DAFTAR PUSTAKA Abdul Rahman, Agus. Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan EmpirikEd.1,-cet.2.-Jakarta: Rajawali Pers,2014 Darmiyati, Zuchdi. Strategi Meningkatkan Kemampuan Membaca...Hal: 24. Emzir. “Metodologi Penelitian Kualitatif:Analisis Data”, (Jakarta:Rajawali Pers, 2014). Hal.37 Hidayat, Dedy N. Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik, (Jakarta : Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia, 2003), Hal. 3 Kementerian Kesehatan RI. Tes HIV dan konseling atas Inisiasi Petugas Kesehatan.2011 hal 44. McLeod, Jhon: Pengantar Konseling: Teori dan Studi Kasus. Edisi Ketiga, Catakan ke-1. Kencana Prenada Media Group. Jakarta 2003 Mulyana, Dedy. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), Hal:9 Neuman,
W.L.
Social
Research
Methods:Qualitative
and
Quantitative
Approaches,(Person Educations,2003. Hal:75 Putra, N dan Ninin Dwilestari, “Penelitian Kualitatif : Pendidikan Anak Usia Dini”, (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2012) Hal: 87. Ramadhan, Hasan. “Perempuan Lebih Rentan Tertular
HIV/AIDS.”
Jurnalperempuan, Agustus.2013 Robbin, Stephen D: Perilaku Organisasi. Jilid Kesatu. Prenhalindo Persada. Jakarta, 2006. Sadiman, Arif Sukadi. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. (Cet.I; Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa, 1946) hal.109 Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,1995). Hal:24 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: ALFABETA,2008), cet. IV, hal:244
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sunaryati,
S.S.
14
Penyakit
Paling
Sering
Menyerang
dan
Sangat
Mematikan.Yogyakarta:FlashBook, 2011 Surip Muhammad, Mursini: Filsafat Ilmu Pengembang Wawasan Keilmuan Dalam Berfikir Kritis, Medan: Citra Pustaka, 2010 MEDIA ELEKTRONIK ATAU INTERNET Gerry T. Andreas. (2016, Mei). “Menaker: RI Tercepat dalam Peningkatan Pengidap HIV/AIDS di Asia. Liputan6.Com[online]. Diakses pada tanggal 8 Juli 2016 dari http://news.liputan6.com/read/2510362/menaker-ritercepat-dalam-peningkatan-pengidap-hivaids-di-asia/. http://eprints.undip.ac.id/10487/1/artikel.pdf. Diakses pada tanggal 9 Juli 2016 http://firmansyah100288.blogspot.co.id/2011/10/teori-pemahaman.html. Diakses pada tanggal 9 Juli 2016 https://ian43.wordpress.com/2010/12/17/pengertian-pemahaman/ http://www.pengertianahli.com/2013/07/pengertian-komunikasi-menurut-paraahli.html Muasaroh
(2010:13).
Diakses
pada
tanggal
11
Juli
2016
dari
2017
dari
http://literaturbook.blogspot.co.id// Nawawi,
2003:
1.
Diakses
pada
tanggal
10
Februari
http://eprints.ums.ac.id/14125/6/BAB_III.pdf Prawira, A.E.(2013, November). Semua Ibu Wajib Pahami HIV/AIDS. Diakses pada
tanggal
9
Juli
2016
dari
http://health.liputan6.com/read/755888/semua-ibu-wajib-pahami-hivaids Siagaan,
2001:24.
Diakses
pada
tanggal
11
Juli
2016
dari
http://literaturbook.blogspot.co.id// Syarifah.Fitri.
(2015,Jan).
“Waspada,
Tak
HIV”.Liputan6.Com[online]. Diakses pada
Ada
Tanda
Jelas
tanggal 8 Juli 2016 dari
http://health.liputan6.com/read/2167465/waspada-tak-ada-tanda-jelas-hiv/ Triangulasi
dan
Keabsahan
Data
Dalam
Penelitian,
http://goyangkarawang.com/2010/02/triangulasi-dan-keabsahan-datadalam-penelitian/. Diakses pada tanggal 11 Juli 2016.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
WHO.(2010). In: Antiretroviral Drugs for Treating Pregnant Women and Preventing HIV Infection in Infants, Rekomendations for a public health approach,
2010.
