DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya
MODUL KHUSUS FASILITATOR Pelatihan Dasar 1
Teknik Fasilitasi
PNPM Mandiri Perkotaan
F03
Intervensi yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perkotaan merupakan proses pembelajaran masyarakat yang diimplementasikan lewat Siklus PNPM Mandiri Perkotaan. Dalam proses pembelajaran sesuai dengan pendekatan pembangunan partisipatif yang digunakan oleh PNPM Mandiri Perkotaan, maka metode pembelajaran yang dipakai adalah ‘participatory andragogy’ yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses dialog antara warga belajar dan Fasilitator. Dalam pendekatan ini tidak ada istilah guru, semua yang terlibat adalah belajar bersama – sama dalam prinsip kesetaraan sehingga baik Fasilitator maupun warga belajar adalah subjek sesuai dengan harkat martabatnya sebagai manusia, yang menjadi objeknya adalah realitas kehidupan, oleh karena itu pendekatan ini sering disebut sebagai belajar dari pengalaman. Untuk memfasilitasi proses belajar tersebut, Fasilitator memerlukan pengetahuan dan keterampilan tertentu supaya proses pembelajaran masyarakat menjadi maksimal dan mereka tidak terjebak untuk menggurui dan merasa lebih ‘pintar’ dari masyarakat. Metode – metode dan teknik fasilitasi untuk masyarakat sudah banyak berkembang, akan tetapi dasar dari semua teknik adalah perilaku Fasilitatornya sendiri. Pendekatan pembelajaran seperti ini tidak akan bisa diterapkan dengan maksimal apabila sikap dan perilaku Fasilator tidak mencerminkan keadilan dan kesetaraan bagi semua pihak yang difasilitasi. Secara umum pendekatan dalam melakukan fasilitasi ada 2 yaitu pendekatan individu dan pendekatan kelompok, dimana kedua pendekatan ini akan saling melengkapi. Pendekatan kelompok dalam PNPM Mandiri Perkotaan dilakukan melalui FGD, Rembug warga (musyawarah) dan refleksi – refleksi dalam diskusi kelompok. Pendekatan individu dilakukan melalui kunjungan rumah, obrolan informal dengan berbagai pihak dan sebagainya. Metode yang dipakai baik untuk pendekatan individu maupun pendekatan kelompok, dalam proses belajar masyarakat tetap harus mengacu pada tujuan pembelajaran : Apakah ranah belajar yang akan diintervensi ada pada tingkatan pengetahuan, sikap atau perilaku. Pada dasarnya proses Fasilitasi adalah proses penyampaian pesan atau proses komunikasi, oleh karena itu untuk mempermudah proses dialog biasanya digunakan media bantu pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan.
i
Modul 1
Pendidikan Orang Dewasa
1
Kegiatan 1:
Diskusi Andragogi VS Pedagogi
2
Kegiatan 2:
Diskusi Daur Belajar Orang Dewasa
4
Modul 2
Dasar Dasar Komunikasi
18
Kegiatan 1 :
Permainan Mari Menggambar Komunikasi Multi Arah
19
Kegiatan 2 :
Diskusi Tata Cara Membangun Komunikasi yang Efektif
20
Fasilitasi dan Pembelajaran
30
Kegiatan 1 :
Ceramah dan Tanya Jawab Pendekatan Fasilitasi
31
Kegiatan 2 :
Permainan Tiupan Kapas : Membangun Kelompok
32
Kegiatan 3 :
Berlatih Membuat Pertanyaan
33
Kegiatan 4 :
Diskusi Kelas : Media Pembelajaran
34
Kegiatan 5 :
Diskusi Kelompok Berbagai Metode Pembelajaran
35
Berlatih Memfasilitasi
71
Mempersiapkan dan Praktek Fasilitasi
72
Modul 3
Modul 4
Modul 1 Topik: Pendidikan Orang Dewasa
Peserta memahami dan menyadari: 1. Semua warga belajar adalah narasumber 2. Daur belajar dan prinsip –prinsip pendidikan orang dewasa 3. Pendiidkan orang dewasa sebagai metode pendekatan fasilitasi
Kegiatan 1: Diskusi Andragogi VS Pedagogi Kegiatan 2: Diskusi daur belajar orang dewasa
2 Jpl ( 90’)
Bahan Bacaan: 1. Prinsip Belajar Orang Dewasa 2. Visualisasi Pendidikan
• Kertas Plano • Kuda-kuda untuk Flip-chart • LCD • Metaplan • Papan Tulis dengan perlengkapannya • Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
1
Diskusi Andragogi vs Pedagogi 1) Bukalah pertemuan dengan memberi salam dan jelaskan kepada peserta bahwa kita akan membahas Tema : Teknik Fasilitasi dan dimulai dengan Modul Pendidikan Orang Dewasa dan uraikan apa yang akan dicapai melalui modul ini, yaitu peserta memahami dan menyadari : •
Semua warga belajar adalah narasumber
•
Daur belajar dan prinsip –prinsip pendidikan orang dewasa
•
Pendidikan orang dewasa sebagai metode pendekatan fasilitasi
2) Uraikan kemudian bahwa Modul ini akan dimulai dengan kegiatan belajar 1, yaitu Diskusi Andragogi vs Pedagogi dan jelaskan apa yang akan dicapai melalui kegiatan ini, yaitu : Peserta dapat menguraikan dengan kata-kata sendiri perbedaan mendasar antara fasilitasi dengan mengajar ( menggurui) 3) Ajaklah peserta untuk berbagi menjadi 3 kelompok diskusi Masing-masing kelompok akan mendiskusikan gambar/komik “Tuan Guru dan Tukang Perahu“ yang akan dibagikan pada kelompok.dengan pertanyaan penggerak sebagai berikut:
Apakah cerita ini mungkin terjadi?. Apa tanggapan anda tentang kedua tokoh tersebut ? Apa yang bisa dipetik dari cerita tersebut ?.
4) Setelah diskusi kelompok selesai mintalah masing–masing wakil kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan ajaklah peserta untuk mengkritisi masing-masing ide/gagasan yang disampaikan.
Setiap orang mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang harus dihargai dan mungkin tidak dimiliki oleh yang lainnya. Karena itu semua orang bisa menjadi sumber belajar bagi yang lain, dalam proses fasilitasi yang dilakukan adalah proses membelajarkan (membantu proses belajar) bukan mengajar, dimana semua peserta adalah subjek dari proses belajar sedangkan objeknya adalah relaitas kehidupan
5) Ajaklah peserta untuk membahas perbedaan mengajar dengan membelajarkan dengan mengisi tabel seperti yang sudah disediakan dalam LK 1 – 6) Bahas bersama, pakailah media bantu sebagai acuan pembahasan apabila diperlukan.
2
Belajar dari realitas atau pengalaman : yang dipelajari bukan ‘ajaran’ (teori, pendapat, kesimpulan, wejangan, nasehat dan sebagainya ) dari seseorang atau sekelompok orang yang terlibat dalam keadaan nyata tersebut. Akibatnya, tidak ada otoritas pengetahuan seseorang lebih tinggi dari yang lainnya. Keabsahan pengetahuan seseorang ditentukan oleh pembuktiannya dalam realitas tindakan atau pengalaman langsung, bukan pada retorika teoritik atau ‘kepintaran’ omongannya. Tidak menggurui : karena itu , tak ada ‘ guru’ dan tak ada ‘murid yang digurui. Semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan ini adalah ‘guru sekaligus murid’ pada saat yang bersamaan. Dialogis : karena tidak ada lagi guru atau murid, maka proses yang berlangsung bukan lagi proses ‘ mengajar – belajar’ yang bersifat satu arah, tetapi proses ‘komunikasi’ dalam berbagai bentuk kegiatan (diskusi kelompok, bermain peran dan sebagainya) dan media (peraga, grafika, audio visual, dan sebagainya) yang lebih memungkinkan terjadinya dialog kritis antar semua orang yang terlibat di dalam proses pelatihan tersebut.
7) Refleksikan bersama hasilnya sehingga ditemukan perbedaan yang hakiki antara andargogi dan pedagogi , dan beri penegasan oleh pemandu apabila diperlukan.
•
Model pendekatan pendidikan menurut Knowles dapat diklasifikasikan menjadi dua bentuk pendekatan yang kontradiktif yakni antara pedagogi dan andragogi. Perbedaan antara kedua pendidikan tersebut, sesungguhnya tidak semata perbedaan ‘obyek’nya. Pedagogi sebagai ‘seni mendidik anak’ mendapat pengertian lebih luas dimana suatu proses pendidikan yang ‘menempatkan obyek pendidikannya sebagai ‘anak – anak’ walaupun secara biologis mereka sudah termasuk ‘dewasa’. Konsekuensi logis dari pendekatan ini adalah menempatkan peserta didik sebagai ‘murid’ yang pasif. Murid sepenuhnya menjadi obyek suatu proses belajar seperti misalnya : guru menggurui, murid digurui, guru memilihkan apa yang harus dipelajari, murid tunduk pada pilihan tersebut, guru mengevaluasi, murid dievaluasi dan seterusnya. Kegiatan belajar mengajar model ini menempatkan guru sebagai inti terpenting, sementara murid menjadi bagian pinggiran.
•
Sebaliknya, andragogi atau pendekatan pendidikan ‘orang dewasa’ merupakan pendekatan yang menempatkan peserta belajar sebagai orang dewasa. Di balik pengertian ini Knowles ingin menempatkan ‘murid’ sebagai subyek dari sistem pendidikan. Murid sebagai orang dewasa diasumsikan memiliki kemampuan aktif untuk merencanakan arah, memilih bahan dan materi yang dianggap bermanfaat, memikirkan cara terbaik untuk belajar, menganalisis dan menyimpulkan serta mampu mengambil manfaat pendidikan. Fungsi guru adalah sebagai ‘fasilitator’, dan bukan menggurui. Oleh karena itu relasi antara guru – murid bersifat ‘multicommunication’ dan seterusnya.
3
Diskusi Daur Belajar Orang Dewasa 1) Buka kegiatan ini dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita memasuki kegiatan belajar ke2 dari Modul Pendidikan Orang Dewasa yaitu mendiskusikan mengenai Daur Belajar Orang Dewasa 2) Bagi peserta dalam beberapa kelompok kemudian mintalah tiap kelompok untuk mendiskusi hal-hal sebagai berikut : Bagaimana proses sang guru dan tukang perahu memperoleh ilmu, Bagaimana cara sang guru dan tukang perahu menyimpulkan pengalaman masing-masing, dan Bagaimana cara sang guru dan tukang perahu mengambil keputusan dari kesimpulankesimpulan yang diambil.
3) Setelah selesai minta wakil kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok kemudian bahas dan simpulkan, yang pada intinya; menyatakan bahwa semua orang belajar dengan cara yang berbeda – beda, ada yang belajar melalui pengalaman, pengamatan dan pengalaman orang lain. Dalam kasus komik tadi guru mengambil kesimpulan dari kegiatan belajar formal yang cenderung teoritik sedangkan tukang perahu belajar dari pengalaman/kenyataan yang dialami. 4) Berikanlah penjelasan singkat tentang daur belajar bagi orang dewasa dan bagaimana cara melakukan daur pembelajaran yang efektif.
Agar tetap pada asas – asas pendidikan kritis yang menjadi landasan filosofinya, maka panduan proses belajar harus disusun dan pelaksanaannya dalam suatu proses yang dikenal sebagai ‘daur belajar’ (dari) pengalaman yang distrukturkan (structural experiences learning cycle). Proses belajar ini memang sudah teruji sebagai suatu proses belajar yang juga memenuhi semua tuntutan atau prasyarat pendidikan kritis, terutama karena urutan prosesnya memang memungkinkan bagi setiap orang untuk mencapai pemahaman dan kesadaran atas suatu realitas sosial dengan cara terlibat (partisipasi), secara langsung maupun tidak langsung, sebagai bagian dari realitas tersebut.
4
LK 1 – Perbedaan Mengajar dan Membelajarkan Membelajarkan
Mengajar
Pelaku Pembagian Peran Pola hubungan antar warga belajar dan fasilitator Prinsip
Konsep belajar
Proses belajar
Metode
Cara Komunikasi
Jalur Pendidikan
5
6
Slide 1
Slide 2
Slide 3
Slide 4
7
Slide 5
Slide 6
Slide 7
Slide 8
8
Membelajarkan
Mengajar
Pelaku
Fasilitator dan peserta belajar (warga)
Guru dan murid. Penyuluh dan masyarakat
Pembagian Peran
Semua menyumbang pengalaman dan pengetahuannya
Guru, sebagai keran air, murid sebagai ’gelas kosong’
Fasilitator memperluas peran peserta
Guru sebagai sumber ilmu, murid sebagai penerima ilmu
Pola hubungan
Kesetaraan (saling belajar)
Hirarkis (mengajar –diajar)
Prinsip
Partisipatif, dialogis
Searah
Konsep belajar
Konsep pendidikan kritis
Konsep pendidikan “gaya bank’
Proses belajar
Aksi – refeksi – aksi (dialektika)
Input (pengetahuan/informasi) – process (memori) – output (tanggapan)
Metode
Andragogi (metode pendidikan orang dewasa)
Pedagogi (metode mengajar didaktif)
Cara Komunikasi
Multi – arah (jaringan pembeajaran)
searah
Jalur Pendidikan
Pendidikan non – formal yang bersifat ‘alternatif
Pendidikan formal (sekolah), pendidikan informal (keluarga), pendiidkan non formal (misal pesantren)
9
PRINSIP PENDIDIKAN ORANG DEWASA (POD) (Dari Berbagai Sumber) Pembangunan adalah upaya – upaya yang dilakukan oleh lembaga/agen pembangunan yang bekerja bersama masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam pengembangan program pembangunan, upaya – upaya peningkatan kemampuan tersebut, diharapkan agar pada akhirnya, masyarakat mampu menyelenggarakan upaya-upaya mengatasi masalah mereka sendiri dan kegiatan-kegiatan inovatif untuk memajukan masyarakatnya sendiri. Begitu pentingnya faktor manusia dalam pembangunan, sehingga upaya peningkatan kemampuan, perubahan sikap, dan perilaku pelaku – pelakunya (manusia dewasa), perlu diperhatikan sungguh – sungguh. Berbicara mengenai Pendidikan Orang Dewasa, masalahnya lebih dari sekedar mengajarkan suatu pengetahuan baru kepada orang dewasa, karena orang dewasa telah memiliki sikap dan pengetahuan sehingga informasi baru akan mereka bandingkan dengan pengalaman, pengetahuan dan konsep –konsep mereka selama ini.
Siapakah Orang Dewasa itu ? Benar, bahwa orang yang sudah berumur (akil balik), bisa kita sebut orang dewasa, tetapi dalam membicarakan pendidikan orang dewasa ini tidak semata – mata mengacu pada kedewasaan biologis, tetapi cenderung mengacu pada kedewasaan sosialnya.
Bagaimana Proses Belajar Bagi Orang Dewasa ? Ada dua tujuan dari proses belajar bagi orang dewasa, yaitu pada perkembangan individual dan pada peningkatan partisipasi sosial dari individu. Pendidikan orang dewasa meliputi segala bentuk pengalaman belajar yang dibutuhkan oleh orang dewasa, pria maupun wanita sesuai dengan bidang perhatian dan kemampuannya. Akibat atau hasil dari belajarnya orang dewasa nampak pada perubahan perilakunya. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh sikap, pengetahuan, keterampilan yang dimilikinya serta dalam hal tertentu oleh sarana yang mendukungnya, maka proses belajar manusia dewasa ke arah perubahan perilaku hendaknya digerakkan melalui usaha perubahan sikap baru, memberinya pengetahuan baru, melatihkan keterampilan baru dan dalam hal tertentu penyediaan sarana baru. Perubahan perilaku seseorang akan terjadi jika isi dan cara pembelajarannya sesuai dengan kebutuhan yang dirasakannya. Sedang perubahan perilaku itu sendiri terjadi proses reflek di dalam dirinya sendiri Pada prinsipnya, proses belajar bagi orang dewasa adalah suatu ‘proses belajar dari pengalaman’. Belajar bagi orang dewasa melalui 4 tahap, yakni pengalaman nyata, analisa, kesimpulan dan penerapan .
10
DAUR BELAJAR ORANG DEWASA
1. Melakukan atau Mengalami
5. Menerapkan
4. Menyimpulkan
2. Mengungkapkan
3. Mengolah atau menganalisis
Pengalaman Fasilitator mendorong peserta untuk menyampaikan pengalamannya dengan cara menguraikan kembali rincian fakta, unsur – unsur, urutan kejadian, dll dari kenyataan tersebut. Kemudian menggali tanggapan dan kesan peserta atas kenyataan tersebut.
Analisa Fasilitator mendorong peserta untuk menemukan pola dengan mengkaji sebab – sebab dan kaitan – kaitan permasalahan yang ada dalam realitas tersebut – yakni tatanan, aturan – aturan, sistem , sikap dan perilaku yang menjadi akar persoalan.
Kesimpulan Fasilitator mengajak peserta merumuskan makna relaitas tersebut sebagai suatu pelajaran dan pemahaman atau pengetahuan baru yang lebih utuh, berupa prinsip – prinsip atau kesimpulan umum (generalisasi) dari hasil pengkajian atas pengalaman tersebut.
Penerapan Fasilitator mengajak peserta merumuskan dan merencanakan tindakan – tindakan baru yang lebih baik berdasarkan hasil pemahaman atau pengertian baru tersebut, sehingga sangat memungkinkan untuk menciptakan kenyataan – kenyataan baru yang lebih baik. Proses pengalaman belumlah lengkap, sebelum pemahaman baru penemuan baru tersebut dilaksanakan dan diuji dalam perilaku yang sesungguhnya. Tahap inilah bagian yang bersifat ’eksperimental’.
Bagaimana Prinsip – Prinsip Belajar Bagi Orang Dewasa ? Sesuai dengan kedewasaan sosialnya, orang dewasa sesungguhnya tidaklah seperti gelas kosong yang dengan mudah dapat kita tuangi sesuatu ke dalamnya. Beberapa prinsip Pendidikan Orang Dewasa yang perlu diperhatikan dan diterapkan dalam penyelenggaraan program, yaitu :
11
1. Orang yang mempunyai konsep diri Orang dewasa menganggap dirinya mampu untuk membuat keputusan dan mampu menghadapi segala risiko atas keputusannya, serta mengatur hidupnya agar mandiri. Harga diri sangat penting bagi orang dewasa. Seorang dewasa menuntut dihargai terutama dalam hal pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan kehidupannya. Sikap yang terkesan menggurui cenderung ditanggapi negatif. Mereka cenderung menghindar, menolak dan merasa tersinggung apabila diperlakukan seperti anak – anak. Mereka akan menolak situasi belajar yang kondisinya bertentangan dengan konsep dirinya sebagai individu yang mandiri. Sehingga mereka perlu dilibatkan secara penuh dalam menentukan kebutuhan belajar dan merancang belajar secara partisipatif. Sumber belajar berfungsi sebagai pembimbing, fasilitator serta narasumber. 2. Orang Dewasa Kaya Akan Pengalaman Makin lanjut usia seseorang, makin banyak pengalaman yang ia miliki. Adapun pengalaman orang dewasa diperoleh dari : • • •
Peristiwa yang dialami pada masa lalu dan masa kini. Hubungan dengan lingkungan di sekitarnya. Pengalaman dengan dirinya sendiri pada masa kini dan masa lampau.
