BABV KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Dari hasil analisa dan pembahasan dapatdisimpulkan sebagai berikut : 1. Jumlah peredaran uang kartal selama periode September 1999 - Agustus 2003 mengalami peningkatan. Angka terendah jumlah peredaran uang kartal sebesar Rp. 46,424 Miliar dan angka tertinggi mencapai Rp. 87,008 Miliar. Rata - rata jumlah peredaran uang dalam kurun waktu periode September 1999 - Agustus 2003 sebesar Rp. 63,537 Miliar. Perubahan jumlah uang kartal yang paling tinggi terjadi pada periode Nopember 2000 ke periode Desember 2000 sebesar Rp. 13,851 Miliar atau mengalami peningkatan sebesar 23,67 %. 2. Jumlah peredaran uang kartal rata - rata sebesar Rp. 93,752 Miliar mayoritas mengalami kenaikan dari satu periode ke periode yang lain. Perkembangan jumlah uang beredar yang beryupa uang giral paling tinggi terjadi pada periode Nopember 2000 ke periode Desember 2000 sebesar Rp. 7,131 Miliar. Angka terendah jumlah peredaran uang kartal sebesar Rp. 66,280 Miliar danangka tertinggi mencapai Rp. 121,576 Miliar. Jika dibandingkan dengan uang kartal, maka peredaranjumlah uang berupa uang giral dalam periode September 1999 - Agustus 2003 mempunyai jumlah yang lebih banyak. 3. Uang dalam arti sempit terdiri atas uang kartal dan uang giral. Rata - rata jumlah peredaran uang dalam arti sempit Rp. 159,1315 Miliar. Angka minimum jumlah peredaran uang dalam arti sempit selama periode September 1999 - Agustus 2003 sebesar Rp. 116,315 Miliar dan angka maksiIIlum jumlah peredaran uang
57
menembus pada poin Rp. 201,859 Miliar. Rata - rata perubahan jumlah uang beredar dalam arti sempit sebesar 1,214 %. Sumbangsih terbanyak berasal dari perubahan jumlah uang beredar jenis uang kartal yang rata - rata perubahan selama periode September 1999 - Agustus 2003 sebesar 1,4136 %, nilainya lebih besar dibandingkan dengan perubahan jumlah uang beredar jenis kartal sebesar 1,191 %. 4. Perubahan jumlah uang beredar dalam arti sempit yang paling tinggi terjadi pada periode Nopember 2000 ke periode Desember 2000 sebesar Rp. 20,982 Miliar atau mengalami peningkatan sebesar 14,859 %. Hal ini terkait dengan kuatnya faktor musiman sebagaimana dengan adanya perayaan hari besar keagamaan yang berlangsung
hampir
bersamaan,
sehingga
aktivitas
perekonomian
yang
menggunakan uang kartal semakin meningkat. Berakhirnya tahun fiskal dimana pada saat itu hari liburnya lebih panjang pada akhir tahun pelaporan yang juga mempengaruhi perilaku masyarakat untuk memiliki uang untuk motif berjaga jaga. 5. Angka terendahjumlah peredaran uang kuasi sebesar Rp. 512,581 Miliar dan angka tertinggi mencapai Rp. 705,122 Miliar. Rata - rata jumlah peredaran uang dalam kurun waktu peri ode September 1999 - Agustus 2003 sebesar Rp. 622,930 Miliar. Perubahan jumlah uang kartal yang paling tinggi terjadi pacta periode September 2001 ke periode Oktober 2001 sebesar Rp. 19,684 Miliar atau mengalami peningkatan sebesar 3,18 %. Namun pada periode Juni 2001 - Juli 2001 mengalami penurunan yang cukup tajam sebesar Rp. 27,317 Miliar atau sebesar 4,293 %. 6. Angka terendah jumlah peredaran uang luas sebesar Rp. 628,896 Miliar dan angka tertinggi mencapai Rp. 905,498 Miliar. Rata - rata jumlah peredaran uang dalam kurun waktu periode September 1999 - Agustus 2003 sebesar Rp. 782,061 Miliar.
58
7. Perubahanjumlah uang luas yang paling tinggi terjadi pada periode Nopember 2000 ke periode Desember 2000 sebesar Rp. 26,767 Miliar atau mengalami peningkatan sebesar 3,716 %. Rata - rata perubahan jumlah uang beredar dalam arti sempit sebesar 0,710 %. Jika dibandingkan dengan perubahan jumlah uang beredar dalam arti sempit, jumlah peredaran uang dalam arti sempit perkembangannnya relatif besar dibandingkan jumlah peredaran dalam arti luas. Perkembangan semacam ini sering terjadi pada Negara berkembang. 8. Dalam perkembangannya jumlah uang yang beredar baik peredaran uang dalam arti sempit (Ml ) maupunjumlah uang yang beredar dalam arti luas ( M2) dari waktu ke waktu semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia semakin mempunyai derajat penggunaan uang yang semakin meningkat, sehingga dapat
dikatakan
bahwasannya
laju
perekonomian
Indonesia
mengalami
peningkatan.
