkan gangguan saluran pernafasan. Pada kadar 5-50 ppm gas amonia menyebabkan hidung kering, kelelahan syaraf, pada kadar 1000-1500 ppm dapat menyebabkan dyspnea, nyeri dada, kejang pada saluran pernafasan dan tertundanya edema paru yang berakibat fatal (SIKERNAS, 2012) . Kematian mendadak akibat pemaparan amonia secara akut terjadi diakibatkan karena adanya penyumbatan saluran pernafasan, dan adanya infeksi atau komplikasi lainnya. Hal ini merupakan faktor yang dapat menyebabkan kematian pada orang-orang yang bertahan selama beberapa hari ataupun seminggu setelah terpapar amonia (Hutabarat, 2007). Kadar amonia yang tinggi dapat menjadi indikasi adanya pencemaran bahan organik yang berasal dari limbah domestik, limpasan pupuk pertanian dan limbah industri (Sihaloho, 2009). Limbah dengan kandungan amonia sebagian besar bersumber dari sekresi mamalia dalam bentuk urin (peternakan), pabrik asam nitrat, dan pabrik pupuk (Brigden dan Stringer, 2000). Menurut Agency
3
For Toxic Subtances and Disease Registry (2004) penggunaan amonia sebagian besar digunakan pada industri pupuk.
Salah satu industri pupuk di Indonesia adalah Perseroan Terbatas (PT) Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Palembang yang telah berdiri lebih dari 50 tahun di Indonesia dalam memproduksi amonia. PT. Pusri Palembang menghasilkan amonia dengan nilai produksi yang meningkat dari 1.381.150 ton pada tahun 2007 menjadi 1.980.020 pada tahun 2013. Bahan baku pembuatan amonia di PT. Pusri Palembang berasal dari gas bumi yang diperoleh dari Pertamina dengan komposisi utama metana (CH4) sekitar 70% dan karbon dioksida (CO2) sekitar 10% (Pusri, 2014).
Pada proses pembuatan pupuk urea PT. Pusri Palembang, limbah yang dikeluarkan mengandung amonia dalam bentuk gas dapat terdispersi hingga 1300 meter dari tangki amonia (Novrikasari, 2014). Apabila limbah ini dibuang langsung ke udara ambien dan langsung dimanfaatkan oleh manusia untuk bernafas maka hal ini akan mempengaruhi kualitas udara ambien dan mengurangi derajat kesehatan manusia, tidak hanya akan memberikan potensi bahaya terhadap pekerja, melainkan juga terhadap masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik (Dwirani,2004).
Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan asupan amonia di udara antara masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar industri dengan yang jauh dari industri. Seperti pada hasil penelitian Haryoto, dkk (2014), ada perbedaan besar risiko gangguan kesehatan masyarakat yang tinggal di TPA Putri Cempo terhadap pajanan amonia. Penelitian Daud, dkk
(2012)
4
menunjukkan bahwa responden yang melakukan aktifitasnya masih dalam lokasi sekitar penelitian menunjukkan tingkat laju asupan yang tinggi sehingga makin besar juga risiko responden untuk terpapar udara yang tercemar. Laju asupan pada jalur inhalasi juga dipengaruhi dengan usia karena perbedaan Kapasitas Volum Paru (KVP) dimana KVP orang dewasa lebih besar dibandingkan dengan anak-anak (Syaifudin,1997). Penelitian Juniarto (2011), menunjukkan semakin lama durasi responden terpajan amonia yang terjadi maka frekuensi kejadian gangguan kesehatan yang terjadi akan semakin bertambah.
Berdasarkan hasil pengukuran dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Palembang di udara ambien sekitar PT. Pusri Palembang tahun 2014 menunjukkan rata-rata konsentrasi gas amonia sebesar 0,327 ppm/24 jam. Konsentrasi tersebut menurut Irianto (2014) melebihi komposisi udara bersih dan kering yaitu sebesar 0,01 ppm serta bertambahnya pabrik pembuatan pupuk urea di PT. Pusri serta kegiatan produksi yang dilakukan setiap hari (Pusri, 2015), memungkinkan konsentrasi amonia itu meningkat. Hal ini diperkuat dengan keluhan masyarakat di pemukiman sekitar PT. Pusri Palembang yang selalu mencium bau amonia yang berasal dari limbah gas PT. Pusri Palembang.
Maka berdasarkan pernyataaan di atas maka peneliti tertarik untuk melihat gambaran asupan amonia pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang.
5
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan data kesehatan, konsentrasi amonia dan keluhan masyarakat yang tinggal di pemukiman sekitar PT. Pusri Palembang, yang terpajan udara mengandung amonia secara terus-menerus sehingga berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan pada masyarakat seperti gangguan saluran pernafasan di pemukiman sekitar PT Pusri Palembang. Oleh karena itu, rumusan masalah penelitian ini akan dilihat gambaran asupan amonia pada masyarakat dewasa di pemukiman sekitar PT Pusri Palembang. 1.3. Pertanyaan Penelitian 1. Berapa nilai konsentrasi amonia dalam udara ambien di sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang 2015 ? 2. Berapa nilai laju asupan amonia pada masyarakat dewasa di kawasan sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang 2015 ? 3. Berapa nilai lama pajanan masyarakat dewasa di kawasan sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang 2015 ? 4. Berapa nilai frekuensi pajanan masyarakat dewasa di kawasan sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang 2015 ? 5. Berapa nilai berat badan masyarakat dewasa di kawasan sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang 2015 ? 6. Berapa nilai asupan amonia pada masyarakat dewasa di kawasan sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang 2015 ? 7. Apakah ada perbedaan asupan amonia masyarakat berdasarkan jarak tempat tinggal dari sumber emisi amonia ?
6
1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan asupan amonia pada masyarakat dewasa di kawasan sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang tahun 2015. 1.4.2. Tujuan Khusus Penelitian 1. Diketahui nilai konsentrasi amonia dalam udara ambien di sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang 2015 2. Diketahui nilai laju asupan amonia masyarakat dewasa di kawasan sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang 2015 3. Diketahui nilai lama pajanan masyarakat dewasa di kawasan sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang 2015 4. Diketahui nilai frekuensi pajanan masyarakat dewasa di kawasan sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang 2015 5. Diketahui nilai berat badan masyarakat dewasa di kawasan sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang 2015 setiap hari 6. Diketahui nilai asupan amonia masyarakat dewasa di kawasan sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang 2015 7. Diketahui perbedaan asupan amonia masyarakat berdasarkan jarak tempat tinggal dari sumber emisi amonia ?
7
1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat Untuk Peneliti Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahun dan keterampilan peneliti tentang gambaran asupan amonia pada pemukiman sekitar PT. Pusri Palembang. Selain itu dapat juga menerapkan disiplin ilmu yang telah dipelajari khususnya bidang kesehatan lingkungan 1.5.2. Manfaat Untuk Program Studi Kesehatan Masyarakat Informasi dari penelitian ini dapat menjadi bahan tambahan ilmu untuk pengembangan kemampuan mahasiswa. Selain itu juga dapat sebagai bahan yang dapat dikembangkan untuk penelitian berikutnya dalam melihat hubungan asupan amonia dengan kesehatan. 1.5.3. Manfaat Untuk Pemerintah dan PT Pusri Palembang Memberikan masukan mengenai gambaran konsentrasi amonia dan risiko terhadap masyarakat yang ada di pemukiman sekitat PT. Pusri Palembang sehingga dapat dibentuk program preventif yang sesuai. 1.6. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang menggambarkan asupan amonia secara inhalasi pada masyarakat dewasa pemukiman sekitar PT. Pusri Palembang. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa peminatan Kesehatan Lingkungan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang dilaksanakan pada Januari sampai September
8
2015. Adapun masyarakat pemukiman yang dimaksud adalah masyarakat dewasa yang tinggal menetap di pemukiman sekitar PT. Pusri Palembang dengan radius 800, 1050, dan 1300 meter dari PT. Pusri Palembang dimana populasi tersebut relatif lama dan sering terpajan oleh polusi akibat limbah amonia dari PT Pusri Palembang. Data konsentrasi amonia didapatkan dari pengukuran langsung di udara ambien di titik yang ditentukan peneliti dengan menggunakan impinger. Pengumpulan data laju asupan, lama pajanan, frekuensi pajanan masyarakat sekitar PT. Pusri didapatkan dengan menggunakan kuesioner dan data berat badan didapatkan dengan pengukuran langsung dengan timbangan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Udara 2.1.1. Pengertian Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi dan komponen campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Udara juga merupakan atmosfer yang berada di sekekliling bumi yang fungsinya sangat penting bagi kehidupan manusia di dunia ini (Fardiaz, 1992). Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan. Namun, kualitas udara yang baik sangat diperlukan oleh manusia, karena dapat mempengaruhi kesehatan manusia itu sendiri. Menurunnya kualitas udara akibat terjadinya pencemaran di suatu wilayah seringkali baru dirasakan setelah dampaknya menyebabkan gangguan kesehatan pada mahluk hidup, termasuk pada manusia (Fardiaz, 1992). 2.1.2. Komposisi Udara Udara terdiri
dari campuran beberapa macam
gas
yang
perbandingannya tidak tetap , namun tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan disekitarnya. Komposisi normal udara terdiri atas gas nitrogen 78,08%, oksigen 20,9%, karbon dioksida 0,03% dan selebihnya terdiri dari gas argon, neon, kripton, xenon dan helium (Sumantri, 2010).
9
10
Menurut Irianto (2014) komposisi udara bersih dan kering pada umumnya tersusun sebagai berikut nitrogen (780,900 ppm), oksigen (209,400 ppm), argon (9,300 ppm), karbon dioksida (318 ppm), karbon monoksida (0,1 ppm), helium (5,2 ppm), kripton (1 ppm), xenon (0,008 ppm), nirogen oksida (0,25 ppm), nitrogen oksida (0,0001 ppm), hidrogen (0,5 ppm), metana, (1,5 ppm), ozon (0,02 ppm), neon (18 ppm), sulfur dioksida (0,0002 ppm), amonia (0,01 ppm). 2.1.3. Jenis-Jenis Udara Menurut Peraturan Pemerintah RI NO. 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara, udara terbagi menjadi udara ambien dan udara emisi. Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfer yang berada di dalam wilayah yuridiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya. Sedangkan udara emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar. 2.2. Pencemaran Udara 2.2.1. Pengertian Berdasarkan keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup RI. No.KEP-03/MENKLH/II/1991, pencemaran udara adalah masukan atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke udara oleh kegiatan manusia atau proses
11
alam, sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Polusi udara terdiri atas polusi udara dalam ruang (PUDR), polusi udara luar ruang (PULR) dan polusi udara akibat dari lingkungan kerja (Hidayat dkk, 2012 ). Pencemaran udara dapat terjadi dimana-mana, misalnya di dalam rumah, sekolah, kantor atau yang sering disebut sebagai pencemar dalam ruang. Selain itu, gejala secara akumulatif juga terjadi di luar ruang mulai dari tingkat lingkungan rumah, perkotaan, hingga ke tingkat regional, bahkan saat ini sudah menjadi gejala global (Ali ,2008). 2.2.2. Dampak Pencemaran Udara Pencemaran
udara
menimbulkan
dampak
buruk
terhadap
lingkungan maupun kesehatan diantaranya adalah (Sumantri, 2010): 1.
2.
Lingkungan a.
Menyebabkan terjadinya hujan asam
b.
Menyebabkan efek rumah kaca
c.
Kerusakan lapisan ozon
Kesehatan a.
Menyebabkan terjangkitnya penyakit pernafasan, seperti ISPA
b.
