Volume 63No. 2Mei - Agustus 2014
Terbit 3 X/ Tahun ISSN : 0024 - 9548
DAFTAR ISI Peran restorasi gigi dalam proses identifikasi korban...........................................
41–45
Ananta Tantri Budi
Pentingnya surat persetujuan tindakan medik (informed consent) pada praktek dokter gigi....................................................................................................................
46–53
Mita Juliawati
Tingkat pemahaman terhadap instruksi cara pembersihan gigi tiruan lepasan pada pasien Rumah Sakit Gigi Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.................................................................................................................
54–57
Eri H. Jubhari dan Nindya Dwi Utami Putri
Lower middle income class preferences for dental services.................................
58–62
Iwan Dewanto
Pengukuran kadar kalsium saliva terlarut pada gigi yang dilakukan eksternal bleaching dan dipapar dengan Streptococcus mutans.............................................
63–65
Mei Syafriadi dan Tiara Chaeranee Noh
Pemanfaatan akar Sidaguri (Sida rhombifolia) sebagai bahan analgetik..............
66–69
Nurhayaty Natsir, Maria Tanumihardja, Indrya K. Mattulada dan Vero H. Sanusi
Printed by: Airlangga University Press. (OC 054/03.15/AUP-A5E). Kampus C Unair, Mulyorejo Surabaya 60115, Indonesia. Telp. (031) 5992246, 5992247, Telp./Fax. (031) 5992248. E-mail:
[email protected];
[email protected]
Vol. 63, No. 2, Mei-Agustus 2014 | Hal. 54-57 | ISSN 0024-9548
Tingkat pemahaman terhadap instruksi cara pembersihan gigitiruan lepasan pada pasien Rumah Sakit Gigi Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin (Level of understanding of removable denture cleaning instruction of patients at Dental Hospital, Faculty of Dentistry, University of Hasanuddin) Eri H. Jubhari1 dan Nindya Dwi Utami Putri2 1
Bagian Prostodonsia Mahasiswa tahap profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar - Indonesia 2
Korespondensi (correspondence): Eri H. Jubhari, Bagian Prostodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. Jl. Perintis Kemerdekaan KM 10, Kampus Tamalanrea Ujung Pandang, Indonesia. E-mail:
[email protected]
ABSTRACT Background: The use of denture continuously and not cleaned cause a buildup of plaque on teeth or dentures cover the mucosa. Denture cleaning is necessary to eliminate or reduce the accumulation of microorganisms that cause plaque, mucin, food debris, calculus and discoloration. Efficient and orderly procedure in denture cleaning is important to maintain a healthy mouth and a period longer wear dentures. Purpose: For this study was conducted to determine the level of patient understanding about removable denture cleaning instructions. Methods: Subjects were all patients who received care in RSGMP Kandea denture Makassar. The study was conducted by using a questionnaire and asked questions to determine the patient’s level of understanding of the instructions given. A total of 26 samples were obtained with totally sampling technique. The average patient does not understand the instructions given by the operator (92.3%), but after giving instructions on how to purge the average denture patient understanding of the instruction (84.6%). Results: When tested with paired t-test revealed no significant differences in the level of understanding of the patient before and after instruction. Conclusion: It is concluded that giving instructions on how to clean-up after the insertion of the prosthesis to the patient’s denture is very important. Key words: Full Dentures, removable dentures, denture cleaning procedure instruction, hygiene, level of understanding
PENDAHULUAN Gigitiruan adalah piranti yang dibuat untuk menggantikan gigi dan jaringan lunak di sekitarnya yang hilang. 1 Pemakaian gigitiruan akan mengembalikan fungsi estetik, pengunyahan, fungsi bicara, memelihara dan mempertahankan kesehatan jaringan sekitar dan relasi rahang, serta faktor psikologis penderita.2