9. Model jumlah uang beredar dalam arti sempit M
It
-- 5,06 X2t 0,0336 X 3t0,0140
V - 0,0425 M
L~t
It-I
0,0468
M- 2t0,0472 e G I
Jumlah peredaran uang dalam arti sempit dipengaruhi oleh tagihan bersih kepada pemerintah pusat ( 3,36% ), tagihankepada lembaga dan BUMN ( 1,4% ), tagihan kepada perusahaan swasta dan perorangan ( 4,25% ), jumlah peredaran uang dalam arti luas ( 4,72 % ) dan jumlah peredaran dalam arti sempit periode sebelumnya sebesar 4,68 %.
59
10. Modeljumlah uang beredar dalam arti luas
M
- 258 X 2t 0,017798 X 3t0,008152 vL~t.
2t - ,
0.023176
M
2t-l
0,025904 M 0,025919 2t-2
M-
It
0,025761 e£ 2
Elastisitas tagihan bersih kepada pemerintah pusat sebesar 1,78 %. nilai elastisitas ini menunjukkan persentase kenaikan jumlah uang beredar dalam arti luas jika terjadi satu persen kenaikan tagihan bersih kepada pemerintah pusat. Begitu halnya terjadi pada faktor tagihan kepada lembaga dan BUMN. Nilai elastisitas sebesar 0,81 % yang berarti bahwa setiap perubahan kenaikan jumlah uang yang beredar dalam arti luas sebesar 0,81 %, maka terjadi kenaikan sebesar satu persen terhadap faktor tagihan kepada lembaga dan BUMN. Nilai elastisitas tagihan kepada perusahaan swasta dan perorangan sebesar 2,32 %. Artinya bahwa setiap kenaikan satu persen tagihan kepada perusahaan dan perorangan akan meningkatkan jumlah uang beredar dalam arti luas sebesar 2,32 %. Koofisien jumlah peredaran dalam arti sempit bertanda positif, berarti setiap kenaikan sebesar 1 persen peredaran uang dalam arti luas akan meningkatkan jumlah peredaran dalam arti sempit sebesar 2,58 %. Koofisien jumlah peredaran uang dalam arti luas satu periode sebelumnya bertanda positif yang bernilai 2,60 %. Koofisien jumlah peredaran uang dalam arti Iuas dua periode sebelumnya bertanda positifyang bernilai 2,60 %. 11. Berdasarkan nilai return to scale yang didapatkan, model di atas termasuk dalam keadaan yang decreasing return to scale karena nilai dari
I fJ i < 1. Dalam keadaan
demikian, dapat diartikan bahwa proporsi penambahan faktor - faktor yang mempengaruhi variabel peredaran uang dalam arti sempit melebihi proporsi penambahan variabel peredaran uang dalam arti sempit maupun dalam arti luas.
60
11. Bank Indonesia yang bertindak sebagai Bank Sentral dapat menjalankan kebijakan kebijakan guna mengatur jumlah peredaran uang melalui berbagai instrumen yang dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat diantaranya, Politik Pasar Terbuka, Politik Cadangan Minimum, Politik Peredaran Dang Ketat ( tight money
marking ), Politik Diskonto dan Moral Suasion.
5.2 Saran berdasarkan analisa yang dapat diberikan adalah : 1. Perkembangan jumlah peredaran uang dalarn arti sempit laju pertumbuhannya sangat cepat dibandingkan dengan laju pertumbuhan jumlah peredaran dalam arti luas, untuk menuju Negara yang mempunyai ekonomi yang kuat diperlukan kebijakan perimbangan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui pertumbuhan jumlah uang beredar dalam arti luas yang lebih besar. 2. Pengaruh jumlah peredaran uang dalarn arti sempit maupun dalam arti luas relatif rata. Hal ini mengindikasikan bahwa diperoleh keadaan yang relatif stabil dari faktor yang mempengaruhi jumlah peredaran uang. Akan tetapi peningkatan produktivitas sektor-sektor ekonomi masih tetap hams terns dilakukan dan dikembangkan oleh pemerintah agar diperoleh stabilitas ekonorni yang baik. 3. Dalam upaya mengendalikan jumlah uang beredar baik dalam arti sempit maupun dalarn arti luas berdasarkan model yang didapatkan, diharapkan pemerintah fokus terhadap faktor X2, X3 dan X4. 4. Model ini tidak sepenuhnya tetap. Perbaikan model dapat dicoba dengan metode lain yang lebih bagus.
61