3. Orang Dewasa Mempunyai Kesiapan Belajar Masa kesiapan belajar orang dewasa berubah sejalan dengan usia dan peran sosial yang mereka tampilkan. Untuk itulah, urutan program belajar berdasarkan tahapan dalam yang relevan dengan peran mereka menjadi penting untuk diutamakan. 4. Orang Dewasa Berpandangan Untuk Segera Menerapkan Hasil Belajarnya Orang dewasa senantiasa berorientasi pada kenyataan. Oleh karena itu, kegiatan belajar bagi orang dewasa sebaiknya diarahkan pada kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. 5. Orang Dewasa Itu Dapat Belajar Sesungguhnya orang dewasa dapat melakukan kegiatan belajar. Apabila orang dewasa tidak menampilkan kemampuan belajar yang sebenarnya, kemungkinan hal ini disebabkan oleh adanya perubahan faktor fisiologis seperti menurunnya pendengaran, penglihatan, atau tenaga sehingga mempengaruhi kecepatan belajarnya. Fasilitator perlu mendorong dan membantu warga belajar untuk belajar sesuai dengan langkah yang mereka inginkan dan terapkan sendiri. 6. Belajar Merupakan Proses yang Terjadi Pada Diri Orang Dewasa Setiap warga belajar akan mengontrol langsung proses belajarnya, termasuk potensi intelektual, emosi serta fisik. Ia merasa adanya kebutuhan untuk belajar dan melihat tujuan pribadinya yang akan tercapai melalui belajar. Proses belajar akan terpusatkan pada pengalaman sendiri melalui interaksi dirinya dengan lingkungannya, dengan demikian seni pembelajaran orang dewasa merupakan upaya mengelola lingkungan dan proses belajar itu sendiri. Untuk itu, digunakan metode dan teknik dimana warga belajarnya terlibat secara intensif dalam mendiagnosa kebutuhan belajar serta menilai proses belajar.
Orang dewasa tidak suka diperintah untuk melakukan sesuatu, kecuali jika mereka diberi kesempatan untuk bertanya ‘mengapa ?’ dan mengambil keputusannya sendiri.
Suasana Belajar Bagi Orang Dewasa Setiap bentuk program pendidikan bagi orang dewasa, harus ditunjang interaksi dan kegiatan program yang mampu mengimbanginya. Untuk membentuk interaksi program yang mampu
12
menunjang pencapaian tujuan program, maka fasilitator harus dapat merancang dan membentuk suasana belajar yang dapat diikuti oleh warga belajar. Pendidikan orang dewasa dilakukan dengan pengelompokkan sesuai dengan minat atau kebutuhan , bukan suatu kelas atau jenjang. Bentuklah suasana belajar yang penuh keakraban dan tidak menegangkan. Membentuk suasana belajar yang bersifat non – formal, dalam arti : • Kumpulan manusia aktif. • Suasana hormat menghormati. • Suasana harga menghargai. • Saling percaya. • Suasana penemuan diri. • Suasana keterbukaan. • Suasana mengakui kekhasan pribadi. • Suasana membenarkan perbedaan. • Suasana mengakui hak untuk berbuat salah. • Suasana membolehkan keraguan. • Evaluasi bersama dan evalusi diri.
Peran Fasilitator Sikap pembimbing bagi orang dewasa mempunyai arti dan pengaruh yang besar. Sikap yang perlu untuk menciptakan proses belajar sebuah kelompok adalah sebagai berikut : Empati • Berarti menyetel pada gelombang pemancar yang sama dengan peserta, yakni mencoba melihat situasi sebagaimana peserta juga melihatnya, berada dan bersatu dengan peserta, membiarkan diri sendiri menyatu dengan pengalaman peserta, merenungkan pengalaman tersebut sambil menekan penilaian sendiri, lalu mengkomunikasikan pengertian itu kepada mereka, bersikap manusiawi dan tidak bereaksi secara mekanis atau memahami masalah peserta hanya secara intelektual, ikut merasakan apa arti manusia dan benda bagi mereka. Wajar • Berarti jujur, apa adanya, terus terang, konsisten, terbuka, mencerminkan perasaan yang sebenarnya, mengatakan apa adanya, secara sadar menghindari peran sebagai pengajar, mengungkapkan perasaan secara konkret, dan merespon secara tulus. Respek • Berpandangan positif terhadap peserta, mengkomunikasikan kehangatan, perhatian, pengertian, menghargai perasaan, pengalaman dan kemampuan mereka. Komitmen • Menghadirkan diri secara penuh, siap menyertai kelompok dalam segala keadaan, mengakui secara jujur kalau merasa bosan atau pikiran melayang jauh, melibatkan diri dalam suka duka. Mengakui kehadiran orang lain • Mengakui adanya orang lain, tidak menonjolkan diri agar orang lain berkesempatan mengungkapkan diri, bergaul dengan mereka, menunjukkan kepada mereka bahwa ‘saya sadar akan kehadirannya’, mengakui tiap peserta sebagai makhluk bebas yang berhak ada di sana dan bertanggungjawab atas kehadirannya. Membuka diri •
Dalam hal ini keterbukaan mempunyai dua segi ,
13
Pertama menerima keterbukaan orang lain tanpa menilai dengan ukuran konsep dan pengalaman kita sendiri, setiap saat bersedia mengubah sikap dan pendapat dan konsep kita sendiri, tidak bersikap ngotot agar bermunculan kemingkinan – kemungkinan baru. Kedua, secara aktif mengungkapkan diri kepada orang lain, mengenalkan diri kepada kelompok, apa yang saya rasakan, apa harapan saya, bagaimana pandangan saya, suka dan duka saya, mau mengambil risiko melakukan kekeliruan. Tidak menggurui • Mengingat bahwa peserta adalah orang dewasa yang mempunyai keahlian sendiri, pengalaman sendiri dan seringkali adalah pemimpin di dalam lingkungannya, maka sikap menggurui dapat dirasakan oleh peserta sebagai meremehkan. Tidak menjadi ahli • Artinya tidak terpancing untuk menjawab setiap pertanyaan, seakan – akan fasilitator harus ahli dalam segala bidang. Tidak memutus bicara • Pada waktu peserta bertanya atau mengemukakan pendapatnya fasilitator jangan memutus hanya karena kebetulan ia merasa tak sabar. Tidak berdebat • Bersoal jawab dengan satu orang saja di tengah – tengah sekian banyak peserta dapat menimbulkan kebisanan. Tidak diskriminatif • Merupakan hal yang baik kalau pembimbing berusaha untuk memberi perhatian secara merata, bukan hanya kepada satu atau dua orang peserta saja yang disukai secara pribadi.
Metode POD Metode pendidikan orang dewasa adalah suatu teknik penyampaian materi pembelajaran yang diatur sedemikian rupa sehingga tujuan belajar dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dalam penyampaian materi, metodologi yang akan digunakan adalah metode – metode yang mempermudah dan mempercepat proses pemahaman pengetahuan, sikap dan proses penguasaan aplikasinya. Metodologi yang dipilih yang memungkinkan terciptanya partisipasi aktif dari para peserta, saling bertukar pengalaman di antara peserta dan fasilitator yang memperlakukan peserta sebagai orang dewasa bukan sebagai murid sekolah. Metode yang paling efektif adalah belajar dengan bekerja.
Sumber
14
•
Tim Pe-PP; Teknik UNDP;Jakarta 2007
•
Studio Driya Media; Handout Pelatihan; Bandung 1999
•
Mansour Fakih dkk; Pendidikan Popular Membangun Kesedaran Kritis; INSIST – Pact; 2001
Fasilitasi
Partisipatif
Pendampingan
Masyarakat;
Bappenas
–
VISUALISASI PENDIDIKAN Seorang fasilitator memiliki peran yang penting pada saat berada di tengah masyarakat. Dengan proses dialog yang detail sampai saat ditemukan kesepakatan. Tugas fasilitator mengambil bagian saat masyarakat yang didampinginya, menciptakan situasi belajar daripada mendiktekan istilah dan kondisi, memudahkan pengawasan riset dan/atau proses perkembangan. Apa yang telah menjadi sangat jelas dari proses pendidikan langsung di tengah masyarakat, merupakan kepentingan awal yang segera dimulai dengan metode dasar dengan menggunakan metode diagram. Jika hal ini tidak dilakukan pada diskusi pertama dengan masyarakat sasaran, maka pengalaman menunjukkan, kondisinya akan semakin sulit untuk mendorong partisipan meninggalkan pena dan kertasnya, serta untuk menghilangkan wawancara yang formal dan kaku. Jika kelompok melakukan visualisasi sejak awal, maka hal tersebut akan memberikan antusiasme dan ketertarikan, serta membantu setiap orang untuk terus bereksperimen dan belajar. Ada beberapa langkah yang dapat digunakan agar kerja lapangan dapat berjalan lancar : •
Diskusikan terlebih dahulu faktor-faktor apa saja yang menghambat dan menciptakan kekakuan, kebekuan. Gunakan latihan pemecah masalah kelompok dengan menggunakan umpamanya media role play.
•
Sarankan pada setiap kelompok untuk memutuskan masalah, metode dan para kader komunitas yang akan mereka ajak untuk memulai. Pikirkan tentang urutan metode yang mungkin digunakan.
•
Dorong kelompok untuk memulainya dengan aktivitas nyata yang membutuhkan masukkan kelompok, yang telah dipraktekan sebelumnya dan hampir membawa pada hasil yang jelas. Latihan pemetaan merupakan awal yang baik. Hal ini biasanya dapat membuat orangorang terlibat di dalamnya, merubah pengawasan dari kelompok kepada perempuan dan pria yang membuat dan menjelaskan peta serta dapat menjadi hal yang menyenangkan.
•
Mengorganisasikan sesi ‘kerjakanlah sendiri’ untuk memulai kerja lapangan dengan melibatkan aktivitas partisipan setiap harinya. Hal ini dapat memecahkan ketegangan yang ada serta membangun peran baru dengan masyarakat lokal sebagai murid dan sekaligus sebagai guru yang profesional.
•
Ajak kelompok untuk tetap rileks. Katakan kerja langsung merupakan cara terbaik untuk belajar dan bahwa mereka tidak harus mempelajari segalanya dalam menit – menit pertama.
Ketika kerja lapangan sudah dimulai, anda mungkin menghadapi masalah dalam menjaga proses agar tetap berjalan. Antusiasme mungkin menurun, terutama jika kelompok menghadapi masalah yang tidak terduga, seperti kendaraan yang tiba-tiba rusak, sakit, cuaca yang buruk, dsb. Anggota kelompok mungkin juga merasa lelah, telah cukup bekerja keras dan mengumpulkan banyak informasi . Tentu info menggambarkan bagaimana seorang fasilitator mendorong kelompoknya untuk tetap berjalan dan penghargaan yang mereka terima sebagai hasilnya.
15
Bersama mereka lakukan visualisasi masalah dengan menggunakan diagram, dalam rangka menghasilkan informasi yang bisa dipercaya, masyarakat didorong untuk menganalisa kondisi mereka sendiri dan menunjukkannya agar semua orang tahu, sebaiknya lakukan pengecekkan silang di antara mereka menyangkut informasi. Menggambarkan bagaimana seorang fasilitator mendorong kelompoknya untuk tetap berjalan dan penghargaan yang mereka terima sebagai hasilnya. Bersama mereka lakukan visualisasi masalah dengan menggunakan diagram, dalam rangka menghasilkan informasi yang bisa dipercaya, masyarakat didorong untuk menganalisa kondisi mereka sendiri dan menunjukkan agar semua orang tahu, sebaiknya lakukan pengecekan silang di antara mereka menyangkut informasi. Proses ini merangsang urutan penyesuaian dan peningkatan, baik oleh individu yang membangun maupun oleh yang melihat. Sebagai hasilnya, hasil akhir seringkali berbeda dengan percobaan pertama.
Menjaga Agar Proses Tetap Berjalan di Lapangan Diskusi memfokuskan pada masalah inti, para partisipan juga didorong untuk mempertimbangkan poin kunci belajar dari manfaat metode yang digunakan. Fasilitator harus selalu mengingatkan kepada kelompok dengan cara menanyakan kembali kepada kelompok apakah lebih baik untuk bediskusi di tempat lain untuk menganalisa lebih lanjut atau tetap di lapangan selama beberapa jam ?. Mengikuti reaksi yang beragam, dengan beberapa partisipan yang tertarik untuk mengakhiri hari kerjanya, fasilitator mendorongnya untuk kembali ke lapangan, karena merupakan reaksi yang wajar untuk memilih pulang beristirahat daripada bekerja kembali. Merupakan waktu yang menyenangkan di lapangan, seperti para petani yang menghabiskan waktu saat untuk bekerjanya usai. Hari berikutnya, mengikuti tinjauan tengah hari, kelompok kembali ke lapangan tanpa rasa ragu – ragu. Pelajaran yang diambil : jika merasa ragu – ragu, pulanglah dulu. Aspek visualisasi lain yang hendaknya ditegaskan adalah keuntungan untuk masyarakat di komunitas tersebut. Pertemuan antara fasilitator dan kelompok masyarakat mungkin merupakan kesempatan yang jarang, ketika baik pria maupun wanita didorong untuk memikirkan mata pencaharian dan kondisi mereka sendiri dalam cara yang sistematis. Kesempatan yang diharapkan juga sangat sering bagi kelompok lokal tertentu (wanita/pria, tua/muda, kaya/miskin, dsb) dating bersama untuk melakukan analisis gabungan.
“ Sekolah Tanpa Dinding ” Mengapa ;sekolah tanpa dinding’ (school without walls)? Karena ruang kelas, perpustakaan, mata pelajarannya, adalah dimana masyarakat bekerja dan hidup di situ. Kalau masyarakat tersebut adalah petani – lahan garapannya adalah laboratorium sekaligus perpustakaannya. Seperti yang dilakukan oleh petani selama ini, yakni dalam rangka mengcounter adanya banjir penyuluhan terhadap petani, maka lahir Sekolah Lapangan Petani. Petani berkumpul selama satu kali seminggu selama satu musim ( 12 minggu ) untuk mengikuti dan menganalisa perkembangan tanaman mereka, fase demi fase. Sekaligus mereka mendalami beberapa prinsip yang terkait dengan perkembangan tanaman seperti dinamika populasi serangga, fisiologi dan kompensasi tanaman, pemeliharaan kesuburan tanah, pengaruh air dan cuaca, pemilihan varietas, dan lain – lain, melalui eksperimen yang mereka lakukan sendiri. Selain kegiatan pokok, serangkaian kegiatan (topik khusus) dilakukan sesuai dengan masalah-masalah khusus yang dihadapi di setiap tempat. Yang selalu nampak pada Sekolah Lapangan adalah peran aktif petani sebagai pelaku, peneliti,
16
pemandu dan manajer lahan yang ahli. Materi pengembangan manusia dan analisis sosial tidak kalah penting dengan ilmu pertanian dalam penyelenggaraan Sekolah Lapangan, sebagaimana tercermin dalam kegiatan perencanaan, dinamika kelompok dan sebagainya. Lahirnya “Sekolah Lapang Petani” didasari oleh tiga tantangan pokok yang saling terkait, yakni :
Keanekaragaman ekologi dan hayati.
Peranan petani yang harus menjadi ahli di lahannya sendiri.
Membangun kesadaran kritis terhadap sistem yang membelenggu dan menghancurkan petani.
Penerapan “Sekolah Lapang Petani” sebagai suatu langkah maju menuju pertanian yang adil dan berkelanjutan dituntut untuk ‘meramu’ suatu pola pendekatan yang mampu menampung ketiga tantangan tersebut dalanm suatu proses pendidikan yang terpadu dan dapat diselenggarakan secara efektif di tingkat komunitas petani. Sekolah di mana saja, tidak selalu di gedung, tidak harus di kampus, alam semesta itulah sekolahan semestinya, sekolahan yang sejati, sekolah yang paling hakiki.
17
Modul 2 Topik: Dasar – Dasar komunikasi
Peserta memahami dan menyadari: 1. Unsur – unsur komunikasi 2. Faktor penghambat komunikasi 3. Tata cara membangun komunikasi efektif dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan
Kegiatan 1: Permainan Mari Menggambar : komunikasi multi arah Kegiatan 2: Diskusi tata cara membangun komunikasi yang efektif
2 Jpl ( 90’)
Bahan Bacaan: Dasar – dasar Komunikasi
• Kerta Plano • Kuda-kuda untuk Flip-chart • LCD • Metaplan • Papan Tulis dengan perlengkapannya • Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
18
Permainan ‘Mari Menggambar’ : Komunikasi Multi Arah 1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita memasuki Tema Komunikasi dan Sosialisasi dengan modul pertama Dasar Dasar Komunikasi. Uraikan apa yang akan dicapai dengan modul ini, yaitu : Peseta mengetahui unsur – unsur komunikasi Peserta memahami faktor penghambat komunikasi Peserta memahami tata cara membangun komunikasi efektif dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan Uraikan juga bahwa kita akan memulai modul Dasar Dasar Komunikasi dengan kegiatan belajar pertama; “Permainan Mari Menggambar” 2) Ajak peserta untuk memahami kenapa peserta sebagai fasilitator perlu mengetahui dasar – dasar komunikasi. 3) Beri pengantar bahwa proses komunikasi adalah proses yang biasa kita lakukan sehari - hari jadi seharusnya komunikasi bukanlah hal yang sulit . Tanyakan kepada peserta, berdasarkan pengalaman mereka betulkah ‘ komunikasi itu mudah ?’ 4) Ajak peserta untuk membuktikan mudah tidaknya berkomunikasi melalui permainan ‘Mari Menggambar’. Gunakan Panduan Permainan “Mari Menggambar” yang ada dalam LK – Dasar dasar komunikasi 5) Setelah selesai permainan , ajak peserta untuk membuat menganalisis dari ketiga permainan tersebut mana yang paling berhasil ? Tanyakan kenapa ? minta peserta untuk menuliskan alasannya di kartu metaplan. 6) Kelompokkan kartu – kartu berdasarkan gagasan yang sejenis , kemudian bahas bersama unsur–unsur komunikasi (sumber, pesan, saluran, penerima, dampak) sampai mendapatkan pemahaman bahwa ada berbagai faktor penghambat dalam berkomunikasi, dan komunikasi multi arah lebih efektif dibandingkan dengan komunikasi satu arah. 7) Berikan penegasan apabila diperlukan
19
Unsur-unsur komunikasi pada dasarnya adalah 5, yaitu: sumber atau pemberi pesan, pesan yang ingin disampaikan, saluran untuk menyalurkan, penerima pesan dan dampak atau apa yang terjadi setelah pesan diterima. Seringkali proses komunikasi dianggap mudah, tetapi dengan pengalaman berkomunikasi yang dilakukan lewat permainan tadi ternyata proses komunikasi tidaklah sesederhana yang kita bayangkan. Dalam pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di lapangan, seringkali para fasilitator mengalami berbagai hambatan dalam berkomunikasi, sehingga komunikasi yang dilakukan rusak atau macet. Misalnya pada saat kita mengajak masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan musyawarah warga, seringkali yang kita terima adalah tatapan mata dingin, sikap acuh tak acuh atau bahkan umpatan. Gambaran tersebut memperlihatkan kegagalan kita sebagai sumber dan penerima pesan dalam berkomunikasi. Faktor yang menyebabkan kegagalan dalam berkomunikasi terjadi karena :
Terjadi kegagalan proses decoding (pengkodean), yaitu proses menerjemahkan gagasan ke dalam symbol – symbol yang umum ( kata, bahasa, gambar dan sebagainya ). Pesan yang disampaikan tidak sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik penerima. Saluran atau media yang digunakan kurang tepat. Kegagalan penerima pesan dalam menafsirkan pesan – pesan yang diterima ( encoding ).
