Dari Redaksi
P
uji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan lindunganNya sehingga Jurnal CCIT untuk Volume 3 Nomor 1 Bulan September Tahun 2009 dapat diterbitkan tepat waktu. Penerbitan jurnal ini dimaksudkan sebagai media dokumentasi dan informasi ilmiah yang sekiranya dapat membantu para dosen, staf dan mahasiswa dalam menginformasikan/mempublikasikan hasil penelitian, opini, tulisan dan kajian ilmiah lainnya kepada berbagai komunitas ilmiah. Penerbitan Jurnal Volume 3 Nomor 1 ini berisikan 7 artikel yang mencakup bidang informatika dan komputer, walaupun tidak seluruhnya merupakan hasil penelitian, diharapkan dapat bermanfaat bagi pembacanya. Jurnal ini diterbitkan dengan memuat artikel mengenai: Pengambilan Keputusan Sistem Produk Dengan Menggunakan Metode Simulasi Komputer, Perancangan miniatur Sistem 4 Lantai Dengan menggunakan Mikrokontroller AT89S51, Penerapan Metode Data Mart Query (DMQ) Dalam Ditributed System, Slotted ALOHA CDMA By Dual Model Path Gains, Balanced Scorecard Sebagai salah satu Metode Pengukuran Kinerja Pada Perusahaan Perbankan, Perancangan dan Pembuatan Perangkat Lunak Personil Assistant dan Pengendalian Electronic Home Appliance Berbasis IT Dengan Menggunakan Model Wiznet NM7010A Tak lupa pula pada kesempatan ini kami mengundang pembaca untuk mengirimkan naskah ringkasan penelitiannya ke redaksi kami. Akhirnya tak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan jurnal ini. Tangerang, 1 September 2009
Maimunah, M. Kom. Sekretaris Redaksi
i
CCIT adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Raharja Enrichment Centre (REC) Perguruan Tinggi Raharja, Tangerang CCIT terbit tiga kali dalam satu tahun, setiap bulan Januari, Mei, September Pelindung: Drs. Po. Abas Sunarya, M.Si. Ketua Dewan Editor: Ir. Untung Rahardja, M.T.I. Sekretaris Redaksi: Maimunah, M.Kom. Mitra Bestari: Prof. Drs. Suryo Guritno Mstats. Ph.D (Universitas Gajah Mada) Dr. Ir. Richardus Eko Indrajit, M.Sc., MBA (STIMIK PERBANAS) Dr. Zainal A. Hasibuan (Universitas Indonesia) Drs.Tri Kuntoro Priyambodo, M.Sc. (Universitas Gajah Mada) Dr. Iping Supriyana (Institut Teknologi Bandung) Jazi Eko Istiyanto, M.Sc., Ph.D (Universitas Gajah Mada) Dewan Editor: Prof. Dr. Susanto Rahardja Dr. Ir. Sunar Abdul Wahid, MS. Dr. Ir. Djoko Soetarno, DEA. Henderi, M. Kom. Abdul Hayat, M.T.I. Redaksi Pelaksana: Padeli, M. Kom. Sugeng Santoso, S. Kom. Euis Siti Nuraisyah, S. Kom. Drs. Sugeng Widada Redaksi menerima tulisan yang belum pernah diterbitkan dari kalangan akademisi, peneliti dan praktisi. Blind review dilakukan untuk menentukan tulisan yang akan dimuat. Pedoman penulisan tercantum pada bagian akhir jurnal ini. Tulisan yang diserahkan harus disertai softcopynya. Alamat Redaksi: Raharja Enrichment Centre (REC) Jl. Jenderal Sudirman Nomor 40 Cikokol - Tangerang Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ii
Daftar Isi
1 2 3 4 5 6 7
Pengambilan Keputusan Sistem Produksi Dengan Metode Simulasi Komputer........................................................................................1 - 18 Perancangan Miniatur Sistem 4 Lantai Dengan Menggunakan Mikrokontroller AT89S51..................................................................19- 31 Penerapan Metode Data Mart Query (DMQ) Dalam Distributed Sistem .........................................................................32 - 54 Slotted ALOHA CDMA By Dual Model Path Gains.................................55 - 67 Balanced Scorecard Sebagai Salah Satu Metode Pengukuran Kinerja Pada Perusahaan Perbankan...................................................................68 - 83 Perancangan dan Pembuatan Perangkat Lunak Personil Assistent .....84 - 101 Pengendalian Electronic Home Appliance Berbasis IT Dengan Menggunakan Model Wiznel NM7010A..............................................................102 - 125 Pedoman Penulisan....................................................................126 - 127 Formulir Persetujuan Pembuatan Artikel Jurnal.......................................128 Formulir Kriteria dan Bobot Penilaian Karya Tulis Ilmiah.................129 - 130 Formulir Editor Bahasa Karya Tulis Ilmiah...............................................131 Formulir Editor Layout dan Artistik Karya Tulis Ilmiah...............................132 Formulir Penyelesaian Artikel. ..............................................................133 Formulir Kesediaan Mitra Bestari Jurnal Ilmiah........................................134
iii
ISSN: 1978 - 8282
PENGAMBILAN KEPUTUSAN SISTEM PRODUKSI DENGAN METODE SIMULASI KOMPUTER Widyat Nurcahyo1 Maimunah2 Email:
[email protected];
[email protected] Diterima: 3 Agustus 2009 / Disetujui: 24 Agusutus 2009 ABSTRACT This study evaluates the performance of production floor as the core of manufacturing process using lost of sales and production lateness as performance criteria, then gives a few alternatives for improvements. Evaluation is done by using models with computer simulation method, which is also used to analyze the impact of given alternatives to the system. The evaluation in normal condition showed results that high lost of sales is caused by low production rate. And production lateness appeared in machine 256 which produced plastic shoes/sandals from hard materials. There are 4 given solution alternatives, which is: (1) lowering machine breakdown by 20% with preventive maintenance, (2) lowering material shortage probability with tight material control, (3) adding new machine, (4) downsizing production batch of some products. Running the alternatives in the simulator showed that from lost of sales point of view, 3rd alternative is the most successful because it can lower lost of sales from 300.000 units per year to 11.000 units per year. As from the production lateness point of view, 4th alternative is the most successful because it can lower the production lateness at machine 256 to below zero. An experiment combining 3rd and 4th alternatives can actually gives the best result in the simulator compared to the other alternatives. It can lower lost of sales from 300.000 units per year to 12.000 units per year, and can lower the production lateness at machine 256 to below zero. ABSTRAKSI Dalam penelitian ini, dilakukan evaluasi terhadap performansi sistem lantai produksi sebagai inti dari kegiatan manufaktur dengan menggunakan kriteria kehilangan penjualan dan keterlambatan produksi, kemudian memberikan beberapa alternatif perbaikan yang mungkin dilakukan. Evaluasi dilakukan dengan melakukan pemodelan menggunakan metode simulasi komputer yang sekaligus digunakan untuk menganalisa pengaruh alternatif yang diberikan terhadap sistem. Hasil evaluasi terhadap keadaan normal menunjukkan bahwa kehilangan penjualan yang tinggi disebabkan kecepatan produksi yang tidak dapat mengimbangi kecepatan penjualan. Sedangkan keterlambatan produksi terjadi pada mesin 256 yang 1. Dosen Jurusan Teknik Industri, Universitas Tama Jagakarsa Jl. Letjen T.B. Simatupang No. 152 Tanjung Barat - Jakarta Selatan 12530 2. Dosen Jurusan Manajemen Informatika, AMIK Raharja Informatika Jl. Jend Sudirman No.40 Modern Cikokol-Tangerang Telp 5529692
Vol.3 No.1 - September 2009
1
ISSN: 1978 - 8282 memproduksi sepatu/sandal plastik dari bahan padat. Alternatif perbaikan yang diajukan ada 4, yaitu: (1) mengurangi kerusakan mesin sebesar 20% dengan preventive maintenance, (2) mengurangi kemungkinan kekurangan material dengan kontrol material yang ketat, (3) menambah mesin baru, (4) memperkecil ukuran batch produksi pada produk-produk tertentu. Hasil penerapan keempat alternatif di dalam simulator menunjukkan bahwa dari segi kehilangan penjualan, alternatif 3 adalah yang paling berhasil karena dapat menekan kehilangan penjualan dari 300.000 unit pertahun menjadi 11.000 unit pertahun. Sedangkan dari segi keterlambatan produksi, alternatif 4 yang paling berhasil karena dapat menurunkan keterlambatan produksi hingga dibawah nol. Sebuah eksperimen dengan menggabungkan alternatif 3 dan 4, ternyata dapat memberikan hasil terbaik dalam simulator, dibandingkan keempat alternatif sebelumnya, yaitu dapat menekan kehilangan penjualan dari 300.000 unit per tahun menjadi hanya 12.000 unit pertahun, dan dapat menekan keterlambatan produksi pada mesin 256 hingga dibawah nol. Kata kunci : evaluasi, simulasi, produksi, penjualan.
PENDAHULUAN Dalam usahanya untuk hidup dan berkembang, perusahaan tidak terlepas dari lingkungan yang berubah yang akan mempengaruhi pertumbuhan perusahaan. Ditambah lagi dengan makin kompleksnya lingkungan usaha seiring dengan lajunya arus teknologi informasi dan makin ketatnya persaingan global. Hal ini menyebabkan setiap perusahaan mau tidak mau harus berusaha meningkatkan performansinya di segala bidang jika ingin tetap berkecimpung di dunia usaha. Untuk dunia industri manufaktur, hal pertama yang harus diperbaiki adalah masalah produksi, karena produksi adalah inti dari kegiatan manufaktur. Banyak hal yang menjadi tanggung jawab bagian produksi antara lain pembuatan peramalan, perencanaan produksi, penjadwalan produksi, penugasan kerja, dan lain-lain. Apakah sistem produksi yang ada telah cukup baik? Jika belum, apa penyebabnya? Bagaimana mengatasinya? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang setiap kali terlontar dalam suatu industri. Untuk menjawabnya maka yang pertama kali perlu dilakukan adalah mengadakan evaluasi terhadap performansi dari sistem tersebut. Industri bukanlah sistem yang statis, tetapi terus berubah seiring berubahnya waktu. Karena itu subsistem-subsistem yang ada di dalam industri harus ikut berubah dan berkembang, termasuk di dalamnya sistem produksi. Karena itulah analisis performansi yang kontinyu dari sistem produksi sangat diperlukan agar sistem tersebut dapat dengan cepat disesuaikan terhadap perkembangan. Pada penelitian ini, akan dilakukan evaluasi terhadap performansi sistem lantai produksi (bagaimana sistem tersebut memproduksi barang), dengan kriteria ukuran performansi adalah keterlambatan produksi (lateness) dan kehilangan penjualan (lost of sales). Model sebagai representasi dari sistem nyata diusahakan mendekati keadaan
2
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 sebenarnya. Tetapi hal ini sulit karena pada kebanyakan model yang ada terlalu banyak asumsi yang digunakan sehingga hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Sebab itu pada penelitian ini dicoba menggunakan model simulasi komputer sebagai usaha mendekati keadaan sebenarnya pada sistem nyata. Model simulasi komputer memiliki beberapa keunggulan yaitu: (1) Simulasi komputer secara teoritis bisa dibuat untuk semua jenis sistem; (2) Simulasi komputer mempunyai rentang ketelitian yang sangat luas, sehingga dapat dibuat untuk mewakili sistem nyata secara garis besar saja sampai yang sangat terperinci; (3) Simulasi komputer mudah dibuat dengan berbagai bahasa pemrograman yang ada; (4) Simulasi komputer bersifat fleksibel, dalam arti dapat dengan mudah diubah dan dikembangkan sesuai kebutuhan; (5) Dengan perkembangan teknologi komputer yang begitu pesat, maka menjalankan simulasi tidak akan memakan waktu yang terlalu lama. Secara umum langkah-langkah yang diambil dalam analisis menggunakan simulasi di kalangan industri dapat dibagi menjadi menjadi 11 bagian, yaitu : a. Perumusan Masalah b. Analisa Kebutuhan Data dan Ketersediaan Sumber c. Formulasi Model dari Subsistem d. Menggabungkan Model dari Subsistem e. Pengumpulan Data dan Menentukan Nilai Variabel dan Parameter f. Memberi Program dan Debug Simulator g. Validasi Model h. Desain Eksperimen Simulasi i. Menjalankan Simulasi j. Analisa Hasil Simulasi k. Implementasi Hasil Perumusan Masalah Langkah pertama dalam perumusan masalah adalah menentukan tujuan yang diinginkan dari analisis. Pada umumnya ada beberapa alasan yang menjadi tujuan pemakaian simulasi. 1. Untuk memahami karakteristik sebuah sistem 2. Untuk menentukan masalah yang harus dipecahkan untuk peningkatan kinerja 3. Evaluasi performansi sebuah sistem 4. Pengambilan keputusan atas beberapa alternatif 5. Untuk keperluan optimasi 6. Untuk melihat hasil dari kebijaksanaan baru yang akan diterapkan Setelah menentukan tujuan, langkah berikutnya adalah mengidentifikasikan variabelVol.3 No.1 - September 2009
3
ISSN: 1978 - 8282 variabel yang berhubungan langsung dari sistem, yaitu variabel-variabel yang berhubungan langsung dengan tujuan penelitian. Variabel-variabel itu kemudian dipisahkan menjadi dua golongan yaitu controllable variable dan uncontrollable variable. Analisa Kebutuhan Data dan Ketersediaan Sumber Tahap kedua adalah menyediakan data yang dibutuhkan oleh simulator. Ada beberapa jenis data yang bisa ditemui dalam permodelan sistem : 1. Variabel relevant Yaitu suatu karakteristik atau atribut dari sistem yang diamati yang memiliki nilai berubah-ubah dan mempengaruhi performansi sistem. 2. Parameter Adalah suatu karakteristik atau atribut dari sistem yang hanya memiliki satu nilai (tapi mungkin berubah jika alternatif yang dipelajari berbeda ) 3. Faktor Exogenius Adalah parameter atau variabel yang nilainya bisa mempengaruhi sistem, tapi tidak terpengaruh oleh berubahnya sistem 4. Faktor Endogenius Adalah parameter atau variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain dalam sistem Formulasi Model dari Subsistem Ada beberapa metode untuk mengidentifikasikan variabel dan subsistem, yaitu pendekatan aliran, pendekatan fungsional, dan pendekatan perubahan status. 1. Pendekatan aliran Metode yang paling mudah digunakan adalah mengikuti aliran dari obyek utama yang sedang diproses. Misalnya mengikuti aliran dari produk atau dalam sistem maintenance kita dapat mengikuti aliran dari mesin yang hendak diperbaiki. Yang agak sulit jika objek utamanya adalah informasi, karena kebanyakan informasi tidak bisa dilihat dan dikomunikasikan atau diproses antar manusia atau didalam komputer. Seorang analis bisa mengikuti aliran informasi ini dengan mempelajari berbagai jenis dokumen yang ada seperti order, laporan, prosedur kerja, dan lain-lain. Pendekatan aliran ini digunakan dalam penelitian ini. 2. Pendekatan fungsional Untuk sistem yang rumit (misalnya sistem kesejahteraan sosial ), pendekatan aliran mungkin tidak baik digunakan karena mungkin tidak ada elemen yang jelas mengalir. Untuk kasus ini, biasanya digunakan pendekatan fungsional, yaitu dengan mengidentifikasi
4
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 fungsi-fungsi di dalam sistem dan merunut urutan kemunculannya. Ada tujuh tipe fungsi utama yang biasa muncul dalam sistem industrial : · Proses material · Transportasi · Penyimpanan · Proses informasi · Komunikasi · Filing · Pengambilan keputusan Setelah fungsi-fungsi diidentifikasi, permodelan sistem bisa dibuat dengan menjabarkan (biasanya dalam bentuk flow chart ) prosedur yang menyebabkan fungsi terjadi. 3. Pendekatan Perubahan Sistem Untuk menjelaskan pendekatan ini, kita dapat membayangkan mengambil sebuah foto dari sistem pada suatu ketika. Foto ini menunjukkan status dari sistem tersebut. Secara logika, yang harus kita lakukan pertama-tama adalah mengidentifikasi variabel-variabel yang berhubungan. Kemudian, yang paling sulit, adalah menjabarkan hubungan yang menggambarkan bagaimana status (tiap variabel) berubah menurut waktu dari satu foto ke foto lain. Jadi hubungan perubahan status dapat dibagi menjadi dua bagian : · Prosedur untuk menentukan apakah sebuah variabel harus berubah · Prosedur perhitungan untuk merubah status dari variabel Jika subsistem tidak dapat diidentifikasi dan model dibangun untuk menggambarkan perilakunya, maka proses permodelan menjadi jauh lebih rumit. Tanpa submodel, keseluruhan model simulasi harus diformulasikan sekaligus; hal ini sulit dilakukan jika ada banyak asumsi mengenai interaksi variabel yang dibentuk ke dalam simulasi. Biasanya kesulitan terletak pada pemisahan proses-proses menjadi subsistem yang dapat diuji sebagai unit yang terpisah. Hal ini banyak terjadi pada permodelan pemikiran manusia. Menggabungkan Submodel Menjadi Model Simulasi Pada tahap ini analisis harus memilih bahasa pemrograman yang paling baik yang akan dipakai untuk membuat simulator. Pembuatan simulator dilakukan dengan menggunakan bahasa pemrograman BASIC, dengan beberapa alasan: (1) mudah didapat; (2) cepat dalam proses; (3) sistem yang dibahas masih bisa diterapkan dengan mudah menggunakan basic. Data hasil simulasi yang berbentuk file csv kemudian diolah menggunakan spreadsheet untuk menghasilkan grafik yang diinginkan. Vol.3 No.1 - September 2009
5
ISSN: 1978 - 8282 Kemudian analis menerjemahkan konsep subsistem ke dalam bentuk flowchart yang menggambarkan aktifitas di dalam sistem. Pengumpulan Data dan Menentukan Nilai Variabel dan Parameter Setelah data-data yang dibutuhkan dikumpulkan, biasanya ada beberapa uji statistik yang menyertainya, misalnya Test Of independence, Test of randomness, Test of homogeneity, Goodness of Fit Test, dan lain-lain. Uji-uji ini bertujuan mempersiapkan data yang telah dikumpulkan agar bisa dipakai dalam simulasi. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Test of Goodness of Fit atau Uji Kebaikan Suai. Uji ini digunakan untuk menguji apakah sekumpulan data dapat dianggap sebagai sampel dari distribusi probabilitas tertentu. Ada dua jenis uji kebaikan suai yang umum digunakan, yaitu Uji Kebaikan Suai Khi-kuadrat Pearson dan Uji Kebaikan Suai Kolmogrov-Smirnov (K-S). Yang digunakan pada penelitian ini adalah Uji Khi – Kuadrat Pearson, karena uji K-S memiliki kelemahan yaitu data yang ada tidak bisa digunakan untuk mengestimasi parameter-parameter, dari distribusi hipotesa. Hipotesa dari uji kebaikan suai adalah : H0: F(x) = F0(x|è1,è2,…,èn) F(x) ‘“ F0(x|è1,è2,…,èn) H1: Dalam uji kebaikan suai khi-kuadrat, elemen-elemen dalam sampel dibagi menjadi k interval dengan : oi = Jumlah observasi dalam interval i,i=1,2,…k ei = Jumlah observasi yang diharapkan dalam interval i, jika H0 benar, i=1,2,…k Uji statistiknya adalah : Dalam uji ini derajat kebebasan (df) adalah : df = k-1-(banyaknya parameter yang diestimasi dari data ) Hal lain yang harus diperhatikan adalah untuk tiap interval, disarankan ei > 5 Untuk penelitian ini, distribusi yang dihipotesakan adalah distribusi eksponensial. Khusus untuk distribusi eksponensial, dipakai beberapa rumus berikut : Fungsi padat eksponensial diberikan oleh : F(x) = Frekuensi harapan tiap interval dapat dihitung dengan : ei = atau ei = dengan Ii = Interval ke-I n = Jumlah total pengamatan e = Bilangan natural = 2.71828
6
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 Membuat Program dan Debugging Simulator Setelah keseluruhan data yang diperlukan lengkap, tahap selanjutnya adalah membuat program simulasi dengan bahasa pemrograman yang telah dipilih . Debugging merupakan proses menguji dan mencari letak kesalahan dari sebuah program. Biasanya submodel diuji secara terpisah, kemudian model secara kesaluruhan diuji untuk mencari kesalahan potensial dari pemrograman dan logika. Validasi Model Metode umum untuk melakukan validasi terhadap model yang telah dibuat adalah dengan membandingkan keluaran dari model simulasi terhadap data historis yang berjalan pada kondisi yang sama. Jika keluaran dari model simulasi tidak jauh berbeda dengan data historis, maka model simulasi tersebut dianggap dapat mewakili sistem yang sebenarnya. Yang sulit adalah jika data historis tidak tersedia. Terlebih lagi jika sistem yang dipelajari adalah sistem baru yang belum ada. Untuk itu ada lima pendekatan yang bisa digunakan. 1. Internal Validity Apakah simulasi memberikan keluaran dengan variansi rendah jika dijalankan dengan semua input exogenus dibuat konstan ? jika dengan masukan yang sama keluarannya bervariansi tinggi maka model simulasi bisa dianggap belum valid. 2. Face Validity Metode ini hanya melihat permukaan dari simulasi, yaitu dengan meminta orang-orang yang mengetahui sistem nyata-nya dengan mendalam (misalnya manager ) untuk menilai apakah model simulasi tersebut masuk akal atau tidak. Metode ini disebut juga reasonableness atau credibility dari model. Walaupun dari pandangan ilmiah metode ini bukan termasuk validitas, tetapi justru metode inilah yang paling banyak digunakan. 3. Variable-Parameter Validity Satu atau beberapa faktor dalam model diubah untuk melihat apakah merubah keluaran dan membandingkan dengan keluaran sebelumnya. Disebut juga uji sensitifitas 4. Hypothesis Validity Validitis model meningkat jika model berhasil dicoba untuk sistem yang tidak diperuntukkan 5. Event or Time-Series Validity Seberapa cocok event hasil simulasi dengan event nyata ? Pada metode ini semua event hasil simulasi diuji, baik yang berupa ebservable event, event patterns, atau variasi dari variabel output. Vol.3 No.1 - September 2009
7
ISSN: 1978 - 8282 Kesimpulannya, proses validasi dari model adalah : 1. Model harus menunjukkan hasil yang diharapakan, menggunakan data uji, atau jika tersedia data historis. Ini disebut Debugging. 2. Reasonableness · Menunjukkan bahwa model subsistem dapat memprediksi dengan baik (menggunakan data historis) · Menunjukkan saat sebuah parameter atau variabel dibutuhkan, maka parameter atau variabel tersebut dapat cocok (dengan data historis), dan memiliki nilai yang masuk akal. · Meminta orang-orang yang memiliki pengetahuan tentang situasi tersebut (termasuk pengambil keputusan) untuk melihat ulang model dalam detail dan menyetujui strukturnya. 3. Pengambil keputusan diberi kesempatan untuk memahami penggunaan model dan meneliti interaksi yang dihasilkan. 4. Model digunakan untuk membantu pengambilan keputusan. Catatan yang teliti diperlukan untuk membandingkan hasil prediksi model dengan hasil aktualnya. (Tahap ini mungkin bisa memakan waktu bertahun-tahun, jadi prosedur evaluasi harus dibuat dengan hati-hati) Lebih lanjut, dan lebih penting lagi, sebuah model simulasi baru dapat berguna bila pengambil keputusan percaya (benar atau tidak) bahwa model tersebut valid. Dan jika pengambil keputusan telah menerima model tersebut, maka analis telah menyelesaikan tugasnya. Desain Eksperimen Simulasi (Menentukan Alternatif) Pada tahap ini ditentukan alternatif apa saja yang akan dijalankan dalam simulator. Misalnya variabel atau parameter apa saja yang harus diubah untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Umumnya alternatif ini ditentukan oleh pengambil keputusan. Menjalankan Simulasi Alternatif yang telah ditentukan dijalankan satu persatu dengan simulator. Hasilnya dicatat untuk analisis selanjutnya. Analisa Hasil Simulasi Hasil dari berbagai alternatif dibanding dan dicari yang terbaik.
8
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 Implementasi Hasil Alternatif terbaik diimplementasikan ke dalam sistem sebenarnya. Yang harus diingat adalah sistem bukanlah sesuatu yang statis, karena itu model simulasi harus terus menerus diperbaiki dan dikembangkan sesuai dengan perubahan sistem. PEMILIHAN PENINGKATAN WAKTU Simulasi berhubungan erat dengan waktu. Karena itu pemilihan bagaimana cara waktu berjalan di dalam simulasi sangat penting. Ada dua tipe peningkatan waktu, yaitu unit-time-advance dan event-advance. 1. Unit-time-advance Pada tipe ini, waktu berjalan dengan cara meningkat setiap kali satu unit waktu. Misalnya unit waktunya adalah menit, maka waktu berjalan dari menit ke menit. 2. Event-advance Pada tipe ini, waktu berjalan dengan cara meningkat setiap kali dari event ke event. Event adalah sebuah kejadian yang timbul dalam proses. Proses adalah aktifitas yang berjalan dari waktu ke waktu. Masing-masing tipe memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri · Time-advance bisa dipergunakan pada semua sistem, tapi event-advance tidak. Event-advance tidak baik digunakan bila ada variabelnya yang berubah secara kontinyu dan tidak dapat dianggap sebagai diskret. · Event-advance bisa dianggap lebih teliti karena tidak akan ada event yang terlewat. Pada time-advance kemungkinan ada event terjadi diantara dua unit waktu. · Dari segi waktu running program, time advance bisa lebih cepat dari eventadvance, atau bisa juga sebaliknya. Di dalam penelitian ini digunakan metode Event-advance karena : · Variabel yang ada bisa dianggap diskret. · Running program dianggap lebih cepat karena waktu antar event banyak yang lebih besar di unit waktu. METODE UNTUK MEMBANGKITKAN VARIAN RANDOM Dengan membangkitkan sebuah angka random kita bisa membangkitkan pula sampel random dari distribusi probabilistik tertentu.
Vol.3 No.1 - September 2009
9
ISSN: 1978 - 8282 Ada empat cara untuk membangkitkan varian random: a. Inverse Method b. Acceptance / Rejection Method c. Composition Method d. Convolution Method Metode yang paling efisien dan paling banyak digunakan adalah Inverse Method.
Inverse Method Syarat utama dari metode ini adalah distribusi probabilistik yang ingin dibangkitkan varian randomnya harus memiliki bentuk fungsi matematik dapat dibalikkan (inverse). Jika u adalah angka random, dan x adalah variabel random dengan fungsi distribusi F(x), dimana : F(x)=u Maka x=F-1(u) Distribusi Eksponensial Bentuk fungsi distribusi eksponensial adalah : F(x)= 1-ex/è x>0 Dengan menerapkan F(x)=u, kita mendapatkan: u =1-ex/è x = -è ln(1-u) dan karena (1-u) juga merupakan angka random, maka kita bisa menulis : x = -è ln(u) Biasanya è adalah rata-rata hitung (mean) dari sampel.