Memicu terjadinya stress
c.
Menyebabkan efek toksik dan karsinogenik
12
Tabel 2.1 Pencemar Udara dan dampak kesehatan No
Agent
Dosis Respon
Efek Kritis dan Referensi 1 NH3 2,86E-2 Kenaikan keparahan rintis dan pneumonia dengan lesi pernafasan pada uji hayati tikus subkronik (Broderson et.al. 1976) 2 H2S 5,71E-4 Lesi nasal lendir offaktori pada uji hayati tikus subkronik (Brenneman et.al 2000) 3 NO2 2E-2 Gangguan pernafasan (EPA/NAAQS 1990) 4 TSP 2,42 Gangguan saluran pernafasan Sumber: Rahman dalam Kemenkes, 2012 2.3. Amonia Amonia adalah gas tajam yang tidak berwarna terdiri dari 1 unsur nitrogen (N) dan tiga unsur hidrogen (H3) dengan titik didih -33,5oC cairannya mempunyai panas penguapan yang bebas yaitu 1,37 Kj/g pada titik didihnya (EPA, 2004). Emisi NH3 utama mulai terjadi dari sumber peternakan, pertanian, industri dan sangat dipengaruhi oleh kondisi meteorologi, dispersi dengan cepat di atmosfer menyebabkan terjadinya pencampuran yang baik dengan udara. Konsentrasi yang tinggi dapat terjadi pada sumber yang tertutup, hal ini dikarenakan frekuensi amonia mempunyai kecepatan pengendapan yang besar (pada tanah semi natural dan hutan), bergantung pada kondisi permukaan tanah. Sebaliknya, aerosol NH4+ umumnya memiliki kecepatan pengendapan yang kecil dan dengan mudah dapat terbawa udara dengan jangkauan jarak
13
tertentu tergantung pada kondisi angin dan suhu udara (Sutton dkk,1993). Pada kondisi normal dengan kecepatan angin normal 3m/s dan suhu 350C jarak dispersi amonia di atmosfir sejauh 866,2 meter (Hassan dkk, 2009). Reaksi kimia melibatkan amonia untuk menghasilkan secondary PM2,5 hal ini bergantung pada konsentrasi nitrat dan sulfat di atmosfer. Pada area dengan konsentrasi NH3 dan asam nitrat tinggi, serta konsentrasi sulfat rendah, NH3 akan bereaksi sehingga membentuk ammonium sulphat (CENR, 2000). 2.3.1. Sifat Fisika Amonia Tabel 2.2 Sifat Fisika Amonia Sifat Fisika
Nilai
Massa jenis dan fasa
0,7710 g/L, gas
Kelarutan dalam air
89,9 g/100ml pada 0oC
Titik lebur Temperatur autosulutan Titik didih
-77,7 0C (195,42 K) 6500C -33,340C (239,81 K)
Keasaman (pKa)
9,25
Kebasaan (pKb)
4,75
Sumber : Toxicological Profile For Ammonia, EPA.2004 2.3.2. Sifat Kimia Amonia Amonia adalah gas yang mudah terbakar dan bereaksi dengan oksigen membentuk nitrogen dan air atau nitrogen oksida dan air. Oksidasi amonia yang baik terhadap hydrazin, bersifat korosif dan oksidasi garam ammonium pada dicro-mate dan perchlorate dapat meledak ketika dipanaskan (Lerner dan Lerner, 2008). Dalam air, amonia mudah terdekomposisi menjadi ion amonium dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
14
NH3 + H2O
NH3H2O
NH4+ + OH
Amonia merupakan senyawa nitrogen yang mudah larut dalam air dan bersifat basa sehingga dalam air akan membentuk ammonium hidroksida. Pada air dengan termperatur 00C dan pH 10, sebanyak 89% amonia berada dalam bentuk tak terionkan. Reaksi amonia dengan ozon berlangsung sangat lambat, diperkirakan konstanta kecepatan reaksinya dengan ozon sekitar
20M-1s-1 dengan t1/2 = 96 jam (pada pH 7;
konsentrasi ozon 1 mg/L) sedangkan proses oksidasi oleh OH radikal dapat berlangsung lebih cepat yaitu 9.1 x 105 M-1s-1 (Gunten, 2003). Berikut merupakan reaksi antara amonia dengan ozon : 4 O3 + NH3
NO3 + 4O2 + H2O+
2.3.3. Sumber Amonia Secara alami amonia diproduksi oleh semua mamalia dalam metabolisme tubuh. Amonia di produksi setiap hari di dalam tubuh .Kebanyakan dari amonia diproduksi oleh organ dan jaringan , tapi ada yang diproduksi oleh bakteri yang hidup di dalam usus (EPA, 2004). Amonia di atmosfer berasal dari berbagai sumber, antara lain berasal dari dekomposisi kotoran, industri pembuatan pupuk,proses pemurnian minyak bumi, peternakan, dan penggunaan pupuk (CENR, 2000; EPA,2004). Dari sumber tersebut amonia ditemukan di udara, tanah, dan air. Amonia ditemukan berbentuk gas di dekat lokasi limbah industri, di larutan air kolam atau badan air dekat limbah, dan amonia juga ditemukan melekat pada partikel tanah di area pembuangan limbah (EPA,2004).
15
2.3.4. Pajanan Amonia Pajanan adalah pengalaman yang didapat populasi atau organisme akibat terkena atau terjadinya kontak dengan suatu faktor agen potensial yang berasal dari lingkungan. Faktor pajanan adalah faktor yang berkaitan dengan karakteristik dan perilaku manusia yang dapat membuat populasi atau organisme terpajan suatu agen (EPA, 2011; ATSDR, 2015). Faktor-faktor tersebut antara lain yaitu jenis agen, berapa banyak agen tersebut, berapa lama waktu terpajan, seberapa sering organisme terpajan, darimana jalur agen memajani organisme atau populasi, kondisi tubuh populasi atau organisme. Jenis paparan dapat dilihat dari sifat pemapar dan sifat agen. Sifat pemapar seperti zat kimiawi, fisis, biologis, atau campuran sedangkan sifat agen dibagi atas 2 yaitu : 1. Agen Sistemik Agen yang apabila berhasil memasuki tubuh organisme, dapat beredar dan menimbulkan efek di seluruh tubuh 2. Agen Lokal Agen yang hanya memberi dampak lokal pada organisme di bagian/organ target tertentu saja, yakni bagian tubuh yang terpapar. Menurut EPA (2004) dan Makarovsky dkk (2008) amonia dapat masuk ke dalam tubuh melalui jalur inhalasi, ingesti, dan dermal. Amonia dapat masuk ke dalam tubuh jika menghirup udara yang mengandung amonia atau mengkonsumsi makanan yang mengandung
16
garam amonium. Jika amonia mengenai kulit, maka sejumlah kecil amonia tersebut dapat masuk ke dalam tubuh. Dalam kehidupan seharihari umumnya amonia masuk lewat jalur inhalasi dan ingesti sedangkan untuk jalur dermal jarang ditemukan. Rata-rata amonia yang masuk ke tubuh bersumber dari 78,3% lewat jalur inhalasi dan 21,7% lewat jalur ingesti ( IPCS, 1986 ). Namun amonia di perairan dapat menghilang melalui proses volatilisasi tekanan parsial dalam larutan meningkat dengan semakin semakin meningkatnya pH, sedangkan amonia di dalam tanah akan di ubah menjadi nitrat dalam proses nitrifikasi atau denitrifikasi oleh bakteri (Effendi, 2003). Sehingga jalur masuknya amonia lewat jalur ingesti sangat kecil kemungkinannya. Ketika amonia masuk saat bernafas maka sebagian masuk ke dalam tubuh akan diserap oleh paru-paru kemudian amonia berikatan dengan darah yang ada di dalam paru-paru. Darah yang berasal dari paru-paru kemudian diedarkan ke jantung melalui pembuluh darah vena pulmonalis. Kemudian darah diedarkan ke suluruh tubuh dan masuk ke dalam ginjal melalui pembuluh darah arteri renalis. Amonia yang masuk ke dalam ginjal akan diubah bentuk menjadi ion ammonium oleh glutamin dengan cara deaminasi yang dikatalis oleh enzim glutaminase. Ion ammonium disekresikan ke urin sehingga urin menjadi lebih asam, sedangkan amonia yang tidak dikeluarkan melalui urin akan menumpuk di dalam ginjal dan akan menyebabkan kerusakan ginjal. Kerusakan ginjal dapat mengakibatkan hemoglobin dalam darah turun (anemia)
17
dan sesak nafas karena menurunnya daya perfusi pulmonal (Arisman, 2010). 2.3.5. Dampak Gas Amonia Terhadap Kesehatan Manusia Penelitian yang dilakukan oleh Arwood dan Ward (1985) menyatakan banyak terjadi kematian akibat menghirup amonia. Pada umumnya kematian tersebut adalah akibat paparan akut gas amonia. Suatu studi dilakukan oleh Hederik dkk (2000) pada petani yang bekerja pada tempat penyimpanan ternak, pada penelitian ini dilakukan pengukuran
kadar
amonia,
debu
total,
jamur
dan
bakteri,
karbondioksida, endotoxin total, endotoxin yang dapat dihirup. Dari kesemua itu yang paling berhubungan dengan peningkatan ganngguan pernafasan adalah amonia dan debu, dan gangguan pernafasan berkurang pada saat pemaparan dihilangkan kadar amonia berkisar 1,60 mg/m3 dan debu 2,63 mg/m3. Efek pernafasan berupa reaktivitas Bronchial, inflamasi, batuk-batuk, susah bernafas, sesak nafas, berkurangnya fungsi paru. Penelitian cross sectional yang dilakukan oleh Ballal dkk (1998), pada pekerja laki-laki di dua pabrik pupuk di Saudi Arabia menunjukkan adanya hubungan antara pemaparan gas amonia dengan gejala gangguan pernafasan termasuk asma Bronchial. Pekerja pada pabrik pertama terpapar pada kadar 2,82-183,86 ppm memiliki gangguan pernafasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja pada pabrik kedua terpapar pada kadar 0,03-9.87 ppm.