Belajar menggunakan gigitiruan baru membutuhkan waktu dan kesabaran; terutama bagi pemakai pemula, gigitiruan merupakan benda asing yang dapat mengganggu. Pasien harus menyadari bahwa pemakaian gigitiruan yang baru dapat mengubah beberapa kebiasaan lama dan membiasakan dirinya dengan gigitiruan yang baru dipakai ini.3
Jubhari dan Putri: Tingkat pemahaman terhadap instruksi cara pembersihan gigi tiruan lepasan Jurnal PDGI 63 (2) Hal. 54-57 © 2014
Kebersihan rongga mulut pemakai gigitiruan lepasan (GTL) haruslah tetap diperhatikan, karena kebersihan gigitiruan dapat mendukung kesehatan rongga mulut secara menyeluruh. Para pemakai gigitiruan lepasan harus rajin membersihkan gigitiruannya, agar sisa-sisa makanan tidak menempel pada gigitiruan. Pemakaian gigitiruan secara terus menerus dan tidak dibersihkan dapat menyebabkan peningkatan jumlah pertumbuhan Candida albicans. Hal ini terjadi karena adanya penumpukan sisa makanan yang merupakan predisposisi terjadinya plak yang melekat pada gigi geligi di sekitar gigitiruan, gigi geligi antagonis dan basis gigitiruan yang menutupi mukosa.4 Pembersihan gigitiruan diperlukan untuk menghilangkan atau mengurangi akumulasi mikroorganisme penyebab plak, mucin, debris makanan, kalkulus dan perubahan warna. Pembersihan gigitiruan dapat dilakukan dengan cara mekanis dan kimiawi. 5 Menurut American Dental Hygienists Association, pembersihan gigitiruan dengan cara mekanik dapat dilakukan dengan menggosok gigitiruan menggunakan sabun maupun pasta gigi. Menggosok gigitiruan menggunakan sabun maupun pasta itu sendiri belum cukup mengendalikan plak pada gigitiruan. Perlu diusahakan penggunaan bahan pembersih kimia untuk membersihkan gigitiruan secara keseluruhan serta merawat gigitiruan.6 Rumah Sakit Gigi Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin sebagai salah satu institusi pendidikan dokter gigi selayaknya menjadi wadah penempaan calon-calon dokter gigi yang harus memberikan layanan yang komplit dan maksimal. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas instruksi pasca insersi gigitiruan yang diberikan di RSGMP Kandea Makassar.
BAHAN DAN METODE Penelitian ini merupakan observasional analitik untuk mengetahui tingkat pemahaman pasien terhadap instruksi cara pembersihan GTL yang digunakannya. Jumlah sampel ditentukan dengan teknik totally sampling sehingga diperoleh 26 subyek yang memenuhi kriteria inklusi yaitu, pengguna gigitiruan lepasan yang insersi pada bulan April hingga Mei 2013. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang telah diadaptasi dari penelitian
55
sebelumnya yang serupa 2 dan menggunakan perhitungan skala Likert modifikasi dengan skor tertinggi adalah 2 dan skor terendah adalah 0.
HASIL Karakteristik responden mengenai tingkat pemahaman terhadap instruksi cara pembersihan gigitiruan lepasan pada pasien RSGMP Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin diolah dan ditampilkan pada Tabel 1. Sampel didominasi oleh pasien perempuan (80,8%) dengan kelompok usia 40-49 tahun (34,6%) dan 50-59 tahun (30,8%), yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga (61,5%) dan sebagian besar pasien menempuh pendidikan hingga SMA (42,3%). Tabel 1.
Karakteristik responden
Identitas Jenis kelamin - Laki-laki - Perempuan Usia - 30-39 - 40-49 - 50-59 - 60-69 Pekerjaan - Tidak ada - Baby sitter - Guru mengaji - IRT - Penjahit - Karyawan - Penjual - Pengendara bentor - Wiraswasta Pendidikan - Tidak ada - SD - SMP - SMA
Jumlah Orang
%
5 21
19,2 80,8
4 9 8 5
15,4 34,6 30,8 19,2
2 1 1 16 1 1 1 1 2
7,7 3,8 3,8 61,5 3,8 3,8 3,8 3,8 7,7
5 7 3 11
19,2 27 11,5 42,3
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, sebagian besar pasien tidak diberi instruksi pasca insersi gigitiruan (77%) dan pasien membersihkan gigitiruannya menggunakan sikat gigi dan air (73,2%) seperti yang terlihat pada Tabel 2.
