PEMBAHASAN Estimasi Produktivitas Primer Harian Penerapan model produktivitas secara bio-optik yang didasarkan pada hubungan fungsional antara fotosintesis (P) komunitas fitoplankton dengan intensitas cahaya sebagai energi (E) juga telah dilakukan oleh Tillmann er 01. (2000) dalam pendugaan produktivitas primer fitoplankton di perairan Wadden Sea. Jerman. Perbandingan produktivitas primer dari PTJ dan PTL dengan perairan Wadden Sea berdasarkan adanya kesamaan metode dan adanya kesamaan beberapa genera fitoplankton misalnya Skeletonemu dan T~~crlrrssiosi~.rr. Dalam penelitiannya diperoleh kisaran nilai produktivitas primer antara 5 - 2200 mgC m" hari-' dan kisaran Iaju fotosintesis spesifik maksimum klorofil-a (P~,,,,,) antara 0.8 - 9.9 mgC m g ~ h l - Iam-I. Kelemahan dari model produkti\.itas secara bio-optik dari hubungan P-E terletak pada penggunaan cahaya buatan. Colijn (1983) telah membandingkan antara pengukuran in sitzr dengan nilai yang dihitung dari hubungan P-E yang hasilnya didapatkan perbedaan rata-rata
ban\-a
5 %, namun tidak diungkapkan
pengukuran mana yang lebih tinggi. Pada penelitian ini diperoleh kisaran nilai produkti\-itas primer harian sepanjang kolonl air di perairan Teluk Jakarta (26.5
- 4678.6 mgC m-' hari-') lebih
tinsgi dari pada yang didapatkan oleh Tillmann el al. (2000). sedangkan nilai kisaran produktivitas primer harian yang diperoleh dari perairan Teluk Lampung (6,l
-
2 1 74.5 mgC m-' hari-' ) relati f sama dengan !.ang didapatkan oleh Tillmann er rrl.
(2000). Meskipun r,ilai P',,,,,
terendah di perairan Teluk Jakarta (0.43 mgC m g ~ h l - '
.lam-') lebih kecil dari pada yanf didapatkan ole11 Tillmann er 01. (2000) namun nilai
pB,,,,, tertinggi tercatat dari perairan Teluk Jakana dan Teluk Lampong masingmasing sebesar 26,14 dan 11.94 mgC n1~~111'' .lam-'.
pun,,, dapat mencapai tertinggi pada koiidisi temperatur air yang lebih tinggi (> 20 "C). Tillmann et ul. (2000) mendapatkan hubungan eksponensial yang erat
antara aktivitas assimilasi komunitas fitoplankton yang pada umumnya berasosiasi dengan temperatur air yang lebih tinggi, dengan koefisien korelasi (r') mencapai 0,67. Selain itu jenis fitoplankton sebagai pelaku organisme autotrof sangat erat kaitannya dengan nilai maksimunl fotosintesis yang dicapainya.
Sepuluh jenis fitoplankton
yang diisolasi oleh ~ i l l m a n net crl. (2000) didapatkan nilai pB,,,, Lerkisar antara 2.9
-
7,7 mgC m g ~ h l - Iam-' dengan kondisi suhu 16 "C pada penyinaran 100 pmol photor? m-' det-'.
P",,
Sepuluh jenis fitoplankton tersebut dari kelompok diatom dengan nilai
mulai > ang tertinggi sampai yang terendah masing-masing adalah Thalussiosiru
rninimcr, rl~terionellu glcrcicrlis, Attheyrr longicornis. Skeletonen~cr costutzml, T. hendeyi, Litl7odesmi~rn1~rndlrlutttm.T. rotrrlu, T. e.~centr-icu.DityIzin1 brigltht.e/lii, dcrn P l u g i o g - u t ~ u ~ ~ o\,unherrrckii. pi.
Selanjutnya dikatakan bahwa produktivitas primer
di perairan Wadden Sea. Jerman umumnya dikendalikan oleh pembatasan cahaya dan pembatasan nutrien yang sepertinya terjadi pada beberapa jam per hari hanya selama
5 minggu (untuk nitrogen anorganik terlarut) sampai 10 minggu (untuk PO4 dan Si) selama dua tahun periode penelitian. Hubungan antara produktivitas primer fitoplankton (PPF). pB,,,, drngan genus fito2lankton yang dominan dari perairan Teluk Jakarta dan Teluk Lampung seperti pada Gambar 23 menunjukkan bahwa fluktuasi nilai produktivitas ?rimer mengikuti pola yang hanlpir sama dengan fluktuasi nilai P I!,,,,, kecuali pada Stasiun 7 Lampung periode ke-3 dan Stasiun 1 1 Lampung periode ke-3.
Fenomena tersebut
menunjukkan adanya laju fotosintesis n~aksirnum(F~,,,,,) tertinggi tetapi nilai PPF yang rendah Ha: ini disebabkan adanya penurunan nilai klorofi!-a 1.ang mencapai konsentrasi 0.05 dan 0.12 [ig L" (Gan~bar24). meskipun demikian nilai konsentrasi klorofil-a >ang sangat tinggi seperti yang tercatat pada Stasim 10 Jakarta periode 3 yang dapat nlencapei 84.9
11%
i'iidak dapat meningkatkal: produktivitas primer.
