Bedside Sebagai Suatu Inovasi Metode Bimbingan Klinik
Dalam kebidanan dan keperawatan Noor Cholifah, Rusnoto, Dewi hartinah
[email protected] [email protected] [email protected]
Abstrak Penelitian oleh Malini dan Huriani (2006) menunjukkan metode pengajaran klinik konvensional kurang dapat meningkatkan kompetensi klinik para calon bidan dan perawat. Untuk itu diperlukan suatu metode pembelajaran yang mampu memantau perkembangan pencapaian tujuan pembelajaran yaitu bedside . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan bedside mampu meningkatkan pencapaian kompetensi peserta didik, meningkatkan kepercayaan diri, harga diri dan kesadaran diri peserta didik? Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain semi ekperimental dimana mahasiswa mengalami pembelajaran menggunakan metode pembelajaran klinik konvensional dan dengan metode bedside . Penelitian dilakukan selama 2 siklus (2 bulan) praktek profesi Kebidanan dan keperawatan.. Sampel penelitian adalah 24 orang mahasiswa peserta dan 4 orang pembimbing klinik serta 4 orang mentor. Pengumpulan data dilakukan melalui Focus Group Discussion (FGD). Penglahan data dilakukan mengikuti langkah-langkah pengolahan data hasil FGD oleh Krueger & Casey (2000). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode bedside mampu meningkatkan pencapaian kompetensi klinik, kepercayaan diri, harga diri dan kesadaran diri peserta didik. Peneliti merekomendasikan metode bedside diaplikasikan sebagai metode bimbingan klinik kebidanan dan keperawatan yang telah dilakukan persiapan yang matang. Kata Kunci : Bedside, Inovasi, bimbingan klinik keperawatan
JIKK VOL. 6 NO. 2 JULI 2015 39: 51
39
Pendahuluan Titik
klinik ini akan menyebabkan tidak siap berat
pendidikan
untuk memasuki dunia kerja dan juga
kebidanan dan keperawatan adalah
tidak
proses
dan
penyedia jasa pelayanan kesehatan.
individu
Untuk itulah diperlukan suatu metode
mampu
pembelajaran
mencerdaskan
meningkatkan menjadi
kemampuan
perawat
yang
dapat
memenuhi
baru
yang
secara
keperawatan ilmiah.
dari
memantau perkembangan pencapaian
dan
tujuan
pendidikan keperawatan
kebidanan adalah
individu
yang
menunjukkan kemampuannya dalam
dan
mampu
melaksanakan praktek kebidanan dan Outcome
khusus
tuntutan
seksama
pembelajaran.
pengajaran
klinik
Bentuk
tersebut
adalah
adalah
suatu
bedside .
upaya untuk meningkatkan derajat
Bedside
kesehatan masyarakat (Nurachmach,
hubungan
2007). Guna pencapaian tujuan ini,
memberikan
Program Studi Ilmu Kebidanan dan
berdiskusi yang menghasilkan refleksi,
keperawatan.
melakukan
pendidikan
Selama profesi
masa
2
orang
kesempatan
yang untuk
kegiatan/tugas
dan
lamanya
pembelajaran untuk keduanya yang
kurang lebih tiga tahun, para calon ini
didasarkan kepada dukungan, kritik
melewati pembelajaran klinik baik di
membangun,
lapangan maupun di rumah sakit.
kepercayaan,
Metode
keinginan untuk belajar dan berbagi
pengajaran
yang
antara
yang
dapat
keterbukaan, penghargaan
dan
digunakan untuk masa pembelajaran
(Rolfe-Flett,
ini adalah konferensi, studi kasus dan
dikutip dalam Werdati, 2007). Bedside
bed-side teaching (Reilly & Oerman,
dapat juga diartikan sebagai proses
1985 dikutip dari Pusdiknakes, 2004).
pembelajaran dimana mentor mampu
Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
(2006)
mandiri
bahwa
metode
Spencer,
1999
membuat menti (peserta bedside )
yang dilakukan oleh Malini dan Huriani didapatkan
2001;
tadinya
tergantung
menjadi
kegiatan
belajar.