Jubhari dan Putri: Tingkat pemahaman terhadap instruksi cara pembersihan gigi tiruan lepasan Jurnal PDGI 63 (2) Hal. 54-57 © 2014
56 Tabel 2.
Distribusi pemberian instruksi pasca insersi serta alat dan bahan yang digunakan
Lamanya pemakaian Diberi instruksi Tidak diberi instruksi Alat dan bahan yang digunakan - Air+sikat gigi - Air+pasta gigi+sikat gigi - Air+sikat gigi+sabun
Jenis kelamin L P 0 6 5 15 4 1 0
Jumlah Orang % 6 23 20 77 19 6 1
15 5 1
73,2 23 3,8
Setelah mendapat perlakuan berupa pemberian informasi mengenai cara pembersihan gigitiruan lepasan, pasien paham terhadap instruksi yang diberikan dan menjalankan di rumah. Tabel 3.
Distribusi tingkat pemahaman pasien
Pemahaman pasien Sebelum mendapat perlakuan Paham Tidak paham Setelah mendapat perlakuan Paham Tidak paham
Jenis kelamin L P
Total Sampel %
0 5
2 19
2 24
7,7 92,3
5 0
21 0
26 0
100 0
Seperti yang terlihat pada Tabel 3, menunjukkan adanya perbedaan terhadap tingkat pemahaman pasien. Total keseluruhan responden yang paham terhadap cara pembersihan gigitiruan sebesar 7,7% atau sebanyak 2 orang dari total responden 26 orang, sedangkan responden yang tidak paham terhadap cara pembersihan gigitiruan sebesar 92,3% atau sebanyak 24 orang dari total responden sebanyak 26 orang. Tabel 4.
Pre Post
Distribusi statistik hasil penelitian Mean
Uji-t
df
3,80769
11,133
25
Sig. (2tailed) .000
Berdasarkan hasil pengujian statistik dari penelitian ini dengan membandingkan antara pemberian kuesioner pre dan post test didapatkan hasil T-hitung yaitu 11,133 lebih kecil dari α = 0,05 maka hasilnya signifikan ada perbedaan tingkat pemahaman pasien sebelum dan sesudah pemberian instruksi ditampilkan pada Tabel 4.
PEMBAHASAN Pada penelitian yang telah dilakukan mayoritas responden adalah perempuan yang menempuh pendidikan tingkat sekolah menengah atas, dan hanya beberapa yang sampai tingkatan sekolah dasar. Pada Tabel 1 terlihat yang paling banyak menggunakan gigitiruan adalah perempuan yaitu sebesar 80,8% dibandingkan dengan jumlah lakilaki yang menggunakan gigitiruan yaitu sebesar 19,2%. Hal ini disebabkan kelompok perempuan memiliki kesadaran, pengetahuan yang lebih besar akan pentingnya memelihara kesehatan gigi dibandingkan dengan laki-laki. Selain itu perempuan juga lebih banyak mempunyai waktu untuk mengikuti kegiatan yang dapat memberi pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut, karena perempuan lebih banyak yang tidak bekerja secara formal di kantor melainkan menjadi ibu rumah tangga.7 Penelitian yang dilakukan oleh Dwiatmoko dan Kristiana menjelaskan bahwa setelah mendapat komunikasi lisan maupun tulisan tentang cara merawat gigitiruan, hal tersebut dapat meningkatkan pengetahuan pasien. Seperti yang terlihat pada tabel 3 dan 4 ada peningkatan nilai rata-rata pengetahuan pretest dan postest. Terbentuknya suatu perilaku baru terutama pada orang dewasa menimbulkan pengetahuan baru yang dapat dilakukan melalui komunikasi dua arah antar dokter gigi dan pasien pemakai gigitiruan secara terus menerus pada saat pasien kontrol, sehingga menyebabkan pasien selalu ingat dan mengubah sikap serta perilaku menjaga kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut khususnya pengguna gigitiruan lepasan.8 Adanya perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan pemahaman pasien dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Pendidikan pasien sangat mempengaruhi tingkatan pemahaman terhadap instruksi yang diberikan dan merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya kesadaran untuk menjaga kebersihan rongga mulut khususnya pengguna gigitiruan.4 Komunikasi lisan maupun tulisan tentang cara merawat gigitiruan dapat meningkatkan pengetahuan. Terbentuknya suatu perilaku baru terutama pada orang dewasa menimbulkan pengetahuan baru yang dapat dilakukan melalui komunikasi dua arah antar dokter gigi dan pasien pemakai gigitiruan secara terus menerus pada saat pasien kontrol, sehingga menyebabkan pasien