Perairan Teluk Lampung
Perairan Teluk Jakarta 4800
20
3200
g
L
lb00 itm 1200 1WO
28 24
40WJ
2
rn
2409
12 .c
1600
8
too
eoo
4
nn
0
0
0 4 A 1B
m
LC 2 D 5 1 J B J C J D 108 10C IOD St=dul Perrvln Teb;i: J & a a
I
11A 1lE 11C 11D 71. 7B 7 C I D 4 A 4 E 4 C 4 D Studul F'trrumTslJ: L a -
l S t e k t o r u m ( ' A ) O C h e t m e m r (!!)
1
r i . L E 1C 1 D J A J B J C 5 : . 10E IOC IOD S t a s o m dm Peruru. T I:& 1Jraxtr
I G &
Gambar 23.
('A) c s : : = = < i . . ~ a (7.1
Fluktuasi nilai produktivitas primer fitoplankton (PPF), laju fotosintesis maksimum klorofil-a ( pB,,,, ) dan genus fitoplankton yang dorninan dari perairan Teluk Jakarta pada stasiun 1, 5, dan 10 (a, b, c, dan d) dan Teluk Lanlpung pada stasiun 11, 7. dan 4 (e, f, g. dan h) selama enlpat periode penganlatan (A = periode 1. B = periode 2. C = periode 3. dan D = periode 4).
Perairan Teluk Jakarta
4 ~ .iE
1C 1 D 5 A
5Y
st
51,
Stunmdin Peri;linTtb;L. Jiki?.
10: l0C lot,
Perairan Teluk Lampung
11.4 11E 11C
IID
:tam
'
I A 7 B 7 C 7D 4 A 4 B 4 C 4 D din P t r u a TeLI: Lam-
]-[
Gambar 24.
Fluktuasi nilai produktivitas primer fitoplankton (PPF), laju fotosintesis maksimunl klorofil-a ( pB,,,,,,). konsentrasi klorofil-a (Chla) dan konsentrasi nutrien (NO;, NOz. NHJ. P04,dan SiOz) dari perairan Teluk Jakarta pada stasiun 1, 5. dan 10 (a. b, c, dan d) dan Teluk Lampung pada stasiun 11. 7. dan 4 (e. f. g. dan h) selama enlpat periode pengamatan (A = periode 1. B = periode 2. C = periode 3. dan D = periode 1).
Perairan Teluk Jakarta
Perairan Teluk Lampung
2
Im, 800 a 600
10
o c h l
--PPF
. a m ~ o ~ f f i u a ~ r n u a
g
P
"
-
C
C
C
h
---
_
-
-
-
-
S t a s u bcrl5:arkan penode pengamatan
6
~
P
Stas~unb~rdi:ul:an pcnode pcngamatan
Gambar 25.
m
w
"
u
w
,
o
h
~
h
r
c
=
n
=
o
=
=
a
~
m
u
o
S t a s m b e r d j a r k a n penode pengamatan
Kurva antara nilai pengukuran variabel produktivitas primer fitoplankton (PPF dalam mgC m" hari-'). konsentrasi klorofil-a (Chl dalanl pg L-'), dan nilai pengukuran pH serta variabel fisika [temperatur air ("C). salinitas (%), irradiur~ceharian (watt m'l), dan pembacaan kedalaman keping seccl~i(Sec dalam meter)] dari perairan Teluk Jakarta pada Stasiun 1, 5, dan 10 (a, b, dan c) dan Teluk Lampung pada Stasiun 4, 7, dan 11 (d. e. dan f ) selama empat periode pengan~atall(A = periode 1. B = periode 2. C = periode 3, dan D = periode 4).
Pada perairan Teluk Jakarta, Stasiun 2 periode 4 (9 Juli 2001) fitoplankton genera Skeletonen~umelimpah sebesar 55,6 juta sel L-' dan Thalassiosir-a sebesar 4,2 .juts sel L-' pada saat bersamaan dengan nilai PPF dan pB,,, (4525 mgC nl-' hari-I dan
36.14 mgC r n g ~ h l - Jam-') ' paling tertinggi. meskipun nilai klorofil-a ( 10,8 p g ~ - ' ) tergolong sedang (Gambar 24 dan 25). nilai konsentrasi NO3 (0.56 pmol L-') dan PO4 (0.009 p n ~ o lL-') rendah nanlun nilai konsentrasi silikat (4.98 pmol L-I) tergolong cukup tinggi.
Pada perairan Teluk Lampung. Stasiun 4 Periode 4 (19 Juli 2001)
fitoplankton genera C'hcrerocer-os melimpah sebesar 2,8 juta
sel
L-' dan
Leptocylin~/r~,s (1.4 juta sel L-I) pada saat bersarnaan dengan nilai PPF (1545 mgC
m" l~ari-I)tertinggi, sementara nilai pB ,,
(6 mgC n1~ch1-l am-I) tergolong sedang,
nilai klorofil-a (24,3 p g ~ - l tertinggi. ) nilai konsentrasi nutrien (pmol L-') antara sedang (NO;
= 4,375
.