Diakses
pada
tanggal
9
Juli
2016
dari
http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal/vol1.no2.Juli2011/PENCEG AHAN%20PENULARAN%20HIV%20DARI%20IBU%20KE%20BAYI. pdf JURNAL Afriyadi , Fery. eJournal Ilmu Komunikasi, 2015,3. Samarinda: Universitas Mulawarman. 2015 hal. 362-376 Febrianti, Anggi Annisa. E-Jornal Ilmu Komunikasi, 2014,2(4). Samarinda: Universitas Mulawarman. 2014 hal. 1-10 Nicolas, Baraney. L, dkk. Journal Volume III. No.1. Tahun 2014. Sulawesi Utara: Universitas Sam Ratulangi. Hal. 1-8 Nurul
Diah
Anyta.
Komuniti,Vol.VII,
No.2.
Surakarta:Universitas
Muhammadiyah Surakarta. 2015 hal. 1-6 Ramadanu, Febry ,dkk. Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol.II No.2. Bandung: Universitas BSI Bandung. 2015 hal. 1-14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
LAMPIRAN 1 DATA HASIL WAWANCARA
http://digilib.mercubuana.ac.id/
DATA NARASUMBER DOKTER DAN PENDONOR DARAH DI PMI BOGOR
Informan
Nama
Usia
Informan 1 Amanda
16 Tahun
Jenis Kelamin P
Pekerjaan
Informan 2 Dwi
30 Tahun
P
IbuRumah Ta ngga
Informan 3 Pipit
Puspita 18 Tahun
P
Pelajar
24 Tahun
L
Mahasiswa/Pelajar
Sri 30 Tahun
P
Pekerja Swasta
27 Tahun
P
Dokter
Pelajar
Sari Informan 4 Anggi Setiawan. M Informan 5 Ayu Rahayu Informan 6 Dr.Syafitri Pusparani
http://digilib.mercubuana.ac.id/
PEDOMAN WAWANCARA PEDOMAN PERTANYAAN UMUM 1. Apa yang anda ketahui tentang HIV/AIDS? 2. Adakah gejala-gejala seseorang terkena HIV? Dan seperti apa gejalagejalanya? 3. Bagaimana cara mengetahui seseorang terkena HIV atau tidak? 4. Apakah penularan HIV dapat dicegah? Dan untuk orang yang sudah terkena HIV apakah sudah ada obatnya? PERTANYAAN UNTUK DOKTER: A. Sikap Keterbukaan (openness) 5. Apakah anda sebagai seorang dokter secara terbuka menyampaikan berbagai pesan/pendapat kepada pendonor darah (masyarakat) yang ingin menanyakan tentang berbagai permasalahan yang dihadapi (dalam kasus ini tentang konseling pemahaman HIV/AIDS)? Jelaskan.! 6. Bagaimana bentuk komunikasi antarpribadi yang anda lakukan sebagai dokter kepada masyarakat yang ingin mengetahui tentang pemahaman pencegahan HIV/AIDS? 7. Apakah anda sebagai seorang dokter harus menanamkan rasa percaya kepada klien yang terkena penyakit HIV/AIDS? B. Sikap Empati (empathy) 8. Apakah anda sebagai seorang dokter peduli kepada masyarakat yang ingin mengetahui tentang pencegahan HIV/AIDS?(seperti apa bentuk keperdulian anda) 9. Apakah anda sebagai seorang dokter memahami perasaan masyarakat (pendonor darah) ketika mereka mengalami suatu penyakit yang berbahaya ini? (seperti apa bentuk perasaan anda) C. Sikap Mendukung (supportiveness) 10. Bagaimana cara anda sebagai seorang dokter mendukung masyarakat yang ingin memahami tentang pencegahan HIV/AIDS? D. Sikap Positif (positiveness) 11. Bagaimana anda sebagai seorang dokter membangun situasi atau suasana interaksi yang menyenangkan dengan pendonor darah yang ingin mengetahui tentang pencegahan HIV/AIDS? (seperti apa dan sebutkan)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