18
Pekerja dapat terpapar dengan amonia dengan cara terhirup gas ataupun uapnya, tertelan, ataupun kontak dengan kulit, pada umumnya adalah melalui pernafasan (dihirup). Amonia dalam bentuk gas sangat ringan, lebih ringan dari udara sehingga dapat naik, dalam bentuk uap, lebih berat dari udara, sehingga tetap berada dibawah. Gejala yang ditimbulkan akibat terpapar dengan amonia tergantung pada jalan terpaparnya, dosis, dan lama pemaparannya. Gejala-gejala yang dialami dapat berupa mata berair dan gatal, hidung iritasi, gatal dan sesak, iritasi tenggorokan, kerongkongan dan jalan pernafasan terasa panas dan kering, batuk-batuk. Pada dosisi tinggi dapat mengakibatkan kebutaan, kerusakan paru-paru, bahkan kematian, amonia juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit (Hutabarat, 2007 ). Penelitian De la Hoz dkk. (1996) menemukan dari 94 kasus, terdapat 20 yang berakibat fatal dan memerlukan pengobatan selama 1 tahun atau lebih. Efek yang ditimbulkan akibat pemaparan amonia bervariasi bergantung kadarnya, yaitu (Makarovsky dkk, 2008) : 1. 50 ppm mengakibatkan iritasi ringan pada mata, hidung dan tenggorokan, toleransi dapat terjadi dalam 2 jam pajanan. 2. 100 ppm, mengakibatkan iritasi tingkat menengah pada mata. 3. 250 ppm, berdampak pada kesehatan ketika terpajan lebih dari 60 menit 4. 500 ppm, merupakan kadar yang memberikan dampak bahaya langsung pada kesehatan
19
5. 700 ppm,berdampak langsung pada mata dan tenggorokan 6. >1500 ppm, mengakibatkan laryngospasm 7. 2500 β 4500 ppm, berakibat fatal setelah pernaparan selama setengah jam 8. >5000 ppm, berakibat fatal dapat menyebabkan kematian mendadak 2.4. Asupan/Intake Asupan/intake adalah jumlah asupan risk agent yang diterima rata-rata sampel per berat badan rata-rata sampel per hari (Kemenkes, 2012). Untuk menghitung intake digunakan persamaan atau rumus. Data yang digunakan untuk melakukan perhitungan dapat berupa data primer (hasil pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan sendiri) atau data sekunder (pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan oleh pihak lain yang dipercaya seperti BLH, Dinas Kesehatan, LSM, dll), dan asumsi yang didasarkan pertimbangan yang
logis
atau menggunakan nilai default yang tersedia. Data yang
digunakan untuk melakukan perhitungan intake yaitu: 1. Konsentrasi agen risiko 2. Laju asupan atau banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya. Oleh karena laju asupan berhubungan dengan berat badan, berdasarkan data yang tersedia oleh Abrianto (2004) merumuskan hubungan berat badan dengan laju asupan dengan persamaan regresi linier y= 5,3 Ln(x) β 6,9. Dengan y = R (m3/hari) dan x = Wb (kg). Persamaan tersebut telah digunkan dalam penelitian Rahman, dkk (2008) yang menghasilkan laju asupan sebesar 0,6 m3/jam.
20
3. Lamanya atau jumlah jam terpajan setiap harinya 4. Lamanya atau jumlah hari terpajan setiap tahun 5. Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan 6. Berat badan Adapun rumus perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut : πΌ =
πΆ π
π‘πΈ ππΈ π·π‘ ππ π‘ππ£π
Keterangan : Tabel 2.3 Keterangan Perhitungan Intake Non Karsinogenik Pada Jalur Inhalasi
Notasi I (Intake)
Arti Notasi
Satuan
Nilai default
Jumlah konsentrasi agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya konsentrasi agen risiko
mg/kg x hari
Tidak ada nilai default
mg/m3
Tidak ada nilai default
m3/jam
Dewasa (>13 tahun) : 0,83 m3 /jam Anak β anak (6 β 12 tahun) : 0,5 m3 /jam
pada media udara (udara C (Concentration) ambien)
R (Rate)
tE (time of exposure) Notasi
Laju asupan atau banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya dihitung dengan persamaan y = 5,3 Ln(x) β 6,9 (Abrianto, 2004)
Lamanya atau jumlah jam terjadinya pajanan setiap harinya
Jam/hari
Pajanan pada pemukiman : 24 jam/hari -Pajanan pada lingkungan kerja : 8 jam/hari - Pajanan pada sekolah dasar : 6 jam/hari
21
Notasi
Arti Notasi
Satuan
fE (frecuency of exposure)
Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya
Hari/tahun
Dt (duration time)
Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan
Wb (weight of body)
Berat badan manusia / populasi / kelompok populasi
Kg
tavg(nk) (time average)
Periode waktu rata β rata untuk efek non karsinogen
Hari
Tahun
Nilai default - Pajanan pada pemukiman : 350 hari/tahun - Pajanan pada lingkungan kerja : 250 hari/tahun
Residensial (pemukiman) /pajanan seumur hidup : 30 tahun - Dewasa asia / Indonesia : 55 Kg Anak β anak : 15 Kg 30 tahun x 365 hari/tahun = 10.950 hari
2.5. Teknik Pengambilan Sampel Udara Penentuan jumlah titik sampling dilakukan menggunakan kurva aproksimasi. Jumlah titik yang ditentukan berdasarkan jumlah penduduk di suatu wilayah dan level pencemaran (Soedomo, 2001). Jumlah penduduk di lokasi penelitian ini adalah 5165 jiwa dan tingkat pencemaran tergolong rendah karena terdapat satu sumber potensial. Berdasarkan kategori tersebut dengan jumlah penduduk di bawah 1 juta jiwa dan tingkat pencemaran rendah maka diperlukan 10 titik pemantauan udara (Soedomo, 2001). Pengukuran konsentrasi udara akan dilakukan di pagi, sore, dan malam hari. Dalam SNI 19-7119.6-2005 mengenai penentuan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara ambien, yaitu pengukuran konsentrasi amonia dilakukan di titik sampling menghadap ke arah angin dominan dimana arah
22
angin dominan dapat berasal dari data badan meteeorologi dan geofisika (BMKG) . Penentuan lokasi pengambilan sampel objek juga ditetapkan dengan mempertimbangkan faktor meteorologi, geografi dan tata guna lahan.
23
2.6.Kerangka Teori
Bagan 2.1 kerangka teori
Sumber : Sutton dkk (1993), (2011), EPA(2004), Makarovsky dkk (2008)
24
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Potensi negatif yang dihasilkan oleh industri pupuk yaitu pencemaran udara oleh gas amonia dimana pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfer yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan (MENKLH, 1991). konsentrasi gas amonia di udara dipengaruhi oleh jarak sumber pencemar dengan lokasi sampel dimana dalam penelitian ini akan diambil sampel berjarak 800, 1050, dan 1300 meter dari sumber pencemar (Novrikasari, 2014). Konsentrasi amonia yang ada di udara dapat memajani manusia tergantung pada karakteristik pajanan yang terpajan seperti laju asupan, waktu pajanan, frekuensi pajanan, durasi pajanan, dan berat badan. Dari hasil perhitungan semua variabel tersebut akan menghasilkan nilai asupan/intake amonia.
25
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
26
3.2. Definisi Operasional Cara Ukur
Satuan
Menggunakan metode Indeofenol
mg/Nm3
Skala Ukur Rasio
m3/jam
Rasio
Kuesioner
Memasukkan nilai berat badan ke dalam regresi laju asupan wawancara
Jam/hari
Rasio
Jumlah hari pemajanan amonia yang diterima responden dalam satu tahun dikurangi lama responden meninggalkan wilayah studi
Kuesioner
wawancara
Hari/tahun
Rasio
Lamanya waktu terpajan amonia di lokasi penelitian
Kuesioner
wawancara
Tahun
Rasio
No
Variabel
Definisi Operasional
1
Konsentrasi amonia
2
Laju Asupan
Kandungan gas amonia yang terdapat dalam satuan volume udara ambien di pemukiman sekitar PT.Pusri pada jarak 1300 meter dari PT. Pusri Volume udara yang dihirup per jam.
3
Waktu pajanan (tE)
Periode waktu sampel terpajan amonia dihitung berdasarkan jumlah jam responden berada di lokasi penelitian dalam satu hari
4
Frekuensi Pajanan (FE)
5
Durasi Pajanan (Dt)
oleh
Alat Ukur / motode Impinger
Rumus perhitungan laju asupan
27
No
Variabel
Definisi Operasional
6
Berat Badan
Ukuran tubuh dari sisi beratnya saat dilakukan penelitian
7
Intake/asupan (I)
Jumlah asupan risk agent yang diterima rata-rata sampel per berat badan rata-rata sampel per hari
Alat Ukur / motode
Skala Ukur
Cara Ukur
Satuan
Timbangan
Penimbangan langsung
Kilogram (kg)
Rasio
Rumus perhitungan Intake/asupan
Memasukkan data konsentrasi, laju asupan, waktu pajanan, frekuensi pajanan, durasi pajanan dan berat badan ke dalam rumus perhitungan
Mg/kg/hari
Rasio
3.3. Uji Hipotesa Ho : Tidak ada perbedaan rata-rata asupan berdasarkan jarak tempat tinggal dari sumber emisi Ha : ada perbedaan rata-rata asupan berdasarkan jarak tempat tinggal dari sumber emisi
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional karena semua data diambil pada satu waktu. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan asupan amonia di udara pada masyarakat dewasa pemukiman sekitar PT. Pusri Palembang dengan menganalisa data konsentrasi, laju asupan, lama pajanan, frekuensi pajanan, durasi pajanan, berat badan dan asupan yang dibagi menjadi 3 cluster berdasarkan jarak pajanan dari sumber emisi. 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah di wilayah sekitar kawasan PT. Pusri Palembang dengan radius 1300 meter dari sumber emisi amonia PT. Pusri yang terdiri dari RW 7 dan RW 4 (Kelurahan Sungai Buah), RW 01 dan RW 08 (Kelurahan 3 Ilir ), RW 01 dan RW 04 ( Kelurahan 1 Ilir ), dan RW 04, RW 08 dan RW 07 (Kelurahan Tangga Takat). Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari- Mei 2015.
28
29
Gambar 4.1 Lokasi Penelitian
Sumber : google earth Keterangan : : Radius 1300 meter : Titik Emisi PT. Pusri Palembang
30
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Populasi pada penelitan ini adalah seluruh masyarakat yang bermukim pada radius 1300 meter dari sumber emisi PT. Pusri Palembang. 4.3.2. Sampel 4.3.2.1.
Responden Sampel pada penelitan ini adalah masyarakat dewasa (>17 tahun) yang bermukim di kawasan industri PT. Pusri di dalam radius 800 meter, 1050 meter dan 1300 meter dari cerobong emisi amonia industri PT.Pusri Palembang.
4.3.2.2.
Udara Sampel udara dalam penelitian ini adalah jumlah mg/m3 konsentrasi amonia di udara ambien pada pemukiman sekitar PT. Pusri Palembang dengan radius 1300 meter dari pusat industri.
31
Gambar 4.2 Pengambilan Sampel Udara
Sumber : Google Earth
Keterangan : Radius 1300 meter : Titik Emisi PT. Pusri Palembang : Titik Pengambilan Sampel Udara
4.3.3. Pengambilan dan Perhitungan Sampel Pemilihan sampel penelitian dilakukan di 3 cluster. Dimana cluster ditentukan berdasarkan jarak emisi gas buang PT. Pusri Palembang ke pemukiman sekitar PT. Pusri Palembang yaitu 800 meter, 1050 meter, 1300 meter. Penentuan jarak dimulai dari radius 800 meter ditentukan karena pada radius tersebut baru masuk ke dalam area pemukiman masyarakat,
32
penentuan jarak terjauh yaitu 1300 meter ditentukan berdasarkan penelitian Novrikasari (2014) yang menemukan jarak dispersi limbah gas amonia dari sumber emisi terdispersi sejauh 1300 meter, dan penentuan jarak 1050 meter merupakan jarak pertengahan dari jarak terdekat dan terjauh. Sehingga terbentuk cluster 1 yaitu masyarakat yang tinggal di radius 800 meter, cluster 2 yaitu masyarakat yang tinggal di antara radius 800 -1050 meter, cluster 3 yaitu masyarakat yang tinggal di antara radius 1050- 1300 meter.
