HIJRAH FOR PUSAT PERADABAN Ditulis oleh Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag./ Dekan FTK IAIN Imam Bonjol Padang Kamis, 05 Desember 2013 23:07
HIJRAH FOR PUSAT PERADABAN
OLEH:
DUSKI SAMAD
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol
Peringatan tahun baru Islam, tahun hijrah, 1435 Hijriah yang akan jatuh pada hari Selasa, 5 November 2013, adalah momentum umat Islam untuk mengaca diri. Melakukan koreksi total terhadap gerak langkah perjuangan umat mengimplementasikan tujuan hijrah, yakninya membangun masyarakat madani, masyarakat maju dan berperadaban. Wacana tentang arti dan makna penting peradaban luhur adalah keniscayaan yang hendaknya terus diperjuangkan untuk kemuliaan manusia dan kemanusiaan.
Hijrah dalam semangat mengkoreksi langkah kehidupan hari bila diperhadapkan dengan peradaban luhur, maka tepat sekali apa yang diperingatkan Presiden Susilo Bambang Yudoyo dalam pidatonya yang mendorong Propinsi Sumatera Barat sebagai Pusat Peradaban baru. Isyu penting yang diwacanakan Presiden SBY selama tiga hari di Sumatera Barat Sumbar Pusat Peradaban Baru ( Padek, Kamis, 31 Oktober 2013
1/5
HIJRAH FOR PUSAT PERADABAN Ditulis oleh Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag./ Dekan FTK IAIN Imam Bonjol Padang Kamis, 05 Desember 2013 23:07
) adalah apresiasi Kepala Negara terhadap peradaban Minangkabau dan kepada founding father Indonesia - Bung Hatta dan Buya Hamka dan tokoh lainnya - yang dilahirkan di ranang Minangkabau. Harapan Presiden itu patut dihargai dan sekaligus menjadi lecutan bagi pemimpin dan tokoh masyarakat untuk melakukan intropeksi apa yang sudah dilakukan untuk menyiapkan kader bangsa pelanjut perjuangan mereka.
Keprihatinan Presiden tentang degradasi peradaban di ranah bundo kandung yang dulunya melahirkan tokoh dan anak bangsa yang berwawasan nasional, berkiprah di dunia internasional, memiliki sikap inklusif, toleran dan multicultural bukan tak beralasan. Menipisnya penghargaan terhadap nilai-nilai moral adat, ajaran agama, dan kepatutan sosial dilingkungan pimpinan formal, informal dan non formal yang ditandai oleh prilaku menyimpang dikalangan elit adalah bukti meluntur dan degradasi budaya luhur masyarakat Minangkabau tempo dulu.
Tradisi adat istiadat yang kental bermuatan syirik, kesenian orgen tunggal setengah telanjang, di tempat pesta pernikahan atau alek masyarakat seolah-olahnya tanpa ada saringan adat dan moral dari tokoh adat dan tokoh agama, kasus immorality seperti perbuatan zina di nagari-nagari tanpa ada sanksi adat, permainan judi yang menjadi fenomena biasa kehidupan malam di kampung-kampung, kebiasaan minuman keras di tempat pesta perkawinan dan lebaran, dalam kasus tertentu ada narkoba di sudut-sudut nagari, gesekan politik diarus bawah antar tokoh, kejadian sebagai disebutkan di atas adalah indikasi kuat yang mencerminkan telah runtuhnya adat,tradisi dan peradaban luhur yang digambarkan dalam filosofi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.
TRADISI LUHUR VERSUS PRAGMATISME
Tradisi luhur masyarakat Minangkabau tempo dulu adalah nyayian sejarah yang diharapkan dapat membangun kesadaran anak nagari untuk menjadikan sejarah sebagai motor penghela kemajuan masa datang. Benturan budaya, tradisi dan peradaban luhur dengan pola hidup pragmatis, hedonis dan jalan pintas sulit dimenangkan bila penguatan sumber daya manusia dan lingkungan sosialnya tidak kondusif. Pola budaya meniru (imitation) yang kuat dalam masyarakat berpotensi untuk mengalahkan budaya dan tradisi luhur, karena memang budaya dan tradisi luhur itu jarang dilakukan, kecuali sebatas serimonial atau untuk penghias bibir dikala menyampaikan sambutan resmi pejabat dan tokoh masyarakat.
2/5
HIJRAH FOR PUSAT PERADABAN Ditulis oleh Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag./ Dekan FTK IAIN Imam Bonjol Padang Kamis, 05 Desember 2013 23:07
Pola hidup konsumerisme (belanja dan membeli barang lebih pada gaya, hobby, bukan pada manfaat, keinginan lebih penting dari kebutuhan), materialisme (segalanya diukur dengan materi dan uang) dan hedonisme (hidup ingin serba enak, memuaskan syahwat, nafsu yang tak terkendali) yang dihembuskan begitu kencang oleh kemajuan teknologi disadari atau tidak begitu mudah dan cepat mengerus nilai-nilai luhur tradisi, budaya dan peradaban. Rayuan dan kesempatan untuk hidup pragmatis (mendahulukan kepentingan sesaat) begitu kencang menghamtam pertahanan batin pemegang kendali dan pemelihara adat, tradisi dan budaya luhur. Siapapun begitu sulit keluar dari kepungan hidup kotemporer yang serba instan dan cendrung permisif terhadap adat, nilai dan agama.