E. Sikap Kesetaraan (equality) 1. Apakah anda sebagai seorang dokter dalam memberikan konseling kepada klien memberikan perhatian yang sama pada tiap-tiap individu? Jelaskan. PERTANYAAN UNTUK PENDONOR DARAH: A. Sikap Keterbukaan (openness) 1. Apakah dokter anda secara terbuka menyampaikan berbagai pesa/pendapat kepada para atlet? 2. Apakah anda secara jujur menyampaikan kurangnya pemahaman anda terhadap pencegahan HIV/AIDS? 3. Apakah dokter anda harus menanamkan rasa percaya diri kepada anda? B. Sikap Empati (empathy) 4. Apakah dokter anda peduli kepada anda saat berinteraksi? 5. Apakah dokter anda dapat memahami perasaan anda ketika anda melakukan konseling secara tatap muka dengan dokter anda? C. Sikap Mendukung (supportiveness) 6. Bagaimana komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh dokter anda ingin memahami tentang pencegahan HIV/AIDS? D. Sikap Positif (positiveness) 7. Apakah dokter anda sudah membangun situasi atau suasana interaksi yang menyenangkan dengan pendonor darah yang ingin mengetahui tentang pencegahan HIV/AIDS? (seperti apa dan sebutkan) E. Sikap Kesetaraan (equality) 8. Apakah Dokter anda dalam memberikan konseling kepada klien memberikan perhatian yang sama pada tiap-tiap individu? Jelaskan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
TRANSKIP WAWANCARA 1. Pemahaman Masyarakat tentang HIV/AIDS Hari/Tanggal : Rabu, 7 Desember 2016 Pukul : 13.00 WIB Tempat : PMI Bogor Peneliti Amanda (Pelajar) Dwi (Ibu Rumah Tangga)
Apa yang anda ketahui tentang HIV/AIDS? HIV itu suatu virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. HIV itu (Human Immunodefiency Virus). Kalau HIV itu virus, nama virusnya kalau AIDS itu nama penyakitnya.
Sari Penyakit yang mengerikan, dan sangat sulit disembuhkan. Yang saya tahu HIV itu penyakit yang mengerikan HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan Anggi Setiawan. M (Mahasiswa/Karyawan) tubuh manusia. Atau Human Immunedefiency Virus. Menurut saya, HIV itu adalah nama virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh seseorang. Sedangkan AIDS adalah gejala penyakit yang disebabkan oleh visru yang telah menyerang sistem kekebalan tubuh seseorang. HIV adalah Human Immonology Virus. Virus yang Ayu Sri Rahayu menyerang tubuh manusia. HIV adalah virusnya, kalau (Pekerja Swasta) AIDS,, hhmm,,, hmm,, gak tau. Dr. Syafitri Pusparani HIV adalah Human Immonology Virus. Virus ini (Dokter) menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemapuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit. Sedangkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Untuk orang yangterkena virus berbahaya ini akan rentan terhadap infeksi oportunistik atau sangat mudah terkena berbagai tumor. Pipit Puspita (Pelajar)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. Gejala-gejala Seseorang Terkena HIV/AIDS Hari/Tanggal : Rabu, 7 Desember 2016 Pukul : 13.00 WIB Tempat : PMI Bogor Peneliti Amanda (Pelajar) Dwi (Ibu Rumah Tangga)
Adakah gejala-gejala seseorang terkena HIV? Dan seperti apa gejala-gejalanya? Ada. Seperti tenggorokan sakit, demam, muncul ruam ditubuh tapi tidak gatal, diare dan kelelahan. Kalau untuk gejala HIV tidak ada yah, hampir sama seperti kita kecuali dengan pemeriksaan laboratorium baru kita dapat mengetahui kalau seseorang itu terkena HIV atau mengidap HIV tersebut. Gejalanya …Mmmm,, biasanya demam tinggi, kondisi tubuh dia yang pasti akan turun.