Gambar 4.3 cluster sampling
sumber : google earth Ketetangan : : Radius 800 meter : Radisu 1050 meter : Radius 1300 meter
33
Penentuan sampel subyek dalam penelitian ini menggunakan rumus Lemesshow (1997) yaitu : N π 21βπΌ/2 π 2 π= 2 X Deff d (N β 1) + π 21βπΌ/2 π 2 Keterangan: n
: Besar Sampel
N
: Besar Populasi
π 21βπΌ/2 : nilai standar distribusi normal Ο
: simpangan baku tertentu terhadap populasi
d
: tingkat ketelitian yang diinginkan (dalam penelitian ini digunakan sebesar 5%)
Deff
: design effect diasumsikan 2
Dengan menggnakan rumus di atas, diperoleh jumlah sampel dalam penelitian ini sebagai berikut : N
: 5165 (Data Kelurahan Sungai Buah, 3 Ilir, 1 Ilir, dan Tangga Takat, 2013 )
π 21βπΌ/2 : 1,96 Ο
: 0,32 (Haryoto , 2014)
d
: 0,05
Deff
: 2
π=
5165 (1,96)2 . 0,322 X Deff (0,05)2 . (5165 β 1) + (1,96)2 . 0,322
34
π = 308,45 = 309 (dibulatkan) Total sampel cluster sebesar 309 sampel. Jumlah cluster terdiri dari 3 cluster. Jadi, 309/3 = 103 sampel di setiap cluster. Penentuan sampel terpilih dilakukan dengan cara random sampling dari kerangka sampel dari setiap cluster. Semua nama dan alamat yang ada di kerangka sampel dimasukkan ke dalam toples lalu di kocok dan diambil satu persatu hingga mencapai jumlah sampel yang diinginkan yaitu 103 sampel per cluster. 4.3.4. Metode Pengukuran Konsentrasi Amonia Teknik pengambilan sampel amonia pada penelitian ini mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-7117.6-2005 yaitu: 1. Prinsip Gas NH3 pada gas buang buang sumber emisi tidak bergerak dijerap dengan menggunakan pompa hisap menggunakan larutan penjerap H3BO3 0,5% lalu tambahkan larutan fenol-pentasiano nitrosilfelat (III) dan natrium hipoklorit untuk membentuk senyawa komplek biru indofenol. Warna yang terbentuk diukur serapannya pada panjang gelombang 640 nm dengan menggunakan spektrofotometer 2. Pengambilan sampel udara 1) Meyusun peralatan pengambilan contoh uji
35
2) Memasukkan 50 ml larutan penjerap kedalam masing-masing botol penjerap dan memasukkan pula 50 ml larutan pencuci ke dalam botol pencuci 3) Memanaskan pipa pengambil contoh uji pada suhu 120o C. Pertahankan suhu pipa selama pengambilan sampel 4) Mengarahkan aliran gas buang ke posisi pencucian hingga aliran akan melalui botol pencuci 5) Menghidupkan pompa penghisap udara dan atur laju alir 1 L/menit, matikan pompa setelah 5 menit 6) Mengarahkan aliran gas buang ke posisi pengambilan sampel hingga lairan akan melalui botol penjerap 7) Membaca penunjukan awal pada gas meter 8) Menghidupkan pompa dan lakukan pengambilan sampel sampai volume total 20 L dengan mengatur laju alir gas meter 1L/ menit 9) Mencatat temperatur dan tekanan gas buang pada saat pengambilan sampel dengan menggunakan termometer dan manometer pada gas meter 10) Mematikan pompa, tutup aliran gas dan baca penunjukan ahir volum pada gas meter 3. Persiapan pengujian 1) Pembuatan kurva kalibrasi a. Mengoptimalkan alat spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan alat
36
b. Menyiapkan pipet 0 mL, 1 mL, 3 mL, 5 mL, 7 mL, 10 mL, larutan standar amonia ke dalam 6 buah tabung uji 25 mL, menempatkan
masing-masing
tabung
dengan
larutan
penjerap sampai dengan 10 mL c. Menambahkan 5 mL larutan fenol-natrium nitroprusid dan aduk dengan baik d. Menambahkan 5 mL larutan penyangga, aduk dengan baik dan tunggu selama satu jam e. Mengukur serapan masing-masing larutan fenol dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 640 nm f. Membuat kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah amonia (mg) 2) Persiapan sampel a. Memindahkan larutan yang berisi contoh uji dari kedua botol penjerap ke dalam labu ukur 250 mL secara kuantitatif b. membilas botol penjerap dengan air suling dan masukkan ke dalam labu ukur di atas , encerkan dengan air suling sampai tanda tera lalu homogenkan c. memasukkan 100 mL larutan penjerap( blanko lapangan ) ke dalam labu ukur 250 mL encerkan dengan air suling, larutan ini digunakan sebagai blanko 3) Pengujian sampel a.
Memasukkan pipet 10 mL larutan sampel pada langkah c butir a) ke dalam tabung uji 25 mL
37
b.
Memasukkan pipet 10 mL larutan blanko pada langkah c butir b) ke dalam tabung uji 25 mL
c.
Melakukan pengujian sesuai dengan langkah-langkah pada bagian 2 butir c β e
d.
menghitung konsentrasi contoh uji dengan menggunakan kurva kalibrasi
4. Perhitungan Konsentrasi amonia dalam sampel dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : πΆ =
( AβB ) π₯ ππ Vs
Dengan pengertian : C
: Konsentrasi NH3 (ppm)
A
: Jumlah amoniak pada contoh uji, didapat dari kurva kalibrasi (Β΅L)
B
: Jumlah amoniak pada larutan blanko, didapat dari kurva kalibrasi (Β΅L NH3)
fp
: Faktor pengenceran (250/10)
Vs : Volum gas uji dalam kondisi normal pada 250C, 760 mmHg (L) 17
Konversi satuan konsentrasi NH3 : Cβ² = C 24,45 Dengan pengertian : Cβ : Konsentrasi NH3 (mg/Nm3)
38
C
: Konsentrasi NH3 (ppm)
17 : Berat molekul NH3 24,45: Volum gas pada keadaan standar 25o C, 760 mmHg (L) 4.3.5. Metode Penimbangan Berat Badan Alat timbang harus dikalibrasi setiap hari sebelum ke lapangan untuk mengecek akurasi alat timbangan. Berdasarkan pedoman Riskesdas 2013 cara kalibrasi adalah sebagai berikut: 1. menggunakan alat kalibrasi sebagai pembanding berat yang mempunyai berat tetap contohnya: Air dalam kemasan botol 1,5 liter sebagai pembanding 2. mencatat berat alat kalibrasi tersebut untuk digunakan sebagai pembanding 3. Bila hasil kalibrasi pada alat timbang berubah angkanya, baterai sudah harus diganti Prosedur penimbangan responden dewasa sebagai berikut : 1. Aktifkan alat timbang dengan cara menekan tombol power pada timbangan. Mula-mula akan muncul garis bergerak-gerak tunggu sampai muncul angka 0,0. Bila angka 0,0 sudah tidak bergerak-gerak berarti alat timbang sudah siap digunakan 2. Responden diminta naik ke alat timbang dengan posisi kaki tepat di tengah alat timbang, tetapi tidak menutupi jendela baca 3. Perhatikan posisi kaki responden tepat di tengah alat timbang, sikap tenang dan kepala tidak menunduk (memandang lurus ke depan)
39
4. Angka di kaca jendela alat tibang akan muncul, dan tunggu sampai angka tidak berubah (statis) 5. Catat angka terakhir dan isikan pada kuesioner 6. Minta responden turun dari alat timbang 7. Matikan alat timbangan dengan meneken tombol power 8. Untuk menimbang responden berikutnya, ulangi prosedur 1 s/d 7 4.4. Pengolahan dan Penyajian Data Data-data primer yang telah dihitung kemudian dilanjutkan dengan tahaptahap sebagai berikut : 1. Editing (pemeriksaan data) Editing merupakan kegiatan pengecekan dan perbaikan terhadap semua isian kuesioner yang telah dikumpulkan, setelah pengambilan data di lapangan dan uji laboratorium telah selesai. Kegiatan ini untuk memastikan bahwa data yang diperoleh tersebut semua terisi, konsisten, relevan dan dapat dibaca dengan baik 2. Coding (pemberian kode ) Data yang berbentuk kalimat atau huruf yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukkan data (data entry). Namun, proses coding ini tidak berlaku untuk data yang sudah berbentuk angka seperti konsentrasi 3. Entry (pemasukan data ke komputer) atau processing
40
Data yang dalam bentuk kode (huruf atau angka) dimasukkan ke program komputer untuk diolah. 4. Cleaning (Pembersihan Data) Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam program komputer guna menghindari terjadinya kesalahan pemasukan data. 4.5. Analisis Data 4.5.1. Analisis Univariat Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan software pengolahan data, dengan langkah-langkah 1.
Data semua sampel yang sudah didapatkan dari hasil laboratorium dicatat dan dimasukkan ke dalam komputer
2.
Semua data diolah kemudian dianalisis dengan analisis deskriptif untuk mengetahui nilai estimasi rata-rata, standar deviasi, nilai terbesar dan terkecil setiap variabel.
3.
Pengolahan data dengan menggunakan rumus digunakan untuk mengetahui nilai asupan pajanan amonia. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung nilai asupan adalah sebagai berikut:\ =
π π± π π± ππ π± ππ ππ π± π ππ―π
Keterangan : I
= intake (mg/kgxhari)
C
= konsentrasi (mg/kgxhari)
R
= laju ingesti (mg/kg)
fE
= frekuensi pajanan (hari/tahun)
41
Dt
= durasi pajanan (lifetime exposure) (tahun)
Wb
= berat badan (kg)
tavg
= periode waktu rata-rata (30 x 365 hari/tahun untuk nonkarsinogen, 70 tahun x 365 hari/tahun untuk ksrsinogen)
4.5.2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan komputer untuk mengetahui apakah ada perbedaan nilai asupan disetiap cluster. Uji bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Annova jika data yang dikumpulkan berdistribusi normal. Namun jika data yang dikumpulkan tidak berdistribusi normal maka digunakan uji Kruskal-Wallis. Variabel yang dilakukan uji bivariat untuk mencari apakah ada perbedaan rata-rata asupan disetiap cluster. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ho : Tidak ada perbedaan rata-rata asupan pada ketiga cluster Ha : ada perbedaan rata-rata asupan pada ketiga cluster Pengambilan keputusan : 1) Jika sig (p) < 0,05
maka H0 ditolak sehingga terdapat
perbedaan rata-rata asupan pada ketiga cluster 2) Jika sig (p) > 0,05 maka Ho diterima sehingga tidak ada perbedaan rata-rata asupan pada ketiga cluster
BAB V HASIL PENELITIAN 3.1. Profil Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada pemukiman sekitar PT. Pusri Palembang yang masuk ke dalam radius 800 meter (cluster 1), 1050 meter (cluster 2) dan 1300 meter (cluster 3 ) dari titik emisi PT. Pusri Palembang yang meliputi wilayah, yaitu Kelurahan Sungai Buah, Kelurahan 3 Ilir, Kelurahan 1 Ilir, dan Kelurahan Tangga Takat. Daerah penelitian ini memiliki luas wilayah 1,33 km2 dengan batas-batas sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Sako 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Ilir Timur II 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Pulau Kamaro 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kalidoni 3.2.Karakteristik Responden Pada tahap ini yang dipaparkan adalah karakteristik responden secara umum yang terdiri dari umur, jenis kelamin, status pendidikan, dan jenis pekerjaan. 1.1.1. Umur Gambaran usia responden pada penelitian ini dapat dilihatap pada tabel 5.1 berikut.
42
43
Tabel 5.1 Gambaran Usia Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 Karakteristik 95% CI Min-Max P-value Umur 40 β 43 17-78 0,000
Dari tabel 5.1 menunjukkan nilai rata-rata usia pada derajat kepercayaan 95% adalah 40 tahun sampai 43 tahun. 1.1.2. Jenis Kelamin Jenis kelamin terbagi dua yaitu laki-laki dan perempuan. Distribusi responden menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5.2 Gambaran Jenis Kelamin Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 Jenis Cluster Total Kelamin 1 2 3 n % n % n % n % Laki-laki 46 44,7% 24 23,3% 24 23,3% 94 30,4% Perempuan 57 55,3% 79 76,7% 79 76,7% 215 69,6% Total 103 100% 103 100% 103 100% 309 100%
Berdasarkan tabel 5.2 jumlah responden di cluster 1 lebih banyak berjenis kelamin perempuan, yaitu 55,3%. Sama halnya dengan responden di cluster 2 dan cluster 3 dimana jenis kelamin responden lebih banyak perempuan yaitu 76,7%. Sehingga total responden dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada responden laki-laki yaitu 69,6% berbanding 30,4%.