8) Ajak peserta untuk refleksi dan menganalisis hambatan–hambatan komunikasi yang mereka alami sehari hari, berdasarkan pengalaman mereka dan bagikan dengan peserta lain.
Diskusi Tata Cara Membangun Komunikasi Yeng Efektif 1) Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok terdiri dari 5 s/d 7 orang kemudian mintalah agar tiap kelompok untuk melakukan analisis, berdasarkan pengalaman permainan tadi yang ternyata komunikasi tidaklah mudah bagaimana caranya membangun komunikasi yang efektif dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan ? Tuliskan jawaban kelompok pada kertas plano. 2) Untuk pendalaman, lakukan diskusi kelompok dengan cara berputar. Pertanyaan diskusi : Apa yang harus dipertimbangkan agar komunikasi yang kita bangun efektif ?. Lakukan satu putaran dan bahas bersama. 3) Kemudian minta tiap kelompok menyajikan hasilnya untuk dibahas dalam diskusi kelas 4) Refleksikan dan simpulkan bersama
20
Hal – hal yang harus diperhatikan agar komunikasi efektif:
Pesan – pesan harus mudah diterima artinya sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan masyarakat; informasi yang diberikan harus tepat dengan keadaan mereka; dapat diterima dan cocok dengan kebudayaan dan kepercayaan kelompok sasaran; informasi yang benar secara teknis/ilmiah; sederhana dan mudah dimengerti; murah atau hanya perlu waktu dan usaha yang minim untuk melakukannya Pesan harus berdasarkan pada kebutuhan nyata masyarakat dan menekankan hal – hal yang penting bagi mereka bukan yang penting bagi fasilitator atau KMW. Kemasan pesan harus dapat menggugah minat kelompok sasaran, walaupun informasi yang disampaikan berguna bagi masyarakat kalau dikemas dengan cara yang kurang tepat seringkali tidak diperhatikan oleh mereka. Memilih saluran atau media yang tepat, kita dapat menggunakan satu atau kombinasi dari berbagai saluran (media ) tergantung kepada tujuan komunikasinya. Harus mempertimbangkan karakteristik kelompok sasaran, baik budaya, bahasa, kebiasaan, tingkat pendidikan dan lain – lain. Mengenali siapa yang ingin kita jangkau dapat membantu kita dalam mengembangkan pesan yang sesuai, pertanyaan pertama yang harus kita ajukan dlm komunikasi adalah, ‘siapakah khalayak kita ?
21
LK – Dasar Dasar Komunikasi – 1 “Permainan Mari Menggambar” Mari Menggambar
Komunikasi Satu dan Dua Arah Permainan ini untuk menggambarkan kepada peserta efektifitas komunikasi dua arah dan mengawali diskusi agar peserta memahami prinsip – prinsip dasar komunikasi. Langkah langkah • Siapkan 3 lembar gambar bentuk–bentuk lingkaran, segitiga, kotak yang saling bertumpuk ( lihat gambar) dan tersimpan dalam amplop besar.
22
•
Mintalah 3 orang peserta sebagai relawan untuk tampil ke depan kelas. Peserta lain diminta menyiapkan kertas kosong dan pensil. Kumpulkan relawan secara terpisak dan berikan penjelasan kepada ketiga relawan tersebut mengenai peran masing-masing. - Relawan 1 : Sebagai penyiar TV dalam acara “Mari Menggambar” sehingga instruksinya satu arah, pemirsa tidak dapat bertanya dan contoh gambar juga tidak ditnjukkan. Hasilnya tentu saja pemirsa membuat gambar yang macam-macam dan tidak sama dengan contoh. - Relawan 2 : Sebagai guru yang otoriter dalam acara “Pelajaran Menggambar” yang memberi instruksi apa yang harus digambar, memberi kesempatan bertanya tetapi tanpa memberikan contoh-contoh, sehingga tentu saja gambar murid macam-macam dan tidak sama dengan yang diharapkan - Relawan 3 : Sebagai agen “pembaruan” (fasilitator) dalam acara “Pelajaran Menggambar” yang tidak hanya memberikan instruksi tetapi juga mendiskusikan dan memberikan contoh-contoh sehingga hasilnya akan sama/mirip dengan yang diharapkan.
•
Contoh informasi dasar yang diberikan kepada peserta oleh Penyiar TV, Guru dan Agen Pembaruan adalah : - Buat gambar segi-3 sama kaki di tengah kertas - Bersinggungan dengan titik sudut kiri segi tiga tersebut buatlah gambar segi-4 dalam posisi miring ke kiri - Di atas segi-3 dan bersinggungan dgn titik sudut atas segi-3 tersebut buatlah gambar lingkaran. - Bersinggungan dgn gambar lingkaran tersebut dibagian atas buatlah gambar segi-4 - Di bawah segi-4 miring yang di bawah segi-3 buatlah gambar segi-4 dalam posisi datar dengan ujung segi-4 miring memotong salah satu sisinya - Buatlah bayangan pada 2 sisi dari segi-4 miring dan datar yang paling bawah.
•
Jelaskan kepada peserta bahwa 3 orang relawan tadi adalah penyiar TV, guru dan ‘agen pembaruan‘ ,
•
Permainan pertama seorang penyiar TV untuk acara “mari menggambar”, dan para peserta adalah pirsawan yang belajar menggambar. Mereka harus belajar menggambar sesuai
dengan keterangan penyiar. Karena ini acara TV, maka peserta tentu tidak dapat bertanya sementara sang penyiar tidak boleh memperlihatkan gambarnya. Setelah jelas, minta sang penyiar mulai melaksanakan acaranya. •
Permainan kedua seorang guru untuk acara “belajar menggambar”, peserta lain adalah murid dan diminta menyiapkan kertas kosong baru. Saat ini adalah acara “ pelajaran menggambar” di kelas dan relawan tadi sebagai gurunya sedangkan peserta lain sebagai murid. Caranya sama dengan acara TV tadi, hanya kali ini murid boleh bertanya, tetapi guru tetap tidak memperlihatkan gambarnya. Setelah jelas, minta sang “guru” segera memulai pelajarannya.
•
Permainan ketiga tetap “belajar menggambar” untuk peserta pelatihan dan gurunya adalah seorang “agen pembaruan”. Jelaskan bahwa relawan baru ini adalah seorang “agen pembaruan” yang akan mengajar peserta pelatihan menggambar, dan minta peserta menyiapkan kertas kosong baru. Kali ini caranya bebas sama sekali ( boleh bertanya, boleh apa saja, boleh juga menunjukkan contoh, terserah sang relawan dan peserta ). Kemudian minta sang “agen pembaruan” mulai acaranya.
•
Setelah selesai, bandingkan hasil gambar ketiga proses tadi dan mana yang paling sesuai dengan harapan (gambar yang telah disiapkan sebelumnya)
•
Ajaklah seluruh peserta kemudian mendiskusikan : mengapa hasilnya demikian. Minta mereka mengungkapkan faktor-faktor yang menyebabkan gambar yang dibuat lebih mendekati harapan atau sama dengan harapan dan apa hambatannya yang menyebabkan tidak tercapai harapan. Untuk ini dapat digunakan juga metoda Metaplan
•
Simpulkan bersama hasil diskusi sesuai dengan ungkapan dan analisis peserta.
23
Contoh Gambar Yg Diharapkan “Permainan Mari Menggambar”
.
24
Dasar – Dasar Komunikasi Marnia Nes
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima melalui sebuah saluran untuk menghasilkan dampak yang diinginkan dengan menggunakan symbol/lambang yang umum. Symbol yang digunakan bisa berupa bahasa tulisan, gambar, musik dan sebagainya.
Unsur Unsur Komunikasi Dalam proses komunikasi ada 5 unsur dasar yaitu : sumber informasi (komunikator); pesan ; saluran komunikasi (media); penerima informasi( komunikan ), dampak atau akibat dan umpan balik.
Sumber •
Pesan •
Adalah orang yang mula – mula memberikan aksi komunikasi atau memberikan pesan kepada penerima, pengirim pesan biasa juga disebut komunikator. Dalam membuat pesan kepada penerima terjadi proses encoding (pengkodean) yaitu proses menerjemahkan gagasan ke dalam symbol – symbol yang umum atau sudah dikenal ( kata, bahasa, gambar dan sebagainya ) menjadi pesan yang mudah dipahami. Sumber informasi bisa individu/perorangan atau lembaga yang memulai proses komunikasi.
Pesan adalah informasi yang ingin disampaikan oleh pengirim kepada penerima. Pesan yang disampaikan bisa berupa pesan verbal yaitu semua jenis komunikasi lisan yang menggunakan kata-kata, bisa juga berupa pesan non verbal seperti bahasa tubuh (ekspresi wajah, sikap tubuh, nada suara, gerakan tangan, cara berpakaian dan sebagainya ), musik tarian atau bahasa isyarat.
Saluran •
Unsur ini merupakan media atau sarana yang digunakan supaya pesan dapat disampaikan oleh sumber kepada si penerima. Saluran seringkali disebut dengan metode komunikasi. Saluran komunikasi bisa saja sederhana, misalnya mengunakan kata-kata/suara, tetapi juga prosesnya bisa tidak sederhana. Misalnya kita bisa menggunakan radio untuk kampanye tingkat kota, bisa menggunakan arisan warga untuk kampanye di tingkat RW dengan menggunakan berbagai media seperti leaflet, kartu bergambar dan sebagainya.
Penerima •
Adalah orang –orang yang menerima pesan dari komunikator, biasa juga disebut komunikan. Saat menerima pesan dari pengirim, terjadi proses penafsiran kembali pesan – pesan yang diterimanya yang disebut encoding. Proses decoding sangat dipengaruhi oleh persepsi dan latar belakang sosial budaya dari komunikan.
Dampak/akibat
Dampak apa yang kita inginkan dari pesan yang disampaikan
Apakah kita ingin meningkatkan kesadaran kelompok sasaran
Apakah kita ingin mengubah sikap mereka
Apakah ingin meningkatkan keterampilan mereka, atau
25
Apakah ingin mengubah perilaku mereka ?
Umpan Balik
Umpan balik mengacu pada segala informasi yang diperoleh kembali si pengirim pesan dari si penerima. Kegunaan umpan balik : • Dapat membantu sumber dalam menentukan keberhasilan usaha komunikasinya • Sumber dapat memperkuat pesan atau mengubah strateginya berdasarkan umpan balik yang diterima. • Dapat digunakan untuk merencanakan program komunikasi yang lebih berhasil untuk masa datang. • Pada saat memberikan umpan balik komunikan juga akhirnya bertindak sebagai komunikator yang memberikan pesan kepada komunikator pertama. Sehingga komunikator dan komunikan sebetulnya keduanya merupakan sumber informasi dan masing – masing memberi dan menerima pesan secara serentak dan pada saat yang bersamaan terjadi proses saling mempengaruhi.
Membangun Komunikasi Yang Efektif Banyak di antara kita menganggap bahwa komunikasi itu mudah, tetapi apakah betul demikian ?. Hanya bila kita memasuki suatu pengalaman di mana proses komunikasi yang kita lakukan rusak atau macet, kita baru menyadari bahwa komunikasi itu ternyata tidak mudah. Misalnya pada saat kita mengajak tetangga kita untuk ikut dalam kegiatan rembug warga, seringkali yang kita terima hanyalah tatapan mata dingin, sikap acuh tak acuh atau bahkan umpatan. Gambaran tersebut memperlihatkan kegagalan kita sebagai sumber dan penerima pesan dalam berkomunikasi. Untuk mengurangi kegagalan komunikasi diperlukan keterampilan komunikasi yang efektif. Meskipun berbicara dan mendengarkan pembicaraan orang lain cukup mudah, tetapi ada perbedaan yang besar antara pembicaraan yang normal dan komunikasi yang terampil. Komunikasi yang efektif membutuhkan kepekaan dan keterampilan yang hanya dapat kita lakukan setelah mempelajari proses komunikasi dan kesadaran akan perilaku orang lain dan perilaku kita pada saat sedang berkomunikasi. Pada dasarnya bila kita menginginkan komunikasi yang efektif kita harus memahami apa yang menjadi penyebab perilaku orang lain. Semakin besar tanggapan positif terhadap pesan yang kita sampaikan artinya semakin efektif komunikasi yang kita lakukan. Cara Berkomunikasi yang Efektif ? a) Pesan–pesan akan mudah diterima apabila pesan–pesan tersebut memiliki sifat – sifat atau prasyarat sebagai berikut : • Sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan masyarakat • Informasi yang tepat dengan keadaan mereka • Dapat diterima dan cocok dengan kebudayaan dan kepercayaan kelompok sasaran • Informasi yang benar secara teknis/ilmiah • Sederhana dan mudah dimengerti • Murah atau hanya perlu waktu dan usaha yang minim untuk melakukannya. Yang paling penting, pesan harus berdasarkan pada kebutuhan nyata masyarakat dan menekankan hal – hal penting bagi mereka., bukan hal penting bagi lembaga penyelenggara program yang menyampaikan pesan. Setiap hari, masyarakat dibanjiri banyak pesan yang beranbekaragam. Agar pesan-pesan kita dapat menarik perhatian atau menggugah minat kelompok sasaran kita harus mengemasnya dengan baik. Informasi yang berguna dan sesuai
26
terkadang tidak diperhatikan oleh masyarakat, karena disampaikan dengan cara yang kurang tepat (misalnya terlalu menantang situasi yang berlaku ), membosankan, atau terlalu banyak muatan teknis. b) Memilih saluran yang tepat, dalam memilih saluran yang akan dipergunakan untuk program komunikasi, tidaklah sesederhana memilih saluran yang satu atau yang lain. Kita dapat mempergunakan satu atau kombinasi dari keduanya, tergantung pada tujuan komunikasi dengan memperhitungkan pula keunggulan dan kelemahan setiap media. c) Dalam setiap komunikasi, paling baik bila perhatian diawali dari unsur penerima (biasanya disebut Khalayak atau Kelompok Sasaran). “ Kenali khalayak anda “, merupakan prinsip dasar dalam komunikasi. Pertanyaan pertama yang harus kita ajukan adalah, “siapakah khalayak kita ?”. Jika kita tidak dapat mengidentifikasi secara khusus dengan siapa kita akan berkomunikasi selain dengan “seseorang” atau “masyarakat umum”, kita sebaiknya tidak melanjutkan proses komunikasi sebelum kita memperjelas hal tersebut. Mengenali siapa yang ingin kita jangkau dapat membantu kita dalam mengembangkan pesan yang sesuai, memilih media yang sesuai dan menentukan saluran yang paling mungkin untuk menjangkau mereka. Sebaiknya, kita menemukan beberapa karakteristik khalayak yang relevan seperti data kependudukan, termasuk karakteristik mereka yang berhubungan dengan media serta tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku yang berhubungan dengan topik yang ingin kita komunikasikan.
Tahapan Komunikasi Bagi kita yang bekerja dalam pengembangan masyarakat, kita berkomunikasi dengan tujuan yang khusus – yaitu untuk mengupayakan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perubahan manusia, serta faktor sosial dan politik yang mempengaruhi sikap mereka. Untuk mencapai tujuan – tujuan tersebut, komunikasi yang berhasil harus melewati beberapa tahapan. Karenanya, penting untuk mempelajari apa yang terjadi dalam setiap tahap untuk mencegah kegagalan dalam proses komunikasi. Menjangkau khalayak •
Komunikasi tidak akan efektif kalau khalayak tidak dapat menjangkau atau mendengarnya. Hal ini nampak sangat jelas dan masuk akal, namun banyak program gagal pada tahap pertama tersebut. Contoh – contoh pesan yang tidak menjangkau khalayak adalah :
• • •
Siaran radio yangmengudara pada waktu yang tidak tepat setiap harinya Brosur penyuluhan yang hanya dibiarkan berdebu di sudut kantor atau diberikan pada orang yang tidak tepat. “ Mengajari orang yang sudah memahami “, misalnya poster yang ditempatkan di kantor KMW yang dibaca oleh pelaku PNPM Mandiri Perkotaan yang paham isu yang bersangkutan, namun justru khalayak yang ingin kita jangkau tidak pernah mengunjungi KMW.
Menarik perhatian khalayak Setiap komunikasi harus menarik perhatian dahulu sehingga masyarakat akan berusaha untuk mendengarkan atau membacanya. Banyak contoh kegagalan dalam hal ini :
27
• • • •
Masyarakat hanya melewati poster tanpa membacanya karena sebagian besar terdiri dari tulisan (tidak ada gambar) Di dalam kelas, ibu-ibu tidak memperhatikan karena materi yang diberikan oleh fasilitator membosankan Kader memindahkan atau mengganti saluran radio ke saluran lain karena materi yang dibahas hanya berbicara tentang hal – hal teknis saja Karena penyampaian materi (isu yang kontroversial) kurang tepat, beberapa peserta tidak mau mendengar lagi, “Daripada kita pusing dengan konflik yang akan terjadi, lebih baik kita tidak ikut-ikutan”.
Pemahaman pesan Masyarakat mencoba mengartikan apa yang mereka lihat atau dengar. Dalam hal ini penafsiran setiap orang dalam komunikasi tergantung pada banyak hal. Kesalahpahaman dapat terjadi bila :
Materi merupakan hal yang asing atau sangat baru bagi khalayak
Bahasa terlalu rumit dan istilah – istilah yang digunakan tidak biasa didengar
Gambar memuat diagram yang rumit dengan detail yang membingungkan
Informasi yang disajikan terlalu banyak/berat sehingga sulit untuk diserap
Kalimat/gambar yang digunakan mempunyai memberikan/memungkinkan penafsiran lain.
arti
luas
sehingga
dapat
Penerimaan atau penolakan pesan Setelah proses “pengolahan” pesan, si penerima mungkin menerima atau menolak informasi berdasarkan tingkat keuntungan yang disajikan atau ketidaktepatan informasi tersebut dengan situasi mereka. Biasanya lebih mudah mempromosikan sesuatu karena hasilnya mudah atau cepat untuk dilihat dampaknya, misalnya penggunaan urea agar padi atau jagung tumbuh lebih cepat. Namun penerimaan pesan akan lebih sulit bila kita berusaha mengubah suatu kepercayaan atau kebiasaan yang telah lama mereka anut di dalam kehidupan mereka. Jika suatu kepercayaan telah dianut oleh seluruh masyarakat atau merupakan bagian dari kepercayaan yang lebih mendasar seperti agama, kita dapat memperkirakan betapa sulitnya mengubahnya, apalagi kalau kita hanya mempergunakan metode komunikasi atau pendekatan yang tidak tepat.