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Penelitian dilakukan di unit produksi 250, yaitu unit yang memproduksi sepatu, sandal, dan sol plastik, khususnya pada subunit sepatu/sandal plastik. Sub unit ini memproduksi puluhan project yang terbagi menjadi lebih dari 80 artikel pertahunnya. Project adalah jenis dasar dari sepatu/sandal yang diberi bermacammacam nama seperti Airwave, Miami, Linda, Solange, dan lain-lain. Setiap project bisa
10
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 terdiri dari beberapa macam artikel yang menggambarkan perbedaan detailnya. Untuk produksinya, sub unit ini menggunakan 2 jenis mesin utama, yaitu : 1. Dry Blend 2. Injection Moulding
Dry Blend digunakan untuk mencampur bahan-bahan sesuai dengan formula yang telah ditentukan. Hasilnya adalah campuran bahan berupa butiran-butiran kecil yang disebut pelet. Injection Moulding adalah mesin untuk mencetak sepatu/sandal. Prsesnya sebagai berikut : pelet dimasukan kedalam mesin, dan mesin akan mencairkannya dalam suhu tinggi, kemudian cairan tersebut diinjeksikan kedalam cetakan. Cairan plastik yang telah tercetak itu akan mendingin dalam waktu singkat karena adanya pendingin maka produkpun jadi. Injection Moulding terdiri dari empat mesin yaitu : 1. Sanpak 251 2. Sanpak 254 3. Sanpak 255 4. Maingroup 256 Sanpak 251, 254, 255, merupakan mesin yang sejenis. Sedangkan Maingroup 256 digunakan untuk memproduksi sepatu /sandal dengan bahan yang padat, tetapi bisa juga digunakan untuk memproduksi sepatu / sandal yang dapat dibuat dengan sanpak 251 , 254, dan 255. Data-data utama yang harus dikumpulkan adalah : a. Data mengenai produk (artikel) b. Data mengenai kerusakan mesin Data Artikel Selain jenis project dan artikel yang diproduksi, perlu juga diketahui berapa jumlah produksi, SPM ( Standard Production Minutes ), dan produksi maksimal perhari untuk setiap artikel. Produksi per tahun dibagi menjadi dua periode. SPM merupakan waktu standar untuk memproduksi suatu artikel. Produksi maksimal perhari merupakan ukuran batch dari artikel tersebut dalam satuan pasang. Data Kerusakan Mesin Data kerusakan mesin terdiri dari dua jenis : a. Waktu antar kerusakan b. Waktu perbaikan
Vol.3 No.1 - September 2009
11
ISSN: 1978 - 8282 Sedangkan mesin yang digunakan ada 4: a. Mesin sampak 251 b. Mesin sampak 254 c. Mesin sampak 255 d. Mesin Maingroup 256 Data mengenai waktu antar kerusakan dan waktu perbaikan untuk ke-empat mesin tersebut diambil dari catatan kerusakan mesin tahun 2006/2007. Data mengenai kedua waktu tersebut perlu dicari rata-ratanya untuk dapat digunakan dalam permodelan. Karena itu sebelum dicari rata-ratanya, lebih dulu diuji apakah datadata tersebut sudah memenuhi distribusi yang dikehendaki atau belum. Dalam hal ini, akan digunakan uji kebaikan suai Khi-Kuadrat untuk menguji apakah data-data waktu tersebut sudah mengikuti distribusi eskponensial. Uji kebaikan suai Khi-kuadrat yang dilakukan untuk data waktu antar kerusakan mesin dan data waktu perbaikan mesin, untuk masing-masing mesin, ternyata menunjukkan bahwa kesemuanya berdistribusi Eksponensial. DESAIN EKSPERIMEN Eksperimen yang akan dijalankan sebagai alternatif perbaikan ada empat: a. Eksperimen 1 : Kerusakan mesin 80% b. Eksperimen 2 : Kekurangan material dikurangi c. Eksperimen 2 : Penambahan mesin baru d. Eksperimen 2 : Pengurangan besar batch produksi Eksperimen 1 Penyebab dari kerusakan mesin-mesin pada bagian plastik ini adalah karena umur mesin yang sudah tua dan tidak adanya routine preventive maintenance. Menurut perusahaan, jika preventive maintenance dilakukan secara rutin, maka kerusakan mesin bisa dikurangi 10% hingga 20%. Sebagai alternatif perbaikan, maka dalam eksperimen I ini kerusakan mesin dikurangi 20%. Eksperimen 2 Pada saat ini, menurut perusahaan, secara rata-rata terjadi kekurangan material dua kali setahun dan memakan waktu satu minggu. Selama itu mesin berhenti berproduksi. Dari bagian material perusahaan diketahui bahwa jika kontrol material dilakukan secara ketat dan cadangan material ditambah serta beberapa kebijaksanaan lain diberlakukan,
12
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 kekurangan material bisa ditekan menjadi satu kali dalam setahun. Eksperimen 2 dilakukan dengan mengurangi waktu kekurangan material. Eksperimen 3 Jika produksi tidak bisa memenuhi penjualan maka alternatif yang rasional untuk mengatasinya adalah menambah mesin baru. Eksperimen 3 dilakukan dengan menambah mesin baru yang dianggap identik dengan mesin Maingroup 256 Eksperimen 4 Semakin besar ukuran batch produksi berarti semakin besar pula makespannya. Dan semakin besar makespan, makin besar pula kemungkinan terjadi keterlambatan. Dalam eksperimen 4 ini, ukuran batch produksi dari artikel-artikel yang menyebabkan keterlambatan dikurangi. ANALISA Setiap eksperimen dieksekusi didalam simulator. Kemudian hasil eksperimen akan dianalisis dari tiga segi : 1. Kehilangan penjualan pertahun 2. Keterlambatan kumulatif 3. Makespan rata-rata ANALISA SEGI KEHILANGAN PENJUALAN Jika kita melihat gambar-1 di bawah ini, jelas tampak beberapa puncak yang menjulang tinggi yaitu pada artikel 11, 24, 37, 50, 53, 54, 55, 56, 57 dan 58. Puncak – puncak inilah yang harus diperhatikan karena dinilai paling merugikan.
Gambar1. Analisa Segi Kehilangan Penjualan
Vol.3 No.1 - September 2009
13
ISSN: 1978 - 8282 Bila dianalisis lebih lanjut, puncak-puncak tersebut adalah artikel-artikel dengan nilai penjualan perhari yang tertinggi, dengan kata lain merupakan produk-produk yang paling laku. Mengapa kehilangan penjualan justru terjadi pada produk-produk yang paling laris? Secara penalaran, jika produk laris maka persediannya cepat menipis. Jika produksi tidak bisa mengimbangi kecepatan penjualan maka akan terjadi kehilangan penjualan. Sebab itulah produk-produk yang laris menjadi puncak di grafik kehilangan penjualan tersebut. Sekarang kita bandingkan antara keadaan normal dengan eksperimen-eksperimen yang telah dilakukan. Perbedaan yang sangat jelas terlihat pada eksperimen 3. Eksperimen 3 dapat dianggap sukses karena menurunkan rata-rata kehilangan penjualan pertahun dengan drastis. Seperti telah diketahui sebelumnya, eksperimen 3 adalah menambah mesin baru. Menambah mesin baru berarti mempercepat laju produksi. Akibat selanjutnya kehilangan penjualan dapat ditekan sedemikian rupa. Pada eksperimen lain tidak menunjukkan pola yang berbeda jauh dengan keadaan sebenarnya ( normal ) pada gambar-1. tersebut terlihat bahwa eksperimen 1 hampir tidak berbeda dengan keadaan normal. Hal ini berarti faktor kerusakan mesin bisa dianngap tidak memiliki pengaruh terhadap kehilangan penjualan. Eksperimen 2 terlihat sedikit menekan kehilangan penjualan, berarti faktor kekurangan material memiliki pengaruh (walaupun sedikit ) pada kehilangan penjualan Yang menarik adalah pada eksperimen 4. Kehilangan penjualan justru terlihat meningkat. Hal ini bisa terjadi karena dengan mengurangi batch produksi berarti laju produksi ikut berkurang, karena itu kehilangan penjualan justru bertambah. ANALISA SEGI KETERLAMBATAN KUMULATIF Jika melihat grafik-grafik keterlambatan kumulatif, eksperimen satu dengan lainnya memiliki kesamaan yaitu grafik keterlambatan kumulatif untuk mesin 251, 254 dan 255 mengarah kebawah sedang pada mesin 256 beranjak terus naik. Grafik keterlamabatan kumulatif yang turun pada mesin 251, 254 dan 255 bukan berarti menunjukkan bahwa keterlambatan di mesin-mesin tersebut selalu negatif, tetapi kebanyakan negatif sehingga hasil kumulatifnya terlihat turun. Begitu juga pada mesin 256, grafik yang terus naik tidak berari keterlambatannya selalu positif, tetapi kebanyakan positif sehingga hasil kumulatifnya terus naik.. Karena bentuk grafik yang demikian, maka perhatian kita cukup difokuskan pada mesin 256 sebagai sumber keterlambatan produksi. Selanjutnya kita tinjau grafik perbandingan keterlambatan kumulatif mesin 256 untuk tiap eksperimen pada gambar-2 berikut ini.
14
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282
Gambar 2. Analisa Segi Keterlambatan Kumulatif
Tampak bahwa setiap eksperimen sanggup mengurangi kemiringan grafik keterlambatan kumulatif tersebut. Ini berarti setiap eksperimen mempengaruhi sistem secara signifikan. Tetapi dari keempat eksperimen tersebut, yang paling sukses adalah eksperimen 4. Eksperimen ini dapat menekan keterlambatan hingga grafiknya berada di bawah garis nol. Demikian juga pada grafik untuk mesin-mesin lain, terlihat grafik eksperimen 4 selalu berada di bawah garafik eksperimen lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa penetapan batch semula tidak sesuai dengan kapasitas produksi mesin sehingga selalu terjadi keterlambatan. Dengan mengurangi besar batch produksi, makespan berkurang sehingga keterlambatan produksi dapat dikurangi sedemikian rupa. ANALISA SEGI MAKESPAN RATA-RATA Untuk menganalisis makespan, kita dapat maelihat gambar-3. Disana terlihat bahwa grafik untuk eksperimen 1 hingga eksperimen 3 hampir tidak berbeda dengan grafik keadaan normal. Berarti ketiga eksperimen tersebut bisa dianggap tidak berpengaruh terhadap makespan rata-rata tiap artikel.
Gambar 3. Analisa Segi Makespan Rata-rata
Vol.3 No.1 - September 2009
15
ISSN: 1978 - 8282 Satu-satunya eksperimen yang tampak berpengaruh adalah eksperimen 4. Seperti telah disebutkan sebelumnya, mengurangi besar batch produksi berarti secara langsung mengurangi makespan produk. Dengan mengurangi batch produksi dari artikelartikel yang sebelumnya membentuk puncak, maka pada grafik eksperimen 4 terlihat puncak-puncak tersebut telah menurun. SKENARIO GABUNGAN Ada beberapa hal penting yang dapat kita lihat dari ketiga analisa diatas, yaitu : · Eksperimen 3 dinilai berhasil menekan kehilangan penjualan, tetapi eksperimen tersebut tidak berhasil menekan keterlambatan. · Eksperimen 4 dinilai berhasil dalam menurunkan keterlambatan tetapi konsekuensinya kehilangan penjualan justru meningkat. Karena kedua eksperimen tersebut diatas memiliki kelebihan di satu segi tetapi kekurangan di segi lain, sekarang akan kita gabungkan kedua eksperimen tersebut menjadi eksperimen baru, sebut saja eksperimen 5. Di dalam eksperimen 5, kita menambah sebuah mesin baru sekaligus mengurangi besar batch produksi untuk artikel-artikel tertentu. Ternyata hasil eksperimen 5 berhasil memperbaiki keadaan dengan sangat memuaskan, baik dari segi keterlambatan, makespan rata-rata, maupun dari segi kehilangan penjualan. KESIMPULAN Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. ·
Keadaan sekarang Berdasarkan hasil simulasi untuk keadaan sekarang (normal), perusahaan saat ini mengalami kerugian akibat kehilangan penjualan rata-rata sebanyak hampir 300.000 unit pertahunnya. Sumber keterlambatan produksi adalah artikel-artikel yang hanya bisa diproduksi menggunakan mesin 256. Ini terlihat dari grafik keterlambatan kumulatif yang terus naik.
·
2.
Hasil eksperimen Yang menjadi sebab utama dari keterlambatan produksi adalah ukuran batch produksi yang terlalu besar. Terbukti dari eksperimen 4 yang berhasil menekan keterlambatan dengan cara memperkecil ukuran batch artikel-artikel tertentu. Sedangkan yang menjdi sebab utama dari tingginya kehilangan penjualan adalah tidak seimbangnya kecepatan produksi dengan kecepatan penjualan. Terbukti dari
16
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 eksperimen 3 yang berhasil menurunkan jumlah kehilangan penjualan dengan cara meningkatkan kecepatan produksi melalui penambahan mesin baru. Eksperimen 5 yang merupakan penggabungan eksperimen 3 dan eksperimen 4 dinilai berhasil memprbaiki keadaan. Dari hasil penerapannya di dalam simulasi, ditemukan bahwa kehilangan penjualan dapat ditekan hingga tinggal kurang dari 12 ribu unit pertahunnya, sedikit lebih besar dari eksperimen 3 yang hanya 11 ribu unit per tahun, namun jauh lebih kecil dari keadaan semula yang mencapai 300 ribu unit per tahun. Sedangkan keterlambatan produksi dapat pula ditekan hingga dibawah nol. 3.
Keuntungan dari pemakaian model simulasi ini adalah tidak perlunya menerapkan suatu hipotesa atau kebijakan baru secara langsung pada sistem yang bersangkutan yang sudah tentu akan memakan waktu, tenaga, dan biaya yang tidak kecil, dan belum tentu berhasil baik. Kita hanya perlu menjalankan program simulatornya untuk melihat efek atau hasil dari hipotesa atau kebijakan tersebut terhadap sistem. Diharapkan penerapannya pada sistem nyata tidak akan jauh berbeda dengan hasil simulasi.
4.
Ternyata pengaruh keterlambatan produksi terhadap kehilangan penjualan sangat kecil.
SARAN Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini, penulis mengajukan beberapa saran untuk dikembangkan pada masa mendatang. 1. Model yang dibuat belum memasukkan faktor manusia didalamnya. Beberapa hal yang berkaitan dengan faktor manusia seperti jumlah pekerja, produktifitas pekerja, keadaan lingkungan yang mempengaruhi pekerja, dan lainnya dapat dimasukkan untuk mengembangkan model. 2. Pada produksi nyata, artikel yang diproduksi lebih dari 80 jenis. Untuk menyempurnakan model, data dari keseluruhan artikel perlu diketahui. 3. Pada model ini, faktor kekurangan material hanya diambil dari rata-ratanya saja. Untuk pengembangan lebih lanjut, perlu dilakukan penelitian lebih mendalam tentang faktor ini. 4. Pengembangan model dapat juga dilakukan dengan memasukkan faktor biaya kedalamnya sehingga model dapat menjadi lebih sempurna.
Vol.3 No.1 - September 2009
17
ISSN: 1978 - 8282 DAFTAR PUSTAKA 1. Aronofsky, Julius (1969). “Simulation: Uses”. Wiley. New York. 2. Askin, Ronald G (1993). “Modeling & Analysis of Manufacturing Systems”. John Wiley & Sons, Inc. 3. Bedworth, David D and James E. Bailey (1987). “ Integrated Production Control Systems”. 2nd Edition 4. Biegel, John E (1992). “Pengendalian Produksi: Suatu Pendekatan Kuantitatif”. CV. Akademika Pressindo. 5. Emshoff, James R. and Roger L. Sisson (1970). “Design and Use of Computer Simulation Model”. MacMillan. New York. 6. Hoover, Stewart V (1989). “Simulation: A Problem Solving Approach”. Addison-Wesley. 7. Inoue, Kouno, Fujii (1986). “Backward Simulation: Concept, Methodology and Tool. Modeling and Simulation in Engineering”. Elsevier Science Publisher. 8. Riggs, James L (1978). “Production Systems”. 4th Ed. John Wiley & Sons. 9. Taha, Hamdy A (1992). “Operation Research: An Introduction”. 5th Ed. Mac Millan. 10. Walpole, Ronald E (1995). “Pengantar Statistika”. 3rd Ed. PT Gramedia Pustaka Utama.
18
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282
PERANCANGAN MINIATUR SISTEM LIFT 4 LANTAI DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER AT89S51 Yudhi Andrian1 Rika Rosnelly2 Utawi Handika Sari3 Email :
[email protected],
[email protected],
[email protected] Diterima: 6 Agustus 2009 / Disetujui: 27 Agusutus 2009 ABSTRACT The bug buildings that have more than one floor needed the stairs that can connect one floor to another floor. However, by using the stairs are still in efficient. Thus, it is needed an elevator that can be used to connect the whole floors in the building. To control an elevator needed a motor and control system. In this research, a motor that is used is that Motor Stepper AT89S51. Motor Stepper is used to lift up and down the elevator. While Microcontroller is used to feed the data into Motor Stepper so that Motor Stepper can move like clock rotation or inverse (lift up and down the elevator). To know that the must be down or up used manual button. This button is placed on each floor so Microcontroller can detect the pressing button to decide the elevator that can move up and down.
Kata kunci : AT89S51, Mikrokontroller, Motor Stepper Abstraksi Bangunan yang memiliki lebih dari satu lantai diperlukan tangga yang dapat menghubungkan satu lantai ke lantai lain. Namun, dengan menggunakan tangga masih belum efisien. Oleh karena itu, diperlukan sebuah lift yang dapat digunakan untuk menghubungkan seluruh lantai di gedung. Untuk mengontrol sebuah elevator butuh motor dan sistem kontrol. Dalam penelitian ini, sebuah motor yang digunakan adalah bahwa Motor Stepper AT89S51. Motor Stepper digunakan untuk mengangkat ke atas dan ke bawah lift. Sementara Microcontroller digunakan untuk memberi sinyal data ke Stepper Motor sehingga dapat bergerak searah dengan jarum jam atau sebaliknya (mengangkat ke atas dan ke bawah lift). Untuk tahu bahwa harus ke bawah atau ke atas menggunakan tombol manual. Tombol ini ditempatkan
1. Dosen Jurusan Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama Jl. K.L. Yos Sudarso Km 6,5 Telp (061) 6640525 2. Dosen Jurusan Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama Jl. K.L. Yos Sudarso Km 6,5 Telp (061) 6640525 3. Dosen Jurusan Sistem Informasi, STMIK Potensi Utama Jl. K.L. Yos Sudarso Km 6,5 Telp (061) 6640525
Vol.3 No.1 - September 2009
19
ISSN: 1978 - 8282 pada setiap lantai sehingga dapat mendeteksi Microcontroller menekan tombol untuk memutuskan lift yang dapat bergerak ke atas dan ke bawah. Kata kunci: AT89S51, Mikrokontroller, Motor Stepper
PENDAHULUAN Pada gedung - gedung besar yang memiliki lebih dari satu lantai diperlukan tangga yang dapat menghubungkan satu lantai ke lantai lainnya. Namun dengan menggunakan tangga masih kurang efisien. Karena itu dibutuhkan sebuah lift yang dapat menghubungkan seluruh lantai yang terdapat dalam gedung tersebut. Untuk merancang sebuah lift diperlukan sebuah sistem kendali. Untuk itu dapat digunakan sebuah komputer untuk mengendalikannya. Namun dengan menggunakan komputer masih kurang efisien. Karena itu komputer dapat digantikan dengan sebuah mikrokontroler. Mikrokontroler merupakan sebuah IC yang dapat ditulis dan dihapus sampai 1000 kali. Penggunaan mikrokontroler sebagai pengganti dari sebuah komputer untuk mengendalikan suatu sistem sudah sering digunakan. Karena itu penggunaan mikrokontroler akan sangat membantu dalam membuat sebuah sistem kendali. Dalam hal ini adalah mengendalikan sebuah lift. RANCANGAN SISTEM Diagram Blok Secara garis besar rangkaian untuk lift 4 lantai terdiri dari 5 blok utama, yaitu rangkaian tombol, rangkaian display, rangkaian mikrokontroler, rangkaian display, rangkaian driver motor stepper dan motor stepper. Diagram blok rangkaian tampak seperti gambar 1.
Gambar 1. Diagram Blok Rangkaian
Gambar di atas merupakan gambar diagram blok dari rangkaian untuk lift 3 lantai. Tombol berfungsi sebagai tombol pemanggil dari masing-masing lantai, dimana tombol 20
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 ini berada pada setiap lantai. Rangkaian mikrokontroler berfungsi untuk mengolah datayang diterima dari masing-masing timbil kemudian menampilkan pada display dan menggerakkan lift ke atas atau ke bawah. Rangkaian display berfungsi untuk menampilkan nilai dari penekanan tombol, semisal pengguna akan menuju lantai 3, sehingga menekan tombol 3, maka pada display akan tampil angka 3. Driver motor stepper berfungsi untuk mengendalikan pergerakan motor stepper, dan motor stepper sendiri berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan lift. Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 Rangkaian Mikrokontroler berfungsi untuk mengolah sinyal yang dikirimkan oleh sensor 1 dan 2 kemudian menghitung kecepatan dari kendaraan dalam satuan kilometer per jam ( Km/Jam ) untuk ditampilkan ke seven segmen. Gambar rangkaian mikrokontroler AT89S51 ditunjukkan pada gambar 2.