, NOz = 1.262 NH4 = 3,O dan Si = 37,874) dan yang tergolong
rendah (PO1 = 0.293). Dari hasil percobaan laju pel-tumbuhan komunitas fitoplankton berdasarkan tingkat
pencahaj-aan buatan
(u~.tificial ir-I-adiance) di
laboratorium
dengan
nlenggunakan idcubator buatan dari beberapa sampel. baik yang diambil dari perairan Teluk Jakarta maupun dari perairan Teluk Lampung menunjukkan kurva laju pertumbuhan yang semakin menurun setelah mencapai puncak, dan kurva yang meniunjukkan laju pertumbuhan yang lebih konstan setelah mencapai puncak pertumbuhan (Gambar 16a dan 16 b). Pada Gambar 16a. komunitas fitoplankton pada Stasiun 10 Periode 3 menunjukkan kur\.a pertumbuhan >,ang mengalami fotoinhibisi.
Data pencacaha~
genera fitoplankton menulljukkan bah~vaNitzschiu yang mendominasi sanlpel itu
melimpah sebesar 7 juta sel L-' atau sebyak 84 % dari total kelimpahm fitoplankton pada sampet tersebut. kecepa~an2,l f x
fOJ
Laju perarmbuhan sangai rendah Bengm
mgC rngchlm' lam-' ( p d photon m" det-')'I dan tehh
mencapai maksimum saat mencapai nilai 0,43 m,.C rngchr'
am-'
dengan tingkat
kejenuhan c h a p sebesar 205.6 pmol phoron m*' deil. Demi kian jusa sarnpel Stasiun 4 periode ke-1 (Garnbar 1 6a, kuma A) yatxg didominasi oleh dua genera dari
kelornpok diatom yairu Skele,onema yang melimpah 0.022 juta sel
L+'
(3 1.7 %) dan
Chneiocet3s !*an$ melimpah 0.017 juta sel L' f24.4 %) rnenunjukkan bahrva laju pertumbuhan per satuan unit cahaya (prnol photon m*' deft)cukup tinggi yaitu 23,76
s 10" dan telah mencapai maksirnum pada nilai 4647 mgC m g ~ h l * jam*' ' dengan ringLat kejeouhan cahaya 197,M pmol photon rn-' &TI.
Kedua sarnpeI itu (Stasiun
10 53 dan Stasiun 4 31) kedumya rnerniiiki nilai
c ( Fit c dalam persamaan
kurva pertumbuhan pB= a ( 1 127 x
-e
btatrta
e -cE ) masing-masing sebesar
109 yang menunjukkan perturnbuhan
1.34 x 10-3dm
yang mengalami fotainhibisi. Nilai
konstanta c atau p > 0 atau nilai yang cendemg menjauhi nilai no1 akan mengalami
pertumbuhan yang bersifat phoroinhibition dan *liknya
jika nilai
P
=
0 atau
mendekati nol. kurva perrumbuhan menunjukknn maksirnurn fotasintesis yang tetap ( . S I I S ! N ~ P Iatau )
tidak terjjitdi pho:ainkibi!ion (Plati et d.1980),
Laju perturnbufian spsifik kornunitas fitopiankton Jari perairan Teiuk Jakarta dan perairan Teiuk Lampung yang mengalami pla pertumbuhzn fotoinhibisi dan
yang kanstan (strsiai~r)disajikm pada Garnbar 16 dan Tabel 7.
Tabel 7.
Laju forosintesis maksimum kornunitas fit~pbnkton(Prnax datam mgC m g ~ h l " ' .!am"'), kejenuhan cahaya {Ek &tam pmol photon m-2det-') dan parameter kurva pertumbuhan Iainnya (Fit. C .&in slope) w t a kelimpahan genera fituplankton yang dominan pada sampel tersebut dari p i m Teluk Jakarta (PTJ) dan Teluk Larnpung (ISTL) selarna 4 pride pengamatan. Fit c (10 ")
Stasiun
p,,,
"
S~OQ~ ((10")
Keiimpahan genera fitoplankton yang daminan Genera 1 ~utase1L"' O/u
P"rJ 1,37 f,lQ
4 J1
i J2 1 53 2 14
1,13 0,79
5 Jl 5 12 5 J3 5 34
0,50 0,65 1,08
1Of2
0,02 1,34
0,82
I0 J3 10 J4 PTL 4 L1 4 L2
4 L3
4W 7tl 7 L2
7 L3 g L4
i I Lf 11 t2 I 1 L3 f l . LA
0,03
*
4,69723 6,07994 1,2281 7 26,1405 1
197,66170 263,93046 262,54855 30 1,3 I723
23,76 Skefetanema
10,2528 1 8,02814 2,445 15 8, i 8896
37 1,54062 333,09122 252,45792 329,76322
27,Sa 25,W 9,32 24,83
Skeir~onema
9,94 142 0,43385 21,15342
175,30894 205,59358 821,76802
56,7 1
2 , 25,74
SkeIetonerna Nhchia Chetoccras
1,87883
18 1,68217 218,77325 485,s 1824 304,38088
10,34 45,59
Skeietonema
23,M
Goeroceros *
4,SS 86,75
L?procylindm~ Skefelonetna
0,022 0,267 9,312 55,613
3X,7 61.4 97,I 92,5
1,289 72,O 0,979 54,4
i3aeiocems Guinardia
0,298
Choeto~eros
0,027
** **
49,7 27,5
4,332 7,065
70,3 83,9 2,329 67,2
f
1,78 0,17 0,52 1,OO
0,4752 1 6,00881
I$3
0,23984
1,3 1 1,36 1,44
1,54038 14,94008 5,07767
I,80 037 0,03
3,37391 4,85916 8,08758
1,14
2,29342
Keterangan :
* **
4,97288
166,668 I6 17 f ,38270 177,82574 204,84840
162,56324 433,92965 I2 I ,50368 274,58486
.