melalui
pengajaran klinik yang selama ini
Kegiatan
belajar
yang
diharapkan
dijalankan terutama untuk pengalaman
terjadi yaitu mengalami sendiri dan
di klinik kurang dapat meningkatkan
menemukan sendiri fenomena praktek
kompetensi klinik para calon ners.
kebidanan dan keperawatan dimana
Kurang dapat dicapainya kompetensi
hal ini diharapkan dapat membangun
Bedside Sebagai Suatu Inovasi Metode Bimbingan Klinik Dalam.......Noor Cholifah, Rusnoto, Dewi Hartinah
40
kepercayaan
diri,
kesadaran
diri
fundamental
harga yang
dalam
diri
dan
merupakan penyelesaian
masalah (Nurachmach, 2007).
lama
kebidanan
dalam
dan
dari
pendidikan
keperawatan
dan
disiplin ilmu lainnya dalam kesehatan,
atas
pelaksanaan
bedside
menyatakan bahwa bedside
pengajaran
klinik
sebelumnya serta dapat diaplikasikan
keperawatan di Indonesia umumnya dan Sumatera Barat umumnya, maka perlu dilakukan sebuah penelitian yang menerapkan bedside ini.
khususnya diluar negeri. Bahkan hasil review
metode
pada sistem pelayanan kebidanan dan
Metode ini telah diaplikasikan sejak
untuk menjawab kekurangan yang ada
Literatur
menunjukkan
penerapan bedside
dalam proses
dapat
pembelajaran klinik kebidanan dan
tenaga
keperawatan di luar negeri mampu
kepuasan
meningkatkan pencapaian kompetensi
perawat serta memperbaiki kualitas
peserta didik. Selanjutnya, bedside
pelayanan (Block & Korow, 2005).
juga diakui dapat meningkatkan rasa
Sejauh
catatan
percaya diri, harga diri dan kesadaran
dalam sistem
diri calon ners serta meningkatkan
mengatasi perawat,
kekurangan meningkatkan
ini
belum
pelaksanaan bedside pendidikan
ada
kebidanan
dan
kesiapan perawat dalam menghadapi
keperawatan maupun kesehatan di
dunia kerja. Dari sisi organisasional
Indonesia.
kebidanan
dan
keberadaan
para
membantu
mengatasi
Metode kesempatan untuk
ini kepada
memantau
memberikan para
secara
mentor mendetil
perkembangan menti, dimana satu orang menti digandengkan dengan 1 orang mentor, kesempatan
kemudian diberikan untuk
membangun
pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan melalui interaksi dengan teman sejawat yang telah memiliki pengalaman sehingga terbangun rasa percaya. Untuk dapat membuktikan bahwa bedside
ini memang mampu
JIKK VOL. 6 NO. 2 JULI 2015 39: 51
keperawatan, menti
dapat masalah
kekurangan tenaga perawat. Namun demikian, pelayanan kebidanan dan keperawatan di Indonesia menganut sistem
yang
pelayanan
berbeda
dengan
kebidanan
dan
keperawatan di luar negeri. Hal ini selalu
diupayakan
meningkatkan
dalam
kepuasan
rangka
pengguna
layanan kebidanan dan keperawatan. Masalah
penelitian
ini
adalah apakah penerapan bedside 41
dalam
proses
pembelajaran
klinik
keterampilan yang bermutu ke situasi
kebidanan dan keperawatan mampu
nyata
meningkatkan pencapaian kompetensi
bimbingan klinik juga bertujuan untuk
peserta
memberi kesempatan kepada peserta
didik,
kepercayaan
diri,
meningkatkan harga
diri
dan
dalam
didik
praktek.
mencari
Selain
pengalaman
itu,
kerja
kesadaran diri peserta didik? Masalah
secara tim dalam membantu proses
dijawab melalui penelitian kualitatif
kesembuhan
dengan menggunakan desain semi
pengalaman
eksperimen,
memperkenalkan kepada peserta didik
dimana
dilakukan
2
klien,
memberi
awal
situasi
perlakuan (metode lama dan bedside )
tentang
pada mahasiswa calon ners yang
kebidanan
sedang menjalani praktek Mata ajar
membantu peserta didik mengatasi
Kebidanan dan keperawatan Medikal
masalah
Bedah.
praktek, serta membantu peserta didik
dan
yang
kerja
dan
profesional
keperawatan,
dihadapi
di
dan
lahan
dalam mencapai tujuan praktek klinik.