Gambar 2. Rangkaian Mikrokontroler AT89S51
Mikrokontroler ini memiliki 32 port I/O, yaitu port 0, port 1, port 2 dan port 3. Pin 40 dihubungkan ke sumber tegangan 5 volt. Dan pin 20 dihubungkan ke ground. Rangkaian mikrokontroler ini menggunakan komponen kristal 12 MHz sebagai sumber clocknya. Nilai kristal ini akan mempengaruhi kecepatan mikrokontroler dalam mengeksekusi suatu perintah tertentu. Pada pin 9 dihubungkan dengan sebuah kapasitor 10 uF yang dihubungkan ke positip dan sebuah resistor 10 Kohm yang dihubungkan ke ground. Kedua komponen ini berfungsi agar program pada mikrokontroler dijalankan beberapa saat setelah power aktip. Vol.3 No.1 - September 2009
21
ISSN: 1978 - 8282 Lamanya waktu antara aktipnya power pada IC mikrokontroler dan aktipnya program adalah sebesar perkalian antara kapasitor dan resistor tersebut. Jika dihitung maka lama waktunya adalah : (1) Jadi 1 mili detik setelah power aktip pada IC kemudian program aktip. Pin 17 yang merupakan P3.7 dihubungkan dengan transistor dan sebuah LED. Ini dilakukan hanya untuk menguji apakan rangkaian minimum mikrokontroller AT89S51 sudah bekerja atau belum. Dengan memberikan program sederhana pada mikrokontroller tersebut, dapat diketahui apakah rangkaian minimum tersebut sudah bekerja dengan baik atau tidak. Jika LED yang terhubug ke Pin 17 sudah bekerja sesuai dengan perintah yang diberikan, maka rangkaian minimum tersebut telah siap digunakan. Diagram Alir Pemrograman
Gambar 3. Diagram Alir Pemrograman
Program diawali dengan start, yang berarti bahwa rangkaian diaktipkan. Selanjutnya program akan mengecek kondisi hujan (sensor hujan), jika tidak ada sinyal dari sensor ini, maka program akan mengecek kondisi sensor malam (sensor malam), seterusnya program akan terus mengecek kondisi dari semua sensor. Sensor malam merupakan sensor pendeteksi siang hari. Jika salah satu dari keadaan hujan, keadaan malam. Keadaan siang mengirimkan sinyal ke mikrokontroler, maka program akan memerintahkan motor untuk berputar menutup atap stadion. Dan jika salah satu dari ke 3 sensor 1 mengirimkan sinyal, maka program akan memerintahkan motor untuk berputar membuka atap stadion. Selanjutnya program akan kembali ke rutin awal untuk kembali mengecek kondisi dari masing-masing sensor. 22
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 PENGUJIAN ALAT DAN PROGRAM Pengujian Rangkaian Power Supplay (PSA) Pengujian pada bagian rangkaian power supplay ini dapat dilakukan dengan mengukur tegangan keluaran dari rangkaian ini dengan menggunakan volt meter digital. Dari hasil pengujian diperoleh tegangan keluaran pertama sebesar + 5,1 volt. Tegangan ini dipergunakan untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian. Mikrokontroler AT89S51 dapat bekerja pada tegangan 4,0 sampai dengan 5,5 volt, sehingga tegangan 5,1 volt ini cukup untuk mensupplay tegangan ke mikrokontroler AT89S51. Dengan demikian rangkaian ini sudah dapat bekerja dengan baik. Sedangkan tegangan keluaran kedua adalah sebesar +12,3 volt. Pengujian Rangkaian Mikrokontroller AT89S51 Untuk mengetahui apakah rangkaian mikrokontroller AT89S51 telah bekerja dengan baik, maka dilakukan pengujian.Pengujian bagian ini dilakukan dengan memberikan program sederhana pada mikrokontroller AT89S51. Programnya adalah sebagai berikut: Loop: Setb P3.7 Acall tunda Clr P3.7 Acall tunda Sjmp Loop Tunda: Tnd:
Mov r7,#255 Mov r6,#255 Djnz r6,$ Djnz r7,tnd Ret
Program di atas bertujuan untuk menghidupkan LED yang terhubung ke P3.7 selama ± 0,13 detik kemudian mematikannya selama ± 0,13 detik secara terus menerus. Perintah Setb P3.7 akan menjadikan P3.7 berlogika high yang menyebabkan transistor aktif, sehingga LED menyala. Acall tunda akan menyebabkan LED ini hidup selama beberapa saat. Perintah Clr P3.7 akan menjadikan P3.7 berlogika low yang menyebabkan transistor tidak aktif sehingga LED akan mati. Perintah Acall tunda akan menyebabkan LED ini mati selama beberapa saat. Perintah Sjmp Loop akan menjadikan program tersebut berulang, sehingga akan tampak LED tersebut tampak berkedip. Lamanya waktu tunda dapat dihitung dengan perhitungan sebagai berikut : Kristal yang digunakan adalah kristal 12 MHz, sehingga 1 siklus mesin membutuhkan waktu = mikrodetik. Vol.3 No.1 - September 2009
23
ISSN: 1978 - 8282 Pengujian Rangkaian Tombol Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan menekan tombol, kemudian mengukur tegangan output dari rangkaian tersebut. Dari hasil pengujian didapatkan pada saat tombol tidak ditekan, maka output dari rangkaian ini adalah 4,9 volt. Ketika terjadi penekanan tombol, maka output dari rangkaian ini adalah 0 volt. Dengan demikian rangkaian ini telah berfungsi dengan baik. Pengujian selanjutnya adalah dengan menghubungkan rangkaian tombol ini dengan rangkaian mikrokontroler yang telah diberi program sebagai berikut : Jb P1.0,$ Setb P3.7 ...... Program di atas akan menunggu adanya sinyal low yang dikirimkan tombol, dimana tombol tersebut dihubungkan dengan P1.0. Program akan terus menunggu sampai ada sinyal low yang dikirimkan oleh tombol. Jika ada sinyal low yang dikirimkan oleh tombol, maka program akan menghidupkan LED indikator yang dihubungkan ke P3.7. Pengujian Rangkaian Display Seven Segment Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan menghubungkan rangkaian ini dengan rangkaian mikrokontroler, kemudian memberikan data tertentu pada port serial dari mikrokontroler. Seven segmen yang digunakan adalah common anoda, dimana semen akan menyala jika diberi logika low (0) dan sebaliknya segmen akan mati jika diberi logika high (1). Dari hasil pengujian diperoleh data yang harus dikirimkan ke port serial untuk menampilkan angka desimal adalah sebagai berikut: Tabel 1 Penampilan Angka Decimal
Program yang diisikan pada mikrokontroler untuk menampilkan nilai-nilai tersebut adalah sebagai berikut: bil1 equ 0echbil2 equ Loop: mov sbuf,#bil0 Jnb ti,$ 24
18hbil3
equ
88h
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 Clr ti sjmp loop Program di atas akan menampilkan angka 0 pada semua seven segmen. Sedangkan untuk menampilkan 3 digit angka yang berbeda pada seven segmen adalah dengan mengirimkan ke 3 data angka yang akan ditampilkan pada seven segmen. Programnya adalah sebagai berikut : Loop: mov sbuf,#bil1 Jnb ti,$ Clr ti mov sbuf,#bil2 Jnb ti,$ Clr ti mov sbuf,#bil3 Jnb ti,$ Clr ti sjmp loop Program di atas akan menampilkan angka 1 pada seven segmen ketiga, angka 2 pada seven segmen kedua dan angka 3 pada seven segmen pertama. Pengujian Rangkaian Driver Motor Stepper Pengujian pada rangkaian jembatan H ini dilakukan dengan menghubungkan input rangkaian driver motor stepper ini dengan rangakaian mikrokontroler AT89S51 dan menghubungkan output dari rangkaian driver motor stepper ini dengan motor stepper, kemudian memberikan program sebagai berikut: mov a,#11hputar:
mov P0,a
acall tunda
Rl a
jmp putar
Program diawali dengan memberikan nilai 11h pada pada accumulator (a), kemudian program akan memasuki rutin buka pintu. Nilai a diisikan ke port 0, sehingga sekarang nilai port 0 adalah 11h. ini berarti P0.0 dan P0.4 mendapatkan logika high sedangkan yang lainnya mendapatkan logika low, seperti table di bawah ini, Tabel 2. Tabel Logika
Vol.3 No.1 - September 2009
25
ISSN: 1978 - 8282 Program dilanjutkan dengan memanggil rutin tunda. Lamanya tunda akan mempengaruhi kecepatan perputaran motor. Semakin lama maka tunda, maka perputaran motor akan semakin lambat. Perintah berikutnya adalah Rl a,perintah ini akan memutar nilai yang ada pada accumulator (a), seperti tampak pada table di bawah ini : Tabel 3. Tabel Nilai Akumulator
Nilai pada accumulator (a) yang awalnya 11h, setelah mendapat perintah Rl a, maka nilai pada accumulator (a) akan merubah menjadi 22h. Kemudian program akan melihat apakah kondisi sensor buka pintu dalam keadaan high (1) atau low (0). Jika high (1), Nilai yang ada pada accumulator (a), akan kembali diisikan ke port 0, maka nilai di port 0 akan berubah menjadi 22h, ini berarti P0.1 dan P0.5 mendapatkan logika high sedangkan yang lainnya mendapatkan logika low, seperti table di bawah ini, Tabel 4. Tabel Logika
Sebelumnya telah dibahas bahwa P0.0, P0.1, P0.2, dan P0.3 dihubungkan ke masukan driver motor stepper, dengan program di atas maka P0.0, P0.1, P0.2, dan P0.3 akan mendapatkan nilai high (1) secara bergantian. Hal ini menyebabkan motor stepper akan berputar membuka pintu.Hal yang sama juga berlaku ketika motor berputar kaearah sebaliknya, perbedaannya hanya pada perintah rotate. Jika pada perintah berlawanan arah jarum jam digunakan rotate left ( Rl ), maka pada perintah searah jarum jam digunakan perintah rotate right ( Rr). Perputaran perintah Rr diperlihatkan pada table berikut, Tabel 4. Rotate
26
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 Pengujian Program tombol1 tombol2 tombol3 tombol_turun tombol_naik sensor1 sensor2 sensor3 bil1 equ 0ech bil2 equ 18h bil3 equ 89h
bit bit bit bit bit bit bit bit
p3.5 p3.6 p3.7 p3.4 p3.3 p2.0 p2.1 p2.2 ;untuk angka1 ;untuk angka2 ;untuk angka3
utama: mov p0.#0h mov a,#11h ;= = = tombol naik = = =; naik: jb tombol_naik,turun sjmp run_naik ;= = = tombol turun = = =; turun: jb tombol_turun,naik sjmp run_turun ;= = = routine lift naik = = =; run_naik: call tunda call tunda call tunda call tunda call tunda call tunda call tunda naik_lantai2: jb tombol2,naik_lantai3 call lantai2 Vol.3 No.1 - September 2009
27
ISSN: 1978 - 8282 sjmp naik naik_lantai3: jb tombol3,naik_lantai2 call lantai3 sjmp naik lantai2: mov p0,a call delay_step rr a jnb sensor2,lantai2 call angka2 mov p0,#0h ret lantai3: mov p0,a call delay_step rr a jnb sensor3,lantai3 call angka3 mov p0,#0h ret ; = = = routine lift turun = = =; run_turun: call tunda call tunda call tunda call tunda call tunda call tunda call tunda turun_lantai1: jb tombol1,turun_lantai2 call floor1 ljmp turun turun_lantai2:
28
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 jb tombol2,turun_lantai1 call floor2 ljmp turun floor1: mov p0,a call delay_step rl a jnb sensor1,floor1 call angka1 mov p0,#0h ret floor2: mov p0,a call delay_step rl a jnb sensor2,floor2 call angka2 mov p0,#0h ret angka1: mov sbuf,#bil1 jnb ti,$ clr ti ret angka2: mov sbuf,#bil2 jnb ti,$ clr ti ret angka3: mov sbuf,#bil3 jnb ti,$ clr ti ret ; = = = routine tunda = = = ; Vol.3 No.1 - September 2009
29
ISSN: 1978 - 8282 tunda: mov r7,#255 tnd: mov r6,#255 djnz r6,$ djnz r7,tnd ret delay_step: mov r7,#50 dly: mov r6,#90 djnz r6,$ djnz r7,dly ret end
KESIMPULAN Dari hasil pelaksanaan perancangan alat hingga pengujian dan pembahasan sistem maka penulis dapat menarik kesimpulan, antara lain: a. Untuk mengangkat/menurunkan lift digunakan motor stepper, dimana motor stepper ini hanya bisa mengangkat beban yang ringan. b. Motor stepper tidak dapat dikendalikan langsung oleh mikrokontroler, sehingga dibutuhkan rangkaian driver sebagai sarana untuk mengendalikannya. c. Digunakan motor stepper pada alat ini karena pergerakan motor stepper dapat diatur presisi. DAFTAR PUSTAKA 1. Agfianto (2004). Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55 Teori dan Aplikasi, Edisi Kedua, Penerbit: Gava Media, Yogyakarta 2. Agfianto (2002). Teknik Antarmuka Komputer: Konsep dan Aplikasi, Edisi Pertama, Penerbit: Graha Ilmu, Yogyakarta 3. Andi (2003). Panduan Praktis Teknik Antarmuka dan Pemrograman Mikrokontroler AT89C51, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta
30
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 4. Andrian Yudhi, Haryanto Edy Viktor dkk (2009). Perancangan Miniatur Tempat Perparkiran Mobil Dengan Menggunakan Sensor Dan Tampilan Berbasis Mikrokontroller AT89S51, Computer Science Research and Its Development Center Journal, No.1 Vol 10, STMIK Potensi Utama 5. Andrian Yudhi, Puspasari Ratih dkk (2009). Perancangan Pintu Otomatis Dengan Sistem Pembacaan Kode Bar Sebagai Kartu Identitas Berbasis Mikrokontroller AT89S51, Computer Science Research and Its Development Center Journal, No.1 Vol 10, STMIK Potensi Utama 6. Haryanto Edy Viktor, Ummi Khairul dkk (2009). Perancangan Dan Implementasi Perangkat Lunak Untuk Mengendalikan Peralatan Elektronik Dan Listrik Notebook, Computer Science Research and Its Development Center Journal, No.1 Vol 1, STMIK Potensi Utama 7. Malvino (2003). Albert paul, Prinsip-prinsip Elektronika, Jilid 1 & 2, Edisi Pertama, Penerbit: Salemba Teknika, Jakarta
Vol.3 No.1 - September 2009
31
REPRINT
ISSN: 1978 - 8282
Penerapan metode Data Mart Query (DMQ) dalam Distributed Database System Untung Rahardja1 Retantyo Wardoyo2 Shakinah Badar3 Email:
[email protected];
[email protected]; Diterima: 5 Agustus 2009 / Disetujui: 29 Agusutus 2009 ABSTRACT Along with rapid development of network and communication technology, the proliferation of online information resources increases the importance of efficient and effective distributed searching in distributed database environment system. Information within a distributed database system allows users to communicate with each other in the same environment. However, with the escalating number of users of information technology in the same network, the system often responds slowly at times. In addition, because of large number of scattered database in a distributed database system, the query result degrades significantly in the occurrence of large-scale demand at each time data needs. This paper presents a solution to display data instantly by using Data Mart Query. In other words, Data Mart Query (DMQ) method works to simplify complex query manipulating table in the database and eventually creates a presentation table for final output. This paper identifies problems in a distributed database system especially display problem such as generating user’s view. This paper extends to define DMQ, explain the architecture in detail, advantages and weaknesses of DMQ, the algorithm and benefits of this method. For implementation, the program listings displayed written ASP script and view the example using DMQ. DMQ methods is proven to give significant contribution in Distributed Database System as a solution that is needed by network users to display data instantly that is previously very slow and inefficient. ABSTRAKSI Seiring dengan kemajuan zaman, laju pertumbuhan IPTEK yang semakin pesat mendorong perkembangan teknologi jaringan. Suatu informasi disalurkan antara satu database dengan database yang lain memungkinkan untuk saling berhubungan dalam suatu sistem database yang terdistribusi. Namun dengan banyaknya pengguna teknologi informasi dalam suatu
1. Dosen Jurusan Sistem Informasi, STMIK Raharja Jl. Jend Sudirman No.40 Modern Cikokol-Tangerang Telp 5529692 2. Dosen Fakultas Science dan Teknologi, Universitas Gadjah Mada Sekip Utara Bls, Yogyakarta 55281 3. Mahasiswa Jurusan Sistem Informasi, STMIK Raharja Jl. Jend Sudirman No.40 Modern Cikokol-Tangerang Telp 5529692
32
Vol.3 No.1 - September 2009 1
REPRINT
ISSN: 1978 - 8282
jaringan, membuat suatu sistem kadang berjalan lambat. Selain itu banyaknya data yang tersebar dalam suatu sistem database yang terdistribusi, mengakibatkan terjadinya proses query besar-besaran pada saat setiap kali membutuhkan data. Dengan menggunakan Data Mart Query, memungkinkan sebuah display data dapat ditampilkan dengan cepat. Dengan kata lain, metode Data Mart Query dapat langsung menampilkan source code pada display dan proses query yang dikerjakan pada engine. Dalam artikel ini, diidentifikasikan masalah yang dihadapi dalam suatu sistem yang terdistribusi khususnya masalah dalam menampilkan view ke pengguna, definisi dari Data Mart Query tersebut, arsitekturnya dalam sebuah database, keuntungan dan kelemahan dari Data Mart Query, algoritma serta manfaat dari metode ini. Pada implementasinya, ditampilkan listing program yang ditulis menggunakan script ASP serta contoh view dengan menggunakan Data Mart Query. Kontribusi metode Data Mart Query dalam Distributed Database System merupakan suatu solusi yang sangat membantu kebutuhan user pada proses display data yang sebelumnya sangat lambat dan tidak efisien. Kata kunci: Data Mart Query, Distributed Database
PENDAHULUAN Perkembangan teknologi yang terus meningkat dengan cepat, mempengaruhi laju kebutuhan manusia atas informasi, terlebih disuatu organisasi atau perusahaan. Informasi terus mengalir dan jumlahnya semakin lama semakin meningkat seiring dengan jumlah permintaan, serta jumlah data yang semakin banyak. Selain itu penggunaan database dalam suatu perusahaan dan organisasipun semakin banyak terlebih dengan adanya sistem jaringan. Database dapat didistribusikan dari satu komputer ke komputer lain. Jumlah arus pemakaipun meningkat seiring besarnya organisasi atau perusahaan. Organisasi maupun perusahaan membutuhkan sistem informasi untuk mengumpulkan, mengolah dan menyimpan data serta menyalurkan suatu informasi. Berkembangnya sistem informasi dari waktu ke waktu telah menghasilkan banyak informasi yang semakin kompleks. Kompleksnya informasi tersebut disebabkan oleh banyaknya permintaan, jumlah data serta tingkat iterasi perintah SQL dalam suatu program. Pemanfaatan teknologi informasi oleh organisasi atau perusahaan secara garis besar bertujuan untuk memudahkan pelaksanaan proses bisnis dan meningkatkan kemampuan kompetitif. Melalui teknologi informasi, diharapkan proses bisnis perusahaan dapat dilaksanakan lebih mudah, cepat, efisien dan efektif. Penggunaan teknologi jaringan didalam suatu organisasi ataupun perusahaan menjadi hal yang biasa. Didalam suatu sistem jaringan sekarang ini banyak organisasi ataupun perusahaan yang telah menerapkan database terdistribusi untuk sistem databasenya. Database terdistribusi merupakan sebuah database yang berada dibawah kontrol DBMS sentral dimana tempat penyimpanan tidak terpusat ke suatu CPU tetapi mungkin disimpan di multiple komputer dalam lokasi fisik yang sama atau disebarkan melalui jaringan komputer yang saling terkoneksi. Vol.3 2 No.1 - September 2009
33
REPRINT
ISSN: 1978 - 8282
Gambar 1. Arsitektur Distributed Database
Gambar diatas, merupakan gambaran arsitektur database yang terdistribusi. Dimana didalam sistem database terdistribusi ini memungkinkan beberapa terminal terkoneksi dalam suatu sistem database. Dan masing-masing terminal ini bisa mengakses atau memperoleh data dari database baik yang ada dikomputer pusat maupun dikomputer lokal ataupun database yang satu dengan database yang lain. Database terdistribusi juga mempunyai keunggulan seperti dapat merefleksikan struktur organisasi, otonomi lokal. Kesalahan dalam satu fragmen tidak akan mempengaruhi database keseluruhan. Adanya balancing database didalam server dan sistem dapat dimodifikasi tanpa mempengaruhi modul lain. Untuk itu, penyimpanan data pada tabel SQL server dalam sebuah distributed database, merupakan langkah praktis yang dilakukan banyak kalangan saat ini. Bagi instansi tertentu proses penyajian data haruslah cepat, misalnya pada google.com dimana penyajian data yang diinginkan oleh kosumen haruslah dengan cepat berada pada tampilan display, padahal tidak sedikit data yang harus dikeluarkan. Pada dasarnya penyajian data dari tabel memerlukan waktu proses yang sesuai dengan banyaknya data yang akan di tampilkan. Penggunaan cara konvensional pada dasarnya adalah cara praktis, karena tidak membutuhkan pengeditan bila data di database bertambah, namun apakah kecepatan tampilan akan lama bila data yang ditampilkan banyak.
34
Vol.3 No.1 - September 2009 3
ISSN: 1978 - 8282
REPRINT
PERMASALAHAN Distributed database memang memiliki banyak keunggulan terlebih untuk struktur organisasi saat ini. Namun diantara keunggulan itu, distributed database juga memungkinkan suatu sistem menjadi lebih kompleks, karena banyaknya database yang tersebar dan jumlah data yang banyak dan terus meningkat didalam suatu organisasi maupun perusahaan. Jika suatu database memiliki sejumlah data yang tersimpan dengan banyak query dan tabel, suatu permintaan mengakibatkan proses pencarian data atau source data menjadi lambat. Selain itu banyaknya user yang dapat mengakses suatu tampilan web atau Web display suatu sistem informasi juga menjadi lambat.. Berikut ini disampaikan tampilan sumber data konvensional yang memiliki query bertingkat:
Gambar 2. Source Data Konvensional
Dari gambar diatas, kita bisa lihat bahwa untuk menghasilkan suatu tampilan pada web display, pada source data konvensional perlu dilakukan query bertingkat. Source data dilakukan mulai dari tabel yang satu kemudian tabel yang lain lalu ke query yang satu ke query yang lain. Bayangkan jika ada ratusan atau ribuan tabel dan query didalam suatu database, kemudian database itu terdistribusi sehingga terjadi hubungan antara database yang satu dengan yang lain. Berapa lama waktu yang dibutuhkan hanya untuk memberikan satu tampilan web?
Vol.3 4 No.1 - September 2009
35
REPRINT
ISSN: 1978 - 8282
Dari penjelasan di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut: 1. Apakah proses view karena query bertingkat pada Database terdistribusi sudah ada penelitiannya? 2. Berapa dampak dari lambatnya sebuah proses akibat query bertingkat? 3. Metode apa yang dapat digunakan untuk mempercepat proses display pada suatu sistem database terdistribusi? 4. Apa kelemahan dan kelebihannya dengan metode baru yang diusulkan ini? LITERATURE REVIEW Banyak penelitian yang sebelumnya dilakukan mengenai distributed database. Dalam upaya pengembangan distributed database ini perlu dilakukan studi pustaka sebagai salah satu dari penerapan metode penelitian yang akan dilakukan. Diantaranya adalah mengidentifikasikan kesenjangan (identify gaps), menghindari pembuatan ulang (reinventing the wheel), mengidentifikasikan metode yang pernah dilakukan, meneruskan penelitian sebelumnya, serta mengetahui orang lain yang spesialisasi dan area penelitiannya sama dibidang ini. Beberapa Literature review tersebut adalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini dilakukan oleh Jun Lin Lin dan Margaret H. Dunham dari Southerm Methodist University dan Mario A. Nascimento berjudul “ A Survey of Distributed Database Checkpointing”. Penelitian ini membahas mengenai checkpointing pada database terdistribusi dan pendekatan-pendekatan yang digunakan. Penelitian ini bermula dari adanya banyak survey yang dilakukan berkenaan dengan proses recovery database, dan banyak teknik yang diusulkan untuk mengatasinya. Dengan distributed database checkpointing, dapat mengurangi waktu proses recovery suatu kegagalan didalam database terdistribusi. Checkpointing dapat digambarkan sebagai suatu aktivitas menulis informasi ke penyimpanan yang stabil selama operasi normal dalam rangka mengurangi jumlah pekerjaan pada saat restart. Penelitian ini membantah bahwa sedikit batasan dan sedikit sumber daya menjadi masalah dalam pendekatan database terdistribusi, serta Membantah bahwa checkpointing hanya dapat digunakan untuk sistem distribusi yang multidatabase. Meskipun penelitian ini telah banyak dilakukan namun cukup rumit dalam implementasinya. Dengan penelitian ini kita dapat mengembangkan database terdistribusi dengan checkpointing untuk mempercepat proses recovery database[1]. 2. Penelitian ini dilakukan oleh David J. DeWitt dari Universitas Wisconsin dan Jim Gray tahun 1992 berjudul “Parallel Database Systems:The Future of High Performance Database Processing”. Penelitian ini dilakukan dengan Konsep database terdistribusi yang
36
Vol.3 No.1 - September 2009 5
ISSN: 1978 - 8282
REPRINT
merupakan database yang disimpan pada beberapa komputer yang terdistribusi satu sama lain. Pada penelitian ini, dijelaskan Sistem database paralel mulai menggantikan Mainframe komputer besar untuk pengolahan data dan transaksi tugas. Paralel database komputer memiliki arsitektur yang berkembang dari penggunaan perangkat lunak yang eksotik untuk perangkat keras yang paralel. Seperti kebanyakan aplikasi, user menginginkan hardware sistem database yang murah, cepat. Ini menyangkut tentang prosesor, memori dan disk. Akibatnya, konsep hardware database yang eksotis tidak sesuai untuk teknologi saat ini. Di lain sisi, ketersediaan microprocessors cepat, murah dan kecil menjadi paket standar murah tapi cepat sehingga menjadi platform yang ideal untuk sistem database paralel. Stonebraker mengusulkan rancangan sederhana untuk spektrum disain yaitu shared memory, shared disk dan shared nothing. Dan bahasa yang digunakan dalam database adalah SQL sesuai dengan standar ANSI dan ISO. Dengan penelitian ini, kita dapat mengembangkan sistem database agar dapat digunakan diberbagai ruang lingkup[2].
Gambar 3. Desain Shared-Nothing, Shared-Memory dan Shared-Disk
3. Penelitian ini dilakukan oleh Carolyn Mitchell dari Norfolk State University berjudul “Components of a Distributed Database” tahun 2004. Penelitian ini membahas tentang komponen-komponen didalam database. Salah satu komponen utama dalam DDBMS
Vol.3 6 No.1 - September 2009
37
REPRINT
ISSN: 1978 - 8282
adalah Database Manager. “Sebuah Database Manager adalah perangkat lunak yang bertanggung jawab untuk memproses segmen data yang didistribusikan. Komponen utama lainnya adalah Query User Interface, yang merupakan sebuah program klien yang bertindak sebagai sebuah antarmuka untuk Transaksi Manager yang terdistribusi..” Sebuah Transaksi Manager terdistribusi adalah program yang menterjemahkan permintaan dari pengguna dan mengkonversi mereka ke query database manager, yang biasanya didistribusikan. Sebuah sistem database yang terdistribusi terbuat dari kedua manajer yaitu Database Manager dan Transaksi Manager Terdistribusi[3].
Gambar 4. Arsitektur Distributed Database dan Komponennya
4. Penelitian yang dilakukan oleh Hamidah Ibrahim, “Deriving Global Integritas Dan Local Rules For Distributed Database”. Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Putra Malaysia, 43400 UPM Serdang. Ibrahim mengatakan bahwa tujuan terpenting didalam database sistem adalah menjamin konsistensi data, yang berarti bahwa data yang terdapat dalam database harus baik dan akurat. Didalam pelaksanaannya untuk menjaga konsistensi perubahan data sangat sulit, khususnya untuk didistribusikan dalam database. Dalam tulisan ini, menjelaskan sebuah algoritma penegakan aturan berdasarkan mekanisme untuk didistribusikan database yang bertujuan meminimalisir jumlah data yang harus ditransfer atau diakses diseluruh jaringan yang menjaga konsistensi dari database di satu situs, yaitu di situs mana pembaruan perlu dilakukan. Teknik ini disebut sebagai tes integritas generasi, yang berasal dari lokal dan global integritas, dan aturan yang telah efektif dapat mengurangi biaya kendala dalam memeriksa suatu data yang telah didistribusikan dalam lingkungan. Didalam penelitian
38
Vol.3 No.1 - September 2009 7
REPRINT
ISSN: 1978 - 8282
ini telah berhasil menghasilkan sebuah sistem sentralistik yang besar dengan tingkat kehandalan yang tinggi untuk integritas data[4]. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Steven P. Coy dari University of Maryland berjudul “Security Implication of the Choice of Distributed Database Management System Model: Relational Vs Object Oriented”. Penelitian ini menjelaskan bahwa keamanan data harus dibenahi ketika mengembangkan database dan diantaranya memilih antara relational dan object oriented model. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan, terutama dari segi efektifitas dan efisiensi, juga apakah sekuritas dan integritas ini memakan sumber daya yang terlalu besar tidak semata mata fitur keamanan. Kedua pilihan ini akan mempengaruhi kekuatan dan kelemahan dari database tersebut. Untuk centralized database kedua model ini bisa dikatakan sama baiknya. Namun untuk distributed database, relational model lebih unggul dibidang sekuritas. Ini lebih banyak disebabkan karena object oriented model database masih kurang maturitasnya. Sehingga didalam lingkungan heterogenous, proses integritasnya masih menimbulkan banyak masalah. OODBMS tetap saja masih perlu perkembangan teknologi lebih lanjut, namun di lingkungan homogenous, OODBMS dapat menjadi pilihan yang baik[5]. 6. Penelitian yang dilakukan oleh Stephane Gançarski, Claudia León, Hubert Naacke, Marta Rukoz and Pablo Santini yang berjudul “Integrity Constraint Checking in Distributed Nested Transactions over a Database Cluster” adalah sebuah solusi untuk memeriksa integritas dan kendala global dalam berhubungan multi database sistem. Penelitian ini juga menyajikan hasil eksperimental yang diperoleh atas solusi PC cluster dengan Oracle9i DBMS. Tujuan adalah melakukan eksperimentasi untuk mengukur waktu yang dihabiskan dalam memeriksa kendala global dalam sistem yang terdistribusi. Alhasil menunjukkan bahwa overhead berkurang hingga 50% dibandingkan dengan pemeriksaan integritas yang terpusat. Studi menunjukkan bahwa sistem berkemungkinan besar melanggar referential integrity dan global conjunctive constraints. Namun dengan cara distributed nested transactions, dengan adanya eksekusi dan parallelism, integritas dapat lebih terjamin[6]. 7. Penelitian ini dilakukan oleh Allison L. Powell James C.dkk, Perancis Departemen Ilmu Komputer Universitas Virginia, berjudul berjudul “The Impact of Database Selection on Distributed Searching”. Penelitian ini menjelaskan bahwa distributed searching terdiri dari 3 bagian yaitu database selection, query processing, dan results merging. Cukup beberapa database yang dijadikan database seleksi (tidak semuanya) dan performa akan meningkat cukup signifikan. Bila seleksi database dilakukan dengan baik, pencarian secara distributed akan berkinerja lebih baik dibandingkan pencarian secara sentralisasi. Vol.3 8 No.1 - September 2009
39
REPRINT
ISSN: 1978 - 8282
Pencarian database juga ditambahkan proses seleksi dan ranking sehingga secara potensial meningkatkan efektifitas pencarian data[7]. 8. Penelitian ini dilakukan oleh Yin-Fu Huang dan HER JYH-CHEN (2001) dari Universitas Nasional Sains dan Teknologi Yunlin Taiwan, berjudul “Fragment Allocation in Distributed Database Design”. Pada penelitian ini menjelaskan mengenai Wild Area Network (WAN), fragmen alokasi adalah isu utama dalam distribusi database desain karena kekhawatiran kinerja keseluruhan didistribusikan pada system database. Disini system yang diusulkan sederhana dan modelnya yang komprehensif mencerminkan aktivitas transaksi yang didistribusikan dalam database. Berdasarkan model dan informasi transaksi, dua bentuk algoritma dikembangkan untuk mendapatkan alokasi yang optimal seperti total biaya komunikasi yang sebisa mungkin diminimalkan. Hasilnya menunjukkan bahwa alokasi fragmentasi ditemukan dengan menggunakan algoritma yang tepat akan menjadi lebih optimal. Beberapa penelitian juga dilakukan untuk memastikan bahwa biaya rumus dapat benar-benar mencerminkan biaya komunikasi didunia nyata[8]. 9. Penelitian ini dilakukan oleh Nadezhda Filipova dan Filcho Filipov (2008) dari University of Economics. Varna, Bul. Kniaz BorisI berjudul “Development of database for distributed information measurement and control system”. Penelitian ini menjelaskan mengenai pengembangan database dari pengukuran informasi yang didistribusikan dan sistem kontrol yang menerapkan metode optik untuk plasma spectroscopy fisika dan penelitian atom collisions dan menyediakan akses untuk mendapat informasi dan sumber daya perangkat keras di jaringan Intranet/Internet, berdasarkan database pada sistem manajemen database Oracle9i. Perangkat lunak klien yang diwujudkan adalah dalam Java Language. Perangkat lunak ini dikembangkan dengan menggunakan model arsitektur, yang memisahkan aplikasi data dari komponen grafis presentasi dan masukan pengolahan logika. Berikut grafis presentasi telah dilaksanakan, pengukuran radiasi dari Spectra beam plasma dan benda, perangsangan fungsi non-elastis collisions dari berat partikel dan analisis data yang diperoleh dalam percobaan sebelumnya. Berikut grafis klien yang memiliki fungsi interaksi dengan database browsing informasi tentang percobaan dari jenis tertentu, pencarian data dengan berbagai kriteria, dan memasukkan informasi tentang percobaan sebelumnya[9]. 10. Penelitian yang dilakukan oleh Lubomir Stanchev dari University of Waterloo tahun 2001 berjudul “Semantic Data Control In Distributed Database Environment”. Penelitian ini menyatakan bahwa ada tiga tujuan utama dalam semantic data control yaitu: view managemen, data security dan semantic integrity control. Dalam sebuah relasi, fungsifungsi ini dapat mencapai keseragaman dengan menegakkan aturan-aturan manipulasi
40
Vol.3 No.1 - September 2009 9
ISSN: 1978 - 8282
REPRINT
kontrol data. Solusinya adalah dengan sentralisasi ataupun terdistribusi. Dua hal utama yang efisien untuk melakukan kontrol adalah definisi data dan penyimpanan aturan (situs pilihan) dan penegakan desain algoritma yang meminimalkan biaya komunikasi. Masalahnya adalah sulit, karena peningkatan fungsi (dan umum) cenderung meningkatkan komunikasi situs. Solusi untuk semantik data kontrol terdistribusi adalah eksistensi dari sentralisasi solusi. Masalahnya adalah sederhana jika aturan kontrol sepenuhnya direplikasi di semua situs dan sulit jika situs otonomi dipatenkan. Selain itu, khusus optimasi dapat dilakukan untuk meminimalkan biaya kontrol data tetapi dengan tambahan overhead seperti pengelolaan data snapshot. Dengan demikian, spesifikasi kontrol data terdistribusi harus disertakan pada desain database sehingga biaya kontrol update untuk program-program ini juga dipertimbangkan[10].