Merawat tradisi melalui reaktualisasi nilai-nilai budaya, peradaban, dan pengembangan tradisi intelektual adalah agenda mendesak yang harus menjadi perhatian pemerintah daerah, pemangku kepentingan, cendikiawan, tokoh agama, tokoh adat dan tokoh masyarakat. Kesungguhan semua pihak untuk melakukan terobosan strategis mempercepat pemulihan budaya lama yang unggul untuk dikontribusikan bagi pengembangan budaya baru yang lebih unggul adalah tugas bersama yang harus dikordinasikan, tanpa ada yang merasa paling berhak ( claim).
Peran penting pemerintah dan masyarakat dalam merekontruksi peradaban baru di Sumatra Barat dapat dimulai dari kesadaran bersama untuk focus pada pemeliharaan tradisi luhur melalui kebijakan program, anggaran dan pelibatan semua unsur terkait. Aneh jadinya, bila pidato yang berapi-api tentang penguatan adat, budaya, agama dan tradisi luhur, akan tetapi kebijakan, anggaran dan programnya tidak ada, itu mustahil dan berhentilah mendustai diri dan memebohongi bangsa sendiri.
HIJRAH BUDAYA, KARAKTER PEMIMPIN DAN PERADABAN.
Budaya adalah keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia dengan sesamanya dan lingkungan alamnya. Sistem berpikir, nilai, moral, norma dan keyakinan itu digunakan dalam kehidupan manusia dan menghasilkan sistem sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, sistem pengetahuan, teknologi, seni, dan sebagainya. Manusia sebagai makhluk sosial menjadi penghasil sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan; akan tetapi juga dalam interaksi dengan sesama manusia dan alam kehidupan, manusia diatur oleh sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan yang telah dihasilkannya.
3/5
HIJRAH FOR PUSAT PERADABAN Ditulis oleh Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag./ Dekan FTK IAIN Imam Bonjol Padang Kamis, 05 Desember 2013 23:07
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan ( virtues ) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu, pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup dalam ligkungan sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang ber s angkutan.
Factor kunci yang menjadi pengembangan budaya dan karakter itu adalah pemimpin. Pemimpin adalah imam yang menentukan. Perkataan , perbuatan dan prilaku diikuti makmumnya. Pemimpin pada dasarnya adalah penentu karakter bangsanya. Pemimpin yang rusak dan tercemar tradisi, budaya dan peradabannya adalah virus perusak yang ganas. Bercermin pada kondisi pemimpin yang tengah mendapat amanat kini maka langkah strategis yang segara harus dilakukan adalah memperbaiki, menginstal ulang pemimpin mereka. Dapat juga dikatakan, sudah waktunya dilakukan gerakkan moral, structural dan cultural untuk menata ulang budaya dan karakter pemimpin, guna mewujudkan peradaban luhur yang sebagaimana diwariskan pemimpin pendahulu.
Merancang ulang program hijrah atau perubahan budaya dan karakter pemimpin untuk peradaban dapat dimulai dengan meluruskan sikap mental, intelektual dan spiritual mereka. Me ndorong pemimpin untuk hijrah. Hijrah bukan dalam artian pindah kenegeri lain atau emigrasi eksodus, melarikan diri, akan tetapi hijrah adalah untuk mendedikasikan keyakinan Tauhid beriman kepada Allah, mem buktikan kepatuhan kepada ajaran Allah swt , menampakkan buah kesetiaan, ketaatan kepada prinsip-prinsip ajaran tauhid. ( Baca, QS.4, an-Nisa’:100 dan QS.8, al-Anfaal :26).
Peristiwa hijrah yang begitu heroik telah mengantarkan kemenangan gemilang itu, pada hakikatnya adalah bersumber dari jiwa dan semangat iman-taqwa yang mantap tidak tergoyahkan, berkat kepemimpinan (leadership) Nabi Muhammad saw yang berhasil baik dalam pengkaderannya terhadap “ as-sabiqunal
4/5
HIJRAH FOR PUSAT PERADABAN Ditulis oleh Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag./ Dekan FTK IAIN Imam Bonjol Padang Kamis, 05 Desember 2013 23:07
awwalun yaitu para sahabat pendahulu. Pemimpin yang berbudaya, berkarakter dan kuat memegang peradaban luhur.
”;
Akhirnya, semua pihak yang peduli akan kemuliaan manusia dan kemanusiaan dihimbau untuk berbuat sungguh-sungguh dengan memanfaatkan segala potensi agar meluruskan budaya menyimpang dan menegakkan karakter terpuji, untuk perabadan baru yang mulia dan bermartabat. DS. Jln. Ambon I/4 WI stb/04112013.
5/5