Perubahan sikap/perilaku Jika khalayak menerima informasi, penerimaan mereka dapat menjadi perubahan sikap ( yang nantinya dapat menuju pada perubahan perilaku) sesuai dengan tujuan komunikasi kita. Namun, meskipun telah terjadi perubahan kepercayaan atau sikap, tidak selalu otomatis perilaku mereka berubah. Komunikator perlu mengetahui faktor penghalang yang mungkin ada dalam perubahan perilaku, dan mencoba mengatasinya dengan baik. Tekanan yang berasal dari orang lain dalam
28
sebuah keluarga, masyarakat atau lingkungan dapat mencegah seseorang untuk mengubah perilakunya. Ada banyak contoh penerimaan pesan yang tidak dapat mengubah sikap atau perilaku kelompok sasaran, misalnya : • Seorang pedagang setuju bahwa trotoar tidak bisa dipergunakan sebagai tempat berjualan, karena trotoar tersebut bukan tempatnya berjualan. • Seorang bapak sadar bahwa pekerjaan di rumah (seperti mengasuh anak, memasak, dll) memakan banyak waktu dan tenaga, namun dia tidak mau membantu isterinya karena jenis – jenis pekerjaan tersebut dianggap “pekerjaan perempuan” di daerahnya.
Mempertahankan atau tidak mempertahankan sikap/perilaku baru Jika perubahan sikap atau perilaku berpengaruh positif, seseorang mungkin akan mempertahankan sikap atau perilaku baru tersebut. Namun jika pengalamannya negative, mungkin perubahan sikap/perilaku tersebut tidak akan dipertahankan.
29
Modul 3 Topik: Fasilitasi dan Pembelajaran
Peserta memahami dan menyadari: 1. Berbagai pendekatan dalam fasilitasi 3. Berbagai metode fasilitasi dalam PNPM Mandiri Perkotaan
Kegiatan 1: Ceramah dan tanya jawab pendekatan fasilitasi Kegiatan 2: Permainan tiupan kapas : membangun kelompokl Kegiatan 3: Berlatih Membuat Pertanyaan Kegiatan 4: Diskusi Kelas Media Pembelajaran Kegiatan 5 : Diskusi Kelompok Berbagai Metode Pembelajaran
5 Jpl ( 225 ’)
1. Pendekatan dalam fasilitasi 2. Strategi Pembelajaran 3. Teknik Bertanya 4. Mendengar dan ‘Mendengarkan’ 5. Penggunaan Media 6. Beberapa Media Sebagai Alat Bantu Pembelajaran 7. Metode Pembelajaran
• Kerta Plano, metaplan • Kuda-kuda untuk Flip-chart • Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
30
Ceramah dan Tanya Jawab Pendekatan Fasilitasi 1) Buka pertemuan dengan salam dan jelaskan bahwa kita memasuki Modul kedua dari Tema Teknik Fasilitasi yaitu Fasilitasi dan Pembelajaran. Tujuan dari modul ini adalah : Peserta memahami dan menyadari: •
Berbagai pendekatan dalam fasilitasi
•
Proses perkembangan kelompok
•
Berbagai metode fasilitasi dalam PNPM Mandiri Perkotaan
2) Uraikan juga bahwa kita akan memulai modul ini dengan kegiatan ke-1, yaitu Ceramah dan Tanya Jawab Pendekatan Fasilitasi 3) Tanyakan kepada peserta bagaimana kira – kira mereka akan melakukan fasilitasi dalam pelaksanaan PNPM Madiri Perkotaan ? . Tuliskan jawaban peserta pada kertas plano.
Berikan penjelasan bahwa pendekatan dalam memfasilitasi ada dua yaitu pendekatan individu dan pendekatan kelompok. Pendekatan individu dilakukan dengan kunjungan rumah, ‘dialog dengan orang perorang’, dll ; pendekatan kelompok dilakukan dalam pertemuan – pertemuan kelompok baik yang sengaja dibentuk maupun dalam kelompok yang sudah ada sebelumnya.
4) Bagikan lembar kerja ( matriks ) kepada setiap peserta , mintalah mereka menganalisis kekuatan dan kelemahan dari masing – masing pendekatan tersebut. 5) Lakukan pembahasan dari hasil pengisian lembar kerja tersebut di atas. Berikan penekanan pendekatan kelompok jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan pendekatan lain. PNPM Mandiri Perkotaan mengembangkan pendampingan dengan penenkanan pada pendekatan kelompok melalui Komunitas Belajar Kelurahan, diskusi – diskusi dan musyawarah dengan masyarakat, BKM/LKM, KSM, Forum BKM/LKM dan sebagainya.
31
Permainan dan Diskusi Membangun dan Memfasilitasi Kelompok 1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memasuki kegiatan ke 2 dari Modul yang sama yaitu : Permainan Membangun dan Memfasilitasi Kelompok. dan apa yang akan dicapai melalui kegiatan belajar ini; 2) Jelaskan kepada peserta, bahwa mereka permainan ‘Meniup Bola Kapas’.
dibagi ke dalam 2 kelompok untuk melakukan
3) Jelaskan kepada peserta aturan main dalam permainan ini (lihat LK - Petunjuk Permainan ‘Meniup Bola Kapas’ ). 4) Setelah permainan selesai ajak peserta untuk merefleksikan pengalamannya dalam melakukan permainan tadi . hubungkan hasil refleksi dengan proses pembentukan kelompok dan dinamika kelompok . 5) Berikan penegasan
Proses pembentukan kelompok : Identifikasi kebutuhan , penekanan bahwa kepentingan dan kebutuhan yang sama dapat menjadi pengikat dan menjadi sebab terbentuknya kelompok. Musyawarah pembentukan kelompok. Dalam pertemuan ini harus dihadirkan pihak – pihak yang berkepentingan . Dalam pertemuan ini diharapkan dihasilkan kesepakatan untuk membentuk kelompok. Menentukan tujuan dan rencana kegiatan untuk mencapai tujuan. Pelaksanaan kegiatan. Pemantauan dan evaluasi
.
32
Dinamika kelompok Jelaskan kepada peserta dengan mengulas proses permainan tadi mengenai : Faktor yang dapat menyatukan kelompok, yaitu : o Kerjasama, biasanya akan terjadi apabila angota kelompok memiliki kesamaan pandangan, kesamaan kepenting, kesamaan kebutuhan dan masalah, dan kesamaan tujuan. o Apabila para anggota kelompok berusaha menghilangkan batas – batas yang membedakan di antara mereka. Faktor yang bisa memecah belah kelompok : o Peraingan yang tidak sehat, biasanya kalau ada anggota kelompok ingin bersaing, maka dia akan berupaya agar dirinya mempunyai kesempatan lebih dulu dan dia akan mendominasi. o Konflik yang meruncing, yaitu pertentangan dua pihak atau lebih yang mengarah kepada pertikaian.
Jadi di dalam kelompok yang kita fasilitasi bisa terjadi kerjasama atau konflik, fasilitasi yang dilakukan oleh fasilitator adalah fasilitasi untuk membangun kerjasama dalam kelompok. Membangun kerjasama artinya membangun komunikasi dialogis di antara anggota kelompok (warga masyarakat) sehingga tumbuh saling pemahaman, berbagi informasi dan nilai – nilai di anatara mereka. Oleh karenanya teknik fasilitasi yang dikembangkan memakai pendekatan pembelajaran partisipatif dengan komunikasi yang partisipatif pula.
6) Jelaskan kepada peserta, dalam memfasilitasi proses pembelajaran di masyarakat kita harus mempertimbangkan karakteristik peserta (warga belajar) baik dari tingkat pendidikan, kemampuan baca tulis, latar belakang sosial ekonomi, mata pencaharian, usia, jenis kelamin dan sebagainya. 7) Mintalah peserta untuk membaca ”Strategi Pembelajaran” yang ada dalam Bahan Bacaan Modul, kemudian mintalah sukarelawan untuk menjelaskan tahapan (strategi) pembelajaran secara umum. 8) Bahas dan refleksikan bersama.
Berlatih Membuat Pertanyaan 1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan membahas kegiatan 3 dalam modul ini yaitu berlatih membuat pertanyaan dalam memfasilitasi. 2) Ingatkan kepada peserta bahwa sesuai fungsinya orang yang memfasilitasi akan lebih banyak memberikan ’pertanyaan’ kepada peserta bukan ’pernyataan’. Pertanyaan – pertanyaan yang dilontarkan haruslah merangsang daya pikir peserta. 3) Jelaskan bahwa sekarang kita akan mencoba berlatih untuk membuat daftar pertanyaan berdasarkan kepada daur belajar dari pengalaman (pengalaman berstruktur). Ingatkan kembali kepada tahapan daur belajar dari pengalaman. Kasus yang akan dibahas adalah memfasilitasi kelompok perempuan untuk mendiskusikan permasalahan kemiskinan yang dialami oleh warga. Bagilah peserta menjadi 3 kelompok, kemudian mintalah kepada : •
Masing – masing anggota kelompok 1 untuk menuliskan daftar pertanyaan – pertanyaan untuk membantu warga (kelompok perempuan) untuk MENGUNGKAPKAN pengalaman – pengalaman kemiskinan yang dihadapi mereka. Dalam kartu metaplan, satu kartu untuk satu pertanyaan.
•
Masing – masing anggota kelompok 2 menuliskan daftar pertanyaan untuk membantu warga (komunitas perempuan) MENGANALISA apa yang menjadi faktor penyebab kemiskinan yang terjadi pada mereka.
33
•
Masing – masing anggota kelompok 3 menuliskan daftar pertanyaan untuk membantu warga (komunitas perempuan) untuk MENYIMPULKAN hasil dari pembahasan yang dilakukan mengenai kemiskinan yang dialami mereka.
4) Tempelkan kartu – kartu metaplan tersebut berdasarkan kelompok kemudian bahas bersama 5) Refleksikan bersama, pakailah bahan bacaan ”Teknik Bertanya” dan ’Mendengar dan Mendengarkan’ sebagai acuan
Kegiatan 4
Diskusi Kelas : Media Pembelajaran 1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memulai kegiatan 4 dalam modul ini, yaitu membahas media pembelajaran yang biasa digunakan untuk mempermudah proses fasilitasi. 2) Ingatkan kepada peserta bahwa pada dasarnya proses fasilitasi adalah proses komunikasi, pada pembahasan dasar – dasar komunikasi sudah dibahas bahwa media memegang peranan penting untuk mempermudah proses komunikasi. Tanyakan kepada peserta media – media pembelajaran apa saja yang selama ini dikenal oleh mereka ?. Tuliskan jawaban peserta dalam kertas plano. 3) Ajaklah peserta untuk menganalisa fungsi setiap media (gunakan tabel di bawah ini sebagai alat bantu) • Membantu memudahkan penjelasan? • Dapat mendorong/merangsang diskusi? • Membuat kegiatan belajar jadi lebih menarik? • Mengurangi terlalu banyak tulisan/teks yang membosankan? • Menyajikan gambar – gambar yang menggugah perasaan? • Memperlihatkan hal – hal yang sulit dibaw atau diperhatikan? • Pesan menjadi lebih mudah diingat? • Merangsang partisipasi peserta?
Jenis Media
Fungsi
4) Perkaya jenis – jenis media dengan pengetahuan yang dipunyai oleh pemandu dan analisa juga fungsinya. 5) Refleksikan hasil pembahasan bersama, beri penegasan oleh pemandu apabila diperlukan.
34
Media yang dipilih untuk kegiatan belajar harus sesuai dengan tujuan belajar yang ingin dicapai. Tetapi selain memilih media yang tepat, perlu juga diperhatikan cara menggunakan media secara baik dan benar. Sebab bentuk media apapun yang digunakan meskipun dirancang dengan baik, tanpa difasilitasi dengan baik proses diskusinya , media tersebut tidak akan menghasilkan dampak seperti yang diharapkan. Untuk itu keterampilan memfasilitasi diskusi dengan menggunakan media merupakan faktor yang menentukan bagi pengguna media.
Kegiatan 5
Diskusi Kelompok Berbagai Metode Pembelajaran 1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memasuki kegiatan ke 5 dari Modul Fasilitasi dan Pembelajaran yaitu membahas metode pembelajaran. 2) Ajak peserta untuk curah pendapat merumuskan daftar jenis – jenis metode pembelajaran yang biasa dipakai dalam pembelajaran masyarakat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka. Tulis tiap jawaban peserta pada kertas plano .
Metode pembelajaran : Brainstorming ( curah pendapat ), ceramah, tanya jawab, diskusi kelompok, diskusi pleno, penugasan/praktek, permainan, bermain peran, analisis situasional dan simulasi, dll (lihat Bahan Bacaan 1).
3) Bagi peserta menjadi 3 kelompok, beri tugas tiap kelompok untuk membahas tujuan, kelebihan dan kekurangan dari 3 jenis metode pembelajaran yang telah dirumuskan bersama. 4) Setelah selesai diskusi kelompok, minta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. 5) Bahas dan refleksikan bersama peserta hasil pleno kelas dan berikan penegasan dari pemandu apabila diperlukan.
•
Dalam pemilihan metode pambelajaran , fasilitator perlu memilih metode yang memungkinkan warga belajar mengalami 4 tahap proses belajar ( pengalaman nyata, pengamatan dan refleksi, konseptualisasi, penerapan/ujicoba), dan mempraktekan metode tersebut dalam sebuah proses belajar yang menyenangkan.
•
Untuk dapat memilih metode yang tepat fasilitator perlu mengetahui karakteristik dan ranah belajar dari setiap metode.
35
Metode
Ranah belajar
Wawancara/tanya jawab Curah pendapat Ceramah Diskusi kelompok Diskusi kelompok terfokus (FGD) Penugasan/praktek Permainan Bermain peran Analisis situasional Kunjungan silang Simulasi
Pengetahuan 9 9 9 9 9
Sikap
Keterampilan
9 9 9 9 9
9 9
Setiap metode balajar tidak bisa berdiri sendiri, kombinasi antar metode akan membuat proses belajar semkin menarik dan tidak membosankan. Pemilihan metode juga harus berdasarkan beberapa pertimbangan :
36
Kesesuaian dengan tujuan yang ingin dicapai. Fasilitator mampu menjalankan metode tersebut. Warga belajar mampu melibatkan diri dalam metode tersebu.t Murah, artinya tidak terlalu memakan alat bantu yang banyak. Besarnya kelompok yang difasilitasi. Ketersediaan waktu
LK 1– Fasilitasi dan Pembelajaran Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan “Ceramah dan Tanya Jawab Pendekatan Fasilitasi” Pendekatan Fasiltiasi
Kekuatan
Kelemahan
Pendekatan Individu
Pendekatan Kelompok
37
.
LK 2 – Fasilitasi dan Pembelajaran Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan “Permainan Membangun Kelompok” “ Permainan Meniup Bola Kapas “ Permainan ini untuk menciptakan sebuah tim kerja, untuk mendorong perencanaan dan untuk menyemangati peserta untuk berpikir analitis. Langkah – langkah : 1) Peserta dibagi menjadi empat kelompok (sekitar lima anggota dalam setiap kelompok) 2) Setiap tim diberi sebuah bola kecil terbuat dari kapas. Bola kapas tersebut ukuran dan beratnya lebih kurang sama. 3) Setiap tim harus menunjuk seorang pengamat yang akan mengawasi dan mencatat tentang bagaimana kelompok ini bermain. Si pengamat ini tidak ikut bermain dalam permainan. Dia harus mencatat hal – hal yang menyebabkan keberhasilan atau kegagalan mereka dalam permainan ini. Contohnya, peran yang jelas dari setiap anggota. 4) Tugas kelompok : (1) Menjaga bola kapas tetap melayang.; (2) setiap tim diberi waktu 5 menit untuk berdiskusi di antara mereka tentang bagaimana agar bola kapas tetap terapung di udara.; (3) Semua akan memulai permainan pada waktu yang sama. Waktu permainan 5 menit; (4) Siapa saja yang berhasil paling lama menjaga bola kapas tetap melayang di udara dialah pemenangnya; (5) Permainan ini bisa dimainkan sampai beberapa putaran. 5) Setelah permainan selesai tiap pengamat dari masing-masing kelompok tadi menyampaikan hasil pengamatan mereka 6) Peserta kemudian harus menjawab pertanyaan tersebut di bawah ini : Bagaimanakah perasaan peserta melakukan permainan ini ? Bagaimanakah Kelompok dapat membuat bola kapas melayang di udara ? Apakah ada anggapan yang mengira kalau tidak mampu membuat bola kapas terus
melayang di udara ? Mengapa ?
38
LK 3 Fasilitasi dan Pembelajaran Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan Diskusi Kelompok Berbagai Metode Pembelajaran 1) Peserta mengikuti curah pendapat untuk merumuskan daftar jenis – jenis metode pembelajaran yang biasa dipakai dalam pembelajaran masyarakat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka. Jawaban peserta ditulis pada kertas plano . 2) Bagi peserta menjadi hanya 3 kelompok, tiap kelompok membahas tujuan, kelebihan dan kelemahan dari 3 jenis metode pembelajaran yang telah dirumuskan bersama. 3) Setelah selesai diskusi kelompok, tiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
39
BEBERAPA JENIS MEDIA SERTA KEKUATAN DAN KELEMAHANNYA Jenis Media Kaset Rekaman
Film Slide
Kelebihan
Kurang efektif untuk digunakan peserta yang jumlahnya lebih dari 15 orang; ¾ Pesan yang disampaikan terbatas, karena masa tayang dan konsentrasi pendengar juga terbatas.
¾ Bisa merangsang minat dan menarik perhatian warga belajar; ¾ Efektif untuk kelompok sedang (20-25 orang); ¾ Pesan yang disampaikan dapat lebih terperinci
¾ Memerlukan peralatan khusus untuk menggunakannya; ¾ Penayangan terbatas karena konsentrasi penonton juga terbatas.
Poster
Slide 3
40
¾Kurang efektif untuk khalayak yang jumlahnya lebih dari 10 orang.
Alat Peraga
¾
Bisa dipercaya, karena barangnya terlihat nyata; ¾ Bisa dikenali dan mudah diingat, karena bisa dilihat, dipegang, dan dirasakan; ¾ Alat peraga yang mengguna-kan bahan setempat, akan lebih murah dan mudah diperoleh; ¾Tidak memerlukan keterampilan baca-tulis.
¾
Untuk alat peraga yang ukurannya besar atauterlalu kecil menjadi tidak praktis; ¾ Mudah hilang.
Slide 2
Jenis Media Komik-Strip/ Totonovela
Kelemahan
Pesan yang disampaikan dapat lebih terperinci; ¾ Dapat menarik perhatian khalayak; ¾ Tidak membutuhkan keterampilan baca-tulis.2
¾
Slide 1
Kelebihan ¾
Kelemahan
Pesan yang disampaikan dapat dibuat lebih menarik karena dapat dibuat secara percakapan sesungguhnya; ¾ Dapat merangsang minat dan perhatian warga belajar; ¾ Komunikasi bisa dua arah; ¾ Mudah dibawa dan dipindah-tempatkan ¾
Jenis Media Lembar Balik
Kelebihan
Kelemahan
Lebih menarik dan mudah dicerna dibandingkan dengan media cetak lainnya; ¾ Mudah dibawa dan disebarluaskan; ¾ Dapat digunakan untuk perseorangan sampai kelompok cukup besar.
Membutuhkan alat dalam pengembangannya (kamera); ¾ Membutuhkan keterampilan baca tulis.
¾ Dapat menarik perhatian warga belajar; ¾ Dapat dibuat dalam waktu relatif singkat.
¾ Pesan yang disampaikan terbatas; ¾ Perlu keahlian untuk menafsirkan; ¾ Beberapa poster perlu keterampilan baca-tulis.
¾
¾
Jenis Media
Kelebihan
Kelemahan
Poster Seri
¾
Mudah dibawa dan disebarluaskan; ¾ Tidak memerlukan keterampilan baca-tulis; ¾ Dapat merangsang diskusi.
Perlu keterampilan untuk menafsirkan gambar.