Pipit Puspita Sari Setahu saya ya,, mungkin terlihat dengan badannya (Pelajar) yang semakin kurus, bercak-bercak gatal di area kulit Anggi Setiawan. M Ya, pasti ada. Salah satunya penurunan berat badan (Mahasiswa/Karyawan) yang sangat drastis Ayu Sri Rahayu Ya pasti ada, salah satunya influenza yang secara (Pekerja Swasta) terus-menerus disertai dengan batuk yang parah, penurunan berat badan Dr. Syafitri Pusparani gejalanya pasti terlihat,, untuk gejala pertama HIV (Dokter) sangat tidak jelas, karena lebih menyerupai seperti penyakit flu biasa. Dan selama bertahun-tahun (hingga lebih dari 10 tahun, tergantung dari daya tahan tubuh) tidak akan menunjukkan gejala apapun hingga sampai ke stadium akhir. Oleh karena itu disarankan untuk melakukan pemeriksaan darah untuk HIV setelah 1 bulan setelah melakukan kontak seksual dengan ODHA. ODHA itu adalah singkatan dari Orang Dengan HIV/AIDS. Selain itu ada juga gejala yang paling umum, yakni tenggorokan sakit, muncul ruam di tubuh, penurunan berat badan, diare yang terus menerus, dan adanya nyeri sendi di badan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3. Cara Mengetahui Seseorang Terkena HIV Hari/Tanggal : Rabu, 7 Desember 2016 Pukul : 13.00 WIB Tempat : PMI Bogor Peneliti Amanda (Pelajar) Dwi (Ibu Rumah Tangga) Pipit Puspita Sari (Pelajar)
Bagaimana cara mengetahui seseorang terkena HIV atau tidak? Dilihat dari permukaan tubuh dan fungsi gerak tubuh. Cara mengetahuinya ya dengan cek hasil laboratorium ataupun dengan mendonorkan darahnya. Ya,, mungkin mereka harus diperiksa di Rumah Sakit atau seperti donor darah ini.
Anggi Setiawan. M Pastinya dengan cara memperiksakan diri mereka ke (Mahasiswa/Karyawan) laboratorium. Ayu Sri Rahayu mmm, ya dengan cara cek laboratorium dahulu ke (Pekerja Swasta) rumha sakit. Dr. Syafitri Pusparani satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan (Dokter) melakukan tes HIV yang disertai konseling. Biasanya layanan tes HIV dan konseling ini disebut sebagai VCT (Voluntary Counseling and Testing) atau KTS (Konseling dan Tes HIV Sukarela). Tes ini bersifat sukarela dan rahasia. Sebelum melakukan tes, konseling diberikan terlebih dahulu. Konseling bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko infeksi dan juga pola hidup keseharian. Setelah tahap ini, dibahaslah cara menghadapi hasil tes HIV jika terbukti positif. Dengan tes ini akan diketahui hasil diagnosis HIV pada tubuh anda.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4. Penularan HIV dapat dicegah Hari/Tanggal : Rabu, 7 Desember 2016 Pukul : 13.00 WIB Tempat : PMI Bogor Peneliti
Apakah penularan HIV dapat dicegah? Dan untuk orang yang sudah terkena HIV apakah sudah ada obatnya? bisa.Belum. Sampai sekarang sepertin..ya.