44
1.1.3. Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan responden pada penelitian ini terdiri dari buruh, dagang, dosen/guru, ibu rumah tangga (IRT), pelajar, pengangguran, pensiunan, swasta. Adapun distribusi jenis pekerjaan dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut. Tabel 5.3 Gambaran Jenis Pekerjaan Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 Jenis Pekerjaan Buruh Dagang Dosen/Guru IRT Pelajar Pengangguran Pensiunan Pekerjaan Swasta Total
N 20 15 2 43 3 1 1 18
% 19,5 14,6 1,9 41,8 2,9 0,9 0,9 17,5
Cluster 2 n % 12 11,7 13 12,7 1 0,9 61 59,3 1 0,9 2 1,9 2 1,9 11 10,7
103
100
103
1
100
Total
3 n 16 9 0 68 1 3 3 3
% 15,5 8,8 0 66,1 0,9 2,9 2,9 2,9
n 48 37 3 172 5 6 6 32
% 15,6 11,9 0,9 55,7 1,7 1,9 1,9 10,4
103
100
309
100
Dari tabel 5.3 menunjukkan responden di setiap cluster berdasarkan karakteristik jenis pekerjaan, didominasi oleh jenis pekerjaan Ibu Rumah Tangga (IRT), terbanyak ada di cluster 3 yaitu 66,1% lalu cluster 2 yaitu 59,3% dan cluster 3 yaitu 41,8%. 1.2.
Deskriptif Variabel Penelitian 1.2.1. Konsentrasi Amonia Konsentrasi amonia pada penelitian ini dibagi menjadi 3 lokasi pengukuran yaitu pada jarak 800 meter (cluster 1), 1050 meter (cluster 2), dan 1300 meter (cluster 3) dari sumber emisi
45
PT. Pusri Palembang. Adapun gambaran konsentrasi amonia di sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5.4 Gambaran Konsetrasi Amonia Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 Variabel 95% CI SD TerbesarTerkecil Konsentrasi 0,0275 β 0,032 0,02 0,010Amonia 0,057 3 (mg/m )
Berdasarkan tabel 5.4 nilai rata-rata konsentrasi amonia pada derajat kepercayaan 95% adalah 0,0275 mg/m3 sampai 0,032 mg/m3. 1.2.2. Laju Asupan Laju asupan pada penelitian ini dihitung dengan persamaan y = 5,3 Ln(x) β 6,9, dengan y = R dalam satuan m3/hari dan x = Wb atau berat badan. Adapun gambaran laju asupan masyarakat dewasa di sekitar pemukiman PT. Pusri palembang tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5.5 Gambaran Laju Asupan Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 Variabel
95% CI
SD
Laju Asupan
0,5991-0,6089
0,04
TerbesarTerkecil 0,43-0,73
46
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan nilai rata-rata laju asupan pada derajat kepercayaan 95% adalah 0,5991 m3/jam sampai 0,6089 m3/jam. 1.2.3. Lama Pajanan Gambaran lama pajanan masyarakat dewasa di sekitar pemukimanan PT. Pusri Palembang Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 5.6 Gambaran Lama Pajanan Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 Variabel 95% CI SD TerbesarTerkecil Lama 21 β 24 3,88 8-24 Pajanan (jam/hari)
Berdasarkan tabel 5.6 nilai rata-rata lama pajanan pada derajat kepercayaan 95% adalah 21 jam/hari sampai 24 jam/hari. 1.2.4. Frekuensi Pajanan Gambaran frekuensi pajanan masyarakat dewasa di sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 5.7 Gambaran Frekuensi Pajanan Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 Variabel 95% CI SD TerbesarTerkecil Frekuensi Pajanan 354 β 359 22,97 189-365 (hari/tahun)
47
Berdasarkan tabel 5.7 nilai rata-rata frekuensi pajanan pada derajat kepercayaan 95% adalah 354 hari/tahun sampai 359 hari/tahun. 1.2.5. Durasi Pajanan Gambaran durasi pajanan pada masyarakat dewasa di sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 5.8 Gambaran Durasi Pajanan Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 Variabel 95% CI SD TerbesarTerkecil Durasi Pajanan 29 β 33 17,523 2-75 (Tahun)
Berdasarkan tabel 5.8 nilai rata-rata durasi pajanan pada derajat kepercayaan 95% adalah 29 tahun sampai 33 tahun. 1.2.6. Berat Badan Gambaran berat badan masyarakat dewasa sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 5.9 Gambaran Berat Badan Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 Variabel 95% CI SD TerbesarTerkecil Berat 26 β 56,48- 58,99 11,2 Badan (Kg) 100,5
48
Berdasarkan tabel 5.9 nilai rata-rata berat badan pada derajat kepercayaan 95% adalah 56,48 kg sampai 58,99 kg. 1.2.7. Asupan Amonia Gambaran asupan amonia pada masyarakat sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5.10 Gambaran Asupan Amonia Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 Variabel
95% CI
SD
Asupan Amonia (mg/kg/Hari)
0,0061- 0,0076
0,0071
TerbesarTerkecil 0,00010,0480
Berdasarkan tabel 5.10 nilai rata-rata asupan pajanan amonia pada derajat kepercayaan 95% adalah 0,0061 mg/kg/hari sampai 0,0076 mg/kg/hari. 1.2.8. Perbedaan Asupan Berdasarkan Cluster Hasil uji statistik perbedaan asupan berdasarkan cluster dapat dilihat pada tabel 5.11.
49
Tabel 5.11 Tabel Perbedaan Rata-Rata Nilai Asupan Masyarakat Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang pada Cluster 1, Cluster 2, Cluster 3 Tahun 2015 Cluster
Jumlah
Rata-rata
SD
Cluster 1
103
0,002
0,0015
Cluster 2
103
0,013
0,0085
Cluster 3
103
0,004
0,0034
P-value
0,000
Berdasarkan tabel 5.11 menghasilkan nilai p-value 0,000 yang berarti terdapat berbedaan nilai asupan antara ketiga cluster tersebut. Nilai rata-rata di setiap cluster menunjukkan disetiap cluster memiliki perbedaan asupan antara cluster 1 dengan cluster 2, cluster 1 dengan cluster 3, dan cluster 2 dengan cluster 3. Nilai asupan amonia didapatkan dari hasil perhitungan variabel konsentrasi, laju asupan, lama pajanan, frekuensi pajanan, durasi pajanan, dan berat badan. Berdasarkan dari hasil statistik semua variabel tersebut menunjukkan yang memiliki perbedaan nilai
rata-rata di setiap cluster
adalah variabel
konsentrasi dan berat badan. Maka perbandingan konsentrasi dan berat badan terhadap nilai asupan amonia dapat dilihat dari grafik sebagai berikut.
Grafik 5.1 gambaran Nilai Konsentrasi Amonia dan Asupan Amonia Masyarakat Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 0,06
Asupan Amonia (mg/kg/hari
0,05
0,04
0,03
0,02
0,01
0 0
0,01
0,02
0,03
Konsentrasi Amonia
0,04
0,05
0,06
0,07
(m3/jam)
Berdasarkan grafik 5.1 semakin tinggi nilai konsentrasi amonia maka semakin tinggi nilai asupan amonia. Nilai asupan amonia tertinggi 0,048 mg/kg/hari terdapat pada nilai konsentrasi 0,057 m3/jam. Sedangkan nilai asupan terendah yaitu 0,00014 mg/kg/hari terdapat pada nilai konsentrasi 0,01 m3/jam. Namun didalam grafik ini hanya memperhitungkan nilai konsentrasi amonia yang merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi nilai asupan amonia.
50
Grafik 5.2 Gambaran Nilai Berat Badan dan Asupan Amonia Masyarakat Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 0,06
Asupan Amonia (mg/kg/hari)
0,05
0,04
0,03
0,02
0,01
0 0
20
40
60
80
100
120
Berat Badan (kg)
Berdasarkan grafik 5.2 tidak menunjukkan semakin besar nilai berat badan maka semakin besar nilai asupan amonia. Nilai asupan amonia tertinggi yaitu 0,048 mg/kg/hari terdapat pada nilai berat badan 27,9 kg sedangkan nilai asupan terendah yaitu 0,00014 mg/kg/hari terdapat pada nilai berat badan 71,3 kg. Namun didalam grafik ini hanya memperhitungkan nilai berat badan yang merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi nilai asupan amonia
51
BAB V1 PEMBAHASAN 6.1. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, diantaranya adalah: 1. Dalam menentukan angka frekuensi pajanan (hari/tahun) hanya mengandalkan daya ingat responden sehingga dapat terjadi ketidaktepatan jumlah frekuensi pajanan. 2. Data pendukung seperti suhu, kelembaban, dan kecepatan angin tidak bisa ditampilkan karena berkaitan dengan syarat administrasi. 3. Pengukuran konsentrasi amonia tidak dilakukan langsung pada responden namun hanya dilakukan pengukuran di udara ambien sehingga menghasilkan data yang tidak bervariasi. 6.2. Konsentrasi Amonia di udara Lokasi penelitian yang dilakukan merupakan lokasi yang masuk dalam kawasan cemaran limbah gas dari PT. Pusri Palembang yaitu dalam radius 800, 1050, dan 1300 meter dari sumber emisi. Dari hasil pemeriksaan 10 titik yang disetiap titiknya dilakukan pengukuran pada waktu pagi, sore, dan malam menghasilkan nilai rata-rata konsentrasi terletak antara 0,0275 mg/m3 sampai 0,032 mg/m3. Jika dilihat konsentrasi di setiap cluster konsentrasi di cluster 2 lebih tinggi dibandingkan konsentrasi di cluster 3 dan cluster 1.
52
53
Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Haryoto, dkk (2014) yang menghasilkan semakin dekat jarak pengambilan sampel udara ambien terhadap sumber emisi semakin besar konsentrasi amonianya. Hal ini disebabkan karena perbedaan kondisi geografis lokasi penelitian dimana penelitian Haryoto,dkk (2014) masyarakat langsung terpapar amonia dari tempat pembuangan sampah, sedangkan lokasi pada penelitian ini di cluster 1 lokasi lebih dekat dengan hutan pelindung atau green barrier yang dibuat PT. Pusri Palembang untuk mereduksi limbah gas di udara sehingga masyarakat yang tinggal di cluster 1 masih terlindungi dengan hutan pelindung, dimana hutan merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk menyerap gas beracun salah satunya adalah gas amonia (IPCS, 1986). Konsentrasi amonia di cluster 2 lebih tinggi juga kemungkinan dipengaruhi oleh kondisi cerobong sumber emisi amonia lebih tinggi daripada hutan pelindung, maka ketika gas amonia dikeluarkan dari cerobong di dukung dengan kecepatan angin, suhu, kelembaban udara, dan
sifatnya
yang
cepat
mengendap
(Sutton,
dkk.
1993),
memungkinkan posisi tingginya konsentrasi amonia ada di cluster 2 dibandingkan cluster 3 karena lokasi di cluster 3 yang sudah terlalu jauh dari sumber emisi dan cluster 1 yang dekat dengan hutan pelindung. Hal ini sejalan dengan penelitian Suhananto (2013) yang menghasilkan tingkat risiko pajanan PM10 pada wilayah tidak bervegetasi lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah bervegetasi.