Gambar 5. Data Visualization dengan materialized and auxiliary views
Dari sepuluh literature review yang ada, telah banyak penelitian mengenai checkpointing, parallel database system, pembahasan component database system, juga mengenai security. Disamping itu juga ada pembahasan mengenai nested transaction, distributed searching, view management dan juga fragment allocation. Namun dapat disimpulkan pula bahwa belum ada peneliti yang secara khusus membahas atau mengatasi masalah proses view yang lambat akibat query bertingkat. PEMECAHAN MASALAH Untuk mengatasi berbagai masalah diatas, maka diperlukan proses yang cepat dan efisien dalam mengakses seluruh data yang banyak dan tidak teratur di database, terlebih untuk suatu sistem database yang terdistribusi. Saat ini programmer lebih memilih menggunakan Ms. Acces dan fungsi query untuk mengerjakan seluruh script perintah. Vol.3 10 No.1 - September 2009
41
REPRINT
ISSN: 1978 - 8282
Alhasil proses query besar-besaran terjadi setiap membutuhkan data. Penggunaan SQL server bukanlah hal yang baru dalam hal ini, maka dari itu diusulkan untuk dibentuknya suatu system yang lebih menuju ke proses pada saat loading penyajian data dan memiliki kecepatan yang secara linear lebih cepat dibandingkan dengan cara konvensional. DMQ (Data Mart Query) merupakan metode yang menerapkan analogi “Waste Space for Speed”. DMQ juga merupakan salah satu metode yang berbentuk terhadap pemisahan antara “Engine” dan “Display”. Dengan kata lain metode DMQ dapat langsung menampilkan source code pada display dan proses query yang dikerjakan pada engine. Secara umum DMQ menghasilkan sebuah display data yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan metode umum, karena DMQ tidak melakukan proses lagi dalam menampilkan data. Dan akhirnya DMQ merupakan suatu solusi yang dapat membantu kebutuhan user pada proses display data yang sebelumnya sangat lambat dan tidak efesien. Pada Data Mart Query sumber data berasal dari tabel. Jadi pada proses DMQ ini, mengalokasikan seluruh data yang dipilih ke dalam suatu tabel. Sehingga user tidak perlu memikirkan pembuatan struktur tabel tujuan, yang perlu dipikirkan hanyalah dimana data tersebut berada. DMQ ini digunakan untuk menghindari penggunaan Query majemuk. DMQ akan mengorbankan besarnya kapasitas penyimpanan data (space harddisc) untuk meningkatkan kecepatan (increase speed). DMQ membutuhkan triger update data untuk menghasilkan data yang mutakhir. Berikut ini adalah gambaran mengenai permintaan data dari user. Dimana seorang user melakukan permintaan akan suatu tampilan, kemudian data query module melakukan pencarian pada db1, db2 sampai dbn. Dengan menggunakan Data Mart Query atau DMQ dari data query module langsung menghasilkan query yang diinginkan dalam bentuk graphical display module yang dapat dilihat oleh user.
Gambar 6. Data Visualization dengan DMQ
42
Vol.3 No.1 - September 2009 11
REPRINT
ISSN: 1978 - 8282
Dengan Data Mart Query (DMQ) proses pencarian data lebih singkat, karena tidak seperti source data konvensional yang harus mencari dari tabel. Data Mart Query (DMQ) bisa memotong waktu proses karena proses pencarian data hanya ke satu tabel yang telah digabungkan.
Gambar 7. Perbandingan source data konvensional dan source data dengan Data Mart Query
Jika dibandingkan maka tampilannya akan seperti gambar diatas. Dimana dengan DMQ bisa membuat tampilan web lebih cepat dilakukan karena tidak memerlukan proses pencarian yang rumit. Hal ini juga dapat dibuktikan pada grafik 1. Keterangan : = Tidak menggunakan DMQ = Menggunakan DMQ Grafik 1. Perbandingan Waktu dan Jumlah data
Pada grafik diatas, dapat dilihat bagaimana perbandingan waktu dan jumlah data untuk suatu display web dimana jumlah data untuk masing-masing grafik nilainya sama. Grafik diatas menjelaskan bahwa jika suatu view tidak menggunakan DMQ, maka grafiknya akan naik keatas, atau semakin besar jumlah data maka waktu prosesnya akan semakin lama. Namun sebaliknya jika menggunakan DMQ untuk viewnya maka berapapun jumlah Vol.3 12 No.1 - September 2009
43
REPRINT
ISSN: 1978 - 8282
datanya waktu yang dibutuhkan untuk proses viewnya relatif konstan. REGRESI LINEAR Selain dibuktikan secara grafik, dapat juga dibuktikan secara eksponensial dengan persamaan Regresi Linear sebagai berikut:
Dimana
a = Y pintasan, (nilai Y’ bila X = 0) b = kemiringan dari garis regresi(kenaikan atau penurunan Y’ untuk setiap perubahan satu-satuan X) atau koefisien regresi, yang mengukur besarnya pengaruh X terhadap Y kalau X naik satu unit X = nilai tertentu dari variabel bebas Y’ = nilai yang diukur/ dihitung pada variabel tidak bebas Nilai a dan b pada persamaan regresi dapat dihitung dengan humus dibawah ini: a = é - X ………..[11] A. Perhitungan Regresi Linear untuk view tanpa menggunakan DMQ Berikut ini adalah data yang diperoleh jika tidak menggunakan Data Mart Query : Tabel 1. Data dan Perhitungan untuk view tanpa DMQ
44
Vol.3 No.1 - September 2009 13
REPRINT
ISSN: 1978 - 8282
Dari hasil perhitungan diatas, nilai a dan b dihitung sebagai berikut:
Sehingga, persamaan regresi yang memperlihatkan hubungan kedua variabel antara jumlah data dan waktu untuk suatu tampilan view adalah: Y = 35.5 + 0.0032X Jadi setiap kali jumlah data bertambah maka waktu prosesnya akan bertambah 0.0032 kali. B. Perhitungan Regresi Linear untuk view dengan menggunakan DMQ Berikut ini adalah data yang diperoleh jika menggunakan Data Mart Query : Tabel 2. Data dan perhitungan untuk view dengan DMQ
Vol.3 14 No.1 - September 2009
45
REPRINT
ISSN: 1978 - 8282
Dari hasil perhitungan diatas, berdasarkan cara yang sama dihasilkan persamaan berikut ini: Y = 15.25 + 0.0001X Jadi setiap kali jumlah data bertambah maka waktu prosesnya akan bertambah 0.0001 kali. Berdasarkan kedua perhitungan regresi diatas, dapat dibuktikan bahwa bDMQ tidak signifikan.
Ini menunjukkan bahwa bDMQ tidak signifikan dibandingkan bn. dengan demikian regresi untuk non DMQ tetap : y = 35.5 + 0.0032x sedangkan regresi DMQ menjadi : y = 15.25. KORELASI LINEAR Istilah korelasi menunjuk pada konsep saling hubungan diantara beberapa variabel. Dalam bentuknya yang kompleks, korelasi melibatkan banyak variabel sekaligus. Namun dalam pembahasan ini saya mengambil dua variabel yaitu X untuk jumlah data dan Y untuk waktu. Salah satu formula untuk menghitung besarnya koefisien korelasi antara dua variabel yang masing-masing berskala interval telah dirumuskan oleh ahli statistika dan disebut formula korelasi product-moment Pearson. Rumusannya adalah sebagai berikut: Untuk view tanpa menggunakan DMQ semakin besar jumlah data cenderung diikuti oleh semakin besarnya waktu proses dan sebalik nya semakin kecil jumlah data maka semakin kecil pula waktu proses yang dibutuhkan. Tentu perubahan pada variabel X tidak diikuti oleh perubahan pada variabel Y secara mutlak. Ada sedikit variasi yang memperlihatkan besarnya perubahan pada X tidak selalu diikuti secara proporsional oleh perubahan pada Y. Hal ini menunjukkan adanya indikasi hubungan yang tidak sempurna antara dua variabel dan hal ini memang menjadi karakteristik variabel non fisik. Hubungan yang sempurna sekali hanya dapat diteemui pada variabel-variabel ilmu eksakta. Korelasi dinyatakan dalam angka yang disebut koefisien korelasi dan diberi symbol rxy. Koefisien korelasi mengandung dua makna, yaitu kuat lemahnya hubungan dan arah hubungan antar variabel.
46
Vol.3 No.1 - September 2009 15
ISSN: 1978 - 8282
REPRINT
Kuat lemahnya hubungan antara dua variabel diperlihatkan oleh besarnya harga mutlak koefisien korelasi yang bergerak antara 0 sampai dengan 1. Semakin mendekati angka 0 berarti hubungan semakin lemah dan semakin koefisien mendekati angka 1 berarti hubungan semakin kuat. Dari data pada Tabel 1. dapat dihitung korelasi linear antara jumlah data dan waktu proses untuk view tanpa menggunakan DMQ sebagai berikut: = 0.97 Sedangkan korelasi linear antara jumlah data dan waktu proses untuk view dengan menggunakan DMQ berdasarkan data pada tabel 2. adalah sebagai berikut: = 0.55 Tingginya koefisien ini diartikan sebagai adanya hubungan yang kuat antara jumlah data dengan waktu. Tanda positif pada koefisien korelasi tersebut menunjukkan bahwa Jumlah data yang semakin tinggi memiliki waktu proses yang semakin tinggi. MERANCANG PROGRAM MELALUI FLOWCHART
Gambar 8. Flowchart Daftar Nilai IPK
Vol.3 16 No.1 - September 2009
47
REPRINT
ISSN: 1978 - 8282
LISTING PROGRAM Daftar nilai IPK merupakan sebuah program yang menggunakan metode DMQ (Data Mart Query), sehingga listing program yang akan ditampilkan yaitu listing program untuk update daftar nilai IPK. Berikut listing programnya :
Gambar 9. Listing program update daftar nilai IPK
IMPLEMENTASI Konsep Data Mart Query (DMQ) telah diimplementasikan pada Perguruan Tinggi Raharja dalam membuat tampilan Daftar Nilai IPK (Indeks Prestasi Kumulatif Kumulatif). IPK tersebut merupakan rata-rata dari IPS (Indeks Prestasi Sementara). IPK adalah sistem penilaian yang disiapkan untuk mengukur dan mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa selama melakukan perkuliahan. Dengan Penggunaan DMQ didalam pembuatan daftar nilai IPK, membuat tampilannya dengan cepat dapat diakses.
48
Vol.3 No.1 - September 2009 17
ISSN: 1978 - 8282
REPRINT
Gambar 10. Struktur Query didalam database Raharja_Integrated
ALGORITMA Lap_khs4 : SELECT dbo.Lap_Khs3.NIM, dbo.Lap_Khs3.Kode_MK, dbo.Lap_Khs3.Mata_Kuliah, dbo.Lap_Khs3.Sks, dbo.Lap_Khs3.Grade, dbo.Lap_Khs3.AM, dbo.Lap_Khs3.K, dbo.Lap_Khs3.M, dbo.QKurikulum.Kelompok, dbo.QKurikulum.Kajur FROM dbo.Lap_Khs3 INNER JOIN dbo.Mahasiswa ON dbo.Lap_Khs3.NIM = dbo.Mahasiswa.NIM INNER JOIN dbo.QKurikulum ON dbo.Mahasiswa.Jenjang = dbo.QKurikulum.Jenjang AND dbo.Mahasiswa.Jurusan = dbo.QKurikulum.Jurusan AND dbo.Mahasiswa.Konsentrasi = dbo.QKurikulum.Konsentrasi AND dbo.Lap_Khs3.Kode_MK = dbo.QKurikulum.Kode TAMPILAN LAYAR Tampilan layar (interface) Panel Pimpinan telah terintegrasi dengan beberapa sistem informasi seperti Raharja Multimedia Edutainment (RME), Absensi On-line (AO), dan Vol.3 18 No.1 - September 2009
49
REPRINT
ISSN: 1978 - 8282
Student Information Services (SIS). Adapun interface – interface tersebut terdiri dari : a. Tampilan Utama Panel Pimpinan Pada tampilan ini kita bisa melihat keseluruhan Mahasiswa yang ada pada Perguruan Tinggi Raharja beserta (Indeks Mutu Kumulatif) IMK dan (Indeks Prestasi Kumulatif) IPKnya. Pada tampilan ini juga terdapat jumlah mahasiswa laki-laki dan perempuan, Status mahasiswa beserta jumlahnya, mahasiswa yang berhak mengikuti UTS dan UAS, Top 10 best dan Top 10 Worst IPK dan IMK, serta Rata-rata IPK baik untuk mahasiswa aktif maupun lulusan Perguruan Tinggi Raharja.
Gambar 11. Tampilan Utama Panel Pimpinan
Pada kolom disebelah kiri ataupun atas, ketika akan di klik link-linknya, maka akan terbuka sebuah URL pada kolom sebelah kanan. Dalam gambar diatas terdapat link Asdir. Ketika link tersebut di klik, maka akan terbuka sebuah URL yang berisi seluruh Top 100 Mahasiswa dengan status Aktif yang diurutkan secara descending. URL tersebut memiliki interface seperti gambar dibawah ini:
50
Vol.3 No.1 - September 2009 19
ISSN: 1978 - 8282
REPRINT
Gambar 12. Tampilan Top 100 Mahasiswa denagn status aktif
Pada tampilan diatas, terdapat NIM, Nama Mahasiswa, serta IPK dan IMKnya. Untuk dapat melihat secara detail daftar nilai IPK seorang mahasiswa, silahkan klik nilai IPK mahasiswa tersebut. b. Tampilan daftar nilai IPK pada Panel Pimpinan Berbeda dengan interface sebelumnya, interface IPK pada panel pimpinan ini khusus menggambarkan nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) setiap mahasiswa. IPK merupakan nilai rata–rata dari keseluruhan nilai yang diperoleh pada seluruh semester yang telah dijalankan oleh setiap mahasiswa. IPK tersebut dikemas dalam sebuah “Daftar Nilai IPK” yang formatnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Vol.3 20 No.1 - September 2009
51
REPRINT
ISSN: 1978 - 8282
Gambar 13. Tampilan Daftar Nilai IPK
Untuk memberikan tampilan daftar nilai IPK diatas, banyak tabel dan Query yang digunakan. Sehingga jika menggunakan source data secara konvensional membutuhkan waktu yang lama. Namun tampilan daftar nilai IPK diatas dibuat dengan menggunakan Data Mart Query, sehingga pada saat membuka halaman ini, tidak membutuhkan waktu yang lama.
52
Vol.3 No.1 - September 2009 21
REPRINT
ISSN: 1978 - 8282
KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas, disimpulkan bahwa Data Mart Query (DMQ) merupakan metode yang tepat untuk mempercepat waktu proses pada suatu sistem informasi dengan database yang terdistribusi. DMQ ini digunakan untuk menghindari penggunaan Query majemuk. Dengan demikian DMQ akan mengorbankan besarnya kapasitas penyimpanan data (space harddisc) untuk meningkatkan kecepatan (increase speed) dalam pengaksesan. Hal ini pun telah dibuktikan baik secara logik, secara grafik dengan perhitungan regresi linear dan korelasi linear dan juga melalui implementasi. DAFTAR PUSTAKA 1. Allison L. Powell, James C. French, Jamie Callan, Margaret Connell and Charles L. Viles (2000). The Impact of Database Selection on Distributed Searching. 23rd ACM SIGIR Conference on Information Retrieval (SIGIR’00), pages 232-239. 2. DeWitt. D.J., Gray.J. Parallel Database Systems (1992). The Future of High Performance Database Processing. San Francisco: Computer Sciences Department, University of Wisconsin. 3. Filipova Nadezhda dan Filipov Filcho (2008). Development Of Database For Distributed Information Measurement And Control System University of Economics. Varna, Bul. Kniaz Boris I. 4. Hamidah Ibrahim (2001). Deriving Global And Local Integrity Rules For A Distributed Database. Departement of Computer Science Faculty of Computer Science and Information Technology, University Putra Malaysia 43400 UPM Serdang. 5. Huang Yin-Fu dan JYH-CHEN HER (2001). Fragment Allocation in Distributed Database Design. Nasional Yunlin Universitas Sains dan Teknologi Yunlin. Taiwan 640, R.O.C. 6. Lin. J. L., Dunham M. H. and Nascimento M. A. (1997) A Survey of Distributed Database Checkpointing. Texas: Department of computer science and engineering, Shoutern Methodist University. 7. Mitchell Carolyn (2004). Component of a distributed database. Department of Computer science, Norfolk state University.
Vol.3 22 No.1 - September 2009
53
REPRINT
ISSN: 1978 - 8282
8. Stanchev Lubomir (2001). Semantic Data Control In Distributed Database Environment. University of Waterloo. 9. Stephane Gangarski, Claudia Leon, Hurbert Naacke, Marta Rukoz and Pablo Santini (2006). Integrity Constraint Checking In Distributed Nested Transactions Over A Database Clustur. Laboratorie the Information Paris 6. University Pierre et Marie Curie 8 rue du Capitaine Scott, 75015, Paris. Centro de Computacion Paralela Y Distribuida, Universidad Central de Venezuela. Apdo. 47002, Los Chaguaramos, 1041 A, Caracas, Venezuela. 10. Steven P Coy (2008). Security Implications of the Choice of Distributed Database Management System Model: Relational Vs Object Oriented. University of Maryland. 11. Supranto(2000). Statistik Teori dan Aplikasi, Erlangga.
54
Vol.3 No.1 - September 2009 23
ISSN: 1978 - 8282
Slotted ALOHA CDMA By Dual Model Path Gains Hoga Saragih1, Djoko Soetarno2 E-mail:
[email protected],
[email protected] Diterima: 11 Agustus 2009 / Disetujui: 31 Agusutus 2009 ABSTRACT Throughput Slotted ALOHA CDMA by dual model path gain Nakagami/Nakagami fading channel by capture effect is analyzed. The approach of fading effect to BER is calculated by path gain. Path gain for desired signal and interference signal is unequal. Therefore, at this research BER used on S-ALOHA CDMA is BER with two different model path gains at Nakagami/ Nakagami fading channel with capture effect. Result of calculation indicates that throughput of slotted ALOHA CDMA are getting better with increase level of parameter fading signal and long code. Others throughput slotted ALOHA CDMA also better progressively with the decrease of capture ratio and simultaneous user. keywords: Slotted ALOHA (s-aloha), CDMA, EFFECT
s-aloha cdma, Nakagami fading, CAPTURE
1. Introduction Wireless communication based on code-division multiple accesses (CDMA) have a capability to handling multiple access transmission, overcoming multipath fading and cochannel interference, and also enhancing capacity of the system. [1]. Multipath fading causes the quality of services get decreasing while cochannel interference causes low capacity of system. There are two kinds of parameter that usually used for showing performance of CDMA’s system are outage probability and bit error rate (BER) [2]. BER calculation for CDMA has been used by researchers to calculate in a variety of approximation where they use standard Gaussian approximation (SGA) often. The results of calculation have been implementing in variety of channel fading cases [3]–[7]. In SGA, central limit theorem (CLT) is used, then we assume that signal effect of multiple access interference (MAI) with additive white-Gaussian process, variance of MAI is used to calculate signal-to-interference ratio (SIR). SGA is an easy approximation to 1. Dosen Magister Teknologi Informasi Universitas Bina Nusantara Jl. Kebun Jeruk Raya No. 27, Jakarta Barat 11530 2. Dosen Magister Sistem Informasi Universitas Bina Nusantara Jl. Kebun Jeruk Raya No. 27, Jakarta Barat 11530
Vol.3 No.1 - September 2009
55
ISSN: 1978 - 8282 implement because it uses the rate of SNR directly but the analysis of performance is very optimistic if the amount of users is small especially [3]. BER’s calculation for CDMA based on CLT, it used for analysis CDMA system in the fading channel with Rayleigh distribution and synchronizing random sequences or asynchronizes [7]. The influencing of amount of users is effect on BER when we measured in a certain SNR. In [8], influencing of channel coding and diversity to BER’s estimation in Rayleigh channel has been explaining specifically. The combination of spread spectrum modulation with channel coding and diversity is able to gain a high performance in one of application in this technique The calculation of BER’s cellular system in Rayleigh/Rician channel has been analyzed [9]. In Rayleigh/Rician channel, desired signal modeled in Rayleigh distribution, while interfering signals modeled in Rician Lee distribution, [10] has been explaining about the influence of channel coding and diversity order toward BER’s CDMA in Rician channel, while Sasamori and his friends [11] have been generate BER’s CDMA in Rician channel. The influencing of cochannel interference that go through fading with Nakagami distribution has been explain in [2],[12]. In [2], expression of closed form from BER system for mobile communication to generate binary phase shift keying (BPSK) and binary frequency shift keying (BFSK). While in [12], the influence of cochannel interference with Nakagami model is compare with Rician/Rayleigh model. In CDMA system, the influence of fading to BER is get from determine SIR first then path gain through assumed it has same rate neither main signal or interfering signal. The analysis of ALOHA perfomance in fading channel has been explain before [13]. The analysis of S-ALOHA perfomance in channel fading Rayleigh has been explain [14],[15]. The perfomance of S-ALOHA in channel fading Nakagami with the same parameter for test packet and interfering packet as well [16]. In communication of micro diversity, the rate of fading parameter for main signal and interfering signal is not always the same. In this research we will analyze the throughput of CDMA S-ALOHA in Nakagami/Nakagami fading channel with different parameter of fading, CDMA S-ALOHA system utilize capture effect. Capture effect is added in system intended to overcome the decreasing of effective throughput because the amount of bits in transmitted packets is decreasing, so capture effect is used to overcome this problem because in S-ALOHA techniques, the receiver in BS can capture a packet successfully as many packets transmitted together in one slot. Thus, effective throughput depend on capture probability and probability of succeed packet that transmitted. Therefore, it is very interesting to analyze throughput of CDMA S-ALOHA in Nakagami/Nakagami fading channel in a different parameter of fading in capture effect. The perfomance in a communication system that use random access method can be measure through throughput parameter [17],[18].
56
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 The contribution in this research is analysis the throughput of CDMA S-ALOHA that use BER with different dual model path gain in model Nakagami/Nakagami fading channel with capture effect. We analyze the throughput through calculation in a different dual model path gain for main signal or interfering signal. To enhance throughput of CDMA S-ALOHA, we propose use capture delay [19]-[21]. Capture delay is potential to make a packet can receive well as there is another packets in the same slot so the throughput is getting improvement. 2. Model System We can use system observe in figure 4.1. Signal from transmitter (Tx), S, transmitted through in a channel to receiver (Rx). In Rx, the received signal consist of main signal, X, and (L – 1) multipath random signal, Y, that is interfering signal. The combined between X and Y that receive from Rx is always assumed have the same model. In micro diversity, model path gain between signal X and Y might be different.
ωc
Figure 4.1 Model system
2.1. Model Transmitter Transmitted signal by user k th is given by [8]:
S k (t ) = Aa k (t )bk (t ) cos(ω c t + θ k )
(1) A is amplitude of signal where A = with P is signal power [3]–[7], is carrier frequency, and θ k is signal phase k th . Signal of spread spectrum code (SSC) ak(t) from k th is used for spreading process that is an order of periodic signal with amplitude is one (unit amplitude), there are positive and negative in a square pulse with duration Tc [1], and can state as
a k (t ) =
∞
∑a P
i = −∞
k i Tc
(t − iTc )
Vol.3 No.1 - September 2009
(2) 57
ISSN: 1978 - 8282
aik is chip amplitude i th , PTc (t ) = 1 for 0 ≤ t ≤ T and PTc (t ) = 0 and another t . Data signal from user k th is an order of periodic signal with amplitude is one (unit amplitude), there is positive and negative in square pulse with duration T, and can be state as
bk (t ) =
∞
∑ b P (t − jT ) k j T
(3) b is amplitude of symbol data at time slot j st and k = 1, 2, …, K, and K is the amount of active users simultaneously. Duration of data signal is T = NTc , N is length of PN code. k j
j =−∞
2.2. Model Channel If there is L-path signal that transmit in a channel, there is one desired signal at least in a channel and L–1 multipath fading signal. Impulse response from low passer (lowpass equivalent impulse response) pass band channel for the link between transmitter L is given [8]: k th and receiver
hk ( τ) = ∑ β lk δ(τ − τ lk )e jΦ lk l =1
β lk is path gain l
th ,
Φ lk
(4) is path phase l that assumed uniformly in [0, 2 π ], and that assumed uniformly in [0, T], where l = 1, 2, …, L is th
is path time delay the amount of path. Received signal from receiver is given by [8]:
⎧K ∞ ~ ⎫ r (t ) = Re ⎨∑ ∫ hk (τ ) S k (t − τ ) exp( jω c t ) dτ ⎬ + n(t ) −∞ ⎩ k =1 ⎭ (5)
~ S k (t ) is complex envelope from Sk(t) for θ k = 0 and Re{.} state as real part of the
complex number. Substitutes equation (1) and (4) to equation (5), so we get [8]: L
r (t ) = A∑ {β l1a1 (t − τ l1 ) × b1 (t − τ l1 ) × cos(ωc t + Φ l1 )} + l =1
L
K
A∑∑ {β lk ak 1 (t − τ lk ) × bk (t − τ lk ) × cos(ωc t + Φ lk )} + n(t ) (6) l =1 k = 2 Where n(t) is white Gaussian noise with power spectral density (psd) worth of N0/2 (W/ Hz), is the amplitude of fading with Nakagami distribution. In (6), desired users is prefer to first user (k = 1), while second user until user are assumed as interfering signal.
58
Vol.3 No.1 - September 2009
l th
ISSN: 1978 - 8282 2.3. Model Receiver If assumed that delay and phase from receiver is synchronize with first user so decission statistic to detect signal from that user is[8]: (7) Substitute (6) to (7), therefore [8]:
(8) Where and are an order data bits from signal of user , , and v is Gaussian with zero mean and variance N0T/4. First row in (8) represent desired signal to detect. Second row is (L – 1) self-interference that desired (first user) effected by side lobe function of autocorrelation of SSC from first user. Third row is L(K – 1) multi-user interference or MAI from (K –1) different active user simultaneously in a system. The last row is Gaussian RV affected by AWGN. If diversity technique that used is MRC with M order. So we can define a random variable (random variable – RV), in [10]:
(9) Where
is path gain in (8).
3. Bit Error Rate of CDMA The calculation of BER’s CDMA can use through SIR and PDF. Calculation BER intends to model of Nakagami fading channel, it means that desired signal and interference signal are modeled in Nakagami model. While packet gain that use for desired signal is assumed has different rate with path gain for interfering signal.