Amanda (Pelajar) Dwi (Ibu Rumah Tangga)
Pipit Puspita (Pelajar)
Sari
Anggi Setiawan. M (Mahasiswa/Karyawan) Ayu Sri Rahayu (Pekerja Swasta)
Dr. Syafitri Pusparani (Dokter)
Dapat, ya itu tadi dengan mengkonsumsi ARV secara teratur akan mengurangin pembentukan sel virus yang baru. ARV itu obatnya, nama obatnya. Untuk obatnya tidak ada , Cuma hanya dengan mengkonsumsi obat ARV untuk pemutus sel jaringan dari virus tadi. Bukan diobati, tapi dicegah agar tidak banyak berkembang. yaa, dapat dicegahlah. Contohnya tidak berganti-ganti berhubungan seksual dengan orang lain, tidak menggunakan jarum suntik sama dengan orang lain. hmm,, setahu saya mungkin belum. ya, dapat. Saya kurang tahu, tapi sepertinya tidak ada obat untuk itu, namun masih bisa dicegah. Ya, pastinya. dengan tidak berhubungan seksual dengan orang yang terkena virus HIV, tidak menggunakan jarum suntik sembarangan, tidak membuat tato yang tercemar HIV. Kalo obatnya sendiri tidak, belum ada sampai saat ini menurut saya. Tidak ada vaksin untuk mencegah HIV dan tidak ada obat untuk AIDS, tapi Anda bisa melindungi diri agar tidak terinfeksi. Satu-satunya cara untuk mencegah terinfeksi HIV adalah dengan menghindari kegiatan yang meningkatkan risiko tertular HIV. Pada dasarnya, mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Sedangkan kalau obatnya sendiri belum ada,, namun ada obat yang bisa memperlambat perkembangan virus ini yakni obat ARV (Antiretnoviral)yang digunakan untuk mengobati infeksi HIV. Dengan mengkonsumsi obat ini virus yang ada bisa dipatahkan perkembangannya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5. Sikap Terbuka Dokter dalam Menyampaikan Pesan Hari/Tanggal : Minggu, 11 Desember 2016 Pukul : 14.00 WIB Tempat : PMI Bogor
Peneliti Amanda (Pelajar)
Dwi (Ibu Rumah Tangga)
Pipit Puspita Sari (Pelajar) Anggi Setiawan. M (Mahasiswa/Karyawan) Ayu Sri Rahayu (Pekerja Swasta)
Dr. Syafitri Pusparani (Dokter)
Apakah dokter anda secara terbuka menyampaikan berbagai pesan/pendapat kepada anda? iya, pada saat saya menanyakan tentang apa kepanjangan dari HIV dokternya menjelaskan kalau kepanjangan HIV itu Human Immonology Virus , baru tau kalau itu kepanjangan HIV, selama ini saya tidak tau. ya, sangat terbuka. Dokternya memberikan penjelasan yang sangat signifikan kepada saya tentang apa saja gejala-gejala HIV yang masih kurang jelas saya ketahui. sangat terbuka sekali. Sehingga apa yang dokter sampaikan bisa berguna bagi saya. sedikit,, dokternya menjawab seadanya saja iya sangat terbuka dan apa yang disampaikan dokter tentang pencegahan HIV ini membuat saya sadar akan kesehatan itu sangat berharga dan jangan sekali-kali ingin mendekati apalagi mencoba hal yang berbau HIV ini. pasti yah, karena saya sendiri sebagai seorang dokter akan memberikan apa yang saya ketahui kepada masyarakat agar masyarakat lebih memahami tentang pencegahan HIV ini. Lebih baik terbuka dengan pasien agar pasien paham dengan apa yang saya maksud.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6. Sikap Terbuka Dokter dalam Menyampaikan Pesan Hari/Tanggal : Minggu, 11 Desember 2016 Pukul : 14.00 WIB Tempat : PMI Bogor Peneliti Amanda (Pelajar)
Dwi (Ibu Rumah Tangga)
Pipit Puspita (Pelajar)
Sari
Anggi Setiawan. M (Mahasiswa/Karyawan)
Ayu Sri Rahayu (Pekerja Swasta)
Dr. Syafitri Pusparani