(
Nhchia
0,98 Nimckia 19,74
Chaetoceras
** *
t ,44 LPprocylindrus 8,99 ikpt0c:yiindm.s * 84,02 24,55
G~te~ocetos *
Ckaemem
20,75 Nkschia * 11,20 ShZeronemo 68,56 Ckmtocerus
8,35 Chaetoceros
0,239 0.283 4,380 2,826
74,7 81,6 53,8
0,102 30,3 0,037 48,J 0,012
513 0,039 2?,9
0,027
27,s 32,8
0,020
46,4
0,083
**
33,7
0,033 20,9
terjadi fotoinhibisi susiuin (tidak terjadi fotoinhibisi)
Pada tabel tersebut ternyata beberapa genera fitoplanlrtan yang mendominasi sampel tersebut dapat terjadi pula pertumbuhan yang dibatasi oleh intensitas cahaya
(fotoinhibisi) dan yang konstan setelah mengalami perturnbuhan maksimum. Nilai
1
tingkat kejenuhan cahaya (Ek)yang tertinggi tejadi pada sampe1 stasiun 10 periode
kc-4 dari perairan Teluk Jakarta (821,768 ~ m o photon l mm2det") sedangkan nifai Ek yang terendah (121,503 pmol photon
dei') terjadi pada sampel stasiun I 1 periode
ke-3 dari perairan Teluk Lampung. Kedua sampel tersebut temyata didominasi oteh
genera Chueroctlros.
Dari nilai slope dapat diketahui
b a h w efisiensi fofusintesis kornunitrts
fitapianktan dari perairan Teluk Jakarta dan Teluk Lampung rata-rata 0.027 mgC
m g ~ h l *.fain+' ' f pmol phoron m" defl)+'. Nilai ini sedikit iebih tinggi dari pada nilai yang diperoleh oleh Tillmann el a!. '1000.yaitu 0,02 mgC mgChl-' fan"' (prnal
photon m"' det"')",tetapi rnasih lebih rendah dari niIai rata-rata efisiensi forosintesis berbagai, ekosistem perairan pantai yang dikumpulkm oleh Keller (1 988) dalum
Til I nmnn ei d.(2000). Dernikian juga nitai Ek dnri perairan Teluk Jakarta darr Teluk Larnpung rata-rata 278 pmol photon me2det+' sedikit lebih tinggi dari nilai yang
diperoleh oleh TiHrnann ei rrl. (2000), yaitu 216 p o l photon rn-' de~"'.Nilai Ek
menunjukkan suatu indikatar aklirnasi cahaya bagi kamunitas fituplankton terlladap intensitas cahaya ymg tinggi (Haris. 1 978;Sakshaug er crl. 1997).
Produktivitss Primer Tahunan
Pada niiai produktivitas primer firaplankton l tsrian ttncara PTJ dan PTL terdapat perbedaan sang signi fikan, demi kian juga nilai produktivitas primer tahunm
seperti pada Gambar 1 8. Nilai produktivitas primer tahunan pada zana bagian dalarn teluk dan zuna bagian !tiar teluk lebih tinggi dari pada niiai praduktivitas primer
tahunan pada zona bagia:~tengah teiuk. Pzrkdaan
iili
mungkin dapat dikaitkan
densan nilai rasio konsentrasi nutxien (nitrat dan fasfat) seperti yang disajikan pada
Tabel 8,
Tabel 8. Kisaran dan nilai rats-rata konsentrasi nitrat (No3) dan fosfat (Pod), rasia N clan P pa& ststsiun yang terietak di luar Teluk Jakarta (J stn.L), bagian tengah teluk (J stn T) dan bagian dalam kluk (J stn D); rasia N dm P pada stasiun yang terletak di luar Teluk Lampung (L stn.L), bagian tengah teluk (I., stn T) dan bagian datam teluk (L stn D): 11ilai keseiuruhan Teluk Jakarta (PT3) d m Teluk Lampung (PTL).
rI
I Kelotnpok I
I J st11I.