Vol.3 No.1 - September 2009
59
ISSN: 1978 - 8282 3.1. Signal to Interference Ratio (SIR) We can simplify equation (8), to [10]
(10) . First row is desired signal that has avarage power [8],[10]
(11) constant. While second row, third and fourth have self interefence, MAI, and noise with a given power is [10]
(12)
(13)
and
(14) Where = 2T2/3N for the system that use Gold code [10]. SIR is defined as the comparison of main signal’s power to sum of total interfering signal’s power and noise can be state as [10]
(15)
60
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 Substitute (11) to (14) and (15) to get result [10]
(15a) Equation (15a) can state in another form as [10]: (16)
(17) 3.2. Probability Density Function Signal in Nakagami Channel Fading If X is RV that state as transmitted power signal and go through distributed fading of Nakagami , thus X will have pdf as follows[2]: (18)
X is instantaneous power that goes through fading; mx is parameter of Nakagami fading. If Y is RV that state power from L signal that go through distributed fading of Nakagami, thus Y will have pdf as [2]:
(19)
y is power from instantaneous signal that go through fading, my is parameter fading of Nakagami. To calculate BER with two kind of model path gain, thus can defined as new RV, that is, with each of X and Y have given pdf from (18), (19). Pdf from A calculate in:
Vol.3 No.1 - September 2009
61
ISSN: 1978 - 8282
(20) The calculation of combined pdf from signal X with distributed Nakagami and signal Y with distributed Nakagami can obtain thorough subtitute equation (18) and (19) to (20) as follows:
(21)
3.3. Bit Error Rate Conditional of BER CDMA in modulated system of noncoherent BPSK determined by [2],[9]: (22) is given SIR by equation(17). BER from CDMA system can calculated in equation [2],[9]: (23) is pdf from A that given by (21). BER CDMA with dual model path gain in the Nakagami/Nakagami fading channel obtained through substitute equation (21) and (22) to (23) that is:
(24)
After calculation we get
(25)
(26)
62
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 is gamma function , is , is the power of signal component self interference, is the power of component signal of MAI, is the amount of active user simultaneously. Nakagami distribution can used as Rayleigh distribution as. 4. Capture Probability In cellular communication where there is different variety of signal power between one and another signal as effected by MS motion, effect fading, and variety of distant between transmitter and receiver. These things make possible that a packet can receive well as there are another packets in a same slot. This phenomenon is called capture effect. These phenomenons escalate throughput system. 4.1. Delay Capture In this research, we will explain about delay capture, where capture probability from delay capture effect is given by [19],[20],[21]: (27)
Q is ratio of delay capture that is comparison between capture time and different time of maximum arriving packet. For perfect capture effect , and without capture effect. 5. Throughput of CDMA S-ALOHA Throughput of CDMA S-ALOHA in the channel fading we state as [15],[16],[20]-[25] : (28) Where is the lenght of a packet, is probability frame that happen along period of frame in S-ALOHA that use Poisson distribution: (29) Throughput of CDMA S-ALOHA in channel fading apply delay capture effect (30)
Vol.3 No.1 - September 2009
63
ISSN: 1978 - 8282 6. Results and Analysis Table 1. Used Parameter
Figure 1. Throughput of CDMA S-ALOHAin the Nakagami/Nakagami fading channel with capture effect with rate of changed and parameter rate of. Figure 1. Shows that throughput of CDMA S-ALOHA in the Nakagami/Nakagami fading channel with capture effect and rate of will change as parameter rate of. Figure1
64
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 obtain from equation (30). Figure 1 shows that the increasing of effect the throughput of S-ALOHA is increase also, this thing occur because the increasing of parameter rate of , of course the increasing of main power signal higher than the power of interfering signal. 7. Conclusions We can observe that the throughput of CDMA S-ALOHA will getting improvement if the rate of is higher, lenght of code and capture effect. Throughput of CDMA S-ALOHA is worsen if the amount of users is increasing, capture ratio. References [1] M. B. Pursley (1977). “Performance evaluation for phase-coded spread-spectrum multiple-access communication––Part I: System Analysis,” IEEE Trans. Comm., vol COM-25, hal. 795–799 [2] V. A. Aalo dan J. Zhang (1999) “On the effect of cochannel interference on average error rates in nakagami-fading channels, “ IEEE Comm. Lett., vol. 3, no.5, hal. 136–138. [3] R. K. Morrow, Jr. dan J. S. Lehnert (1989). “Bit-to-bit error dependence in slotted DS/SSMA packet systems with random signature sequences,” IEEE Trans. Comm., vol. 37, no. 10, hal. 1052–1061. [4] J. M. Holtzman (1992). “A simple, accurate method to calculate spread-spectrum multiple-access error probabilities,” IEEE Trans. Comm., vol. 40, no. 3, hal. 461– 464 [5] J. M. Holtzman (1992). “On calculating DS/SSMA error probabilities,” IEEE 2nd International Symposium on Spread Spectrum Techniques and Applications, Jepang, Nopember. [6] M. O. Sunay dan P. J. McLane (1996). “Calculating error probabilities for DS CDMA systems: when not to use the gaussian approximation,” IEEE Globecom 96, vol. 3, hal. 1744–1749. [7] J. Cheng dan N. C. Beaulieu (2002). “Accurate DS-CDMA bit-error probability calculation in rayleigh fading,” IEEE Trans. Wire. Comm., vol. 1, no. 1, hal. 3–15. Vol.3 No.1 - September 2009
65
ISSN: 1978 - 8282 [8] M. Kavehrad dan P. J. McLane (1985). “Performance of low-complexity channel coding and diversity for spread spectrum in indoor, wireless communication,” AT&T Tech. Journal, vol. 64, no. 8, hal. 1927–1965. [9] C. Chayawan dan V. A. Aalo (2003). “Average symbol error rate of maximal ratio combining scheme in the presence of multiple cochannel interferers,” ECTI Trans. Electrical Eng., Electronics, and Comm., vol. 1, no. 1, hal. 38–45. [10] C. Lee dan Y. Jeon (1998). “BER analysis of asynchronous DS-CDMA over a rician fading channel, “ IEICE Trans. Fund., vol. E81–A, no. 7, hal. 1479–1482. [11] F. Sasamori dan F. Takahata ( 1999). “Theoretical and approximate derivation of bit error rate in DS-CDMA systems under rician fading environment,” IEICE Trans. Fund., vol. E82–A, no. 12, hal. 2660–2668. [12] Y-D. Yao dan A. U. H. Sheikh (19920. “Investigation into cochannel interference in microcellular mobile radio systems,” IEEE Trans. Vehic. Tech, vol. 41, no. 2, hal. 114–123. [13]. A. Sheikh, Y-D Yao dan X. WU (1990). “The ALOHA system in shadowed mobile radio channel with slow or fast fading”, IEEE Transactions on Vehicular Technology, Vol.39, No.4, pp.289-286. [14]. J. A. Roberts dan T. J Healy (1980). “Packet radio performance over slow rayleigh fading channel”, IEEE Transaction on Vehicular Technology, Vol. COM-28, No.2, pp.279-286. [15]. J. C. Anbark dan W. Van Blitterswijk (1987). “Capacity of slotted ALOHA in rayleigh fading channel”, IEEE Journal on Selected Areas in Communication, Vol. SAC-5, No.2, pp.261-265. [16]. Sand A. Al-Semari dan Mohsen Guizani (1997). “Channel throughput of slotted ALOHA in nakagami fading environtment”, IEEE Transaction on Communications. [17] A. Ogawa, T. Yamazato, M. Katayama and Jamalipour (1998) “ Introduction to CDMA ALOHA”, IEEE GLOBECOM’98, TU13.
66
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 [18] Tseng, Shu-Ming (2003). ”A high-throughput multicarrier DS CDMA / ALOHA network”, IEICE Trans.Commun, Vol.E86-B. [19]. K. Cheun and S. Kim (1998).” Joint delay-power capture in spread-spectrum packet radio networks,” IEEE Trans, Commun,. Vol.46, No. 4, pp 450-453. [20]. M. S. Do, Y. J. Park, J. Y. Lee,” Capture with delay and power randomization in spread-spectrum CDMA slotted ALOHA system,” IEEE Trans, Commun, vol, 26, July 20, pp 996-1006. [21]. M. S. Do, Y. J. Park (2002. 2005). J. Y. Lee,” The effect of spreading gain control on a CDMA slotted ALOHA System,” IEEE Trans, Computer Commun, Vol, 26, pp 996-1006. [22] Damar Wijaya dan Gunawan Wibisono (2005). “Analisa BER CDMA dengan Dua Model Path Gain Kanal Fading Nakagami,” Proc. The 6 th Seminar on Intellegent Technology and Its Applications (SITIA 2005), Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya. [23] Gunawan Wibisono dan Andy Prakoso (2006). “Analisis Kinerja CDMA Dengan Differensial MRC Pada Dua Model Fading,” Proc. EECCIS 2006, Brawijaya University Malang, Part 1, C-135. [24] Hoga Saragih dan Gunawan Wibisono (2005). “Analysis Throughput Slotted ALOHA DS-CDMA in Nakagami/Nakagami Fading Channel with Capture Effect”, International Conference On information and Communication technology (ICCT-UMB 2005), Universitas Mercubuana, 9-10 juni 2005, Jakarta, Hal 257-266. [25] Hoga Saragih, Gunawan Wibisono dan Eko Tjipto Rahardjo (2006). “Analysis of Throughput S-ALOHA CDMA with Differential MRC at Two Fading Models”, RPCES 2006, Universiti Teknologi Malaysia, Skundai, Johor Bahru, 26-27 July 2006, Hal 275-280.
Vol.3 No.1 - September 2009
67
ISSN: 1978 - 8282
BALANCED SCORECARD SEBAGAI SALAH SATU METODE PENGUKURAN KINERJA PADA SEBUAH PERUSAHAAN PERBANKAN Kristiana1 Sri Rahayu2 Email:
[email protected] ;
[email protected] Diterima: 4 Agustus 2009 / Disetujui: 21 Agusutus 2009 ABSTRACT Measuring performance is one of the factors that are important to an organization, because without having a performance comprehensive measurement the organization will not be able to control the organization well. Measuring performance only from financial perspective it is less evident to give optimal results for the company and only refer to the company’s annual budget. Therefore required a method of performance measurement that can give you a success in the performance of the company as a whole. Balanced Scorecard is a method of measuring the performance of the company looked out of the four perspectives, there are: financial, customer, internal business processes and learning and growth. In addition, the balanced scorecard is also more than simply the measurement system or tactical operations. Innovative companies that use this method as a strategic management system, to manage the long-term strategy. Companies use focus scorecard measurement process to produce a variety of important management, the clarity and to translate the vision and strategy, plan, set goals, and harmonize the various strategic initiatives. Balanced Scorecard implementation depends to the policies of the organization. This paper discusses how to build a balanced scorecard, including determining strategic goals, the size used, and the target that want to achieve and implement the initiatives for banking companies. ABSTRAKSI Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi suatu organisasi, karena tanpa memiliki pengukuran kinerja yang komprehensif suatu organisasi tidak akan mampu mengendalikan organisasinya dengan baik. Pengukuran kinerja hanya dari perspektif keuangan saja terbukti kurang memberikan hasil yang optimal bagi perusahaan dan hanya mengacu pada angaran tahunan perusahaan. Oleh karena itu diperlukan suatu metode pengukuran kinerja yang dapat memberikan gambaran keberhasilan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Balanced Scorecard merupakan suatu metode pengukuran yang memandang 1. Dosen Jurusan Teknik Informatika, STMIK Raharja Jl. Jend Sudirman No.40 Modern Cikokol-Tangerang Telp 5529692 2. Dosen Jurusan Sistem Informasi, STMIK Raharja Jl. Jend Sudirman No.40 Modern Cikokol-Tangerang Telp 5529692
68
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 kinerja perusahaan dari empat perspektif yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan. Selain itu, balanced scorecard juga lebih dari sekadar sistem pengukuran taktis atau operasional. Perusahaan yang inovatif menggunakan metode ini sebagai sebuah sistem manajemen strategis, untuk mengelola strategi jangka panjang. Perusahaan menggunakan fokus pengukuran scorecard untuk menghasilkan berbagai proses manajemen penting, yaitu memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi, merencanakan, menetapkan sasaran, dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis. Implementasi pada balanced scorecard bergantung kepada kebijakan organisasi. Tulisan ini membahas bagaimana membangun balanced scorecard, meliputi menentukan tujuan strategis, ukuran yang digunakan, target yang ingin dicapai serta inisiatif dan mengimplementasikannya pada perusahaan perbankan. (Kata kunci: pengukuran kinerja, Balanced Scorecard)
PENDAHULUAN Benturan antara keharusan membangun kapabilitas kompetitif jangka panjang dengan tujuan yang tidak tergoyahkan dari model akuntansi keuangan biaya historis telah menciptakan sebuah sintesis yaitu Balanced Scorecard. Balanced Scorecard tetap mempertahankan berbagai ukuran finansial tradisional. Sayangnya ukuran finansial tradisional hanya menjelaskan berbagai peristiwa masa lalu, yang cocok untuk perusahaan abad industri dimana investasi dalam kapabilitas jangka panjang dan hubungan dengan pelanggan bukanlah faktor penting dalam mencapai keberhasilan. Tetapi berbagai ukuran finansial tersebut tidak memadai untuk menuntun dan mengevaluasi perjalanan yang harus dilalui perusahaan abad informasi dalam menciptakan nilai masa depan melalui investasi yang ditanamkan pada pelanggan, pemasok, pekerja, proses, teknologi dan inovasi. Balanced Scorecard melengkapi seperangkat ukuran finansial kinerja masa lalu dengan ukuran pendorong (drivers) kinerja masa depan. Tujuan dan ukuran scorecard diturunkan dari visi dan strategi. Tujuan dan ukuran memandang kinerja perusahaan dari emapat perspektif : finansial, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Empat perspektif ini memberi kerangka kerja bagi Balanced Scorecard. Balanced Scorecard mengembangkan seperangkat tujuan unit bisnis melampaui rangkuman ukuran finansial. Para eksekutif perusahaan sekarang dapat mengukur seberapa besar berbagai unit bisnis mereka menciptakan nilai bagi para pelanggan perusahaan saat ini dan yang akan datang, dan seberapa banyak perusahaan harus meningkatkan kapabilitas internal dan investasi di dalam sumber daya manusia, sistem dan prosedur yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja yang akan datang. Balanced Scorecard mencakup berbagai aktifitas penciptaan nilai yang dihasilkan oleh para partisipan perusahaan yang memiliki kemampuan dan motivasi tinggi. Sementara tetap memperhatikan kinerja jangka pendek, yaitu melalui perspektif finansial, Balanced Vol.3 No.1 - September 2009
69
ISSN: 1978 - 8282
Scorecard dengan jelas mengungkapkan berbagai faktor yang menjadi pendorong tercapainya kinerja finansial dan kompetitif jangka panjang yang superior. Oleh karena itu pada tahun 1992 Robert Kaplan dan David P. Norton memperkenalkan Balanced Scorecard sebagai perkembangan dari konsep pengukuran kinerja (performance measurement) yang mengukur kinerja perusahaan. Robert Kaplan dan David P. Norton mempertajam konsep pengukuran kinerja dengan menentukan suatu pendekatan efektif yang seimbang dalam mengukur kinerja strategi perusahaan. Pendekatan tersebut berdasarkan empat perspektif, yaitu finansial, pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan. Keempat perspektif scorecard ini menawarkan suatu keseimbangan (balanced) antara tujuan jangka pendek dan panjang; hasil (outcome) yang diinginkan dan pemicu dan pemicu kerja (performance drivers) dari hasil tersebut; serta tolak ukur yang keras (hard objective measures) dan tolak ukur yang lebih lunak dan subyektif. Literatur Review Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa artikel sebagai bahan literature. Salah satu artikel yang digunakan berjudul “ Evaluasi atas penerapan Balanced Scorecard Sebagai Sistem Pengukuran Kinerja Perusahaan : Studi Kasus PT. X “ yang ditulis oleh Maman Suhendra dan diterbitkan dalam Kajian Ekonomi Keuangan, Volume 8, Nomor 2, Juni 2004. Artikel tersebut membahas tentang evaluasi penerapan Balanced Scorecard Pada PT. X yang meliputi : 1. Evaluasi atas proses penyusunan Balanced Scorecard 2. Evaluasi atas proses Penerapan Balanced Scorecard 3. Evaluasi atas faktor-faktor keberhasilan penyusunan dan penerapan Balanced Scorecard. Dalam proses penyusunan Balanced Scorecard di PT. X menjelaskan bahwa seluruh manajemen level atas dan menengah harus ikut terlibat dan diawali dengan penjabaran strategi perusahaan. Untuk pengembangan Balanced Scorecard strategi tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa yang lebih actionable, dan ditetapkan ke dalam empat perspektif untuk pengukuran kinerjanya, yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal dan karyawan (pembelajaran dan pertumbuhan). Dari keempat perspektif tersebut kemudian dipecah lagi ke dalam faktor pendorong kinerja. Literature lain yang digunakan oleh penulis adalah artikel yang berjudul “Balanced Scorecard Sebagai Alat Ukur Kinerja Dan Alat Pengendali Sistem Manajemen Strategis”
70
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 yang ditulis oleh Isniar Budiarti pada Universitas Komputer Indonesia, menyatakan bahwa tujuan dan ukuran scorecard diturunkan dari visi dan strategi. Tujuan dan ukuran tersebut memandang kinerja perusahaan dari empat perspektif yaitu finansial, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Empat prespektif ini yang memberi kerangka kerja bagi Balanced Scorecard. Selain itu menelitian tersebut juga menjelaskan mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang sistem pengukuran kinerja dengan menggunakan metode balanced scorecard, diantaranya adalah : 1. Memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi 2. Merencanakan, menetapkan sasaran, dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis 3. Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis 4. Mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis Penelitian lain yang menjadi literature pada penulisan ini yaitu berjudul “Pengukuran dan Analisa Kinerja Dengan Metode Balanced Scorecard di PT. X” yang ditulis oleh Moses L. Singgih, Kristiana Asih Damayanti, dan Renny Octavia pada jurnal teknik industri Universitas Kristen Petra. Penelitian tersebut menjelaskan bagaimana melakukan pengumpulan data, memperoleh visi, misi dan strategi perusahaan, menghubungkan visi, misi dan strategi untuk mengetahui adanya keterkaitan dan juga membahas mengenai bagaimana cara menerjemahkan visi dan strategi dalam setiap tujuan. Dari beberapa artikel tersebut penulis mencoba untuk membandingkan, menganalisa dan membuat kesimpulan terhadap pendapat-pendapat yang telah diberikan dalam ketiga artikel tersebut, dan digunakan sebagai acuan dalam penulisan penelitian yang akan penulis buat. Berdasarkan analisa yang dapat penulis simpulkan dari ketiga literature tersebut adalah bahwa pada dasarnya terdapat kesamaan dalam hal penyusunan model balanced scorecard, dimana visi dan misi dari sebuah organisasi perusahaan harus diterjemahkan ke dalam empat perspektif, yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan. Setelah visi dan misi diterjemahkan kemudian langkah selanjutnya adalah penentuan tolak ukur kinerja dan inisiatif strategi perusahaan untuk masing-masing perspektif, yang akan digunakan sebagai acuan dalam menentukan hubungan sebab-akibat dalam model balanced scorecard, dan juga sebagai penentuan dalam faktor pendorong kinerja (lag and lead indicator). Ketiga penelitian tersebut secara garis besar hampir sama dalam menentukan tolak Vol.3 No.1 - September 2009
71
ISSN: 1978 - 8282 ukur kinerja dari masing-masing perspektif. Sebagai contoh dalam perspektif keuangan dan pelanggan. Pada perspektif keuangan tolak ukur yang digunakan adalah meningkatkan laba bersih perusahaan dan inisiatif strategi yang digunakan adalah dengan meningkatkan ROI (Return On Investment) dan NPM (Net Profit Margin). Sementara untuk perspektif pelanggan, tolak ukur yang digunakan adalah pelayanan yang memuaskan dan retensi pelanggan. Sedangkan untuk inisiatif strategi yang digunakan adalah Customer Satisfaction Index dan Number Of New Customer. Menurut pendapat penulis, penentuan dalam tolak ukur dan inisiatif strategi dari setiap perspektif harus disesuaikan dengan visi dan misi dari organisasi yang akan dibangun model balanced scorecard-nya. Sebagai contoh model balanced scorecard dari organisasi public pasti akan berbeda dengan model balanced scorecard pada perusahaan retail. Hal-hal tersebut menjadi acuan bagi penulis dalam mengembangkan penelitian yang berjudul Perancangan Balanced Scorecard Sebagai Salah Satu Metode Pengukuran Kinerja Pada Sebuah Perusahaan Perbankan. Dimana penelitian tersebut akan membahas mengenai bagaimana caranya merancang sistem pengukuran kinerja dengan metode balanced scorecard, dilengkapi dengan penjelasan mengenai tujuan strategis, tolak ukur dan inisiatif strategis untuk setiap perspektif yang diterjemahkan dalam diagram hubungan sebab akibat dan lag and lead indicator (faktor pendorong kinerja). PERMASALAHAN Persaingan yang semakin meningkat memaksa para pelaku bisnis untuk meningkatkan kualitas produksinya. Selain meningkatkan kualitas hasil produksi, perusahaan juga harus memiliki suatu metode yang dapat membantu mereka untuk mempercepat proses pengambilan keputusan, dalam menentukan rencana strategik perusahaan pada masa yang akan datang. Salah satu faktor terpenting yang perlu diperhatikan dalam menentukan rencana strategik perusahaan adalah performance/kinerja perusahaan. Hal ini disebabkan karena dengan melihat seberapa baik kondisi performance perusahaan dapat dijadikan sebagai suatu acuan bagi para top level manajemen dalam pengambilan keputusan. Metode pengukuran performance perusahaan yang saat ini banyak digunakan adalah Balanced Scorecard. Balance Scorecard merupakan salah satu metode pengukuran kinerja perusahaan secara keseluruhan yang menjabarkan visi dan strategi perusahaan ke dalam empat perspektif, yaitu financial perspective, customer perspective, internal business process perspective dan learning & growth perspective. Dengan Balanced Scorecard, tujuan suatu unit usaha tidak hanya dinyatakan dalam suatu ukuran keuangan saja, melainkan dijabarkan lebih lanjut ke dalam
72
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 pengukuran bagaimana unit usaha tersebut menciptakan nilai terhadap pelanggan yang ada sekarang dan masa datang dan bagaimana unit usaha tersebut harus meningkatkan kemampuan internalnya termasuk investasi pada manusia, sistem, dan prosedur yang dibutuhkan untuk memperoleh kinerja yang lebih baik di masa mendatang. Dengan demikian, Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen, pengukuran, dan pengendalian yang secara cepat, tepat, dan komprehensif dapat memberikan pemahaman kepada manajer tentang performance bisnis. Berdasarkan uraian di atas maka dalam artikel ini akan dijelaskan komponenkomponen apa saja yang menjadi dasar dalam penentuan tolak ukur dari keempat perspektif yang ada pada balanced scorecard. Selain itu juga akan dibahas mengenai langkah-langkah apa saja yang harus diperhatikan dalam merancang balanced scorecard sebagai metode pengukuran kinerja perusahaan. PEMECAHAN MASALAH DEFINISI DAN KONSEP BALANCED SCORECARD Tujuan dan pengukuran dalam Balanced Scorecard bukan hanya penggabungan dari ukuran-ukuran keuangan dan non keuangan yang ada, melainkan merupakan hasil dari suatu proses dari atas ke bawah berdasarkan misi dan strategi dari suatu unit usaha. Kata Balanced disini bertujuan untuk menekankan adanya keseimbangan antara beberapa faktor dalam pengukuran yang dilakukan, seperti yang ditulis oleh Ancella Hermawan, yaitu : · Keseimbangan antara pengukuran eksternal untuk pemegang saham dan pelanggan dengan pengukuran internal dari proses bisnis internal, inovasi dan proses belajar dan pertumbuhan. · Keseimbangan antara pengukuran hasil usaha masa lalu dengan pengukuran yang mendorong kinerja masa mendatang. · Keseimbangan antara unsur obyektifitas, yaitu pengukuran berupa hasil kuantitatif yang diperoleh secara mudah, dengan unsur subyektifitas, yaitu pengukuran pemicu kinerja yang membutuhkan pertimbangan. Pengukuran finansial meliputi pengukuran atas laporan keuangan perusahaan. Pengukuran operasional meliputi kepuasan pelanggan, proses bisnis internal, serta belajar dan pertumbuhan. Yang menarik dalam konsep Balanced Scorecard adalah bahwa komponen yang ada dalam Balanced Scorecard dirancang saling mendukung satu sama lain dan merupakan hubungan sebab akibat untuk mengindikasikan prospek perusahaan baik yang sedang berjalan maupun dimasa yang akan datang. Melalui Balanced Scorecard memungkinkan mereka mengukur apa yang telah mereka investasikan dalam pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur demi Vol.3 No.1 - September 2009
73
ISSN: 1978 - 8282 perbaikan kinerja di masa yang akan datang. Balanced Scorecard juga memungkinkan para manajer menilai apa yang telah mereka bina di dalam aktiva tak berwujud seperti merk dan loyalitas pelanggan.
Gambar 1. Contoh hubungan keempat perspektif dalam Balanced Scorecard
KARAKTERISTIK BALANCED SCORECARD Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen strategik atau lebih tepat dinamakan suatu “Strategic Based Responsibility Accounting System” yang menjabarkan misi dan strategi perusahaan ke dalam tujuan operasional dan tolak ukur kinerja, dimana Balanced Scorecard ini memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Komprehensif : Balanced Scorecard memperluas perspektif yang dicakup dalam pengukuran kinerja, dari yang sebelumnya hanya terbatas pada perspektif keuangan, meluas ketiga perspektif lainnya seperti : pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan.
74
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 2. Koheren : Balanced Scorecard mewajibkan personel untuk membangun hubungan sebab akibat diantara berbagai tolak ukur yang dihasilakan dalam perencanaan. Setiap sasaran yang ditetapkan dalam perspektif non keuangan harus mempunyai hubungan kausal dengan sasaran keuangan, baik secara langsung maupun tidak langsung. 3. Seimbang : Keseimbangan di antara keempat perspektif dalam Balanced Scorecard yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategik penting untuk menghasilkan kinerja keuangan yang berjangka panjang. Bobot keempat perspektif dalam Balanced Scorecard adalah seimbang, perspektif yang satu tidak melebihi perspektif lainnya. 4. Terukur : Balanced scorecard mengukur sasaran-sasaran strategik yang sulit untuk diukur. Sasaran strategik di perspektif pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan merupakan sasaran yang tidak mudah diukur, namun dalam pendekatan Balanced Scorecard di ketiga perspektif non keuangan tersebut ditentukan ukurannya sehingga dapat diwujudkan untuk mengukur kinerja perusahaan.
PERSPEKTIF BALANCED SCORECARD a) Perspektif Finansial Ukuran kinerja finansial memberikan petunjuk apakah strategi perusahaan, implementasi dan pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak kepada peningkatan laba perusahaan. Adapun tolak ukur yang digunakan dalam perpektif financial diantaranya adalah : Return of Investment (ROI), Likuiditas, Solvabilitas, dan Rentabilitas. b) Perspektif Pelanggan Dalam perspektif pelanggan, perusahaan melakukan identifikasi pelanggan dan segmen pasar yang akan dimasuki. Perspektif pelanggan memungkinkan perusahaan menyelaraskan berbagai ukuran pelanggan kepuasan, loyalitas, retensi, akuisisi dan profitabilitas dengan pelanggan dan sasaran segmen pasar. Dalam perspektif pelanggan Balanced Scorecard, selain keinginan untuk memuaskan dan menyenangkan pelanggan, para manajer unit bisnis juga harus menerjemahkan pernyataan misi dan strategi ke dalam tujuan yang disesuaikan dengan pasar dan pelanggan yang spesifik
Vol.3 No.1 - September 2009
75
ISSN: 1978 - 8282 Tabel 1. Contoh Penentuan sasaran strategi dan ukuran hasil dari perspektif pelanggan
Gambar 2. Perspektif pelanggan – Ukuran Utama
76
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 c) Perspektif Proses Bisnis Internal Balanced Scorecard menyarankan kepada para manajer agar mereka menentukan rantai nilai internal lengkap yang diawali dengan proses inovasi mengenali kebutuhan pelanggan saat ini dan yang akan datang serta mengembangkan pemecahan kebutuhan tersebut lanjutkan dengan proses operasi menyampaikan produk dan jasa saat ini kepada pelanggan saat ini dan diakhiri dengan layanan purna jual yang menawarkan layanan sesudah penjualan, yang memberikan nilai tambah kepada produk dan jasa yang diterima pelanggan. Balanced Scorecard menetapkan tiga model dari proses bisnis utamanya yaitu : Proses inovasi, proses operasi, proses layanan purna jual. Tabel 2 Contoh Penentuan sasaran strategi dan ukuran hasil perspektif proses bisnis internal
d) Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Tujuan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah menyediakan infrastruktur yang memungkinkan tujuan ambisius dalam tiga perspektif lainnya dapat dicapai. Perusahaan juga harus melakukan investasi dalam infrastruktur (para pekerja, sistem dan prosedur) jika ingin mencapai tujuan keuangan jangka panjang. Terdapat tiga kategori utama dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, yaitu : kapabilitas pekerja, kapabilitas sistem informasi, dan yang terakhir adalah motivasi, pemberdayaan dan keselarasan.