Tinjauan Pustaka Bimbingan Klinik Bimbingan klinik adalah segala bentuk
tindakan
edukatif
Bedside
yang
Bedside
adalah suatu bentuk
dilaksanakan oleh pembimbing klinik
sosialisasi untuk peran profesional
untuk memberikan pengetahuan nyata
yang
secara optimal dan membantu peserta
kompetensi sains natural (Lowenstein
didik agar mencapai kompetensi yang
&
diharapkan.
pelaksanaan
merupakan suatu hubungan antara 2
membantu
orang yang memberikan kesempatan
bimbingan peserta
Tujuan klinik
didik
yaitu
menyesuaikan
merangsang
Bradshaw,
pencapaian
2001).
Bedside
diri
untuk berdiskusi yang menghasilkan
dengan lingkungan tempat praktek,
refleksi, melakukan kegiatan/tugas dan
memberikan
kepada
pembelajaran untuk keduanya yang
peserta didik untuk menerapkan ilmu
didasarkan kepada dukungan, kritik
pengetahuan dan keterampilan yang
membangun,
dipelajari dikelas secara terintegrasi ke
kepercayaan,
situasi nyata, dan mengembangkan
keinginan untuk belajar dan berbagi
potensi
(Rolfe-Flett,
kesempatan
peserta
menampilkan
didik
dalam
perilaku
atau
keterbukaan, penghargaan
2001;
Spencer,
dan
1999
dikutip dalam Werdati, 2007). Kegiatan
Bedside Sebagai Suatu Inovasi Metode Bimbingan Klinik Dalam.......Noor Cholifah, Rusnoto, Dewi Hartinah
42
belajar yang diharapkan terjadi yaitu
penolong ditetapkan oleh individu yang
mengalami sendiri dan menemukan
terlibat, serta bisa saling memilih
sendiri fenomena praktek kebidanan
(siapa
dan
ini
diidentifikasi fase hubungannya. Hal ini
membangun
akan memberikan kenyamanan bagi
keperawatan
dimana
diharapkan
dapat
kepercayaan
diri,
kesadaran fundamental
diri
hal
harga yang
dalam
diri
dan
merupakan penyelesaian
mentor
paradigma
dalam
pendidikan
dan
menti)
menti
hubungan
dan
dan
dalam bagi
pengembangan diri. Fase
perubahan
dan
maupun
membangun
masalah (Nurachmach, 2007). Dengan
mentor
hubungan
dalam
mentoring terdiri dari 4 fase yaitu fase inisiasi,
fase
perencanaan,
fase
perubahan kondisi kehidupan, konsep
pelaksanaan dan fase terminasi. Fase
pembelajaran pada pendidikan profesi
inisiasi berfokus pada mengidentifikasi
kebidanan
keperawatan
kesamaan karakteristik antara individu
mengintegrasikan segala sumber yang
mentor dan menti, kemampuan atau
ada kedalam suatu bentuk sistem
pengakuan nilai-nilai yang dianut. Hal
pembelajaran yang diharapkan lebih
yang
efektif dalam pencapaian kompetensi,
perencanaan adalah bahwa terhadap
yaitu
keterbatasan-keterbatasan dari peran
dan
yang memiliki
prinsip
dasar
penting
pada
mentor
metode pembelajaran yang memenuhi
Negosiasi atas pengharapan dilakukan
kriteria
dan
adalah
bedside
(Nurachmach, 2007).
yaitu sifat hubungan yang menguatkan memberdayakan,
menawarkan
serangkaian
fungsi
menolong/membantu
untuk
memfasilitasi memberikan meliputi
pembinaan dukungan,
keterkaitan
dikemukakan
menti.
untuk
meningkatkan kepuasan pada akhir
Adapun 5 karakteristik bedside
dan
klarifikasi
kemampuan
fase
belajar aktif dan mandiri. Salah satu
tersebut
dan
disadari
dan
perannya
antara
aspek
personal, fungsional dan hubungan,
hubungan bedside . Pada fase kerja, fokus utamanya adalah pertumbuhan dan perkembangan dari hubungan dan pencapaian tujuan dalam mentoring. Kesinambungan hubungan mentoring dipertahankan melalui interaksi mentor dan menti dan meningkatnya rasa percaya
dan
kedekatan
yang
dibangun.