Apakah anda secara jujur menyampaikan kurangnya pemahaman anda terhadap pencegahan HIV/AIDS? iya dong,, karna saya masih seorang pelajar dan masih kurang paham sama penyakit ini makanya apa yang tidak saya ketahui saya menanyakannya kepada dokternya. hhm engga juga sih.. mungkin dulu saya pernah belajar di dunia kesehatan dan masih ada sedikit pemehaman tentang HIV yang saya miliki. Tidak apa mungkin bisa menambah ilmu wawasan saya tentang HIV ini. iya…..saya ini masih sangat sedikit sekali memahami tentang apa HIV itu. Banyak hal yang tidak saya ketahui dari penyakit ini salah satunya ternyata ada obat yang bisa diminum untuk mencegah HIV. ia jujur. Karena saya selama ini masih kurang paham dengan penyakit ini saya ingin lebih mengerti bagaimana cara pencegahan HIV tersebut agar suatu saat nanti saya waspada dengan kesehatan saya. Terutama dulu saya pernah menggunakan jarum suntik untuk pemakaian tatto di lengan saya. Namun sekarang saya tidak mau lagi menggunakan jarum suntik untuk pemakaian tattoo di badan saya. jujur.. karena sampai saat ini saya sangat,, sangat kurang sekali tentang bagaimana cara pencegahan HIV ini. Emang dulu waktu saya masih sekolah di bangku SMA ada tentang penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan di sekolah-sekolah, namun mungkin pada saat itu suasananya yang ramai saya tidak begitu mendengarkan dan malah asik sendiri dengan temanteman saya. Nah, sekarang dengan saya konseling dengan Ibu dokternya secara tatap muka membuat saya lebih paham akan pencegahan penyakit HIV ini. hmm, dengan bertemu pertama kali dengan pasien saya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
(Dokter)
berusaha bersikap ramah, sehingga pada saat melakukan interaksi secara tatap muka pasien nyaman dengan apa yang saya jelaskan.
7. Sikap Empati Dokter dalam Menyampaikan Pesan Hari/Tanggal : Minggu, 11 Desember 2016 Pukul : 14.00 WIB Tempat : PMI Bogor Peneliti Amanda (Pelajar)
Dwi (Ibu Rumah Tangga) Pipit Puspita (Pelajar)
Sari
Anggi Setiawan. M (Mahasiswa/Karyawan)
Ayu Sri Rahayu (Pekerja Swasta) Dr. Syafitri Pusparani (Dokter)
Apakah dokter anda peduli kepada anda saat berinteraksi? iaa, sangat peduli sekali. Saya lihat dokternya memberikan penjelasan secara perlahan-lahan sehingga saya bisa mengerti akan apa yang dokternya sampaikan. tadi sih ia. Saat saya mengobrol dengan dokter saya merasa nyaman sekali dengan apa yang ia sampaikan, dan dokternya mendengar keluh kesah saya ketika saya menceritakan tentang masalah pribadi saya. peduli sekali. Si dokter menjelaskan dengan sangat baik dan dokternya langsung menjawab ketika saya bertanya. peduli ia, dokternya mendengar keluh kesah saya saat saya menceritakan masalah saya tadi dan dokternya memberikan feed back kepada saya untuk merubah hidup yang lebih baik aja. sangat peduli. Dokternya selalu menanggapi apa saja yang ingin saya ketahui, dari awal saya bertemu dokternya sudah memberikan kesan yang ramah dengan menyapa saya terlebih dahulu. pasti dong, karna orang yang terkena penyakit HIV cenderung sangat tertutup dan tidak mau untuk bersosialisasi dengan orang lain, karena mereka merasa dirinya sudah terlalu bermaslah dan mereka malu kalau bertemu dengan orang lain. Nah dengan adanya konseling ini, saya sebagai seorang dokter harus memberikan dorongan-dorongan dan motivasi agar rasa percaya diri mereka bisa kembali seperti dulu lagi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8. Sikap Empati Dokter dalam Menyampaikan Pesan Hari/Tanggal : Minggu, 11 Desember 2016 Pukul : 14.00 WIB : PMI Bogor Tempat Peneliti