Gambar 3. Kerangka Kerja ukuran Pembelajaran dan Pertumbuhan
Vol.3 No.1 - September 2009
77
ISSN: 1978 - 8282 PERANCANGAN BALANCED SCORECARD Dalam merancang sistem pengukuran kinerja dengan menggunakan metode balanced scorecard, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) Memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi 2) Merencanakan, menetapkan sasaran, dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis 3) Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis 4) Mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis Menerjemahkan Visi dan Strategi Sebelum dilakukan perancangan Balanced Scorecard dalam suatu perusahaan, hal pertama yang harus dilakukan adalah menterjemahkan visi dan misi perusahaan kedalam empat perspektif Balanced Scorecard. Penterjemahan strategi ini sangat penting, mengingat peranan sebuah strategi adalah mewujudkan visi yang hendak dicapai oleh sebuah perusahaan melalui misi yang dimilikinya. Strategi tersebut menggambarkan pola tindakan utama yang harus dilakukan oleh perusahaan. Dari visi dan misi yang ingin dicapai oleh pihak perusahaan dimana dalam hal ini adalah perusahaan perbankan, maka dapat digambarkan dan diterjemahkan ke dalam kerangka Balanced Scorecard yang merupakan tujuan menyeluruh menyangkut keempat perspektif yang ada. Tujuan tersebut antara lain : 1) Perspektif Keuangan Perusahaan berusaha untuk mengembangkan usahanya, dengan menguasai pangsa pasar revenue 20%-30% dari setiap segmen, sehingga dapat memberikan keuntungan/ laba yang sebesar-besarnya secara professional bagi perusahaan. 2) Perspektif Pelanggan Perusahaan bertekad untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan kepercayaan masyarakat dengan cara memperhatikan kualitas pelayanan dari segala bidang, mutu dari produk, bunga yang kompetitif dan inovasi-inovasi terbaru dari setiap produk yang ditawarkan. 3) Perspektif Proses bisnis internal Perusahaan bertekad untuk menyediakan sistem yang handal, agar dapat menunjang kelancaran proses bisnis dan peningkatan produktivitas perusahaan. 4) Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Perusahaan berusaha secara berkesinambungan melakukan peningkatan sumber daya karyawan dan menciptakan lingkungan kerja yang nyaman bagi para karyawan, sehingga loyalitas dan kepuasan karyawan dapat lebih ditingkatkan. 78
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 Merencanakan dan Menetapkan Sasaran Balanced scorecard akan memberi dampak terbesar pada saat dimanfaatkan untuk mendorong terjadinya perubahan perusahaan. Untuk itu para senior eksekutif perusahaan harus menentukan sasaran bagi berbagai ukuran scorecard untuk jangka panjang. Sasaran-sasaran tersebut harus mencerminkan adanya perubahan dalam kinerja unit bisnis. Adapun tolak ukur yang digunakan untuk menetapkan sasaran, dimana dalam hal ini adalah perusahaan perbankan untuk setiap perspektif akan berbeda-beda. Untuk mencapai tujuan finansial, maka perusahaan harus memperhatikan nilai dari ROI (Return Of Investment) dan NPM (Net Profit Margin). Sementara tolak ukur perspektif pelanggan meliputi tentang keluhan pelanggan, tingkat kepuasan pelanggan, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kualitas produk dimana dalam hal ini adalah diukur dengan banyaknya jumlah pelanggan baru tiap tahun. Perspektif proses bisnis internal tolak ukurnya antara lain produktivitas total perusahaan, sistem yang dapat dihandalkan guna menunjang proses bisnis, dan penggunaan fasilitas sistem yang ditelah disediakan (Channel utilization transaction volume). Perspektif yang terakhir adalah pembelajaran dan pertumbuhan dimana tolak ukur yang digunakan adalah tingkat kepuasan kerja karyawan, dilihat dari turn over employee (banyaknya pergantian karyawan). Tolak ukur selanjutnya adalah motivasi kerja karyawan, evaluasi tingkat kepuasan dan loyalitas kerja karyawan, yang diukur melalui VOE (Voice Of Employee) dan yang terakhir adalah pelatihan karyawan, indikatornya adalah banyaknya jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan dalam setiap tahunnya. Meningkatkan Umpan Balik dan Pembelajaran Strategis Proses manajemen yang terakhir menyertakan balanced scorecard dalam suatu kerangka kerja pembelajaran strategis. Proses ini dianggap paling inovatif dan merupakan aspek yang paling penting dari seluruh proses manajemen scorecard. Proses ini memberikan kapabilitas bagi pembelajaran perusahaan pada tingkat eksekutif. Balanced scorecard memungkinkan para manajer memantau dan menyesuaikan pelaksanaan strategi dan jika perlu membuat perubahan-perubahan mendasar terhadap strategi itu sendiri. Untuk dapat menggambarkan umpan balik dan pembelajaran strategis diperlukan sebuah hubungan sebab akibat yang dapat dinyatakan dengan suatu urutan pernyataan jika-maka (if-then). Hubungan sebab-akibat ini harus jelas agar dapat menciptakan keseimbangan diantara tolak ukur dalam perspektif yang dipilih. Sebuah scorecard yang disusun secara baik seharusnya mampu menjelaskan strategi melalui urutan hubungan sebab-akibat yang dapat mendorong visi komprehensif serta strategi keseluruhan. Setiap ukuran yang dipilih dalam Balanced Scorecard harus menjadi unsur Vol.3 No.1 - September 2009
79
ISSN: 1978 - 8282 suatu rantai hubungan sebab-akibat yang mengkomunikasikan arti strategi unit bisnis kepada seluruh departemen dalam perusahaan. Hubungan sebab-akibat pada pembahasan ini dapat dilihat pada Gambar 4. Pemanfaatan aset Perspektif Keuangan K1 : Tingkat Investasi
ROI Meningkatkan volume penjualan
pengembalian
K2 : Meningkatkan keuntungan perusahaan
Perspektif Pelanggan
NPM
Prosentase keluhan
P1 : Memberikan kepuasan kepada pelanggan P2 : Mengevaluasi tingkat kepuasan pelanggan P2 : Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas produk
B2 : Meyediakan sistem yang dapat diandalkan B2 : Memanfaatkan fasilitas sistem yang telah disediakan
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Porsentase Jumlah Pelanggan baru
Tingkat produktivitas perusahaan
BT2 : Mengevaluasi tingkat kepuasan dan loyalitas kerja karyawan
Meningkatkan volume transaksi, menjaga keseimbangan antara wokload dan man power
Porsentase system defect
Meminimalkan defect dan memperbaiki defect
Volume transaksi channel utilization
Memaksimalkan dan mengoptimalkan penggunaan sistem
Porsentase karyawan yang keluar
BT1 : Meningkatkan kepuasan kerja karyawan BT2 : Meningkatkan motivasi kerja karyawan
Menghasilkan produk bermutu, suku bunga yang kompetitif, lyanan pra/purna jual
Hasil Survey CSLM
Perspektif Proses Bisnis Internal B1 : Meningkatkan produktivitas total perusahaan
Menekan biaya operasional
Porsentase absen karyawan
Gaji&bonus, fasilitas penunjang, lingkungan kerja yang nyaman
Kenaikan jabatan, THR, Club Center, tunjangan kendaraan dan rumah, beasiswa
Hasil survey VOE
Porsentase Pelatihan Karyawan
Memberikan pelatihan kepada karyawan secara periodik
Gambar 4. Diagram Sebab Akibat dari Perancangan Balanced Scorecard
80
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282
Selain gambar diagram sebab akibat, sebuah Balanced Scorecard yang baik harus memiliki bauran ukuran hasil dan faktor pendorong kinerja. Ukuran hasil yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan disebut lag indicator. Sedangkan faktor pendorong kinerjanya disebut lead indicator. Ukuran hasil tanpa faktor pendorong kinerja tidak akan mampu mengkomunikasikan bagaimana ukuran hasil tersebut dapat dicapai. Lag and Lead Indicator untuk pembahasan ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3 Lag and Lead Indicator (Faktor Pendorong Kinerja)
Vol.3 No.1 - September 2009
81
ISSN: 1978 - 8282 Mengkomunikasikan dan Menghubungkan Tujuan serta Ukuran Strategis Tujuan dan ukuran strategis Balanced Scorecard dikomunikasikan ke seluruh organisasi melalui berbagai media, seperti edaran, buletin, email dan sebagainya agar seluruh karyawan di organisasi memahami berbagai tujuan penting yang harus dicapai agar strategi organisasi berhasil. Scorecard juga memberi dasar untuk mengkomunikasikan strategi unit bisnis untuk mendapatkan komitmen para eksekutif korporasi dan dewan direksi. Scorecard mendorong adanya dialog antara unit bisnis dengan eksekutif korporasi dan anggota direksi. Dialog tersebut tidak hanya mengenai sasaran-sasaran finansial jangka pendek, tetapi juga mengenai perumusan dan pelaksanaan strategi yang menghasilkan inovasi kinerja masa depan. Diakhir proses peng-komunikasian dan pengaitan, setiap orang di dalam perusahaan seharusnya sudah memahami tujuan-tujuan jangka panjang unit bisnis, dan juga strategi untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Secara individu para pekerja telah merumuskan berbagai tindakan total yang akan memberi kontribusi bagi tercapainya tujuan-tujuan unit bisnis. Dan semua usaha serta inisiatif perusahaan akan disesuaikan dengan proses perubahan yang dibutuhkan. PENUTUP Balanced scorecard merupakan suatu sistem manajemen yang menjabarkan visi dan strategi suatu perusahaan ke dalam tujuan operasional dan tolak ukur. Tujuan dan tolak ukur dikembangkan ke dalam empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Pengukuran tolak ukur dari tiap-tiap perspektif akan berbeda-beda sesuai dengan visi dan strategi perusaahaan yang akan dicapai. Oleh karena itu balanced scorecard selain dapat digunakan sebagai alat pengukur kinerja, juga dapat digunakan sebagai alat untuk menilai apakah strategi yang dilakukan perusahaan sudah tepat, dan juga untuk mengawasi apakah strategi perusahaan telah dijalankan. Dalam melakukan perancangan pengukuran kinerja dengan menggunakan metode balanced scorecard perlu memperhatikan empat langkah utama, diantaranya yaitu : Ø memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategis Ø merencanakan, menetapkan sasaran, dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis Ø Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis Ø mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis Langkah-langkah tersebut dapat kita gunakan sebagai acuan dalam merancang
82
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 pengukuran kinerja perusahaan. Dengan menggabungkan antara tolak ukur, inisiatif strategi, diagram sebab akibat dan faktor pendorong kerja (lag and lead indicator) dari setiap perspektif maka akan terbentuklah strategi-strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan unit bisnis, sehingga akan menghasilkan inovasi kerja yang lebih baik pada masa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA 1.Kristiana (2006). Tesis Program Studi Magister Manajemen Sistem Informasi. “Aplikasi Pengukuran Kinerja Perusahaan dengan Menggunakan Pendekatan Balanced Scorecard Studi Kasus Citibank Indonesia” . Jakarta : Fakultas Sistem Informasi. Universitas Gunadarma. 2.Hendricks, Kevin and Christine Wiedman (2004). “The Balanced Scorecard : To adopt or not to adopt ?”. Ivey Business Journal. 3.Gaspersz, Vincent ( 2003). Sistem Manajemen Terintegrasi : Balanced Scorecard Dengan Six Sigma Untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah, Gramedia, Jakarta 4.Budiarti, Isniarti (2007).”Balance Scorecard Sebagai Alat Ukur Kinerja dan Alat Pengendali Sistem Manajemen Strategis”. Majalah Ilmiah Unikom, Vol.6, hlm. 51-59. 5.Kaplan, Robert S. and Norton, David P. (1996) Balanced Scorecard, Erlangga, Jakarta 6.Singgih, Moses L., dan Octavia, Renny (2001). “Pengukuran dan Analisa Kinerja dengan Metode Balanced Scorecard di PT. X”. Jurnal Teknik Industri Vol.3, No.2, Desember 2001, Hal 48 – 56. 7.R.H.N., Imelda (2006). “Implementasi Balanced Scorecard Pada Organisasi Publik”, Jurnal Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra.
Vol.3 No.1 - September 2009
83
ISSN: 1978 - 8282
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK PERSONAL ASSISTANT Mohammad Irsan1 Denny Andwiyan2 Anil Ram3 Email:
[email protected];
[email protected];
[email protected] Diterima: 8 Agustus 2009 / Disetujui: 24 Agusutus 2009 ABSTRACT Along the time, the level of occupation will be a growing by an activity. This will cause the organizer needs to be something very important, to remember and record all activities that have to be implemented on time and planned. This recording can be done manually or through the electronic organizer. The problem is the organizer that there may have been reminded that an activity will be conducted in next day form of the alarm warning. To be able to solve the problem then designed a system that can record and remind about the activities that will be performed a warning alarm, Personal Digital Assistant (PDA) that is an organizer that can record and display a warning that comes with an alarm, is one application that can be is set to become one. This is done on the design of making the Personal Assistant, which is one function of the form of address book, password manager and task schedule. Results from this design is a system that could provide warning to the user in the form of an alarm event. ABSTRAKSI Seiring dengan berjalannya waktu, tingkat kesibukan akan aktivitas seseorang semakin bertambah. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan organizer menjadi sesuatu yang sangat penting, untuk mengingat dan mencatat seluruh aktivitas yang ada agar dapat dilaksanakan tepat waktu dan terencana. Pencatatan ini dapat dilakukan melalui organizer manual maupun organizer elektronik. Permasalahannya adalah organizer yang ada saat ini belum dapat mengingatkan suatu aktivitas yang akan dilakukan dikemudian hari berupa alarm peringatan. Untuk dapat memecahkan masalah tersebut maka dirancang suatu sistem yang dapat mencatat serta mengingatkan mengenai aktivitas yang akan dilakukan berupa alarm peringatan, Personal Digital Assistant (PDA) yang merupakan sebuah organizer yang dapat mencatat serta menampilkan peringatan yang disertai dengan alarm, merupakan satu kesatuan aplikasi yang dapat diatur menjadi satu. Pada rancangan ini dilakukan pembuatan Personal 1. Dosen Jurusan Teknik Informatika, STMIK Raharja Jl. Jend Sudirman No.40 Modern Cikokol-Tangerang Telp 5529692 2. Dosen Jurusan Teknik Informatika, STMIK Raharja Jl. Jend Sudirman No.40 Modern Cikokol-Tangerang Telp 5529692 3. Mahasiswa Jurusan Sistem Komputer, STMIK Raharja Jl. Jend Sudirman No.40 Modern Cikokol-Tangerang Telp 5529692
84
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 Assistant yang merupakan satu kesatuan fungsi berupa address book, password manager dan task schedule. Hasil dari rancangan ini adalah suatu sistem yang dapat memberikan peringatan kepada user berupa alarm dalam melakukan suatu aktivitas. Kata kunci : Agenda, PDA, Personal Assistant, Windows Pocket PC
PENDAHULUAN Pada masa sekarang ini waktu merupakan hal yang sangat berharga terhadap seseorang yang sangat sibuk akan pekerjaanya. Dengan berjalannya waktu, tingkat kesibukan dari setiap orang semakin bertambah. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan organizer menjadi sesuatu yang sangat penting, untuk mencatat dan mengingatkan mengenai seluruh aktivitas yang ada agar dapat dilaksanakan tepat waktu dan terencana. Pencatatan ini dapat dilakukan melalui organizer manual maupun organizer elektronik. Organizer elektronik mempunyai bentuk yang beraneka ragam dan yang paling digemari masyarakat umum adalah organizer yang dapat dibawa kemana saja atau biasa yang disebut dengan mobile. Sekarang ini masyarakat sudah banyak dihadapkan dengan teknologi-teknologi yang dapat membantu mereka dalam menjalankan aktivitasnya. Personal Digital Assistant (PDA) merupakan salah satu organizer elektronik berbasis mobile yang sering dijumpai oleh masyarakat, yang dapat digunakan sebagai pengingat dalam melakukan suatu aktivitas. Dalam perangkat lunak PDA ini tersedia beberapa fungsi seperti address book, task, dan alarm, akan tetapi fungsi tersebut belum menjadi satu kesatuan aplikasi yang dapat diatur menjadi satu. Untuk dapat melaksanakan suatu aktivitas secara terencana maka diperlukan suatu sistem yang dapat berinteraktif kepada user untuk dapat mencatat segala aktivitas yang berjalan kepada user. Suatu sistem yang tidak hanya dapat mencatat melainkan mengingatkan serta memberikan alarm peringatan ketika aktivitas yang dicatat harus dilaksanakan. Sehingga hal ini akan sangat membantu user dalam menyelesaikan pekerjaannya, terutama bagi orang-orang yang sangat sibuk akan kegiatannya. PERUMUSAN PERMASALAHAN DAN RUANG LINGKUP Bagaimana merancang suatu sistem Personal Assistant yang interaktif, serta menu organizer yang lengkap dan merupakan satu kesatuan. Ruang lingkup dari artikel ini berupa: 1. Menu organizer, yang berupa : a. Task Schedule yang terdiri dari : · To-do yaitu suatu aplikasi yang dapat mengatur aktivitas yang akan dilakukan. · Schedule yaitu suatu aplikasi yang mengatur aktivitas yang akan dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu. · Events reminder yaitu suatu aplikasi yang mengingatkan akan suatu event atau Vol.3 No.1 - September 2009
85
ISSN: 1978 - 8282 kejadian. (dimana ketiga menu ini terintegrasi satu dengan yang lainnya) b. Password manager yaitu suatu aplikasi untuk mengingatkan kita terhadap username dan password penting. c. Address book yaitu suatu aplikasi yang digunakan untuk menyimpan data mengenai relasi. 2. Dijalankan pada PDA atau Pocket PC yang berbasis Windows Pocket PC PEMBAHASAN 1. Personal Digital Assistant (PDA) PDA merupakan salah satu small device berbasis mobile yang dapat dibawa dan digunakan dimana saja. Sebagian besar PDA dijalankan dengan sistem operasi Microsoft Windows Powered Pocket PC. Untuk membuat perangkat lunak didalam small device, dapat digunakan bahasa pemograman seperti Microsoft Embedded Visual Tools dan Microsoft Visual Studio.Net. Tabel 1. Perbandingan kemampuan device
Device
CPU
Memory
Display
450 MHz - 2.5 GHz
128 MB - 2 GB
1024x768 to 1600 x 1200 pixels 15 to 21 inch
150 MHz - 296 MHz
16 - 64 MB
Minimal
Minimal
240x320 PIXELS, 6X8 cm 640 x 240 pixels, 16.5 cm 5 lines of text 3 x 2.5 cm
2. Microsoft Visual Studio.Net Compact Framework Microsoft.Net Compact Framework merupakan bagian dari Microsoft.Net Full Framework yang menyediakan fasilitas yang sama meskipun tidak secara keseluruhan. Fasilitas ini termasuk common language runtime, just-in-time (JIT) compilation, evidencebased code security, manajemen memori melalui garbage collection, windows forms, data
86
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 akses, XML, dan kemampuan untuk memakai XML web services. Tabel 2. Batasan .Net Compact Framework Fitur
Batasan pada NET Compact Framework
MDI Forms
Windows CE tidak mendukung Multiple Document Inferface
CDI+
Windows CE tidak mendukung GDI+
Drag-and-drop
Windows CE tidak mendukung drag-and drop
Printing
Windows CE tidak mendukung sistem printing
Web service
NET Compact Interface hanya mendukung client - side
Dari table diatas dapat dilihat ada beberapa fungsi pada .Net Full Framework yang tidak disediakan oleh .Net Compact Framework. Yaitu : · Menghubungkan dan mengirimkan managed code dan XML web service ke proses pengembangan aplikasi smart device. · Mengoptimalkan sistem tenaga baterai dan mencegah pemakaian RAM dan CPU cycle dalam jumlah besar. · Memastikan bahwa semua managed resources yang digunakan oleh aplikasi yang sedang berjalan, akan dibebaskan dan dikembalikan ke host sistem operasi jika aplikasi tersebut berhenti. · Memastikan penggunaan RAM atau ROM yang disediakan oleh device agar aplikasi dapat tetap berjalan walaupun dalam keadaan low of memory. Data yang dapat disimpan pada RAM atau ROM adalah kode asal yang menunjuk pada common language runtime, file yang berisi intruksi Microsoft Intermediate Language (MSIL) dan metadata untuk class library. 1. Desain Alur Proses Perangkat Lunak Perancangan alur proses perangkat lunak ini bertujuan untuk memudahkan dalam pemahaman terhadap alur proses yang terjadi. Rancangan ini digambarkan dalam bentuk flowchart. Berikut gambaran alur proses organizer.
Vol.3 No.1 - September 2009
87
ISSN: 1978 - 8282
Gambar 1. Flowchart Organizer
Alur proses dimulai pada saat perangkat lunak dijalankan, dilanjutkan dengan proses login. Kemudian akan muncul tiga menu pilihan yaitu : menu contact, menu password, menu task. Jika salah satu menu tidak dipilih maka aplikasi akan terus menunggu inputan pilihan hingga program ditutup. Setiap menu yang dipilih, proses akan menuju fitur sesuai dengan menu yang terpilih. 2. Daftar Prosedur dalam Keseluruhan Perangkat Lunak Untuk mempermudah dalam membaca prosedur-prosedur yang ada dibuat sebuah daftar prosedur beserta keterangannya. Berikut daftar prosedur yang dipakai dalam keseluruhan perangkat lunak : Tabel 3. Daftar Prosedur Fitur Contact
Menu/Button
Procedure
Find a Name
textBox21_Text Chang ed
Save
input_contact
Keterangan Mencari Nama Memasukkan Data Mencari posisi
View
88
write_all_file_contact
Menulis ulang semua data
write_file_contact
Memasukkan data (pertama kali saja)
back
Kembali ke tabpage list
listBox1_selected in dexChanged
Menampilkan data ke tabpage view)
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 Fitur
Menu/Button Edit
Delete
Delete All
Password
Procedure
Keterangan
input_contact
Memasukkan data yang diubah
search_pos_contact
Mencari posisi
write_all_file_contact
Menulis ulang semua data
back
kembali ke tabpage list
write_all_file_contact
Menulis ulang semua data
back
kembali ke tabpage list
button6_Click
Menghapus seluruh data
back Back
back
kembali ke tabpage list kembali ke tabpage list
Find a Password
text9_TextChanged
Mencari Nama
Save
input_password search_pos_password
Memasukkan data Mencari posisi
write_All_file_password
Menulis ulang semua data
write_file_password
Memasukkan data (pertama kali saja)
back Save
listbox1_Selectedin dexChanged
Menampilkan data ke tabpage view
Edit
input_password
Memasukkan data yang diubah
search_pos_password
Mencari posisi
write_All_file_password
Menulis ulang semua data
back
Kembali ke tabpage list
write_All_file_password
Menulis ulang semua data
back
Kembali ke tabpage list
button1_click
Menghapus seluruh data
Delete
Delete All
Task
back
Kembali ke tabpage list
Back
back
Kembali ke tabpage list
Save
input_task2
Memasukkan data
union_new
Vol.3 No.1 - September 2009
89
ISSN: 1978 - 8282 Fitur
Menu/Button
write_all_file_task
Menulis ulang semua data
write_file_task
Memasukkan data (pertama kali saja)
back
Kembali ke tabpage list
View
listBox1_selectedIn dexChanged
Menampilkan data ke tabpage view
Edit
input_task3
Memasukkan data yang diubah
iunion_new
Menggabungkan string subjek, tanggal, waktu, priority untuk mempermudah pengurutan data dari data yang diubah
search_pos_task
Mencari posisi
write_all_file_task
Menulis ulang semua data
back
Kembali ke tabpage list
write_all_file_task
Menulis ulang semua data
back
Kembali ke tabpage list
button1_Click
Mendelete data antara selang waktu tertentu
write_all_file_task
Menulis ulang semua data
back
Kembali ke tabpage list
button6_Click
Menghapus seluruh data
back
Kembali ke tabpage list
Delete periodic
Delete All Find
button7_Click
Test
PlaySound
Menyalakan suara dari alarm
Save Path
button8_Click
Menyimpan path dari sound alarm
Timer
tiner1_Tick
AlarmOn
90
Keterangan Mencari posisi
Delete
Task Check
Procedure search_pos_task
Mengecek apakah file cookis.dat ada atau tidak agar proses pengecekan dapat berjalan Melakukan pengecekan kegiatan dengan alarm apa yang tanggal dan waktunya sama dengan tanggal dan waktu sekarang
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 Fitur
Menu/Button don’t Snooie
Procedure button1_Click
Keterangan Menampilkan data ke tabpage view)
5. Implementasi Pada Fitur Contact Deklarasi dan inisialisasi sistem dilakukan pertama kali saat program dijalankan. Deklarasi berupa jumlah daftar contact yang diperbolehkan, path directory file “cntct.dat” untuk menyimpan daftar contact, array utama untuk menyimpan data, variable iname yang merupakan index listbox ketika dipilih, variable j yang merupakan total daftar contact untuk array, dan variable I untuk proses looping global. public struct Tcontact { public string name,comp,email,haddr,htel,mob1tel,mob2tel,waddr,wtel,note; } //jumlah total daftar contact yang diperbolehkan private const int CONTACT_DATA = 500; //path directory file contact private const string FILE_CONTACT = “Program Files/SmartDeviceApplication/cntct.dat”; //deklarasi tipe data global private Tcontact[] contact = new Tcontact[CONTACT_DATA];//array contact private int iname,i,j;//iname =>index listbox yang dipilih, j =>total daftar contact, i => variabel looping global private int[] id = new int[CONTACT_DATA]; private bool list_id = false; Inisialisasi sistem dengan mengisi array contact dengan data yang ada dalam file “cntct.dat”. sebelumnya dicek terlebih dahulu apakah file “cntct.dat” sudah ada atau belum jika belum maka proses inisialisasi pengisian tidak berjalan, sebaliknya jika file “cntct.dat” sudah ada maka proses inisialisasi pengisian berlangsung. Variable j diisi dengan jumlah data contact yang ada dalam file “cntct.dat” ditambah dengan nilai 1. Berikut fungsi-fungsi yang dibuat untuk mempermudah dalam penggunaan karena fungsi-fungsi tersebut dipanggil berulang kali : //memasukan data ke array contact private void input_contact(int n,Tcontact[] cntct,string nm,string Vol.3 No.1 - September 2009
91
ISSN: 1978 - 8282 cm,string em,string ha,string ht,string mt1,string mt2,string wa,string wt,string nt) { cntct[n].name=nm;cntct[n].comp=cm;cntct[n].email=em;cntct[n].haddr=ha; cntct[n].htel=ht; cntct[n].mob1tel=mt1;cntct[n].mob2tel=mt2;cntct[n].waddr=wa;cntct[n].w tel=wt;cntct[n].note=nt; } Fungsi input-contact digunakan untuk memasukkan data kedalam array contact. //menulis data ke file contact private void write_file_contact(int m,string fn,System.IO.FileMode fm,System.IO.FileAccess fa) { FileStream fs = new FileStream(fn,fm,fa); BinaryWriter bw = new BinaryWriter(fs); bw.Write(contact[m].name);bw.Write(contact[m].comp); bw.Write(contact[m].email);bw.Write(contact[m].haddr); bw.Write(contact[m].htel);bw.Write(contact[m].mob1tel); bw.Write(contact[m].mob2tel);bw.Write(contact[m].waddr); bw.Write(contact[m].wtel);bw.Write(contact[m].note); //kode pembatas alt+0133 bw.Write(“…”); bw.Close();fs.Close(); } Fungsi write_file_contact digunakan untuk menulis 1 data dalam array ke file “cntct.dat”, sedangkan untuk menulis semua data digunakan fungsi write_all_file_contact. //menulis semua data dari array contact ke file contact private void write_all_file_contact() { for (int w=0;w<=(CONTACT_DATA-1);w++) { if (contact[w].name != null) { if (w == 0)
92
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 {write_file_contact(w,FILE_CONTACT,FileMode.CreateNew,FileAcces s.Write);} else {write_file_contact(w,FILE_CONTACT,FileMode.Append,FileAccess.W rite);} } }} Untuk mengurutkan data yang masuk digunakan metode insertion sort dengan memanggil fungsi search_pos_contact . Pengurutan data dilakukan pada saat user menginputkan data. Jadi data akan teratur sesuai dengan urutan nama. //mencari posisi index untuk memasukkan contact baru => insertion sort private void search_pos_contact(string nm,Tcontact[] cntct) { //nm adalah contact yang akan ditambahkan int s=0;//index array contact diberi nilai 0 //mencari contact yang tidak null mencari posisi index untuk nm //nilai CompareTo => a|a = 0 => a|b = -1 => b|a =1 while ((contact[s].name != null) && (nm.CompareTo(contact[s].name) == 1)) {s++;} //menggeser ke kanan 1 index untuk semua array, setelah index nm ditemukan for (int p=j-1;p>=s;p—) { contact[p+1]=contact[p]; } //menulis contact ke posisi index nm contact[s]=cntct[0]; } Fungsi view_list_contact digunakan untuk menampilkan data array contact ke dalam tampilan listbox yang memperlihatkan nama dan nomor handphone saja. //menampilkan daftar contact pada listbox public void view_list_contact()
Vol.3 No.1 - September 2009
93
ISSN: 1978 - 8282 { listBox1.Items.Clear(); tabPage1.Enabled=true;tabPage2.Enabled=true;tabPage3.Enabled=false; if (File.Exists(FILE_CONTACT)) { read_file_contact(); for (int v=0;v<=(CONTACT_DATA-1);v++) { if (contact[v].name != null) { if (contact[v].name.Length > 15) { listBox1.Items.Add(contact[v].name.Remove(15,contact[v]. name.Length-15)+” | “+contact[v].mob1tel+” | “+contact[v].htel); } else { string cn=””; for (int icn=1;icn<=(15-contact[v].name.Length);icn++) {cn=cn+” “;} listBox1.Items.Add(contact[v].name+cn+” | “+contact[v].mob1tel+” | “+contact[v].htel); }}} if (j == 1) {contact_status.Text=j.ToString()+” contact”;} else {contact_status.Text=j.ToString()+” contacts”;} button6.Enabled=true; } else { contact_status.Text=”0 contact”; button6.Enabled=false; }} Fungsi-fungsi yang telah dibuat diatas digunakan dalam proses-proses yang terjadi dalam aplikasi contact, yaitu: 94
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 Proses add new contact Proses untuk menambah jumlah contact. Dimulai dari pengecekan apakah nama ada isinya atau belum karena nama adalah primary key disini, jadi tidak diperbolehkan kosong. Jika kembar masih diperbolehkan. Kemudian dilakukan pengecekan ada tidaknya file “cntct.dat”, pengecekan ini mempengaruhi fungsi apa yang akan dipanggil oleh proses. Dilanjutkan dengan pengurutan data dan menulis data array ke file “cntct.dat”. b. Proses view data Proses ini untuk menampilkan data secara lengkap ke tabpage view sesuai dengan index listbox yang dipilih. Dalam tabpage ini terdapat 3 button, yaitu button back edit , dan delete. c. Proses edit dan delete contact Proses untuk melakukan perubahan terhadap data yang ada. Baik hanya diubah atau dihapus dari daftar
a.