Cerita Boneka
¾ Tidak memerlukan keterampilan baca tulis; ¾ Dapat merangsang minat khalayak.
¾ Perlu keterampilan khusus bagi pembawa cerita; ¾ Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pembuatannya.
Buklet
¾ Pesan yang disajikan lebih lengkap; ¾ Mudah dibawa dan disebarluaskan.
¾ Membutuhkan keterampilan baca-tulis; ¾ Proses pengembangan cukup lama.
Slide 4
¾
Jenis Media
Kelebihan
Kelemahan
Foto
¾
Tidak memerlukan keterampilan baca-tulis; ¾ Dapat merangsang minat karena memperlihatkan hal sesungguhnya; ¾ Mudah dibawa dan disebarluaskan.
Membutuhkan alat dalam pengembangannya (kamera); ¾ Hanya efektif untuk kelompok kecil atau sedang.
Leaflet
¾ Proses pengembangan relatif cepat; ¾ Efektif untuk pesan yang singkat dan padat; ¾ Mudah dibawa dan disebarluaskan.
¾ Memerlukan keterampilan baca-tulis; ¾ Mudah hilang dan rusak; ¾ Pesan yang disampaikan terbatas.
¾
Slide 5
41
PENDEKATAN DALAM FASILITASI Marnia Nes
Dalam melaksanakan fasilitasi untuk program pemberdayaan masyarakat, ada 2 pendekatan yang biasanya dilakukan, yaitu pendekatan individu/perorangan dan pendekatan kelompok.
Pendekatan Individu Pendekatan ini dilakukan dengan cara mengunjungi orang perorang dalam memberikan fasilitasi. Walaupun pendekatan ini mempunyai beberapa keuntungan, tetapi juga memilki beberapa kelemahan, seperti : • Membutuhkan biaya, waktu dan tenaga yang tidak sedikit • Membutuhkan lebih banyak tenaga fasilitator di lapangan. Sedangkan keuntungannya adalah : • Umpan balik dari masyarakat bisa langsung diterima • Lebih mudah memperbaiki kesalahan – kesalahan yang terjadi pada tingkat lapangan/praktis • Tindak lanjut dari perilaku masyarakat dapat dipantau dan dimotivasi dengan lebih efisien.
Pendekatan Kelompok Dalam pendekatan ini penyampaian informasi dan proses fasilitasi dilakukan melalui kelompok – kelompok yang sengaja dibentuk untuk tujuan tertentu. Dipandang dari segi komunikasi, pendekatan kelompok ini jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan pendekatan lain. Keuntungan pendekatan kelompok : • • • •
Anggota kelompok yang satu dan yang lain dapat saling memberi dan menerima informasi. Lebih menghemat biaya, tenaga dan waktu. Masalah yang dihadapi terasa lebih ringan karena dipikul bersama oleh kelompok. Apabila kegiatan yang ada memerlukan biaya/modal akan lebih ringan dibanding dengan dipikul oleh masing-masing orang.
Dengan kata lain pembentukan kelompok akan lebih mampu mengoptimalkan kegiatan fasilitasi yang dilakukan. Sedangkan kelemahan dari pendekatan ini adalah : • •
Keberhasilan penyadaran kritis masyarakat dapat sangat tergantung kepada berhasil tidaknya kelompok terbentuk. Pembentukan kelompok di masyarakat, juga membutuhkan keterampilan dan kesabaran.
Proses pembelajaran dalam PNPM Mandiri Perkotaan lebih menekankan fasilitasi melalui kelompok seperti Komunitas Belajar Kelurahan, kelompok relawan , BKM/LKM , KSM dan kelompok lainnya.
42
Proses Pembentukan dan Perkembangan Kelompok Identifikasi kebutuhan Masyarakat akan tertarik untuk mengembangkan suatu kelompok apabila dirasakan ada kepentingan dan kebutuhan yang sama. Kelompok sasaran harus diyakinkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan tersebut lebih mudah dicapai dengan cara berkelompok daripada dilakukan sendiri. Jadi kepentingan dan kebutuhan yang sama dapat menjadi pengikat dan menjadi sebab terbentuknya kelompok. Untuk itulah mengapa identifikasi kebutuhan merupakan langkah pertama yang sangat penting kalau kita mau mengembangkan kelompok. Identifikasi kebutuhan sebaiknya dilakukan secara partisipatif, artinya kelompok sasaran diajak serta untuk merumuskan dan menilai kebutuhannya, supaya mereka mengetahui alasan pembentukan kelompok dan mereka sendiri yang mengambil keputusan dibentuk tidaknya kelompok. Musyawarah Pembentukan Kelompok Hasil identifikasi kebutuhan dibahas dalam pertemuan yang diadakan khusus untuk membahas pembentukan kelompok. Dalam pertemuan ini dihadirkan pihak-pihak yang berkepentingan dimana sebaiknya setiap pihak harus terwakili. Dalam pertemuan ini diharapkan dihasilkan suatu kesepakatan untuk membentuk kelompok. Apabila kesepakatan telah dicapai, biasanya pembahasan dilanjutkan untuk merumuskan tujuan kelompok secara lebih mendalam. Perencanaan Kegiatan Tahap selanjutnya adalah perancanaan kegiatan yang didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai. Dalam perencanaan kegiatan bisa dikembangkan kegiatan – kegiatan yang akan dilaksanakan, siapa yang akan melaksanakan, cara/metode pelaksanaan, sumberdaya yang dapat dipergunakan serta waktu pelaksanaannya. Pada tahap ini akan berkembang suatu sistem di dalam kelompok yang berdasarkan kepada tugas dan fungsi masing – masing anggota. Biasanya pembagian tugas tersebut dilakukan berdasarkan kecakapan dan keterampilan masing-masing anggota. Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan yang dilakukan berpatokan pada hasil perencanaan sebelumnya. Masing-masing anggota melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan tanggungjawab yang telah disepakati bersama. Berkas perencanaan yang telah dikembangkan, dijadikan alat monitoring bersama, dimana anggota kelompok dapat mengetahui langkah – langkah kegiatan yang harus dilakukan pada suatu waktu. Pemantauan dan Evaluasi Dalam pelaksanaan kegiatan tidak selamanya berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Kebutuhan masing – masing anggota juga akan semakin berkembang. Untuk itu perlu diadakan pematauan secara berkala untuk mengetahui apakah kegiatan berjalan sesuai dengan yang direncanakan atau tidak; serta untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan. Hasil pemantauan dibahas dalam evaluasi yang waktunya disepakati oleh semua anggota kelompok. Dari hasil pemantauan dan evaluasi ini bisa dipakai sebagai acuan untuk perencanaan selanjutnya. Biasanya lambat laun akan berkembang tujuan-tujuan tambahan. Apabila tujuan ini tidak menyimpang dari tujuan utama kelompok maka biasanya tujuan tersebut dapat memperkokoh kehidupen kelompok.
43
Dinamika Kelompok Di dalam kelompok para anggota akan berhubungan/berinteraksi antara anggota yang satu dengan yang lainnya. Dinamika kelompok yang dapat menyebabkan persatuan atau perpecahan kelompok, tergantung bagaimana bentuk interaksinya. Faktor yang Bisa Menyatukan Kelompok Kerjasama. Biasanya kerjasama akan terjadi apabila para anggota kelompok memiliki kesamaan pandangan, kesamaan kepentingan, kesamaan kebutihan dan masalah, dan kesamaan tujuan. Kerjasama juga bisa terjadi akibat tekanan dari luar kelompok, misalnya : merasa terancam oleh seseorang atau kelompok lainnya, menghadapi perlombaan dan sebagainya.
Apabila para anggota kelompok berusaha menghilangkan batas – batas yang membedakan di antara mereka dan berusaha untuk menyamakan sikap – sikap untuk mencapai suatu kesatuan.
Faktor yang Bisa Memecahbelah Kelompok : Persaingan yang tidak sehat. Biasanya jika anggota kelompok ingin memenangkan persaingan dengan cara yang tidak sehat, meskipun tidak menggunakan kekerasan maupun ancaman, maka anggota kelompok tersebut berupaya agar dirinya selalu memperoleh kesempatan lebih dulu. Kecenderungan anggota kelompok ini biasanya mengarah pada hal – hal dominasi. Misal anggota kelompok berusaha untuk menarik perhatian Ketua RW, supaya lebih dianggap penting dan diperhatikan dibandingkan dengan anggota lainnya.
Konflik yang meruncing, yaitu pertentangan antar dua pihak atau lebih, yang telah mengarah pada pertikaian. Seseorang atau sebagian orang bisa saja ingin mencapai keinginan demi kepentingannya sendiri dengan cara mengancam pihak lain melalui kekerasan atau ancaman usaha untuk memaksakan kehendak anggota kepada anggota lainnya merupakan sumber konflik yang meruncing dalam kelompok.
Kontravensi yaitu merupakan transisi/peralihan dari persaingan yang tidak sehat menuju konflik yang meruncing. Misal : penolakan berupa protes, menyangkal pernyataan anggota lain, mencerca, menghasut, memfitnah.
Faktor yang Mempengaruhi Dinamika Kelompok Kelompok yang dinamis adalah kelompok dimana hubungan di antara anggotanya menumbuhkan persatuan dan kerjasama. Faktor yang mempengaruhi kedinamisan kelompok meliputi tujuan kelompok, struktur kelompok, fungsi dan tugas, pembinaan, suasana, tekanan, kesatuan dan efektivitas kelompok.
Tujuan Kelompok Apakah tujuan kelompok searah, netral atau bertentangan dengan tujuan masing – masing anggotanya?. Tujuan yang bertentangan sangat tidak diharapkan dan dapat menimbulkan masalah dalam kelompok. Kejelasan tujuan juga berpengaruh terhadap kedinamisan suatu kelompok. Tujuan yang tidak jelas sering menimbulkan tidak dinamisnya suatu kelompok.
44
Struktur Kelompok Yakni bagaimana kelompok mengatur dirinya sendiri berdasarkan peran dan tugasnya dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Apakah pengambilan keputusan berpusat di satu atau beberapa orang ataukah keputusan diambil secara musyawarah dengan melibatkan semua anggota kelompok Bagaimana pembagian tugas dan tanggungjawab di antara anggota kelompok. Bersamaan dengan terjadinya struktur dalam kelompok maka akan terjadi norma – norma kelompok.
Norma kelompok yaitu cara – cara tingkah laku yang diharapkan dari semua anggota kelompok. Norma kelompok memberi pedoman mengenai tingkah laku mana yang dapat diterima oleh kelompok dan mana yang tidak . .
Fungsi Tugas Yakni apa yang seharusnya dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan.
Anggota kelompok sebaliknya selalu mendapatkan informasi baru agar bisa meningkatkan metode dan keterampilan baru untuk mencapai tujuannya. Adanya koordinasi yang baik sehingga dapat dicegah adanya kesimpangsiuran. Komunikasi yang baik harus selalu dijaga. Kelompok, terutama pengurus dapat menjelaskan hal-hal tertentu kepada anggotanya, jika anggota mengahdapi situasi yang membingungkan.
Pembinaan Kelompok Yaitu suatu usaha untuk menjaga kehidupan kelompok Mengusahakan adanya kegiatan yang melibatkan seluruh anggota kelompok. Menyediakan fasilitas yang diperlukan Melakukan koordinasi, pemantauan dan menjaga lancarnya suasana komunikasi Diusahakan agar para anggota merasa betah dan merasa memiliki agar mereka tidak meninggalkan kehidupan kelompok.
Kesatuan Kelompok Yakni adanya rasa keterikatan yang kuat di antara para anggota terhadap kelompok. Tingkat rasa keterikatan yang berbeda – beda menyebabkan adanya tingkat kesatuan kelompok yang berbeda pula. Kesatuan kelompok ditentukan oleh : Perasaan memiliki. Masing – masing anggota kelompok harus saling menghargai sehingga akan terlihat bahwa kelompok itu adalah milik bersama, bukan orang tertentu saja. Jika tujuan kelompok sangat berarti bagi anggota, maka anggota kelompok akan memberikan dukungan terhadap pencapaian tujuan kelompok Perasaan memiliki tumbuh apabila anggota sadar bahwa ia berharga sebagai anggota kelompok dan ia diterima dan didukung anggota kelompokm lainnya. Perasaan berharga dan perasaan memiliki akan membuat ia menyumbangkan pikiran, tenaga maupun materi untuk kemajuan kelompoknya. 45
Suasana Kelompok Yakni keadaan, sikap dan perasaan – perasaan yang umum terdapat dalam kehidupan kelompok. Keadaan ini dapat dilihat dari sikap setiap anggota kelompok , apakah mereka bersemangat atau acuh tak acuh terhadap kondisi dan perkembangan kelompok. Suasana kelompok dipengaruhi oleh : Hubungan antar para anggotanya, apakah rukun bersahabat atau sebaliknya. Kebebasan anggota untuk berpartisipasi. Kebebasan sampai batas – batas tertentu sangat diperlukan dalam mendinamiskan kelompok. Lingkungan fisik yang menunjang kehidupan kelompok
Tekanan Kelompok Yakni segala sesuatu yang dapat menimbulkan ketegangan dalam kelompok. Adanya ketegangan perlu menumbuhkan kedinamisan kelompok, tetapi harus diingat tegangan yang terlampau tinggi akan dapat mematikan kedinamisan kelompok. Tekanan dapat berasal dari dalam maupun dari luar kelompok. Faktor
yang mempengaruhi ketegangan : Tuntutan atau keinginan anggota Sistem penghargaan dan hukuman dalam kelompok Tuntutan dan harapan dari pihak luar yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan dan kebanggaan kelompok.
Effektivitas Kelompok Kelompok yang efektif akan meningkatan atau mempertahankan kedinamisan kelompok, sebaliknya kelompok yang dinamis akan meningkatkan efektivitas kelompok. Efektivitas kelompok dapat dilihat dari keberhasilan kelompok dalam mencapai tujuannya, semangat dan sikap para anggotanya (misal merasa bangga dan bahagia apabila bersatu dengan kelompok), dan kepuasan anggota karena tujuan pribadinya berhasil dicapai dalam kelompok.
46
Kelompok yang mempunyai ikatan yang kokoh akan menumbuhkan perasaan saling menghargai dan sikap tolong menolong di antara anggotanya. Dengan tumbuhnya keadaan tersebut akan menimbulkan kesetiakawanan (solidaritas) antara anggota kelompok.
Solidaritas yang tinggi di kelompok tergantung pada tingkat kepercayaan anggota – anggotanya terhadap kemampuan teman – temannya dalam melaksanakan tugasnya dengan baik. Keperrcayaan tersebut biasanya didasarkan pada pengalaman – pengalaman kelompok dalam mengahdapi dan memecahkan masalah.
Strategi Pembelajaran/Fasilitasi Partisipasi ( Dari Buku “ Teknik Fasilitasi Partisipatif Pendampingan Masyarakat”, Pe-PP Bappenas –UNDP) Strategi pembelajaran adalah pendekatan yang digunakan agar tujuan dan materi belajar bisa tercapai. Setiap fasilitator dapat merancang proses pembelajarannya masing – masing, sesuai dengan profil dan karakteristik dari peserta belajarnya. Profil belajar peserta mencakup antara lain : tingkat pendidikan, kemampuan baca – tulis, latar belakang sosial ekonomi, mata pencaharian, tingkat usia, jenis kelamin dan sebagainya. Tetapi, secara umum, strategi pembelajaran itu biasanya sebagai berikut : Dari materi yang sederhana menuju ke yang kompleks (rumit). Misalnya menceritakan tentang cara – cara produksi keripik baru mendiskusikan alur produksi dan pemasaran hasilnya, membicarakan satu jenis penyakit, baru membicarakan penyebabnya, dan akhirnya sistem pelayanan kesehatan dan keterlibatan warga dalam kebijakan pelayanan kesehatan. Dari materi yang cukup dikenal ke materi yang baru. Misalnya mengajak masyarakat mendiskusikan kegiatan yang dilakukan pemerintah desa sehari – hari, baru menyampaikan dan mengajak diskusi peraturan pemerintah desa yang baru terbit, mulai mendiskusikan tugas dan peran ibu dan bapak sehari – hari sampai memperkenalkan wacana gender dan kesetaraan hak. Dari materi yang mudah menuju ke yang sulit. Misalnya mengajak masyarakat belajar keterampilan praktis untuk kebutuhan keluarga, kemudian mendiskusikan pengembangannya sebagai usaha alternatif dengan melakukan analisis biaya usaha dan peluang pemasaran. Mulai dari diskusi kasus – kasus kesehatan umum, sampai ke pembahasan kesehatan reproduktif dan pembahasan kebijakan yang belum mendukung hak perempuan mengenai kesehatan reproduktif. Dari materi yang operasional, pengalaman praktis, realita sehari – hari, menuju ke yang abstrak, konsep, teori. Misalnya mengajak masyarakat mendiskusikan suatu sengketa yang terjadi di kelurahannya, kemudian ditarik ke konsep mekanisme penyelesaian sengketa, bahkan dikaitkan dengan adanya kebijakan mengenai penyelesaian sengketa. Mengajak masyarakat mendiskusikan proses pemilihan kepala desa yang akan/sudah dilaksanakan sampai kepada wacana demokrasi desa.
47
Teknik Bertanya Marnia Nes Agar proses fasilitasi berhasil, fasilitator harus mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang. Sebagai acuan dalam diskusi penting dilakukan untuk membuat daftar pertanyaan kunci supaya proses diskusi tidak melebar kemana – mana. Dalam pelaksanaan juga perlu diperhatikan karakteristik peserta supaya kita dapat mengatasi peserta – peserta yang ‘sulit’ (dominan, diam saja, ngobrol sendiri dan sebagainya). Anggapan banyak pihak, keterampilan yang paling dibutuhkan untuk memfasilitasi adalah “pandai berbicara” padahal keterampilan yang sangat penting dimiliki oleh seorang fasilitator adalah mendengarkan dan bertanya. Bertanya, adalah keterampilan yang mutlak harus dikuasai oleh fasilitator, karena hakekat dari fasilitasi dan komunikasi partisipatif adalah menggali – dengan pertanyaan – pengalaman peserta dan membantu proses agar peserta bisa menganalisa sendiri masalah – masalah yang dihadapi dan menemukan jalan pemecahannya. Tidak jarang ditemui – biasanya terjadi pada fasilitator pemula – fasilitator panik dan bukannya menggali pemahaman peserta akan tetapi malah menyimpulkan dan berceramah berdasarkan pengetahuannya dengan mengatasnamakan pengalaman belajar para peserta. Di lain pihak fasilitator juga seiringkali tidak sabar untuk “menunggu ” peserta berpikir dan mendengarkan peserta dalam mengungkapkan isi pikirannya. Agar peserta bisa mengungkapkan isi pikirannya, dan fasilitator konsentrasi mendengarkan yang diungkapkan peserta maka kita perlu dibantu oleh beberapa pertanyaan. Pertanyaan itu akan membuat peserta lain dan kita lebih mengerti makna yang ingin diungkapkan oelh si pembicara.