54
Untuk konsentrasi amonia di udara ambien pada penelitian ini baik minimum, maksimum dan nilai rata-rata pada cluster 1, cluster 2, dan cluster 3 tidak ada yang melebihi baku mutu bila dibandingkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 Tentang Baku Mutu Amonia Di Udara Ambien dan Peraturan Gubernur Sumsel No 18 Tahun 2005 dengan baku mutu yang sama yaitu 2,0 ppm (1,3 mg/m3). Bila dibandingkan nilai standar yang dikeluarkan ATSDR (2004) dan EPA (2004) konsentrasi amonia pada cluster 1, cluster 2, dan cluster 3 juga masih dibawah standar yang sudah ditetapkan yaitu masing-masing 0,07 mg/m3 dan 0,1 mg/m3. Namun, karena PT. Pusri Palembang melakukan kegiatan produksi setiap hari maka memungkinkan konsentrasi amonia dapat meningkat jika PT. Pusri Palembang tidak menjaga kondisi penyaring limbah gasnya, atau mayarakat, pemerintah, maupun PT. Pusri Palembang tidak menjaga hutan pelindung sebagai media untuk mereduksi gas beracun seperti amonia. Amonia merupakan gas beracun yang dapat mengendap dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan dampak kesehatan bagi manusia terutama masyarakat yang berada pada lokasi berisiko terpapar amonia dalam jangka waktu yang lama. 6.3. Laju Asupan Nilai rata-rata (mean) laju asupan masyarakat dewasa di sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang tahun 2015 terletak antara 0,5991 m3/jam sampai 0,6089 m3/jam yang didapatkan dari hasil perhitungan dengan persamaan y = 5,3 Ln(x) β 6,9, dengan y = R dalam satuan
55
m3/hari dan x = Wb atau berat badan yang didapatkan dengan cara penimbangan langsung. Semua laju asupan pada cluster 1, cluster 2, dan cluster 3 memiliki nilai dengan interval yang sama. Hal ini sejalan dengan penelitian Rahman, dkk (2008) yang menghasilkan nilai laju asupan sebesar 0,6 m3/jam. Angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan nilai default EPA yaitu 0,83 m3/jam. Perbedaan ini disebabkan default berat badan yang digunakan EPA adalah 70 kg sekitar 20% lebih berat daripada berat badan pada sampel masyarakat sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang. Pada penelitian ini laju asupan sangat bergantung pada berat badan responden semakin besar berat badan responden maka semakin besar laju asupan responden. Telihat dari analisa data yang dihasilkan dimulai dari berat badan 55,7 kg responden memiliki laju asupan di atas 0,60 m3/jam dan sebaliknya responden dengan berat badan dibawah 55,7 kg memiliki laju asupan di bawah 0,60 m3/jam. Sesuai dengan teori Syaifudin (1997) yang menyatakan semakin besar berat badan seseorang maka semakin besar juga kapasitas volume paru seseorang yang memungkinkan udara lebih banyak masuk ke dalam tubuh. Sehingga, semakin besar volume paru-paru seseorang yang dimasuki udara mengandung gas beracun seperti amonia, memungkinkan semakin besar risiko seseorang tersebut memiliki dampak yang tidak aman terhadap kesehatannya.
56
Dari hasil analisa yang didapatkan tidak menunjukkan bahwa semakin tua usia responden semakin tinggi nilai laju asupannya, namun berdasarkan jenis kelamin terlihat bahwa responden perempuan lebih banyak memiliki laju asupan di atas rata-rata hal ini kemungkinan disebabkan karena responden pada penelitian ini lebih banyak ibu rumah tangga yang kesehariannya lebih banyak berada pada lokasi pajanan amonia. 6.4. Lama Pajanan Nilai rata-rata lama pajanan harian terletak antara 21 jam/ hari sampai 24 jam/hari yang didapatkan dari hasil wawancara langsung kepada responden. Lama pajanan di cluster 1 lebih rendah yaitu 22 jam/hari dibandingkan cluster 2 dan cluster 3 dengan lama pajanan sama yaitu 24 jam/hari hal ini dikarenakan masyarakat yang di cluster 1 lebih banyak keluar setiap harinya dari pemukiman (dalam satuan jam ) dibandingkan masyarakat cluster 2 dan cluster 3. Hal ini dapat dilihat dari jenis pekerjaan responden di cluster 1 yang sebagian besar memiliki pekerjaan yang meninggalkan pemukiman seperti buruh, dagang, dan pekerja swasta Berdasarkan hasil wawancara saat pengumpulan data selain pekerjaan, hal lain yang menyebabkan responden meninggalkan pemukiman adalah kegiatan sehari-hari seperti mengantar anak ke sekolah dan ke pasar. Lama pajanan selama 24 jam/hari merupakan lama pajanan masksimal dalam di kehidupan dalam satuan jam/hari, sehingga jika terpapar dalam waktu maksimal maka akan semakin besar pula peluang
57
responden memiliki besar risiko yang tidak aman, seperti penelitian Ramadhona (2014) yang menunjukkan semakin lama seseorang terpapar amonia semakin besar risiko kesehatan yang dapat diterima. Dari responden yang diteliti responden dengan lama pajanan 24 jam/hari banyak yang berjenis kelamin perempuan dengan pendidikan terakhir SMP/SMA, dan perempuan dengan pendidikan terakhir SMP/SMA pada penelitian ini didominasi dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Maka ibu rumah tangga berpotensi lebih tinggi memiliki risiko terkena dampak kesehatan terhadap pajanan amonia karena ibu rumah tangga dalam kesehariannya lebih banyak melakukan aktivitas di lokasi berisiko terpajan amonia setiap harinya hal ini sejalan dengan penelitian Daud, dkk (2012) yang menghasilkan bahwa ibu rumah tangga memiliki risiko tidak aman terhadap pajanan SO2 di udara ambien. 6.5. Frekuensi Pajanan Frekuensi pajanan adalah jumlah hari pemajanan amonia yang diterima responden dalam satu tahun dikurangi lama responden meninggalkan lokasi penelitian dalam satuan hari. Nilai rata-rata frekuensi pajanan terletak antara 354 hari/tahun sampai 359 hari/tahun. Frekuensi pajanan pada cluster 1, cluster 2 dan cluster 3 menunjukkan interval yang sama . Hal ini disebabkan karena responden penelitian ini kebanyakan tidak meninggalkan lokasi penelitian sampai 1 hari penuh dan juga banyak responden merupakan orang asli lokasi penelitian sehingga
58
pada saat hari raya atau hari libur panjang responden tidak meninggalkan lokasi penelitian sampai 1 hari penuh karena keluarga besar mereka juga tinggal di daerah dekat dengan lokasi penelitian. Terlihat dari data yang didapatkan bahwa responden yang memiliki frekuensi pajanan di atas rata-rata juga memiliki usia lebih dari 42 tahun dan tinggal dipemukiman dari mereka kecil hingga saat penelitian ini dilakukan. Frekuensi pajanan yang diterima responden pada penelitian ini cukup tinggi karena 359 hari/tahun mendekati jumlah keseluruhan hari dalam satu tahun. Hal tersebut dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan bagi responden disebabkan karena responden terus menerus terpajan udara yang mengandung amonia, sebagaimana penelitian Wardani (2012) yang menunjukkan semakin besar frekuensi sesorang dalam satu tahun terpapar zat berbahaya di udara ambien maka semakin besar risiko kesehatan yang diterima. 6.6. Durasi Paparan Pada peneilitian ini setiap cluster menunjukkan nilai rata-rata yang tidak jauh berbeda hal ini disebabkan responden pada penelitian banyak masyarakat asli lokasi penelitian, sehingga dari kecil hingga berkeluarga mereka tinggal di tempat yang masih masuk dalam radius penelitian ini. Jika dibandingkan durasi dimulainya produksi PT. Pusri Palembang yaitu selama 52 tahun menunjukkan rata-rata responden sudah terpapar amonia sejak mereka kecil hingga saat dilakukan penelitian.
59
Hasil penelitian Haryoto, dkk (2014) yang menyatakan pada durasi lebih dari 27,5 tahun 63,7% responden pada penelitan tersebut memiliki risiko tidak aman terhadap pajanan amonia. Jika merujuk pada hasil penelitian ini maka responden pada penelitian yang dilakukan sudah melewati batas durasi pajanan aman terhadap pajanan amonia di udara, namun karena perbedaan jenis sumber paparan, jarak lokasi penelitian dengan sumber pajanan, dan konsentrasi pajanan dapat menghasilkan besar risiko yang berbeda. Secara teori pajanan amonia yang terus menerus dapat menimbulkan gangguan bahkan kerusakan pada ginjal dan sesak nafas karena menurunnya daya perfusi polmunal (Arisman, 2010). Sehingga semakin lama terpapar amonia maka potensi amonia menumpuk didalam tubuh dan menyebabkan gangguan kesehatan semakin tinggi. 6.7. Berat Badan Nilai rata-rata berat badan terletak antrara 56,48 kg sampai 58,99 kg yang didapatkan dari penimbangan langsung setiap responden. Berdasarkan Nukman, dkk (2005), berat badan pada 1378 responden pada 9 kota pada transportasi nilai rata-ratanya 55 kg. Angka 55 kg sebenarnya ini telah dipakai oleh IRIS untuk menetapkan nilai RfC yang nilai NOAEL atau LOAEL-nya berasal dari studi-studi epidemiologi di kawasan Asia. Jika dibandingkan
rata-rata berat
dewasa normal Asia yaitu 55 kg berat badan responden peneilitan menunjukkan 3% lebih berat daripada berat badan dewasa normal Asia.