2. Implementasi Pada Fitur Password Deklarasi dan inisialisasi sistem dilakukan pertama kali saat program dijalankan. Deklarasi berupa jumlah daftar password yang diperbolehkan, path directory file “psswrd.dat” untuk menyimpan daftar password, array utama untuk menyimpan data, variable i desc yang merupakan index listbox ketika dipilih, variabel j yang merupakan total daftar untuk array, dan variable i untuk proses looping global. public struct Tpassword { public string desc,user,passw,note; } //jumlah total daftar password yang diperbolehkan private const int PASSWORD_DATA = 500; //path directory file password private const string FILE_PASSWORD = “Program Files/SmartDeviceApplication/psswrd.dat”; //deklarasi tipe data global private Tpassword[] password = new Tpassword[PASSWORD_DATA];//array password private int idesc,i,j;//idesc =>index listbox yang dipilih, j =>total daftar password, i => variabel looping global private int[] id = new int[PASSWORD_DATA]; private bool list_id = false; Vol.3 No.1 - September 2009
95
ISSN: 1978 - 8282
Inisialisasi sistem dengan mengisi array password dengan data yang ada dalam file “psswrd.dat”. Sebelumnya dicek terlebih dahulu apakah file”psswrd.dat” sudah ada atau belum jika belum maka proses inisialisasi pengisian tidak berjalan, sebaliknya jika file “psswrd.dat” sudah ada maka proses inisialisasi pengisian berlangsung //membaca data dari file password dan disimpan di array password private void read_file_password() { FileStream fs = new FileStream(FILE_PASSWORD,FileMode.Open,FileAccess.Read); BinaryReader br = new BinaryReader(fs); for (int r=0;r<=(PASSWORD_DATA-1);r++) { if (br.PeekChar() != -1)//-1 => char tidak ketemu { j=r+1; password[r].desc=br.ReadString(); password[r].user=br.ReadString(); password[r].passw=br.ReadString(); password[r].note=br.ReadString(); br.ReadString();//baca pembatas }} br.Close();fs.Close(); } Variabel j diisi dengan jumlah data password yang ada dalam file “psswrd.dat” ditambah dengan nilai 1. Berikut fungsi-fungsi yang dibuat untuk memudahkan dalam penggunaan karena fungsi-fungsi tersebut dipanggil berulang kali. //memasukan data ke array password public void input_password(int n,Tpassword[] psswrd,string ds,string us,string ps,string nt) { psswrd[n].desc=ds;psswrd[n].user=us; psswrd[n].passw=ps;psswrd[n].note=nt; }
96
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 Fungsi input_password digunakan untuk memasukkan data ke dalam array password. //menulis data ke file password private void write_file_password(int m,string fn,System.IO.FileMode fm,System.IO.FileAccess fa) { FileStream fs = new FileStream(fn,fm,fa); BinaryWriter bw = new BinaryWriter(fs); bw.Write(password[m].passw);bw.Write(password[m].note); //kode pembatas alt+0133 bw.Write(“…”); bw.Close();fs.Close(); } Fungsi write_file_password digunakan untuk menulis 1 data dalam array ke file “psswrd.dat”. sedangkan untuk menulis semua data digunakan fungsi write_all_file_password. //menulis semua data dari array password ke file password private void write_all_file_password() { for (int w=0;w<=(PASSWORD_DATA-1);w++) { if (password[w].desc != null) { if (w == 0) {write_file_password(w,FILE_PASSWORD,FileMode.CreateNew,FileAcc ess.Write);} Else {write_file_password(w,FILE_PASSWORD,FileMode.Append,FileAccess .Write);} }}} Untuk mengurutkan data yang masuk digunakan metode insertion sort dengan memanggil fungsi search_pos_password. Pengurutan data dilakukan pada waktu user menginputkan data. Jadi data akan teratur sesuai dengan urutan deskripsi. Fungsi
Vol.3 No.1 - September 2009
97
ISSN: 1978 - 8282
view_list_password digunakan untuk menampilkan data array password ke dalam tampilan listbox yang meperlihatkan deskripsi dan keterangannya. 3. Implementasi Pada Fitur Task Schedule Deklarasi dan inisialisasi sistem dilakukan pertama kali saat program dijalankan. Deklarasi berupa jumlah daftar task yang diperbolehkan, path directory file “task.dat” untuk menyimpan daftar task, array utama untuk menyimpan data, variabel iname yang merupakan index listbox ketika dipilih, variable j yang merupakan total daftar untuk array, dan variable i untuk proses looping global. public struct Tdatetime { public string Tdate,Ttime; } public struct Ttask { public string subject,note,uni,birthyear; public byte priority,occurs; public bool done,scheduled,s_alarm; public Tdatetime due,alarm; } 4. Implementasi Pada Aplikasi Checking Task Schedule Deklarasi dan inisialisasi sistem dilakukan pertama kali saat program dijalankan. Deklarasi berupa jumlah daftar task yang diperbolehkan, path directory file “task.dat” untuk menyimpan daftar task, array utama untuk menyimpan data, variable j yang merupakan total daftar untuk array, dan variable i untuk proses looping global. { public string Tdate,Ttime; } public struct Ttask { public string subject,note,birthyear; public byte priority,occurs; public bool done,scheduled,s_alarm; public Tdatetime due,alarm; }
98
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 Fungsi AlarmOn digunakan untuk pengecekan sekaligus menampilkan informasi jika syarat-syarat seperti status alarm-nya true, status done-nya false. Lalu dilakukan pengecekan occurs. Jika occur-nya none, dicek apakah alarm date dan time nya sama dengan date dan time hari ini jika ya ditampilkan informasi kemudian dilakukan proses update terhadap data task yaitu status done dirubah menjadi true, jika occcur-nya tidak sama dengan none dicek apakah alarm date dan time nya sama dengan date dan time hari ini jika ya ditampilkan informasi. Fungsi ini dijalankan secara berkala dengan penggunaan timer. 5. Tampilan Berikut ini adalah tampilan menu utama, yang menampilkan menu contact, password, task, dan tool pada sistem organizer.
Gambar 2. Tampilan Menu Utama Tampilan pada checking task schedule, berfungsi ketika tanggal dan waktu sekarang telah mencapai tanggal dan waktu alarm maka akan muncul informasi bahwa ada kegiatan yang harus dilakukan dan daftar kegiatan tersebut tertera pada listbox. Vol.3 No.1 - September 2009
99
ISSN: 1978 - 8282
Gambar 3. Informasi checking task schedule KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil penelitian dan pengujian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : . Perangkat lunak yang dikembangkan dapat berjalan pada PDA dengan sistem operasi Windows Pocket PC dan fitur yang ada sudah merupakan satu kesatuan. . Fitur task schedule pada perangkat lunak yang secara otomatis dapat memanggil aplikasi pengecekan task melalui tombol yang disediakan. . Dengan adanya sistem ini maka para user akan lebih mudah dalam melakukan aktivitasnya secara terencana.
100
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 DAFTAR PUSTAKA 1. Microsoft Corporation (2004). “Developer Resource For Windows Mobile 2003 Second Edition”. 2. Gunarto, Hary (2004). “Introduction to Visual C++.Net and C#.Net” Penerbit Andi, Yogyakarta. 3. Kadir, Abdul (1995). “Pemograman C++” Penerbit Andi, Yogyakarta. 4. Kurniawan, Agus (2003). “Pemograman ADO.Net dengan C#” Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta. 5. Microsoft Corporation (2005). “MSDN Library April 2005”. 6. Tan Soei Tien (2001). “Bahasa C# untuk Pemograman Berorientasi Objek” Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta.
Vol.3 No.1 - September 2009
101
ISSN: 1978 - 8282
Pengendalian Electronic Home Appliances Berbasis IP dengan Mengunakan Modul Wiznet NM7010A Asep Saefullah1 Augury El Rayeb2 Email :
[email protected];
[email protected] Diterima: 4 Agustus 2009 / Disetujui: 26 Agusutus 2009 ABSTRACT Use of remote control system has been increasing in line with the globalization era in which human movement and the broad movement and quick. At this time the public has known that for the controlling of an electronic home appliances from remote can use the remote control. The problem of remote control by the limited distance between the signal emanated by the remote and the signal received by the electronic home appliances, when the distance between home electronic appliances which are controlled with a remote / controller through limit tolerance, the electronic home appliances can not function according to the desired. To solve the problem then designed a system that can control home electronic appliances from a remote so that it does not terkendala again by distance, time and place. Design this system using the network technology that can be accessed anywhere and at any time during the availability of network. Internet network used by TCP / IP-based module starter kit network NM7010A-LF as a bridge between the low cost AVR microcontroller micro system with a computer network for controlling of the equipment electronic, low cost AVR micro system works as a web server. The result is a prototype of electronic home appliances that can control home electronic appliances from a remote that is not by the distance, place and time so that ultimately improve the effectiveness, efficiency and comfort in control. ABSTRAKSI Penggunaan sistem pengontrolan jarak jauh semakin meningkat sejalan dengan era globalisasi di mana perpindahan dan pergerakan manusia semakin luas dan cepat. Pada saat ini sudah dikenal masyarakat luas bahwa untuk melakukan pengontrolan terhadap suatu electronic home appliances dari jarak jauh dapat menggunakan remote kontrol. Permasalahannya penggunaan remote kontrol terkendala oleh keterbatasan jarak antara sinyal yang dipancarkan oleh remote dan sinyal yang diterima oleh electronic home appliances, apabila jarak antara electronic home appliances yang dikontrol dengan remote/pengontrol melewati batas 1. Dosen Jurusan Sistem Komputer, STMIK Raharja Jl. Jend Sudirman No.40 Modern Cikokol-Tangerang Telp 5529692 2. Dosen Jurusan Sistem Komputer, STMIK Raharja Jl. Jend Sudirman No.40 Modern Cikokol-Tangerang Telp 5529692
102
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 toleransinya, maka electronic home appliances tersebut tidak dapat berfungsi sesuai yang diinginkan. Untuk memecahkan permasalahan tersebut maka dirancang sebuah sistem yang dapat melakukan pengontrolan electronic home appliances dari jarak jauh sehingga tidak terkendala lagi oleh jarak, tempat dan waktu. Perancangan sistem ini dengan memanfaatkan teknologi jaringan internet yang dapat diakses di mana saja dan kapan saja selama tersedianya jaringan. Jaringan internet dimanfaatkan TCP/IP starter kit berbasis modul jaringan NM7010ALF sebagai jembatan antara mikrokontroler AVR low cost micro system dengan jaringan komputer untuk melakukan pengontrolan terhadap peralatan elektkronika, AVR low cost micro system berfungsi sebagai sebuah web server. Hasilnya berupa sebuah prototype pengendalian electronic home appliances yang dapat mengendalikan electronic home appliances dari jarak jauh yang tidak terkendala oleh jarak, tempat dan waktu sehingga pada akhirnya meningkatkan efektifitas, efisiensi dan kenyamanan dalam pengendalian. Kata kunci : NM7010A, TCP/IP, AVR Low Cost Micro System, ElectronicHome Appliances
PENDAHULUAN Secara umum masyarakat mengenal alat pengontrol jarak jauh berupa remote yang dapat mengendalikan suatu alat elektronik, seperti televisi, audio video, mobil dan lain sebagainya. Pengontrolan yang menggunakan remote terhambat oleh terbatasnya kemampuan dari remote tersebut dalam memancarkan sinyal yang akan ditangkap oleh penerima. Sehingga penggunaan remote kontrol terbatas oleh jarak, apabila jarak antara alat yang dikontrol dengan pengontrol itu melewati batas toleransinya, maka peralatan tersebut tidak dapat berfungsi sesuai yang diinginkan. Internet merupakan jaringan luas yang berhubung secara global serta menggunakan TCP/IP sebagai protokol pertukaran paket (packet switching communication protocol) yang dapat diakses oleh siapa saja, dimana saja dan dapat dipakai untuk berbagai keperluan. Internet juga mempunyai pengaruh yang besar atas ilmu, dan pandangan dunia. Sebagai contoh hanya berpandukan mesin pencari seperti Google, pengguna di seluruh dunia mempunyai akses internet yang mudah atas bermacammacam informasi. Dibanding dengan buku dan perpustakaan, Internet melambangkan penyebaran(decentralization) / pengetahuan (knowledge) informasi dan data secara ekstrim. Untuk memecahkan permasalahan keterbatasan jarak kontrol dari remote, maka teknologi internet merupakan solusi untuk diimplementasikan. Aplikasi berikut akan memanfaatkan TCP/IP Starter Kit berbasis modul jaringan NM7010A-LF sebagai jembatan antara DTAVR Low Cost Micro System dengan jaringan komputer. DT-AVR Low Cost Micro System akan berfungsi sebagai sebuah web server dalam pembuatan alat pengontrol jarakjauh. TCP/IP Starter Kit yang merupakan sarana pengembangan TCP/IP berbasis modul jaringan NM7010A yang berfungsi sebagai jembatan anatara mikrokontroler dengan jaringan internet atau eternet tanpa memerlukan bantuan komputer. TCP/IP ini cocok Vol.3 No.1 - September 2009
103
ISSN: 1978 - 8282 untuk aplikasi-aplikasi embedded yang membutuhkan komunikasi dengan jaringan internet atau eternet . Hipotesanya adalah dengan menggunakan sistem pengontrolan jarak jauh melalui media internet akan menjadikan sebuah sistem pengontrolan yang tidak lagi terkendala lagi oleh jarak dan waktu. Proses pengontrolan dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Sistem pengontrolan dengan memanfaatkan interface protocol TCP/IP starter kit dan dipadukan dengan teknologi mikrokontroler dapat menghasilkan suatu kinerja pengontrolan yang jauh lebih praktis dan efisien. PERMASALAHAN Keterbatasan jarak pengontrolan melalui remote karena terbatasnya daya pancar dari remote, menjadikan pengontrolan tidak dapat dilakukan dari jarak yang ekstrim lebih jauh seperti beda tempat/kota. Untuk mengendalikan peralatan elektkronik maka antara alat yang dikontrol dan pengontrolnya harus dalam jarak jangkau dari remote tersebut. Internet merupakan suatu solusi yang tepat karena tidak terkendala oleh jarak, di mana ada sambungan internet maka pengontrolan dapat dilakukan. Untuk melakukan komunikasi antara peralatan yang akan dikontrol dengan pengontrolnya diperlukan suatu alat yang dapat mengendalikan komunikasi berbasis IP, dan alat tersebut adalah modul Wiznet NM7010A. Permasalahan berikutnya bagaimana modul tersebut dapat berkomunikasi dengan mikrokontroler yang merupakan alat kendali terhadap actuator (electronic home appliances) PEMBAHASAN Teknologi internet dapat dimanfaatkan untuk mengatasi jarak dalam sistem pengontrolan jarak jauh misalnya dalam hal pengontrolan peralatan listrik di sebuah industri. Tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu, proses pengontrolan ini dapat dilakukan dari mana saja dari tempat yang memiliki akses internet. Dengan sistem pengontrolan jarak jauh melalui internet maka sistem pengontrolan tidak lagi berlingkup lokal namun berlingkup global, dimana proses pengontrolan dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja tanpa mengharuskan petugas/operator untuk datang, namun sistem pengontrolan tersebut dapat dilakukan lewat internet untuk test dan supervisi sehingga lebih praktis dan efisien apabila memanfaatan teknologi mokrokontroler dalam pengontrolan jarak jauh motor listrik via protokol TCP/IP Starter Kit. Diagram blok sistem pengontrolan peralatan listrik melalui internet protocol (IP) dapat dilihat di bawah ini.
104
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282
Gambar 1. Diagram Blok Sistem
Penjelasan Blok Sistem Setiap sub-sistem pada perancangan ini mempunyai fungsi dan tugas masingmasing yang saling berkaitan satu dengan lainnya, terdapat 6 blok sub-sistem yang akan dijelaskan berkaitan dengan sistem yang akan dirancangbangun sebagai berikut : 1. Komputer 2. Catu Daya 3. Rangkaian RS 485 Converter 4. Mikrokontroler AVR 5. Penggerak (Driver) 6. Electronic home appliances Komputer difungsikan untuk melakukan pengisian program ke mikrokontroler AVR, sedangkan rangkaian RS 485 converter sebagai perantara dari komputer ke mikrokontroler AVR untuk mengendalikan electronic home appliances. Karena program aplikasi yang dirancang berbasis windows maka kebutuhan software untuk pembuatan program adalah berikut : 1. Sistem Operasi Windows 98, ME, XP dan 2000 2. Microsoft Visual basic2003 3. Microsoft Visio 2002 4. Code Vision AVR Downloader Setiap komponen memerlukan tegangan dan arus, baik rangakian RS 485 converter, mikrokontroler dan driver. Oleh karena itu maka diperlukan rangkaian catu daya sebesar 5 Volt dc, agar hasil penyearahan dan filter lebih stabil maka dipergunakan IC (Integrated Circuit) regulator sebesar 5 volt yaitu IC regulator jenis LM7805. Gambar rangkaian catu daya yang digunakan dapat dilihat pada gambar berikut: Vol.3 No.1 - September 2009
105
ISSN: 1978 - 8282
Gambar 2. Rangkaian Catu Daya 5 volt.
Rangkaian RS 485 Converter merupakan rangkaian yang digunakan sebagai interface antara mikrokontroler dengan jaringan internet atau ethernet. Rangkaian RS 485 Converter yang digunakan berbasis modul jaringan NM7010A dengan spesifikasi sebagai berikut : a. Berbasis NM7010A yang dapat menangani protokol komunikasi internal (TCP,IP,UDP,ICMP,ARP) dan ethernet (DLC,MAC). b. Menggunakan antar muka I2C untuk komunikasi dengan mikrokontroler c. Alamat I2C mini dapat dipilih dari 128 pilihan alamat yang tersedia (0, 2, 4...252, 254) d. Dilengkapi LED sebagai indikator status jaringan (collision/link, 10/100 act, full/half duplex) e. Membutuhkan catu daya 5 VDC dan telah memiliki voltage regulator3,3 VDC/ 300Ma f. Kompatibel dengan DT-AVR Low Cost Series dan mendukung system kontroler lainnya. Output dari mikrokontroler mengontrol driver yang akan mengendalikan electronic home appliances, electronic home appliances ini merupakan beban akhir pengendalian. Sebelum masuk ke actuator maka output dari mikrokontroler perlu diperkuat terlebih dahulu melalui penggerak/driver. Mikrokontroler AVR AT mega 8535
106
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282
Gambar 3. Gambar diagram blok mikrokontroler AVR ( Prasimax Mikron Technology Development Center : 2007)
Mikrokontroler AVR merupakan salah satu jenis arsitektur mikrokontroler yang menjadi andalan atmel. Arsitektur ini dirancang memiliki berbagai kelebihan yang mempunyai penyempurnaan dari arsitektur mikrokontroler-mikrokontroler yang sudah ada. Salah satu kelebihan tersebut adalah kemampuan In System Programming sehingga chip mikrokontroler AVR langsung dapat diprogram dalam sistem rangkaian aplikasi. Selain itu AVR sudah menggunakan konsep arsitektur Harvard yang memisahkan memori dan bus untuk data dan program, serta sudah menerapkan single level pipeling, sehingga eksekusi instruksi dapat berlangsung sangat cepat dan efisien.
Vol.3 No.1 - September 2009
107
ISSN: 1978 - 8282
Gambar 4. Konfigurasi kaki Mikrokontroler AVR AT90S8535 PDIP 40 pin ( Prasimax Mikron Technology Development Center :2007 )
Perancangan Perangkat keras Modul jaringan Wiznet NM7010A dapat dilihat :
Gambar 5. Skema TCP/IP Starter Kit NM7010A
108
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282
Gambar 5. Blok Diagram Starter Kit NM7010A Gambar 6, merupakan sirkuit dari NM7010A
sedangkan blok diagramnya terdapat pada gambar 5. Perancangan ini akan memanfaatkan network modul NM7010A sebagai jembatan antara DT-AVR Low Cost Micro System dengan jaringan komputer untuk membuat sebuah web server sederhana. Programnya dikembangkan menggunakan compiler BASCOM-AVR© versi 1.11.8.1 DEMO. Pada compiler BASCOM-AVR© ini telah terdapat perintah-perintah yang mendukung antarmuka dengan modul NM7010A.
Komunikasi I2C (Inter-Integrated Circuit) Untuk menghubungan TCP/IP Starter Kit NM7010A dengan DT-AVR Low Cost Micro System digunakan I2C yang merupakan protocol dengan menggunakan dua buah kabel SDA (Serial Data) dan SCL (Serial Clock) untuk mengirimkan data secara serial. SCL merupakan jalur yang digunakan untuk mensinkronisasi transfer data pada jalur I2C, sedangkan SDA merupakan jalur untuk data. Beberapa perangkat dapat terhubung ke dalam jalur I2C yang sama dimana SCL dan SDA terhubung ke semua perangkat tersebut, hanya ada satu perangkat yang mengontrol SCL yaitu perangkat master. Jalur dari SCL dan SDA ini terhubung dengan pull-up resistor yang besar resistansinya tidak menjadi masalah (bisa 1K, 1.8K, 4.7K, 10K, 47K atau nilai diantara range tersebut). Dengan adanya pull-up, Jalur SCL dan SDA menjadi open drain, yang maksudnya adalah perangkat hanya perlu memberikan output 0 (LOW) untuk membuat jalur menjadi LOW, dan dengan membiarkannya pull-up resistor sudah membuatnya HIGH. Dalam I2C Vol.3 No.1 - September 2009
109
ISSN: 1978 - 8282 ada satu perangkat yang berperan menjadi master (meskipun dimungkinkan beberapa perangkat, dalam jalur I2C yang sama, menjadi master) dan satu atau beberapa perangkat slave. Dalam jalur I2C, hanya perangkat master yang dapat mengontrol jalur SCL yang berarti transfer data harus diinisialisasi terlebih dahulu oleh perangkat master melalui serangkaian pulsa clock (slave tidak bisa, tapi ada satu kasus yang disebut clock streching). Tugas perangkat slave hanya merespon apa yang diminta master. Slave dapat memberi data ke master dan menerima data dari master setelah server melakukan inisialisasi. Master terlebih dahulu menginisialisasi sebelum memulai transfer data antara slavenya. Inisialisasi diawali dengan sinyal START (transisi high ke low pada jalur SDA dan kondisi high pada jalur SCL, lambang S pada gambar 2), lalu transfer data dan sinyal STOP (transisi low ke high pada jalur SDA dan kondisi high pada jalur SCL, lambang P ) untuk menandakan akhir transfer data.
Gambar 7. Sinyal untuk START dan STOP (sumber: UM10204 I2C-bus specification and user manual)
Banyaknya byte yang dapat dikirimkan dalam satu transfer data itu tidak ada aturannya. Jika transfer data yang ingin dilakukan sebesar 2 byte, maka pengiriman pertama adalah 1 byte dan setelah itu 1 byte. Setiap byte yang di transfer harus diikuti dengan bit Acknowledge (ACK) dari si penerima, menandakan data berhasil diterima. Byte yang dikirim dari pengirim diawali dari bit MSB. Saat bit dikirim, pulsa clock (SCL) di set ke HIGH lalu ke LOW. Bit yang dikirim pada jalur SDA tersebut harus stabil saat periode clock (SCL) HIGH. Kondisi HIGH atau LOW dari jalur data (SDA) hanya dapat berubah saat kondisi sinyal SCL itu LOW.
Gambar 8. Transfer bit pada jalur I2C (sumber: UM10204 I2C-bus specification and user manual)
110
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 Setiap pulsa clock itu dihasilkan (di jalur SCL) untuk setiap bit (di jalur SDA) yang ditransfer. Jadi untuk pengiriman 8 bit akan ada 9 pulsa clock yang harus dihasilkan (1 lagi untuk bit ACK). Kronologi sebelum perangkat penerima memberikan sinyal ACK adalah sebagai berikut: saat pengirim selesai mengirimkan bit ke-8, pengirim melepaskan jalur SDA ke pull-up (ingat penjelasan open drain di atas) sehingga menjadi HIGH. Saat kondisi tersebut terjadi, penerima harus memberikan kondisi LOW ke SDA saat pulsa clock ke-9 berada dalam kondisi HIGH.