Teknik bertanya Teknik bertanya dalam proses fasilitasi sebenarnya sederhana, yang paling penting harus tetap mencerminkan komunikasi yang dialogis dan multi arah sehingga proses diskusi bukan hanya milik fasilitator akan tetapi milik para peserta diskusi. Artinya fasilitator harus memberikan ruang kepada peserta untuk megungkapkan pendapat dan pengalamannya. Secara teknis sebaiknya diperhatikan agar : 1) setiap pertanyaan yang diajukan tidak panjang lebar – singkat dan jelas, jika perlu ulangi sampai peserta merasa jelas, terutama jika pertanyaan tersebut hanya ditujukan pada peserta tertentu. 2) Usahakan jangan sampai peserta “gelagapan” atau malah gugup menjawabnya, maka hindari pertanyaan – pertanyaan yang bersifat tendensius apalagi dengan gaya bertanya yang menghakimi. 3) Tidak terjadi debat kusir apabila ada pertanyaan dari peserta dilempar kepada peserta lainnya.
48
Contoh jenis – jenis pertanyaan yang paling sering digunakan Pertanyaan Ingatan Di mana anda mengalami? ∗ Kapan hal itu terjadi ∗ Apakah kejadian seperti itu pernah terjadi pada diri anda? Dengan pengalaman ini, apakah bisa diakitkan dengan pengalaman anda sebelumnya? ∗
∗
Pertanyaan Pengamatan ∗ Apa yang sedang terjadi? ∗ Apakah anda melihatnya?
∗
Pertanyaan Analitis ∗ Mengapa perbedaan itu terjadi? Bagaimana akibat kegiatan ini terhadap perilaku kelompok? Pertanyaan Hipotetik (memancing praduga) ∗ Apa yang akan terjadi jika .... ? ∗ Kemungkinan apa akibatnya seandainya ...... ?
∗ ∗
Pertanyaan Pembanding ∗ Siapakah dalam hal ini yang benar? Mana yang anda anggap paling tepat antara .... dan ..... ?
Pertanyaan Proyektif (Mengungkap ke depan) Coba bayangkan seandainya anda menghadapi situasi seperti itu, apa yang akan anda lakukan?”
Sumber : Mansour Fakih,dkk; Pendidikan Popular Membangun Kesadaran Kritis Apapun bentuk dan jenis pertanyaannya, semuanya mengacu pada pertanyaan pokok, APA, SIAPA,DIMANA,MENGAPA,KAPAN dan BAGAIMANA. Bila dihubungkan dengan tahapan dalam daur belajar pengalaman berstruktur (daur belaja POD), maka kunci – kunci pertanyaan yang biasa dipakai adalah : Mengungkapan ; 1) mengungkapkan fakta biasanya memakai kata tanya : APA, SIAPA, DIMANA dan KAPAN ; 2) Mengungkapkan fakta atau pendapat (opini) bisanya memakai kata kunci BAGAIMANA; 3)mengungkapkan apa yang nyata – nyata terjadi dan dialami peserta memakai kata kunci APA, SIAPA, DIMANA dan KAPAN selin itu juga jenis – jenis ’pertanyaan ingatan’ dan ’pengamatan’ banyak digunakan dalam tahap ini. Menganalisa dan kesimpulan menggunakan kata kunci BAGAIMANA dan MENGAPA. Jenis pertanyaan ’analitik’ , hipotetik’ dan ’pembanding’ juga lebih banyak digunakan. Jenis pertanyaan ’proyektif lebih tepat digunakan pada tahap kesimpulan. Acuan Pustaka ∗ Tim Pe-PP; Teknik Fasilitasi Partisipatif Pendampingan Masyarakat; Bappenas – UNDP, Jakarta 2007 ∗ Mansour Fakih dkk; Pendidikan Popular Membangun Kesadaran Kritis; INSIST – Pact 2001
49
Mendengar dan “Mendengarkan” (Dari Teknik Fasilitasi Partisipatif Pendampingan Masyarakat, Tim Pe-PP) Apakah bedanya mendengar dan ”mendengarkan”?. Apakah bedanya menggambar dan ”menggambarkan”?. Mendengar yang pertama adalah memasukkan suara ke telinga, sedangkan mendengar yang kedua (mendengarkan) adalah mengolah suara yang masuk ke telingan menjadi lebih bermakna. Menggambar yang pertama adalah kerja teknis tangan kita dengan pinsil atau alat tulis di atas kertas, sedangkan menggambar yang kedua adalah menggambarkan bentuk yang bermakna. Untuk mendengar secara lebih bermakna, kita dibantu sejumlah pertanyaan. Pertanyaan itu membuat kita lebih mengerti makna dari pernyataan atau ucapan dari si pembicara. Ketika si pembicara mengatakan ” Saya setuju bahwa ..... ”. Maka kita ajukan pertanyaan: ”Apa yang anda setuju tadi ...... ?”. Sehingga kita menjadi pendengar yang lebih baik, atau mendorong orang lain untuk mendengar secara lebih baik. Apabila terdapat peserta yang berbicara berputar – putar dan nampak tidak yakin apakah penjelasannya ditangkap oleh audiens sehingga mengulang – ngulang dan menjadi bingung sendiri, triks paraphrasing diperlukan untuk membantu si pembicara memperjelas GAGASAN POKOK yang ingin disampaikannya. Itu juga berarti kita mendengarkan si pembicara secara lebih baik dan membantu audiens untuk mendengarkan secara lebih baik. Untuk peserta atau pembicara yang ’pelit’ bicara, atau peserta yang kesulitan menyampaikan gagasannya secara lengkap, triks ”drawing people out” diperlukan. Triksi ini dimaksudkan untuk meminta pembicara menjelaskan lagi pernyataannya dan atau mengklarifikasi, serta merumuskan kembali gagasan pokoknya. Triks ”mirroring” serupa tapi tidak sama dengan paraphrasing, karena menyampaikan kembali pembicaraan peserta tetapi dengan mengutip kembali kalimatnya secara lengkap. Jadi, fasilitator tidak menggunakan kalimatnya sendiri melainkan kalimat si peserta (si pembicara) seperti apa adanya.
Trik – Trik Mendengarkan Berikut adalah 11 macam teknik mendengarkan yang sebaiknya dimiliki fasilitator.:
Triks 1 : Membahasakan Kembali (Paraphrasing)
50
Membahasakan kembali merupakan teknik yang paling penting untuk dipelajari. Teknik ini merupakan dasar dari teknik lainnya. Teknik ini bersifat menenangkan, membuat peserta paham bahwa ucapannya dimengerti orang lain. Terutama digunakan untuk menanggapi jawaban yang berbelit dan membingungkan.
Bagaimana caranya ? Gunakan kalimat sendiri untuk membahasakan kembali jawaban warga. Kalau jawabannya pendek, bahasakan kembali secara pendek pula, jika panjang, bahasakan kembali dengan meringkasnya. Awali dengan kalimat seperti, ”Tadi ibu mengatakan ..... ” Sesudahnya perhatikan reaksi orang itu.Sertai dengan kata, misalnya : ”Apa itu yang ibu maksud ...... ”
Trik – 2 : Menarik Keluar (Drawing People Out)
Karena jawaban warga kurang lengkap, fasilitator perlu menarik keluar gagasan yang belum dikatakan. Gunakan teknik ini bila warga mengalami kesulitan menjelaskan gagasan Bagaimana caranya ?
Dahului dengan teknik membahasakan kembali. ”Tadi bapak mengatakan ...” Lanjutkan dengan pertanyaan terbuka, seperti ”Bisa lebih diperjelas?.” Ada juga cara lain. Setelah peserta selesai bicara sambut dengan kata sambung seperti, ”karena ....” atau ”jadi .....”.
Trik – 3 : Memantulkan (Mirroring)
Fasilitator berfungsi sebagai dinding, yang memantulkan kata – kata warga. Tujuannya, meyakinkan warga bahwa fasilitator mendengarkan ucapannya. Biasanya digunakan mempercepat diskusi yang lamban. Sesuai untuk memfasiltiasi proses curah pendapat. Bagaimana caranya ?
Kalau warga mengatakan satu kalimat, pantulkan kata demi kata setepattepatnya.Tidak kurang tidak lebih. Jika lebih dari satu kalimat, pantulkan kata – kata yang penting. Gunakan kata – kata warga, bukan kata – kata fasilitator. Kalau dia berkata – kata dengan menggebu – gebu, pantulkan dengan nada bicara tenang. Tujuan utamanya adalah membangun kepercayaan peserta.
Trik- 4 : Mengumpulkan Gagasan (Gathering Ideas)
Adalah teknik mendaftar gagasan secara cepat. Hanya untuk mengumpulkan dan bukan hendak mendiskusikannya. Kumpulkan gagasan dengan memadukan teknik membahsakan kembali. Agar lebih cepat, gunakan terutama teknik memantulkan. Dengan memantulkan ucapan, warga merasa didengarkan dan mereka akan ikut menyampaikan gagasan secara singkat. Biasanya dalam 3 sampai 5 kata. Jadi, kita lebih mudah menuliskannya di papan tulis.
51
Bagaimana caranya ?
Awali dengan penjelasan tugas secara singkat. Lakukan curah pendapat. Kumpulkan gagasan sebanyak – banyaknya. Tuliskan gagsaan para peserta, apapun yang nereka katakan, dengan memakai teknik memantulkan atau teknik membahasakan kembali. Jika peserta telah merasa cukup, sudahi proses ini. Berikan penghargaan terhadap semua pandangan peserta.
Triks – 5 : Mengurutkan (stacking)
Adalah semacam teknik menyusun antrian bicara, ketika beberapa orang bermaksud berbicara pada waktu bersamaan. Dengan teknik ini, setiap orang akan mendengarkan tanpa gangguan dari orang yang berebut kesempatan bicara. Karena setiap orang tahu gilirannya, tugas fasilitator menjadi lebih ringan. Bagaimana caranya ?
Fasilitator meminta mereka yang hendak bicara untuk mengacungkan tangan. Fasilitator mengurutkan giliran yang akan bicara. Fasilitator mempersilahkan peserta untuk bicara ketika tiba gilirannya. Sesudah peserta terakhir selesai bicara, fasilitator memeriksa jika ada peserta lain yang hendak bicara. Jika ada, fasilitator kembali melakukan teknik mengurutkan.
Triks-6 : Mengembalikan ke Jalurnya (Tracking)
Bayangkan bila ada liam orang yang ingin membicarakan berbagai akibat dari penumpukan sampah. Empat orang ingin menghitung biaya pengadaan kereta pengangkut sampah. Tiga orang tertarik membahas pamanfaatan sampah menjadi pupuk organik. Biasanya orang menganggap bahwa apa yang ia anggap penting seharusnya terpilih menjadi topik diskusi. Pada keadaan ini, fasilitator bertugas mengembalikan diskusi ke jalurnya Teknik ini akan menenangkan orang yang bingung karena gagasannya tidak mendapatkan sambutan dari orang lain. Bagaimana caranya ?
Mengajak warga untuk kembali pada tema awal Menyebutkan gagasan yang muncul dalam diskusi Tanyakan pada kelompok untuk memeriksa ketepatannya.
Berikut adalah contohnya :”Baiklah, nampaknya ada tiga pembahasan yang sedang berlangsung saat ini. Pembahasana pertama menyangkut akibat – akibat penumpukkan sampah.Yang kedua
52
mengenai peralatan dan kebutuhan biaya.Yang ketiga membahas tentang pemanfaatan sampah. Benarkah demikian?. Biasanya teknik ini membuat orang lebih memahami situasi diskusi. Jika ada yang mencoba menjelaskan bahwa saran dia pentng, tunjukkan perhatian. Namun, jangan bersikap pilih kasih. Tanyakan juga pendapat orang yang lain.
Triks-7 : Menguatkan (Encouraging)
Adalah teknik mengajak orang ikut terlibat dalam diskusi, tanpa membuat mereka tersiksa karena terpaksa menjadi pusat perhatian. Dalam diskusi biasanya ada peserta yang hanya duduk dan diam. Diam bukan berarti malas atau tidak mau tahu. Mereka merasa kurang terlibat. Dengan sedikit dorongan, temukan sesuatu yang menarik perhatian mereka. Teknik menguatkan terutama membantu selama tahap awal diskusi, pada saat para peserta masih menyesuaikan diri. Bagi peserta yang lebih terlibat, mereka tidak membutuhkan begitu banyak penguatan untuk berpartisipasi. Bagaimana caranya ?
”Siapa lagi yang ingin menyumbangkan gagasan?”. ”sudah ada beberapa pendapat dari perempuan, sekarang mari kita dengar pendapat dari laki – laki”. ”Kita sudah mendengar pendapat ibu Tini tentang prinsip – prinsip umum memilih kepala desa. Adakah yang ingin memberikan contoh tentang pelaksanaan prinsip tersebut?”. ”Apakah masalah ini dirasakan oleh semua yang hadir di sini?”. ”Mari kita dengar pendapat dari teman-teman yang sementara ini belum berbicara”.
Triks – 8 : Menyeimbangkan (Balancing)
Pendapat paling kuat dalam suatu diskusi seringkali datang dari orang yang mengusulkan topik diskusi. Mungkin ada sebagian peserta yang mempunyai pendapat lain, tapi belum mau bicara. Teknik menyeimbangkan membantah anggapan umum bahwa ”diam berarti setuju”.Teknik menyeimbangkan gunanya untuk membantu orang yang tidak bicara karena merasa pendapatnya pasti tidak disetujui banyak orang. Dengan teknik menyeimbangkan, fasilitator sebenarnya menunjukkan bahwa dalam diskusi orang boleh menyatakan pendapat apapun. Bagaimana caranya ?
”Baiklah, sekarang kita mengetahui pendirian dari tiga orang. Adakah yang lain atau memiliki pendiriran yang berbeda”? ”Ada yang mempunyai pendangan lain?” ”Apakah klita semua setuju dengan ini?”.
53
Triks – 9 : Membuka Ruang (Making Space) Teknik membuka ruang adalah teknik membuka kesempatan kepada peserta yang pendiam untuk terlibat dalam diskusi. Dalam setiap diskusi selalu ada yang bicara terus, ada yang jarang bicara. Pada saat diskusi berlangsung cepat, orang pendiam dan yang berpikir lambat mungkin mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri.
Bagaimana caranya ?
Amati peserta diskusi yang pendiam. Perhatikan gerak tubuh atau mimik mukanya, apakah menunjukkan bahwa mereka ada hasrat untuk bicara? Persilakan mereka untuk bicara.”Apakah ada yang hendak ibu kemukakan?”. ”Apakah bapak ingin menambhakan sesuatu?”. ”Kelihatannya anda mau mengatakan sesuatu?”. Jika mereka mundur, perlakukan mereka dengan ramah dan segeralah beralih. Tak seorangpun suka dipermainkan. Setiap orang berhak memilih kapan ia berpartisipasi. Jika si pendiam tampaknya ingin bicara,jika perlu tahan orang lain, untuk bicara.
Ada orang yang tidak mau berperan banyak, karena tidak ingin dianggap ingin menang sendiri. Ada pula yang ikut dalam diskusi sambil meraba raba apakah ia dapat diterima atau tidak. Banyak juga yang enggan bicara karena menganggap dirinya bodoh. Maka, fasilitator perlu membuka ruang partisipasi.
Triks – 10 : Diam Sejenak (Intentional Silence) Adalah berhenti bicara selama beberapa detik. Menunggu sejenak agar si pembicara menemukan apa yang ingin ia katakan. Banyak orang membutuhkan keadaan tenang untuk untuk mengenali pemikiran atau perasaannya. Kadang – kadang berhenti bicara beberapa detik sebelum mengatakan sesuatu yang mungkin berisiko. Ada pula yang diam sejenak untuk menyusun pikirannya. Gunakan teknik ini jika peserta diskusi terlalu mudah berbicara. Teknik ini akan mengajak mereka untuk berpikir lebih mendalam.
Bagaimana caranya?
54
Hening selama lima detik tampaknya begitu lama, Banyak orang tak sabar dengan ”keheningan” tersebut. Jika fasilitator mampu melakukannya, orang lain pun akan mampu. Tetaplah tenang. Pelihara kontak mata pada pembicara. Jangan berkata apapun. Bahkan tidak juga berdehem atau batuk – batuk kecil atau menggaruk dan menggeleng – gelengkan kepala. Tetaplah tenang dan berikan perhatian. Jika perlu, angkat tangan untuk memberi isyarat kepada orang – orang agar tidak memecahkan keheningan.
Triks – 11 : Menemukan Kesamaan Pemikiran Dasar
Teknik menemukan kesamaan pemikiran dasar terutama berguna ketika peserta diskusi terbelah oleh perbedaan pendapat. Teknik ini dapat memperjelas letak persamaan dan pertentangan pendapat yang terjadi dalam diskusi. Teknik ini dapat membangkitkan harapan. Membuat warga tersdar bahwa mereka saling bertentangan, mereka memiliki kesamaan tujuan. Untuk hal yang dasar mereka memiliki banyak kesamaan.
Bagaimana Caranya? Katakan bahwa kita akan merangkum hal – hal yang menjadi perbedaan dan persamaan di dalam kelompok diskusi. Ringkaskan perbedaan – perbedaan Catat aspek – aspek dasar yang sama Periksa catatan tersebut bersama peserta
55
Penggunaan Media (Dari Bahan Pelatihan Studio Driya Media)
Apa ‘Kegiatan Belajar ‘ ? •
Kegiatan belajar merupakan kegiatan sehari – hari yang dilaksanakan oleh fasilitator atau bersama masyarakat sasaran untuk menambah pengetahuan dan keterampilan yang dapat meningkatkan kesadaran dan memperbaiki kehidupan masyarakat.
•
Kegiatan belajar seperti ini tidak sama dengan kegiatan belajar di sekolah, karena bahan belajarnya ditetapkan berdasarkan kebutuhan kelompok yang benar – benar bermanfaat dalam kehidupan praktis sehari – hari.
•
Begitu juga dengan cara belajarnya, dilaksanakan lebih informal, santai dan bebas, sesuai dengan kreativitas kelompok itu sendiri. Tidak ada yang bertindak sebagai guru dalam kegiatan belajar ini karena pengetahuan dan pengalaman setiap peserta bisa disumbangkan.
•
Sebagai fasilitator, pendamping atau kader perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan baru karena seringkali mereka diharapkan juga untuk menjadi narasumber oleh kelompok belajar.
Mengapa Menggunakan Media dalam Kegiatan Belajar Berkomunikasi dengan masyarakat ( kelompok dampingan) merupakan pekerjaan terpenting pendamping atau kader. Proses komunikasi terutama terjadi dalam kegiatan – kegiatan belajar, baik berupa pertemuan perencanaan program, diskusi mengenai suatu materi atau permasalahan, praktek maupun pelatihan. Untuk membantu kegiatan belajar yang diselenggarakan oleh pendamping atau kader bersama masyarakat, seringkali dipergunakan media belajar. Umumnya, manfaat menggunakan media dalam kegiatan belajar antara lain adalah : • • • • • • •
Membantu/memudahkan penjelasan Dapat mendorong/ merangsang diskusi Membuat kegiatan belajar lebih menarik Mengurangi terlalu banyak tulisan/teks yang membosankan Dapat menyajikan gambar-gambar yang menggugah perasaan Dapat memperlihatkan hal-hal yang sulit dibawa atau diperlihatkan Pesan menjadi lebih mudah diingat.
Media yang dipilih untuk suatu kegiatan belajar harus sesuai dengan tujuan belajar yang ingin dicapai. Tetapi selain memilih media yang tepat, perlu juga diperhatikan cara menggunakan media secara baik dan benar. Sebab bentuk media apapun yang digunakan, meskipun dirancang dengan baik, tanpa difasilitasi dengan baik proses diskusinya, media – media tidak akan mengsilkan dampak seperti yang diharapkan. Untuk itu, keterampilan memfasilitasi diskusi dengan menggunakan media merupakan faktor yang menentukan bagi pengguna media.