1
' jstn T
PO4 (pmol L-')
NO3{prrral L-')
terer~dah tertinggi 0,374 0,176
l im D
0,283
la st11 Id t sttl T
Q,883
L s t r ~D
1,255
PTJ PTL
0,091 0,047
0,253
1,475 2.027 1,435
rerata 1.068 0.7 15 0.683
terendah
tertinggi
0.009
0,427 0,104 0,250
0, t 56 0,046 0, t 26
0,647
0,266 0,302
33 23
1,895
2,2
0,190 0,370
4,8
1
0.012 0.025
1,042 1 7 416 1 / 0.756 1,82 4.207 9,530
0,025 0,009 0,293
1.889 1.770
0.009
16,808
9,584
0,889 4,124
1,463 4,124
I 15,6 S,4
9,9
Tabel 8 menunjukkan nilai mia N dan P pada zwna ten@ peraim Tduk Jakma sebesar 15,s sedangkan nilai rasia N
P pa& mna tengah Perairarr Teluk
Lampung adalatr 2,5. bsia N dan P yang Iebih besir dari 10 menunjukkan kondisi
perairan yang nutrien pembatasnya adalah fosfor, sedanpkan rasiu N dan P yang 1ebih kecil dari 10 biasanya nutrien nitrogen rnenjadi prnbatas (Thomann d m Mueller, 1987).
Kecilnya nilai produktivitas primer fitoplmkton pada zona ten& perairan
Teluk Jakarta mungkin disebabkan oleh adanya p b a t a s a n nutrien-P @kosphoru,s linriied). Nilai kunsentrasi fosfat pada zona ten&
rendah dari pada nilai kedua zona yang lain.
teluk (0,046 pmol L-')Lebih
Berbeda hainya dengan kondisi pada
zona tengah Perairan Tefuk Lampung yang Iebih cendemng menunjukkan nilai
nutrien-N rnenjadi pernbatas. Pada zom ini konsentrasi nitrat sebesar 0,756 pmal L' merupakan nilai kansentrasi yang tebih rendah dari pada kedua zona yang lain.
Secztra global dapat dikatakan bahwa terdapat perbedm rasia N d m P dari ni iai rata-rata konsentmsi ni trat dan fosfat pada kedua perairan teluk tersebut dimana ftilai rash
N dm P pada perairan Teluk Jakarta (rasio N d m P
dari pada perairan Teluk Lampung (rasio N dm P
-
-;
9,94)lebih tinggi
4,781. Hal ini memberi efek pada
tingginya pruduktivit-ts primer tahunan perairan Teluk Jakarta sebesar 272,9 mgC m-2 t h d i dari pada perairan Teluk Lampung (75-5 mgC
thli').
Varia lrel Pembeda Karsrkteristik Biofisibirimis Permtiran Dari analisis faktoriaf diskriminan (Tabel 5) anbra variabef biofisik perairan Teluk Jakarta dengan Tetuk trtmpmg terdaprtt sembilan variakl yang sangat
signifikan mernWakan karakteristik peraim Teluk Jakarta dengan Teluk hmpung, sedangkan variabel nutrien (nitrat, nitrit, amoniurn, fosfat, dm silikat) serta jumlah
genera fitoptankton dan salinitas perairan ti& menunjukkan perbedaan yang nyatzt, Sen~bilan variabe1 pernbeda tersebut adalah klorofil-a, fitopiankton, indeks keanekxagman, indeks keseragaman (indeks evennes), indeks dorninansi, pH, temperatur air. trmsparansi (Sec),dan total irradiarace Man.
Konsentrasi KXorofiX-a. H a i l pengukuran konsntrasi klorofil-a pada kedua
perairan teluk berkisar antam 0.05 - 84.89 pg L-' (Lampiran 5i).
Nilai terendah
terukur pada perairan Teluk L m p u ~ ~sedaqgkan g, nilai tertinggi terukur pada perairan
Teiuk JaIritm. Gambar 26 menunjukkan histogram konsentrasi kloroftl-a dari kedua
Gatnbar 26.
Hisrugram nilai rata-rata hail pengukuran klorofil-a, kelimpahan fitoplankton, temperatur air, salinitas, pH dan pemhcattn kedaiaman keping secchi dari perairan TeIuk Jakarta (a, b, dan c); dan perairan Teluk Lanzpung (dl e, dan f ).
perairan teluk yang cenderung meningbt ke nrah bagan dalam perairan teluk, Perbandingan konsentrasi klarofil-a antara bagian dalm dm luar teluk ram-rata adalah 9?4ulztuk 'Feiuk Jakarta dan 9.6 untuk T'eluk Lampug. EIaI ini ienunjukkan adanya penyuburan di aona bagian dalam teluk dengan dimdai admya berbagai nilai
kor~sentrasinutrien !.an@cenderung rneningkat pada zana tersebut..