dan tujuan individu (menti) dan fungsi JIKK VOL. 6 NO. 2 JULI 2015 39: 51
43
Sejalan dengan perkembangan
Metode Penelitian
fase ini, rasa percaya dan berbagi
Penelitian
ini
merupakan
menjadi terbentuk dan menti menjadi
penelitian kualitatif yang menggunakan
lebih
desain
siap
bantuan
untuk memilah yang
sesuai
bentuk
semi
ekperimental
dimana
dengan
mahasiswa mengalami pembelajaran
kebutuhannya. Menti secara bertahap
menggunakan metode pembelajaran
menjadi lebih mandiri
hanya
klinik lama dan menggunakan metode
mengharapkan
bedside . Pembimbing klinik yang
bantuan. Pada perjalanan selanjutnya,
sebagian menjalankan perannya yang
menti
lama dan sebagian lainnya berperan
kadang-kadang
dan
dengan segala
pemahaman
barunya menjadi seorang yang ingin
sebagai
mencoba dan mengambil resiko yang
pelaksanaan bedside , mentor dan
terus dipantau serta didukung. Pada
manajer ruangan perawatan diberikan
akhir fase ini, kepercayaan diri menti
pelatihan
terus meningkat.
untuk mempersiapkan menjadi mentor
Pada
fase
terminasi,
menti
mentor.
singkat
Sebelum
tentang
bedside
yang baik dan menyatukan persepsi
bekerja dan bertindak atas inisiatif
mengenai
sendiri dan pada posisi ini menti telah
panduan
bekerja secara mandiri. Jika proses
diberikan buku pedoman pelaksanaan
dirasakan
kedua
Bedside
dapat
dan
pihak,
bermanfaat maka
oleh
keduanya
mempertahankan
hubungan
program bagi
mentor
Sebagai
dan
menti
Praktek Profesi Kebidanan
keperawatan
Medikal
Bedah.
Penelitian dilakukan selama 2 siklus
pertemanan. Masalah potensial dalam
praktek
hubungan bedside
keperawatan
dapat berupa
ini.
profesi
Kebidanan Medikal
dan Bedah.
mentor yang over protektif atau terlalu
Penelitian dilakukan di IRNA B Bedah
mengontrol
sehingga
dan IRNA C Penyakit Dalam RSUD
kreatifitas
dan
membekukan
inovasi
menti.
Eksploitasi dapat terjadi jika mentor memiliki
tujuan
pribadi mentor.
untuk
pelayanan
Kabupaten Kudus Pelaksanaan bedside digambarkan
dimana
satu
dapat orang
mentor digandengkan dengan 3 orang menti. Menti menyusun kontrak belajar yang berisikan tujuan belajar individual yang diketahui dan disetujui oleh
Bedside Sebagai Suatu Inovasi Metode Bimbingan Klinik Dalam.......Noor Cholifah, Rusnoto, Dewi Hartinah
44
mentor. Pertemuan regular mentor dan
menti. Data rekaman FGD diolah
menti
sesuai
diatur
untuk
perkembangan
mendiskusikan
pencapaian
tujuan
belajar menti. Bentuk bimbingan yang
dengan
pengolahan
langkah-langkah
data
hasil
FGD oleh
Krueger & Casey (2000).
dilakukan sesuai dengan kesepakatan mentor dan menti. Hubungan mentor dan menti berlangsung selama 4
Hasil Dan Pembahasan Pencapaian Kompetensi Klinik
minggu. Evaluasi proses dilakukan melalui observasi dan penilaian saat diskusi
dari
mentor
sedangkan
evaluasi hasil melalui ujian praktek yang dilakukan pada
akhir masa
praktek.
Salah
menti
melaporkan adanya perubahan yang dirasakannya
dalam
melakukan
pengkajian dan tindakan kebidanan dan
Sampel penelitian adalah 24
seorang
keperawatan
mendampingi
dan
ketika
mentor
membimbingnya
orang mahasiswa peserta Pendidikan
dalam
Profesi Kebidanan dan keperawatan
Dengan membandingkan pengalaman
Medikal
orang
mahasiswa selama mengikuti program
orang
bedside
Bedah
pembimbing mentor.
klinik
dan serta
Penempatan
kelompok
kontrol
4 4
mahasiswa
dan
kelompok
melakukan
hal
dengan
tersebut.
pengalaman
mengikuti metode bimbingan lama, mahasiswa
dalam
FGD
perlakuan mengikuti ketetapan bagian
menyampaikan
profesi . Penggandengan mentor dan
kompetensi klinik yang lebih cepat,
menti dilakukan oleh peneliti dengan
tepat dan memuaskan dengan metode
pertimbangan
bedside
pemerataan
jumlah
adanya
.
Dalam
pencapaian
melakukan
mahasiswa Program (input tamatan
pengkajian,
mahasiswa
SMA)
melakukannya
dengan
Pengumpulan data dilakukan langsung oleh peneliti melalui Focus Group
Discussion
(FGD)
untuk
mengumpulkan data persepsi mentor dan menti mengenai kedua bentuk bimbingan
diman
FGD
dilakukan
secara terpisah untuk mentor dan JIKK VOL. 6 NO. 2 JULI 2015 39: 51
dapat
fokus
dan
tindakan kebidanan dan keperawatan yang dilakukan menjadi lebih terarah dan sesuai dengan teori. Hal ini membuktikan pendapat Stewart dan Krueger salah
(1996) satu
mentoring
yang
atribut adalah
menyatakan dari
konsep
perbedaan 45
pengetahuan dan kompetensi antara
sebagian
pemula dan ahli. Melalui hubungan
mendapatkan model peran yang baik
mentoring, akan terjadi saling mengisi
dari mentornya. Komunikasi terapeutik
antara keduanya.
dipraktekkan
Menti
lainnya
melaporkan
perbedaan yang dirasakannya dengan membandingkan metode bimbingan klinik lama dengan metode bedside . Kontrak
yang telah
dibuat
antara
mentor dan menti hampir seluruhnya dilaksanakan.Berbeda dengan metode bimbingan
klinik
beberapa
lama
pembimbing
dimana
bertanggung
jawab terhadap kemajuan 1 kelompok mahasiswa metode
praktek,
menggunakan
bedside
masing-masing
mentor bertanggung jawab terhadap mentinya.
Dengan
metode
lama,
memungkinkan adanya pengharapan bahwa
pembimbing
melakukannya
lain
sehingga
akan pada
kenyataannya tidak satu orangpun akhirnya melakukan bimbingan sesuai yang diharapkan
oleh mahasiswa.
Selain atribut penting tadi, sinergi positif atau ‘chemistry’ hadir dalam hubungan bedside . Karena ‘chemistry’ ini
menyebabkan
seorang
yang
berpengalaman menjadi bertanggung jawab secara personal, intensif dan emosional (Stewart & Krueger, 1996) Dalam melakukan
hal komunikasi
kompetensi terapeutik,
besar menti
oleh
melaporkan
mentor
dalam
berbagai kesempata seperti pada saat melakukan overan dinas, menerima danmengorientasikan
pasien
baru,
melaksanakan asuhan kebidanan dan keperawatan,
melakukan
tindakan
kebidanan dan keperawatan, dn lainlain.
Hal
ini
membuktikan
bahwa
program bedside
juga dilaporkan
efektif
mempraktekkan
dalam
komunikasi
terapeutik
dalam
hubungan antara perawat dan pasien dan perawat dengan perawat. Saat mentor melakukan kominukasi, menti mengamati teknik yang oleh
mentor
untuk
digunakan
mendapatkan
perhatian dari pasien dan memilih kata-kata yang dapat dipahami oleh pasien.
Demikian
juga
dengan
komunikasi dengan kolega. Registered Nurses Association of Ontario (RNAO, 2008) mengatakan bahwa bedside memberikan
berbagai
keuntungan
seperti menjembatani jurang antara teori
dan
praktek,
meningkatkan
pemikiran kritis dan pengembangan karir,
dan
mengingkatkan
profesionalisme perawat baru. Namun demikian, sebagaimana diungkapkan oleh beberapa mentee
Bedside Sebagai Suatu Inovasi Metode Bimbingan Klinik Dalam.......Noor Cholifah, Rusnoto, Dewi Hartinah
46
dalam
FGD, mentee mengeluhkan
mendampinginya dalam pencapaian
kurangnya arahan dari mentor ketika
kompetensi. Hal ini terungkap melalui
mentee tidak lagi dinas pada ruangan
pernyataan
yang
berikut ini:
sama
Tanggung
dengan
mentornya.
jawab yang ditunjukkan
oleh mentor ada yang disalah artikan oleh menti menjadi pendampingan yang terus menerus. Dijelaskan dalam fase hubungan dalam bedside , proses bedside
yang
berhasil
ditandai
dengan kesiapan menti untuk mampu bertindak secara mandiri. Lain halnya
salah
seorang
menti
Mentor tidak hadir karena sakit, sibuk dan juga banyak konseling, jadi kalau
untuk
banyak
tindakan
didampingi
kami
oleh
lebih
perawat
ruangan. … Saya pribadi merasa kurang puas, cuma waktu kami mau sampaikan
ke
mentor,
kayaknya
mentor juga ga punya waktu untuk itu.
dengan menti dalam program ini, pada waktu
yang
telah
Kesalahpahaman
disepakati
tentang
sebelumnya pada saat penyusunan
proses dalam bedside
kontrak belajar, menti tidak siap untuk
pikiran-pikiran negatif dan selanjutnya
dilepas
mengurangi semangat menti dalam
secara
bertahap.
Dalam
kontrak mentor dan menti disetujui
mencapai
bahwa
akhirnya, menimbulkan penilaian yang
setelah
2
minggu,
ketergantungan menti terhadap mentor
terjadinya
termasuk
mencegah
ketergantungan
yang
hanya
berfokus
kompetensi kebidanan
mengakhiri
sedangkan
(Greene
&
Puetzer, 2002).
Pada
Seorang menti menilai bedside
berlebihan dan menyadari kapan akan bedside
belajarnya.
keliru tentang bedside .
harus berkurang. Kunci keberhasilan bedside
tujuan
menimbulkan
pada
pencapaian
tentang
tindakan
dan
keperawatan,
kompetensi
menyeluruh
dalam memberikan asuhan kebidanan
Seorang mentor dituntut untuk
dan keperawatan secara komprehensif
dalam
sering terabaikan. Dengan demikian
membangun jaringan kerja dengan
bedside dirasakan tidak memfasilitasi
kolega untuk berbagi praktek terbaik.
pencapaian standar akademik. Hasil
Dalam prakteknya, upaya ini dinilai
diskusi dengan mentor menyatakan
sebagai pemicu kekecewaan menti
bahwa
karena
memfasilitasi menti sesuai kebutuhan
memiliki
kompetensi
bukan
mentor
JIKK VOL. 6 NO. 2 JULI 2015 39: 51
yang
mentor
telah
berupaya
47
yang diutarakannya. Dalam bedside , tujuan
pembelajaran
menti
dan
dengan
diri
yang
dimaksud
oleh
adalah ungkapan ataupun perasaan
selanjutnya
disepakati
kepuasan atas otoritas yang dimiliki
mentor
mengenai
dalam
pencapaiannya.
disusun
Harga
Hal
pelayanan
bertolak
kebidanan dan keperawatan kepada
belakang dengan metode bimbingan
pasien. Ungkapan ini dapat muncul
lama
pendidikan
baik
akademik.
terhadap
dimana
ditentukan
ini
memberikan
tujuan
oleh
pihak
dari
penghargaan
pasien
perawat
maupun
Perbedaan konsep ini telah dijelaskan
penghargaan dari mentor terhadap
pada
penampilan menti. Umumnya menti
tahap
persiapan
dan
dicantumkan dalam buku panduan. Kepercayaan diri dan harga diri
melaporkan adanya hubungan yang saling menhargai antara mentor dan menti,
Mentor tidak
menyampaikan hanya
bimbingan
didapatkan
dalam
seperti
keberhasilan
menghargai
menti,
menghargai
pendapat menti, menghargai upaya
melakukan tindakan kebidanan dan
yang
keperawatan, tetapi juga dalam hal
menghargai
membangun hubungan dengan pasien
Penghargaan,
dan
komunikasi terbuka merupakan hal
keluarga.
melalui
Mentor
bedside
melaporkan
terbangun
rasa
dilakukan
menti
serta
keterbatasan
menti.
kepercayaan
dan
penting dalam membangun hubungan
kekeluargaan dengan pasien dalam
mentor
dan
konteks
terapeutik.