Langkah – Langkah Menggunakan Media Berikut ini pedoman umum yang dapat dijadikan acuan dalam menggunakan media secara tepat :
56
Persiapan
Langkah – langkah persiapan : • Mempelajari dan menguasai materi dan tujuan belajarnya sendiri, karena media hanyalah alat bantu dari kegiatan belajar. Tidak ada salahnya fasilitator mempersiapkan catatan-catatan singkat mengenai isu – isu kunci yang akan diajukan sebagai penggerak diskusi. •
Mempelajari fungsi media berdasarkan tujuan belajar yang bersangkutan, apakah media yang akan disajikan itu untuk motivasi, penyadaran atau instruksi teknis.
•
Memperhatikan bentuk media yang akan digunakan, apakah akan menggunakan poster, poster seri, atau brosur. Ini akan berhubungan dengan kemampuan kelompok diskusi dalam menyimak kajian diskusi. Misalnya, media brosur atau buklet kurang tepat digunakan untuk kelompok yang terbatas kemampuan membacanya. Untuk kelompok ini, poster tunggal atau postr seri akan lebih tepat.
•
Memperhatikan jumlah peserta yang dianjurkan dan tata ruang yang tepat dalam menggunakan media tersebut. Misalnya tayangan video/slide dapat disajikan untuk semua peserta dalam sebuah kelas belajar 20 orang, tetapi fotonovela berbentuk buklet hanya bisa dipergunakan dalam kelompok-kelompok kecil. Untuk kebutuhan ini, tata ruang yang tepat perlu dipersiapkan sejak awal.
•
Mempelajari cara menggunakan media tersebut. Sebaiknya media itu dicoba terlebih dahulu sebelum dipergunakan dalam kelompok belajar, terutama media yang memerlukan alat Bantu seperti tayangan slide/video misalnya.
Catatan : • Persiapan akan lebih mudah apabila media yang akan digunakan memiliki pedoman penggunaannya. Pedoman ini biasanya menjelaskan mengenai fungsi media, jumlah pesera maksimal yang dianjurkan, langkah – langkah dan cara menggunakannya serta tata ruang yang dianjurkan. •
Bahan/materi belajar harus disusun oleh fasilitator karena biasanya media-media diskusi memuat hanya informasi-informasi secara tebatas (yang penting-penting saja). Banyak media mencantumkan materi, karena media dipergunakan untuk membahas satu kasus setelah materi dari fasilitator didiskusikan.
. Pelaksanaan • Sebelum memulai pertemuan/diskusi, ciptakan suasana yang santai, sehingga peserta tidak merasa berada dalam sebuah kelas belajar, melainkan dalam kelompok diskusi informal. Bisa juga dimulai dengan permainan atau crita lucu. •
Kemudian sampaikan maksud dan tujuan dilaksanakannya kegatan belajar serta topik yang akan dibahas.
•
Sampaikan dan sepakati bersama dengan peserta mengenai perkiraan waktu yang diperlukan untuk kegiaatan ini.
•
Mulailah kegiatan belajar sesuai dengan langkah – langkah yang dipersiapkan. Pergunakan media yang telah dipersiapkan untuk menyampaikan informasi belajar. Media akan lebih baik bila dipergunakan sebagai bahan diskusi sehingga kegiatan belajar lebih interaktif ( timbal balik)
•
Fsilitator harus selalu menjaga agar media dapat dilihat secara jelas oleh seluruh peserta. Fasilitator yang menyajikan media agar selalu dalam posisi berhadapan dengan peserta diskusi dan tidak menghalangi pandangan peserta kepada media.
•
Fasilitator memancing diskusi dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang berkisar pada tanggapan mengenai isi/pesan yang terkandung dalam media. Misalnya : apa yang dapat kita lihat
57
dari poster ini ? Mengapa hal itu terjadi ? Apa akibat dari hal tersebut ? Bagaimana cara mencegah agar tidak terjadi ? Apakah hal seperti itu terjadi di kampung ini ?
Tips praktis • Jangan sampai media dipergunakan alat ceramah atau penyuluhan sebab fungsi utama media adalah untuk membantu peserta terlibat dalam kegiatan belajar yang interaktif. •
Fasilitor sebaiknya berusaha agar setiap peserta dapat turut aktif dalam diskusi. Usahakan agar fasilitator tidak memonopoli pembicaraan, sehingga dapat mengemukakan tanggapan atau pendapatnya.
•
Tanggapan atau jawaban dari peserta sebaiknya ditulis di papan tulis atau pada kertas plano ( ditempel di tembok ), karena peserta akan bisa mengingat dengan lebih baik apabila mereka melihat dan membaca daripada hanya mendengarkan saja. Selain itu hasil tersebut akan memancing peserta untuk lebih berpartisipasi dalam diskusi, karena usulan atau tanggapan mereka dianggap penting/diperhatikan .
Setelah diskusi
58
•
Apabila kita menjelaskan hal-hal yang bersifat teknis, akan lebih mudah memahaminya langsung dengan praktek daripada hanya membahas teori saja. Namun perlu diingat pula bahwa praktik yang dilakukan tanpa dasar – dasar atau teori yang kuat, bisa menjadi kacau. Untuk itu diskusikan terlebih dahulu teori dengan alat Bantu media, baru kemudian mempraktekan di lapangan. Sepakati waktu yang tepat untuk melakukan praktek ini.
•
Lakukan evaluasi kegiatan setelah diskusi dan praktek di lapangan. Cobalah untuk mengkaji apakah peserta mempraktikan seperti yang telah didiskusikan dan yang disarankan dalam media ? mengapa demikian ?
•
Hasil evaluasi dapat menjadi bahan pertimbangan bagi rencana belajar/kerja selanjutnya. Bisa jadi pada pertemuan berikutnya masih diperlukan media dalam bentuk dan jenis yang berbeda. Jika demikian, maka kita perlu membuat rencana lagi dan mengembangkan alat Bantu yang sesuai dengan kebutuhan.
Beberapa Media sebagai Alat Bantu Pembelajaran (Dari Bahan Pelatihan Studio Driya Media) Pengertian dan Manfaat Media Belajar Media belajar adalah alat bantu untuk memperlancar proses komunikasi dalam kegiatan pembelajaran. Media belajar terdiri atas berbagai jenis dan bentuk, media audio ( didengar), misalnya radio dan kaset cerita; media visual (dilihat ), misalnya koran, lembar balik, dan poster; media audio – visual ( dlihat dan didengar ) misalnya televisi, drama dan sebagainya. Karena orang dewasa lebih banyak belajar dari pengalaman, maka penggunaan media ini bukan dimaksudkan untuk membantu kita ‘mengajar’ atau memberi ceramah kepada warga belajar. Tujuan menggunakan media lebih dititikberatkan kepada upaya :
Meningkatkan dan mendorong partisipasi dan keaktifan peserta untuk belajar. Media belajar yang sederhana dan mudah dipergunakan oleh peserta ( tidak rumit ) akan memudahkan peserta untuk terlibat dalam proses belajar.
Menimbulkan daya tarik peserta untuk belajar. Media belajar yang menarik dengan menggunakan gambar – gambar, dan bervariasi akan menimbulkan minat peserta untuk memahami materi lebih mendalam.
Meningkatkan pemahaman peserta. Media belajar yang dapat membantu memperjelas materi, khusunya materi abstrak yang sulit dijelaskan dengan kata – kata akan mempermudah peserta untuk memahami materi yang dibahas.
Jenis Media Belajar Meskipun terdapat beragam bentuk dan jenis media belajar, tidak ada satu media pun yang tepat untuk semua tujuan. Setiap media memiliki kekuatan dan kelemahannya masing – masing. Karena itu pemahaman atas kekuatan dan kelemahan setiap jenis media dapat memeprmudah kita menentukan media yang tepat.
Memilih media belajar Setelah kita memahami kekuatan dan kelemahan media hal lain yang harus diperhatikan adalah :
Siapa warga belajar kita ? Apa tujuan belajarnya ? Apa media belajar yang akan kita gunakan ?
59
Siapa warga belajar kita ? Karakteristik warga belajar mesti dipahami dengan seksama . Dalam kaitan ini, hal – hal yang perlu kita ketahui dari warga belajar antara lain : Bentuk dan ragam media yang biasa mereka gunakan Bahasa yang biasa mereka gunakan Kemampuan baca tulis Rata – rata umur mereka Jenis kelamin Apa tujuan belajarnya ? Apakah tujuan belajar itu pada wilayah pengetahuan, sikap atau keterampilan ?. Kalau tujuan belajar berada pada wilayah pengetahuan, media yang kita pilih sebaiknya jenis media yang bersifat memberikan informasi (misalnya lembar balik, leaflet, dan lain – lain). Kalau tujuan belajar berada pada wilayah sikap, media yang kita pilih sebaiknya jenis media yang bersifat memberikan motivasi dan refleksi ( misalnya : poster, bermain peran, kaset rekaman dan lain – lain ). Media yang bersifat memberikan pengajaran (misalnya : buklet, alat peraga, simulasi, dan lain-lain) cocok digunakan jika tujuan belajar berada dalam wilayah keterampilan. Apa metode belajar yang akan kita gunakan ? Agar warga belajar bisa belajar dengan baik, media yang kita pilih harus disesuaikan dengan metode belajar yang akan kita gunakan. Misalnya, jika metode belajar yang digunakan adalah bermain peran, maka kita harus menyiapkan media berupa lembar alur cerita bermain peran. Demikian pula jika metode yang dipilih diskusi kelompok, maka media yang digunakan dapat berupa poster seri, dan alat peraga lainnya.
Mempersiapkan dan Menggunakan Media Belajar Selain memanfaatkan media – media yang sudah ada, fasilitator juga disarankan untuk memiliki kreativitas dan kemampuan membuat media belajar sendiri. Beberapa media yang bisa kita buat sendiri, misalnya adalah :
Lembar penugasan (kelompok/perorangan) Lembar kasus/cerita Lembar praktek/panduan praktek Skenario bermain peran (role play)/drama/fragmen Bahan permainan/teka – teki Gambar sederhana Alat peraga Kartu metaplan (yang sudah diisi) Gambar – gambar sederhana Dan sebagainya
Ada juga media yang tidak bisa kita buat sendiri, karena memang memerlukan keahlian tertentu dalam pembuatannya. Gambar sederhana misalnya bisa kita buat sendiri. Tetapi kalau ada media yang membutuhkan gambar lebih banyak dan pembuatannya memerlukan keterampilan teknis yang tidak kita miliki, kita bisa mencari, mengumpulkan atau memanfaatkan media –media yang sudah tersedia.
60
Beberapa media yang termasuk jenis ini, antara lain : Komik/cerita bergambar/fotonovela (pendek) Gambar/foto/poster Tayangan video Kaset cerita Boneka/wayang (puppet – show) Lembar balik ( flip chart)
Catatan :
Beberapa jenis media seperti modul, buklet, buku , komik, fotonovela yang isinya lebih panjang ( banyak ), bisa dianjurkan sebagai bahan bacaan untuk warga belajar, apabila diperlukan. Keberhasilan proses dan hasil belajar belum bisa dijamin meskipun kita sudah memilih dengan tepat media yang kit pilih bisa digunakan secara efektif. Kiat tersebut antara lain :
Media visual. Untuk media berbentuk gambar, jika digunakan dalam diskusi umum (pleno), sebaiknya ukurannya cukup besar (ukuran poster atau plano), supaya bisa dilihat dengan jelas oleh seluruh warga belajar. Gambar berukuran kecil (ukuran kartu atau kertas HVS), sebaiknya hanya digunakan dalam diskusi kelompok atau tugas perorangan.
Untuk media berbentuk tulisan, jika digunakan dalam diskusi umum (pleno), sebaiknya ditulis dengan huruf besar (balok) dan ukuran besar, supaya bisa dibaca oleh seluruh peserta. Tulisan bisa dibuat di atas papan tulis atau kertas lebar (plano).
Media audio. Penggunaan media ini perlu memperhatikan kualitas dan volume suara, apakah suara bisa didengar cukup jelas oleh sejumlah warga belajar. Kalau kita akan meggunakan kaset cerita misalnya,
berfungsi atau tdaknya alat bantu pengeras suara, adalah sesuatu yang harus diperhatikan.
Media audio visual. Media seperti ini perlu kita coba sebelum digunakan. Kalau kita menggunakan media ini, yang perlu kita perhatikan adalah jarak pandang warga belajar terhadap gambar dan volume suara, agar seluruh peserta bisa melihat dan mendengar secara jelas. Semakin canggih media yang kita gunakan, bisasanya membutuhkan fasilitas pendukung yang semakin banyak pula, misalnya alira listrik, layar, proyektor, kabel, dan sebagainya.
Tentang Bahan dan Alat Pembelajaran Ada beberapa alat dan bahan yang biasanya digunakan dalam proses pembelajaran, antara lain :
Papan tulis biasa, white board. Kertas plano (bisa disebut juga flip chart atau kertas helaian lebar ). Proyektor ( slide, film, video). Kartu – kartu metaplan (dibuat dari karton manila bermacam warna dan ukuran ). Bahan – bahan praktek/peragaan. Ruangan yang cukup luas untuk 25 – 30 orang (bisa bergerak leluasa, melakukan diskusi kelompok, permainan yang dinamis, dsb) Kursi dan meja yang tidak mengganggu ruang gerak warga belajar. Dalam pelatihan partisipatif, sebaiknya digunakan kursi yang memiliki meja lengan, sehingga tidak perlu pakai meja lagi, dan warga belajar leluasa berpindah atau bergerak. Kalaupun tidak ada
61
kursi bermeja lengan, jangan pakai meja besar/panjang yang menghabiskan tempat dan menghalangi.
62
Buku tulis, bolpoint, penghapus, spidol,selotip, gunting, paper – clip (penjepit kertas), stapler, dan sebagainya.
Metode Pembelajaran (Membangun Masyarakat Pembelajar, Panduan Metodologi Pendidikan Non Formal; UNESCO APPEAL – SPPM) Fasilitator perlu memiliki metode yang memungkinkan warga belajar mengalami 4 tahap proses daur belajar dari pengalaman , dan mempraktekan metode tersebut dalam sebuah proses belajar yang menyenangkan. Untuk dapat memilih metode yang tepat fasilitator perlu mengetahui karakteristik dan ranah belajar dari setiap metode. Metode
Ranah belajar Pengetahuan
Sikap
Keterampilan
Wawancara/Tanya jawab Curah pendapat Ceramah Diskusi kelompok Diskusi kelompok terfokus Penugasan/praktek Permainan Bermain peran Analisis situasional Kunjungan silang Simulasi
Bagaimana Memilih Metode dan Alat Bantu ? Suatu metode dipilih biasanya didasarkan atas beberapa pertimbangan, antara lain : • Kesesuaian dengan tujuan yang ingin dicapai • Fasilitator mampu menjalankan metode tersebut • Warga belajar mampu melibatkan diri dalam metode tersebut • Murah, artinya tidak terlalu memakan alat Bantu yang banyak • Besarnya kelompok yang difasilitasi • Ketersediaan waktu Metode – metode tersebut tidak boleh berdiri sendiri. Kombinasi antar metode akan membuat proses belajar semakin menarik dan tidak membosankan.
Metode – metode yang disebut di atas, memiliki karakter dasar yang cenderung merangsang partisipasi. Tetapi memilih metode dan media tersebut belum tentu menjamin proses fasilitasi berlangsung secara partisipatif. Yang paling penting adalah fasilitatornya sendiri. Kita bisa memodifikasi atau mengembangkan metode – metode yang ada di dalam tulisan ini disesuaikan dengan masalah atau kebutuhan yang kita hadapi di lapangan.
63
Penggunaan Metode dalam Proses Pembelajaran Bersama Masyarakat Metode Brainstorming (Curah Pendapat) Metode asah otak adalah suatu cara yang cocok untuk menghasilkan ide-ide baru. Asah otak memungkinkan warga belajar saling bekerjasama mengumpulkan ide-ide untuk memecahkan masalah mereka. Metode ini umumnya kita gunakan untuk kegiatan yang berhubungan dengan pemecahan masalah tertentu, atau kegiatan – kegiatan lain yang membutuhkan munculnya gagasan-gagasan baru. Ada dua tahap pengorganisasian dan peraturan dari kegiatan asah otak : • Tahap pertama adalah untuk menghasilkan sebanyak mungkin ide-ide tersebut bisa ditulis di atas lembaran kertas dan memperkenalkannya di atas papan atau menuliskannya secara langsung dalam sebuah bagan – bagan. Warga dilarang berkomentar selama tahap ini. •
Tahap kedua adalah mengevaluasi ide – ide yang dihasilkan selama tahap pertama. Kemudian, warga belajar diminta mengelompokan ide – ide yang sama, lalu memberikan tanda pada setiap kelompok dalam sebuah prioritas ( ada kelompok ide dengan prioritas paling penting, kedua terpenting, dan seterusnya)
Langkah Umum Penggunaan Metode • Identifikasi dan tulis masalah – masalah yang dihadapi oleh warga belajar di papan tulis atau lembaran kertas • Mintalah warga belajar untuk memikirkan masalah – masalah tersebut selama beberapa menit • Mintalah ide – ide/gagasan seketika warga belajar (tanpa perlu dipikirkan terlebih dahulu) terhadap pemecahan masalah tersebut. • Mintalah warga belajar untuk memberi tanggapan atau mendebat ide – ide yang dilontarkan tersebut. • Tunjuklah seseorang untuk menulis ide – ide tersebut di papan tulis • Hentikan kegiatan brainstorming pada beberapa titik permasalahan dan mintalah warga belajar untuk menjelaskan setiap ide tersebut. • Kelompokkan ide – ide tersebut, lalu tentukan tingkat prioritasnya • Diskusikan dan garis bawahi ide – ide yang telah disetujui bersama
64
Metode Ceramah Metode ini biasa kita lakukan untuk menyampaikan suatu pesan atau materi secara lisan, dengan maupun tanpa menggunakan alat Bantu/media. Biasanya penggunaan metode ini harus dibarengi dengan penggunaan metode lainnya.
Langkah Umum Penggunaan Metode
Persiapan • •
Susun materi yang akan kita sampaikan dengan sistematika yang berurutan. Biasanya, materi ini akan menjadi bahan serahan untuk warga belajar. Tulislah beberapa pokok pikiran penting dari bahan serahan di atas lembar kertas
Pelaksanaan • • • •
Sampaikan pokok bahasan materi secara berurutan di hadapan warga belajar Setelah semua materi selesai disampaikan, atau pada tengah – tenagh sesi, persilakan warga belajar untuk mengajuka pertanyaan Setelah Tanya jawab/diskusi selesai, simpulkan materinya Bagikan bahan serahan kepada seluruh warga belajar
Metode Tanya Jawab Metode ini kita terapkan untuk melakukan pendalaman materi. Sesuai dengan prinsip, bahwa orang dewasa adalah orang yang telah memiliki berbagai pengalaman, proses Tanya jawab tidak berari pertanyaan dari warga belajar harus kita jawab. Kita bisa memberikan kesempatan kepada warga belajar yang bersangkutan untuk menggali pengalamannya sendiri, atau memberikan kesemoatan kepada warga belajar lain untuk memberikan jawaban. Biasanya metode ini digunakan setelah kita menyampaikan materi ( seperti ceramah, demonstrasi, atau penugasan ). Langkah umum penggunaan metode Jika proses diawali dengan pertanyaan dari warga belajar : • Persilakan warga belajar untuk bertanya tentang topik yang disampaikan • Ketika sebuah pertanyaan diajukan, persilakan warga belajar yang lain untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan tersebut berdasarkan pengalaman mereka. • Pada saat Tanya jawab berlangsung, jaga proses agar tetap mengarah pada persoalan yang sedang dipertanyakan, tidak melebar ke mana – mana • Simpulkan jawaban-jawaban tersebut, jika perlu kita bisa memberikan masukan. Jika proses diawali dengan pertanyaan dari fasilitator : • Persiapkan beberapa pertanyaan kunci untuk memperdalam pemahaman materi yang akan disampaikan • Ajukan pertanyaan kunci tersebut dan minta warga belajar untuk menanggapinya • Pada saat Tanya jawab berlangsung, jaga proses agar tetap mengarah pada persoalan yang sedang dipertanyakan, tidak melebar kemana – mana • Simpulkan jawaban – jawaban tersebut, jika perlu kita bisa memberikan masukkan.