Jubhari dan Putri: Tingkat pemahaman terhadap instruksi cara pembersihan gigi tiruan lepasan Jurnal PDGI 63 (2) Hal. 54-57 © 2014
selalu ingat dan mengubah sikap serta perilaku menjaga kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut khususnya pengguna gigitiruan lepasan.9 Kurangnya pemahaman sebelum mendapat penjelasan mungkin disebabkan karena tidak adanya pemberian instruksi yang jelas kepada pasien mengenai cara pembersihan gigitiruan. Di lain pihak informasi tersebut sangat penting karena dapat menunjang pemakaian gigitiruan jangka lama dan menjaga kesehatan rongga mulut. Hal tersebut menunjukkan adanya kekurangan mahasiswa dalam memberikan instruksi kepada pasien sehingga mempengaruhi keterbatasan pengetahuan pasien tentang kebersihan gigitiruan. Oleh karena itu, sangat penting menjaga komunikasi yang baik antara dokter gigi dan pasien dalam menyampaikan instruksi dengan menggunakan bahasa yang sederhana sehingga pasien lebih mudah mengerti dan meningkatkan pemahaman pasien terhadap instruksi yang diberikan.4 Adanya komunikasi dua arah yang baik antara dokter gigi dan pasien serta pemberian instruksi tentang cara pembersihan gigitiruan menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh pasien dapat meningkatkan tingkat pemahaman pasien mengenai instruksi cara pembersihan gigitiruan. Disimpulkan bahwa mahasiswa tingkat kepaniteraan prostodonsia FKG UNHAS tidak menyampaikan instruksi tentang cara pembersihan gigitiruan pada saat melakukan insersi gigitiruan tersebut. Untuk itu disarankan agar mahasiswa memberikan informasi mengenai cara pembersihan
57
gigitiruan kepada pasien setelah insersi gigitiruan karena dapat menunjang pemakaian gigitiruan jangka lama dan menjaga kesehatan rongga mulut.
DAFTAR PUSTAKA 1. Hartono R, Kosasih A, Hidayat H, Morganelli JC. Estetik dan prostetik mutakhir. Jilid 1. Jakarta: EGC; 1992. hal. 1-2. 2. Putranti DT, Chandra H. Rendahnya persepsi masyarakat terhadap pemakaian gigitiruan di Desa Ujung Rambung. J Dentofasial 2011; 10: 79-85. 3. Gunadi HA, Margo A, Burhan LK, Suryatenggara F, Setiabudi I. Buku ajar ilmu geligi tiruan sebagian lepasan. Jilid 2. Jakarta: Hipokrates; 1994. hal. 407-12. 4. Dwiatmoko S, Kristiana D. Pengaruh komunikasi kesehatan secara lisan dan tulisan terhadap pengetahuan, sikap dan kebersihan pemakai gigitiruan. J Dentika 2011; 16: 14-7. 5. Rahman EF. Efektivitas ekstrak daun dewa terhadap pertumbuhan candida albicans pada plat dasar gigitiruan resin akrilik. J Dentika 2010; 15: 6. 6. Gornitsky M, Paradis I, Landaverde G, Malo AM, Velly AM. A clinical and microbiological evaluation of denture cleanser for geriatric patients in long-term care institutions. J Can Dent Assoc 2002; 68: 39-45. 7. Darmojo B. Geriatri ilmu kesehatan usia lanjut. Jilid 4. Jakarta: Balai penerbit FK UI; 1996. hal. 712. 8. Winugroho NT. Keramahtamahan dalam berkomunikasi antara dokter dan pasien guna meningkatkan kepuasan pasien. J PDGI 2009; 58: 21-5. 9. Anas ASA, Abdullah AZ. Studi mutu pelayanan berdasarkan kepuasan pasien di Klinik Gigi dan Mulut RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar. J Dentofasial 2008;7: 99-106.