Kondisi yang
serupa irri dijurnpai juga dleh Nantji (1 984) pada perairan dekat pantai Teluk Jakarta
dapat rnencapai E0,4 mg rn" lebih tinggi daripada stasiun yang jauh dari pmtai (2,l rng m"). Hat yang sama juga didapatkan pada perairan pantai bkasi yang tercatat konsentrasi klorofrl-a sebesar 14,28 pg I,-' p d a stasiun dekat muara sungai dan nilai
tersebut hampir dua kali tebih tinggi dari pads nilai yang diukur pada stasiun yang jaul~dari pantai {Kaswadji el al., 1993). Denlikian juga oleh Gin er ul. (2000) pada perairan Selat lohor yang terletak pads bagian dalam teluk dan merupakan perairan
dangkai yang dapat mencapai nilai p e n & ~ r a ~ konsentrasi klorofil-a sebesar 78 pg I,-'. Nilai kiorofil-a yang rendah f< 5 vg I;') pada stasiun PTJ dm PTL yang jauh
dari pantai atau ymg terletak. di tuar teluk menuajukkan p n g d massst air oseanik (Laut Jaws). Data satelit yang dipantau di peraimn Selat Sunda pada setang w&tu Agustus 2000 hingga JuIi 2001 menunjukkan nilai konsentrasi klorofil-a memang
xendah yaitu krkisar antara 1 - 3,5 mg rnh3atau setara dengan 1 - 3,s pg L;' (Arnri,
2002).
Secara umum nilai ra@-rata Iconsentmi klarofil-a pada perairan Teluk
Jakarta (sebesar 10,068 fig L-') Iebih tinggi dari p d a perairan Teluk h p u n g f 1,957 gg
L-I)
dan perbedaan tersebut sangat signifikan berdasarkm analisis faktorial
diskriminan. Fitoplankton. Kisaran k e l i m p a h ftoplankton pada kedua perairan tersebut
adalah antara 0.0 15 - 61 juta sel I," (Lampiran 59. Nilai terendah didapatkan pada perairan Te 1uk Lampung, sedangkan nilai tertinggi didapatkan pada perairan Teluk Jakarta. Seperti halnya nilai klarofil-a, nilai icelimpahan fituplanktun menunjukkan peningkatan ke ~ r a hmna bagian daIm tefuk. Dari seluntk prigstmatan terdapat ernpat €.enera fitopiankton y m g setalu muncul di perairan Teluk Jakarta yaitu
'
h~irz,cchia,C,'haeroceros, Guinardiu, dm Rhizosolmi~ sedangkan t ujuh genera
lainnya (antara 50 sarnpai 100 % kehadiran) yaitu Shleronema, Thalassr'osiru,
Bucreriusfrurn, Cosci~udiscus,Thalus,siotrlx, Lepioqdiradrus dan Naviculu.
Pada
perairan Teluk Lampung, tiga genera yang sefalu rnuncul adalah iVit:.schia,
Lep/ocylindrus dm Rhi,.o,soleili~;sedrtfigkan sembilan genera lainnya (antara 50 san~pai 100
?h kehadiwn)
yaitu
Guinurdiu. Chuetoceros,
Skeletonemu,
Pseudonitzschiu. Thuiussiorzema. rYavicuh, Bocterimtrutn, Thtllussiotris. dan Plertrosignta.
Dari data pencacahan j wnlah sei firaplankton temyata genera
Skeieronenlu. CI~cierut.eros,Nitzschiu+ Lepcoc~~~r'ndrtas. Thalassiosim dan Guinurdiu
rnerupakan genera penting yang mendominasi tertinggi dari simpel-ssunpei yang diambil dari Teluk Jakarta dm Teluk Lampun&
Beberapa jenis misalnya
Skektonenta yang paling tettinggi melimpah sebesar 55,B juta sef L' atau 92,6 % dari jumlah total fituplanktan pada mpeI itu (Sfasiun 2 Jakarta priade Juli). Genera ini
juga pernah melimpah (blooming) di Teluk Tokyo, Jgvang pada musim panas dengan laju pertumbuhan 9 - 16.9 mgC rngchl-a" jam"' (Parsons et al., 1984).
Popovich
dan Gayoso (1999) melaporkan bahwa empat jcnis fituplankton yang dominan
me1impah yait u ThiiIc~~'siusir~ r?ordenj.kio/dii, T, ppseudonanu, X Q
dan
T.crrl~iseriurufaju prtumbuhan fotusintcsisnya menmpai ni lai pmav yang ben'ariasi anrara 0.5 -2.8 penggandaan hari-' (duirbling dflt") dmgan tingkat kejenuhan cahaya (sarurcrting irrcidiutrce) berkimr antara G4
- 480 pmo1 m -2 s' 1.
Selain itu, ukuran
plankton juga inenentukan Iaju asi~~lilasi seperti ymg dinyatakan oleh Han dan
Furuya (2000).
Selanjutnya dikarakan bahwa fraksi u k u m mikruplankton (> 20
pm) menunjukkan laju asimilasi rata-rata 6,86 dan 8,24 (pgC p g ~ h l - ' am-'^ Iebih tinggi dari pada fraksi ukuran nanoplanktan (3 - 20 pn) dengan Iaju asimilastsi madm fraksi ukuran picoplankon (< 3 pm) rata 2,99 dan 5,77 pgC p g ~ h ~ ".lam+' l
dengan Iaju asirnilasi rata-rata 4,97 dm 3,83 pgC ~ r g ~ h ~ + ' ~(Han a m "d ' m Furuya,
2000). Dari keterstngan tersebut dagat diduga Mica perbedam variasi ketimpahan fituplankton dari prairan Teluk Jafcarza derigan fitopianktan dari perairan Teluk Lampung yang sangat signifikan itu kernungkinan dapat dipengaruhi oleh jenis, Iaju
pertumbuhan spesifik dm ukuran fraksi fitoplankton. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman don Dominansi, Kismm indeks keanekaragarnan
(N), ifideks keseragaman (El.