60
Dalam penelitian ini semakin berat seseorang maka akan meningkatkan tingkat laju asupannya, semakin tinggi tingkat laju asupan responden berada dalam kawasan udara yang tercemar amonia maka tingkat amonia yang akan masuk ke dalam tubuh juga akan semakin tinggi. Dari hasil analisa data kebanyakan yang memiliki berat badan di atas rata-rata adalah ibu rumah tangga yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam kawasan penelitian saja, sehingga memungkinkan memiliki risiko lebih besar terhadap efek amonia dibandingkan responden yang memiliki aktivitas di luar kawasan penelitian terutama di lokasi cluster 2 yang memiliki tingkat amonia lebih tinggi daripada cluster 1 dan cluster . 6.8. Asupan Nilai rata-rata asupan pajanan amonia pada responden yang didapatkan dari perhitungan menggunakan rumus intake/asupan terletak antara 0,0061 mg/kg/hari sampai 0,0076 mg/kg/hari. Bila dilihat perbandingan setiap cluster, cluster 2 memiliki nilai asupan pajanan tertinggi dibandingkan cluster 3 dan cluster 1. Hal tersebut dapat disebabkan oleh konsentrasi amonia pada cluster 2 yang lebih tinggi dibandingkan cluster 1 dan cluster 3. Pada dasarnya semakin besar nilai asupan pajanan amonia maka semakin besar responden memiliki risiko tidak aman terhadap pajanan amonia, namun hal tersebut juga sangat bergantung pada nilai referensi (RfC) polutan seperti pada penelitian ini polutan yang diteliti adalah
61
amonia dan nilai RfC-nya 0,1 mg/m3. Jika nilai asupan pajanan amonia masih dibawah nilai referensi maka responden masih aman dalam menghirup udara ambien yang mengandung amonia, begitupun sebaliknya jika nilai asupan pajanan amonia lebih tinggi atau sama dengan nilai referensi maka responden tidak aman dalam menghirup udara ambien yang mengandung amonia. Seperti pada penelitian Ramadhona (2014) yang menghasilkan nilai asupan pajanan amonia pada karyawan area produksi amonia sebesar 0,14 mg/kg/hari, angka tersebut melebihi nilai RfC. Maka responden pada penelitian Ramadhona (2014) memiliki risiko yang tidak aman terhadap pajanan amonia. Berbeda dengan hasil penelitian ini yang menghasilkan nilai asupan terbesar 0,013mg/kg/hari yang berarti responden masih aman terhadap pajanan amonia. Namun karena amonia dapat menumpuk di dalam tubuh maka tidak menutup kemungkinan responden yang tetap tinggal di lokasi terpajan amonia dapat terkena risiko tidak aman terhadap kesehatan karena pajanan amonia. 6.9. Perbedaan Asupan Berdasarkan Cluster Berdasarkan hasil uji Kruskal-Wallis antar cluster terdapat perbedaan asupan yang bermakna antara ketiga cluster, baik cluster 1 dengan cluster 2, cluster 1 dengan cluster 3, dan cluster 2 dengan cluster 3. Hal ini menunjukkan bahwa pajanan yang diterima responden disetiap cluster berbeda. Nilai asupan dipengaruhi oleh konsentrasi, laju asupan, lama pajanan, frekuensi pajanan, durasi pajanan, dan berat badan. Dari 6
62
variabel tersebut yang memiliki nilai rata-rata berbeda disetiap cluster yaitu variabel konsentrasi, dan berat badan. Nilai konsentrasi dapat mempengaruhi nilai asupan, semakin besar konsentrasi maka semakin meningkat pula nilai asupannya. Jika diurutkan dari nilai konsentrasi tertinggi disetiap cluster maka urutannya adalah cluster 2, cluster 3 lalu cluster 1, sehingga hal ini pun mempengaruhi nilai asupan disetiap cluster. Sedangkan jika diurutkan dari nilai asupan tertinggi disetiap cluster maka urutannya adalah cluster 2, cluster 3 lalu cluster 1. Hal ini sejalan dengan penelitian Wardani (2012) yang mengahasilkan semakin besar nilai konsentrasi di udara ambien maka semakin besar nilai asupannya terhadap pajanan PM10, SO2 dan NO2. Pada penelitian ini berat badan mempengaruhi dua variabel yaitu variabel laju asupan dan asupan. Nilai berat badan dapat mempengaruhi nilai laju asupan. Semakin berat badan responden maka semakin besar nilai laju asupan responden. Hal ini sejalan dengan penelitian Pinzon (1999) yang menyatakan pada seseorang dengan berat badan lebih dinding dada yang elastis akan mengembang menjadi lebih besar secara bebas, sehingga tekanan intra thorakal menjadi lebih negatif dan udara inspirasi dapat masuk lebih banyak. Ketika udara inspirasi yang terpajan amonia masuk ke dalam tubuh maka hal ini dapat meningkatkan asupan amonia ke dalam tubuh. Jika diurutkan dari nilai berat badan terberat dari disetiap cluster maka urutannya adalah cluster 2, cluster 3 lalu cluster 1 dan jika diurutkan dari
63
nilai asupan tertinggi disetiap cluster maka urutannya adalah cluster 2, cluster 3 lalu cluster 1, hal ini menunjukkan berdasarkan nilai rata-rata setiap cluster semakin besar nilai rata-rata berat badan responden maka semakin besar juga nilai rata-rata asupannya. Namun jika dilihat dari grafik perbandingan berat badan dengan nilai asupan setiap responden tidak menunjukkan bahwa semakin besar nilai berat badan responden maka semakin besar juga nilai asupan amonia responden. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Ramadhona (2014) yang menghasilkan semakin besar nilai berat badan maka semakin kecil nilai asupannya. Perbedaan tersebut dikarenakan pada penelitian Ramadhona (2012) nilai laju asupan semua responden menggunakan nilai default dari USEPA yaitu 0,83 m3/jam sedangkan pada penelitian ini nilai laju asupan dihasilkan dari persamaan yang melibatkan berat badan, sehingga meskipun nilai berat badan dapat menurunkan nilai asupan namun nilai berat badan juga dapat meningkatkan nilai laju asupan yang mengahasilkan peningkatan nilai asupan. Semakin tinggi nilai asupan menunjukkan bahwa pajanan yang diterima oleh resonden juga tinggi, meskipun amonia dalam tubuh akan dikeluarkan lewat urin dalam kadar tertentu, namun jika responden memiliki nilai asupan di atas 0,1 mg/kg/hari untuk amonia maka responden berpotensi memiliki risiko yang tidak aman terhadap pajanan amonia.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1.
Kesimpulan 1.
Nilai konsentrasi amonia dalam udara ambien di sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang tahun 2015 terletak antara 0,0275 mg/m3 sampai 0,032 mg/m3. Dari semua hasil pengukuran amonia dalam penelitian ini tidak ada yang melewati baku mutu jika dibandingkan peraturan pemerintah.
2.
Nilai laju asupan masyarakat di kawasan sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang tahun 2015 terletak antara 0,5991 m3/jam sampai 0,6089 m3/jam.
3.
Nilai lama pajanan masyarakat di kawasan sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang tahun 2015 terletak antara 21 jam/hari sampai 24 jam/hari.
4.
Nilai frekuensi pajanan masyarakat di kawasan sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang tahun 2015 terletak antara 354 hari/tahun sampai 359 hari/tahun.
5.
Nilai durasi pajanan masyarakat di kawasan sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang tahun 2015 terletak antara 29 tahun sampai 33 tahun.
6.
Nilai berat badan masyarakat di kawasan sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang tahun 2015 terletak antara 56,48 kg sampai 58,99 kg.
64
65
7.
Nilai asupan msyarakat di kawasan sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang tahun 2015 terletak antara 0,0061 mg/kg/hari sampai 0,0076 mg/kg/hari.
8.
Terdapat perbedaan bermakna nilai asupan disetiap jarak tempat tinggal dari sumber emisi amonia
7.2.
Saran 1. Diperlukan pengukuran konsentrasi amonia secara rutin di pemukiman masyarakat sekitar PT. Pusri Palembang sehingga kualitas udara pada masyarakat yang terpajan amonia dapat terpantau 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai hubungan pajanan amonia
terhadap
dampak
kesehatan
masyrakat
sekitar
pemukiman PT. Pusri Palembang 3. Perlu dilakukan pengukuran juga terkait kecepatan angin, suhu, dan kelembaban untuk mendapatkan hasil analisa dan perhitungan yang lebih dalam 4. Perlu dilakukan intervensi seperti penanaman pohon pada lokasi yang ada di cluster 2 dimana pada posisi tersebut belum terdapat perlindungan terhadap pajanan amonia
DAFTAR PUSTAKA
Abrianto H. 2004. Analisis Risiko pencemaran Debu Terhirup Terhadap Siswa Selama Berada Di Sdn 1 Pondok Cina, Kota Depok. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Agency for Toxic Substances and Disease Registry (ATSDR). 2004. Ammonia (NH3) CAS #7664-41-7; UN 2672 ; UN 2073; UN 1005. Atlanta, GA : U.S. Departement of Public Health and Human Services, Public Health Service. Diakses dari : www.atsdr.cdc.gov/MHMI/mmg126.pdf [18 januari 2015] Ali, A.R. 2008. Kebijakan Pencemaran Udara di Indonesia. Kajian Pustaka. Di akses pada 10 Januari 2015 lewat http://arali2008.wordpress.com Arisman, 2010, Manfaat Pemberian Zinc Terhadap Ensefalopati Hepatikum Pada Pasien Sirosis Hati. Tesis. Fakultas Kedokteran. Universitas Andalas, Padang Arwood R.H.J. dan Ward GG. 1995. Ammmonia Inhalation Trauma. Di akses pada 17 Desember 2014 lewat htttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez?db=pubmed&cmd=retrieve&dopt= citation&list_uids=3999167 Ballal, SG, dkk. 1998. Bronchial Asthma In Two Chemical Fertilizer Producing Factories In Eastern Saudi Arabia. Int J Tuberc Lung Dis, 2:330-335 Basri. S, dkk. 2014. Analisi Risiko Kesehatan Lingkungan (Model Pengukuran Risiko Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan). Jurnal Kesehatan. Vol. VII No.2 BLH Kota Palembang. 2014. Pengukuran Konsentrasi Udara Ambien di Sekitar PT Pusri Brigden, K. dan Stringer, R. 2000, Ammonia and Urea Production : Incidents Of Ammonia Release From The Profertil Urea and Ammonia Facility, Bahia Blanca, Argentina. Greenpeace Research Laboratories, Departement of Biological Science University of Exeter, UK. BSN. 2005. Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-7117.6-2005 Tentang Teknik Pengambilan Sampel Amonia. BSN. 2005. Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-7119.6-2005 Tentang Penentuan Lokasi Pengambilan Contoh Uji Pemantauan Kualitas Udara Ambien CENR. 2000. Atmospheric Ammonia: Sources and Fate. NOAA Aeronomy Laboratory
Daud, A dkk. 2012. Analisis Resiko Paparan S02 Pada Masyarakat Di Sekitar Pabrik Semen Tonasa Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep Sulawesi
66
67
Selatan. Kesehatan Lingkungan FKM UNHAS Makassar.[onine],[akses 13 Januari 2015]. Akses dari https://www.academia.edu/4500812/JURNAL
De La Hoz RE, Schlueter DP, Rom WN. Chronic Lung Disease Secondary To Ammonia Inhalation Injury: A Report On Three Cases. Am J Ind Med. 1996: 29 (2): 209-14 Dinkes Kota Palembang. 2014. Jumlah Penderita ISPA Tahun 2014. Dwirani, F. (2004). Pencemaran Gas Amonia dan Dampaknya Terhadap Pekerja Dan Masyarakat Sekitar: Studi Kasus Di PT. Pupuk Kujang Cikampek, Jawa Barat. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Efffendi, H. 2003. Telaah kualitas air. Di akses pada 24 Februari 2015 lewat https://books.google.co.id/books?id=HyjDhfW87B0C&pg=PA154&dq=prose s+nitrifikasi+dan+denitrifikasi&hl=id&sa=X&ei=C1frVOzwJIGTuASsz4HY Cg&redir_esc=y#v=snippet&q=NH4&f=false EPA. 2004. Toxicological Profile For Ammonia. U.S. Departement Of Health and Human Services. Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara . Kanisius. Yogyakarta Gunten, U.R. 2002. Ozonation of Drinking Water: Part I. Oxidation Kinetics and Product Formation. Elsevier Science. 37. 1443-1467. Haryoto, dkk. 2014. Fate Gas Amoniak Terhadap Besarnya Resiko Gangguan Kesehatan Pada Masyarakat Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Putri Cempo Sukakarta. Jurnal EKOSAINS Volume 6, Nomor 6, 2014. Hassan, C.R.C, dkk. 2009. A Case Study of Consequences Analysis of Ammonia Transportation by Rail from Gurun to Port Klang in Malaysia Using Safti omputer Model. Journal of SH&E Research Vol. 6. No. 1 Hederik, D, dkk. 2000. Longitudinal Changes In Bronchial Responsiveness Associated With Swine Confinement Dust Exposure. CHEST journal 2000:117:1488-1495 Hidayat, dkk. 2012. Pengaruh Polusi Udara Dalam Ruangan Terhadap Paru. CDK189 Volume 39 nomor 1 tahun 2012 Hutabarat, H. 2007. Analisis Dampak Gas NH3 dan Klorin Pada Faal Paru Pekerja Pabrik Sarung Tangan Karet βXβ Medan. Universitas Sumatera Utara. Tesis. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Selatan. IPCS. 1986. Environmental Health Criteria 54: Ammonia. WHO. Geneva Irianto, K. 2014. Ekologi Kesehatan. ALFABETA. Bandung.