Gambar 9. Data (byte) transfer pada jalur I2C (sumber: UM10204 I2C-bus specification and user manual)
Jika SDA tetap dalam kondisi HIGH saat pulsa clock ke-9, maka ini didefinisikan sebagai sinyal Not Acknowledge (NACK). Master dapat menghasilkan sinyal STOP untuk menyudahi transfer, atau mengulang sinyal START untuk memulai transfer data yang baru. Dari perangkat lunak (software) untuk mengimplementasikan protokol I2C akan mengambil contoh dari rutin Peter Fleury dan dari rutin I2C CodeVision AVR (yang menggunakan bahasa C). Hal yang pertama kali terjadi dalam komunikasi ini adalah server mengirimkan sinyal START. Ini akan menginformasikan perangkat-perangkat slave yang terhubung dalam jalur I2C bahwa akan ada transfer data yang ingin dilakukan oleh master dan para slave harus siap memantau siapa yang akan dipanggil alamatnya. Selanjutnya master akan mengirimkan data berupa alamat slave yang ingin diakses. Perangkat slave yang sesuai dengan alamat yang diberikan master akan meneruskan transaksi data, slave lainnya dapat mengacuhkan transaksi tersebut dan menunggu sampai sinyal berikutnya. Setelah mendapatkan slave dengan alamat tersebut, saatnya master memberitahukan alamat internal atau nomor register yang ingin ditulis atau dibaca dari slave tersebut. Jumlah lokasi atau nomor register tersebut tergantung pada perangkat slave yang diakses. Setelah mengirim data berupa alamat slave dan kemudian data alamat internal register slave yang ingin diakses, kini saatnya master mengirim byte data. Master dapat melanjutkan mengirim byte data ke slave dan byte-byte akan ditampung di register setelahnya karena slave secara otomatis akan menaikkan alamat internal register setelah setiap byte. Ketika master selesai menulis semua data ke slave, Vol.3 No.1 - September 2009
111
ISSN: 1978 - 8282 master akan mengirim sinyal STOP untuk mengakhiri transaksi data. Untuk implemetasi kode I2C mengambil contoh rutin I2C untuk AVR oleh Peter Fleury dan dari rutin-rutin I2C yang diberikan CodeVisionAVR. PERANCANGAN Pada modul NM7010A, aturlah DIP Switch J3 pada TCP/IP Starter Kit untuk alamat I2C = CCH, yaitu switch 2, 3, 6, 7 posisi OFF dan switch 4, 5, 8 posisi ON. Setelah rangkaian dan catu daya terhubung dengan benar, bukalah NM7010A.BAS menggunakan BASCOMAVR dan ubahlah baris 50 pada program tersebut agar sesuai dengan jaringan komputer yang akan digunakan. Misalnya untuk: § Jaringan komputer yang memiliki gateway dengan nilai: Gateway = 192.168.1.2 Subnet Mask = 255.255.255.0 IP = 192.168.1.88 (nomor IP dari modul TCP/IP Starter Kit) Maka ubahlah baris 50 tersebut menjadi: Config Tcpip = Int0 , Mac = 12.128.12.34.56.78 , Ip = 192.168.1.88 , Submask = 255.255.255.0 , Gateway = 192.168.1.2 , Localport = 1000 , Tx = $55 , Rx = $55 , Twi =&HCC , Clock = 300000 § Jaringan komputer yang tidak memiliki gateway dengan nilai: Subnet Mask : 255.255.255.0 IP modul : 192.168.1.88 (nomor IP dari modul TCP/IP Starter Kit) Maka ubahlah baris tersebut menjadi: Config Tcpip = Int0 , Mac = 12.128.12.34.56.78 , Ip = 192.168.1.88 , Submask =255.255.255.0 , Gateway = 0.0.0.0 , Localport = 1000 , Tx = $55 , Rx = $55 , Twi = &HCC ,Clock = 300000 Setelah itu compile ulang program NM7010A.bas tersebut dan download-kan ke dalam DT-AVR Low Cost Micro System menggunakan DT-HiQ AVR In System Programmer atau divais programmer lain yang mendukung mikrokontroler ATmega8535. Setelah itu hubungkan sistem ke jaringan komputer dan jalankan program Microsoft Internet Explorer dari komputer yang terhubung ke jaringan komputer yang sama. Ketikkan http://<nomor IP>/index.htm (misalnya http://192.168.1.88/index.htm) pada kolom “Address” Microsoft® Internet Explorer© maka akan tampil halaman situs dari embedded web server ini.
112
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 [* File contains invalid data | In-line.JPG *]
Gambar 10. Modul NM7010A-LF
Perancangan Perangkat Lunak Mikrokontroler merupakan komponen elektronika yang kinerjanya tergantung pada program yang dimasukkan dan telah bekerja didalamnya. Sebelum mikrokontroler digunakan dalam sistem rangkaian elektronika, harus terlebih dahulu diisi program yang telah dibuat oleh pembuat program. Software yang digunakan untuk menuliskan listing program bahasa assembly adalah BASCOM-AVR. Adapun flowchart program ke target blok adalah sebagai berikut :
Gambar 11. Flowchart Program ke Target Blok
Vol.3 No.1 - September 2009
113
ISSN: 1978 - 8282 Code Vision Atmega 8535 CodeVisionAVR merupakan software C-cross compiler, di mana program dapat ditulis menggunakan bahasa-C. Dengan menggunakan pemrograman bahasa-C diharapkan waktu disain (developing time) akan menjadi lebih singkat. Setelah program dalam bahasa-C ditulis dan dilakukan kompilasi tidak terdapat kesalahan (error) maka proses download dapat dilakukan. Mikrokontroler AVR mendukung sistem download secara ISP (In-System Programing). Proses program Proses dari program NM7010A.BAS secara garis besar adalah sebagai berikut: 1. Program akan me-reset modul NM7010A secara hardware, mengaktifkan fungsi interupsi mikrokontroler dan melakukan inisialisasi modul NM7010A pada mode komunikasi I2C. 2. Kemudian program melakukan deklarasi variabel yang akan digunakan, antara lain: § Shtml sebagai string dengan panjang 15 karakter untuk menyimpan suffix dari perintah yang diterima. § Ihitcounter sebagai integer yang berfungsi untuk menyimpan jumlah kunjungan ke webserver ini. 3. Program mengambil status dari socket 0. 4. Bila status socket 0 = established (06h) maka: a) Program akan memeriksa buffer Rx dari modul NM7010A, dan jika ada data yang diterima dalam buffer Rx maka program akan membacanya. b) Bila data yang diterima adalah perintah “GET” maka program akan menyimpan suffix yang mengikuti perintah tersebut ke dalam variabel Shtml. c) Program memeriksa apakah buffer Rx sudah kosong, bila belum kosong maka program akan kembali ke langkah 4.a. d) Jika buffer Rx sudah kosong maka program mengirimkan “HTTP/1.0 200 OK
” (tanda OK) dan mengirimkan “Content-Type: text html” (format body html yang akan dikirimkan). e) Jika Shtml = “/index.htm” maka program akan mengirimkan badan index.htm dan menambah nilai variabel Ihitcounter dengan 1. Index.htm yang dikirimkan untuk nilai Ihitcounter = 1. f) Program menghapus isi variabel Shtml, lalu menutup socket 0 dan kembali ke langkah 3. 5. Bila status socket 0 = wait connection close (07h) maka program akan menutup socket 0 dan kembali ke langkah 3. 6. Bila status socket 0 = connection closed (00h) maka program membuka port 80h
114
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282
socket 0 dan mulai mendengarkan jaringan dari socket 0, lalu program kembali ke langkah 3.
Gambar 12. Tampilan Halaman Web pada Microsoft Internet Explorer
Halaman web dari aplikasi ini terdiri dari header, teks, dan counter pengunjung seperti terlihat pada Gambar 3. Aplikasi ini dapat dikembangkan menjadi lebih kompleks misalnya untuk pengirim data sensor dan pengontrol peralatan melalui jaringan komputer. Penulisan Listing Program Assembly pada Mikrokontroler Mikrokontroler adalah salah satu jenis komponen elektronika yang kinerjanya tergantung pada program assembly yang dimasukkan dan telah bekerja didalamnya. Jadi agar mikrokontroler tersebut berkerja untuk mendukung sistem peralatan seperti yang diinginkan, maka harus terlebih dahulu diisikan program assembly yang benar, baik dari segi bahasa program maupun cara pengisiannya. Sebelum mikrokontroler digunakan dalam sistem rangkaian elektronika, harus terlebih dahulu diisi program yang telah dibuat oleh pembuat program. Hal ini bertujuan agar IC tersebut dapat bekerja sesuai dengan keinginan. Software yang digunakan untuk menuliskan listing program bahasa assembly adalah BASCOM-AVR, alasan menggunakan software ini dikarenakan mempunyai beberapa kelebihan dibanding software yang lainnya.
Vol.3 No.1 - September 2009
115
ISSN: 1978 - 8282
Gambar 13. Tampilan BASCOM-AVR
Setelah penulisan listing program pada BASCOM-AVR text editor selesai, kemudian text tersebut disimpan ke dalam file dengan nama MOTOR DC.BAS ,hal ini harus dilakukan karena software hanya bekerja pada file dengan nama *.BAS.*
Gambar 14. Penyimpanan File Basic
116
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 Langkah berikutnya adalah dengan mengkompilasi file Basic tersebut menjadi file heksa, sehingga file MOTOR DC.BAS akan menjadi file MOTOR DC.HEX yaitu dengan cara menekan tombol F7 pada keyboard atau melalui menu. file *.HEX inilah yang akan dimasukkan kedalam IC Atmega8535. Adapun langkah diatas dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 15. Kompilasi Program basic
Setelah langkah – langkah tersebut dilakukan maka kita akan mempunyai beberapa file setelah langkah kompilasi, yaitu : MOTOR DC.BAS , MOTOR DC.HEX dan beberapa file pendukung lainnya. dan sampai pada tahapan ini maka proses penulisan dan kompilasi program assembly sudah selesai. Memasukkan Program Kedalam Mikrokontroler Pada langkah ini, IC Atmega8535 yang awalnya kosong mulai diisi dengan program. Sedangkan untuk IC yang sebelumnya telah berisi program lain, maka program tersebut dihapus terlebih dahulu secara otomatis sebelum diisi dengan program yang baru. Untuk memulainya, terlebih dahulu membuka program BASCOM-AVR yang dibuat oleh produsen mikrokontroler AT8535 tersebut yaitu ATMEL company. Kemudian memilih device yang akan digunakan yaitu AT8535.
Vol.3 No.1 - September 2009
117
ISSN: 1978 - 8282
Gambar 16. Pemilihan Device yang Digunakan
Gambar 17. Device yang Digunakan AT8535
Setelah memilih device yang digunakan, pada menu “Compiler”. Software kemudian meminta untuk memasukan file .HEX yang akan dimasukan kedalam IC mikrokontroler, dalam hal ini adalah MOTOR DC.HEX.
118
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282
Gambar 18. Memasukkan File MOTOR DC.HEX
File. HEX yang telah masuk akan dikenali oleh software tersebut kemudian dimasukan kedalam IC mikrokontroler. kemudian pilih menu chip dan cari menu Auto Program seperti pada gambar 3.13.
Gambar 19. Proses Pengisian IC Mikrokontroler
Vol.3 No.1 - September 2009
119
ISSN: 1978 - 8282 IC Mikrokontroler terisi seiring dengan bertambahnya presentase yang muncul pada jendela software setiap proses tersebut berlangsung. Proses pengisian berlangsung diawali dengan “Erase Flash & EEPROM Memory”, yang berarti software melakukan penghapusan terhadap memori internal IC Mikrokontroler terlebih dahulu sebelum mengisikan program kedalam IC tersebut. Pada proses penghapusan ini, apabila presentase telah mencapai 100% maka berarti memori internal telah sepenuhnya terhapus dan dalam keadaan kosong. Jika presentase belum mencapai 100% tetapi software menunjukkan tanda error, maka proses penghapusan gagal. Hal ini biasanya disebabkan oleh adanya kesalahan pada hardware downloadernya. Setelah proses penghapusan selesai maka secara otomatis software melakukan “Verify Flash Memory”. Software mulai mengisi IC Mikrokontroler dengan file. HEX. Sama dengan penghapusan, yaitu prosesnya ditunjukkan dengan penambahan presentase pengisian. 100% menunjukkan bahwa IC Mikrokontroler telah sepenuhnya terisi. Munculnya tanda error menunjukkan proses pengisian gagal, yang biasanya disebabkan oleh kesalahan pada hardware downloadernya. Jika langkah - langkah di atas berjalan dan selesai, maka IC Mikrokontroler yang dalam rancangan alat ini memakai jenis AT8535, sudah bisa digunakan untuk menjalankan sistem kerja alat rancangan. Pengisian Program mikrokontroler AVR dengan Starter kit Software Basic Compiler merupakan C Compiler untuk mikrokontroler AVR. Pada CodeVision telah disediakan editor yang berfungsi untuk membuat program dalam bahasa C, setelah melakukan proses kompilasi kita dapat mengisikan program yang telah dibuat ke dalam memori pada mikrokontroler menggunakan program yang telah disediakan oleh CodeVision AVR. Program yang didukung oleh CodeVision banyak sekali variasinya, antara lain: Kanda Sistem STK200+/300, Atmel STK500/AVRISP, Dontronics DT006, dan lain-lain. Agar de KITS AVR ISP Programmer Cable dapat diintegrasikan dengan CodeVision AVR, terlebih dahulu harus dilakukan konfigurasi sebagai berikut : - Jalankan Software CodeVision AVR. - Pilih menu Setting ’! Programmer. - Pilih tipe programmer Kanda Sistem STK200+/300. - Lalu klik tombol OK
120
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282
Gambar 20. Tampilan Pilihan Programmer
Setelah CodeVision dikonfigurasi, uji de KITS AVR ISP Programmer Cable dengan cara menghubungkannya dengan target board dan ke PC melalui port LPT seperti gambar berikut ini:
Vol.3 No.1 - September 2009
121
ISSN: 1978 - 8282
Gambar21. Koneksi Atmega 8535 Programmer Cable
Adapun koneksi black housing ke header ISP pada target board disesuaikan dengan tata letak pin yang bersangkutan. Tata letak pin pada black housing de KITS AVR ISP Programmer Cable terdapat pada gambar 3.4. Karena black housing mempunyai bentuk simetris, maka satu-satunya tanda yang menjadi pedoman pemasangan adalah tanda segitiga pada salah satu sisi black housing di mana pin yang dekat dengan tanda tersebut adalah pin 2 yaitu VCC.
Gambar 22. Konfigurasi Pin AT 89S51
Untuk melakukan pengujian terhadap de KITS AVR ISP Programmer Cable, awali proyek baru dengan cara sebagai berikut:
122
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 - Pasang AVR ISP Programmer Cable pada target board yang telah berisi mikrokontroler target. - Pilih menu Tools ’! Chip Programmer atau tekan Shift+F4. - Pada jendela Chip programmer pilih menu Read ’! Chip Signature. - Apabila AVR ISP Programmer cable bekerja baik dan ID mikrokontroler tidak rusak, maka tipe mikrokontroler target akan tampak seperti gambar berikut.
Gambar 23. Uji de KITS AVR ISP Programmer Cable dengan Read Chip Signature (Sumber: www.innovativeelectronics.com)
Apabila ID dari mikrokontroler rusak maka tipe yang muncul adalah “Chip: Unknown” Setelah melakukan pemeriksaan pada de KITS AVR ISP Programmer cable, hal selanjutnya adalah membuat proyek. Buka file test.prj menggunakan CodeVision AVR. Untuk memudahkan pemrograman, CodeVision harus dikonfigurasi terlebih dahulu. Caranya sebagai berikut: - Pilih menu Project ’! Configure. - Pilih tab After Make, kemudian centang pada kotak dengan label Program the Chip. Penjelasan lebih jelasnya terdapat gambar berikut ini.
Vol.3 No.1 - September 2009
123
ISSN: 1978 - 8282
Gambar 24. Pengaturan untuk Memudahkan Pemrograman (Sumber: www.innovativeelectronics.com)
-
Klik pada tombol OK. Proses ini hanya dapat dilakukan pada saat ada project yang telah dibuat atau dibuka. Tekan Shift+F9, download ke target board dengan cara klik pada tombol program. Akhirnya seluruh rangkaian instalasi dan pengujian telah selesai, mikrokontroler sudah siap untuk dipergunakan.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil rancang bangun dan pengujian terhadap modul kontrol dapat disimpulkan : a) Electronic home appliances yang digunakan pada uji coba pengontrolan melalui media nternet dengan modul jaringan NM7010A berupa dc motor. Dengan menekan tombol F5 pada keyboard laptop/komputer yang terhubung dengan jaringan internet dapat dilakukan pengontrolan jarak jauh untuk menentukan arah putaran dc motor yaitu putaran ke kanan, putaran ke kiri dan berhenti. Banyaknya proses putaran motor dc ke kiri, ke kanan dan berhenti tercatat dan tampil pada display monitor. b) Memanfaatkan TCP/IP Starter Kit berbasis modul jaringan NM7010A sebagai jembatan antara DT-AVR Low Cost Micro System dengan jaringan internet dapat melakukan pengontrolan electronic home appliances yang tidak terkendala lagi oleh jarak bahkan waktu maupun tempat.
124
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 DAFTAR PUSTAKA 1. Asep Saefullah, Bramantyo Yudi W (2008). Perancangan Sistem Timer Lampu Lalu Lintas Dengan Mikrokontroler AVR, Journal CCIT, Vol.2 No.1, STMIK Raharja 2. Paulus Andi Nalwan (2003). Panduan Praktis Tehnik Antar Muka dan Pemrogaman Mikrokontroler AT89C51, Gramedia, Jakarta 3. Untung Rahardja, Asep Saefullah (2009), Simulasi Kecepatan Mobil Secara Otomatis, Journal CCIT, Vol.2 No.2, STMIK Raharja 4. Widodo Budiharto (2005). Perancanan Sistem Dan Aplikasi Mikrokontroller, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta 5. Widodo Budiharto, Sigit Firmansyah (2005). Elektronika Digital Dan Mikroprosessor, Penerbit Andi, Yogyakarta
Vol.3 No.1 - September 2009
125
ISSN: 1978 - 8282
PEDOMAN PENULISAN Lingkup Jurnal. Tulisan yang dapat dimuat adalah yang mengkaji masalah yang berhubungan dengan bidang ilmu komputer dan teknologi informasi, baik ilmudasar maupun aplikasinya. Jenis tulisan . Tulisan dapat berupa laporan/hasil penelitian atau makalah ilmiah bukan penelitian seperti laporan studi kasus atau kajian pustaka komprehensif. Tulisan ilmiah/penelitian dapat merupakan hasil a) Pengembangan, b) Penemuan, dan c) Pembuktian A. Laporan penelitian minimal harus memuat bagian abstrak, pendahuluan (latar belakang, t ujuan, hipotesis, konsep2 utama), metodologi, hasil dan pembahasan, kesimpulan dan pustaka. B. Makalah ilmiah bukan penelitian minimal harus memuat bagian abstrak, pendahuluan, pembahasan, kesimpulan dan pustaka.
Nama Penulis. Ditulis tanpa gelar dan jabatan, disebutkan nama Lembaga dan alamatnya serta alamat e-mail. Bahasa. Ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dengan memperhatikan kaidah-kaidah bahasa ragam ilmiah. Khusus untuk yang menggunakan bahasa Indonesia, hindari penggunaan kata ganti orang. 126
Panjang Tulisan. Panjang tulisan 10-15 halaman A4 spasi single termasuk tabel dan gambar serta lampiran, dengan jenis huruf Times New Roman, font 11. Abstrak. Panjang abstrak maksimum 250 kata, dalam satu paragraf, dilengkapi dengan kata-kata kunci pada bagian akhir abstrak. Abstrak memuat latarbelakang, metodologi, hasil dan kesimpulan. Abstrak tidak bersifat matematis, tidak berisi saran dan harapan, tidak ada kutipan. Kata kunci (keywords) adalah kata-kata penting yang digunakan untuk mengidentifikasikan isi dokumen, dapat berupa metode/alat yang dipakai, variabel yang diteliti atau substansi penelitian. Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Tabel dan gambar. Tabel dan gambar harus diberi nomer dan judul lengkap serta harus diacu dalam tulisan. Gambar dan tabel dalam format hitam putih. Persamaan. Persamaan matematik harus diberi nomer urut dalam kurung biasa ,(x), dengan penulisan rata kanan. Setiap makalah diwajibkan untuk mengutip sumber pustaka yang berasal dari jurnal ilmiah nasional maupun internasional.
Kutipan. Setiap kutipan harus menyertakan sumbernya yang ditulis pada
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 kutipan, yaitu dengan menuliskan nama belakang pengarang pertama (jika pengarang lebih dari satu: dituliskan nama pengarang pertama et al), dan tahun terbit. Contoh : ........menurut Angel (2003), atau ...................(Angel, 2003), atau .......... Chen et al(2007)
Pustaka . Pustaka disusun terurut berdasarkan nama belakang pengarang dan hanya memuat pustaka yang dikutip dalam tulisan. Nama pengarang ditulis tanpa gelar, jika ada nama tengah dan belakang, disingkat. Contoh : Buku. 1. Angel (2003). Interactive Computer Graphics: A Top-Down Approach Using OpenGL. Third Edition. London: Pearson Education. 2. Irianto (2004). Embedding Pesan Rahasia Dalam Gambar. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Tulisan/artikel dalam buku. 1. Bolton, MA: Anker Publisher Inc, 144158. Yudhana, A (2007). Desain Routing Trafik Jaringan Telekomunikasi dengan algoritma Genetik, dalam Wibowo, T.A (Ed), Berbagai Makalah Sisitem Informasi, 2. Olanivan, B.A (2004). Computermediated Communication as an instruction learning tool: course evaluation with communication students, in Comeaux, P(Eds), Assessing Online Teching&Learning,
Vol.3 No.1 - September 2009
3. Prosiding Konferensi Nasional Sistem Informasi 2007, Bandung : Departemen Teknik Informatika, Sekolah Tinggi Teknologi Telkom, 233-238. Jurnal. 1. Goyal, D.P (2007). Information Systems Planning Practices in Indian Public Enterprises. Information Management & Computer Security, 15(3), 201-213 Sumber online. 1. Chen, CC., Wu, J., Yang, SC. (2007). The Efficacy of online cooperative l earning systems. The perspective of task-technology fit. Diakses pada 20 Mei 2007 dari : http: // www emeraldinsight.com/1065-0741.htm. 2. Marques, O., Baillargeon, P (2007). Design of multimedia traffic classifier for snort. Diakses pada 2 Juni 2007 dari : http: // www.emeraldinsight com/0968-5527.htm.
Redaktur Pelaksana
Maimunah, M. Kom.
127
ISSN: 1978 - 8282
FORMULIR PERSETUJUAN PEMBUATAN ARTIKEL JURNAL
PENANGGUNG JAWAB
Tanggal Revisi : 12 Desember 2007 Tanggal Berlaku : 13 Desember 2007 Kode Dokumen : FM-RHJ-016-003
MENYETUJUI
KETUA STMIK RAHARJA
DIREKTUR AMIK RAHARJA INFORMATIKA
TENTANG/PERIHAL/JUDUL Judul terlampir : Abstraksi terlampir :
BAGIAN PENULIS
MEMOHON
Nama Penulis Naskah/Pengarang 1
Nama Penulis Naskah/Pengarang 2
Nama Penulis Naskah/Pengarang 3
Nama Editor/Penyunting
Nama Penyunting/Picture Layout & Artistik
KETUA EDITOR
MEREKOMENDASIKAN
Reviewer 1
Reviewer 2
128
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 FORMULIR KRITERIA DAN BOBOT PENILAIAN KARYA TULIS ILMIAH Kode Judul
Tanggal Revisi : 12 Desember 2007 Tanggal Berlaku : 13 Desember 2007 Kode Dokumen : FM-RHJ-016-001
:
Judul Karya Tulis Ilmiah :
Reviewer Nama Reviewer
NO
KRITERIA (NILAI MAKSIMAL)
: :
Mitra Bestari
INDIKATOR PENILAIAN
1.
JUDUL (5)
A. Maksimal 14 (empat belas) kata dalam Bahasa Indonesia atau 10 (sepuluh) kata dalam Bahasa Inggris (1) B. Relevan dengan isi sangat jelas (2) C. Relevansinya dengan permasalahan sangat jelas (2)
2.
ABSTRAK (5)
A. Dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris yang baik (5) jika hanya dalam Bahasa Indonesia yang baik atau Bahasa Inggris yang baik (2.5) B. Format sesuai dengan pedoman (1) C. Isi : Latar belakang metode, hasil, dan kesimpulan tertuang dengan kalimat yang jelas (4)
Vol.3 No.1 - September 2009
Dewan Redaksi
HASIL PENILAIAN NARATIF DAN SARAN
NILAI SETIAP KRITERIA
129
ISSN: 1978 - 8282
3.
SISTEMATIKA (15)
A. Sesuai dengan Pedoman (5) B. Ada Instrumen pendukung (gambar, grafik) dan sangat relevan (5) C. Daftar pustaka : dominan terbitan 10 (sepuluh) tahun terakhir dan pustaka primer (5)
4.
SUBSTANSI (70
A. Data/informasi telah diolah dengan sangat baik (10) B. Relevansi latar belakang dan pembahasan sangat jelas (15) C. Analisis dan sintesis atau pembahasan sangat baik (25) D. Kesimpulan : sangat jelas relevansinya dengan latar belakang dan pembahasan, dirumuskan dengan singkat (20) TOTAL NILAI MAKSIMAL
Hasil Penilaian:* Diterima
Diterima dengan baik
Ditolak
Keterangan: * Hasil penilaian: nilai total > 75, makalah diterima Catatan untuk redaksi pelaksana: 1. Tulisan yang dikirim kepada pemeriksa, nama penulisnya ditutup, dan diganti nomer kode. 2. Setiap tulisan diperiksa oleh dua orang, satu orang dari dewan redaksi dan satu orang dari mitra bestari.
130
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 FORMULIR EDITOR BAHASA KARYA TULIS ILMIAH Kode Judul Judul Karya Tulis Ilmiah
: :
Editor
:
Nama Editor
:
Tanggal Revisi : 12 Desember 2007 Tanggal Berlaku : 13 Desember 2007 Kode Dokumen : FM-RHJ-016-004
Editor Bahasa
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan semua tulisan/kalimat sesuai dengan kaedah EYD, atau sesuai dengan kaedah-kaedah tata bahasa. Catatan:
Rekomendasi: * Diterima
Diterima dengan perbaikan
Ditolak
Tangerang,
Editor Keterangan: * Rekomendasi diisi berdasarkan hasil pemeriksaan editor
Vol.3 No.1 - September 2009
131
ISSN: 1978 - 8282 FORMULIR EDITOR LAYOUT DAN ARTISTIK KARYA TULIS ILMIAH Kode Judul Judul Karya Tulis Ilmiah
: :
Editor
:
Nama Editor
:
Tanggal Revisi : 12 Desember 2007 Tanggal Berlaku : 13 Desember 2007 Kode Dokumen : FM-RHJ-016-005
Editor Layout dan Artistik
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa desain untuk layout dan artistik sudah format jurnal CCIT yang ditentukan. Catatan:
Rekomendasi: * Diterima
Diterima dengan perbaikan
Ditolak
Tangerang,
Editor Keterangan: * Rekomendasi diisi berdasarkan hasil pemeriksaan editor
132
Vol.3 No.1 - September 2009
ISSN: 1978 - 8282 FORMULIR PENYELESAIAN ARTIKEL
Tanggal Revisi : 12 Desember 2007 Tanggal Berlaku : 13 Desember 2007 Kode Dokumen : FM-RHJ-016-006
TENTANG/PERIHAL/JUDUL ARTIKEL:
BAGIAN
KETERANGAN
Nama Penulis Naskah/Pengarang 1 Nama Penulis Naskah/Pengarang 2 Nama Penulis Naskah/Pengarang 3 Nama Editor/Penyunting
Lengkap Lengkap Lengkap
Lengkap
NamaPenyunting Picture/Layout & Artistik Nama Peninjau (Reviewer) 1
Lengkap
Lengkap
Nama Peninjau (Reviewer) 2
Lengkap
Nama Percetakan
Lengkap
Formulir ini menyatakan bahwa artikel ini telah dinyatakan layak untuk diterbitkan pada Journal CCIT. Penerbitan adalah sepenuhnya wewenang redaksi mengingat banyaknya artikel yang masuk. MENYETUJUI KETUA DEWAN EDITOR
SEKRETARIS REDAKSI
(..............................................)
(..............................................)
Vol.3 No.1 - September 2009
133
ISSN: 1978 - 8282 FORMULIR KESEDIAAN MITRA BESTARI JURNAL ILMIAH
Tanggal Revisi : 12 Desember 2007 Tanggal Berlaku : 13 Desember 2007 Kode Dokumen : FM-RHJ-016-002
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Lengkap
:
Jenjang Pendidikan
:
Bidang Keahlian
:
Jabatan Fungsional
:
Pengalaman ReviewerJurnal
: Ya / Tidak *), jika Ya sebutkan dimana, kapan
nama jurnal yang di review:
Bersedia menjadi reviewer ahli / Mitra Bestari Jurnal Ilmiah yang berada di bawah naungan Perguruan Tinggi Raharja. Demikian formulir ini saya tanda tangani untuk dapat dipergnakan sebagai mana mestinya. Tangerang, Mengetahui,
Mitra Bestari,
(............................................)
(............................................)
*) Coret yang tidak perlu
134
Vol.3 No.1 - September 2009