dan indeks daminansi
ID) dari
perairan Teluk Jakarta krturut-turut adaIah O,X 68 - 2,265, 0,08I - 0,858, dm 0,14 1 - 0,943 ; sedangkan dari peraim Tefuk h p g bertunrt-tmt addah 0,383
2,55 1, 0,138 - 0,895, d
-
m 0,099 - 0,842 (Lampiran Si). Daxi nitai k i s m tersebur
dm nitai rats-rats pada Tabel 6 menunjukkan btthw pada umurnnya frtoptmkton dari perairan Teluk Lampung relatif tebih stabil dari pada fitoplanktan ymg berasal dari
Teluk Jakarta. Fituplankton dari perairan Tefuk Jalczuta relarif lebih didaminasi oteh satu acau
beberapa genera dalam kelimphan kumunitas.
Beberapa stasiun
pengamatan yang terletak mengarah ke luar dari Ireaua perairan teluk tersebut pada
umurnnya dikadteristikkm oleh indeks keanehgaman dm keseragaman relatif
tinggi sedangkan stasiun pengamatm yang terletak di bagian dalam kedua perairan
tersebut umumnya dikarakteristikkm olek indeks dominansi yang relatif tinggi .
Derajad Keasaman (pH) dan bebempa Vwriabet Fisika. Nilai kisaran.pH, ternperatur, kecerahan, dan irrudiance dari peraim Teluk Jakata berturut-turut adalah 7,75 - 8,9, 28 - 32 "C, 3 - 8,46 rn, dan 3885 - 4391 w rn"'; sedangkan dari perairan 'Yetuk Larnpuag bcrturut-turut adalah 7,25 - 8,49, 27 - 30 "C, 0,9 - 15,1 rn,
dan 2352 - 3673 w rn+2 {Idampiran 5).Nitai-nilai penguklrran variabel tersebut secara glu bal sangat signifikan membedakan kstrak.teristik perairan Teluk Jakarta
dengan TeIuk Lampung (Tabel 5). Pada perairan Teluk Jakarta jurnIaiz energi cahaya x'ata-rata sebesar 4090 w m"' Iebitr tinggi dari pada peraim Teluk Lampung (2878 w
m+') men~beriefek global terhadap tingginya v a r i h l temperarur. Pada ternperalur yang lebih tinggi itu, kondisi trrtnsparansi cahaya (kedalman secchi disk.) tercatat
lebi h rcndah ternyata dijumpai juga kansentrasi klarufii, kelirnpahrtn fituplanktun dm produktivitas primer yang iebih tinggi dari pa& niXai variabel tersebut dari perairan
Teluk Lampmg. Analisis faktoria1 diskriminan juga rnernkbkan nilai variakl pH kedua perairan teluk tersebut. Nilai rata-rata pH dari perairan Teluk Jakarta lebih tinggi dark pada perairan TeI uk Lampung yang menunjukkan bahwa kondisi perairan Teluk
Jakarrn iebih krsifat alkalis.
Pada perairan yang bersifat alkalis (basa) cenderung
lebih produktif dibandingkan dengan perairan yang bersi fat asam (Hickling: 1 97 3 ). Selztin itu juga, rnungkin dipengmhi oleh jurnlstfr sungai di perairan Teluk Jakarta
yang lebih banyak dari pada di perairan Teiuk Lmpung. Derdjad keaarnan (pH) optimal bagi pertunrbuhan diatom rnenunjukka~lkisaran pH antara 8 - 9 (Ray dan Iiao. 1964).
Reberapa Vnriabel Biofisikakimia yang iain,
Dari analisis faktorinl
diskrirninan. variabel ntrtrien dau jun~tallgenera fitoplankton serta nilai pengukuran salillitas tidak signifikan n~ernbedakankarakteristik biofisik perairan Teluk Jakarta dengan TeIuk Lampung. Nilai kisaran jumIah ge11e-m fitoplankton setistp sampel dari
perairan l'eluk Jakarta adafah 7 - 29 ge~~era. sedangkan dari perairan Tcluk Lampung berkisar antara 7 - 24 genera (Lampiran Si). Kedw perairan tcluk tersebut urnufnnya
didorninasi ole11 genera-getlcra dari klass Baciifariophyceae (Diatomac).
Nilai kisaran salinitas (Lampiran Si) dari p a i r a n TeIuk Jakarta adalah 22 35
4/00
(rata-rata 3 1.8 I
{rata-rats 3 I -77 $60).
$60) sedangkan dari
perairan TeIuk Larnpung adalah 25 - 34 960
Rasio pengukuran sailnitas antara stasiun yang terlctak di
bagian daIaln dengan di bagian luar teluk rnenunjulrkan nikai raw-rata Q,B (perairan
Teluk Jakarta) dan 1,O (perairan Teluk Lampung).
Rasia tersebut menunjukkan
indikasi hahwa nilai peagukum salinitas pada st;tsiun hgian dalam perairan Teluk Jakarta relatif lebih rendah dari pada salinitas pada stasiun bagian tuar perstiran teluk.