Apakah dokter anda dapat memahami perasaan anda ketika anda melakukan konseling secara tatap muka dengan dokter anda? Amanda iya, mungkin karena saya masih pelajar dan banyak (Pelajar) ingin tahu tentang penyakit HIV ini. Saya melihat waktu dokternya memberikan penjelasan dia seperti teman saja dan bahasanya tidak terlalu rumit, sehingga saya bisa paham. sepertinya ia. Dan saya merasa apa yang saya rasakan Dwi itu bisa tercurahkan dan dokternya memberikan (Ibu Rumah Tangga) masukan-masukan untuk saya bisa lebih memahami tentang HIV ini. Pipit Puspita Sari pastinya. Karena..hhm.. pada saat saya kurang mengerti (Pelajar) atau pada saat saya merasa geli ketika dokter menjelaskan tentang faktor-faktor yang menimbulkan penyakit HIV ini, seperti keadaan ini dokternya langsung menenangkan saya. Anggi Setiawan. M ia, ketika saya curhat tentang tatto tadi si dokternya (Mahasiswa/Karyawan) mendengarkan dan memberikan masukan-masukan positif yang membuat saya agar tidak lagi menggunakan jarum suntik sembarangan lagi. Ayu Sri Rahayu sepertinya memahami, mungkin karena saya (Pekerja Swasta) masyarakat awam yang kurang peduli tentang HIV dan cara pencegahannya, makanya dokternya menjelaskan dengan lebih rinci tentang pencegahan HIV. Dr. Syafitri Pusparani saya sangat peduli terhadap masyarakat yang ingin (Dokter) sekali mengetahui tentang pencegahan HIV ini. Saya senang ketika ada orang yang ingin mengetahui tentang apa saja seputar HIV.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9. Sikap Mendukung Dokter dalam Menyampaikan Pesan Hari/Tanggal : Selasa, 20 Desember 2016 Pukul : 14.00 WIB : PMI Bogor Tempat Peneliti
Bagaimana komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh dokter ketika anda ingin memahami tentang pencegahan HIV/AIDS? Amanda komunikasi yang dilakukan oleh dokternya dengan (Pelajar) pelan-pelan atau dengan nada suaranya yang pas dan dengan menggunakan gerak tangan. Seperti dokternya menjelaskan tentang salah satu gejala HIV itu adanya gatal-gatal di badan. Dwi dokternya welcome sama saya, seperti ada kontak gitu (Ibu Rumah Tangga) sehingga saya tidak malu menceritakan permasalahan saya kepada dokter, dan ketika saya selesai menceritakan seluruh permasalahan saya dokternya malah memerikan dukungan agar saya bisa lebih percaya diri lagi. Pipit Puspita Sari dilakukan dengan tatap muka, dokternya menjelaskan (Pelajar) dengan pelan-pelan dan dengan menggunakan gerakan badan yang membantu menjelaskan apa yang disampaiakan oleh dokter. Anggi Setiawan. M komunikasi antarpribadinya private yah, pada saat saya (Mahasiswa/Karyawan) konseling dengan dokternya disana kebetulan tidak begitu ramai dan saya bisa menceritakan tentang pemakaian tattoo saya. Selain itu, mungkin karna private saya bisa paham dengan cara-cara pencegahan HIV ini. Ayu Sri Rahayu dokternya bersikap ramah, dan memberikan feed back. (Pekerja Swasta) Oiyaa, komunikasi itu bisa dengan verbal dan non verbal kan… Kalau komunikasi verbalnya, dokternya menjelaskan bagaimana cara pencegahan HIV dan segala macam tentang HIV ada sedikit dengan coretan di kertas tentang bagaimana cara penyebaran HIV. Sedangkan komunikasi non verbalnya, dokter menggunakan gerakan badan, diantaranya kontak mata, ekspresi wajah dan isyarat. Dr. Syafitri Pusparani pasti yah, ketika seseorang mengalami suatu peristiwa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