65
Metode Diskusi Kelompok dan Pleno Metode ini bermanfaat agar warga belajar dapat : saling mendengarkan pandangan orang lain; menghormati ide – ide orang lain; tidak melukai atau mempermalukan satu sama lain; belajar berkomunikasi secara ringkas, jelas dan tepat. Metode ini biasa digunakan dalam berbagai kegiatan. Pada saat menerapkan metode ini, kita atau orang yang berperan sebagai pemimpin diskusi tidak boleh berbicara terlalu panjang, tetapi harus lebih banyak mendengarkan dan memandu proses diksusi di antara warga belajar. Langkah Umum penggunaan metode Diskusi Kelompok Metode ini digunakan kalau jumlah warga belajar cukup banyak, misalnya lebih dari 10 orang. Jadi, agar semua orang bisa terlibat aktif dalam proses diskusi, bagi warga belajar dalam kelompokkelompok kecil.
Langkah umum metode ini adalah sebagai berikut : • Agar proses diskusi dapat berlangsung lancr, sepakati dahulu aturan main • Bagilah warga belajar ke dalam kelompok-kelompok kecil • Tuliskan topik yang akan didiskusikan dalam kelompok • Mintalah kepada setiap kelompok untuk memilih fasilitator yang akan memimpin diskusi dalam kelompok. • Sepakati waktu yang dibutuhkan untuk diskusi kelompok • Minta setiap kelompok untuk menuliskan hasil kerja mereka • Doronglah setiap anggota kelompok menyampaikan pendapat mereka. Setiap orang harus punya kesempatan untuk berbicara dan membagi idenya. • Kumpulkan hasil kerja dari setiap kelompok, lalu lanjutkan pembahasan dalam diskusi pleno.
Diskusi Pleno Metode ini umumnya dipergunakan setelah selesai melakukan diskusi kelompok • • • • •
66
Minta setiap kelompok memilih satu orang untuk menyampaikan pokok-pokok pikiran hasil diskusi kelompoknya. Sepakati lamanya waktu bagi setiap kelompok dalam menyampaikan hasil kelompoknya, jangan lebih dari 10 menit. Ingatkan warga belajar, bahwa pembahasan hasil diskusi akan dilakukan setelah presentasi. Setalah seluruh kelompok selesai menyampaikan hasil diskuisnya, persilakan warga belajar untuk mengajukan pertanyaan atau penjelasan terhadap hasil kelompok yang sudah disampaikan sebelumnya Setelah semua hasil kerja kelompok dibahas, ajak warga belajar menyimpulkan hasilhasil diskusi, dengan cara membandingkan hasil setiap kelompok dan menarik benag merah dari hasil diskusi. Simpulkan hasil diskusi pleno, atau minta salah seorang warga belajar untuk menyimpulkannya sendiri
Metode Penugasan/Praktek Metode penugasan adalah cara belajar dengan jalan menugaskan kepada warga belajar untuk melakukan sesuatu. Tugas yang diberikan harus khusus atau jelas obyek dan waktunya. Metode ini lebih bertujuan untuk membawa warga belajar ke dunia nyata dalam mempraktekan pengetahuan yang diperoleh. Oleh karena itu, metode ini akan sangat mempengaruhi wilayah keterampilan warga belajar.
Langkah umum penggunaan metode • Persiapkan pedoman tugas yang akan diberikan ( bisa berupa topik yang berhubungan dengan materi, dan lain-lain) • Jelaskan kepada warga belajar tentang tugas yang akan dilakukan • Persilakan warga belajar untuk mengajukan pertanyaan tentang tugas tersebut Buat kesepakatan tentang lamanya waktu penugasan tersbut (kapan mulai dan kapan selesai) dan bentuk laporannya serta cara mempresentasikannya
Metode Permainan Metode ini digunakan dalam kegiatan belajar. Dari pengalaman, metode ini terbukti sangat efektif untuk melibatkan warga belajar, membuat warga belajar merasa nyaman dan segar mengikuti kegiatan. Metode permainan dapat dilakukan dengan bermacam cara, seperti nyanyian, cerita, gambar atau permainan lainnya. Tema – tema permainan bisa berhubungan dengan kepemimpinan, sikap, kerjasama, koordinasi, pemecahan masalah, komunikasi, pemantauan, evaluasi, isu gender, teknik fasilitasi, dan sebagainya yang relevan dengan materi belajar. Dalam proses belajar, metode permainan bertujuan untuk : • • •
Mengubah suasana belajar yang kaku atau tegang menjadi lebih santai dan nyaman, dan megubah warga belajar yang pasif dan jenuh menjadi lebih aktif dan semangat. Menumbuhkan sikap dan pandangan pribadi, dalam hal penalaran, wawasan, perbaikan sikap, dan introspeksi Mengantarkan atau memulai pokok bahasan dengan suasana aktif, gairah, riang, luwes atau akrab.
Untuk mencapai tujuan /manfaat tersebut perlu dipertimbangkan karakteristik warga belajar, yaitu (1) latar belakang budaya atau kebiasaan, agama, pekerjaan dan status sosial warga belajar; (2) Pengalaman, pendidikan, atau wawasan warga belajar pada umumnya; (3) kecenderungan perilaku atau sikap tertentu dari warga belajar ayng berkembang dalam proses belajar, baik yang positif maupun negatif.
Metode Bermain Peran Selain digunakan dalam kegiatan belajar , metode bermain peran dapat juga dipakai untuk menilai proses dan hasil belajar.
67
Biasanya bermain peran menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi warga belajar. Dengan bermain peran dalam situasi tertentu, warga belajar dapat mengungkapkan gagasan mereka dan memperdalam pemahaman warga belajar terhadap apa yang dipelajari. Metode ini juga dapat dijadikan sebagai alat untuk memotivasi dalam memecahkan masalah melalui diskusi. Untuk bermain peran ini, tidak perlu latihan terlebih dahulu, tidak perlu ada naskah atau kata-kata kunci yang harus diucapkan warga belajar. Yang penting diberikan adalah gambaran tentang situasi apa yang mereka perankan. Penilaian bermain peran, dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan seperti berikut : • • • • •
Bagaimana Bagaimana Bagaimana Bagaimana Bagaimana
warga belajar memahami perannya dengan jelas ? warga belajar mengungkapkan gagasannya dengan jelas ? keaktifan warga belajar ? warga belajar bertutur dan menggunakan bahasa tubuh dengan baik ? warga belajar dapat membaca dan menggunakan naskah tertulis ?
Langkah umum penggunaan metode Jika metode ini diterapkan untuk menilai hasil belajar, misalnya untuk menilai kemampuan membangun hubungan sosial yang baik, maka langkah-langkah penerapannya adalah sebagai berikut : • Kelompokkan warga belajar menjadi 2 kelompok. Minta mereka untuk mendiskusikan situasi yang menggambarkan : kelompok 1 tentang menjalin hubungan yang baik antar pribadi, kelompok 2 tentang merusak hubungan antar pribadi. • Setiap kelompok bermain selama 5 menit, diawali dengan kelompok 1 yang dilanjutkan oleh kelompok 2 • Setelah selesai, minta seluruh warga belajar untuk memberi komentar • Setelah kelompok 1 tampil, tanyakan pada kelompok 2 hal – hal apa saja yang dapat menjalin hubungan baik itu • Kemudian setelah kelompok 2 tampil, tanyakan hal-hal yang dapat merusak hubungan antar pribadi • Analisalah jawaban-jawabannya dan catat pengamatan anda • Catatlah pengamatan mengenai (1) apakah warga belajar memahami pentingnya membangun hubungan baik dengan orang lain ? (2) bagaimana caranya ? (3) apakah mereka dapat menyebutkan ciri-ciri hubungan baik?
Metode Analisis Situasional Metode ini memungkinkan warga belajar mengidentifikasi atau membandingkan perbedaan – perbedaan berdasarkan keyakinan, pengetahuan dan pengalaman masing-masing warga belajar. Situasi seperti ini dapat diperoleh melalui TV, radio, atau cerita – cerita rakyat yang dikenal oleh warga belajar sehingga memberikan mereka kesempatan untuk mengungkapkan pengalamannya. Sehingga warga belajar dapat mendemonstrasikan keterampilan dan pengetahuan yang dimilki. Oleh karena itu, kita sebagai fasilitator dapat menggunakan hasil pengamatan, juga umpan balik dari kelompok dan setiap warga belajar sebagai upaya penilaian.
68
Langkah umum penggunaan metode Jika metode ini diterapkan untuk menilai hasil belajar, maka langkah – langkah penerapannya adalah sebagai berikut : • • • • • • • •
Kelompokkan warga belajar ke dalam kelompok – kelompok kecil Minta mereka membaca atau menggambarkan cerita tentang masalah sosial atau masalah lain yang melibatkan masyarakat. Misalnya saja masalah banyaknya keluarga – keluarga yang memiliki lebih dari 5 anak ( keluarga besar ) Berikan gambaran situasi serta permasalahannya kepada setiap kelompok untuk menganalisa cerita tersebut. Minta warga belajar membandingkan gagasan dari suatu keluarga berdasar pada situasi yang digambarkan dengan gagasan mereka tentang keluarga Warga belajar menganalisis situasi keluarga besar kemudian menuliskan keuntungan dan kerugiannya. Warga belajar mengidentifikasi situasi yang sama dengan pengalaman mereka tentang pengaruh keluarga besar terhadap kebutuhan pokok utamanya kesehatan dan gizi Berikan waktu yang cukup untuk menganalisa, kemudian minta warga belajar melaporkan kegiatan di depan kelas Analisislah jawaban-jawabannya, dan catat hasil pengamatan anda : (1) apakah warga belajar dapat menggunakan konsep keluarga secara jelas ? (2) apakah warga belajar dapat menyebutkan manfaat keluarga kecil, manfaat keluarga besar, kemudian minta untuk memberikan alasannya.
69
Metode Simulasi Metode simulasi adalah cara belajar melalui pengandaian atau pemisalan. Seperti metode tanya jawab dan penugasan, metode ini dapat digunakan untuk pendalaman materi yang telah disampaikan dengan cara lain (misalnya : ceramah, diskusi kelompok). Hanya saja, metode ini lebih banyak mempengarunahi ranah sikap dari warga belajar. Sehingga pokok pembahasan lebih ditekankan kepada sikap – sikap yang perlu dikembangkan untuk menerapkan pengetahuan yang diperoleh. Metode ini bisa dijadikan semacam ujian terhadap warga belajar, untuk melihat sampai sejauh mana mereka mampu menerapkan materi yang telah diberikan.
Langkah umum penggunaan metode • • • • • • •
Minta salah seorang atau beberapa orang warg belajar untuk berperan sebagai fasilitator. Sedangkan warga belajar lainnya diminta untuk berperan sebagai warga belajar. Berilah kesempatan kepada orang yang berperan sebagai fasilitator untuk mempersiapkan proses. Minta fasilitaor untuk merancang proses seakan – akan berhadapan dengan warga belajar Warga belajar diminta untuk berekasi, memberikan pertanyaan maupun tanggapan selama proses berlangsung. Setelah proses dianggap selesai, ajak seluruh warga belajar untuk mendiskusikan pengalamannya. Bagi yang berperan sebagai fasilitator. Bagaimana kesannya mengenai simulasi tadi?
Apakah kesulitan – kesulitan yang dihadapi dalam memfasilitasi proses tadi ? bagaimana caranya agar proses tersebut dapat diterapkan dengan lebih baik ? Bagi warga belajar : bagaimana kesan – kesannya terhadap proses yang dibawakan oleh fasilitator tadi? Mudah atau sulitkah bagi warga belajar untuk belajar dengan proses tersebut? Bagaimana cara untuk memperbaiki proses tadi?
Garis bawahi gagasan – gagasan warga belajar, sebagai bahan refleksi atas materi yang telah diberikan. Jika perlu, berikan masukan tentang tips-tips atau cara – cara untuk menjadi fasilitator yang baik
70
Modul 4 Topik: Berlatih Memfasilitasi
Peserta memahami dan menyadari: 1. Mampu memfasilitasi proses diskusi warga 2. Mengidentifikasi Kekurangan dalam memfasiltasi
Mempersiapkan dan Praktek Fasilitasi
6
Jpl ( 270 ’)
Bahan Bacaan: 1. Pendidikan Orang Dewasa 2. Strategi Pemebelajaran 3. Teknik Bertanya 4. Mendengar dan ‘Mendengarkan’ 5. Penggunaan Media 6. Beberapa Media Sebagai Alat Bantu Pembelajaran 7. Dasar – dasar Komunikasi
• Kerta Plano • Kuda-kuda untuk Flip-chart • LCD • Metaplan • Papan Tulis dengan perlengkapannya • Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
71
Mempersiapkan dan Praktek Fasilitasi 1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memulai modul 4 yaitu Berlatih Memfasilitasi dengan tujuan :
Peserta mampu memfasilitasi proses diksusi warga
Peserta mampu mengidentifikasi kekurangan dalam memfasilitasi
2) Bagilah peserta ke dalam 8 kelompok, uraikan kepada mereka bahwa setiap kelompok harus mempersiapkan bahan untuk praktek fasilitasi dengan topik – topik yang sudah ditentukan. Topik – topik yang harus dibawakan oleh setiap kelompok adalah :
Kelompok 1 memfasilitasi komunitas perempuan dengan topik ”kerelawanan”. Karakteristik peserta : tingkat pendidikan bervariasi (tidak tamat SD s/d PT); beberapa ada yang tidak begitu memahami bahasa Indonesia; kebanyakan bekerja di sektor informal.
Kelompok 2 memfasilitasi komunitas miskin dengan topik ’siklus PNPM Mandiir Perkotaan’. Karkteristik peserta : tingkat pendidikan rendah (tidak tamat SD s/d SMP); kurang lancar berbahasa Indonesia; kebanyakan kerja serabutan.
Kelompok 3 memfasilitasi komunitas campuran (L/P, miskin dan non miskin) dengan topik ”Penyebab Kemiskinan”. Karakteristik peserta : penididikan bervariasi; pemahaman bahasa Indonesia baik; mata pencaharian bervariasi.
Kelompok 4 memfasilitasi komunitas pemuda dengan topik ’keterlibatan pemuda dalam nangkis’; Karakteristik peserta : tingkat pendidikan bervariasi, bahasa Indonesia baik, kebanyakan penangguran.
Kelompok 5 memfasilitasi komunitas campuran (L/P) dengan topik ’partisipasi perempuan dalam nangkis’. Karakteristik peserta : tingkat pendidikan antara SD/SMA; bahasa Indonesia baik; mata pencaharian bervariasi pada umumnya buruh dan pegawai negri sipil.
Kelompok 6 memfasilitasi komunitas Kelompok campuran (L/P, miskin/non miskin) dengan topik ’Konsep PNPM Mandiri Perkotaan’. Karakteristik peserta : pendidikan bervariasi, beberapa ada yang kurang lancar berbahasa Indonesia, mata pencaharian bervariasi kebanyakan kerja di sektor infromal.
Kelompok 7 memfasilitasi komunitas Laki – laki dengan topik ”Refleksi terhadap program – program pembangunan’. Karakteristik peserta : pendidikan cukup tinggi (SMP s/d PT), bahasa Indonesia lancar; mata pencaharian pada umumnya pegawai negri sipil dan pegawai swasta.
Kelompok 8 memfasilitasi komunitas campuran (L/P) dengan topik ”Kemiskinan tanggung jawab siapa?”. Karakteristik peserta : pendidikan tinggi (SMA/PT), bahasa Indonesia lancar, pada umumnya karyawan, mempunyai usaha kecil, pegawai negri sipil.
3) Mintalah kepada setiap kelompok untuk mempersiapkan diri sebelum praktek (waktu 30 menit), jelaskan bahwa setiap kelompok akan praktek sesuai dengan topik yang sudah ditentukan
72
selama 20 menit. Peserta lain di luar kelompok yang praktek sebagian akan menjadi warga masyarakat dan sebagian menjadi pengamat proses.
Persiapan untuk praktek yang harus dilakukan oleh peserta :
Menentukan tujuan diskusi (proses belajar)
Membuat daftar sub – sub topik yang akan dibahas
Membuat daftar pertanyaan kunci
Menentukan metode/teknik fasilitasi yang akan digunakan
Menentukan media bantu yang akan digunakan
Pembagian tugas kelompok : siapa yang akam menjadi pemandu utama, co – pemandu dan pencatat proses
4) Mulailah praktek dengan kelompok pertama, mintalah 4 orang peserta sebagai pengamat proses dan sisanya sebagai warga masyarakat. Bagikan lembar pengamatan yang ada dalam LK – Lembar Pengamatan Praktek Fasilitasi kepada pengamat proses. Mintalah mereka untuk mencermati jalannya praktek dan mencatat hasil pengamatan. 5) Setelah selesai bahas dan refleksikan bersama apa yang sudah baik dan apa yang kurang dan harus diperbaiki. Mintalah pengamat proses untuk mengemukakan hasil pengamatannya. 6) Selanjutnya lakukan hal yang sama untuk kelompok 2 s/d kelompok 8.
73
.
LK – Lembar Pengamatan Praktek Fasilitasi Lembar Pertanyaan untuk Pengamat : Pertanyaan Pemandu 1) Secara umum apakah ada yang kurang dlm simulasi tersebut ? 2) Apakah fasilitator mengenalkan diri, mengemukakan tujuan diskusi ? 3) Sebagai apa dan dimana fasilitator memposisikan dirinya 4) Apakah bahasa yang digunakan oleh fasilitator sesuai dengan karakteristik peserta ? 5) Apakah media bantu yang digunakan sesuai dengan karakteristik peserta? 6) Bagaimana keterampilan fasilitator dalam menggunakan media bantu? 7) Apakah semua peserta terlibat ? Siapa yang tidak cukup terlibat ? Mengapa ? 8) Apakah ada peseta yang mendominasi ? Bagaimana fasilitator mengatasi orang yang mendominasi ? 9) Apakah peserta bisa menghargai dan menerima perbedaan pendapat ? Bagaimana fasilitator mengatasi hal tersebut ? 10) Apakah fasilitator masih dominan dibandingkan dengan peserta ? 11) Apakah fasilitator cukup ramah, bisa mengembangkan suasana yang akrab dan akomodatif ? Apakah ada hal-hal yg tdk boleh dilakukan tapi tetap dilakukan oleh fasiitator 12) Apa saja yg dicatat oleh perekam proses ?
74
Komentar Pengamat
Perkotaan
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya