BIO OPTIK DALAM KEPERAWATAN
http://strengthlive1899.blogspot.com/2012/11/makalah-kimia-keperawatan1-bio-listrik.html
Biooptik
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Adapaun masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah mengenai “Biooptik” pada mata kuliah fisika biologi. Terima kasih juga kami ucapkan kepada Bapak dr. Nurmansyah, M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah fisika biologi serta Bapak Ns. Gusti Barlia, S.Kep dosen pembimbing yang banyak membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih ada kekurangan. Untuk itu, kami memohon maaf. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan agar untuk kedepannya kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam penulisan makalah ini tidak terulang lagi. Semoga apa yang kami tulis pada makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan pembaca.
Singkawang,
Penulis
September 2013
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..........................................................................................................1 DAFTAR ISI.........................................................................................................................2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG..............................................................................................3 BAB II PEMBAHASAN A. OPTIKA GEOMETRI DAN OPTIKA FISIK……………………………………..….4 1. Optika Geometri…………………………………………………………….……4 2. Optika fisik…………………………………………………………………….…4 B. LENSA…………………………………………..…………………………………….4 1. 2. 3.
Pengertian lensa………………...………………………………………………..4 Jenis-jenis lensa…………...…………..…………………………………………5 Hukum yang Berlaku pada Lensa…………………………………..…………...6
C. MATA…………………………………………………………………………………6 1. 2.
Daya akomodasi mata………..………………………………………………….6 Kelainan optik mata……………………………….…………………………….7
D. PENERAPAN BIOOPTIK DALAM ASUHAN KEPERAWATAN…………………8 BAB III PENUTUP …………………………………………………………………………9 A. KESIMPULAN………………………………………………………………………..9 DAFTAR PUSTAKA………...………………………………………………..10
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Banyak orang awam yang tidak mengetahui bagaimana bisa mata melihat benda-benda yang ada disekitar kita, bahkan benda yang berukuran kecil sekalipun. Sampai abad ke-4 sebelum masehi orang masih berpendapat bahwa benda-benda disekitar kita dapat dilihat oleh mata karena mengeluarkan sinar-sinar penglihatan. Anggapan ini di dukung oleh Plato (429-348 SM) dan Euclides (287 – 212 SM). Anggapan tersebut muncul oleh karena pada mata binatang di malam hari tampak bersinar. Namun, jika mata dapat melihat karena mengeluarkan sinar-sinar penglihatan tentu saja kita semua bisa melihat dengan jelas pada malam hari atau pada ruang yang gelap. Tapi pada kenyataannya kita tidak dapat melihat benda-benda di ruang yang gelap (Aristoteles 384-322 SM) dan Aristoteles tidak dapat memberi penjelasan mengapa mata kita mampu melihat benda. Teori yang terakhir yang dapat diterima pada abad ke XX yaitu teori yang diungkapkan oleh Alhazan (965-1038 SM) seorang Mesir di Iskandria yang berpendapat bahwa benda di sekitar kita dapat terlihat karena benda-benda tersebut memantulkan cahaya atau memancarkan cahaya yang masuk ke dalam mata. teori ini akhirnya di terima sampai abad ke 20 ini. Untuk itu kami merasa tertarik untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai biooptik yang artinya susunan atas kata bio dan optik. Bio berkaitan mahluk hidup atau zat hidup atau bagian dari mahluk hidup, sedangkan optik dikenal sebagai ilmu fisika yang berkaitan dengan cahaya atau berkas sinar.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Bio Optik Bio Optik adalah Menilik kata biooptik, tersusun atas kata bio dan optik. Bio berkaitan dengan makhluk hidup/ zat hidup atau bagian tertentu dari makhluk hidup, sedangkan optik dikenal sebagai bagian ilmu fisika yang berkaitan dengan cahaya atau berkas sinar. secara spesifik ada klasifikasi Optik geometri dan optika fisis. Fokus utama di biooptik adalah terkait dengan indera penglihatan manusia, yaitu mata. Banyak pengetahuan yang kita peroleh melalui suatu penglihatan. Untuk membedakan gelap dan terang tergantung atas penglihatan seseorang. Ada tiga komponen pada penginderaan penglihatan : 1. 2.
Sistem Mata
syaraf
mata
yang
memfokuskan
memberi bayangan
informasi pada
ke
otak retina
3. Korteks penglihatan salah satu bagian yang menganalisa penglihatan tersebut. II.
Tujuan Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang memadai tentang Bio Optik di dalam ilmu kesehatan.
BAB II PEMBAHASAN 1. Optika Geometri dan Optika Fisik A. Optika Geometri Optika geometri disebut juga dengan optik sinar yang merupakan sinar suatu perambatan cahaya tegak lurus dengan gelombang cahaya. Optika geometri juga menjelaskan sifat cahaya dengan pendekatan paraksial atau hampiran sudut kecil dengan penjabaran yang linear, sehingga komponen ini dan sistem kerja cahayanya seperti ukuran, posisi, pembesaran subjek lebih sederhana. Berpangkal pada perjalanan cahaya dalam medium secara garis lurus, berkas-berkas cahaya di sebut garis cahaya dan gambar secara garis lurus. Dengan cara pendekatan ini dapatlah melukiskan ciri-ciri cermin dan lensa dalam bentuk matematika. Misalnya untuk rumus cermin dan lensa : f = focus = titik api b = jarak benda v = jarak bayangan Hukum Willebrord Snelius (1581 -1626) : n = indeks bias i = sudut datang r = sudut bias (refraksi) B.
Optika fisik Optika fisik adalah studi cahaya yang mempelajari sifat cahaya yang tidak terdefinisikan oleh optik geometris dengan pendekatan sinarnya. Definisi sifat cahaya dilakukan dengan pendekatan frekuensi tinggi. Optika fisik mampu menjelaskan gejala cahaya seperti dispersi (penyebaran cahaya), interferensi (penyebaran gelombang), dan polarisasi (getaran cahaya) yang tidak dapat dijelaskan oleh optika geometri.
2. Lensa A. Pengertian Lensa
Lensa adalah benda bening yang di bentuk sedemikian rupa sehingga dapat membiaskan atau meneruskan hampir semua cahaya yang melaluinya.
B.
Jenis-jenis Lensa Berdasarkan bentuk permukaan lensa maka lensa dapat dibagi menjadi dua : Lensa yang mempunyai permukaan sferis Permukaan sferis ada dua macam pula yaitu : - Lensa konvergen / konveks Yaitu sinar sejajar yang menembus lensa akan berkumpul menjadi bayangan nyata, juga di sebut lensa positif atau lensa cembung. Lensa cembung memiliki permukaan lebih tebal pada bagian tengahnya daripada bagian tepinya. Lensa cembung bersifat mengumpulkan cahaya sehingga disebut lensa konvergen. Lensa cembung terdiri atas 3 macam bentuk, yaitu lensa bikonveks, lensa plankonveks, dan lensa konkaf konveks. - Lensa divergen / konkaf Yaitu sinar yang sejajar yang menembus lensa akan menyebar , lensa ini disebut lensa negatif atau lensa cekung. Lensa cekung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tipis daripada bagian tepinya. Lensa cekung bersifat menyebarkan cahaya sehingga disebut juga lensa divergen. Lensa cekung terdiri atas 3 jenis, yaitu bikonkaf, lensa plankonkaf, dan lensa konveks konkaf. Lensa yang mempunyai permukaan silindris. Lensa yang mempunyai permukaan silindris disebut lensa silindris. Lensa ini mempunyai focus yang positif dan ada pula mempunyai focus negatif.
C. Hukum yang Berlaku pada Lensa 1. Hukum Snellius I Adapun bunyi Hukum Snellius I adalah : “Jika suatu cahaya melalui perbatasan dua jenis zat cair, maka garis semula tersebut adalah garis sesudah sinar itu membias dan garis normal dititik biasnya, ketiga garis tersebut terletak dalam satu bidang datar.”
2. Hukum Snellius II
Adapun bunyi Hukum Snellius II adalah : “Perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias selalu konstan. Nilai konstanta dinamakan indeks bias(n).” D. Kesesatan Lensa Kesesatan (aberasi) lensa diantaranya: 1. Aberasi sferis Disebabkan oleh kecembungan lensa. Dapat dihilangkan dengan menggunakan diafragma yang diletakkan di depan lensa / dengan gabungan aplanatis yang terdiri dari dua lensa yang jenis kacanya berlainan. 1. Koma Terjadi akibat tidak sanggupnya lensa membentuk bayangan dari sinar di tengah-tengah & sinar tepi, tidak dapat diperbaiki dengan diafragma. 1. Astigmatisma Disebabkan oleh suatu titik benda membentuk sudut besar dengan sumbu sehingga bayangan yang terbentuk ada dua, yaitu primer & sekunder. 1. Kelengkungan medan Bayangan yang dibentuk oleh lensa pada layar letaknya pada bidang lengkung. 1. Distorsi Gejala terbentuknya bayangan palsu, karena di depan atau di belakang lensa diletakkan diafragma / cela. Benda berbentuk kisi akan tampak bayangan berbentuk tong / bantal. 1. Aberasi kromatis Disebabkan karena fokus lensa berbeda-beda untuk tiap-tiap warna. Akibatnya bayangan yang terbentuk akan tampak berbagai jarak dari lensa. Aberasi kromatis ada 2 macam, yaitu:
Aksial / longitudinal : perubahan jarak bayangan sesuai dengan indeks bias
Lateral : perubahan aberasi dalam ukuran bayangan
3. Mata A. Daya Akomodasi Mata Daya akomodasi mata adalah kemampuan lemsa mata untuk memfokuskan objek. Pada saat mata melihat jauh, maka tidak terjadi akomodasi. Semakin dekat benda yang kita lihat maka semakin besar pula daya akomodasinya. Daya akomodasi ini bergantung pada usia. Semakin tua, maka daya akomodasi semakin menurun. Hal ini disebabkan kekenyalan lensa/elastisitas lensa semakin berkurang. Korelasi antara jarak titik dekat dengan berbagai usia Umur (th) Titik dekat (cm) 10 >>>>> 7 20 >>>>> 10 30 >>>>> 14 40 >>>>> 22 50 >>>>> 40 60 >>>>> 200 Dalam hal memfokuskan objek pada retina, lensa mata memegang peranan penting. Kornea mempunyai fungsi memfokuskan objek secara tetap demikian pula bola mata (diameter bola mata 20 – 23 mm). Jarak terdekat dari benda agar masih dapat dilihat dengan jelas dikatakan benda terletak pada “titik dekat” punktum proksimum. Jarak punktum proksimum terhadap mata dinyatakan P (dalam meter) maka disebut Ap (akisal proksimum); pada saat ini mata berakomodasi sekuat-kuatnya (mata berakomodasi maksimum). Jarak terjauh bagi benda agar masih dapat dilihat dengan jelas dikatakan benda terletak pada titik jauh/punktum remotum. Jarak punktum remotum terhadap mata dinyatakan r (dalam meter) maka disebut Ar (Aksial Proksimum); pada saat ini mata tidak berakomodasi/lepas akomodasi. Selisih A dengan Ar disebut lebar akomodasi, dapat dinyatakan : Ac = Ap – Ar
Ac =lebar akomodasi yaitu perbedaan antara akomodasi maksimal dengan lepas akomodasi maksimal. B. Bagian – Bagian Mata (1) Kornea, merupakan lapisan terluar dari mata yang bersifat kuat dan tembus cahaya. Kornea berfungsi menerima dan meneruskan cahaya yang masuk pada mata serta melindungi bagian mata yang sensitif dibawahnya. Kornea mata, Memiliki fungsi menerima cahaya dari sumber cahaya serta meneruskannya ke dalam bagian mata yang akan lebih dalam dan akan berakhir di retina. (2) Aqueous humor, merupakan cairan kornea dan lensa mata. berfungsi untuk membiaskan cahaya kedalam mata (3) Lensa kristalin, lensa mata yang berperan penting mengatur letak bayangan agar tepat jatuh di bintik kuning. Lensa mata memiliki fungsi untuk memfokuskan serta meneruskan cahaya yang akan masuk ke mata supaya jatuh tepat di retina. (4) Iris, selaput yang membentuk celah lingkaran di tengah-tengahnya. Iris memberikan warna pada mata dan berfungsi untuk mengatur besar-kecil pupil untuk membatasi jumlah cahaya yang masuk. Iris, terletak pada tengah-tengah bola mata, yang ada di belakang kornea. Sebuah warna dari iris ini dapat dipengaruhi jenis ras ataupun bangsa. (5)
Pupil, celah yang dibentuk oleh iris berfungsi sebagai tempat masuk cahaya. Pupil,memiliki fungsi untuk dapat mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk. Fungsi dari anak mata ataupun pupil ini sama dengan fungsi dari diafragma yang ada pada alat potret. Pupil merupakan celah bulat yang terdapat di tengah-tengah iris.
(6)
Otot mata, otot yang menyangga lensa kristalin dan mengatur besar kecilnya lensa.
(7)
Vitreus humor, cairan bening yang mengisi rongga mata. fungsinya adalah meneruskan cahaya dari lensa ke retina.
(8)
Retina, lapisan pada dinding belakang bola mata tempat bayangan dibentuk. Retina atau yang biasa di sebut dengan selaput jala merupakan bagian yang cukup peka terhadap cahaya. Dan Khususnya pada bitik kuning. Pada Retina ini berfungsi menangkap serta meneruskan cahaya dari lensa hingga ke saraf mata. Dan di dalam selaput jala ini terdapat sebuah ujung-ujung saraf untuk menerima.
(9) Bintik kuning, lengkungan pada retina yang merupakan bagian yang paling peka pada retina. (10) Syaraf optik, penerus rangsang cahaya dari retina ke otak. Saraf mata ataupun yang biasa di sebut dengan saraf optik ini memiliki fungsi untuk meneruskan sebuah rangsang cahaya hingga
ke otak. Semua informasi yang akan dibawa oleh saraf nantinya diproses di otak. Dan Dengan demikian kita bisa melihat suatu benda. 1. C.
Optik Mata
Sistem optik mata serupa dengan kamera TV bahkan lebih mahal, karena: 1. Mata bisa mengamati objek dengan sudut yang sangat besar 2. Tiap mata mempunyai kelopak mata dan cairan lubrikasi 3. Dalam satu detik dapat memfokuskan objek yang berjarak 20 cm 4. Mata sangat efektif pada intensitas cahaya 10¹º : 1 5. Diafragma mata diatur secara otomatis oleh iris 6. Kornea terdiri dari sel-sel hidup namun tidak mendapat vaskularisasi 7. Tekanan bola mata diatur secara otomatis sehingga mencapai 20 mmHg 8. Tiap mata dilindungi oleh tulang 9. Bayangan yang terbentuk oleh mata akan diteruskan ke otak 1. D.
Otot Mata
Otot (musculus) mata ada enam, yaitu: 1. m. rectus medialis, yang menarik bola mata ke dalam 2. m. rectus lateralis, yang menarik bola mata ke samping 3. m. rectus superior, yang menarik bola mata ke atas 4. m. rectus inferior, yang menarik bola mata ke bawah 5. m. obligus inferior, yang memutar ke samping atas 6. m. obligus superior, yang memutar ke samping dalam C. Kelainan Optik Mata Myopia
Myopia adalah bentuk mata terlalu lonjong sehingga benda berjauhan tak terhingga akan tergambar tajam di depan retina. Penderita myopia dianjurkan untuk menggunakan kaca mata berlensa negatif.
Hipermetrop Hipermetrop merupakan penyimpangan penglihatan dimana bola mata agak gepeng dari normal. Mata yang demikian itu tanpa akomodasi bayangan tak terhingga akan terletak di belakang retina. Penderita hipermetrop dianjurkan menggunakan kaca mata dengan lensa positif. Presbio Pada mata presbio biasanya menggunakan lensa positif dan negatif. Biasanya presbio ini terjadi pada orang-orang yang sudah tua. Astigmati (silindris) Astigmati merupakan sesuatu sesatan lensa yang disebabkan oleh suatu titik benda membentuk sudut besar dengan sumbu sehingga bayangan yang terbentuk ada dua yaitu primer dan sekunder. Astigmati disebabkan oleh kornea yang tidak berbentuk sferis. 1. 4. TEHNIK KOREKSI Setelah melalui pemeriksaan dokter mata dengan seksama maka ditentukan apakah penderita menderita presbiopia, hipermetropia, myopia, astigmatisma atau campuran (presbiopia dan myopia). a. Mata presbiopia Pada mata presbiopia tidak ada masalah untuk melihat jauh. Yang menjadi masalah adalah melihat dekat, untuk itu penderita dianjurkan memakai kacamata positif. b. Mata hipermetropia Mata demikian kemampuan melihat jauh dan dekat terganggu dimana punktum proksimum dan punktum remotum yang terlalu jauh sehingga dianjurkan memakai kacamata positif. c. Mata myopia Pada mata myopia , kemampuan melihat dekat dan jauh tergganggu oleh karena letak punktum proksimum dan punktum remotum yang terlalu dekat sehingga dianjurkan memakai kacamata negatif. d. Mata astigmatisma Penderita yang mengalami mata astigmatisma akan terganggu penglihatannya tidak dalam segala arah, sehingga penderita ini dianjurkan memakai kacamata silindris atau kaca mata toroidal. Penderita astigmatisma dengan satu mata akan melihat garis dalam satu arah lebih jelas daripada kea rah yang berlawanan. e. Campuan Ada penderita yang matanya sekaligus mangalami presbipoi dan myopia, maka mempunyai punktum proksimum yang letaknya terlalu jauh dan punktum remotum terlalu kecil, penderita demikian memakai kacamata rangkap yaitu kacamata bifocal (negatif diatas, positif di bawah) Ada penderita yang hanya menderita presbiopia, myopia atau hipermetropia tanpa astigmatisma hanya memakai kacamata berlensa sferis. 5. KETAJAMAN PENGLIHATAN
Ketajaman penglihatan dipergunakan untuk menentukan penggunaan kacamata , di klinik dikenal dengan nama visus. Tapi bagi seorang ajli fisika ketajaman penglihatan ini disebut resolusi mata. Visus penderita bukan saja memberi pengertian tentang optiknya (kacamata) tetapi mempunyai arti yang lebih luas yaitu memberi keterangan tentang baik buruknya fungsi mata keseluruhannya. Oleh karena itu definisi visus adalah : nilai kebalikan sudut (dalam menit) terkecil dimana sebuah benda masih kelihatan dan dapat dibedakan. Pada penentuan visus, para ahli mempergunakan kartu Snellen, dengan berbagai ukuran huruf dan jarak yang sudah ditentukan. 6. MEDAN PENGLIHATAN Untuk mengetahui besar kecilnya medan penglihatan seseorang dipergunakan “alat perimeter”. Dengan alat ini diperoleh medan penglihatan vertikal ± 130º, sedangakan medan penglihatan horisontal ± 155º. 7. TANGGAP CAHAYA Bagian mata yang tanggap cahaya adalah retina. Ada dua tipe fotoreseptor pada retina yaitu Rod (batang) dan Cone(kerucut). Rod dan Kone tidak terletak pada permukaan retina melainkan beberapa lapis di belakang jaringan syaraf. Distribusi Rod dan Kone pada retina a. Kone (kerucut) Tiap mata mempunyai ± 6,5 juta cone yang berfungsi untuk melihat siang hari disebut “fotopik”. Melalui kone kita dapat mengenal berbagai warna, tetapi kone tidak sensitive terhadap semua warna, ia hanya sensitive terhadap warna kuning, hijau (panjang gelombang 550 nm). Kone terdapat terutama pada fovea sentralis.
Kone biru, yaitu kemampuan tanggap gelombang frekuensi cahaya 400 & 500 milimikron (dapat menerima cahaya ungu, biru, hijau).
Kone hijau, yaitu kemampuan tanggap gelombang frekuensi cahaya 450 & 675 milimikron (dapat menerima cahaya biru, hijau, kuning, orange, merah).
Kone merah, dapat mendeteksi seluruh panjang gelombang cahaya. Respond terhadap cahaya orange kemerahan sangat kuat.
1. b. Rod (batang). Dipergunakan pada waktu malam atau disebut penglihatan Skotopik. Dan merupakan ketajaman penglihatan dan dipergunakan untuk melihat ke samping. Setiap mata ada 120 juta batang. Distribusi pada retina tidak merata, pada sudut 20° terdapat kepadatan yang maksimal. Batang ini sangat peka terhadap cahaya biru, hijau (510 nm). Tetapi Rod dan Kone sama-sama peka terhadap cahaya merah (650 – 700 nm), tetapi penglihatan kone lebih baik terhadap cahaya merah jika dibandingkan dengan Rod.
8. PENYESUAIAN TERHADAP TERANG DAN GELAP Apabila kepekaan retina cukup besar, seluruh objek/benda akan merangsang rod secara maksimum sehingga setiap benda bahkan yang gelap pun akan terlihat terang putih. Tetapi apabila kepekaan retina sangat lemah, ketika masuk ke dalam ruangan gelap tidak ada bayangan yang benderang yang merangsang rod dengan akibat tidak ada suatu objekpun yang terlihat. Perubahan sensitifitas retina secara automatis ini dikenal sebagai fenomena penyesuaian terang dan gelap. a. Mekanisme penyesuaian terang (cahaya) Pada kerucut dan batang terjadi perubahan di bawah pengaruh energi sinar yang disebut foto kimia. Di bawah pengaruh foto kimia ini rhodopsin akan pecah, masuk ke dalam retine dan skotopsine. Retine akan tereduksi menjadi vitamin A di bawah pengaruh enzyme alcohol dehydrogenase dan koenzym DPN – H + H (=DNA) dan terjadi proses timbal balik (visa versa) Rushton (1955) telah membuktikan adanya rhodopsin dalam retina mata manusia, ternyata konsentrasi rhodopsin sesuai dengan distribusi rod. Penyinaran dengan energi cahaya yang besar dan dilakukan secara terus menerus konsentrasi rhodopsin di dalam rod akan sangat menurun sehingga kepekaan retina terhadap cahaya akan menurun. b. Mekanisme penyesuaian gelap Seseorang masuk ke dalam ruangan gelap yang tadinya beradadi ruangan terang, jumlah rhodopsin di dalam rod sangat sedikit sebagai akibat orang tersebut tidak dapat melihat apa-apa di dalam ruangan gelap. Selama berada di ruangan gelap, pembentukan rhodopsin di dalam rod sangatlah perlahan-lahan, konsentrasi rhodopsin akan mencapai kadar yang cukup dalam beberapa menit berikutnya sehingga akhirnya rod akan terangsang oleh cahaya dalam waktu singkat. Selama penyesuaian gelap kepekaan retina akan meningkat mencapai nilai 1.000 hanya dalam waktu beberapa menit saja, kepekaan retina mencapai nilai 100.000 waktu yang diperlukan 1 jam. Sedangkan kepekaan retina akan menurun dari nilai 100.000 apabila seseorang dari ruangan gelap ke ruangan terang. Proses penurunanan kepekaan retina hanya diperlukan waktu 1 sampai 10 menit. Penyesuaian gelap ini ternyata kone lebih cepat daripada rod. Dalam waktu kira-kira 5 menit fovea sentralis telah mencapai tingkat kepekaan. Kemudian dilanjutkan penyesuaian gelap oleh rod sekitar 30 – 60 menit, rata-rata terjadi pada 15 menit pertama. Sebelum masuk ke kamar gelap (misalnya ruang Rontgen) biasanya dianjurkan memakai kacamata merah atau salah satu mata dipejamkan dalam beberapa saat (± 15 menit). 9. TANGGAP WARNA Salah satu kemampuan mata adalah tanggap warna, namun mekanisme tanggap warna tersebut belum diketahui secara jelas. Denganvmenggunakan pengamatan skotopik pada intensitas cahaya yang lemah, tidak ada respon terhadap warna. Tetapi dengan menggunakan pengamatan fotopik dapat melihata warna namun tidak bisa membedakan warna pada objek yang letaknya jauh dari pusat medan penglihatan.
a. Teori tanggap warna Kone berbeda dengan rod dalam beberapa hal yaitu kone memberi jawaban yang selektif terhadap warna, kurang sensitive terhadap cahaya dan mempunyai hubungan dengan otak dalam kaitan ketajaman penglihatan dibandingkan dengan rod. Ahli faal Lamonov, Young Helmholpz berpendapat ada 3 tipe kone yang tanggap terhadap tiga warna poko yaitu biru, hijau dan merah. Kone biru Mempunyai kemampuan tanggap gelombang frekwensi cahaya antara 400 dan 500 milimikron. Berarti konne biru dapat menerima cahaya , ungu, biru dan hijau. Kone hijau Berkemampuan menerima gelombang cahaya dengan frekwensi antara 450 dan 675 milimikron. Ini berarti kone hijau dapat mendeteksi warna biru, hijau, kuning, orange dan merah. Kone merah Dapat mendeteksi seluruh panjang gelombang cahaya tetapi respon terhadap cahaya orange kemerahan sangat kuat daripada warna-warna lainnya. Ketiga warna pokok disebut trikhromatik. Teori yang diajukan oleh Lamonov, Young Helmholpz mengenai trikhromatik sukar untuk dimengerti bagaimana kone dapat mendeteksi warna menengah (warna intermediate) dari tiga warna pokok. Oleh sebab itu timbul teori tiga tipe dikromat yaitu suatu warna menengah terpraoduksi oleh karena dua tipe kone yang terangsang. Sebagai contoh, kone hijau dan merah terangsang bersamaan tetapi kone hijau terangsang lebih kuat daripada kone merah maka warna yang terproduksi adalah kuning kehijauan. Apabila kone hijau dank one biru terangsang, warna yang ditampilkan sebagai warna biru hijau. Jika intensitas rangsangan terhadap kone hijau lebih besar daripada kone biru, warna yang ditampilkan lebih hijau dan biru. Pada suatu percobaan dimana mata disinari dengan spectrum cahaya kemudian dibuat kurva respon dari pigmen peka cahaya akan tampak tiga warna pigmen peka cahaya yang serupa dengan kurva sensitive untuk ketiga tipe kone. b. Buta warna Jika seseorang tidak mempunyai kone merah ia masih dapat melihat warna hijau, kuning, orange dan warna merah dengan menggunakan kone hijau tetapi tidak dapat membedakan secra tepat antara masing-masing warna tersebut oleh karena tidak mempunyai kone merah untuk kontras / membandingkan dengan kone hijau. Demikian pula jika seseorang kekurangan kone hijau, ia masih dapat melihata seluruh warna tetapi tidak dapat membedakan antara warna hijau, kuning, orange dan merah. Hal ini disebabkan kone hijau yang sedikit itdak mampu mengkontraskan dengan kone merah. Jadi tidak adanya kone merah atau hijau akan timbul kesukaran atau ketidakmampuan untuk membedakan warna antara keadaan ini di sebut buta warna merah hijau kasus yang jarang sekali, tetapi bisa terjadi seseorang kekurangan kone biru, maka orang tersebut sukar membedakan warna ungu, biru dan hijau. Tipe buta warna ini disebut kelemahan biru ( blue weakness). Pada suatu penelitian diperoleh 8% laki-laki buta warna, sedangkan 0,5 % terdapat pada wanita dan dikatakan buta warna ini diturunkan oleh wanita. Adapula orang buta terhadap warna merah disebut protanopia, buta terhadap
warna hijau disebut deuteranopia dan buta terhadap warna biru disebut tritanopia. F. Peralatan pada Pemeriksaan Mata Prinsip pemeriksaan mata meliputi pemeriksaan mata bagian dalam, pengukuran daya fokus mata, pengukuran kelengkungan kornea. Peralatan dalam pemeriksaan mata dan lensa diantaranya: 1. Opthalmoskop 2. Retinoskop 3. Keratometer 4. Tonometer dari Schiotz 5. Pupilometer 6. Lensometer 7. OPTHALMOSKOP Alat ini mula-mula dipakai oleh Helmholtz (1851). Prinsip pemeriksaan dengan opthalmoskop untuk mengetahui keadaan fundus okuli ( = retina mata dan pembuluh darah khoroidea keseluruhannya). Ada dua prinsip kerja opthalmoskop yaitu : Pencerminan mata secara langsung Fundus okuli penderita disinari dengan lampu, apabila mata penderita emetropia dan tidak melakukan akomodasi maka sebagian cahaya akan dipantulkan dan keluar dari lensa mata penderita dalam keadaan sejajar dan terkumpul menjadi gambar tajam pada selaput jaringan mata pemeriksa (dokter) yang juga tidak terakomodasi. Pada jaringan mata dokter terbentuk gambar terbalik dan sama besar dengan fundus penderita. Pencerminan mata secara tak langsung Cahaya melalui lensa condenser diproyeksi ke dalam mata penderita dengan bantuan cermin datar kemudian melalui retina mata penderita dipantulkan keluar dan difokuskan pada mata sipemeriksa (dokter). Dengan mempergunakan opthalmoskop dapat mengamati permasalahan mata yang berkaitan dengan tumor otak. RETINOSKOP Alat ini dipakai untuk menentukan reset lensa demi koreksi mata penderita tanpa aktivitas penderita, meskipun demikian mata penderita perlu terbuka dan dalam posisi nyaman bagi si pemeriksa. Cahaya lampu diproyeksi ke dalam mata penderita dimana mata penderita tanpa akomodasi. Cahaya tersebut kemudian dipantulkan dari retina dan berfungsi sebagai sumber cahaya bagi sipemeriksa. Fungsi retinoskop dianggap normal, apabila suatu objek (cahaya) berada di titik jauh mata akan difokuskan pada retina. Cahaya yang dipantulkan retina akan menghasilkan bayanagan focus pada titik jauh pula. Oleh karena itu pada waktu pemeriksa mengamati mata penderita melalui retionoskop ,lensa posistif atau negatif diletakkan di depan mata
penderita sesuai dengan keperluan agar bayangan (cahaya) yang dibentuk oleg retina penderita difokuskan pada mata pemeriksa. Lensa posistif atau negatif yang dipakai itu perlu ditambah atau dikurangi agar pengfokusan bayangan dari retina penderita terhadap pemeriksa tepat adanya. Suatu contoh, jarak pemeriksa 67 cm lensa yang diperlukan 1, 5 D. KERATOMETER Alat ini untuk mengukur kelengkungan kornea. Pengukuran ini diperuntukkan pemakaian lensa kontak; lensa kontak ini dipakai langsung yaitu dengan cara menempel pada kornea yang mengalami gangguan kelengkungan. Ada dua lensa kontak yaitu : a. Hard contact lens Dibuat dari plastic yang keras, tebal 1 mm dengan diameter 1 cm. sangat efektif bila dilepaskan dan mudah terlepas oleh air mata tetapi dapat mengoreksi astigmatisma. b. Soft contact lens Adalah kebalikan dari hard contact lens. Sangat nyaman tetapi tidak dapat mengoreksi astigmatisma. Dasar kerja keratometer : Benda dengan ukuran tertentu diletakkan didepan cermin cembung dengan jarak diketahui akan membentuk bayangan di belakang cermin cembung berjarak ½ r. dengan demikian dapat ditentukan permukaan cermin cembung. Berlandaskan kerja cermin cembung maka dibuat keratometer. Pada keratometer ,kornea bertindak sebagai cermin cembung, sumber cahaya sebagai objek. Pemeriksa mengatur focus agar memperoleh jarak dari kornea. Pemeriksa menentukan ukuran bayangan yang direfleksi dengan mengatur sudut prisma agar menghasilkan dua bayangan. Posisi prisma setelah diatur akan dikaliberasi dengan daya focus kornea ( dalam dioptri). Nilai rata-rata 44 dioptri dengan rata-rata radius kelengkungan kornea 7,7 mm. penderita dengan astigmastisma , biasanya dalam pengukuran bayangan dibuat arah vertical dan horizontal. TONOMETER Pada tahun 1900, Schiotz (Jerman) memperkenalkan alat untuk mengukur tekanan intraocular yang dikenal dengan nama Tono meter dari Schiotz. Tehnik dasar : Penderita ditelentangkan dengan mata menatap ke atas, kemudian kornea mata dibius. Tengah-tengah alat ( Plug) diletakkan di atas kornea menyebabkan suatu tekanan ringan terhadap kornea. Plug dari tonometer berhubungan dengan skala sehingga dapat terbaca nilai skala tersebut. Tonometer dilengkapi dengan alat pemberat 5 5, 7 5 1 0, 0 dan 15,0 gram. Apabila pada pengukur tekanan intraocular dimana menggunakan alat pemberat 5, 5 gmaka berat total tonometer = = Berat plug + alat pemberat = 11 gram + 5,5 gram = 16,5 gram. 16,5 gram ini menunjukkan tekanan intraokuler sebesar 17 mm Hg. Pemeriksaan tekanan di dalam bola mata (intraokuli) untuk mengetahui apakah penderita menderita glaucoma
atau tidak. Pada penderita glaucoma tekanan intraokuli mencapai 80 mmHg. Dalam keadaan normal tekanan intraokuli berkisar antara 20 – 25 mmHg dengan rata-rata produksi dan pengeluaran cairan humor aqueous 5 ml/hari. Tahun 1950 Tonometer Schiotz dimadifikasi dengan kemudahan dalam pembacaan secara elektronik dan dapat direkam di sebut tonograf. Goldmann (1955) mengembangkan tonometer yang disebut tono meter Goldmann Aplanation ; pengukuran dengan memakai alat ini penderita dalam posisi duduk. PUPILOMETER DARI EINDHOVEN Diameter pupil dapat diukur dengan menggunakan pupilometer dari eindhoven. Yaitu lempengan kertas terdiri dari sejumlah lubang kecil dengan jarak tertentu. Apabila melihat melalui lubang-lubang ini dengan latar belakang dan tanpa akomodasi maka diperoleh perjalanan sinar sebagai berikut : Lingkaran yang terproyeksi pada jaringan retina saling menyentuh berarti garis 1 dan 2 adalah sejajar. Garis 1 dan 2 inilah garis terluar yang masih dapat masuk melalui pupil, sehingga deperoleh jarak d, jarak ini adalah diameter pupil. Pada penentuan besar pupil, jarak antara lubang dan mata tidak menjadi masalah. LENSOMETER Suatu alat yang dipakai untuk emngukur kekuatan lensa baik dipakai si penderita atau sekedar untuk mengetahui dioptri lensa tersebut. Prinsip dasar : Menentukan focus lensa positif sangat mudah , dapat dengan cara : Memfokuskan bayangan dari suatu objek tak terhingga misalnya (matahari) Memfokuskan bayangan dari suatu objek yang telah diketahui jaraknya. Tehnik di atas ini tidak dapat diterapkan pada lensa negatif namun dapat dilakukan sedikit modifikasi yaitu : mengkombinasikan lensa negatif dengan lensa positif kuat yang telah ditentukan dioptrinya, dengan demikian dapat ditulis rumus sebagai berikut : Dengan memakai lensometer, benda penyinaran digerakkan sehingga diperoleh bayangan tajam melalui pengamatan lensa. DAFTAR PUSTAKA 1. J.F. Gabriel,2003, Fisika Kedokteran, EGC, Jakarta 2. Ganong, W.F, 1999, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, EGC, Jakarta. sumber: http://arwinlim.blogspot.com/2007/10/bio-optik-dalam-keperawatan.html http://pendidikansains.blogspot.com/2008/04/bio-optik-dalamkeperawatan.html 1. G.
Cahaya
Sumber cahaya meliputi: 1. Cahaya alam (natural lighting), yaitu cahaya matahari.
2. Cahaya yang artifisial (cahaya buatan), yaitu cahaya listrik, cahaya gas, cahaya lampu minyak, cahaya lilin. Alat pengukur cahaya diantaranya: 2. Fotometer , yaitu alat pengukur kuat cahaya. 3. Luks meter, yaitu pengukur kuat penerangan bidang. Bagian gelombang cahaya yaitu: 1. Ungu ultra, yang mempunyai panjang gelombang 100 – 400 nm 2.
Sinar tampak, yang mempunyai panjang gelombang 400 – 700 nm
3.
Sinar merah infra, yang mempunyai panjang gelombang 700 – 10.000 nm lebih
H. Macam – Macam Mikroskop Macam – macam mikroskop cahaya ialah: 2. Mikroskop stereo 3. Mikroskop medan gelap 4. Mikroskop fluoressensi 5. Mikroskop fase kontras 6. Mikroskop interferensi 7. Mikroskop ultraviolet 8. Mikroskop Polarisasi Macam – macam mikroskop elektron ialah: 1. Mikroskop elektron transmisi 2. Mikroskop elektron skaning Sumber Gabriel, J. F. 1988. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC http://nanaaha.blog.com/2012/12/16/biooptik/
D. Penerapan biooptik dalam asuhan keperawatan a. Pengkajian Klien mengatakan pandangannya kabur pada jarak jauh dan jelas pada jarak dekat. b. Tujuan Agar klien dapat melihat dengan jelas pada jarak jauh. c. Perencanaan Melakukan pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart. d. Evaluasi klien mengatakan bisa melihat jelas dengan memakai lensa negatif skala 0,50. http://budiartiiwulan.blogspot.com/2013/12/biooptik.html
BAB III KESIMPULAN Optika geometri disebut juga dengan optik sinar yang merupakan sinar suatu perambatan cahaya tegak lurus dengan gelombang cahaya.Optika fisik adalah studi cahaya yang mempelajari sifat cahaya yang tidak terdefinisikan oleh optik geometris dengan pendekatan sinarnya. Lensa adalah benda bening yang di bentuk sedemikian rupa sehingga dapat membiaskan atau meneruskan hampir semua cahaya yang melaluinya. Lensa memilliki 2 jenis yaitu lensa cekung dan cembung. Daya akomodasi mata adalah kemampuan lemsa mata untuk memfokuskan objek. Pada mata terdapat 4 macam kelainan mata, yaitu miopi, hipermetropi, presbiopi, dan astigmatis.
DAFTAR PUSTAKA Dr. J.F. Gabriel.tt. Fisika kedokteran.EGC : Bali. http://codenurman.blogspot.com/2012/12/askep-miopi.html http://esa166.blog.esaunggul.ac.id/2013/01/05/bio-optik/ http://id.wikipedia.org/wiki/Optika_geometris http://fisikanyaman2.wordpress.com/2011/02/01/hukum-i-dan-ii-snellius/ http://koffieenco.blogspot.com/2013/03/bagian-bagian-mata-dan-fungsinya.html