(Dokter)
apalagi terjangkit virus ini memiliki rasa sedih dan putus asa sehingga mereka ingin mengakhiri drinya supaya tidak menanggung beban ini. Saya juga sebagai seorang dokter memahami perasaan yang dialami pasien terhadap penyakit ini. 10. Sikap Positif Dokter dalam Menyampaikan Pesan Hari/Tanggal : Selasa, 20 Desember 2016 : 14.00 WIB Pukul Tempat : PMI Bogor
Peneliti
Apakah dokter anda sudah membangun situasi atau suasana interaksi yang menyenangkan dengan pendonor darah yang ingin mengetahui tentang pencegahan HIV/AIDS? (seperti apa dan sebutkan) Amanda iya pastinya saya senang konseling dengan ibu (Pelajar) dokternya. Dokternya sangat ramah dan cantik juga. Dwi ia sehingga saya nyaman untuk berkonsultasi dengan (Ibu Rumah Tangga) beliau. Pipit Puspita Sari dilakukan dengan tatap muka, dokternya menjelaskan (Pelajar) dengan pelan-pelan dan dengan menggunakan gerakan badan yang membantu menjelaskan apa yang disampaiakan oleh dokter. Anggi Setiawan. M komunikasi antarpribadinya private yah, pada saat saya (Mahasiswa/Karyawan) konseling dengan dokternya disana kebetulan tidak begitu ramai dan saya bisa menceritakan tentang pemakaian tattoo saya. Selain itu, mungkin karna private saya bisa paham dengan cara-cara pencegahan HIV ini. Ayu Sri Rahayu iya,,, dokternya tidak kaku, malahan seru banget dan (Pekerja Swasta) saya juga semangat mendengarkannya.. Dr. Syafitri Pusparani yaa pastinya dengan melakukan konseling atau (Dokter) sosialisasi-sosialisasi di sekolah, kampus maupun dimana saja seperti kampanye-kampanye tentang pencegahan HIV.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11. Sikap Kesetaraan Dokter dalam Menyampaikan Pesan Hari/Tanggal : Selasa, 20 Desember 2016 Pukul : 14.00 WIB : PMI Bogor Tempat Peneliti
Amanda (Pelajar) Dwi (Ibu Rumah Tangga) Pipit Puspita Sari (Pelajar) Anggi Setiawan. M (Mahasiswa/Karyawan)
Ayu Sri Rahayu (Pekerja Swasta)
Dr. Syafitri Pusparani (Dokter)
Apakah sikap Dokter anda dalam memberikan konseling kepada anda sama dengan pendonor darah yang lainnya? hmmm.. kurang tahu saya. Mungkin karna saya tidak melihat interaksi dokter dengan yang lainnya. sepertinya sama ya, setiap dokter pasti ingin memberikan yang terbaik buat masyarakat, sehingga masyarakat bisa lebih memahami tentang HIV/AIDS. hmm,, saya tidak tahu bagimananya. sama mungkin ya,, karena pastinya seorang dokter ingin memberikan yang terbaik untuk masyarakat, supaya masyarakat bisa hidup sehat dan bisa menjahui penyakit yang sangat berbahaya ini. setau saya pasti sama, karena setiap orang atau masyarakat berhak mendapatkan informasi kepada dokter tentang permasalahan ini. Dan dokter pastinya akan memberikan yang terbaik untuk masyarakat tersebut. hmm, saya itu biasanya tidak menggunakan istilahistilah kesehatan yang tidak dimengerti oleh masyarakat. Artinya ketika saya melakukan interaksi dengan pasien, saya berusaha membuat suasana senyaman mungkin dan mereka tidak perlu takut dengan siapa mereka berhadapan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
FOTO
Salah seorang Narasumber melakukan konseling tatap muka bersama Dr. Rani
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perisapan sebelum dilakukan wawancara kepada salah seorang Pelajar
http://digilib.mercubuana.ac.id/