Tingkat
kepercayaan
harus
diatur
Kepercayaan diri yang dilihat dalam
dimana
mentor
menti
dapat
penelitian
berbagi kepentingan profesional dan
hubungan
ini
adalah
kemampuan
menti
menti dalam menempatkan diri pada
personal
saat
keberhasilannya
membangun
terapeutik,
berkolaborasi
hubungan dengan
dan
yang
sukses.
sebagaimana
juga
(Busen
&
Engebretson, 1999).
anggota tim pelayanan kesehatan dan berkomunikasi secara efektif. Metode bimbingan klinik bedside
dilaporkan
menti mampu memenuhi harapannya dalam hal-hal diatas.
Dilain pihak, keunikan individu terbukti
mempengaruhi
penilaian
menti. Dengan program bedside yang memungkin kesempatan yang lebih besar bagi mentor dan menti untuk berinteraksi, dirasakan sebagai suatu
Bedside Sebagai Suatu Inovasi Metode Bimbingan Klinik Dalam.......Noor Cholifah, Rusnoto, Dewi Hartinah
48
yang berlebihan dibandingkan apa
semua
yang diharapakan oleh mentor. Seperti
bagaimana menjadi seorang perawat
yang diungkapkan berikut ini:
profesional dan menjadi role model
Sistem
bedside
ini,
ada
kalanya menimbulkan percaya diri. Masing-masing individu kan berbeda, …, karena perkembangan saya yang terlambat
dalam
mencapai
kompetensi, jadi saya didorong terus oleh mentor. Ini jadi semacam beban
mentor
yang baik. Sebaliknya, masih banyak menti yang mengatakan belum mampu untuk
mempraktekkannya
keseharian
yaitu
selama
dalam 1
bulan
pelaksanaan bedside . Kesadaran diri seorang yang
perawat
bahwa
sebenarnya
disamping
bagi saya.
telah menunjukkan
posisinya
adalah
pasien
berada
semakin
lama
semakin berkurang karena kurangnya Sebuah
ungkapan
yang
kepuasan
kerja.
Aplikasi
program
menunjukkan perasaan tidak dihargai
bedside di tempat lain telah terbukti
disampaikan
mampu
menti.
oleh
salah
seorang
Ungkapan
ID
20
mengatasi
kekurangan
masalah
pelaksana
perawatan
menggambarkan sikap mentor yang
serta memberikan makna tersendiri
langsung mengambil alih melakukan
bagi pesertanya (Block & Korow,
tindakan pada saat terjadi masalah
2005).
tanpa
meminta
penjelasan
sebelumnya dari menti. Pengalaman ini
dirasakan
mengecewakan
bagi
menti. Penghargaan dari kedua pihak meningkatkan percaya diri.
Walaupun demikian, beberapa ungkapan
kekecewaan
menti
ditampilkan berikut ini: Saya sebelumnya,
Kesadaran diri
dari
kan
belum trus,
pernah karena
perkembangan saya yang terlambat Dalam bedside
uji
coba
program
dalam mencapai kompetensi, jadi saya
ini menti tidak diberikan
didorong terus oleh mentor. Ini jadi
kesempatan untuk memilih mentor.
semacam beban bagi saya (ID 6).
Tidak banyak ungkapan menti yang mencerminkan adanya perasaan telah menyadari peran yang nanti akan dijalaninya
saat
menjadi
seorang
perawat. Mereka menyatakan bahwa JIKK VOL. 6 NO. 2 JULI 2015 39: 51
beliau tidak terlalu mengontrol, sehingga kurang memotivasi. Sangsi pun ga ada. … Pada awal-awal, karena kesadaran masih tinggi, masih 49
ga apa-apa. Tapi pada akhir, udah
kesadaran diri peserta didik. Peneliti
perlu ditekan, sudah tidak termotivasi
merekomendasikan metode bedside
(ID 23).
diaplikasikan
Kesadaran
diri
berawal
dari
individu itu sendiri yang kemudian didukung oleh lingkungan. Pembinaan yang
terus
menerus
akan
metode
bimbingan klinik dalam kebidanan dan keperawatan khususnya dalam mata kuliah kebidanan dan keperawatan Medikal Bedah. Untuk mendapatkan pengalaman yang berkualitas disertai
meningkatkan kesadaran diri. Dalam hal kesadaran diri untuk memperbaiki
sebagai
kekurangan
ataupun
dengan
hasil maksimal
baik bagi
mentor
maupun
diperlukan
menti,
persiapan yang lebih baik mengingat
kesalahan dalam melakukan proses
perubahan
kebidanan dan keperawatan, tidak
bersifat fundamental. Ditambah lagi
banyak
dengan adanya buku pedoman yang
yang melaporkan kejadian
bermakna. Hal ini sebenarnya adalah
sudah
awal
bedside
dari
siklus
refleksi
dimana
praktek yang reflektif menuntut praktisi untuk
menggunakan
dan
meyelesaikan
masalah dalam praktek profesional sehari-hari, menghasilkan praktek dari teori dan menghasilkan teori dari praktek. Bedside dalam hal ini belum memperlihatkan
manfaatnya
dalam
membangun kesadaran diri. Kesimpulan dan Saran Penerapan
metode
bedside
dalam pelaksanaan Praktek Profesi Kebidanan dan keperawatan Medikal Bedah
mampu
pencapaian kepercayaan
meningkatkan
kompetensi diri,
direvisi,
akan
dilakukan
manfaat
program
akan lebih dirasakan oleh
semua pihak.
pengetahuan
teoritis dan cara yang kreatif untuk menjelaskan
yang
harga
klinik, diri
dan
Daftar Pustaka Block, L. M. & Korow, M. K. (2005). The value of bedside within nursing organizations. Nursing Forum, 40 (4), 134-140. Greene, M. T. & Puetzer, M. (2002). The value of mentoring: A strategic approach to retention and recruitment. Journal of Nursing Care Quality, 17 (1), 63-70. Lowenstein, A. J. & Bradshaw, M. J. (2001). Fuszard’s innovative teaching strategies in nursing (3rd ed). Maryland: Aspen Publishers Inc. Malini, H & Huriani, E. (2006). Kajian metoe pengajaran klinik dalam meningkatkan pencapaian kompetensi mehasiswa Program Studi Ilmu Kebidanan dan keperawatan dalam praktek profesi Kebidanan dan keperawatan Medikal Bedah. Tidak dipublikasikan. Nancy H Busen, Joan Engebretson: Mentoring in Advanced Practice Nursing: The Use
Bedside Sebagai Suatu Inovasi Metode Bimbingan Klinik Dalam.......Noor Cholifah, Rusnoto, Dewi Hartinah
50
of Metaphor in Concept Exploration. The Internet Journal of Advanced Nursing Practice. 1999. Volume 2 Number 2.
Preceptorship dan Bedside untuk Pendidikan Ners. Yogyakarta, 12 – 14 Februari 2007.
Nurachmach, E. (2007). Paradigma pencapaian kompetensi pada pendidikan ners dengan model preceptorship dan bedside . Disampaikan pada Pelatihan Nasional Preceptorship dan Bedside untuk Pendidikan Ners. Yogyakarta, 12 – 14 Februari 2007.
Registered Nurses Association of Ontario (RNAO). (2008). Preceptorship and bedside . Cited: http://www.rnaoknowledgedepot.ca/stre ngthening_nursing/hwe_preceptorship_ and_bedside .asp
Pusdiknakes (2004). Panduan pembelajatan klinik. Jakarta: Badan Pengambangan dan Pemberdayaan Sumber daya Kesehatan Rahayu, G. R. (2007). Menyusun Tools untuk program preseptorship dan bedside . Disampaikan pada Pelatihan Nasional
JIKK VOL. 6 NO. 2 JULI 2015 39: 51
Stewart B, Krueger L. An evolutionary concept analysis of mentoring in nursing. J Prof Nurs1996;12:311-321 Werdati (2007). Implementasi program bedside pada pendidikan kebidanan dan keperawatan. Disampaikan pada Pelatihan Nasional Preceptorship dan Bedside untuk Pendidikan Ners. Yogyakarta, 12 – 14 Februari 2007.
51