68
Juniarto. 2011. Evaluasi Pengaruh Konsentrasi Amoniak di Udara Terhadap Kesehatan Pekerja dan Masyarakat (Studi Kasus: Peternakan Ayam PT. Indocentral Desa Sukatani-Cimanggis Depok). Skripsi. Fakultas Teknik Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Indonesia. Kemenkes. 2012. Pedoman ARKL Direktorat Jenderal PP dan PL Kementerian Kesehatan Tahun 2012 Kemenkes. 2013. Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 Tentang Baku Mutu Kebauan Lerner, E.K.L dan Lerner. B.W. 2008. The Gale Encyclopedia of Science βAmmoniaβ. Detroit: Gale. Vol. 1.4. di akses pada tanggal 01 Februari 2015 dari http://eresources.pnri.go.id:2130/ps/i.do?id=GALE|CX2830100098&v=2.1&u=idpnr i&it=r&p=GVRL&sw=w&authCount=1#B. Lemeshow,S. dkk.1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: GADJAH MADA UNIVESITY PRESS: 53-55 Makarovsky, dkk. 2008 Ammonia-When Something Smells Wrong. IMAJ Volume 10: 537-543 MENLH. 1991. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor : KEP-03/MENKLH/II/1991 Tentang baku mutu limbah. Novrikasari. 2014. Kerentanan Rumah Tangga Menghadapi Risiko Dispersi Amonia Pada Pabrik Pupuk X. Prosiding. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nukman, A dkk. 2008. Analisis dan Manajemen Risiko Kesehatan Pencemaran Udara: Studi Kasus Di Sembilan Kota Besar Padat Transportasi. Jurnal Ekologi Kesehatan. Vol. 4 No.2 : 270-289 Peraturan Gubernur Sumatera Selatan 2005 Tentang Baku Mutu Udara Ambien Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 1999. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Pinzon, Rizaldy. 1999. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Kapasitas Vital Paru-Paru. Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Yogyakarta Pusri. 2014 . Profil Pusri .Di akses pada 20 Desember 2014 lewat PT.Pusri.co.id Rahman, dkk. 2008. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pertambangan Kapur Di Sukabumi, Cirebon, Tegal, Jepara dan Tulung Agung. Jurnal Ekologi Kesehatan volume.7 Nomor 1: 665-677 Rahman, dkk. 2008. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pertambangan Kapur di Sukabumi, Cirebon, Tegal, Jepara, dan Tulung Agung. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 7 No. 1: 665-677.
69
Ramadhona, M. 2014. Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Amonia (NH3) Pada Kawryawan Di Area Produksi Amonia PT Pupuk Sriwidjaja Palembang Tahun 2014. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya. Litbang, MENKES. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Soedomo M. 2001. Kumpulan Karya Ilmiah Mengenai Pencemaran Udara. Bandung: Penerbit ITB Sihaloho, WR. 2009. Analisis Kandungan Amonia Dari Limbah Cair Inlet Dan Outlet Dari Beberapa Industri Kelapa Sawit. Karya ilmiah. Program Studi Diploma-3 Kimia Analis Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. SIKERNAS. 2012, βAmoniaβ. Badan POM RI Sugiarti.2009. Gas Pencemar Udara dan Pengaruhnya Bagi Kesehatan Manusia. Jurnal Chemica, 10:50-58 Suhananto. Z. 2013. Perbandingan Tingkat Risiko Pajanan PM10 Pada Jalan Raya Bervegetasi Dan Tidak Bervegetasi Terhadap Gangguan Kesehatan Penduduk Yang Tinggal Di Dekat Jalan Raya Bogor, Kota Depok. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Kesehatan Lingkungan. Sumantri, A.2010. Kesehatan lingkungan Dalam Pespektif Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Sutton M.A. dkk.1993. Modelling The Next Exchange of Reduced Nitrogen. In General Assesment of Biogenic Emission and Deposition of Nitrogen Compounds, Sulphur Compounds and Oxidants in Europe. Air Pollution Research Report 47 CEC: Brussels Syaifudin, 1997, Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, Jakarta: EGC. Wardhana WA. 2004, Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi Offset WHO. 2005. WHO Air Quality Guidelines For Particulate Matter, Ozone, Nitrogen Dioxide And Sulfur Dioxide
LAMPIRAN
KUESIONER GAMBARAN ASUPAN AMONIA (NH3) PADA MASYARAKAT DEWASA DI KAWASAN SEKITAR PEMUKIMAN PT. PUSRI PALEMBANG TAHUN 2015
Assalamualaikum Wr.Wb Perkenalkan saya adalah mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan penelitian mengenai βGambaran Asupan Amonia (NH3) Pada Masyarakat Dewasa Di Kawasan Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015β. Penelitian ini saya lakukan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjanan Kesehatan Masyarakat. Oleh sebab itu, saya meminta bantuan anda untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Saya sangat mengharapkan kesediaan waktu anda untuk dapat saya wawancarai serta bersedia untuk dilakukan pengukuran berat badan. Atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terimakasih Wassalamualaikum Wr. Wb Pewawancara
Responden
..........................
.........................
(Tanda Tangan/Nama Jelas)
(Tanda Tangan/Nama Jelas)
KUESIONER
GAMBARAN ASUPAN AMONIA (NH3) PADA MASYARAKAT DEWASA DI KAWASAN SEKITAR PEMUKIMAN PT. PUSRI PALEMBANG TAHUN 2015 No. Resp
Nama Pewawancara
I.
Data Umum 1. Nama Responden : 2. Alamat : 3. Umur : 4. Jenis Kelamin : laki-laki / perempuan 5. Pekerjaan : 6. Pendidikan terkahir : a. Tidak/belum sekolah b. Belum/tidak tamat SD c. Sekolah Dasar d. SMP e. SMA f. D3/S1 ke atas
II.
DATA ANTROPOMENTRI 1. Berat Badan : 2. Lama Tinggal : ......................Tahun 3. Berada di Pemukiman : a. ...................jam/hari b. ....................hari/minggu 4. Lama keluar dari mukim : a. Dalam 1 minggu : .................Hari b. Dalam 1 bulan : .................Hari c. Waktu lebaran :..................Hari d. Total libur dalam 1 tahun: ...............Hari
Tgl/bln/thn
III.
DATA KESEHATAN No Pertanyaan 1 Apakah anda pernah mengalami gangguan pernafasan seperti sesak nafas selama 2 mingggu terakhir ? 2 Apakah sesak nafas anda disertai dengan nyeri dada ? 3 4 5 6
7
Apakah pada malam harinya nafas anda berbunyi Apakah anda mengalami batuk 2 minggu terakhir ? Apakah batuk anda disertai dahak/reak? Apakah selama 2 tahun anda tinggal di pemukiman ini anda pernah mengalami gangguan pernafasan ? (sesak nafas, nyeri dada, batuk, dll ) Apakah sebelum tinggal di pemukiman ini anda pernah mengalami gangguan pernafasan ? (sesak nafas, nyeri dada, batuk, dll )
Jawaban Ya Tidak (langsung ke no 4) Ya Tidak (langsung ke no 4) Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Ya Tidak
Descriptives Statistic I3. Umur ?
Mean
42.39
95% Confidence Interval for Lower Bound
40.86
Mean
Upper Bound
42.14
Median
42.00 187.642
Std. Deviation
13.698
Minimum
17
Maximum
78
Range
61
Interquartile Range
20
Skewness
.229
.139
-.714
.276
Mean
57.7362
.63721
95% Confidence Interval for Lower Bound
56.4824
Mean
58.9901
Kurtosis II1. Berat Badan ?
Upper Bound
5% Trimmed Mean
57.4885
Median
56.7000
Variance
125.465
Std. Deviation
II2. Lama Tinggal ?
.779
43.93
5% Trimmed Mean
Variance
Std. Error
1.12011E1
Minimum
26.00
Maximum
100.50
Range
74.50
Interquartile Range
13.80
Skewness
.431
.139
Kurtosis
.653
.276
Mean
31.32
.997
95% Confidence Interval for Lower Bound
29.36
Mean
33.28
5% Trimmed Mean
Upper Bound
31.07
Median
31.00
Variance
307.043
Std. Deviation
17.523
Minimum
2
Maximum
75
Range
73
Interquartile Range
26
Skewness Kurtosis II3a. Berada Di Pemukiman? Mean
.139
-.769
.276
21.28
.221
95% Confidence Interval for Lower Bound
20.84
Mean
21.71
Upper Bound
5% Trimmed Mean
21.69
Median
24.00
Variance
15.104
Std. Deviation
3.886
Minimum
8
Maximum
24
Range
16
Interquartile Range
5
Skewness
-1.307
.139
.647
.276
Mean
356.10
1.307
95% Confidence Interval for Lower Bound
353.53
Mean
358.68
Kurtosis Frekuensi_pajanan
.104
Upper Bound
5% Trimmed Mean
359.98
Median
365.00
Variance Std. Deviation
527.840 22.975
Minimum
189
Maximum
365
Range
176
Interquartile Range
6
konsentrasi_amonia
Skewness
-4.070
.139
Kurtosis
21.059
.276
Mean
.0297777
.00115241
95% Confidence Interval for Lower Bound
.0275102
Mean
.0320453
Upper Bound
5% Trimmed Mean
.0293009
Median
.0210907
Variance
.000
Std. Deviation
.02025745
Minimum
.01043
Maximum
.05771
Range
.04728
Interquartile Range
.04728
Skewness Kurtosis intake
.565
.139
-1.504
.276
Mean
.00689815 .000405556
95% Confidence Interval for Lower Bound
.00610014
Mean
.00769616
Upper Bound
5% Trimmed Mean
.00613321
Median
.00426444
Variance
.000
Std. Deviation
.00712903 0
LAJU_ASUPAN
Minimum
.000140
Maximum
.048140
Range
.048000
Interquartile Range
.007968
Skewness
2.005
.139
Kurtosis
5.704
.276
Mean
.6040
.00248
95% Confidence Interval for Lower Bound
.5991
Mean
.6089
5% Trimmed Mean
Upper Bound
.6048
Median
.6042
Variance
.002
Std. Deviation
.04352
Minimum
.43
Maximum
.73
Range
.30
Interquartile Range
.05
Skewness
-.351
.139
Kurtosis
1.142
.276
Test Statisticsa,b intake Chi-Square
128.612
df
2
Asymp. Sig.
.000
a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: cluster
Ranks cluster intake
N
Mean Rank
Sum of Ranks
cluster 1
103
61.86
6372.00
cluster 2
103
145.14
14949.00
Total
206
Test Statisticsa intake Mann-Whitney U
1.016E3
Wilcoxon W
6.372E3
Z
-10.025
Asymp. Sig. (2-tailed)
.000
a. Grouping Variable: cluster
Ranks cluster intake
N
Mean Rank
Sum of Ranks
cluster 1
103
78.07
8041.00
cluster 3
103
128.93
13280.00
Total
206
Test Statisticsa intake Mann-Whitney U
2.685E3
Wilcoxon W
8.041E3
Z
-6.123
Asymp. Sig. (2-tailed)
.000
a. Grouping Variable: cluster
Ranks cluster intake
N
Mean Rank
Sum of Ranks
cluster 2
103
135.52
13959.00
cluster 3
103
71.48
7362.00
Total
206
Test Statisticsa intake Mann-Whitney U
2.006E3
Wilcoxon W
7.362E3
Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: cluster
-7.711 .000