Namun demikian, secara global bedasarkan a d i s i s faktarial diskriminan nilai pengukuran salinitas antara kedua perairan reluk tersebut relatif hornogen dcngan
pcrbedaan rli lai rata-raca 0.04 %o.
Kisarail ni fai pe~gukurankonsearrasi nut&
yang terdiri dari nitrat, nitrit.
atnonium. fosfat da11 si likat urltuk perairan Teluk Jakarta berturut turut. adalah 0.09 1. -
16.808 . 0.003 - 5.128 . 0.018 - 11.506 . 0,009 - 1.463 . clan 0,552 - 23,854 (tit no1
I." 1: sedangkan t~ntukperairan Teluk Lampung berturut-turut adalah 0.047 -
9.584. 0.010 - 1,864 . 0.018 - 4.650,0.009-4,124, dan 0.016 - 73,223 (pn~of.L').
Perairan Tcluk Jakarta
Gainbar 27.
Perairan Teluk Lampur~g
Histogram nilai rata-rata hasil penpkuran variabel nutrien (pmol L') dari perairan Teluk Jakarta masing-masing adalah Nitrat dan Posfat (a)! Nitrit datr Arnonlun~( b ), Total N dai~Silikat (c); dari perairan Teluk Lampung masing-masing adahh Nirrat dan Pusfat ( d ), Nitrit dan Amoniurn (e), Total N dan Silikat ( f ) yang diurut brdaxukan stasiun dari luar teIuk ke arak dalam teluk.
plankton dan ditandai itdanya konsentrasi klorord-a yang dapat rnencapi 85 pg L"'. 'ringgin ya klorofil-a pada zona tersebut dicfusa akibat adanya p e n w rnasukan nutrien yang ting@ dari muara sungai. Dari catatan konsentrasi nutrien fyaih~nitrat, nitrit,
amoniwn, Tosfat, dan silikat) tertir,sgi pada perairan muam sungai &pat
mencapai nilai bemrut-tumt 109.6 , 15.4
. 122.1 . 54.5 , dan 269. pmof L-'.
Pada
konsenrras~nutrien rersebut, kklamfil-a tercatat: mencapi 98,4 pg L-'(Ano Darnar,
karnunikasi pribadi). Menuwe USEPA ( 1 9741, NAS dan NAE (1972) in Thornam dan Mueller (1987) perairan dengan konsenttasi Morofil-a > 10 pg L"' sudah
tergolong eutrophic (tin@atan tertinggi yang rnenunjukkan derajat eutrofikasi susltu perairan). Kuatnya pensaruh nutrien (dari surnber muara sung& pada kedua vraim
tel uk) dirunjuWEan pula oleh hasi1 analisis fakzorial diskriminan yang menampilkan variabel nutrien tidak nyata rnernkdakan kedua p i i r a n teluk, tebpi secara parsiat
{Garnbar 27) ada kecendenmgan konsentrasi nurrien meningkat ke arah stasiun yang
rnendekati wfairttn teluk bagian daIarn atau muara sungai. Dengan dernikian maka prbedaan nilai produktivitas primer fitoplanktun CtTtn
berbasai karaheristik biofisik antam perairan Teluk Jakarta dan Teluk bmpung rersebut terutama krkaitan dengan adanya @zdaan
konsentrasi kiorufil-a,
fitopianhan (kelimpah, kanekaragaman, kesemgamai~,dar: dorcinansi), pH dan beberapa variabel fisika (temperatur, kedalaman secchi drsk, dan irrudrlmce). Perbedaan karakteristik biofisik kedua perairan teIttk ditunjukkan aleh adanya
asosiasi variakl biologis, fisika, dan kimiawi meskipun beberap kumpnen variakl itu seperti t'jurnlah genera fitoplankton, salinitas dan nubien) secara global tidak nyah
peranannya. Berdasarkan ha1 tersebut m&a hpoksa yang diajukan dalm penelitian
ini yaitu "Adanya rnasukan nutrien dari d m t melalui becbagai muara sungpi ke
perairan Tduk Jakarta Iebih tinggy daripada praimn Teluk Lampung, maka produhivitas primer fitop!anktot? pairan Teluk Jakarta cenderung kbih tinggi daripada perairan Teluk Lampung" tidak teruji krbsarkan Analisis Fakorial Diskriminan yang rnenunjukkan kansentmsi nutrien S a r a global di perairan Teluk Jakarta tidak berbeda nyata dengan konsentml nutrien di peraim Teluk tarnpung.
K~nsentrasinutrin yang tinggi cendemg terjadi pada zona d e b t pantai yang dapat memicu perubahan kampasisi genera fitoplani,?oon.
Adanya perbedam
kornposisi genera fitoplartkton tersebut rnemungkih prkdaan laju fotosintesis
yang secara global dapt b e r p e n g h pada produbvitas primemya. Sam atau beberap jenis fitoplankton akan mendominasi ( i d k s dominansi tinggi) zona itu
yang pada akhirnya &pat terjrtdi blooming ( I d a h ) fitoplmkkon .